Dr. Aviliani
Kinerja Perbankan Era Pandemi Covid-19
Webinar, Perbanas Institute (20 Mei 2020)
GDP Real %, Annual 2019 2020 2021
World Output 2,9 -3,0 5,8
Advances Economies 1,7 -6,1 4,5
United States 2,3 -5,9 4,7
Euro 1,2 -7,5 4,7
Jepang 0,7 -5,2 3,0
Emerging & Developing Asia 5,5 1,0 8,5
China 6,1 1,2 9,2
India 4,1 1,9 4,7
ASEAN-5 4,8 -0,6 7,8
Indonesia 5,0 0,5 8,2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan Indonesia
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia -3,0%dan pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,5% Proyeksi Perekonomian Dunia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan masih positif
Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan-1 2020 melambat
2,97% (y-o-y) dan turun -2,4% (q-t-q).
Sumber: IMF, World Bank S&P, Moody’s, BPS
Skenario Makroekonomi Indonesia
Sumber: Kemenkeu
Sektor Paling Terdampak
Sektor Pariwisata dan turunannyaHotel, restaurant, tempat hiburan, kerajinan tangan, pertokoan
Sektor AutomotifPembelian kendaraan pribadi dan umum mengalami penurunan
Sektor TransportasiAngkutan udara, Darat, maupun laut secara umum; walaupun ada sebagian jugadiuntungkan dengan WFH pelayanan pengantaran Ker Rumah-rumah meningkat
Sektor Manufactur (sebagian)Produksi menurun akibat demand dan pasok bahan baku
Sektor paling Terdampak
Sektor Oil and GasHarga sedang turun, permintaan juga menurun
Sektor Konstruksi dan Real EstatePembangunan Infrastruktur dan turunannya, perumahan, apartemen
Sektor Keuangan: Akan mengalami penurunan akibat biaya meningkat tetapi potensi yang akanrestrukturisasi besar, pertumbuhan kredit akan rendah, profit akan tergerus dan risiko danamasyarakat berpindah atau meningkatnya dana Cash
Sektor yang Mendapat Manfaat
Sektor Kesehatan dan turunannya Individu membutuhkan masker, Vitamin C, Hand Sanitizer dll Rumah sakit dibutuhkan tidak hanya orang sakit, orang sehat. Selain itu
kebutuh APD yang meningkat Manufaktur yang berkaitan “medical Supply and Service
.
Sektor AgricultureYang berkaitan dengan pangan pokok karena sebagian masyarakat mempunyaistok banyak, dan berbagi dengan sesama. Selain itu dan yang terkait denganpengobatan herbal
Sektor yang mendapat manfaat
Sektor Retail dan hipermarketSektor ini mendapat manfaat selain masyarakat memenuhi kebutuhan juga meningkat karenastok lebih bnayak dan untuk memberikan sumbangan
Sektor Teknologi ICT: dengan meningkatnya WFH menjadi meningkat penggunaannya E Commerce
Suku bunga BI terus mengalami penurunan. Dalam RDG Mei 2020, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga sebesar 4.5%
Sumber: Investing.com
4.5%
Tren Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia
Menjaga Likuiditas
Respon Kebijakan Bank Indonesia
Quantitative easing dengan membeli SBN di pasar sekunder. Kucuran likuiditas mencapai Rp 300 Triliun1
Penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) 200 bps bank umum dan 50 bps bank syariah. Kucuranlikuiditas mencapai Rp 102 Triliun
2
Tidak memberlakukan tambahan giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).Likuiditas bank terjaga sebesar Rp 15,8 Triliun
3
Memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan syariah4
Sumber: Rapat Dewan Gubernur (RDG) April dan Mei 2020
Mendorong percepatan implementasi ekonomi dan keuangan digital melalui kolaborasi antar-bank danfintech kepada UMKM dan masyarakat.
