wrap up 3
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 WRAP UP 3
1/41
1
SAKIT KEPALA MENAHUN
Perempuan 35 tahun berkonsultasi dengan dokter keluarga dengan keluhan sakit kepala berulang sejak 2
tahun yang lalu. Sakit kepala seperti tertimpa beban berat dan nyeri pada tengkuknya. Sakit kepala ini
disertai dengan insomnia. Sakit kepala berawal sejak pasien diceraikan oleh suaminya 2 tahun yang lalu
dan harus berpisah dari kedua orang anaknya.
Oleh dokter pasien disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut ke neurolog dan pskiater. Neurology
mengatakan bahwa pasien mengalami nyeri somatoform (psikogenik). Walaupun ia sudah bercerai, ia
tetap bertanggung jawab untuk membimbing anaknya sesuai dengan prinsip keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
2/41
2
KATA KATA SULIT
1. Nyeri Somatoform : nyeri psikis tanpa gangguan fisik2. Nyeri Kepala : nyeri di bagian kepala dari batas bawah dagu hingga ke belakang kepala3. Insomnia : sulit tidur4. Psikiater : ahli kejiwaan5. Nyeri : sensasi subjektif, rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan kerusakan jaringan6. Sakinah : perasaan tentram dan nyaman7. Mawadah : perasaan cinta8. Warahmah : kasih saying
-
8/13/2019 WRAP UP 3
3/41
3
Pertanyaan
1. Faktor apa saja yang bias menyebabkan nyeri kepala berulang?2. Apa hubungan insomnia dengan nyeri kepala?3. Sebutkan tipe nyeri kepala4. Apa kaitan nyeri somatoform dengan nyeri kepala tipe tegang?5. Bagaimana makna perkawinan dalam islam?
Jawaban
1. Stress, gaya hidup, lingkungan, aktivitas, riwayat penyakit2. Karena dia stress menyebabkan nyeri kepala yang berat, jadinya insomnia3. Ada 2 yaitu , primer : kelainan anatomi tidak jelas letaknya
Sekunder : letak kelainan anatominya jelas
4. Jadi nyeri kepala itu adalah bagian dari nyeri somatoform5. Perkawinan adalah untuk ibadah
-
8/13/2019 WRAP UP 3
4/41
4
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan neuroanatomi dan neurofisiologi sensorik2. Memahami dan menjelaskan nyeri kepala3. Memahami dan menjelaskan nyeri somatoform4. Menjelaskan konseling pernikahan
-
8/13/2019 WRAP UP 3
5/41
5
Memahami dan Menjelaskan neuroanatomi dan neurofisiologi sensorik
JALAN RAYA SENSORIK
Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif dari reseptor ke pusat
sensorik sadar diotak.
Informasi Ekstroseptif meliputi:
Sakit Suhu (panas atau dingin) Sentuhan Tekanan
Informasi Propioseptif meliputi:
Keadaan otot sadar/otot lurik Keadaan sendi Keadaan ligamentum
Untuk bisa mencapai pusat sadar pada GYRUS POSTCENTRALIS (area brodmann 3,2,1) makasemua informasi sensorik harus melewati sedikitnya 3 NEURON.
1. neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion spinale(ganglionadalah sel saraf yg terletak diluar susunan saraf pusat) dimana dendrite dari selsaraf
tersebut datang dari reseptor, sedangkan axon-nya pergi memasuki medulla spinalisuntukbersinapsis pada neuron orde kedua.
2. neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapatmenyilanggaris tengah atau langsung dalam columna lateralis pada sisi yang sama,selanjutnya darimedulla spinalis naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron ordeketiga.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
6/41
6
3. neuron orde ketiga : pada thalamus, dimana axon-nya akan menuju pusat sensorik sadarpada gyrus postcentralis (area pusat sensorik-area brodmann 3,2,1)
JALAN RAYA SENSORIK YANG MENGANTARKAN SENSASI SAKIT DAN SUHU
Nama jalan : TRACTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS
Melewati medulla spinalis medulla oblongata pons mesencephalon diencephalon
korteks cerebri
1. Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posteriussubstansiagrissea medulla spinalis dan segera bercabang
Serabut yg naik Serabut yg turunSetelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral
(Lissauri). Lalu berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok
selsubstansia gelatinosa pada cornu posterius.Axon dari orde kedua menyilang garistengah pada commisura anterior substansia grisseadan substansia alba, kemudian naik ke
atas pada sisi kotralateral sebagai traktus spinothalamicus lateralis. Traktus tersebut
berjalan medialis dari traktus spinocerebrallis anterius. Sewaktu jalan ke atas, serabutsyaraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
7/41
7
2. saraf berlanjut pada medulla oblongata, yaitu pada dataran lateral antara nucleusolivariusinferius dengan Nucleus tractus spinalis N. Trigeminus. Dan nantinya bergabungdengan
Tractus spinothalamicus anterius Tractus spinotectalis Ketiga tractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS
3. berlanjut pada pons. Lemnicus spinalis naik ke atas dibagian belakang PONS4. berlanjut pada mesencephalon, Lemnicus spinalis jalan pada tegmentum , lateralis dari
Lemnicus medialis.
5. diencephalon, serabut syaraf traktus spino thalamicus lateralis akan bersinapsisdenganneuron orde ketiga yaitu: Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus
(bagian darinucleus lateralis thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR
SENSASISAKIT DAN SUHU DAN REAKSI EMOSI MULAI TIMBUL.
6. di Korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posterior capsulainternadan Corona radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area
brodmann 3,2,1) dari sini informasi sakit dan suhu akan diteruskan ke area MOTORIK
dan areaasosiasi di cortex lobus parietale.
JALAN RAYA YANG MENGATUR SENSASI SENTUHAN RINGAN DAN TEKANAN
1. Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posteriussubstansiagrissea medulla spinalis dan segera bercabang 2:
Serabut yg naik Serabut yg turun
Setelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral(Lissauri). Lalu berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel
substansia gelatinosa cornu posterius substansia grissea.
Axon dari orde kedua menyilang garis tengah pada commisura anterior substansiagrisseadan substansia alba, kemudian naik ke atas pada sisi kotralateral sebagai traktus
spinothalamicus anterior. Traktus tsb berjalan medialis dari traktus
spinocerebrallisanterius. Sewaktu jalan ke atas, serabut syaraf baru terus bertambah
sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.
2. saraf berlanjut pada medulla oblongata, traktus spinothalamicus anteriornantinya bergabung dengan Tractus spinothalamicus lateralis & Tractus spinotectalis.Ketigatractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS
3. Berlanjut ke PONS, MESENCEPHALON, DAN DIENCEPHALON. Lemniscusspinalis beriringan dengan Lemnicus Medialis bersinapsis pada neoron orde ketiga yaitu:
Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis
thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR SENTUHAN DANTEKANANMULAI DIINTERPRETASI.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
8/41
8
4. Lanjut ke korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posteriorcapsulainterna dan Corona radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area
brodmann 3,2,1) dari sini sensasi sentuhan dan tekanan disadari.
