wahyu 15:1-8

22
Nama : Stefanus Mawitjere YAYASAN DS. A. Z. R. WENAS UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON FAKULTAS TEOLOGI WAHYU 15:1-8 Wahyu 15:1-4 “Nyanyian mereka yang menang” Wahyu 15:5-8 “Tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka Allah” I. Analisis historis A. Siapa penulis Siapa penulis Kitab Wahyu? Banyak sekali pendapat dari para ahli mengenai pertanyaan ini. Ada yang menyebutkan, bahwa penulis dari Kitab Wahyu merupakan seorang rasul atau murid dari Yesus, dan ada juga yang menyebutkan penulis kitab Wahyu adalah Yohanes anak Zebedeus. Dalam Kitab Wahyu, penulis (Yohanes) memperkenalkan namanya sebanyak 5 kali, yaitu dalam Wahyu 1:1, 2, 4, 9, 22:8. Yohanes tidak pernah menyatakan dirinya sebagai salah satu dari dua belas rasul. Dalam Kitab Wahyu, penulis hanya mengatakan, bahwa ia adalah hamba Yesus Kristus dan saudara dari mereka (ketujuh jemaat). Yohanes sebagai penulis dalam Kitab Wahyu diperkirakan merupakan seorang penatua yang aktif di Asia Kecil. (Willy Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru. Hal. 342-343). Hal ini didasarkan pada isi Kitab Wahyu, Yohanes tidak pernah memperkenalkan diri sebagai rasul, tapi ia memperkenalkan Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 1 1

Upload: evan-love-noe

Post on 26-Jun-2015

1.225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inti tafsiran ini adalah mengenai persiapan penghukuman Allah atas bumi lewat ketujuh malaikat dan ketujuh malapetaka

TRANSCRIPT

Page 1: WAHYU 15:1-8

Nama : Stefanus Mawitjere

YAYASAN DS. A. Z. R. WENASUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

WAHYU 15:1-8

Wahyu 15:1-4 “Nyanyian mereka yang menang”

Wahyu 15:5-8 “Tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka Allah”

I. Analisis historis

A. Siapa penulis

Siapa penulis Kitab Wahyu? Banyak sekali pendapat dari para ahli mengenai

pertanyaan ini. Ada yang menyebutkan, bahwa penulis dari Kitab Wahyu merupakan

seorang rasul atau murid dari Yesus, dan ada juga yang menyebutkan penulis kitab

Wahyu adalah Yohanes anak Zebedeus.

Dalam Kitab Wahyu, penulis (Yohanes) memperkenalkan namanya sebanyak 5 kali,

yaitu dalam Wahyu 1:1, 2, 4, 9, 22:8. Yohanes tidak pernah menyatakan dirinya sebagai

salah satu dari dua belas rasul. Dalam Kitab Wahyu, penulis hanya mengatakan, bahwa ia

adalah hamba Yesus Kristus dan saudara dari mereka (ketujuh jemaat).

Yohanes sebagai penulis dalam Kitab Wahyu diperkirakan merupakan seorang

penatua yang aktif di Asia Kecil. (Willy Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru. Hal. 342-

343). Hal ini didasarkan pada isi Kitab Wahyu, Yohanes tidak pernah memperkenalkan

diri sebagai rasul, tapi ia memperkenalkan diri sebagai saudara dan sekutu (Why 1:9) dan

sebagai nabi, sesuai dengan penjelasan dalam Why 22:9.

B. Siapa penerima

Kepada siapa Yohanes menulis Kitab Wahyu? Tiga pasal pertama dalam kitab

Wahyu menginformasikan, bahwa penerima dari Kitab Wahyu adalah ketujuh jemaat

yang berada di Provinsi Asia kecil: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia,

dan Laodikia.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 1

1

Page 2: WAHYU 15:1-8

Mengapa dalam penglihatan Yohanes, Yesus memerintahkan dia untuk menuliskan

penglihatannya dalam sebuah kitab dan dikirim hanya kepada ketujuh jemaat tersebut?.

Dugaan yang paling kuat adalah jemaat-jemaat yang dituju itu mewakili gereja Yesus

Kristus secara universal. Jika kita memperhatikan dalam peta, maka kita dapat melihat,

bahwa lokasi ketujuh jemaat ini membentuk lintasan oval yang dapat dijangkau dengan

mudah oleh jemaat-jemaat lain. Dengan demikian, berita Kitab Wahyu dapat tersebar ke

seluruh daerah, dan tidak ada gereja yang terlewatkan. (J. Kistemaker. Tafsiran Kitab

Wahyu. Hlm. 56).

