analisis hubungan-perataan-laba

43
Analisis Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Syahril Djaddang ABSTRACT The purposes of this thesis are to analyze the relativity between income smoothing (net earnings, leverage, total asset, and discretionary accrual) and earning future expectation (expected earning) for manufactured companies in Indonesia, and also to prove whether income smoothing influences earning future expectation. This research use 36 manufactured companies data, listed in The Jakarta Stock Exchange, that been chosen by the purposive sampling method. Modified Jones model is use in this thesis as an income smoothing assumption. The data analysis method that been used are One Sample Kolmogorov-Smirnov, Multicollinearity Test, Durbin-Watson Test, Scatterplot, Pearson Correlation, Multiple Regression, F Test, and T-Test. Based on the test done, it is shown that the net earnings, leverage, and total asset variables are significantly positive related to expected earning variable (earning future expectation), while discretionary accrual variable is not significantly positive related to expected earning variable. The relations between net earnings, leverage, and total asset to expected earning are weak positive correlation. Another result of the test done is that all independent variables (income smoothing), together, are significantly influencing their dependent variable, earning future expectation (expected earning). Keywords: income smoothing, expected earning, Jones model i

Upload: masnaul-fuadati

Post on 20-Jun-2015

4.614 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis hubungan-perataan-laba

Analisis Hubungan Perataan Laba (IncomeSmoothing) dengan Ekspektasi Laba Masa DepanPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta.

Syahril Djaddang

ABSTRACT

The purposes of this thesis are to analyze the relativity between incomesmoothing (net earnings, leverage, total asset, and discretionary accrual) and earningfuture expectation (expected earning) for manufactured companies in Indonesia, andalso to prove whether income smoothing influences earning future expectation. Thisresearch use 36 manufactured companies data, listed in The Jakarta Stock Exchange,that been chosen by the purposive sampling method. Modified Jones model is use inthis thesis as an income smoothing assumption. The data analysis method that beenused are One Sample Kolmogorov-Smirnov, Multicollinearity Test, Durbin-WatsonTest, Scatterplot, Pearson Correlation, Multiple Regression, F Test, and T-Test. Based on the test done, it is shown that the net earnings, leverage, and total assetvariables are significantly positive related to expected earning variable (earningfuture expectation), while discretionary accrual variable is not significantly positiverelated to expected earning variable. The relations between net earnings, leverage,and total asset to expected earning are weak positive correlation. Another result ofthe test done is that all independent variables (income smoothing), together, aresignificantly influencing their dependent variable, earning future expectation(expected earning).

Keywords: income smoothing, expected earning, Jones model

i

Page 2: Analisis hubungan-perataan-laba

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pihak manajemen perusahaan sangat menyadari peranan informasi laba dalam

income statement. Oleh karena itu, pihak manajemen cenderung memberikan

kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang

biasanya bersifat jangka pendek (Kusuma & Sari, 2003). Pilihan kebijakan akuntansi

yang dilakukan manajemen untuk tujuan spesifik itulah yang disebut dengan

manajemen laba (Scott, 2000). Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang

timbul antara pihak manajemen dengan pihak lain yang berkepentingan dengan

perusahaan (stakeholder) (Sugiarto, 2003). Berbagai penelitian lainnya untuk

membuktikan bahwa manajemen laba dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik dan

bersifat jangka pendek, juga telah dilakukan oleh Rahman dan Bakar (2002);

Burgsahler dan Dichev (1997); Dechow, et. al (1995); serta Perry dan William

(1994). Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2000) mengatakan bahwa

fenomena manajemen laba tidak selamanya terbukti, walaupun secara teoritis

memungkinkan atau ada peluang bagi manajemen untuk me-manage laba yang

dilaporkan.

Para manajer melakukan tindakan ini karena biasanya laba yang stabil dan tidak

banyak fluktuasi dari satu periode ke periode yang lain, dinilai sebagai prestasi yang

baik. Akuntansi konvensional membatasi manajer untuk membuat “discretionary

accounting” untuk meratakan laba yang dilaporkan (reported earnings). Tetapi tidak

semua negara melarang dilakukannya perataan laba. Misalnya Swedia, yang

membenarkan tindakan ini, sepanjang dilakukan dengan transparan. (Harahap, 2005).

Di Indonesia, beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan

memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Ilmainir (1993) menemukan bukti bahwa

perataan laba didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual dan laba

normal dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen.

Zuhroh (1996) menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan

laba adalah leverage operasi. Naim dan Hartono (1996) menemukan manajer yang

2

Page 3: Analisis hubungan-perataan-laba

menghadapi investigasi pelanggaran undang-undang antitrust akan menurunkan laba

untuk menghindari pinalti pelanggaran antitrust. Wimbari (1998) mendapatkan hasil

bahwa perataan laba disebabkan oleh faktor profitabilitas dan jenis industri. Jin

(1998) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap praktek perataan laba

adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, sektor industri dan leverage-nya.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini, adalah:

1. Apakah praktik perataan laba dan ekspektasi kinerja masa depan mempunyai

hubungan yang positif (kuat)?

2. Apakah praktik perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap

ekspektasi kinerja masa depan perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis, ialah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara perataan laba dan

ekspektasi kinerja di masa depan.

2. Untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh perataan laba (variabel bebas)

terhadap kinerja masa depan perusahaan (variabel terikat).

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Laporan Keuangan

Menurut Pedoman Etika Akuntan IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian

data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan

untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban

suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban

selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan

3

Page 4: Analisis hubungan-perataan-laba

Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement digolongkan sebagai

berikut (Harahap, 2001: 42) :

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi

keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara

wajar dan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting

Principle).

2. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber

ekonomi, dan kewajiban perusahaan.

b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan

bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.

c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir

potensi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan

harta dan kewajiban.

e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para

pemakai laporan.

3. Tujuan Kualitatif

Tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah sebagai

berikut:

a. Relevan.

b. Dapat dimengerti

c. Dapat dicek kebenarannya

d. Netral

e. Tepat waktu & Dapat diperbandingkan

f. Lengkap

2.3. Jenis Laporan Keuangan

4

Page 5: Analisis hubungan-perataan-laba

Sedangkan dalam definisi laporan keuangan menurut peraturan

Bapepam Nomor : VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan

dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari:

1. Neraca

2. Laporan Rugi Laba

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

2. Earning Management (Manajemen Laba)

Earning management adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam

mengelola laporan keuangan supaya laporan keuangan tampak terlihat memiliki

kualitas (quality of financial reporting) (Suhendah, 2005). Laporan keuangan yang

paling sering dimanipulasi oleh perusahaan adalah laporan rugi laba.