JALAN RAYA PEMBEDAAN SENSASI DISKRIMINASI SENTUHAN, GETARANSENDI/OTOT SADAR
NAMA JALAN : FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS CUNEATUS
1. Jalan dalam medula spinalis memasuki cornu posterius substansia alba sisi yangsama.Untuk segera bercabang 2 :
CABANG TURUNJalan melewati beberapa segmen medulla spinalis sambil memberikan beberapa
cabang collateral dan bersinapsis dengan neuron pada cornu posterius dan
neuron pada cornu anterius pada segmen yang dilewati. Hubungan intersegmental
iniberfungsi dalam refleks intersegmental.
CABANG NAIKSerabut sarafnya lebih panjang dan sebagian akan bersinapsis dengan neuron orde
kedua pada cornu posterius dan anterius substansia grissea. Hubungan
ini berperan dalam refleks intersegmental. Sebagian besar serabut saraf yangnaik berjalan dalam columna posterius substansia alba sebagai:
Fasciculus gracilis Fasciculus cutaneus
2. Jalan dalam medulla Oblongata
-
8/13/2019 WRAP UP 3
9/41
9
Axon dari neuro orde pertama jalan keatas secara ipsilateral (tidak menyilang
garistengah) dan bersinapsis dgn neuron orde kedua : nuclei gracilis dan nuclei cuneatus.
Dari orde kedua akan membentuk serabut saraf disebut sebagai : fibra arcuata interna.Kemudian menyilang garis tengah membentuk decussiatio sensorik. Selanjutnya pergi ke
dua tempat :
Ke cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior dan membantuktraktuscuneocerebellaris. Serabutnya sendiri mengelompok membentuk fibraarcuata eksterna. Fungsinya untuk mengirimkan informasi sensasi otot skelet
dansensasi ke serebellum.
Ke pons3. Jalan ke pons, ke mesencephalon dan diencephalon setelah membentuk decussatio (pada
medulla oblongata saraf jalan ke atas sebagai lemniscus medialis untuk berakhir pada
neuron orde ketiga: nuclei posterolateral dari kelompok ventral thalamus (bagian dari
kelompok nuclei lateralis thalamus).
4. Ke korteks cerebri neuron orde ketiga melewati crus posterius capsula interna dancoronaradiata menuju gyrus postcentralis. DISINI BARU KITA MENYADARI
PEMBEDAANSENSASI DISKRIMINASI SENTUHAN DAN GETARAN DARISENDI ATAU OTOT SADAR.
JALA N RAYA SENSASI OTOT SADAR (OTOT LURIK) DAN SENDI KE CEREBELLUM
ADA 3 JALAN :
1. TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIUSAxon orde pertama memasuki medula spinalis pada collumna posterius substansiagrissea
untuk bersinapsis dengan neuron orde kedua: nucleus dorsalis (Clarki) yangterletak pada
basis cornu posterius substansia grissea.Axon orde kedua memasuki poterolateralsubstansia alba pada sisi yang sama untuk naik keatas sebagai : TRAKTUS
SPINOCEREBELLARIS POSTERIUS. Traktus spinocerebellaris posterius masuk kepeduncullus cerebellaris inferior untuk menuju corteks cerebellum.
FUNGSI : membawa informasi dari otot sadar dan sendi, terutama dari reseptor Muscle
spindle dan reseptor yang ada di tendo, ligamentum dan capsula articularedari tubuh dananggota badan.
2. TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIUSJalan dari medulla spinalis, axon Axon orde pertama memasuki medula spinalis
padacollumna posterius substansia grissea untuk bersinapsis dengan neuron orde
kedua:nucleus dorsalis (Clarki) berlanjut menjadi traktus spinocerebellaris posterius
danmasuk ke peduncullus cerebellaris superior dan berakhir pada korteks cerebella
FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI DARI RESEPTOR MUSCLE SPINDLE DAN
TENDO DARI ANGGOTA BADAN ATAS DAN BAWAH
3. TRAKTUS CUNEOCEREBELLARISPusatnya di nucleus cuneatus. Perjalannya mulai dengan memasuki pedunculuscerebelli
inferior menuju corteks cerbelli. Disebut juga fibra arcuata externa posterius.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
10/41
10
FUNGSI: MENERUSKAN INFORMASI DARI MUSCLE SPINDLE DANTENDO KE
CEREBELLUM.
JALAN RAYA NAIK LAINNYA
1.
TRAKTUS SPINOTECTALIS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan neuron
orde kedua yang letaknya pada cornu posterius.
Dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas padaanterolateral substansia alba sebagai traktus spinotektalis.
Beriringan dengan traktus spinothalamicus lateralis et anterius,kemudian bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS dan menuju keotak
FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI UNTUK REFLEKS SPINOVISUAL DAN AKAN
MENIMBULKAN GERAKAN BOLA MATA DAN KEPALA YANG MENUNUJUK
KE ARAH DATANGNYA SUMBER STIMULI.
2. TRAKTUS SPINORETICULARIS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan neuron
orde kedua yang letaknya pada cornu posterius.
Dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas padaanterolateral substansia alba dan bercampur dengan traktus spinothalamicus
Traktus spinoreticularis jalan pada sisi yang sama dan akan bersinapsisdenganneuron orde ketiga: formatio retikulare dimedulla oblongata, pons,danmesencephalon.
FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI TENTANG TINGKAT-TINGKATKESADARAN
3. TRAKTUS SPINOOLIVARIUS Neuron orde pertama memasuki cornu posterius dan bersinapsis dengan
neuronorde ke2 yang letaknya pada cornu posterius.
Dari neuron orde ke2 jalan menyilang garis tengah dan naik ke atas antaracornuanterius dengan cornu laterale substansia alba sebagaiTRAKTUSSPINOOLIVARIUS.
Traktus spinoolivarius bersinapsis dengan neuron ketiga : nuclei olivariusinferius.Neuron orde ketiga menyilang garis tengah dan memasuki cerebellummelalui
peduncullus cerebelli inferius untuk pergi ke korteks cerebellum.FUNGSI : MEMBAWA INFORMASI EXTEROSEPTIF DAN PROPRIOSEPTIFKE
CEREBELLUM.
JALAN RAYA VISCERALAxon orde pertama dari thorax dan abdomen memasuki cornu posterius untuk bersinapsisdengan
neuron orde kedua dalam substansia grissea. Kemudian axon pada orde kedua bergabung dengan
traktus spinothalamicus untuk berakhir pada neuron orde ketiga : nuclei posterolateral darikelompok ventral thalami. Axon neuron ketiga diduga pergi ke gyrus postcentralis (area
Brodmann 3,2,1)
-
8/13/2019 WRAP UP 3
11/41
11
FUNGSI : INFORMASI PRESSORECEPTOR DARI TUNICA MUCOSA RECTUM DAN
VESICA URINARIA UNTUK KEPERLUAN DAFAECATIO DAN MIXTIO.
