darwin 1*), syahrul2), hairul basri
TRANSCRIPT
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
58
Analisis Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh, Provinsi Aceh
(Studi Kasus Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea)
Darwin 1*)
, Syahrul2)
, Hairul Basri3)
1Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
2 Program Studi Teknik, Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
3 Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
*E-mail: [email protected]
*Nomor Handphone corresponding_author: 082362309495
Abstrak Perilaku air (hidrologi) sungai dalam suatu DAS dipengaruhi oleh penggunaan lahan sebagai
akibat adanya aktivitas manusia. DAS Krueng Aceh merupakan salah satu DAS yang terdapat
di Provinsi Aceh menjadi sumber air utama bagi penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten
Aceh Besar di Provinsi Aceh. Luasan tutupan lahan berupa hutan primer saat ini semakin
berkurang luasannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik hidrologi Sub DAS
Krueng Jreu dan Krueng Khea di DAS Krueng Aceh dan pengaruhnya dengan perubahan
tutupan lahan. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa limpasan permukaan tertinggi pada Sub
DAS Krueng Jreu terjadi sebesar 2.178,3 mm/bulan yaitu pada bulan Januari tahun 2015 dan
limpasan terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2014 yaitu sebesar 1 mm/bulan. Sedangkan
pada Sub DAS Krueng Khea limpasan permukaan terbesar yaitu 204 mm/bulan yang terjadi
pada bulan Juli tahun 2015 sedangkan limpasan terkecil sebesar 4,9 mm/bulan yang terjadi pada
bulan Agustus tahun 2018. Tidak terjadi perubahan penutupan lahan yang signifikan pada
kedua Sub DAS dari tahun 2014 sampai dengan 2018.
Kata Kunci : karakteristik hidrologi, perubahan penutupan lahan, limpasan
permukaan, perilaku air.
Analysis of Hydrological Characteristics of the Krueng Aceh Watershed, Aceh
Province (Case Study of the Krueng Jreu and Krueng Khea sub-watersheds)
Darwin 1*)
, Syahrul2)
, Hairul Basri3)
1 Postgraduate Program of Universitas Syiah Kuala
2 Department of Agricultural Engineering, Universitas Syiah Kuala
3Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, Universitas Syiah Kuala
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
59
Abstract
The behavior of river water (hydrology) in a watershed is not only influenced by land
use as a result of human activities. Krueng Aceh watershed is one of the watersheds in
Aceh Province. The watershed is the main water source for residents of Banda Aceh
City and Aceh Besar District in Aceh Province. The condition of land cover in the form
of primary forest is currently decreasing in area. This study aims to analyze the
hydrological characteristics of the Krueng Jreu and Krueng Khea watersheds in the
Krueng Aceh watershed and their effect on land cover changes. From the results of data
processing, it was found that the highest surface runoff in the Krueng Jreu watershed
occurred at 2,178.3 mm/month in January 2015 and the lowest runoff occurred in March
2014 at 1 mm/month. While in the Krueng Khea Sub-watershed the largest surface
runoff was 204 mm/month which occurred in July 2015 while the smallest runoff was
4.9 mm/month which occurred in August 2018. There was no significant change in land
cover in the two sub-watersheds from 2014 to 2018.
Keywords : hydrological characteristics, land cover change, surface runoff, hidrology
PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap lahan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya
jumlah dan aktivitas manusia dari waktu ke waktu. Hal ini menjadi alasan manusia
memanfaatkan lahan kearah penggunaan yang lebih tinggi daya gunanya maupun
meningkatkan potensi lahannya. Usaha peningkatan daya guna tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu
Daerah Aliran Sungai atau DAS (Pratama dan Yuwono, 2016). Perilaku air (hidrologi)
sungai dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) selain dipengaruhi penggunaan lahan
sebagai akibat adanya aktivitas manusia, juga sangat tergantung dari sifat alami DAS.
Karakteristik dasar alami suatu DAS disebut morfometri DAS. Morfometri merupakan
sifat atau karakteristik yang dipengaruhi faktor-faktor alamiah dari suatu DAS yang
tidak dapat diubah manusia (Murtiono, 2001).
Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi yang dapat
menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan proses sosial. Tutupan lahan dapat
menyediakan informasi yang sangat penting untuk keperluan pemodelan serta untuk
memahami fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi (Liang, 2008). Data tutupan
lahan juga digunakan dalam mempelajari perubahan iklim dan memahami keterkaitan
antara aktivitas manusia dan perubahan global (Running, 2008). Informasi tutupan
lahan yang akurat merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan kinerja
dari model-model ekosistem, hidrologi, dan atmosfer (Bounoua et al., 2002).
