monica sari.docx · web viewwacana gender dalam novel (analisis wacana konsep gender relation se p...

31

Click here to load reader

Upload: dinhmien

Post on 18-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

WACANA GENDER DALAM NOVEL

(Analisis Wacana Konsep Gender Relation Separate but Equal

Perempuan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto )

Monica Sari

Prahastiwi Utari

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractWoman in Javanese culture has a narrow moving space in undertaking

her life within the society. The role of Javanese woman is emphasized more on her domestic role in household, while her public role has not been recognized within the society because she is considered as an elegant, soft, and tidy creature with no high thinking power and less spiritual ability and power so that she cannot occupy strategic position within the society. The role of woman in household is wife or garwa in Javanese, standing for sigaraning nyowo (soul mate) of husband, who should be subjected and obedient to husband. In novel Canting, Arswendo has opposite story, the woman concept raising is separate but equal, in which woman has position equal to the man’s with different role. This research employed novel Canting by Arswendo Atmowiloto. This study was conducted to find out the gender relation separate but equal concept of Javanese women represented in novel Canting. This study employed discourse analysis with gender concept. Gender concept used was Sullivan’s (1991) concerning separate but equal. The type of study used was descriptive research with qualitative approach. The data was collected using purposive sampling technique. The data was obtained by selecting the content of novel Canting. Techniques of analyzing data used were data collection, data display, data reduction, and conclusion drawing. The conclusion of research was that the progress the Javanese women got in economic sector led them to getting position equal to the men’s in other sectors such as education, social family, and social society.Keywords: canting, separate but equal, Javanese women

1

Page 2: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

Pendahuluan

Peran perempuan Jawa lebih ditekankan pada peran domestiknya di dalam

rumah tangga, sedangkan peran publiknya belum diakui di masyarakat.

Pengotakan perempuan di ranah domestik diperkuat dengan munculnya

terminologi Jawa yang mengenal istilah konco wingking (teman di belakang)

sebagai label perempuan (Muhadjir, 2005: 8).

Sastra dalam konteks ini novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat

cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-

orang (tokoh cerita) (Suroto, 1990: 19). Peneliti menggunakan salah satu novel

karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul Canting. Novel ini menarik karena

berisikan mengenai gender relation perempuan Jawa yang berlatar belakang pada

masa setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1949.

Novel Canting ini pertama diterbitkan pada tahun 1986, periode inilah

sedang digalakkan kampanye mengenai kesetaraan gender oleh Perserikatan

Bangsa Bangsa (PBB). PBB mencanangkan sebuah dekade perempuan yaitu pada

tahun 1975 hingga 1985 yang mengambil tema persamaan, integrasi wanita dalam

pembangunan dan perdamaian (Haryono, 2000: 1). Cerita dalam novel ini

berkisah mengenai cerminan perempuan Jawa di daerah Solo, Jawa Tengah.

Tokoh dalam novel ini adalah Bu Bei dan anaknya Subandini Dewaputri sering

disapa Ni. Mereka mencoba untuk berbeda, mereka memiliki banyak pilihan dan

kebebasan tidak seperti perempuan-perempuan Jawa pada umumnya.

Terkait dengan pesan dalam novel ini, peneliti ingin mengetahui gender

relations separate but equal pada perempuan Jawa. Konsep gender relations

separate but equal dijabarkan oleh Sullivan (1991), seperti dikutip dalam disertasi

Prahastiwi Utari, The Gap between Indonesian Media Training and the

Profession: Factors Affecting Young Women in Communication Studies and

Media Careers (2006) yaitu:

“Traditionally society allocates different positions to each sex and furnishes those two groups with equal status. Society is organized rationally according to the natural order of things in the process of human reproduction. So gender relations between male and female are defined by the different roles and tasks ascribed to each other. Women are focused on household management, nurturance and socialization, and men are

2

Page 3: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

identified as providers, protectors, and representatives beyond familial realms.” (Utari, 2006: 18).Penelitian ini menggunakan 2 (dua) analisis, yaitu analisis wacana dan

analisis gender, dengan tujuan, analisis wacana digunakan untuk menganalisis

mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh penulis Arswendo Atmowiloto

melalui novel Canting dan Gender Framework Analysis (GFA) digunakan untuk

mengidentifikasi mengenai kegiatan perempuan yang dimunculkan penulis

melalui tokoh Bu Bei dan Ni dalam novel Canting.

Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada konteks situasi dalam wacana.

Menurut Halliday (1985a; 1994; Halliday & Hasan, 1985; Martin, 1992) konteks

situasi terdiri dari tiga aspek field (medan), tenor (pelibat), dan mode (sarana atau

modus) (Sentosa, 2010: 2). Analisis yang kedua dengan menggunakan teknik

analisis gender. Teknik analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik

analisis Harvard atau sering disebut Gender Framework Analysis (GFA). Menurut

Overholt (1986) GFA adalah suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu

profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek

pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu

sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses, dan profil kontrol (Handayani,

2002: 170).