1.1Fisiologi nyeriMenurutInternationalAssociation for Study of Pain(IASP), nyeri adalah sensori subyektif danemosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktualmaupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringanmanapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi
dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri.Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot
merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke
jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsanganlangsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik.
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah
kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yangtimbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringan jaringan dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang
diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkansensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai
penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ionkalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas
nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih
permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaaniskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak
tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya
hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ
internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagaislowchronic- aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitufast paindanslow pain.Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri
yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanyastimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda
-
8/13/2019 WRAP UP 3
12/41
12
spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang
mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang
banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapamilliseconds.
Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelahstimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termaltetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari
saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 2 m/s.
Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.
Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi
menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah
mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuronpada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan
menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast paindan paleospinotalamikus
untukslow pain.Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan
nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis)
dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron
ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral.Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian
kecil), (2) nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian
besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir padadaerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak
untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain,traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai seratC, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer
akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan,
sering disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuahatau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.
Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jarasanterolateral.
Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakansinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons,
dan mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abu abu dari peraquaductus
yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe
nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal ke arahatas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
13/41
13
Memahami dan menjelaskan nyeri kepala
2.1 Definisi Nyeri Kepala
Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi
dengan atau tanpa kerusakan jaringan (Sembulingam, 2006). Menurut Oxford Concise
Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri
yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari
nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak (Burton, 2007). Otak sendiri
adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau dibakar tanpa apa-apapun
dirasakan (Matthews, 1975).
Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang tajam,
pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua yaitu nyeri
akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan penyebab yang
mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang kecil sebelum
menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten atau konstan yang
berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya sukar ditangani dan
memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini tidak menyenangkan,ia
berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah atau penyakit pada tubuh
kita (Sembulingam, 2006).
Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah
kepala dan leher yang peka terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau diskomfortasi
antara orbital dan oksiput yang berawalan dari painsensitive structure (Victor, 2002).
Dorlands Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa nyeri kepala adalah
nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan
flushing dan mata dan hidung yang berair.
2.2 Etiologi Nyeri Kepala
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri
kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh
subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau
encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul
disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
14/41
14
Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karenagiant cell arteritis, massa
intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.
Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang,
cervical spine disease, sinusitis dan dental disease. (Greenberg, 2002).
Dalam bukuDisease of the Nervous System, dinyatakan bahwa nyeri kepala juga
disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal,
lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache
dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala (Brain, dan Walton,
J.N., 1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan
dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA.
(Gaharu, M., Prasadja, A., 2009).
2.3 Patofisiologi Nyeri Kepala
Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron
trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous
allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala
kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron
trigeminal sentral.
Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal
dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptida
dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene
Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A),
pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric oxide (NO), molekul
prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan edenosin triphosphat (ATP),
mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus untuk nyeri kepala klaster dan
chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive intestine peptide)
yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.
Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opiod
dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors (P2X3),
isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
15/41
15
Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi
dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling
penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut.
Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak (misalnya
periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan formation
reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan
respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate
cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian batang otak disebut
juga sebagai generator dan modulator sefalgia.
Stimuli electroda, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan padaperiaquaduct
grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti
migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging) terhadap keterlibatan
batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan sampel kontrol
yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di PAG pada
penderita migren dan CDH dibandingkan dengan control.
Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang paling
berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA (N-
metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan produksi
neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor serebrospinal ternyata
bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphate) di
likuor.
Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik yang
cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi
dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused maka terjadi
desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CHD. Adanya
inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari
perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6 dan TNF (Tumor
Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel melepasi/mengasingkan
metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam arachidonik dengan kemampuan
melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses
upregulasi beberapa reseptor dan peptida (Sjahrir, 2004).
-
8/13/2019 WRAP UP 3
16/41
16
2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Nyeri Kepala
Nyeri kepala dapat diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer, nyeri kepala
sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Berdasarkan
klasifikasi IHS (International Headache Society) tahun 2004, nyeri kepala primer terdiri
atas migren, nyeri kepala tipe-tegang, nyeri kepala klaster dan other trigeminal-
autonomic cephalalgias, dan other primary headaches.
Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh
karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan
servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala
akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat
gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium,
leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala
akibat kelainan psikiatri
2.4.1. Migren
Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan
kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi ini
sering terjadi, lebih dari 10% populasi mengalami setidaknya satu serangan migren
dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya onset terjadi
saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat riwayat migren
dalam keluarga pada sebahagian besar pasien.
1. Migren dengan auraPasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum serangan
seperti mengantuk, perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai dengan
aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang cepat.
Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu timbul nyeri
kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan lebih berat jika batuk, mengejan atau
membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72
jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang
menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
17/41
17
2. Migren tanpa auraPasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala dapat
terjadi saat bangun tidur dan gejala yang lain sama dengan migren tipe klasik
(Ginsberg, 2005).
Faktor Pencetus Migren
1. Perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron pada faseluteal siklus menstruasi,
2. Makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat),vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan
(natrium nitrit, MSG, aspartam),
3. Stress (79,7%),4. Rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan (38,1%) dan bau yang
menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan (43,7%),
5. Faktor fisik Aktifitas fisik yang berlebihan seperti aktifitas seksual (27,3%) Perubahan pola tidur, termasuk terlalu banyak tidur dan terlalu sedikit tidur (32%), atau
gangguan saat tidur (49,8%)
6.
Perubahan lingkungan (53,2%)7. Alkohol (37,8%),8. Merokok (35,7%).
(Dewanto G, dkk. 2009)
Patofisiologi Migren
Cutaneous allodynia (CA) adalah nafsu nyeri yang ditimibulkan oleh stimulus non
noxious terhadap kulit normal. Saat serangan/migren 79% pasien menunjukkan
cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala ipsilateral dan kemudian dapat menyebar ke
daerah kontralateral dan kedua lengan.
Allodynia biasanya terbatas pada daerah ipsilateral kepala, yang menandakan
sensitivitas yang meninggi dari neuron trigeminal sentral (second-order) yang menerima
input secara konvergen. Jika allodynia lebih menyebar lagi, ini disebabkan karena
-
8/13/2019 WRAP UP 3
18/41
18
adanya kenaikan sementara daripada sensitivitas third order neuron yang menerima
pemusatan input dari kulit pada sisi yang berbeda, seperti sama baiknya dengan dari
duramater maupun kulit yang sebelumnya. (Landy SH, 2003; Bolay H, Moskowitz MA.
2002)
Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu:
Pada migren yang tidak disertai CA, berarti sensitisasi neuron ganglion trigeminalsensoris yang meng inervasi duramater
Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred pain, berartiterjadi sensitisasi perifer dari reseptor meninggal (first order) dan sensitisasi sentral dari
neuron komu dorsalis medula spinalis (second order) dengan daerah reseptifperiorbital.
Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain, terdiri ataspenumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik (third order) yang meliputi
daerah reseptif seluruh tubuh.
Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai
peninggian sensitivitas kulit. Sehingga patofisiologi migren diduga bukan hanya adanya
iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah intrakranial, akan tetapi juga
terjadi kenaikan sensitisasi sel saraf sentral terutama pada sistem trigeminal, yang
memproses informasi yang berasal dari struktur intrakranial dan kulit. (Landy SH,
2003)Pada beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat paling
awal serangan migren diketemukan adanya penurunan cerebral blood flow (CBF) yang
dimulai pada daerah oksipital dan meluas pelan-pelan ke depan sebagai seperti suatu
gelombang (spreading oligemia; dan dapat menyeberang korteks dengan kecepatan 2-
3 mm per menit. hal ini berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses
hiperemia. Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang, kemudian terjadi reaktif
hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi sel saraf
menghasilkan gejala scintillating aura, kemudian aktifitas sel saraf menurun
menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut disebut suatu cortical
spreading depression (CDS). CDS menyebabkan hiperemia yang berlama didalam
duramater, edema neurogenik didalam meningens dan aktivasi neuronal didalam TNC
(trigeminal nucleus caudalis) ipsilateral. Timbulnya CSD dan aura migren tersebut
-
8/13/2019 WRAP UP 3
19/41
19
mempunyai kontribusi pada aktivasi trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya
nyeri kepala. Pada serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem
trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti
peninggian Ca sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti
misalnya 5-HT IB/ID, bradykinine, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzym NOS.
Proses tersebutlah sebagai penyebab adanya penyebaran nyeri, allodynia dan
hiperalgesia pada penderita migren. (Landy SH, 2003; Lauritzen M, 2001; Bolay H,
et.al 2001)
Fase sentral sensitisasi pada migren, induksi nyeri ditimbulkan oleh komponen
inflamasi yang dilepas dari dura, seperti oleh ion potasium, protons, histamin,
5HT(serotonin), bradikin, prostaglandin E di pembuluh darah serebral, dan serabut safar
yang dapat menimbulkan nyeri kepala. Pengalih komponen inflamasi tersebut terhadap
reseptor C fiber di meningens dapat dihambat dengan obat-obatan NSAIDs (non steroid
anti inflammation drugs) dan 5-HT 1B/1D agonist, yang memblokade reseptor vanilloid
dan reseptor acid-sensittive ion channel yang juga berperan melepaskan unsur protein
inflamator). (Landy SH, 2003)
Fase berikutnya dari sensitisasi sentral dimediasi oleh aktivasi reseptor presinap
NMDA purinergic yang mengikat adenosine triphosphat(reseptor P2X3) dan reseptor 5-
HT IB/ID pada terminal sentral dari nosiseptor C tiber. Nosiseptor C-fiber
memperbanyak pelepasan transmitter. Jadi obat-obatan yang mengurangi pelepasan
transmitter seperti mu-opiate, adenosine dan 5-HT IB/ID reseptor agonist, dapat
mengurangi induksi daripada sensitisasi sentral.
Proses sensitisasi di reseptor meningeal perivaskuler mengakibatkan
hipersensitivitas intrakranial dengan manifestasi sebagai perasaan nyeri yang
ditimbulkan oleh berbatuk, rasa mengikat dikepala, atau pada saat menolehkan kepala.
Sedangkan sensitivitas pada sentral neuron trigeminal menerangkan proses timbulnya
nyeri tekan pada daerah ektrakranial dan cutaneus allodynia. Sehingga ada pendapat
bahwa adanya cutaneus allodynia (CA) dapat sebagai marker dari adanya sentral
sensitisasi pada migren.
Pada pemberian sumaptriptan maka aktivitas batang otak akan stabil dan
menyebabkan gejala migrenpun akan menghilang sesuai dengan pengurangan aktivasi
-
8/13/2019 WRAP UP 3
20/41
20
di cingulate, auditory dan visual association cortical. Hal itu menunjukkan bahwa
patogenesis migren sehubungan dengan adanya aktivitas yang imbalance antara brain
stem nuclei regulating antinoception dengan vascular control. Juga diduga bahwa
adanya aktivasi batang otak yang menetap itu berkaitan dengan durasi serangan migren
dan adanya serangan ulang migren sesudah efek obat sumatriptan tersebut menghilang.
(Lake III AE, Saper JR. 2002)
Kruit MC dalam laporan penelitiannya yang dimuat pada The Journal of
American Medical Association Januari 2004 vol 291 mengenai gambaran MRI yang
supersensitif pada 161 pasien migren dibandingkan dengan 141 orang tanpa migren.
Temuan ini telah mengubah pandangan terhadap migren yang selama ini dianggap
sebagai suatu episodic disorder dengan gejala transient menjadi suatu chronic
progressive disorder yang mengakibatkan perubahan permanen dari parenkhim otak.
Pada subyek kontrol tanpa migren didapati 38% adanya tiny brain lesion. Peneliti
mendapatkan adanya lesi diotak yang lebih banyak dan lebih luas pada pasien wanita
migren 2 kali banyak dibandingkan dengan laki2 secara signifikan. Pasien yang lebih
sering mendapat serangan migren dan juga disertai aura lebih banyak menunjukkan lesi
infark dibandingkan tanpa aura. (Buzzi MG, 2003)
2.4.2. Nyeri Kepala KlasterSindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri
kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral
diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini.
Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan
serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga
120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering membangunkan
pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan.
Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan kemudian
bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan. Tidak
seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali gelisah selama serangan dan
tampak kemerahan
(Fauci, 2008).
-
8/13/2019 WRAP UP 3
21/41
21
2.4.3. Nyeri Kepala Tipe-Tegang/ Tension Type Headache (TTH)
Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum
diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher merupakan
mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik
yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headacheepisodik dan dan Tension Type
Headache kronik. Tension Type Headacheepisodik, apabila frekuensi serangan tidak
mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat
berlangsung selama 30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila
frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
(Dewanto G, dkk. 2009)
Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat
menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore hari dan
umumnya tidak responsif terhadap obat-obatan analgesik sederhana. Nyeri kepala ini
juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri
tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan
kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan
pemeriksaan neurologis adalah normal. (Kaufman, 1985).
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache(TTH) adalah stress, depresi,
bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot
yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter
seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Pada penderita Tension type headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri
tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot perikranial yang menjalar kekepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan
nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
22/41
22
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan miofasial
lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli
perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian
berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self
limiting yang berbeda bedaa dalam hal intensitas nyeri kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat
palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor
nyeritekan terhadap otot tersebut. Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh
Bendtsen) telah menernukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala
dengan cara palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke2 dan ke 3 ke otot
yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness
Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara
reaksi behaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tabun 1996 terhadap penderita chronic tension type
headache (yang dikutip oleh Bendtsew) teryata otot yang mempunyai nilai Local
tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui
secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada
nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada
migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut
kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang
bermyelin (A dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/
tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya
proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses
sensitisasi serabut Aa dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada
tension type headache.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
23/41
23
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan
leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension
type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.
Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian-penelitian yang menggunakan
EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya
menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik
otot,jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi
protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya
nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger
point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot).
Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin
(dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari
sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran
miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor,
sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara
involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan
hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap
timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure pain
detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun
ekstrasefalik
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi
pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit
kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan
biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita.
Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian
depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
24/41
24
2.5 Diagnosis Nyeri Kepala
Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan
sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai
mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit
kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH) Tidak ada uji spesifik
untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak
ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah,
rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda tanda
khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa
harus terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut : (1) migren dengan
satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan
atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada satu aura yang terbentuk
berangsur angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, (4)
sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus
terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi
kriteria berikut : (a) berlangsung 4 72 jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari :
(1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang berat, (4) diperburuk oleh
aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit
-
8/13/2019 WRAP UP 3
25/41
25
lain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Sakit Kepala Cluster
Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya
terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya
terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali
terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi
terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi
tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal,
ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan gejala
gastrointestinal
2.6 Diagnosis Banding Nyeri Kepala
Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,
migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis
temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit
kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
Migren
Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus, aneurisma
serebri, glioblastoma, ensefalitis, meningitis, meningioma, sindrom lupus
2.7 Tatalaksana dan Pencegahan Nyeri Kepala
Penatalaksanaan Nyeri Kepala
Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan
tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi
antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat diberikan
ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif 5-HT
yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki
-
8/13/2019 WRAP UP 3
26/41
26
kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah,
nyeri dan kelemahan otot (Katzung,1998)
Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan
atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka
panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau
pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam darah
harus dipantau (Tripathi,2003).
Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa
pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini
kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau tahunan.
Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik
atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu (Syarif,2007). Pasien yang lain
mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi (Brain dan Walton, 1969).
Obat-obatan yang sering dipakai & mekanismenya :
1. Acetaminophen: inhibisi sintesa prostaglandin di CNS, inhibisi aktifitas nosiseptif viareseptor 5HT
2. Aspirin: inhibisi sintesa prostaglandin dan leukotriene3. NSAIDs : inhibisi sintesa cyclooxygenase, prostaglandin, lipoxygenase &
leukotriene, prostaglandin receptor antagonism
4. Caffeine: Stimulasi reseptor adenosine, enhanced analgesia, memperbesar potensiabsorbsi gastrointestinal
5. Ergots(ergotarnine tartrate, dihydroergotamine) : suatu selektif arterial konstriktoryang kuat dan mempunyai daya ikat kuat melalui otot dinding arteri.
6. Opioids: stimulasi reseptor opioid endogen7. Triptans : berikatan dengan reseptor 5HT1B, 5HT1D, 5HT1F, menginhibisi neuronal
dengan cara blokade aferen sensoris pada n.trigeminal, memblokade pelepasan
vasoactive peptide dan juga proses inflamasi neurovaskuler di dura maupun
meningens. Juga mempunyai efek vasokonstruksi dari pembuluh darah serebral dan
dural yang mengakibatkan pengaruhnya terhadap cerebral blood flow.
8. steroids: anti inflamasi terhadap neurogenik inflamasi steril, mengurangi edemavasogenik, inhibisi terhadap dorsal raphe nuclei.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
27/41
27
9. Betabloker : Inhibisi pelepasan NE dengan cara blokade pre junctional beta receptors,memperlambat reduksi dari aktivitas tyropsine hydroxylase dalam hal sintesa NE,
efek agonis pada 5HT1 reseptor, efek antagonis pada 5HT2
10.Ca Channel antagonis : mempengaruhi Ca influx dalam mencegah vasokonstruksi danpelepasan SP
11.Cyproheptadine: Potent 5HT1 & 5HT2 antagonist12.Pizotifen : 5HT2 antagonist13.SSRI antidepresan: Selective serotonin reuptake inhibitor(Headache Council Philippine Neurological Association, 2000)
Pengobatan non farmakologik untuk nyeri kepala primer.
Pengobatan AlternatifZanchin G, dkk (2001) meneliti penggunaan self-manipulasi penanggulangan
nyeri kepala primer pada sekitar 400 penderita di dua kota Padua dan Parma Headache
Centres, Italy. Ternyata 65% (258 orang) menggunakan beberapa 21 jenis self manipulasi
terhadap beberapa letak di kepalanya untuk mengatasi nyeri kepalanya tersebut. Yaitu
30% melakukan kompresi/penekanan, 27% kompres dingin, 25% massage/pijit, 8%
kompres panas terhadap daerah kepalanya yang dirasa sakit. Dari self manipulasi tersebut
ternyata hanya dapat mengurangi nyerinya secara temporer sekitar 8% saja. Kelihatandisini bahwa manipulasi kompresi/penekanan lebih bermanfaat dibandingkan dengan
manipulasi lainnya. Kompresi/penekanan dilakukan dengan tangan, jari atau benda yang
padat ataupun dengan diikat dengan saputangan. Kompres dingin dengan cara handuk
dingin atau dengan ice bag. Massage/pijit dengan self massage, pijit sendiri atau di pijit
oleh orang lain. Kompres panas dengan cara, handuk panas, hair dryer atau dengan hot
shower.
Botulinum toxin A (BTX A)Terapi nyeri kepala dengan botulinum toxin A adalaq relatif baru.Bagaimana
mekanisme BTX A dapat mengurangi nyeri kepala yang tepat belum lab diketahui.
Diduga BTX A mempunyai target menurunkan CGRP maupun SP, dan sebagai muscle
relaxant. (Ondo WG, 2004)
-
8/13/2019 WRAP UP 3
28/41
28
Pencegahan Nyeri Kepala
Pencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu mengatur pola
tidur yang sam setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur,
kurangi stress, menghindari pemicu sakit kepala yang telah diketahui.
2.8 Prognosis Nyeri Kepala
Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan
indikasi merujuk adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba tiba dan timbul
kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit
kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada
bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya
tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.
Memahami dan menjelaskan gangguan somatoform
DefinisiGangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai
contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaanemosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan penderita untuk
berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk
onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang
disadari atau gangguan buatan.
