universitas indonesia analisis faktor yang...

133
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA LOMBOK TENGAH TESIS MUHAMAD HASBI 1006800945 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI, 2012 Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Upload: buidan

Post on 26-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM

MELAKUKAN OLAHRAGA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PRAYA LOMBOK TENGAH

TESIS

MUHAMAD HASBI

1006800945

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI, 2012

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM

MELAKUKAN OLAHRAGA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PRAYA LOMBOK TENGAH

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Keperawatan

MUHAMAD HASBI

1006800945

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DEPOK

JULI, 2012

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

ii

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Muhamad Hasbi

NPM : 1006800945

Tanda tangan :

Tanggal : 12 Juli 2012

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

iv

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-

Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Dalam Melakukan

Olahraga Di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah.”. Tesis ini sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan

Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Selama penyusunan tesis ini, peneliti telah mendapat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Wiwin Wiarsih, MN selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan tesis.

2. Ns. Sukihananto, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis.

3. Dewi Irawaty, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

4. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

5. Puskesmas Praya yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

6. Seluruh dosen dan civitas akadek Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia, khususnya Peminatan Keperawatan Komunitas yang telah

memberikan banyak bimbingan dan arahan serta pembelajaran berarti kepada

peneliti.

7. Orang tua tercinta atas doa yang selalu mengiringi peneliti selama masa studi

8. Istri tercinta dan anak tersayang, Hania Syakira, yang menjadi sumber

semangat bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Seluruh teman CHN angkatan 2010, yang telah memberikan banyak

dukungan selama proses pembelajaran dan proses penyelasain tesis ini

10. Seluruh responden, atas bantuan dan kesediaan mengikuti penelitian ini

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesain tesis ini

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

vi

Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlimpah

bagi seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini. Peneliti

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan

khususnya Keperawatan Komunitas

Depok, Juli 2012

Peneliti

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Muhamad Hasbi

NPM : 1006800945

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Kekhususan : Keperawatan Komunitas

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN

OLAHRAGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA LOMBOK

TENGAH

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buata dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 12 Juli 2012

Yang Menyatakan,

(Muhamad Hasbi)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

viii

ABSTRAK

Nama : Muhamad Hasbi

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Penderita Diabetes Melitus Dalam Melakukan Olahraga

di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah

Kepatuhan berolahraga mempunyai peran penting dalam manajemen terapi

penderita diabetes melitus. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan

olahraga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan

cross sectional. Sampel 122 responden diambil secara acak proposional. Analisa

data menggunakan Chi Square dan regresi logistik berganda. Faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga adalah

jenis kelamin (p = 0.026), pengetahuan (p = 0.013). persepsi manfaat (p = 0.016),

persepsi hambatan (p = 0.002), dan dukungan keluarga (p = 0.00). Faktor yang

paling dominan adalah dukungan keluarga (OR = 10.047). Diharapkan pelayanan

kesehatan mengembangkan pengelolaan pelayanan berbasis keluarga dan

komunitas untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes militus.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Kepatuhan, Olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

ix

ABSTRACT

Name : Muhamad Hasbi

The Study Program : Master of Nursing Science

Title : Analysis of Factors Associated with Adherence to

exercise in Patients with Diabetes Mellitus in

Community Health Center Area of Praya Central

Lombok

Adherence play important role at therapeutic management of patients with DM.

The Purpose this study was to identifies the factors Associated with adherence

to exercise at patients with diabetes mellitus. This research was Quantitative

research design with cross sectional approach. Sample was 122 respondents

gained with proposional random method. Data were analyzed using chi square and

multiple regression.Factors associated with adherence to exercise was gender (p =

0026), knowledge (p = 0.013). perception of benefit (p = 0.008), perceived

barriers (p = 0.002), and family support (p = 0.00). family support was strong

Associated with adherence to exercise (OR = 10.047). Expected health care

service develop the management of health service based on family and

community to improve adherence at patients with diabetes mellitus

Keywords : Diabetes Mellitus, Adherence, exercise.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

x

DAFTARA ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT ................................................................................................ vix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 13

1.3 Tujuan 14

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 14

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 14

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 15

1.4.1 Manfaat bagi pelayanan keperawatan Komunitas............. 15

1.4.2 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu.................................... 15

1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian selanjutnya ................................. 15

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 16

2.1 Populasi Diabetes Sebagai Populasi Rentan .......................... 16

2.2 Strategi Penanggulangan Diabetes Melitus .......................... 20

2.2.1 Pencegahan Primer ....................................................... 21

2.2.2 Pencegahan Sekunder ................................................... 22

2.2.3 Pencegahan tersier ........................................................ 23

2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas ......................... 23

2.3.1 Pendidikan Kesehatan ................................................... 23

2.3.2 Proses Kelompok .......................................................... 25

2.3.3 Pemberdayaan .............................................................. 26

2.3.4 Partnership ................................................................... 27

2.3.5 Perawatan Langsung .................................................... 27

2.3.5.1 Observasi ............................................................ 27

2.3.5.2 Terapi Modalitas ................................................. 27

2.3.5.3 Terapi Komplementer ......................................... 28

2.4 Konsep Diabetes Melitus, Olahraga, dan Kepatuhan ............ 28

2.4.1 Diabetes melitus dan Olahraga ..................................... 28

2.4.2 Olahraga yang Direkomendasikan Bagi Penderita

DM ................................................................................ 30

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

xi

2.4.3 Kepatuhan Melakukan Olahraga ................................. 31

2.5 Faktor – Faktor Berkaitan Dengan Kepatuhan Olah Raga .... 32

2.5.1 Faktor Demografi .......................................................... 32

2.5.1.1 Umur ................................................................. 33

2.5.1.2 Jenis Kelamin ................................................... 33

2.5.1.3 Ras dan Etnis .................................................... 33

2.5.1.4 Status Sosial Ekonomi ...................................... 34

2.5.2 Faktor Biologi ............................................................... 34

2.5.3 Faktor Pengetahuan dan Psikologi ................................ 35

2.5.4 Faktor Sosial ................................................................. 35

2.6 Konsep Health Belief Model (HBM) ...................................... 35

2.6.1 Persepsi Keseriusan (perceived seriousness) ................ 37

2.6.2 Persepsi Kerentanan (Perceived Susceptibility) ........... 37

2.6.3 Persepsi Manfaat yang Dirasakan (perceived

benefits) ........................................................................ 38

2.6.4 Persepsi Hambatan yang Dirasakan (perceived

barriers) ........................................................................ 38

2.6.5 Isyarat Bertindak (cues to action) ................................. 38

2.7 Kerangka Konsep Teori .......................................................... 39

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL .................................................................... 40

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 41

3.2 Hipotesis ................................................................................. 42

3.3 Definisi operasional ................................................................ . 43

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 46

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 46

4.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 46

4.2.1 Populasi ......................................................................... 46

4.2.2 Sampel .......................................................................... 47

4.2.2.1 Besar Sampel .................................................... 47

4.2.2.2 Kriteria Sampel ................................................. 48

4.2.2.3Teknik Pengambilan Sampel ............................. 48

4.3 Tempat Penelitian .................................................................. 49

4.4 Waktu Penelitian .................................................................... 49

4.5 Etika Penelitian ...................................................................... 50

4.5.1 Aplikasi Etik Dalam Penelitian ..................................... 50

4.5.1.1 Prinsip manfaat (beneficence) ......................... 50

4.5.1.2 Prinsip respect for human dignity ................... 51

4.5.1.3 Prinsip keadilan (right to justice) .................... 51

4.6 Instrumen Penelitian .............................................................. 52

4.7 Uji Instrumen ......................................................................... 54

4.7.1 Uji Validitas .................................................................. 55

4.7.1.1 Variabel pengetahuan ...................................... 55

4.1.1.2 Variabel persepsi ............................................. 55

4.1.1.3 Variabel dukungan keluarga ............................. 55

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

xii

4.7.2 Uji Reliabilitas .............................................................. 56

4.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 56

4.8.1 Prosedur Administrasi ................................................... 56

4.8.2 Prosedur Teknis Penelitian ........................................... 57

4.9 Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 58

4.9.1 Pengolahan Data .......................................................... 58

4.9.2 Analisis Data ................................................................. 59

4.9.2.1 Analisis Univariat ............................................. 59

4.9.2.2 Analisis Bivariat ............................................... 60

4.9.2.3 Analisis Multivariat .......................................... 61

BAB 5 HASIL PENELITIAN .................................................................. 63

5.1 Uji Kenormalan .......................................................................... 63

5.2 Analisa Univariat ....................................................................... 64

5.2.1 Gambaran Faktor Pemodifikasi Penderita DM Di

Wilayah Kerja Puskesmas Praya ....................................... 64

5.2.2 Gambaran Persepsi Penderita DM Di Wilayah Kerja

Puskesmas Praya ............................................................... 66

5.2.3 Gambaran Isyarat Bertindak (dukungan keluarga)

Penderita DM di Wilayah Kerja Puskes Praya ................. 67

5.2.4 Gambaran Kepatuhan Melakukan Olahraga Penderita

DM di Wilayah kerja Puskesmas Praya ............................ 67

5.3 Analisa Bivariat ........................................................................... 68

5.3.1 Hubungan Faktor Pemodifikasi Dengan Kepatuhan

Melakukan Olahraga Penderita DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Praya ............................................................... 68

5.3.2 Hubungan Faktor Persepsi Dengan Kepatuhan

Melakukan Olahraga Penderita DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Praya .............................................................. 71

5.3.3 Hubungan Faktor Isyarat Bertindak Dengan kepatuhan

Melakukan Olahraga Penderita DM di Wilayah kerja

Puskesmas Praya ............................................................... 73

5.4 Analisa Multivariat ..................................................................... 74

5.4.1 Pemilihan Kandidat Variabel Multivariat .......................... 75

5.4.2 Pemodelan Multivariat ..................................................... 75

BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................ 77

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................ 77

6.1.1 Faktor Pemodifikasi dan kepatuhan Dalam Melakukan

Olahraga ............................................................................ 77

6.1.1.1 Hubungan Umur Dengan Kepatuhan Penderita

DM Melakukan Olahraga ................................. 77

6.1.1.2 Hubungan jenis Kelamin Dengan Kepatuhan

Penderita DM Melakukan Olahraga ................... 79

6.1.1.3 Hubungan Suku Dengan Kepatuhan Penderita

DM Melakukan Olahraga ................................... 80

6.1.1.4 Hubungan Pendapatan Dengan Kepatuhan

Penderita DM Melakukan Olahraga ................... 81

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

xiii

6.1.1.5 Hubungan Lama Menderita Sakit Dengan

Kepatuhan Penderita DM Melakukan Olahraga . 82

6.1.1.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan

Penderita DM Melakukan Olahraga ................... 83

6.1.2 Faktor Persepsi dengan Kepatuhan .................................. 84

6.1.2.1 Hubungan Persepsi Kerentanan Dengan

Kepatuhan Penderita DM Melakukan

Olahraga ............................................................ 84

6.1.2.2 Hubungan Persepsi Keseriusan denag

Kepatuhan Penderita DM Melakukan

Olahraga ............................................................ 86

6.1.2.3 Hubungan Persepsi Manfaat Dengan

kepatuhan Penderita DM Melakukan

Olahraga ............................................................ 87

6.1.2.4 Hubungan Persepsi Hambatan Dengan

Kepatuhan Dalam Melakukan Olahraga ........... 88

6.1.3 Isyarat Bertindak Dengan Kepatuhan ................................ 88

6.1.3.1 Hubungan Dukungan keluarga Dengan

Kepatuhan Penderita DM Dalam Melakukan

Olahraga .............................................................. 88

6.1.4 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kepatuhan

Penderita DM Dalam melakukan Olahraga ...................... 90

6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 91

6.3 Implikasi penelitian ..................................................................... 92

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 94

7.1 Simpulan .................................................................................... 94

7.2 Saran .......................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

xiv

DAFTAR SKEMA

Hal Hal

Skema 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 39

Skema 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 41

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 43

Tabel 4.1 Perhitungan jumlah sampel secara proposional di wilayah

kerja puskesmas Praya tahun 2011 ........................................... 49

Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas instrument penelitian kepatuhan

penderita DM melakukan olahraga di wilayah kerja

puskesmas Praya lombok Tengah ............................................. 56

Tabel 4.3 Daftar uraian variabel dan hasil analisis univariat .................... 60

Tabel 4.4 Analisis bivariat dan uji statistik antara dua variabel .............. 61

Tabel 4.5 Analisa multivariate dan uji statistik regresi logistic berganda 62

Tabel5.1 Hasil uji kenormalan variabel pengetahuan, kerentanan,

keseriusan, manfaat, hambatan, dan dukungan keluarga pada

penderita DM di wilayah kerja puskes Praya ........................... 63

Tabel 5.2 Distribusi penderita DM berdasarkan umur di wilayah kerja

puskesmas Praya Lombak Tengah ............................................ 64

Tabel 5.3 Distribusi Penderita DM berdasarkan jenis kelamin, suku,

dan pendapatan di wilayah kerja puskesmas Praya Lombak

Tengah ...................................................................................... 65

Tabel 5.4 Distribusi penderita DM berdasarkan lama menderita sakit

dan pengetahuan di wilayah kerja puskesmas Praya Lombak

Tengah ...................................................................................... 65

Tabel 5.5 Distribusi persepsi kerentanan dan keseriusan penderita DMdi

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 66

Tabel 5.6 Distribusi persepsi manfaat dan hambatan penderita DM di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 66

Tabel 5.7 Distribusi dukungan keluarga pada penderita DM dalam

melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombak Tengah ........................................................................ 67

xv

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Tabel 5.8 Distribusi kepatuhan melakukan olahraga penderita DM di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 67

Tabel 5.9 Analisa hubungan umur dengan kepatuhan penderita DM

melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombak Tengah ........................................................................ 68

Tabel 5.10 Analisa hubungan jenis kelamin, suku, dan pendapatan dengan

kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di wilayah

kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ................................... 69

Tabel 5.11 Analisa hubungan lama menderita penyaki, dan pengetahuan

dengan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 70

Tabel 5.12 Analisa hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan

dengan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 71

Tabel 5.13 Analisa hubungan persepsi manfaat, dan persepsi hambatan

dengan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ..................... 72

Tabel 5.14 Analisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

penderita DM melakukan olahraga di wilayah kerja

puskesmas Praya Lombak Tengah ............................................ 73

Tabel 5.15 hasil Analisa bivariat dalam penentuan kandidat multivariat

pada faktor pemodifikasi, faktor persepsi, dan isyarat

bertindak terhadap kepatuhan penderita DM melakukan

olahraga di wilayah kerja puskesmas praya .............................. 74

Tabel 5.16 Hasil analisa multivariat jenis kelamin, pengetahuan, persepsi

manfaat, persepsi hambatan, dengan kepatuhan penderita DM

melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombak Tengah ........................................................................ 75

xvi

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian

Lampiran 2 : Lembaran penjelasan penelitian

Lampiran 3 : Lembaran persetujuan menjadi responden

Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Penelitin

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 : Surat keterangan lulus uji etik

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini menggambarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan serta

manfaat penelitian tentang kepatuhan penderita Diabetes Melitus (DM)

melakukan olah raga. Latar belakang menyajikan alasan pentingnya dilakukan

penelitian yang didukung dengan data, teori, dan hasil penelitian terkait. Tujuan

penelitian difokuskan pada harapan yang ingin dicapai dari penelitian ini,

Sedangkan manfaat penelitian menjelaskan kegunaan hasil penelitian ini untuk

pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas dan

pengembangan penelitian berikutnya.

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan, perubahan pola hidup, dan kemajuan teknologi

memberikan dampak terhadap permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan

terutama masalah penyakit menjadi semakin komplek dan luas. Penyakit menular

seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, dan

diare masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat, sementara penyakit tidak

menular seperti penyakit jantung pembuluh darah, DM, dan kanker mengalami

peningkatan

Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang serius, karena pola kejadiannya mengalami peningkatan dan menjadi

penyebab kematian dan kecacatan. World Health Organization (WHO)

memperkirakan 70% kematian penduduk dunia tahun 2005 disebabkan penyakit

tidak menular, meliputi: 30% karena penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker 13%, penyakit kronis 9%, penyakit saluran pernapasan kronis 7%,

kecelakaan 7%, dan 2% penyakit DM (Kemenkes RI, 2008.a). Kematian akibat

penyakit tidak menular di Indonesia juga mengalami peningkatan. yaitu dari

41,5% tahun 1995 meningkat menjadi 49,9% pada 2001 dan 59,5% pada 2007

(Kemenkes RI, 2012). Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit

tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi

1

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

2

Universitas Indonesia

terhadap peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular (Soegondo,

Soewondo, Subekti, 2009).

Penyakit Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

serius dihadapi dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia.

Peningkatan prevalensi DM di beberapa negara diantaranya disebabkan oleh

pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di daerah perkotaan

(Misnadiarly, 2009). Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) tahun 2011

menjelaskan bahwa prevalensi DM di dunia dan Indonesia mengalami

peningkatan. Laporan Diabetic Care tahun 2004 bahwa WHO memperkirakan

angka kejadian DM di dunia pada tahun 2003 sebesar 194 juta jiwa atau 5,1% dari

3,8 miliar penduduk dunia yang berumur antara 20 sampai 79 tahun, dan pada

tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa (Kemenkes RI, 2008.a).

WHO (2000) memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia, yaitu

dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut

International Diabetes Federation (IDF), jumlah penyandang DM di Indonesia

tahun 2009 diperkirakan sebesar 7,0 juta dan akan mengalami peningkatan

menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka

prevalensi, laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan bahwa prevalensi DM di daerah urban

Indonesia untuk usia 15 tahun sebesar 5,7% meliputi: 1,5% pasien DM yang

sudah terdiagnosis sebelumnya, dan 4,2% baru diketahui DM saat penelitian.

Prevalensi DM menurut provinsi tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan

Maluku Utara sebesar 11,1%, diikuti Riau 10,4 % dan Nangroe Aceh Darusalam

(NAD) 8,5%. Prevalensi DM terendah adalah Papua 1,7%, diikuti NTT 1,8%

(Kemenkes RI, 2008.b).

Prevalensi DM di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat juga

menunjukan peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah penderita DM di Kabupaten

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

3

Universitas Indonesia

Lombok Tengah sebesar 2.943 kasus, dan mengalami peningkatan sebesar 4,4 %

atau 3.074 kasus pada tahun 2010 (Dinkes Kota Praya, 2011). Peningkatan yang

signifikan kasus DM di Lombok Tengah terjadi di wilayah kerja puskesmas

Praya. Kasus DM di Puskesmas praya selama tiga tahun terahir terus mengalami

peningkatan, yaitu tahun 2009 sebesar 516 kasus meningkat sebesar 63 % atau

840 kasus pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 2,9 % atau

865 kasus. Penderita DM dengan komplikasi seperti hipertensi, penyakit jantung,

katarak, dan ulkus pada kaki di puskesmas Praya mencapai 5% (Puskesmas

Praya, 2011). Peningkatan prevalensi DM ini membutuhkan perhatian dan tindak

lanjut, karena peningkatan prevalensi biasanya akan diikuti peningkatan

komplikasi yang membahayakan terhadap penderita DM itu sendiri.

DM selain dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita

DM dapat beresiko mengalami komplikasi baik akut yaitu hipoglikemi dan kronis

yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan,

impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c). Kondisi ini

menempatkan penderita DM termasuk dalam vulnerable group. Menurut

Swanson dan Nies (1997), kondisi vulnerable merupakan kondisi dimana individu

terpapar atau tidak telindungi dari lingkungan membahayakan kesehatan baik

lingkungan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.

Penyakit DM memberikan dampak merugikan pada individu, keluarga, maupun

pemerintah. Individu dengan DM akan mengalami gangguan fisik, psikis, dan

sosial. Menurut Darmono (2005) bahwa individu dengan DM yang tidak

terkontrol, akan mangalami peningkatan glukosa darah atau dikenal dengan

hiperglikemi. Kondisi hiperglikemi kronis pada penderita DM selalu diikuti

komplikasi penyempitan vaskuler, yang berakibat pada kemunduran dan

kegagalan fungsi organ tubuh seperti kerusakan otak, mata, jantung, ginjal, dan

gangren. Penelitian Manderson, Kokanovic, Klimidis (2005) membuktikan

bahwa 40% penderita DM tipe 2 kelompok imigran yang tinggal di Melbourne

mengalami gangguan sirkulasi, 63.3% gangguan pada mata, 26,7% gangguan

jantung, 6,7% mengalami stroke, gangguan ginjal dan masalah pada kaki.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

4

Universitas Indonesia

Ganguan psikososial pada individu dengan DM merupakan emosi yang dirasakan

oleh penderita DM setelah terdiagnosa dan menjalani perawatan DM meliputi:

sikap menyakal, marah, obsesi, frustasi, takut dan depresi (Soegondo, Soewondo,

& Subekti, 2009). Obuegbe (2008) mengemukakan bahwa ketika individu

terdiagnosa menderita DM, maka reaksi individu adalah syok, rasa cemas dan

takut. Kondisi ini berlanjut pada penurunan harga diri dan menarik diri dari

pergaulan sosial serta penurunan semangat dalam menjalani hidup. Hasil

penelitian yang dilakukan Pawaskar (2007) menunjukan bahwa 17% dari 792

penderita DM tipe 2 di Amerika Serikat mengalami depresi dan kondisi depresi

berakibat pada penurunan kualitas hidup penderita DM.

Munculnya beberapa komplikasi fisik seperti penyakit jantung, gangguan

penglihatan, luka gangreng, kehilangan salah bagian tubuh akibat amputasi dan

adanya gangguan psikososial menyebabkan penderita DM mengalami kondisi

ketidakmampuan (disability). Ketidakmampuan yang mungkin bisa terjadi adalah

ketidakmampuan melakukan perawatan diri (mandi, memakai baju, makan),

ketidakmampuan melakukan pergerakan (berjalan, naik tangga, dan bangun dari

tempat tidur). Penelitian eksperimen dilakukan Cho dan Chi (2005) yang

membandingkan ketidakmampuan orang dewasa penderita DM dengan yang tidak

menderita DM di China menunjukan hasil bahwa 26,4% orang dewasa penderita

DM tidak mampu melakukan tiga fungsi yaitu mobilitas, perawatan diri dan

kegiatan yang rumit, sedangkan orang dewasa yang tidak menderita DM hanya

mengalami ketidakmampuan sebesar 14,8%. Penelitian lain dilakukan Koref et.al

(2005) tentang ketidakmampuan yang dialami penderita DM di Washington

Amerika Serikat menunjukan hasil bahwa 19% dari populasi penelitian

mengalami ketidakmampuan dalam dalam pekerjaan meliputi: 12% tidak bisa

bekerja sama sekali (unemployed), 7% bekerja hanya 5 hari dalam sebulan, dan

4% bekerja tapi mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas. Hasil lain

dari penelitian ini adalah 50% lebih dari penderita DM dengan komplikasi tidak

bekerja (unemployed. Ketidakmampuan (disability) penderita DM dalam beberapa

aktivitas menyebabkan ketergantungan pada orang lain, yaitu keluarga dan

menjadi beban bagi pemerintah.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

5

Universitas Indonesia

Friedman, Bowden, Jones, (2003) mengemukakan bahwa gangguan yang

kesehatan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi

anggota keluarga lain. Kondisi ini juga terjadi pada keluarga dengan salah satu

anggota keluarga menderita diabetes. Dampak yang ditimbulkan terhadap

keluarga adalah peningkatan beban keluarga karena banyak biaya yang

dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan seperti biaya perawatan di rumah

sakit, rawat jalan, pembedahan, obat-obatan, dan biaya uji laboratorium. Dampak

lain dialami oleh keluarga adalah berkurangnya pendapatan atau penghasilan

keluarga sebagai akibat kehilangan pekerjaan. Hasil penelitian yang mendukung

adalah penelitian kualitatif dilakukan oleh Myles, Tamborlane, dan Grey, (2010)

tentang dampak psikososial dirasakan keluarga Afrika-Amerika dengan adanya

penderita DM di keluarga. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian

besar keluarga mengatakan terjadi peningkatan tanggung jawab untuk merawat

penderita DM di rumah dan terjadi respon emosional berupa kecemasan,

ketakutan, dan stres.

Peningkatan prevalensi penyakit DM juga berdampak negatif pada ekonomi dan

produktifitas suatu bangsa. Pemerintah akan menyediakan sarana pelayanan

kesehatan, asuransi, dan mengeluarkan biaya yang besar untuk penanggulangan

DM. Amerika Serikat pada tahun 2002 mengalami kerugian akibat DM sebesar

137 juta dolar Amerika. Jumlah ini diperoleh dari kerugian langsung yaitu biaya

perawatan medis sebesar 93 juta dolar, dan kerugian tidak langsung yaitu

berhubungan dengan kecacatan, kehilangan produktivitas, dan kematian lebih

awal sebesar 40 juta dolar. Angka ini menempati peringkat ke enam dari kerugian

masalah kesehatan di Amerika serikat (Hogan, Dall, Nikolov, 2003). Menurut

IDF (2011) bahwa komplikasi dan kematian akibat DM terbanyak berada pada

usia produktif, yaitu 30 – 50 tahun.

Keseriusan masalah DM sebagai bagian dari masalah kesehatan mendapat

perhatian dunia dan juga pemerintah Indonesia. WHO untuk kawasan Asia

Tenggara (ASEAN) melakukan upaya berupa pengembangan South East Asian

Networking for Non Communicable Diasess (SEANET-NCD), berfungsi sebagai

fasilitator bagi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam pencegahan dan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

6

Universitas Indonesia

penanggulan Penyakit Tidak Menular (PTM) termasuk penyakit DM. Pemerintah

Indonesia melalui Kementerian kesehatan RI mengembangkan beberapa program

untuk penanggulangan penyakit DM meliputi: pencegahan dan penanggulangan

faktor resiko, penemuan dini dan tata laksana kasus, surveilans epidemiologi,

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang DM (Kemenkes RI, 2008.a)

Upaya dan program telah dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi

masalah DM, namun kasus DM di Indonesia masih tinggi. Penelitian tahun 2008

oleh Litbang Kementerian Kesehatan RI menunjukan bahwa prevalensi nasional

untuk DM sebesar 5,7% (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009). Kemungkinan

faktor penyebab adalah prilaku atau gaya hidup masyarakat yang mengarah ke

faktor resiko DM seperti kurang aktivitas, diet tidak seimbang,dan merokok.