Rumusan Masalah

Bagaimana wacana gender relations separate but equal perempuan Jawa

direpresentasikan dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial keluarga dan

masyarakat di novel Canting karya Arswendo Atmowiloto?

Tinjauan Pustaka

1. Relasi Gender pada Perempuan Jawa

Eichler (1981) mengatakan bahwa mempelajari hubungan antara laki-

laki dan perempuan atau relasi kekuasaan suami-istri dan menganggap

relasi kekuasaan akan terbentuk karena saling ketergantungan akan

kebutuhan kelangsungan hidup (Haryono, 2000: 27). Julia Suryakusuma

yang mengeluarkan tulisannya mengenai gender equality bill. Menurut

3

Page 4: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

Julia Suryakusuma (2012) dalam tulisannya “Why we need a ‘gender

equality’ bill” menjelaskan bahwa:

”The aim of gender equality is equal access to education, ownership

of assets, economic opportunities and income to improve well-being.

The report stated that closing the gaps of gender inequality has

enhanced development within the fields of human rights, education,

health and access to jobs and livelihoods”. (Diakses dalam

http://www.thejakartapost.com tanggal 15 Januari 2013).

Julia menuliskan bahwa tujuan kesetaraan gender adalah akses yang

sama terhadap pendidikan, kepemilikan aset, peluang ekonomi dan

pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan, telah meningkatkan

pembangunan dalam bidang hak asasi manusia, pendidikan, kesehatan dan

akses terhadap pekerjaan dan penghidupan.

2. Wacana Teks

Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan

fakta suatu peristiwa apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, elite

menyusun suatu citra tertentu atau merangkai ucapan tertentu dalam

memberikan gambaran tentang realitas publik, memberikan pemaknaan

tersendiri terhadap suatu peristiwa dalam konteks pengalaman,

pengetahuannya sendiri (Eriyanto, 2000: 167-168).

Metode Penelitian

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk

menggali atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna di balik

realita. (Sutopo, 2002: 111). Peneliti menggunakan Purposive Sampling dalam

pengambilan data. Purposive Sampling adalah pengambilan sampling yang

bersifat acak berupa cuplikan. Cuplikan ini bukan mewakili populasinya tetapi

mewakili informasinya, sehingga bila generalisasi harus dilakukan maka arahnya

cenderung sebagai generalisasi teori (Sutopo, 2002: 36-37).

Sumber data berasal dari Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

cetakan ketiga pada Oktober 2007 yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka

4

Page 5: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

Utama Jakarta. Peneliti memilih isi cerita dalam novel Canting yang sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana

gender relation separate but equal pada perempuan Jawa.

Awalnya peneliti mengambil isi cerita yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tiga bab dalam

Novel Canting diambil sebanyak 42 penggalan cerita, berupa kalimat ataupun

potongan cerita. Kategori ekonomi berisikan 13 penggalan cerita. Kategori

pendidikan berisikan 13 penggalan cerita. Dan kategori sosial keluarga dan sosial

masyarakat berisikan 24 penggalan cerita. Penelitian ini menggunakan dua

analisis yaitu analisis gender dan analisis wacana. Diawali, akses dengan

didalamnya berisikan pelibat dan setting. Kemudian kontrol, manfaat dan terakhir

modus. Untuk menampilkan keterkaitan ketiga kategori tersebut dengan fenomena

gender relation separate but equal perempuan Jawa maka ditampilkan peneliti

melalui benang merah. Dari hasil reduksi data yang sudah sesuai dengan rumusan

masalah maka dilanjutkan tahap penarikan kesimpulan.

Sajian dan Analisis Data

1. Peran Perempuan Jawa yang Muncul dalam Bidang Ekonomi

1.1. Perempuan sebagai Pengusaha Batik

1.1.1. Akses Perempuan Terhadap Penguasaan Permasalahan Batik

1) Pelibat: Bu Bei

Setting: Bu Bei bekerja sebagai pengusaha batik di Kota Solo,

melanjutkan bisnis mertua yaitu Batik Canting. Di sini Bu Bei memiliki

peran sebagai direktur, manajer, dan marketing. Dia memimpin seluruh

kegiatan mulai dari proses pembatikan hingga dikemas dan dijual di

kiosnya di Pasar Klewer. Akses yang muncul perempuan terhadap

penguasaan permasalahan batik adalah sebagai perempuan, sebagai istri

priyayi, dan alami (tanpa bantuan teknologi atau pendidikan).

2) Pelibat: Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Setting: Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni adalah anak

terakhir dari Bu Bei, dia menyelesaikan kuliahnya di Semarang sebagai

Sarjana Farmasi. Hal yang membuatnya berbeda adalah ketika Ni

5

Page 6: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

mengutarakan keinginannya untuk menggantikan ibunya, meneruskan

usaha Batik Canting, karena ketika itu, bisnis batik mulai lesu. Akses yang

didapatkan Ni untuk meneruskan usaha batik ini adalah meneruskan usaha

dari seorang juragan batik dan perkembangan teknologi dan pendidikan.

