1 faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba

33
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF: (Praktik Manajemen Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia) Rizky Syahfandi Siti Mutmainah, SE., MSi., Akt. ABSTRACT The objectives of this study are to examine whether islamic banks in Indonesia do earning management with income smoothing through manipulating the amount of loan loss provisions along with influenced factors. Dependent variable used in this study is the loan loss provisions (LLP). Independent variables used in this study the total of islamic credit/financing, profitability (the amount of earning before taxes and provisions/EBTP) and credit risk (non performing financing/NPF) ratio. Object studied in this research is islamic banks which is the Sharia Commercial Banks registered in the Central bank of Republic Indonesia year 2009-2011. The Sample was selected using purposive sampling method and obtained nine banks being sampled. Eckel’s koefficient was used as a tool to identify income smoothing practice. Subsequently performed descriptive statistics and regression analysis to test each hypothesis. The result showed that islamic banks do earning management with income smoothing practice. Furthermore, three independent variables significantly and positively affected the dependent variables. These can be concluded that all the Hypothesize (H 1 , H 2 , H 3 and H 4 ) was accepted. Key words: earning management, income smoothing, islamic banks, islamic accounting, index Eckel’s

Upload: dinhkhanh

Post on 13-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF:

(Praktik Manajemen Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia)

Rizky Syahfandi

Siti Mutmainah, SE., MSi., Akt.

ABSTRACT

The objectives of this study are to examine whether islamic banks in

Indonesia do earning management with income smoothing through manipulating

the amount of loan loss provisions along with influenced factors. Dependent

variable used in this study is the loan loss provisions (LLP). Independent

variables used in this study the total of islamic credit/financing, profitability (the

amount of earning before taxes and provisions/EBTP) and credit risk (non

performing financing/NPF) ratio.

Object studied in this research is islamic banks which is the Sharia

Commercial Banks registered in the Central bank of Republic Indonesia year

2009-2011. The Sample was selected using purposive sampling method and

obtained nine banks being sampled. Eckel’s koefficient was used as a tool to

identify income smoothing practice. Subsequently performed descriptive statistics

and regression analysis to test each hypothesis.

The result showed that islamic banks do earning management with income

smoothing practice. Furthermore, three independent variables significantly and

positively affected the dependent variables. These can be concluded that all the

Hypothesize (H1, H2, H3 and H4) was accepted.

Key words: earning management, income smoothing, islamic banks, islamic

accounting, index Eckel’s

Page 2: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

2

I. PENDAHULUAN

Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang bergerak atas dasar prinsip-

prinsip ajaran Islam, tidak seharusnya melakukan aktivitas rekayasa dalam bentuk

apapun, termasuk dalam hal pelaporan keuangan, yang merupakan media

informasi bagi para penggunanya dan alat penilaian oleh Pemerintah dan Bank

Indonesia. Adanya aktivitas rekayasa dengan manajemen laba yang sering

dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia diharapkan tidak ikut

mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru berkembang di Indonesia.

Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank syariah yang melebihi bank

konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga terdapat manajemen laba

dalam bank syariah.

Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah

tindakan income smoothing (perataan laba). Dalam hal ini perataan laba

menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi

abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan

prinsip manajemen yang wajar. Jika laba yang dihasilkan tidak stabil atau terus

berfluktuasi, maka kinerja manajer akan dipertanyakan dan akan berakibat buruk

bagi nama baik perusahaan. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan perataan

laba. Menurut Sulistyawan, dkk. (2011), perataan laba dilakukan dengan rekayasa

keuangan yang secara hukum dan akuntansi dapat dibenarkan dengan cara

memanfaatkan kelemahan standar akuntansi ataupun aturan yang berlaku.

Pada umumnya, baik bank syariah maupun bank konvensional merupakan

salah satu lembaga keuangan yang memberikan alternatif sumber dana bagi

masyarakat, baik digunakan untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka

panjang. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan investasi yang

berbeda dengan bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Hal ini berkaitan erat

dengan jenis aset yang digunakan untuk tiap kredit/pembiayaan. Aset bank

syariah secara umum dapat dibagi atas asset yang didanai oleh modal sendiri

dan/atau kewajiban dan hutang (wadi’ah, qardh, dan sejenisnya), dan asset yang

didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss sharing investment account atau

mudharabah).

Page 3: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

3

Aset pembiayaan tersebut tidak terlepas dari adanya risiko-risiko yang

mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi risiko tersebut, bank harus menetapkan

cadangan terhadap kerugian yang mungkin timbul dari kerugian kredit di masa

depan. Bank Indonesia mengharuskan bank syariah untuk membentuk cadangan

umum penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya

sebesar 1% (satu perseratus) dari seluruh Aset Produktif yang digolongkan lancar

(tidak termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang Pemerintah).

Selain itu bank syariah juga diwajibkan membentuk cadangan khusus seperti yang

tertera dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah.

Tujuan awal penggunaan PPAP adalah sebagai alat penerapan prinsip

kehati-hatian (prudential banking). PPAP dibentuk sebagai salah satu akun kontra

aset. PPAP menunjukkan jumlah kerugian yang diperkirakan atas saldo pinjaman

atau investasi yang belum diselesaikan. Dalam laporan keuangan, PPAP harus

dicantumkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu beban yang ditanggung

bank pada tiap periode pelaporan keuangan. Artinya PPAP memiliki nilai yang

signifikan dalam laporan keuangan dan merupakan area yang memiliki potensi

untuk dimanipulasi oleh para manajer (Tobing dan Nur, 2009).

Penggunaan PPAP untuk perataan laba didasari atas fakta bahwa perubahan

terhadap PPAP tidak menimbulkan dampak terhadap arus kas sehingga arus kas

tidak terpengaruh, serta PPAP merupakan pretax ítem, sehingga jika nilai PPAP

mengalami perubahan, akan berpengaruh pada nilai laba bersih yang dihasilkan

atau jumlah pajak yang dibayarkan. Meskipun demikian, pembentukan PPAP

didasarkan pada undang-undang yang berlaku (Tobing dan Nur, 2009).

Dalam kasus perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang menguji

hipotesis perataan laba meskipun bank syariah memiliki karakteristik lingkungan

yang unik (Boulila, et al., 2010). Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-

prinsip Islam (syariat) yang menggunakan mekanisme pembagian risiko di antara

para investor. Kedua, regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak

membatasi penggunaan dynamic provisioning, sehingga bank Islam memiliki

Page 4: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

4

kecenderungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian

di masa depan.

