trauma abdomen file

Upload: liaagustinaarini

Post on 07-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    1/22

    PENDAHULUAN

    Dibawakan pada Seminar Trauma 26 Oktober 2013 di uma! Sakit "itra P#umbon

    $irebon

    %&% Latar 'e#akan(

    Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma

    pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma non penetrasi &

    Pukulan langsung, misalnya kena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk

    (intruded) pada tabrakan kendaraan bermotor, dapat mengakibatkan cedera tekanan atau

    tindasan pada isi abdomen. Kekuatan ini merusak bentuk organ padat atau berongga dan

    dapat mengakibatkan ruptur, khususnya pada organ yang menggembung (misalnya uterus

    yang hamil), dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Shearing injuries pada organ isi

    abdomen merupakan bentuk trauma yang dapat terjadi bila suatu alat penahan (seperti sabuk

    pengaman jenis lap belt atau komponen sabuk bahu)dipakai dengan cara yang salah.

    Penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor juga dapat menderita

    cedera deceleration karena gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak dan yang

    tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi (organ bergerak) ditempat jaringan

    pendukung (struktur tetap) pada tabrakan tersebut. Pada penderita yang dilakukan laparatomi

    oleh karena trauma tumpul (blun injury), organ yang paling sering cedera, adalah limpa ( ! "

    ##$), hati (%# " #$)dan hematoma retroperitoneum ($).

    %&2 'ata)an "a)a#a!

    'eferat ini membahas tentang anatomi abdomen, definisi, etiologi, patofisiologi,

    klasifikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan trauma abdomen.

    %&3 Tu*uan Penu#i)an

    dapun tujuan penulisan referat ini adalah

    &. *emahami mengenai anatomi abdomen.

    +. *emahami mengenai trauma abdomen.

    %. *eningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran khususnya bagian

    ilmu bedah.

    . *emenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di agian edah -akultasKedokteran ni/ersitas 0 'S1 dan 'S 2 rjawingaun.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    2/22

    %&+ "etode Penu#i)an

    Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada

    beberapa literatur.

    'A' %%

    T%N,AUAN PUSTA-A

    .T AU"A A'DO"EN/

    %%&1 ANATO"% A'DO"EN

    $a um Abdomina#i)

    3a/um abdominalis adalah rongga batang tubuh yang terdapat diantara diaphragma

    dan apertura pel/is superior. 3a/um abdominalis merupakan rongga yang terbesar dari ketiga

    rongga tubuh yang terdiri atas ca/um cranii, ca/um thoracalis, dan ca/um pel/icum. 3a/um

    abdominalis dibatasi oleh

    • Kranial diaphragma

    • 4entrolateral otot dinding perut dan m. 1lliacus

    • 2orsal columna /ertebralis

    m. psoas major

    m. psoas minor m. 5uadratuslumborum

    • Kaudal apertura pel/is superior mencakup pel/is major

    3a/um abdominalis tidak sesuai dengan batas tulang yang membatasinya karena

    &. 2iaphragma berbentuk kubah dan menjorok ke dalam ca/um thoracalis sampai setinggi costa

    4 (di kanan) sedangkan di kiri kira " kira +,# cm lebih rendah.

    +. 2ibagian kaudal ca/um abdominalis juga menjorok sampai ke ca/um pel/icum dan

    mencakup pel/is major.

    Lapi)an Dindin( Abdomen

    &. Stratum superficialis (lapisan dangkal)

    a. 3utis

    b. Subcutis (fascia abdominalis superficialis)

    • 6amina superficialis (fascia camperi)

    • 6amina profunda (fascia scarpae)

    +. Stratum intermedius (lapisan tengah)

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    3/22

    a. -ascia abdominalis

    b. 7tot " otot dinding perut

    c. poneurosis otot dinding perut

    d. Tulang

    %. Stratum profunda (lapisan dalam)

    a. -ascia trans/ersalis

    b. Panniculus adiposus preperitonealis

    c. Peritoneum parietale

    Otot otot Dindin( Perut

    &. *usculi anterolaterales

    a. mm. 7bli5ua (otot serong dinding anterior)

    • m. 7bli5us e8ternus abdominis

    • m. 7bli5us internus abdominis

    • m. Trans/ersus abdominis

    b. mm. 'ecti (otot lurus dinding anterior)

    • m. 'ectus abdominis

    • m. Pyramidalis+. *usculi posteriores

    a. m. psoas major

    b. m. psoas minor

    c. m.iliacus

    ctio otot " otot dinding perut

    &. -i8atio organa /iscerales abdominales

    +. *elakukan gerakan pada columna /ertebralis, yaitu • ntefle8io tubuh (m. 'ectus abdominis)

    • Torsio batang tubuh (mm. 7bli5us e8ternus et internus abdominis)

    %. *embantu akhir ekspirasi (mm. laterales)

    . *eningkatkan tekanan intra abdominal, misalnya pada pampat perut (buik9persen)

    a)ku#ari)a)i Dindin( Abdomen

    Pembu#u! Nadi2inding abdomen diperdarahi oleh

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    4/22

    &. a. 1ntercostales 411 " :11

    +. a. 6umbales

    %. . ;pigastrica superior

    . . ;pigastrica inferior

    #. a. 1nguinales superficiales

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    5/22

    Pembu#u! 'a#ik Dindin( Abdomen

    &. 4/. Superfcialies (pembuluh balik dangkal).