Hasil wawancara dengan penanggungjawab program penyakit tidak menular di

Puskesmas Praya menjelaskan bahwa program - program yang dilakukan dalam

penanggulangan DM meliputi: penemuan kasus, pengobatan dan perawatan

penderita, dan penyuluhan langsung pada penderita DM yang berkunjung ke

puskesmas yang terkait dengan pengelolaan DM meliputi diet, olah raga, dan

obat. Program yang tidak bisa dilaksanakan adalah deteksi dini dan tindak lanjut

terhadap kelompok faktor resiko, surveilans epidemiologi, penyuluhan kepada

keluarga, dan pelaksanaan program olah raga bagi penderita diabetes. Beberapa

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah tingkat partisipasi

masyarakat yang rendah, dan beban kerja yang tinggi dihadapi oleh

penanggungjawab program. Penanggung jawab program penyakit tidak menular

tidak hanya menangani penyakit DM saja, tetapi beberapa penyakit lain dalam

kelompok penyakit tidak menular seperti penyakit seperti stroke, dan hipertensi.

Permasalahan seperti ini menjadi tantangan dalam penanggulangan DM.

WHO selaku organisasi kesehatan dunia merekomendasikan penanggulangan DM

dilakukan secara menyeluruh, terintegrasi, dan berbasis masyarakat dengan kerja

sama lintas program, lintas sektor dan swasta (Kemenkes RI, 2008.a). Menurut

Waspadji (2009) bahwa penanggulangan DM menggunakan dua pendekatan, yaitu

pendekatan terhadap masyarakat dan individu.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

7

Universitas Indonesia

Pengendalian DM dengan pendekatan terhadap masyarakat dilakukan oleh

pemeritah melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (DPPTM)

dengan fokus kegiatan pada upaya pencegahan dan penanggulangan. Upaya

pencegahan merupakan kegiatan bertujuan mencegah tidak terjadinya penyakit

DM pada masyarakat yang sehat. Bentuk kegiatan pencegahan meliputi:

penggerakan peran serta masyarakat dalam peningkatan pola hidup bersih dan

sehat seperti meningkatkan aktivitas, diet seimbang, tidak merokok, tidak minum

alkohol dan majemen stress di setiap tatanan kehidupan. Upaya penanggulangan

adalah menangani masyarakat yang mempunyai faktor resiko dan menderita DM.

Bentuk kegiatan aspek penanggulangan meliputi: deteksi dini penyakit DM pada

kelompok resiko, pelayanan pengobatan pasien DM, dan pencegahan kecacatan

akibat DM (Kemenkes RI, 2008.a)

Pendekatan secara individu dalam penanggulangan DM lebih diarahkan pada

pendekatan terhadap keluarga karena keluarga merupakan penyedia pelayanan

kesehatan utama bagi pasien yang mengalami penyakit kronik (Campell, 2000

dalam Friedman, Bowden, Jones, 2003). Friedman, Bowden, dan Jones (2003)

mengemukakan bahwa adanya penyakit serius dan kronik pada salah satu anggota

keluarga biasanya mempunyai dampak pada sistem keluarga, terutama pada

struktur peran dan pelaksanan fungsi keluarga. Keluarga diberikan pendidikan

kesehatan bertujuan untuk peningkatan pemahaman akan tugas keluarga dalam

bidang kesehatan meliputi mengenal permasalahan penyakit DM, mengambil

keputusan untuk tindakan kesehatan yang harus dilakukan terhadap anggota

keluarga dengan masalah DM, merawat anggota keluarga dengan DM,

memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan anggota keluarga

dengan DM, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan anggota

keluarga dengan DM.

Penanggulangan dan pengelolaan DM secara klinis difokuskan pada pengendalian

glukosa darah. Pengendalian glokosa dalam darah dengan baik dapat mencegah

terjadinya penyulit seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit jantung, penyakit

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

8

Universitas Indonesia

mata, ginjal dan saraf. Pengendalian glukosa dalam darah dapat dilakukan

melalui diet, aktivitas fisik/olahraga dan obat. Diet dan aktivitas fisik termasuk

dalam kategori pengeloloaan nonfarmakologi, sedangkan penggunaan obat-obatan

merupakan pengelolaan farmakologi (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).

Hasil penelitian Yoga, Julianti, dan Pramono (2011) tentang hubungan antara

empat pilar pengelolaan DM (diet, olahraga, obat, dan edukasi) dengan

keberhasilan pengelolaan DM menunjukan hasil bahwa Faktor yang berpengaruh

terhadap keberhasilan pengelolaan DM adalah keteraturan olahraga. Keteraturan

olah raga mempengaruhi keberhasilan pengelolaan DM sebesar 40%

Judith (2007) mengemukakan bahwa olahraga secara teratur adalah salah satu

faktor penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan serta

berperan penting dalam penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2, khususnya

dalam mengontol gula darah. Manfaat olahraga bagi penderita DM adalah

menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan sensivitas insulin, menurunkan

berat badan, dan meningkatkan fungsi jantung serta menurunkan tekanan darah

(Praet & Loan, 2009).

Manfaat olahraga terhadap penurunan glukosa darah dan sensivitas insulin

dibuktikan oleh penelitian Savas, et al. (2004). Hasil penelitian menunjukan

bahwa terjadi penurunan glukosa darah sebesar 8,1% pada 9 wanita penderita DM

setelah mengikuti program olah raga aerobic selama empat minggu dan

meningkat menjadi 12,5% penurunan glukosa darah setelah menjalani program

olahraga selama 16 minggu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa olahraga teratur

dalam jangka waktu lama dapat menurunkan glukosa darah lebih besar.

Penelitian lain telah membuktikan efektifitas dari pengelolaan non farmakologi

(diet dan aktivitas fisik) terhadap penurunan glukosa darah. Penelitian yang

dilakukan oleh Pastor, et al. (2002) tentang efektifitas terapi nutrisi medis dalam

penanganan DM tipes 2 menunjukan hasil bahwa terapi nutrisi medis dapat

menurunkan kadar gula darah sebesar 1.0% – 2.0%. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Shenoy, et al (2010) tentang efektivitas program olahraga,

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

9

Universitas Indonesia

menunjukan hasil bahwa program aerobic dan jalan dapat menurunkan glukosa

darah sebesar 37%.

Sutedjo (2010) mengemukakan, salah satu kunci sukses pengelolaan DM adalah

kepatuhan dalam melaksanakan regimen terapi. Kepatuhan penderita DM dalam

menjalani terapi baik farmakologi maupun non farmakologi dapat mengurangi

komplikasi. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan menurunya kualitas hidup dan

menambah biaya perawatan (Wolf, et al. 2004). Haris (2007) mengatakan

ketidakpatuhan pasien DM dalam menjalani terapi merupakan salah satu faktor

penyebab ketidakberhasilan dalam penanganan diabetes. Hasil Penelitian

DiMatteo (2004) menunjukan bahwa populasi penderita DM adalah populasi yang

terendah kepatuhan (67,5%) dalam tindakan medis yang dianjurkan dibandikan 16

penyakit utama.

Penelitian yang dilakukan Serour, et al. (2007) tentang kepatuhan penderita DM

di Kuwait dalam melakukan diet dan aktivitas fisik, menunjukan hasil bahwa

64,4% penderita DM tidak patuh menjalani aktivitas fisik secara teratur dan

63,3% penderita DM tidak patuh dalam menjalani diet. Hasil penelitian ini juga

mengemukakan bahwa hambatan dalam kepatuhan melakukan aktivitas

fisik/olahraga meliputi: 27,7% karena faktor cuaca panas, 39,9% kesibukan, 35%

adanya penyakit penyerta. Hambatan dalam kepatuhan melakukan diet meliputi:

48,6% kurang motivasi, 30,2% kesulitan mengikuti diet, dan 13,7% sering

mengikuti kegiatan kemasyarakan. Kurtz (1990); Johnson (1992); McNabb (1997)

dalam Haris (2007) mengidentifikasikan bahwa ketidakpatuhan penderita DM

dalam pengeloloan penyakit bervariasi, yaitu 70-80 % tidak patuh dalam

melakukan olahraga, 35-75%, mengikuti perencanaan makanan (diet), 20-80%

menggunakan insulin, 30-70% melakukan tes gula darah, dan 23-52% tidak patuh

melakukan perawatan kaki. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketidakpatuhan

penderita DM dalam melakukan aktivitas fisik/olahraga merupakan

ketidakpatuhan yang proporsinya paling besar dibandingkan ketidapatuhan yang

lain dalam pengelolaan DM.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

10

Universitas Indonesia

Hasil penelitan telah membuktikan manfaat dari olahraga terhadap pengelolaan

DM terutama pengendalian glukosa darah, namun sebagian besar penderita DM

jarang melakukan aktivitas fisik dan bahkan tingkat kepatuhan dalam melakukan

aktivitas juga rendah (Albright, et al. 2010). Laporan ADA tahun 2007, hanya

25% - 42% penderita DM dewasa di Amerika Serikat melakukan olah raga

dibandingkan dengan individu yang tidak menderita DM. Hasil survey di China

yang dilaporkan oleh Chinese Diabetes Society tahun 2010 menunjukan hanya

35,2% penderita DM tipe 2 melakukan olah raga (Qiu, et al. 2012).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 penderita DM

yang berkunjung ke Puskesmas Praya Lombok Tengah, bahwa 7 orang (70%)

mengatakan tidak pernah melakukan olah raga dalam 1 minggu dan 8 pasien

(80%) mengatakan kondisi gula darahnya masih tinggi. Alasan penderita DM

tidak melakukan kegiatan olahraga adalah karena malas, sibuk, dan adanya

penyakit lain seperti rematik. Kondisi ini menuntut penanganan DM harus

dilakukan dengan serius dan terprogram.

Perawat komunitas memainkan peran penting dalam penanggulangan DM di

masyarakat termasuk subsistem yang terdapat didalamnya, yaitu individu,

keluarga dan kelompok khusus. Menurut Allender, Rector, dan Warner (2010),

perawat komunitas memiliki peran dan fungsi dalam penenggulangan DM di

masyarakat meliputi: 1) Advokat; perawat komunitas memberikat nasehat kepada

keluarga dengan DM dan masyarakat tentang pengelolaan DM secara mandiri,

memberikan informasi mengenai layanan kesehatan bagi penderita diabetes, dan

mengupayakan sistem layanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita diabetes.

2) Kolaborator; perawat komunitas bekerja sama dengan berbagai profesi

kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis), organisasi yang berada di komunitas

(PKK, Posbindu, perkumpulan penderita diabetes) dalam upaya penanggulangan

DM. 3) Pelaksana; perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan langsung

kepada penderita DM sebagai individu, keluarga dan masyarakat. 4) Pendidik;

perawat komunitas memberikan pendidikan kesehatan baik pada tingkat

pencegahan primer, sekunder, dan tersier agar penderita DM dapat mengelola DM

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

11

Universitas Indonesia

secara mandiri. 5) Peneliti; Perawat melakukan penelitian atau menelaah

fenomena DM seperti peningkatan prevalensi, dan perilaku penderita DM.

Keberhasilan perawat komunitas menjalankan peran dan fungsi dalam

penanggulangan DM tidak terlepas dari strategi intervensi yang digunakan.

Menurut Hichocok, Schurbert, dan Tomas (1999), strategi intervensi keperawatan

komunitas dalam penanggulangan DM meliputi: kemitraan, pemberdayaan,

pendidikan kesehatan, dan proses kelompok.

Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua belah pihak atau lebih

berdasarkan keterbukaan dan saling menguntungkan (Depkes RI, 2005). Perawat

komunitas membangun dan membina jejaring kerja sama dengan pihak pihak

yang terkait dalam upaya penanggulangan DM baik level individu, keluarga, dan

masyarakat. Pihak-pihak terkait tersebut adalah profesi kesehatan lainnya seperti

dokter, ahli gizi; stakeholder seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten; sponsor, organisasi penderita DM, tokoh masyarakat dan kader

setempat. Anderson dan Mcfarlane (2010) menyatakan bahwa kemitraan perawat

komunitas dan masyarakat sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam

rangka meningkatkan penyembuhan dan derajat kesehatan masyarakat.

Pemberdayaan adalah proses pemberikan dorongan dan kekuatan kepada

masyarakat sehingga membentuk pengetahuan baru dan kekuatan untuk mandiri

(Hitchcok, Schubert, & Thomas, 1999). Perawat komunitas melibatkan peran serta

masyarakat dalam penanggulangan DM seperti pelatihan kader tentang deteksi

dini diabetes. Perawat komunitas memperdayakan penderita DM melalui

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan DM di rumah,

sehingga terbentuk kemandirian mengelola DM (self management).

Strategi intervensi pendidikan kesehatan pada penanggulangan DM bertujuan

untuk menambah pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan

ketrampilan, dan mempengaruhi perilaku atau gaya hidup individu, keluarga

masyarakat. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat merubah perilaku penderita

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

12

Universitas Indonesia

DM untuk patuh terhadap saran pengelolaan DM secara mandiri. Strategi

intervensi proses kelompok merupakan proses pembentukan sebuah kelompok

yang dilakukan oleh perawat komunitas bersama masyarakat dalam upaya

penanggulan DM. Kelompok dapat berupa kelompok swabantu (self-help group)

dan kelompok pendukung (support group)

Ervin (2002) mengemukakan bahwa konsep dasar praktek keperawatan komunitas

diantaranya adalah upaya pencegahan. Upaya pencegahan penyakit di masyarakat

terdiri dari 3 tingkat, yaitu primer, sekunder dan tersier (Leavell & Clark, 1965

dalam Ervin, 2002). Pencegahan primer berfokus pada upaya pencegahan faktor

resiko sebelum terjadinya penyakit dan sasaranya adalah masyarakat sehat. Upaya

pencegahan primer yang bisa dilakukan oleh perawat komunitas untuk mencegah

terjadi penyakit DM meliputi: penggerakan masyarakat dalam peningkatan hidup

bersih dan sehat (PHBS) seperti meningkatkan aktivitas, diet seimbang,

mempertahan berat badan ideal, dan manajemen stres; pemberian pendidikan

kesehatan tentang nutrisi seimbang dan pengelolaan stres.

Pencegahan sekunder DM adalah melakukan deteksi dini dan penanganan awal

terhadap penyakit. Upaya pencegahan sekunder penyakit DM yang bisa dilakukan

oleh perawat komunitas adalah melakukan skrining terhadap kelompok resiko

(Allender , Rector & Warner, 2010). Pencegahan tersier DM adalah melakukan

tindakan pencegahan komplikasi pada penderita DM. Perawat komunitas

memberikan pendidikan kesehatan pada penderita DM tentang pentingnya

kepatuhan mengikuti terapi (obat, diet, dan olah raga). Keluarga diberikan

pendidikan kesehatan tentang cara memelihara stabilitas DM dan mencegah

terjadinya hipoglikemi. Bentuk intervensi keperawatan pada upaya pencegahan

tersier yaitu konseling, perawatan luka, senam kaki. Keberhasilan pelaksanaan

strategi intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah DM dipengaruhi oleh

kepercayaan klien terrhadap masalah tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Health Belief Model (HBM) yang

dikembangkan oleh Rosentock dan Becker tahun 1974. HBM merupakan

kerangka konsep untuk memahami perilaku kesehatan individu. Glanz, Rimer,

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

13

Universitas Indonesia

dan Viswanath (2008) mengemukakan bahwa diasumsikan bahwa HBM dapat

menjelaskan alasan perilaku ketidakpatuahan penderita DM dalam melakukan

olahraga yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu cara

pengelolaan DM.Terdapat 4 komponen utama dari konsep HBM yang dapat

menjelaskan ketidakpatuhan penderita DMdalam melakukan olah raga, yaitu

persepsi dirasakan sebagai hambatan dalam melakukan olah raga (perceived

barriers), persepsi dirasakan sebagai manfaat melakukan olah raga (perceived

benefits), persepsi dirasakan sebagai kerentanan dari penyakit DM (perceived

susceptibility), dan persepsi dirasakan sebagai keparahan dari penyakit DM

(perceived severity).

Variabel lain pada struktutur HBM adalah variabel demografi (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, etnis), psikososial (personality, tingkat sosial, peer group),

dan variabel struktur (pengetahuan tentang penyakit, lamanya menderita

penyakit). Variabel-variabel tersebut diperkirakan dapat memberikan kontribusi

tidak langsung terhadap prilaku penderita DMdalam melakukan olah raga

(Berman & Sneyder, 2012).

Pemahaman terhadap perilaku kesehatan masyarakat, memudahkan perawat

komunitas memberikan intervensi keperawatan. Glanz, Rimer, dan Viswanath

(2008) mengemukakan bahwa inti dari pendidikan kesehatan adalah perubahan

perilaku. Pemahahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku olah raga

penderita DM di masyarakat memberikan acuan bagi perawat komunitas dalam

menentukan strategi pendidikan kesehatan yang akan diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit DM saat ini mengalami peningkatan prevalensi di semua negara

termasuk Indonesia. Penyakit DM juga memberikan dampak merugikan bagi

individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, sehingga memerlukan

penanganan yang serius. Penanganan masalah DM dapat dilakukan dalam tiga

bentuk upaya pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

14

Universitas Indonesia

Olah raga bagi penderita DM merupakan salah satu bentuk pencegahan tersier

yang memberikan efek menurunkan glukosa dalam darah dan mencegah terjadi

komplikasi. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan efektifitas olah raga

dalam pengelolaan DM, namun sebagian besar penderita DM di masyarakat

belum banyak melakukan kegiatan olah raga sebagai salah satu bentuk terapi.

Kurtz (1990 dalam Haris 2007) mengemukakan bahwa sekitar 70-80% penderita

DM tidak patuh dalam melakukan olahraga. Penelitian ini mengidentifikasi faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga.

Pertanyaan penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja puskesmas Praya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita

DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok

Tengah

1.3.2 Tujuan Khusus

Teridentifikasinya:

1.3.2.1 Faktor pemodifikasi (modifying factors): umur, jenis kelamin, pendapatan,

suku, pengetahuan, dan lama menderita penyakit pada penderita DM di

wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah

1.3.2.2 Faktor persepsi (individual perceptions): persepsi kerentanan, keseriusan,

manfaat, dan hambatan terhadap kepatuhan melakukan olahraga pada

penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah

1.3.2.3 Faktor isyarat bertindak (cues to action): dukungan keluarga terhadap

kepatuhan melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja

Puskesmas Praya Lombok Tengah

1.3.2.4 Kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga di wilayah kerja

Puskesmas Praya Lombok Tengah

1.3.2.5 Hubungan faktor pemodifikasi, persepsi individu, dan isyarat bertindak

dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga di wilayah

kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

15

Universitas Indonesia

1.3.2.6 Faktor yang dominan berhubungan dengan kepatuhan penderita DM

dalam melakukan olah raga di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok

Tengah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi acuan bagi perawat komunitas

dalam memberikan intervensi keperawatan komunitas yang tepat dan efektif

dalam upaya peningkatan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga.

Hasil penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi acuan dalam pengembangan

intervensi keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan masalah diabetes

melitus.

1.4.2 Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dasar dalam

pengembangan ilmu keperawatan komunitas khususnya memahami perilaku sehat

masyarakat. Hasil penelitian ini juga diharapakan memberikan acuan dalam

merancang model pembelajaran yang melibatkan peran serta masyarakat dalam

upaya meningkatkan kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melakukan

olahraga

1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar untuk pengembangan penelitiaan

selanjutnya baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif berkaitan dengan

perilaku kesehatan masyarakat khususnya perilaku olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Bab ini akan mengemukakan beberapa konsep dan teori serta hasil penelitian

yang terkait dengan bidang penelitian yang akan menjadi landasan dan rujukan

dalam penelitian. Konsep dan teori tersebut meliputi: populasi DM sebagai

populasi rentan, konsep asuhan keperawatan komunitas pada populasi DM,

konsep kepatuhan dan olah raga pada populasi DM, konsep Health Belief Model

(HBM).

2.1 Populasi Diabetes Melitus (DM) Sebagai Populasi Rentan

Rentan atau kerentanan mempunyai pengertian yang luas. Beberapa ahli

mendefinisikan kerentanan berdasarkan sudut pandang berbeda. Kerentanan

didifinisikan sebagai suatu kondisi dimana individu mudah menderita penyakit

(Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Chesnay dan Anderson (2008) mendifinisikan

kerentanan dari aspek medis dan epidemiologi. Kerentanan dari aspek medis

adalah suatu kondisi kesehatan yang buruk, sedangkan dari aspek epidemiologi

kerentanan adalah resiko kemungkinan seseorang menderita penyakit dalam

jangka waktu tertentu. Aday (2001) menjelaskan bahwa individu berada dalam

kondisi kerentanan berarti berada dalam posisi menderita, terabaikan dan

membutuhkan bantuan orang lain. Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas

dapat di simpulkan bahwa kerentanan adalah kondisi resiko munculnya masalah

kesehatan dan memburuknya masalah kesehatan pada individu, sehingga individu

tersebut membutuhkan pertolongan.

Kelompok rentan adalah kelompok yang beresiko terhadap terjadinya penurunan

kesehatan fisik, psikologi dan sosial (Aday, 2001). Kondisi resiko dalam kontek

keperawatan komunitas mengandung arti yaitu kondisi dimana populasi memiliki

resiko yang lebih besar mengalami penurunan kesehatan dibandingkan dengan

yang lainnya (Stanhope & Lacaster, 2004). Populasi penderita DM adalah

termasuk dalam populasi rentan, karena kondisi kesehatan penderita DM beresiko

16

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

17

Universitas Indonesia

mengalami penurunan kesehatan fisik, psikis, dan sosial seiring dengan perjalanan

penyakit.

Masalah penurunan kesehatan fisik yang dialami oleh populasi DM adalah

berkaitan dengan komplikasi penyakit seperti munculnya penyakit stroke,

gangren, penyakit kardivaskuler, hipertensi, retinopati, dan penyakit ginjal yang

mana prevalensi penyakit tersebut pada populasi penderita DM lebih tinggi

dibandingkan populasi normal atau populasi yang tidak menderita DM (Permana,

2011). Hasil survey oleh WHO tahun 2005 menunjukan bahwa 15-25% penderita

hipertensi dan 40-45% penderita penyakit jantung di Indonesia adalah penderita

DM (Kemenkes RI, 2008.a). Hasil penelitian Nafisa, et.al (2011) menunjukan

prevalensi komplikasi yang dialami oleh populasi DM di Goa India meliputi:

80% neuropati, 32.3% Chronic Heart Desease (CHD), 20% katarak, 15.5%

retinopati, 11,5% penyakit perifer vaskuler, dan 6,9% stroke.

Populasi penderita DM mempunyai resiko lebih besar akan munculnya beban

psikososial yaitu adanya respon emosional negatif dalam menghadapi penyakit

meliputi: rasa cemas, marah, merasa berdosa dan depresi (Darmono, 2005).

Penelitian oleh Kakleas, Kandyla, Karayianni, dan Karavanaki (2009) tentang

masalah psikososial yang dialami oleh penderita DM dewasa tipe 1 di Prancis

menunjukan hasil bahwa penderita diabetes tipe 1 dewasa beresiko mengalami

peningkatan gangguan kejiwaan sebesar 10-20%, gangguan makan sebesar 8-

30%, dan gangguan penyalahgunaan zat adiktif sebesar 20-50%. Penelitian kohor

yang dilakukan oleh Pawaskar, Anderson, dan Balkishnan (2007) tentang gejala

depresi yang terjadi pada penderita diabetes tipe 2 usia lanjut di Amerika

menunjukan hasil bahwa 17% dari 792 responden mengalami gejala depresi.

Spiers (2000, dalam Larkin, 2009) mendefinisikan kelompok rentan adalah

kelompok yang membutuhkan perawatan kesehatan seperti usia lanjut, anak-anak,

dan penderita penyakit kronis. Populasi penderita DM merupakan populasi

penderita penyakit kronis dimana populasi tersebut menderita penyakit DM

seumur hidup (PERKENI, 2011). Batasan penyakit kronis adalah mengacu pada

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

18

Universitas Indonesia

lamanya proses perjalanan penyakit yang terjadi pada individu atau lamanya

individu mengalami kondisi sakit seperti penyakit DM, kanker, dan tuberculosis

(Stanhope & Lancaster, 2004). Kondisi kronis yang dialami oleh populasi

penderita DM membutuhkan bantuan penanganan dari tenaga kesehatan yaitu

dokter, perawat, dan ahli gizi, serta tenaga kesehatan lainnya berupa pemberian

pengobatan, perawatan, pencegahan kecacatan, dan pendidikan kesehatan tentang

penyakit diabetes (PERKENI 2011).

Populasi DM sebagai kelompok rentan dapat dijelaskan dalam beberapa faktor,

yaitu faktor resource limitations, faktor health status, faktor health risks, dan

faktor marginalization (Stanhope & Lancaster, 2004). Faktor resource limitations

(keterbatasan sumber) mengacu pada ketidakadekuat sumber sosial dan ekonomi

individu. Adler, et.al. (1997 dalam Stanhope & Lancaster, 2004) mengemukakan

bahwa status ekonomi mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Orang

dengan kondisi miskin biasanya hidup dengan kondisi yang membahayakan

kesehatan seperti tinggal pada pemukiman padat penduduk, lingkungan dengan

sanitasi buruk, bekerja pada tempat yang beresiko, mengalami kekurangan

makanan, dan memiliki banyak stressor (de la Bara, 1998, dalam Stanhope &

Lancaster, 2004). IDF memperkirakan pada tahun 2007 prevalensi DM pada

negara berkembang seperti Asia, Timur Tengah, dan Oceania sebesar 12-20% dan

pada tahun 2025 diperkirakan 80% dari semua kasus DM akan terjadi pada

negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah (IDF, 2007).

Stanhope dan Lancaster (2004) mengemukakan bahwa adanya perubahan status

kesehatan baik fisik maupun psikis kearah yang lebih buruk mendorong individu

berada dalam kondisi rentan. Perubahan status kesehatan mungkin disebabkan

oleh proses penyakit yang lama (penyakit kronis). Populasi penderita DM akan

menghadapi proses penyakit yang lama bahkan seumur hidup. Kondisi ini

mengakibatkan penderita DM mengalami penurunan status kesehatan.

