tradisi buka palang pintu: transformasi tradisi upacara

21
Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara Menuju Komoditas Devi Roswita Departemen Antropologi, Universitas Indonesia This undergraduate thesis examines the re-invention and co-modification of Buka Palang Pintu tradition as the original tradition of Betawi. There are two elements of Betawi's art that have to be presented in every implementation of this tradition, they are Pencak Silat and Sike. Buka Palang Pintu tradition originally is a ritual tradition that is rich of religious elements, which used to only be implemented at wedding ceremonies of Betawi people. The Jawara as the guardian of the village has important role as the actor in this tradition. As the time goes by, the Buka Palang Pintu tradition now has transformed into commodities of tradition which is also be presented in any events beside the wedding ceremony. The actor of the tradition is not the warrior of the village anymore, but the artist of Palang Pintu that are the members of Betawi's art studio. This change is also related to the role of the government of Jakarta, LKB, and Betawi's art studio as the agents of re-invention. The co-modification of Buka Palang Pintu tradition that is presented by the agents has a 'selling-value' that will be able to attain the economic goal. That goal also makes the existence of Buka Palang Pintu tradition last, because it can gain the financial income to several agents with a more entertaining package. Keywords: Buka Palang Pintu tradition, Betawi, wedding, jawara, re-invention, co- modification, commodity, agent, economy. Pendahuluan Jakarta merupakan ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah banyak mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Perubahan-perubahan ini tentunya tidak terlepas dari pengaruh arus modernisasi yang masuk ke berbagai sisi kehidupan kota Jakarta. Berbicara mengenai masyarakat kota Jakarta, tidak terlepas kaitannya dari etnis asli Jakarta, yang dikenal sebagai etnis Betawi. Etnis Betawi di Jakarta sangat bervariasi. Perbedaan laju perkembangan kota Jakarta telah menyebabkan orang-orang Betawi di lokasi yang berbeda terkena pengaruh sosial ekonomi yang berbeda, sehingga memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam arti tingkat dan bentuk pendidikan, jenis pekerjaan, gaya hidup, dan sebagainya (Shahab, 2004:6). Orang Betawi yang tinggal di sekitar pusat kota cenderung lekat dengan perkembangan dan pembangunan kota dibandingkan dengan orang-orang Betawi yang bermukim di pinggir kota. Orang Betawi yang berdomisili di pusat kota Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara Menuju Komoditas

Devi Roswita

Departemen Antropologi, Universitas Indonesia

This undergraduate thesis examines the re-invention and co-modification of Buka Palang Pintu tradition as the original tradition of Betawi. There are two elements of Betawi's art that have to be presented in every implementation of this tradition, they are Pencak Silat and Sike. Buka Palang Pintu tradition originally is a ritual tradition that is rich of religious elements, which used to only be implemented at wedding ceremonies of Betawi people. The Jawara as the guardian of the village has important role as the actor in this tradition.

As the time goes by, the Buka Palang Pintu tradition now has transformed into commodities of tradition which is also be presented in any events beside the wedding ceremony. The actor of the tradition is not the warrior of the village anymore, but the artist of Palang Pintu that are the members of Betawi's art studio. This change is also related to the role of the government of Jakarta, LKB, and Betawi's art studio as the agents of re-invention. The co-modification of Buka Palang Pintu tradition that is presented by the agents has a 'selling-value' that will be able to attain the economic goal. That goal also makes the existence of Buka Palang Pintu tradition last, because it can gain the financial income to several agents with a more entertaining package. Keywords: Buka Palang Pintu tradition, Betawi, wedding, jawara, re-invention, co-modification, commodity, agent, economy.

Pendahuluan

Jakarta merupakan ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

telah banyak mengalami berbagai perubahan, baik perubahan fisik, ekonomi, sosial,

maupun budaya. Perubahan-perubahan ini tentunya tidak terlepas dari pengaruh arus

modernisasi yang masuk ke berbagai sisi kehidupan kota Jakarta. Berbicara mengenai

masyarakat kota Jakarta, tidak terlepas kaitannya dari etnis asli Jakarta, yang dikenal

sebagai etnis Betawi.

Etnis Betawi di Jakarta sangat bervariasi. Perbedaan laju perkembangan kota

Jakarta telah menyebabkan orang-orang Betawi di lokasi yang berbeda terkena

pengaruh sosial ekonomi yang berbeda, sehingga memiliki ciri-ciri yang berbeda

dalam arti tingkat dan bentuk pendidikan, jenis pekerjaan, gaya hidup, dan sebagainya

(Shahab, 2004:6). Orang Betawi yang tinggal di sekitar pusat kota cenderung lekat

dengan perkembangan dan pembangunan kota dibandingkan dengan orang-orang

Betawi yang bermukim di pinggir kota. Orang Betawi yang berdomisili di pusat kota

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 2: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

dikenal dengan sebutan Betawi Kota (Shahab, 2004:6). Mereka adalah kelompok elit

Betawi dan berpendidikan tinggi. Selain di pusat kota, ada kelompok Betawi yang

berdomisili di antara kawasan pusat dan pinggir kota. Kelompok ini disebut sebagai

orang Betawi Tengah. Mereka dikenal sebagai kelompok Betawi yang paling religius

karena ajaran Islam sangat kuat tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ulama

Betawi yang berasal dari kelompok ini.

Adanya variasi etnis Betawi, seperti yang peneliti sebutkan di atas, kemudian

memunculkan sejumlah variasi kebudayaan lokal. Variasi tersebut antara lain berupa

kesenian, dialek, bahasa, upacara lingkar hidup, dan sebagainya. Meskipun terdapat

variasi lokal dalam etnis Betawi, akan tetapi terdapat pula kesamaan yang melandasi

tiap-tiap kebudayaan Betawi. Kesamaan yang melandasinya adalah agama, yaitu

Islam. Agama Islam dengan segala sistem keyakinan, nilai-nilai, dan kaidah-

kaidahnya telah memberi pengaruh yang amat kuat pada budaya Betawi (Saputra,

Ardan, Sjafi’ie, 2000:5).