1.1.2. Kontrol Perempuan Terhadap Penguasaan Permasalahan

Batik

1. Bu Bei menimbulkan 3 kontrol penguasaan, yaitu sebagai pemimpin,

pengakuan terhadap perempuan, dan sebagai pengambil keputusan.

2. Timbul pula 3 kontrol penguasaan dalam tokoh Ni yaitu sebaga

pemimpin, kemandirian seorang perempuan, dan sebagai pengambil

keputusan.

1.1.3. Manfaat yang Didapat Perempuan dari Akses dan Kontrol

Penguasaan Permasalahan Batik

1) Tokoh Bu Bei memunculkan 3 manfaat, yaitu pengakuan sebagai

perempuan, memberdayakan masyarakat di sekitar lingkungan rumah,

dan kemandirian finansial

2) Tokoh Ni muncul 3 (tiga) manfaat yaitu, mengembangkan model

usaha baru, pembuktian sebagai perempuan, dan kemandirian

finansial.

1.1.4. Modus Perempuan Pengusaha Batik

Dalam novel Canting ini memunculkan peran domestik dan peran

publik yang terdapat pada tokoh Bu Bei dan Ni. Peran domestik

ditunjukkan dari peran Bu Bei sebagai istri dan sebagai seorang ibu di

rumah. Dan, peran publiknya diperlihatkan ketika keduanya melanjutkan

usaha batik Canting. Keduanya menekankan bahwa perempuan memiliki

akses untuk kegiatan publik, disini adalah sarana aktualisasi diri dengan

bekerja diluar rumah. Akses ini disebut sebagai gerakan transformasi

gender yang memiliki tujuan tidak sekedar untuk memperbaiki status

perempuan, melainkan usaha untuk meningkatkan martabat dan kekuatan

perempuan (Nugroho, 2011: 155).

6

Page 7: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

1.2. Pelaksana Keuangan Keluarga

1.2.1. Akses Perempuan Dalam Pengelolaan Keuangan

1) Pelibat: Bu Bei

Setting: Bu Bei adalah seorang istri dari Raden Ngabehi

Sestrokusuman dan seorang ibu dari 6 orang anak. Bu Bei bekerja sebagai

pengusaha batik dan mengelola keuangan keluarga, Dalam mengelola

keuangan keluarga, Bu Bei lah yang memutuskan segala pengeluaran

kebutuhan atas ijin dari Pak Bei. Akses Bu Bei dalam pengelolaan

keuangan adalah bekerja, Bu Bei bekerja sebagai pengusaha batik cap

Canting. Istri dari anak sulung, tidak dipungkiri oleh Bu Bei sebagai istri

dari anak sulung keluarga. Bu Bei juga memikirkan kehidupan adik-adik

Pak Bei. Dan, istri dari seorang priyayi Keraton Surakarta.

2) Pelibat: Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Setting: Ni adalah anak bungsu Pak Bei , dia mengurus keuangan

keluarga setelah ditinggalkan oleh Bu Bei, hanya saja Ni mengelola

keuangan dari peninggalan Bu Bei, mengurus batik dan para pekerja yang

masih tinggal di kebon. Akses Ni dalam pengelolaan keluarga adalah dia

bekerja melanjutkan usaha batik dari Bu Bei.

1.2.2. Kontrol Perempuan dalam Pengelolaan Keuangan

1) Bu Bei memiliki peran dalam pengelolaan keuangan dalam rumah

tangga dan di luar rumah tangga Bu Bei. Di luar rumah yang di maksud

adalah keuangan perusahaan dan membantu keuangan keluarga besar.

2) Ni memiliki peran dalam pengelolaan keuangan diri sendiri dan di luar

kebutuhan diri sendiri. kebutuhan di luar kebutuhan diri sendiri yang

dimaksudkan adalah pengelolaan keuang pabrik.

1.2.3. Manfaat yang Didapatkan Perempuan dengan Mengelola

Keuangan

1) Bu Bei mendapatkan 2 (dua) manfaat yaitu pengakuan terhadap

perempuan dan memiliki pekerja yang mempunyai loyalitas tinggi pada

Batik Canting.

7

Page 8: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

2) Ni mendapatkan 3 (tiga) manfaat yaitu, pengambil keputusan,

pengakuan sebagai anak perempuan dan kemandirian finansial.

1.2.4. Modus Perempuan dengan Mengelola Keuangan

Bu Bei dan Ni memiliki peran lebih sebagai seorang perempuan

yaitu terkait dalam pengelolaan keuangan dalam keluarga. Peran ini jarang

dimiliki oleh banyak perempuan di Jawa ketika itu, karena kebanyakan

perempuan tidak bekerja dan hanya menerima uang dari suami. Rosaldo

(1974) melihat kekuasaan dan nilai yang dapat diperoleh perempuan dalam

peran domestik dan peran publik. Kesempatan perempuan memperoleh

wewenang atau kekuasaan dapat dilakukan dengan memasuki dunia laki-

laki, menerima legitimasi fungsi domestik atau menciptakan suatu dunia

mereka sendiri, melalui alokasi penghasilan perempuan terhadap ekonomi

rumah tangga, mengumpulkan kekayaan, melalui kontrol terhadap

makanan, dan membuat kelompok atau perkumpulan tertentu dalam

keluarga dan masyarakat. (Ruspita, 2012: 26).