C. Hubungan penulis dengan penerima

Dalam Kitab Wahyu, penulis mengakui bahwa ia memiliki hubungan dengan ketujuh

jemaat yang menjadi tujuan pertama dari Kitab Wahyu. Hubungan tersebut dapat dilihat

dalam Wahyu 1:9, di mana Yohanes mengatakan bahwa dia adalah saudara dan sekutu

dalam kesusahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Yohanes dan ketujuh jemaat

tersebut berada dalam situasi yang sama, yaitu penindasan dan penderitaan. Bahkan,

Yohanes dibuang ke pulau Patmos karena ia memberitakan Injil.

D. Tempat penulisan

Tempat penulisan dari Kitab Wahyu adalah sebuah pulau yang bernama Patmos, yaitu

terletak di kepulauan Dodekanese (kira-kira 55 km dari tepi pantai Asia Kecil). Panjang

dari pulau Patmos adalah 12 km dan lebar hampir 7 km. Sekarang, Patmos termasuk

bagian dari negara Yunani. (YKBK. Ensiklopedi jilid II M-Z. Hlm. 207).

E. Waktu penulisan

Waktu penulisan dari Kitab Wahyu adalah 96 M. Hal ini mengarah pada akhir

pemerintahan Kaisar Domitianus (95-96 M). Dengan demikian, mengenai waktu

penulisan Kitab Wahyu, dapat dikatakan bahwa Kitab ini ditulis di sekitar tahun 96 M.

F. Situasi penulisan

Situasi umum

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 2

2

Page 3: WAHYU 15:1-8

Situasi yang terjadi di jemaat-jemaat pada waktu penulisan Kitab Wahyu, yaitu

orang-orang yang menyembah Tuhan mengalami penindasan, penderitaan, dan banyak

yang mati karena menolak menyembah Kaisar. Orang-orang Kristen dipaksa untuk

meninggalkan kepercayaan mereka dan dipaksa untuk menyembah Kaisar (Domitianus).

Orang-orang yang menolak menyembah Kaisar akan disiksa dan dibunuh.

Situasi khusus dalam jemaat

1. Jemaat di Efesus: Jemaat di daerah Efesus sabar, rela menderita karena nama

Yesus dan tidak mengenal lelah (2:2-3). Tapi, mereka meninggalkan hidup yang

penuh kasih dan jatuh ke dalam dosa (2:4-5). Di jemaat ini juga terdapat pengikut-

pengikut Nikolaus, yang dibenci oleh Yesus (2:6).

2. Jemaat di Smirna: Jemaat di Smirna mengalami kesusahan dan kemiskinan. Jemaat

di Smirna juga mengalami fitnaan dari orang-orang yang mengaku orang Yahudi,

yang kemudian disebut sebagai jemaat Iblis (2:9).

3. Jemaat di Pergamus: Daerah jemaat ini adalah suatu tempat yang dapat dikatakan

sebagai daerah Iblis, tapi orang-orang di jemaat ini tetap berpegang pada nama Yesus,

dan tidak menyangkal iman mereka. Tapi, ada juga orang-orang yang menganut

ajaran Bileam yang sesat dan ajaran Nikolaus yang dibenci Yesus (2:13-15).

4. Jemaat di Tiatira: Jemaat yang memiliki kasih, iman, pelayanan dan ketekunan

(2:19). Ada juga orang-orang yang membiarkan wanita Izebel (nabiah palsu) yang

mengajarkan zinah dan makan persembahan berhala (2:20). Ada juga orang-orang

lain di Tiatira yang tidak terpengaruh dengan ajaran sesat tersebut (2:24).

5. Jemaat di Sardis: Terdapat jemaat yang mati imannya dan tidak sepenuhnya

menjalankan perintah Tuhan (3:1-2). Tapi, terdapat juga jemaat yang tidak

mencemarkan pakaiannya, yaitu orang-orang yang taat pada perintah Tuhan (3:4).

6. Jemaat di Filadelfia: Di antara ketujuh jemaat yang disebutkan, jemaat di Filadelfia

dapat dikatakan lebih baik dari jemaat-jemaat yang lainnya, karena mereka menuruti

firman dan tidak menyangkal nama Tuhan (3:8). Mereka akan dilindungi pada saat

hari pencobaan (3:10).

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 3

3

Page 4: WAHYU 15:1-8

7. Jemaat di Laodikia: Dikatakan dalam Why 3:16, mereka adalah jemaat yang suam-

suam kuku, dan merasa tidak kekurangan apa-apa padahal mereka melarat, malang,

miskin, buta dan telanjang.

