11 · web viewbahasa diambil dari dhammacitta press, samyutta nikaya – draft sn-1....

43
THIS FILE IS FOR PERSONAL USE ONLY (UNOFFICIAL) \ Chan Yan *** Bahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasa m yutta m (25suttas) 1 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pa t hamavaggo 1 SUB BAB PERTAMA : (SUVäRA) (S.11.1.)1.Suv i rasutta m 1 Suvãra (S.11.2.)2.Sus i masutta m 4 Susãma (S.11.3.)3.Dhajaggasutta m 5 Bendera (S.11.4.)4.Vepacittisutta m 8 Vepacitti (atau Kesabaran) (S.11.5.)5.Subh a sitajayasutta m 12 Kemenangan dengan Nasihat yang Disampaikan dengan Baik (S.11.6.)6.Kul a vakasutta m 15 Sarang-sarang Burung (S.11.7.)7.Nadubbhiyasutta m 16 Seseorang Seharusnya Tidak Melanggar (S.11.8.)8.Verocana-asurindasutta m 17 Verocana, Raja para Asura (S.11.9.Issyo ara bb ak a ) (9) Ara bba yatana-isisutta m 18 Para Petapa di Sebuah Hutan (S.11.10.Issyo Samuddak a ) (10) Samuddakasutta m 19 Para Petapa di Tepi Samudra 2.Dutiyavaggo 22 SUB BAB KE DUA : (TUJUH SUMPAH) (S.11.11.Dev a )1.Vatapadasutta m 22 Sumpah (S.11.12.Dev a (2))2.Sakkan a masutta m 23 Nama-nama Sakka (S.11.13.Dev a )3.Mah a lisutta m 25 Mahàli (S.11.14.) (4) Daliddasutta m 26 Miskin (S.11.15.)5.R a ma n eyyakasutta m 28 Tempat yang Menyenangkan (S.11.16.)6.Yajam a nasutta m 29 Memberikan Dana Makanan (S.11.17.)7.Buddhavandan a sutta m 30 Penghormatan kepada Sang Buddha (S.11.18.) (8) Gaha tt havandan a sutta m 31 Pemujaan kepada Perumah Tangga (atau Pemujaan Sakka (1)) (S.11.19.)9.Satth a ravandan a sutta m 32 Pemujaan kepada Sang Guru (atau Pemujaan Sakka (2)) (S.11.20.)10.Sa v ghavandan a sutta m 34 Pemujaan kepada Saïgha (atau Pemujaan Sakka (3)) 3.Tatiyavaggo 37 SUB BAB KE TIGA : (KELOMPOK LIMA SAKKA) (S.11.21.)1.Chetv a sutta m 37 Setelah Membunuh (S.11.22.)2.Dubba nn iyasutta m 37 Buruk Rupa (S.11.23.M a y a )3.Sambarim a y a sutta m 39 Kegaiban (S.11.24.)4.Accayasuttam 41 Pelanggaran (S.11.25.)5.Akkodhasuttam 42 Tanpa-kemarahan 11. Sakkasaṃyuttaṃ (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) BAB XI 11 Sakkasaüyutta : Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1. Sūvīravaggo. 1.Pathamavaggo I. SUB BAB PERTAMA : (SUVäRA) 11. 1. 1. Suvīrasuttaṃ. (S.11.1.)1.Suvirasuttam 1 (1) Suvãra 247. [PTS Page 216] evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. [216] <466> Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã, di Hutan Jeta, Taman Anàthapiõóika. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

Upload: phungkhanh

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

THIS FILE IS FOR PERSONAL USE ONLY (UNOFFICIAL) \ Chan Yan ***Bahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1.

(S.11.)11.Sakkasa m yutta m (25suttas) 1 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka1.Pa t hamavaggo 1 SUB BAB PERTAMA : (SUVäRA)

(S.11.1.)1.Suv i rasutta m 1 Suvãra(S.11.2.)2.Sus i masutta m 3 Susãma(S.11.3.)3.Dhajaggasutta m 4 Bendera(S.11.4.)4.Vepacittisutta m 7 Vepacitti (atau Kesabaran)(S.11.5.)5.Subh a sitajayasutta m 10 Kemenangan dengan Nasihat yang Disampaikan dengan Baik(S.11.6.)6.Kul a vakasutta m 12 Sarang-sarang Burung(S.11.7.)7.Nadubbhiyasutta m 13 Seseorang Seharusnya Tidak Melanggar(S.11.8.)8.Verocana-asurindasutta m 14 Verocana, Raja para Asura(S.11.9.Issyo ara bb ak a ) (9) Ara bba yatana-isisutta m 15 Para Petapa di Sebuah Hutan(S.11.10.Issyo Samuddak a ) (10) Samuddakasutta m 16 Para Petapa di Tepi Samudra

2.Dutiyavaggo 18 SUB BAB KE DUA : (TUJUH SUMPAH)(S.11.11.Dev a )1.Vatapadasutta m 18 Sumpah(S.11.12.Dev a (2))2.Sakkan a masutta m 19 Nama-nama Sakka(S.11.13.Dev a )3.Mah a lisutta m 21 Mahàli(S.11.14.) (4) Daliddasutta m 22 Miskin(S.11.15.)5.R a ma n eyyakasutta m 24 Tempat yang Menyenangkan(S.11.16.)6.Yajam a nasutta m 24 Memberikan Dana Makanan(S.11.17.)7.Buddhavandan a sutta m 25 Penghormatan kepada Sang Buddha(S.11.18.) (8) Gaha tt havandan a sutta m 26 Pemujaan kepada Perumah Tangga (atau Pemujaan Sakka (1))(S.11.19.)9.Satth a ravandan a sutta m 27 Pemujaan kepada Sang Guru (atau Pemujaan Sakka (2))(S.11.20.)10.Sa v ghavandan a sutta m 29 Pemujaan kepada Saïgha (atau Pemujaan Sakka (3))

3.Tatiyavaggo 31 SUB BAB KE TIGA : (KELOMPOK LIMA SAKKA)(S.11.21.)1.Chetv a sutta m 31 Setelah Membunuh(S.11.22.)2.Dubba nn iyasutta m 31 Buruk Rupa(S.11.23.M a y a )3.Sambarim a y a sutta m 33 Kegaiban(S.11.24.)4.Accayasuttam 34 Pelanggaran(S.11.25.)5.Akkodhasuttam 35 Tanpa-kemarahan

11. Sakkasaṃyuttaṃ(S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas)BAB XI 11 Sakkasaüyutta : Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka

1. Sūvīravaggo. 1.PathamavaggoI. SUB BAB PERTAMA : (SUVäRA)

11. 1. 1. Suvīrasuttaṃ. (S.11.1.)1.Suvirasuttam1 (1) Suvãra

247. [PTS Page 216] evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. [216] <466> Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã, di Hutan Jeta, Taman Anàthapiõóika.

Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. “Yang Mulia!” para bhikkhu menjawab.

Bhagavā etadavoca:Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Bhutapubbaṃ bhikkhave asurā deve abhiyaṃsu. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, para asura bergerak dalam barisan perang melawan para dewa.605

===

Page 2: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

605. Teks biasanya menggambarkan para Deva Tàvatiüsa dan para asura selalu terlibat dalam perselisihan berkepanjangan, para deva mewakili kekuatan terang, kedamaian, dan keharmonisan, dan para asura atau para “Raksasa iri-hati” mewakili kekuatan kekejaman, konflik, dan pertikaian; baca juga 35:248. Spk menjelaskan bahwa para deva dilindungi oleh lima baris pertahanan: nàga, supaõõa (n. 397), kumbhaõóa (sejenis peri), yakkha, dan Empat Raja Dewa, para deva penghuni surga alam-indria terendah. Ketika para asura menembus lima barisan ini, Empat Raja Dewa memberitahu Sakka, yang menaiki keretanya dan kemudian pergi sendiri ke peperangan atau mengutus salah satu dari putra-putranya untuk memimpin para deva dalam pertempuran. Pada kesempatan ini, ia ingin mengutus putranya Suvira.===

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo suvīraṃ devaputtaṃ āmantesi. Kemudian Sakka, raja para deva, berkata kepada deva muda Suvãra, sebagai berikut:

Ete tāta suvīra, asurā deve abhiyanti. Gaccha, tāta suvīra, asure paccuyyāhīti. ‘Suvãra, para asura ini bergerak dalam barisan perang melawan para deva. Pergilah, Suvãra, kerahkan barisan melawan para asura.’—

Evaṃ bhaddaṃ tavāti kho bhikkhave suvīro devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā pamādaṃ āpādesi. ‘Baik, Baginda,’ Suvãra menjawab, namun ia lalai.606

===606. Spk: Disertai para pengikutnya, para bidadari, ia memasuki jalan raya emas enam puluh yojana lebarnya dan berjalan di dalam Hutan Nandana bermain (permainan) perbintangan.===

Dutiyampi kho bhikkhave sakko devānamindo suvīraṃ devaputtaṃ āmantesi: ete tāta suvīra, asurā deve abhiyanti. Gaccha tāta suvīra, asure paccuyyāhīti. Evaṃ bhaddaṃ tavāti kho bhikkhave suvīro devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā dutiyampi3 pamādaṃ āpādesi. Untuk ke dua kalinya, Sakka berkata kepada Suvãra … <467> … namun untuk ke dua kalinya, Suvãra lalai.

Tatiyampi kho bhikkhave sakko devānamindo suvīraṃ devaputtaṃ āmantesi: ete tāta suvīra, asurā deve abhiyanti. Gaccha tāta suvīra, asure paccuyyāhīti. Evaṃ bhaddaṃ tavāti kho bhikkhave suvīro devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā tatiyampi4 pamādaṃ āpādesi. Untuk ke tiga kalinya, Sakka berkata kepada Suvãra … namun untuk ke tiga kalinya, Suvãra lalai.

[PTS Page 217] atha kho bhikkhave sakko devānamindo suvīraṃ devaputtaṃ gāthāya ajjhabhāsi: [217] Kemudian, Para bhikkhu, Sakka berkata kepada Suvãra dalam syair:

1. Sāṇu-sīmu. 2. Cira āḷaviti-machasaṃ. 3. Dutiyampīti natthi [pts 4.] Tatiyampīti natthi. [Pts.]

[BJT Page 386] Anuṭṭhahaṃ avāyamaṃ1 sukhaṃ yatrādhigacchati, 858. ”’Di mana seseorang tidak bekerja keras dan berusaha Namun masih dapat mencapai kebahagiaan:

Suvīra tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti. Pergilah, Suvãra, Dan bawa aku bersamamu.’

(Suvīro:)[Suvãra:]

Alasassa2 anuṭṭhātā na ca kiccāni kāraye, 859. “‘Bahwa seorang malas yang tidak bekerja keras Tidak melakukan kewajibannya

Sabbakāmasamiddhassa tamme sakka varaṃ disāti3Masih dapat memenuhi semua keinginannya: Berikan aku itu, Sakka, sebagai anugerah.’607 <468>

===607. Spk: Dalam pàda a, alasassa (dalam Se dan Ee1); alasvassa (dalam Be & Ee2) seharusnya terpisah: alaso assa; dalam pàda c, sabbakàmasamiddhasssa seharusnya terpisah: sabbakàmehi samiddho assa. Dalam pàda d, saya bersama dengan Be, Sem, dan Ee2 membaca disà ti, bukannya disan ti dalam Ee1. Spk menuliskan pàda d sebagai berikut: “O, Sakka, deva tertinggi, perlihatkanlah padaku negeri (atau) wilayah yang terberkahi, yang tertinggi, tunjukkan kepadaku, gambarkanlah” (sakka devaseññha tam me varaü uttamaü thànaü okàsaü disa àcikkha kathehi). VâT mengusulkan bahwa karena pàda d tidak memasukkan kata benda untuk kata sifat varaü untuk menilainya, adalah lebih baik menganggap varaü itu sendiri sebagai kata benda yang berarti “anugerah” dan disa berarti “memberikan, menganugerahkan”. Arti ini ditegaskan dalam PED, s.v. disati, tetapi tanpa referensi. Saya mengikuti usul VâT, walaupun saya tidak dapat menyebutkan di mana varaü digunakan sehubungan dengan disàti, seperti pada Vin I 278, 23.===

(Sakko:)[Sakka:]

Page 3: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Yatthālaso anuṭṭhātā accantaṃ4 sukhamedhati, 860. “‘Di mana seorang malas yang tidak bekerja keras Dapat mencapai kebahagiaan tanpa akhir:

Suvīra tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti. Pergilah, Suvãra, Dan bawa aku bersamamu.’

(Suvīro:)[Suvãra:]

Akammunā5 devaseṭṭha sakka vindemu yaṃ sukhaṃ, 861. “‘Kebahagiaan itu, deva tertinggi, akan kami temukan Tanpa melakukan pekerjaan, O, Sakka,

Asokaṃ anupāyāsaṃ tamme sakka varaṃ disāti, Keadaan tanpa kesedihan, tanpa keputusasaan: Berikan aku itu, Sakka, sebagai anugerah.’

(Sakko:)[Sakka:]

Sace atthi akammena koci kvaci na jīvati, 862. “‘Jika terdapat tempat apa pun Di mana tanpa bekerja seseorang tidak merosot,

Nibbāṇassa hi so maggo suvīra tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti. Itu sesungguhnya adalah jalan Nibbàna: Pergilah, Suvãra, Dan bawa aku bersamamu.’608

===608. Syair ini tidak jelas. Spk dan Spk-pñ memberikan sedikit lebih daripada kemasan, dan penerjemah dapat melakukan sedikit lebih baik daripada menebak dalam kegelapan. Dalam pàda a, saya menganggap koci sama dengan kvaci (baca n. 175). Saya dan Ee1 & 2 membaca kata kerja dalam pàda b sebagai jiyati, bukannya jivati dalam Be dan Se; yang terakhir mungkin membaca teks melalui kesalahpahaman atas kemasan komentar. Spk: “Tempat hidup tanpa bekerja adalah Jalan Nibbàna (kammaü akatvà jivitaññhànaü nàma nibbànassa maggo).” Spk-pñ: “’Jalan Nibbàna’ adalah jalan yang berfungsi sebagai alat untuk pencapaian Nibbàna.” Ini membingungkan: karena “bekerja” (kamma) dalam makna usaha tentu saja diperlukan untuk mencapai Nibbàna, intinya mungkin bahwa dengan tercapainya Nibbàna maka tidak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan. Syair ini juga dapat diartikan atas dua makna kamma, menyarankan bahwa seorang yang mencapai Nibbàna tidak membuat kamma, perbuatan kehendak baru dalam kelahiran kembali.===

So hi nāma bhikkhave, sakko devānamindo sakaṃ puññaphalaṃ upajīvamāno devānaṃ tāvatiṃsānaṃ issariyādhipaccaṃ rajjaṃ kārento6 uṭṭhānaviriyassa vaṇṇavādī bhavissati. “Demikianlah, Para bhikkhu, jika Sakka, raja para deva, hidup dari buah kebajikannya sendiri, <469> menjalankan kekuasaan dan pemerintahan tertinggi atas para deva Tàvatiüsa, menjadi seorang yang memuji inisiatif dan usaha,

Idha kho taṃ bhikkhave sobhetha, yaṃ tumhe evaṃ svākkhāte dhammavinaye pabbajitā samānā uṭṭhaheyyātha ghaṭeyyātha vāyameyyātha appattassa pattiyā anadigatassa adhigamāya asacchikatassa sacchikiriyāyāti. maka seberapa layaknya hal ini bagi kalian,609 yang telah meninggalkan keduniawian dalam Dhamma dan Disiplin yang telah dibabarkan sedemikian baik, untuk bekerja keras, berusaha dan berupaya demi pencapaian apa-yang-belum-dicapai, demi memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, demi penembusan apa-yang-belum-ditembus.”

===609. Kata kerja sobhetha, dalam ungkapan ini, terbukti menyulitkan bagi para penerjemah sebelumnya. C.Rh.D menerjemahkannya “apakah kalian memperbaiki kata-katanya” (pada KS 1:281); Horner, berdasarkan PED, sebagai “semoga cahayamu bersinar” (dalam BD 4:249, 4:498, 5:227 = Vin I 187,23, I 349,7, II 162,15). Tidak satu pun terjemahan ini menangkap maksud yang sebenarnya. Kata kerja—suara penengah, bentuk kata berharap dari orang ketiga tunggal—selalu muncul dalam konteks di mana Sang Buddha membicarakan jenis perilaku umat awam yang para bhikkhu, sebagai yang tidak meninggalkan keduniawian, harus mampu melampaui. Karena itu, kata kerja ini menunjukkan bagaimana seseorang harus bertindak untuk membuat dirinya bersinar, yaitu perilaku yang sesuai dengan posisinya.===

11. 1. 2. Susīmasuttaṃ. (S.11.2.)2.Susimasuttam2 (2) Susãma

248. Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Tatra kho bhagavā

Page 4: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Bhikkhū āmantesi bhikkhavoti, bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca:(Sutta ini serupa dengan sutta sebelumnya, dengan pengecualian bahwa deva muda itu bernama Susãma. Syair 863-67 = 858-62.) [218] <470-72>

Bhūtapubbaṃ bhikkhave asurā deve abhiyaṃsu. Atha kho bhikkhave sakko devānamindo susīmaṃ7 devaputtaṃ āmantesi: ete tāta susīma, asurā deve abhiyanti. Gaccha tāta susīma, asure paccuyyāhīti. Evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave susīmo devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā pamādaṃ āpādesi.

1. Avāyāmaṃ-katthaci. 2. Alasvassa-machasaṃ, alasvāyaṃ-syā 3. Disanti-[pts 4.] Accantasukhamedhati-syā 5. Akammanā- [pts 6] karonto-[pts 7.] Susīmaṃ-syā.

[BJT Page 388] [PTS Page 218] dutiyampi kho bhikkhave sakko devānamindo susīmaṃ devaputtaṃ āmantesi. Ete tāta susīma, asurā deve abhiyanti. Gaccha tāta susīma, asure paccuyyāhīti. Evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave susīmo devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā pamādaṃ āpādesi.

Tatiyampi kho bhikkhave sakko devānamindo susīmaṃ devaputtaṃ āmantesi. Ete tāta susīma, asurā deve abhiyanti. Gaccha tāta susīma, asure paccuyyāhīti. Evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave susīmo devaputto sakkassa devānamindassa paṭissutvā pamādaṃ āpādesi. Atha kho bhikkhave sakko devānamindo susīmaṃ devaputtaṃ gāthāya ajjhabhāsi. Anuṭṭhahaṃ avāyamaṃ sukhaṃ yatrādhigacchati, Susīma tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti.

(Susīmo:)Alasassa anuṭṭhātā na ca kiccāni kāraye, Sabbakāmasamiddhassa tamme sakka varaṃ disāti,

(Sakko:)Yatthālaso anuṭṭhātā accantaṃ sukhamedhati, Susīma tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti.

