yield sbn10 “a diamond is a piece of coal that stuck to ... · “credit ratings menyatakan...
TRANSCRIPT
“A diamond is a piece of coal that stuck to the job.” – Thomas Alva Edison
Rilis Mingguan (14 - 18 Mei 2018)
EdisiXIX/V/2018
05/15 Indonesia Imports YoY (Apr) 34.68% 8.88%
Exports YoY (Apr) 9.01% 6.19%
Trade Balance (Apr) -$1629m $1123m
05/17Bank Indonesia 7D Reserve Repo
(May 17)4.50% 4.25%
05/18 Motorcycle Sales (Apr) 580921 535371
Local Auto Sales (Apr) 102256 101813
05/16 US Industrial Production MoM (Apr) 0.7% 0.7%
Capacity Utilization (Apr) 78.0% 77.6%
05/17 Leading Index (Apr) 0.4% 0.4%
05/16 Japan GDP Annualized SA QoQ (1Q P) -0.6% 0.6%
Industrial Production YoY (Mar F) 2.4% 2.4%
Capacity Utilization MoM (Mar) 0.5% 3.3%
Natl CPI YoY (Apr) 0.6% 1.1%
05/15 China Industrial Production YoY (Apr) 7.0% 6.0%
05/14 India CPI YoY (Apr) 4.58% 4.28%
05/15 Trade Balance (Apr) -$13716.8m -$13691.8m
05/15 EU GDP SA YoY (1Q P) 2.5% 2.5%
05/16 CPI YoY (Apr F) 1.2% 1.3%
05/18 Trade Balance SA (Mar) 21.2b 20.9b
Ket: Apresiasi/Depresiasi
14-May-18 18-May-18 WTD YTD 14-May-18 18-May-18 WTD YTD
IDRUSD 13973 14156 1.31% 4.43% BRENTUSD/BAREL 78.23 78.51 0.36% 29.94%
YENUSD 109.66 110.78 1.02% -1.69% TEMBAGAUSD/LB 307.85 305.10 -0.89% 21.77%
EUROUSD 0.84 0.85 1.34% 1.99% BATU BARAUSD/MT 102.50 104.35 1.80% 3.52%
YUANUSD 6.34 6.38 0.64% -1.95% EMASUSD/OZ 1313.50 1293.04 -1.56% -0.75%
POUNDUSD 0.74 0.74 0.66% 0.32% GAS ALAMUSD/MMBTu 2.84 2.85 0.18% -99.98%
14-May-18 18-May-18 WTD YTD 14-May-18 18-May-18 WTD YTD
INDONESIAIHSG 5947.16 5783.31 -2.76% -9.01% CPOMYR/MT 2370 2433 2.66% -0.45%
JEPANGNIKKEI 22865.86 22930.36 0.28% 0.73% KAKAOUSD/MT 2775 2678 -3.50% 41.54%
SINGAPURASTI 3562.46 3529.27 -0.93% 3.71% GULAUSD/LB 321.10 330.20 2.83% -16.34%
ASDOW JONES 24899.41 24715.09 -0.74% -0.02% GANDUMUSD/BAREL 480.50 518 7.86% 21.37%
HONGKONGHSI 31541.08 31047.91 -1.56% 3.77% KEDELAIUSD/BUSHEL 1013.00 998.50 -1.43% 4.91%
14-May-18 18-May-18 WTD YTD
YIELD SBN10% 7.09 7.39 4.33% 17.00%
PUAB RATE% 6.05 6.15 1.65% 5.67%
OVERNIGHT% 4.06 4.23 4.11% 8.34%
FA SAHAMJUTA USD -14.88 -48.78 -227.90% -296.25%
FA SBNJUTA USD -403.29 -38.21 90.53% -201.81%
PASAR VALAS PASAR KOMODITAS MINERAL
PASAR SAHAM PASAR KOMODITAS PERTANIAN
PASAR UANG
Aliran Dana Asing
YTD (Juta USD)Bond Saham
Periode
(Bond/Saham)
Indonesia -643.5 -2,972.6 Per 18 Mei ’18
Malaysia -435.9 10.3 Per 30 Apr / 18 Mei ’18
Thailand 2,606.9 -3,139.4 Per 18 Mei ’18
Vietnam 1,775.3 Per 18 Mei ’18
Filipina 2,424.6 -885.3 Per 31 Mar / 18 Mei ’18
China 33,200.5 11,663.2 Per 31 Mar ‘18
India -3,760.1 558.8 Per 18 Mei ‘18
US 129,302 9,413 Per 31 Mar ‘18
Ket: Aliran Dana Masuk/Aliran Dana Keluar -10.35