Faktor health risk (resiko kesehatan) sebagai salah satu karakteristik populasi

rentan mengandung arti bahwa populasi rentan mengalami pengalaman yang

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

19

Universitas Indonesia

kompleks, terpapar resiko yang kumulatif, dan mempunyai sensivitas terhadap

dampak yang ditimbulkan dari beberapa resiko yang terjadi. Resiko bisa dari

lingkungan fisik yang membahayakan, lingkungan sosial yang membahayakan

dan perilaku individu seperti diet, dan olahraga (Stanhope & Lancaster, 2004).

Populasi penderita DM rentan mengalami peningkatan glukosa darah yang bisa

menimbulkan komplikasi, bila populasi DM memiliki perilaku kesehatan yang

tidak adekuat seperti diet yang tidak seimbang, kurang aktivitas, dan

ketidakpatuhan melakukan kontrol gula darah. Hasil penelitian Howteerakul,

Suwannapong, Rittichu, dan Rawdaree (2010) menunjukan hasil bahwa 50,2%

penderita diabetes tipe 2 yang tidak rajin kontrol gula darah mempunyai kadar

gula darah > 8%. atau diatas normal yaitu

Faktor marginalization (marjinalisasi) mengandung arti bahwa populasi rentan

merasa terpinggirkan atau termarjinal dari kelompok masyarakat. Permasalahan

yang dihadapi oleh populasi rentan tidak terlihat atau muncul di masyarakat dan

populasi tersebut memiliki ketebatasan kekuatan dalam memperoleh sumber yang

dibutuhkan. Salah satu aspek dari faktor marjinalisasi pada poulasi rentan adalah

dimensi disenfranchisement (terpisah). Populasi rentan merasa terpisah dengan

beberapa kelompok sosial yang ada di masyarakat. Perasaan terpisah muncul

karena tidak adanya dukungan sosial yang diperlukan dalam mengontrol emosi

dan kesehatan fisik secara efektif (Stanhope & Lancaster, 2004). Populasi

penderita DM mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan sosial di

masyarakat dan cenderung menarik diri dari pergaulan sosial karena adanya

gangguan emosional berupa rasa cemas, depresi, dan rasa tidak berguna

(Obueqbe, 2008)

Menurut Aday (2001) tentang kerangka kerja kerentanan, mengemukakan bahwa

ketersediaan sumber materi dan non materi adalah penting dalam menentukan

resiko kumulatif dari kondisi kerentanan. Sumber materi yang mempengaruhi

kerentanan adalah sumber daya manusia seperti pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dan perumahan, sedangkan sumber non materi adalah berhubungan

dengan sosial status seperti ras, etnis, umur, dan jenis kelamin.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

20

Universitas Indonesia

2.2 Strategi Penanggulangan Diabetes Melitus

Strategi penanggulangan DM secara global mengacu pada penanggulangan

penyakit tidak menular secara umum dengan fokus kegiatan meliputi: surveilans,

promosi kesehatan, pencegahan faktor resiko, meningkatan akses dan kualitas

perawatan (Alwan, 2009). IDF juga menetapkan beberapa kegiatan dalam upaya

penanggulangan diabetes, yaitu peningkatan kesehatan penderita DM,

pencegahan peningkatan kasus DM tipe 2, dan penghentian diskriminasi

penderita DM

Penanggulangan DM nasional dilaksanakan oleh Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak menular (DPPTM) dengan mengeluarkan beberapa kebijakan,

strategi dan tindakan. Kebijakan dalam penanggulangan penyakit diabetes di

Indonesia meliputi: pengendalian DM dilakukan melalui pencegahan dan

penanggulangan faktor resiko, penemuan dan tatalasana kasus secara tepat, survey

epidemiologi, dan pemberian informasi dan edukasi tentang DM; peningkatan

surveilans epidemiologi dan sarana pelayanan kesehatan; peningkatan

kemampuan petugas dan masyarakat dalam pengendalian DM; mengembangkan

potensi masyarakat kearah kemandirian; meningkatkan peran pemerintah

Provinsi, Kabupaten/Kota, dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi upaya pengendalian DM (Kemenkes RI, 2008.a).

Strategi penanggungulangan DM di Indonesia meliputi: melaksanakan sosialisasi

dan advokasi pada pihak pemerintah, legislatif, stake holder, dan pemerintah

daerah; intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor resiko,

surveilans epidemilogi, penemuan dan tata laksana kasus, serta komunikasi,

informasi dan edukasi tentang DM; meningkatkan kemitraan melalui jejaring

kerja baik nasional, regional maupun internasional; pemberdayaan masyarakat

melalui pembentukan berbagai kelompok masyarakat; memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian yang mendukung upaya

peningkatan program penanggulangan DM (Kemenkes RI, 2008.a).

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

21

Universitas Indonesia

Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit Menular

menetapkan kegiatan pokok dalam penanggulangan DM di Indonesia meliputi:

pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, penemuan dan tatalaksana kasus,

surveilans epidemiologi, KIE, jejaring kerja dan advokasi. Kegiatan pokok

tersebut dilaksanakan dalam berbagai upaya pencegahan penyakit baik primer,

sekunder dan tersier (Kemenkes RI, 2008.a). Pelaksanaan kegiatan

penanggulangan penyakit DM melibatkan berbagai komponen seperti tenaga

kesehatan (dokter, perawat, ahli gizi), stake holder, dan juga melibatkan

masyarakat seperti keluarga, tokoh agama dan masyarakat, dan organisasi

kemasyarakan (PERKENI, 2011). Bentuk bantuan yang diberikan oleh komponen

yang terlibat dalam penanggulangan diabetes tersebut didasarkan pada peran dan

fungsi masing-masing.

Perawat komunitas sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan mempunyai

peran penting dalam penanggulangan penyakit tidak menular seperti penyakit

DM. Peran perawat komunitas dalam penanggulangan penyakit DM dapat

ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat sebagai area intervensi

keperawatan komunitas (Allender, Rector, & Warner, 2010). Allender dan

Spradley (2005) mengemukakan bahwa hal yang utama dilakukan oleh perawat

komunitas dalam menjalankan peran pada praktek keperawatan komunitas adalah

melakukan upaya pencegahan terhadap masalah kesehatan. Pencegahan

mengandung arti melakukan antisipasi terhadap masalah kesehatan secepat

mungkin untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ketidakmampuan dan

keparahan. Upaya pencegahan kesehatan dapat dilakukan dalam 3 tingkat

pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Leavel & Clark,

1965, dalan Ervin, 2002).

2.2.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya mencegah terjadinya penyakit dengan mengatasi

faktor tertentu yang dapat meningkatkan dan menurunkan faktor resiko kejadian

penyakit (Watkins, Edwards, & Gastrell, 2003). Allender, Rector, dan Warner

(2010) memberikan definisi pencegahan primer adalah upaya meningkatkan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

22

Universitas Indonesia

kesehatan, kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kerentanan terhadap adanya

stressor melalui kegiatan promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan proteksi

kesehatan. Kegiatan pencegahan primer difokuskan pada masyarakat yang sehat

dan strategi intervensi yang utama digunakan adalah pendidikan kesehatan,

dengan tujuan untuk merubah perilaku (Stanhope & Lancaster, 2004).

Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan perawat komunitas dalam

mencegah terjadinya penyakit DM adalah memberikan pendidikan kesehatan

kepada masyarakat tentang gaya hidup yang sehat dengan cara memberikan

pedoman cara mempertahankan perilaku diet sehat dan seimbang,

mempertahankan berat badan normal, dan mempertahankan kegiatan jasmani

yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan.

2.2.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah melakukan deteksi dini dan penanganan lebih awal

pada masalah kesehatan (Allender & Spradley, 2005). Salah satu kegiatan pada

pencegahan sekunder adalah penemuan penderita secara aktif pada tahap dini.

Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yaitu

pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak

pada kelompok resiko tinggi. Deteksi dini terhadap penyakit melalui program

skrining dapat dilakukan dengan metode wawancara, mengkaji riwayat kesehatan,

dan pemeriksaan fisik (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

Upaya pencegahan sekunder pada penyakit DM adalah dimulai dengan kegiatan

deteksi dini adanya pengidap DM melalui program skrining. Peran perawat

komunitas dalam kegiatan deteksi dini adalah sebagai care provider (Allender &

Spradly, 2005), yaitu melakukan skirining secara langsung pada masyarakat

terutama kelompok beresiko seperti kelompok yang memiliki kelebihan berat

badan (obesitas). Perawat komunitas juga dapat menjalankan peran sebagai

konselor dan pendidik dalam upaya pencegahan sekunder penyakit DM. Bentuk

peran perawat komunitas sebagai konselor yaitu memberikan motivasi pada

masyarakat terutama kelompok beresiko untuk melakukan pemeriksaan gula

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

23

Universitas Indonesia

darah, sedangkan pada peran sebagai pendidik, perawat komunitas mengajarkan

kepada kelompok resiko DM tentang bagaimana cara memodifikasi diet

seimbang, melakukakan olahraga dan menghadapi stress.

2.2.3 Pencegahan tersier

Pencegahan tersier difokuskan pada program rehabilitasi dan pemulihan setelah

terjadi sakit dengan tujuan mencegah tejadinya keparahan, kecacatan, dan

mengembalikan fungsi (Allender, Rector & Warner, 2010). Pencegahan tersier

pada individu dengan masalah kesehatan bertujuan untuk mencegah terjadinya

keparahan penyakit dan meminimalkan terjadinya ketidakmampuan yang

mempengaruhi kehidupan individu, sedangkan pencegahan tersier pada area

komunitas bertujuan meminimalkan efek dari kondisi tidak sehat yang dialami

masyarakat.

Upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas yaitu

memberikan konseling kepada individu dan keluarga tentang cara pencegahan

kecacatan. Perawat komunitas juga dapat melaksanakan peran sebagai pemberi

perawatan kesehatan langsung, yaitu melakukan perawatan luka, mengajarkan

senam untuk penderita DM. Nies dan McEwen (2007) mengemukakan bahwa

membangun kerja sama dengan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan

pencegahan tersier sebagai dasar promosi kesehatan.

2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Intervensi keperawatan adalah kegiatan keperawatan yang berpusat pada pasien

yang diberikan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah atau diagnosa

keperawatan (McCabe, 2001). Strategi intervensi keperawatan komunitas yang

dapat digunakan dalam mengatasi masalah DM meliputi: strategi pendidikan

kesehatan, proses kelompok, pemberdayaan, partnership, dan perawatan langsung

(Hitchecok, Schubert, & Thomas, 1999).

2.3.1 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk merubah

perilaku individu, kelompok, dan masyarakat, yaitu dari perilaku yang dianggap

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

24

Universitas Indonesia

merugikan kesehatan menuju pada perilaku yang bermanfaat bagi kesehatan

untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang (Simons, 1976, dalam

Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). Pendidikan kesehatan mencakup tindakan

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan yang optimal dilakukan secara terus

menerus pada beberapa fase kegiatan seperti fase deteksi penyakit, pengobatan,

rehabilitasi dan fase perawatan yang lama (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008).

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di masyarakat, sekolah, dan

klinik (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). Upaya pendidikan kesehatan di tingkat

komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: intervensi di tingkat

komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program

promosi kesehatan, unsur-unsur di komunitas dapat membentuk sinergi dalam

upaya promosi kesehatan, dan individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat

apabila mendapat dukungan keluarga (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Intrvensi keperawatan komunitas melalui pendidikan kesehatan dalam konteks

penanggulangan penyakit DM dapat dilakukan pada 3 level pencegahan penyakit,

yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

Pendidikan kesehatan dilakukan pada tahap pencegahan primer bertujuan untuk

untuk menurunkan resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya DM. Perawat

komunitas mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit DM dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor

tersebut pada masyarakat. Perawat komunitas juga memberikan pemahaman lebih

awal pada aggregate usia prasekolah dan usia sekolah tentang pentingnya latihan

jasmani secara teratur, pola dan jenis makanan yang sehat dan seimbang, menjaga

badan tidak terlalu gemuk, dan resiko merokok bagi kesehatan.

Pendidikan kesehatan pada tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk

memotivasi kelompok beresiko untuk melakukan skrining dan penatalaksanaan

gejala DM yang muncul. Perawat komunitas menjelaskan pada kelompok

beresiko tentang tujuan dan manfaat dilakukan skrining, menjelaskan dan

mengajarkan pada kelompok yang sudah terdiagnosa DM tentang pengeloloaan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

25

Universitas Indonesia

DM meliputi diet, olah raga, obat, manajemen stres, dan kontrol teratur.

Pendidikan kesehatan pada tahap pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah

komplikasi dan memelihara stabilitas kesehatan. Perawat komunitas mendorong

kelompok penderita DM untuk melakukan follow up secara teratur, mengajarkan

tentang cara mencegah hiperglikemi berulang, menjarkan individu dan keluarga

tentang modifikasi diet untuk DM, dan mengajarkan bagaimana memelihara

stabilitas kesehatan (Allender & Spradley, 2005).

3.3.2 Proses Kelompok

Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang

dilakukan dengan cara menghimpun individu-individu yang mempunyai

kesamaan dan mengorganisasikan dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster,

2004). Interensi keperawatan dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan

mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan

komunitas apabila bekerja bersama dengan masyarakat, berbagai kelompok di

masyarakat dapat di kembangkan sesuai dengan dengan inisiatif dan kebutuhan

masyarakat, misalnya Posbindu dan karang lansia

Strategi intervensi dengan proses kelompok dapat memberikan pengaruh positif

meliputi: (1) membangun harapan ketika anggota kelompok menyadari bahwa ada

orang lain yang telah menghadapi atau berhasil menyelesaikan masalah yang

sama; (2) universalitas, dengan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri

menghadapi masalah yang sama; (3) berbagi informasi; (4) saling membantu; (5)

koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang paralel terjadi dalam kelompok

dan dalam keluarga; (6) pengembangan tekhnik sosialisasi; (7) perilaku imitatif

dari pemimpin kelompok; (8) chatarsis, ketika anggota belajar untuk

mengekspresikan perasaan secara tepat; (9) faktor faktor eksistensial ketika

anggota kelompok menyadari bahwa hidup kadang tidak adil dan setiap orang

harus bertanggung jawab terhadap cara hidup yang telah ditempuh (Yalom, 1983

dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

26

Universitas Indonesia

Bentuk kelompok yang dapat di kembangkan dalam penanggulangan penyakit

DM berupa kelompok swabantu (self-help group), yaitu kelompok yang terdiri

dari penderita DM yang mempunyai keinginan saling berbagi permasalahan

terkait masalah penyakit DM. dan kelompok dukungan (support group), yaitu

kelompok yang terdiri dari masyarakat bukan penderita DM seperti kader, tokoh

masyarakat yang peduli terhadap penyakit DM.

2.3.3 Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk

meningkatkan penguasaan seseorang dalam mengambil keputusan untuk

mengubah hidup (Kreisberg, 1992 dalam Allender & Spradley, 2005). Hithcock,

Schubert, dan Thomas (1999) memaknai konsep pemberdayaan sebagai proses

pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformasi

kepada masyarakat meliputi: dukungan, kekuatan ide baru, dan kekuatan untuk

mandiri sehingga membentuk pengetahuan baru. Pemberdayaan, kemitraan

memiliki hubungan yang kuat dan mendasar. Kemitraan yang dijalin memiliki

prinsip yaitu bekerja sama dengan masyarakat, sehingga perawat komunitas perlu

memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul

partisipasi aktif masyarakat (Nies & McEwan, 2007).

Bentuk pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas

dalam penanggulangan masalah penyakit DM berupa pelatihan kader posbindu

tentang DM, peningkatan pengetahuan penderita DM tentang pengelolaan mandiri

DM, dan melibatkan keluarga dalam perawatan penderita DM. Pemberdayaan

populasi penderita DM berkembang melalui proses pemberdayaan dengan tahapan

meliputi: 1) tahapan penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli

sehingga merasa membutuhkan kemampuan mengelola penyakit diabetes secara

mandiri, 2) tahap tranformasi berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam

mengelola DM secara mandiri, 3) tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

sehingga terbentuk inisiatif dan inovatif untuk mengantarkan kemandirian

mengelola diabetes secara mendiri (Allender, Rector, & Warner, 2010)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

27

Universitas Indonesia

2.3.4 Partnership

Partnership diartikan suatu kerjasama formal antara individu– individu,

kelompok-kelompok, dan organisasi-organisasi untuk mencapai tujuan

(Kemenkes RI, 2011). Allender dan Spradley 2005 memberikan definisi

partnership adalah suatu kesepakatan antara orang-orang (agency) untuk tujuan

saling menguntungkan. Partnership bisa dilaksanakan dalam lingkup yang besar,

yaitu mencakup hubungan multinasional seperti hubungan dengan pemerintah,

legislasi, dan juga partnership bisa dalam area yang kecil.

Partnership yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah membangaun

jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan

penyakit DM. Pihak - pihak tersebut meliputi: profesi kesehatan (dokter, ahli

gizi), stake holder (puskesmas, dinas kesehatan kota/kabupaten, departemen

kesehatan, departemen sosial, dan pemerintah kota), sponsor, dan organisasi

masyarakat (PKK, Posbindu).

2.3.5 Perawatan langsung

Perawatan langsung adalah memberikan asuhan keperawatan langsung kepada

kepada populasi penderita DM. Bentuk intervensi keperawatan langsung yang

dapat dilakukan oleh perawat komunitas dalam penanggulangan DM meliputi:

2.3.5.1 Observasi

Hithcock, Schubert, dan Thomas (1999) mengemukakan observasi merupakan

kegiatan yang dilaksanakan terus menerus selama kunjungan dan di mulai sejak

dilakukan pengkajian terhadap popolasi. Observasi terhadap populasi penderita

DM meliputi: observasi perilaku terkait perilaku beresiko seperi aktivitas fisik,

diet, interaksi dengan keluarga, tetangga, dan komunitas. Observasi diperlukan

untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada populasi penderita DM

.

2.3.5.2 Terapi Modalitas

Terapi modalitas merupakan sarana penyembuhan yang tidak disadari,

menimbulkan respon tubuh berupa energi sehingga menimbulkan efek

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

28

Universitas Indonesia

penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang dapat diterapkan pada

populasi penderita DM meliputi: terapi relaksasi progresif, massage, manajemen

nyeri, olahraga kaki diabetes, range of motion, dan terapi acupressure.

2.5.3.3 Terapi komplementer

Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau

memperkuat pengobatan konvesional maupun biomedis dengan tujuan

mempercepat proses penyembuhan (Snyder & Linquist, 2010). Bentuk-bentuk

terapi komplementer untuk penderita DM meliputi: 1) pengobatan alternatif:

terapi herbal, akupuntur, dan terapi herbal China; 2) intervensi tubuh dan pikiran:

meditasi, hipnotis, terapi perilaku, guided imagery, dan pengobatan mental dan

spiritual; 3) terapi bersumber pada bahan organik: terapi diet DM, terapi jus, bee

pollen, dan terapi lintah; 4) terapi energy: terapi sentuh, latihan seni pernapasan

tenaga dalam, dan Tai Chi; 5) bioelektromagnetik: terapi magnet

2.4 Konsep Diabetes Melitus, Olahraga, dan Kepatuhan

2.4.1 Diabetes Melitus dan Olahraga

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik di mana

penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau

tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula

dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh

(Misnadiarly, 2006). Menurut konsesus PERKENI tahun 2006 bahwa penentuan

diagnosa DM didasarkan pada hasil pemeriksaan gula darah baik sewaktu

maupun puasa dan munculnya gejala-gejala seperti sering kencing, cepat lapar,

rasa haus, dan penurunan berat badan (Kemenkes RI, 2008.a)

DM terdiri dari 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 (Fox & Kilvert,

2010). Diabetes tipe 1 atau yang dikenal dengan diabetes ketegantungan insulin

merupakan gangguan metabolik yang ditandai kenaikan kadar gula darah akibat

kesurakan sel beta pankreas yang menyebabkan tidak terproduksi insulin sehingga

memerlukan penambahan insulin dari luar. Sedangkan diabetes tipe 2 atau yang

dikenal dengan diabetes tidak ketergantungan insulin adalah gangguan metabolik

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

29

Universitas Indonesia

yang ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah yang disebabkan

penurunan pengeluaran insulin oleh sel beta pangkreas (Kemenkes RI, 2008.b).

Diabetes tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak ditemukan pada

penderita diabetes, yaitu hampir 90 % dari keseluruhan penderita DM (Gonder,

Frederick, Cox, & Clarke, 2002). Diabetes Melitus tipe 2 ini selalu dikaitkan

dengan umur dan obesitas. Hasil studi epidemiologi di Amerika Serikat

menunjukan bahwa hampir 11% penderita DM tipe 2 berumur 65 keatas dan 6%

berumur antara 45-64 tahun, sementara hanya 1,5% penderita DM tipe 2 berumur

antara 18-44 tahun (Harris, 1998).

Keller (2006) menjelaskan bahwa kelebihan berat berat badan dan obesitas

berperan utama terhadap peningkatnya kejadian penyakit DM. Mekanisme

patologi dari asam bebas dan tertimbunya adipose dihubungkan dengan gangguan

sensivitas insulin. Penelitian dilakukan oleh kelompok Penelitian Program

Pencegahan Penyakit Diabetes di Amerika Serikat (2002) menunjukan bahwa

penyakit DM dapat dicegah pada kelompok resiko melalui penurunan berat badan

dan meningkatkan kegiatan olah raga.

Kondisi hiperglikemi atau peningkatan gula darah pada penderita DM berperan

penting terhadap terjadinya komplikasi. Hiperglikemi dapat menyebabkan

kerusakan pembuluh darah, saraf dan beberapa organ tubuh. Komplikasi

mikrovaskular dan makrovaskular meningkatkan angka kesakitan dan kematian

dan menurunkan kualitas hidup (Andrus et al., 2003; Fowler, 2008). Komplikasi

makrovaskular menyebabkan munculnya penyakit jantung koroner dan stroke.

Menurut laporan ADA tahun 2008 bahwa prevalensi kejadian penyakit akibat

komplikasi makrovaskuler terutama penyakit jantung lebih banyak diderita oleh

populasi penderita DM daripada populasi yang tidak menderita DM. Komplikasi

microvaskuler meliputi: nephropati (kerusakan pada ginjal), neuropathy

(kerusakan pada saraf), dan retinopathy (kerusakan pada retina) (Fowler, 2008).

Olahraga merupakan salah satu bagian dari upaya pencegahan primer dan

sekunder penyakit DM. Olahraga sebagai pencegahan sekunder yaitu ditujukan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

30

Universitas Indonesia

pada kelompok resiko tinggi penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder

yaitu dikaitkan dengan komplikasi pada orang yang telah didiagnosa menderita

penyakit DM. Olahraga memberikan manfaat yaitu meningkatkan sensivitas

insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menurunkan berat badan,

meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi, menghilangkan stress

(American Diabetes Association, 2008). Penelitan eksperimen terhadap 15 orang

kelompok kontrol dan 15 kelompok intervensi dengan melakukan olah raga 4 kali

/minggu selama 8 minggu pada penderita DM dewasa mengurangi glycosilat

hemoglobin (HbA1C) tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

penurunan berat badan (Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal 2001). Penelitian

meta-analysis dilakukan oleh Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal (2003)

menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olah raga dapat meningkatkan kerja

jantung dan menurunkan kadar gula dalam darah (HbA1C) pada pasien DM tipe

2. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sigal et al. (2007) menyimpulkan

bahwa olah raga aerobic dan latihan resisten meningkatkan HbA1C tetapi kontrol

gula darah menjadi lebih bagus, bila kedua kegiatan tersebut digabungkan.

Kesimpulan bahwa kegiatan olah raga merupakan strategi yang tepat untuk

memodifikasi faktor resiko dalam menurunkan angka kejadian diabetes dan

munculnya komplikasi.

2.4.2 Olah Raga yang Direkomendasikan Bagi Penderita Diabetes

Menurut U.S. Departement of Health and Human Services bahwa olahraga yang

dianjurkan bagi penderita dewasa umur 18 tahun ke atas adalah olah raga dengan

intesitas sedang sampai berat dan latihan kekuatan otot. Olah raga pada kategori

sedang dilaksanakan minimal 150 menit (2 jam dan 30 menit) per minggu,

sedangkan olahraga untuk kategori berat dilaksanakan selama 70 menit (1 jam 15

menit)

Canadian Diabetes Association (2008) merekomendasikan bagi penderita DM

untuk melakukan olah raga dengan intesitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda,

dan senam erobik atau olah raga dengan intensitas berat seperti jogging,

bersepeda, dan berenang dengan durasi 150 menit, 3 hari setiap minggu. American

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

31

Universitas Indonesia

Diabetes Association (ADA) merekomendasikan olah raga bagi penderita diabetes

dewasa adalah olah raga dengan intesitas sedang dengan durasi 150 menit, dan

frekuensinya 1 kali seminggu.

Soegondo, Soewondo, dan Subekti, (2009) mengemukakan bahwa prinsip olah

raga pada penderita DM adalah memenuhi beberapa hal, yaitu: frekuensi,

intesitas, time (durasi), dan tipe (jenis) :Frekuensi : 3 – 5 kali perminggu yang

dilaksanakan secara teratur; intesitasnya adalah olahraga ringan dan sedang yaitu

60% - 70% Maximum Hearth Rate (MHR); time (durasi) adalah 30 - 60 menit;

tipe yaitu olahraga endurans (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.

Kementerian Kesehatan RI (2008.c) menetapkan olahraga yang dianjurkan bagi

bagi penderita DM meliputi : jenis olahraga untuk kesegaran kardiovaskuler yaitu

jantung, pembuluh darah, pernapasan, sirkulasi darah, kekuatan, dan kelenturan.