DAS Krueng Aceh merupakan salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Aceh.
DAS tersebut menjadi sumber air utama bagi penduduk Kota Banda Aceh dan
Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Aceh. Kondisi tutupan lahan berupa hutan primer
saat ini semakin berkurang luasannya, hasil penelitian Nasrullah dan Kartiwa (2010)
menyebutkan bahwa tahun 1994 lahan hutan primer di DAS Krueng Aceh terdapat
seluas 112.776 ha (57%). Husnan (2010) menambahkan bahwa tahun 2002 menjadi
seluas 94.178 ha (47.6%) dan tahun 2005 hutan primer tersisa seluas 79.141 ha atau
sebesar 40%. Hasil penelitian terakhir yang dilakukan Yayasan Leuser Internasional
(YLI, 2013) menyatakan bahwa luas hutan primer pada tahun 2010 tersisa seluas 31.812
ha atau 16,07% dari luas DAS Krueng Aceh. Sub DAS Krueng Khea merupakan dua
Sub DAS yang berada di bahagian tengah DAS Krueng Aceh, Sub Das Krueng Khea
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
60
mempunyai luas 9.615,55 atau 5,50 % dari total luasan DAS Krueng Aceh dan
merupakan Sub DAS terkecil yang berada di DAS Krueng Aceh.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
analisis karakteristik hidrologi DAS Krueng Aceh. Dengan demikian diharapkan adanya
upaya pengembangan sumberdaya alam dan pengelolaan DAS secara
berkelanjutan.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik hidrologi Sub
DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea di DAS Krueng Aceh dan pengaruhnya
dengan perubahan tutupan lahan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada sub DAS Krueng Aceh yaitu Sub DAS
Krueng Jreu dan Krueng Khee. Sub DAS Krueng Jreu terletak di Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan sub DAS Krueng Khee terletak di Kecamatan
Seulimeum Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai
dengan September 2020.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Lansat dari tahun 2014
s/d 2018, peta rupa bumi, peta kemiringan lahan, peta jenis tanah, data iklim, data debit
alran (Q) harian. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah software
Arc GIS 10.2.2, Gogle Earth Pro 6.0.2074, Ms Office Excel, Ms Office Words,
Computer, Global Positioning System (GPS), kamera digital, alat tulis menulis, dan
alat pendukung lainnya.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data primer dan sekunder. Jenis data
primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data spasial, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi pemerintah seperti data debit aliran dan data iklim
berupa curah hujan. Data spasial meliputi data batas Sub DAS, jenis tanah, kelerengan,
RBI, jaringan sungai dan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Krueng Jreu dan
Krueng Khea dari tahun 2014 sampai tahun 2018. Data debit meliputi data debit harian
Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea, data debit bulanan, data limpasan,
data debit maksimum, data debit minimum dan data debit rata-rata bulanan. Data iklim
merupakan data curah hujan bulanan rata-rata dari Tahun 2014 sampai dengan Tahun
2018 dari Stasiun Klimatologi kelas IV Indrapuri Aceh Besar.
Morfometri merupakan ukuran dan analisa matematis konfigurasi permukaan bumi
baik bentuk, dimensi maupun bentuk lahannya (Thornbury,1969) metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis morfometri DAS menggunakan Sistim
Informasi Geografis (SIG) yang berfungsi sebagai alat penginput dan penyimpanan
(manajemen data), analisis data serta manipulasi model simulasi data sehingga
menghasilkan data informasi dalam format vector (spasial). Adapun parameter yang
digunakan adalah : luas dan panjang DAS, bentuk DAS, jaringan sungai dan kerapatan
aliran.
Untuk memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan selama lima tahun
terakhir yaitu Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 pada Sub DAS Krueng Jreu dan
Sub DAS Krueng Khea menggunakan data format data fektor (data shp) yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap tahunnya.
Koefisien limpasan (C) Koefisien adalah bilangan Koefisien limpasan dan
perubahannya sangat dipengaruhi oleh parameter biofisik yang ada dalam wilayah
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
61
tersebut, terutama terhadap parameter yang memiliki dinamika perubahan seiring
berjalannya waktu. Nilai koefisien limpasan C dikonversi berdasarkan kelompok
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan.