-9.01
-3.44
-0.28
0.03
0.62
3.21
3.71
3.77
3.77
Philippines PSEi Index
Indonesia JCI
Shanghai SHCOMP Index
Korea Stock KOSPI Index
Thailand SET Index
India NSE Nifty 50 Index
FTSE Malaysia KLCI Index
Singapore STI Index
Hongkong Hanseng Index
Vietnam Hanoi Index
PERINGKAT SAHAM ASIA (%) YTD – s.d 18 MEI 2018
-6.48
-4.94
-4.43
-0.34
1.16
1.69
1.84
1.95
Indian Rupee
Philippine Peso
Indonesian Rupiah
Vietnam Dong
Thai Bath
Japanese Yen
Malaysian Ringgit
Chinese Renminbi
PERINGKAT NILAI TUKAR ASIA (%) YTD – s.d 18 MEI 2018
Ket: F (Final), P (Preliminary)
MENGENAL SOVEREIGN CREDIT RATING
Kepercayaan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keputusan investasi oleh penanam modal.
Dalam menilai kelayakan instrumen investasi yang
dikeluarkan oleh debitur, sovereign credit ratings menjadi
rujukan investor.
Apakah Sovereign Credit Rating Itu?
Sovereign credit rating adalah pandangan progresif dari
suatu lembaga rating (Rating Agency) atas risiko
ketidakmampuan suatu negara memenuhi komitmen
keuangannya kepada investor/kreditor. Dalam kata lain,
bagaimana kelayakan kredit dari suatu negara atau surat-
surat utang yang dikeluarkan suatu negara. Rating menilai
apakah suatu negara mampu membayar kembali utang
mereka. Sovereign credit rating yang dikeluarkan oleh
berbagai lembaga rating internasional mencerminkan
kredibilitas sekaligus persepsi pelaku pasar terhadap prospek
dan risiko investasi suatu negara.
Terdapat tiga lembaga rating yang paling populer dalam
mengeluarkan sovereign credit rating, yaitu Fitch, Moody’s,
dan Standard&Poor’s (S&P). Sovereign credit rating yang
dikeluarkan oleh tiga lembaga ini merupakan yang paling
signifikan dan memiliki pengaruh paling besar terhadap
pengambil keputusan di pasar. Adapun tiap pemeringkat
dirancang untuk melakukan pengukuran yang relatif sama
dengan pendekatan berbeda, sebagaimana disampaikan
dalam pernyataan di Tabel 1.
Sehingga perlu dipahami, bahwa poin-poin berikut ini
bukanlah definisi atau tujuan dari Credit Rating, yaitu: (1)
tidak memprediksikan besaran kemungkinan gagal bayar
debitur; (2) tidak mengungkapkan nilai pasar atau
kemungkinan perubahan nilai, maupun likuiditas surat
berharga dan menjadikannya suatu advis atau rekomendasi
untuk menjual, membeli atau menahan suatu sekuritas; (3)
bukanlah suatu ukuran “baik” atau “buruk” sistem suatu
negara atau penilaian atas suatu rezim politik; (4) bukanlah
audit atas suatu negara; serta (5) bukan jaminan atas kualitas
kredit atau risiko kredit di masa depan.
Penilaian progresif atas risiko ini dipetakan ke dalam nilai
peringkat yang biasanya dinyatakan dalam istilah alfabetik.