Olahraga yang dilakukan secara berkesenambungan dan berirama, yaitu otot- otot

berkontraksi secara teratur seperti jalan kaki, Jogging, bersepeda, berenang; lama

olahraga antara 20 – 30 menit; frekuensi paling sedikit 3 kali seminggu karena

ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam. Latihan tiap hari tidak

dianjurkan karena menurunkan kondisi fisik dan mental

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam melakukakn olahraga meliputi: 1) kondisi

dapat memperburuk gangguan metabolic penderita DM, yaitu beratnya penyakit

dan komplikasi seperti penyakit jantung, hipertensi, gangguan penglihatan,

gangguan fungsi ginjal, dan kelainan pada kaki; 2) gangguan pada kaki.

Mencegah gangguan pada kaki ketika melakukan aktivitas olahraga, penderita

DM harus mengenakan sepatu yang sesuai, kaki harus selalu bersih dan kering,

dan memeriksa kondisi kaki setiap sebelum dan sesudah melakukan olahraga.

2.4.3 Kepatuhan Melakukan Olahraga

Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan

gerakan tubuh yang berulang untuk mencapai kebugaran (Kemenkes RI, 2008.c).

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

32

Universitas Indonesia

Olahraga dilaksanakan untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan

fungsi organ tubuh seperti jantung dan kekuatan otot. Manfaat olahraga bagi

kesehatan telah dibuktikan melalui beberapa penelitian seperti olahraga dapat

meningkatkan kesehatan mental (Paluska & Schwenk, 2000), meningkatkan

fungsi status (Sing, 2002).

Kepatuhan melaksanakan olahraga merupakan hal yang penting dalam

mempertahankan status kesehatan. Penelitian Morey et al. (2002) menunjukan

hasil bahwa orang dewasa yang patuh melakukan olahraga selama 10 tahun lebih

memiliki ketahanan hidup lebih lama dibandingkan orang dewasa yang tidak

patuh melakukan olah raga. Beberapa hasil penelitian lain juga menunjukan

bahwa orang yang patuh melakukan program olahraga secara teratur dibandingkan

yang tidak patuh merasakan manfaat yang lebih besar, yaitu berkaitan dengan

peningkatan kebugaran, peningkatan fungsi fisik, dan peningkatan kualitas hidup

(Belza et al. 2002; Clark, 2003).

Berman dan Sneyder (2012) mendefinisikan kepatuhan adalah keadaan sejauh

mana perilaku individu seperti minum obat, melaksanakan diet, dan mengontrol

kesehatan dilaksanakan dengan benar, yaitu sesuai anjuran yang diberikan oleh

tenaga medis atau kesehatan. Kepatuhan melakukan olahraga adalah tingkat

partisipasi seseorang dalam melaksanakan olahraga sebagai bagian dari terapi

sesuai dengan anjuran (Dishman, 1994 dalam Ammann, 2010)

2.5 Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan Melaksanakan

Olahraga

Dominic dan Morey (2006) mengemukakan bahwa faktor –faktor yang

berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan olah raga meliputi: faktor

demografi, biologi, psikologi dan pengetahuan, perilaku, sosial.

2.5.1 Faktor Demografi

Secara umum faktor demografi berpengaruh kuat terhadap kepatuhan melakukan

olahraga. Faktor demografi meliputi: umur, jenis kelamin, ras dan etnis, status

sosial ekonomi, dan status perkawinan.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

33

Universitas Indonesia

2.5.1.1 Umur

Beberapa laporan hasil penelitian telah menunjukan pengaruh umur terhadap

perilaku olohraga. Penelitian yang dilakukan Barnes (2000) menyimpulkan bahwa

peningkatan usia adalah salah satu faktor menurunya aktivitas kegiatan olahraga.

Di Amerika Serikat, lebih dari 60% usia lanjut tidak melaksanakan olahraga

secara teratur (U.S Departement of Health and Human Service, 2001). Faktor

yang paling berpengaruh terhadap penurunan aktivitas olahraga pada usia lanjut

adalah menurunya status kesehatan, rendahnya persepsi atau keyakinan terhadap

pentingnya olahraga bagi kesehatan, adanya penyakit kronis, keterbatasan

mobilisasi, dan kekuatiran terhadap adanya rasa nyeri (Dishmann, (1994 dalam

Dominic & Morey, 2006). Faktor lain yang berpengaruh terhadap penurunan

aktivitas olahraga usia lanjut adalah tingkat pendidikan, riwayat dalam melakukan

olahraga, dan sosial kognitif meliputi: dukungan sosial, self-efficacy, persepsi

manfaat dan hambatan yang dirasakan (Brawley, 2003)

2.5.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin secara konsisten berpengaruh terhadap kegiatan olahraga, dimana

laki-laki mempunyai tingkat aktivitas olahraga lebih besar dibandingkan

perempuan. Beberapa faktor yang berhubungan dengan hambatan yang dirasakan

oleh perempuan melakukan aktifitas olahraga meliputi: 1) perempuan kurang

memahami manfaat olahraga dibandingkan laki-laki, 2) anjuran dalam melakukan

olahraga lebih ditekankan pada olahraga berat dimana perempuan kurang berani

melakukannya. Penelitian Salis, et.al. (2000) menunjukan hasil bahwa hanya 5%

perempuan melakukan olahraga rengan, 34% melakukan olahraga sedang seperti

berjalan. 3) dukungan sosial bagi perempuan untuk melakukan aktivitas olahraga

kurang dibandingkan laki-laki.

2.5.1.3 Ras dan Etnis

Perbedaan ras dan etnik berpengaruh terhadap tingkat aktivitas olahraga (Crespo,

2010). Penelitian Barnes (2003) menunjukan hasil bahwa ras kulit hitam,

Hispanik, Asia, dan American Indian di Amerika serikat mempunyai tingkat

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

34

Universitas Indonesia

aktivitas olahraga rendah. Data dari National Health Interview Survey tentang

ketidakpatuhan menjalankan olahraga antara ras yang berada di Amerika meliputi:

54 % ras Hispanik, 46% ras American Indian, 42% ras Asia, dan 36% ras kulit

putih. Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam melakukan olahraga

antara ras dan etnis minoritas tersebut adalah sosial ekonomi (Dismann, 1994).

2.5.1.4 Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi umumnya didefinisikan sebagai status sosial dari individu

atau kelompok dan biasanya diukur melalui kombinasi antara pendapatan,

pekerjaan dan pendidikan. Beberapa penelitian telah menunjukan ada hubungan

antara status sosial ekonomi dengan perilaku kesehatan khususnya olahraga.

Penelitian Hanson dan Chen, (2007) tentang hubungan antara status sosial

ekonomi dengan perilaku kesehatan orang dewasa menunjukan hasil bahwa status

ekonomi yang rendah berkaitan dengan rendahnya perilaku kesehatan, yaitu diet

yang tidak bagus, kurang aktivitas fisik, dan perilaku merokok yang berlebihan.

Penelitian Rimmer, Nicola, Riley dan Creviston (2002) mengemukakan beberapa

alasan yang menyebabkan individu dengan status ekonomi rendah mempunyai

tingkat aktifitas fisik/olah raga yang rendah meliputi: individu tersebut hidup atau

tinggal di lingkungan yang terbatas atau minim fasilitas olahraga, keterbatasan

sumber keuangan untuk membeli peralatan olahraga, rendahnya dukungan sosial

untuk melakukan olahraga, dan kurangnya pengetahuan tentang manfaat olahraga

bagi kesehatan. Hasil penelitian Billings, at.al. (1993) tentang dampak status

sosial ekonomi terhadap penggunaan rumah sakit di New York, menyimpulkan

bahwa orang dengan status ekonomi rendah, jarang mendapatkan saran/nasehat

dari tenaga kesehatan (dokter) tentang perilaku kesehatan yang terkait pencegahan

seperti melaksanakan olahraga.

2.5.2 Faktor Biologi

Faktor biologi adalah faktor internal individu seperti adanya penyakit, faktor

genetik, dan penampilan dari individu. Individu dengan penyakit kronis

mempunyai tingkat aktivitas olahraga yang rendah dibandingkan dengan yang

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

35

Universitas Indonesia

tidak menderita penyakit kronis (King,1992). Kelebihan berat badan/obesitas juga

mempengaruhi individu melakukan aktivitas olahraga. Penelitian Brownson, et.al.

(2000) menunjukan bahwa wanita di Amerika Serikat yang mengalami

kegemukan kurang melakukan aktivitas olahraga dibandingkan dengan wanita

yang kurus.

2.5.3 Faktor Pengetahuan dan Psikologi

Faktor pengetahuan dan psikologi yang dapat mempengaruhi aktivitas olahraga

meliputi persepsi hambatan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan,

kesehatan mental, self-efficacy, motivasi diri, persepsi tentang sehat, stress, dan

pengetahuan tentang olahraga. Beberapa penelitian menunjukan bahwa hambatan

yang dirasakan (perceived barriers) merupakan faktor yang besar terhadap

perilaku olahraga. Hasil penelitian Trost, Owen, Bauman dan Sallis (2002)

menyimpulkan bahwa persepsi yang dirasakan sebagai hambatan mempunyai

hubungan yang kuat terhadap perilaku olahraga individu. Faktor penghambat

umumnya adalah tidak mempunyai waktu (sibuk), cuaca, tidak ada teman, kurang

tenaga, dan kurang sehat.

2.5.4 Faktor Sosial

Faktor dukungan dari tenaga kesehatan (dokter), dukungan dari keluarga dan

dukungan dari teman sangat berhubungan dengan kepatuhan melakukan olahraga

(Salis,1999). Penelitian Burton, at.al. 1999 melaporkan bahwa 40% pasien lanjut

usia di masyarakat mengatakan bahwa dokter mempunyai pengaruh yang kuat

aktivitas olahraga yang mereka lakukan. Saran dari dokter yang menganjurkan

olahraga berhubungan dengan aktivitas fisik yang dilakukan oleh orang lanjut usia

(Kreuter, Cheeda & Bull, 2000)

2.6 Konsep Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model (HBM) pertama kali dikembangkan oleh ahli psikologi,

Amereika Serikat yaitu Rosentock tahun 1950 dengan tujuan menjelaskan alasan

ketidak berhasilan program skrining dan penyakit terutama penyakit TBC di

Amerika Serikat (Hochbaum, (1958); Rosenstock, (1960) dalam Champion &

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

36

Universitas Indonesia

Skinner, 2008). HBM selanjutnya berkembang menjadi model untuk mengetahui

respon individu terhadap gejala penyakit (Kirscht,1974 dalam Champion &

Skinner, 2008) dan mengetahui perilaku individu dalam merespon adanya

penyakit terutama kepatuhan dalam menjalankan regimen terapi (Becker, 1974

dalam Champion & Skinner, 2008).

Glanz, Rimer, dan Viswanath, (2008) mengemukakan bahwa Health Belief Model

(HBM) banyak digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan.

Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan

oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia

untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958 dalam Glanz, Rimer, dan

Viswanath, 2008). Persepsi individu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

yang mempengaruhi intrapersonal perilaku kesehatan. Health Belief Model

(HBM) digunakan secara luas untuk membantu menentukan alasan seseorang

terlibat dalam aktivitas tertentu yang atau tidak meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan (Fridmen, Bowden & Jones, 2002).

Konstruksi utama Health Belief Model (HBM) memiliki empat persepsi yaitu: 1)

persepsi keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), 2) persepsi

kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), 3) persepsi manfaat yang

dirasakan (perceived benefits), dan 4) persepsi hambatan yang dirasakan

(perceived barriers). Masing-masing persepsi, secara individu atau dalam

kombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Konstruksi

HBM selanjutnya mengalami pengembangan, yaitu isyarat untuk bertindak (cues

to action), faktor motivasi (motivating factors), dan self – efficacy.

Kontruksi lain yang ada pada HBM adalah faktor pemodifikasi (modify factors),

yang memberikan kontibusi tidak langsung terhadap perilaku kesehatan individu.

Faktor pemodifikasi meliputi: demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku,

dan status sosial); variabel psikologi (kepribadian, tingkat sosial, dan peer group);

dan variabel struktur (pengetahuan tentang penyakit, lamanya menderita

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

37

Universitas Indonesia

penyakit). Penjelasan tentang kontruksi Health Belief Model (HBM) sebagai

berikut:

2.6.1 Persepsi Kerentanan (perceived susceptibility)

Persepsi kerentanan adalah persepsi subyektif individu tentang resiko yang

diperoleh dari kondisi kesehatan yang dialami. Risiko individu atau kerentanan

adalah salah satu persepsi yang sangat kuat dalam mendorong orang untuk

mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar risiko yang dirasakan, semakin besar

kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko (Champion &

Skinner, 2008). Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa tindakan pencegahan

terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan dirinya atau

keluarganya rentan terhadap penyakit

2.6.2 Persepsi Keseriusan (perceived seriousness)

Persepsi keseriusan adalah perasan seseorang berkaitan dengan keseriusan kondisi

kesehatan atau penyakit. Persepsi keseriusan dirasakan (perceived seriousness)

merupakan keyakinan seseorang tentang keseriusan atau keparahan penyakit.

Persepsi keseriusan sering didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan,

dan juga dapat berasal dari sebuah keyakinan seseorang atas penyakit tersebut,

yaitu terkait keparahan dan dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan

(Champion & Skinner, 2008). misalnya, kebanyakan orang menganggap penyakit

flu sebagai penyakit yang relatif kecil. Namun, jika individu memiliki asma dan

tertular flu, sehingga individu dirawat di rumah sakit, maka persepsi individu

tersebut bahwa penyakit flu mungkin itu adalah penyakit yang serius.

Persepsi keseriusan penyakit DM yang dirasakan oleh populasi penderita DM

mungkin dapat dirasakan setelah adanya komplikasi seperti adanya penyakit

jantung, hipertensi, luka gangren dan pengetahuan penderita tentang penyakit

DM sebagai penyakit yang harus mengkonsumsi obat terus menerus dan dialami

seumur hidup

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

38

Universitas Indonesia

2.6.3 Persepsi Manfaat (perceived benefits)

Persepsi manfaat (perceived benefits) adalah kepercayaan individu tentang

keuntungan atau manfaat dari suatu tindakan dalam mengurangi ancaman.

Persepsi manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang didasari dari nilai

atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko berkembangnya

penyakit. Orang cenderung untuk mengadopsi sehat perilaku ketika mereka

percaya perilaku baru akan menurun kemungkinan terkena penyakit. Persepsi

manfaat yang dirasakan memainkan peran penting dalam mengadopsi perilaku

pencegahan sekunder seperti melakukan skrining.

2.6.4 Persepsi Hambatan (perceived barriers)

Persepsi hambatan (perceived barriers) merupakan kepercayaan individu tentang

konsekuensi negatif. Persepsi hambatan yang dirasakan adalah persepsi terhadap

aspek negatif yang mengahalangi/ mempengaruhi secara psikologi individu

berperilaku sehat sesuai dengan anjuran seperti rasa sakit, biaya, pengalaman yang

tidak menyenangkan.

2.6.5 Isyarat Bertindak (cues to action)

Isyarat bertindak (cues to action) merupakan rangsangan atau kejadian yang dapat

meningkatkan motivasi seseorang melakukan perubahan perilaku kesehatan.

Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan

internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam individu seperti gejala penyakit

yang dirasakan, sedangkan rangsangan eksternal berasal dari interaksi

interpersonal, misalnya media masa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi

dengan petugas kesehatan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

39

Universitas Indonesia

2.7 Kerangka Konsep Teori

Health Belief Model (HBM)

2.1 Skema Kerangka Konsep Teori

Sumber : The Health Belief Model dalam Glanz K., Rimer B.K., Viswanath K

(2008) ; Dominic dan Morey (2006)

Kepatuhan Melakukan Olahraga

Faktor yang berkaitan dengan kepatuhan olahraga Dominic dan Morey

(2006)

Faktor Pemodifikasi

(Modifying Factors)

Persepsi Individu

(Individual

Perception)

- Persepsi

Keseriusan

- Persepsi Kerentanan Persepsi Manfaat

- Persepsi Hambatan

- Umur

- Jenis Kelamin

- Suku

- Pendapatan

- Pengetahuan

- Lama menderita

penyakit

Isyarat Bertindak (Cues to Action)

- Dukungan Keluarga

- Demograafi

- Biologi

- Pengetahuan

dan psikologi

- Sosial

-

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab ini akan menguraikan tentang kerangka konsep, hasil dari rangkaian konsep

teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi

operasional. Kerangka konsep merupakan landasan berpikir untuk melakukan

suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori. Hipotesis merupakan

pernyataan sementara yang perlu diuji apakah hipotesi diterima atau ditolak.

Definisi operasional mendefinisikan variabel penelitian ke dalam kerangka kerja

penelitian

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan panduan dalam pelaksanaan penelitian

yang diadopsi dari kerangka teori. Kerangka konsep merupakan rangkuman teori

– teori yang saling terkait yang menunjukan hubungan antara variabel yang diteliti

(Sastroasmoro & Ismail, 2011). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari

variabel independen dan variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini berasal dari struktur dari Health Belief

Model (HBM) meliputi: faktor pemodifikasi (modifying factors), persepsi

individu (individual perception), dan isyarat bertindak (clues to action) (Breman

& Sneyder,2012). Faktor pemodifikasi adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi individu, meliputi: demografi (umur, jenis kelamin, suku,

pendapatan); variabel sturuktur (pengetahuan dan lama menderita penyakit).

Persepsi individu meliputi: persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi

manfaat, dan persepsi hambatan. Isyarat bertindak (clues to action) merupakan

faktor fisik atau lingkungan yang dapat menumbuhkan motivasi untuk berprilaku

sehat. Isyarat bertindak meliputi: dukungan keluarga dan lama menderita penyakit

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan melakukan olahraga.

Kepatuhan melakukan olahraga adalah tingkat partisipasi seseorang dalam

melaksanakan olahraga sebagai bagian dari terapi sesuai dengan anjuran

40

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

41

Universitas Indonesia

(Dishman, 1994 dalam Ammann, 2010). Standar kepatuhan dalam melakukan

olahraga dalam penelitian ini meliputi: jenis olahraga, frekuensi dan durasi

melakukan olahraga (Kemenkes RI,2008.d)

Berdasarkan urain diatas, maka kerangka konsep peneltian ini sebagai berikut:

Gambar. 3.1 Kerangka konsep penelitian

Faktor Pemodifikasi (Modifying Factors):

1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Suku 4. Pendapatan 5. Pengetahuan tentang

olah raga bagi DM 6. Lama menderita DM 7. Pengetahuan Persepsi Individu (Individual Perceptions) 7. Kerentanan 8. Keseriusan 9. Manfaat 10. Hambatan

Isyarat Bertindak (Cues to Action) :

11. Dukungan Keluarga

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Patuh

Tidak Patuh

Kepatuhan

Melakukan

Olahraga

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

42

Universitas Indonesia

3.2 Hipotesis

3.2.2 Hipotesis Kerja (Ha)

3.2.2.1 Ada hubungan antara umur dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olah raga

3.2.2.2 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penderita DM

dalam melakukan olah raga

3.2.2.3 Ada hubungan antara suku dengan dengan kepatuhan penderita DM

dalam melakukan olah raga

3.2.2.4 Ada hubungan antara pendapatan dengan dengan kepatuhan penderita DM

dalam melakukan olah raga

3.2.2.5 Ada hubungan antara pengetahuan dengan dengan kepatuhan penderita

DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.6 Ada hubungan antara lama menderita penyakit dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.7 Ada hubungan antara persepsi kerentanan dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.8 Ada hubungan antara persepsi keseriusan dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.9 Ada hubungan antara persepsi manfaat dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.10 Ada hubungan antara persepsi hambatan dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

3.2.2.11 Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan dengan kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olah raga

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

43

Universitas Indonesia

3.3 Definisi operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel

Definisi

Operasional

Alat Ukur dan

Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Variabel Independen Umur Usia responden

yang dihitung

berdasarkan

waktu mulai lahir

sampai ulang

tahun terakhir

Kuesioner dengan

pertanyaan isian.

Dinyatakan dalam

tahun

Interval

Jenis

Kelamin

Gender responden

yang dibawa sejak

lahir

Kuesioner dengan

pertanyaan pilihan

Dikatagorikan

menjadi 2 (dua)

kelompok yaitu :

1.= Perempuan

2 = Laki-laki

Nominal

Suku Karakteristik

budaya responden

yang berkaitan

dengan asal

orang tua

Kuesioner dengan

pertanyaan pilihan

Dikatagorikan

menjadi 2 yaitu :

1= Sasak

2 = bukan Sasak

Nominal

Pendapatan Rata-rata

penghasilan

responden/

keluarga setiap

bulan yang diukur

melalui upah

minimum

regional(UMR)

Kuesioner dengan

pertanyaan pilihan

Dikatagorikan

menjadi 2 yaitu :

1 = Tinggi

(≥ Rp 750.000.,-)

2= Rendah

(< Rp 750.000,-)

(Sumber : UMR

Kabupaten Lombok

Tengah)

Ordinal

Pengetahuan Kemampuan

responden dalam

menjawab

pertayaan secara

benar tentang

olahraga yang

diperuntukan bagi

penderita DM

Kuesioner dengan 10

peryataan

Skor untuk setiap

jawaban :

0 = Tidak

1 = Ya

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of point

median 9

2 = Kurang

Bila < cut of point

median 9

Ordinal

Lama

menderita

penyakit

Waktu menderita

penyakit DM

yang dihitung dari

sejak didiagosa

DM sampai

sekarang yang

dihitung dalam

jumlah bulan

Kuesioner dengan

pertanyaan terbuka

Dikategorikan

menjadi 2 :

1 = Kurang dari 6

bulan

2 = lebih dari 6 bulan

Ordinal

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

44

Universitas Indonesia

Persepsi

kerentanan

Pendapat

subyektif

responden

tentang resiko

yang bisa terjadi

dari kondisi

penyakit DM

Kuesioner dengan 10

item pernyataan

3 menggunakan

skala Likert:Sangat

Setuju (SS), Setuju

(S),Tidak setuju

(ST), dan Sangat

Tidak Setuju (STS).

Nilai pernyatan (+) :

SS = 4 S = 3

TS = 2 STS = 1

Nilai Pernyataan (-) :

SS = 1 S = 2

TS = 3 STS = 4

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of

point median 17

2 = Kurang

bila < cut of

point median 17

Ordinal

Persepsi

keseriusan

Pendapat

subyektif

responden tentang

keseriusan dari

penyakit DM

Kuesioner dengan 5

item pertanyaan

3 menggunakan

skala Likert:Sangat

Setuju (SS), Setuju

(S),Tidak setuju

(ST), dan Sangat

Tidak Setuju (STS).

Pernyatan (+) :

SS = 4 S = 3

TS = 2 STS = 1

Pernyataan (-) :

SS = 1 S = 2

TS = 3 STS = 4

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of

point median 31

2 = Kurang

bila < cut of

point median 31

Ordinal

Persepsi

manfaat

Pendapat

subyektif

responden tentang

keuntungan yang

diperoleh bila

berolah raga

Kuesioner dengan 5

item pertanyaan

3 menggunakan

skala Likert:Sangat

Setuju (SS), Setuju

(S),Tidak setuju

(ST), dan Sangat

Tidak Setuju (STS).

Pernyatan (+) :

SS = 4 S = 3

TS = 2 STS = 1

Pernyataan (-) :

SS = 1 S = 2

TS = 3 STS = 4

Dikatagorikan :

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of

point median 22

2= Kurang

bila < cut of

point median

22

Ordinal

Persepsi

Hambatan

Pendapat

subyektif

responden

terhadap kondisi

yang menjadi

halangan dalam

berolah raga

Kuesioner dengan 5

item pertanyaan

4 menggunakan

skala Likert:Sangat

Setuju (SS), Setuju

(S),Tidak setuju

(ST), dan

Sangat Tidak Setuju

(STS).

Pernyatan (+) :

SS = 4 S = 3

TS = 2 STS = 1

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of

point median 26

2 = Kurang

bila < cut of

point median 26

ordinal

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

45

Universitas Indonesia

Pernyataan (-) :

SS = 1 S = 2

TS = 3 STS = 4

Dukungan

Keluarga

Bentuk tindakan

keluarga terhadap

responden dalam

melakukan olah

raga

Kuesioner

menggunakan

skala Likert:

1. tidak pernah

2. kadang-kadang

3. sering

4. selalu

Dikategorikan

menjadi :

1= Baik

bila ≥ cut of

point median 13

2 = Kurang

bila < cut of

point median 13

Ordinal

Variabel Dependen

Kepatuhan

Olah raga

Pendapat

subyektif

responden

tentang aktifitas

jasmani yang

dilakukan

responden

mencakup :

- Jenis : jalan kaki,

jogging,

bersepeda, dan

berenang

- Frekuensi : 3 kali

seminggu

- Durasi : 20 -30

menit setiap kali

olahraga

(Kemenkes RI,

2008.d)

Kuesioner dengan

menggunakan

pertanyaan pilihan

ganda

Dikatagorikan

menjadi 2 (dua)

yaitu:

1 = Patuh

kriteria :

- melakukan

olahraga sesuai

jenis yang

dianjurkan (jalan,

lari, bersepeda,

dan berenang)

- Frekuensi : ≥ 3

- Durasi : 20 -30

menit.

1 = Tidak patuh

kriteria:

- Olahrga sesuai

jenis yang

dianjurkan, durasi

20 -30 menit,

frekuensi < 3 kali

perminggu

- Olahrga sesuai

jenis yang

dianjurkan, durasi

< 20 -30 menit,

frekuensi ≥ 3 kali

- Tidak berolahraga

sesuai jenis yang

dianjurkan. durasi

< 20- 30 menit,

frekuensi < 3 kali

perminggu

Nominal

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, populasi, sampel dan metode

sampling, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan

data, uji coba alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan rencana

analisis data.

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan

desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian analitik

adalah penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Polit dan Back (2012)

menjelaskan penelitian cross sectional adalah penelitian yang meneliti suatu

kejadian pada suatu waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-

faktor yang berpengaruh pada kepatuhan penderita diabetes melitus dalam

melakukan olah raga dimana observasi atau pengukuran terhadap variabel

dependen dan independen dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan.

Variabel dependen penelitian ini adalah kepatuhan melakukan olah raga,

sedangkan variabel independen meliputi: faktor pemodifikasi, persepsi individu,

dan isyarat bertindak.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subjek penelitian (Arikunto, 2001) yang memenuhi

kriteria penelitian sehingga populasi merupakan target utama penelitian.