Etiologi
Etiologi dari Somatization DisorderDiketahui bahwa individu yang mengalami somatization disorder biasanya lebih sensitive padasensasi fisik, lebih sering mengalami sensasi fisik, atau menginterpretasikannya secara
berlebihan (Kirmayer et al.,1994;Rief et al., 1998 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Kemungkinan lainnya adalah bahwa mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat dari pada
orang lain (Rief&Auer dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Pandangan behavioral darisomatization disorder menyatakan bahwa berbagai rasa sakit dan nyeri, ketidaknyamanan, dan
disfungsi yang terjadi adalah manifestasi dari kecemasan yang tidak realistis terhadap sistemtubuh. Berkaitan dengan hal ini, ketika tingkat kecemasan tinggi, individu dengan somatization
disorder memiliki kadar cortisol yang tinggi, yang merupakan indikasi bahwa mereka sedang
stress (Rief et al., daam Davidson, Neale, Kring, 2004). Barangkali rasa tegang yang ekstrimpada otot perut mengakibatkan rasa pusing atau ingin muntah. Ketika fungsi normal sekali
terganggu, pola maladaptif akan diperkuat dikarenakan oleh perhatian yang diterima.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
29/41
29
Teori Psikoanalisis dari Conversion DisorderPada Studies in Hysteria (1895/1982), Breuer dan freud menyebutkan bahwa conversion disorderdisebabkan ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang
besar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut
dihilangkan dari kesadaran. Gejala khusus conversion disebutkan dapat berhubungan seba-akibatdengan peristiwa traumatis yang memunculkan gejala tersebut.
Freud juga berhipotesis bahwa conversion disorder pada wanita terjadi pada awal kehidupan,
diakibatkan oleh Electra complex yang tidak terselesaikan. Berdasarkan pandanganpsikodinamik dari Sackheim dan koleganya, verbal reports dan tingkah laku dapat terpisah satu
sama lain secara tidak sadar.Hysterically blind person dapat berkata bahwa ia tidak dapat melihat
dan secara bersamaan dapat dipengaruhi oleh stimulus visual. Cara mereka menunjukkan bahwa
mereka dapat melihat tergantung pada sejauh mana tingkat kebutaannya.
Teori Behavioral dari Conversion Disorder
Pandangan behavioral yang dikemukakan Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring,2004), menyebutkan bahwa gangguan konversi mirip dengan malingering, dimana individu
mengadopsi simtom untuk mencapai suatu tujuan. Menurut pandangan mereka, individu dengan
conversion disorder berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai
bagaimana seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik,akan bereaksi. Hal ini menimbulkan dua pertanyaan : (1) Apakah seseorang mampu berbuat
demikian? (2) Dalam kondisi seperti apa perilaku tersebut sering muncul ?
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka jawaban untuk pertanyaan (1) adalah ya. Seseorangdapat mengadopsi pola perilaku yang sesuai dengan gejala klasik conversion. Misalnya
kelumpuhan, analgesias, dan kebutaan, seperti yang kita ketahui, dapat pula dimunculkan pada
orang yang sedang dalam pengaruh hipnotis. Sedangkan untuk pertanyaan (2) Ullman dan
Krasner mengspesifikasikan dua kondisi yang dapat meningkatkan kecenderunganketidakmampuan motorik dan sensorik dapat ditiru. Pertama, individu harus memiliki
pengalaman dengan peran yang akan diadopsi. Individu tersebut dapat memiliki masalah fisik
yang serupa atau mengobservasi gejala tersebut pada orang lain. Kedua, permainan dari perantersebut harus diberikan reward. Individu akan menampilkan ketidakampuan hanya jika perilaku
itu diharapkan dapat mengurangi stress atau untuk memperoleh konsekuensi positif yang lain.
Namun pandangan behavioral ini tidak sepenuhnya didukung oleh bukti-bukti literatur.
Faktor Sosial dan Budaya pada Conversion Disorder
Salah satu bukti bahwa faktor social dan budaya berperan dalam conversion disorder ditunjukkan
dari semakin berkurangnya gangguan ini dalam beberapa abad terakhir. Beberapa hipotesis yangmenjelaskan bahwa gangguan ini mulai berkurang adalah misalnya terapis yang ahli dalam
bidang psikoanalisis menyebutkan bahwa dalam paruh kedua abad 19, ketika tingkat kemunculan
conversion disorder tinggi di Perancis dan Austria, perilaku seksual yang di repress dapat
berkontribusi pada meningktnya prevalensi gangguan ini. Berkurangnya gangguan ini dapatdisebabkan oleh semakin luwesnya norma seksual dan semakin berkembangnya ilmu psikologi
dan kedokteran pada abad ke 20, yang lebih toleran terhadap kecemasan akibat disfungsi yang
tidak berkaitan dengan hal fisiologis daripada sebelumnya.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
30/41
30
Selain itu peran faktor sosial dan budaya juga menunjukkan bahwa conversion disorder lebih
sering dialami oleh mereka yang berada di daerah pedesaan atau berada pada tingkat
sosioekonomi yang rendah (Binzer et al.,1996;Folks, Ford&Regan, 1984 dalam Davidson, Neale,Kring, 2004). Mereka mengalami hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan mengenai
konsep medis dan psikologis. Sementara itu, diagnosis mengenai hysteria berkurang pada
masyarakat industrialis, seperti Inggris, dan lebih umum pada negara yang belum berkembang,seperti Libya (Pu et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004 ).
Faktor Biologis pada Conversion DisorderMeskipun faktor genetic diperkirakan menjadi faktor penting dalam perkembangan conversiondisorder, penelitian tidak mendukung hal ini. Sementara itu, dalam beberapa penelitian, gejala
conversion lebih sering muncul pada bagian kiri tubuh dibandingkan dengan bagian kanan
(Binzer et al.,dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Hal ini merupakan penemuan menarik
karena fungsi bagian kiri tubuh dikontrol oleh hemisfer kanan otak. Hemisfer kanan otak jugadiperkirakan lebih berperan dibandingkan hemisfer kiri berkaitan dengan emosi negatif. Akan
tetapi, berdasarkan penelitian yang lebih besar diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang dapat
diobservasi dari frekuensi gejala pada bagian kanan versus bagian kiri otak (Roelofs et al., dalamDavidson, Neale, Kring, 2004).
Klasifikasi
Lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:
A. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistemorgan.
B. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.C. Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien
bahwa ia menderita penyakit tertentu.
D. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.
E. Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktorpsikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.
DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform:
A. Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkansalah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.
B.Not otherwise specified (NOS), gangguan somatoform yang tidak ditentukan adalahkategori untuk gejala somatoform yang tidak memenuhi diagnosis gangguan somatoform
yang sebelumnya disebutkan.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
31/41
31
Manifestasi klinis
Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik. Ciri utamadari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang, yang disertaidengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya. Pasien biasanya menolak adanya kemungkinan penyabab psikologis,walaupun ditemukan gejala anxietas dan depresi yang nyata.
Kelompok gangguan yang ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simtom fisik yangtidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik.
Bukan merupakan Malingering: kepura-puraan simtom yang bertujuan untukmendapatkan hasil eksternal yang jelas, misalnya menghindari hukuman, mendapatkanpekerjaan, dsb.