Penelitian sebelumnya oleh Zoubi dan Al-Khazali (2007), berhasil

menemukan adanya praktik manajemen laba di bank syariah dengan mekanisme

perataan laba menggunakan PPAP pada di kawasan Gulf Persia. Zahara dan

Veronica (2009) terdapat kecenderungan indikasi praktik manajemen laba lebih

signifikan di bank umum syariah daripada unit usaha syariah, namun hipotesisnya

belum terbukti. Hal ini sejalan dengan penelitian Boulila, et al. (2010) yang juga

tidak menemukan adanya praktik manajemen laba pada bank syariah.

Model ekonometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini merujuk

pada penelitian Boulila, et al. (2010), yang sebelumnya juga telah digunakan oleh

Pe’rez, et al. (2008). Perataan laba diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP). Penelitian ini menggunakan instrumen yang sama

yaitu jumlah pembiayaan dengan proksi total financing (TF), risiko pembiayaan

dengan proksi (non performing financing), dan profitabilitas dengan proksi

Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP) sebagai variabel independen.

Adanya praktik rekayasa dengan perataan laba menggunakan instrumen

PPAP yang sering dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia

diharapkan tidak ikut mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru

berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank

syariah yang melebihi bank konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga

terdapat manajemen laba dalam bank syariah.

Berdasarkan acuan penelitian yang digunakan dan uraian latar belakang

masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah bank

syariah Indonesia melakukan praktik perataan laba (income smoothing), dan

adakah pengaruh dari faktor jumlah pembiayaan (total financing), risiko

pembiayaan (non performing financing), dan profitabiliitas (earning before taxes

and provisions) terhadap perataan laba.

Page 5: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

5

II. TELAAH TEORI

Teori Agency

Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam

Pudyastuti (2009) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agen.

Masalah keagenan (agency problem) muncul ketika principal kesulitan untuk

memastikan bahwa agen bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan principal

(Budiono, 2005, dalam Pudyastuti, 2009). Manajemen bersikap tidak

membedakan terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari risiko, tetapi

manajemen dan bukan pemilik yang menanggung risiko dengan bayaran tertentu

(Hendriksen dan Van Breda, 2002).

Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,

lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak

mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen. Ketika tidak semua

keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-

konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini

mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymmetries)

yang dimiliki oleh principal dan agen.

Asimetri informasi antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal)

dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba

(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja

ekonomi perusahaan (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). Namun dalam konteks

penelitian ini asimetri informasi yang digunakan untuk melakukan manajemen

laba dapat menyesatkan pengguna informasi keuangan dalam rangka menentukan

apakah bank syariah tersebut sehat dan layak untuk beroperasi.

Implikasi teori agensi terhadap penelitian ini dipertimbangkan dapat

menjelaskan bagaimana bank syariah sebagai agen tidak terlepas dari praktik

manajemen laba. Bank syariah berusaha menunjukkan kepada publik maupun

stakeholder bahwa bank syariah telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

tepat, sehingga bank syariah dinilai baik oleh para principal.

Page 6: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

6

Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan

bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank

pembiayaan syariah. Adapun prinsip-prinsip syariah yang dimaksud, mengacu pada prinsip-

prinsip hukum muamalah yang berdasarkan fatwa-fatwa yang dirumuskan oleh

mayoritas ulama atau oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan

fatwa di bidang syariah. Dalam hukum muamalah, ulama-ulama telah

mengidentifikasikan dan menfatwakan beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh

islam. Pelarangan tersebut pada umumnya disebabkan oleh tiga hal. Yang

pertama, karena mengandung barang atau jasa yang diharamkan (bathil). Kedua,

karena mengandung sistim dan prosedur memperoleh keuntungan yang

diharamkan (riba, maysir, gharar, tadlis). Yang ketiga, karena tidak sahnya akad

yang dilakukan (Yaya, dkk., 2009). Karakteristik akuntansi syariah memiliki banyak kesamaan dengan konsep

akuntansi pada umumnya. Selain memiliki tujuan yang sama, akuntansi syariah

juga memiliki karakteristik kualitatif informasi yang sama dengan akuntansi

umum. Prinsip utama yang membedakan keduanya adalah adanya aturan syariah

yang harus dipatuhi dalam akuntansi syariah. Untuk menjamin terlaksananya prinsip syari’ah dalam aktifitas perbankan

syariah terdapat salah satu pihak terafiliasi yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Dewan inilah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas informasi tentang

kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah (UU 21 tahun 2008 pasal 1 ayat

15). Adanya DPS yang merupakan institusi internal independen yang khusus

dalam pengawasan bank syariah juga menjadi salah satu hal yang membedakan

bank syariah dengan bank konvensional pada umumnya.

Page 7: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

7

Penelitian ini fokus hanya pada perataan laba yang dihasilkan dari

pengelolaan cadangan PPAP untuk empat jenis pembiayaan utama yang dilakukan

bank syariah, yaitu pembiayaan dalam bentuk murabahah, musyarakah dan

mudharabah dan istishna. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh

Zoubi dan Al-Khazali (2007), yang menemukan adanya praktik manajemen laba

di kawasan Gulf Persia pada keempat mekanisme pembiayaan tersebut.

Perataan Laba pada Penyisihan Penghapusan Produktif

Salah satu pola atau tindakan manajemen atas laba yang kerap dilakukan

yaitu income smoothing (perataan laba). Assih dan Gudono (2000) menyatakan

bahwa income smoothing adalah cara pengurangan dalam variabilitas laba selama

sejumlah periode tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah tingkat yang

diharapkan atas laba yang dilaporkan. Senada dengan hal tersebut, Kustono

(2010) juga menjelaskan bahwa income smoothing merupakan suatu cara yang

digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas arus laba laporan relatif

pada arus laba yang diinginkan pada periode-periode yang berurutan.

Dalam perbankan, konsep income smoothing lebih dikenal dengan istilah

dinamic provisioning yang merupakan penyangga yang digunakan bank dalam

mengatasi masa-masa sulitnya dengan menciptakan penyangga pada masa-masa

baiknya. Keberadaan hal ini meningkatkan daya tahan perbankan, baik individu

maupun secara keseluruhan, meskipun tidak ada jaminan bahwa bank-bank

tersebut dapat mengatasi permasalahan kreditnya (Pe’rez, et al., 2008).