Situasi khusus dalam Pasal 15:1-8

Penglihatan Yohanes dalam pasal 15:1-8, merupakan penglihatan yang bersifat

“belum terjadi” (mengacu pada waktu penulisan). Hal ini didasarkan atas makna dari teks

ini, yaitu mengenai kemenangan umat Tuhan atas Iblis, karena pada waktu penulisan

Kitab Wahyu, jemaat berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, yaitu berada di

bawah tekanan Kaisar Domitianus.

Pasal 15:1-9 ini, menceritakan penglihatan Yohanes mengenai nyanyian orang-orang

percaya yang telah menang atas binatang dan patungnya, yang juga merupakan tanda

kekuasaan Tuhan. Hal ini digambarkan dengan orang-orang yang menjadi pemenang,

yaitu mengalahkan kuasa iblis yang mencoba mengganggu ketrentaman umat-umat

Tuhan. Orang-orang yang mampu mengalahkan kuasa Iblis, berarti adalah suatu tanda,

bahwa mereka mengandalkan kuasa Tuhan.

Pasal 15:5-8, menceritakan penglihatan Yohanes mengenai ketujuh malaikat, ketujuh

malapetaka serta tujuh cawan yang diberikan kepada masing-masing malaikat. Ini

menandakan tahap persiapan penumpahan ketujuh cawan murka Allah ke atas bumi.

G. Maksud dan tujuan penulisan

Sekitar akhir abad pertama, seluruh penduduk di wilayah kekaisaran Roma

diwajibkan dan dipaksa untuk beribadah dan menyembah kaisar dan menganggap kaisar

sebagai dewa. Orang-orang yang menolak akan dijatuhi hukuman mati. Yohanes

menyampaikan Kitab ini kepada ketujuh jemaat di Asia, tapi sebenarnya itu ditujukan

untuk seluruh jemaat Kristen. Pesan tersebut berisi: Dunia penuh kejahatan, Yesus adalah

Tuhan yang akan menaklukkan semua yang melawan-Nya, dan Allah akan memberikan

kehidupan kekal pada setiap orang yang setia dan kehilangan nyawanya demi Dia. (LAI,

Alkitab edisi studi. Hal. 2045-2046).

Kitab Wahyu bertujuan mendorong, menghibur, dan memberikan pengharapan bagi

orang-orang Kristen dalam perjuangan melawan Iblis dan pengikut-pengikutnya, dan

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 4

4

Page 5: WAHYU 15:1-8

ingin menyampaikan bahwa Yesus adalah pemenang dan Iblis adalah pecundang. (J.

Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Hlm. 57).

Tujuan lain dari penulisan Kitab Wahyu adalah:

1. Yohanes ingin menegur tindakan dosa mereka, dan menghimbau mereka untuk

bertobat.

2. Meneguhkan iman orang-orang Kristen dan memberi semangat kepada mereka,

agar mereka menjadi pemenang dan tetap setia.

3. Menyampaikan kemenangan Allah dan membenarkan orang-orang kudus dengan

mencurahkan murka-Nya kepada Iblis.

(Gandum Mas. Alkitab penuntun. Hal. 2148)

H. Corak Sastra

Pasal 15:1-8 memiliki corak sastra apokaliptik. Tulisan-tulisan apokaliptik adalah

tulisan yang berupaya membuka rahasia-rahasia surgawi kepada manusia, yang di

dalamnya terdapat simbol-simbol dan lambang-lambang.

II. Analisis teks

A. Simbol-simbol

Lautan kaca bercampur api: Lautan kaca melambangkan kejernihan, sehingga

semua orang dapat mengamati kebenaran dan integritas Allah. Dengan demikian,

lautan kaca bercampur api merupakan murka Allah pada musuh-Nya.

Malaikat berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan:

Melambangkan kekudusan.

Berlilitkan ikat pinggang dari emas: Melambangkan kewibawaan, otoritas dan

keagungan, sebab Allah telah mempercayakan tugas khusus kepada mereka.

Cawan dari emas: Sering dipakai dalam Bait Suci, berbentuk agak pipih seperti

piring kecil untuk tempat kemenyan. Dalam Kitab Wahyu cawan ini diisi oleh

murka Allah, sehingga melambangkan penghukuman (Band. Why 16:1).

. (J. Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Hlm. 462-468).

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 5

5

Page 6: WAHYU 15:1-8

B. Kata-kata kunci

Murka Allah: Hukuman Allah atas bumi karena dosa-dosa manusia. Ini juga tanda

bahwa Allah itu adil, dan menghukum orang-orang yang tak setia dan

mengkhianati-Nya.

