bab 2 landasan teori - bina nusantara | library...
Post on 11-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), “Accounting information
system is a system that collects, records, stores, and processes data to produce
information for decision makers”. Dapat diterjemahkan sebagai berikut: Sistem
Informasi Akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan,
dan mengolah data untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pembuat
keputusan.
Sedangkan Gelinas dan Dull berpendapat (2009, p.14), “The accounting
information system is a specialized subsystem of the IS that have a purpose to
collect, process, and report information related to the financial aspects of
business events”. Dapat diartikan sebagai berikut: Sistem Informasi Akuntansi
merupakan subsistem khusus dari sistem informasi yang memiliki tujuan untuk
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi terkait dengan aspek
keuangan peristiwa bisnis.
Menurut McLeod dan Schell dalam bukunya yang diterjemahkan oleh
Teguh, H. (2004, p.237), Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem
pengumpulan data yang menjelaskan kegiatan perusahaan, mengubah data
tersebut menjadi informasi serta menyediakan informasi bagi pemakai di dalam
maupun diluar perusahaan.
10
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Informasi
Akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan sumber daya, mencatat,
menampung, dan memproses data keuangan dan data lainnya menjadi informasi
yang berguna bagi pengambil keputusan dan untuk kepentingan bisnis.
Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam Sistem Informasi Akuntansi yaitu
masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Bila suatu data yang
diinput telah dilaksanakan dengan prosedur atau melalui proses yang benar,
maka akan menghasilkan suatu informasi yang berbentuk keluaran (output) yang
sesuai dengan keinginan pengguna informasi, khususnya laporan akuntansi
keuangan.
2.1.2 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama & Jones (2006, p.6), Sistem Informasi Akuntansi
memberikan lima kegunaan, antara lain:
1. Menghasilkan laporan eksternal, Sistem Informasi Akuntansi dapat
menghasilkan laporan yang khusus untuk memenuhi kebutuhan
informasi pihak eksternal seperti investor, kreditor, pajak, dan pihak
eksternal lainnya.
2. Mendukung aktivitas rutin, manajer membutuhkan Sistem Informasi
Akuntansi untuk mengendalikan aktivitas operasi rutin selama
perusahaan beroperasi. Seperti mengirim permintaan pembelian,
menerima tagihan, menerima pesanan barang atau jasa, dan
membayar tagihan.
11
3. Mendukung pengambilan keputusan, informasi juga dibutuhkan
untuk mendukung pengambilan keputusan kegiatan yang tidak rutin
dilakukan di semua level organisasi.
4. Perencanaan dan pengendalian, sistem informasi juga dibutuhkan
untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas dengan baik.
5. Implementasi pengendalian internal, pengendalian internal meliputi
kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk
menjaga aset perusahaan dari kerugian atau penggelapan dan untuk
memperbaiki keakuratan data keuangan.
2.1.3 Subsistem pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Hall (2008, p.8), Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari tiga
subsistem utama, yaitu:
1. Transaction Processing System (TPS) yang mendukung operasi
bisnis sehari-hari.
2. General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS) yang
menghasilkan laporan keuangan misalnya laporan arus kas dan
laporan lain yang berhubungan dengan hukum yang berlaku.
3. Management Reporting System (MRS) yang menghasilkan laporan
keuangan khusus untuk manajemen internal.
2.1.4 Komponen Utama Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.2), Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari empat komponen:
12
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan
melaksanakan berbagai fungsi;
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data
tentang aktivitas-aktivitas organisasi;
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi;
4. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan
pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Keempat komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu
Sistem Informasi Akuntansi memenuhi tiga fungsi penting dalam organisasi,
yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh
aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai
aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-
pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang
telah terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak
manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset
organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat
dibutuhkan, akurat dan handal.
13
2.2 Koperasi Simpan Pinjam
Subandi (2010, h.35) berpendapat, “Koperasi kredit atau simpan pinjam
adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan simpanan dari para
anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang membutuhkan
bantuan modal untuk usahanya. Selain itu, koperasi simpan pinjam juga
bertujuan mendidik anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta
menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir”.
Menurut Rudianto (2010, h.51), “Koperasi simpan pinjam adalah
koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para
anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang
memerlukan bantuan dana”.
Gambar 2.1 Skema Koperasi Simpan Pinjam
Sumber : Rudianto (2010, h.51)
14
Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa
penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi. Walaupun
pemupukan modal dilakukan koperasi dari para anggotanya, sering kali jumlah
uang yang ingin dipinjam oleh anggota lebih besar dari modal yang dimiliki
koperasi. Karena itu, tidak jarang koperasi harus meminjam uang dari kreditor di
luar koperasi, seperti bank atau koperasi kredit.
Jadi, pada dasarnya fungsi koperasi simpan pinjam adalah sebagai
jembatan antara anggota koperasi yang memerlukan uang pinjaman dengan
anggota koperasi yang menyimpan uangnya di koperasi atau dari kreditor
lainnya.
2.2.1 Ekuitas Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Rudianto (2010, h.6), “Ekuitas adalah kekayaan bersih suatu
badan usaha atau selisih total kekayaan dengan total hutangnya”. Ekuitas
koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok
atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, dan sisa hasil usaha
yang belum dibagi.