Penggunaan Lahan Nilai C
Hutan lahan kering sekunder 0,03
Semak belukar 0,07
Hutan tanaman industry 0,05
Hutan rawa sekunder 0,15
Perkebunan 0,40
Pertanian lahan kering lading 0,10
pertanian lahan kering campuran 0,10
Pemukiman 0,60
Sawah 0,15
Tambak 0,05
Lahan terbuka 0,20
Perairan 0,05
Sumber : Subarkah, 1980 dalam Adnyana (2006); Hassing, 1961 dalam Suripin (2002);
Kodoatie dan Syarif (2005).
Estimasi besarnya limpasan permukaan yang dinyatakan dalam bentuk koefisien
limpasan permukaan dapat dilakukan dengan mendasarkan pada parameter-parameter
morfometri dan morfologi yang menjadi karakteristik DAS yang diperoleh melalui
interpretasi citra penginderaan jauh (satelit dan foto udara) dan analisis peta-peta
tematik. Limpasan permukaan bergerak pada atau di atas permukaan lahan pada setiap
jengkal lahan (space of land), maka wilayah DAS ataupun Sub DAS harus dibagi-bagi
lagi menjadi satuan-satuan (unit) lahan terkecil untuk menilai besarnya nilai atau angka
koefisien setiap satuan-satuan lahan tersebut. Penjumlahan nilai ataupun angka
koefisien limpasan permukaan dari setiap satuan-satuan lahan dalam suatu DAS
ataupun Sub DAS dapat digunakan untuk menyatakan besarnya nilai atau angka
koefisien limpasan permukaan DAS ataupun Sub DAS yang bersangkutan (Ningkeula,
2016). Untuk menghitung besarnya limpasan permukaan pada suatu Outlet adalah
dengan pembagian jumlah air yang keluar melalui suatu outlet dengan luasan daerah
tangkapan air (DTA).
Debit maksimum (Qmax) suatu outlet adalah debit terbesar yang keluar dari suatu
outlet pengamatan selama waktu pengamatan. Debit minimum (Qmin) suatu outlet
adalah debit terkecil yang keluar dari suatu outlet pengamatan selama jangka waktu
pengamatan. Debit rata-rata adalah rataan dari debit selama jangka waktu pengamatan
baik rata-rata bulanan maupun rata-rata tahunan. Parameter karakteristik Hidrologi DAS
yang diperoleh dari perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum
(Qmin). Apabila nilai besaran perbandingan antara Qmaks/Qmin besar (>50) berarti
lebih banyak kejadian banjir maksimum yang terjadi, dan sebaliknya kejadian debit
minimum dapat sangat-sangat kecil hanya tidak pernah nol (0). Parameter karakteristik
hidrologi DAS yang diperoleh dari perbandingan antara debit minimum (Qmin) dan
debit rata-rata (Qav) atau sering disingkat dengan parameter Qmin/Qav.
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
62
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
DAS Krueng Aceh secara geografis berada pada posisi 95°11’41” – 95°49’46”
Bujur Timur dan 5°3’41” – 5°38’10” Lintang Utara, secara administratif DAS Krueng
Aceh terletak dalam wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
Pidie dan Kabupaten Aceh Jaya. Peta Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng
Khea dapat diihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea
DAS Krueng Aceh memiliki arti penting dalam memenuhi kebutuhan air bagi
penduduk Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, mulai air baku sampai dengan kebutuhan
air untuk irigasi. PDAM Tirta Montala dan PDAM Tirta Daroy adalah dua perusahaan
yang memanfaatkan Krueng Aceh sebagai tempat untuk mengambil air baku untuk
kemudian diolah dan di suplay ke para pelanggan berupa air bersih. Luas DAS Krueng
Aceh sekitar 174.770,41 ha yang merupakan gabungan dari tujuh sub DAS yaitu: Sub
DAS Krueng Seulimuem, Sub DAS Krueng Keumireu, Sub DAS Krueng Jreue, Sub
DAS Krueng Inong, Sub DAS Krueng Khea, Sub DAS Krueng Aneuk, dan Sub DAS
Krueng Aceh Hilir. Sub DAS terluas adalah Krueng Inong 41.052,86 ha atau 23,49%
dan Sub DAS terkecil adalah Krueng Khea 9.615,55 ha atau 5,50%, luas setiap Sub
DAS dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas DAS Krueng Aceh
No Sub DAS Total Luas (Ha) %
1. Krueng Inong 41.052,86 23,49
2. Krueng Seulimeum 26.528,38 15,18
3. Krueng Keumireu 30.137,12 17,24
4. Krueng Jreu 23.266,56 13,31
5. Krueng Khea 9.615,55 5,50
6. Krueng Aneuk 9.686,90 5,54
7. Krueng Aceh Hilir 34.483,05 19,73
Total Luas 174.770,41 100
Sumber : Hasil analisis spasial (2020)
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
63
Karakteristik Morfometri
Karakteristik suatu DAS merupakan nilai kuantitatif dari beberapa parameter
morfometri pada suatau daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena itu, parameter
morfometri merupakan salah satu daya pendukung pengelolaan sumberdaya alam
terutama dalam pengelolaan DAS secara terpadu, diantaranya adalah batas dan luas
DAS, panjang sungai utama, orde sungai, dan tingkat kerapatan drainase. Identifikasi
Morfometri DAS diperlukan dalam rangka memperoleh informasi mengenai potensi dan
kecenderungan (trend) proses dan kondisi hidrologi yang terjadi di DAS yang
bersangkutan. Potensi dan kecenderungan proses dan kondisi hidrologi merupakan
gambaran tanggapan DAS terhadap input berupa curah hujan. Misalnya pada DAS
yang bentuknya membulat, kepadatan drainase yang besar dan slope sungai yang besar,
mempunyai kecenderungan lebih mudah terjadi penggenangan (banjir) daripada DAS
yang bentuknya memanjang, kepadatan drainase kecil serta slope sungainya kecil.