Pernikahan merupakan salah satu upacara lingkar hidup manusia yang sifatnya

sakral. Pernikahan menurut ajaran Islam juga merupakan suatu ibadah yang

dianjurkan, khususnya untuk mencegah manusia dari perbuatan zinah. Dalam upacara

pernikahan orang Betawi, terdapat satu tradisi yang dikenal dengan istilah Buka

Palang Pintu.1 Pada zaman dahulu, Buka Palang Pintu merupakan sebuah tradisi yang

maknanya lebih pada proses menguji ilmu pengantin laki-laki. Tujuan dari tradisi ini

ialah untuk menguji seberapa tinggi ilmu silat dan ilmu agama Islam yang dikuasai si

pengantin laki-laki.

Sebelum tahun 1970-an, tradisi Buka Palang Pintu dilaksanakan pada saat

acara resepsi yang dilaksanakan di rumah orang tua pengantin perempuan, tepatnya

satu minggu setelah akad nikah. Sebagaimana informasi dari informan peneliti,

bahwasanya orang Betawi zaman dahulu tidak melaksanakan akad nikah dan resepsi

pada hari yang sama.2 Prosesi Buka Palang Pintu dimulai ketika pengantin laki-laki

                                                                                                               1   Istilah Buka Palang Pintu (selanjutnya akan ditulis tegak) diadopsi dari benda berupa balok kayu yang dipasang melintang pada pintu rumah orang Betawi zaman dahulu. Palang Pintu digunakan sebagai palang atau pengaman ganda agar orang luar tidak dapat masuk tanpa seizin si pemilik rumah (lihat gambar di halaman 21). Istilah tersebut dijadikan sebagai kiasan pada salah satu tradisi Betawi, yaitu tradisi Buka Palang Pintu. 2  Informasi tersebut diperoleh ketika peneliti mewawancarai Bapak H. Irwan di rumahnya yang terletak di Karet Tengsin, Setiabudi, Jakarta Selatan. Beliau berusia 81 tahun, orang asli Betawi Setiabudi, pengurus sekaligus anggota Badan Pendiri LKB yang sampai saat ini masih aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan kebetawian. Semasa aktif di LKB, beliau adalah salah satu tokoh pemrakarsa rekacipta tradisi yang marak dilakukan pada tahun 1980-an.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 3: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

dan para kerabatnya mendatangi rumah pengantin perempuan dengan iringan rebana

ketimpring. Ketika sampai di depan rumah pengantin perempuan, rombongan

pengantin laki-laki dihadang oleh beberapa jawara dari pengantin perempuan. Ada

dua syarat yang harus dipenuhi oleh jawara pengantin laki-laki sebelum dia diizinkan

masuk. Syarat pertama, jawara pengantin laki-laki diminta untuk menjatuhkan ‘palang

pintu’ dengan cara mengalahkan jawara pengantin perempuan dalam pertarungan

silat. Syarat kedua, jawara pengantin laki-laki diminta untuk melantunkan sike3. Jika

kedua syarat tersebut berhasil dipenuhi, maka pengantin laki-laki dipersilahkan masuk

untuk bertemu pengantin perempuan yang sudah menunggunya di kursi pelaminan.

Kegiatan “Pralokakarya Pelestarian Kebudayaan Betawi” yang diadakan pada

tahun 1976 merupakan titik balik kebetawian di Jakarta (Shahab, 2004:22).

Pembentukan Lembaga Kebudayaan Betawi (selanjutnya disebut LKB) merupakan

salah satu hasil dari pralokakarya tersebut. LKB menjadi lembaga yang berupaya

mengangkat tradisi Betawi agar lebih nyata eksistensinya. Dengan melihat perubahan

zaman dan situasi kota Jakarta, kemudian muncul rekacipta tradisi Betawi yang

dilakukan baik oleh perorangan, organisasi, maupun pemerintah (Shahab, 2004:24).

LKB bekerjasama dengan sanggar-sanggar Betawi dan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta (selanjutnya disebut Pemprov DKI) melalui Dinas Kebudayaan dalam

merekacipta tradisi Betawi. Tradisi Buka Palang Pintu merupakan salah satu tradisi

yang direkacipta. Bentuk tradisi tidak banyak berubah, namun pemain silatnya bukan

lagi jawara kampung, melainkan para seniman Palang Pintu dari sanggar-sanggar

Betawi.

Rekacipta tradisi merupakan proses yang di dalamnya terdapat usaha untuk

menciptakan kembali sebuah tradisi. Hal ini sejalan dengan Shahab (2004: 130)

bahwa rekacipta tradisi dapat dimaknai sebagai strategi adaptasi menghadapi modern

dan nation, sebagai strategi keragaman menghadapi keseragaman. Rekacipta tradisi

Buka Palang Pintu diprakarsai oleh sejumlah pihak yang mendorong penciptaan

kembali tradisi Betawi. Tujuan dari rekacipta tersebut adalah melestarikan tradisi

Betawi dengan menyesuaikannya pada situasi dan kondisi kota Jakarta. Akan tetapi

rekacipta yang kuat seringkali mengarah pada tujuan lain selain tujuan budaya, yaitu

komodifikasi tradisi. Di satu sisi, komodifikasi memiliki tujuan dalam upaya

pelestarian tradisi. Di sisi lain, komodifikasi juga memiliki kepentingan tertentu. Hal                                                                                                                3 Sike (selanjutnya akan ditulis tegak) merupakan nada dalam ilmu tilawatil Qur’an yang biasa dipakai ketika melantunkan sholawat pada acara pernikahan, tepatnya saat sedang mengarak pengantin.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 4: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

itu dapat dilihat dari adanya perubahan pada tradisi Buka Palang Pintu, seperti

perubahan bentuk, makna, fungsi, pelakon, waktu pelaksanaan, dan ragam seni

Betawi. Maksud komoditas dalam hal ini dapat dilihat dari adanya nilai ekonomi,

kepentingan, dan relasi ekonomi pada acara-acara yang melibatkan tradisi Buka

Palang Pintu, seperti acara pernikahan, festival budaya Betawi, dan acara maulid.

Adanya legitimasi dan relasi ekonomi antara Pemprov DKI Jakarta, LKB, dan

sanggar Betawi membuat tradisi Buka Palang Pintu tidak hanya menonjolkan sisi

tradisional, tetapi juga menonjolkan sisi pertunjukan dan hiburan sehingga

menghasilkan sesuatu yang berupa keuntungan dari sisi ekonomi.

Penjabaran di atas kemudian memunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian:

• Bagaimana perubahan kemasan dan fungsi tradisi Buka Palang Pintu dari

tradisi upacara menjadi komoditas?