1. Modal Anggota
Menurut Rudianto (2010, h.6) istilah modal dalam pengertian ini
lebih memiliki arti sebagai sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari
setoran para anggota. Biasanya setoran anggota koperasi dapat
dikelompokkan dalam 3 jenis setoran, yaitu simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan sukarela. Akan tetapi, koperasi tertentu memiliki
15
jenis setoran lain yang berbeda. Berkaitan dengan modal anggota, jenis
simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal koperasi
karena bersifat tidak permanen, di mana simpanan jenis ini dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh anggota.
a. Simpanan Pokok
Jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang
harus disetorkan oleh setiap anggota pada waktu masuk
menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat
diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi
anggota koperasi.
b. Simpanan Wajib
Jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh
anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, seperti
sebulan sekali. Jenis simpanan wajib ini dapat diambil
kembali dengan cara yang diatur lebih lanjut dalam
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan keputusan
rapat anggota.
c. Simpanan Sukarela
Jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan
anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai
simpanan. Simpanan jenis ini dapat diambil kembali oleh
pemiliknya setiap saat. Karena itu, simpanan sukarela
tidak dapat dikelompokkan sebagai modal anggota dalam
16
koperasi tetapi dikelompokkan sebagai hutang jangka
pendek.
2. Modal Sumbangan
Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat.
Modal sumbangannya tidak dapat dibagikan kepada anggota koperasi
selama koperasi belum dibubarkan.
3. Modal Penyertaan
Sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat
struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.
4. Cadangan
Bagian SHU yang disisihkan oleh koperasi untuk suatu tujuan
tertentu, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat
anggota. Biasanya cadangan dibuat untuk persiapan melakukan
pengembangan usaha, investasi baru, atau antisipasi terhadap kerugian
usaha.
5. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode
tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk
memperoleh penghasilan itu. Jumlah SHU tahun berjalan akan terlihat
dalam laporan perhitungan hasil usaha. Jika pencatatan transaksi dalam
suatu koperasi berjalan dengan baik, SHU tahun berjalan biasanya tidak
17
akan terlihat di neraca bagian dari ekuitas koperasi pada akhir periode
tertentu, karena sudah harus langsung dialokasikan ke dalam berbagai
dana dan cadangan.
2.2.2 Siklus Akuntansi Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Rudianto (2010, h.10) dalam proses menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, akuntansi harus
melewati beberapa tahapan proses. Proses tersebut dimulai dari mengumpulkan
dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis transaksi, menganalisis, dan
meringkasnya dalam catatan hingga melaporkannya dalam bentuk laporan
keuangan yang dibutuhkan.
Rudianto menjabarkan bahwa pengertian dari akuntansi koperasi itu
sendiri adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk
angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas atau
transaksi suatu koperasi dalam bentuk informasi keuangan.
Dengan demikian, untuk sampai pada penyajian informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, akuntansi harus melewati suatu proses
yang disebut siklus akuntansi. Siklus akutansi adalah urutan kerja yang harus
ditempuh oleh akuntan, mulai sejak awal hingga menghasilkan laporan
keuangan suatu koperasi.
Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Koperasi
Sumber : Rudianto (2010, h. 10)
18
Dokumen dasar adalah bukti transaksi yang dijadikan dasar oleh akuntan
untuk mencatat seperti faktur, kuitansi, nota penjualan, dan lain-lain.
1. Jurnal (journal) adalah aktivitas meringkas dan mencatat
transaksi koperasi berdasarkan dokumen dasar. Tempat untuk
mencatat dan meringkas transaksi tersebut disebut dengan buku
harian.
2. Posting adalah aktivitas memindahkan catatan di buku harian ke
dalam buku besar sesuai dengan jenis transaksi dan nama akun
atau perkiraan masing-masing.
3. Buku besar (general ledger) adalah kumpulan dari semua
akun/perkiraan yang dimiliki oleh suatu koperasi yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan suatu
kesatuan.
4. Akun/Perkiraan (account) adalah kelas informasi dalam suatu
sistem akuntansi. Atau, suatu media yang digunakan untuk
mencatat informasi mengenai sumber daya koperasi dan
informasi lainnnya berdasarkan jenisnya.
5. Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban pengurus
koperasi atas hasil usaha koperasi pada suatu periode tertentu dan
posisi keuangan koperasi pada akhir periode.
19
Siklus akuntansi ini dimulai dengan meneliti dan memilah dokumen
transaksi, seperti nota, kuitansi, faktur dan sebagainya. Setiap dokumen tersebut
diteliti dan diklasifikasikan menurut jenis dalam buku jurnal. Setelah diketahui
jenis dan nominal transaksinya, akuntan koperasi harus mencatatnya dalam buku
jurnal. Dalam buku jurnal harian, transaksi tersebut diringkas pencatatannya
sesuai dengan nama akun setiap jenis transaksi. Dalam setiap periode tertentu,
ringkasan transaksi di buku jurnal tersebut lalu diposting ke buku besar. Pada
akhir periode akuntansi, setiap akun dalam buku besar itu dihitung saldonya dan
kemudian dijadikan dasar untuk menyusun neraca saldo.
Neraca saldo adalah kumpulan dari semua akun yang dimiliki oleh suatu
koperasi beserta saldo akhirnya. Berdasarkan neraca saldo yang disusun
tersebut, akuntan dapat menyusun laporan keuangan koperasi untuk periode
bersangkutan.