Sub DAS Krueng Jreu mempunyai luas 231,74 km2 atau 13,31 % dari total luas
DAS Krueng Aceh, sedangkan Sub DAS Krung Khea memiliki luas 96,32 km2 atau
5,50 % dari luas total Krueng Aceh dan merupakan sub DAS terkecil yang berada di
DAS Krueng Aceh. Hasil analisis spasial Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng
Khea dapat ditampilkan dalam Table 3.
Tabel 3. Luas Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng Khea
No DAS/Sub DAS Keliling
(km)
Luas
(km2)
Panjang
Sungai Utama
(km)
1. Kr. Jreu 87,97 231,74 34,49
2. Kr. Khea 52,70 96,32 16,5
Total 140,67 328,06 51,04
Sumber: Hasil analisis 2020
Bentuk Sub DAS
Bentuk DAS dari Sub-sub DAS Krueng Aceh dapat ditentukan dengan menghitung
nilai perbandingan persamaan circularity ratio sebagai berikut (Miller,1953) :
Rc = 4 µA/p2
dimana : Rc = circularity ratio
A = luas DAS (Km2)
P = perimeter (keliling DAS)
Apabila nilai perhitungan Rc adalah 1, maka bentuk DAS tersebut adalah
lingkaran. Bentuk Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Kreung Khea pada DAS Kreung
Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bentuk Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea No Sub DAS Rc Bentuk
1. Kr. Jreu 0,38 memanjang
2.
Kr. Khea
0,44 memanjang
Sumber: Hasil analisis, 2020
Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea mempunyai bentuk sama yaitu
berbentuk memanjang, semakin besar nilai Rc maka bentuk suatu DAS semakin
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
64
membulat semakin kecil nilai Rc yang diperoleh pada suatu DAS maka bentuk DAS
tersebut semakin memanjang. Nisbah kebulatan (circularity ratio) pada Sub DAS
Krueng Jreu dan Krueng Khea mempunyai nilai dibawah 0,5 yang artinya bahwa bentuk
daerah aliran sungainya memanjang dan debit puncaknya cepat dan penurunannya juga
cepat (Soewarno, 1991). Bila dilihat secara spasial Sub DAS Krueng Jreu berbentuk
Dentritic yaitu berbentuk seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan
arah dan sudut yang beragam. Sedangkan sub DAS Krueng Khea berbentuk parallel
yaitu anak sungai saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai utama
dengan sudut lancip atau langsung bermuara kelaut. Bentuk dari suatu DAS memiliki
arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai yang berpengaruh terhadap
kecepatan terpusat aliran. Menhut (2013); Yamamoto dan Orr (1972) dan Seyhan
(1977) menyatakan bentik DAS dengan nilai lemniscate ratio sama dengan 1, memiliki
arti DAS tersebut berbentuk buah pir.