(Susīmo:)Akammunā devaseṭṭha sakka vindemu yaṃ sukhaṃ, Asokaṃ anupāyāsaṃ tamme sakka varaṃ disāti.

(Sakko:)Sace atthi akammena koci kvaci na jīvati, Nibbāṇassa hi so maggo susīma tattha gacchāhi mañca tattheva pāpayāti.

So hi nāma bhikkhave sakko devānamindo sakaṃ puññaphalaṃ upajivamāno devānaṃ tāvatiṃsānaṃ issariyādhipaccaṃ rajjaṃ kārento uṭṭhānaviriyassa vaṇṇavādī bhavissati. Idha kho taṃ bhikkhave sobhetha, yaṃ tumhe evaṃ svākkhāte dhammavinaye pabbajitā samānā uṭṭhaheyyātha ghaṭeyyātha vāyameyyātha appattassa pattiyā anadhigatassa adhigamāya asacchikatassa sacchikiriyāyāti.

11. 1. 3. Dhajaggasuttaṃ. (S.11.3.)3.Dhajaggasuttam3 (3) Bendera

249. Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti, Di Sàvatthã. Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”610

===

Page 5: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

610. Sutta ini adalah paritta atau khotbah perlindungan yang terkenal, termasuk dalam Maha Pirit Pota. Tradisi Buddhis Utara melestarikan versi-versi Tibet dan China, diterjemahkan dari Skt, dan penggalan Skt juga telah ditemukan. Berbagai versi dibahas secara terperinci oleh Skilling, Mahà Såtras II, pp. 441-67.===

bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. “Yang Mulia!” para bhikkhu menjawab.

Bhagavā etadavoca:Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

[BJT Page 390] Bhūtapubbaṃ bhikkhave devāsurasaṅgāmo samupabbūḷho ahosi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran.

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo deve tāvatiṃse āmantesi: Kemudian Sakka, raja para deva berkata kepada para deva Tàvatiüsa sebagai berikut:

sace mārisā devānaṃ saṅgāmagatānaṃ [PTS Page 219] uppajjeyya bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā mameva tasmiṃ samaye dhajaggaṃ ullokeyyātha. Mamaṃ hi vo dhajaggaṃ ullokayataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyissati. ‘Teman-teman, ketika para deva terlibat dalam peperangan, [219] jika ketakutan atau keraguan atau teror muncul, pada saat itu, kalian harus melihat benderaku. Karena ketika kalian melihat benderaku, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”611

===611. Spk tidak mengemas kata majemuk dhajagga, tetapi muncul dalam AN III 89,17 foll. Dan dijelaskan pada Mp III 267,18 sebagai “bendera yang dikibarkan dari punggung gajah, kuda, dan seterusnya, atau dari kereta”. Skilling mendiskusikan kata Skt dhvaja dan dhvajàgra secara lengkap dan menyimpulkan bahwa “dalam bentuk terdahulu, dhvaja adalah sebatang galah yang terpasang lambang di ujungnya, dibawa sebagai simbol militer atau kerajaan.” (Mahà Såtras II, p. 457). Lambang adalah dhvajàgra, “bendera”, walaupun sepertinya dengan berlalunya waktu, kedua istilah ini nyaris dapat saling dipertukarkan. Karena pada tiang bendera biasanya terdapat bendera, kata dhvaja akhirnya beralih menjadi bendera; pengertian istilah ini sepertinya secara implisit terdapat dalam pernyataan Spk (di bawah ini). Dhaja muncul pada v. 226a. Spk: “Bendera Sakka dikibarkan dari keretanya setinggi 250 yojana, dan ketika tertiup angin, bendera itu mengeluarkan suara orkestra dengan lima alat musik. Ketika para deva melihat ke atas, mereka berpikir, ‘Raja kita telah datang dan berdiri bersama pasukannya bagaikan tiang yang tertanam dalam. Kepada siapakah kita harus takut? Demikianlah mereka tidak ketakutan.”===

No ce me dhajaggaṃ ullokeyyātha, atha pajāpatissa devarājassa dhajaggaṃ ullokeyyātha. Pajāpatissa hi vo devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyissati. “Jika kalian tidak melihat benderaku, maka kalian harus melihat bendera Raja-Deva Pajàpati. Karena ketika kalian melihat benderanya, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”

No ce pajāpatissa devarājassa dhajaggaṃ ullokeyyātha, atha varuṇassa devarājassa dhajaggaṃ ullokeyyātha. Varuṇassa hi vo devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā, lomahaṃso vā, so pahīyissati. “Jika kalian tidak melihat bendera Raja-Deva Pajàpati, maka kalian harus melihat bendera Raja-Deva Varuõa….

No ve varuṇassa devarājassa dhajaggaṃ ullokeyyātha, atha īsānassa devarājassa dhajaggaṃ ullokeyyātha. Īsānassa hi vo devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyissati. Jika kalian tidak melihat bendera Raja-Deva Varuõa, maka kalian harus melihat bendera Raja-Deva äsàna…. Karena ketika kalian melihat benderanya, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”612 <473>

===612. Dari ketiga dewa ini, Spk mengatakan bahwa hanya Pajàpati yang berpenampilan dan memiliki umur kehidupan yang sama dengan Sakka dan menempati posisi ke dua, sedangkan Varuõa dan Isàna menempati posisi ketiga dan keempat. Menurut MW, Prajàpati aslinya adalah “Raja para makhluk, pencipta, … dewa tertinggi di atas para dewa Veda”. Varuõa “adalah salah satu dewa Veda yang tertua … sering dianggap sebagai dewa tertinggi”. Isàna adalah “salah satu nama dari Siva-Rudra”.===

Taṃ kho pana bhikkhave sakkassa vā devānamindassa dhajaggaṃ ullokayataṃ, pajāpatissa vā devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ, varuṇassa vā devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ, īsānassa vā devarājassa dhajaggaṃ ullokayataṃ, yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyethāpi nopi pahīyetha.

Page 6: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

“Para bhikkhu, bagi mereka yang melihat bendera Sakka, raja para deva; atau Pajàpati, raja-deva; atau Varuõa, raja-deva, atau äsàna, raja-deva, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang mereka alami akan atau tidak akan lenyap.

Taṃ kissa hetu? Sakko hi bhikkhave devānamindo avītarāgo avītadoso avītamoho bhīrucchamhī1 utrāsi palāyīti. Karena alasan apakah? Karena Sakka, raja para deva, tidak terbebas dari nafsu, tidak terbebas dari kebencian, tidak terbebas dari kebodohan; ia mungkin merasa tidak percaya diri, takut, ngeri, cepat melarikan diri.”

Ahaṃ ca kho bhikkhave evaṃ vadāmi: “Tetapi, Para bhikkhu. Aku mengatakan ini:

sace tumhākaṃ bhikkhave araññagatānaṃ vā rukkhamūlagatānaṃ vā suññāgāragatānaṃ vā uppajjeyya bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, mameva tasmiṃ samaye anussareyyātha. jika kalian pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk kosong, dan ketakutan atau keraguan atau teror muncul dalam diri kalian, pada saat itu, kalian harus mengingat Aku sebagai berikut:

" Itipi so bhagavā arahaṃ sammāsambuddho vijjācaraṇasampanno sugato lokavidū anuttaro purisadammasārathi satthā devamanussānaṃ buddho bhagavā"ti ’Sang Bhagavà adalah Arahanta, Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, Bahagia, Pengenal seluruh alam, pemimpin tanpa tandingan bagi orang-orang yang patut dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavà.’

mamaṃ hi vo bhikkhave anussarataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyissati. Karena ketika kalian mengingat Aku, Para bhikkhu, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”

[PTS Page 220] no ce maṃ anussareyyātha, atha dhammaṃ anussareyyātha: [220] “Jika kalian tidak mengingatKu, maka kalian seharusnya mengingat Dhamma sebagai berikut:

" svākkhāto bhagavatā dhammo sandiṭṭhiko akāliko ehipassiko opanayiko2 paccattaṃ veditabbo viññūhī"ti. ‘Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagavà, terlihat langsung, seketika, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat dipraktikkan, untuk dialami sendiri oleh para bijaksana.’

Dhammaṃ hi vo bhikkhave anussarataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā, so pahīyissati. Karena ketika kalian mengingat Dhamma, Para bhikkhu, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”

1. Bhīruchamhi-[pts.] Syā. Machasaṃ. 2. Opaneyiko-machasaṃ.

[BJT Page 392] No ce dhammaṃ anussareyyātha, atha saṅghaṃ anussareyyātha: “Jika kalian tidak mengingat Dhamma, maka kalian seharusnya mengingat Saïgha sebagai berikut:

" supaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho. Ujupaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho. Ñāyapaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho. Sāmīcipaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho. Yadidaṃ cattāri purisayugāni, aṭṭha purisapuggalā, esa bhagavato sāvakasaṅgho āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjalikaraṇīyo anuttaraṃ puññakkhettaṃ lokassā'ti. ‘Saïgha siswa Sang Bhagavà mempraktikkan jalan yang baik, <474> mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang semestinya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu—Saïgha siswa Sang Bhagavà ini adalah layak menerima pemberian, layak menerima keramahtamahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, ladang tanpa bandingan di dunia ini untuk menanam jasa.’

Saṅghaṃ hi vo bhikkhave anussarataṃ yaṃ bhavissati bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso vā so pahīyissati. Karena ketika kalian mengingat Saïgha, Para bhikkhu, apa pun ketakutan atau keraguan atau teror yang kalian alami akan lenyap.”

Taṃ kissa hetu? “Karena alasan apakah?

Tathāgato hi bhikkhave arahaṃ sammāsambuddho vītarāgo vitadoso vītamoho abhīru acchamhī anutrāsī apalāyīti. Karena, Para bhikkhu, Sang Tathàgata, Sang Arahanta, Yang Tercerahkan Sempurna terbebas dari nafsu, terbebas dari kebencian, terbebas dari kebodohan; Beliau berani, tegas, siap berdiri di tempat-Nya.”

Idamavoca bhagavā.

Page 7: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavà.

Idaṃ vatvā sugato athāparaṃ etadavoca satthā:Setelah mengatakan hal ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih jauh lagi mengatakan sebagai berikut:

Araññe rukkhamūle vā suññāgāreva1 bhikkhavo, 868. “Di dalam hutan, di bawah pohon, Atau di gubuk kosong, O, Para bhikkhu,

Anussaretha sambuddhaṃ bhayaṃ tumahāka2 no siyā. Kalian harus mengingat Sang Buddha: Tidak akan ada ketakutan yang muncul dalam diri kalian.

No ce buddhaṃ sareyyātha lokajeṭṭhaṃ narāsabhaṃ, 869. “Tetapi jika kalian tidak mengingat Sang Buddha, Yang terbaik di dunia, banteng para manusia,

Atha dhammaṃ sareyyātha niyyānikaṃ sudesitaṃ. Maka kalian harus mengingat Dhamma, Yang membebaskan, yang telah dibabarkan dengan sempurna.

No ce dhammaṃ sareyyātha niyyānikaṃ sudesitaṃ, 870. “Tetapi jika kalian tidak mengingat Dhamma, Yang membebaskan, yang telah dibabarkan dengan sempurna,

Atha saṅghaṃ sareyyātha puññakkhettaṃ anuttaraṃ. Maka kalian harus mengingat Saïgha, Ladang tanpa bandingan di dunia ini untuk menanam jasa. <475>

Evaṃ buddhaṃ sarantānaṃ dhammaṃ saṅghañca bhikkhavo, 871. “Karena bagi mereka yang mengingat Sang Buddha, Dhamma, dan Saïgha, Para bhikkhu,

Bhayaṃ vā chambhitattaṃ vā lomahaṃso na hessatīti. Tidak ada ketakutan atau keraguan akan muncul, Juga tidak ada teror yang mengerikan.”

11. 1. 4 Vepacittisuttaṃ. (S.11.4.)4.Vepacittisuttam4 (4) Vepacitti (atau Kesabaran)

250. Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca:Di Sàvatthã. Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

[PTS Page 221] bhūtapubbaṃ bhikkhave devāsurasaṅgāmo samupabbūḷho ahosi. [221] “Suatu ketika di masa lampau, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran.

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo asure āmantesi: Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada para asura sebagai berikut:613

===613. Baca n. 157. Di sini, Spk mengatakan bahwa ia adalah yang tertua di antara para asura.===

sace mārisā devāsurasaṅgāme3 samūpabbūḷhe asurā jineyyuṃ, devā parājeyyuṃ, 4 yena taṃ5 sakkaṃ devānamindaṃ kaṇṭhapañcamehi6 bandhanehi bandhitvā mama santike āneyyātha asurapuranti. ‘Teman-teman, dalam perang yang akan segera terjadi antara para deva dan para asura, <476> jika para asura menang dan para deva kalah, ikat Sakka, raja para deva, pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan bawa kepadaku di kota para asura.’

Sakko pi kho bhikkhave devānamindo deve tāvatiṃse āmantesi. Dan Sakka, raja para deva, berkata kepada para deva Tàvatiüsa sebagai berikut:

1. Vā-[pts 2.] Tumhākaṃ-[pts 3.] Devānaṃ asurasaṅgāme-machasaṃ. [Pts 4.] Parājineyyuṃ-machasaṃ syā 5. Naṃ-syā[pts.] Machasaṃ. 6. Kaṇaṭhepañcamehi-[pts.]

[BJT Page 394] Sace mārisā devāsurasaṅgāme samūpabbūḷhe devā jineyyuṃ, asurā parājeyyuṃ, yena taṃ vepacittiṃ asurindaṃ kaṇṭhapañcamehi bandhanehi bandhitvā mama santike āneyyātha sudhammaṃ sabhanti1.

Page 8: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

‘Teman-teman, dalam perang yang akan segera terjadi antara para deva dan para asura, jika para deva menang dan para asura kalah, ikat Vepacitti, raja para asura, pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan bawa kepadaku di aula pertemuan Suddhamma.’”

Tasmiṃ kho pana bhikkhave saṅgāme devā jiniṃsu. Asurā parājiṃsu. “Dalam perang itu, Para bhikkhu, para deva menang dan para asura kalah.

Atha kho bhikkhave devā tāvatiṃsā vepacittiṃ asurindaṃ kaṇṭhapañcamehi bandhanehi bandhitvā sakkassa devānamindassa santike ānesuṃ sudhammaṃ sabhaṃ. Maka para deva Tàvatiüsa mengikat Vepacitti pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan membawanya ke hadapan Sakka di aula pertemuan Suddhamma.614

===614. Peristiwa serupa dikisahkan pada 35:248 (IV 201, 18 – 202,4).===

Tatra sudaṃ bhikkhave vepacitti asurindo kaṇṭhapañcamehi bandhanehi baddho sakkaṃ devānamindaṃ sudhammaṃ sabhaṃ pavisantañca nikkhamantañca asabbhāhi pharusāhi vācāhi akkosati, paribhāsati. Ketika Sakka sedang memasuki dan meninggalkan aula pertemuan Suddhamma, Vepacitti, terikat keempat anggota tubuh dan lehernya, menghina dan mencercanya dengan kata-kata kasar.

Atha kho bhikkhave mātalī saṅgāhako sakkaṃ devānamindaṃ gāthāya2 ajjhabhāsi: Kemudian, Para bhikkhu, Màtali, si kusir berkata kepada Sakka, raja para deva, dalam syair:

Bhayā nu mathavā3 sakka dubbalyā4 no titikkhasi, 872. “’Ketika berhadapan secara langsung dengan Vepacitti Apakah, Maghavà, karena takut atau lemah <477>

Suṇanto pharusaṃ vācaṃ sammukhā vepacittinoti. Engkau menahannya dengan begitu sabar, Mendengarkan kata-kata kasarnya?’

(Sakko:)[Sakka:]

Nāhaṃ bhayā na dubbalyā khamāmi vepacittino, 873. “’Bukan karena takut atau lemah Aku bersabar terhadap Vepacitti.

Kathañhi mādiso viññū bālena paṭisaṃyujeti. Bagaimana mungkin seorang bijaksana sepertiku Terlibat pertempuran dengan si dungu?’

[Màtali:]

Bhiyyo bālā pabhijjeyyuṃ5 no cassa paṭisedhako874. “’Si dungu akan lebih banyak lagi melepaskan kemarahannya Jika tidak ada seorang pun yang melawannya.

Tasmā bhūsena daṇḍena dhīro bālaṃ nisedhayeti. Karena itu, dengan hukuman drastis Sang bijaksana seharusnya mengendalikan si dungu.’615

===615. Dalam pàda a, Be, Se, dan Ee2 membaca pabbhijeyyuü, Ee1 pakujheyyuü. Yang terakhir dikenali Spk sebagai v. 1. Dialog merupakan kontes antara dua pemimpin politik yang saling berlawanan, dengan Màtali mendukung pemerintahan lalim, Sakka menganut prinsip kebajikan. Filosofi politis lalim sepertinya sesuai dengan karakter para asura, dan sesungguhnya dalam sutta berikut ini, Vepacitti sendiri menyatakan bahwa syair-syair ini berasal dari Màtali. ===

[Sakka:]

Etadeva ahaṃ maññe bālassa paṭisedhanaṃ, 875. “’Ini adalah gagasanku sendiri Cara untuk melawan si dungu adalah:

Paraṃ saṅkupitaṃ ñatvā yo sato upasammatīti. Ketika seseorang mengetahui bahwa musuhnya marah Maka ia harus dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaian.’

(Mātali:)[Màtali:]

Etadeva titikkhāya vajjaṃ passāmi vāsava, 876. “’Aku melihat cacat ini, O, Vàsava, Dalam melatih menahan kesabaran:

Yadā naṃ maññati bālo bhayā myāyaṃ titikkhati,

Page 9: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Jika si dungu berpikir bahwa engkau sebagai, “Ia menahan sabar karena takut,” <478>

Ajjhārūhati6 dummedho go'va bhiyyo palāyinanti. Si tolol akan lebih jauh lagi mengejarmu Seperti yang dilakukan sapi kepada seseorang yang melarikan diri.’