2. Peran Perempuan Jawa yang Muncul dalam Bidang Pendidikan

2.1. Kebebasan Dalam Memperoleh Pendidikan

2.1.1. Akses Perempuan Dalam Memperoleh Pendidikan

Pelibat: Wening, Lintang, dan Ni

Setting: Dalam Novel ini terdapat tiga tokoh yang mendapatkan

pendidikan secara formal, yaitu Wening, Lintang, dan Ni. Ketiganya

memiliki kesamaan dalam mendapatkan pendidikan. Mereka memilih

untuk sekolah ketika perempuan lain ketika itu memilih untuk dirumah dan

menjadi istri orang diusia muda. Mereka memiliki pilihan untuk sekolah. 2

(dua) akses yang didapatkan dari ketiga tokoh ini adalah memiliki orang

tua yang mampu secara finansial untuk menyekolahkan dan mereka adalah

anak seorang priyayi Keraton Surakarta.

8

Page 9: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

2.1.1. Kontrol yang Didapatkan Perempuan Setelah Mendapatkan

Pendidikan

Akses yang didapatkan Lintang, Wening, dan Ni di bidang

pendidikan menimbulkan 2 (dua) kontrol yaitu memiliki kesempatan untuk

sekolah dan memiliki kebebasan memilih sekolah yang diinginkan.

2.1.2. Manfaat yang Didapatkan Perempuan Setelah Mendapatkan

Pendidikan

Kesempatan mendapatkan pendidikan yang didapatkan oleh

Lintang, Wening, dan Ni membuat mereka mendapatkan manfaat dari

akses dan kontrol dibidang pendidikan, yaitu menyelesaikan pendidikan di

tingkat universitas dan memiliki kesempatan yang sama dengan saudara

laki-laki.

2.1.3. Modus Mengenai Perempuan yang Mendapatkan Pendidikan

Dalam novel ini dijelaskan ketiga tokoh perempuan bisa

mendapatkan pendidikan hingga ditingkat universitas dan lulus menjadi

sarjana. Pendidikan menjadi sangat penting dengan berkembangnya dunia

informasi dan teknologi. Perempuan juga bisa mengambil banyak peran

publik untuk menwujudkan kesetaraan dalam masyarakat. Menurut

Nugroho (2011) upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat

dalam relasi antara perempuan dan laki-laki menjadi langkah awal yang

sangat penting untuk melaksanakan program pemberdayaan perempuan.

Keberhasilan program ini akan berdampak pada semakin berhasilnya

program pembangunan yang adil, merata, dan menyeluruh (Nugroho,

2011: 162).

2.2. Peluang Pekerjaan yang Sama Antara Laki-Laki dan Perempuan

2.2.1. Akses Peluang Pekerjaan yang Sama

Pelibat: Ni dan Wening

Setting: Anak perempuan dan laki-laki keluarga Sestrokusuman

memiliki jenjang pendidikan yang sama yaitu sarjana. Sehingga mereka

juga memiliki kesempatan untuk memiliki pekerjaan dengan jenjang

9

Page 10: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

setara. Akses yang muncul adalah Ni dan Wening memiliki kesempatan

yang sama dalam mendapatkan pendidikan.

2.2.2. Kontrol Setelah Mendapatkan Peluang Pekerjaan Yang Sama

Kontrol yang muncul dengan persamaan pendidikan antara anak

laki-laki dan perempuan adalah Ni dan Wening memiliki kebebasan untuk

memilih pekerjaan.

2.2.3. Manfaat Pekerjaan yang Sama Antara Laki-Laki dan

Perempuan

Manfaat yang didapatkan dari pekerjaan yang sama antara laki-laki

dan perempuan ada 2 (dua) yaitu mendapatkan pekerjaan yang diinginkan

dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru.

2.2.4. Modus Pekerjaan yang Sama Antara Laki-Laki dan

Perempuan

Dalam novel ini dimunculkan bahwa pekerjaan perempuan tidak

hanya sekedar tambahan peran dan tambahan penghasilan keluarga, tetapi

kedua tokoh dalam novel ini yaitu Wening dan Ni bekerja keras untuk

mendapatkan kesetaraan pendidikan dengan saudara laki-lakinya dengan

menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi dan juga memiliki keputusan

untuk mendapatkan pekerjaan yang sama dengan laki-laki yaitu memilih

pekerjaan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Hasil analisis diatas

juga didukung dengan pernyataan dari UNESCO dalam children and

armed conflict yang dijelaskan pada pasal 23 bahwa

Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih

pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta baik, dan

berhak atas perlindungan dari pengangguran.Setiap orang, tanpa

diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang

sama. (http://childrenandarmedconflict.un.org diakses pada 5 Januari

2014).