Ketujuh malapetaka: Merupakan tujuh hukuman yang didatangkan Tuhan atas

bumi. (Lih. Why 16:1-21).

Orang-orang yang mengalahkan binatang: Merupakan orang-orang yang tetap

teguh dan setia pada kepercayaan mereka. Orang-orang inilah yang akan

memperoleh hidup kekal, karena berani melawan kekaisaran.

Asap: Melambangkan kemuliaan dan kekudusan Allah.

C. Pokok-pokok pikiran

Pasal 15:1 : Tujuh malaikat dan tujuh malapetaka.

Pasal 15:2-4 : Para pemenang dan nyanyian mereka.

Pasal 15:5-8 : Bait suci, para malaikat dan malapetaka-malapetaka.

D. Tafsiran

Pasal 15:1 : Tujuh malaikat dan tujuh malapetaka

Kata aku melihat muncul sebanyak 41 kali dalam Kitab Wahyu, dan di dalam pasal

15 ini terdapat 3 kali, yaitu dalam ayat 1,2 dan 5. Pada ayat 1, merupakan pernyataan

introduksi bagi tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka. Pada ayat 2, berbicara mengenai

orang kudus yang menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Pada ayat 5,

mengenai Bait Suci di sorga dan kemuliaan Allah.

Pada pasal 15:1, tanda di langit disebut “besar dan ajaib”, berbeda dengan tanda-tanda

lain yang dilihat Yohanes. Pada ayat pertama tersebut dikatakan “besar dan ajaib”, karena

melukiskan karya Allah yang menakjubkan, dan Allah menuangkan murka-Nya atas

bumi dengan memakai tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka.

Kata lain pada ayat ini, sebenarnya berhubungan dan merupakan kelanjutan dari

perempuan yang bercahaya (12:1-2) dan musuhnya, naga merah padam yang besar

(12:3). Untuk ketiga kalinya, Yohanes melihat tanda di langit.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 6

6

Page 7: WAHYU 15:1-8

Kalimat “tujuh malaikat dan tujuh malapetaka terakhir” adalah suatu gambaran

mengenai totalitas. Angka tujuh merujuk pada kepenuhan, sehingga cawan murka ini

melambangkan penghukuman Allah yang sepenuhnya. Ini adalah malapetaka-malapetaka

terakhir, dalam arti tidak ada kemungkinan untuk meloloskan diri dari malapetaka

tersebut . Tujuh malaikat adalah salah satu dari banyak simbol yang ada dalam Kitab

Wahyu dan disebutkan sebanyak 9 kali dalam Kitab Wahyu, yaitu dalam Why 8:2, 8:6,

15:1, 15:6, 15:7, 15:8, 16:1, 17:1,21:9. (Java Powered, Alkitab Go Bible). Sering muncul

pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dari ketujuh malaikat ini, karena dalam

Alkitab yang dikenal hanya dua nama malaikat, yaitu malaikat Mikael (Dan 10:13, 10:21,

12:1, Yud 9, Why 12:7) dan Gabriel (Luk 1:19, 26). Lewat hal-hal ini, maka kelompok

berusaha mencari jawaban dari permasalah yang ada.

Menurut tradisi umat Israel, memang umumnya dikenal hanya kedua nama malaikat

yang disebutkan sebelumnya, tapi memang ada malaikat-malaikat yang lain, yaitu Uriel,

Raphael, Raguel, Sariel, dan Ramiel. Jika memperhatikan nama ketujuh malaikat

tersebut, maka kita dapat melihat bahwa nama dari malaikat-malaikat tersebut selalu

berakhir dengan –el yang mengaitkan mereka dengan Allah (Elohim).

Kalimat “karena dengan itu berakhirlah murka Allah.” Murka Allah dicurahkan

dalam bentuk penderitaan yang luar biasa, yaitu berupa kematian, sungai darah, api,

kegelapan, kekeringan, dan kehancuran yang tiada tara (Lih. 16:2-21). Hal ini berarti,

siklus tujuh malapetaka telah lengkap dan sedang mengarah kepada penghakiman.

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 289, 460-461).