5
Jumlah Terpapar Covid-19
18.010 4.324 1.191Positif Sembuh Meninggal CFR Urutan Dunia
Jiwa Jiwa Jiwa
Tersebar di 34 Provinsi
6,6% 33
Sumber: Covid19.go.id
Sebaran Covid-19(Persentase Total)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
DKI Jakarta
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Banten
Sumatera Selatan
Provinsi Lain
Perkembangan Kasus Covid-19 Indonesia – 19 Mei 2020Penambahan Kasus Positif
Penambahan Sembuh
1000
500
100
400
300
200
100
Tekanan Terhadap Ekonomi Domestik: Kurs, IHSG, Outflow, Yield SBN
Sumber: BI, Kemenkeu
Pelemahan Rupiah terhadap USD
Fundamental ekonomi Indonesia yang tidak kuat membuat rupiah mudah mengalami tekanan dan terdepresiasi.
Sumber: tradingview.com
Normalisasi Kebijakan
Moneter The Fed
Kenaikan Suku Bunga The Fed
Dampak Covid-19
Mengapa Rupiah Tumbang?
Tertekan sinyal dari The Fed dan perekonomian AS
Booming harga komoditas yang telah berlalu
Impor tinggi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
Penyebab
Investasi ke Indonesia didominasi oleh Hot Money daripada FDI
Neraca dagang dan Neraca Transaksi Berjalan terus defisit
Kinerja Sektor Perbankan Indonesia – Triwulan 1 2020
Total Aset, Kredit, DPK Triwulan-1 2020
Pada triwulan-1 2020, Aset, Kredit, dan DPK Perbankanmengalami pertumbuhan positif meski ada kecenderunganmelambat dibanding periode sebelumnya.
NPL Gross
Covid-19 belum memberikan tekanan pada NPL diTriwulan-1 2020
CAR mengalami penurunanke 21,77% tapi masihsangat kuat.
Likuiditas memadai namunakan mengalami tekanancashflow dampak restruk-turisasi.
CARLCR
Sumber: OJK
Indikator Rentabilitas Perbankan – Triwulan 1 2020
ROA dan NIM Triwulan-1 2020 Profit (Miliar Rupiah)
Indikator rentabilitas bank yg dicerminkan oleh ROA menunjukkan tren peningkatan sejak 2015, bahkan pada triwulan-1 2020 mengalami kenaikan 10 bps
Pertumbuhan profit perbankan mengalami perlambatan sejak 2015 seiring dengan penurunan NIM
Sumber: OJK
Pertumbuhan Simpanan & Rekening Bank – Triwulan 1 2020
Total nominal simpanan deposit hingga triwulan-12020 mencapai Rp 6.304 Triliun
Pertumbuhan simpanan bank hingga Maret 2020tumbuh 2,8% (m-t-m)
Total rekening bank hingga Triwulan-1 2020 adalah306 juta rekening
Pertumbuhan di Maret 2020 adalah 0,8% (m-t-m).
Sumber: LPS
Sumber: LPS
Komposisi DPK Perbankan – Triwulan 1 2020
Berdasarkan Jenis Simpanan Berdasarkan Tiering Nominal
Transmisi Risiko Covid-19 ke Perbankan
Sumber: OJK
Persoalan di Sektor Riil
1. Permintaan Domestik: barang dan jasa menurun, sebagian besar masyarakat fokus
pada masker, vitamin, dan kebutuhan pokok yang melebih normal LN: terhambat karena kebijakan negara lain untuk lockdown sehingga
ekspor mengalami penurunan
2. Supply:
Mempunyai masalah penurunan permintaan di satu sisi Mempunyai masalah dengan supply chain yang sangat tergantung pada
China dan beberapa negara lain
Pendapatan mengalamipenurunan, akibat Sebagian aktivitas
ekonomi terhenti Sebagian WFH
pendapatan tenagakerja menurun
Perusahaan yang tidakmampu bertahanmengurangi jumlahpegawai ataumerumahkansementara
Daya beli turun
3. Masalah Cash flow
Pendapatan menurun Biaya perusahaan tidak dapat diturunkan secara significant Profit akan tergerus belum dapat diperkirakan waktunya Daya tahan masing-masing perusahaan berbeda solvabilitas