(Sakko:)[Sakka:]

[PTS Page 222] Kāmaṃ maññatu vā mā vā bhayā myāyaṃ titikkhati, [222] 877. “’Biarlah apa pun yang ia pikirkan atau tidak pikirkan, “Ia menahan sabar karena takut,”

Sadatthaparamā atthā khantyā bhiyyo na vijjati. Di antara tujuan yang berpuncak dalam kesejahteraan seseorang Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.616

===616. Saya menerjemahkan pàda cd dengan tuntunan dari tulisan Spk: “Di antara tujuan-tujuan (atau kebaikan-kebaikan) yang memuncak pada kesejahteraan seseorang, tidak ditemukan tujuan (atau kebaikan) yang lebih baik daripada kesabaran” (tesu saka-atthaparamesu atthesu khantito uttaritaro a¤¤o na vijjati). Karena perbedaan antara bentuk jamak sadatthaparamà atthà dalam pàda c dan kata kerja tunggal vijjati dalam pàda d, sepertinya perlu membaca klausa nominatif dalam pàda c sebagai melakukan fungsi lokatif atau genitif, seperti yang disarankan Spk, dengan subjek tunggal implisit. Alternatif satu-satunya mungkin adalah dengan memperbaiki pàda c menjadi bentuk tunggal sadatthaparamo attho, tetapi tidak ada teks dengan tulisan ini. Cp v. 854d di atas dan v. 895d di bawah. ¥àõamoli secara sintaksis memecah dua pàda tersebut dan menerjemahkan: “Kesejahteraan seseorang adalah yang terbaik, dan tidak ada yang melampaui kesabaran” (The Guide, p. 227), tetapi ini sepertinya terjemahan bebas. Perhatikan bahwa Sakka berbicara dari sudut pandang nilai-nilai etis duniawi daripada sudut pandang Dhamma yang melampaui. Dari sudut pandang tersebut, sadattha diidentifikasikan dengan Kearahatan, yang tidak mungkin dicapai hanya dengan kesabaran.===

Yo have balavā santo dubbalassa titikkhati, 878. “’Ketika seseorang memiliki kekuatan Dengan sabar menghadapi yang lemah,

Tamāhu paramaṃ khantiṃ niccaṃ khamati dubbalo. Mereka menyebutnya kesabaran tertinggi; Yang lemah harus selalu sabar.617

===617. C.Rh.D menganggap niccaü khamati dubbalo berarti bahwa orang yang lemah harus selalu dihadapi dengan sabar (baca KS 1:285), tetapi dubbalo, sebagai bentuk nominatif, jelas adalah subjek dari khamati, bukan objeknya. Terjemahan saya sesuai dengan terjemahan ¥àõamoli (dalam Minor Readings and Illustrator, p. 162), tetapi dibuat secara terpisah. Catatan ¥àõamoli juga membicarakan interpretasi saya: “Terjemahan di sini … berusaha untuk mengungkapkan bahwa kesabaran lebih diperlukan daripada moralitas dalam diri seorang yang lemah, tetapi terlihat sebagai moralitas dalam kesabaran adalah kuat. Syair ini adalah syair yang sulit.”===

Abalantaṃ balaṃ āhu yassa bālabalaṃ balaṃ, 879. “’Mereka menyebut kekuatan itu sebagai tidak ada kekuatan sama sekali— Kekuatan yang merupakan kekuatan si dungu—

Balassa7 dhammaguttassa paṭivattā na vijjati. Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mencela seseorang Yang kuat karena dijaga oleh Dhamma.618

===618. Spk: Dhammaguttassa: bagi seseorang yang dilindungi oleh Dhamma atau bagi seseorang yang melindungi Dhamma (dhammena rakkhitassa dhammaü và rakkhantassa).===

Tasseva tena pāpiyo yo kuddhaṃ paṭikujjhati, 880. “’Seseorang yang membalas kemarahan orang lain dengan kemarahan Dengan demikian membuat lebih buruk bagi dirinya sendiri.

Kuddhaṃ appaṭikujjhanto saṅgāmaṃ jeti dujjayaṃ. Tidak membalas kemarahan orang lain dengan kemarahan, <479> Ia memenangkan pertempuran yang sulit dimenangkan.’

Ubhinnamatthaṃ carati attano ca parassa ca, 881. “’Ia berlatih demi kesejahteraan kedua belah pihak, Kesejahteraannya dan orang lain,

Paraṃ saṃkupitaṃ ñatvā yo sato upasammati. Ketika, mengetahui bahwa musuhnya marah, Ia dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaiannya.

1. Sudhammasahanti-macasaṃ. 2. Gāthāhi- machasaṃ. 3. Maghavā - machasaṃ. Syā 4. Dubbalyena -syā. 5. Pakujjheyyuṃ-[pts.] Sī, 1. 2. 6. Ajjhorūhati-syā. 7. Balavassa-syā.

Page 10: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

[BJT Page 396] Ubhinnaṃ tikicchantānaṃ1 attano ca parassa ca, 882. “‘Ketika ia mencapai penyembuhan bagi keduanya— Untuknya dan orang lain—

Janā maññanti bāloti ye dhammassa akovidātiOrang-orang yang menganggapnya dungu Adalah tidak terampil dalam Dhamma.’

So hi nāma bhikkhave sakko devānamindo sakaṃ puññaphalaṃ upajīvamāno devānaṃ tāvatiṃsānaṃ issariyādhipaccaṃ rajjaṃ kārento khantisoraccassa vaṇṇavādī bhavissati " “Demikianlah, Para bhikkhu, jika Sakka, raja para deva, hidup dari buah kebajikannya sendiri, menjalankan kekuasaan dan pemerintahan tertinggi atas para deva Tàvatiüsa, menjadi seorang yang memuji kesabaran dan kelembutan,

idha kho taṃ bhikkhave sobhetha, yaṃ tumhe evaṃ svākkhāte dhammavinaye pabbajitā samānā khamā ca bhaveyyātha soratā cā"ti. maka seberapa layaknya hal ini bagi kalian, yang telah meninggalkan keduniawian dalam Dhamma dan Disiplin yang telah dibabarkan sedemikian baik, untuk menjadi sabar dan lembut.”

11. 1. 5. Subhāsitajayasuttaṃ. (S.11.5.)5.Subhasitajayasuttam5 (5) Kemenangan dengan Nasihat yang Disampaikan dengan Baik

251. Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca:<480> Di Sàvatthã.

Bhūtapubbaṃ bhikkhave devāsurasaṅgāmo samupabbūḷho ahosi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran.

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ etadavoca: Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada Sakka, raja para deva:

hotu devānaminda subhāsitena jayoti. Hotu vepacitti subhāsitena jayoti. ‘Raja deva, biarlah kemenangan ditentukan oleh nasihat yang diucapkan dengan baik.’

Atha kho bhikkhave devā ca asurā ca pārisajje ṭhapesuṃ: [Dan Sakka menjawab]:

ime no subhāsitaṃ dubbhāsitaṃ2 ājānissantīti. ‘Vepacitti, biarlah kemenangan ditentukan oleh nasihat yang diucapkan dengan baik.’”

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ etadavoca: “Kemudian, Para bhikkhu, para deva dan para asura menunjuk suatu panel hakim, dan berkata:

bhaṇa devānaminda gāthanti. ‘orang-orang ini akan memastikan apa yang diucapkan dengan baik dan apa yang diucapkan dengan buruk oleh kita.’”

Evaṃ vutte bhikkhave sakko devānamindo vepacittiṃ asurindaṃ etadavoca: “Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada Sakka, raja para deva:

tumhe khvettha3 vepacitti, pubbadevā. ‘Ucapkan sebuah syair, Raja para deva.’

Bhaṇa vepacitti, gāthanti. Ketika hal ini dikatakan, Sakka berkata kepada Vepacitti; ‘Engkau, Vepacitti, sebagai deva senior di sini, ucapkanlah sebuah syair.’”619

===619. Tumhe khvettha vepacitti pubbadevà. Spk menulis: “Sebagai pemimpin senior yang telah lama berdiam di alam deva, katakanlah apa yang telah disampaikan kepadamu.” Spk-pñ: Karena ia telah muncul di alam mini lebih dulu daripada Sakka dan pengikutnya para deva, ia dipuji sebagai “deva senior” (pubbadevà, secara literal “deva generasi pertama”). Ia berkata kepada Vepacitti dalam bentuk jamak sebagai isyarat hormat. Baik Spk (atas 11:1) dan Dhp-a I 272-73 menceritakan bagaimana Sakka mengusir para deva generasi tua dan menyingkirkan mereka ke alam asura; baca BL 1:319.===

[PTS Page 223] evaṃ vutte bhikkhave vepacitti asurindo imaṃ gāthaṃ abhāsi. [223] Ketika ini dikatakan, Vepacitti, raja para asura, melantunkan syair:”620

===

Page 11: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

620. Syair-syair Vepacitti identik dengan syair-syair Màtali dalam sutta sebelumnya, dan syair-syair Sakka di sini identik dengan syair-syairnya di atas.===

Bhiyyo bālā pabhijjeyyuṃ no cassa paṭisedhako, 883. “‘Si dungu akan lebih banyak lagi melepaskan kemarahannya Jika tidak ada seorang pun yang melawannya.

Tasmā bhūsena daṇḍena dhīro bālaṃ nisedhayeti. Karena itu, dengan hukuman drastis Sang bijaksana seharusnya mengendalikan si dungu.’”

Bhāsitāya kho pana bhikkhave vepacittinā asurindena gāthāya asurā anumodiṃsu, devā tuṇhī ahesuṃ. “Ketika, Para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, mengucapkan syair ini, para asura bersorak namun para deva diam.

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ etadavoca: Kemudian Vepacitti berkata kepada Sakka:

bhaṇa devānaminda gāthanti. ‘Ucapkan sebuah syair, Raja para deva.’

Evaṃ vutte bhikkhave sakko devānamindo imaṃ gāthaṃ abhāsi:Ketika ini dikatakan, Sakka, raja para deva, melantunkan syair ini:

Etadeva ahaṃ maññe bālassa paṭisedhanaṃ, 884. “’Ini adalah gagasanku sendiri <481> Cara untuk melawan si dungu adalah:

Paraṃ saṃkupitaṃ ñatvā yo sato upasammatīti. Ketika seseorang mengetahui bahwa musuhnya marah Maka ia harus dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaian.’

Bhāsitāya kho pana bhikkhave sakkena devānamindena gāthāya devā anumodiṃsu. Asurā tuṇhī ahesuṃ. “Ketika, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, mengucapkan syair ini, para deva bersorak namun para asura diam.

1. Tikicchantaṃ taṃ-[pts 2.] Subhāsitadubbhāsitaṃ-machasaṃ 3. Khvattha [pts.]

[BJT Page 398] Atha kho bhikkhave sakko devānamindo vepacittiṃ asurindaṃ etadavoca: Kemudian Sakka berkata kepada Vepacitti:

bhaṇa vepacitti gāthanti. ‘Ucapkan sebuah syair, Vepacitti.’

Evaṃ vutte bhikkhave vepacitti asurindo imaṃ gāthaṃ abhāsi: Ketika ini dikatakan, Vepacitti, raja para asura, melantunkan syair ini:

Etadeva titikkhāya vajjaṃ passāmi vāsava, 885. “’Aku melihat cacat ini, O, Vàsava, Dalam melatih menahan kesabaran:

Yadā naṃ maññati bālo bhayā myāyaṃ titikkhati, Jika si dungu berpikir bahwa engkau sebagai, “Ia menahan sabar karena takut,”

Ajjhāruhati dummedho go'va bhiyyo palāyinanti. Si tolol akan lebih jauh lagi mengejarmu Seperti yang dilakukan sapi kepada seseorang yang melarikan diri.’

Bhāsitāya kho pana bhikkhave vepacittinā asurindena gāthāya asurā anumodiṃsu. Devā tuṇhī ahesuṃ. “Ketika, Para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, mengucapkan syair ini, para asura bersorak namun para deva diam.

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ etadavoca: bhaṇa devānaminda gāthanti. Kemudian Vepacitti berkata kepada Sakka: ‘Ucapkan sebuah syair, Raja para deva.’

Evaṃ vutte bhikkhave sakko devānamindo imā gāthāyo abhāsi:Ketika ini dikatakan, Sakka, raja para deva, melantunkan syair ini:

Page 12: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Kāmaṃ maññatu vā mā vā bhayā myāyaṃ titikkhati, Sadatthaparamā atthā khantyā bhiyyo na vijjati. 886-91. “’Biarlah apa pun yang ia pikirkan atau tidak pikirkan, … (syair – 877-82) … [224] <482>

Yo have balavā santo dubbalassa titikkhati, Tamāhu paramaṃ khantiṃ niccaṃ khamati dubbalo.

Abalantaṃ balaṃ āhu yassa bālabalaṃ balaṃ, Balassa dhammaguttassa paṭivattā na vijjati.

Tasseva tena pāpiyo yo kuddhaṃ paṭikujjhati, Kuddhaṃ appaṭikujjhanto saṅgāmaṃ jeti dujjayaṃ.

Ubhinnamatthaṃ carati attano ca parassa ca, Paraṃ saṅkupitaṃ ñatvā yo sato upasammati.

[PTS Page 224] Ubhinnaṃ tikicchantānaṃ attano ca parassa ca, Janā maññanti bāloti ye dhammassa akovidāti. … Adalah tidak terampil dalam Dhamma.’

Bhāsitāsu kho pana bhikkhave sakkena donamindena gāthāsu devā anumodiṃsu, asurā tuṇhī ahesuṃ“Ketika, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, mengucapkan syair-syair ini, para deva bersorak namun para asura diam.

Atha kho bhikkhave devānañca asurānañca pārisajjā etadavocuṃ: Kemudian panel hakim yang ditunjuk oleh para deva dan para asura berkata:

bhāsitā kho vepacittinā asurindena gāthāyo. Tā ca kho sadaṇḍāvacarā sasatthāvacarā1 iti bhaṇḍanaṃ iti viggahoti iti kalaho. ‘Syair-syair yang diucapkan oleh Vepacitti, raja para asura, adalah dalam lingkup hukuman dan kekerasan; karenanya [menyebabkan] konflik, perdebatan, dan perselisihan.

Bhāsitā kho pana2 sakkena devānamindena gāthāyo. Tā ca kho adaṇḍāvacarā asatthāvacarā iti abhaṇḍanaṃ iti aviggaho iti akalaho. Tetapi syair-syair yang diucapkan oleh Sakka, raja para deva, <483> adalah dalam lingkup bukan-hukuman dan bukan-kekerasan; karenanya [menyebabkan] kebebasan dari konflik, kebebasan dari perdebatan, dan kebebasan dari perselisihan.

Sakkassa devānamindassa subhāsitena jayoti. Sakka, raja para deva, telah menang dengan nasihat yang diucapkan dengan baik.’

Iti kho bhikkhave sakkassa devānamindassa subhāsitena jayo ahosīti. “Demikianlah, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menang dengan nasihat yang diucapkan dengan baik.”

1. Satthāvacarā. [Pts 2. ']Pana' iti na dissate. Machasaṃ, syā [pts]

[BJT Page 400] 11. 1. 6 Kulāvakasuttaṃ. (S.11.6.)6.Kulavakasuttam6 (6) Sarang-sarang Burung

252 Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã.

Bhūtapubbaṃ bhikkhave devāsurasaṅgāmo samupabbūḷho ahosi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran.

Tasmiṃ kho pana bhikkhave saṅgāme asurā jiniṃsu, devā parājiṃsu. Dalam peperangan itu, para asura menang dan para deva kalah.

Parājitā ca1 kho bhikkhave devā apāyaṃsveva uttarena mukhā, abhiyaṃsveva ne asurā. Dalam kekalahan itu, para deva mundur ke utara sedangkan para asura mengejar mereka.

Page 13: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo mātali saṅgāhakaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Kemudian Sakka, raja para deva, berkata kepada kusirnya Màtali dalam syair:

Kulāvakā mātali simbalismiṃ īsāmukhena parivajjayassu, 892. “’Hindari, O, Màtali, dengan galak keretamu Sarang-sarang burung dalam hutan-hutan pohon kapuk;

Kāmaṃ cajāma asuresu pāṇaṃ māyime dijā vikulāvakā2 ahesunti. Biarlah kita menyerahkan hidup kita kepada para asura <484> Daripada membuat burung-burung ini kehilangan sarang.’621

===621. Peristiwa yang sama, terjadi dalam konteks berbeda, dikisahkan dalam Dhp-a I 279 (baca BL 1:323-24) dan dalam Ja No. 31(I 202-3). Ja I 203 mengemas kulàvaka sebagai supaõõapotakà, bayi burung-burung supaõõa, tetapi pada v. 37b, kata itu jelas berarti sarang dan bukan penghuninya. Spk: Sewaktu mereka bergerak ke arah hutan kapas-sutra, suara-suara kereta, kuda, dan bendera-bendera bagaikan halilintar di segala sisi. Burung supaõõa di dalam hutan melarikan diri, tetapi yang tua, sakit, dan terlalu muda untuk terbang, ketakutan dan mengeluarkan pekikan keras. Sakka bertanya, “Suara apakah itu?” dan Màtali memberitahunya. Hati Sakka terguncang oleh belas kasihan dan mengucapkan syair itu.===

Evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave mātali saṅgāhako sakkassa devānamindassa paṭissutvā sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ paccudāvattesi. “’Baik, Baginda,’ Màtali si kusir menjawab, dan ia memutar balik keretanya bersama dengan barisan seribu ekor kuda berdarah murni.

Atha kho bhikkhave asurānaṃ etadahosi: paccudāvatto kho dāni sakkassa devānamindassa sahassayutto [PTS Page 225] ājaññaratho. Dutiyampi kho devā asurehi saṅgāmessantīti bhītā asurapurameva pāvisiṃsu. “Kemudian, Para bhikkhu, para asura itu berpikir: ‘Sekarang kereta Sakka dengan barisan seribu kuda berdarah murni berbalik. [225] Para deva akan menghadapi pertempuran dengan para asura untuk ke dua kalinya.’

Iti kho bhikkhave sakkassa devānamindassa dhammeneva jayo ahosi. Diserang oleh ketakutan, mereka memasuki kota para asura. Demikianlah, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menang hanya dengan kebajikan.”

11. 1. 7. Nadubbhiyasuttaṃ. (S.11.7.)7.Nadubbhiyasuttam7 (7) Seseorang Seharusnya Tidak Melanggar

253. Sāvatthiyaṃ -Di Sàvatthã.

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakkassa devānamindassa rahogatassa paṭisallīnassa evaṃ cetaso parivitakko udapādi: “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, sedang sendirian dalam keheningan, perenungan berikut ini muncul dalam pikirannya:

yopi me assa paccatthiko3 tassa pāhaṃ na dubbheyyanti. ‘Walaupun seseorang adalah musuhku, aku tidak boleh melawannya.’

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkassa devānamindassa cetasā cetoparivitakka maññāya yena sakko devānamindo tenupasaṅkami. “Kemudian, Para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, <485> setelah dengan pikirannya mengetahui perenungan dalam pikiran Sakka, mendekati Sakka, raja para deva.

Addasā kho bhikkhave sakko devānamindo vepacittiṃ asurindaṃ dūratova āgacchantaṃ. Disvāna vepacittiṃ asurindaṃ etadavoca: tiṭṭha vepacitti gahitosīti. Dari jauh, Sakka melihat kedatangan Vepacitti dan berkata kepadanya: ‘Berhenti, Vepaciti, engkau tertangkap!’622

===622. Spk: Segera setelah Sakka mengatakan ini, Vepacitti menjadi seolah-olah terbelenggu di empat bagian tubuh dan lehernya.===

Yadeva te mārisa pubbe cittaṃ tadeva tvaṃ mārisa pahāsīti4. - ‘Tuan, jangan abaikan gagasan yang baru saja muncul dalam benakmu.’623

===623. Saya dengan Be membaca: tadeva tvaü mà pajahàsi. Ee1 membaca pahàsi, yang bermakna sama, tetapi Se dan Ee2 membaca màrisa pahàsi, yang berarti sebaliknya.