Sastroasmoro & Ismael (2010) menjelaskan populasi penelitian merupakan

sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang berada pada wilayah

kerja Puskesmas Praya kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat yang

berjumlah 865 orang.

46

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

47

Universitas Indonesia

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama

dengan populasi sehingga dapat mewakili populasi tersebut. Sampel juga dapat

diartikan sebagai bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga

dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Sampel

dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penderita diabetes melitus yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Praya Kabupaten Lombok Tengah Nusa

Tenggara Barat

4.2.2.1 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan cara rule of thumb,

yaitu pengambilan jumlah sampel minimal berdasarkan jumlah seluruh variabel

independen. Dharma (2011) merekomendasikan estimasi besar sampel untuk

penelitian analisa multivariat menggunakan perhitungan dengan cara rule of

thumb. Perhitungan sampel dengan cara ini yaitu jumlah sampel minimal yang

diperlukan berkisar antara 5 sampai 50 kali banyak dari jumlah variabel

independen. Angka yang disarankan adalah 10 kali lebih banyak dari jumlah

variabel independen (Dharma, 2011). Rumus perhitungan dengan cara rule of

thumb adalah :

n = 5… 50 x jumlah variabel independen

Ket : - n = besar sampel

- 5…50 = kisaran jumlah sampel minimal yang diperlukan

Penelitian ini, peneliti menetapkan 10 sampel minimal dalam 1 variabel

independen. Variabel independent dalam penelitian ini berjumlah 11 variabel,

sehingga perhitungannya sebagai berikut:

Rumus : n = 5… 50 x jumlah variabel independen

n = 10 x 11

n = 110

Jumlah sampel ini kemudian dikoreksi untuk menghindari drop out pada sampel

penelitian dengan prediksi sample drop out sebesar 10 %. (Sastroasmoro &

Ismael, 2001). Perhitungan besar sampel akhir setelah dilakukan koreksi adalah:

110 + 10% = 122

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

48

Universitas Indonesia

4.2.2.2 Kriteria Sampel

Pengambilan sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria

inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target,

sedangkan kriteria eksklusi adalah keadaan dimana subyek yang memenuhi

kriteria inklusi yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro &

Ismael, 2001). Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : penderita DM yang

tercatat di Puskesmas Praya Kabupaten Lombok Tengah, Penderita DM berumur

30 tahun sampai 75 tahun. Penderita DM yang bisa membaca dan menulis,

penderita DM yang mampu melakukan kegiatan olahraga, bersedia menjadi

responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi: penderita diabetes

dengan komplikasi penyakit jantung, stroke, penderita diabetes melitus dengan

dimensia.

4.2.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik

probability sampling dengan metode proposional random sampling yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan dengan proporsi dan secara acak pada

kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah (Sastroasmoro &

Ismael, 2011). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sebagian dari

penderita diabetes melitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok

Tengah yang tersebar dalam 9 yaitu keluran Panji, Leneng, Renteng, Praya,

Praya, Prapen, Tiwu Galih, Gerunung, Gonjak, dan Semayan. Sampel dalam

penelitian ini adalah 122 orang yang tersebar pada 9 kelurahan sesuai dengan

proporsi jumlah penderita diabetes melitus tiap kelurahan. Rumus menentukan

jumlah sampel secara proposional untuk setiap kelurahan sebagai berikut :

Jumlah sampel = Jumlah penderita DM setiap kelurahan x jumlah sampel

setiap kelurhan Jumlah total populasi

Perhitungan dan distribusi sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

49

Universitas Indonesia

Tabel 4.1

Perhitungan Jumlah Sampel Secara Proposional di Wilayah Kerja Puskesmas

Praya Tahun 2011

(n = 865)

No. Nama Kelurahan Populasi (orang) Jumlah Sampel (orang)

1. Panji 43 7

2. Leneng 104 15

3. Renteng 61 8

4. Praya 156 22

5. Prapen 164 23

6. Tiwu Galih 138 19

7. Gerunung 69 10

8. Gonjak 61 8

9. Semayan 69 10

Jumlah 865 122

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Praya, Kecamatan Praya

Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Penetapan lokasi penelitian

didasarkan adanya fenomena, yaitu peningkatan yang signifikan kasus diabetes

melitus disertai dengan komplikasi. Berdasarkan laporan tahunan kesakitan

Puskesmas Praya tahun 2011 menunjukan bahwa prevalensi kasus diabetes

melitus dari tahun 2009 sampai 2010 mengalami peningkatan sebesar 63%.

Penderita DM dengan komplikasi sebesar 5% komplikasi meliputi: hipertensi,

penyakit jantung, gangren, dermatitis, katarak, dan neuropati. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Praya tentang kepatuhan penderita

diabetes melitus melakukan olah raga menunjukan bahwa 7 (70%) dari 10

penderita DM yang berobat di puskesmas Praya mengatakan tidak pernah

melakukan olah raga. Komplikasi diabetes akan mengalami peningkatan, bila

penderita tidak mematuhi program terapi yang dianjurkan , salah satunya adalah

melakukan olah raga

4.4 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari sampai bulan Juni 2012

dengan perincian kegiatan sebagai berikut : penyusunan proposal mulai bulan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

50

Universitas Indonesia

Februari sampai pertengahan Mei, pengambilan data mulai bulan Mei mingggu ke

empat sampai Juni minggu ke dua, dan tahap penyusunan laporan pada minggu

ke ketiga dan ke empat bulan Juni 2012.

4.5 Etika Penelitian

Polit, Beck dan Hugler (2001) memberikan definisi etika penelitian adalah

kesediaan atau tidak terlibat dalam penelitian, menjaga kerahasiaan baik identitas

maupun informasi yang diberikan oleh responden, dan menjaga responden dari

ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis. Prinsip etika penelitian yang

diterapkan pada penelitian yaitu prinsip manfaat (beneficence), menghargai hak

asasi manusia (respect for human dignity), dan hak memperoleh prinsip keadilan

(right to justice).

1.5.1 Aplikasi etik dalam penelitian

Pada penelitian ini, penerapan etika penelitian diawali dengan adanya kaji etik

oleh komite etik FIK-UI (terlampir). Peneliti selanjutnya menyampaikan surat

permohonan ijin penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah.

Setelah mendapat persetujuan dari pemda Kabupaten Lombok Tengah,

selanjutnya peneliti menyampaikan tembusan surat persetujuan penelitian ke

Dinas kesehatan Lombok Tengah dan Puskesmas Praya sebagai tempat penelitian.

Peneliti juga melakukan koordinasi untuk pelaksanaan penelitian dengan kepala

puskesmas, penanggungjawab program penyakit tidak menular di puskesmas

Praya, dan perawat puskesmas yang membantu dalam pengumpulan data. Prinsip

etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

4.5.1.1 Prinsip manfaat (beneficence)

Prinsip manfaat (beneficence) berarti bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya pada bagi subyek penelitian

dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (Dharma, 2011). Hasil

penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemberi pelayanan kesehatan di

daerah khususnya puskesmas Praya untuk peningkatan pelayanan kepada

kelompok masyarakat dengan penyakit DM. Teridentifikasi faktor yang

mempengaruhi kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melakukan olahraga,

maka dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

51

Universitas Indonesia

terkait perilaku olahraga dalam upaya penanggulangan masalah DM di

masyarakat, khususnya masyarakat Praya Lombok Tengah

4.5.1.2 Prinsip mengharagai harkat dan martabat (respect for human dignity)

Prinsip ini adalah prinsip menghargai hak dan martabat responden untuk

menentukan nasib sendiri. Respect for human dignity meliputi: (1) Hak untuk

terlibat atau tidak terlibat dalam sebuah penelitian (right to self determination),

yaitu responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

responden atau tidak, tanpa ada sanksi apapun. (2) Hak untuk mendapatkan

jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), yaitu peneliti

memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu

yang terjadi kepada responden. (3) Responden mendapat informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan (Jaji, 2009).

Pada penelitian ini, responden yang menjadi subyek penelitian diberi informasi

tentang maksud dan tujuan penelitian sebelum menyatakan kesediaan menjadi

responden. Setiap responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau menolak

menjadi responden dengan cara menandatangani informed concent (terlampir).

Informed Concernt merupakan kondisi dimana responden sudah mempunyai

informasi yang cukup terkait penelitian yang akan dilakukan (Polit & Beck,

2012). Pada penelitian ini, informed concernt telah diberikan sebelum menjadi

responden. Setelah membaca dan memahami isi informed concernt, sebanyak 122

responden menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan

menandatangani informed concernt yang diberikan. Selama penelitian tidak ada

responden menyatakan mengundurkan diri dari penelitian

4.5.1.3 Prinsip keadilan (right to justice)

Prinsip keadilan (right to justice) terdiri dari: (1) Hak untuk mendapatkan

penatalaksanaan yang adil (right to fair treatment), yaitu responden berhak

mendapatkan perlakuan yang adil baik sebelum, selama, dan setelah berpartisipasi

dalam penelitian, tanpa adanya diskriminasi;(2) Hak dijaga kerahasiaannya (right

to privacy), yaitu responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

52

Universitas Indonesia

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

bersifat rahasia (confidentiality). Penelitian ini, Peneliti menjaga kerahasiaan

informasi yang diberikan responden dengan tidak menampilkan nama dan alamat

asal responden dalam kuesioner, peneliti hanya menggunakan kode responden.

Peneliti juga memperlakukan semua responden sama, yaitu semua responden

diberikan penjelasan tentang manfaat, tujuan, dan prosedur penelitian. Peneliti

juga menetapkan responden berdasarkan proporsi untuk setiap kelurahan yang

telah ditentukan atau dihitung sebelumnya, dengan tujuan responden mempunyai

hak yang sama untuk diikutkan dalam penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner. Instrumen tersebut menggunakan pertanyaan–pernyataan yang

dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan teori pada bab 2.

Kuesioner tersebut meliputi :

4.6.1 Kuesioner A

Kuesioner A berisikan komponen variabel pemodifikasi meliputi usia, jenis

kelamin, pendapatan, pengetahuan tentang olahraga, dan lama menderita penyakit.

Umur diukur dengan pertanyaan isian yang hasilnya berupa data numerik. Jenis

kelamin, pendapatan, lama menderita DM diukur dengan pertanyaan pilihan.

Responden memberikan jawaban dengan cara memberikan tanda contreng (√)

pada kotak yang tersedia. Pengukuran pengetahuan tentang olahraga

menggunakan skala Guttman, yaitu “ya” dan “tidak” dengan 5 peryataan yang

terdiri dari peryataan favourrable dan peryataan unfavourrable. Nilai

Pernyataan favourrable : 1 = tidak, 2 = ya, dan sebaliknya untuk pernyataan

unfavourrable: 1 = ya, 2= tidak.

Hasil uji kenormalan terhadap data pengetahuan menggunakan uji Kolmogorof –

Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel pengetahuan tidak berdistribusi

normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk pengetahuan adalah 1 = baik

bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤ cut of point score median

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

53

Universitas Indonesia

4.6.2 Kuesioner B

Kuesioner B yaitu kuesioner variabel persepsi individu, terdiri dari: persepsi

kerentanan terdiri 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan

menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil uji kenormalan terhadap data kerentanan

menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel

kerentanan tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur

untuk kerentanan adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 =

kurang bila ≤ cut of point score median. Persepsi keseriusan terdiri dari 10

pernyataan (favourrable dan unfavourrable) dengan menggunakan skala likert,

dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Hasil uji kenormalan terhadap data keseriusan menggunakan uji Kolmogorof –

Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel keseriusan tidak berdistribusi

normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik

bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤ cut of point score median.

Persepsi manfaat terdiri 7 peryataaan. Hasil uji kenormalan terhadap data manfaat

menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel

manfaat tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk

manfaat adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤

cut of point score median. Persepsi hambatan terdiri 9 pernyataan. Hasil uji

kenormalan terhadap persepsi hambatan menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov

diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel manfaat tidak berdistribusi normal (p

value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik bila ≥ cut of

point score median dan 2 = kurang bila ≤ cut of point score median.

4.6.3 Kuesioner C

Kuesioner C merupakan kuesioner dukungan keluarga yang diukur dengan skala

likert 1-4 yang terdiri dari 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan

pilihan jawaban selalu, sering. kadang-kadang, dan tidak pernah. Pernyatan

favourrable diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2

untuk jawaban kadang-kadang , dan nilai 1 untuk untuk jawaban tidak pernah.

Pernyataan unfavourrable diberi nilai 4 untuk jawaban tidak pernah, 3 untuk

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

54

Universitas Indonesia

jawaban kadang, 2 untuk jawaban sering, dan nilai 1 untuk jawaban selalu. Hasil

uji kenormalan terhadap data dukungan keluarga menggunakan uji Kolmogorof –

Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel dukungan keluarga tidak

berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk dukungan

keluarga adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤

cut of point score median.

4.6.4 Kuesioner D

Kuesioner D merupakan kuesioner kepatuhan melakukan olahraga. Kuesioner ini

beisikan tentang olahraga. Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan multiple choice

bertingkat. Hasil ukur dari kuesioner kepatuahan melakukan olah raga adalah

berbentuk 2 kategori, yaitu 1 = patuh dengan kriteria melakukan olahraga jalan

kaki/ jogging/ bersepeda / renang dengan frekuensi ≥ 3 dan durasi : 20 -30

menit dan 2 = tidak patuh dengan kategori berolahraga jalan kaki, jogging,

bersepeda, berenang, durasi 20 -30 menit, tapi frekuensi < 3 kali perminggu;

Olahrga jalan kaki/ jogging/ bersepeda /berenang, durasi < 20 -30 menit,

frekuensi ≥ 3 kali; tidak berolahraga jogging, bersepeda, berenang.

4.7 Uji Instrumen

Uji instrumen telah dilakukan sebelum melaksanakan pengumpulan data

penelitian meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuan uji instrumen adalah

untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mengukur apa yang

seharusnya diukur (valid) dan bila instrumen tersebut digunakan beberapa kali

dengan obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama yaitu reliabilitas

(Sugiyono, 2006). Dharma (2011) mengemukakan bahwa responden uji

instrumen yang diambil dari populasi yang sama dengan responden penelitian,

maka diasumsikan memiliki karakteristik yang sama. Berdasarkan pernyataan

diatas maka uji coba kuesioner penelitian ini dilakukan pada penderita diabetes

melitus di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah yang mempunyai

karakteristik yang sama.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

55

Universitas Indonesia

4.7.1 Uji Validitas

Dharma (2011) menyatakan bahwa validitas menunjukkan ketepatan pengukuran

suatu instrumen, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas instrument dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program statistik pada komputer

dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Variabel peryataan dikatakan

valid bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) (Hastono,

2007). Peneliti menetapkan 0,361 untuk r tabel.

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada variabel pengetahuan, persepsi

(kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan), dan variabel dukungan keluarga.

Hasil uji validitas sebagai berikut :

4.7.1.1 Variabel pengetahuan

Peryataan variabel pengetahuan dilakukan uji validitas sebanyak 10 peryataan.

Hasil uji menunjukan bahwa dari 10 peryataan, terdapat 5 pernyataan yang valid (

p1,p2,p4,p6,p8) dengan nilai r hitung > r tabel.(hasil uji terlampir)

4.7.1.2 Variabel persepsi

Variabel persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan) mempunyai 10

peryataan setiap variabel yang dilakukan uji validitas. Hasil uji menunjukan

bahwa: variabel persepsi kerentanan menghasilkan 6 peryataan yang valid (kr1,

kr3, kr4, kr6, kr7, kr8), persepsi keseriusan menghasilkan semua peryataan (ks1 –

ks10) valid, persepsi manfaat menghasilkan 7 peryataan yang valid (man1, man2,

man3, man4, man7, man10), dan persepsi hambatan menghasilkan 9 peryataan

valid (ham1, ham2, ham3, ham4, ham5, ham7, ham8, ham9, ham10). (hasil uji

terlampir)

4.7.1.3 Variabel dukungan keluarga

Variabel dukungan keluarga memiliki 10 peryataan yang dilakukan uji validitas.

Hasil uji menunjukan bahwa 6 peryataan adalah valid (dk2, dk4,dk7, dk8, dk9,

dan dk 10). (hasil uji terlampir)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

56

Universitas Indonesia

Hasil item peryataan yang valid diambil sebagai item peryataan yang digunakan

sebagai kuesioner dalam penelitian, sedangkan item peryataan yang tidak valid

dihilangkan dengan pertimbangan bahwa item peryataan yang valid sudah

mewakili sebagai alat ukur

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat berarti keajegan kuesioner yaitu bahwa jika diukur berapa

kalipun maka hasilnya cenderung sama / konsisten. Reliabilitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan

alat ukur yang sama (Arikunto, 2001). Uji reliabilitas pada penelitian ini

dilakukan uji coba satu kali (one shot) dengan membandingkan nilai r hasil (alpha

chronbach) . Suatu pernyataan dikatakan valid bila nilai r hasil (alpha chronbach)

lebih dari 0,6 (Hastono, 2007). Hasil uji reliabiliitas pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil uji reliabilitas instrument penelitian kepatuhan penderita DM melakukan

olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah 2012

No Variabel Penelitian Hasil uji Reliabititas

(r alpha cronbach)

1 Pengetahuan 0.60

2 Persepsi kerentanan 0.61

3 Persepsi keseriusan 0.89

4 Persepsi manfaat 0.78

5 Persepsi hambatan 0.90

Dukungan keluarga 0.71

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :

4.8.1 Prosedur Administrasi Penelitian

4.8.1.1 Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indondesia Prosedur setelah dilakukan ujian proposal.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

57

Universitas Indonesia

4.8.1.2 Peneliti menyerahkan surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indondesia kepada pihak terkait sesuai lingkup

kewenangan penelitian yaitu Kepala Kesbangpol dan Linmas Kabupaten

Lombok Tengah

4.8.1.3 Mengurus surat izin ke Kepala Bapeda Lombok Tengah, setelah mendapat

surat persetujuan dari Kepala Kesbanpol dan Linmas Kabupaten Lombok

Tengah.

4.8.1.4 Peneliti menyampaikan surat ijin penelitian pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Lombok Tengah dan Puskesmas Praya

4.8.1.5 Peneliti bekerjasama dengan pihak puskesmas terutama penanggung jawab

program penyakit tidak menular untuk mekanisme pengambilan data.

4.8.2 Prosedur Teknis Penelitian

4.8.2.1 Peneliti mengumpulkan data penderita DM yang teregister di puskesmas

praya di penanggungjawab program penyakit tidak menular. Data pasien

DM yang ada dikelompokan berdasarkan tempat tinggal yaitu 9

kelurahan. Peneliti menetapkan penderita diabetes melitus sebagai

responden sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

Selanjutnya menentukan sampel yang menjadi responden berdasarkan

jumlah proporsi untuk setiap wilayah secara acak.

4.8.2.2 Tanggal 1 Juni 2012, peneliti menetapkan asisten peneliti yang terdiri dari

3 pegawai puskesmas dan 6 kader sebagai asisten peneliti mempunyai

tugas sebagai data collector (pengumpul data)

4.8.2.3 Tanggal 2 Juni 2012, peneliti memberikan pelatihan kepada asisiten

peneliti untuk menyamakan persepsi tentang prosedur penelitian, tugas

dan tanggung jawab pengumpul data, dan cara mengisi kuesioner di aula

puskesmas Praya.

4.8.2.4 Hari berikutnya, peneliti dibantu dengan asisten peneliti mulai

mengumpulkan data. Responden yang ditemui langsung, peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada responden tentang maksud

dan tujuan penelitian dan meminta kesediaan untuk menjadi responden

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

58

Universitas Indonesia

penelitian dengan meminta menandatangani informed consent sebagai

peryataan kesediaan menjadi responden dalam penelitian

4.8.2.5 Responden yang ditemui oleh asisten peneliti dibekali dengan penjelasan

penelitian dan informed consent yang disatukan dengan kuesioner untuk

dibacakan atau dijelaskan oleh asisten peneliti sebelum pengisian

kuesioner dilakukan.

4.8.2.6 Peneliti dan asisten peneliti memberikan penjelasan cara mengisi

kuesioner. Kemudian memberikan waktu 1 hari kepada responden untuk

mengisi kuesioner dengan alasan memberikan kebebasan responden

mengisi kuesioner.

4.8.2.7 Peneliti dan asisten peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah

disebarkan yang sebelumnya dilakukan pengecakan ulang terhadap

kuesioner yang sudah diisi dengan tujuan melihat kelengkapan isi

kuesioner. Kuesioner yang isian belum lengkap, peneliti langsung

meminta responden untuk melengkapi.

4.8.2.9 Kuesioner yang sudah lengkap diisi, selanjutnya dilakukan tabulasi dan

pengolahan data oleh peneliti sendiri

4.9 Pengolahan dan Analisa Data

4.9.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data meliputi: editing, coding, entry, dan cleaning (Hastono,

2007)

4.9.1.1 Pengediting Data (editing)

Kegiatan pengeditan data dilakukan oleh peneliti terhadap kuesioner yang telah

diisi oleh responden sebelum dilakukan entri data. Proses pengeditan data berupa

pemilahan kuesioner berdasarkan variabel seperti pengetahuan, persepsi,

dukungan keluarga.

4.9.1.2 Memberikan Kode (coding)

Coding merupakan proses pengkodean data variabel penelitian dengan tujuan

mempercepat entry data dan memudahkan peneliti memasukan data. Peneliti

melakukan pengkodean meliputi: variabel jenis kelamin diberi kode 1 untuk

perempuan dan 2 untuk laki-laki; suku diberi kode 1 untuk suku Sasak dan 2

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

59

Universitas Indonesia

untuk suku bukan sasak; pendapatan diberi kode 1 untuk pendapatan tinggi dan 2

untuk pendapatan rendah; pengetahuan diberi kode 1 untuk pengetahuan baik, dan

kode 2 untuk pengetahuan kurang; lama menderita penyakit diberi kode 1 untuk

kurang dari 6 bukan dan kode 2 untuk lebih dari 6 bulan; persepsi kerentanan,

keseriusan, manfaat dan persepsi hambatan diberi kode 1 untuk persepsi baik dan

kode 2 untuk persepsi kurang; dukungan keluarga diberi kode 1 untuk baik dan

kode 2 untuk kurang; Kepatuhan olahraga diberi kode 1 untuk patuh dan kode 2

untuk tidak patuh

4.9.1.3 Memproses Data (Processing)

Merupakan kegiatan memproses data yang sudah di entry. Processing data

menggunakan bantuan program computer.

4.9.1.4 Pembersihan Data (cleaning data)

Merupakan kegiatan melihat kembali data yang ada telah diinput. Peneliti

memeriksa kembali hasil input data pada program, jika terdapat kesalahan

pengetikan atau salah memasukkan data sesuai tempatnya, maka segera akan

diperbaiki, termasuk data missing.

4.9.2 Analisis Data

Analisis data penelitian adalah kegiatan mengolah data menjadi sebuah informasi

untuk mendeskripsikan karakterteristik setiap variabel yang diteliti (Hastono,

2007). Analisis data pada penelitian ini berupa analisis univariat, bivariat, dan

multivariat menggunakan program computer

4.9.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel yang

diukur dalam penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk melihat mean, median,

modus, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal serta confident interval (CI

95%) untuk data numerik dan melihat distribusi frekuensi dan proporsi untuk data

kategorik. Analisa univariat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

60

Universitas Indonesia

Tabel 4.3

Daftar Uraian Variabel dan hasil analisis univariat

No. Variabel Hasil Analisis

1. Umur Median

2. Jenis kelamin Frekuensi, Proporsi

3. Suku Frekuensi, Proporsi

4. Pendapatan Frekuensi, Proporsi

5. Pengetahuan Frekuensi, Proporsi

6. Lama menderita penyakit Frekuensi, Proporsi

7. Persepsi Kerentanan Frekuensi, Proporsi

8. Persepsi Keseriusan Frekuensi, Proporsi

9. Persepsi Manfaat Frekuensi, Proporsi

10. Persepsi Hambatan Frekuensi, Proporsi

11. Dukungan keluarga Frekuensi, Proporsi

12. Kepatuhan olahraga Frekuensi, Proporsi

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah mengolah data dengan menghubungkan antara 2 variabel

yaitu independen dengan dependen. Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel sehingga akan diketahui perbedaan yang signifikan

antara dua variabel tersebut. Analisa bivariat yang digunakan pada penelitian ini

dapat dilihat pada pada tabel 4.4

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

61

Universitas Indonesia

Tabel 4.4

Analisis Bivariat dan Uji Statistik Antara Dua Variabel

No Variabel Independen Variabel

Dependen Uji statistik

1. Umur Kepatuhan

berolah raga

t test independen

2. Jenis kelamin Kepatuhan

berolah raga

Chi square

3. Suku Kepatuhan

berolah raga

Chi square

4. Pendapatan Kepatuhan

berolah raga

Chi square

5. Pengetahuan Kepatuhan

berolah raga

Chi square

6. Lama menderita

penyakit

Kepatuhan

berolah raga

Chi square

7. Persepsi Kerentanan Kepatuhan

berolah raga

Chi square

8. Persepsi Keseriusan Kepatuhan

berolah raga

Chi square

9. Persepsi Manfaat Kepatuhan

berolah raga

Chi square

10. Persepsi Hambatan Kepatuhan

berolah raga

Chi square

11. Dukungan keluarga Kepatuhan

berolah raga

Chi square

Derajat kepercayaan (confidance interval) pada pengujian bivariat dalam

penelitian ini adalah sebesar 95 % dengan alpha (α) = 5 % atau 0,05. Jika hasil

uji statistik (p value) kurang dari α (0,05) maka Ha diterima atau dapat dikatakan

ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

4.10.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel (lebih

dari satu variabel) independen dengan satu variabel dependen (Hastono, 2007).

Analisa multivariat dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan variabel

independen meliputi: usia, jenis kelamin, suku, pendapatan, pengetahuan tentang

olah raga, lama menderita penyakit diabetes melitus, keseriusan, kerentanan,

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

62

Universitas Indonesia

manfaat, hambatan, dan dukungan keluarga dengan variabel dependen yaitu

kepatuhan melakukan olahraga.