    *embentik anyaman pembuluh balik yang luas di jaringan subkutis lalu bermuara ke dalam

    • 4. epigastrica superficialis, yang selanjutnya bermuara ke 4. -emoralis

    • 4. thoraco9epigastrica, bermuara ke dalam 4. 8illaris

    2isekita umbilikus terdapat pembuluh balik dangkal yang dinamakan 4/.

    Paraumbilikalis Sappeyi dan berjalan disepanjang ligamentum teres hepatis mulai dari

    umbilikus sampai ke dalam sisa 4. mbilikalis yang masih terbuka. ila terjadi bendungan

    pada 4. Porta (misalnya pada hipertensi portal), 4/. Paraumbilikalis Sappeyi mengalami

    /arises dan membentuk gambaran yang dinamakan 3aput *edussae.+. 4/. Profundi, biasanya mengikuti pembuluh nadinya

    Per)ara an Dindin( Abdomen

    &. =n. Thoracales 411 " :11

    'r./entrales nn thoracales 411 " :11 (=n intercostales) berjalan diantara m. 7bli5us

    internus abdominis dan m. Trans/ersus abdominis. 'r. 3utanei anteriores dipercabangkan

    setelah menembus /agina *. 'ectus abdominis, sedangkan '' cutanei laterales

    dipercabangkan sekitar umbilikus.

    =n thoracales 411 ":11 juga mempersarafi m. 'ectus abdominis sehingga kerusaka

    saraf tersebut dapat menimbulkan kelumpuhan m. 'ectus abdominis.

    =n thoracalis 411 mempersarafi kulit dinding abdomen setinggi proc. 8iphoideus, =n

    thoracales 4111 " 1: antara proc. 8iphoideus dan umbilikus, =.thoracalis : setingi umbilikus

    sedangkan =. Thoracalis :11 mengurus pertengahan antara umbilikus dan symphisis osseus

    pubis.

    +. =. 6umbales 1

    = lumbalis 1 berjalan sejajar dengan =n thoracales dan mempercabangkan

    • =. iliohypogastricus

    • =. 1loinguinalis

    =n. 1liohypogastricus et ilioinguinales berjalan diantara m. 7bli5usinternus abdominis

    dan m. Trans/ersus abdominis sampai spina iliaca anterior superior. Kira " kira +,# cm

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    6/22

    disebelah kranial annulus inguinalis superficialis, =n. 1liohypogastricus menembus

    aponeurosis otot serong dinding perut dan berubah menjadi saraf kulit.

    =. 1loinguinalis berjalan di kanalis inguinalis lal mempersarafi kulit disekitar radi8

    penis, bagian /entral scrotum dan kulit tungkai atas didekatnya.

    = thoracalis :11 (= subcostalis) dan = lumbalis 1 merupakan saraf yang paling

    penting karena keduanya mempersarafi alat " alat penting di bagian kaudal dinding abdomen.

    %%&2 T AU"A A'DO"EN

    De ini)i

    Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma

    pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma non penetrasi &

    &) Trauma penetrasi

    a. 6uka tembak

    b. 6uka tusuk

    +) Trauma non9penetrasi

    a. Kompresi

    b. >ancur akibat kecelakaan

    c. Sabuk pengaman d. 3edera akselerasi

    Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi

    &. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non9penetrasi. Kontusio dinding abdomen

    tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah

    dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

    +. 6aserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus

    dieksplorasi. tau terjadi karena trauma penetrasi.

    Trauma bdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat

    menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan

    imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    7/22

    Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (&??@) terdiri dari

    &.Perforasi organ /iseral intraperitoneum 3edera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen

    +.6uka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

    6uka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

    %.3edera thorak abdomen

    Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan

    dan hati harus dieksplorasi.

    Etio#o(i

    &. Penyebab trauma penetrasi

    9 6uka akibat terkena tembakan

    9 6uka akibat tikaman benda tajam

    9 6uka akibat tusukan

    +. Penyebab trauma non9penetrasi

    9 Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

    9 >ancur (tertabrak mobil)

    9 Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

    9 3idera akselerasi A deserasi karena kecelakaan olah raga

    Pato i)io#o(i

    Bika terjadi trauma penetrasi atau non9pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra

    abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda9tanda iritasi yang disertai

    penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. ila suatu

    organ /iseral mengalami perforasi, maka tanda9tanda perforasi, tanda9tanda iritasi peritonium

    cepat tampak. Tanda9tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri

    spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis

    umum.

    ila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh,

    juga terdapat leukositosis. iasanya tanda9tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase

    awal perforasi kecil hanya tanda9tanda tidak khas yang muncul. ila terdapat kecurigaan

    bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    8/22

    "ani e)ta)i -#ini)

    Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi nyeri tekan

    diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anore8ia, mual dan muntah, takikardi,

    peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.

    Pada trauma non9penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya

    9 Bejas atau ruktur dibagian dalam abdomen

    9 Terjadi perdarahan intra abdominal.

    − pabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal

    dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan hitam

    (melena)

    9 Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma.