2.2.3 Konsep Dasar Laporan Keuangan Koperasi
Rudianto berpendapat (2010, h.13) bahwa ketika menyusun prinsip-
prinsip akuntansi yang digunakan dalam wilayah tertentu, ada beberapa konsep
dasar yang melandasi penyusunannya. Konsep yang menjadi dasar penyusunan
laporan keuangan koperasi adalah:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost)
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam
mencatat aktiva, hutang, dan modal serta biaya. Harga perolehan
adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau
20
jasa sesuai dengan apa yang disepakati pada saat transaksi
tersebut terjadi.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition)
Pendapatan adalah aliran masuknya harta yang berasal dari
penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit
selama periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur
besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang
diterima dari transaksi penjualan dengan pihak lain. Biasanya
pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau
jasa, yaitu ketika ada kepastian mengenai besarnya pendapatan
yang diukur dengan aktiva yang diterima.
3. Prinsip Penandingan (Matching Principle)
Prinsip ini menandingkan pendapatan dengan biaya yang timbul
dalam rangka memperoleh pendapatan tersebut. Prinsip ini
berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap
periode.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency)
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan satu dengan yang
lainnya selama satu periode ke periode lainnya, maka harus
dipilih metode dan prosedur akuntansi lainnya yang akan
digunakan secara konsisten dari tahun ke tahun.
21
5. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclousure)
Semua prinsip yang berkaitan dengan laporan keuangan harus
disajikan agar laporan keuangan dapat dipahami dengan baik dan
tidak menyesatkan pembacanya.
2.2.4 Jenis Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Rudianto (2010, h.11) pada akhir siklus akuntansi, akuntan
koperasi harus membuat laporan keuangan koperasi untuk berbagai pihak yang
membutuhkan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yang
berlaku di Indonesia, laporan keuangan koperasi terdiri dari:
1. Perhitungan Hasil Usaha
Adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan koperasi
dalam menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau
satu tahun. Laporan hasil usaha harus merinci hasil usaha yang
berasal dari anggota dan laba yang diperoleh dari aktivitas
koperasi dengan bukan anggota.
2. Neraca
Adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang
dimiliki koperasi serta informasi dari mana sumber daya tersebut
diperoleh.
3. Laporan Arus Kas
Adalah suatu laporan mengenai arus kas keluar dan arus kas
masuk selama satu periode tertentu, yang mencakup saldo awal
22
kas, sumber penerimaan kas, sumber pengeluaran kas, dan saldo
akhir kas pada suatu periode.
4. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Adalah laporan yang menunjukkan manfaat ekonomi yang
diterima anggota koperasi selama satu periode tertentu. Laporan
tersebut mencakup 4 unsur, yaitu:
a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan
jasa bersama
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan
bersama
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi
d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU
2.2.5 Tujuan Umum Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Rudianto (2010, h.12) laporan keuangan yang dihasilkan oleh
suatu institusi tertentu bukan tanpa tujuan sama sekali, tetapi memiliki tujuan
tertentu. Walaupun satu institusi memiliki bidang usaha dan karakteristik yang
berbeda satu dengan lainnya, tetapi secara umum laporan keuangan disusun
dengan tujuan berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu
koperasi.
23
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan sumber ekonomi suatu koperasi yang terjadi ketika
melakukan aktivitas usaha dalam rangka memperoleh SHU.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu
para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk
menghasilkan SHU di masa mendatang.
4. Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu
para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk
menghasilkan SHU.
5. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai
perubahan sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi.
6. Untuk mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijakan akuntansi yang dianut koperasi.
2.2.6 Standar Kualitas Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Rudianto (2010, h.12) karena setiap koperasi memiliki bidang
usaha dan karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, maka rincian laporan
keuangan satu koperasi dengan koperasi lainnya juga berbeda. Namun, setiap
laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap institusi harus memenuhi beberapa
standar kualitas berikut agar bermanfaat:
24
1. Relevan
Setiap jenis laporan keuangan yang dihasilkan oleh koperasi harus
sesuai dengan maksud pengunaan sehingga dapat bermanfaat.
Karena itu, dalam proses penyusunan laporan keuangan, pengurus
koperasi harus berfokus pada tujuan umum pemakai laporan
keuangan.
2. Dapat dipahami
Laporan keuangan harus disusun dengan istilah dan bahasa yang
sesederhana mungkin sehingga dapat dipahami oleh pihak yang
membutuhkannya. Laporan keuangan yang tidak dapat dipahami
tidak akan ada manfaatnya sama sekali.
3. Daya uji
Informasi keuangan yang dihasilkan suatu koperasi harus dapat diuji
kebenarannya oleh para pengukur yang independent dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama.
4. Netral
Informasi keuangan harus diarahkan pada tujuan umum pemakai,
bukan pihak tertentu saja. Laporan keuangan tidak boleh berpihak
pada salah satu pihak yang membutuhkan laporan keuangan
tersebut.
5. Tepat waktu
Laporan keuangan harus dapat disajikan sedini mungkin agar dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan koperasi. Laporan
25
keuangan yang terlambat penyampaiannya akan membuat
pengambilan keputusan koperasi menjadi tertunda dan tidak relevan
lagi dengan waktu dibutuhkannya informasi tersebut.
6. Daya banding
Laporan keuangan suatu koperasi harus dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau dengan koperasi lain
yang sejenis pada periode yang sama.
7. Lengkap
Informasi keuangan harus menyajikan semua fakta keuangan yang
penting sekaligus menyajikan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa
sehingga tidak akan menyesatkan para pembacanya. Jadi, harus ada
klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan
keuangan. Demikian pula, semua fakta atau informasi tambahan
yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan
harus diungkapkan dengan jelas.
2.3 Pengendalian Intern
2.3.1 Pengertian Pengendalian Intern
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.192), “Internal Control is the
process implemented by the board of director, management, and those under
their direction to provide reasonable assurance that the control objectives are
achieved” yang artinya pengendalian internal adalah sebuah proses yang
diterapkan oleh dewan direksi, manajemen, dan orang-orang yang berada di
26
bawah arahan mereka untuk menyediakan dasar-dasar yang releven bahwa
tujuan dari sebuah pengendalian bisa tercapai.