Bukan pula Gangguan Factitious/Gangguan Buatan: gangguan yang ditandai olehpemalsuan simtom psis atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas atau untuk
mendapatkan peran sakit.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
32/41
32
Diagnosis
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selamaperiode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,
anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atauselama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selainnyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis ataukelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi
urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,
-
8/13/2019 WRAP UP 3
33/41
33
ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain
pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efeklangsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau
pura-pura).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan KonversiA. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik
yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awalatau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnyaoleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguandalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan
medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebihbaik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang atau konvulsi Dengan gambaran campuran
Kriteria Diagnostik untuk HipokondriasisA. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.
B.
Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat danpenentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguandelusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalamfungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
34/41
34
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Sebutkan jika:Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir,
orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah
berlebihan atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik TubuhA. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A.Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukupparah untuk memerlukan perhatian klinis.
B.Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalamfungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguanpsikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Tuliskan seperti berikut:
Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor psikologis dianggapmemiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.
Sebutkan jika:
Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medisumumSebutkan jika:
Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan
untuk mempermudah diagnosis banding.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak DigolongkanA. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
B. Salah satu (1)atau (2)
-
8/13/2019 WRAP UP 3
35/41
35
1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya olehkondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat
(misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau
gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuanlaboratonium.C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,
gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatanatau berpura-pura)
Penatalaksanaan
Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber informasi penting dalam membantu
orang-orang yang mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah ide yang baik untuk
meyakinkan mereka yang mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang mereka alamiberhubungan dengan faktor psikologis. Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang
lembut dan suportif dengan memberikan reward bagi kemajuan dalam proses pengobatan meeka
(Simon dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Para terapis behaviorist lebih menyarankan padamereka yang mengalami gangguan somatoform, beragam teknik yang dimaksudkan agar mereka
menghilangkan gejala-gejala dari gangguan tersebut.
Terapi untuk Somatization DisorderPara ahli kognitif dan behavioral meyakini bahwa tingginya tingkat kecemasan yang
diasosiasikan dengan somatization disorder dipicu oleh situasi khusus. Akan tetapi semakin
banyak pengobatan yang dibutuhkan, bagi orang yang sakit sekian lama maka akan tumbuhkebiasaan akan ketergantungan untuk menghindari tantangan hidup sehari-hari daripada
menghadapi tantangan tersebut sebagai orang dewasa. Dalam pendekatan yang lebih umum
mengenai somatization disorder, dokter hendaknya tidak meremehkan validitas dari keluhanfisik, tetapi perlu diminimalisir penggunaan tes-tes diagnosis dan obat-obatan, mempertahankan
hubungan dengan mereka terlepas dari apakah mereka mengeluh tentang penyakitnya atau tidak
(Monson&Smith dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Terapi untuk H ypochondriasisSecara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi
hypochondriasis (e.g. Bach, 2000; Feranandez, Rodriguez&Fernandez, 2001, dalam Davidson,
Neale, Kring, 2004). Penelitian menujukkan bahwa penderita hypochondriasis memperlihatkanbias kognitif dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu kesehatan (Smeets et al., dalam
Davidson, Neale, Kring, 2004). Cognitive-behavioral therapy dapat bertujuan untuk mengubah
pemikiran pesimistis. Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan dengan strategi yangmengalihkan penderita gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan meyakinkan mereka untuk
-
8/13/2019 WRAP UP 3
36/41
36
mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit (e.g. Salkovskis&Warwick,
1986;Visser&Bouman, 1992;Warwick&Salkovskis, 2001 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Terapi untuk Pain DisorderPengobatan yang efektif cenderung memiliki hal-hal berikut:
Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata dan bukan hanya ada dalam pikiranpenderita.
Relaxation training Memberi reward kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang mengalami
rasa nyeriSecara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak dapat dilakukan
oleh penderita akibat rasa nyeri yang dialaminya, tetapi mengajari penderita bagaimana caranya
menghadapi stress, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan
kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau ketidaknyamanan yang penderita rasakan.
Penanganan Gangguan Somatoform secara umum
Pendekatan behavioral untuk menangani gangguan konversi dan somtoform lainnya menekankanpada menghilangkan sumber dari reinforcement sekunder (keuntungan sekunder) yang dapat
dihubungkan dalam keluhan-keluhan fisik. Terapis behavioral dapat bekerja secara lebih
langsung dengan si penderita gangguan somatoform, membantu orang tersebut belajar dalam
menangani stress atau kecemasan dengan cara yang lebih adaptif.Teknik kognitif-behavioral paling sering pemaparan terhadap pencegahan respond an
restrukturisasi kognitif. Secara sengaja memunculkankerusakan yang dipersepsikan di depan
umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah dan pakaian. Dalamrestrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan
fisiknya dan cara meyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti
yang jelas. Penggunaan antidepresan, terutama fluoxetine(Prozac) dalam menangani beberapa
tipe gangguan somatoform.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
37/41
37
Menjelaskan konseling pernikahan
MARITAL COUNSELING
Bimbingan konseling perkawinan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalammenjalankan perkawinan dan kehidupan berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Sedangkan tujuan bimbinagn konseling perkawinan adalah :
1. Membantu individu memecahkan timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan
pernikahan, antara lain :
a. Membantu individu memahami hakikat dan tujuan perkawinan menurut Islam
b. Membantu individu memahami persyaratan-persyaratan perkawinan menurut Islam
c. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan perkawinan.
2. Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan
kehidupan berumah tangga, antara lain dengan jalan :
a. Membantu individu memahami problem yang dihadapinya
b. Membantu individu memahami kondisi dirinya dan keluarga serta lingkunganya.
c. Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang dihadapi sesuai
ajaran Islam.
3. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga agar tetapbaik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik, yakni dengan cara :
a. Memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan berumah tangga yang semula
telah terkena problem dan telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali.
b. Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan yang lebih baik (sakinah mawwadah
warahmah).
4. Meningkatkan kesadaran terhadap dirinya dan dapat saling empati diantara patner
5. Meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan potensinya masing-masing
6. Meningkatkan saling membuka diri
7. Meningkatkan hubungan yang lebih intim
8. Mengembangkan ketrampilan komunikasi, pemecahan masalah, dan mengelola konfliknya.
-
8/13/2019 WRAP UP 3
38/41
38
Dalam proses konseling pranikah, konselor perlu menanamkan beberapa faktor penting yang
menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan berumah tangga. Faktor-faktor tesebut adalah :
1. Faktor fiologis dalam perkawinan : kesehatan pada umumnya, kemampuan mengadakan
hubungan seksual. Faktor ini menjadi penting untuk dipahami pasangan suami isteri, karena
salah satu tujuan perkawinan adalah menjalankan fungsi Regenerasi (meneruskan keturunankeluarga). Pemahaman kondisi masing-masing akan memudahkan proses adaptasi dalam hal
pemenuhan kebutuhan ini.