2.3. Perempuan Memiliki Hak Bicara

2.3.1. Akses Perempuan Memiliki Hak Bicara

Pelibat : Ni

10

Page 11: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

Setting: Pada masa kuliah, Ni terlibat aktif dalam suatu organisasi

kampus, dimana dia menjabat sebagai pemimpin dalam organisasi

tersebut. Di dalam keluargapun Ni termasuk aktif yang menyuarakan

pendapatnya ketika terjadi pertemuan keluarga. Akses yang didapatkan Ni

ketika memiliki hak bicara adalah mendapatkan pendidikan.

2.3.2. Kontrol Perempuan Memiliki Hak Bicara

Kontrol yang didapatkan Ni ketika mendapatkan hak bicara ada 2

(dua) yaitu mempunyai hak bicara di forum keluarga dan mempunyai hak

bicara di forum organisasi.

2.3.3. Manfaat Perempuan Memiliki Hak Bicara

Manfaat yang didapatkan Ni ketika memiliki hak bicara ada 2 (dua)

yaitu bicaranya dipercaya oleh orang lain dan hak bicaranya diakui.

2.3.4. Modus Perempuan Memiliki Hak Bicara

Dalam Novel Canting tokoh Ni dijelaskan mendapatkan

kesempatannya dalam mengeluarkan pendapat, di mana saat itu masih

banyak perempuan yang belum mendapatkan hak berpendapatnya. Ni

mampu memanfaatkan kesempatan yang dimiliki untuk menyalurkan

aspirasi dalam dirinya dan sekaligus dapat mengembangkan potensi

kepemimpinan yang ada dalam diri Ni. Padahal dalam Undang-Undang

sendiri sudah tegas dinyatakan bahwa,

“Pasal 19 menjelaskan tentang: Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas (wilayah)” (diambil dari http://childrenandarmedconflict.un.org diakses pada 5 Januari 2014).Bahkan dalam Undang-Undang tersebut jelas dituliskan bahwa

kebebasan mengeluarkan pendapat tidak memandang batas-batas wilayah.

Ini memiliki arti bahwa semua perempuan Indonesia memiliki kesempatan

untuk berpendapat menjalani apa yang menjadi tujuan hidupnya.

3. Peran Perempuan dalam Bidang Sosial Keluarga

3.1. Memiliki Posisi Tawar (Bargaining Position) Sebagai Istri Priyayi

11

Page 12: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

3.1.1. Akses bagi Perempuan Mendapatkan Posisi Tawar

(Bargaining Position)

Pelibat: Bu Bei

Setting: Bu Bei sebagai istri sah dari Pak Bei. Terdapat satu

kejadian, Pak Bei menikah lagi dengan perempuan lain tanpa

sepengetahuan Bu Bei namun, Bu Bei mencari tahu apa yang dilakukan

oleh suaminya. Ada 2 (dua) akses yang didapatkan Bu Bei untuk

mendapatkan posisi tawar sebagai istri priyayi yang sah yaitu memiliki

sumber daya dan status sebagai istri pertama yang sah.

3.1.2. Kontrol bagi Perempuan Mendapatkan Posisi Tawar

(Bargaining Position)

Muncul 2 (dua) kontrol dapat yang dilakukan Bu Bei adalah untuk

menjaga keharmonisan keluarga dan memiliki tenggang rasa dengan

perempuan lain.

3.1.3. Manfaat bagi Perempuan Mendapatkan Posisi Tawar

(Bargaining Position)

Ada 2 (dua) manfaat yang didapatkan dengan tindakan yang diambil

oleh Bu Bei yaitu, masih diakui sebagai istri priyayi dan keharmonisan

keluarga terjaga.

3.1.4. Modus bagi Perempuan Mendapatkan Posisi Tawar

(Bargaining Position)

Pada kasus Bu Bei ketika mengetahui Pak Bei memiliki selir adalah

memilih untuk diam dan tetap menjalankan perannya sebagai seorang

perempuan dan seorang ibu. Bu Bei memilih untuk tidak berhubungan

secara fisik dengan Pak Bei, disisi lain Pak Bei tidak berkomentar apapun

dengan keputusan Bu Bei ini. Konsep kekuasaan dalam alokasi

penghasilan dan pembagian peran rumah tangga, dipergunakan untuk

melihat situasi perempuan. yang dimaksud dengan situasi disini ketika

kekuasaan laki-laki atau perempuan meningkatkan atau mengurangi posisi

tawarnya (bargaining position) dalam membuat keputusan-keputusan yang

yang menyangkut pengelolaan uang dalam keluarga, untuk melihat

12

Page 13: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

bagaimana perempuan mengalokasikan penghasilannnya dan situasi

hubungan suami-istri ketika mengalokasikan penghasilan keduanya

(Ruspita, 2012: 27).