Perataan laba melalui PPAP telah dibuktikan oleh Ahmed, dan Thomas

(1999). Dalam penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa PPAP dipengaruhi oleh

risiko kredit, laba, dan kondisi ekonomi. Risiko kredit merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap PPAP. Kemudian penelitian Lobo dan Yang

(2001), yang membuktikan adanya opportunistic hipothesis, yaitu manajer menggunakan

penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk memenuhi regulasi permodalan.

Sedangkan penelitian Boulila, et al. (2010), Penggunaan PPAP telah bergeser dari tujuan awalnya, yaitu untuk

menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam kegiatannya.

Page 8: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

8

Perataan laba menggunakan cadangan (PPAP) bertujuan agar laba yang

dilaporkan perusahaan pada periode berjalan tidak terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Cadangan (PPAP) merupakan bagian dari modal tambahan yang termasuk

bagian yang penting dan sah dari modal dasar suatu bank. Hingga pada saat

apabila menginginkan labanya menjadi lebih tinggi dari laba sesungguhnya, maka

perusahaan (bank) dapat menggunakan cadangan tersebut untuk mengatur laba

sesuai kepentingannya (Sulistyanto, 2008).

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pendekatan teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktek

earnings management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen

(agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk

mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya

(Sulistyanto, 2008). Adanya Ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi

dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen mendorong agen

untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama

jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.

Berdasarkan PSAK no 101 tentang Akuntansi Bank Syariah, diambil asumsi

dasar konsep akuntansi bank syariah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi

keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan

dasar akrual. Basis akrual secara khusus digunakan dalam pencatatan beban,

sedang untuk pendapatan harus dilakukan secara hati-hati tergantung dari opini

dewan syariah setempat apakah menggunakan dasar kas atau akrual. Penggunaan

dasar kas mengacu pada prinsip kehati-hatian yang berlandaskan ajaran Islam

yang mengatakan bahwa apa yang akan terjadi esok hari adalah ghaib sehingga

tidak seharusnya mengakui pendapatan (rezeki) sebelum nyata–nyata berbentuk

aliran kas yang secara riil masuk ke bank (Baraba, 2010).

Padahal selama ini prinsip dasar akrual sering digunakan untuk

kepentingan manajemen laba (akrual ini disebut akrual kelolaan atau akrual

diskresioner). Konsep akrual ini memungkinkan dilakukannya rekayasa laba atau

earning management oleh manajer untuk menaikkan atau menurunkan angka

Page 9: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

9

akrual dalam laporan laba rugi (Masodah, 2007). Perekayasaan laba juga dapat

dilakukan dengan mendistorsi laba dengan cara menggeser periode pengakuan

biaya dan pendapatan (Tobing dan Nur, 2009). Berdasarkan hal-hal tersebut di

atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Bank syariah melakukan praktik manajemen laba dengan menggunakan pola perataan laba (income smoothing).

Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan salah satu

akun dalam perbankan yang memiliki kecenderungan manipulasi yang cukup

besar. Nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) mengukur tingkat

efisiensi dan biaya bank dalam membentuk penyisihan penghapusan aktiva

produktif (PPAP) untuk menutup kemungkinan risiko yang terjadi karena tidak

tertagihnya fasilitas kredit atau bentuk investasi aktiva produktif lain. Semakin

besar PPAP berarti semakin besar estimasi terhadap timbulnya kredit yang

bermasalah sekalipun di pihak lain hal ini mencerminkan kemampuan bank untuk

menanggulangi kemungkinan tersebut.

Jumlah pembiayaan dan risiko pembiayaa yang merupakan komponen non-

discretionary dari objek perataan laba yaitu PPAP. Pada awalnya semua kredit

adalah kredit lancar, maka PPAP dihitung sebagai persentase tertentu terhadap

total kredit. Kemudian kalau kredit berkembang sehingga ada yang kurang lancar,

maka terhadap yang kurang lancar tersebut perlu disisihkan PPAP yang lebih

besar, begitu seterusnya sehingga untuk kredit yang sudah digolongkan sebagai

kredit macet, PPAP yang disisihkan adalah sebesar 100% dari jumlah debet yang

macet (Dunil, 2005).

Total kredit (total financing/ TF) adalah jumlah pembiayaan syariah

terhadap dan juga merupakan proxy untuk profil jumlah pembiayaan bank. Total

pembiayaan (TF) dapat menunjukkan adanya implementasi dinamic provisioning

yang dilakukan oleh bank syariah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian iini adalah:

H2 : Jumlah pembiayaan (Total financing) berpengaruh positif terhadap perataan laba yang diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Page 10: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

10

Secara konsep teori Non performing financing (NPF) merupakan salah satu

pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit

bermasalah yang ada pada suatu bank (Iqbal dan Abbas, 2007). Risiko

Pembiayaan yang diproksikan dengan non performing financing (NPF),

merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

mencegah resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPF

mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPF semakin kecil pula resiko kredit

yang ditanggung pihak bank. Bank dengan risiko kredit yang tinggi akan

memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya,

sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). Berdasarkan hal

tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian iini adalah:

H3: Risiko pembiayaan (Non performing financing) berpengaruh positif terhadap perataan laba yang diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Profitabilitas digunakan untuk melihat insentif yang dilakukan bank syariah

untuk melakukan perataan laba dengan mekanisme PPAP. Menurut Tobing dan

Nur (2009), jika bank memiliki kinerja yang bagus di tahun ini dan memprediksi

kinerja yang tidak baik di waktu yang akan datang (good-poor), maka manajer

bank akan menyimpan laba tahun ini untuk digunakan di waktu yang akan datang

dengan cara mengurangi laba melalui peningkatan beban PPAP. sedangkan jika

bank memiliki kinerja yang tidak baik di tahun ini dan memprediksi kinerja yang

baik di waktu yang akan datang (poor-good), maka bank akan meningkatkan laba

tahun ini dengan cara meminjam laba masa depan melalui penurunan beban

PPAP. Selain itu, adanya kebutuhan akan pendanaan dari pihak eksternal juga

menjadi salah satu faktor bagi manajer bank untuk melakukan perataan laba.