Page 14: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

===

Sapassu ca me vepacitti adubbhāyāti. - ‘Bersumpahlah, Vepacitti, bahwa engkau tidak akan melawanku.’

1. 'Ca' iti natthi-[pts 2.] Vikulā vā-syā 3. Supaccanthiko-machasaṃ 4. Tadeva tvaṃ mā pajāhāsīti-machasaṃ, tvaṃ mārisa jahāsīti- syā. Tadeva tvaṃ mā pahāsīti-[pts.]

[BJT Page 402] [Vepacitti:]

Yaṃ musābhaṇato pāpaṃ yaṃ pāpaṃ1 ariyūpavādino, 893. ‘“Kejahatan apa pun yang muncul dalam diri seorang pembohong, Kejahatan apa pun yang muncul dalam diri seorang penghina para mulia,

Mittadduno ca yaṃ pāpaṃ yaṃ pāpaṃ akataññuno, Kejahatan apa pun yang muncul dalam diri seorang pengkhianat para sahabat, Kejahatan apa pun yang muncul dalam diri seseorang yang tidak tahu berterima kasih:

Tameva pāpaṃ phusati2 yo te dubbhe sujampatīti. Kejahatan yang sama akan menghampirinya Siapakah yang melawanmu, Suami Sujà.’”624

===624. Spk: Syair merujuk pada empat kejahatan besar (mahàpàpàni) dalam kappa sekarang: (i) “kejahatan yang mendatangi seorang pembohong”: kejahatan Raja Ceti, pembohong pertama dalam kappa sekarang ini (baca Cetiya Jàtaka, Ja No. 422); (ii) “pencela para mulia” kejahatan seperti yang dilakukan oleh Kokàlika (baca 6:10); (iii) “kepada pengkhianat para sahabat”: kejahatan seperti yang dilakukan pengkhianat makhluk agung dalam Mahàkapi Jàtaka (Ja No. 516); (iv) “seorang yang tidak tahu berterima kasih”: kejahatan seperti Devadatta yang tidak tahu berterima kasih. Dalam pàda e, saya bersama dengan Se dan Ee1 & 2 membaca phusati, bukannya phusatu dalam Be. “Suami Sujà” (Sujampati) adalah nama bagi Sakka; baca 11:12 dan n. 641.===

11. 1. 8. Verocanaasurindasuttaṃ(S.11.8.)8.Verocana-asurindasuttam8 (8) Verocana, Raja para Asura

254. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã, di Hutan Jeta.

Tena kho pana samayena bhagavā divāvihāragato hoti paṭisallīno. Pada saat itu, Sang Bhagavà sedang melewatkan hari-Nya dan sedang berada dalam keheningan.

Atha kho sakko ca devānamindo verocano ca asurindo yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Upasaṅkamitvā paccekaṃ dvārabāhaṃ aṭṭhaṃsu. Kemudian Sakka, <486> raja para deva, dan Verocana, raja para asura, mendekati Sang Bhagavà dan masing-masing berdiri di tiang pintu.

Atha kho verocano asurindo bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:Kemudian Verocana, Raja para asura, melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:625

===625. Spk maupun Spk-pñ tidak membantu dalam mengidentifikasikan Verocana. Pada DN II 259,11 disebutkan “seratus putra-putra (asura) Bali, semuanya bernama Veroca” (sata¤ ca baliputtànaü sabbe verocanàmakà), yang mana Sv II 689,26-27 mengomentari: “Mereka semuanya menyandang nama paman mereka Ràhu.” Ini menyiratkan bahwa Verocana dan Ràhu adalah sama, namun tidak ada bukti untuk ini.===

Vāyametheva puriso yāva atthassa nipphadā, 894. “Seseorang harus berusaha Hingga tujuannya tercapai.

Nipphannasobhino atthā3 verocanavaco idanti. Tujuan bersinar ketika dicapai: Ini adalah kata-kata Verocana.”

(Sakko:)[Sakka:]

[PTS Page 226] Vāyametheva puriso yāva atthassa nipphadā, [226] 895. “Seseorang harus berusaha Hingga tujuannya tercapai.

Page 15: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Nipphannasobhino atthā3 khantyā bhiyyo na vijjatīti. Tujuan bersinar ketika dicapai, Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.”626

===626. Baik C.Rh.D maupun Geiger menerjemahkan pàda cd seolah-oleh dua kalimat yang terpisah: “Tujuan bersinar ketika disempurnakan. Tidak ada yang melampaui kesabaran.” Saya mengikuti tulisan dalam Spk, yang memperlakukannya sebagai satu kalimat: “Di antara tujuan-tujuan (baik) yang bersinar ketika dicapai, tidak ada tujuan yang lebih baik daripada kesabaran.” Saya bersama Se dan Ee2 membaca pàda c di sini (dan dalam v. 894) sebagai bentuk jamak: nipphannasobhino atthà, bukannya bentuk tunggal nipphannasobhano attho dalam Be dan Ee1. Pàda d di sini identik dengan v. 865d dan v. 877d. Baca n. 616.===

(Verovano:)[Verocana:]

Sabbe sattā atthajātā tattha tattha yathārahaṃ, 896. “Semua makhluk condong pada suatu tujuan Di sana atau di sini sesuai situasinya,

Saṃyogaparamātveva sambhogā sabbapāṇinaṃ, Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.

Nipphannasobhino atthā3 verocanavaco idanti. Tujuan bersinar ketika dicapai: Ini adalah kata-kata Verocana.”627 <487>

===627. Dalam pàda a, sabbe sattà atthajàta juga telah diterjemahkan, “semua makhluk diserang oleh kebutuhan-kebutuhannya.” Spk menjelaskan: “Condong pada suatu tujuan berarti melakukan suatu tugas (atthajàta ti kiccajàtà); karena tidak ada makhluk, termasuk anjing dan serigala, yang tidak melakukan suatu tugas. Bahkan berjalan mondar-mandir dapat disebut suatu tugas. Pàda cd tertulis: Saüyogaparamà tveva/Sambhogà sabbapàõinaü. Arti dan hubungan pastinya tidak jelas. Spk menginterpretasikan baris ini dengan contoh—makanan lunak dapat dibuat lezat jika digabungkan dengan berbagai bumbu—yang menafsirkan saüyoga sebagai makna penggabungan atau persiapan. Ini bagi saya sepertinya tidak mungkin. Pada Ja IV 127,14-15, bait ini muncul dalam konteks yang menyiratkan makna ini berhubungan dengan orang lain; baca juga AN IV 57-58, di mana saüyoga yang menunjukkan hubungan atau pergaulan antara laki-laki dan perempuan (secara seksual, tapi tidak harus berarti melakukan hubungan seksual). Saya memahami secara sintaksis sama dengan yang terdapat pada Dhp 203-4, yaitu “Kenikmatan memiliki pergaulan sebagai yang tertinggi”, daripada “melalui pergaulan, kenikmatan menjadi tertinggi”, makna yang diusulkan oleh Spk.===

(Sakko:)[Sakka:]

Sabbe sattā atthajātā tattha tattha yathārahaṃ, 897. “Semua makhluk condong pada suatu tujuan Di sana atau di sini sesuai situasinya,

Saṃyogaparamātveva sambhogā sabbapāṇinaṃ, Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.

Nipphannasobhino atthā khantyā bhiyo na vijjatīti, Tujuan bersinar ketika dicapai, Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.”

11. 1, 9. Araññāyatanaisisuttaṃ. (S.11.9.Issyo arabbaka) (9) Arabbayatana-isisuttam9 (9) Para Petapa di Sebuah Hutan

255. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã.

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sambahulā isayo sīlavanto kalyāṇadhammā araññāyatane paṇṇakuṭīsu sammanti. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, sejumlah petapa yang bermoral dan bersikap baik bertempat tinggal di gubuk-gubuk daun, di sebidang tanah, di dalam hutan.

Atha kho bhikkhave sakko ca devānamindo vepacitti ca asurindo yena te isayo sīlavanto kalyāṇadhammā tenupasaṅkamiṃsu. Kemudian Sakka, raja para deva, dan Vepacitti, raja para asura, mendekati para petapa itu.”

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo aṭaliyo4 upāhanā ārohitvā khaggaṃ olaggetvā chattena dāriyamānena aggadvārena assamaṃ pavisitvā te isayo sīlavante kalyāṇadhamme apabyāmato karitvā atikkami.

Page 16: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

“Vepacitti, raja para asura, mengenakan sepatunya, mengikat erat pedangnya, dan dengan memegang payung tinggi di atasnya, memasuki petapaan melalui gerbang utama; Kemudian, setelah menghadapkan sisi kirinya ke arah mereka,628 ia berjalan melewati para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik.

===628. Apabyàmato karitvà (atau apavyàmato karitvà, dalam Ee1). CPD mengatakan apavyàma adalah suatu v. 1. bagi apasavya. Pada Ud 50,18 ungkapan apasabyàmato karitvà muncul, yang Ud-a 292,4 menjelaskan sebagai berbalik dengan sisi kiri menghadap seorang suci adalah tanda ketidakhormatan. ===

1. 'Pāpaṃ' iti natthi-syā 2. Phusatu-machasaṃ -syā 3. Nipphattasohano attho-machasaṃ-[pts 4.] Paṭaliyo - machasaṃ.

[BJT Page 404] Atha kho bhikkhave sakko devānamindo aṭaliyo upāhanā orohitvā khaggaṃ aññesaṃ datvā chattaṃ apanāmetvā dvāreneva assamaṃ pavisitvā te isayo sīlavante kalyāṇadhamme anuvātaṃ pañjaliko namassamāno aṭṭhāsi. Tetapi Sakka, raja para deva, melepaskan sepatunya, menyerahkan pedangnya kepada orang lain, <488> menurunkan payungnya, dan memasuki petapaan melalui gerbang [biasa], kemudian ia berdiri di tempat teduh, merangkapkan tangan sebagai penghormatan, menghormati para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik.”

Atha kho bhikkhave te isayo sīlavanto kalyāṇadhammā sakkaṃ devānamindaṃ gāthāya ajjhabhāsiṃsu:“Kemudian, Para bhikkhu, para petapa itu berkata kepada Sakka dalam syair:

Gandho isīnaṃ ciradikkhitānaṃ1 kāyā cuto gacchati mālutena, 898. “’Aroma para petapa terikat pada sumpah mereka, Terpancar dari tubuh mereka, terbang bersama angin.

Ito paṭikkama2 sahassanetta gandho isīnaṃ asuci devarājāti. Berbaliklah dari sini, O, Deva bermata seribu, Karena aroma para petapa ini menjijikkan, O, Raja-deva.’629

===629. Spk mengemas ciradikkhitànaü dalam pàda a sebagai cirasamàdiõõavatànaü, “yang menjalankan sumpah dalam waktu yang lama”. Mengenai “seribu-mata” (sahassanetta) sebagai julukan Sakka, baca 11:12; walaupun di sana kata Pàli yang digunakan adalah sahassakkha, maknanya sama. Para petapa mengatakan ini karena mereka menganut kepercayaan umum bahwa para deva merasakan bau tubuh manusia adalah menjijikkan—khususnya para petapa yang jarang mandi (baca argumen Màtali pada v. 932). Jawaban Sakka menyampaikan hal yang sama seperti Dhp 54-56: aroma moralitas adalah yang paling harum di antara segala aroma dan meliputi hingga ke alam deva.===

[Sakka:]

Gandho isīnaṃ ciradikkhitānaṃ1 kāyā cuto gacchatu3 mālutena, 899. “’Biarlah aroma para petapa terikat pada sumpah mereka, Terpancar dari tubuh mereka, terbang bersama angin.

Sucitrapupphaṃ sirasmiṃ va mālaṃ [PTS Page 227] gandhaṃ etaṃ paṭikaṅkhāma bhante, Kami menyukai aroma ini, O, yang terhormat, Bagaikan karangan bunga di kepala. [227]

na hettha devā paṭikkūlasaññinoti. Para deva tidak menganggapnya menjijikkan.’”630 <489>

===630. Spk menuliskan: “Para deva tidak merasakan apa pun yang menjijikkan dari bau para mulia, mereka merasakannya nikmat, harum, menyenangkan.”===

11. 1. 10. Isayosamuddakasuttaṃ. (S.11.10.Issyo Samuddaka) (10) Samuddakasuttam10 (10) Para Petapa di Tepi Samudra

256. Sāvatthiyaṃ -Di Sàvatthã.

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sambahulā isayo sīlavanto kalyāṇadhammā samuddatīre paṇṇakuṭīsu sammanti. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, sejumlah petapa yang bermoral dan bersikap baik menetap di gubuk-gubuk daun di tepi samudra.

Tena kho pana samayena bhikkhave devāsurasaṅgāmo samupabbūḷho ahosi,

Page 17: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Pada saat itu, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran.

atha kho bhikkhave tesaṃ isīnaṃ sīlavantānaṃ kalyāṇadhammānaṃ etadahosi. Kemudian para petapa yang bermoral dan bersikap baik itu berpikir:

Dhammikā kho devā, adhammikā asurā. Siyā pi no asurato bhayaṃ. ‘Para deva adalah baik dan para asura adalah tidak baik. Mungkin akan berbahaya bagi kami.

Yannūna mayaṃ sambaraṃ asurindaṃ upasaṅkamitvā abhayadakkhiṇaṃ yāceyyāmāti. Kami akan mendekati Sambara, raja para asura, dan memohon jaminan keselamatan.’”631

===631. Spk: Pada umumnya, dikatakan, pertempuran antara para deva dan para asura terjadi di balik samudra raya. Sering kali para asura kalah, dan ketika mereka melarikan diri dari para deva, ketika mereka melewati petapaan para petapa, mereka menghancurkan bangunan dan jalanan, dan sebagainya; karena mereka percaya bahwa para petapa itu memihak Sakka dan memberikan nasihat yang menyebabkan kekalahan mereka. Karena para petapa dapat memperbaiki segala kerusakan itu hanya setelah bersusah-payah, ketika mereka mendengar bahwa pertempuran akan segera terjadi, mereka menyadari bahwa mereka memerlukan jaminan keselamatan. Identitas Sambara agak menyulitkan. Spk mengidentifikasikannya sebagai Vepacitti (baca n. 633), tetapi C.Rh.D menunjukkan (pada KS 1:305, n. 4) bahwa 11:23 menyarankan dua perbedaan, Sambara sebagai pendahulu Vepacitti sebagai raja para asura. MW menyebutkan bahwa Sambara adalah siluman yang sering disebut dalam Rgveda; ia terbunuh oleh Indra. Untuk diskusi lebih lanjut, baca n. 665 berikut.===

Atha kho bhikkhave te isayo sīlavanto kalyāṇadhammā seyyāthāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, “Kemudian, Para bhikkhu, bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik itu

evameva samuddatīre paṇṇakuṭīsu antarahitā sambarassa asurindassa pamukhe4 pāturahesuṃ. lenyap dari gubuk-gubuk daun di sepanjang pantai dan muncul kembali di hadapan Sambara, raja para asura.

Atha kho bhikkhave te isayo sīlavanto kalyāṇadhammā sambaraṃ asurindaṃ gāthāya ajjhabhāsiṃsu:Kemudian para petapa itu berkata kepada Sambara dalam syair:

Isayo sambaraṃ pattā yācanti abhayadakkhiṇaṃ, 900. “’Para petapa yang telah menghadap Sambara Memohon jaminan keselamatan darinya. <490>

Kāmaṃ karohi5 te dātuṃ bhayassa abhayassa vāti, Karena engkau dapat memberikan kepada mereka apa yang engkau inginkan, Apakah itu adalah bencana atau keselamatan.’632

===632. Pàda c seharusnya dibagi seperti dalam Be dan Ee2: Kàmankaro hi te dàtuü. Spk mengemas kàmaïkaro dengan icchitakaro dan menuliskan: “Jika engkau mau memberikan keselamatan, engkau mampu memberikan keselamatan; jika engkau mau memberikan bahaya, engkau mampu memberikan bahaya.”===

[Sambara:]

Isīnaṃ abhayaṃ natthi duṭṭhānaṃ sakkasevinaṃ, 901. “’Aku tidak akan memberikan keselamatan kepada para petapa, Karena mereka membenci para penyembah Sakka;

Abhayaṃ yācamānānaṃ bhayameva dadāmi voti, Walaupun engkau memohon keselamatan kepadaku, Aku hanya akan memberikan bencana.’

[Para petapa:]

Abhayaṃ yācamānānaṃ bhayameva dadāsi no. 902. “’Walaupun kami memohon keselamatan kepadamu, Engkau hanya memberikan bencana kepada kami.

Paṭiggaṇhāma te etaṃ akkhayaṃ6 hotu te bhayaṃ. Kami menerima ini dari tanganmu: Semoga bencana tanpa akhir menghampirimu!

Yādisaṃ vapate bījaṃ tādisaṃ harate phalaṃ, 903. “’Apa pun benih yang ditanam, Itulah buah yang akan dipetik;

Kalyāṇakārī kalyāṇaṃ pāpakārī ca pāpakaṃ, Pelaku kebaikan memetik kebaikan; Pelaku kejahatan memetik kejahatan.’

Page 18: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Pavuttaṃ tāta te bījaṃ phalaṃ paccanubhossasīti, Olehmu, Teman, benih telah ditanam; Dengan demikian, engkau akan mengalami buahnya.’

1. Ciradakkhitānaṃ-syā 2. Paṭikkamma-machasaṃ. Syā[pts 3.] Gacchati-sīmu. Syā 4. Sammukhe-machasaṃ. 5. Kāmaṃ karoti-sīmu, karosi-syā. 6. Abhayaṃ-syā.

[BJT Page 406] Atha kho bhikkhave te isayo sīlavanto kalyāṇadhammā sambaraṃ asurindaṃ abhisapitvā1 “Kemudian, Para bhikkhu, setelah mengutuk Sambara, raja para asura,

seyyathāpi nāma balavā puriso sammiñjitaṃ vā bāhaṃ pasāreyya, pasāritaṃ vā bāhaṃ sammiñjeyya, evameva sambarassa asurindassa pamukhe antarahitā samuddatīre paṇṇakuṭīsu pāturahesuṃ. bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik itu lenyap dari hadapan Sambara dan muncul kembali di gubuk-gubuk daun mereka di tepi samudra.

[PTS Page 228] atha kho bhikkhave sambaro asurindo tehi isīhi sīlavantehi kalyāṇadhammehi abhisapito rattiyā sudaṃ tikkhattuṃ ubbijjatīti. 2[228] Tetapi setelah dikutuk oleh para petapa yang bermoral dan bersikap baik itu, Sambara, raja para asura, dicengkeram oleh ketakutan di sepanjang malam itu.”633 <492>

===633. Spk: Segera setelah ia jatuh tertidur, ia terbangun sambil menangis seolah-olah ia telah diserang dari segala penjuru oleh seratus tombak. Para asura lainnya datang untuk menanyakan kesehatannya dan masih menghiburnya ketika fajar menyingsing. Sejak saat itu, pikirannya menjadi sakit dan berguncang (cittaü vepati); karena itu, muncullah nama lainnya, “Vepacitti”. Vepati tidak terdapat dalam PED, tetapi baca MW, s.v. vip > vepate. Spk mengemas vepati dengan kampati pavedhati.===

Suvīravaggo paṭhamo.