3.2. Kebebasan Mengambil Keputusan Dalam Keluarga

3.2.1. Akses Perempuan dalam Mengambil Keputusan

1) Pelibat : Bu Bei

Setting: Bu Bei adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai

juragan batik tulis di Kota Solo. Memiliki banyak keinginan untuk

keluarga terutama anak-anak. Seperti ingin menyekolahkan anak-anak

sampai di tingkat paling tinggi, karena dia dulu tidak memiliki kesempatan

untuk sekolah. Akses yang muncul pada Bu Bei mengenai perempuan

yang dapat mengambil keputusan ada 2 (dua) hal yaitu bekerja dan diakui

keberadaannya.

2) Pelibat: Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Setting: Seorang perempuan aeng atau berusaha berbeda dengan

menjadi diri sendiri menjalani hidupnya. Tidak banyak orang Jawa

terutama perempuan yang bisa seperti Ni, tapi dengan pengalaman dan

kebebasan orang tua yang diberikan, Ni menjadi memiliki pemikiran yang

berbeda dengan orang Jawa pada umumnya. Akses yang diperoleh Ni

dalam kesempatannya mengambil keputusan ada 3 (tiga), yaitu memiliki

latar belakang keluarga yang demokratis, mandiri, dan sebagai pemimpin

dalam organisasi.

3.2.2. Kontrol Perempuan dalam Mengambil Keputusan

1) Bu Bei

Dari akses yang dimiliki Bu Bei menimbulkan 1 (satu) kontrol

yaitu Bu Bei dapat menyusun keinginan-keinginannya untuk keluarga.

2) Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Dari akses yang dimiliki Ni baik dalam pengaruh keluarga maupun

organisasi membuat Ni mendapatkan l (satu) kontrol berupa, Ni memiliki

banyak pilihan-pilihan dalam hidup.

13

Page 14: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

3.2.3. Manfaat Perempuan dalam Mengambil Keputusan

1) Bu Bei

Manfaat yang didapatkan Bu Bei ketika memiliki kesempatan

dalam mengambil keputusan adalah dapat mewujudkan keinginan-

keinginan pribadinya.

2) Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Manfaat yang didapatkan Ni ketika memiliki kesempatan dalam

mengambil keputusan adalah dapat menentukan keputusan dalam hidup.

3.2.4. Modus Perempuan dalam Mengambil Keputusan

Stereotype di masyarakat Jawa masih menganggap bahwa

perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke

dapur juga. Berbeda dengan Bu Bei dan Ni, dimana mereka memiliki

kekuasaan untuk memutuskan berbagai hal dalam hidup mereka.

Kekuasaan perempuan Jawa adalah kemampuan perempuan Jawa

untuk mempengaruhi, menentukan, bahkan mungkin mendominasi suatu

keputusan. Kemampuan perempuan untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan tersebut bukan semata-mata pada saat keputusan itu diambil,

melainkan merupakan sebuah proses yang panjang dari proses adaptasi,

pemaknaan kembali, hingga strategi diplomasi (Handayani, 2004: 25).

3.3. Hak Kesehatan

3.3.1. Akses Perempuan dalam Mendapatkan Hak Kesehatan

Pelibat: Bu Bei dan Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Setting: Kedua perempuan ini adalah ibu dan anak yang berjuang

keras dalam menjalani hidupnya, untuk bisa mencapai apa yang

diinginkan. Mereka ini termasuk perempuan modern di jamannya, mereka

mandiri dan bekerja selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan

kebutuhan keluarga lainnya. 2 (dua) akses yang dimiliki dari kedua tokoh

ini di bidang pemenuhan hak kesehatan adalah terdapat anggota keluarga

yang berprofesi sebagai dokter dan memiliki pendapatan diatas rata-rata.

14

Page 15: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

3.3.2. Kontrol Perempuan dalam Mendapatkan Hak Kesehatan

Dari akses yang dimiliki menimbulkan 1 (satu) kontrol yaitu dapat

meminta fasilitas kesehatan.

3.3.3. Manfaat Perempuan dalam Mendapatkan Hak Kesehatan

Manfaat yang didapatkan oleh perempuan adalah hak kesehatannya

terpenuhi.

3.3.4. Modus Perempuan dalam Mendapatkan Hak Kesehatan

Dalam novel ini, dengan adanya anggota keluarga yang menjadi

dokter dan pendidikan yang tinggi disetiap anggota keluarga, membuat

setiap orang sudah sadar akan kebutuhan kesehatan akan dirinya sendiri.

Belum sepenuhnya berhasil dari hak-hak tersebut yang sudah dirasakan

oleh perempuan Indonesia pada khususnya, namun sudah mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 harapan hidup

perempuan lebih tinggi (68tahun) dibandingkan dengan laki-laki (64

tahun). Namun, dengan angka mortalitas ibu melahirkan (AKI) masih pada

tingkat yang memprihatinkan karena saat ini, ada sekitar 20.000

perempuan mati setiap tahunnya karena melahirkan (BPS, BAPPENAS,

UNDP, 2004) (Darwin, 2005: 34).