Menurut Jumingan (2003) seperti yang dikutip oleh Suhendah (2005), earning

management merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi

keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Yang termasuk

dalam kategori earning management ialah:

1. Discretionary accrual

2. Income smoothing

3. Manipulasi alokasi pendapatan/biaya.

4. Perubahan metode akuntansi dan struktur modal.

Earning management (manajemen laba) memiliki cakupan yang lebih luas daripada

income smoothing (perataan laba), karena manajemen percaya bahwa reaksi pasar

didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi sehingga perilaku laba

merupakan aspek penentuan resiko pasar entitas usaha.

Suhendah (2005) mengutip Ayres (1994) yang menyatakan bahwa ada 3 faktor

yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik manajemen laba oleh manajer demi

menunjukkan prestasinya, yaitu:

1. Manajemen akrual (accruals management).

5

Page 6: Analisis hubungan-perataan-laba

2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib (adoption of mandatory

accounting changes).

3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes).

Gambar 1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba

Faktor-faktor yang mempengaruhi:a. Manajemen akrualb. Penerapan suatu kebijaksanaan Praktik

akuntansi yang wajib Manajemen Labac. Perubahan metode akuntansi

secara sukarela

Sumber : Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, Earning Management

3. Income Smoothing (Perataan Laba)

3.1. Definisi Perataan Laba

Pengertian awal mengenai income smoothing ialah moderates year-to-

year fluctuations in income by shifting earnings from peak years to less

successful periods (Riahi-Belkaoui, 2004). Sedangkan pengertian yang lebih

modern adalah the process of manipulating the time profile of earnings or

earning reports to make the reported income less variable, while not

increasing reported earnings over the long run (Riahi-Belkaoui, 2004).

Income smoothing (perataan laba) adalah a form of earnings

management in which revenues and expenses are shifted between periods to

reduce fluctuations in earnings (Arens, et. al, 2005: 310). Selain itu, menurut

Harahap (2005) perataan laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen

untuk menstabilkan laba.

Definisi lainnya tentang perataan laba menurut Beidleman adalah (Riahi-

Belkaoui, 2004):

6

Page 7: Analisis hubungan-perataan-laba

“The intentional dampening or fluctuations about some level of earnings

that is currently considered to be normal for a firm., atau an attempt on

the part of the firm’s management to reduce abnormal variations in

earnings to extent allowed under sound accounting and management

principles.”

3.2. Jenis Perataan Laba

Ada dua jenis perataan laba, yaitu (Riahi-Belkaoui, 2004) :

1. Intentional atau designed smoothing

Intentional atau designed smoothing ialah keputusan atau pilihan yang

dibuat untuk mengatur fluktuasi earnings pada level yang diinginkan.

2. Natural smoothing

Natural smoothing adalah income generating process yang natural, bukan

hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen.

3.3. Faktor Pendorong Perataan Laba

Tidak semua negara melarang dilakukannya perataan laba (Harahap,

2005). Seperti Swedia misalnya, di negara ini perataan laba diperbolehkan,

asalkan perataan laba ini dilakukan dengan transparan.

Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba

adalah (Sugiarto, 2003):

1. Kompensasi bonus

Pada penelitiannya, Healy menemukan bukti bahwa manajer yang tidak

dapat memenuhi target laba yang ditentukan akan memanipulasi laba agar

dapat mentransfer laba masa kini menjadi laba masa depan. Selain itu,

menurut Harahap (2005), pentingnya laporan keuangan mengundang

manajemen untuk meratakan laba demi mendapatkan bonus yang tinggi.

2. Kontrak utang

Defond dan Jimbalvo (1994) dengan menggunakan model Jones,

mengevaluasi tingkat akrual perusahaan yang tidak dapat memenuhi

target laba. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang melanggar

7

Page 8: Analisis hubungan-perataan-laba

perjanjian utang telah merekayasa labanya, satu periode sebelum

perjanjian utang itu dibuat.

3. Faktor politik

Jones (1991) meneliti perusahaan yang sedang diinvestigasi oleh

International Trade Commision (ITC). Ia menemukan bukti bahwa

produsen domestik cenderung menurunkan laba dengan teknik

discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor.

Naim dan Hartono (1996) meneliti perusahaan yang diduga melakukan

monopoli dan menemukan bahwa manajer perusahaan melakukan

perataan laba untuk menghindari UU Anti-Trust.

4. Pengurangan pajak

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak

yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Arens, Elder, Beasley, 2005).

5. Perubahan CEO

Pourciao (1993) menemukan bukti bahwa perekayasaan laba dilakukan

dengan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun

sebelum penggantian eksekutif tak rutin.

6. Penawaran saham perdana

Clarkson et al (1992) menyatakan ada reaksi positif dari pengumuman

earnings forecast yang ada di prospektus dengan tingkat penjualan

saham, karena publik hanya melihat laporan keuangan yang dilaporkan

pada regulator. Banyak perusahaan yang melakukan perataan laba demi

mendapatkan dan mempertahankan investor (Jones, 2005).

Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan perataan

laba menurut buku Accounting Theory (Riahi-Belkaoui, 2004: 451), ialah:

1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan-pilihan yang

tersedia untuk manajemen.

2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait langsung dengan kinerja

perusahaan.

3. Ancaman pergantian manajemen.

8

Page 9: Analisis hubungan-perataan-laba

3.4. Teknik Perataan Laba

Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba, diantaranya ialah

(Sugiarto, 2003) :

1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi.

Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi

melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran

biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang

menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat

menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan

terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer

mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban

untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka

manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta

amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.

3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk

mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda.

Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka

manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau

pendapatan non-operasi.

Keleluasaan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat

terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan

laba. Bahkan disinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan

menggunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan

akuntansi (Koeh, 1981). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian tentang

perataan laba ini dilakukan dengan mengambil perubahan kebijakan

akuntansi sebagai objek dihubungkan dengan antisipasi laba masa depan

untuk menghindari pemecatan.