Menurut Committe of Sponsoring Organization (COSO), “Internal
Control is a process effected by an entitiy’s board of directors, management,
and other personnel designed to provide reasonable assurance regarding the
achievement of objectives” yang artinya pengendalian internal adalah sebuah
proses yang dipengaruhi oleh keseluruhan direksi dalam suatu perusahaan,
manajemen, dan pihak lainnya yang dirancang untuk menyediakan jaminan
mengenai pencapaian tujuan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah sebuah
proses yang diterapkan di seluruh bagian dari perusahaan yang memiliki tujuan
untuk mengamankan aset perusahaan, memastikan data-data dalam perusahaan
dapat diandalkan, serta untuk memastikan ketaatan kepada peraturan dan hukum
yang berlaku.
2.3.2 Komponen Pengendalian Intern
Menurut COSO (Romney dan Steinbart, 2006, p.196), ada lima
komponen dalam sistem pengendalian intern, antara lain sebagai berikut:
1. Control Environment
Inti dari semua bisnis adalah orangnya, sifat mereka, termasuk
integritas, nilai etika, kemampuan, dan lingkungan dimana
mereka beroperasi. Mereka adalah tenaga penggerak organisasi
dan merupakan dasar dari segala sesuatu.
27
2. Control Activities
Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan
dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi resiko
dan untuk mencapai tujuan organisasi terlihat efektif.
3. Risk Assessment
Perusahaan harus berhati-hati terhadap resiko yang dihadapi.
Perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan
dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas
lainnya sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan baik.
Perusahaan juga arus menyusun sebuah mekanisme untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur resiko-resiko yang
berhubungan dengan masing-masing bagian.
4. Information and Communication
Yang mengelilingi aktivitas pengendalian adalah sistem
informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang
dari perusahaan menerima dan saling bertukar informasi yang
dibutuhkan untuk memimpin, mengatur dan mengontrol operasi
yang ada.
5. Monitoring
Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila
diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi dengan lebih
dinamis, berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
28
2.3.3 Tujuan Pengendalian Intern
Romney dan Steinbart (2006, p.192) menyatakan ada tujuh tujuan
pengendalian intern yang harus dicapai, yaitu:
1. Mengamankan harta organisasi, termasuk mencegah atau
mendeteksi hal-hal seperti pencurian dan kerusakan.
2. Mengurus pencatatan dengan akurat yang menggambarkan harta
organisasi.
3. Menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya..
4. Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
5. Meningkatkan efisiensi operasional termasuk memastikan
penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi telah diotorisasi
oleh pihak manajemen.
6. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan organisasi.
7. Mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku.
2.4 Object Oriented Concepts
Satzinger et al. (2005, p.60) berpendapat “Object oriented approach is a
system development approach that views an information system as a collection
of interacting objects that work together to accomplish task”, yang artinya
pendekatan berorientasi objek merupakan pendekatan pengembangan sistem
yang memandang sistem informasi sebagai koleksi benda-benda yang
berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
29
Secara konsep, pendekatan ini bukan merupakan suatu proses atau
program yang terpisah, karena tidak ada entitas data atau files yang terpisah.
Dalam proses sistemnya terkandung beberapa objek, dimana objek itu sendiri
adalah suatu hal di dalam sistem komputer yang memungkinkan untuk merespon
suatu pesan.
2.4.1 Objects
Menurut Satzinger et al. (2005, p.60) “Object is a thing in the computer
system that can respond to messages” yang artinya objek merupakan hal dalam
sistem komputer yang dapat merespon pesan.
Sebuah objek memiliki keadaan (state) dan perilaku (behavior). State
dari sebuah objek adalah kondisi object tersebut atau himpunan dari keadaan
yang menggambarkan object tersebut. State dinyatakan dengan nilai dari sebuah
atribut object nya. Atribut adalah nilai internal suatu object yang mencerminkan
antara lain karakteristik object, kondisi object, kondisi sesaat, koneksi dengan
object lain dan identitas. Perubahan state dicerminkan oleh perilaku (behavior)
object tersebut.
Behavior suatu object mendefinisikan bagaimana sebuah object
bertindak (beraksi) dan memberi reaksi. Behavior ditentukan oleh himpunan
semua atau beberapa operation yang dapat dilakukan dalam object itu sendiri.
Behavior dari sebuah object dicerminkan oleh interface, service dan method dari
object tersebut. Interface adalah pintu untuk mengakses service object. Service
adalah fungsi yang bisa diemban object. Method adalah mekanisme internal
object yang mencerminkan perilaku object tersebut.
30
2.4.2 Attributes, Methods, and User Interface Object
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Attributes is an object
characteristics that have values, such as the size, shape, color, location, and
caption of a button or label or the name, address, and phone number of a
customer” yang artinya atribut adalah karakteristik objek yang memiliki nilai-
nilai, seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi, dan keterangan dari tombol atau
label atau nama, alamat, dan nomor telepon dari pelanggan.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Methods is behaviors or
operations that describe what an object is capable of doing” yang artinya
metode adalah perilaku atau operasi yang menggambarkan sebuah objek apa
yang mampu melakukan suatu pekerjaan.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “User Interface Object is an object
the user interacts with while using the system, such as a button, menu item, text
box, or label” yang artinya objek antarmuka pengguna adalah objek pengguna
yang berinteraksi dengan saat menggunakan sistem, seperti tombol, menu item,
kotak teks, atau label.