Hasil analisis spasial berdasarkan metode Strahler (1978), sungai pertama (orde 1)
merupakan anak-anak sungai yang letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber
mata air pertama dari anak sungai tersebut. Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari
orde yang setingkat merupakan percabangan kedua (orde 2), dan segmen sungai sebagai
hasil pertemuan dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde sungai yang lebih
tinggi. Untuk perhitungan nisbah pecabangan (Rb) sungai secara keseluruhan
berdasarkan orde sungai dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Nisbah Percabangan (Rb) Sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Sub
DAS Kreung Khea berdasarkan orde sungai menurut metode Strahler
No Sub DAS Orde 1 Orde 2 Orde 3 Orde 4 Orde5
1 Kr. Jreu 59,95 22,25 7,07 9,09 34,49
2 Kr. Khea 41,45 15,03 15,09 3,03 16,55
No Sub DAS Rb 1/2 Rb2/3 Rb3/4 Rb 4/5 Wrb
1 Kr.Jreu 2,6 2,8 0,7 0,3 6,3
2 Kr. Khea 2,6 0,9 3,7 0,2 7,4
Keterangan : Rb : Ratio Bifurcation ,Wrb : Wight bifurcation ratio
Besarnya kerapatan aliran dalam DAS juga sangat mempengaruhi respons DAS
terhadap curah hujan yang jatuh diatasnya. Gambaran mengenai kerapatan aliran di Sub
DAS Krung Jreu dan Sub DAS Krung Khea dikaji dengan cara menghitung total
panjang jaringan sungai pada suatu DAS, dibagi dengan luas DAS yang bersangkutan.
Menurut Maryanto (2012) kerapatan aliran menggambarkan depression storage yaitu
simpanan air permukaan yang ada pada cekungan-cekungan seperti danau atau rawa dan
badan sungai yang mengalir di DAS tersebut. Semakin tinggi tingkat kerapatan sungai,
semakin tinggi depression storage, berarti ketika hujan turun akan semakin banyak air
yang tertampung di badan-badan sungai. Namun hal ini memberikan konsekuensi
semakin tingginya tingkat aliran pada DAS tersebut. Informasi jaringan sungai dan
kerapatan aliran dapat dilihat pada Tabel 6.
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
65
Tabel 6. Kerapatan aliran Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea
No Sub DAS Luas DAS
(km)
Panjang
Sungai (km)
Kerapatan
Aliran (km) Pola Aliran
1.
Krueng Jreu
231,74
132,86
0,57
Dentritic
2.
Krueng Khea
96,32
91,14
0,95 Paralel
Total 328,06 224,00
Sumber: Hasil analisis, 2020
Hasil analisis pada Tabel 6 menggambarkan klasifikasi indek kerapatan aliran
sungai (Soewarno,1991) pada Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng Khea berada
dalam kategori sedang, dimana memiliki nilai kerapatan aliran sebesar 0,57 dan 0,96
yang berarti kondisi alur sungai di kedua Sub DAS tersebut melewati batuan dengan
resistensi yang lebih lunak sehingga angkutan sedimen yang terakut akan lebih besar.
Sedangkan dalam peraturan Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial nomor: P.3/V-SET/2013 mengacu pada Lynsly (1975) pada Sub DAS
Krueng Jreu akan sering mengalami penggenangan sedangkan pada Sub DAS Krung
khea akan sering mengalami kekeringan. Hal ini berkaitan dengan kondisi drainase
sungai yang ada pada kedua Sub DAS yang mengalami sedikit pendangkalan atau
sedimentasi sebagaimana yang dikemukan oleh Horton (1949), menyebutkan bahwa
kerapatan sungai berhubungan dengan sifat drainase DAS. Sungai dengan kerapatan
kurang dari 0,73 umumnya berdrainase jelek atau sering mengalami penggenangan,
sedangkan sungai dengan kerapatan antara 0,73 ‐ 2,74 umumnya memiliki kondisi
drainase yang baik atau jarang mengalami penggenangan. Pola jaringan sungai dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta jaringan sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea
Penutupan Lahan
Hasil analisis spasial pada Sub DAS Krung Jreu memperlihatkan penutupan lahan
pada Tahun 2014 didominasi oleh Hutan Lahan Kering Skunder yaitu seluas 11.212,51
Ha atau sebesar 48,19 % dari total luasan penutupan lahan di Sub DAS Krueng Jreu,
Savana seluas 5.215,50 Ha atau 22,42 % dari luas Sub DAS, semak belukar seluas
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
66
3.690,56 Ha atau 15.86 %, Hutan Primer seluas 1.588,30 Ha atau 6,83 %, Pertanian
Lahan Kering seluas 607,23 Ha atau 2,61%, Pertanian Lahan Kering Campuran seluas
464,12 atau 2 %, Sawah seluas 382,98 atau 1,65 % serta Tubuh Air, Tanah Terbuka dan
pemukiman masing masing dibawah 1 % dari total luasan lahan. Hasil analisis data
tutupan lahan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perubahan Penutupan Lahan Sub DAS Krueng Jreu Tahun 2014 s/d 2018 Kelas Penutupan Lahan 2014 2015 2016 2017 2018
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
Hutan Primer
Hutan Lahan Kering Skunder
Semak/Belukar
Pemukiman
Tanah Terbuka
Savana
Tubuh Air
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Cam.