4. Expected Earnings

9

Page 10: Analisis hubungan-perataan-laba

Expected earnings ialah perkiraan dan ekspektasi laba yang ingin dicapai

perusahaan di masa mendatang (Sugiarto, 2003). Expected earning diambil dari

lembaran prospektus yang biasanya dikeluarkan perusahaan ketika ingin terdaftar di

Bursa Efek Jakarta, selain itu juga terdapat di laporan keuangan tahunan perusahaan.

Tujuan laporan keuangan menurut SFAC No 1. Sesuai dengan UU no. 8 tahun 1995

BAB IX pasal 78 dan 79 dan dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan BAPEPAM

NO. IX C.2, mengumumkan earnings projection dipandang perlu agar menjadi

sinyal positif bagi investor tentang keterbukaan informasi perusahaan (Sugiarto,

2003).

Expected earnings yang tercantum di prospektus merupakan tantangan bagi

manajer untuk mencapainya, karena jika manajer tidak bisa mencapainya atau

kinerjanya atau kinerjanya di bawah rata-rata industri maka kemungkinan tindakan

pemecatan akan semakin besar (Blackwell, 1994).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menganalisa perataan laba dan hubungannya dengan

laba masa depan perusahaan, dilakukan oleh Sopa Sugiarto (2003). Penelitian ini

mengambil indikator perataan laba (variabel bebas) berupa net earnings (sebelum

pos luar biasa), leverage, total asset, total accrual, dan discretionary accrual.

Variabel terikatnya adalah expected earning. Sampel yang digunakan adalah 41

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang dipilih dengan

metode purposive sampling.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan (1) Tidak terdapat hubungan antara

peningkatan discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang buruk dan

ekspektasi kinerja masa depan yang bagus; (2) Terdapat hubungan antara penurunan

discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja

masa depan yang buruk.

10

Page 11: Analisis hubungan-perataan-laba

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2Hubungan dan Pengaruh antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Variabel Bebas Variabel TerikatX Y

X1

Net Earnings

X2

LeverageY

Expected EarningX3

Total Asset

X4

Discretionary Accrual

X5

Perataan Laba

Sumber : Data diolah penulis, 2006

D. Pengembangan Hipotesis

Sugiarto (2003) mengutip penelitian Fudenberg dan Tirole (1995) yang

mengembangkan model teori yang mendorong manajer memperkirakan laba masa

depan dengan berdasarkan pada pemakaian discretionary accounting.

2. Hipotesis

Maka hipotesis penelitian yang dapat disimpulkan dari ketiga asumsi di atas

adalah:

11

Page 12: Analisis hubungan-perataan-laba

H1 :Tingkat net earnings mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja

masa depan perusahaan.

H2 :Tingkat leverage mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa

depan perusahaan.

H3 : Tingkat total asset mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja

masa depan perusahaan.

H4 :Tingkat discretionary accrual mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi

kinerja masa depan perusahaan.

H5 :Perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap ekspektasi kinerja masa

depan perusahaan.

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang bersifat korelatif, yaitu

mencari hubungan antara perataan laba (discretionary accruals) dengan kinerja masa

kini dan ekspektasi kinerja masa depan.

B. Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel

Variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas (tidak terikat)

dan variabel terikat.

1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari

variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya

ialah perataan laba (income smoothing) yang faktornya terdiri dari:

1. Net Earnings

2. Leverage (LEV)

12

Page 13: Analisis hubungan-perataan-laba

3. Total Aset (ASSET)

4. Discretionary Accrual (DA)

1.2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh perilaku

variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian ini, variabel terikat

yang digunakan, ialah expected earnings.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Net Earnings (X1)

Net earnings ialah laba bersih yang bisa dilihat di dalam income statement.

Dalam penelitian ini net earnings yang digunakan adalah net earnings before

extraordinary item.

2. Leverage (X2)

Leverage adalah bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

keseluruhan utang. Leverage ini dapat dihitung dengan rumus:

LEV = Total Utang / Total Equity

3. Total Asset (X3)

Total asset adalah seluruh harta perusahaan yang digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan, yaitu dari current asset sampai dengan fixed asset dan

juga tangible asset. Data total asset ini dapat dilihat di dalam balance sheet

perusahaan.

4. Discretionary Accrual (X4)

Discretionary accrual adalah komponen accrual yang berada dalam kebijakan

manajemen, artinya manajemen memberikan intervensinya dalam proses

pelaporan keuangan. Perhitungan untuk mendapatkan discretionary accrual,

ialah:

13

Page 14: Analisis hubungan-perataan-laba

[ ] ( )[ ] [ ] ititititititititit eAPPEbAARREVbAaATA ++∆−∆+= −−−− 1211111 1

Keterangan:

itTA = total accrual

1−itA = total asset

itREV = total revenue

itAR = piutang

itit ARREV ∆−∆ = perubahan revenue dengan basis kas

itPPE = jumlah kotor nilai bangunan dan peralatan

ite = tingkat kesalahan

Setelah konstantanya didapat, dimasukkan ke dalam rumus:

[ ] ( )[ ] [ ]121111 1 −−− +∆−∆+= ititititititit TAPPEbTARECREVbTAaNDAC

Kemudian dicari discretionary accrual (DA)-nya dengan rumus:

ititit NDACTACDAC −=

5. Expected Earnings (Y)

Expected earning adalah ekspektasi laba yang ingin dicapai perusahaan di masa

depan. Expected earning ini dianggap dapat menggambarkan kinerja suatu

perusahaan. Expected earning dapat dihitung dengan rumus:

( )gEE += 101

Keterangan:

1E = expected earning

0E = current earning

g = growth

D. Teknik Pengumpulan Data

14

Page 15: Analisis hubungan-perataan-laba

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dalam pengumpulan datanya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan

keuangan tahunan dan prospektus yang didapat dari Bursa Efek Jakarta (BEJ).

E. Metode Pemilihan Sample

Pemilihan sample dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu

pemilihan sample dengan berbagai kriteria. Kriteria yang digunakan dalam penelitian

adalah:

1. Perusahaan yang telah go public sebelum 31 Desember 2005.

2. Emiten yang telah menyertakan laporan keuangan audit per 31 Desember

2002–2005.

3. Perusahaan yang transaksi sahamnya masih aktif diperdagangkan selama

tahun 2002–2005.