2.4.3 Classes, Identity, Superclass, and Subclass
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Classes is a type or classification
to which all similar objects belong” yang artinya kelas adalah jenis atau
klasifikasi yang sama antara semua benda yang serupa. Class menetapkan
spesifikasi perilaku dan atribut object-object tersebut. Class adalah abstraksi
dari entitas dalam dunia nyata. Object adalah contoh dari sebuah class.
31
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Identity is a unique reference to
an object that allows another object to find it and send a message” yang artinya
identitas adalah referensi unik untuk object yang memungkinkan object lain
untuk menemukan dan mengirim pesan.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Superclass is a general class in a
generalization/specialization hierarchy, which can be extended by a subclass”
yang artinya superclass adalah kelas umum dalam hirarki
generalisasi/spesialisasi, yang dapat diperpanjang dengan subclass.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Subclass is a specialized class in
a generalization/specialization hierarchy, which contains additional attributes
and methods distinguishing it from a more general class that it extends” yang
artinya subclass adalah kelas khusus dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang
berisi atribut dan metode tambahan yang membedakannya dari kelas yang lebih
umum bahwa kelas itu meluas.
2.4.4 Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Polymorphism is a characteristic
of objects that allow them to respond differently to the same message”. Yang
artinya polimorphism merupakan karakteristik dari objek yang memungkinkan
mereka untuk merespon secara berbeda terhadap pesan yang sama.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Encapsulation is combining
attributes and methods into one unit and hiding its internal structure of objects”,
yang artinya enkapsulasi adalah menggabungkan atribut dan metode ke dalam
satu unit dan menyembunyikan struktur internal objek. Encapsulation
32
menyembunyikan banyak hal yang terdapat dalam object yang tidak perlu
diketahui oleh object lain.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.62) “Inheritance is a concept in which
one class of objects shares some characteristics of another class” yang artinya
pewarisan adalah sebuah konsep dimana satu kelas objek saham beberapa
karakteristik dari kelas lain.
2.5 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Satzinger et al. (2005, p.48), Unified Modeling Language
(UML) merupakan suatu set standar konstruksi model dan notasi yang
dikembangkan secara khusus untuk pengembangan berorientasi object.
Pemodelan (modeling) adalah proses merancang piranti lunak sebelum
melakukan pengkodean (coding). Membuat model dari sebuah sistem yang
kompleks sangatlah penting karena semakin kompleks sebuah sistem, semakin
penting pula penggunaan teknik pemodelan yang baik.
Dengan menggunakan model, diharapkan pengembangan software dapat
memenuhi semua kebutuhan pengguna dengan lengkap dan tepat, termasuk
faktor-faktor seperti scalability, robustness, security, dan sebagainya.
Kesuksesan suatu pemodelan software ditentukan oleh tiga unsur, ketiga unsur
tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process), dan tool yang
digunakan. Memahami notasi pemodelan tanpa mengetahui cara pemakaian
yang sebenarnya (proses) akan membuat proyek gagal. Dan pemahaman
33
terhadap metode pemodelan dan proses disempurnakan dengan penggunaan tool
yang tepat.
Menurut Satzinger et al. (2005, p50), Unified Process merupakan suatu
orientasi objek sistem pengembangan metodologi yang awalnya dikembangkan
Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.
Systems Development Methodology adalah pedoman untuk mengikuti
penyelesaian setiap kegiatan dalam pengembangan sistem, termasuk specific
models, tools, dan techniques. Models merupakan suatu representasi dari
sebuah aspek penting dari dunia nyata. Tools adalah software pendukung yang
membantu membuat models atau komponen lain yang diperlukan dalam
proyek. Techniques adalah suatu pedoman koleksi yang membantu seorang
analis menyelesaikan kegiatan pengembangan sistem atau tugas.
2.6 The System Development Life Cycle
Menurut Satzinger et al. (2005, p. 39) “System Development Llife Cycle
(SDLC) is the entire process of building, deploying, using and updating an
information system” yang memiliki arti Siklus Hidup Pengembangan Sistem
adalah keseluruhan proses pembangunan, penyebaran, penggunaan dan
memperbaharui suatu sistem informasi.
System Development Life Cycle merupakan suatu konsep fundamental
dari proses pengembangan sistem. Organisasi dan bisnis menggunakan sistem
informasi untuk mendukung berbagai hal, beberapa variasi dari proses bisnis
yang terjadi memerlukan fungsi-fungsi dari siklus hidup pengembangan sistem
34
tersebut. Selama daur hidup suatu sistem informasi, pertama-tama hal ini
dipahami sebagai sebuah ide, kemudian dirancang, dibangun, dan digunakan
selama proyek pembangunan, yang pada akhirnya dimasukkan kedalam
produksi dan digunakan untuk mendukung bisnis yang berjalan.
Dalam tahap pendekatannya, System Development Life Cycle (SDLC)
memiliki 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan prediktif dan pendekatan adaptif.
Pendekatan prediktif adalah pendekatan yang mengasumsikan bahwa proyek
pembangunan dapat direncanakan dan diatur terlebih dahulu dan barulah sistem
informasi dapat direncanakan sesuai dengan rencana. Sedangkan pendekatan
adaptif digunakan ketika persyaratan dari sistem atau kebutuhan pengguna tidak
dapat dipahami dengan baik.