Pasal 15:2-4 : Para pemenang dan nyanyian mereka

Kalimat “dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api.” Lautan

kaca melambangkan kejernihan dan transparansi, sehingga semua orang kudus dapat

mengamati kebenaran dan kuasa Allah. Dengan demikian, lautan kaca bercampur api

menyimbolkan murka Allah. Di tepi lautan kaca tersebut berdiri orang-orang yang telah

mengalahkan binatang itu, patungnya dan bilangan namanya merupakan orang-orang

kudus yang telah menjadi pemenang. Mereka adalah orang-orang yang menolak

menyembah Iblis.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 7

7

Page 8: WAHYU 15:1-8

Angka dari binatang tersebut adalah 666. Apa sebenarnya arti dari angka 666 dan

siapa yang dimaksud dengan sebutan binatang tersebut? Angka 666, pertama kali

dihubungkan dengan seorang Kaisar bernama Nero, yang sering membunuh orang

Kristen. Pada intinya, bilangan ini menunjuk pada seseorang dengan karakter yang jelek.

Berikutnya, angka atau bilangan ini dihubungkan dengan Kaisar Domitianus, karena

kekejaman dari Kaisar Domitianus yang menyiksa orang Kristen. Pada awalnya, angka

666 ini didasarkan pada perhitungan kata dalam bahasa Aram (Ibrani). Nama Kaisar Nero

ditambah huruf n, sehingga menjadi Kaisar Neron, yang merupakan pelafalan Ibrani

untuk nama itu, sehingga berjumlah 666. Metode lain yang digunakan adalah, angka

tujuh adalah tanda kesempurnaan dan angka 6 adalah tanda penghukuman (merujuk pada

penghukuman: keenam meterai). Karya Iblis selalu berakhir dalam kegagalan. “Angka

binatang itu adalah 666, yaitu kegagalan demi kegagalan demi kegagalan.” Artinya, Iblis

digambarkan selalu berusaha mencapai kesempurnaan (angka 7), tapi selalu gagal dan

hanya mencapai angka 6. Dengan demikian, angka 666 ini adalah sebuah tanda Iblis yang

selalu gagal, walaupun berusaha menghancurkan Allah dan umat-Nya.

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 33, 425, 462).

Kalimat “Pada mereka ada kecapi Allah.” Dalam Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru mencatat tentang kecapi (2 Taw 29:25, Mzm 33:2, 71:22, 92:4, 98:5,

147:7, 149:3, 150:3, Why 5:8, 14:2, 15:2). Kecapi Allah berarti kecapi yang dimainkan

bagi Allah. Berarti, orang-orang yang telah menjadi pemenang bernyanyi sebagai tanda

kemenangan Tuhan dan umat-Nya atas kuasa Iblis.

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 425, 462).

Para martir (orang-orang kudus) yang telah menjadi pemenang menyanyikan dua

lagu, yang intinya merupakan suatu nyanyian kemenangan Tuhan. Mereka menyanyikan

nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Lagu Anak Domba adalah nyanyian yang

hanya dapat dipelajari oleh mereka, dan tak ada orang lain yang dapat mempelajari

nyanyian itu (Band. Why 14:3). Kemudian, Nyanyian Musa adalah lagu yang pernah

dinyanyikan oleh Musa dalam kemenangannya, setelah selamat menyeberangi Laut

Merah (Lih. Kel 15:1-9).

Nyanyian Musa adalah sebuah nyanyian yang sudah diketahui oleh orang Yahudi,

karena nyanyian ini dinyanyikan setiap kebaktian malam Sabat di sinagoge. Pada

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 8

8

Page 9: WAHYU 15:1-8

awalnya, nyanyian Musa dinyanyikan untuk memperingati pembebasan terbesar dalam

sejarah Israel. Selain itu, ada nyanyian lain yang dinyanyikan, yaitu nyanyian Anak

Domba (Why 15:3b-4). Jika kita memperhatikan kalimat pada nyayian Anak Domba,

maka dapat dilihat, bahwa terdapat kalimat-kalimat kutipan dalam Perjanjian Lama,

contohnya:

“Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 92:6.

“Adil dan benar segala jalan-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 145:17.

“ Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu?” Dapat

dibandingkan dengan Mzm 145:17.

“ Engkau saja yang kudus.” Dapat dibandingkan dengan Mzm 99:3 dan Mzm 111:9.

“ Semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau.”Dapat dibandingkan dengan

Mzm 86:9.”

“Telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.” Dapat dibandingkan dengan Mzm

98:2.”

Lagu yang diucapkan oleh orang-orang yang menjadi pemenang merupakan lagu

yang sangat mengesankan. Hal ini dilihat, karena tidak ada satu kata pun yang berbicara

mengenai keberhasilan mereka sendiri, tapi sebaliknya semua kata dalam lagu tersebut

menggambarkan tentang sebuah pengakuan atas kebesaran Allah.

