wrap up 3

Upload: prissilmatania

Post on 04-Jun-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    1/41

    1

    SAKIT KEPALA MENAHUN

    Perempuan 35 tahun berkonsultasi dengan dokter keluarga dengan keluhan sakit kepala berulang sejak 2

    tahun yang lalu. Sakit kepala seperti tertimpa beban berat dan nyeri pada tengkuknya. Sakit kepala ini

    disertai dengan insomnia. Sakit kepala berawal sejak pasien diceraikan oleh suaminya 2 tahun yang lalu

    dan harus berpisah dari kedua orang anaknya.

    Oleh dokter pasien disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut ke neurolog dan pskiater. Neurology

    mengatakan bahwa pasien mengalami nyeri somatoform (psikogenik). Walaupun ia sudah bercerai, ia

    tetap bertanggung jawab untuk membimbing anaknya sesuai dengan prinsip keluarga sakinah, mawaddah,

    warahmah.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    2/41

    2

    KATA KATA SULIT

    1. Nyeri Somatoform : nyeri psikis tanpa gangguan fisik2. Nyeri Kepala : nyeri di bagian kepala dari batas bawah dagu hingga ke belakang kepala3. Insomnia : sulit tidur4. Psikiater : ahli kejiwaan5. Nyeri : sensasi subjektif, rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan kerusakan jaringan6. Sakinah : perasaan tentram dan nyaman7. Mawadah : perasaan cinta8. Warahmah : kasih saying

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    3/41

    3

    Pertanyaan

    1. Faktor apa saja yang bias menyebabkan nyeri kepala berulang?2. Apa hubungan insomnia dengan nyeri kepala?3. Sebutkan tipe nyeri kepala4. Apa kaitan nyeri somatoform dengan nyeri kepala tipe tegang?5. Bagaimana makna perkawinan dalam islam?

    Jawaban

    1. Stress, gaya hidup, lingkungan, aktivitas, riwayat penyakit2. Karena dia stress menyebabkan nyeri kepala yang berat, jadinya insomnia3. Ada 2 yaitu , primer : kelainan anatomi tidak jelas letaknya

    Sekunder : letak kelainan anatominya jelas

    4. Jadi nyeri kepala itu adalah bagian dari nyeri somatoform5. Perkawinan adalah untuk ibadah

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    4/41

    4

    SASARAN BELAJAR

    1. Memahami dan Menjelaskan neuroanatomi dan neurofisiologi sensorik2. Memahami dan menjelaskan nyeri kepala3. Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform4. Menjelaskan konseling pernikahan

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    5/41

    5

    Memahami dan Menjelaskan neuroanatomi dan neurofisiologi sensorik

    JALAN RAYA SENSORIK

    Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif dari reseptor ke pusat

    sensorik sadar diotak.

    Informasi Ekstroseptif meliputi:

    Sakit Suhu (panas atau dingin) Sentuhan Tekanan

    Informasi Propioseptif meliputi:

    Keadaan otot sadar/otot lurik Keadaan sendi Keadaan ligamentum

    Untuk bisa mencapai pusat sadar pada GYRUS POSTCENTRALIS (area brodmann 3,2,1) makasemua informasi sensorik harus melewati sedikitnya 3 NEURON.

    1. neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion spinale(ganglionadalah sel saraf yg terletak diluar susunan saraf pusat) dimana dendrite dari selsaraf

    tersebut datang dari reseptor, sedangkan axon-nya pergi memasuki medulla spinalisuntukbersinapsis pada neuron orde kedua.

    2. neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapatmenyilanggaris tengah atau langsung dalam columna lateralis pada sisi yang sama,selanjutnya darimedulla spinalis naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron ordeketiga.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    6/41

    6

    3. neuron orde ketiga : pada thalamus, dimana axon-nya akan menuju pusat sensorik sadarpada gyrus postcentralis (area pusat sensorik-area brodmann 3,2,1)

    JALAN RAYA SENSORIK YANG MENGANTARKAN SENSASI SAKIT DAN SUHU

    Nama jalan : TRACTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS

    Melewati medulla spinalis medulla oblongata pons mesencephalon diencephalon

    korteks cerebri

    1. Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posteriussubstansiagrissea medulla spinalis dan segera bercabang

    Serabut yg naik Serabut yg turunSetelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral

    (Lissauri). Lalu berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok

    selsubstansia gelatinosa pada cornu posterius.Axon dari orde kedua menyilang garistengah pada commisura anterior substansia grisseadan substansia alba, kemudian naik ke

    atas pada sisi kotralateral sebagai traktus spinothalamicus lateralis. Traktus tersebut

    berjalan medialis dari traktus spinocerebrallis anterius. Sewaktu jalan ke atas, serabutsyaraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    7/41

    7

    2. saraf berlanjut pada medulla oblongata, yaitu pada dataran lateral antara nucleusolivariusinferius dengan Nucleus tractus spinalis N. Trigeminus. Dan nantinya bergabungdengan

    Tractus spinothalamicus anterius Tractus spinotectalis Ketiga tractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS

    3. berlanjut pada pons. Lemnicus spinalis naik ke atas dibagian belakang PONS4. berlanjut pada mesencephalon, Lemnicus spinalis jalan pada tegmentum , lateralis dari

    Lemnicus medialis.

    5. diencephalon, serabut syaraf traktus spino thalamicus lateralis akan bersinapsisdenganneuron orde ketiga yaitu: Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus

    (bagian darinucleus lateralis thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR

    SENSASISAKIT DAN SUHU DAN REAKSI EMOSI MULAI TIMBUL.

    6. di Korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posterior capsulainternadan Corona radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area

    brodmann 3,2,1) dari sini informasi sakit dan suhu akan diteruskan ke area MOTORIK

    dan areaasosiasi di cortex lobus parietale.

    JALAN RAYA YANG MENGATUR SENSASI SENTUHAN RINGAN DAN TEKANAN

    1. Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posteriussubstansiagrissea medulla spinalis dan segera bercabang 2:

    Serabut yg naik Serabut yg turun

    Setelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral(Lissauri). Lalu berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel

    substansia gelatinosa cornu posterius substansia grissea.

    Axon dari orde kedua menyilang garis tengah pada commisura anterior substansiagrisseadan substansia alba, kemudian naik ke atas pada sisi kotralateral sebagai traktus

    spinothalamicus anterior. Traktus tsb berjalan medialis dari traktus

    spinocerebrallisanterius. Sewaktu jalan ke atas, serabut syaraf baru terus bertambah

    sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.

    2. saraf berlanjut pada medulla oblongata, traktus spinothalamicus anteriornantinya bergabung dengan Tractus spinothalamicus lateralis & Tractus spinotectalis.Ketigatractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS

    3. Berlanjut ke PONS, MESENCEPHALON, DAN DIENCEPHALON. Lemniscusspinalis beriringan dengan Lemnicus Medialis bersinapsis pada neoron orde ketiga yaitu:

    Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis

    thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR SENTUHAN DANTEKANANMULAI DIINTERPRETASI.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    8/41

    8

    4. Lanjut ke korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posteriorcapsulainterna dan Corona radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area

    brodmann 3,2,1) dari sini sensasi sentuhan dan tekanan disadari.