Misalnya, dari yang paling layak kredit hingga yang paling
rendah, Fitch dan S&P menggunakan AAA, AA, A, dan BBB
untuk risiko kredit jangka panjang “investment grade”, dan
BB, B, CCC, CC, C, dan D untuk risiko kredit jangka panjang
"spekulatif" (Lihat Moody’s dalam Tabel 2).
Fitch
“Credit ratings menyatakan risiko secara peringkat,
yang menunjukkan secara relatif posisi dalam
urutan risiko kredit dan tidak memprediksi secara
spesifik frekuensi kemungkinan terjadinya suatu
default atau kerugian. Pemeringkat kredit Fitch
Ratings tidak secara langsung menangani risiko lain
selain risiko kredit, pemeringkat tidak mengatasi
risiko kerugian nilai pasar atas sekuritas yang
dinilai karena perubahan suku bunga, likuiditas,
dan pertimbangan pasar lainnya.”
Moody’s
“Ada ekspektasi bahwa rata-rata lembaga
pemeringkat, akan memahami frekuensi terjadinya
default berikutnya, meskipun biasanya tidak
menjadi estimasi tingkat default yang tepat. Oleh
karena itu, Moody’s dimaksudkan untuk
menyampaikan pendapat tentang kelayakan kredit
relatif dari penerbit dan kewajibannya. Proses
penilaian Moody’s juga melibatkan pembentukan
paradigma yang masuk akal atas suatu skenario,
atau keluarannya— bukan meramalkannya,
melainkan memberikan bobot pada kemungkinan
terjadinya dan pada konsekuensi kredit potensial.
Fluktuasi normal dalam kegiatan ekonomi biasanya
termasuk dalam skenario ini, dan dengan
memasukkan pandangan kami tentang
kemungkinan skenario tersebut, kami memberikan
peringkat relatif terhadap stabilitas siklus ekonomi
dan persepsi.”
S&P
“Peringkat kredit Standard & Poor’s dirancang
terutama untuk memberikan peringkat relatif di
antara para penerbit dan kewajiban kelayakan
kredit; peringkat bukan merupakan ukuran mutlak
akan kemungkinan terjadinya default. Kelayakan
kredit mencakup kemungkinan gagal bayar dan
juga termasuk prioritas pembayaran, pemulihan,
dan stabilitas kredit. ”
Tabel 1. Pernyataan Tujuan Rancangan Pengukuran
Sumber: Global Financial Stability Report: Sovereigns, Funding, and
Systemic Liquidity (IMF, 2010), terjemahan.
Disusun oleh Thasya Pauline, Kepala Subbidang Analisis Neraca Pembayaran
Mengapa Kita Membutuhkan Sovereign Credit Rating?
Sovereign credit rating berperan penting dalam
memungkinan negara untuk melakukan pembiayaan melalui
pasar modal. Pemerintah dapat meminjam uang langsung
dari investor dengan menerbitkan surat berharga seperti
surat utang. Investor akan membeli surat utang ini dan
mengharapkan kembalinya pokok pinjaman ditambah bunga
sesuai kesepakatan baik saat jatuh tempo maupun secara
periodik.
Investor dan pelaku pasar lainnya dapat menggunakan
peringkat sebagai filter untuk menyesuaikan risiko kredit dari
penerbit dengan toleransi risiko dirinya dalam membuat
keputusan investasi dan bisnis. Sementara itu, peringkat juga
dapat digunakan oleh negara untuk membantu
mengumpulkan pembiayaan untuk mendanai proyek-proyek
publik.
Sovereign credit rating penting bagi negara berkembang
karena sejumlah alasan. Pertama, peringkat dapat menjadi
semacam dorongan moral bagi negara-negara berkembang
untuk menjalankan kebijakan moneter dan fiskal yang lebih
‘bijaksana’. Hal ini berfungsi sebagai insentif untuk kebijakan
moneter dan fiskal yang baik karena kinerja pada kebijakan
ini merupakan bagian integral dari metodologi
pemeringkatan.