3.4. Membantu Extended Family

3.4.1. Akses Perempuan dalam Membantu Extended Family

Pelibat: Bu Bei

Setting: Bu Bei memiliki tanggung Jawab moral untuk membantu

kehidupan keluarganya setelah kedua orang tua Pak Bei meninggal,

dengan meneruskan usaha batik tulis. Sebagai istri dari anak sulung, Bu

Bei juga memikirkan kehidupan adik-adik Pak Bei, karena merasa bahwa

Pak Bei adalah pengganti orang tua mereka. 2 (dua) akses yang dimiliki

oleh Bu Bei agar dapat membantu keluarga lainnya adalah istri dari anak

sulung dan memiliki penghasilan sendiri.

3.4.2. Kontrol Perempuan dalam Membantu Extended Family

Terdapat kontrol yang didapatkan oleh Bu Bei dengan akses yang

dimilikinya yaitu mampu menentukan jenis bantuan yang akan diberikan.

15

Page 16: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

3.4.3. Manfaat Perempuan yang Membantu Extended Family

Manfaat yang didapatkan Bu Bei adalah diakuinya Bu Bei sebagai

perempuan yang pantas di keluarga.

3.4.4. Modus Perempuan dalam Membantu Extended Family

Dalam novel ini dijelaskan bahwa Bu Bei dengan dia bekerja dan

memiliki penghasilan senditi dapat mengangkat status sosialnya sendiri di

lingkungan keluarga besarnya.

“4. jika perempuan diberi kesempatan untuk mandiri secara ekonomi, maka ia tidak hanya membantu dirinya untuk keluar dari kemiskinan, tetapi juga keluarganya, karena pendapatan yang diperoleh oleh perempuan berkeluarga yang bekerja, peruntukannya sebagian besar adalah untuk kebutuhan hidup keluarganya.” (Ruspita, 2012: 76).

Bukan karena dia istri dari seorang priyayi lantas dia dihormati.

Namun, dengan perjuangannya bekerja dan dengan ikhlas membantu

keluarga lainnya memberikan dampak positif bagi Bu Bei yaitu yang

dulunya anak buruh batik kini, diakui status sosialnya.

4. Peran Perempuan dalam Bidang Sosial Masyarakat

4.1. Mengembangkan Wirausaha Lokal

4.1.1. Akses Perempuan dalam Pengembangan Wirausaha Lokal

Pelibat: Bu Bei dan Subandini Dewaputri Sestrokusuman atau Ni

Setting: Bu Bei dan Ni adalah sosok wanita yang menggantungkan

hidupnya di tangan mereka sendiri. Mereka bekerja sebagai juragan batik

tulis cap Batik Canting. Mereka sama-sama meneruskan usaha dari orang

tua mereka, dengan tidak mengubah jenis produksi yaitu batik tulis. 3

(tiga) akses Bu Bei dan Ni mengembangkan wirausaha lokal adalah

kepemilikan pabrik adalah milik sendiri, sebagai pimpinan pabrik, dan

tenaga kerja.

4.1.2. Kontrol Perempuan dalam Pengembangan Wirausaha Lokal

Menimbulkan 1 (satu) kontrol dalam mengembangkan wirausaha

lokal, yaitu memutuskan hal-hal yang berhubungan dengan pabrik.

16

Page 17: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

4.1.3. Manfaat bagi Perempuan dalam Pengembangan Wirausaha

Lokal

3 (tiga) Manfaat yang mereka dapatkan dengan mengelola sebuah

pabrik batik adalah ikut serta dalam melestarikan budaya daerah, ikut serta

membangun perekonomian daaerah, dan menjadi perempuan yang punya

penghasilan sendiri.

4.1.4. Modus Perempuan dalam Pengembangan Wirausaha Lokal

Batik tidak dapat dipisahkan dari budaya Jawa, sehingga dengan

meneruskan usaha dibidang batik tulis ini, Bu Bei dan Ni sudah membantu

dalam melestarikan budaya Indonesia. Batik tulis ini akan dijual di Pasar

Klewer, dimana di pasar ini banyak perempuan yang berperan. Fenomena

ini merupakan simbol keberhasilan perempuan mendobrak otoritas laki-

laki yang biasanya sangat kuat di masyarakat umum. Melalui dunia inilah

wanita pedagang mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan

kekuatan/kekuasaannya terhadap laki-laki (Koentjaraningrat, 1979: 206).

4.2. Berperan Aktif di Masyarakat

4.2.1. Akses Perempuan yang Aktif dalam Masyarakat

Pelibat: Bu Bei

Setting: Bu Bei, dilingkungan masyarakatnya selain dihormati karena

suaminya adalah priyayi juga sebagai juragan batik yang rela membantu

sekitar jika terjadi musibah, misalnya banjir besar di Solo kala itu. Akses

Bu Bei dalam berperan aktif dalam masyarakat ada 2 (dua) akses yaitu

sebagai pimpinan pabrik dan istri dari priyayi.