(William Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal 6-

22. Hal. 180-182).

Pasal 15:5-8 : Bait suci, para malaikat dan malapetaka-malapetaka

Kalimat pembukaan “kemudian dari pada itu” muncul di pasal 4:1, 7:1, 9, 18:1. Pada

pasal 15:5 ini menunjukkan, bahwa Yohanes telah berpindah fokus, dari penglihatan

tentang orang-orang kudus di tepi lautan kaca, kemudian beralih kepada penglihatan

tentang sesuatu yang akan segera terjadi di sorga.

Istilah Bait Suci - kemah kesaksian - di sorga merujuk pada Ruang Maha Kudus di

Kemah Suci itu sendiri. Dalam tulisan Musa, stuktur Kemah Suci dan Kemah Kesaksian

adalah satu atau sama (Kel 40:30-35, Kis 7:44). Yohanes menyebut Kemah ini dengan

nama “Kemah Kesaksian,” bukan “Kemah Pertemuan.” Istilah kesaksian merujuk pada

tabut perjanjian di Ruang Maha Kudus, yang berisi dua loh batu atau Sepuluh Perintah

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 9

9

Page 10: WAHYU 15:1-8

Allah, yang menjadi syarat dasar perjanjian Allah dengan umat-Nya di Gunung Sinai

(Kel 25:16, 40:20).

Sepuluh perintah Allah adalah saksi bagi pelanggaran yang akan mendatangkan

hukuman Allah. Dari hadirat Allah dan oleh kesaksian Sepuluh Perintah ini, hukuman

Allah mengalir turun. Maksudnya adalah, Sepuluh Perintah Allah ini adalah dasar dan

juga awal dari semua hukum yang ada, dan jika tak ditaati, maka akan terjadi

penghukuman. Melalui hukuman, Allah melaksanakan keadilan dan kebenaran. Dalam

hal ini, Ia memberikan kuasa kepada ketujuh malaikat untuk melaksanakan atau

mencurahkan malapetaka ke atas pengikut Antikristus atau orang-orang yang memilih

taat pada Kaisar.

Para malaikat keluar dari hadirat Allah (Bait Suci). Mereka menerima kuasa untuk

mencurahkan malapetaka atas orang-orang yang menolak Allah dan lebih memilih

menyembah Kaisar.

Pakaian para malaikat itu terbuat dari lenan putih yang bersih mengkilat,

melambangkan kekudusan. Ikat pinggang emas di dada mereka melambangkan

kewibawaan dan otoritas, sebab Allah telah mempercayakan tugas khusus kepada

mereka.

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 466-467).

Selain makna-makna yang telah disebutkan, terdapat juga makna lain dari pakaian-

pakaian malaikat tersebut, yaitu:

Pakaian mereka adalah pakaian iman. Jubah putih berkilauan dan terdapat

emas di sekeliling dadanya, merupakan pakaian Imam Agung. Imam Agung

dapat juga disebut sebagai wakil Allah di antara manusia, dan malaikat-

malaikat tersebut adalah wakil Allah.

Pakaian mereka adalah pakaian bangsawan. Lenan putih dan ikat pinggang di

dada adalah pakaian pakaian para raja, dan malaikat-malaikat tersebut berasal

dari Raja segala raja.

Pakaian mereka adalah pakaian surgawi. Orang muda yang ada di kubur dari

Yesus (saat kubur sudah kosong), berpakaian putih panjang seperti jubah

(Mrk 16:5, Mat 28:3), dan malaikat-malaikat tersebut adalah penghuni surga

yang datang untuk melaksanakan perintah Allah atas bumi.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 10

10

Page 11: WAHYU 15:1-8

(William Barclay. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal 6-

22. Hal. 184).

Pada pasal 15:7, dijelaskan tentang empat makhluk yang memberikan kepada ketujuh

malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah, yaitu Allah yang

hidup sampai selam-lamanya.

Empat makhluk ini diberi peran dalam Kitab Wahyu. Dalam Kitab Wahyu, “empat

makhluk” disebutkan sebanyak 11 kali, yaitu Why 4:6, 4:8, 5:6, 5:8, 5:14, 6:1, 6:6, 7:11,

14:3, 15:7, 19:4. (Java Powered, Alkitab Go Bible).

Keempat makhluk ini turut dalam pembukaan empat meterai pertama (Why 6:1-8)

dan membawa cawan emas kemenyan yang berisi doa-doa orang kudus (Why 5:8).