Sawah
1.558,30
11.212,51
3.690,56
30,87
33,73
5.215,50
40,76
607,23
464,12
382,98
1.558,30
10.935,23
3.954,57
30,87
35,46
5.227,04
40,76
607,23
464,12
382,98
13.369,51
1.479,29
1.533,02
210,10
747,61
4.400,31
40,76
538,72
570,80
376,45
12.473,44
174,48
3.723,77
210,10
757,77
4.400,31
40,76
538,72
570,80
376,45
11.204,77
1.443,15
3.730,30
210,10
673,60
4.477,91
40,76
538,72
570,80
376,45
Total 23.266,56 23.266,56 23.266,56 23.266,56 23.266,56
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020
Hasil analisis spasial pada Sub DAS Krueng Khea memperlihatkan penutupan
lahan pada Tahun 2014 didominasi oleh Semak Belukar dengan luasan 4.830,54 Ha
atau sebesar 50,44 % dari total luasan penutupan lahan di Sub DAS Krueng Khea,
sampai tahun 2018 ada sedikit perubahan pada luasan semak belukar menjadi 4.740,83
Ha atau 49,30 % dari luasan Sub DAS. Selanjutnya Savana seluas 2.458,84 Ha atau
25,57 % dari luas Sub DAS, terjadi perubahan luasan yang cukup besar pada Savana
sehingga pada tahun 2018 diperoleh 1.345,48 Ha atau 13,99 % dari luas Sub DAS.
Tabel 8. Perubahan Penutupan Lahan Sub DAS Krueng Khea Tahun 2014 s/d Tahun
2018 Kelas Penutupan Lahan 2014 2015 2016 2017 2018
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
Hutan Lahan Kering Skunder
Hutan Tanaman
Semak/Belukar
Pemukiman
Tanah Terbuka
Savana
Tubuh Air
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Cam.
Sawah
1,51
59,54
4.850,34
64,53
-
2.458,84
68,08
628,31
459,29
1.025,12
1,51
59,54
4.850,34
64,53
-
2.458,84
68,08
628,31
459,29
1.025,12
859,54
110,47
3.843,55
232,01
77,05
1.345,48
71,91
554,45
1.450,51
1.070,18
13,59
59,54
4.740,83
232,01
77,05
1.345,48
71,91
554,45
1.450,51
1.070,18
13,59
59,54
4.740,83
232,01
77,05
1.345,48
71,91
554,45
1.450,51
1.070,18
Total 9.615,55 9.615,55 9.615,55 9.615,55 9.615,55
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
67
Gambar 3. Peta perubahan tutupan lahan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea tahun 2014
sampai 2018
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
68
Penutupan lahan berupa sawah mempunyai luasan sebesar 1.025,12 Ha atau 10,66 %
dari luas Sub DAS dan pada pada tahun 2016 terjadi penambahan luasan sebesar 45,06
Ha sehingga menjadi 1.070,18 Ha atau 11,13 % dari total luasan. Hasil analisis data
tutupan lahan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 pada Sub DAS Krueng Khea
dapat dilihat pada Tabel 8. Perubahan Penutupan lahan pada kedua Sub DAS tersebut
tentu akan berpengaruh terhadap perubahan niai koefisien limpasan ( C ) sehingga
terjadi perubahan respon suatu DAS terhadap besarnya curah hujan. Nilai Koefisien
Limpasan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea dapat dilihat pada Tabel 9
dan perubahan penggunaan lahan pada kedua Sub DAS dari tahun 2014 sampai tahun
2018 dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 9. Nilai koefisien limpasan pada Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng
Khea Tahun 2014 s/d 2018
Sub DAS
C tertimbang
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Krueng Jreu
0,05
0,05
0,06
0,06
0,06
Krueng Khea
0,09 0,09 0,10 0,10 0,10
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020
Karakteristik Hidrologi
Berdasarkan data yang diperoleh Sub DAS Krueng Jreu diperoleh hasil bahwa
terjadi limpasan permukaan terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 2.178,3 mm pada
Tahun 2015 sedangkan limpasan terendah terjadi pada Tahun 2014 yaitu sebesar 1 mm.