Analisa multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi logistik

berganda dengan tahapan sebagai berikut:

4.10.3.1 Pemilihan kandidat multivariat

Pemilihan kandidat multivariat adalah melakukan uji seleksi bivariat antara

masing-masing variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, suku,

pendapatan, lama menderita sakit, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi

keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan dukungan keluarga. dengan

variabel dependen yaitu kepatuhan. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <

0,25, maka variabel tersebut masuk seleksi uji multivariat. Hasil seleksi bivariat

menunjukan bahwa variabel yang masuk seleksi (P<0,25) adalah variabel jenis

kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan dukungan

keluarga.

4.10.3.2 Melakukan uji multivariat

Uji multivariat menggunakan uji uji regresi logistik berganda dengan tujuan untuk

menentukan pemodelan. Variabel yang yang masuk dalam uji adalah variabel

yang masuk seleksi bivariat (jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat,

hambatan, dan dukungan keluarga) untuk variabel independen dan variabel

dependen adalah kepatuhan melakukan olahraga. Hasil uji menunjukan bahwa

semua variabel independent mempunyai nilai p < 0,05, artinya bahwa variabel

tersebut merupakan variabel untuk pemodelan akhir. Variabel yang masuk dalam

uji multivariat dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Analisis Multivariat dan Uji Statistik Regresi Logistik Berganda

No Variabel Independen Variabel

Dependen Uji statistik

1.

2.

3.

4.

5.

Jenis kelamin

Pengetahuan

Persepsi Manfaat

Persepsi Hambatan

Dukungan keluarga

Kepatuhan

berolah raga

Regresi logistik

berganda

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menguraikan tentang gambaran faktor pemodifikasi (umur,

jenis kelamin, suku, pendapatan, lama menderita sakit, dan pengetahuan),

persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan), isyarat bertindak

(dukungan keluarga) dan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga. Hasil

penelitian juga menjelaskan hubungan antara variabel umur, jenis kelamin, suku,

pendapatan, lama menderita sakit, persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat,

persepsi hambatan, dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya. Hasil penelitian

dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat yang disajikan dalam bentuk

tabel. Tabel penyajian hasil dan interpretasi sebagai berikut:

5.1 Uji Kenormalan

Variabel – variabel yang dilakukan uji kenormalan meliputi: pengetahuan,

kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan, dan dukungan keluarga dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji kenormalan dapat dilihat pada

tabel 5.1 berikut ini

Tabel 5.1

Hasil uji kenormalan variabel pengetahuan, kerentanan, keseriusan, manfaat,

hambatan, dan dukungan keluarga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas

Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel n p value

Pengetahuan 122 0.000

Kerentanan 122 0.000

Keseriusan 122 0.000

Manfaat 122 0.000

Hambatan 122 0.004

Dukungan Keluarga 122 0.000

63

6

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

64

Universitas Indonesia

Tabel 5.1 menunjukan bahwa variabel pengetahuan, kerentanan, keseriusan,

manfaat, hambatan, dan dukungan keluarga mempunyai nilai p valaue < 0.005,

artinya bahwa variabel tersebut berdistribusi tidak normal

5.2 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk memberikan gambaran tentang faktor

pemodifikasi (usia, jenis kelamin, suku, pendapatan, lama menderita sakit, dan

pengetahuan), persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan), isyarat

bertindak (dukungan keluarga), dan kepatuhan melakukan olahraga. Hasil analisa

univariat adalah sebagai berikut:

5.2.1 Gambaran Faktor Pemodifikasi Penderita DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Praya

Distribusi penderita DM berdasarkan usia di wilayah kerja puskesmas Praya dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi penderita DM berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Mean Minimum - Maksimum 95%CI

Umur 57.70 33 ; 72 (56.45 – 58.94)

Tabel 5.2 menunjukan bahwa rata – rata penderita DM berumur 57.70 tahun,

umur termuda 33 tahun dan tertua 72 tahun. Hasil estimasi interval dapat

disimpulkan 95% diyakini rata-rata umur penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya adalah diantara 56.45 sampai dengan 58.94.

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, suku, pendapatan, lama

menderita penyakit dan pengetahuan dengan distribusi dapat dilihat pada tabel

5.2 dan tabel 5.3 berikut ini:

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

65

Universitas Indonesia

Tabel 5.3

Distribusi Penderita DM berdasarkan jenis kelamin, suku, dan pendapatan di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

55

67

45.1

54.9

Suku

Sasak

Bukan Sasak

73

49

59.8

40.2

Pendapatan

Tinggi

Rendah

74

48

60.7

39.3

Total 122 100

Tabel 5.3 menunjukan bahwa jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar

54.9%, dengan distriribusi suku memperlihatkan lebih dari separuh berasal dari

suku Sasak yaitu sebanyak 59.8%. Hasil analisa juga menujukan bahwa sebagian

besar (60.7%) penderita DM mempunyai pendapatan tinggi

Tabel 5.4

Distribusi Penderita DM berdasarkan lama menderita sakit dan pengetahuan di

wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Lama menderita sakit

< 6 bulan

≥ 6 bulan

54

68

44.3

55.7

Pengetahuan

Baik

Kurang

65

57

53.3

46.7

Total 122 100

Hasil analisa menunjukan bahwa lama menderita sakit penderita DM terbanyak

adalah lebih dari 6 bulan sebesar 55.7% dan sebagian besar penderita DM (53.3%)

mempunyai pengetahuan baik

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

66

Universitas Indonesia

5.2.2 Gambaran Persepsi Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Praya

Tabel 5.5

Distribusi persepsi kerentanan, keseriusan penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kerentanan

Baik

Kurang

66

56

54.1

45.9

Keseriusan

Baik

Kurang

63

59

51.6

48.4

Total 122 100

Tabel 5.5 menujukan bahwa sebagian besar (54.1%) penderita DM memiliki

persepsi kerentenan baik dan separuh lebih (51.6%) memiliki persepsi keseriusan

baik

Tabel 5.6

Distribusi persepsi manfaat, hambatan penderita DM di wilayah kerja puskesmas

Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Manfaat

Baik

Kurang

65

57

53.3

46.7

Hambatan

Baik

Kurang

66

56

54.1

45.9

Total 122 100

Hasil analisa yang terlihat pada tabel 5.6 menunjukan bahwa persepsi manfaat

penderita DM terbanyak adalah baik sebesar 53.3%, dan separuh lebih (54%)

responden memiliki persepsi hambatan baik.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

67

Universitas Indonesia

5.2.3 Gambaran Isyarat Bertindak Penderita DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Praya

Tabel 5.7

Distribusi dukungan keluarga dalam kepatuhan melakukan olahraga di wilayah

kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Keluarga

Baik

Kurang

61

61

50.0

50.0

Total 122 100

Tabel 5.7 menunjukan bahwa separuh (50%) dari penderita DM memperoleh

dukungan keluarga baik terhadap kepatuhan melakukan olahraga.

5.2.4 Gambaran Kepatuhan Melakukan Olahraga Penderita DM di Wilayah

Kerja Puskesmas Praya

Tabel 5.8

Distribusi kepatuhan penderita DM melakukan olahraga responden di wilayah

kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kepatuhan Olahraga

Patuh

Tidak Patuh

52

70

42.6

57.4

Total 122 100

Hasil analisa kepatuhan melakukan olahraga menunjukan bahwa separuh lebih

(57.4 %) penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya tidak patuh melakukan

olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

68

Universitas Indonesia

5.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara faktor

pemodifikasi (umur, jenis kelamin, lama menderita sakit, pendapatan, dan

pengetahuan), persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan), dan

isyarat bertindak (dukungan keluarga) terhadap kepatuhan melakukan olahraga.

Hasil analisa bivariat dan interprestasi faktor pemodifikasi adalah sebagai

berikut:

5.3.1 Hubungan Faktor Pemodifikasi Dengan Kepatuhan Melakukan

Olahraga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Praya

Tabel 5.9

Analisa hubungan umur dengan kepatuhan olahraga penderita DM di wilayah

kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel Mean Minimum -

Maksimum p value

Umur

- 2.574 ; 2.492

Patuh 57.67 0.974

Tidak patuh 57.71

Tabel 5.9 menunjukan bahwa umur rata-rata penderita DM yang patuh melakukan

olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan umur yang tidak rata-rata 57.71 tahun .

Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita

DM dengan kepatuhan melakukan olahraga ( p : 0.974).

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

69

Universitas Indonesia

Tabel 5.10

Analisa hubungan jenis kelamin, suku, dan pendapatan dengan

kepatuhan olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel

Kepatuhan Total OR

(95%CI) p value

Patuh Tidak

patuh

n %

n % n %

Jenis Kelamin

Perempuan 30 54.5 25 45.5 55 100 2.455 (1.176 ;

5.124) 0.026*

Laki-laki 22 32.8 45 67.2 67 100

Suku

Sasak 33 45.2 40 54.8 73 100 1.303 (0.624 ;

2.721 0.605

Bukan sasak 19 38.8 30 61.2 49 100

Pendapatan

Tinggi 32 43.2 42 56.8 74 100 0.511 ;

2.225 1.000

Rendah 20 41.7 28 58.3 48 100

Ket : * bermakna pada α 0.05

Tabel 5.10 menjelaskan bahwa proporsi penderita DM yang tidak patuh

melakukan olahraga terbanyak berjenis kelamin laki-laki (67.2%). dibandingkan

dengan penderita DM perempuan (45.5%). Hasil uji statistik Chi Square diperoleh

nilai p = 0.026, maka dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara jenis

kelamin dengan kepatuhan melakukan olahraga. Hasil analisa diperoleh nilai OR=

2.455, artinya penderita DM laki-laki mempunyai peluang 2.45 kali lebih besar

untuk tidak patuh melakukan olahraga dibandingkan penderita DM perempuan.

Hasil analisis lanjut menunjukan bahwa proporsi penderita DM yang tidak patuh

melakukan olahraga terbanyak bukan dari suku sasak (61.2%) dibandingkan suku

sasak (54.8%). Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara suku dengan kepatuhan melakukan olahraga (p value : 0.605).

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

70

Universitas Indonesia

Hasil analisis hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan melakukan olahraga

diperoleh bahwa proporsi penderita DM dengan pendapatan rendah lebih besar

untuk tidak patuh melakukan olahraga (58.3%) dibandingkan penderita DM

dengan pendapatan tinggi (56.8%). Tetapi hasil uji statistik menujukan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kepatuhan

melakukan olahraga (p value : 1.000).

Tabel 5.11

Analisa hubungan lama menderita sakit, dan pengetahuan dengan kepatuhan

olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan

Juni 2012 (n=122)

Variabel

Kepatuhan Total OR

(95%CI) p value

Patuh Tidak

patuh

n %

n % n %

Lama menderita

sakit

< 6 bulan 26 48.1 28 51.9 54 100 1.500 (0.727 ;

3.094) 0.360

≥ 6 bulan 26 38.2 42 61.8 68 100

Pengetahuan

Baik 35 53.8 30 46.2 65 100 2.745 (1.299 ;

5.801) 0.013*

Kurang 17 29.8 40 70.2 57 100

Ket : * bermakna pada α 0.05

Tabel 5.11 menunjukan bahwa proporsi penderita DM yang menderita sakit lebih

dari 6 bulan lebih besar (61.8%) dibandingkan penderita DM yang sakit kurang

dari 6 bulan (51.9%) untuk tidak patuh melakukan olahraga. Hasil uji Chi Square

diperoleh hasil p= 0.360, artinya tidak ada hubungan bermakna antara lama

menderita sakit dengan kepatuhan melakukan olahraga. Tabel 5.11 juga

menunjukan bahwa proporsi penderita dengan pengetahuan kurang lebih banyak

(70.2%) tidak patuh melakukan olahraga dibandingkan penderita DM dengan

pengetahuan baik (46.2%). Hasil uji Chi Square diperoleh hasil p= 0.013, artinya

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

71

Universitas Indonesia

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan melakukan

olahraga. Hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 2.745, artinya penderita DM

yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang sebesar 2.745 kali lebih besar

untuk tidak patuh melakukan olahraga dibandingkan dengan penderita DM yang

pengetahuan baik.

5.3.2 Hubungan Faktor Persepsi Dengan Kepatuhan Melakukan Olahraga

Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Praya

Tabel 5.12

Analisa hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan dengan kepatuhan

melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel

Kepatuhan Total OR

(95%CI) p value

Patuh Tidak

patuh

n %

n % n %

Kerentanan

Baik 29 43.9 37 56.1 66 100 1.125 (0.547 ;

2.312) 0.892

Kurang 23 41.1 33 58.9 56 100

Keseriusan

Baik 26 41.3 37 58.7 63 100 0,892 (0.435 ;

1.829) 0.897

Kurang 26 41.1 33 55.9 69 100

Hasil analisis hubungan antara persepsi kerentanan dengan kepatuhan melakukan

olahraga diperoleh hasil bahwa ada 33 (58.9%) penderita DM memiliki persepsi

kurang yang tidak patuh melakukan olahraga. Sedangkan penderita DM yang

memiliki persepsi baik dan tidak patuh melakukan olahraga sebanyak 37 (56.1%).

Hasil uji Chi Square diperoleh hasil nilai p= 0.892, artinya tidak ada hubungan

yang bermakna antara persepsi kerentanan terhadap kepatuhan melakukan

olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

72

Universitas Indonesia

Hasil analisis lanjut menunjukan hasil bahwa proporsi penderita DM dengan

persepsi keseriusan baik lebih besar (58.7%) dibandingkan penderita DM dengan

persepsi keseriusan kurang (55.9%) untuk tidak patuh melakukan olahraga. Hasil

uji Chi Square menunnjukan tidak ada hubungan bermakna antara persepsi

keseriusan dengan kepatuhan melakukan olahraga (p value = 0.897)

Tabel 5.13

Analisa hubungan persepsi manfaat dan hambatan dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah

bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel

Kepatuhan Total OR

(95%CI) p value

Patuh Tidak

patuh

n %

n % n %

Manfaat

Baik 34 52.3 31 47.7 65 100 0.347 (0.165 ;

0.729) 0.016*

Kurang 18 31.6 39 68.4 57 100

Hambatan

Baik 37 56.1 29 43.9 66 100 3.487 (1.622 ;

7.498) 0.002*

Kurang 26 41.1 33 55.9 69 100

Ket : * bermakna pada α 0.05

Tabel 5.13 menunjukan bahwa proporsi penderita DM dengan persepsi manfaat

baik lebih besar (52.3%) dibandingkan penderita DM dengan persepsi manfaat

kurang (31.6%) untuk patuh melakukan olahraga. Hasil uji statistik di peroleh

nilai p = 0.016, artinya ada hubungan yang bermakna antara persepsi keseriusan

dengan kepatuhan melakukan olahraga. Hasil analisis didapatkan juga nilai OR =

0.347, artinya penderita DM dengan persepsi manfaat baik berpeluang 0,347

untuk patuh melakukan olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

73

Universitas Indonesia

Tabel 5.13 juga memaparkan bahwa bahwa proporsi penderita DM yang

mempunyai persepsi hambatan kurang lebih besar tidak patuh melakukan olahraga

(73.2%) dibandingkan penderita DM dengan persepsi hambatan baik (43.9). Hasil

uji Chi Square menunjukan ada hubungan bermakna antara persepsi hambatan

dengan kepatuhan melakukan olahraga (p value : 0.002). Hal ini mengidentifikasi

bahwa peluang penderita DM dengan persepsi hambatan kurang sebesar 3.487

kali lebih besar dibandingkan penderita DM dengan persepsi hambatan baik.

5.3.3 Hubungan Faktor Isyarat Bertindak Dengan Kepatuhan Melakukan

Olahraga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Praya

Tabel 5.14

Analisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan olahraga penderita DM

di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)

Variabel

Kepatuhan Total

OR

(95%CI) p value

Patuh Tidak

patuh

n %

n % n %

Dukungan

Keluarga

Baik 37 60.7 24 39.3 61 100 4.728 (2.174 ;

10.281) 0.000*

Kurang 15 24.6 46 75.4 61 100

Ket : * bermakna pada α 0.05

Hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan

olahraga didapatkan bahwa proporsi penderita DM dengan dukungan keluarga

kurang lebih besar tidak patuh melakukan olahraga (75.4%) dibandingkan

penderita DM yang mempunyai dukungan kelauarga baik ( 39.3%). Hasil uji

statisik diperoleh nilai p = 0.000, artinya ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan melakukan olahraga. Hasil analisis diperoleh juga nilai OR =

4.728), artinya bahwa penderita DM yang mempunyai dukungan keluarga kurang

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

74

Universitas Indonesia

berpeluang 4.728 kali untuk tidak patuh melakukan olahrga dibandingkan

penderita DM yang mempunyai dukungan keluarga baik.

5.4 Analisa Multivariat

5.4.1 Pemilihan Kandidat Variabel Multivariat

Pemilihan kandidat variabel yang akan diuji multivariat menggunakan analisa

bivariat dengan cara memasukan semua variabel independen meliputi: umur, jenis

kelamin, suku, pendapatan, lama menderita sakit, pengetahuan, persepsi

kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan

dukungan keluarga. Variabel yang diikutkan dalam seleksi kandidat multivariat

yaitu variabel dengan nilai p multivariat lebih kecil dari 0.25. Hasil analisa

bivariat dalam pemilihan kandidat variabel multivariate dapat dilhat pada tabel

5.15 berikut ini:

Tabel 5.15

Hasil analisis bivariat dalam penentuan kandidat multivariat pada faktor

pemodifikasi, faktor persepsi, dan isyarat bertidak terhadap kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya, Juni 2012

(n=122)

No Variabel p value

Faktor Pemodifikasi

1 Umur 0.976

2 Jenis kelamin 0.016*

3 Suku 0.481

4 Pendapatan 0.863

5 Lama menderita sakit 0.272

6 Pengetahuan 0.007*

Faktor Persepsi

7 Persepsi kerentanan 0.749

8 Persepsi keseriusan 0.755

9 Persepsi manfaat 0.005*

10 Persepsi hambatan 0.001*

Isyarat Bertindak

11 Dukungan keluarga 0.000*

*masuk seleksi model multivariat (p value < 0.25)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

75

Universitas Indonesia

Tabel 5.12 menunjukan bahwa variabel yang dapat masuk seleksi pada tahap uji

mulivariat meliputi jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi

hambatan, dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel yang tidak bisa ikut pada

tahap uji multivariat adalah variabel umur, suku pendapatan, lama menderita sakit,

persepsi kerentanan, dan persepsi keseriusan, disebabkan karena lima 6 variabel

tersebut mempunyai nilai p value lebih besar dari variabel nilai p value

pembanding (p value > 0.25)

5.4.2 Pemodelan Akhir Multivariat

Hasil analisis uji regreresi logistic berganda dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut

ini

Tabel 5.16

Hasil analisis multivariat jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi

hambatan, dan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan olahraga

penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya, Juni 2012 (n=122)

Variabel p OR 95%CI

Jenis kelamin 0.002 5.117 1.799 – 14.55

Pengetahuan 0.033 2.853 1.067- 7487

Persepsi manfaat 0.000 0.120 0.040 – 0.357

Persepsi hambatan 0.001 5.805 2.036–16.552

Dukungan keluarga 0.000 10.047 3.425-29.468

Konstanta - 6.468

Tabel 5.13 menunjukan bahwa semua variabel mempunyai nilai p value kurang

dai 0,05, (p value < 0.05), sehingga semua variabel tersebut merupakan

pemodelan akhir multivariat. Hasil analisis multivariat dapat disimpulkan bahwa

11 variabel independen ternyata ada 5 variabel yang diduga berhubungan dengan

kepatuhan melakukan olahraga penderita yaitu jenis kelamin, pengetahuan,

persepsi manfaat, persepsi hambatan dan dukungan keluarga. Hasil analisis

didapatkan Odd Ratio terbesar adalah dukungan keluarga (OR =10.047), artinya

Dukungan keluarga adalah variabel yang yang dominan berpengaruh terhadap

kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

76

Universitas Indonesia

Hasil uji multivariat menghasilkan pemodelan sebagai berikut:

Kepatuhan melakukan olahraga = - 6.468 + 5.117 (jenis kelamin) + 2.853

(pengetahuan) + 0.120 (persepsi manfaat + 5.805 (persepsi hambatan) + 10.047

(dukungan keluarga).

Model tersebut diatas menjelaskan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kepatuhan

penderita DM melakukan olahraga sebesar 5.117 kali setelah dikontrol oleh faktor

pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan dukungan keluarga.

Pengetahuan mempengaruhi kepatuhan penderita DM melakukan olahraga sebesar

2.853 kali setelah dikontrol faktor lain. Persepsi manfaat menghambat kepatuhan

penderita DM melakukan olahraga sebesar 0.120 kali setelah dikontrol oleh faktor

lain. Persepsi hambatan mempengaruhi kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olahraga sebesar 5.805 kali setelah dikontrol faktor lain.Dukungan

keluarga mempengaruhi kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga

sebesar 10.047 kali setelah dikontrol oleh jenis kelamin, pengetahuan, persepsi

manfaat dan persepsi hambatan.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

BAB 6

PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian didapat dan membandingkan dengan

literatur serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, serta

bagian akhir bab ini juga menyajikan keterbatasan dan implikasi penelitian untuk

keperawatan.

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian

6.1.1 Faktor Pemodifikasi dan Kepatuhan dalam Melakukan Olahraga

6.1.1.1. Hubungan umur dengan kepatuhan penderita DM melakukan

olahraga

Hasil analisis univariat menunjukan bahwa rerata umur responden adalah 57

tahun, atau termasuk kategori usia dewasa pertengahan (Berman & Sneyder

2012). Califano (1997, dalam Stanhope & Lancaster, 2002) mengemukakan

bahwa umur merupakan salah satu faktor resiko terjadinya masalah kesehatan

seperti penyakit DM. Insiden penyakit DM meningkat seiring dengan

pertambahan umur (Suyono, 2009). Hal ini didukung oleh data dari National

Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) Amerika Serikat tahun

2010, menunjukan bahwa penderita DM di Amerika Serikat lebih banyak berada

pada umur 60 tahun keatas (26.9%) dibandingkan dengan yang berumur 20 tahun

lebih (11.3%). Rochmah, (2006) menjelaskan bahwa prevalensi penyakit DM

lebih banyak didapatkan pada usia dewasa, dimana pada usia dewasa (30 tahun)

kadar glukosa darah mengalami kenaikan 1 – 2 mg/ tahun pada saat puasa dan

akan naik sekitar 5,6 – 13 mg pada 2 jam setelah makan. Penderita DM di

Indonesia kebanyakan berumur antara 45 sampai 64 tahun (Suyono, 2009).

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Praya tahun 2010 bahwa penderita DM

yang berobat di Puskesmas Praya pada tahun 2010, sebagian besar berada pada

kelompok umur 55 – 59 tahun

77

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

78

Universitas Indonesia

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa rerata umur responden yang patuh

melakukan olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan rerata umur yang tidak patuh

adalah 57.71 tahun. Hal ini menunjukan bahwa rerata umur responden baik yang

patuh maupun tidak patuh melakukan olahraga adalah sama, yaitu 57 tahun,

dimana umur tersebut termasuk kategori dewasa pertengahan (Berman & Sneyder

2012), Hasil analisa statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

umur dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.974).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Suhadi, (2011)

mengemukakan bahwa umur mempengaruhi kepatuhan penderita hipertensi usia

lanjut dalam melakukan perawatan hipertensi di wilayah puskesmas Serondol

Semarang.

Umur dewasa pertengahan (57 tahun ) merupakan usia pra lansia, dimana fungsi

dan integrasi mulai mengalami penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan

aktivitas sudah mulai kurang, dan muncul beberapa penyakit yang menyebabkan

status kesehatan menurun (Berman & Sneyder 2012). Kondisi ini mengakibatkan

penurunan motivasi dalam melakukan kegiatan olahraga. Rendahnya status

kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penuranan aktivitas

usia lanjut (Rhodes, Martin, Taunton, Donnelly, & Elliot, 1999). Hal ini di

dukung oleh hasil penelitian Brawley, Rajeski, dan King (2003), mengemukakan

faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas pada orang usia lanjut adalah

kehadiran penyakit kronis, keterbatasan gerak, dan kekuatiran terhadap

munculnya nyeri.

Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebagian responden melakukan kegiatan

olahraga, meskipun berumur 57 tahun atau pra lansia. Kemungkinan faktor

penyebabnya adalah banyaknya waktu luang atau responden tidak bekerja lagi

karena sudah masuk tahap pensiun. Usia pensiun untuk pegawai negeri di

Indonesia adalah 56 tahun (Depdagri 2011). Kondisi pensiun atau tidak bekerja

menyebabkan penderita DM (responden) mengisi waktu luang dengan melakukan

olahraga.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

79

Universitas Indonesia

6.1.1.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kepatuhan Melakukan Olahraga di

wilayah puskesmas Praya Lombok Tengah

Hasil analisis univariat menunjukan bahwa proporsi responden berdasarkan

jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (54,9%). Hasil penelitian ini sama dengan

hasil penelitian survey oleh Choi & Shi (2001) terhadap penderita DM di Kanada

yang menunjukan bahwa prevalensi terbanyak adalah laki-laki dibandingkan

perempuan (54% : 46%). Hasil temuan ini didukung oleh hasil survey American

Diabetes Association tahun 2005 menemukan bahwa penderita DM laki- laki

lebih banyak dari perempuan yaitu 10.9% untuk laki-laki dan 9.7 % untuk

perempuan (ADA (2005 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010).

Hasil uji bivariat menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak tidak patuh

melakukan olahraga (67.2%) dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung

oleh hasil statistik yang menunjukan ada hubungan bermakna antara jenis kelamin

dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.026 ; OR :

2.455). Laki –laki mempunyai peluang 2.455 kali untuk tidak patuh melakukan

olahraga dibandingkan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Didarloo et al, (2011) menyatakan ada hubungan antara

umur dengan aktivitas fisik pada penderita DM di Iran. Jenis kelamin secara

konsisten berpengaruh terhadap kegiatan olahraga, dimana laki-laki mempunyai

tingkat aktivitas olahraga lebih besar dibandingkan perempuan (Dominic &

Morey, 2006), tetapi hasil penelitian ini menunjukan bahwa laki-laki lebih tidak

patuh dibandingkan perempuan.