Persoalan sektor Riil di Kaitkan dengan Pinjaman Bank
1. Debitur Korporasi/ commercial/SME mengalami masalah dengan pendapatan, cash flow dan profit.
sehingga kemampuan membayar angsuran pinjaman menjadi terhambat Individu mengalami penurunan pendapatan karena PHK, dirumahkan, pendapatannya untuk
membeli vitamiin dan alat pencegahan corona
2. Kesulitan Debitur membayar Angsuran Akibat cash flow terganggu maka Debitur mengajukan Restrukturisasi Kredit
3. Kesulitan Debitur Mendapatkan modal kerja baru Ketika masa restrukturisasi berakhir (paling lambat satu tahun) tidak semua perusahaan mampu
bertahan, maka modal kerja baru diperlukan, namun tidak mudah diperoleh; Hal ini dapat menyebabkan perusahaan tidak mampu bertahan, pada akhirnya bisa masuk kriteria kredit macet;
Persoalan di Sektor Perbankan
1. Restrukturisasi Kredit:, sebagian besar debitur akan mengajukan Penundaan Pembayaran angsuran dan Bunga, dan ada potensi kredit macet setelah masa restrukturisasi selesai, apalagi kembali pada 3 pilar
2. Pertumbuhan Kredit Menurun bahkan bisa negatif karena tidak akan banyak permintaan kredit: pengaruh terhadap pendapatan bank dari Bunga menurun,
3. Pertumbuhan dana akan tumbuh relatif rendah. Secara Nasional tumbuh rendah namun individu bank ada yang tinggi ada yang rendah. Hal ini mempengaruhi kondisi bank. untuk itu perlu adanya pernyataan LPS bahwa dana masyarakat dijamin
5. Likuiditas Bank menjadi issue paling penting karena mempengaruhi kepercayaan masyarakat khususnya dalam jangka pendek
4. Biaya bunga dan operasional tetap harus dibayar, sedangkanpendapatan dari bunga kredit menurun, sehingga bank yg tgt hanya pada kredit profitnya akan tergerus, bahkan juga mengurangi modal
Penerapan PSAK 71, menjadi kendala karena tidak dapat digunakan dalam kondisi tidak tidak normal, karena harus mencadangkan kredit kategori lancar smp yang macet
AYDA (Agunan Yang Diambil Alih) berlaku satu Tahun, namun dalam kondisi saat ini nilai akan jatuh. Oleh karena itu diperlukan jangka waktu yang lebih lama untuk recovery
Kredit Macet: Restrukturisasi kredit yang di bawah 10 M dengan syarat 1 pilar hanya diberikan maksimal 1 Tahun
Indikator kesehatan Bank, Penilaian GCG bank dalam kondisi saat ini sulit dicapai. Mengingatpada masa restrukturisasi kredit yang bermasalah dianggap lancar. Tetapi pada saat masa Restukturisasi selesai, akan masuk pada kategori kredit macet apabila tidak dapat diselesaikan, atau tidak mempunyai tambahan cashflow
Persoalan di Sektor Perbankan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU berlaku sejak tanggal 31 Maret 2020
2. Penyesuaian Tarif Pajak. a) Pajak pendapatan perusahaan menjadi 22% Tahun 2020 dan 2021, dan tahun 2022 menjadi 20% b) Pajak Penghasilan Badan Terbuka untuk Publik dengan kriteria jumlah saham yang disetor
diperdagangkan minimal 40% dan memenuhi persyaratan tertentu, bisa mendapatkan tarif pajak 3% lebih rendah dari pajak penghasilan badan yang disebutkan dalam poin 2.a.