    9 3edera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. ¬

    Pada trauma penetrasi biasanya terdapat

    9 Terdapat luka robekan pada abdomen

    9 6uka tusuk sampai menembus abdomen

    9 Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahanAmemperparah keadaan

    9 iasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

    Dia(no)a

    Pada penderita hipotensi, tujuan sang dokter adalah secepatnya menentukan apakah

    ada cedera abdomen dan apakah itu penyebab hipotensinya. Penderita yang normal

    hemodinamiknya tanpa tanda " tanda peritonitis dapat dilakukan e/aluasi yang lebih teliti

    untuk menentukan cedera fisik yang ada (trauma tumpul).

    A& iwa4at trauma

    *ekanisme peristiwa trauma sangat penting dalam menentukan kemungkinan cedera

    organ intra9abdomen. Semua informasi harus diperoleh dari saksi mata kejadian trauma,

    termasuk mekanisme cedera, tinggi jatuh, kerusakan interior dan eksterior kendaraan dalam

    kecelakaan kendaraan bermotor, kematian lainnya di lokasi kecelakaan, tanda /ital,

    kesadaran, adanya perdarahan eksternal, jenis senjata, dan seterusnya.

    '& Pemerik)aan i)ik

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    9/22

    Pemeriksaan abdomen harus dilakukan dengan cara yang teliti dan sistematis dengan

    urutan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Penemuannya, positif atau negatif , harus

    direkam dengan teliti dalam catatan medis.

    Pada saat kedatangan ke rumah sakit, mekanisme dan pemeriksaan fisik biasanya

    akurat dalam menentukan cedera intra9abdomen pada pasien dengan kesadaran yang terjaga

    dan responsif, meskipun terdapat keterbatasan pemeriksaan fisik. anyak pasien dengan

    perdarahan intra9abdomen yang moderat datang dalam kondisi hemodinamik yang

    terkompensasi dan tidak memiliki tanda9tanda peritoneal

    1& %n)pek)i

    Penderita harus ditelanjangi. Kemudian periksa perut depan dan belakang, dan juga

    bagian bawah dada dan perineum, harus diperiksa untuk goresan, robekan, luka, benda asing

    yang tertancap serta status hamil. Penderita dapat dibalikkan dengan hati " hati untuk

    mempermudah pemeriksaan lengkap.

    2& Au)ku#ta)i

    *elalui auskultasi ditentukan apakah bising usus ada atau tidak. 2arah

    intraperitoneum yang bebas atau kebocoran (ekstra/asasi) abdomen dapat memberikan ileus,

    mengakibatkan hilangnya bunyi usus. 3edera pada struktur berdektan seperti tulang iga,

    tulang belakang, panggul juga dapat menyebabkan ileus meskipun tidak ada cedera di

    abdomen dalam, sehingga tidak adanya bunyi usus bukan berarti pasti ada cedera intra9

    abdominal.

    3& Perku)i

    *anu/er ini menyebabkan pergerakan peritoneum, dan dapat menunjukkan adanya

    peritonitis yang masih meragukan. Perkusi juga dapat menunjukan bunyi timpani akibat

    dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemiperitoneum.

    +& Pa#pa)i

    Kecenderungan untuk menggerakan dinding abdomen ( voluntary guarding ) dapat

    menyulitjan pemeriksaan abdomen. Sebaliknya defans muscular ( involuntary guarding )

    adalah tanda yang handal dari iritasi peritoneum. Tujuan palpasi adalah mendapatkan adanya

    dan menentukan tempat dari nyeri tekan superfisial, nyeri tekan dalam atau nyeri lepas. =yeri

    lepas terjadi ketika tangan yang menyentuh perut dilepaskan tiba " tiba, dan biasanya

    menandakan peritonitis yang timbul akibat adanya darah atau isi usus. 2engan palpasi juga

    dapat ditentukan uterus yang membesar dan diperkirakan umur janin.

    $& Pemerik)aan penun*an(

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    10/22

    Selanjutnya, luka retroperitoneal dan panggul tidak dapat dikesampingkan hanya

    didasarkan pada temuan fisik. Kami menganggap bahwa e/aluasi abdomen yang objektif

    diperlukan dan harus didapatkan dengan memanfaatkan salah satu modalitas diagnostik yang

    tersedia di samping pemeriksaan fisik. Tes pilihan akan tergantung pada stabilitas

    hemodinamik pasien dan keparahan cedera terkait.

    Pasien hemodinamik stabil dengan trauma tumpul dan kondisi yang memadai die/aluasi oleh

    studi SC abdomen atau 3T, kecuali luka parah lain mengambil prioritas dan pasien harus

    pergi ke ruang operasi sebelum e/aluasi perut objektif. 2alam kasus seperti itu, peritoneal

    la/age diagnostik biasanya dilakukan di ruang operasi untuk menyingkirkan cedera intra9

    abdomen dan memerlukan eksplorasi bedah segera. Pasien trauma tumpul dengan

    ketidakstabilan hemodinamik harus die/aluasi dengan SC di ruang resusitasi, jika tersedia,

    atau dengan la/age peritoneum untuk menyingkirkan cedera intra9abdomen sebagai sumber

    hilangnya darah dan hipotensi.