Empat makhluk ini mewakili ciptaan Allah dan ketujuh cawan itu penuh dengan murka

Allah. Cawan emas dipakai dalam ibadah Kemah Suci, berbentuk agak pipih seperti

piring kecil. Dalam Kitab Wahyu, cawan-cawan diisi dengan murka Allah yang mana

tidak seorang pun yang dapat lolos darinya (Why 6:17, 14:10). Jika seseorang dapat lolos

dari murka tersebut, maka itu berarti kuasa Allah dapat dikalahkan, tapi kenyataan yang

terjadi adalah sebaliknya.

“Keempat makhluk” disebutkan pertama kali pada pasal 4:7. Dijelaskan, bahwa

makhluk pertama seperti singa, yang kedua seperti lembu jantan, yang ketiga seperti

manusia, yang keempat seperti burung rajawali, dan intinya mereka melambangkan

sesuatu yang kuat, berani, bijaksana, dan cepat. Keempat rupa ini lebih menyatakan sifat

kerubim (kerub) secara simbolis: keberanian dan kejantanan, kekuatan dan keuletan,

kecerdasan dan kecerdikan, kegesitan dan kecepatan.

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 204).

Kalimat “Allah yang hidup sampai selama-lamanya”, muncul dalam Kitab Wahyu

(4:9, 10, 10:6), yang memiliki suatu arti, yaitu tidak ada kuasa yang dapat mengalahkan

Allah, tapi Allah akan berkuasa selama-lamanya.

Kalimat “dipenuhi asap karena kemuliaan Allah,” berhubungan dengan kalimat

sebelumnya, “yang penuh berisi murka Allah”, karena penghukuman yang dilakukan

atas kehendak Allah berhubungan dengan kemuliaan Allah sebagai Hakim.

Bait suci dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya. Hal ini dapat

kita lihat juga pada saat Allah memenuhi Kemah Suci dengan awan kemuliaan-Nya (Kel

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 11

11

Page 12: WAHYU 15:1-8

40:34) dan pada saat peresmian Bait Salomo (1 Raj 8:10-11, 2 Taw 5:13-14). Dari ayat-

ayat tersebut, sangatlah jelas bahwa asap adalah suatu lambang dari kemuliaan dan

kekudusan Allah, yang dinyatakan lewat penghukuman. Kedahsyatan murka Allah sangat

menakutkan sehingga tak satu pun ciptaan yang dapat masuk ke hadirat-Nya (Bait Suci).

(J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. Hal. 467-468).

Hal tersebut juga menggambarkan beberapa hal, yaitu rencana Allah tidak dapat

diketahui oleh manusia, manusia tidak dapat melihat ke dalam pikiran Allah, dan hal

tersebut adalah gambaran kemuliaan Allah, sehingga manusia tak dapat menghentikan

penghakiman yang akan tiba.

III. Analisis Teologi

A. Teologi naskah

Wahyu 15:1-8, merupakan bagian dari Kitab Wahyu yang menceritakan tentang

penglihatan Yohanes mengenai tujuh malapetaka terakhir, kemenangan dan nyanyian

orang-orang kudus yang mengalahkan kuasa Iblis, serta tahap persiapan pelaksanaan

ketujuh malapetaka oleh ketujuh malaikat.

Penglihatan Yohanes mengenai tanda di langit: Tujuh malaikat dan ketujuh

malapetaka dapat menggambarkan beberapa hal, yaitu Allah ingin memakai malaikat-

malaikat tersebut untuk menjadi wakil-Nya dalam melaksanakan ketujuh malapetaka,

karena mereka merupakan utusan dari Allah dan mengambil bagian dalam proses

penghukuman. Apa yang akan mereka lakukan adalah suatu ketetapan yang telah

dikehendaki Allah, yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun, karena apa yang telah

dirancangkan oleh Allah tak dapat dihentikan oleh siapapun dan dengan cara apapun.

Ketujuh malapetaka ini dapat juga menggambarkan, bahwa Allah itu adil dan akan

menepati janji-Nya, yaitu Dia akan menghukum setiap orang menurut perbuatannya

masing-masing. Hidup yang kekal akan diberikan, bagi mereka yang tekun berbuat baik

dan murka-Nya akan dirasakan oleh orang-orang yang mencari kepentingan sendiri dan

tidak taat pada kebenaran. Allah tidak memandang bulu untuk melaksanakan

penghakiman-Nya (Roma 2:5-8).