Sedangkan Sub DAS Krueng Khea diperoleh hasil bahwa terjadi limpasan permukaan
terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 204 mm yang terjadi pada Tahun 2015
sedangkan limpasan terendah terjadi pada Tahun 2018 yaitu sebesar 4,9 mm. Limpasan
permukaan merupakan curah hujan hujanyang mengalir diatas permukaan tanah yang
mengangkut zat-zat partikel tanah hal ini diakibatkan dari besarnya curah hujan yang
jatuh melebihi kapasitas infiltrasi, saat laju infiltrasi terpenuhi maka maka air akan
mengisi cekungan yang terdapat pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan
tersebut terisi air dan penuhmaka air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah
(surface runoff). Limpasan permukaan yang terjadi di Sub DAS Krueng Jreu dan Sub
DAS Krueng Khea dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Limpasan permukaan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea
Tahun 2014 sampai Tahun 2018
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
69
Dari hasil pengolahan data rata – rata bulanan diperoleh debit maksimum (Qp Max)
yang terjadi pada Sub DAS Krueng Jreu sebesar 2,95 m3/dtk yang terjadi pada bulan
Januari dengan debit rata-rata 0,92 m3/dt sedangkan debit minimum sebesar 0,08 m3/dt
yang terjadi pada bulan Agustus dengan debit rata-rata (Qp rerata) dibulan yang sama
yaitu 0,13 m3/dt. Menurut Pratama dan Yuwono (2016) besarnya debit maksimum yang
terjadi dalam suatu wilayah DAS salah satunya disebabkan oleh tingginya curah hujan
yang terjadi pada bulan tersebut. Hasil analisis data debit permukaan Sub DAS Krueng
Jreu dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Analisis debit permukaan Sub DAS Krueng Jreu
Sedangkan hasil pengolahan data rata – rata bulanan diperoleh debit maksimum
yang terjadi pada Sub DAS Krueng Khea adalah sebesar 7,36 m3/dtk yang terjadi pada
bulan Januari dengan debit rata-rata 1,09 m3/dt pada bulan yang sama, sedangkan debit
minimum 0,14 m3/dt yang terjadi pada bulan Oktober dengan debit rata-rata dibulan
yang sama yaitu 0,39 m3/dt. Hasil analisis data debit permukaan Sub DAS Krueng
Khea dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Analisis debit permukaan Sub DAS Krueng Khea
Hasil analisis KRS rata-rata bulanan pada Sub DAS Krueng Jreu diperoleh bahwa
tertinggi berada di bulan April sebesar 5.239 sedangkan KRS terendah sebesar 53 yang
terjadi di bulan September, sedangkan pada Sub DAS Krueng Khea KRS tertinggi
terjadi di bulan Januari sebesar 97 dan KRS terendah pada bulan Maret sebesar 15.
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
70
Tingginya nilai KRS diakibatkan besarnya nilai fluktuasi debit. Semakin kecil nilai
fluktuasi debit, maka semakin baik kondisi tata guna lahan suatu DAS dan semakin
besar nilai fluktuasi debit tersebut, maka semakin buruk keadaan penggunaan lahan di
DAS tersebut (Arsyad, 2010). Gambar Analisis Koefisien Rezim Sungai dapat dilihat
pada Gambar 7.
Hasil analisis koefisien penyimpanan rata-rata bulanan pada Sub DAS Krueng Jreu
tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan koefisien 0,317, sedangkan sedangkan nilai
terendah terdapat pada bulan April yaitu sebesar 0,003. Pada Sub Das Krueng Khea
Koefisien Penyimpanan tertinggi berada pada bulan Februari yaitu sebesar 0,517 dan
koefisien penyimpanan terendah pada bulan Januari. Hasil Analisis koefisien
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7. Analisis Koefisien Rezim Sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Krueng Khea
Gambar 8. Analisis Koefisien Penyimpanan Sub DAS Krueng Jreu dan Krueng Khea
KESIMPULAN
Tidak terjadi perubahan penutupan lahan yang signifikan pada kedua Sub DAS.
Pada tahun 2014 nilai C tertimbang pada Sub DAS Krueng Jreu sebesar 0,05 menjadi
0,06 pada tahun 2016 dan sampai tahun 2018 nilai ini tidak mengalami perubahan. Pada
Sub DAS Krueng Khea juga terjadi kenaikan sebesar 0,01 dari angka 0,09 pada tahun
2014 menjadi 0,10 pada tahun 2016 dan angka ini tetap sampai tahun 2018 sehingga
karakteristik hidrologi yang terjadi pada Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng
Khea tidak dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan pada kedua Sub DAS.