Tatruddānaṃ:

Suvīraṃ susimañceva dhajaggaṃ vepacittino, Subhāsitaṃ jayañceva kulāvakaṃ na dubbhiyaṃ. Verocana asurindo isayo araññakañceva isayo ca samuddakāti.

2. Sattavatavaggo, 2.DutiyavaggoII. SUB BAB KE DUA : (TUJUH SUMPAH)

11. 2. 1 Devā (sattavatapada) suttaṃ. 3(S.11.11.Deva)1.Vatapadasuttam11 (1) Sumpah

257. Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Di Sàvatthã.Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca: sakkassa bhikkhave devānamindassa pubbe manussabhūtassa satta vatapadāni4 samattāni samādinnāni ahesuṃ, yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagā. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia mengambil tujuh sumpah yang dengan memenuhinya ia memperoleh status sebagai Sakka.634

===634. Spk mengemas samattàni dengan paripuõõani dan samàdinnàni dengan gahitàni. Jelas Spk beranggapan bahwa samatta di sini adalah sama dengan Skt samàpta. Tetapi kata kerja samatta dapat mewakili Skt samàpta atau samàtta, dan dari peletakannya sebelum samàdinnàni dalam kalimat ini, saya menganggap samattàni dalam makna terakhir. Baik samatta maupun samàdinna adalah alternatif bentuk kata kerja lampau dari sam + à +dà. PED tidak menyebutkan turunan ini, tetapi hanya bahwa dari Skt samàpta (dan dari Skt samasta, yang tidak relevan di sini). Untuk turunan dari samàtta, baca Nidd I 289,16-18; untuk turunan dari samàpta, baca Nidd I 65,9-11.===

Katamāni satta vatapadāni?: Apakah tujuh sumpah itu?”

Page 19: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Yāvajīvaṃ mātāpettibharo assaṃ. (1) ’Seumur hidupku, aku akan menyokong orang tuaku.’

Yāvajīvaṃ kulejeṭṭhāpacāyī assaṃ. (2) ’Seumur hidupku, aku akan menghormati saudara-saudara tuaku.’

Yāvajīvaṃ saṇhavāco assaṃ, (3) ’Seumur hidupku, aku akan berbicara dengan lembut.’

yāvajīvaṃ apisuṇavāco assaṃ. (4) ’Seumur hidupku, aku tidak akan berbicara yang bersifat memecah-belah.’

Yāvajīvaṃ vigatamalamaccherena cetasā agāraṃ ajjhāvaseyyaṃ, muttacāgo payatapāṇi vossaggarato yācayogo dānasaṃvibhāgarato. (5) ’Seumur hidupku, aku akan berdiam di rumah dengan pikiran yang tanpa-kekikiran, bersikap dermawan, tangan-terbuka, gembira dalam pelepasan, bermurah-hati,635 gembira dalam memberi dan berbagi.’

===635. Walaupun bentuk yàcayoga berlaku dalam tradisi tekstual Pàli, kemungkinan besar bahwa kata majemuk asalnya adalah yàjayoga, dikenali seperti v. 1 pada Vism 224, 11-12 (Ppn 7:112). Saya menerjemahkan berdasarkan pada tulisan ini, yang secara literal berarti “mengabdi untuk pengorbanan”, sebuah gagasan brahmanis yang diinterpretasikan ulang oleh Sang Buddha menjadi berarti pengorbanan-diri melalui praktik kedermawanan (baca vv. 395-96). Karena kedermawanan (yàja) diarahkan kepada pemohon (yàcaka), variasi yàcayoga dapat muncul melalui substitusi objek tindakan; baca GD, p. 241, n. atas p. 87,2.===

Yāvajīvaṃ saccavāco assaṃ. (6) ’Seumur hidupku, aku akan membicarakan kebenaran.

Yāvajīvaṃ akkodhano assaṃ. (7) ’’Seumur hidupku, semoga aku terbebas dari kemarahan,

Sacepi me kodho uppajjeyya khippameva naṃ paṭivineyyanti. dan jika kemarahan muncul dalam diriku, semoga aku dapat melenyapkannya dengan segera.’

Sakkassa bhikkhave devānamindassa pubbe manusabhūtassa imāni satta vatapadāni samattāni samādinnāni ahesuṃ. Yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagāti. “Di masa lampau, Para bhikkhu, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia mengambil tujuh sumpah yang dengan memenuhinya ia memperoleh status sebagai Sakka.” <493>

Mātāpettibharaṃ jantuṃ kulejeṭṭhāpacāyinaṃ, 904. “Ketika seseorang menyokong orang tuanya, Dan menghormati para saudara tuanya;

Saṇhaṃ sakhilasambhāsaṃ pesuṇeyyappahāyinaṃ, Ketika ucapannya lembut dan sopan, Dan ia menghindari kata-kata yang bersifat memecah- belah;

Maccheravinaye yuttaṃ saccaṃ kodhābhibhūṃ naraṃ, 905. Ketika ia berusaha untuk melenyapkan kekikiran, Jujur, dan menaklukkan kemarahan,

Taṃ ve devā tāvatiṃsā āhu sappuriso itīti. Para deva Tàvatiüsa menyebutnya Sungguh seorang yang mulia.”

1. Abhisapetvā-sīmu, syā. [Pts. 2.] Ubbijjīti-machasaṃ. [Pts] ubbihi - sī1. Ubbīhi-sī2 3. Vatapadasutta-machasaṃ. 4. Vattapadāni-syā.

[BJT Page 408] 11. 2. 2. (Dutiya) devā( sattavatapada)suttaṃ. 1(S.11.12.Deva(2))2.Sakkanamasuttam12 (2) Nama-nama Sakka

258. 2Ekaṃ samayaṃ bhagavā [PTS Page 229] sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti. Bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ, bhagavā etadavoca:

Page 20: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

[229] Di Sàvatthã, di Hutan Jeta. Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu:

Sakko bhikkhave devānamindo pubbe manussabhūto samāno magho nāma māṇavo ahosi. Tasmā maghavāti vuccati. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia adalah seorang brahmana muda bernama Magha; oleh karena itu, ia dipanggil Maghavà.”636

===636. Spk (atas 11:13) secara singkat menceritakan bagaimana Sakka, dalam kehidupannya sebagai brahmana muda Magha, bepergian melakukan kebajikan sebagai pemimpin dari kelompok tiga-puluh-tiga sahabat. Setelah memenuhi tujuh sumpahnya, ia terlahir kembali setelah kematiannya di alam Surga Tàvatiüsa bersama dengan sahabat-sahabatnya. Demikianlah asal mula nama Tàvatiüsa, “(surga) tiga-puluh-tiga”. Baca Dhp-a I 265-72; BL 1:315-19. Ja No. 31 menceritakan kisah yang sama dengan Sang Bodhisatta—Calon Buddha Gotama—dalam perjalanan Magha dan terlahir kembali sebagai Sakka.===

Sakko bhikkhave devānamindo pubbe manussabhūto samāno pure pure4 dānaṃ adāsi. Tasmā purindadoti vuccati. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia memberikan pemberian di kota demi kota; oleh karena itu, ia disebut Purindada, si pemberi kepada penduduk kota.”637

===637. Saya bersama dengan Se dan Ee1 & 2 membaca pure pure dànaü adàsi tasmà Purindado ti viccati. Be menulis pure hanya satu kali. MW (s.v. pur > puraü) mengatakan puraüda dan puraüdara sebagai nama dari Indra; keduanya berarti “penghancur benteng”. Penjelasan ini, dan tiga berikutnya, bergantung pada permainan kata yang hampir tidak mungkin diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.===

Sakko bhikkhave devānamindo pubbe manussabhūto samāno sakkaccaṃ dānaṃ adāsi, tasmā sakkoti vuccati. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia memberikan dengan penuh pertimbangan; oleh karena itu, ia disebut Sakka.”638

===638. Sakkaccaü dànaü adàsi tasmà Sakko ti vuccati. ===

Sakko bhikkhave devānamindo pubbe manussabhūto samāno āvasathaṃ adāsi. Tasmā vāsavoti vuccati. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, <494> ia memberikan rumah peristirahatan; oleh karena itu, ia disebut Vàsava.”639

===639. Kisah rumah peristirahatan (àvasatha) terdapat pada Dhp-a I 269-70; BL 1:317-18.===

Sakko bhikkhave devānamindo sahassampi atthānaṃ muhuttena cinteti. Tasmā sahassakkhoti vuccati. “Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, memikirkan seribu persoalan dalam sesaat; oleh karena itu, ia disebut Sahassakkha, bermata-seribu.”640

===640. Sahassam pi atthànaü muhuttena cinteti tasmà sahassakho ti vuccati. Spk: Berdiri di atas satu kata yang dikemukakan sehubungan dengan seribu orang atau seribu pernyataan, ia memutuskan, “orang ini memerlukan ini, orang itu memerlukan itu.” Spk-pñ: Ia memiliki seribu mata-kebijaksanaan.===

Sakkassa bhikkhave devānamindassa sujā nāma asurakaññā pajāpatī. Tasmā sujampatīti vuccati. “Para bhikkhu, istri Sakka, adalah bidadari Asura bernama Sujà; oleh karena itu, ia disebut Sujampati, Suami Sujà.”641

===641. Kisah bagaimana Sakka menikahi Sujà, putri Vepacitti, diceritakan dalam Dhp-a I 278-79 (baca BL 1:323), dan Ja I 206.===

Sakko bhikkhave devānamindo devānaṃ tāvatiṃsānaṃ issariyādhipaccaṃ rajjaṃ kāreti. 5 Tasmā devānamindoti vuccati. “Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menjalankan kekuasaan dan pemerintahan tertinggi atas para deva Tàvatiüsa; oleh karena itu, ia disebut Raja para deva.”

Sakkassa bhikkhave devānamindassa pubbe manussabhūtassa sattavatapadāni samattāni samādinnāni ahesuṃ. Yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagā. “Para bhikkhu, di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia mengambil tujuh sumpah yang dengan memenuhinya ia memperoleh status sebagai Sakka ….”

Page 21: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

(Bagian selanjutnya dari Sutta ini serupa dengan sutta sebelumnya. Syair 906-7 = 904 – 5.) [230] <495>

Katamāni satta vatapadāni: yāvajīvaṃ mātāpettibharo assaṃ. Yāvajīvaṃ kulejeṭṭhāpacāyī assaṃ. Yāvajīvaṃ saṇhavāco assaṃ. Yāvajīvaṃ apisuṇāvāco assaṃ. Yāvajīvaṃ vigatamalamaccherena cetasā agāraṃ ajjhāvaseyyaṃ, muttacāgo payatapāṇī vossaggarato yācayogo dānasaṃvibhāgarato. Yāvajīvaṃ saccavāco assaṃ. Yāvajīvaṃ akkodhano assaṃ. Sacepi me kodho uppajjeyya khippameva naṃ paṭivineyyanti. Sakkassa bhikkhave devānamindassa pubbe manussabhūtassa imāni satta vatapadāni samattāni samādinnāni ahesuṃ, yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagāti.

[PTS Page 230] mātāpettibharaṃ jantuṃ kulejeṭṭhāpacāyinaṃSaṇhaṃ sakhilasambhāsaṃ pesuṇeyyappahāyinaṃMaccheravinaye yuttaṃ saccaṃ kodhābhibhuṃ naraṃTaṃ ve devā tāvatiṃsā āhu sappuriso itīti.

11. 2. 3. Mahāli(sattavatapada)suttaṃ 6. (S.11.13.Deva)3.Mahalisuttam13 (3) Mahàli

259. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā vesāliyaṃ viharati mahāvane kūṭāgārasālāyaṃ. Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Vesàlã, di Hutan Besar, di Aula Beratap Lancip.

Atha kho mahāli7 licchavi8 yena bhagavā tenupasaṅkami. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdi. Kemudian, Mahàli, sang Licchavi mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada-Nya, duduk di satu sisi,

1. Sakkanāmasuttaṃ- machasaṃ. 2. Sāvatthiyaṃ -machasaṃ 3. -Pe-, na dissati. Machasaṃ. [Pts. 4.] Pureti sakideva vuttaṃ-syā machasaṃ [pts 5.] Kāresi-sīmu 6. Mahālisuttaṃ-machasaṃ. 7. Mahālī-syā 8. Licchavī-machasaṃ. -Syā.

[BJT Page 410] [\x 410/] Ekamantaṃ nisinno kho mahāli licchavi bhagavantaṃ etadavoca: dan berkata kepada-Nya:

diṭṭho vo1 bhante sakko devānamindoti. “Yang Mulia, pernahkah Bhagavà melihat Sakka, raja para deva?”

Diṭṭho me mahāli sakko devānamindoti. “Aku pernah melihatnya, Mahàli.”

So hi nūna bhante sakkapatirūpako bhavissati. Duddaso hi bhante sakko devānamindoti. “Tentu saja, Yang Mulia, pasti ada seseorang yang menyerupai Sakka, raja para deva; karena Sakka, raja para deva, sulit dilihat.”

Sakkañcāhaṃ mahāli pajānāmi, sakkakaraṇe ca dhamme. Yesaṃ dhammānaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagā, tañca pajānāmi. “Aku mengetahui Sakka, Mahàli, dan aku mengetahui kualitas-kualitas yang menjadikan Sakka, dengan menjalankan apakah Sakka memperoleh status Sakka.” <496>

Sakko mahāli devānamindo pubbe manussabhūto samāno magho nāma māṇavo ahosi. Tasmā " maghavāti" vuccati. “Di masa lampau, Mahàli, ketika Sakka, raja para deva, adalah seorang manusia, ia adalah seorang brahmana muda bernama Magha; oleh karena itu, ia dipanggil Maghavà….”(Di sini dilanjutkan dengan nama-nama Sakka seperti pada 11:12 dan tujuh sumpah seperti pada 11:11, diikuti dengan syair 908-9 = 904-5.) [231] <497>

Sakko mahāli devānamindo pubbe manussabhūto samāno pure pure dānaṃ adāsi. Tasmā purindadoti vuccati. Sakko mahāli devānamindo pubbe manussabhūto samāno sakkaccaṃ dānaṃ adāsi. Tasmā sakkoti vuccati. Sakko mahāli devānamindo pubbe manussabhūto samāno āvasathaṃ adāsi, tasmā vāsavoti vuccati. Sakko mahāli devānamindo sahassampi atthānaṃ

Page 22: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

muhuttena cinteti. Tasmā sahassakkhoti vuccati. Sakkassa mahāli devānamindassa sujā nāma asurakaññā pajāpatī. Tasmā sujampatīti vuccati. Sakko mahāli devānamindo devānaṃ tāvatiṃsānaṃ [PTS Page 231] issariyādhipaccaṃ rajjaṃ kāreti. Tasmā devānamindoti vuccati.

Sakkassa mahāli devānamindassa pubbe manussabhūtassa satta vatapadāni samattāni samādinnāni ahesuṃ, yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagā.

Katamāni satta vatapadāni: yāvajīvaṃ mātāpettibharo assaṃ. Yāvajīvaṃ kulejeṭṭhāpacāyī assaṃ. Yāvajīvaṃ saṇhavāco assaṃ. Yāvajīvaṃ apisuṇāvāco assaṃ. Yāvajīvaṃ vigatamalamaccherena cetasā agāraṃ ajjhāvaseyyaṃ, muttacāgo payatapāṇī vossaggarato yācayogo dānasaṃvibhāgarato. Yāvajīvaṃ saccavāco assaṃ. Yāvajīvaṃ akkodhano assaṃ. Sacepi me kodho uppajjeyya, khippameva naṃ paṭivineyyanti.

Sakkassa mahāli devānamindassa pubbe manussabhūtassa imāni satta vatapadāni samattāni samādinnāni ahesuṃ, yesaṃ samādinnattā sakko sakkattaṃ ajjhagāti. Mātāpettibharaṃ jantuṃ kulejeṭṭhāpacāyinaṃSaṇahaṃ sakhilasambhāsaṃ pesuṇeyyappahāyinaṃMaccheravinaye yuttaṃ saccaṃ kodhābhibhūṃ naraṃTaṃ ve devā tāvatiṃsā āhu sappuriso itīti.

1. Diṭṭho kho bhante bhagavatā-machasaṃ. Diṭṭho no-[pts.]

[BJT Page 412] 11. 2. 4. Daḷiddasuttaṃ. (S.11.14.) (4) Daliddasuttam14 (4) Miskin

260. Ekaṃ samayaṃ bhagavā rājagahe viharati veḷuvane kalandakanivāpe. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Ràjagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti, Di sana Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ bhagavā etadavoca: “Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

bhūtapubbaṃ bhikkhave aññataro puriso imasmiṃ yeva rājagahe manussadaḷiddo ahosi, manussakapaṇo, manussavarāko. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, di Ràjagaha yang sama ini terdapat seorang miskin, papa, melarat.

So tathāgatappavedite dhammavinaye saddhaṃ samādiyi. Sīlaṃ samādiyi. Sutaṃ samādiyi. Cāgaṃ samādiyi. Paññaṃ samādiyi. Ia menjalani keyakinan, moralitas, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam Dhamma dan Disiplin yang diajarkan oleh Sang Tathàgata.

So tathāgatappavedite dhammavinaye saddhaṃ samādiyitvā sīlaṃ samādiyitvā sutaṃ samādiyitvā cāgaṃ samādiyitvā paññaṃ samādiyitvā Setelah melakukan demikian,

kāyassa bhedā parammaraṇā [PTS Page 232] sugatiṃ saggaṃ lokaṃ upapajji devānaṃ tāvatiṃsānaṃ sahavyataṃ. dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, [232] <498> ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga, di tengah-tengah para deva Tàvatiüsa,

So aññe deve atirocati vaṇṇena ceva yasasā ca. dimana, ia mengungguli para deva lainnya dalam hal keindahan dan keagungan.”642

===642. Spk mengatakan bahwa orang miskin ini adalah penderita kusta Suppabuddha yang kisahnya diceritakan dalam Ud 48-50, dan lebih lengkap dengan beberapa variasi, dalam Spk. Menurut versi Spk, dalam kehidupan lampaunya, ia adalah Raja Bàranasi yang dengan penuh kebencian mencaci seorang Paccekabuddha tua. Sebagai akibat kamma, ia terlahir kembali di alam neraka dan kemudian, sebagai sisa dari kamma jahatnya, terlahir sebagai seorang penderita kusta miskin di Ràjagaha. Suatu hari, ketika sedang mengemis, ia

Page 23: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

mendengar Sang Buddha berkhotbah dan mencapai tingkat Memasuki-arus. Tidak lama kemudian, ia terbunuh oleh seekor sapi liar dan terlahir kembali di alam Surga Tàvatiüsa.===

Tatra sudaṃ bhikkhapava devā tāvatisaṃsā ujjhāyanti khīyanti vipācenti: “Selanjutnya, para deva Tàvatiüsa menemukan cacat atas hal ini, menggerutu, dan mengeluhkannya dengan berkata:

acchariyaṃ vata bho abbhūtaṃ vata bho ayaṃ hi devaputto pubbe manussa bhūto samāno manussadaḷiddo ahosi, manussakapaṇo manussavarāko. ‘Sungguh mengagumkan, Teman! Sungguh menakjubkan, Teman! Karena sebelumnya, ketika deva muda ini adalah seorang manusia, ia adalah seorang yang miskin, papa, melarat.