4. Perusahaan yang tahun bukunya 31 Desember untuk tahun 2002–2005.

5. Perusahaan dengan data ekstrem yang berhubungan dengan discretionary

accrual, arus kas dan non-discretionary accrual akan dikeluarkan dari

sample.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut: Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses data penelitian dalam bentuk tabulasi

sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan.

2. Uji Normalitas

15

Page 16: Analisis hubungan-perataan-laba

Dalam penelitian ini, uji normalitas data menggunakan Kolmogrov-Smirnov test.

Tujuan pengujian tersebut adalah untuk menentukan apakah data-data dari masing-

masing variabel terdistribusi normal atau tidak.

Perumusan hipotesa untuk uji normalitas, yaitu :

1. H0 : data normal

2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas :

1. Signifikansi >0,05 (H0 diterima : data normal)

2. Signifikansi <0,05 (H0 ditolak : artinya data tidak normal)

3. Uji Asumsi Klasik

Analisa mengenai hubungan dan pengaruh perataan laba dengan ekspektasi

kinerja masa depan perusahaan (expected earning) dapat dilakukan bila data yang

diteliti memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan, yaitu:

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan yang berarti antara masing-masing variabel independen dalam

model regresi. Metode untuk menguji adanya multikolinieritas dilihat pada

tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari tolerance

value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika Variance Inflation Factor

(VIF) diatas 10 dan tolerance value dibawah 0,10 (Hair et, al, 1998).

Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah :

1. Ho : tidak ada multikolinearitas

2. Ha : terjadi multikolinearitas

Pengambilan keputusan :

1. Jika VIF > 0,10 (Ho ditolak: terjadi multikolinearitas)

2. Jika VIF < 0,10 (Ho diterima: tidak ada multikolinearitas)

3.2. Uji Autokorelasi

16

Page 17: Analisis hubungan-perataan-laba

Uji autokorelasi digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi antara

error dengan error periode sebelumnya. Pada asumsi klasik, hal ini tidak

boleh terjadi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Durbin–Watson (DW). Jika nilai Durbin–Watson

terletak diantara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak terjadi pelanggaran

autokorelasi. Data yang baik adalah data yang memiliki hasil uji tidak

terdapat autokorelasi. Sebenarnya penelitian ini tidak memerlukan uji

autokorelasi, karena data yang digunakan adalah data pooling.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi (DW) sebagai berikut :

1. Jika 0 < DW < dL, maka terdapat positif autokorelasi

2. Jika dL ≤ DW ≤ dU, maka tidak ada keputusan

3. Jika dU < DW < 4-dU, maka tidak terdapat autokorelasi

4. Jika 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL, maka tidak ada keputusan

5. Jika 4-dL < DW <4, maka terdapat negatif autokorelasi

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model

regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat

heteroskedastisitas (varians dari setiap error bersifat heterogen). Model

regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (bersifat homogen). Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan uji dengan scatterplot.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasi

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan

dan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Semakin

tinggi nilai korelasi, semakin tinggi derajat keeratan hubungan kedua variabel

tersebut. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1.

Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif

17

Page 18: Analisis hubungan-perataan-laba

menunjukkan hubungan searah. Jika 1 variabel naik, variabel yang lain naik.

Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan. Jika 1 variabel naik,

variabel yang lain akan turun.

Dalam penelitian ini, analisis korelasional yang digunakan adalah

analisis korelasi Pearson. Metode tersebut digunakan karena data yang

diteliti adalah data dengan skala rasio.

Perhitungan koefisien korelasi adalah menggunakan formula:

( ) ( )22222 YYnYXXn

YXXYnr

Σ−Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ=

Keterangan :

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

n = banyaknya sampel

4.2. Uji Regresi Berganda

Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas, yaitu perataan laba,

terhadap variabel terikat, yaitu ekspektasi kinerja masa depan perusahaan

(expected earning), penulis menggunakan regresi berganda dengan model

sebagai berikut:

eXbXbXbXbaY +++++= 44332211

Dimana Y adalah variabel terikat, yaitu expected earning, dan X adalah

variabel bebas, yaitu net earnings, leverage, total asset, dan discretionary

accrual, yang diujikan dalam penelitian. Bila Y dan X diganti dengan nama

masing-masing variabel, maka rumus regresi bergandanya akan menjadi:

eDAbASSbLEVbNetEarnbaEarnExp +++++= 4321.

Keterangan:

18

Page 19: Analisis hubungan-perataan-laba

EarnExp. = expected earning perusahaan

a = konstanta

4321 ,,, bbbb = koefisien regresi

NetEarn = net earnings perusahaan

LEV = leverage perusahaan

ASS = total asset perusahaan

DA = discretionary accrual perusahaan

e = tingkat kesalahan (error)

Analisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di penelitian ini

menggunakan regresi berganda, karena baik variabel bebas maupun variabel

terikat, keduanya berskala rasio.

4.2.1. Uji F (Uji Serentak)

Uji F atau Uji Serentak merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan seluruh variabel bebas, secara

bersama-sama, terhadap variabel terikatnya. Pengujian ini membandingkan

antara nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu,

dengan ketentuan bahwa interval kepercayaan sebesar 95% dan tingkat

signifikansi sebesar 5%.

Uji F menggunakan rumus (untuk perhitungan manual):

MSSdariRSS

MSSdariESSF =

Keterangan:

MSS = rata-rata jumlah kuadrat (mean sum of square)

ESS = jumlah kuadrat regresi (explain sum of square)

RSS = jumlah kuadrat sisa (residual sum of square)

19

Page 20: Analisis hubungan-perataan-laba

Perumusan hipotesa untuk Uji F adalah, sebagai berikut :

Ho : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan

discretionary accrual) secara bersama-sama tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).