EBTP (Earning Before Taxes and Provisions) merupakan variabel laba

operasi bersih sebelum pajak dan cadangan bank i pada periode t, dinormalisasi

dengan total aset. EBTP menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba dari

aktivitas operasionalnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

Page 11: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

11

H4 : Profitabilitas (Earnings Before Taxes and Provisions) berpengaruh positif terhadap perataan laba yang diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya suatu

kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya,

disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari penelitian ini, kemudian

digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

III. MODEL PENELITIAN

Data dan Sampel Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari media elektronik. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari laporan keuangan bank umum syariah (BUS) triwulanan selama periode

Maret 2009 sampai dengan September 2011, yang dapat diakses langsung melalui

situs Bank Indonesia (www.bi.go.id) atau situs-situs bank perusahaan sampel.

Periode ini dipilih karena implementasi undang-undang bank syariah di Indonesia

sesuai dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

mulai diterapkan pada tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling agar mendapat sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Adapun syarat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Total Pembiayaan (Total financing)

Perataan Laba (Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif)

+

+

+

Risiko pembiayaan (NPF)

Profitabilitas (EBTP)

Page 12: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

12

1. Bank umum syariah skala nasional yang mempublikasikan laporan

keuangan triwulanan untuk periode Maret 2009 sampai dengan

September 2011 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan dan di

dalamnya terdapat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu Total

pembiayaan (Total financing), NPF (Non Performing Loan), EBTP

(Earning Before Tax and Provision), PPAP (Penyisihan penghapusan

aktiva produktif), Rasio CAR (Capital adequacy Ratio), total asset,

dan umur bank syariah yang terpublikasi periode Desember 2008

sampai dengan September 2011.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Selain itu , dalam variabel independen juga terdapat variabel

kontrol.

Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan

laba (income smoothing) yang diproksikan dengan penyisihan penghapusan aktiva

produktif (PPAP). Nilai PPAP didapat langsung dari laporan keuangan publikasi

bank syariah. Nilai PPAP pada laporan keuangan triwulanan bank bersifat

progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang disampaikan adalah

laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh karena itu nilai dari

variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan periode

sebelumnya.

Variabel Independen

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada

penelitian Boulila et al, (2010) yang sebelumnya juga telah digunakan oleh

Perez et al. (2008), yaitu jumlah pembiayaan yang diproksikan dengan total

Page 13: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

13

financing (TF), risiko pembiayaan yang diproksikan dengan Non Performing

Financing (NPF), dan profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan

Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP). Nilai TF pada laporan keuangan

triwulanan bank bersifat progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang

disampaikan adalah laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh

karena itu nilai dari variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan

periode sebelumnya. Profitabilitas yang diproksikan dengan Earning before tax

and provision juga diperoleh dengan cara yang sama kecuali untuk periode bulan

Maret.

Total pembiayaan (TF) digunakan dengan tujuan agar dapat menunjukkan

adanya implementasi dinamic provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. TF

merupakan total pembiayaan yang diberikan bank syariah, atau dirumuskan

sebagai berikut:

TL = Total Piutang Syariah + Total Pembiayaan Syariah

Piutang Syariah = Piutang Murabahah + Piutang Istishna

Pembiayaan Syariah = Pembiayaan Musyarakah + Pembiayaan Mudharabah

NPF digunakan untuk mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPF

semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dengan NPF

yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun

biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005).

Variabel ini sudah tercantum dari laporan keuangan publikasi bank.

Selanjutnya, variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan EBTP

(earning before taxes and provisions). EBTP digunakan untuk melihat insentif

yang dilakukan bank syariah untuk melakukan perataan laba dengan mekanisme

PPAP. Ketika bank syariah menerima pendapatan yang tinggi, maka bank akan

cenderung meningkatkan jumlah cadangannya, demikian juga sebaliknya. EBTP

merupakan variabel laba operasi bersih sebelum pajak dan cadangan bank dan

juga zakat. Variabel ini didefinisikan sebagai berikut:

Page 14: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

14

EBTP = + +

Selain itu, dalam model penelitian digunakan tiga variabel kontrol yaitu

kecukupan modal, ukuran bank syariah, dan umur bank syariah. Kecukupan

modal dihitung dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) dengan cara

membagi total modal dengan total aktiva tertimbang menurut risiko berdasarkan

ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku. Variabel ini juga

juga telah tercantum dalam laporan keuangan publikasi bank. Selanjutnya variabel

ukuran perusahaan dihitung dengan cara me-logaritma total aset bank syariah.

Sedangkan umur bank syariah diukur dengan menghitung lama berdirinya bank

syariah tersebut dalam satuan bulan.

Model Penelitian Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap.

Pertama, analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan

distribusi data. Kemudian uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan

model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian. Selanjutnya untuk menentukan bank syariah yang melakukan perataan

laba, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap variabilitas dari objek

perataan laba, yaitu perbandingan koefisien variasi dari perubahan laba bersih (net

income) dengan koefisien variasi dari perubahan jumlah pendapatan operasional

(total sales). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Eckel

seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumya oleh Boulila, et al. (2010).

Koefisien Eckel dihitung dengan cara membagi nilai dari standar deviasi

tingkat perubahan laba dengan nilai rata-rata jumlah laba bersih (EBTP) dari tiap-

tiap bank syariah. Dalam Masodah (2007), perataan laba juga diukur dengan

indeks Eckel yang dijelaskan sebagai berikut:

Indeks Eckel =

Jumlah laba

sebelum pajak

Jumlah zakat yang

dikeluarkan oleh bank

jumlah beban

cadangan PPAP

CV ∆ I CV ∆ S

Page 15: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

15

CV ∆S dan CV ∆I dapat dihitung sebagai berikut:

CV ∆ X = : ∆ X

Keterangan :

CV ∆ I = Koefisien varian untuk perubahan laba

CV ∆ S = Koefisien varian untuk perubahan pendapatan operasional

CV = Koefisien varian

∆ X = Perubahan X antara tahun n dengan tahun n-1

∆ X = Rata-rata dari perubahan X

n = Jumlah Periode yang diamati Kemudian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi objek

perataan laba digunakan analisis regresi linear berganda. Adapun bentuk model

ekonometrik yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada studi Pe'rez, et

al. (2008), dan Boulila, et al. (2010). Model tersebut dirumuskan sebagai berikut :

PPAPit = α + β1 TFit + β2 NPFit + β3 EBTPit + β4 CARit - β5 SIZEit - β6 AGEit + ε

Keterangan:

PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif umum dan khusus pada bank i selama periode triwulan t

TF = Total pembiayaan syariah yang diberikan pada bank i selama periode triwulan t