    JALAN RAYA PEMBEDAAN SENSASI DISKRIMINASI SENTUHAN, GETARANSENDI/OTOT SADAR

    NAMA JALAN : FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS CUNEATUS

    1. Jalan dalam medula spinalis memasuki cornu posterius substansia alba sisi yangsama.Untuk segera bercabang 2 :

    CABANG TURUNJalan melewati beberapa segmen medulla spinalis sambil memberikan beberapa

    cabang collateral dan bersinapsis dengan neuron pada cornu posterius dan

    neuron pada cornu anterius pada segmen yang dilewati. Hubungan intersegmental

    iniberfungsi dalam refleks intersegmental.

    CABANG NAIKSerabut sarafnya lebih panjang dan sebagian akan bersinapsis dengan neuron orde

    kedua pada cornu posterius dan anterius substansia grissea. Hubungan

    ini berperan dalam refleks intersegmental. Sebagian besar serabut saraf yangnaik berjalan dalam columna posterius substansia alba sebagai:

    Fasciculus gracilis Fasciculus cutaneus

    2. Jalan dalam medulla Oblongata

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    9/41

    9

    Axon dari neuro orde pertama jalan keatas secara ipsilateral (tidak menyilang

    garistengah) dan bersinapsis dgn neuron orde kedua : nuclei gracilis dan nuclei cuneatus.

    Dari orde kedua akan membentuk serabut saraf disebut sebagai : fibra arcuata interna.Kemudian menyilang garis tengah membentuk decussiatio sensorik. Selanjutnya pergi ke

    dua tempat :

    Ke cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior dan membantuktraktuscuneocerebellaris. Serabutnya sendiri mengelompok membentuk fibraarcuata eksterna. Fungsinya untuk mengirimkan informasi sensasi otot skelet

    dansensasi ke serebellum.

    Ke pons3. Jalan ke pons, ke mesencephalon dan diencephalon setelah membentuk decussatio (pada

    medulla oblongata saraf jalan ke atas sebagai lemniscus medialis untuk berakhir pada

    neuron orde ketiga: nuclei posterolateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari

    kelompok nuclei lateralis thalamus).

    4. Ke korteks cerebri neuron orde ketiga melewati crus posterius capsula interna dancoronaradiata menuju gyrus postcentralis. DISINI BARU KITA MENYADARI

    PEMBEDAANSENSASI DISKRIMINASI SENTUHAN DAN GETARAN DARISENDI ATAU OTOT SADAR.

    JALA N RAYA SENSASI OTOT SADAR (OTOT LURIK) DAN SENDI KE CEREBELLUM

    ADA 3 JALAN :

    1. TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIUSAxon orde pertama memasuki medula spinalis pada collumna posterius substansiagrissea

    untuk bersinapsis dengan neuron orde kedua: nucleus dorsalis (Clarki) yangterletak pada

    basis cornu posterius substansia grissea.Axon orde kedua memasuki poterolateralsubstansia alba pada sisi yang sama untuk naik keatas sebagai : TRAKTUS

    SPINOCEREBELLARIS POSTERIUS. Traktus spinocerebellaris posterius masuk kepeduncullus cerebellaris inferior untuk menuju corteks cerebellum.

    FUNGSI : membawa informasi dari otot sadar dan sendi, terutama dari reseptor Muscle

    spindle dan reseptor yang ada di tendo, ligamentum dan capsula articularedari tubuh dananggota badan.

    2. TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIUSJalan dari medulla spinalis, axon Axon orde pertama memasuki medula spinalis

    padacollumna posterius substansia grissea untuk bersinapsis dengan neuron orde

    kedua:nucleus dorsalis (Clarki) berlanjut menjadi traktus spinocerebellaris posterius

    danmasuk ke peduncullus cerebellaris superior dan berakhir pada korteks cerebella

    FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI DARI RESEPTOR MUSCLE SPINDLE DAN

    TENDO DARI ANGGOTA BADAN ATAS DAN BAWAH

    3. TRAKTUS CUNEOCEREBELLARISPusatnya di nucleus cuneatus. Perjalannya mulai dengan memasuki pedunculuscerebelli

    inferior menuju corteks cerbelli. Disebut juga fibra arcuata externa posterius.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    10/41

    10

    FUNGSI: MENERUSKAN INFORMASI DARI MUSCLE SPINDLE DANTENDO KE

    CEREBELLUM.

    JALAN RAYA NAIK LAINNYA

    1.

    TRAKTUS SPINOTECTALIS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan neuron

    orde kedua yang letaknya pada cornu posterius.

    Dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas padaanterolateral substansia alba sebagai traktus spinotektalis.

    Beriringan dengan traktus spinothalamicus lateralis et anterius,kemudian bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS dan menuju keotak

    FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI UNTUK REFLEKS SPINOVISUAL DAN AKAN

    MENIMBULKAN GERAKAN BOLA MATA DAN KEPALA YANG MENUNUJUK

    KE ARAH DATANGNYA SUMBER STIMULI.

    2. TRAKTUS SPINORETICULARIS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan neuron

    orde kedua yang letaknya pada cornu posterius.

    Dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas padaanterolateral substansia alba dan bercampur dengan traktus spinothalamicus

    Traktus spinoreticularis jalan pada sisi yang sama dan akan bersinapsisdenganneuron orde ketiga: formatio retikulare dimedulla oblongata, pons,danmesencephalon.

    FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI TENTANG TINGKAT-TINGKATKESADARAN

    3. TRAKTUS SPINOOLIVARIUS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan

    neuronorde ke2 yang letaknya pada cornu posterius.

    Dari neuron orde ke2 jalan menyilang garis tengah dan naik ke atas antaracornuanterius dengan cornu laterale substansia alba sebagaiTRAKTUSSPINOOLIVARIUS.

    Traktus spinoolivarius bersinapsis dengan neuron ketiga : nuclei olivariusinferius.Neuron orde ketiga menyilang garis tengah dan memasuki cerebellummelalui

    peduncullus cerebelli inferius untuk pergi ke korteks cerebellum.FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI EXTEROSEPTIF DAN PROPRIOSEPTIFKE

    CEREBELLUM.

    JALAN RAYA VISCERALAxon orde pertama dari thorax dan abdomen memasuki cornu posterius untuk bersinapsisdengan

    neuron orde kedua dalam substansia grissea. Kemudian axon pada orde kedua bergabung dengan

    traktus spinothalamicus untuk berakhir pada neuron orde ketiga : nuclei posterolateral darikelompok ventral thalami. Axon neuron ketiga diduga pergi ke gyrus postcentralis (area

    Brodmann 3,2,1)

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    11/41

    11

    FUNGSI : INFORMASI PRESSORECEPTOR DARI TUNICA MUCOSA RECTUM DAN

    VESICA URINARIA UNTUK KEPERLUAN DAFAECATIO DAN MIXTIO.

    1.1Fisiologi nyeriMenurutInternationalAssociation for Study of Pain(IASP), nyeri adalah sensori subyektif danemosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktualmaupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

    Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringanmanapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi

    dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.

    Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri.Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot

    merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke

    jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsanganlangsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik.

    Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah

    kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yangtimbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,

    iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringan jaringan dalam tubuh akan

    mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.

    Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin,

    histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang

    diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkansensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang

    nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai

    penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ionkalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas

    nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih

    permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaaniskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.

    Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak

    tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya

    hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ

    internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan

    dirasakan sebagaislowchronic- aching type pain.

    Nyeri dapat dibagi atas dua yaitufast paindanslow pain.Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri

    yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanyastimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    12/41

    12

    spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang

    mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang

    banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapamilliseconds.

    Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelahstimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termaltetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari

    saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 2 m/s.

    Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.

    Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi

    menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah

    mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuronpada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan

    menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast paindan paleospinotalamikus

    untukslow pain.Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan

    nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis)

    dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron

    ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral.Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian

    kecil), (2) nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian

    besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir padadaerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak

    untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.

    Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain,traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai seratC, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer

    akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan,

    sering disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuahatau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian

    kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.

    Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jarasanterolateral.

    Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya

    sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakansinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons,

    dan mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abu abu dari peraquaductus

    yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe

    nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal ke arahatas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari

    hipotalamus dan bagian basal otak.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    13/41

    13

    Memahami dan menjelaskan nyeri kepala

    2.1 Definisi Nyeri Kepala

    Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi

    dengan atau tanpa kerusakan jaringan (Sembulingam, 2006). Menurut Oxford Concise

    Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri

    yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari

    nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak (Burton, 2007). Otak sendiri

    adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau dibakar tanpa apa-apapun

    dirasakan (Matthews, 1975).

    Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang tajam,

    pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua yaitu nyeri

    akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan penyebab yang

    mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang kecil sebelum

    menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten atau konstan yang

    berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya sukar ditangani dan

    memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini tidak menyenangkan,ia

    berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah atau penyakit pada tubuh

    kita (Sembulingam, 2006).

    Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah

    kepala dan leher yang peka terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau diskomfortasi

    antara orbital dan oksiput yang berawalan dari painsensitive structure (Victor, 2002).

    Dorlands Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa nyeri kepala adalah

    nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan

    flushing dan mata dan hidung yang berair.

    2.2 Etiologi Nyeri Kepala

    Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri

    kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh

    subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau

    encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul

    disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    14/41

    14

    Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karenagiant cell arteritis, massa

    intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.

    Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang,

    cervical spine disease, sinusitis dan dental disease. (Greenberg, 2002).

    Dalam bukuDisease of the Nervous System, dinyatakan bahwa nyeri kepala juga

    disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal,

    lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache

    dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala (Brain, dan Walton,

    J.N., 1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan

    dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA.

    (Gaharu, M., Prasadja, A., 2009).

    2.3 Patofisiologi Nyeri Kepala

    Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron

    trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous

    allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala

    kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron

    trigeminal sentral.

    Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal

    dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptida

    dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene

    Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A),

    pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric oxide (NO), molekul

    prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan edenosin triphosphat (ATP),

    mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus untuk nyeri kepala klaster dan

    chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive intestine peptide)

    yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.

    Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opiod

    dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors (P2X3),

    isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    15/41

    15

    Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi

    dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling

    penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut.

    Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak (misalnya

    periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan formation

    reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan

    respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate

    cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian batang otak disebut

    juga sebagai generator dan modulator sefalgia.

    Stimuli electroda, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan padaperiaquaduct

    grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti

    migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging) terhadap keterlibatan

    batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan sampel kontrol

    yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di PAG pada

    penderita migren dan CDH dibandingkan dengan control.

    Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang paling

    berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA (N-

    metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan produksi

    neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor serebrospinal ternyata

    bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphate) di

    likuor.

    Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik yang

    cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi

    dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused maka terjadi

    desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CHD. Adanya

    inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari

    perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6 dan TNF (Tumor

    Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel melepasi/mengasingkan

    metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam arachidonik dengan kemampuan

    melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses

    upregulasi beberapa reseptor dan peptida (Sjahrir, 2004).

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    16/41

    16

    2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Nyeri Kepala

    Nyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer, nyeri kepala

    sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Berdasarkan

    klasifikasi IHS (International Headache Society) tahun 2004, nyeri kepala primer terdiri

    atas migren, nyeri kepala tipe-tegang, nyeri kepala klaster dan other trigeminal-

    autonomic cephalalgias, dan other primary headaches.

    Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh

    karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan

    servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala

    akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat

    gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium,

    leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala

    akibat kelainan psikiatri

    2.4.1. Migren

    Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan

    kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi ini

    sering terjadi, lebih dari 10% populasi mengalami setidaknya satu serangan migren

    dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya onset terjadi

    saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat riwayat migren

    dalam keluarga pada sebahagian besar pasien.

    1. Migren dengan auraPasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum serangan

    seperti mengantuk, perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai dengan

    aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang cepat.

    Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu timbul nyeri

    kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan lebih berat jika batuk, mengejan atau

    membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72

    jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang

    menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    17/41

    17

    2. Migren tanpa auraPasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala dapat

    terjadi saat bangun tidur dan gejala yang lain sama dengan migren tipe klasik

    (Ginsberg, 2005).

    Faktor Pencetus Migren

    1. Perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron pada faseluteal siklus menstruasi,

    2. Makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat),vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan

    (natrium nitrit, MSG, aspartam),

    3. Stress (79,7%),4. Rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan (38,1%) dan bau yang

    menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan (43,7%),

    5. Faktor fisik Aktifitas fisik yang berlebihan seperti aktifitas seksual (27,3%) Perubahan pola tidur, termasuk terlalu banyak tidur dan terlalu sedikit tidur (32%), atau

    gangguan saat tidur (49,8%)

    6.

    Perubahan lingkungan (53,2%)7. Alkohol (37,8%),8. Merokok (35,7%).

    (Dewanto G, dkk. 2009)

    Patofisiologi Migren

    Cutaneous allodynia (CA) adalah nafsu nyeri yang ditimibulkan oleh stimulus non

    noxious terhadap kulit normal. Saat serangan/migren 79% pasien menunjukkan

    cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala ipsilateral dan kemudian dapat menyebar ke

    daerah kontralateral dan kedua lengan.

    Allodynia biasanya terbatas pada daerah ipsilateral kepala, yang menandakan

    sensitivitas yang meninggi dari neuron trigeminal sentral (second-order) yang menerima

    input secara konvergen. Jika allodynia lebih menyebar lagi, ini disebabkan karena

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    18/41

    18

    adanya kenaikan sementara daripada sensitivitas third order neuron yang menerima

    pemusatan input dari kulit pada sisi yang berbeda, seperti sama baiknya dengan dari

    duramater maupun kulit yang sebelumnya. (Landy SH, 2003; Bolay H, Moskowitz MA.

    2002)

    Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu:

    Pada migren yang tidak disertai CA, berarti sensitisasi neuron ganglion trigeminalsensoris yang meng inervasi duramater

    Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred pain, berartiterjadi sensitisasi perifer dari reseptor meninggal (first order) dan sensitisasi sentral dari

    neuron komu dorsalis medula spinalis (second order) dengan daerah reseptifperiorbital.

    Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain, terdiri ataspenumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik (third order) yang meliputi

    daerah reseptif seluruh tubuh.

    Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai

    peninggian sensitivitas kulit. Sehingga patofisiologi migren diduga bukan hanya adanya

    iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah intrakranial, akan tetapi juga

    terjadi kenaikan sensitisasi sel saraf sentral terutama pada sistem trigeminal, yang

    memproses informasi yang berasal dari struktur intrakranial dan kulit. (Landy SH,

    2003)Pada beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat paling

    awal serangan migren diketemukan adanya penurunan cerebral blood flow (CBF) yang

    dimulai pada daerah oksipital dan meluas pelan-pelan ke depan sebagai seperti suatu

    gelombang (spreading oligemia; dan dapat menyeberang korteks dengan kecepatan 2-

    3 mm per menit. hal ini berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses

    hiperemia. Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang, kemudian terjadi reaktif

    hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi sel saraf

    menghasilkan gejala scintillating aura, kemudian aktifitas sel saraf menurun

    menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut disebut suatu cortical

    spreading depression (CDS). CDS menyebabkan hiperemia yang berlama didalam

    duramater, edema neurogenik didalam meningens dan aktivasi neuronal didalam TNC

    (trigeminal nucleus caudalis) ipsilateral. Timbulnya CSD dan aura migren tersebut

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    19/41

    19

    mempunyai kontribusi pada aktivasi trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya

    nyeri kepala. Pada serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem

    trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti

    peninggian Ca sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti

    misalnya 5-HT IB/ID, bradykinine, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzym NOS.

    Proses tersebutlah sebagai penyebab adanya penyebaran nyeri, allodynia dan

    hiperalgesia pada penderita migren. (Landy SH, 2003; Lauritzen M, 2001; Bolay H,

    et.al 2001)

    Fase sentral sensitisasi pada migren, induksi nyeri ditimbulkan oleh komponen

    inflamasi yang dilepas dari dura, seperti oleh ion potasium, protons, histamin,

    5HT(serotonin), bradikin, prostaglandin E di pembuluh darah serebral, dan serabut safar

    yang dapat menimbulkan nyeri kepala. Pengalih komponen inflamasi tersebut terhadap

    reseptor C fiber di meningens dapat dihambat dengan obat-obatan NSAIDs (non steroid

    anti inflammation drugs) dan 5-HT 1B/1D agonist, yang memblokade reseptor vanilloid

    dan reseptor acid-sensittive ion channel yang juga berperan melepaskan unsur protein

    inflamator). (Landy SH, 2003)

    Fase berikutnya dari sensitisasi sentral dimediasi oleh aktivasi reseptor presinap

    NMDA purinergic yang mengikat adenosine triphosphat(reseptor P2X3) dan reseptor 5-

    HT IB/ID pada terminal sentral dari nosiseptor C tiber. Nosiseptor C-fiber

    memperbanyak pelepasan transmitter. Jadi obat-obatan yang mengurangi pelepasan

    transmitter seperti mu-opiate, adenosine dan 5-HT IB/ID reseptor agonist, dapat

    mengurangi induksi daripada sensitisasi sentral.

    Proses sensitisasi di reseptor meningeal perivaskuler mengakibatkan

    hipersensitivitas intrakranial dengan manifestasi sebagai perasaan nyeri yang

    ditimbulkan oleh berbatuk, rasa mengikat dikepala, atau pada saat menolehkan kepala.

    Sedangkan sensitivitas pada sentral neuron trigeminal menerangkan proses timbulnya

    nyeri tekan pada daerah ektrakranial dan cutaneus allodynia. Sehingga ada pendapat

    bahwa adanya cutaneus allodynia (CA) dapat sebagai marker dari adanya sentral

    sensitisasi pada migren.

    Pada pemberian sumaptriptan maka aktivitas batang otak akan stabil dan

    menyebabkan gejala migrenpun akan menghilang sesuai dengan pengurangan aktivasi

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    20/41

    20

    di cingulate, auditory dan visual association cortical. Hal itu menunjukkan bahwa

    patogenesis migren sehubungan dengan adanya aktivitas yang imbalance antara brain

    stem nuclei regulating antinoception dengan vascular control. Juga diduga bahwa

    adanya aktivasi batang otak yang menetap itu berkaitan dengan durasi serangan migren

    dan adanya serangan ulang migren sesudah efek obat sumatriptan tersebut menghilang.

    (Lake III AE, Saper JR. 2002)

    Kruit MC dalam laporan penelitiannya yang dimuat pada The Journal of

    American Medical Association Januari 2004 vol 291 mengenai gambaran MRI yang

    supersensitif pada 161 pasien migren dibandingkan dengan 141 orang tanpa migren.

    Temuan ini telah mengubah pandangan terhadap migren yang selama ini dianggap

    sebagai suatu episodic disorder dengan gejala transient menjadi suatu chronic

    progressive disorder yang mengakibatkan perubahan permanen dari parenkhim otak.

    Pada subyek kontrol tanpa migren didapati 38% adanya tiny brain lesion. Peneliti

    mendapatkan adanya lesi diotak yang lebih banyak dan lebih luas pada pasien wanita

    migren 2 kali banyak dibandingkan dengan laki2 secara signifikan. Pasien yang lebih

    sering mendapat serangan migren dan juga disertai aura lebih banyak menunjukkan lesi

    infark dibandingkan tanpa aura. (Buzzi MG, 2003)

    2.4.2. Nyeri Kepala KlasterSindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri

    kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral

    diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini.

    Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan

    serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga

    120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering membangunkan

    pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan.

    Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan kemudian

    bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan. Tidak

    seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali gelisah selama serangan dan

    tampak kemerahan

    (Fauci, 2008).

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    21/41

    21

    2.4.3. Nyeri Kepala Tipe-Tegang/ Tension Type Headache (TTH)

    Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum

    diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher merupakan

    mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik

    yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher

    Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headacheepisodik dan dan Tension Type

    Headache kronik. Tension Type Headacheepisodik, apabila frekuensi serangan tidak

    mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat

    berlangsung selama 30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila

    frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

    (Dewanto G, dkk. 2009)

    Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat

    menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore hari dan

    umumnya tidak responsif terhadap obat-obatan analgesik sederhana. Nyeri kepala ini

    juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri

    tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan

    kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan

    pemeriksaan neurologis adalah normal. (Kaufman, 1985).

    Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)

    Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache(TTH) adalah stress, depresi,

    bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot

    yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter

    seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)

    Pada penderita Tension type headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri

    tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif

    dari otot perikranial yang menjalar kekepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan

    nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    22/41

    22

    TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan miofasial

    lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli

    perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian

    berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self

    limiting yang berbeda bedaa dalam hal intensitas nyeri kepalanya.

    Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat

    palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor

    nyeritekan terhadap otot tersebut. Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh

    Bendtsen) telah menernukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala

    dengan cara palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke2 dan ke 3 ke otot

    yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness

    Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara

    reaksi behaviour dengan reaksi verbal dari penderita.

    Pada penelitian Bendtsen tabun 1996 terhadap penderita chronic tension type

    headache (yang dikutip oleh Bendtsew) teryata otot yang mempunyai nilai Local

    tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot

    sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan

    intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui

    secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada

    nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada

    migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan

    intensitas maupun frekwensi serangan migren.

    Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur

    fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut

    kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang

    bermyelin (A dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/

    tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya

    proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses

    sensitisasi serabut Aa dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada

    tension type headache.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    23/41

    23

    Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan

    leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension

    type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.

    Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian-penelitian yang menggunakan

    EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya

    menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik

    otot,jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi

    protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya

    nyeri kepala.

    Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger

    point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot).

    Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin

    (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari

    sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap

    nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran

    miofascial terhadap timbulnya tension type headache.

    Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor,

    sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara

    involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan

    hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap

    timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure pain

    detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun

    ekstrasefalik

    Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),

    exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi

    pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit

    kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.

    Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan

    biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita.

    Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian

    depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    24/41

    24

    2.5 Diagnosis Nyeri Kepala

    Tension Type Headache (TTH)

    Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya

    dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan

    sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai

    mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.

    Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti

    ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit

    kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,

    insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan

    rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

    Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifik

    untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak

    ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah,

    rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

    Migren

    Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda tanda

    khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa

    harus terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut : (1) migren dengan

    satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan

    atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk

    berangsur angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4)

    sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit

    Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus

    terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi

    kriteria berikut : (a) berlangsung 4 72 jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari :

    (1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh

    aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

    Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    25/41

    25

    lain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.

    Sakit Kepala Cluster

    Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya

    terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya

    terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali

    terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi

    terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi

    tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal,

    ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejala

    gastrointestinal

    2.6 Diagnosis Banding Nyeri Kepala

    Tension Type Headache (TTH)

    Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis

    deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,

    migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis

    temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit

    kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.

    Migren

    Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus, aneurisma

    serebri, glioblastoma, ensefalitis, meningitis, meningioma, sindrom lupus

    2.7 Tatalaksana dan Pencegahan Nyeri Kepala

    Penatalaksanaan Nyeri Kepala

    Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan

    tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi

    antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat diberikan

    ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif 5-HT

    yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    26/41

    26

    kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah,

    nyeri dan kelemahan otot (Katzung,1998)

    Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan

    atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka

    panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau

    pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam darah

    harus dipantau (Tripathi,2003).

    Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa

    pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini

    kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau tahunan.

    Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik

    atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu (Syarif,2007). Pasien yang lain

    mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi (Brain dan Walton, 1969).

    Obat-obatan yang sering dipakai & mekanismenya :

    1. Acetaminophen: inhibisi sintesa prostaglandin di CNS, inhibisi aktifitas nosiseptif viareseptor 5HT

    2. Aspirin: inhibisi sintesa prostaglandin dan leukotriene3. NSAIDs : inhibisi sintesa cyclooxygenase, prostaglandin, lipoxygenase &

    leukotriene, prostaglandin receptor antagonism

    4. Caffeine: Stimulasi reseptor adenosine, enhanced analgesia, memperbesar potensiabsorbsi gastrointestinal

    5. Ergots(ergotarnine tartrate, dihydroergotamine) : suatu selektif arterial konstriktoryang kuat dan mempunyai daya ikat kuat melalui otot dinding arteri.

    6. Opioids: stimulasi reseptor opioid endogen7. Triptans : berikatan dengan reseptor 5HT1B, 5HT1D, 5HT1F, menginhibisi neuronal

    dengan cara blokade aferen sensoris pada n.trigeminal, memblokade pelepasan

    vasoactive peptide dan juga proses inflamasi neurovaskuler di dura maupun

    meningens. Juga mempunyai efek vasokonstruksi dari pembuluh darah serebral dan

    dural yang mengakibatkan pengaruhnya terhadap cerebral blood flow.

    8. steroids: anti inflamasi terhadap neurogenik inflamasi steril, mengurangi edemavasogenik, inhibisi terhadap dorsal raphe nuclei.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    27/41

    27

    9. Betabloker : Inhibisi pelepasan NE dengan cara blokade pre junctional beta receptors,memperlambat reduksi dari aktivitas tyropsine hydroxylase dalam hal sintesa NE,

    efek agonis pada 5HT1 reseptor, efek antagonis pada 5HT2

    10.Ca Channel antagonis : mempengaruhi Ca influx dalam mencegah vasokonstruksi danpelepasan SP

    11.Cyproheptadine: Potent 5HT1 & 5HT2 antagonist12.Pizotifen : 5HT2 antagonist13.SSRI antidepresan: Selective serotonin reuptake inhibitor(Headache Council Philippine Neurological Association, 2000)

    Pengobatan non farmakologik untuk nyeri kepala primer.

    Pengobatan AlternatifZanchin G, dkk (2001) meneliti penggunaan self-manipulasi penanggulangan

    nyeri kepala primer pada sekitar 400 penderita di dua kota Padua dan Parma Headache

    Centres, Italy. Ternyata 65% (258 orang) menggunakan beberapa 21 jenis self manipulasi

    terhadap beberapa letak di kepalanya untuk mengatasi nyeri kepalanya tersebut. Yaitu

    30% melakukan kompresi/penekanan, 27% kompres dingin, 25% massage/pijit, 8%

    kompres panas terhadap daerah kepalanya yang dirasa sakit. Dari self manipulasi tersebut

    ternyata hanya dapat mengurangi nyerinya secara temporer sekitar 8% saja. Kelihatandisini bahwa manipulasi kompresi/penekanan lebih bermanfaat dibandingkan dengan

    manipulasi lainnya. Kompresi/penekanan dilakukan dengan tangan, jari atau benda yang

    padat ataupun dengan diikat dengan saputangan. Kompres dingin dengan cara handuk

    dingin atau dengan ice bag. Massage/pijit dengan self massage, pijit sendiri atau di pijit

    oleh orang lain. Kompres panas dengan cara, handuk panas, hair dryer atau dengan hot

    shower.

    Botulinum toxin A (BTX A)Terapi nyeri kepala dengan botulinum toxin A adalaq relatif baru.Bagaimana

    mekanisme BTX A dapat mengurangi nyeri kepala yang tepat belum lab diketahui.

    Diduga BTX A mempunyai target menurunkan CGRP maupun SP, dan sebagai muscle

    relaxant. (Ondo WG, 2004)

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    28/41

    28

    Pencegahan Nyeri Kepala

    Pencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu mengatur pola

    tidur yang sam setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur,

    kurangi stress, menghindari pemicu sakit kepala yang telah diketahui.

    2.8 Prognosis Nyeri Kepala

    Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan

    indikasi merujuk adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba tiba dan timbul

    kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit

    kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada

    bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya

    tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.

    Memahami dan menjelaskan gangguan somatoform

    DefinisiGangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai

    contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang

    adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaanemosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan penderita untuk

    berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform

    mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk

    onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang

    disadari atau gangguan buatan.

    Etiologi

    Etiologi dari Somatization DisorderDiketahui bahwa individu yang mengalami somatization disorder biasanya lebih sensitive padasensasi fisik, lebih sering mengalami sensasi fisik, atau menginterpretasikannya secara

    berlebihan (Kirmayer et al.,1994;Rief et al., 1998 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).