Ha : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan

discretionary accrual) secara bersama-sama mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F adalah :

1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak : mempunyai pengaruh signifikan)

2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima : tidak mempunyai pengaruh) atau

1. Jika sig. F statistik < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)

2. Jika sig. F statistik > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

4.2.2. Uji T (Uji Individu)

Uji-t ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara

masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji-t membandingkan

nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval kepercayaan

sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Rumus yang digunakan dalam Uji-t (perhitungan secara manual), ialah:

( )ββ

Set 1=

Keterangan:

1β = koefisien regresi

Se = derajat kesalahan (standard error)

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

20

Page 21: Analisis hubungan-perataan-laba

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu:

1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)

2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan)

atau

1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)

2. Jika nilai Sig, > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi data yang disajikan adalah deskripsi data variabel penelitian. Variabel

penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Y), yaitu expected earning; dan 5

variabel bebas (X), yaitu net earnings (X1), leverage (X2), total asset (X3),

discretionary accrual (X4), dan perataan laba (X5). Jumlah perusahaan yang

digunakan sebagai sampel adalah 36 perusahaan, dengan periode laporan keuangan

tahun 2002 sampai dengan 2005, yang secara lengkap dapat dilihat di lampiran 1.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Tabel 1

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

108 38926037291 15669007629752 2130275595505 3291406897483.8

108 -792946330000 1468445000000 83440463042.97 328560969219.054

108 -22703196165120.0 26925814065823.3 950436190427.0 5937224225678.1

108 -7104389596998.69 1241805000000.05 -162999655213 889335989040.23

108 -18.54 53.28 2.4446 8.08879

108

Total Asset

Net Earnings

Expected Earning

DA

LEVERAGE

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber: Data diolah, 2006

21

Page 22: Analisis hubungan-perataan-laba

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan

sebagai sampel berjumlah 36 perusahaan, dengan 6 variabel penelitian (total asset,

net earnings, expected earning, discretionary accrual, dan leverage). Variabel total

asset memiliki nilai minimum (terendah) sebesar Rp 38.926.037.291,- dan nilai

maksimum (tertinggi) sebesar Rp 15.669.007.629.752,-. Nilai rata-ratanya (mean)

sebesar Rp 2.130.275.595.505,- dengan standar deviasi sebesar

Rp 3.291.406.897.483,8,-.

Variabel net earnings (sebelum pos luar biasa) memiliki nilai terendah sebesar

Rp (792.946.330.000),- serta nilai terendah sebesar Rp 1.468.445.000.000,-. Nilai

rata-rata dan standar deviasinya sebesar Rp 83.440.463.042,97,- dan

Rp 328.560.969.219,054,-.

Ekspektasi kinerja masa depan, yang dipresentasikan dengan variabel expected

earning, memiliki nilai terendah Rp (22.703.196.165.120,0),- dan nilai tertinggi

Rp 26.925.814.065.823,3,-. Nilai rata-ratanya adalah Rp 950.436.190.427,0,- dengan

nilai standar deviasi Rp 5.937.224.225.678,1,-.

Variabel discretionary accrual memiliki nilai terendah

Rp (7.104.389.596.998,69),- serta nilai tertinggi Rp 1.241.805.000.000,05,-. Nilai

rata-rata dan standar deviasinya adalah sebesar Rp (162.999.655.213) dan

Rp 889.335.989.040,23

Rasio pengukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel leverage,

memiliki nilai terendah sebesar -18,54 dan nilai tertinggi sebesar 53,28. Nilai rata-

ratanya adalah sebesar 2,4446; sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 8,08879.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian yang

digunakan, memiliki distribusi yang normal atau tidak. Analisis Kolmogorov–

Smirnov merupakan suatu pengujian untuk menguji keselarasan data, dimana suatu

sampel dikatakan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Perumusan hipotesa untuk uji normalitas ialah :

1. Ho : data normal

22

Page 23: Analisis hubungan-perataan-laba

2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusannya, yaitu :

1. Signifikansi > 0,05 (Ho diterima : data normal)

2. Signifikansi < 0,05 (Ho ditolak : data tidak normal)

Berikut ini adalah hasil pengolahan data statistik untuk uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 2

Tabel Uji Normalitas Kolmogorov–Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

108 108 108 108 1082.13E+12 8.344E+10 9.50E+11 -1.6E+11 2.4446

3.29E+12 3.286E+11 5.94E+12 ******* 8.08879.276 .275 .281 .314 .320

.276 .275 .268 .252 .320-.263 -.262 -.281 -.314 -.292

2.865 2.861 2.916 3.266 3.322.000 .000 .000 .000 .000

N

MeanStd. Deviation

Normal Parameters a ,b

AbsolutePositive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Total Asset Net EarningsExpectedEarning DA LEVERAGE

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Sumber : Data diolah, 2006

Tabel 3Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Variabel Sig Kesimpulan

Total Asset 0.000 Ho ditolak

Net Earnings 0.000 Ho ditolakExpected Earnings 0.000 Ho ditolakTotal Accrual 0.000 Ho ditolakDA 0.000 Ho ditolakLeverage 0.000 Ho ditolak

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel total asset, net earnings,

expected earning, total accrual, DA (discretionary accrual), dan leverage memiliki

23

Page 24: Analisis hubungan-perataan-laba

tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Maka seluruh variabel, baik bebas

maupun terikat, memiliki kesimpulan bahwa Ho ditolak, yang berarti data

berdistribusi tidak normal.

Gambar 3Grafik Distribusi Data

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Expected Earning

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Exp

ecte

d C

um P

rob

1.00

.75

.50

.25

0.00

Sumber : Data diolah, 2006

3. Uji Asumsi Klasik

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya

hubungan langsung (korelasi) antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi

jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai

tolerance lebih kecil dari 0,10 (Hair et, al, 1998).

Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas :

1. Ho : tidak ada multikolinearitas

2. Ha : ada multikolinearitas

Dasar pengambilan keputusan :

1. VIF > 10 (Ho ditolak : ada multikolinearitas)

24

Page 25: Analisis hubungan-perataan-laba

2. VIF < 10 (Ho diterima : tidak ada multikolinearitas)

Tabel 4

Tabel Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

.870 1.149

.937 1.067

.918 1.089

.993 1.008

Total Asset

Net Earnings

DA

LEVERAGE

Model1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Expected Earninga.

Sumber: Data diolah, 2006

Tabel 5Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Keputusan

Total Asset1.149 Tidak ada

multikolinearitas

Net Earnings1.067 Tidak ada

multikolinearitas

DA1.089 Tidak ada

multikolinearitas

Leverage1.008 Tidak ada

multikolinearitas

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh variabel bebas

memiliki VIF < 10. Oleh karena itu, Ho diterima, yang berarti tidak ada

multikolinearitas. Maka dapat dikatakan bahwa di antara sesama variabel

bebas tidak mempunyai hubungan langsung (tidak berkorelasi), sehingga

penelitian dapat dilanjutkan.