Dalam situasi ini, proyek tidak dapat direncanakan secara utuh. Mungkin
beberapa persyaratan dari sistem belum ditentukan, setelah beberapa pekerjaan
pembangunan baru tahap perencanaan awal. Pengembang masih harus mampu
membangun solusi, tetapi mereka tetap harus fleksibel dan dapat beradaptasi
dengan proyek yang berjalan.
35
Gambar 2.3 The Waterfall Approach to the SDLC
Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 41)
Pada Gambar 2.3 diasumsikan bahwa berbagai tahapan proyek dapat dilakukan
dan diselesaikan seluruhnya secara berurutan. Pertama kali rencana rinci
dikembangkan, maka persyaratan secara menyeluruh ditentukan, maka sistem dapat
dirancang sampai dengan algoritma terakhir, dan karena itu sistem diprogram, diuji, dan
diinstal. Setelah mencapai ke tahap berikutnya, tidak akan dapat lagi kembali. Dalam
prakteknya, pendekatan ini membutuhkan perencanaan yang kaku dan keputusan akhir,
bahkan keputusan untuk di setiap langkah dari proyek pembangunan sistem.
36
Tabel 2.1 Fase dan Tujuan SDLC
Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 41)
FASE SDLC TUJUAN
Project Planning Untuk mengidentifikasi ruang lingkup sistem baru,
memastikan bahwa proyek layak, dan mengembangkan
jadwal, rencana sumber daya dan anggaran untuk proyek.
Analysis Untuk memahami dan mendokumentasikan secara detail
kebutuhan bisnis dan persyaratan pengolahan sistem yang
baru.
Design Untuk merancang sistem solusi berdasarkan persyaratan yang
telah ditentukan dan keputusan yang dibuat selama tahap
analisis.
Implementation Untuk membangun, menguji dan menginstal sebuah sistem
informasi yang handal dengan pengguna terlatih dan untuk
mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan dari
pengguna sistem.
2.7 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.7.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut Satzinger et al. (2005, p.4), “System analysis is the process of
understanding and specifying in detail what the information system should do”,
yang artinya analisis sistem adalah proses pemahaman dan menentukan secara
rinci apa yang sistem informasi harus lakukan.
37
Menurut McLeod dan Schell yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004,
p.138), analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan
tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui.
2.7.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Satzinger et al. (2005, p.4), “system design is the process of
specifying in detail how the many components of the information system should
be physically implemented”, yang artinya perancangan sistem adalah proses dari
menentukan secara rinci bagaimana komponen-komponen dari sistem informasi
diimplementasikan secara fisik.
Menurut McLeod dan Schell yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004,
p.140), perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan
oleh sistem baru.
2.7.3 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Analysis (OOA)
adalah semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan
menunjukkan interaksi pengguna apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas tersebut. Object diartikan suatu hal dalam sistem komputer yang dapat
merespon pesan.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Design (OOD)
adalah semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang
dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk
menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari masing-masing jenis
38
objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa tertentu atau
lingkungan.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.60), Object-Oriented Programming
(OOP) menuliskan laporan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan
apa yang setiap jenis objek ini termasuk pesan bahwa pengirim satu sama lain.
2.7.4 Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.7.4.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p.144), “Activity diagram is a
type of workflow diagram that describes the user activities and their
sequential flow”, yang artinya activity diagram adalah diagram alur
proses kerja yang menggambarkan berbagai aktivitas dari user (atau
sistem), orang yang melakukan setiap aktivitasnya, dan kelanjutan dari
setiap aktivitas-aktivitas tadi.
Sebuah activity diagram hanyalah sebuah diagram alur kerja
yang menggambarkan berbagai pengguna kegiatan, orang yang
melakukan aktivitas masing-masing, dan aliran sekuensial kegiatan ini.
Diagram ini sangat mirip dengan sebuah flowchart karena kita dapat
memodelkan sebuah alur kerja dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya
atau dari satu aktivitas ke keadaan sesaat (state). Selain itu juga dapat
berguna ketika ingin menggambarkan perilaku pararel atau menjelaskan
bagaimana perilaku dalam berbagai use case berinteraksi.
39
Tabel 2.2 Notasi Activity Diagram
Sumber : Satzinger et al. (2005, p.145)
Notasi Fungsi
States menggambarkan aktivitas
individual di dalam alur kerja.
Transition menggambarkan rangkaian
urutan antara aktivitas.
Swimlane adalah area persegi panjang
yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan oleh single agent.
Starting Activity menunjukan awal dari
alur kerja.
Ending Activity menunjukkan akhir dari
alur kerja.
User
State1
40
Synchronization Bar adalah simbol
yang digunakan dalam activity diagram
untuk mengatur pemisahan atau
penggabungan dari setiap urutan alur
kerja.
Decision Activity adalah simbol yang
digunakan jika transition dari setiap
state mempunyai 2 kemungkinan yang
berbeda.
2.7.4.2 Use Case Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p.52), “use case is an activity
the system carries out, usually in response to a request by a user”, yang
artinya use case adalah aktivitas dari sebuah sistem, yang biasanya
dalam menanggapi permintaan dari user.
Use case dapat menjelaskan manfaat sistem jika dilihat
menurut pandangan orang yang berada diluar sistem (actor). Diagram ini
menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas dan bagaimana
sistem berinteraksi dengan dunia luar. Use case diagram dapat
digunakan selama proses analisis untuk menangkap requirements sistem
dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja.
41
Top Package::Actor1
UseCase1
Tabel 2.3 Notasi Use Case Diagram
Sumber : Satzinger et al. (2005, p.215-p.216)
Notasi Fungsi
Stick Figure mencirikan peran dari
actor.