NPF = Rasio Non Performin Financing (kredit macet)

EBTP = Total pendapatan sebelum dikurangi pajak dan zakat pada bank i selama periode triwulan t

CAR = Rasio kecukupan modal

SIZE = Logaritma dari total asset

AGE = Umur Bank Syariah

∑ ( ∆ X - ∆ X )2

n - 1

Page 16: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

16

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran atau

deskripsi masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian. Dari 11 bank

syariah yang ada ternyata hanya sembilan bank umum syariah yang berhasil

memenuhi kriteria. Selanjutnya nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), nilai

tengah (median), dan standar deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maksimum Rata-Rata Nilai Tengah Standar Deviasi

Perataan Laba 76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96

Jumlah Pembiayaan 76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79

Risiko Pembiayaan 76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02

Profitabilitas 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75

Kecukupan Modal 76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18

Ukuran Perusahaan 76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63

Umur Perusahaan 76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa

dari 9 perusahaan bank syariah dimana terdapat 76 laporan, digunakan 7 variabel

penelitian. Variabel perataan laba dengan proksi PPAP nilai rata-ratanya (mean)

sebesar 22,46 dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,96. Kemudian Variabel

Jumlah Pembiayaan dengan proksi total financing (TF) memiliki Nilai rata-rata

dan standar deviasinya masing-masing sebesar 26,07 dan 1,79. Variabel risiko

pembiayaan dengan proksi non performing financing (NPF) memiliki rata-rata

Page 17: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

17

sebesar 3,17 dengan standar deviasi sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai NPF pada tahun tersebut masih dalam batas maksimum NPF yang

disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Profitabilitas bank syariah,

yang dipresentasikan dengan variabel Earning before taxes and Provisions

(EBTP), memiliki nilai rata-rata 23,79 dengan nilai standar deviasi 1,75.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa Capital Adequacy Ratio yang memiliki

nilai rata-rata sebesar 35,76. Rata-rata nilai CAR bank-bank syariah jauh lebih

besar dibanding dengan nilai CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu

8%. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah memiliki modal yang cukup

untuk aktivitas pembiayaannya.

Ukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel Size (log dari

total asset), memiliki nilai rata-rata sebesar 12,58 sedangkan standar deviasinya

adalah sebesar 0,63. Selain itu, juga dapat dilihat variabel umur perusahaan yang

dipresentasikan dengan variabel Age yang diukur dalam satuan bulan

menunjukkan rata-rata umur perusahaan sebesar 69,07 bulan dan standar

deviasinya sebesar 75,41.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian statistik One Sample Kolmogorov-

Smirnov (lihat tabel one sample Kolmogorov-Smirnov pada lampiran)

menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,62; dan asymp. sig. sebesar

0,82. Artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan nilai residual terdistribusi normal atau memenuhi syarat uji

normalitas.

2. Uji Multikoliniaritas

Multikolinearitas, salah satunya dapat dilihat dari nilai tolerance dan

lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance< 0,10 atau sama

Page 18: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

18

dengan nilai VIF>10. Hasil pengujian model regresi yang diperoleh menunjukkan

nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nilai Tolerance dan VIF

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Tabel 4.2 menunjukkan nilai tolerance untuk semua variabel independen di

atas 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel independen juga di bawah 10. Hal

ini sesuai dengan syarat tidak terjadinya multikolinearitas, sehingga semua

variabel independen tersebut layak digunakan dalam penelitian.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW

test). Dari hasil pengujian (lihat tabel model summary pada lampiran) diperoleh

nilai DW (d) sebesar 2,09. Sedangkan nilai du menurut tabel untuk sampel (n)

76 dengan variabel independen 6 (k=6) adalah 1,80 , sehingga didapat nilai du < d

< 4 – du. Nilai ini merupakan syarat tidak terjadinya autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara

meregresi nilai absolut dari nilai residual terhadap variabel X (variabel bebas)

yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan δ i2. hasil uji

heteroskedastisitas (uji Glejser) dapat ditunjukkan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

Variabel Collinearity Statistics Tolerance VIF

Perataan Laba 0,42 2,40 Jumlah Pembiayaan 0,56 1,80 Risiko Pembiayaan 0,31 3,20 Profitabilitas 0,36 2,78 Kecukupan Modal 0,12 8,10 Ukuran Perusahaan 0,39 2,55

Page 19: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

19

Tabel 4.3 T kritis – Hasil uji Glejser

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasar hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.3 tersebut nampak bahwa

semua variabel bebas menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua variabel bebas tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas

dalam varian kesalahan.

Uji Signifikansi Simultan

Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut adalah tabel

hasil uji signifikansi simultan:

Tabel 4.4 Hasil Uji Signifikansi Simultan

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 54,10 dan nilai signifikansi

sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima

dan terdapat pengaruh yang signifikan dari kelima variabel secara bersama-sama

terhadap variabel PPAP. Dari hasil uji F ini disimpulkan bahwa variabel jumlah

Variabel T kritis Sig.

Perataan Laba 0,70 0,48 Jumlah Pembiayaan 0,07 0,95 Risiko Pembiayaan 0,24 0,81 Profitabilitas -0,14 0,89 Kecukupan Modal -1,17 0,25 Ukuran Perusahaan -0,02 0,99

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 237,87 6 39,64 54,10 0,00a Residual 50,56 69 0,73 Total 288,43 75

Page 20: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

20

pembiayaan, risiko pembiayaan, profitabilitas, kecukupan modal, ukuran, dan

umur perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti

terhadap PPAP atau dengan kata lain model regresi layak untuk diujikan.

Uji Koefisien Determinasi

Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat

dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara

nol dan satu. Nilai adjusted R square diperoleh sebesar 0,81 (lihat lampiran tabel

model summary). Hal ini berarti bahwa hanya 81% variabel perataan laba (PPAP)

dipengaruhi oleh keenam variabel bebas. Sedangkan sisanya, 19% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar penelitian.