3.2. Uji Autokorelasi

25

Page 26: Analisis hubungan-perataan-laba

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error

periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi.

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin–Watson. Jika nilai

Durbin–Watson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4-dU maka

diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi :

Tabel 6

Keputusan Autokorelasi

Hipotesa Nol (Ho) Keputusan Kriteria

Tidak ada Positif Autokorelasi Ho ditolak 0 < DW < dL

Tidak ada Positif Autokorelasi Tidak ada keputusan dL ≤ DW ≤ dU

Tidak ada Autokorelasi Ho diterima dU < DW < 4-dU

Tidak ada Negatif Autokorelasi Tidak ada keputusan 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL

Tidak ada Negatif Autokorelasi Ho ditolak 4-dL < DW < 4

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil pengujian autokorelasi :

Tabel 7Tabel Hasil Durbin–Watson

Model Summaryb

2.154aModel1

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LEVERAGE,Total Asset, Net Earnings, DA

a.

Dependent Variable: Expected Earningb.

Sumber: Data diolah, 2006

Gambar 4Hasil Uji Autokorelasi

26

Page 27: Analisis hubungan-perataan-laba

0 4-DL 44-DU2DL DU

PositipAutokorelasi

Daerah takada

keputusan Tak ada Autokorelasi

Daerah takada

keputusan

NegatipAutokorelasi

1.592 1.758 2.4082.2422.154

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Durbin–Watson untuk hipotesa

sebesar 2,154. Nilai Durbin–Watson tersebut berada pada daerah dU < DW <

4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran autokorelasi

(model bebas dari autokorelasi). Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa

model hipotesis diatas terbebas dari permasalahan autokorelasi, sehingga

penelitian dapat dilanjutkan.

Pada penelitian ini, sebenarnya, uji autokorelasi ini tidak diperlukan. Hal

ini disebabkan karena, data penelitian yang digunakan adalah data pooling.

Data pooling adalah data yang, misalnya, banyak perusahaan (lebih dari 1)

dengan pengamatan beberapa tahun (lebih dari 1).

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model

regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat heterogen.

Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (harus bersifat

homogen).

Heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 5

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

27

Page 28: Analisis hubungan-perataan-laba

Scatterplot

Dependent Variable: Expected Earning

Regression Standardized Predicted Value

43210-1-2

Reg

ress

ion

Stu

dent

ized

Res

idua

l

6

4

2

0

-2

-4

Sumber : Data diolah, 2006

Dari gambar grafik pada gambar 4, dapat dilihat bahwa sebaran titik

terjadi secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini berarti

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

3.4. Uji Fit Model (R²)

Hasil yang didapatkan dari uji normalitas adalah bahwa data berdistribusi

tidak normal. Oleh karena itulah, penulis melakukan uji fit model, untuk

melihat apakah model yang digunakan dalam regresi layak untuk dilanjutkan.

Tabel 8Tabel Fit Model

Model Summary

.496a .246 .217 5.255E+12Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), LEVERAGE, Total Asset, NetEarnings, DA

a.

Sumber : Data diolah, 2006

28

Page 29: Analisis hubungan-perataan-laba

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa model yang digunakan layak untuk

dilanjutkan. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi R²-

nya adalah sebesar 0,246. Artinya, bahwa variasi dari variabel perataan laba

(variabel bebas) mampu menjelaskan variasi dari variabel expected earning

(variabel terikat) sebesar 24,6%. Sisanya (75,4%) adalah variasi dari variabel

bebas lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model. Maka, model yang

digunakan layak dilanjutkan penelitiannya.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasional

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan

dan arah hubungan antara 2 variabel. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin

tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Nilai korelasi memiliki rentang

antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Tanda positif (+) dan negatif (-)

menunjukkan arah hubungan kedua variabel tersebut.

Gambar 6

Hubungan Korelasi

(-) kuat (-) lemah (+) lemah (+) kuat

-1 -0,5 0 0,5 1

Berikut adalah tabel hasil pengujian korelasi masing-masing variabel

bebas dengan variabel terikat:

Tabel 9

Tabel Korelasi

29

Page 30: Analisis hubungan-perataan-laba

Correlations

1.000 .283 .354 -.119 .298

.283 1.000 .247 -.278 .030

.354 .247 1.000 -.075 .051

-.119 -.278 -.075 1.000 .056

.298 .030 .051 .056 1.000

. .002 .000 .110 .001

.002 . .005 .002 .379

.000 .005 . .221 .299

.110 .002 .221 . .282

.001 .379 .299 .282 .

108 108 108 108 108

108 108 108 108 108

108 108 108 108 108

108 108 108 108 108

108 108 108 108 108

Expected Earning

Total Asset

Net Earnings

DA

LEVERAGE

Expected Earning

Total Asset

Net Earnings

DA

LEVERAGE

Expected Earning

Total Asset

Net Earnings

DA

LEVERAGE

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

ExpectedEarning Total Asset Net Earnings DA LEVERAGE

Sumber : Data diolah, 2006

4.1.1. Analisis Net Earnings

Hipotesis pertama menguji adanya hubungan positif signifikan antara net

earnings (variabel X1) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis :

Ho1 : Tidak adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi

kinerja masa depan (expected earning).

Ha1 : Adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi kinerja

masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :

1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)

2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif negatif (Ho diterima : ada

hubungan negatif)

3. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif positif (Ho ditolak : ada

hubungan positif)

30

Page 31: Analisis hubungan-perataan-laba

Hasil uji korelasi antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa

depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel tersebut

diketahui net earnings dengan expected earning mempunyai hubungan yang

signifikan (0,000 < 0,05), dengan angka korelasi sebesar 0,354.

Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak, yang

berarti terdapat hubungan positif antara net earnings dengan expected

earning (kinerja masa depan). Hubungannya dinamakan korelasi positif

lemah karena angka korelasinya (0,354) menunjukkan nilai positif (+) yang

mendekati 0,5.

4.1.2. Analisis Leverage

Hipotesis kedua menguji adanya hubungan positif antara leverage

(variabel X2) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesisnya, yaitu :

Ho2 : Tidak adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi

kinerja masa depan (expected earning).