Kedua, peringkat yang baik memungkinkan pemerintah dan
perusahaan untuk meningkatkan modal di pasar keuangan
internasional. Investor institusional baik di negara maju dan
berkembang sangat bergantung pada lembaga pemeringkat
dalam membuat keputusan investasi. Hal ini dikarenakan
peringkat kredit pada dasarnya adalah opini tentang risiko
kredit. Peringkat memberikan wawasan tentang kualitas
kredit dari masalah utang individu dan kemungkinan relatif
bahwa penerbit dapat gagal bayar.
Manajer investasi seringkali kurang memahami risiko atas
calon investee yang mereka minati. Lembaga pemeringkat
kredit memberikan pendapat tentang kualitas kredit
peminjam seperti pemerintah, perusahaan, lembaga
keuangan, dan instrumen utang terkait mereka seperti
obligasi.
Tabel 2. Simbol Urutan Peringkat Metodologi Penilaian Lembaga Rating
Lembaga rating menggunakan berbagai metode kuantitatif
dan kualitatif untuk menghitung sovereign credit rating.
Secara singkat, faktor-faktor utama yang dijadikan dasar
pengukuran Fitch, Moody’s dan S&P tergambar dalam Tabel
3.
Fitch
▪ Faktor Struktural (53,6%)
▪ Kinerja, Kebijakan dan Prospek Makroekonomi (11,8%)
▪ Keuangan Publik (16,7%)
▪ Keuangan Eksternal (17,9%)
Moody’s
▪ Economic strength
▪ Institutional strength
▪ Fiscal strength
▪ Susceptibility to event risk
Standard & Poor’s
▪ Institutional Score (25%)
▪ Economic Score (25%)
▪ External Score (16,7%)
▪ Fiscal Score (16,7%)
▪ Monetary Score (16,7%)
Tabel 3. Perbedaan Pengukuran Key Factor
Posisi Indonesia
Fitch dan Moody’s telah terlebih dulu memberikan predikat
“Investment Grade” bagi Indonesia masing-masing pada 15
Desember 2011 (Fitch) dan 18 Januari 2012 (Moody’s).
Namun S&P baru menempatkan Indonesia pada level
“Investment Grade” dengan menaikkan sovereign credit rating
Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada 19 Mei 2017.
Fitch dan Moody’s pada 20 Desember 2017 dan 13 April
2018 menempatkan sovereign credit rating Indonesia
masing-masing pada level BBB/stable outlook dan
Baa2/stable outlook, peringkat rating tertinggi yang pernah
diberikan kedua lembaga rating tersebut kepada Indonesia.
Secara historis, Indonesia pernah mencapai peringkat
tertinggi, yaitu BBB dari S&P pada 18 April 1995, sebelum
terjadi krisis di kawasan Asia pada 1997/1998.
Sovereign credit rating memiliki dampak yang berbeda-beda
pada setiap negara di dunia. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peringkat yang lebih baik berkaitan
dengan spread kredit yang lebih rendah. Spread yang lebih
rendah ini pada akhirnya meratakan biaya penerbitan
menjadi lebih rendah untuk negara yang menerbitkan
obligasi.
Dalam artikelnya yang berjudul "Determinants and Impact of
Sovereign Credit Ratings" pada tahun 1996, Cantor dan
Packer mengestimasikan bahwa penurunan 1 notch sovereign
credit rating dapat meningkatkan spread kredit sebanyak
25%. Sementara itu, peneliti lain masih skeptis. Rozada dan
Yeyati ("Global Factors and Emerging Market Spreads", 2006)
menemukan bahwa sovereign credit rating pemerintah
mencerminkan perubahan spread dan bukannya
mengantisipasi mereka.
Namun demikian, tetap saja dalam kedua kasus tersebut,
sovereign credit rating pemerintah dapat digunakan sebagai
alat yang berguna bagi investor internasional untuk
menentukan kualitas kredit untuk keputusan berinvestasi di
suatu negara.
--00--