Uji Hipotesis

Pertama penelitian fokus pada koefisien Eckel yang sebelumnya telah

banyak digunakan dalam literatur praktik perataan laba. Angka indeks yang

kurang dari 1 diklasifikasi sebagai perata laba (income smoother), lebih besar dari

1 diklasifikasi bukan perata laba (Kustono, 2010). Tabel 4.5 menunjukkan hasil

klasifikasi dari indeks Eckel, sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nilai Indeks Eckel

No Nama Bank Indeks Eckel Keterangan 1 Bank Muamalat 0,170 Pelaku perataan laba 2 Bank Mega Syariah 0,652 Pelaku perataan laba 3 Bank Syariah Mandiri 0,310 Pelaku perataan laba 4 Bank BRI Syariah 0,916 Pelaku perataan laba 5 Bank Syariah Bukopin 1,556 6 Bank Panin Syariah 10,05 7 Bank Victoria Syariah 5,979 8 Bank BNI Syariah 0,3 Pelaku perataan laba 9 Bank BCA Syariah 0,689 Pelaku perataan laba

Jumlah Bank pelaku perataan laba 6 (67%)

Jumlah Bank bukan pelaku perataan laba 3 (33%)

Jumlah 9 (100%)

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Page 21: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

21

Hasil pengklasifikasian menggunakan indeks Eckel menunjukkan bahwa 9

bank umum syariah yang diteliti dengan jumlah laporan keuangan sebanyak 76

buah, terdapat 6 bank yang dikategorikan melakukan income smoothing (perataan

laba) dan 3 bank tidak melakukan income smoothing (perataan laba). Nilai indeks

Eckel menjelaskan besarnya koefisien variasi dari variabel yang dihitung

berdasarkan standar deviasi dari masing-masing perubahan laba bersih

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah melakukan perataan

laba yang digunakan untuk mengurangi tingkat perubahan laba bersih dalam

periode pelaporannya.

Selanjutnya, Pengujian hipotesis lainnya dilakukan dengan cara menguji

persamaan regresi secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas

menggunakan Uji t-test. Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara

parsial (individu) variabel-variabel independen (TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE dan

AGE) terhadap variabel perataan laba atau menguji signifikansi konstanta dan

variabel dependen. Hasil statistik t untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.6 Nilai t kritis

Variabel Beta thitung

Jumlah pembiayaan 0,19 2,18*

Risiko pembiayaan 0,11 1,74**

Profitabilitas 0,18 1,75**

Kecukupan Modal 0,00 0,74

Ukuran perusahaan 2,01 4,51*

Umur perusahaan -0,01 -0,67

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari kelima variabel

independen yang diproksikan dengan TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE dan AGE

hanya terdapat dua variabel yang tidak signifikan yaitu variabel kecukupan modal

(CAR) dengan nilai t kritis sebesar 0,74 dan variabel umur perusahaan (Age)

Page 22: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

22

dengan nilai t kritis sebesar -0,67. Sedangkan variabel lainnya signifikan pada

tingkat signifikansi α = 0,05; yaitu jumlah pembiayaan (TF) dengan nilai t kritis

sebesar 2,18; dan ukuran perusahaan (Size) dengan nilai t kritis sebesar 4,51.

Kemudian variabel lainnya pada tingkat signifikansi α = 0,10; yaitu risiko

pembiayaan (NPF) dengan nilai t kritis sebesar 1,74; dan profitabilitas (EBTP)

dengan nilai t kritis sebesar 1,75.

Dari lampiran H (tabel Coefficients) dapat dilihat nilai konstanta sebesar -

12,27 hal ini mengindikasikan bahwa perataan laba yang diproksikan PPAP

mempunyai nilai sebesar -12,27 apabila variabel independen yang diproksikan

TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE, dan AGE dianggap konstan. Untuk melihat

besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya dapat

dilihat dari nilai beta unstandardized coefficient, sedangkan untuk melihat

dominasi variabel independen terhadap variabel dependennya tercermin dalam

beta standardized coefficient.

Dari lampiran H (tabel Coefficients) selanjutnya dapat dianalisis bahwa

variabel yang paling berpengaruh adalah variabel ukuran perusahaan (Size)

dengan koefisien 2,01. Kemudian diikuti oleh variabel jumlah pembiayaan (Total

financing) dengan koefisien sebesar 0,19; risiko pembiayaan (non performing

financing) dengan koefisien sebesar 0,11; profitabilitas (Earning before taxes and

Provisions) dengan koefisien sebesar 0,18; dan kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio) dengan koefisien 0,00. Sedangkan variabel yang berpengaruh

paling rendah yaitu variabel umur perusahaan (Age) dengan nilai koefisien -0,01.

Dari lampiran H (tabel Coefficients) kemudian juga dapat terlihat bahwa

variabel jumlah pembiayaan (TF), risiko pembiayaan (NPF), profitabilitas

(EBTP), kecukupan modal (CAR), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh

positif terhadap variabel perataan laba yang berarti meningkatnya nilai TF, NPF,

EBTP, CAR, dan Size perusahaan tersebut, sehingga PPAP meningkat. Sedangkan

variabel umur perusahaan Age menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap

perataan laba dan tidak signifikan. Berikut adalah ringkasan hasil uji hipotesis

yang selanjutnya akan dibahas secara lebih detil sebagai berikut:

Page 23: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

23

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

H Pernyataan Hasil Pengujian Keputusan H1 Bank syariah melakukan praktik

manajemen laba dengan perataan laba

6 dari 9 bank umum syariah

teridentifikasi sebagai perata laba

Diterima

H2 Jumlah Pembiayaan (TF) berpengaruh positif terhadap perataan laba

Positif Signifikan Diterima

H3 Risiko Pembiayaan (NPF) berpengaruh positif terhadap perataan laba

Positif Signifikan Diterima

H4 Profitabilitas (EBTP) berpengaruh positif terhadap perataan laba

Positif Signifikan Diterima

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Diperolehnya pengaruh positif dari Total financing terhadap perataan laba

yang diproksikan PPAP tersebut memberikan implikasi bahwa perusahaan yang

memiliki jumlah pembiayaan yang tinggi, akan memiliki kecenderungan untuk

melakukan praktik perataan laba yang besar. Pengaruh positif risiko pembiayaan

terhadap perataan laba yang diproksikan PPAP tersebut juga memberikan

implikasi bahwa perusahaan yang memiliki jumlah kredit bermasalah yang tinggi,

akan memiliki kecenderungan untuk melakukan praktik perataan laba yang besar

pula.Kedua hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

Boulila, et al. (2010), Pe’rez et al. (2008), dan Kilic, et al. (2010). Kilic, et al.