Ha2 : Adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi kinerja

masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)

2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada

hubungan negatif)

3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (H o ditolak : ada

hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan

(expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Leverage dengan expected

earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,001 < 0,05), dan angka

korelasi positif 0,298.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa Ho2 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected

31

Page 32: Analisis hubungan-perataan-laba

earning) mempunyai hubungan signifikan yang positif. Hubungan tersebut

dinamakan korelasi positif lemah, karena angka korelasinya positif dan

mendekati 0,5 (angka korelasi : 0,298)

4.1.3. Analisis Total Asset

Penyusunan hipotesisnya yaitu:

Ho3 : Tidak adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi

kinerja masa depan (expected earning).

Ha3 :Adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi kinerja

masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)

2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada

hubungan negatif)

3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (H o ditolak : ada

hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan

(expected earning), dapat dilihat di dalam tabel 8 di atas. Total asset dengan

expected earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,002 < 0,05), serta

angka koefisien korelasinya positif 0,283.

Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa Ho3 ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel bebas, total asset, mempunyai hubungan

signifikan positif dengan variabel terikatnya, yaitu expected earning.

Hubungannya adalah korelasi positif lemah, karena angka korelasinya (0,283)

mendekati positif 0,5.

4.1.4. Analisis Discretionary Accrual

Hipotesis keempat menguji adanya hubungan positif antara discretionary

accrual (variabel X4) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu:

32

Page 33: Analisis hubungan-perataan-laba

Ho4 : Tidak adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan

ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Ha4 : Adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan

ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :

1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)

2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi negatif (Ho diterima : ada

hubungan negatif)

3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi positif (Ho ditolak : ada

hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja

masa depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8 di atas.

Discretionary accruals dengan expected earning mempunyai hubungan yang

tidak signifikan (0,110 > 0,05).

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho4 diterima. Hasil tersebut

berarti di antara variabel bebas, discretionary accrual, dengan variabel

terikatnya, expected earning, tidak terdapat hubungan yang signifikan.

4.2. Uji Regresi Berganda (Analisis H5)

Uji Regresi Berganda ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh

perataan laba (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual)

terhadap ekspektasi kinerja masa depan (expected earning). Pengujian

dilakukan dengan tingkat signikansi α 5%.

4.2.1. Uji F

Uji F merupakan pengujian yang dipakai untuk menganalisa pengaruh

seluruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikatnya.

Uji F ini membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat

keyakinan tertentu, untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat.

33

Page 34: Analisis hubungan-perataan-laba

Perumusan hipotesa :

Ho5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan

discretionary accrual), secara bersama-sama, tidak mempunyai

pengaruh signifikan dengan variabel terikat (expected earning).

Ha5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan

discretionary accrual), secara bersama-sama, mempunyai pengaruh

signifikan dengan variabel terikat (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak)

2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima) atau

1. Jika sig. F statistik < 0,05 (Ho ditolak : signifikan secara statistik)

2. Jika sig. F statistik > 0,05 (Ho ditolak : tidak signifikan secara statistik)

Tabel 10

Tabel Hasil Uji F

ANOVAb

9.27E+26 4 2.318E+26 8.394 .000a

2.84E+27 103 2.762E+25

3.77E+27 107

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LEVERAGE, Total Asset, Net Earnings, DAa.

Dependent Variable: Expected Earningb.

Sumber : Data diolah, 2006

Dari tabel anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai sig. F statistik

(0,000) < 0,05. Selain itu, nilai F hitungnya (8,394) > nilai F tabel (2,45). Jadi

dapat disimpulkan bahwa Ho5 ditolak, artinya seluruh variabel bebas (net

earnings, leverage, total asset, discretionary accrual), secara bersama-sama,

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya (expected

earning).

4.2.3. Uji T

34

Page 35: Analisis hubungan-perataan-laba

Coefficientsa

-770637495969.1 621666495685 -1.240 .218

.335 .165 .186 2.027 .045

5.225 1.597 .289 3.272 .001

-.408 .596 -.061 -.685 .495

206152374309.2 63044008241 .281 3.270 .001

(Constant)

Total Asset

Net Earnings

DA

LEVERAGE

Model1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Expected Earninga.

Uji-t digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji-t ini

membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval

kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu :

1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)

2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan) atau

1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)

2. Jika nilai Sig. > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

Tabel 11

Tabel Uji T

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan pada hasil uji-t pada tabel di atas, pengaruh variabel

perataan laba, yang terdiri dari net earnings, leverage, total asset, dan

discretionary accrual, terhadap expected earning, ialah:

1. Variabel Net Earnings

35

Page 36: Analisis hubungan-perataan-laba

Dari hasil uji-t, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001 lebih kecil dari

0,05. Kesimpulannya ialah Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh yang

signifikan antara net earnings terhadap expected earnings.

2. Variabel Leverage

Dari hasil uji-t pada tabel 11, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001

lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya

ada pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap expected earning.

3. Variabel Total Asset

Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,045 lebih kecil

dari 0,05. Maka Ho ditolak, yaitu ada pengaruh yang signifikan antara

total asset terhadap expected earning.

4. Variabel Discretionary Accrual

Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,495 lebih besar

dari 0,05. Maka Ho diterima, yang artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan antara discretionary accrual terhadap expected earning.

4.3. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Hubungan antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan

perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah yang nilainya mendekati 0,5.

Hal ini terjadi karena ekspetasi kinerja masa depan (expected earning)

didapatkan dengan memperhitungkan net earnings tahun ini dengan

growth (tingkat pertumbuhan pendapatan). Jadi, ada faktor lain selain net

earnings yang berhubungan dengan expected earning. Faktor lain tersebut

adalah faktor ekonomi, faktor politik, dan faktor-faktor lainnya yang

mempengaruhi dan berhubungan dengan penerimaan pendapatan suatu

perusahaan.

2. Hubungan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan

perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah, yang nilai korelasinya

mendekati 0,5. Leverage merupakan salah satu pengukuran dalam

keuangan, yang menghitung bagian dari modal sendiri yang dijadikan

jaminan untuk keseluruhan hutang. Ada kalanya perusahaan, dalam

36

Page 37: Analisis hubungan-perataan-laba

rangka mendapatkan hal-hal yang mendukung kegiatan operasional

perusahaan, harus berhutang kepada pihak lain (pemasok, bank, dll).