    Pemerik)aan ont(en

    Pemeriksaaan ronsen ser/ikal lateral, toraks anteroposterior ( P), dan pel/is adalah

    pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma. Pada penderita yang

    hemodinamik normal maka pemeriksaan ronsen abdomen dalam keadaan terlentang dan

    berdiri (sambil melindungi tulang punggung) mungkin berguna untuk mengetahui uadara

    ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya

    memerlukan laparatomi segera. >ilangnya bayangan pinggang (psoas shadow) juga

    menandakan adanya cedera retroperitoneum. ila foto tegak dikontra9indikasikan karena

    nyeri atau patah tulang punggung, dapat digunakan foto samping sambil tidur (left lateral

    decubitus) untuk mengetahui udara bebas intraperitoneal.

    Dia(no)tik Peritonea# La a(e 5DPL

    2iagnostik peritoneal la/age merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan

    untuk mengid entifikasi cedera intra9abdomen setelah trauma tumpul pada pasien

    hipotensi atau tidak responsif tanpa indikasi yang jelas untuk eksplorasi abdomen.

    Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh tim bedah yang merawat penderita dengan

    hemodinamik abnormal dan menderita multitrauma, teristimewa kalau terdapat situasi

    sebagai berikut

    • Perubahan sensorium " cedera kepala,intoksikasi alkohol, penggunaan obat terlarang.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    11/22

    • Perubahan perasaan " cedera jaringan saraf tulang belakang.

    • 3edera pada struktur berdekatan " tulang iga bawah, panggul, tulang belakang dari pinggang

    bawah (lumbar spine).

    • Pemeriksaan fisik yang meragukan.• ntisipasi kehilangan kontak panjang dengan pasien

    Pemeriksaan fisik awal abdomen sering gagal untuk mendeteksi cedera

    abdomen yang signifikan dalam konteks trauma multisistem. Penundaan dalam mendiagnosis

    menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan kematian, rawat inap berkepanjangan, dan

    akhirnya, biaya kesehatan lebih besar. Pengenalan 2iagnostik Peritoneal 6a/agediagnostik

    (2P6) pada tahun &?

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    12/22

    dan ujung9ujung bebasnya difiksir dengan klem. Sementara meninggikan dinding perut

    dengan traksi pada klem, kateter dialisis standar dengan trocar kemudian dimasukkan ke

    dalam rongga peritoneum ke arah panggul. Setelah kateter dimasukkan ke dalam peritoneum,

    trocar ditarik dan kateter diarahkan ke panggul

    Kriteria standar untuk la/age peritoneal yang positif meliputi aspirasi

    setidaknya &! m6 darah, la/age efluen berdarah, sel darah merah hitung lebih besar dari

    &!!.!!! A mm%, sel darah putih hitung lebih besar dari #!!Amm%, amilase lebih besar dari &@#

    1 A d6, atau deteksi empedu, bakteri, atau serat makanan. 1ndikasi dan kontraindikasi untuk

    peritoneal la/age tercantum dalam Kotak +!9%. Tes ini sangat sensitif terhadap adanya darah

    intraperitoneal, namun, spesifisitas yang rendah dan karena tes positif mendorong eksplorasi

    bedah, sejumlah besar eksplorasi akan nontherapeutic. 6uka signifikan juga mungkin

    terlewatkan oleh peritoneal la/age diagnostik. trauma diafragma, hematoma retroperitoneal,

    dan ginjal, pankreas, kandung kemih luka duodenum, usus kecil, dan sering kurang

    terdiagnosis oleh peritoneal la/age saja. Komplikasi jarang terjadi dan sebagian besar terkait

    dengan cedera iatrogenik disebabkan selama penyisipan kateter ke dalam rongga perut.

    Sebuah teknik semi9terbuka atau terbuka menjadi metode yang disukai untuk menghindari

    atau mengurangi timbulnya komplikasi tersebut.

    2iagnostik hasil la/age peritoneum dapat menyesatkan dengan adanya patah

    tulang panggul. >asil positif palsu diharapkan karena perdarahan dari retroperitoneum ke

    dalam rongga peritoneal. 6uka perut dan sisi anterior dapat secara akurat die/aluasi oleh

    peritoneal la/age. >asil positif palsu sering terjadi setelah peritoneal la/age karena

    perdarahan dari dinding perut, sehingga meningkatkan jumlah eksplorasi negatif. Kelemahan

    lain peritoneal la/age potensi adalah akurasi rendah dalam diagnosis cedera /iskus berongga.

    *asih ada perdebatan mengenai kriteria positif yang paling tepat untuk menentukan ambang

    batas untuk eksplorasi bedah setelah menusuk luka perut. Bika jumlah sel darah merah

    &!!!Amm% dianggap, jumlah eksplorasi negatif mungkin di atas +!$. Bika hitungan &!!.!!! A

    mm% dianggap, tingkat cedera terjawab akan mendekati #$. Tidak ada konsensus mengenai

    hal ini, meskipun pusat9pusat trauma yang paling menggunakan ambang rendah (jumlah sel

    antara &!!! dan #!!!Amm%) untuk eksplorasi.