• Bagaimana peran dan relasi ekonomi antara Pemprov DKI Jakarta, LKB,

dan sanggar Betawi dalam memberikan otoritas terhadap rekacipta tradisi

Buka Palang Pintu?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian ini didapat dengan cara observasi dan

wawancara mendalam. Peneliti melakukan observasi di sebuah sanggar spesialis Buka

Palang Pintu yang bernama “Sanggar Si Pitung” yang berlokasi di Rawa Belong.

Observasi yang peneliti lakukan antara lain dengan menyaksikan anggota sanggar

tampil di acara-acara yang melibatkan tradisi Buka Palang Pintu, seperti di acara

festival Betawi dan acara pernikahan, baik pernikahan di rumah maupun di gedung.

Acara festival Betawi yang peneliti kunjungi antara lain Festival Palang Pintu

Kemang, Festival Pasar Kembang Rawa Belong, dan Festival Jalan Jaksa. Peneliti

juga beberapa kali mengunjungi sanggar untuk melihat mereka latihan pencak silat.

Peneliti juga menggali informasi dari mewawancara para informan yang berjumlah

delapan orang, terdiri dari empat seniman Palang Pintu dan empat praktisi Betawi dari

LKB. Berasarkan teknik purposive sampling yang peneliti gunakan, untuk seniman

Palang Pintu peneliti memilih Bang Bachtiar selaku ketua sanggar dan Bang Agus

selaku koordinator pencak silat sebagai informan kunci peneliti. Kedua orang itu

peneliti tetapkan berdasarkan kriteria, yaitu informan yang merupakan pendiri sanggar

dan tentunya aktif terlibat dalam kegiatan sanggar. Sementara itu, untuk anggota LKB

peneliti menetapkan empat informan yang terdiri dari Bapak H. Tatang Hidayat

selaku ketua umum LKB, Bang Yahya Andi Saputra sebagai aktivis Betawi sekaligus

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 5: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

selaku wakil ketua LKB, Bang Rudy selaku anggota Departemen Pelestarian, dan

Bapak H. Irwan Syafi’ie selaku tokoh Betawi dan anggota badan pendiri LKB. Secara

keseluruhan, observasi dan wawancara di kedua tempat tersebut dilakukan dari April

2012 sampai Februari 2013.

Tradisi Buka Palang Pintu

Buka Palang Pintu merupakan sebuah tradisi asli Betawi yang sering dijumpai

di acara pernikahan. Secara terminologi, Palang Pintu berasal dari dua kata, yaitu

‘palang’ dan ‘pintu’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), ‘palang’

memiliki arti kayu atau balok yang dipasang melintang pada pintu atau jalan;

sedangkan ‘pintu’ memiliki arti lubang atau papan untuk berjalan masuk dan keluar.

Terminologi itu sesungguhnya diadopsi dari balok kayu yang dipasang melintang

pada pintu rumah orang Betawi zaman dahulu. Hal tersebut kemudian dijadikan

sebagai kiasan atau perumpamaan pada istilah Buka Palang Pintu yang merupakan

salah satu tradisi Betawi.

Dalam tradisi Buka Palang Pintu, palang pintu yang dimaksud merupakan

sebuah persyaratan untuk pengantin laki-laki sebelum dia menemui pengantin

perempuan. Persyaratan itu diajukan oleh keluarga pengantin perempuan ketika si

pengantin laki-laki dan kerabatnya sudah sampai di depan rumahnya. Jika si

pengantin laki-laki ingin masuk, maka dia harus memenuhi persyaratan yang

diajukan.

“Dinamain Palang Pintu karena sifatnye menghalangi, artinye menghalangi niat orang. Biar tu orang nggak sembarangan asal masuk ke rumah orang, istilahnye kan gitu. Gimane caranye biar die nggak asal nyelonong? Nah dihalangin sama yang namanye palang. Gimane caranye die lewat kalo pintunye ada palang? Pasti kan kudu dibuka, yang bisa buka ye si yang punya rumah. Makanye itu si tamu kudu menuhin ape yang diminta si tuan rumah, biar ntar dibolehin masuk. Gitu deh istilahnye.” (Wawancara dengan Bang Agus, seniman Palang Pintu dan koordinator silat cingkrik Sanggar Si Pitung).

Prosesi Buka Palang Pintu diawali dengan kedatangan rombongan pengantin

laki-laki ke rumah pengantin perempuan. Kedatangannya itu disambut baik oleh

keluarga si perempuan. Sebelum rombongan pengantin laki-laki datang, keluarga

pengantin perempuan sudah menyiapkan jawara yang akan menguji dan menantang

jawara pihak pengantin laki-laki untuk bertarung silat dan membaca sike, yang mana

dua hal tersebut merupakan syarat utama dalam sebuh ritual Buka Palang Pintu.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 6: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Jawara dalam Tradisi Buka Palang Pintu

Dahulu di tanah Betawi ada banyak jawara yang menguasai tiap-tiap

kampung. Jawara merupakan orang yang disegani, gagah perkasa, dan menguasai

ilmu silat. Oleh karena itu, jawara juga sering disebut sebagai ‘macan kampung’.

Jawara berperan sebagai wakil dari pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.

Baik pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan, keduanya melibatkan para

jawara dari kampung mereka masing-masing. Pencak silat dan sike menjadi pemicu

utama pertarungan jawara kedua belah pihak. Jawara pengantin perempuan meminta

jawara pengantin lak-laki menerima tantangannya dalam dua persyaratan. Syarat

pertama yang harus dilalui oleh jawara pengantin laki-laki adalah dia harus

mengalahkan jawara pengantin perempuan melalui pertarungan silat. Syarat kedua

yang harus dilalui jawara pengantin laki-laki adalah dia harus mampu melantunkan

lagu sike. Syarat ini berlaku apabila syarat utama yang berupa pertarungan silat

berhasil dimenangkan oleh jawara pengantin laki-laki. Dalam ujian ini, jawara

pengantin laki-laki harus khusyuk. Lagu yang dilantunkan harus terdengar merdu dan

kalimatnya juga harus benar. Jika jawara pengantin laki-laki tidak mampu

melantunkan lagu sike sesuai dengan ketentuan, maka dia dianggap gagal dan

rombongan pengantin laki-laki tidak diizinkan masuk ke rumah pengantin perempuan.