4.2.2. Kontrol Perempuan yang Aktif dalam Masyarakat

1 (satu) kontrol yang didapatkan Bu Bei yaitu memiliki kontrol

diruang publik dan memiliki pengaruh di masyarakat.

4.2.3. Manfaat Perempuan yang Aktif dalam Masyarakat

3 (tiga) manfaat yang didapatkan oleh Bu Bei dari kontrol diatas

adalah dihormati sebagai perempuan, keluarganya dipandang baik di

masyarakat, dan memiliki kemampuan untuk membantu masyarakat

sekitar.

17

Page 18: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

4.2.4. Modus Perempuan yang Aktif dalam Masyarakat

Bu Bei memiliki kuasa sendiri karena bekerja, selain itu dia juga

merupakan istri dari priyayi, secata tidak langsung dalam masyarakat Bu

Bei lebih dikenal sebagai istri priyayi dibandingkan Tuginem sebagai anak

buruh batik. Kelebihan kelebihan yang dimiliki Bu Bei dimanfaatkan

untuk membantu masyarakat sekitar. Sekarang banyak perempuan yang

terlibat aktif dimasyarakat dengan membentuk atau ikut serta dalam suatu

organisasi.

Kewajiban perempuan sebagai ibu rumah tangga bukan berarti

menghalangi perempuan untuk mengadakan sosialisasi dengan dunia luar.

Pada zaman dulu perempuan tidak boleh keluar rumah apabila tidak

bersama dengan suami. Nampaknya hal ini sudah tidak berlaku lagi. Ini

terbukti dengan semakin banyaknya organisasi perempuan yang didirikan

dengan tujuan untuk menjadikan perempuan sebagai pribadi yang utuh dan

mandiri (Budiati, 2010: 134).

Kesimpulan

Kemajuan kemajuan yang perempuan Jawa dapatkan dari bidang ekonomi ini

mengantarkan mereka mendapatkan kedudukan yang sederajat dengan laki-laki di

bidang lainnya yaitu bidang pendidikan, sosial keluarga, dan sosial masyarakat.

Menjadi penting bagi perempuan perempuan masa kini untuk memiliki posisi

tawar dalam berbagai bidang, sehingga mereka tidak lagi dianggap sebagai

makhluk kelas dua dibawah laki-laki.

Saran

Berdasarkan analisis di bidang pendidikan, penulis menyarankan sebagai

perempuan sangat penting untuk menperoleh pendidikan agar bisa bersaing

dengan laki-laki di dunia kerja. Dari analisa dalam bidang sosial keluarga, penulis

menemukan bahwa perempuan Jawa harus memiliki posisi tawar agar dapat

bermanfaat untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan. Berdasarkan

analisis penulis dibidang sosial masyarakat, perempuan diharapkan aktif di

masyarakat, dengan tujuan semakin banyak perempuan yang bekerja sehingga

18

Page 19: MONICA SARI.docx · Web viewWACANA GENDER DALAM NOVEL (Analisis Wacana Konsep Gender Relation Se p arate but Equal P erem p uan Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto

dapat membuka lapangan pekerjaan dan bisa membantu perempuan lainnya untuk

memiliki daya saing kerja yang sama dengan tenaga kerja lak- laki.

Daftar PustakaAtmowiloto, Arswendo. (2007). Canting. Jakarta: Gramedia.Budiati, Atik Catur. (April 2010). Aktualisasi Diri Perempuan Dalam Sistem

Budaya Jawa. Pamator, Volume 3, Nomor 1.Darwin, Muhajir. (2005). Negara dan Perempuan : Reorientasi Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Grha Guru.Eriyanto. (2012). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

Tiara Wacana.Handayani, Christina S , dan Ardhian Novianto. (2004). Kuasa Wanita Jawa.

Yogyakarta: PT.LKIS Pelangi Aksara.Handayani, Trisakti dan Sugiarti. (2002). Konsep dan Teknik Penelitian Gender.

Malang: UMM Press.Haryono, Bagus. (2000). Kekuasaan Istri Tergantung Suami. Surakarta: Pustaka

Cakra.http://childrenandarmedconflict.un.org diakses pada 5 Januari 2014.Koentjaraningrat. (1989). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta Pusat:

Penerbit Djembatan.Nugroho, Riant. (2008). Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Ruspita, Leli. September (2012). Keterasingan Perempuan dari Pekerjaannya:

Kemitraan Suami-Istri dalam Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga. Jurnal Perempuan, Siapakah Agen Ekonomi?. Vol. 17 No. 3. ISSN 1410-153X.

Sentosa, Riyadi. (2010). Logika Wacana: Analisis Hubungan Konjungtif dengan Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Suroto. (1990). Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suryakusuma, Julia “Why we need a ‘gender equality’ bill”. (2012). diakses dari http://www.thejakartapost.com diakses pada 7 Februari 2013.

Sutopo, HB. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Utari, Prahastiwi. (2006). The Gap between Indonesian Media Training and the Profession: Factors Affecting Young Women in Communication Studies and Media Careers.

19