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
71
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar besarnya disampaikan kepada Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh, Stasiun klimatologi kelas IV Indrapuri
Aceh Besar, serta masyarakat Kecamatan Indrapuri dan Selimuem serta seluruh pihak
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, M., M. Arsyad, dan P. Palloan. 2015. Analisis Karakteristik Curah Hujan Dan
Tinggi Muka Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Pute Rammang-Rammang
Kawasan Karst Maros. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 11.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengololaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM
Press.
Emilda, A. 2010. Identifikasi karakteristik DAS Cisadane Hulu. Tesis. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fadli, R. 2017, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Puncak dan
Debit Andalan di DAS Krueng Meuredu Provinsi Aceh.
Husnan, H. 2010. Model Produksi Air DAS. Bahan Seminar Program Pascasarjana IPB.
Bogor.
Kahirun, 2017, Karakteristik Morfometeri Menentukan Kondisi Hidrologi DAS Roraya.
Ecogreen Vol 3. No 2. Halaman 105 – 115. ISSN 2407 – 9049.
KEMENHUT, 2011. PP No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
KEMENHUT, 2013. Peraturan Direktur jenderal Bina Pengelolaan daerah Aliran
Sungai dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Identifikasi Karakteristik
Daerah Aliran Sungai.
Kiswayadi, T.D. 2017, Analisis Morfometeri dan Debit Puncak Menggunakan Sistem
Informasi Geografis untuk PenentuanSub DAS Prioritas pada DAS Krueng
Meuredu Provinsi Aceh.
Linsley, 1996. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.
Muis, B. A. 2017. Model Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Konservasi
Sumberdaya Air Di DAS Krueng Aceh. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Muiz, A. 2009. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi. Tesis.
Magister Sains pada Program Ilmu Perencanaan Wilayah. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nasrullah dan Kartiwa, B. 2010. Analisis Alih Fungsi Lahan dan Keterkaitannya
dengan Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh. Jurnal Tanah Dan Iklim No.
31/2010. Peneliti pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor.
Ningkeula, E. S. 2016. Analisis Karakteristik Morfometri dan Hidrologi Sebagai Ciri
Karakteristik Biogeofisik DAS Wai Samal Kecamatan Seram Utara Timur Kobi
Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan
UMMU-Ternate). Vol. 9 Edisi 2 (Oktober 2016).
Pramono IB, Wahyuningrum N, Wuryanta A. 2009. Penerapan Metode Rasional untuk
Estimasi Debit Puncak pada Beberapa Luas Sub DAS. Jurnal Penelitian Hutan
dan konservasi Alam Vol. VII No.2: 161-176, 2010.
Rona Teknik Pertanian, 14 (1)
April 2021
72
Pratama, W dan Yuwono, S.B. 2016. Analisis perubahan penggunaan lahan terhadap
karakterisik hidrologi di DAS Bulok. Jurnal Sylva Lestari Vol.4 No.3 Juli 2016
(II-20)
Putra, U. R. 2012. Morfometri DAS di Jawa Bagian Barat. Skripsi. Universitas
Indonesia.
RJ. Kodoatie dan Roestam S. 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Running SW. 2008. Climate change: ecosystem disturbance, carbon, and climate.
Science. 321: 652-653.
Seyhan, E. 1977. Foundamental of Hydrology. Translate by S, Subagyo. 1993. Dasar-
Dasar Hidrology. Second edition. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Steanly R.R. Pattiselanno, Agus K. Soetrisno 2017. Mitigasi Karakter Muka Air Banjir
dari Morfometri DAS Wai Loning – Negeri laha, Berbasis Geografic Information
System (GIS). Jurnal Simentrik Vol. 7, No.2, Desember 2017.
Supatno dan A. Sumarah. 2016. Analisis Karakteristik Hidrologi Sungai Gajahwong
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Angkasa. Volume VII, NO. 1, MEI 2016.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset. Yogyakarta.
Verrina, G. P., D. D. Anugrah, dan Sarino. 2013. Analis.a Runoff pada Sub DAS
Lematang Hulu. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 1, No. 1, Desember
2013. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.Clark D. 2017.
Alibaba : Kerajaan yang Dibangun oleh Jack Ma. terjemahan oleh Suryo
Waskito. Jakarta (31): PT. Elex Media Komputindo.