Sebaliknya, jika jawara pengantin laki-laki dapat melalui tantangan tersebut, itu

berarti kedua syarat yang diajukan oleh pihak pengantin perempuan sudah mereka

penuhi. Dengan demikian, pengantin laki-laki dan rombongannya dipersilahkan

masuk ke rumah pengantin perempuan.

Keterlibatan para jawara mampu menghidupkan suasana dan menarik

perhatian orang-orang di sekitarnya dengan memperagakan gerakan dan jurus silat

yang mereka kuasai. Ketika sedang bertarung, jawara pengantin perempuan pasti

dikalahkan oleh jawara pengantin laki-laki. Hal ini sengaja dilakukan agar ritual

segera usai dan pengantin laki-laki dapat bertemu dengan pengantin perempuan.

Makna Buka Palang Pintu dalam Pernikahan

Tradisi Buka Palang Pintu memiliki makna yang terkait dengan status dan

posisi perempuan Betawi yang dianggap berharga dalam keluarga. Mereka

berpedoman bahwa sebagai calon ibu yang akan melahirkan anak-anak soleh dan

solehah, seorang perempuan Betawi wajib mendapatkan pendamping hidup yang

dapat menjadi imam baginya, baik imam untuk bekal dunia maupun akhirat.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 7: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Pendamping hidup yang dimaksud harus sesuai dengan kriteria ideal laki-laki Betawi

yang pantas djadikan suami, yaitu pandai mengaji dan menguasai ilmu silat. Seorang

laki-laki yang pandai mengaji merupakan tanda kesolehan laki-laki yang

merefleksikan bahwa dia menguasai ilmu agama yang berguna untuk bekal di akhirat

kelak; sedangkan ilmu silat identik dengan keperkasaan yang merefleksikan bahwa

dia adalah laki-laki yang mampu dan siap lahir batin menjaga dan melindungi istri

dan anak-anaknya. Pandangan itulah yang kemudian menjadikan orang tua Betawi

zaman dahulu dikenal sangat teliti dalam menentukan calon suami untuk anak

perempuannya. Dia harus mencerminkan seorang pemuda Betawi yang taat pada

ajaran Islam dan memiliki kemampuan beladiri.

Ragam Seni Betawi dalam Tradisi Buka Palang Pintu

• Pantun

Pantun dalam tradisi Buka Palang Pintu menjadi pengantar dialog yang

digunakan untuk menghidupkan dan merilekskan suasana. Dengan adanya pantun

sebagai pengantar dialog, maka tradisi Buka Palang Pintu sering juga disebut dengan

tradisi nyapun, yaitu silaturahmi kedua belah pihak dengan menggunakan pantun

sebagai pengantar berkomunikasi.4 Terlebih lagi pantun Betawi mengandung banyak

humor. Menurut Bang Yahya, dalam tradisi Buka Palang Pintu pantun memiliki dua

fungsi, yaitu fungsi estetika komunikasi dan fungsi hiburan.

• Pencak Silat

Pencak silat menjadi komponen penting dalam tradisi Buka Palang Pintu.

Sebagaimana yang telah dibahas oleh peneliti, pencak silat menjadi syarat pertama

yang diajukan pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki. Pencak silat dalam

tradisi Buka Palang Pintu melambangkan keperkasaan yang berarti bahwa laki-laki

Betawi harus kuat, gagah, dan secara lahir batin siap melindungi istri, anak, dan

keluarganya.

• Sike

Sike berasal dari kata berbahasa Arab ‘sikkah’. Sike merupakan nada dalam

ilmu tilawatil Qur’an yang di dalamnya ada bacaan sholawat yang dilantunkan.5

Dalam tradisi Buka Palang Pintu, lantunan sike yang dibacakan menjadi simbol

                                                                                                               4 Istilah nyapun dikemukakan oleh Bang Yahya Andi Saputra, saat peneliti mewawancarainya di kantor LKB. 5 Hasil catatan lapangan ketika peneliti mewawancarai Bang Rifki, seorang pembaca sike di Sanggar Si Pitung, 29 September 2012.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 8: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

seorang laki-laki muslim yang taat pada ajaran Islam. Sike biasa dilantunkan oleh

seorang tukang sike yang berperan sebagai wakil dari pengantin laki-laki. Sike dibaca

dengan cara dilagukan, seperti ayat-ayat yang dibacakan qori’ dalam Musabaqah

Tilawatil Quran (MTQ). Dalam tradisi Buka Palang Pintu, sikkah dipilih karena notasi

nadanya lembut dan paling mendayu-dayu.

• Rebana Ketimpring

Rebana ketimpring digunakan saat acara pernikahan, tepatnya dalam tradisi

Buka Palang Pintu yang berfungsi untuk mengarak pengantin laki-laki yang sedang

menuju rumah pengantin perempuan. Dalam iring-iringan tersebut, pemain rebana

ngarak berada di depan pengantin laki-laki beserta sanak keluarganya. Hal ini sebagai

tanda bahwa ada rombongan pengantin laki-laki yang sedang menuju rumah

pengantin perempuan.

• Ondel-ondel

Ondel-ondel adalah boneka khas Betawi yang ukurannya besar, berbentuk

manusia, dan terbuat dari bambu. Orang Betawi Kota dan Betawi yang awalnya

sempat menolak, kini telah mengakui ondel-ondel termasuk salah satu ragam seni

Betawi. Seiring dengan perkembangannya, ondel-ondel semata-mata digunakan untuk

hiburan atau sekedar meramaikan suasana. Ondel-ondel hanya sebagai lambang

sepasang pengantin Betawi. Banyak acara kebetawian yang menggunakan ondel-

ondel sebagai penyemarak acara, salah satunya adalah tradisi Buka Palang Pintu.

Karena melambangkan sepasang pengantin, ondel-ondel pun juga dihias selayaknya

pengantin, seperti dipakaikan busana kebaya Betawi dan kain yang diselempangkan.