    Kemungkinan lainnya adalah bahwa mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat dari pada

    orang lain (Rief&Auer dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Pandangan behavioral darisomatization disorder menyatakan bahwa berbagai rasa sakit dan nyeri, ketidaknyamanan, dan

    disfungsi yang terjadi adalah manifestasi dari kecemasan yang tidak realistis terhadap sistemtubuh. Berkaitan dengan hal ini, ketika tingkat kecemasan tinggi, individu dengan somatization

    disorder memiliki kadar cortisol yang tinggi, yang merupakan indikasi bahwa mereka sedang

    stress (Rief et al., daam Davidson, Neale, Kring, 2004). Barangkali rasa tegang yang ekstrimpada otot perut mengakibatkan rasa pusing atau ingin muntah. Ketika fungsi normal sekali

    terganggu, pola maladaptif akan diperkuat dikarenakan oleh perhatian yang diterima.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    29/41

    29

    Teori Psikoanalisis dari Conversion DisorderPada Studies in Hysteria (1895/1982), Breuer dan freud menyebutkan bahwa conversion disorderdisebabkan ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang

    besar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut

    dihilangkan dari kesadaran. Gejala khusus conversion disebutkan dapat berhubungan seba-akibatdengan peristiwa traumatis yang memunculkan gejala tersebut.

    Freud juga berhipotesis bahwa conversion disorder pada wanita terjadi pada awal kehidupan,

    diakibatkan oleh Electra complex yang tidak terselesaikan. Berdasarkan pandanganpsikodinamik dari Sackheim dan koleganya, verbal reports dan tingkah laku dapat terpisah satu

    sama lain secara tidak sadar.Hysterically blind person dapat berkata bahwa ia tidak dapat melihat

    dan secara bersamaan dapat dipengaruhi oleh stimulus visual. Cara mereka menunjukkan bahwa

    mereka dapat melihat tergantung pada sejauh mana tingkat kebutaannya.

    Teori Behavioral dari Conversion Disorder

    Pandangan behavioral yang dikemukakan Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring,2004), menyebutkan bahwa gangguan konversi mirip dengan malingering, dimana individu

    mengadopsi simtom untuk mencapai suatu tujuan. Menurut pandangan mereka, individu dengan

    conversion disorder berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai

    bagaimana seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik,akan bereaksi. Hal ini menimbulkan dua pertanyaan : (1) Apakah seseorang mampu berbuat

    demikian? (2) Dalam kondisi seperti apa perilaku tersebut sering muncul ?

    Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka jawaban untuk pertanyaan (1) adalah ya. Seseorangdapat mengadopsi pola perilaku yang sesuai dengan gejala klasik conversion. Misalnya

    kelumpuhan, analgesias, dan kebutaan, seperti yang kita ketahui, dapat pula dimunculkan pada

    orang yang sedang dalam pengaruh hipnotis. Sedangkan untuk pertanyaan (2) Ullman dan

    Krasner mengspesifikasikan dua kondisi yang dapat meningkatkan kecenderunganketidakmampuan motorik dan sensorik dapat ditiru. Pertama, individu harus memiliki

    pengalaman dengan peran yang akan diadopsi. Individu tersebut dapat memiliki masalah fisik

    yang serupa atau mengobservasi gejala tersebut pada orang lain. Kedua, permainan dari perantersebut harus diberikan reward. Individu akan menampilkan ketidakampuan hanya jika perilaku

    itu diharapkan dapat mengurangi stress atau untuk memperoleh konsekuensi positif yang lain.

    Namun pandangan behavioral ini tidak sepenuhnya didukung oleh bukti-bukti literatur.

    Faktor Sosial dan Budaya pada Conversion Disorder

    Salah satu bukti bahwa faktor social dan budaya berperan dalam conversion disorder ditunjukkan

    dari semakin berkurangnya gangguan ini dalam beberapa abad terakhir. Beberapa hipotesis yangmenjelaskan bahwa gangguan ini mulai berkurang adalah misalnya terapis yang ahli dalam

    bidang psikoanalisis menyebutkan bahwa dalam paruh kedua abad 19, ketika tingkat kemunculan

    conversion disorder tinggi di Perancis dan Austria, perilaku seksual yang di repress dapat

    berkontribusi pada meningktnya prevalensi gangguan ini. Berkurangnya gangguan ini dapatdisebabkan oleh semakin luwesnya norma seksual dan semakin berkembangnya ilmu psikologi

    dan kedokteran pada abad ke 20, yang lebih toleran terhadap kecemasan akibat disfungsi yang

    tidak berkaitan dengan hal fisiologis daripada sebelumnya.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    30/41

    30

    Selain itu peran faktor sosial dan budaya juga menunjukkan bahwa conversion disorder lebih

    sering dialami oleh mereka yang berada di daerah pedesaan atau berada pada tingkat

    sosioekonomi yang rendah (Binzer et al.,1996;Folks, Ford&Regan, 1984 dalam Davidson, Neale,Kring, 2004). Mereka mengalami hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan mengenai

    konsep medis dan psikologis. Sementara itu, diagnosis mengenai hysteria berkurang pada

    masyarakat industrialis, seperti Inggris, dan lebih umum pada negara yang belum berkembang,seperti Libya (Pu et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004 ).

    Faktor Biologis pada Conversion DisorderMeskipun faktor genetic diperkirakan menjadi faktor penting dalam perkembangan conversiondisorder, penelitian tidak mendukung hal ini. Sementara itu, dalam beberapa penelitian, gejala

    conversion lebih sering muncul pada bagian kiri tubuh dibandingkan dengan bagian kanan

    (Binzer et al.,dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Hal ini merupakan penemuan menarik

    karena fungsi bagian kiri tubuh dikontrol oleh hemisfer kanan otak. Hemisfer kanan otak jugadiperkirakan lebih berperan dibandingkan hemisfer kiri berkaitan dengan emosi negatif. Akan

    tetapi, berdasarkan penelitian yang lebih besar diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang dapat

    diobservasi dari frekuensi gejala pada bagian kanan versus bagian kiri otak (Roelofs et al., dalamDavidson, Neale, Kring, 2004).

    Klasifikasi

    Lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

    A. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistemorgan.

    B. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.C. Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien

    bahwa ia menderita penyakit tertentu.

    D. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.

    E. Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktorpsikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.

    DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform:

    A. Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkansalah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.

    B.Not otherwise specified (NOS), gangguan somatoform yang tidak ditentukan adalahkategori untuk gejala somatoform yang tidak memenuhi diagnosis gangguan somatoform

    yang sebelumnya disebutkan.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    31/41

    31

    Manifestasi klinis

    Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik. Ciri utamadari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang, yang disertaidengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya

    negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi

    dasar keluhannya. Pasien biasanya menolak adanya kemungkinan penyabab psikologis,walaupun ditemukan gejala anxietas dan depresi yang nyata.

    Kelompok gangguan yang ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simtom fisik yangtidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik.

    Bukan merupakan Malingering: kepura-puraan simtom yang bertujuan untukmendapatkan hasil eksternal yang jelas, misalnya menghindari hukuman, mendapatkanpekerjaan, dsb.

    Bukan pula Gangguan Factitious/Gangguan Buatan: gangguan yang ditandai olehpemalsuan simtom psis atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas atau untuk

    mendapatkan peran sakit.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    32/41

    32

    Diagnosis

    A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selamaperiode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan

    bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada

    sembarang waktu selama perjalanan gangguan:1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat

    tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,

    anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atauselama miksi)

    2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selainnyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau

    intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif

    selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang

    kehamilan).4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang

    mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala

    konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis ataukelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi

    urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    33/41

    33

    ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain

    pingsan).