(2010) menjelaskan bahwa semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan

suatu bank memiliki kecenderungan untuk mempunyai tingkat cadangan PPAP

yang lebih tinggi.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pe’rez, et al., (2008), dan Zoubi, dan Al-Khazali (2007). Tetapi, hasil penelitian

ini berbeda dengan hasil penelitian Boulila, et al. (2010) yang menyatakan bahwa

EBTP bukan merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam menentukan

jumlah PPAP. Salah satu penjelasan yang mungkin mengenai penyebab terjadinya

Page 24: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

24

perbedaan ini adalah adanya peraturan yang diterapkan di Indonesia yang

membiarkan adanya kebijakan yang berbeda dalam pengelolaan laba bank.

Namun demikian, jika ditinjau lebih jauh, peraturan ini meningkatkan

kecenderungan praktik manipulasi yang dapat dilakukan bank, terutama karena

pengukuran risiko ditentukan oleh pihak internal bank syariah.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji menggunakan indeks Eckel, dapat disimpulkan

bahwa bank syariah terbukti melakukan praktik perataan laba. Indeks

Eckel berhasil mengidentifikasi adanya 6 dari 9 bank umum syariah di

Indonesia sebagai pelaku perataan laba.

2. Berdasarkan hasil analisis regresi dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan yaitu ketiga hipotesis

yang dikembangkan dalam model penelitian semuanya diterima.

a. Jumlah pembiayaan (TF) berpengaruh positif terhadap variabel

perataan laba.

b. Risiko pembiayaan (NPF) positif terhadap variabel perataan laba.

c. Profitabilitas (earning before taxes and provisions) berpengaruh

positif terhadap variabel perataan laba.

d. Kecukupan modal (CAR) yang merupakan variabel kontrol tidak

berpengaruh terhadap variabel perataan laba

e. Ukuran perusahaan (Size) yang merupakan variabel kontrol memiliki

pengaruh positif terhadap variabel perataan laba.

f. Umur perusahaan (Age) yang merupakan variabel kontrol tidak

berpengaruh terhadap variabel perataan laba.

Keterbatasan

Page 25: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

25

1. Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tiga tahun (2009-2011)

sehingga kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena

yang sesungguhnya.

2. Indeks Eckel sangat rentan dengan perubahan n-1 sebagai penentu

koefisien variasi. Eckel (1981) dalam Kustono (2010), tidak memberikan

batasan apapun mengenai berapa periode instrumen yang dikembangkan

sehingga hasilnya bisa dinilai optimal. Ketiadaan batasan ini memberikan

keleluasaan peneliti untuk menentukan periode yang dipergunakan.

Keleluasaan tersebut kemudian menimbulkan konsekuensi hasil dan

simpulan studi yang tidak reliabel.

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum menggunakan

komponen current accruals dan noncurrent accruals yang selama ini

menjadi salah satu cara untuk mendeteksi adanya manajemen laba yang

sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan

dengan akrual, misalnya nilai akrual diskresioner.

Saran

1. Menggunakan sampel periode keuangan triwulanan yang lebih banyak lagi

untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.

2. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambah variabel yang memiliki

pengaruh terhadap aktivitas manajemen laba pada bank syariah, misalnya

komponen current accruals juga noncurrent accruals sehingga dapat

menjadi indikator terbaik untuk variabel dependen manajemen laba.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan indikator perataan laba

yang dianggap lebih reliabel dari indeks Eckel yang selama ini digunakan.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan lebih banyak lagi

aktivitas tentang manipulasi dan menggunakannya dalam model penelitian

berikutnya.

Page 26: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

26

Daftar Pustaka

Ahmed, A.S., Takeda, C. and Thomas, S. (1999), Bank Loan Loss Provisions: A Reexamination of Capital Management, Earnings Management and Signaling Effects, Journal of Accounting and Economics, Vol. 28 No. 1, pp. 1-25.

Assih, Prihat dan Gudono (2000), “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No. 3, h 17-34

Baraba, Ahmad (2010), Perkembangan Ekonomi Islam, Dalam http://www.zonaekois.com. Diunduh pada hari Rabu, 1 November 2011, pukul 10.10.

Boulila, Taktak, Neila, Sarra Ben Slama Zouari, Abdelkader Boudriga (2010), Do Islamic Banks Use Loan Loss Provisions to Smooth Their Result?, Journal of Islamic Accounting and Business Research Vol. 1 No. 2, 2010

Dunil, Z (2005), Bank Auditing Risk-Based Audit Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank Umum, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Ghozali, Imam (2006), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hendriksen, Eldon S dan Van Breda, Michael F. (2002). Teori Akunting. Buku 2. Jakarta: Interaksara

Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, (2007), An Introduction to Islamic Finance Theory and Practice, Singapore : Wiley

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta: Salemba Empat.

Kilic, Emre, Gerald J. Lobo, Tharindra Ranasinghe, K. Sivaramakrishnan (2010), The Impact of SFAS 133 on Income Smoothing by Banks through Loan Loss Provisions, http://spears.okstate.edu/accounting/files/Lobo_paper.pdf, diakses pada 20 Februari 2012

Kustono, Alwan Sri (2010), Indeks Eckel Sebagai Pengidentifikasi Perataan Penghasilan yang Tidak Reliabel, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2, h. 124-141

Lobo, G. and Yang (2001), “Bank Managers’ Heterogeneous decisions on Discretionary Loan Losses Provisions”. Review of Quantitative Finance and Accounting. Vol. 16. No. 3. pp. 223-250.

Page 27: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

27

Masodah, 2007, Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktoryang Mempengaruhinya, Jurnal Proceeding Pesat. Vol. 2, h. 16-22

Mawardi, Wisnu (2005), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Assets Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Dan Strategi. Vol.14. No.1. Juli 2005.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah

Pe´rez, D., Salas, V. and Saurina, J. (2006), Earnings and Capital Management In Alternative Loan Loss Provision Regulatory Regimes, Banco De Espana, No. 0614

Pudyastuti, (2009), Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro Semarang.

Sulistyanto, Sri (2008), Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, Jakarta : PT Grasindo

Sulistyawan, Dedhy, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia (2011), Creative Accounting, Jakarta : Salemba Empat.

Tobing, Winson R.L. dan Nur Ika Anggorowati (2009), Perataan Laba Melalui Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Sektor Perbankan, Jurnal Akuntabilitas Vol. 9, No. 1, September 2009, h 50-62

Ujiyanto, Muhammad Arif dan Pramuka, Bambang Agus, (2007), Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi X: Unhas Makasar, 26-28 Juli 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Yaya, Rizal, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurrahim (2009), Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba empat.

Zahara dan Sylvia Veronica Siregar (2009), Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 12, No. 2, Mei 2009.