Usecase menjelaskan nama dari
usecase.
Connecting Line menunjukkan actor
yang berhubungan dengan use case.
Boundary menunjukan batas antara
lingkungan dimana actor berada
dengan sistem komputer internal.
2.7.4.3 Event Table
Menurut Satzinger et al. (2005, p.166-p.174), “event table is a
catalog of use cases that lists events in rows and key pieces of
information about each event in columns”, yang diartikan sebagai
berikut: event table adalah katalog dari usecase yang mengurutkan
S y s te m
42
event-event dalam baris dan bagian kunci dari setiap informasi dalam
kolom.
Di dalam event table terdapat 6 kolom, yaitu event, trigger,
source, use case, response, dan destination.
Event Trigger Source Usecase Response Destination
Gambar 2.4 Event Table
Sumber : Satzinger et al. (2005, p. 175)
1. Event adalah kejadian pada waktu dan tempat tertentu yang bisa
dijelaskan dan perlu diingat.
2. Trigger adalah sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu event
telah terjadi baik adanya data yang membutuhkan pemrosesan atau
titik waktu.
3. Source adalah eksternal agen yang memasok data ke dalam sistem.
4. Response adalah output yang dihasilkan oleh sistem.
5. Destination adalah eksternal agen yang menerima output yang telah
dihasilkan.
2.7.4.4 Use Case Description
Menurut Satzinger et al. (2005, p.221), Use Case Description
adalah deskripsi yang berisi daftar rincian pengolahan untuk kasus
penggunaan. Aktor dalam UML diagram, adalah seseorang yang
menggunakan sistem.
43
Gambar 2.5 Intermediate Use Case Description
Sumber : Satzinger et al. (2005, p.221)
2.7.4.5 Domain Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p.185-p.196), Class Diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi kelas, package, dan objek serta
hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan
lain-lain.
Class Diagram juga memperlihatkan hubungan antar kelas dan
penjelasan detil tiap-tiap kelas didalam model desain (dalam logical
view) dari suatu sistem. Selama proses analisis, class diagram
memperlihatkan aturan-aturan dan tanggung jawab entitas yang
menentukan perilaku sistem. Selama tahap desain, class diagram
berperan dalam menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk
arsitektur sistem yang dibuat. Selain itu merupakan fondasi untuk
component diagram dan deployment diagram.
44
Tabel 2.4 Associations pada Class Diagram
Sumber: Satzinger (2005, p.186)
Relasi Arti
0...1 Nol ke satu
0...* Nol ke banyak
1 Satu
* Banyak
1...1 Satu ke satu
1...* Satu ke banyak
2.7.4.6 Sequence Diagram
2.7.4.6.1 System Sequence Diagram (SSD)
Menurut Satzinger et al. (2005, p.213-216), system
sequence diagram adalah diagram yang menunjukan urutan-
urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama usecase
atau skenario. System sequence diagram (SSD) digunakan
dalam hubungannya dengan deskripsi terperinci atau dengan
activity diagram untuk menunjukkan langkah-langkah
pemrosesan dan interaksi antara aktor-aktor dan sistem. SSD
juga digunakan untuk menjelaskan alur kedalam dan keluar
informasi dari sistem yang telah di automatisasi.
SSD merupakan bagian dari interaction diagram.
Interaction diagram adalah diagram komunikasi atau sequence
diagram yang menunjukkan interaksi antar object.
45
Top Package::Actor3
Diagram ini juga menjelaskan interaksi object yang
disusun dalam suatu urutan tertentu dengan memperlihatkan
tahap demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk
menghasilkan sesuatu didalam use case diagram.
Tabel 2.5 Notasi dalam System Sequence Diagram
Sumber : Satzinger et al. (2005, p.229)
Notasi Fungsi
Aktor menunjukkan orang
(atau peran) yang
berinteraksi dengan sistem.
Box Labeled : System
adalah object yang
menggambarkan
keseluruhan sistem
otomatis.
Lifeline or Object Lifeline
adalah garis vertical
dibawah object pada
sequence diagram yang
menunjukan bagian dari
waktu object.
: System
46
Input dan Output Message
menggambarkan pesan
yang dikirim atau diterima
oleh aktor dari sistem.
2.7.4.6.2 Data Access Sequence
Menurut Satzinger et al. (2005, p.303), data access
merupakan class yang digunakan untuk mengambil dan
mengirim data ke database.
Tabel 2.6 Notasi dalam Data Access Sequence
Sumber : Satzinger et al. (2005, p.317-p.318)
Notasi Fungsi
Activation Lifelines
mengindikasikan kapan
object mengeksekusi
method.
Message1
Message2
47
:Object
Object yang menjadi
sumber dan tujuan dari
setiap pesan
Controller Object
mengatur tujuan dari
masing-masing objek.
2.7.4.7 First Cut Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p.309) First Cut Class Diagram
dikembangkan dengan cara memperluas domain model kelas diagram.
Ada 2 langkah yang dibutuhkan oleh diagram ini yaitu pertama,
menguraikan atribut dengan jenis dan nilai awal informasi yang dimana
jenisnya ditentukan oleh perancang berdasarkan keahliannya. Langkah
kedua adalah dengan menambahkan navigasi visibilitas panah.
2.7.4.8 Class Diagram Updated
Menurut Satzinger et al. (2005, p.337) pada saat ini, desain
Class Diagram dapat dikembangkan untuk setiap lapisan. Pada lapisan
akses tampilan dan data, beberapa kelas baru harus dapat
dispesifikasikan. 3 jenis metode yang dapat ditemukan dalam update
class diagram:
:Handler
48
1. Metode Kontraktor
2. Metode Setter dan Getter
3. Use case specific methods
Seperti pada diagram sequence, method information memiliki
objek sumber dan objek tujuan. Proses ini dilanjutkan untuk setiap kelas
di lapisan domain, termasuk dengan menambahkan use case controller
classes.