• Kembang Kelape

Kembang kelape atau orang Betawi biasa menyebutnya manggar kelape,

merupakan benda yang bentuknya menyerupai kembang kelapa. Daun-daunannya

terbuat dari kertas kraft atau bisa juga dari kertas minyak. Kembang kelape dibawa

oleh iringan pengantin laki-laki, biasanya terdapat dua buah atau sepasang. Makna

kembang kelape dalam tradisi Buka Palang Pintu mengacu pada pohon kelapa yang

mana kesemua bagiannya memiliki kegunaan. Itu artinya kelapa adalah tanaman yang

penuh dengan keberkahan. Dengan membawa kembang kelape, pasangan pengantin

diibaratkan seperti pohon kelapa yang rumah tangganya diharapkan penuh dengan

keberkahan.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 9: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

• Musik Marawis

Musik Marawis lekat dengan nuansa Timur Tengah karena biasa digunakan

untuk mengiringi lagu bernuansa Islami. Pemain musik marawis terdiri dari 10 orang

dan sering juga ditampilkan pada acara hajatan, seperti sunatan dan pesta pernikahan.

Musik marawis dalam tradisi Buka Palang Pintu sering digunakan sebagai pengganti

rebana ketimpring, yaitu sebagai pengiring dan penyemarak arak-arakan pengantin.

Tradisi Buka Palang Pintu Sebagai Recreated Tradition

Shahab (2004:24) mengkategorikan rekacipta tradisi atas tiga kelompok besar,

yaitu revived tradition, recreated tradition, dan invented tradition. Pertama, revived

tradition adalah tradisi yang dihidupkan kembali tanpa mengubah bentuk dan fungsi

aslinya. Kedua, recreated tradition merupakan tradisi lama yang dihidupkan kembali

dengan mengkreasikan tradisi tersebut, sehingga memunculkan fungsi baru yang

sesuai dengan tuntutan waktu dan keadaan. Ketiga, invented tradition sebagai tradisi

baru yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, namun

tradisi tersebut tidak bersumber dari tradisi asli karena memang tidak pernah dikenal

oleh masyarakat.

Berdasarkan pengelompokkan yang dikemukakan oleh Shahab, rekacipta

tradisi Buka Palang Pintu dapat dikategorikan sebagai recreated tradition. Hal itu

didasari oleh keberadaan tradisi Buka Palang Pintu sebagai tradisi yang sudah lama

dilaksanakan dalam acara pernikahan orang Betawi. Kemasan tradisi Buka Palang

Pintu juga mengalami perbedaan. Jika pada masa lampau tradisi dikemas lebih

menonjolkan unsur religi, maka kini lebih menonjolkan unsur hiburan dengan

mengkreasikan sejumlah ragam seni Betawi. Ada beberapa ragam seni yang baru

digunakan sebagai komponen tradisi Buka Palang Pintu, seperti ondel-ondel, musik

marawis, dan kembang kelape. Selain itu, porsi pantun juga ditambahkan dalam setiap

dialognya. Penambahan ragam seni ini membuat tradisi Buka Palang Pintu menjadi

semarak dan lebih menarik perhatian orang, sehingga pengkreasian tradisi atau

recreated tradition dianggap berhasil karena memunculkan fungsi baru sebagai

penyemarak acara.

Hobsbawm (1989) menjelaskan bahwa rekacipta tradisi sesungguhnya bukan

hanya sekedar penciptaan kembali tradisi, melainkan juga terdapat nilai dan norma

yang berkesinambungan dengan tradisi masa lampau. Tradisi Buka Palang Pintu

sebagai recreated tradition memiliki beberapa perbedaan dari segi kemasan, jenis

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 10: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

acara, fungsi, dan pelakonnya. Meski terdapat beberapa perbedaan dari segi kemasan,

namun ada nilai dan norma yang masih berkesinambungan dengan tradisi masa

lampau. Sike sebagai salah satu komponen utama masih memelihara nilai religiusitas

yang termasuk dalam norma agama. Begitu pula dengan pencak silat sebagai nilai

tanggung jawab laki-laki Betawi untuk melindungi istri dan keluarganya. Nilai

tanggung jawab yang terkandung pada pencak silat termasuk dalam norma kesopanan.

Dua hal inilah yang masih terkait dan berkesinambungan dengan tradisi masa lampau.

Komodifikasi Tradisi Upacara Menjadi Komoditas

Tradisi yang direkacipta terkadang tidak hanya berhasil mencapai tujuan

budaya sebagai upaya pelestarian tradisi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

Shahab (2004:130):

“Rekacipta tradisi seringkali tidak hanya berhasil mencapai tujuan yang ditargetkan, tetapi terkadang proses ini membawa kepada dampak sampingan yang bahkan lebih bertahan dan mewarnai peran dari hasil rekacipta”.

Tradisi yang direkacipta terkadang tidak hanya berhasil mencapai tujuan budaya

sebagai upaya pelestarian tradisi. Eksistensi sebuah tradisi akan lebih kuat apabila

tradisi tersebut dapat mencapai tujuan lain yang membawanya lebih bertahan. Dalam

hal ini, rekacipta tradisi Buka Palang Pintu ternyata mampu menghadirkan tujuan lain

di luar tujuan budaya. Ketika tujuan budaya berhasil dicapai, ada ‘peluang’ dalam

tradisi Buka Palang Pintu yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih

luas, dalam artian tidak sekedar untuk pelestarian budaya. Peluang yang ada dalam

tradisi Buka Palang Pintu muncul karena tradisi tersebut memiliki nilai, salah satunya

adalah nilai ekonomi. Nilai ekonomi melekat pada sebuah objek yang bernilai

ekonomi. Dalam hal ini, tradisi Buka Palang Pintu dapat dikatakan sebagai objek

bernilai ekonomi yang disebut dengan komoditas, sebagaimana yang didefinisikan

Appadurai (1986:3) “…as objects of economic value”. Sebagai komoditas, tradisi

Buka Palang Pintu juga berpotensi untuk mencapai tujuan ekonomi yang merupakan

salah satu dampak sampingan dari hasil rekacipta. Tujuan ekonomi ini mendorong

maraknya komodifikasi tradisi Buka Palang Pintu yang kini sering dilaksanakan pada

dua jenis acara, yaitu acara pernikahan dan acara di luar pernikahan.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 11: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

• Komodifikasi Buka Palang Pintu Dalam Acara Pernikahan

Penjabaran mengenai komodifikasi tradisi Buka Palang peneliti tuangkan ke

dalam tabel 4.1 yang memuat perbedaan-perbedaan sebagai tradisi upacara dan

sebagai tradisi komoditas.

Tabel 4.1

Perbedaan Tradisi Buka Palang Pintu sebagai Tradisi Upacara dan

Tradisi Komoditas dalam Acara Pernikahan

No. Tradisi Upacara

(sebelum lokakarya)

Tradisi Komoditas

(setelah lokakarya)

1. Waktu

Pelaksanaan

Pada hari resepsi pernikahan

yang dilaksanakan satu

minggu setelah hari akad

nikah.