    C. Salah satu (1)atau (2):1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

    dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efeklangsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

    pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan

    riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau

    pura-pura).

    Kriteria diagnostik untuk Gangguan KonversiA. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik

    yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

    B.

    Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awalatau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

    C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).

    D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnyaoleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau

    pengalaman yang diterima secara kultural.

    E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguandalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan

    medis.

    F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebihbaik oleh gangguan mental lain.

    Sebutkan tipe gejala atau defisit:

    Dengan gejata atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang atau konvulsi Dengan gambaran campuran

    Kriteria Diagnostik untuk HipokondriasisA. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit

    serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.

    B.

    Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat danpenentraman.

    C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguandelusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan

    (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

    D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalamfungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

    E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    34/41

    34

    F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas

    perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

    Sebutkan jika:Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir,

    orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah

    berlebihan atau tidak beralasan.

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik TubuhA. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali

    tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

    fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

    C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

    A.Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukupparah untuk memerlukan perhatian klinis.

    B.Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalamfungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

    C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

    D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).

    E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguanpsikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

    Tuliskan seperti berikut:

    Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor psikologis dianggapmemiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.

    Sebutkan jika:

    Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih

    Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medisumumSebutkan jika:

    Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih

    Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan

    untuk mempermudah diagnosis banding.

    Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak DigolongkanA. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan

    gastrointestinal atau saluran kemih)

    B. Salah satu (1)atau (2)

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    35/41

    35

    1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya olehkondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat

    (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau

    gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang

    diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuanlaboratonium.C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

    fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

    D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

    gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,

    gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

    F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatanatau berpura-pura)

    Penatalaksanaan

    Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber informasi penting dalam membantu

    orang-orang yang mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah ide yang baik untuk

    meyakinkan mereka yang mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang mereka alamiberhubungan dengan faktor psikologis. Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang

    lembut dan suportif dengan memberikan reward bagi kemajuan dalam proses pengobatan meeka

    (Simon dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Para terapis behaviorist lebih menyarankan padamereka yang mengalami gangguan somatoform, beragam teknik yang dimaksudkan agar mereka

    menghilangkan gejala-gejala dari gangguan tersebut.

    Terapi untuk Somatization DisorderPara ahli kognitif dan behavioral meyakini bahwa tingginya tingkat kecemasan yang

    diasosiasikan dengan somatization disorder dipicu oleh situasi khusus. Akan tetapi semakin

    banyak pengobatan yang dibutuhkan, bagi orang yang sakit sekian lama maka akan tumbuhkebiasaan akan ketergantungan untuk menghindari tantangan hidup sehari-hari daripada

    menghadapi tantangan tersebut sebagai orang dewasa. Dalam pendekatan yang lebih umum

    mengenai somatization disorder, dokter hendaknya tidak meremehkan validitas dari keluhanfisik, tetapi perlu diminimalisir penggunaan tes-tes diagnosis dan obat-obatan, mempertahankan

    hubungan dengan mereka terlepas dari apakah mereka mengeluh tentang penyakitnya atau tidak

    (Monson&Smith dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).

    Terapi untuk H ypochondriasisSecara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi

    hypochondriasis (e.g. Bach, 2000; Feranandez, Rodriguez&Fernandez, 2001, dalam Davidson,

    Neale, Kring, 2004). Penelitian menujukkan bahwa penderita hypochondriasis memperlihatkanbias kognitif dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu kesehatan (Smeets et al., dalam

    Davidson, Neale, Kring, 2004). Cognitive-behavioral therapy dapat bertujuan untuk mengubah

    pemikiran pesimistis. Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan dengan strategi yangmengalihkan penderita gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan meyakinkan mereka untuk

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    36/41

    36

    mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit (e.g. Salkovskis&Warwick,

    1986;Visser&Bouman, 1992;Warwick&Salkovskis, 2001 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).

    Terapi untuk Pain DisorderPengobatan yang efektif cenderung memiliki hal-hal berikut:

    Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata dan bukan hanya ada dalam pikiranpenderita.

    Relaxation training Memberi reward kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang mengalami

    rasa nyeriSecara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak dapat dilakukan

    oleh penderita akibat rasa nyeri yang dialaminya, tetapi mengajari penderita bagaimana caranya

    menghadapi stress, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan

    kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau ketidaknyamanan yang penderita rasakan.

    Penanganan Gangguan Somatoform secara umum

    Pendekatan behavioral untuk menangani gangguan konversi dan somtoform lainnya menekankanpada menghilangkan sumber dari reinforcement sekunder (keuntungan sekunder) yang dapat

    dihubungkan dalam keluhan-keluhan fisik. Terapis behavioral dapat bekerja secara lebih

    langsung dengan si penderita gangguan somatoform, membantu orang tersebut belajar dalam

    menangani stress atau kecemasan dengan cara yang lebih adaptif.Teknik kognitif-behavioral paling sering pemaparan terhadap pencegahan respond an

    restrukturisasi kognitif. Secara sengaja memunculkankerusakan yang dipersepsikan di depan

    umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah dan pakaian. Dalamrestrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan

    fisiknya dan cara meyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti

    yang jelas. Penggunaan antidepresan, terutama fluoxetine(Prozac) dalam menangani beberapa

    tipe gangguan somatoform.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    37/41

    37

    Menjelaskan konseling pernikahan

    MARITAL COUNSELING

    Bimbingan konseling perkawinan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalammenjalankan perkawinan dan kehidupan berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan

    petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.

    Sedangkan tujuan bimbinagn konseling perkawinan adalah :

    1. Membantu individu memecahkan timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan

    pernikahan, antara lain :

    a. Membantu individu memahami hakikat dan tujuan perkawinan menurut Islam

    b. Membantu individu memahami persyaratan-persyaratan perkawinan menurut Islam

    c. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan perkawinan.

    2. Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan

    kehidupan berumah tangga, antara lain dengan jalan :

    a. Membantu individu memahami problem yang dihadapinya

    b. Membantu individu memahami kondisi dirinya dan keluarga serta lingkunganya.

    c. Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang dihadapi sesuai

    ajaran Islam.

    3. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga agar tetapbaik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik, yakni dengan cara :

    a. Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan berumah tangga yang semula

    telah terkena problem dan telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali.

    b. Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan yang lebih baik (sakinah mawwadah

    warahmah).

    4. Meningkatkan kesadaran terhadap dirinya dan dapat saling empati diantara patner

    5. Meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan potensinya masing-masing

    6. Meningkatkan saling membuka diri

    7. Meningkatkan hubungan yang lebih intim

    8. Mengembangkan ketrampilan komunikasi, pemecahan masalah, dan mengelola konfliknya.

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    38/41

    38

    Dalam proses konseling pranikah, konselor perlu menanamkan beberapa faktor penting yang

    menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan berumah tangga. Faktor-faktor tesebut adalah :

    1. Faktor fiologis dalam perkawinan : kesehatan pada umumnya, kemampuan mengadakan

    hubungan seksual. Faktor ini menjadi penting untuk dipahami pasangan suami isteri, karena

    salah satu tujuan perkawinan adalah menjalankan fungsi Regenerasi (meneruskan keturunankeluarga). Pemahaman kondisi masing-masing akan memudahkan proses adaptasi dalam hal

    pemenuhan kebutuhan ini.