    2iagnosis luka tusuk abdomen penetrasi perut anterior dapat die/aluasi dengan

    diagnostik peritoneal la/age dalam upaya untuk menentukan apakah pasien berada dalam

    keadaan gawat darurat atau tidak. Pasien dengan hemodinamik stabil disertai pemeriksaan

    fisik yang normal diperiksa dan die/aluasi dengan peritoneal la/age tertutup. Bika jumlah seldarah merah dalam cairan la/age lebih besar dari &!!!Amm%, pasien dirawat untuk obser/asi.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    13/22

    Pasien dengan hemodinamik stabil disertai e/iserasi tapi tanpa nyeri perut harus diobser/asi

    di ugd. Pada pasien jumlah sel darah merah kurang dari &!!!Amm%, % dipulangkan ke

    rumah, dan tidak diperlukan laparotomi. Tiga puluh delapan pasien diamati karena jumlah sel

    darah merah lebih besar dari &!!!Amm%. 2ari delapan pasien yang menunjukkan tanda9tanda

    peritoneal dan menjalani laparotomi eksplorasi, ada lima pasien yang positif. Penulis

    menyimpulkan bahwa pasien yang mempertahankan luka tusukan dapat pulang dengan aman

    ke rumah jika jumlah sel darah merah kurang dari &!!!Amm%, asalkan hemodinamik stabil

    dan tidak memiliki indikasi yang jelas, berdasarkan pemeriksaan fisik, dan untuk inter/ensi

    operatif. Tetapi pendekatan ini memerlukan /alidasi lebih lanjut.

    Kriteria untuk trauma abdomen yang positif 2P6 berikut tumpul

    1nde8 Positi/e ;5ui/ocalspiratelood D&! m6 9

    -luid ;nteric contents 96a/age'ed blood cells D&.!!!.!!! A mm % D+!.!!! A mm %

    Ehite blood cells D&.!!!.!!! A mm % D#!! A mm %

    ;nFyme mylase D+! 1 A6 and

    alkaline phosphatase D%

    1 A6

    milase D+! 1 A6 or

    alkaline phosphatase D%

    1 A6ile 3onfirmed

    biomechanically

    9

    U#tra)ound dia(no)tik 5US7

    SC telah sering digunakan dalam beberapa tahun terakhir di merika Serikat

    untuk e/aluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen. Tujuan e/aluasi SC untuk mencari

    cairan intraperitoneal bebas. >al ini dapat dilakukan secepatnya, dan ini sama akuratnya

    dengan diagnostik peritoneal la/age untuk mendeteksi hemoperitoneum. SC juga dapat

    menge/aluasi hati dan limpa meskipun tujuan SC adalah untuk mencari cairan bebas di

    intrapreitoneal. *esin portabel dapat digunakan di ruangan resusitasi atau di gawat darurat

    pada pasien dengan hemodinamik stabil tanpa menunda tindakan resusitasi pada pasien

    tersebut. Keuntungan lain dari SC daripada diagnostik peritoneal la/age adalah SC

    merupakan tindakan yang non9in/asif. Tidak diperlukan adanya tindakan lebih lanjut setelah

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    14/22

    SC dinyatakan negatif pada pasien yang stabil. >asil 3T dari abdomen biasanya sama

    dengan SC bila hasilnya positif pada pasien yang stabil. Keuntungan dan kerugian dari

    SC perut terdapat dalam Kotak +!9 . Sensiti/itas berkisar dari G#$ sampai ??$, dan

    spesifisitas dari ?@$ sampai &!!$.

    Penggunaan SC untuk e/aluasi trauma tembus abdomen dilaporkan terbatas.

    aru9baru ini, sebuah studi prospektif dilakukan untuk menge/aluasi kegunaan SC sebagai

    tes skrining pada trauma tembus dan pada trauma tumpul. Penelitian ini melibatkan luka

    tusuk serta luka tembak. Sensiti/itas SC keseluruhan adalah

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    15/22

    abdomen dan menerima tingkat resiko yang signifikan pada laparotomi nontherapeutic atau

    untuk mengamati dan HbertindakH ketika tanda9tanda peritoneal berkembang, mengingat

    bahwa keterlambatan dalam diagnosis cedera usus adalah fatal. Sebuah sur/ei terbaru dari

    dokter bedah trauma yang ditanya apa yang akan menjadi penatalaksanaan yang tepat pasien

    dalam keadaan ini menunjukkan berbagai tanggapan +$ akan melakukan diagnostik

    peritoneal la/age, +G$ akan mengamati pasien, &

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    16/22

    7 ADE :;<T=PE O>

    %N,U = DES$ %PT%ON O> %N,U =

    1 >ematoma Subcapsular, J&!$ surface area

    6aceration 3apsular tear, J& cm in parenchymal depth

    11 >ematoma Subcapsular, &!$9#!$ surface area intraparenchymal, J&! cm in

    diameter

    6aceration 3apsular tear, &9% cm in parenchymal depth J&! cm in length

    111 >ematoma Subcapsular, D#!$ surface area of ruptured subcapsular or

    parenchymal hematoma intraparenchymal hematoma, D&! cm or

    e8panding

    6aceration % cm in parenchymal depth

    14 6aceration Parenchymal disruption in/ol/ing +#$9@#$ of the hepatic lobe or &9% 3ouinaud segments

    4 6aceration Parenchymal disruption in/ol/ing D@#$ of the hepatic lobe or D%

    3ouinaud segments within a single lobe

    4ascular Bu8tahepatic /enous injuries, i.e., retrohepatic /ena ca/aAcentral

    major hepatic /eins

    41 4ascular >epatic a/ulsion

    "ana*emen nonoperati

    Pada pasien cedera tumpul hepatik dengan hemodinamik stabil tanpa indikasi lain

    untuk eksplorasi penanganan yang terbaik adalah dengan pendekatan konser/atif nonoperatif.