2. Faktor psikologis dalam perkawinan : kematangan emosi dan pikiran, sikap saling dapat
menerima dan memberikan cara kasih antara suami isteri dan saling pengertian antara suamiisteri. Faktor psikologi menjadi landasan penting dalam mencapai keluarga sakinah, tanpa
persiapan psikologis yang matang baik suami atau isteri akan mengalami kesulitan dalam
menghadap berbagai kemungkinan yang terjadi pada kehidupan rumah tangga yang akan
dijalani. Sebab dalam keluarga pasti memiliki dinamika, tidak selama bahagia dan damai,
tetapi pasti sering kali terjadi konflik dari yang sederhana samapai yang kompleks.
3. Faktor agama dalam perkawinan Faktor agama merupakan hal yang pentinmg dalammembangun keluarga. Perkawinan beda agama akan cenderung lebih tinggi menimbulkan
masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama. Agama merupakan sumber yang
memberikan bimbingan hidup secara menyeluruh baik termasuk dengan panduan agama,
keluarga bahagia yang diidam-idamkan tiap pasangan lebih mudah tercapai.
4. Faktor komunikasi dalam perkawinan. Komunikasi menjadi hal sentral yang harus
diperhatikan oleh pasangan suami isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi pintu
untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu timbulnya konflik yang lebih besar
dalam keluarga.
Asasasas Bimbingan Konseling Perkawinan Islam
1. Asas kebahagian dunia akhirat
Perkawinan bukan saja merupakan sebuah sistem hidupyang diatur oleh negara tetapi jugamerupakan sistem kehidupan yang syarat dengan tuntunan agama. Karenanya setiap kali muncul
permasalah dalam perkawinan yang dijalani, segala upaya pemecahan masalh selalu diupayakan
terselesaikannya masalah sekarng ini dan mendapatkan kebaikan pula dari sisi tuntunan agama.
2. Asas sakinah mawadah warahmah
Keluarga bahagia dan kekal merupakan tujuan dari perkawinan. Untuk mencapai itu semualandasan cinta dan kasih sayng dari orang-orang yang membentuk didalamnya menjadi sangat
penting. Karenanya proses bimbingan konseling perkawinan juga harus tetap berpegang pada
asas ini.
3. Asas sabar dan tawakal
Segala permasalahan dalam rumah tangga pada dasarnya dapat dicari penyelesaiannya dengan
baik. Kuncinya adalah usaha dari suami dan isteri untuk terus mencari jaln keluar dan berpasrah
-
8/13/2019 WRAP UP 3
39/41
39
diri pada Allah. Konselor dapat membantu pasangan untuk tetap tegar dan berusaha mencari
solusi terbaik dari setiap masalah yang ada.
4. Asas komunikasi dan musyawarah
Komunikasi menjadi hal yang sanagt penting dalam kehidupan kleuarga. Banyaknya masalah
yang muncul sering kali karena komuniaksi yang terjalin anta anggota keluarga tidak harmonisdan baik. Karenannya dalam melakukan penyelesaian masalah komunikasi dan musyawarh antar
kedua belah pihak harus dilakukan sehingga segala masalah dapat teratasi.
5. Asas manfaat
Dalam melakukan layanan Bimbingan konseling perkawinan, asas manfaat menjadi sanagt
penting diterapkan. Kendati masalah yang dihadapi suami istri sangat rumit, segala upaya dan
solusi harus dicari dengan memperhatikan manfaat yang lebih besar dapat diperoleh
dibandingkan dengan kerugiannya.
NILAI PERKAWINAN DALAM ISLAM
Dasar Hukum Islam tentang Pernikahan
Allah menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memilikinaluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih antara pria dan wanita merupakan fitrah
manusia. Hubungan khusus antar jenis kelamin antara keduanya terjadi secara alami karena
adanya gharizatun nau (naluri seksual/berketurunan). Sebagai sistem hidup yang paripurna,Islam pasti sesuai dengan fitrah manusia. Karenanya Islam tidak melepaskan kendali naluri
seksual secara bebas yang dapat membahayakan diri manusia dan kehidupan masyarakat. Islam
telah membatasi hubungan khusus pria dan wanita hanya dengan pernikahan. Dengan begitu
terciptalah kondisi masyarakat penuh kesucian, kemuliaan, sangat menjaga kehormatan setiapanggotanya, dan dapat mewujudkan ketenangan hidup dan kelestarian keturunan umat manusia.
Tujuan Mulia Pernikahan dalam IslamIslam memandang pernikahan bukan sebagai sarana untuk mencapai kenikmatan lahiriah semata,
tetapi bagian dari pemenuhan naluri yang didasarkan pada aturan Allah (bernilai ibadah).Tujuannya sangat jelas, yaitu membentuk keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (penuhcinta), dan rahmah (kasih sayang) (QS. Ar-Rum [30] : 21). Dengan begitu, pernikahan akan
mampu memberikan kontribusi bagi kesatabilan dan ketentraman masyarakat, karena kaum pria
dan wanita dapat memenuhi naluri seksualnya secara benar dan sah. Berbeda dengan pandangan
Barat yang memandang interaksi dalam bentuk pernikahan adalah hal yang kolot danterbelakang. Dalam pandangan mereka, kalau dapat memenuhi hasrat seksualnya dengan
melacur, hidup bersama tanpa nikah, dan sebagainya, maka hal itu sah saja. Akibatnya dalam
tatanan masyarakat Barat, lembaga pernikahan telah runtuh dan dipandang sebagai pembelenggu
kebebasan. Wajar jika kemudian praktek perzinaan secara massal (pelacuran), perselingkuan,perkosaan, pelecehan seksual, homoseksualitas, lesbianisme, dan aborsi dianggap lumrah. Lebih
dari itu, pernikahan dalam Islam adalah bagian dari proses keberlangsungan generasi manusia
secara universal (QS. al-Hujurat [49] : 13). Kita dapat melihat, upaya sebagian manusia untukmeruntuhkan dan menganggap rendah pernikaan, berujung pada kegoncangan keluarga, orang
-
8/13/2019 WRAP UP 3
40/41
40
takut atau kalau menikah takut punya anak, praktek aborsi marak. Dalam level negara, kita lihat
struktur kependudukan (demografis) suatu bangsa dapat mengalami kekurangan atau minim anak
dan generasi muda serta overload generasi renta (kasus Perancis dan Jerman). Ini jelas berbahayabagi kelangsungan negara tersebut. Selain itu, tingginya angka perceraian mendorong maraknya
pola orangtua tunggal (single parent).
-
8/13/2019 WRAP UP 3
41/41
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono & Sidharta. 2008.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi 7 Jilid 2.Jakarta : Binarupa Aksara
Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atma Jaya
Rawi, Asmawi.Menelaah Kembali Hakikat Pernikahan dalam Islam
Anonim.Bimbingan dan Konseling Perkawinan.www.suaramuhibbuddin.wordpress.com
http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/http://www.suaramuhibbuddin.wordpress.com/