    2. Faktor psikologis dalam perkawinan : kematangan emosi dan pikiran, sikap saling dapat

    menerima dan memberikan cara kasih antara suami isteri dan saling pengertian antara suamiisteri. Faktor psikologi menjadi landasan penting dalam mencapai keluarga sakinah, tanpa

    persiapan psikologis yang matang baik suami atau isteri akan mengalami kesulitan dalam

    menghadap berbagai kemungkinan yang terjadi pada kehidupan rumah tangga yang akan

    dijalani. Sebab dalam keluarga pasti memiliki dinamika, tidak selama bahagia dan damai,

    tetapi pasti sering kali terjadi konflik dari yang sederhana samapai yang kompleks.

    3. Faktor agama dalam perkawinan Faktor agama merupakan hal yang pentinmg dalammembangun keluarga. Perkawinan beda agama akan cenderung lebih tinggi menimbulkan

    masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama. Agama merupakan sumber yang

    memberikan bimbingan hidup secara menyeluruh baik termasuk dengan panduan agama,

    keluarga bahagia yang diidam-idamkan tiap pasangan lebih mudah tercapai.

    4. Faktor komunikasi dalam perkawinan. Komunikasi menjadi hal sentral yang harus

    diperhatikan oleh pasangan suami isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi pintu

    untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu timbulnya konflik yang lebih besar

    dalam keluarga.

    Asasasas Bimbingan Konseling Perkawinan Islam

    1. Asas kebahagian dunia akhirat

    Perkawinan bukan saja merupakan sebuah sistem hidupyang diatur oleh negara tetapi jugamerupakan sistem kehidupan yang syarat dengan tuntunan agama. Karenanya setiap kali muncul

    permasalah dalam perkawinan yang dijalani, segala upaya pemecahan masalh selalu diupayakan

    terselesaikannya masalah sekarng ini dan mendapatkan kebaikan pula dari sisi tuntunan agama.

    2. Asas sakinah mawadah warahmah

    Keluarga bahagia dan kekal merupakan tujuan dari perkawinan. Untuk mencapai itu semualandasan cinta dan kasih sayng dari orang-orang yang membentuk didalamnya menjadi sangat

    penting. Karenanya proses bimbingan konseling perkawinan juga harus tetap berpegang pada

    asas ini.

    3. Asas sabar dan tawakal

    Segala permasalahan dalam rumah tangga pada dasarnya dapat dicari penyelesaiannya dengan

    baik. Kuncinya adalah usaha dari suami dan isteri untuk terus mencari jaln keluar dan berpasrah

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    39/41

    39

    diri pada Allah. Konselor dapat membantu pasangan untuk tetap tegar dan berusaha mencari

    solusi terbaik dari setiap masalah yang ada.

    4. Asas komunikasi dan musyawarah

    Komunikasi menjadi hal yang sanagt penting dalam kehidupan kleuarga. Banyaknya masalah

    yang muncul sering kali karena komuniaksi yang terjalin anta anggota keluarga tidak harmonisdan baik. Karenannya dalam melakukan penyelesaian masalah komunikasi dan musyawarh antar

    kedua belah pihak harus dilakukan sehingga segala masalah dapat teratasi.

    5. Asas manfaat

    Dalam melakukan layanan Bimbingan konseling perkawinan, asas manfaat menjadi sanagt

    penting diterapkan. Kendati masalah yang dihadapi suami istri sangat rumit, segala upaya dan

    solusi harus dicari dengan memperhatikan manfaat yang lebih besar dapat diperoleh

    dibandingkan dengan kerugiannya.

    NILAI PERKAWINAN DALAM ISLAM

    Dasar Hukum Islam tentang Pernikahan

    Allah menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memilikinaluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih antara pria dan wanita merupakan fitrah

    manusia. Hubungan khusus antar jenis kelamin antara keduanya terjadi secara alami karena

    adanya gharizatun nau (naluri seksual/berketurunan). Sebagai sistem hidup yang paripurna,Islam pasti sesuai dengan fitrah manusia. Karenanya Islam tidak melepaskan kendali naluri

    seksual secara bebas yang dapat membahayakan diri manusia dan kehidupan masyarakat. Islam

    telah membatasi hubungan khusus pria dan wanita hanya dengan pernikahan. Dengan begitu

    terciptalah kondisi masyarakat penuh kesucian, kemuliaan, sangat menjaga kehormatan setiapanggotanya, dan dapat mewujudkan ketenangan hidup dan kelestarian keturunan umat manusia.

    Tujuan Mulia Pernikahan dalam IslamIslam memandang pernikahan bukan sebagai sarana untuk mencapai kenikmatan lahiriah semata,

    tetapi bagian dari pemenuhan naluri yang didasarkan pada aturan Allah (bernilai ibadah).Tujuannya sangat jelas, yaitu membentuk keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (penuhcinta), dan rahmah (kasih sayang) (QS. Ar-Rum [30] : 21). Dengan begitu, pernikahan akan

    mampu memberikan kontribusi bagi kesatabilan dan ketentraman masyarakat, karena kaum pria

    dan wanita dapat memenuhi naluri seksualnya secara benar dan sah. Berbeda dengan pandangan

    Barat yang memandang interaksi dalam bentuk pernikahan adalah hal yang kolot danterbelakang. Dalam pandangan mereka, kalau dapat memenuhi hasrat seksualnya dengan

    melacur, hidup bersama tanpa nikah, dan sebagainya, maka hal itu sah saja. Akibatnya dalam

    tatanan masyarakat Barat, lembaga pernikahan telah runtuh dan dipandang sebagai pembelenggu

    kebebasan. Wajar jika kemudian praktek perzinaan secara massal (pelacuran), perselingkuan,perkosaan, pelecehan seksual, homoseksualitas, lesbianisme, dan aborsi dianggap lumrah. Lebih

    dari itu, pernikahan dalam Islam adalah bagian dari proses keberlangsungan generasi manusia

    secara universal (QS. al-Hujurat [49] : 13). Kita dapat melihat, upaya sebagian manusia untukmeruntuhkan dan menganggap rendah pernikaan, berujung pada kegoncangan keluarga, orang

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    40/41

    40

    takut atau kalau menikah takut punya anak, praktek aborsi marak. Dalam level negara, kita lihat

    struktur kependudukan (demografis) suatu bangsa dapat mengalami kekurangan atau minim anak

    dan generasi muda serta overload generasi renta (kasus Perancis dan Jerman). Ini jelas berbahayabagi kelangsungan negara tersebut. Selain itu, tingginya angka perceraian mendorong maraknya

    pola orangtua tunggal (single parent).

  • 8/13/2019 WRAP UP 3

    41/41

    DAFTAR PUSTAKA

    Mardjono & Sidharta. 2008.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

    Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media

    Aesculapius FKUI

    Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi 7 Jilid 2.Jakarta : Binarupa Aksara

    Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.

    Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atma Jaya

    Rawi, Asmawi.Menelaah Kembali Hakikat Pernikahan dalam Islam

    Anonim.Bimbingan dan Konseling Perkawinan.www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

    http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/