Kemunkinan faktor penyebabnya adalah laki-laki tidak mempunyai waktu yang

banyak untuk melakukan olahraga. Waktu banyak dihabiskan untuk bekerja,

melakukan kegiatan kemasyarakatan. Menurut Soerjo (2011) bahwa orang laki-

laki suku Sasak sangat menjunjung tinggi kebersamaan dalam menjalankan

kehidupan baik di lingkungan keluarga, kerabat, maupun lingkugan yang luas.

Rasa kebersamaan selalu menjiwai setiap individu dalam menjalani kehidupan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

80

Universitas Indonesia

bersama yang dalam aplikasinya antara lain tercermin dalam wujud kerja sama

atau gotong royong. Kondisi ini menyebabkan kaum laki-laki suku Sasak jarang

melakukan aktivitas olahraga. Kemungkinan faktor lain adalah jenis olah raga

yang dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya adalah olahraga yang lebih

banyak mengarah pada jenis olahraga kebugaran seperti senam, dimana olahraga

jenis ini banyak disenangi oleh kaum perempuan. Hasil wawancara dengan

penanggungjawab program penyakit tidak menular puskesmas praya mengatakan

bahwa olahraga yang biasa dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya

adalah olahraga senam DM.

6.1.1.3 Hubungan suku dengan kepatuhan penderita DM melakukan

olahraga

Hasil analisis univariat menunjukan bahwa penderita DM yang berada di wilayah

kerja puskesmas Praya terbanyak berasal dari suku Sasak (59.4%). Ras/suku

merupakan salah satu faktor resiko penyakit DM (Kemenkes RI, 2008.a).Secara

global etnis suatu kelompok dapat mempengaruhi naik atau turunnya faktor

resiko terjadinya diabetes pada individu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Holmes, et al, (2012) menunjukan bahwa ras /suku merupakan faktor penyebab

dominan terhadap angka kejadian DM di Amerika Serikat, dimana ras African

Americans (ras kulit hitam) lebih dominan menderita penyakit DM dibandingkan

ras kulit putih. Hasil penelitian ini menunjukan proporsi terbanyak penderita DM

pada suku Sasak disebabkan karena 90% penderita DM di puskesmas Praya

adalah berasal suku Sasak (Puskesmas Praya, 2010).

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa penderita DM dari suku Sasak lebih

patuh melakukan olahraga (45.2%) dibandingkan suku lain (38.8). Suku minoritas

yang mengalami penyakit kronis mempunyai perilaku aktivitas rendah.

Dibandingan suku mayoritas. Hasil analisa statisrik juga menunjukan bahwa tidak

ada hubungan bermakna antara suku dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olahraga (p value 0.605). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian Barnes, Moris, dan Kaufusi (2004) mengatakan ada perbedaan

perilaku kepatuhan antara pasien DM suku Tongan dan suku dari Eropa di

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

81

Universitas Indonesia

Selandia Baru, dimana suku Tongan memiki perilaku kontrol kesehatan yang

rendah dibandingakan pasien dari suku Eropa. Perbedaan hasil temuan ini,

kemungkinan faktor penyebab adalah alkulturasi suku , yaitu pembauran suku

yang satu dengan suku yang lain, melahirkan kesatuan baru dengan nilai norma

dan budaya yang berbeda, seperti sikap tidak tidak mendukung dan tidak peduli

satu sama lain.

6.1.1.4 Hubungan pendapatan dengan kepatuhan Penderita DM melakukan

olahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya mempunyai pendapatan tinggi atau diatas Upah Minimum

Regional (UMR). Pendapatan sangat berkaitan dengan umur, artinya bila individu

berada pada usia pruduktif, maka kemungkinan individu tersebut memperoleh

pendapatan tinggi. Penelitian in diperoleh bahwa rata –rata usia responden adalah

57 tahun, dimana usia ini termasuk kategori umur produktif dan tenaga masih

kuat untuk bekerja untuk menghasilkan pendapatan. Berdasarkan laporan dari

puskesmas Praya bahwa penderita DM yang berobat sebagian besar menggunakan

fasilitas askes, hal ini menunjukan bahwa penderita DM yang berobat di

puskesmas Praya adalah pegawai negeri dengan pendapatan rata-rata diatas Rp.

1000.000.

Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan

dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 1.000). Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Suhadi, (2011) menyatakan tidak ada

hubungan antara usia dengan kepatuhan penderita hipertensi usia usia lanjut

dalam melakukan perawatan hipertensi di wilayah puskesmas Serondol Semarang.

Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Hanson dan Chen,

(2007) mengatakan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku kesehatan,

dimana pendapatan berhubungan denagan perilaku kesehatan orang dewasa.

Dimana individu dengan status ekonomi (pendapatan rendah) memungkinkan

mempunyai perilaku kesehatan yang rendah pula , seperti kurang aktivitas fisik,

dan perilaku merokok yang berlebihan.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

82

Universitas Indonesia

Kemungkinan faktor penyebab dari perbedaan hasil dengan penelitian ini adalah

faktor dukungan keluraga. Hasil penelitian diperoleh bahwa hanya (50%)

penderita DM mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan olahraga,

berarti masih ada sepauh yang tidak mendukung penderita DM melakukan

olahraga, Meskipun mempunyai pendapatan tinggi, kurang dukungan keluarga

dapat menurunkan motivasi dalam melakukan olahraga.

6.1.1.4 Hubungan lama sakit dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan Olahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa 55.7% penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya menderita penyakit DM lebih dari 6 bulan. Populasi penderita

DM merupakan populasi penderita penyakit kronis (PERKENI, 2011). Sedangkan

batasan kronis adalah mengacu pada lamanya proses perjalanan penyakit yaitu

lebih dari 6 bulan (Stanhope & Lancaster, 2004).

Hasil statistik menyatakan tidak ada hubungan antara lama menderita sakit

dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.360). Hasil

penelitian sejalan dengan hasil penelitian Suhadi (2011) tentang kepatuhan

penderita hipertensi usia lanjut dalam melakukan tindakan keperawatan hipertensi.

Hal ini menunjukan bahwa durasi menderita penyakit, tidak mempengaruhi

perilaku kesehatan individu. Kemungkinan faktor penyabab adalah faktor

psikologis yang dialami oleh penderita DM. Soegondo, Soewondo, & Subekti,

(2009) mengemukakan bahwa individu yang terdiagnosa menderita penyakit DM

baik lama maupun baru mempunyai emosi yang sama, yaitu sikap menyangkal,

marah, dan rasa cemas.

Faktor lain adalah durasi menderita DM. Penderita DM yang mengalami sakit lama

mengalami kejenuhan dan beresiko terjadinya komplikasi. Diabetes Melitus (DM) selain

dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita dengan durasi

menderita penyakit DM lebih dari 6 bulan mengalami kecendrungan komplikasi baik

akut yaitu hipoglikemi dan kronis yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal,

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

83

Universitas Indonesia

gangguan penglihatan, impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c).

Hal ini didukung oleh penelitian Manderson, Kokanovic, Klimidis (2005)

membuktikan bahwa 40% penderita DM tipe 2 kelompok imigran yang tinggal

di Melbourne mengalami gangguan sirkulasi, 63.3% gangguan pada mata, 26,7%

gangguan jantung, 6,7% mengalami stroke, gangguan ginjal dan masalah pada

kaki. Kondisi komplikasi dengan penurunan kondisi fisik dapat menurunkan motivasi

untuk melakukan aktivitas/olahraga

6.1.1.5 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olahraga

Hasil analisis univariat menunjukan bahwa sebagian besar (83,3%) penderita

DM di wilayah kerja puskesmas Praya mempunyai pengetahuan baik tentang

olahraga. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengideraan terhadap suatu obyek. Pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh faktor internal: intelegensia, minat, dan kondisi fisik, faktor

eksternal; keluarga, masyarakat, sarana; faktor pendekatan belajar: strategi dan

metode pembelajaran (Notoatmojo, 2010). Hurlock (2002) mengemukakan

bahwa pengetahuan yang luas akan lebih baik jika seseorang berada di perkotaan

dibandingkan di pedesaan. Kondisi responden yang sebagian besar tinggal di kota

Praya, yaitu ibukota Kabupaten Lombok Tengah memungkin responden mudah

memperoleh dan mengakses informasi tentang penyakit DM yang bisa

meningkatkan pengetahuan.

Hasil analisis bivariat menubjukan bahwa penderita DM berpengetahuan kurang

lebih banyak (70.2%) untuk tidak patuh dibandingkan penderita DM

berpengetahuan kurang. Hal ini didukung dengan hasil uji statistik menunjukan

ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan melakukan

olahrga (p value 0.01) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahyudi,

(2011) mengatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan

melaksanakan diet pada pasien DM di RSUD Nganjuk.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

84

Universitas Indonesia

Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa penegetahuan dipengaruhi oleh pengalaman

seseorang, faktor diluar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik

dan sosial budaya. Pengalaman diperoleh dipersepsikan, diyakini, sehingga

menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya menjadi perilaku

(Notoatmojo, 2010). Penderita DM mempunyai pengetahuan baik dalam

penelitian ini kemungkinan disebabkan karena faktor umur responden. Hasil

penelitian menunjukan bahwa umur responden terbanyak berada pada usia

dewasa . Pada usia dewasa biasanya mempunyai pengalaman yang banyak dalam

kehidupan, lebih banyak mendampatkan informasi, memahami suatu obyek lebih

cepat, dan mengaplikasi sesuatu dalam bentuk perilaku lebih mudah.

Hasil penelitian juga ditemukan bahwa rata-rata responden menderita penyakit

lebih dari 6 bulan. Durasi atau lama menderita suatu penyakit juga dapat

mempengaruhi besarnya pengalaman tentang penyakit, yang akhirnya juga

mempengaruhi pengetahuan tentang penyakit tersebut. Disamping itu petugas

kesehatan berperan aktif memberikan informasi dan edukasi terhadap penderita

DM. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas Praya mengatakan

bahwa puskesmas Praya mempunyai program pembinaan yang diperuntukan bagi

penderita DM dengan kegiatan rutin per bulan adalah pengobatan dan edukasi.

6.1.2 Faktor Persepsi dengan Kepatuhan

6.1.2.1 Hubungan persepsi kerentanan dengan kepatuhan penderita DM

melakukan olahraga

Hasil analisis univariat menunjukan bahwa sebagian besar penderita DM di

wilayah kerja puskesmas Praya mempunyai persepsi kerentanan baik (54.1%),

artinya sebagian besar penderita DM merasakan adanya resiko atau bahaya yang

bisa terjadi dengan penyakitnya. Hasil analisa statistik menunjukan bahwa tidak

ada hubungan antara persepsi kerentanan dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olahraga (p value 0.892) . Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

konsep yang dikemukan Rosenstock, (2004 dalam Champion & Skinner, 2008)

pada struktur model HBM yang menjelaskan bahwa jika persepsi kerentanan atau

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

85

Universitas Indonesia

persepsi terhadap resiko seseorang baik, maka akan menyebabkan munculnya

perilaku pencegahan terhadap resiko juga akan besar. Persepsi kerentanan sangat

penting dalam memotivasi perilaku dimana persepsi kerentanan tinggi akan lebih

memotivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan dibandingkan yang

mempunyai persepsi kerentanan rendah.

Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan (Notoadmodjo,

2010). Dominan hasil persepsi kerentanan baik pada hasil penelitian ini

disebabkan karena sebagian besar responden memperoleh banyak informasi

tentang penyakit DM dan rata-rataresponden menderita penyakit DM lebih dari 6

bulan. Durasi yang lama menderita penyakit, maka semakin banyak pengalaman-

pengalaman tentang penyakit dan ditafsikan dalam bentuk persepsi. Faktor yang

berperan dalam pembentukan persepsi adalah kognitif, kepribadian dan budaya

yang dimiliki oleh seseorang (Notoadmodjo, 2010). Kemungkinan faktor lain

adalah faktor budaya , dimana kepribadian suku Sasak adalah penurut dan

menempatkan tokoh agama menjadi panutan bagi masyarakat. Informasi dan

anjuran yang diberikan oleh tenaga medis tidak banyak diperhatikan dan

dilaksanakan dibandingkan anjuran yang disampaikan oleh pemuka agama.

Menurut teori perilaku terencana bahwa diantara berbagai keyakinan yang

akhirnya menentukan intesi dan perilaku adalah keyakinan mengenai tersedia dan

tidaknya kesempatan dan sumber (Ajzen, 1988, dalam Azwar 2011). Stanhope

dan Lancaster, (2004) juga mengemukakan bahwa populasi DM sebagai

kelompok rentan dapat di jelaskan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor

resource limitation (keterbatasan sumber) yaitu ketidakadekuatnya sumber sosial

dan ekonomi individu. Ketidakadekuat sumber sosial yaitu tidak adanya

dukungan sosial baik dari keluarga, masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa individu mengadopsi suatu perilaku tidak sepenuhnya

dipengaruhi oleh suatu keyakinan atau persepsi tetapi ada faktor lain memotivasi

individu untuk mengadopsi perilaku seperti tersedianya sumber. diantaranya

sumber sosial, yaitu dukungan baik dari keluarga maupun dari lingkungan sosial.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

86

Universitas Indonesia

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi kerentanan baik, Tetapi kepatuhan

melakukan olahraga kurang. Hal ini disebabkan karena faktor dukungan

keluarga kurang, sehingga sebagian besar penderita DM tidak patuh melakukan

olahraga. Keterbatasan sumber sosial pada penderita DM di Praya juga dapat

ditemukan dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas mengatakan bahwa

belum ada wadah atau kelompok (support group dan self help group) yang

mengkoordinasi penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya.

6.1.2.2 Hubungan persepsi keseriusan dengan kepatuhan penderita DM

melakukan olahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa 51.6% penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya mempunyai persepsi keseriusan baik. Persepsi keseriusan selalu

didasari dari informasi medis, pengetahuan atau besarnya masalah yang dihadapi

oleh individu (Brown, 1999 dalam Champion & Skinner, 2008). Persepsi

keseriusan baik pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas disebabkan

karena banyaknya informasi tentang penyakit DM yang diperoleh responden

terutama dari petugas kesehatan. Penanggungjawab program penyakit tidak

menular puskesmas Praya mengatakan bahwa setiap pasien DM yang berobat ke

puskesmas langsung diberikan edukasi dan setiap bulan penderita DM juga

mendapatkan program pengontrolan gula darah dan edukasi tentang manajemen

DM. Hasil Laporan puskesmas Praya (2011) bahwa 10% dari jumlah penderita

DM yang berobat di puskesmas mempunyai komplikasi, sehingga kondisi ini

menyebabkan persepsi keseriusan penderita DM baik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak hubungan antara persepsi keseriusan

dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.897). Hasil

ini berbeda dengan konsep HBM yang mengatakan bahwa persepsi keseriusan

merupakan kepercayaan individu terhadap keseriusan penyakit yang dihadapi.

Notoadmojo, (2011) mengemukakan persepsi sehat sakit yang terjadi

dimasyarakat dapat digambarkan kedalam empat area, salah satunya diantaranya

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

87

Universitas Indonesia

adalah pada area 2, yaitu tentang konsep sehat dalam konteks masyarakat.

Masyarakat menganggap sehat adalah orang yang dapat bekerja atau menjalankan

pekerjaannya sehari-hari. Sedangkan sakit, suatu kondisi dirasakan oleh

seseorang, dimana individu tidak bisa bangkit dari tempat tidur, dan tidak dapat

menjalankan aktivitas sehari-hari.

Kemungkinan faktor penyebab ketidakpatuhan melakukan olahraga penderita

DM adalah sebagian besar responden mempunyai persepsi sakit dalam konteks

masyarakat, yaitu kondisi sakit adalah kondisi dimana individu tidak mampu

melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga responden merasa sehat dan

mengabaikan anjuran untuk melakukan olahraga dari tenaga medis,

6.1.2.3 Hubungan persepsi manfaat dengan kepatuhan penderita DM dalam

melakukan olahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi manfaat terbanyak penderita DM di

wilayah kerja puskesmas praya adalah persepsi manfaat baik (53.3%), artinya

Penderita DM menyadari manfaat yang besar dari olahraga terhadap penyakit

yang diderita. Hasil uji bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara persepsi manfaat dengan kepatuhan dalam melakukan olahraga (p value

0.008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hays dan Clark (1999)

menyatakan ada hubungan persepsi manfaat penderita DM dengan perilaku

olahraga pada usia lanjut African American di Mempis Amerika Serikat..

Notoadmojo (2010) mengemukakan perilaku merupakan suatu respon seseorang

terhadap rangsangan. Respon dapat berbentuk respon pasif, yaitu respon yang

terjadi didalam diri manusia, dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang

lain seperti berpikir, sikap dan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

persepsi manfaat penderita DM baik, namun tetapi perilaku tidak patuh.

Persepsi penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya kemungkinan berada

area persepsi respon pasif atau belum bisa diwujudkan dalam tindakan.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

88

Universitas Indonesia

6.1.2.4 Hubungan persepsi hambatan dengan kepatuhan dalam melakukan

Olahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita DM di wilayah kerja puskesmas

Praya memiliki persepsi hambatan baik (54%), artinya penderita DM di

puskesmas praya itu menganggap hambatan untuk melakukan olahraga itu adalah

kecil. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara

persepsi hambatan dengan kepatuhan (p value : 0.002 ). Hal ini sesuai dengan

penelitian Trost, Owen, Bauman dan Salis, (2002) bahwa persepsi hambatan

mempunyai hubungan yang kuat tehadap kepatuhan dalam olahraga. Hasil

penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Davila, (2010) tentang

kepatuhan kepatuhan penderita DM usia dewasa di Puerto Rico. Rosenstock,

(2004 dalam Champion & Skinner, 2008) mengemukakan bahwa indivividu

dalam mengadopsi perilaku baru, individu membutuhkan kepercayaan akan

besarnya manfaat yang diperoleh, dan kepercayaan akan adanya hambatan yang

menghalangi adopsi perilaku.

6.1.3 Isyarat Bertindak dengan Kepatuhan

6.1.3.1 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan penderita DM

dalam melakukan olahraga

Hasil Penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga pada penderita DM

untuh patuh melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya seimbang,

yaitu separuh (50%) dukungan keluarga baik dan 50% memperoleh dukungan

keluarga kurang. Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi selama masa

hidup dengan sifat dan tipe dukungan yang bervariasi meliputi dukungan

emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan

penilaian (Friedman, 2010). Dukungan tersebut membentuk satu kesatuan

dukungan keluarga terutama bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan seperti diabetes melitus.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

89

Universitas Indonesia

Dukungan keluarga bagi penderita DM dibuktikan dengan kepatuhan keluarga

untuk mengikuti regimen pengobatan, salah satuntya adalah olahraga. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa keluarga yang berperan sebagai caregivers

ternyata mampu memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan. Menurut Friedman 2010, salah satu fungsi afektif keluarga

adalah saling asuh, artinya keluarga berfungsi sebagai tempat singgah kehangatan

dan dukungan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga (p value

0.00). Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan hasil penelitian Pereira, Cross,

Almeida , & Machado, (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan mengikuti terapi pada anak penderita DM

di Portugal.

Hasil penelitian menunjukan bahwa lama menderita sakit respondent terbanyak

adalah lebih dari 6 bulan, artinya sebagian besar responden mengalami masalah

kesehatan kronis. Horner, (1997) mengemukakan bahwa keberadaan penyakit

kronis pada keluarga merupakan sumber stressor keluarga, sehingga keluarga ikut

berperan dalam mengatasi hal tersebut. Keluarga menjadi sangat penting terutama

memberikan dukungan bila salah satu anggota mengalami penyakit kronis. Model

perawatan penyakit kronik pada keluarga memandang bahwa kondisi kronik

merupakan suatu kondisi yang membutuhkan dukungan untuk mencapai

manajemen diri penderita dengan baik (Kaakinen, Duff, Coehlo, & Hanson,

2010).

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (2010) bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi. Kelas

sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan. Dalam keluarga kelas

menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,

sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau

otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

90

Universitas Indonesia

dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan

kelas sosial bawah. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita

DM mempunyai pendapatan tinggi. Hal ini bisa berarti keluarga mempunyai

berada pada tingkat dukungan afeksi atau keterlibatan yang tinggi terhadap

anggota keluarga lain

.

6.1.4 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita DM dalam

Melakukan Olahraga

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa, penderita DM di wilayah puskesmas

Praya sebagian besar (57.4%) tidak patuh melakukan olahraga. Hasil uji

multivariat menunjukan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang

dominan terhadap kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di wilayah kerja

puskesmas Praya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggina,

Hamzah, Pandith, (20101) menyatakan ada hubungan antara dukungan sosial

keluarga dengan kepatuhan pasien DM dalam melaksanakn diet di poli penyakit

dalam RSUD Cibabat Cimahi. Menurut Cohern dan Syme (1996 dalam

Friedman 2010) , dukungan sosial keluarga merupakan keadaan yang bagi

individu yang diperoleh dari orang lain sehingga orang lain tahu ada oaring lain

yang memeperhatikan, menghargai dan mencintainyan

Kurt Lewin (1951 dalam Azwar, 2011) merumuskan suatu model hubungan

perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan

lingkungan. Karakteristik individu meliputi motif, nilai-nilai, dan sikap interaksi

satu sama lain dan berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan

memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku.

Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan

keluarga yaitu natural dan artifisal. Dukungan keluarga yang natural diterima

seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dngan orang

yang berbeda disekitarnya. (anak, istri, suami). Sedangkan dukungan keluarga

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

91

Universitas Indonesia

artificial adalah dukungan yang dirancang dalam kebutuhan primer misalnya

dukungan keluarga akibat bencana.

Dominan faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan dalam

melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas praya

disebabkan: Usia rata –rata responden adalah 57 tahun, termasuk usia usia dewasa

pertengahan atau usia pra lansia. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap faktor

psikologis yang stabil dan penurunan fungsi sehingga keluarga merasa perlu

memberikan dukungan positif terhadap anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan (penyakit DM)

Hasil penelitian menunjukan 55,7% responden menderita lebih dari 6 bulan.

Mengingat lamanya pasien menderita DM, biasanya hal ini memungkinkan

keluarga merasa jenuh untuk memberkan informasi tentang penyakitnya atau

memberikan saran untuk melakukan olahraga. Keluarga sudah kurang

bersemangat untuk memberikan dukungan emosianal, yaitu memberikan

dukungan moril untuk melakukan olahraga, atau keluarga sudah kurang

bersemangat untuk menyiapkan saran dan prasarana yang dibutuhkan oleh

penderita DM dalam melakukan olahraga (dukungan instrumental)

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6.2.1 Lokasi penelitian yang luas

Penelitian ini mengambil lokasi di area komunitas (masyarakat) yaitu di kota

praya dengan demografi yang luas (9 kelurahan.), jarak antara kelurahan yang

satu dengan kelurahan lain cukup jauh atau distribusi tempat tinggal responden

tersebar jauh. sehingga peneliti membutuhkan waktu yang lama dalam proses

pengumpulan data.

6.2.1 Variabel penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan model HBM, dimana variabel-variabel

yang dipakai terbatas pada komponen yang ada pada model tersebut. Variabel

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

92

Universitas Indonesia

pada penelitian ini lebih didominasi oleh variabel persepsi, Sedangkan untuk

mendiskripkan hasil temuan diperlukan variabel – variabel lain seperti

pekerjaan, pendidikan yang tidak ada dalam komponen HBM. Kondisi ini

menyulitkan peneliti dalam menjastifikasi hasil penelitian.

6.3 Implikasi Hasil Penelitian

6.3.1 Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan faktor yang mempengaruhi

kepatuhan penderitan DM. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepatuhan

penderita DM dalam melakukan olahraga dipengaruhi oleh faktor dukungan

keluarga, pengetahuan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan. Hasil temuan ini

menjelaskan bahwa dukungan keluarga yang, pengetahuan dan persepsi baik

perlu ditingkatkan pada penderita DM dalam upaya mengadopsi perilaku sehat.

Implikasi hasil penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan, khususnya

keperawatan komunitas adalah temuan ini dapat dijadikan sumber atau acuan

dalam inovasi pengembangan intervensi keperawatan komunitas khususnya

penanggulangan penyakit DM. Perawat komunitas dapat mengembangkan

berbagai strategi intervensi keperawatan dalam meningkatkan kepatuhan penderita

DM seperti pendidikan kesehatan dan pemberdayaan keluarga. Perawat komunitas

harus memperhatikan keluarga sebagai pendukung perawatan pada setiap

intervensi yang diberikan. Perawat komunitas juga dapat mengembangkan

program perkesmas melalui kegiatan kunjungan rumah (home visit) dalam

mengatasi masalah kesehatan di masyarakat. Melalui kunjungan rumah, perawat

dapat memberikan perawatan langsung pada individu yang mengalami masalah

kesehatan, dan melibatkan keluarga dalam perawatan dengan cara pemberian

informasi tentang masalah kesehatan terjadi, dan mengajarkan keluarga tentang

cara perawatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Hasil penelitian ini, juga dapat memberikan implikasi pada instansi kesehatan,

yaitu Dinas kesehatan dan Puskesmas, dalam upaya mengatasi dan meningkatkan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

93

Universitas Indonesia

kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan –kebijakan pelayanan

kesehatan masyarakat seperti kebijakan terhadap program perkesmas, yang

diupayakan menjadi program wajib di puskesmas. Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan di masyarakat dapat meningkatkan dan

mengembangkan kegiatan puskesmas di luar gedung seperti kunjungan rumah,

posyandu dan kegiatan posbindu, serta peningkatan kesehatan keluarga.

6.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga adalah faktor yang

dominan yang mempengaruhi kepatuhan penderita DM dalam melakukan

olahraga. Hasil temuan ini memberikan implikasi terhadap keperawatan keluarga

sebagai enty point asuhan keperawatan pada komunitas. Starategi pembelajaran

keperawatan komunitas harus dibarengi dengan asuhan keperawatan keluarga

melalui pemberdayaan keluarga dan membentuk kelompok-kelompok kesehatan

sebagai pendukung seperti self help group.