    Pasien yang stabil tanpa tanda9tanda peritoneal lebih baik die/aluasi dengan menggunakan

    SC, dan jika ditemukan kelainan, 3T scan dengan kontras harus dilakukan. 2engan tidak

    adanya ekstra/asasi kontras selama fase arteri 3T scan, cedera yang ada dapat ditangani

    secara nonoperatif. Kriteria klasik untuk penanganan nonoperati/e pada trauma hepar

    diantaranya adalah stabilitas hemodinamik, status mental normal, tidak adanya indikasi yang

    jelas untuk laparotomi seperti tanda peritoneum, trauma hepar kelas rendah (kelas 19111), dan

    kebutuhan transfusi kurang dari + unit darah. aru9baru ini, kriteria ini telah ditantang dan

    indikasi yang lebih luas untuk manajemen nonoperati/e telah digunakan. Telah menunjukkan

    bahwa sebagian besar pasien yang dipantau hematokritnya secara serial dan tanda9tanda /ital

    bukan oleh pemeriksaan abdomen serial, yang merupakan alasan mengapa status mental yang

    utuh bukan sine qua non untuk manajemen nonoperati/e. Selanjutnya, jika hematokrit turun,

    sebagian besar pasien akan menjalani 3T scan ulang untuk menge/aluasi dan mengukur

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    17/22

    hemoperitoneum tersebut. Keberhasilan melaporkan keseluruhan manajemen nonoperati/e

    cedera tumpul hati sebesar ?!$. Tingkat keberhasilan penanganan nonoperatif dari nilai

    cedera 1 hingga 111 sekitar ?#$, sedangkan untuk cedera kelas 14 dan 4 tingkat keberhasilan

    menurun menjadi @#$ sampai G!$. 2engan menggunakan angiografi dan embolisasi

    superselecti/e pada pasien dengan perdarahan yang persisten, tingkat keberhasilan mungkin

    sebenarnya lebih tinggi.

    ;mbolisasi angiografik telah ditambahkan ke protokol untuk manajemen nonoperati/e

    trauma hepar di beberapa institusi dalam upaya untuk mengurangi kebutuhan untuk transfusi

    darah dan jumlah operasi.

    Pasien dirawat di unit perawatan intensif untuk dipantau tanda9tanda /ital dan

    hematokritnya. iasanya, setelah G jam pasien dipindahkan ke unit perawatan intermediate,

    di mana mereka mulai diet oral, namun mereka tetap istirahat sampai hari ke # post9injury.

    kti/itas fisik dapat normal kembali setelah % bulan dari waktu cedera.

    Sebuah studi multicenter baru9baru ini mencoba untuk menentukan faktor risiko dini

    morbiditas setelah manajemen nonoperati/e pada trauma tumpul hepar yang parah (kelas 1119

    4). Para penulis melaporkan tingkat komplikasi dari masing9masing trauma hepar kelas 111,

    14 dan 4 yaitu #$, ++$, dan #+$.

    Saat ini, tidak ada kriteria seleksi tunggal dapat memprediksi pasien akan gagal dalam

    manajemen nonoperatif.

    3roce dan rekan melakukan analisa prospektif pada &&+ pasien yang dirawat secara

    nonoperatif selama periode ++9bulan. *ereka melaporkan tingkat kegagalan &&$ (&+ pasien),

    dengan lima kegagalan yang terkait hati. Tidak ada hubungan antara kelas cedera dan

    meningkatnya tingkat kegagalan. Para penulis menyimpulkan bahwa manajemen

    nonoperati/e aman terlepas dari keparahan cedera pada pasien hemodinamik stabil itu

    mengakibatkan lebih rendah terjadinya komplikasi septik perut dan kebutuhan transfusi

    menurun. *ereka juga membandingkan @! pasien dengan grade 11194 ditangani nonoperatif

    dengan #! pasien yang menjalani inter/ensi bedah. Transfusi darah pada G jam terdiri dari

    +,+ dan #,G unit, dan kematian adalah @$ dan $ untuk kontrol nonoperati/e dan operasi.

    *eskipun kebutuhan transfusi sedikit lebih rendah pada kelompok nonoperati/e, tidak ada

    perbedaan yang bermakna dalam hal mortalitas.

    *anajemen pasien dengan ekstra/asasi kontras selama fase arteri 3T masih

    diperdebatkan. -ang dan rekan mengusulkan sistem klasifikasi berdasarkan lokasi dan

    karakter ekstra/asasi dan penyatuan bahan kontras dari laserasi hati pada 3T. Pada tipe &, adakontras ekstra/asasi ke rongga peritoneum. Semua pasien dalam kategori ini yang dibutuhkan

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    18/22

    inter/ensi operasi. Tipe + terdiri dari hemoperitoneum dan ekstra/asasi bahan kontras dalam

    parenkim hati. Para penulis merekomendasikan bahwa pasien dalam kategori ini menjalani

    angiografi dengan embolisasi, meskipun beberapa akan memerlukan inter/ensi operasi. Tipe

    % ditandai dengan tidak hemoperitoneum dan ekstra/asasi bahan kontras dalam parenkim

    hati.

    ngiografi diperlukan dalam subkelompok pasien, dan hasilnya biasanya baik.