2.7.4.9 User Interface
Menurut Satzinger et al. (2005, p.441-442) interface adalah
tempat dimana sistem informasi menangkap input dan menghasilkan
output, serta terjadinya input dan output antara sistem dan
lingkungannya. Ada dua tipe dari interface yaitu user interface dan
system interface. User interface bagian dari sistem informasi yang
membutuhkan interaksi dari user untuk menghasilkan input dan output.
Menurut Satzinger et al. (2005, p.454-457) untuk
meningkatkan kegunaan dari sistem aplikasi penting untuk memiliki
system interface yang dirancang dengan baik. Shneiderman
mendekripsikan panduan untuk desain interaksi yang baik dalam "The
Eight Golden Rules for Designing Interactive Interface", yaitu:
1. Strive for consistency (konsistensi)
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan
istilah yang digunakan pada prompt, menu, serta layar
bantuan.
49
2. Enable frequent users to use shortcuts (memungkinkan
pengguna untuk menggunakan shortcuts)
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk
meningkatkan kecepatan interaksi, sehingga diperlukan
singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas
makro.
3. Offer informative feedback (memberikan umpan balik yang
informatif)
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu
sistem umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan
dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang
sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang
penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial.
Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol
pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya.
4. Design dialogs to yield closure (merancang dialog untuk
menghasilkan suatu penutupan)
Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu
kelompok dengan bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan
balik yang informatif akan meberikan indikasi bahwa cara
50
yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan
kelompok tindakan berikutnya.
5. Offer simple error handling (memberikan penangan
kesalahan yang sederhana)
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak
dapat melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi,
sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan
memberikan mekanisme yang sederhana dan mudah
dipahami untuk penanganan kesalahan.
6. Permit easy reversal of actions (mudah kembali ke tindakan
sebelumnya)
Hal ini dapat mengurangi kekhawatiran pengguna karena
pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat
dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk
mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa
digunakan.
7. Support internal locus of control (mendukung tempat
pengendali internal)
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan
merespon tindakan yang dilakukan pengguna daripada
pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna.
51
Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga
pengguna menjadi inisiator daripada responden.
8. Reduce short-term memory load (mengurangi beban ingatan
jangka pendek)
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang
sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya
disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk
kode, mnemonic, dan urutan tindakan.
2.8 Internet
2.8.1 Pengertian Internet
Menurut Turban dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia (2004, h.647), Internet (“the Net”) adalah jaringan yang
menghubungkan sekitar satu juta jaringan komputer organisasional internasional
di lebih dari 200 negara di semua benua. Sebagai satu atau beberapa jaringan,
internet memungkinkan orang untuk mengakses data di organisasi lainnyadan
untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan bertukar informasi hampir di seluruh
dunia.
Menurut Mcleod (2004,p.63), Internet adalah nama yang diberikan oleh
koneksi jaringan komputer terbesar di dunia, dimana setiap jaringan tersebut
terdiri dari kumpulan-kumpulan jaringan yang lebih kecil.
52
Jadi, dapat disimpulkan bahwa internet merupakan suatu jaringan
penghubung yang menghubungkan konesi komputer di seluruh dunia.
2.8.2 Pengertian WWW
Menurut Turban (2004, h.680), Web (World Wide Web) adalah sistem
dengan standar yang diterima secara universal untuk menyimpan, menelusuri,
memformat, dan menampilkan informasi melalui arsitektur klien/server.
Sedangkan Mcleod berpendapat (2004, p.64) world wide web atau yang
biasa disebut web dan WWW adalah pengaksesan informasi melalui internet
dimana dokumen-dokumen hypermedia (data-data komputer) disimpan dan
didapatkan dengan arti-arti baru skema yang unik.
Dapat disimpulkan bahwa web/WWW/world wide web adalah suatu
sistem yang memiliki standar yang diterima secara universal untuk pengaksesan
informasi melalui internet.
2.8.3 Pengertian Intranet
Turban berpendapat (2004, h. 683) Intranet adalah jaringan privat yang
menggunakan peranti lunak internet dan protokol TCP/IP. Aplikasi yang paling
umum pada intranet perusahaan adalah untuk kebijakan, prosedur dan bentuk
sumber daya manusia serta terkadang digunakan oleh perusahaan sebagai alat
dalam pengambilan keputusan.
2.9 Kerangka PIECES
Dalam buku Whitten dan Bentley (2007, p.77), menerangkan bahwa James
Wetherbe mengembangkan kerangka yang berguna untuk mengidentifikasi
53
permasalahan yang harus diselesaikan, dan urgensinya. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai komponen-komponen dalam kerangka tersebut:
P (Performance) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja;
I (Information) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan (data
dan informasi);
E (Economics) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ekonomi, mengendalikan biaya, atau meningkatkan
keuntungan;
C (Control) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan kontrol
atau keamanan;
E (Efficiency) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan
efisiensi dari orang-orang dan proses;
S (Service) : Kebutuhan untuk memperbaiki atau meningkatkan
pelayanan kepada pelanggan, pemasok, mitra, karyawan,
dan sebagainya;
54
2.10 Kerangka Pikir
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Pembangunan Sistem Informasi
Koperasi Simpan Pinjam
top related