Zoubi, T.A. and Al-Khazali, O. (2007), Empirical Testing of The Loss Provisions of Banks In The GCC Region, Managerial Finance, Vol. 33 No. 7, pp. 500-11.

Page 28: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

1

LAMPIRAN

Hasil Output SPSS

Deskriptif Statistik:

N Minimum Maximum Mean Median Std. Deviation

ln_PPAP 76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96 ln_TL 76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79 NPF 76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02 ln_EBTP 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75 CAR 76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18 SIZE 76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63 AGE 76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41

Correlation

Correlations PPAP TL EBTP NPF CAR SIZE AGE Pearson Correlation PPAP 1,000 ,732 ,791 ,630 -,655 ,892 ,652

TL ,732 1,000 ,614 ,455 -,658 ,744 ,532 NPF ,630 ,455 ,550 1,000 -,562 ,635 ,512 EBTP ,791 ,614 1,000 ,550 -,542 ,820 ,613 CAR -,655 -,658 -,542 -,562 1,000 -,736 -,420 SIZE ,892 ,744 ,820 ,635 -,736 1,000 ,749 AGE ,652 ,532 ,613 ,512 -,420 ,749 1,000

Sig. (1-tailed) PPAP . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 TL ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 NPF ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 EBTP ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 CAR ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 SIZE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 AGE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 .

N

PPAP 76 76 76 76 76 76 76 TL 76 76 76 76 76 76 76 NPF 76 76 76 76 76 76 76 NPF 76 76 76 76 76 76 76 CAR 76 76 76 76 76 76 76 SIZE 76 76 76 76 76 76 76 AGE 76 76 76 76 76 76 76

Page 29: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -12,273 4,351 -2,821 ,006

TL ,188 ,086 ,171 2,185 ,032 ,415 2,408 NPF ,114 ,066 ,118 1,743 ,086 ,556 1,799 EBTP ,177 ,101 ,158 1,752 ,084 ,313 3,195 CAR ,003 ,004 ,063 ,745 ,459 ,360 2,775 SIZE 2,008 ,445 ,647 4,510 ,000 ,123 8,099 AGE -,001 ,002 -,054 -,674 ,502 ,392 2,549

a. Dependent Variable: PPAP

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PPAP

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 ,908a ,825 ,809 ,85603 2,094 a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE b. Dependent Variable: PPAP

ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 237,871 6 39,645 54,102 ,000a

Residual 50,562 69 ,733 Total 288,433 75

a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE b. Dependent Variable: PPAP

Page 30: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 76 Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,82107479 Most Extreme

Differences Absolute ,058 Positive ,054 Negative -,058

Kolmogorov-Smirnov Z ,506 Asymp. Sig. (2-tailed) ,960 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Coefficient Correlations – Uji Glejsera Model AGE CAR NPF EBTP TL SIZE 1 Correlations AGE 1,000 -,316 -,140 ,070 -,033 -,537

CAR -,316 1,000 ,241 -,197 ,259 ,487 NPF -,140 ,241 1,000 -,109 ,091 -,117 EBTP ,070 -,197 -,109 1,000 -,063 -,572 TL -,033 ,259 ,091 -,063 1,000 -,275 SIZE -,537 ,487 -,117 -,572 -,275 1,000

Covariances AGE 1,395E-6 -8,022E-7 -6,129E-6 4,731E-6 -1,902E-6 ,000 CAR -8,022E-7 4,630E-6 1,922E-5 -2,417E-5 2,711E-5 ,000 NPF -6,129E-6 1,922E-5 ,001 ,000 ,000 -,001 EBTP 4,731E-6 -2,417E-5 ,000 ,003 ,000 -,008 TL -1,902E-6 2,711E-5 ,000 ,000 ,002 -,003 SIZE ,000 ,000 -,001 -,008 -,003 ,063

a. Dependent Variable: abs_res

Collinearity Diagnosticsa

Dimension Eigenvalue Condition Index 1 1 5,686 1,000

2 ,911 2,498 3 ,278 4,524 4 ,122 6,827 5 ,002 56,034 6 ,001 69,725 7 ,000 167,710

Dependent Variable: PPAP

Page 31: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

4

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Variance Proportions (Constant) TL EBTP NPF CAR SIZE AGE

1 1 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 2 ,00 ,00 ,00 ,02 ,14 ,00 ,06 3 ,00 ,00 ,00 ,04 ,16 ,00 ,47 4 ,00 ,00 ,00 ,89 ,20 ,00 ,02 5 ,01 ,40 ,54 ,03 ,01 ,00 ,02 6 ,17 ,57 ,19 ,00 ,16 ,03 ,07 7 ,82 ,02 ,26 ,01 ,33 ,97 ,35

a. Dependent Variable: PPAP

Residuals Statisticsa Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 19,0051 25,3270 22,4638 1,78090 76 Std. Predicted Value -1,942 1,608 ,000 1,000 76 Standard Error of Predicted

Value ,151 ,511 ,250 ,071 76

Adjusted Predicted Value 18,9193 25,4402 22,4594 1,78448 76 Residual -1,89738 1,81878 ,00000 ,82107 76 Std. Residual -2,216 2,125 ,000 ,959 76 Stud. Residual -2,283 2,211 ,002 1,007 76 Deleted Residual -2,02080 1,96949 ,00437 ,90596 76 Stud. Deleted Residual -2,357 2,277 ,000 1,019 76 Mahal. Distance 1,356 25,777 5,921 4,440 76 Cook's Distance ,000 ,163 ,015 ,023 76 Centered Leverage Value ,018 ,344 ,079 ,059 76 a. Dependent Variable: PPAP

Hasil Uji Glejser:

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 ,247a ,061 -,021 ,48304 2,239 a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE

b. Dependent Variable: abs_res

Page 32: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

5

Coefficients – Hasil Uji Glejsera

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 3,144 2,455 1,281 ,205

TL ,034 ,049 ,127 ,703 ,485 ,415 2,408 EBTP ,014 ,057 ,051 ,244 ,808 ,313 3,195 NPF ,002 ,037 ,010 ,067 ,947 ,556 1,799 CAR ,000 ,002 -,028 -,143 ,887 ,360 2,775 SIZE -,294 ,251 -,388 -1,170 ,246 ,123 8,099 AGE -1,896E-5 ,001 -,003 -,016 ,987 ,392 2,549

a. Dependent Variable: abs_res

Page 33: 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

6