So kāyassa bhedā parammaraṇā sugatiṃ saggaṃ lokaṃ upapanno devānaṃ tāvatiṃsānaṃ sahavyataṃ. So aññe deve atirocati vaṇṇena ceva yasasā cāti. Namun dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga di tengah-tengah para deva Tàvatiüsa, dimana, ia mengungguli para deva lainnya dalam hal keindahan dan keagungan.’”

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo deve tāvatiṃse āmantesi: “Kemudian, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, berkata kepada deva Tàvatiüsa demikian:

mā kho tumhe mārisā etassa devaputtassa ujjhāyittha. ‘Tuan-tuan, jangan mencari kesalahan dalam deva muda ini.

Eso kho mārisā devaputto pubbe manussabhūto samāno tathāgatappavedite dhammavinaye saddhaṃ samādiyi. Sīlaṃ samādiyi. Sutaṃ samādiyi. Cāgaṃ samādiyi. Paññaṃ samādiyi. Sebelumnya, ketika deva muda ini sebagai manusia, ia menjalani keyakinan, moralitas, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam Dhamma dan Disiplin yang diajarkan oleh Sang Tathàgata.

So tathāgatappavedite dhammavinaye saddhaṃ samādiyitvā sīlaṃ samādiyitvā sutaṃ samādiyitvā cāgaṃ samādiyitvā paññaṃ samādiyitvā Setelah melakukan demikian,

kāyassa bhedā parammaraṇā sugatiṃ saggaṃ lokaṃ upapanno devānaṃ tāvatiṃsānaṃ sahavyataṃ. So aññe deve atirocati vaṇṇena ceva yasasā cāti. dengan hancurnya tubuh, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga, di tengah-tengah para deva Tàvatiüsa, dimana, ia mengungguli para deva lainnya dalam hal keindahan dan keagungan ’”

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo deve tāvatiṃse anunayamāno tāyaṃ velāyaṃ imā gāthāyo abhāsi:“Kemudian, Para bhikkhu, menasihati para deva Tàvatiüsa,643 Sakka, raja para deva, pada kesempatan itu melantunkan syair-syair ini: <499>

===643. Deve tàvatiüse anunayamàno. Spk tidak mengemas anunayamàno, tetapi ungkapan yang sama terdapat pada AN I 143,30, di mana anunayamàno dikemas oleh MP II 123,19 (Be; tulisan pada Ee dan Se cacat) dengan anubodhayamàno, “membuat mengerti”, bentuk kata kerja ini juga muncul dalam bentuk anunenti pada Thi 514, di mana ini dikemas oleh Thi-a 267,8-9 dengan sa¤¤àpenti, “meyakinkan”.===

Yassa saddhā tathāgate acalā suppatiṭṭhitā1910. “’Ketika seseorang berkeyakinan di dalam Sang Tathàgata, Tidak tergoyahkan dan kokoh.

Sīlañca yassa kalyāṇaṃ ariyakantaṃ pasaṃsitaṃ, Dan berperilaku baik yang dibangun di atas moralitas, Disayang oleh para mulia dan dipuji;644

===644. Spk menjelaskan keyakinan sebagai keyakinan yang datang melalui sang jalan (maggen’ àgatasaddhà). Perilaku baik yang dibangun di atas moralitas (sãlaü kalyàõaü) adalah “moralitas yang disayang oleh para mulia” milik para siswa mulia (ariyakantasãla), satu dari empat faktor Memasuki-arus (55:1), yang tidak ditinggalkan oleh Pemasuk-arus bahkan dalam kelahiran berikut.===

1. Supatiṭṭhitā -syā.

[BJT Page 414] Saṅghe pasādo yassatthi ujubhūtañca dassanaṃ, 911. “’Ketika seseorang berkeyakinan di dalam Saïgha Dan pandangannya lurus,

Adaḷiddoti taṃ āhu amoghaṃ tassa jivitaṃ. Mereka mengatakan ia tidak miskin; Kehidupannya tidak sia-sia.

Page 24: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Tasmā saddhañca sīlañca pasādaṃ dhammadassanaṃ, 912. “‘Oleh karena itu, seorang yang cerdas, Mengingat Ajaran Sang Buddha,

Anuyuñjetha medhāvī saraṃ buddhāna sāsananti. Harus setia pada keyakinan dan moralitas, Pada kepercayaan dan penglihatan Dhamma.’”

11. 2. 5. Rāmaṇeyyakasuttaṃ. (S.11.15.)5.Ramaneyyakasuttam15 (5) Tempat yang Menyenangkan

261. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã, di Hutan Jeta.

Atha kho sakko devānamindo yena bhagavā tenupasaṅkami. Kemudian Sakka, raja para deva, mendekati Sang Bhagavà,

Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. memberi hormat kepada-Nya, berdiri di satu sisi,

Ekamantaṃ ṭhito kho sakko devānamindo bhagavantaṃ etadavoca: dan berkata kepada-Nya:

kinnukho bhante bhūmirāmaṇeyyakanti?“Yang Mulia, apakah tempat yang menyenangkan?”

(Bhagavā:)[Sang Bhagavà:] <500>

[PTS Page 233] ārāmacetyā vanacetyā pokkharaññā1 sunimmitā, [233] 913. “Kuil-kuil di taman-taman dan di hutan-hutan, Kolam teratai yang dibangun dengan baik;

Manussarāmaṇeyyassa kalaṃ nāgghanti soḷasiṃ. Tidak setara dengan seperenam belas bagian Dari seorang manusia yang menyenangkan.

Gāme vā yadi vā raññe ninne vā yadi vā thale, 914. “Apakah di desa atau di hutan, Di lembah atau di tanah terbuka—

Yattha arahanto viharanti taṃ bhūmiṃ2 rāmaṇeyyakanti. Di mana pun para Arahanta berdiam Itu sesungguhnya adalah tempat yang menyenangkan.”

11. 2. 6. Yajamānasuttaṃ(S.11.16.)6.Yajamanasuttam16 (6) Memberikan Dana Makanan

262. Ekaṃ samayaṃ bhagavā rājagahe viharati gijjhakūṭe pabbate. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Ràjagaha, di Puncak Gunung Nasar.

Atha kho sakko devānamindo yena bhagavā tenupasaṅkami. Kemudian Sakka, raja para deva, mendekati Sang Bhagavà,

Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. memberi hormat kepada-Nya, dan berdiri di satu sisi.

Ekamantaṃ ṭhito kho sakko devānamindo bhagavantaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Sambil berdiri di satu sisi, ia berkata kepada Sang Bhagavà dalam syair:645

===645. Spk: Setiap tahun para penduduk Aïga dan Magadha biasanya berkumpul dan mempersembahkan persembahan terbaik ghee, madu, sirop, dan sebagainya kepada Mahàbrahmà. Berkat belas kasihnya, Sakka muncul di hadapan mereka dalam samaran Mahàbrahmà, menuntun mereka ke hadapan Sang Buddha, dan mengajukan pertanyaan mengenai jenis pengorbanan yang berbuah paling besar.===

Yajamānānaṃ manussānaṃ puññapekkhāna pāṇinaṃ, 915. “Bagi orang-orang yang memberikan dana makanan, Bagi makhluk-makhluk hidup yang mencari jasa kebajikan,

Page 25: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Karotaṃ opadhikaṃ puññaṃ kattha dinnaṃ mahapphalanti. Melakukan jasa berjenis duniawi, Di manakah pemberian menghasilkan buah yang besar?”646

===646. Dalam pàda c, opadhikaü pu¤¤aü, yang saya terjemahkan secara bebas sebagai “jasa berjenis duniawi”, dijelaskan oleh Spk sebagai jasa yang masak dalam perolehan (upadhivipàkaü pu¤¤aü), yaitu kamma baik yang mengarah menuju kelahiran kembali. Baca ungkapan pu¤¤abhàgiyà upadhivepakkà pada MN III 72,6 foll.===

(Bhagavā:)[Sang Bhagavà:] <501>

Cattāro ca paṭipannā cattāro ca phale ṭhitā, 916. “Sang empat mempraktikkan jalan Dan empat kokoh dalam buah:

Esa saṅgho ujubhūto paññāsīlasamāhito. Ini adalah Saïgha berperilaku lurus Memiliki kebijaksanaan dan moralitas.647

===647. Empat cara mempraktikkan adalah mereka yang berada pada empat jalan—Memasuki-arus, Yang-kembali-sekali, Yang-tidak-kembali, dan Kearahatan. Empat yang mencapai buah adalah mereka yang, dengan mengembangkan jalan masing-masing, telah mencapai buah masing-masing. Bentuk kata kerja lampau samàhito dalam pàda d dapat dipahami sebagai “memiliki” atau “terkonsentrasi”, yang kedua mewakili kelompok samàdhi dari sang jalan. Saya mengambil makna pertama, mengikuti v. 265a, di mana sãlasamàhita dikemas oleh Spk: sãlena samàhita samupetà.===

Yajamānānaṃ manussānaṃ puññapekkhāna pāṇinaṃ, 917. “Bagi orang-orang yang memberikan dana makanan, Bagi makhluk-makhluk hidup yang mencari jasa kebajikan,

Karotaṃ opadhikaṃ puññaṃ saṅghe dinnaṃ mahapphalanti. Melakukan jasa berjenis duniawi, Pemberian kepada Saïgha menghasilkan buah besar.”

11. 2. 7. Vandanāsuttaṃ. (S.11.17.)7.Buddhavandanasuttam17 (7) Penghormatan kepada Sang Buddha

263. Sāvatthiyaṃ -Di Sàvatthã, di Hutan Jeta.

Tena kho pana samayena bhagavā divāvihāragato hoti, paṭisallīno. Pada saat itu, Sang Bhagavà sedang melewatkan hari-Nya dan sedang berada dalam keheningan.

Atha kho sakko ca devānamindo brahmā ca sahampatī yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu, Kemudian Sakka, raja para deva, dan Brahmà Sahampati mendekati Sang Bhagavà

upasaṅkamitvā paccekaṃ dvārabāhaṃ nissāya aṭṭhaṃsu. dan masing-masing berdiri di tiang pintu.

Atha kho sakko devānamindo bhagavato santike imaṃ gāthaṃ abhāsi:Kemudian Sakka, raja para deva melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:

1. Pokkharañño - katthaci. 2. Bhūmi- katthaci.

[BJT Page 416] Uṭṭhehi1 vīra vijitasaṅgāma pannabhāra anaṇa vicara loke, 918. “Bangunlah, O, Pahlawan, pemenang dalam pertempuran! Bebanmu telah diturunkan, yang bebas dari hutang, mengembaralah di dunia.

Cittañca te suvimutataṃ cando yathā paṇṇarasāya rattinti. BatinMu terbebaskan sempurna Bagaikan bulan pada tanggal lima belas malam.”648

===648. Spk: Bebanmu telah diturunkan (punnabhàro): ia telah menurunkan beban kelompok-kelompok unsur kehidupan, kekotoran, dan bentukan-bentukan kehendak. Tanggal lima belas bulan terang adalah malam bulan purnama.===

(Bhagavā:)[Brahmà Sahampati:][PTS Page 234] na kho devānaminda tathāgatā evaṃ vanditabbā. Evañca kho devānaminda tathāgatā vanditabbā:

Page 26: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

[234] “Bukan demikian caranya Sang Tathàgata dihormati, Raja para deva. Sang Tathàgata dihormati dengan cara seperti ini:

Uṭṭhehi1 vīra vijitasaṅgāma satthavāha anaṇa vicara loke, 919. “Bangunlah, O, Pahlawan, pemenang dalam pertempuran! <502> O, Pemimpin rombongan, yang bebas dari hutang, mengembaralah di dunia.

Desassu2 bhagavā dhammaṃ aññātāro bhavissantīti. Ajarkanlah Dhamma, O, Bhagavà: Akan ada orang-orang yang mampu memahami.”649

===649. Syair ini identik dengan permohonannya pada v. 560. Spk dan Spk-pñ tidak menjelaskan mengapa Brahmà Sahampati mengoreksi Sakka. Alasannya mungkin bahwa Sakka hanya memuji kualitas-kualitas Buddha yang juga dimiliki oleh para Arahanta, sedangkan Brahmà berbicara kepada-Nya dalam kapasitas-Nya sebagai satthà, Guru dari pengajaran ini. Pertukaran syair yang sama, antara Sakka dan Mahàbrahmà, tercatat pada Mvu III 315-16, tetapi terjadi di Pohon Banyan Penggembala persis setelah Sang Buddha mencapai Penerangan Sempurna; baca Jones, 3:304-5.===

11. 2. 8 Sakkanamassanasuttaṃ3. (S.11.18.) (8) Gahatthavandanasuttam18 (8) Pemujaan kepada Perumah Tangga (atau Pemujaan Sakka (1))

264. Sāvatthiyaṃ-Di Sàvatthã. Di sana Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakko devānamindo mātalī saṅgāhakaṃ āmantesi: “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, Sakka, raja para deva, berkata kepada kusirnya, Màtali, sebagai berikut:

yojehi samma mātali sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ. Uyyānabhūmiṃ gacchāma subhūmiṃ dassanāyāti. ‘Siapkan kereta dengan rombongannya berjumlah seribu kuda berdarah murni, Sahabat Màtali. Marilah kita pergi ke taman untuk melihat pemandangan indah.’—

Evaṃ bhaddantavāti ‘Baik, Baginda,’ Màtali sang kusir menjawab.

kho bhikkhave mātali saṅgāhako sakkassa devānamindassa paṭissutvā sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ yojetvā sakkassa devānamindassa paṭivedesi: Kemudian ia mempersiapkan kereta bersama dengan rombongan seribu kuda berdarah murni dan memberitahukan kepada Sakka, raja para deva:

yutto kho te mārisa sahassayutto ājaññaratho yassadāni kālaṃ maññasīti, ‘Kereta telah siap, Baginda. Silakan engkau berangkat pada waktu yang engkau sukai.’”650

===650. Yassa dàni kàlaü ma¤¤asi. Baca Manne, “On a Departure Formula and its Translation”. Ungkapan ini juga muncul pada 35:88 (IV 62,31), 35:243 (IV 183,15,30), 44:1 (IV 379,29), 54:9 (V 321,16-17), dan 55:6 (V 348,27); saya sedikit mengubah terjemahan ini untuk menyesuaikan dengan konteksnya.===

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo vejayantapāsādā orohanto pañjaliko4 sudaṃ puthuddisā namassati. “Kemudian, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, turun dari Istana Vejayanta, merangkapkan tangan sebagai penghormatan, dan menyembah segala penjuru.

Atha kho bhikkhave mātalisaṅgāhako sakkaṃ devānamindaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Kemudian Màtali sang kusir berkata kepada Sakka dalam syair:

Taṃ namassanti tevijjā sabbe bhūmmā ca khattiyā, 920. “’Semuanya dengan rendah hati menyembah engkau— Mereka yang ahli dalam Tiga Veda, Semua khattiya yang memerintah di bumi,

Cattāro ca mahārājā tidasā ca yasassino, Empat Raja Dewa dan Tiga puluh yang agung— <503>

Atha kho nāma so yakkho yaṃ tvaṃ sakka namassasīti, Siapakah, O, Sakka, makhluk Yang engkau sembah?’651

===

Page 27: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

651. Mereka yang ahli dalam Tiga Veda adalah para brahmana, Empat Raja Dewa adalah empat dewa penguasa di alam surga indria paling rendah; Tiga puluh yang agung adalah para deva penghuni alam Surga Tàvatiüsa. Kata yang diterjemahkan sebagai “makhluk” adalah yakkha, digunakan dalam makna luas tanpa rujukan khusus kepada makhluk jahat tertentu.===

(Sakko:)[Sakka:]

Maṃ namassanti tevijjā sabbe bhummā ca khattiyā, 921. “‘Semuanya dengan rendah hati menyembahku— Mereka yang ahli dalam Tiga Veda, Semua khattiya yang memerintah di bumi,

Cattāro ca mahārājā tidasā ca yassasino. Empat Raja Dewa dan Tiga puluh yang agung—

Ahañca sīlasampanne cirarattasamāhite, 922. Tetapi aku menyembah mereka yang memiliki moralitas, Mereka yang lama terlatih dalam konsentrasi,

Sammā pabbajite vande brahmacariyaparāyane. Mereka yang dengan benar telah meninggalkan keduniawian Dengan kehidupan suci sebagai tujuan mereka.652

===652. Brahmacariyaparàyaõe. Spk tidak menjelaskan makna yang pasti, tetapi saya menginterpretasikannya sebagai cara yang singkat untuk mengatakan “mereka yang menjalani kehidupan suci dengan Nibbàna sebagai tujuannya”. Baca 48:42 (V 218,21): brahmacariyaü vussati nibbànaparayaõaü.===

Ye gahaṭṭhā puññakarā sīlavanto upāsakā, 923. “’Aku juga menyembah, O, Màtali, Para perumah tangga yang melakukan kebajikan,

Dhammena dāraṃ posenti te namassāmi mātalīti. Umat-umat awam yang memiliki moralitas Yang dengan benar memelihara istri.’

(Mātali:)[Màtali:]

Seṭṭhā hi kira lokasmiṃ ye tvaṃ sakka namassasi, 924. “’Mereka yang engkau sembah, Tuanku Sakka, Sesungguhnya adalah yang terbaik di dunia.

Ahampi te namassāmi ye namassasi vāsavāti. Aku juga menyembah mereka— Mereka yang engkau sembah, Vàsava.’ <504>

(Therā:)[Sang Bhagavà:]

Idaṃ vatvāna maghavā devarājā sujampati, 925. “Setelah memberikan penjelasan ini, Setelah menyembah segala penjuru,

Puthuddisā namassitvā pamukho rathamāruhīti. Raja-deva Maghavà, suami Sujà, Sang pemimpin, naik ke kereta.”

1. Uṭṭhāhi-syā. -[Pts] si1, 2 2. Desetu-[pts. 3.] Paṭhamasakka-suttaṃ, syā, gahaṭṭhavandanā suttaṃ. Machasaṃ. 4. Añjaliṃ katvā-machasaṃ.