Pada hari akad nikah yang

dilaksanakan bersamaan

dengan acara resepsi.

Pelaksanaannya dilakukan

sebelum akad nikah atau

setelah akad nikah yang

langsung dilanjutkan ke

acara resepsi.

2. Pelakon • Jawara di kampung

pengantin masing-masing.

• Jawara tidak menjual jasa

dan tidak menawarkan

harga.

• Para seniman Palang

Pintu yang umumnya

adalah para anggota

sanggar.

• Seniman Palang Pintu

menjual jasa dan

menawarkan harga.

3. Kemasan Unsur religi Islam lebih

ditonjolkan. Selain sike, ada

lantunan sholawat dustur dan

suara adzan.

Unsur hiburan lebih

ditonjolkan. Porsi pantun

diperbanyak dalam dialog

dan diselingi dengan

gurauan yang diimprovisasi

sendiri oleh para seniman

Palang Pintu.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 12: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

4. Ragam Seni - Pencak silat

- Sike

- Pantun

- Rebana Ketimpring

- Pencak Silat

- Sike

- Pantun

- Rebana Ketimpring

- Musik Marawis

- Ondel-Ondel

- Kembang Kelape

55.

Fungsi Penyambutan - Penyambutan

- Penyemarak

(Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Devi Roswita, 2012)

• Komodifikasi Buka Palang Pintu Di Luar Acara Pernikahan

Penjabaran mengenai komodifikasi tradisi Buka Palang peneliti tuangkan ke

dalam tabel 4.2 yang memuat perbedaan-perbedaan sebagai tradisi upacara dan

sebagai tradisi komoditas

Tabel 4.2

Perbedaan Tradisi Buka Palang Pintu sebagai Tradisi Upacara dan

Tradisi Komoditas di Luar Acara Pernikahan

No. Tradisi Upacara

(sebelum lokakarya)

Tradisi Komoditas

(setelah lokakarya)

1. Jenis Acara Resepsi Pernikahan. • Festival Buka Palang

Pintu:

- Festival Buka Palang

Pintu Kemang

- Festival Kibar Budaya

“Cinte Betawi”

• Maulid

2. Pelakon • Jawara di kampung

pengantin masing-masing.

• Jawara tidak menjual jasa

dan tidak menawarkan

• Seniman Palang Pintu

yang merupakan para

anggota sanggar.

• Seniman Palang Pintu

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 13: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

harga. menjual jasa dan

menawarkan harga.

3. Kemasan Unsur religi Islam lebih

ditonjolkan. Selain sike, ada

lantunan sholawat dustur dan

suara adzan.

Unsur hiburan lebih

ditonjolkan. Porsi pantun

diperbanyak dalam dialog

dan diselingi dengan

gurauan yang diimprovisasi

sendiri oleh para seniman

Palang Pintu. Aliran pencak

silat yang ditampilkan juga

beragam, seperti aliran silat

cingkrik dan beksi yang

dijadikan satu tampilan.

4. Ragam Seni - Pencak silat

- Sike

- Pantun

- Rebana Ketimpring

- Pencak Silat

- Sike

- Pantun

- Rebana Ketimpring

- Musik Marawis

- Ondel-Ondel

- Kembang Kelape

55.

Fungsi Penyambutan - Penyambutan

- Penyemarak

- Kompetisi Tradisi

(Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Devi Roswita, 2012)

Keterkaitan Peran dan Relasi Ekonomi Antara Pemprov DKI Jakarta, LKB dan

Sanggar Betawi dalam Komodifikasi Tradisi Buka Palang Pintu.

• Peran dan Relasi Ekonomi dalam Lingkup Internal

Pemprov DKI, LKB, dan sanggar Betawi memiliki peran vital dalam

komodifikasi tradisi Buka Palang Pintu. Tanpa peran mereka, tradisi Buka Palang

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 14: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Pintu tidak akan menjadi sebuah produk budaya yang dikenal dan dinikmati oleh

masyarakat luas. Dalam lingkup internal, keterkaitan peran ketiganya dapat dilihat

dari bagaimana mereka ‘membentuk’ tradisi Buka Palang Pintu sampai pada akhirnya

menjadi sebuah tradisi komoditas.

Komodifikasi tradisi Buka Palang Pintu bukan sesuatu yang dapat dilakukan

tanpa modal. Seniman-seniman Palang Pintu sebagai pelaku seni memerlukan

pembinaan dan pemberdayaan dari LKB dan Pemprov DKI secara intensif dan

profesional. Setiap tahun LKB diberikan dana subsidi oleh Pemprov DKI yang

sifatnya berkala. Dana subsidi yang diberikan itu digunakan untuk biaya operasional

kantor, kegiatan seminar, dan lokakarya. Dana subsidi itu tidak dinikmati sendiri

untuk operasional LKB, tetapi disalurkan juga kepada sanggar-sanggar Betawi binaan

LKB, yaitu sanggar yang terdaftar di LKB. Penyalurannya dilakukan dalam suatu

pertemuan seperti rapat kerja yang dihadiri oleh perwakilan tiap-tiap sanggar dan juga

pihak Dinas Kebudayaan. Pertemuan itu diselenggarakan untuk membahas pembagian

anggaran yang diperoleh dari subsidi Pemprov DKI. Pembagiannya sama rata untuk

tiap-tiap sanggar dan digunakan untuk operasional kegiatan-kegiatan di sanggar

masing-masing. Akan tetapi, seringkali subsidi yang diberikan tidak dapat menutup

semua kebutuhan sanggar, karena LKB tidak hanya menyalurkan dana subsidi kepada

sanggar-sanggar Betawi di Jakarta, tetapi juga kepada sanggar-sanggar Betawi di luar

Jakarta.