    3iraulo dan rekan kerja dianalisis kelompok dari && pasien yang membutuhkan resusitasi

    cairan yang terus menerus, dengan @ embolisasi yang membutuhkan. Semua upaya

    embolisasi berhasil. Para penulis menyimpulkan bahwa hati embolisasi arteri merupakan

    alternatif dalam pengelolaan pasien dengan cedera hati yang berat yang memerlukan

    resusitasi cairan yang terus menerus, sehingga menjembatani pilihan terapeutik inter/ensi

    operatif dan nonoperati/e

    Perhatian yang paling penting dari manajemen nonoperati/e adalah potensi untuk

    cedera terjawab, terutama perforasi /iskus berongga. Keterlambatan dalam mendiagnosis

    cedera /iskus berongga dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan

    meningkat.

    "ana*emen operati

    'encana untuk melakukan operasi yang mendesak merupakan triage yang dilakukan

    di C2 dan keputusan untuk operasi dibuat oleh ahli bedah trauma. 'uang operasi di banyak

    rumah sakit tidak segera berdekatan dengan departemen gawat darurat dan dapat dihapus

    lebih lanjut jika pasien harus menjalani e/aluasi di departemen radiologi. Badi, waktu

    transportasi pasien ke ruang operasi sangat penting dan tergantung pada mekanisme cedera,

    status fisiologis pasien dan respon terhadap resusitasi, hasil studi diagnostik kritis dan

    konsultasi yang tepat, dan ketersediaan ruang operasi. ntuk pasien dengan syok refrakter menyusul luka tembak perut dapat dirawat dalam unit gawat darurat tinggal dalam waktu

    yang singkat (misalnya &! sampai menit), sedangkan pasien yang stabil dengan trauma

    tumpul multisistem mungkin dapat tetap dirawat dalam ruang unit gawat darurat atau

    departemen radiologi untuk beberapa waktu. Triase yang prematur untuk memasukkan pasien

    ke ruang operasi dapat mengakibatkan laparotomy yang tidak perlu, penundaan dalam

    e/aluasi keadaan pasien, atau ancaman terhadap anggota tubuh sebagai cedera e8tra

    abdominal. =amun, penundaan di unit gawat darurat dapat mengakibatkan kerusakanfisiologis yang mengarah ke shock ire/ersibel dan koagulopati. Transfer ke ruang operasi

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    19/22

    harus dilakukan oleh personel yang berpengalaman siap mengelola keadaan darurat akut.

    Kesalahan umum meliputi manajemen jalan nafas yang tidak memadai, tabung oksigen, garis

    aman, dan pemantauan pasien yang tidak baik. Setiap rumah sakit harus menetapkan protokol

    untuk memastikan transportasi pasien tepat waktu, efisien, dan aman dari ruang resusitasi

    gawat darurat menuju ke ruang operasi.

    'encana pengelolaan untuk pasien dengan trauma abdomen yang signifikan diuraikan pada

    Cambar ++9%.

    Pasien yang datang dengan tanda9tanda peritonitis atau massi/e hemoperitoneum

    adalah diintubasi, resusitasi cairan, dan ditransfer ke ruang operasi untuk eksplorasi abdomen.

    Pasien yang mengalami cedera akibat transfer energi yang tinggi, seperti ketika mabuk atau

    dengan cedera kepala secara bersamaan, menjalani 2P6 sebagai e/aluasi awal. 2P6 yang

    positif pada pasien yang memiliki resiko tinggi seperti ini memerlukan eksplorasi abdomen

    yang segera. Pasien dengan hemodinamik yang stabil yang memiliki hasil 2P6 samar9samar

    (+!,!!!9&!!,!!! ' 3Amm%) menjalani 3T scan abdomen untuk menyingkirkan cedera organ

    utama yang solid. 3edera limpa dan hati pada pasien dewasa dieksplorasi dan cedera yang

    lebih ringan harus diamati. Pasien yang secara hemodinamik stabil mengalami cedera akibat

    dari transfer energy rendah die/aluasi oleh 3T scan abdomen dan diamati jika kelas J111

    cedera organ /isceral padat dikonfirmasi. tau, jika 3T scan tidak tersedia, atau ada beberapa

    pasien, 2P6 digunakan sebagai tes skrining awal dengan hasil positif lebih lanjut ditandai

    dengan 3T scan. *ereka yang hadirD &+ jam setelah trauma diamati atau die/aluasi dengan

    3T abdomen, tergantung pada pemeriksaan awal fisik dan cedera yang berhubungan.

    lgoritma diagnostik memberikan pedoman umum untuk e/aluasi awal, sebagai informasi

    lebih lanjut, algoritma ini dimodifikasi sesuai kebutuhan dengan menyertakan inter/ensi

    tambahan atau terapeutik diagnostik. 1nter/ensi ini mungkin termasuk (&) 89ray mempelajari

    tulang belakang, dada dan ple/is, (+) 3T scan kepala, (%) pyelography intra/ena, ( )

    cystourethrography retrograd, (#) duodenography kontras, atau (

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    20/22

    2engan demikian, tata laksana cedera minor dari pasien wanita seperti ini harus segera

    dilakukan. Kami secara rutin menggunakan 2P6 (teknik terbuka) pada pasien hamil

    sekaligus menge/aluasi uterus gra/id dengan SC, pemantauan janin in/asif, atau

    amniosentesis.