[BJT Page 418] 11. 2. 9. Dutiyasakkanamassanasuttaṃ1. (S.11.19.)9.Sattharavandanasuttam19 (9) Pemujaan kepada Sang Guru (atau Pemujaan Sakka (2))

265. [PTS Page 235] Sāvatthiyaṃ-2[235] (Seperti di atas hingga:)

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakko devānamindo mātalisaṅgāhakaṃ3 āmantesi: yojehi samma mātali, sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ. Uyyānabhūmiṃ gacchāma subhūmiṃ dassanāyāti.

Page 28: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave mātalisaṅgāhako sakkassa devānamindassa paṭissutvā sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ yojetvā sakkassa devānamindassa paṭivedesi: yutto kho te mārisa sahassayutto ājaññaratho yassadāni kālaṃ maññasīti,

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo vejayantapāsādā orohanto pañjaliko4 sudaṃ bhagavantaṃ namassati. “Kemudian, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, turun dari Istana Vejayanta, merangkapkan tangan sebagai penghormatan, dan menyembah Sang Bhagavà.

Atha kho bhikkhave mātalisaṅgāhako sakkaṃ devānamindaṃ gāthāya ajjhabhāsi: Kemudian Màtali sang kusir berkata kepada Sakka dalam syair:

Yaṃ hi devā manussā ca taṃ namassanti vāsava, 926. “’Baik para deva maupun manusia Dengan rendah hati menyembah engkau, Vàsava.

Atha ko nāma so yakkho yaṃ tvaṃ sakka namassasīti?Siapakah, O, Sakka, makhluk Yang engkau sembah?’

(Sakko:)[Sakka:] <505>

Yo5 idha sammāsambuddho asmiṃ loke sadevake, 927. “’Yang Tercerahkan Sempurna di sini Di dunia ini bersama dengan para deva,

Anomanāmaṃ satthāraṃ taṃ namassāmi mātali. Sang Guru dengan nama sempurna: Beliau adalah siapa yang kusembah, Màtali.653

===653. Spk menjelaskan nama sempurna (anomanàmaü) dalam pàda c sebagai berikut: “Beliau bernama sempurna sehubungan dengan nama-nama yang menunjukkan semua kualitas baiknya, karena Beliau tidak kekurangan dalam kualitas baik apa pun juga.” Baca v. 148a dan n. 99.===

Yesaṃ rāgo ca doso ca avijjā ca virājitā, 928. “’Mereka yang nafsu dan kebencian Dan kebodohan telah lenyap,

Khīṇāsavā arahanto te namassāmi mātali. Para Arahanta dengan noda dihancurkan: Mereka ini adalah siapa yang kusembah, Màtali.’

Ye rāgadosavinayā avijjāsamatikkamā, Sekhā6 apacayārāmā appamattānusikkhare,929. “’Para siswa yang gembira dalam menguraikan, Yang dengan tekun mengejar latihan Untuk melenyapkan nafsu dan kebencian, Untuk melampaui kebodohan:

Te namassāmi mātalīti. Mereka ini adalah siapa yang kusembah, Màtali.’654

===654. Syair ini memiliki lima pàda. Pàda ab tertulis: ye ràgadosavinayà avijjàsamatikkamà, yang Spk menuliskan: “dengan melampaui kebodohan, akar lingkaran, yang menyelubungi empat kebenaran” (catusaccapañicchàdikàya vaññamålaka avijjàya samatikkamena). Baris yang sama muncul pada v. 764ab, di mana, karena merujuk pada seorang Arahanta, maka dengan semestinya diterjemahkan dengan memaksakan bentuk ablatif. Akan tetapi, terlepas dari tulisan Spk, ini tidak sesuai untuk pelajar (sekha), yang belum sepenuhnya melenyapkan nafsu akan kehidupan atau melampaui semua kebodohan. Oleh karena itu, saya menerjemahkannya dalam bentuk datif terpotong. Menguraikan (apacaya) berarti tidak melakukan proses yang mempertahankan lingkaran kehidupan. Pada 22:79 (III 89, 22-24), dikatakan bahwa siswa mulia dalam latihan menguraikan lima kelompok unsur kehidupan, sementara Arahanta (III 90,11) berdiam setelah menguraikannya (apacinitvà ñhito). Baca juga MN III 288,30.===

(Mātali:)[Màtali:]

Seṭṭhā hi kira lokasmiṃ ye tvaṃ sakka namassasi, 930. “’Mereka yang engkau sembah, Tuanku, Sakka, Sesungguhnya adalah yang terbaik di dunia.

Ahampi te namassāmi ye namassasi vāsavāti.

Page 29: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Aku juga menyembah mereka— Mereka yang engkau sembah, Vàsava.’

(Therā:)[Sang Bhagavà:]

Idaṃ vatvāna maghavā devarājā sujampati, 931. “Setelah memberikan penjelasan ini, Setelah menyembah segala penjuru,

Bhagavantaṃ namassitvā pamukho rathamāruhīti. Raja-deva Maghavà, Suami Sujà, Sang pemimpin, naik ke kereta.” <506>

11. 2. 10. Tatiyasakkanamassanasuttaṃ7, (S.11.20.)10.Savghavandanasuttam20 (10) Pemujaan kepada Saïgha (atau Pemujaan Sakka (3))

266. Evaṃ me sutaṃ. 8 (Seperti di atas hingga:) [236]

Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane ānāthapiṇḍikassa ārāme. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi bhikkhavoti, bhadanteti te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca:

1. Satthāravandanāsuttaṃ-machasaṃ, 2 sāvatthiyaṃ jetavane-ma, 3. Mātaliṃ saṅgāhakaṃ. Katthaci 4. Añjaliṃ katvā-machasaṃ. 5. So-[pts 6.] Sekkhā-machasaṃ. Syā 7. Saṅghavandanā suttaṃ-machasaṃ. 8. Sāvatthiyaṃ jetavane tatra, -pe etadavoca-machasaṃ.

[BJT Page 420] Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakko devānamindo mātalisaṅgāhakaṃ āmantesi: yojehi samma mātali, sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ uyyānabhūmiṃ gacchāma subhūmiṃ dassanāyāti.

[PTS Page 236] evaṃ bhaddantavāti kho bhikkhave, mātali saṅgāhako sakkassa devānamindassa paṭissutvā sahassayuttaṃ ājaññarathaṃ yojetvā sakkassa devānamindassa paṭivedesi: yutto kho te mārisa, sahassayutto ājaññaratho, yassa'dāni kālaṃ maññasīti.

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo vejayantapāsādā orohanto pañjaliko sudaṃ bhikkhusaṅghaṃ namassati. Atha kho bhikkhave, mātali saṅgāhako sakkaṃ devānamindaṃ gāthāhi1 ajjhabhāsi:“Kemudian, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, turun dari Istana Vejayanta, merangkapkan tangan sebagai penghormatan, dan menyembah Saïgha para bhikkhu. Kemudian Màtali sang kusir berkata kepada Sakka dalam syair:

Taṃ hi ete namasseyyuṃ pūtidehasayā narā, 932. “’Adalah mereka yang seharusnya menyembah engkau— Manusia yang terjebak dalam jasmani yang busuk,

Nimuggā kuṇapasmete2 khuppipāsā3 samappitā. Mereka yang terbenam di dalam bangkai, Diserang oleh lapar dan haus.655

===655. Terjebak dalam jasmani yang busuk (påtidehasayà). Spk: Ini dikatakan karena mereka menetap dalam jasmani busuk ibu (selama masa janin) atau karena mereka terjebak dalam jasmani mereka sendiri. Mereka yang terbenam di dalam bangkai: Saya membaca baris ini seperti dalam Be (baik dalam teks maupun daftar kata dari Spk) sebagai nimuggà kuõapamhete, dengan objek tidak langsung berbentuk tunggal lokatif. Se membaca kuõapasmete, menggunakan bentuk alternatif dari bentuk tunggal lokatif. Akan tetapi, Ee1 & 2, dan Spk (Se) dalam daftar kata membaca baris ini sebagai bentuk jamak lokatif kuõapesv ete. Spk menjelaskan: “Terbenam selama sepuluh bulan dalam mayat, yaitu rahim ibu.” Terlepas dari komentar ini, besar kemungkinan bahwa referensi ini adalah merujuk pada jasmani diri masing-masing.===

Kinnu tesaṃ pihayasi anāgārāna vāsava, 933. Mengapa engkau iri pada mereka, Orang-orang ini yang berdiam tanpa rumah, Vàsava?

Ācāraṃ isinaṃ4 brūhi taṃ suṇoma vaco tavāti. Beritahukan kepada kami tentang perilaku petapa ini; Biarlah kami mendengarkan apa yang engkau katakan.’

Page 30: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

(Sakko:)[Sakka:] <507>

Etaṃ tesaṃ pihayāmi anāgārāna mātali, 934. “’Ini adalah mengapa aku iri pada mereka,656 Orang-orang itu yang berdiam tanpa rumah, Màtali:

===656. Vv. 934-35 bersesuaian dengan Thi 282-83. Saya menganggap vv. 935-36 sebagai dua syair yang masing-masing terdiri dari enam pàda (seperti pada Se dan Ee2) daripada tiga syair yang masing-masing terdiri dari empat pàda (seperti pada Be).===

Yamhā gāmā pakkamanti anapekkhā vajanti te. Desa apa pun yang mereka tinggalkan, Mereka tinggalkan tanpa beban.

Na tesaṃ koṭṭhe openti na kumbhe5 na khalopiyaṃ6, 935. “’Mereka tidak menyimpan barang-barang mereka di gudang, Tidak di dalam kendi juga tidak di dalam peti.

Paraniṭṭhitamesānā7 tena yāpenti subbatā, Mencari, apa yang telah dipersiapkan oleh orang lain, Dengan cara inilah mereka hidup, teguh dalam sumpah:

Sumantamantino dhīrā tuṇhībhūtā samañcarā, Para bijaksana itu yang memberikan nasihat yang baik, Mempertahankan keheningan, bahkan dalam perjalanan.657

===657. Saya membaca pàda a berbeda dengan empat edisi lain, na te saü koññhe osenti (tulisan pada Thi 283; Ee2 dengan baik memisahkan te dan saü namun dengan openti). Spk menjelaskan: na te saü santakaü dha¤¤aü koññhe pakkhipanti; “mereka tidak menyimpan barang-barang, harta, hasil panen mereka di gudang penyimpanan”. Dengan demikian, Saü memiliki makna “benda-benda pribadi”; baca EV I, n. atas 743 dan EV II, n. atas 283. Kemasan pada kata kerja, pakkhipanti, menegaskan bahwa kita harus membaca osenti daripada openti, tulisan yang lazim. Thi-a 208,21-22 mengemas: na openti na pañisàmetvà ñhapenti tàdisassa pariggahassa abhàvato; “mereka tidak menabung, tidak menyusun, dan menyimpan, karena tidak adanya benda kepemilikan demikian”. Kata kerja yang bersesuaian pada Mvu III 453 adalah osaranti, yang disarankan oleh Jones agar diubah menjadi osàrenti. Jones juga menyadari bentuk Pàli osàpenti. Baca juga nn. 223 dan 542 di atas. Dalam pàda c, Thi 283 membaca pariniññhitam sebagaimana teks dan daftar kata dalam Thi-a. Norman lebih menyukai yang terakhir dengan membandingkan dengan syair serupa dalam naskah Jain (baca EV II, n. atas 283), tetapi penjelasan dalam baik Thi-a maupun Spk mendukung paraniññhitam, tulisan dalam semua edisi SN. Spk: Mencari apa yang telah dipersiapkan oleh orang lain (paraniññhitam esànà): mencari, dengan praktik berkeliling menerima dana makanan, makanan yang dipersiapkan oleh orang lain, dimasak di rumah orang lain (paresaü niññhitaü paraghare pakkaü bhikkhàcàravattena esamànà gavesamànà; saya menggunakan bentuk genitif paresaü di sini dalam makna alat, yang disiratkan dalam konteks). Spk menjelaskan pàda e: Yang memberikan nasihat yang baik (sumantamantinpo): Mereka mengucapkan kata-kata yang baik, mengatakan, “Kita akan menghafalkan Dhamma, menjalankan praktik petapa, menikmati Keabadian, melakukan tugas-tugas seorang petapa.” Memelihara keheningan, bahkan ketika bepergian (tuõhãbhåtà sama¤carà): Bahkan walaupun mereka membicarakan Dhamma dengan suara sekeras halilintar sepanjang tiga jaga pada malam hari, mereka tetap dikatakan “memelihara keheningan, bahkan ketika berpergian”. Mengapa demikian? Karena mereka menghindari percakapan yang tidak berguna.===

Devā viruddhā asurehi puthu maccā ca mātali, 936. “’Selagi para deva bertempur melawan para asura Dan orang-orang saling bertempur satu sama lain,

Aviruddhā viruddhesu attadaṇḍesu nibbutā, Di antara mereka yang bertempur, mereka tidak bertempur; Di antara mereka yang bengis, mereka tenang;

Sādānesu anādānā te namassāmi mātalīti, Di antara mereka yang mencengkeram, mereka tidak mencengkeram; Orang-orang inilah yang kusembah, Màtali.’

(Mātali:)[Màtali:]

Seṭṭhā hi kira lokasmiṃ ye tvaṃ sakka namassasi, 937. “’Mereka yang engkau sembah, Tuanku, Sakka, Sesungguhnya adalah yang terbaik di dunia.

Ahampi te namassāmi ye namassasi vāsavātiAku juga menyembah mereka— Mereka yang engkau sembah, Vàsava.’ <508>

(Therā:)[Sang Bhagavà:]

Idaṃ sutvāna maghavā devarājā sujampati, 938. “Setelah memberikan penjelasan ini, Setelah menyembah Bhikkhu Saïgha,

Page 31: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Bhikkhusaṅghaṃ namassitvā pamukho rathamāruhīti, Raja-deva Maghavà, suami Sujà, Sang pemimpin, naik ke kereta.”

Sattavatavaggo dutiyo.

Tatruddānaṃ:

Vatapadena8 tayo vuttā daḷiddañca rāmaṇeyyakaṃ, Yajamānañca vandanā tayo sakkanamassanāti.

1. Gāthāya-machasaṃ syā [pts. 2.] Kuṇapamhete- machasaṃ. Kuṇapesvete-katthaci, 3. Khuppipāsa-machasaṃ. 4. Isītaṃ-[pts 5.] Kumbhā-syā [pts 6.] Kalopiyaṃ-machasaṃ. Syā 7. Pariniṭaṭhitamesanā-syā. 8. Dve pana-machasaṃ. [Pts.]

[BJT Page 422] 3. Sakkapañcakaṃ3.TatiyavaggoIII. SUB BAB KE TIGA : (KELOMPOK LIMA SAKKA)

11. 3. 1. Jhatvā1suttaṃ(S.11.21.)1.Chetvasuttam21 (1) Setelah Membunuh

267. 2Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā [PTS Page 237] sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. [237] Di Sàvatthã, di Hutan Jeta.

Atha kho sakko devānamindo yena bhagavā tenupasaṅkami. Kemudian Sakka, raja para deva, mendekati Sang Bhagavà,

Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ aṭṭhāsi. memberi hormat kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi.

Ekamantaṃ ṭhito kho sakko devānamindo bhagavantaṃ gāthāya ajjhabhāsi:Sambil berdiri di satu sisi, Sakka, raja para deva, berkata kepada Sang Bhagavà dalam syair:

Kiṃsu jhatvā3 sukhaṃ seti kiṃsu jhatvā3 na socati, 939. “Setelah membunuh apakah seseorang tidur dengan lelap? Setelah membunuh apakah seseorang tidak bersedih? <509>

Kissassa4 ekadhammassa vadhaṃ rocesi gotamāti. Apakah satu hal ini, O, Gotama, Pembunuhan yang Engkau setujui?”

(Bhagavā:)[Sang Bhagavà:]

Kodhaṃ jhatvā3 sukhaṃ seti kodhaṃ jhatvā3 na socati, 224. “Setelah membunuh kemarahan, seseorang tidur dengan lelap; Setelah membunuh kemarahan, seseorang tidak bersedih;

Kodhassa visamūlassa madhuraggassa vāsava, Pembunuhan kemarahan, O, Vàsava, Dengan akarnya yang beracun dan pucuknya yang bermadu:

Vadhaṃ ariyā pasaṃsanti taṃ hi jhatvā3 na socatī ti. Adalah pembunuhan yang dipuji oleh para mulia, Karena setelah membunuhnya, seseorang tidak bersedih.”

11. 3. 2. Dubbaṇṇiyasuttaṃ(S.11.22.)2.Dubbanniyasuttam22 (2) Buruk Rupa

268. Sāvatthiyaṃ-5Di Sàvatthã, di Hutan Jeta. Di sana Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Page 32: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Bhūtapubbaṃ bhikkhave, aññataro yakkho dubbaṇṇo okoṭimako sakkassa devānamindassa āsane nisinno ahosi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, satu yakkha cacat yang buruk rupa duduk di atas tempat duduk Sakka, raja para deva.658

===658. Spk: Ia adalah kurcaci berkulit tunggul terbakar dan berperut kendi. Ia duduk di atas singgasana batu kuning Sakka (paõóukambalasilà; baca Dhp-a I 273, 9-12; BL 1:320). Dikatakan bahwa ia sebenarnya adalah brahma dari alam berbentuk. Mendengar tentang kesabaran Sakka, ia datang untuk mengujinya; karena mustahil bagi makhluk jahat (avaruddhaka-yakkha) dapat memasuki suatu tempat yang dijaga ketat.===

Tatra sudaṃ bhikkhave devā tāvatiṃsā ujjhāyanti khīyanti vipācenti: Kemudian, para deva Tàvatiüsa mengetahui hal ini, menggerutu, dan mengeluhkan, dengan berkata:

acchariyaṃ vata bho, abbhūtaṃ vata bho, ‘Sungguh mengagumkan, Teman! Sungguh menakjubkan, Teman!

ayaṃ yakkho dubbaṇṇo okoṭimako sakkassa devānamindassa āsane nisinnoti. 6 Yakkha cacat yang buruk rupa ini duduk di atas tempat duduk Sakka, raja para deva!’ <510>

Yathā yathā kho bhikkhave, devā tāvatiṃsā ujjhāyanti khīyanti vipācenti, Tetapi semakin para deva Tàvatiüsa itu menggerutu dan mengeluhkan hal ini,

tathā tathā so yakkho abhirūpataro ceva hoti dassanīyataro ca pāsādikataro ca. yakkha itu menjadi semakin tampan, semakin menarik, semakin terlihat agung.”

Atha kho bhikkhave devā tāvatiṃsā yena sakko devānamindo tenupasaṅkamiṃsu. “Kemudian, Para bhikkhu, para deva Tàvatiüsa itu mendatangi Sakka

Upasaṅkamitvā sakkaṃ devānamindaṃ etadavocuṃ: dan berkata kepadanya:

idha te mārisa aññataro yakkho dubbaṇṇo okoṭimako tumhākaṃ7 āsane nisinno. ‘Di sini, Baginda, yakkha cacat yang buruk rupa telah menduduki tempat dudukmu….