• Peran dan Relasi Ekonomi dalam Lingkup Eksternal

Relasi ekonomi dalam lingkup eksternal dapat dilihat dari peran Pemprov

DKI, LKB, dan sanggar Betawi dalam penyelenggaraan acara-acara yang terkait

dengan pengembangan dan pemasaran tradisi. Dalam lingkup eksternal, relasi

ekonomi yang mereka ciptakan bertujuan mampu menarik massa dan peminat yang

lebih banyak, karena hal itu merupakan destinasi suatu komodifikasi tradisi. Acara

yang menunjukkan relasi ekonomi mereka dalam lingkup eksternal adalah festival-

festival kebetawian. Festival seni budaya Betawi yang tergolong sangat meriah dan

melibatkan tradisi Buka Palang Pintu sebagai kesenian utama ialah Festival Palang

Pintu Kemang dan Festival Kibar Budaya “Cinte Betawi”.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 15: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Kesimpulan

Perubahan dan perkembangan zaman seringkali menjadi ‘ancaman’ bagi

eksistensi tradisi. Nuansa tradisional sangat lekat pada sebuah tradisi. Tidak dapat

dipungkiri bahwa hal itu dapat berbenturan dengan modernisasi yang semakin marak,

khususnya di Jakarta sebagai kota metropolitan. Kaum pendatang pun semakin

banyak yang bermukim di Jakarta. Hal itu menandakan bahwa penghuni kota Jakarta

bukan hanya orang Betawi. Lingkungan sosial juga turut mempengaruhi eksistensi

tradisi dimana tradisi akan lebih bertahan apabila didukung dan diminati oleh

masyarakat luas, baik orang Betawi maupun non-Betawi.

Perubahan zaman membuat orang Betawi sebagai pemilik kebudayaan sadar

bahwa tak mudah mempertahankan eksistensi tradisi tanpa modifikasi di tengah

derasnya arus modernisasi. Hal inilah yang mendasari adanya rekacipta sejumlah

tradisi Betawi dengan tujuan pelestarian tradisi, salah satunya adalah tradisi Buka

Palang Pintu yang nyatanya sampai saat ini tetap mampu menunjukkan eksistensinya

melalui acara pernikahan dan festival kebetawian. Festival Palang Pintu Kemang

menjadi salah satu festival Betawi yang setiap tahunnya berhasil menarik minat

masyarakat Kota Jakarta dan menjadikan tradisi Buka Palang Pintu sebagai kesenian

utama yang ditampilkan, mulai dari sesi pembukaan, sesi perlombaan, sampai sesi

penutupan. Hal ini membuktikan bahwa meskipun modernisasi kian menggempur

Kota Jakarta, namun keberadaan tradisi Buka Palang Pintu sebagai tradisi asli Betawi

tidaklah punah.

Rekacipta tradisi tak lepas dari peran agen-agen rekacipta yang mengkreasikan

sejumlah unsur tradisi dengan menyesuaikannya pada tuntutan zaman. Pemprov DKI,

Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dan sanggar Betawi sebagai agen rekacipta,

memiliki tujuan yang sama yaitu melestarikan tradisi dan memperkokoh eksistensinya

di tengah himpitan modernitas Jakarta. Akan tetapi, rekacipta yang kuat seringkali

mengarah pada tujuan lain selain tujuan budaya. Begitu pula pada rekacipta tradisi

Buka Palang Pintu yang kini tidak hanya mampu mencapai tujuan budaya, tetapi juga

tujuan ekonomi yang memberikan peluang penciptaan sebuah komodifikasi tradisi.

Pemprov DKI sebagai institusi pemerintah sekaligus pemilik modal, LKB sebagai

mitra Pemprov DKI sekaligus wadah penghimpun sanggar, dan Sanggar Si Pitung

sebagai contoh sanggar spesialis Buka Palang Pintu yang menghimpun para pekerja

seni, ketiganya saling berkorelasi dalam rangka mengkreasikan kemasan tradisi Buka

Palang Pintu. Kini kita dapat melihat bahwa pelaksanaan tradisi tersebut tidak sekedar

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 16: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

tradisi upacara yang dilaksanakan pada acara pernikahan, tetapi sebagai komoditas

yang juga ditampilkan pada festival-festival kebetawian, seperti Festival Palang Pintu

Kemang dan Festival Kibar Budaya “Cinte Betawi”.

Komodifikasi tradisi yang dilakukan oleh para agen rekacipta telah

menghasilkan sebuah komoditas yang lekat dengan aspek ekonomi, seperti nilai jual

dan keuntungan-keuntungan finansial. Dalam hal ini, perspektif komoditas mengacu

pada benda-benda berharga yang dihidupkan kembali dan berorientasi pada budaya

material (Appadurai 1986). Ada relasi ekonomi yang mereka ciptakan dalam

komodifikasi tradisi Buka Palang Pintu, baik dalam ruang lingkup internal maupun

eksternal. Hal ini dapat dianalisis bahwa secara internal, relasi ekonomi dilihat dari

bagaimana para agen rekacipta membentuk tradisi dengan berbagai pemberdayaan;

sedangkan secara eksternal, relasi ekonomi dilihat dari bagaimana para agen rekacipta

menyelenggarakan acara-acara yang terkait dengan pengembangan dan pemasaran

tradisi. Pelaksanaan tradisi tidak lagi secara cuma-cuma, dalam artian peran seniman-

seniman Palang Pintu bukan hanya sebagai pelaku seni, melainkan juga sebagai

pekerja seni. Mereka menerima bayaran dari pekerjaan mereka sebagai produsen jasa.

Komodifikasi memang cukup riskan bagi sebuah tradisi. Di satu sisi,

pelestarian tradisi Buka Palang Pintu dengan nuansa tradisional penting

dikembangkan sebagai warisan budaya. Di sisi lain, komodifikasi juga merupakan

bagian dari pelestarian tradisi, namun dapat dikatakan lekat dengan aspek-aspek

ekonomi yang menjadikan tradisi sebagai komoditas. Keuntungan finansial menjadi

tujuan lain dari sebuah pertunjukkan tradisi Buka Palang Pintu. Sisi hiburan kini lebih

ditonjolkan demi menarik selera ‘pasar’, seperti porsi pantun yang ditambahkan

dalam dialog. Modifikasi ini sengaja dilakukan demi menarik penonton agar prosesi

terkesan lebih semarak dengan banyaknya pemain yang ikut berpantun.

Dari penelitian ini, peneliti melihat bahwa fenomena komodifikasi tradisi

Buka Palang Pintu memperlihatkan suatu perubahan tradisi yang awalnya murni

sebagai tradisi upacara kini bertransformasi sebagai komoditas. Adanya perubahan

kemasan dan fungsi tradisi Buka Palang Pintu adalah hal yang tak dapat dipungkiri.