Pihak-pihak lain tersebut tidak akan memberikan hutang, bila perusahaan

tidak mempunyai modal yang cukup agar hutang-hutang tersebut dapat

terbayarkan. Bila pihak-pihak tersebut tidak mempercayai perusahaan

sehingga pendukung kegiatan operasional terganggu, maka pengaruhnya

akan terlihat pada ekspektasi pendapatan perusahaan (expected earning).

3. Hubungan antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan

perusahaan adalah korelasi positif lemah. Hal ini disebabkan karena total

asset mempunyai hubungan dengan kelangsungan kegiatan operasional

perusahaan. Produksi barang maupun penjualannya tidak dapat terlaksana

tanpa didukung oleh asset perusahaan, namun asset ini hanyalah sebagian

kecil pendukung kegiatan operasional. Karena itulah, hubungannya

adalah korelasi (+) lemah. Faktor yang lebih dominan hubungannya

dengan expected earning adalah omzet penjualan perusahaan.

4. Variabel discretionary accrual tidak mempunyai hubungan (korelasi)

dengan ekspektasi kinerja masa depan. Hasil tersebut tidak konsisten

dengan penelitian sebelumnya (Sugiarto, 2003), dalam penelitian itu

disebutkan bahwa ada hubungan antara discretionary accrual dengan

ekspektasi kinerja masa depan. Hal ini mungkin terjadi karena penulis

tidak membedakan kinerja masa depan yang buruk dengan kinerja masa

depan yang baik.

5. Pengaruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikat

dengan menggunakan Uji F adalah signifikan. Jika secara individu, yang

berpengaruh hanya variabel net earnings, leverage, dan total asset.

Sementara variabel discretionary accrual tidak berpengaruh signifikan

terhadap expected earning. Hal ini terjadi karena efek dari discretionary

accrual dapat terlihat jika ekspektasi kinerja (laba) perusahaan dibagi ke

dalam kinerja yang baik dan kinerja yang buruk.

37

Page 38: Analisis hubungan-perataan-laba

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa:

1. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat net

earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earnings)

perusahaan. Hubungannya disebut dengan korelasi positif lemah, karena angka

korelasinya sebesar 0,354.

2. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat

leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hubungan antara

leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan adalah korelasi positif lemah,

dengan angka korelasi 0,298..

3. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat

total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning)

perusahaan. Hubungan yang terjadi adalah korelasi positif lemah, dengan angka

korelasi sebesar 0,283.

4. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat

discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hal

ini disebabkan karena menurut hasil uji korelasi, angka signifikansinya sebesar

0,110 dan angka korelasinya negatif 0,119.

5. Hasil analisis regresi berganda, dengan uji F, menyatakan bahwa variabel bebas

perataan laba, secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikatnya. Hal tersebut disebabkan karena nilai F hitungnya

(8,394) > nilai F tabel (2,45) dan nilai sig. F statistiknya (0,000) < 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

38

Page 39: Analisis hubungan-perataan-laba

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang apabila mampu diatasi

akan dapat memperbaiki hasil penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Kurang besarnya jumlah sampel, yaitu 36 perusahaan.

2. Data pengamatan hanya 3 tahun (2002–2005), sehingga hasil penelitian yang

dilakukan sebaran datanya terbatas.

3. Variabel penelitian yang digunakan hanya variabel: (a) net earnings; (b)

leverage; (c) total asset; dan (d) discretionary accrual..

C. Saran

Beberapa saran yang disarankan oleh peneliti, ialah:

1. Perlunya menambah jumlah sampel penelitian, yang mungkin akan

meningkatkan hasil penelitian.

2. Perlunya menambah periode pengamatan agar dapat meningkatkan kualitas

penelitian selanjutnya.

3. Perlunya menambah variabel penelitian, terutama dari segi size (ukuran)

perusahaan dan lainnya, agar dapat meningkatkan hasil penelitian berikutnya.

4. Mencoba melakukan pengujian per tahun data, bukan secara keseluruhan.

39

Page 40: Analisis hubungan-perataan-laba
Page 41: Analisis hubungan-perataan-laba

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2005). Auditing and AssuranceServices: An Integrated Approach, Tenth Edition, Prentice Hall International.

Gitman, Lawrence J. (2003). Principles of Managerial Finance, Tenth Edition, AddisonWesley.

Harahap, Sofyan Syafri (2005). Teori Akuntansi, Jakarta: Rajawali Pers.

Harahap, Sofyan Syafri (2004). Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap, Sofyan Syafri (2001). Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Jakarta:Pustaka Quantum.

IAI (2005). Pedoman Etika Akuntan. (www document) http://www.iaiglobal.or.id(diakses 8 Agustus 2006).

Jakaria; Berlianti, Dita Oki dan Soeryaputri, Rossje V.M. (2005). Modul LaboratoriumAlat Analisis, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Jones, Charles P. (2004). Investments Analysis & Management, Ninth Edition, PrenticeHall International.

Kusuma, Hadri dan Wigiya A. U. Sari (2003). Manajemen Laba Oleh PerusahaanPengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia, Jurnal Akuntansi danAuditing Indonesia Volume 7, No.1, Juni 2003, p. 21-36.

Riahi, Ahmed dan Belkaoui (2004). Accounting Theory, Fifth Edition, ThomsonLearning.

Sucipto (2003). Analisis PSAK No.23 Tentang Pendapatan. (www document)http://www.google.com (diakses 8 Agustus 2006).

61

Page 42: Analisis hubungan-perataan-laba

Tim Studi Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik (2005). Studi tentang AnalisisLaporan Keuangan Secara Elektronik. (www document)http://www.bapepam.go.id (diakses 8 Agustus 2006).

Scott, William R (2000). Financial Accounting Theory, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Suhendah, Rousilita (2005). Earning Management, JurnalAkuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, p. 195-205.

Sugiarto, Sopa (2003). Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa DepanPerusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalahdipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI.

Suryaputri, Rossje V. dan Christina Dwi A. (2003). Pengaruh Faktor Leverage,Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap PriceEarnings Ratio, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,Vol.3, No.1 April2003, p. 1-23.

Trihendradi, Cornelius (2005). Step by Step SPSS 13 : Analisis Data Statistik,Yogyakarta: Penerbit Andi.

62

Page 43: Analisis hubungan-perataan-laba