Tatra sudaṃ mārisa devā tāvatiṃsā ujjhāyanti khīyanti vipācenti: acchariyaṃ vata bho abbhūtaṃ vata bho ayaṃ yakkho dubbaṇṇo okoṭimako [PTS Page 238] sakkassa devānamindassa āsane nisinnoti. Yathā yathā kho mārisa devā tāvatiṃsā ujjhāyanti khīyanti vipācenti, Tetapi semakin para deva menggerutu … [238]

tathā tathā so yakkho abhirūpataro ceva hoti dassanīyataro ca pāsādikataro cāti. yakkha itu menjadi semakin tampan, semakin menarik, semakin terlihat agung.’—

So hi nūna mārisā kodhabhakkho yakkho bhavissatī ti. ‘Dia pasti yakkha pemakan kemarahan.’”

1. Chetvā suttaṃ-machasaṃ. [Pts 2.] Sāvatthiyaṃ jetavane-machasaṃ 3. Chetvā-machasaṃ [pts. 4.] Kissassu-machasaṃ. 5. Sāvatthiyaṃ jetavane. Tatra kho -pe etadavoca-machasaṃ. 6. Nisinno hoti. [Pts. 7.] Sakkassa devānamindassa-machasaṃ.

[BJT Page 424] Atha kho bhikkhave, sakko devānamindo yena so kodhabhakkho yakkho tenupasaṅkami. “Kemudian, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, mendekati yakkha pemakan-kemarahan itu.659

===659. Spk: Sakka mendengar dari para deva: “adalah tidak mungkin bahwa yakkha itu pergi dengan cara kasar, namun jika seseorang menggunakan cara halus dan teguh dalam kesabaran, maka ia dapat mengusirnya.” Demikianlah ia menggunakan strategi itu.===

Upasaṅkamitvā ekaṃsaṃ uttarāsaṅgaṃ karitvā dakkhiṇajāṇumaṇḍalaṃ paṭhaviyaṃ nihantvā yena so kodhabhakkho yakkho tenañjaliṃ paṇāmetvā tikkhattuṃ nāmaṃ sāvesi Setelah mendekat, ia merapikan jubah atasnya di salah satu bahunya, berlutut dengan lutut kanan menyentuh tanah, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada yakkha itu, <511> ia menyebutkan namanya tiga kali:

sakko'haṃ1 mārisa devānamindo, sakko'haṃ2 mārisa devānamindoti. ‘Aku, Tuan, adalah Sakka, raja para deva! Aku, Tuan, adalah Sakka, raja para deva!

Page 33: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Yathā yathā kho bhikkhave, sakko devānamindo nāmaṃ sāveti, tathā tathā so yakkho dubbaṇṇataro ceva ahosi okoṭimakataro ca. Dubbaṇṇataro ceva hutvā okoṭimakataro ca tatthevantaradhāyīti. Semakin Sakka menyebutkan namanya, yakkha itu menjadi semakin buruk dan buruk dan menjadi lebih cacat hingga ia lenyap dari sana.”

Atha kho bhikkhave sakko devānamindo sake āsane nisīditvā deve tāvatiṃse anunayamāno tāyaṃ velāyaṃ imā gāthāyo abhāsi. “Kemudian, Para bhikkhu, setelah duduk di tempat duduknya sendiri, memberikan instruksi kepada para deva Tàvatiüsa, Sakka, raja para deva, pada kesempatan itu melantunkan syair-syair ini:

Na sūpahatacitto'mhi nāvattena3 suvānayo, 941. “’Aku tidak terganggu dalam batin, Juga tidak mudah terpengaruh oleh pusaran kemarahan.

Na vo cirāhaṃ kujhāmi kodho mayi nāvatiṭṭhati. Aku tidak pernah marah dalam waktu yang lama, Juga kemarahan tidak bertahan lama dalam diriku.660

===660. Spk menyebutkan bahwa su, dalam pàda a, adalah sekedar ketidakmunduran (nipàtamattaü), dan dengan demikian, kami mengartikan kata majemuk: su upahatacitto ‘mhi. Spk-pñ: Sakka mengatakan sifatnya sendiri sebagai berikut, “Karena dalam diriku terdapat kesabaran, cinta, dan simpati, aku tidak menderita dalam batin karena orang lain.” Pàda b tevaca dalam be dan Se sebagai nàvattena suvànayo (Ee1: navàññena suvànayo; Ee2: n’ àvaññe na suvànayo). Spk: Ia berkata: “Aku tidak mudah terseret oleh pusaran kemarahan; aku tidak mudah dikuasai oleh kemarahan.” Pàda cd menyinggung hingga sumpah ketujuh Sakka (baca 11:11). Spk menjelaskan bahwa vo dalam pàda c adalah suatu ketidakmunduran. Suvànayo juga terdapat pada v. 507b, di mana nafsu (raga) dan bukannya kemarahan yang membujuk.===

Kuddho'haṃ4 pharusaṃ brūmi na ca dhammāni kittaye, 942. “’Ketika aku marah, aku tidak mengucapkan kata-kata kasar Dan aku tidak memuji kebajikanku.

Sanniggaṇhāmi attānaṃ sampassaṃ atthamattanoti. Aku menjaga diriku senantiasa terkendali baik <512> Demi kebaikanku.’”661

===661. Saya bersama dengan Be dan Ee1 & 2 membaca pàda ab: Kuddhàhaü na pharusaü bråmi/Na ca dhamàni kittaye. Se menghilangkan na dalam pàda a, jelas karena alasan irama, tetapi irama dapat dipertahankan dengan na jika kita memanfaatkan suku kata keempat. Spk maupun Spk-pñ tidak membantu dalam hal maknanya. VâT mengusulkan, “Dan saya tidak mengatakan sehubungan dengan hal Dhamma,” tetapi pada Ja V 172,23 dan 221,27, kami menemukan sata¤ ca dhammàni sukittitàni, “kualitas-kualitas baik yang telah diungkapkan dengan baik”, yang menyarankan bahwa di sini juga, kata netral jamak yang jarang dhammàni merujuk pada moralitas pribadi, bukan pada ajaran spiritual.===

11. 3. 3. Māyāsuttaṃ5. (S.11.23.Maya)3.Sambarimayasuttam23 (3) Kegaiban

269, Sāvatthiyaṃ6 -Di Sàvatthã. Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Bhūtapubbaṃ bhikkhave, vepacitti asurindo ābādhiko ahosi, dukkhito bāḷhagilāno. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau Vepacitti, raja para asura, sedang sakit, menderita, sangat sakit.662

===662. Spk: Ia menderita penyakit yang muncul pada saat ia dikutuk oleh sekelompok petapa; baca vv. 902-3.===

Atha kho bhikkhavo, sakko devānamindo yena vepacitti asurindo tenupasaṅkami gilānapucchako. Kemudian Sakka, raja para deva, mendekati Vepacitti untuk menanyakan tentang penyakitnya.

Addasā kho bhikkhave, vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ dūrato'va āgacchantaṃ. Dari jauh, Vepacitti melihat kedatangan Sakka

Disvāna sakkaṃ devānamindaṃ etadavoca: dan berkata kepadanya:

tikiccha maṃ devānamindāti. ‘Sembuhkan aku, Raja para deva.’—

[PTS Page 239] Vācehi maṃ vepacitti sambarīmāyanti. [239] ‘Ajari aku, Vepacitti, kegaiban Sambari.’663 —

===

Page 34: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

663. Sambarimàyà. MW memiliki dua daftar yang berhubungan: sambaramàyà = sihir, ilmu gaib; dan sambari = ilmu sulap, ilmu gaib, ilusi (seperti yang dipraktikkan oleh Asura Sambara).===

Na tāvāhaṃ vācemi yāvāhaṃ mārisa asure paṭipucchāmīti, ‘Aku tidak akan mengajarkannya, Baginda, hingga aku mendapat izin dari para asura.’”

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo asure paṭipucchi: “Kemudian, Para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, bertanya kepada para asura:

vācemahaṃ mārisā sakkaṃ devānamindaṃ sambarīmāyanti. ‘Bolehkah aku mengajarkan Kegaiban Sambari kepada Sakka, Raja para deva?’ —

Mā kho tvaṃ mārisa vācesi sakkaṃ devānamindaṃ sambarīmāyanti. ‘Jangan ajarkan Kegaiban Sambari kepadanya, Tuan.’”664

===664. Penjelasan Spk: “Bahkan tanpa sihir Sambari, Sakka sudah menekan kita, tetapi jika ia mempelajarinya, kita hancur. Jangan hancurkan kita demi kesejahteraanmu sendiri.”===

Atha kho bhikkhave vepacitti asurindo sakkaṃ devānamindaṃ gāthāya ajjhabhāsi: “Kemudian, Para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, berkata kepada Sakka, raja para deva, dalam syair: <513>

Māyāvī7 maghavā sakka devarājā8 sujampati, 943. “’Seorang penyihir — O, Maghavà, Sakka, Raja para deva, Suami Sujà—

Upeti nirayaṃ ghoraṃ sambaro'va sataṃ samanti. Pergi ke neraka yang mengerikan, Bagaikan Sambara, selama seratus tahun.’”665

===665. Seperti yang ditunjukkan oleh C.Rh.D (pada KS 1:305, n. 4), dalam syair ini, Vepacitti membedakan antara Sambara dan dirinya sendiri. Walaupun Spk mengidentifikasi keduanya, Komentator sepertinya tidak mempedulikan perbedaan ini, namun mengartikan syair ini: “Bagaikan Sambara, raja para asura, penyihir yang mempraktikkan sihir, tersiksa di neraka selama seratus tahun, demikian pula seseorang yang menggunakan sihirnya akan disiksa.” Spk-pñ memberikan bantuan lebih jauh sehubungan dengan Sambara: “Sambara adalah pemimpin para asura sebelumnya, pencipta (àdipurisa) dari sihir asura.” Spk melanjutkan: “Apakah Sakka mampu menyembuhkannya dari kemarahannya? Ya, ia mampu. Bagaimana? Pada saat itu, dikatakan, kelompok petapa itu masih hidup. Oleh karena itu, Sakka membawanya menghadap mereka dan membuatnya meminta maaf, dan ia kemudian menjadi sembuh. Tetapi karena sifatnya yang jahat (va¤citattà), ia tidak menurut namun pergi begitu saja.”===

1. Sāveti-sīmu, machasaṃ. Syā 2. Sakkāhaṃ-syā 3. Nāvaṭṭena -syā [pts 4.] Kuddhāhaṃ na pharusaṃ brūmi-machasaṃ. Syā. [Pts. 5.] Sambarimāyā suttaṃ-machasaṃ 6. Sāvatthiyaṃ -pe - bhagavā etadavoca -machasaṃ 7. Māyāvi-[pts 8.] Devarāja -machasaṃ.

[BJT Page 426] 11. 3. 4 Accayasuttaṃ. (S.11.24.)4.Accayasuttam24 (4) Pelanggaran

270. 1Ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Di Sàvatthã.

Tena kho pana samayena dve bhikkhū sampayojesuṃ. Tatreko bhikkhu accasarā. Pada saat itu, dua bhikkhu bertengkar dan satu bhikkhu telah melakukan pelanggaran terhadap yang lainnya.

Atha kho so bhikkhu tassa bhikkhuno santike accayaṃ accayato deseti2. So bhikkhu na paṭigaṇhāti. 3Kemudian bhikkhu pertama mengakui pelanggarannya kepada bhikkhu lainnya, namun bhikkhu ke dua tidak memaafkannya.666

===666. Menurut disiplin monastik (Vin I 54), jika seorang bhikkhu melakukan pelanggaran terhadap bhikkhu lain, maka bhikkhu itu harus meminta maaf dan bhikkhu lain itu harus memaafkan. ===

Atha kho sambahulā bhikkhū yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Kemudian sejumlah bhikkhu mendekati Sang Bhagavà,

Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu.

Page 35: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi,

Ekamantaṃ nisinnā kho te bhikkhū bhagavantaṃ etadavocuṃ: dan melaporkan kepada Beliau apa yang telah terjadi. <514>

idha bhante dve bhikkhū sampayojesuṃ. Tatreko bhikkhu accasarā. Atha kho so bhante bhikkhu tassa bhikkhuno santike accayaṃ accayato deseti. So bhikkhu na paṭigaṇhātīti. [Sang Bhagavà berkata:]

Dve me bhikkhave bālā: “Para bhikkhu, ada dua jenis orang dungu:

yo ca accayaṃ accayato na passati, seorang yang tidak melihat suatu pelanggaran sebagai pelanggaran;

yo ca accayaṃ desentassa yathādhammaṃ na paṭigaṇhāti. dan seorang yang, ketika orang lain mengakui pelanggaran, tidak memaafkannya sesuai dengan Dhamma.

Ime kho bhikkhave, dve bālā. Ini adalah dua jenis orang dungu.”

Dve me bhikkhave paṇḍitā: “Ada, Para bhikkhu, dua jenis orang bijaksana:

yo ca accayaṃ accayato passati, seorang yang melihat suatu pelanggaran sebagai pelanggaran;

yo ca accayaṃ desentassa yathādhammaṃ paṭigaṇhāti. dan seorang yang, ketika orang lain mengakui pelanggaran, memaafkannya sesuai dengan Dhamma.

Ime kho bhikkhave dve paṇḍitā, Ini adalah dua jenis orang bijaksana.”

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakko devānamindo sudhammāyaṃ sabhāyaṃ deve tāvatiṃse anunayamāno tāyaṃ velāyaṃ imaṃ gāthā abhāsi. “Suatu ketika di masa lampau, Para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menasihati para deva Tàvatiüsa di aula pertemuan Sudhamma, pada kesempatan itu, ia melantunkan syair ini:

[PTS Page 240] Kodho vo vasamāyātu mā ca mitte hi vo jarā, 240] 944. “’Bawalah kemarahan ke bawah kendalimu; Jangan biarkan persahabatanmu rusak.

Agarahiyaṃ mā garahittha mā ca bhāsittha pesuṇaṃ, Jangan menyalahkan seseorang yang tidak bersalah; Jangan mengucapkan kata-kata yang bersifat memecah- belah.

Atha pāpajanaṃ kodho pabbato cābhimaddatīti, Bagaikan Gunung salju yang longsor Kemarahan menggilas orang-orang jahat.’”667

===667. Spk memberikan penjelasan alternatif atas pàda b: mà ca mittehi vo jarà. “Di sini, hi hanyalah sekedar yang tidak menurun, dan maknanya adalah: ‘Jangan biarkan persahabatanmu rusak (tumhàkaü mittadhamme jàra nàma mà nibbatti). Atau mungkin mittehi adalah alat yang digunakan dengan makna lokatif, yaitu: ‘Jangan biarkan kerusakan terjadi di antara sahabat-sahabatmu (mittesu vo jarà mà nibbatti). Artinya adalah: ‘Jangan biarkan kemerosotan terjadi dalam persahabatanmu.” Kemungkinan besar bahwa mittehi di sini adalah bentuk timur yg sudah luntur dari bentuk lokatif jamak; baca Geiger, Pali Grammar, §80.3.===

11. 3. 5 Akkodhasuttaṃ(S.11.25.)5.Akkodhasuttam25 (5) Tanpa-kemarahan

271. Evaṃ me sutaṃ: ekaṃ samayaṃ bhagavā sāvatthiyaṃ viharati jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme. Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavà sedang berdiam di Sàvatthã, di Hutan Jeta, Taman Anàthapiõóika. Di sana, Sang Bhagavà berkata sebagai berikut:

Tena4 kho pana samayena dve bhikkhū sampayojesuṃ.

Page 36: 11 · Web viewBahasa diambil dari DhammaCitta Press, Samyutta Nikaya – draft SN-1. (S.11.)11.Sakkasamyuttam (25suttas) 130 Khotbah Berkelompok Sehubungan dengan Sakka 1.Pathamavaggo

Tatreko bhikkhu accasarā. Atha kho so bhikkhu tassa bhikkhuno santike accayaṃ accayato deseti. So bhikkhu na paṭigaṇhāti.

Atha kho sambahulā bhikkhū yena bhagavā tenupasaṅkamiṃsu. Upasaṅkamitvā bhagavantaṃ abhivādetvā ekamantaṃ nisīdiṃsu. Ekamantaṃ nisinnā kho te bhikkhū bhagavantaṃ etadavocuṃ: idha bhante dve bhikkhū sampayojesuṃ. Tatreko bhikkhu accasarā. Atha kho so bhante bhikkhu tassa bhikkhuno santike accayaṃ accayato deseti. So bhikkhu na paṭigaṇhātīti.

Dve me bhikkhave bālā: yo ca accayaṃ accayato na passati, yo ca accayaṃ desentassa yathādhammaṃ na paṭigaṇhāti. Ime kho bhikkhave, dve bālā. Dve me bhikkhave paṇḍitā: yo ca accayaṃ accayato passati, yo ca accayaṃ desentassa yathādhammaṃ paṭigaṇhāti. Ime kho bhikkhave dve paṇḍitā,

Bhūtapubbaṃ bhikkhave sakko devānamindo sudhammāyaṃ sabhāyaṃ deve tāvatiṃse anunayamāno tāyaṃ loyaṃ imaṃ gāthaṃ abhāsi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, Sakka, raja para deva, menasihati para deva Tàvatiüsa di aula pertemuan Sudhamma, pada kesempatan itu, ia melantunkan syair ini: <515>

Mā vo kodho ajjhabhavi mā ca kujjhittha kujjhanaṃ, 945. “’Jangan biarkan kemarahan menguasaimu; Jangan marah pada mereka yang marah.

Akkodho avihiṃsā ca ariyesu vasati sadā5Tanpa-kemarahan dan tidak-membahayakan selalu berdiam Dalam [hati] para mulia.

Atha pāpajanaṃ kodho pabbato vābhimaddatīti. Bagaikan gunung salju yang longsor Kemarahan menggilas orang-orang jahat.’”668 <516>

===668. Spk: Ketidakmarahan (akkodha) adalah cinta kasih (metta) dan tahap persiapan dari cinta kasih; ketidakbahayaan (avihiüsà) adalah belas kasihan (karuõà) dan tahap persiapan dari belas kasihan.===

Sakkapañcakaṃ.

1. Sāvatthiyaṃ-pe- ārāme -machasaṃ. 2. Desesi-[pts 3.] Nappaṭiggaṇhāti -machasaṃ. Na paṭiggaṇhāti-syā 4. Tatra kho bhagavā -pe - etadavoca -machasaṃ syā. [Pts 5.] Ariyesu ca paṭipadā-machasaṃ.

[BJT Page 428] [\x 428/] Tatruddānaṃ:

Jhatvā dubbaṇṇiya māyā accayena akodhano, Desitaṃ buddhaseṭṭhena idaṃ hi sakkapañcakanti.

Sakkasaṃyuttaṃ samattaṃ.

Devatā devaputto ca rājā māro ca bhikkhunī, Brahmā brāhmaṇa vaṅgīso vana yakkhena vāsavoti.

Sagāthavaggo niṭṭhito.~ Buku Syair-syair Selesai ~