Dalam penindasan yang dilakukan oleh Iblis, banyak orang-orang yang takluk di

hadapan Iblis, tapi banyak juga yang tetap teguh dengan iman-Nya, yaitu setia dengan

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 12

12

Page 13: WAHYU 15:1-8

kepercayaannya kepada Allah. Orang-orang yang setia ini, merupakan orang-orang yang

akan menerima janji kehidupan kekal dari Allah, karena tak menjadi pengkhianat di

hadapan Allah. Nyanyian yang diungkapkan oleh orang-orang yang kudus tersebut (Why

15:3b-4) adalah gambaran mengenai ungkapan syukur yang mereka lakukan untuk

memuji dan mengakui kekuasaan Allah, bukan kekuasaan diri mereka sendiri.

Ketujuh malaikat dan ketujuh malapetaka yang keluar dari Bait Suci adalah suatu

gambaran, bahwa pelaksanaan ketujuh malapetaka akan segera berlaku pada seluruh

umat-Nya yang telah menjadi pengkhianat. Hal ini adalah suatu penghukuman dan

keadilan Allah, yang merupakan penggenapan janji Allah pada manusia.

B. Relevansi

Perkembangan zaman ditandai dengan berkembangnya teknologi dan berkembangnya

cara pikir manusia. Masalah yang muncul dari perkembangan tersebut adalah, orang-

orang mulai meninggalkan Tuhan, dan lebih mementingkan kebahagiaan duniawi. Daya

tarik dari kehidupan yang moderen adalah alasan utama terjadinya hal seperti ini, di mana

tanpa mereka sadari kehidupan mereka telah dikuasai oleh pengaruh buruk dari

kehidupan yang moderen ini. Contoh nyata yang sering terjadi pada kehidupan anak

muda, yaitu mereka menghabiskan waktu untuk facebook atau internet.

Daya tarik dunia moderen dan perkembangan yang ada sekarang ini, tanpa disadari

telah membuat banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu pada hal-hal tersebut,

dan membuat mereka menjadi lupa pada Tuhan. Memang, hal-hal tersebut sangatlah

wajar dalam kehidupan di zaman moderen ini, tapi akan menjadi tidak wajar ketika

facebook atau internet telah menjadi nomor satu dalam kehidupan mereka, dan Tuhan

dijadikan sebagai nomor dua. Jika tidak diatasi, maka hal ini akan berdampak buruk bagi

kehidupan seseorang dan hubungannya dengan Tuhan.

Contoh lain yang dapat kita lihat, yaitu di beberapa negera yang ada di dunia ini telah

menjadikan agama sebagai dasar negara tersebut, yaitu Arab Saudi, Irak, Iran, dan

sebagainya. Mereka adalah contoh negara yang telah telah menganut negara agama, yaitu

Islam sebagai substansi di negara tersebut. Agama-agama minoritas yang ada di negara

tersebut, tentunya sangat dirugikan ketika sebuah negara telah mengutamakan agama

yang mayoritas.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 13

13

Page 14: WAHYU 15:1-8

Di Indonesia, telah muncul berbagai usaha untuk menjadikan negara Indonesia

sebagai negara agama, dan tentunya agama Islam yang merupakan mayoritas di negara

Indonesia akan sangat diuntungkan, tapi sebaliknya agama-agama yang minoritas akan

dirugikan.

Berbagai hal-hal yang terjadi di zaman sekarang ini, tentunya menuntut kita sebagai

orang Kristen untuk lebih kritis dan memiliki iman yang teguh. Jika kita tak kuat

menghadapi berbagai hal yang menggoyahkan iman kita, pasti kita akan menjadi seperti

sebagian orang-orang atau jemaat di Asia Kecil (dalam Kitab Wahyu). Mereka

mengkhianati Tuhan dan lebih memilih menyembah Kaisar supaya mereka tetap hidup,

walaupun tanpa disadari mereka telah berada kehidupan yang penuh kegelapan dan dosa.

LITERATUR

Barclay, W. Pemahaman Alkitab setiap hari Kitab Wahyu kepada Yohanes pasal 6-

22. BPK Gunung Mulia, Jakarta. 2009.

Gandum Mas. Alkitab penuntun. Gandum Mas.

Java Powered, Alkitab Go Bible. 2010.

Kistemaker, J. Tafsiran Kitab Wahyu. Momentum. Surabaya. 2009.

LAI. Alkitab. Jakarta. 2008

LAI. ALkitab edisi studi. Jakarta. 2010.

Marxsen, W. Pengantar Perjanjian Baru. BPK Gunung Mulia, Jakarta. 2009.

YKBK. Ensiklopedi jilid I A-L. 2007.

YKBK. Ensiklopedi jilid II M-Z. 2007.

Tafsiran Kitab Wahyu 15:1-8 14

14