    Ketidakstabilan hemodinamik, ruptur uterus, plasenta, gawat janin, dan amniosentesis

    berdarah indikasi untuk eksplorasi perut darurat dan e/akuasi uterus, dengan kemungkinan

    terburuk adalah histerektomi.

    ;/aluasi trauma pada pediatrik memberi tantangan khusus untuk para klinisi karena

    dengan ukuran dan fisiologi yang unik dari anak9anak. ;lastisitas tulang rusuk yang lebih

    rendah dan ukuran dari rongga abdomen yang relatif besar meningkatkan kerentanan untuk

    mengalami cedera intra9abdominal. 2i sisi lain, pola cedera ditemui pada populasi pediatrik

    dan potensi yang lebih besar untuk hemostasis spontan menjamin pendekatan yang lebih

    selektif. >epar dan limpa merupakan cedera yang umum dan sering orang tua setuju untuk

    dilakukan tindakan non9operati/e, sedangkan fraktur pankreas merupakan kejadian yang

    sering dan perforasi usus jarang terjadi. Terlepas dari kenyataan ini, kami mempertahankan

    sikap agresif terhadap e/aluasi abdomen karena keadaan fisiologis yang terbatas pada anak9

    anak. 2P6 terlalu positif pada anak9anak dengan hemodinamik stabil die/aluasi lebih lanjut

    dengan 3T scan untuk memastikan cedera organ padat yang dapat dikelola. =amun,

    eksplorasi abdomen awal dilakukan pada pasien dengan keadaan hemodinamik yang tidak

    stabil, kebutuhan untuk transfusi darah sedang berlangsung, dan la/age peritoneal positif oleh

    enFim

    'A' %%%

    -ES%"PULAN DAN SA AN

    %%%&1 -e)impu#an

    Pasien yang datang dengan tanda9tanda peritonitis atau massi/e hemoperitoneumadalah diintubasi, resusitasi cairan, dan ditransfer ke ruang operasi untuk eksplorasi abdomen.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    21/22

    Pasien yang mengalami cedera akibat transfer energi yang tinggi, seperti ketika mabuk atau

    dengan cedera kepala secara bersamaan, menjalani 2P6 sebagai e/aluasi awal. 2P6 yang

    positif pada pasien yang memiliki resiko tinggi seperti ini memerlukan eksplorasi abdomen

    yang segera. Pasien dengan hemodinamik yang stabil yang memiliki hasil 2P6 samar9samar

    (+!,!!!9&!!,!!! ' 3Amm%) menjalani 3T scan abdomen untuk menyingkirkan cedera organ

    utama yang solid. 3edera limpa dan hati pada pasien dewasa dieksplorasi dan cedera yang

    lebih ringan harus diamati. Pasien yang secara hemodinamik stabil mengalami cedera akibat

    dari transfer energy rendah die/aluasi oleh 3T scan abdomen dan diamati jika kelas J111

    cedera organ /isceral padat dikonfirmasi. tau, jika 3T scan tidak tersedia, atau ada beberapa

    pasien, 2P6 digunakan sebagai tes skrining awal dengan hasil positif lebih lanjut ditandai

    dengan 3T scan.

    %%%&2 Saran

    Penegakan diagnosis secara dini pada trauma abdomen sangat penting sehingga perlu

    pengetahuan dan pemahaman mengenai trauma abdomen. 2engan demikian, penatalaksanaan

    dapat segera dilakuan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjut.

    DA>TA PUSTA-A

    Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta.

    oenges. !""", #en$ana Asuhan %e&era'atan( )edoman untuk &eren$anaan dan

    )endokumentasian &era'atan &asien, Edisi *, E+C, Jakarta.

    Car&enito, 199 Buku saku( iagnosa %e&era'atan A&likasi )ada )raktek %linis, Edisi -,

    E+C Jakarta.

  • 8/18/2019 Trauma Abdomen File

    22/22

    S$h'art/. 0ntisari )rinsi& )rinsi& 0lmu Bedah Edisi -. E+C. Jakarta( !""".

    2ansjoer, Ari3. !""1. %a&ita Selekta %edokteran Jilid 1.40 ( 2edia Aes$ula&ius

    htt&(55health.grou&s.yahoo.$om5grou&5indo3irstaid5!6,"6,!"" 1!.!9am

    htt&(55'''.&rimarytrauma$are.org5&t$mam5training5&&d5&t$ indo.&d35 "6,!6,!"" 1*.1"am

    htt&(55'''.dokter8edahherryyudha.$om5!"1!5" 5a8dominal trauma.html:more

    2r. >erry Setya 0udha tama Sp *>Kes -1na3S 13S at !& +!

    http://www.blogger.com/profile/11891528635325893706http://www.dokterbedahherryyudha.com/2013/10/trauma-abdomen-dan-penatalaksanaan-oleh.html?m=1http://www.dokterbedahherryyudha.com/2013/10/trauma-abdomen-dan-penatalaksanaan-oleh.html?m=1http://www.dokterbedahherryyudha.com/2013/10/trauma-abdomen-dan-penatalaksanaan-oleh.html?m=1http://www.blogger.com/profile/11891528635325893706