Akan tetapi, makna tradisi tidaklah berubah, karena tetap melambangkan kesiapan

laki-laki Betawi secara lahir batin untuk membina sebuah rumah tangga sesuai ajaran

Islam. Jika pada awalnya tradisi ini hanya dilaksanakan pada acara resepsi

pernikahan, maka hal itu tidak demikian pada masa kini yang juga menampilkannya

pada festival-festival yang sifatnya hiburan, seperti Festival Palang Pintu Kemang dan

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 17: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Festival Kibar Budaya “Cinte Betawi”. Penyelenggaraan kedua festival tersebut tak

lepas dari peran dan relasi ekonomi yang membuktikan bahwa tradisi Buka Palang

Pintu sebagai produk rekacipta terus berekspansi menjangkau masyarakat yang lebih

luas. Pengkreasian beberapa ragam seni Betawi menjadikan tradisi tersebut semakin

meriah sehingga mampu menarik perhatian banyak orang, bukan hanya orang Betawi

sebagai pemilik kebudayaan, melainkan juga orang beretnis non-Betawi.

Referensi Appadurai, Arjun.

1986 The Social Life of Things: Commodities in Cultural Perspective. Cambridge: Cambridge University Press.

Barth, Fredrik

1988 Kelompok Etnik dan Batasannya: penerjemah Nining I. Soesilo. Jakarta: UI-Press.

Batawi, Zahrudin Al. 2011 999 Pantun Betawi. Jakara: Nur Fiqi. Black, James A; Dean J. Champion 1999 Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Budiman, Drs.

2000 Folklor Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Comaroff, John L. dan Jean Comaroff 2009 Ethnicity Inc. Chicago: University of Chicago Press. Creswell, John W.

2003 Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Thousand Oaks: Sage Publication.

Geertz, Clifford.

1983 Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hendrowinoto, Nirwanto; H.S Djurtatap; Susianna D. Soeratman; H. Anwar Tandjung.

1998 Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

Hobsbawm, Eric dan Terrence Ranger.

1989 The Invention of Tradition. Cambridge: Cambridge University Press. Kebudayaan, Dinas.

1985 Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 18: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Muhadjir.

2000 Bahasa Betawi, Sejarah, dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nasution, Prof. Dr. S. 1996 Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Power, Dominic dan Allen J. Scott (ed.)

2004 Cultural Industries and The Production of Culture. New York: Routledge.

Ruchiat, H. Rahmat; Drs. Singgih Wibisono; Drs. H. Rachmat Syamsudin. 2000 Ikhtisar Kesenian Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Saidi, Ridwan.

1994 Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta. Jakarta: Lembaga Studi Informasi Pembangunan.

1997 Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya. Jakarta: Gunakarta.

2000 Warisan Budaya Betawi. Jakarta: Lembaga Studi Informasi Pembangunan bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta.

Saputra, Yahya Andi; M. Guntur; Rully.

2000 Pantun Betawi: Refleksi Dinamika Sosial Budaya dan Sejarah Masyarakat Betawi dalam Pantun. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Saputra, Yahya Andi; S.M Ardan; H. Irwan Sjafi’ie.

2000 Siklus Betawi: Upacara dan Adat Istiadat. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

Shahab, Alwi. 2001 Robin Hood Betawi. Jakarta: Republika. Shahab, Yasmine Zaki.

2004 Identitas dan Otoritas: Rekonstruksi Tradisi Betawi. Jakarta: Laboratorium Antropologi FISIP UI.

2004 ‘Seni sebagai Ekspresi Eksistensi Tantangan Kebijakan Multikulturalisme’, Antropologi Indonesia 28(75):6-12.

Shahab, Yasmine Zaki (ed.)

1997 Betawi dalam Perspektif Kontemporer: Perkembangan, Potensi, dan Tantangannya. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi.

Shahab, Yasmine Zaki; Heriyanti; Agus Darmawan.

2000 Busana Betawi: Sejarah dan Prospek Pengembangan. Jakarta: Pemda DKI Jakarta Dinas Museum dan Pemugaran.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 19: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Statistik, Badan Pusat. 2010 Penduduk DKI Jakarta: Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. Jakarta:

Dharma Citra Putra.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka. Skripsi Adityasari, Hanantiwi.

2002 Rekacipta dalam Dinamika: Produksi Motif Buketan dalam Sarung Batik Encim di Pekalongan. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Depok: Universitas Indonesia.

Hidayat, Fahri

2009 Ente Jual Ane Beli: Pencak Silat Betawi sebagai Representasi Identitas dan Pergeserannya. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Depok: Universitas Indonesia.

Artikel Lain Buka Palang Pintu. Diakses dari: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1035/Buka-Palang-Pintu pada tanggal 20 November 2011. DKI Gelar Kibar Budaya Cinte Betawi 2. Diakses dari: http://travel.okezone.com/read/2011/06/14/407/468313/dki-gelar-kibar-budaya-cinte-betawi-2 pada tanggal 31 Oktober 2012. Festival Palang Pintu di Kemang Laris Manis. Diakses dari: http://travel.detik.com/read/2012/06/10/150848/1937394/1025/festival-palang-pintu-di-kemang-laris-manis pada tanggal 14 Juni 2012. Gambar Bapak Fauzi Bowo Disambut dengan Prosesi Buka Palang Pintu pada Pembukaan Festival Palang Pintu Kemang 2011. Diakses dari: http://www.inilah.com/read/detail/1572462/festival-palang-pintu-jalan-kemang-ditutup pada tanggal 14 Juni 2012. Gambar Ondel-Ondel Gigi Taring. Diakses dari: www.beritajakarta.com/2008/en/newsview.aspx?id=19728 pada tanggal 18 Oktober 2012. Gambar Pementasan Buka Palang Pintu di Soka Univesity, Tokyo. Diakses dari: http://lembagakebudayaanbetawi.com/headline/rasa-persaudaraan-dalam-musik.html pada tanggal 27 November 2012.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 20: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Gambar Seperangkat Musik Marawis. Diakses dari: http://sentra-rebana.com/daftar-harga-alat-musik-marawis-polos/ pada tanggal 6 Januari 2013. Pitung dan Pantun. Diakses dari: http://lembagakebudayaanbetawi.com/artikel/pitung-pantun.html pada tanggal 16 Desember 2012.

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.

Page 21: Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Tradisi buka..., Devi Roswita, FISIP UI, 2013.