Temuan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian

selanjutnya terutama penelitian yang berkaitan jenis dukungan keluarga yang

berperan dalam kepatuhan penderita penyakit kronis , khususnya DM

6.3.1 Masyarakat dan Penderita DM.

Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat dan penderita DM

khususnya untuk membentuk kelompok dukungan sosial di masyarakatl seperti

kelompok swabantu, dan kelompok peduli kesehatan (support group) dan

posbindu yang mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatan.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran rekomendasi

penelitian

7.1 Simpulan

Mengacu pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

7.1.1 Faktor pemodifikasi (modifying factors) penderita DM di wilayah kerja

puskesmas Praya adalah sebagai berikut:

Rata-rata umur penderita DM adalah 57.70 tahun. Jenis Kelamin terbanyak

adalah laki-laki, sebagian besar berasal dari suku Sasak. berpenghasilan

tinggi, lama menderita sakit terbanyak adalah lebih dari 6 bulan,

pengetahuan tentang olahraga sebagian besar mempunyai pengetahuan

baik.

7.1.2 Faktor pesepsi penderita DM di wilayah puskesmas Praya meliputi:

Persepsi kerentanan dan keseriusan penderita DM terhadap penyakit baik,

persepsi manfaat dan hambatan terhadap olahraga juga baik.

7.1.3 Isyarat bertindak yaitu dukungan keluarga menunjukan bahwa dukungan

keluarga yang diperoleh penderita DM seimbang, separuh memperoleh

dukungan keluarga baik, dan separuh memperoleh dukungan keluarga

kurang

7.1.4 Kepatuhan penderita DM melakukan olahraga terbanyak adalah tidak

patuh

7.1.5 Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan dalam melakukan

olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

7.1.6 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam melakukan

olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value =

0.026 ; OR: 1.500) .

7.1.7 Tidak ada hubungan antara suku dengan dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

94

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

95

Universitas Indonesia

7.1.8 Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

7.1.9 Tidak ada hubungan antara lama menderita sakit dengan kepatuhan

melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

7.1.10 Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan melakukan olahraga

pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value = 0.013 ;

OR: 2.745).

7.1.11 Tidak ada hubungan antara persepsi kerentanan dengan kepatuhan

melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

7.1.12 Tidak ada hubungan antara persepsi keseriusan dengan kepatuhan

melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya

7.1.13 Ada hubungan antara persepsi manfaat dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value =

0.016 ; OR: 0.347)

7.1.14 Ada hubungan antara persepsi hambatan dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value =

0.002 ; OR: 3.487)

7.1.15 Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan

olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p = 0.000

; OR: 4.728).

7.1.16 Dukungan keluarga adalah faktor yang dominan berhubungan dengan t

kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga di wilayah kerja

puskesmas Praya (OR =10.047).

7.2 Saran

Terkait dengan simpulan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan

demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini adalah :

7.2.1 Instansi Kesehatan

7.2.1.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah

Dinas kesehatan diharapkan mengeluarkan kebijakan tentang pembentukan

kelompok-kelompok dukungan sosial di setiap puskesmas seperti kelompok

penderita DM, kelompok penderita hipertensi. Puskesmas diberi tanggungjawab

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

96

Universitas Indonesia

untuk pembinaan terhadap kelompok yang dibentuk. Dinas Kesehatan juga

diharapkan untuk mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan program

perkesmas sebagai upaya wajib di setiap puskesmas.

7.2.1.2 Puskesmas Praya/ perawat komunitas dan keluarga

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan puskesmas, khususnya puskesmas

Praya Lombok Tengah hendaknya meningkatkan kegiatan pelayanan diluar

gedung seperti kegiatan posbindu, posyandu, dan kunjungan rumah. Perawat

puskesmas sebagai perawat komunitas dan keluarga hendaknya melibatkan

keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Keluarga

selalu diberikan informasi kesehatan, diajarkan cara merawat anggota keluarga

yang mengalami masalah kesehatan. Puskesmas juga hendaknya tetap

menjalankan dan mengalokasikan dana untuk kegiatan program perkesmas, yang

bentuk kegiatanya adalah home visit. Puskemas juga memprakarsai terbentuknya

kelompok swadaya kesehatan seperti kelompok dukungan kesehatan (support

group)

.

7.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu

Peneliti menyarankan kepada institusi keperawatan mengembangkan strategi

intervensi keperawatan komunitas seperti pemberdayaan, pendidikan kesehatan

dalam praktek mahasiswa dilapangan. Pengajaran tentang asuhan keperawatan

keluarga ditingkatkan dan diaplikasikan secara langsung dilapangan.

7.2.3 Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini baru mendapatkan gambaran tentang faktor yang

mempengaruhi kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga, dimana

dukungan keluarga merupakan faktor yang dominan. Hasil penelitian ini

hendaknya ditindak lanjuti dengan penelitian tentang jenis-jenis dukungan

keluarga yang dapat meningkatkan kepatuhan penderita DM dalam melakukan

olahraga

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

97

Universitas Indonesia

Peneliti juga menyarankan bahwa dalam melaksanaan penelitian dengan lokasi

penelitian komunitas yang luas, hendaknya mempertimbangkan dengan tepat wktu

pelaksanaan penelitian, mengenal dengan baik lokasi penelitian, dan sumber-

sumber yang dapat membantu penelitian.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

DAFTAR PUSTAKA

Aday, L. A. (2001). At risk in America (2nd ed.). San Francisco: John Wiley &

Sons.

Allender J.A, Rector C,Warner K . (2010). Community Health Nursing; Prmoting

and Protecting the Public's Health, 7th

Edition. Philadelphia:Lippincott

Williams & Wilkins

Alwan. (2009). Global strategies for the Prevention od Diabetes and Other

Noncommunicable diseases, Wold Health Organization: United State of

America

American Diabetes Association (2008). Standards of medical care in diabetes-

2008. Diabetes Care, 31, S12-S54.

American Diabetes Association (2010). Standards of Medical Care in Diabetes-

2010. Diabetes Care, 33, S11-S61.

Ammann G. (2010). Adherence. http://www.performanceforsport.com.diakses

tanggal 29 April 2012.

Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2010). Community as partner : theory and

practice in nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott

Williams & Wilkins.

Andrus, M., Leggett-Frazier, N. & Pfeifer, M. A. (2003). Chronic complications

of diabetes: an overview. In M. J. Frank (Ed.), A core curriculum for

diabetes education, diabetes and complications (pp. 45-64). Chicago:

American Association of Diabetes Educator.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar S., (2011). Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta;

Pustaka Pelajar.

Barnes L, Moris M, Kaufusi M. (2004). Illness belief and adherence in Diabetes

Mellitus: comparison between Tongan and European patient

Barnes P.M, Schoenborn C.A.(2003).Physical Activity Among Adults: United

States 2000. Advance Data From Vital and Health Statistics; no. 333.

Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Barnes P.M., Schoenborn C.A. (2000).Physical Activity Among Adults: United

States.Advance Data From Vital and Health Statistics; no. 333.

Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics;

Belza B, Topolski T, Kinne S, Patrick D.L., Ramsey S.D. (2002) Does adherence

make a difference? Results from a community-based aquatic exercise

program. Nurs Res.;51(5):285–291.

Billings J, Zeitel L, Lukomnik J, Carey T, Blank A, Newman L. (1993) Impact of

socioeconomic status on hospital use in New York City. Health Aff

(Millwood).;12: 62–173.

Boulé, N. G., Haddad, E., Kenny, G. P., Wells, G. A. & Sigal, R. J. (2001).

Effects of exercise on glycemic control and body mass in type 2 diabetes

mellitus: a meta-analysis of controlled clinical trials. The Journal of the

American Medical Association, 286(10), 1218-27.

Boulé, N. G., Kenny, G. P, Haddad, E., Wells, G. A. & Sigal, R. J. (2003). Meta-

analysis of the effect of structured exercise training on cardiorespiratory

fitness in Type 2 diabetes mellitus. Diabetologia, 46(8), 1071-81.

Brawley L.R., Rejeski W.J., King A.C. (2003) Promoting physical activity for

older adults:the challenges for changing behavior. Am J Prev

Med.;25:172–183

Broadbent E, Donkin L, Stroach J, C.(2011). Illness and Treatment Perception are

Associated to Adherenceto medication, diet, and exercise. In diabetic

patien. Diabetes care. 34; 338:340

Brownson R.C, Eyler A.A, King A.C, Brown D.R, Shyu Y.L, Sallis J.F.

(2000).Patterns and correlates of physical activity among US women 40

years and older. Am J Public Health.;90:267–270.

Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee

(2008). Canadian Diabetes Association 2008 clinical practice guidelines

for the prevention and management of diabetes in Canada. Canadian

Journal of Diabetes, 32, S1-S201.

Champion, & Skinner.(2008). The Health Belif Model. Jossey-Bass. San

Fransisco.

Chesnay M.D, Anderson B. A, (2008). Caring for the Vulnerable ; Perspectives

in Nursing Theory, Practice, and Research.Jones and Bartlett Publishers;

Canada

Cho K.L., Chi I. (2005). Functional Disability Related to Diabetes mellitus in

Older Hong Kong. Chinese Adults. Gerontology , 51:334–339

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Choi B.C.K., Shi F. (2001) Risk faktor for diabetes melitus by age and sex: results

of the national population health survey. Diabetologia: 44:1221-1231

Clark DO, Stump TE, Damush TM. (2003). Outcomes of an exercise program for

older women recruited through primary care. J Aging Health.;15(3):567–

585.

Crespo C.J. Encouraging physical activity in minorities: eliminating disparities

(2010). The Physician and Sportsmedicine.;28(10):36–51.

Darmono. (2005). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk Mencegah

Komplikasi Kerusakan Organ – Organ Tubuh. Semarang: Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

Davila N. (2010). Physical Activity in Poerto Rico Adults with Type 2 Diabetes

Melitus. United State of America.

Departemen Pendidikan Nasional, (2008), Kamus Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka: Jakarta

Depdagri. (2012). Usia Pensiun PNS. www:depdagri.go.id. diperoleh tanggal 2

Juli 2012.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan

Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info

Media.

Diabetes Prevention Program Research Group (2002). Reduction in the incidence

of type 2 diabetes with lifestyle intervention or metformin. New England

Journal of Medicine, 346(6), 393-403.

Diabetes. http://EzineArticle.com, Diperoleh Tanggal 15 maret 2012.

DiMatteo, M.R. (20004). Variations in patients’ adherence to medical

recommendation: A quantative revew of 50 years of research. Medical Care,

42 (3), 200 -209

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. (2011). Profil Kesehatan Dinas

kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Praya: Dinas Kesehatan Kabupaten

Lombok Tengah

Dishman R.K, Sallis J.F.(1994.)Determinants and interventions for physical

activity and exercise. In: Bouchard C, Shephard RJ, Stephens T, eds.

Physical Activity, Fitness and Health: International Proceedings and

Consensus Statement. Champaign, IL: Human Kinetics;:214–238

Dominick, & Morey. (2006). Adherence to Physical Activity. Jossey-Bass: San

Francisco.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Ervin N E., (2002). Advanced Community Health Nursing Practice; Population –

Focused Care. New Jersey; Pearson Education Inc.

Fowler, M. J. (2008). Microvascular and macrovascular complication of diabetes.

Clinical Diabetes, 26(2), 77-82.

Fox, D. C., & Kilvert, D. A. (2010). Bersahabat Dengan Diabetes Tipe 2. Bogor:

Penebar Plus

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Family Nursing:

Research, Theory, & Practice. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Glanz K., Rimer B.K., Viswanath. (2008). Health Behavior and Health

Education: Theory, Research, and Practice. Jossey-Bass: Francisco.

Haris, M.A. (2007). The Family's Involment in Diabetes Care and the Problem of

Helping.

Hastono, S. P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. (1999). Community Health

Nursing: Caring in Action. New York: Delmar Publishers.

Hogan, P., Dal, T., Nikolov, P. (2003). Economic Cost of Diabetes in U.S. in

2002. Diabetes Care , 26 (3); 32-40

Holmes L, at al. (2012) .Racial/ethnic Variability in Variability in di diabetes

among united stated residents is unexplanid by lifestyle,

sociodemographich and prognostic factors. International Scholarly

Research Network:

Kaakinen J.R., Duff V.G.,Coehlo D.P., Hanson. Family Health Care Nursing;

Theory Practice and Research. Philadelphia: FA Davis Company.

Kakleas K, Kandyla B, Karayianni C, Karavanaki K. (2009). Psychosocial

Problems in Adolenscents in Type 1 Diabetes Mellitus. Diabetes Metab.

;35(5):339-50

Keller, U. (2006). From obesity to diabetes. International Journal for Vitamin and

Nutrition Research, 76(4), 172-177.

Kemenkes RI. (2008.a). Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit

Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2008.b). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Kemenkes RI. (2008.c). Petunjuk teknis pengukuran faktor resiko diabetes

melitus. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.

Kemenkes RI. (2008.d). Pedoman Teknis dan Tatalaksana Penyakit Diabetes

Melitus. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.

Kemenkes RI. (2012). Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian

Terbanyak di Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diperoleh tanggal 13

April 2012.

King AC, Blair S.N, Bild D.E, et al. (1992). Determinants of physical activity and

interventions in adults. Med Sci Sports Exerc.;24(6):S221–S236.

Kozier & Erb’s. (2012). Fundamentals of Nursing; Concepts, Process and

Practice. New Jersey; Pearson Education Inc.

Larkin, M. (2009). Vulnerabel Groups in Health and Social Care. California:

SAGE Publication Ltd.

Manderson, L, Kokanovic, R and Klimidid, S. (2005). Emotional and Lifestyle

Impact of Type 2 Diabetes: Exploring the Association between Diabetes

and Depression. Diabetes Education Association Magazine, 13-14

McCabe, P. (2001). Complementary therapies in nursing and midwifery : from

vision to practice. Ausmed Publications: Australia.

Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus; Gangreng, Ulcer, Infeksi Menanggulangi

dan mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka popular Obor.

Morey M.C., Pieper C.F., Crowley G.M., Sullivan R.J., Puglisi C.M.

(2002).Exercise adherence.

Myles S.E., Tamborlane W.V., Grey M. (2010) Perception of the Impact of Type

1 Diabetes on Low-Income Families. The Diabetes Educator. 36: 318

Nafisa, A.M Ferreira C,V, M,S, Kulkarni, S,V Frederick, N.R Pinto, (2011).

Prevalence of Diabeteic Complications in Rural Goa India. Indian Journal

Community Med, 36 (4): 283 – 286

Notoatmodjo S. (2010.a). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2010.b). Promosi Kesehatan, teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta

Obuegbe A. (2008). Diabetes Effects – Psychological and Social Effects of

diabetes melitus.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Paluska SA, Schwenk TL.( 2000). Physical activity and mental health: current

concepts. Sports Med.;29(3):167–180.

Pereira M.G., Cross L.B., Almaida P., Machado. (2008) Impact of Family

Environment and Support on Adherence, Metabolic Control and Quality of

Life in Adolencets with Diabetes. International Journal of Behavior

Madicene. 15:187-193

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI

Permana H. (2009). Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi.

Bandung: Padjadjaran University Medical School

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing

Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Praet, S.F.E., Loan, L.J.C.V. (2009). Exercise Therapy in Type 2 Diabetes. Acta

Diabetol Journal, 46: 263-278

Puskesmas Praya. (2011). Laporan Tahunan Kesakitan Puskesmas Praya. Praya:

Puskesmas Praya

Qiu, et al. (2012). Improving Patients’ Adherence to Phycal Activity in Diabetes

Mellitus: A Review. Diabetes Metabolik Journal, 36:1-5

Rhodes RE, Martin AD, Tautonton J F. Donnely M. Elliot J. ( 1999). Factors

associatedwith exercise adherence among older adults; An Individual

perpective. Sport Med. 6: 110- 134.

Rimmer J.H, Nicola T, Riley B, Creviston T. (2002).Exercise training for African

Americans with disabilities residing in difficult social environments. Am J

Prev Med.;23(4):290–295.

Rochmah W. (2006). Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Jakarta: Depertemen

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sallis J.F, Haskell W.L, Fortmann S.P, Vranizan KM, Taylor C.B, Solomon D.

S.(1996) Predictors of adoption and maintenance of physical activity in a

community sample. Prev Med ;15:331–341

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis

(4 ed.). Jakarta: Sagung Seto.

Serour, M., Alqhennaei, H., Al-Saqabi, S., Mustafa, A.R., Ben-Nakhi, A. (2007).

Cultural factors and Patiens Adherence to Lifestyle Measures. British

Journal of General Practice, 57: 291-295

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Shenoy, S., Guglany, R., Shandhu, S. (2010). Effectiveness of Aerobic Walking

Programme Using Heart Rate Monitor and Pedometer on the Parameters

of Diabetes Control in Asian Indians with Type 2 diabetes, (4), 41-5

Sigal, R. J., Kenny, G. P., Boulé, N. G., Wells, G. A., Prud’homme, D., Fortier,

M., Reid, R. D., Tulloch, H., Coyle, D., Phillips, P., Jennings, A. & Jaffey,

J. (2007). Effects of aerobic training, resistance training, or both on

glycemic control in type 2 diabetes. Annals of Internal Medicine, 147, 357-

369.

Singh MA. (2002). Exercise to prevent and treat functional disability. Clin Geriatr

Med.;18(3):431–462

Snyder, M., Lindquist R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in

Nursing. Springer Publishing Company, LLC: New York.

Soegondo, Soewondo, Subekti. (2009). Penatalaksanaan diabetes Melitus.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. St.

Louis Missouri: Mosby.

Starkey C. (2004). Therapeutic Modalitas. F.A. David Company: Philadelphia.

Subramaniam I, Gold J, L, D. (2005). Diabetes Mellitus in Elderly. Jurnal of The

Indian Academy of Geriatrics. 2: 77-81

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suhadi. (2011). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengelolaan

perawatan hipertensi pada lanjut usia di wilayah puskesmas Srondol. Tidak

dipublikasikan

Sutedjo. (2010). 5 Stategi Penderita Diabetes Berusia Panjang. Yogyakarta:

Kanisius

Suyono S. (2009). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Swanson, J. M., & Nies, M. A. (1997). Coomunity Health Nursing: Promoting the

Health of Aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Commpany.

Tokmakidis, S.P., Zois, Z.E., Volaklis, K.A., Kosta, K., Touvara, A.M. (2004).

The Effects of a Combined Strength and Aerobic Execise Program on

Glucose Control and Insulin Action in Women With Type 2 Diabetes. Eur

Jurnal Physiol, 92: 437 – 442

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Trost SG, Owen N, Bauman AE, Sallis JF, Brown W. (2002). Correlates of

adults’ participation in physical activity: review and update. Med Sci

Sports Exerc.;34(12):

U.S. Department of Health and Human Services (2003). Physical Activity and

Health: A Report to the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. Department

of Health and Human Services.

U.S. Department of Health and Human Services (2008). Physical Activity

Guidelines for Americans

Wahyudi H. (2011). Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan

pelaksanaan diet pasien Diabetes melitus. http://www. pasca uns.ac.id.

diaperoleh tanggal 1 Juli 2012

Waspadji S. (2009). Diabetes melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaan yang

Rasional. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Watkins. D., Edwards J., Gastrell. (2003).Community Health Nursing:

Frameworks for Practice. Elsevier Science Ltd: Toronto

Yoga, Yulianti, Pramono.(2011). Hubungan antara 4 (empat) Pilar Pengelolaaan

Diabetes Melitus dengan Keberhasilan Pengelolaan Diabetes melitus Tipe

2. Universitas Diponegoro. Semarang.

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Lampiran 1

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

KUISIONER PENELITIAN

Judul Tesis:

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

KUESIONER A

FAKTOR PEMODIFIKASI

Nomor Responden : diisi oleh peneliti

A. Data Demografi

Petunjuk pengisian : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan jawaban dan

memberikan tanda centang (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan

Identitas Responden

1. Umur : …………….. tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Suku :

Sasak Bukan Sasak

4. Pendapatan keluarga dalam sebulan:

< Rp 750.000,- ≥ Rp 750.000,-

5. Lama Menderita Penyakit DM

< 6 Bulan ≥ 6 Bulan

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

A. Pengetahuan

Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan

pernyataan sesuai dengan pendapat anda

No Pernyataan Ya Tidak

1. Olahraga dapat menurunkan gula darah

2. Penderita DM/kencing manis harus berolahraga setiap

hari

3. Olahraga tidak dapat menurunkan berat badan

4 Jalan kaki selama 20 menit secara teratur sangat bagus

untuk penderita DM

5 Waktu berolahraga bagi penderita DM/kencing manis

adalah 20-30 menit setiap kali olahraga,

KUESIONER B

PERSEPSI INDIVIDU

Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan

pernyataan sesuai dengan pendapat anda.Tidak ada jawaban yang salah atau benar

I

No Pernyataan Sangat

setuju Setuju

Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1 Penyakit DM / kencing manis saya

akan bisa menjadi parah bila tidak

diobati

2 Olahraga tidak bisa mencegah

terjadinya komplikasi DM

3 Penyakit DM /kencing manis dapat

menyebabkan saya tidak mampu

merawat diri (mandi, berpakaian)

4 Penyakit DM/kencing manis dapat

menyebabkan kerusakan pada ginjal

5 Penyakit DM /kencing manis dapat

tidak menyebabkan gangguan pada

mata dan penurunan penglihatan

6 Penyakit DM /kencing manis dapat

menyebabkan luka tidak cepat

sembuh

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

II.

No Pernyataan Sangat

setuju Setuju

Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1 Penyakit saya (DM) membutuhkan

penanganan dan pengobatan yang

serius

2 saya harus merubah kebiasaan

makan

3 Saya perlu konsultasi ke dokter

dengan masalah kaki saya

4 Kebiasaan tidak suka berolahraga

tidak perlu saya ubah

5 Saya perlu memeriksakan gula darah

saya setiap kali kontrol.

6 Saya tidak perlu olahraga teratur tiap

minggu

7 Saya harus minum obat secara teratur

8 Berat Badan saya perlu saya kontrol

setiap bulan

9 Tekanan darah saya harus sering

diperiksa

10 Saya perlu konsultasi tentang diet

(makanan) ke tenaga kesehatan

III

No Pernyataan

Sangat

setuju Setuju

Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1 Olahraga membuat saya sehat

2 Olahraga mengurangi ketegangan

dan beban pikiran saya

3 Berolahraga saya akan kenal banyak

orang

4 Olahraga menurunkan gula darah

saya

5 Olahraga membuat saya tidak bisa

tidur

6 Olahraga membuat jiwa saya sehat

7 Olahraga menurunkan gula darah

saya

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

IV

No Pernyataan Sangat

setuju Setuju

Tidak

setuju

Sangat

tidak

setuju

1 Saya malu melakukan olahraga

2 Saya tidak mempunyai waktu untuk

berolahraga

3 Kondisi cuaca panas membuat saya

malas berolahraga

4 Tempat olahraga sulit dijangkau

5 Olahraga adalah aktivitas yang berat

bagi saya

6 Saya berolahraga kalau ada teman

menemani

7

Sedikit fasilitas olahraga di tempat

saya

8 Olahraga mengurangi waktu saya

buat keluarga

9 Olahraga membuat saya lelah

KUESIONER C

DUKUNGAN KELUARGA

Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan

pernyataan sesuai dengan kondisi yang anda alami. Tidak ada jawaban yang

salah atau benar

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang

Tidak

pernah

1 Keluarga saya menemani saya

berolahrga

2. Keluarga menasehati saya untuk

melakukan olahraga

3 Keluarga saya memuji saya kalau

saya berolahraga

4 Keluarga mengantarkan saya

ketempat – tempat olahraga

5 Keluarga melatih dan membimbing

saya berolahraga

6 Keluarga menjelaskan manfaat

olahraga terhadap penyakit saya

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

KUESIONER D

KEPATUHAN MELAKUKAN OLAH RAGA

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada

jawaban yang sesuai dengan kondisi /keadaan anda saat ini.

1. Apakah anda melakukan aktivitas jasmani seperti jalan, lari, bersepeda, berenang

dalam seminggu ?

a. Ya

b. Tidak

2. Bila Ya, Berapa kali anda melakukan aktivitas jasmani tersebut dalam seminggu :

a. Lebih dari atau sama dengan 3 (tiga) kali seminggu

b. Kurang dari tiga kali seminggu

3. Bila ya, Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam setiap melakukan aktivitas

jasmani :

a. 20 - 30 menit

b. Kurang dari 20 menit

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita

Diabetes Melitus dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja Puskesmas Praya

Kabupaten Lombok Tengah

Peneliti :

Nama : Muhamad Hasbi No Tlp : 08175759473

NPM : 1006800945 Alamat : Perumahan Bertais

Jln Pancasila No.3 Bertais - Cakranegara

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Nama saya Muhamad Hasbi, mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan

Peminatan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,

bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi

kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja

puskesmas Praya Kabupaten Lombok Tengah

Peneliti mengharapkan penderita diabetes melitus ikut berpartisipasi menjadi responden

pada penelitian ini. Hasil dari penelitian yang dilakukan akan dipakai sebagai bahan

acuan atau landasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada masyarakat sehingga

dapat memberikan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas.

Mengingat hasil penelitian ini penting bagi kemajuan keilmuan keperawatan, khususnya

keperawatan komunitas maka peneliti sangat mengharapkan jawaban yang sejur-jujurnya

demi keabsahan data yang diperoleh. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan

menimbulkan dampak yang negatif bagi siapapun. Peneliti akan tetap menjunjung tinggi

harkat dan martabat responden, mempertahankan kerahasiaan data yang diperoleh mulai

dari proses pengumpulan, pengolahan, sampai penyajian data.

Peneliti mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaannya menjadi responden

penelitian.

Mataram , Mei 2012

Peneliti

Muhamad Hasbi

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Tandatangan Saudara pada lembar persetujuan ini mempunyai makna bahwa

Saudara setuju untuk berpartisipasi pada penelitian ini dan Saudara telah membaca

lembar penjelasan penelitian serta memahami isinya.

Setelah membaca penjelasan penelitian, saya mengetahui tujuan dan manfaat dari

penelitian yang berjudul Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita

diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya

Kabupaten Lombok Tengah

Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat

saya sebagai responden. Saya telah memahami bahwa penelitian ini tidak akan

menimbulkan akibat yang merugikan bagi saya. Dengan ini saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan

dari siapapun dan saya menyatakan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Praya, Mei 2012

Saksi Responden

(……………………….) (................................ )

Peneliti

(……………………………………………)

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis... · Adherence play important role at therapeutic management of patients with

Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012