1. Anggaran Negara Tetapkan batas defisit anggaran melampaui 3% dari PDB selama periode penanganan wabah COVID-19 hingga tahun fiskal 2022 dan besarnya defisit akan kembali tertinggi 3% pada tahun 2023,
3. Kemudahan dalam melaksanakan hak dan / atau pemenuhan kewajiban pajak . a) Mengisi keberatan pajak diperpanjang hingga 6 bulan b) Pengembalian pajak diperpanjang hingga 1 bulan c) Tanggal jatuh tempo mengeluarkan surat keputusan pajak tentang klaim pengembalian pajak,
keberatan pajak, pengurangan sanksi pajak atau penghapusan diperpanjang hingga 6 bulan
PERPU No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan / atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Ekonomi Nasional dan / atau Stabilitas Sistem Keuangan
PERPU No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan / atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Ekonomi Nasional dan / atau Stabilitas Sistem Keuangan
4. Pembebasan atau bea cukai untuk import yang terkait dengan pengembangan industi DN
5. Bank Indonesia diberikan kewenangan untuk : a) Memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek kepada bank sistemik atau bank selain bank
sistemikb) Memberikan akses pendanaan kepada perusahaan / sektor swasta melalui repo utang Pemerintah
melalui perbankan. c) Dalam hal bank sistemik yang telah menerima pinjaman likuiditas jangka pendek tetapi masih
mengalami kesulitan likuiditas, maka bank sistemik dapat mengajukan pinjaman likuiditas khusus kepada BI
6. Peraturan Pemerintah dapat diterbitkanUntuk mencegah krisis sistem keuangan yang lebih dalam, Pemerintah dapat mengatur program penjaminan di luar program penjaminan simpanan.
7. OJK diberi kewenangan untuk: a) Memberikan perintah kepada lembaga jasa keuangan untuk bergabung, konsolidasi, akuisisi,
integrasi dan / atau konversi b) Menetapkan pengecualian untuk beberapa lembaga keuangan tertentu dari kewajiban untuk
melakukan pengungkapan di pasar modal c) Menetapkan ketentuan untuk teknologi informasi hingga pengorganisasian dalam mengatur
pertemuan
8. Sanksi Setiap orang yang dengan sengaja mengabaikan, tidak memenuhi, tidak mengimplementasikan atau menghalangi otoritas OJK mengenai poin 7.a) akan dihukum dengan hukuman penjara terpendek 4 tahun dan denda minimum Rp 10 miliar atau
penjara maksimal 12 tahun dan denda maksimal Rp 300 miliar. b) Jika pelanggaran poin 8.a. dilakukan oleh sebuah perusahaan, dihukum dengan denda minimum Rp
1 triliun.
PERPU No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan / atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Ekonomi Nasional dan / atau Stabilitas Sistem Keuangan
Peraturan OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional SebagaiKebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease
Pelaksanaan satu tahun berlaku Efektif mulai 16 Maret 2020 hingga 31 Maret 2021
Debitur yang terkena dampak langsung atau tidak langsung adalah di bidang pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pemrosesan, pertanian, dan pertambangan.
Selain sektor-sektor tersebut, stimulus dapat diberikan berdasarkan penilaian mandiri Bank bahwa para debitor juga dipengaruhi oleh wabah COVID-19
Bank Umum, Bank Syariah (termasuk UUS) dan BPR diizinkan untuk menerapkan stimulus kepada debitor yang terkena dampak wabah COVID-19 melalui kebijakan penilaian kualitasaset dan restrukturisasi kredit atau pembiayaan.
Wajib memiliki prosedur untuk menentukan debitur dan sektor mana yang terkena dampakwabah COVID-19, termasuk untuk debitur kecil, menengah, dan mikro (SMM).
Stimulus diberikan Untuk debitur yang terkena dampak COVID-19 termasuk debitur SMM, denganfasilitas kredit / pembiayaan hingga Rp10 miliar,
penentuan kualitas aset dapat didasarkan pada ketepatan waktu pembayaran pokok dan / ataubunga atau margin / bagi hasil
Fasilitas kredit tersebut berlaku untuk satu debitur atau 1 proyek umum.
Kredit / fasilitas baru kepada debitur yang terkena dampak wabah COVID-19, kualitas aset untuk linibaru ini ditentukan secara terpisah dari kualitas aset untuk kredit / fasilitas sebelumnya.
Jika baris baru maksimum Rp 10 Milyar, penentuan kualitas aset mengikuti stimulus yang disebutkandi atas, tetapi jika di atas Rp 10 Milyar maka harus mengacu pada aturan OJK tentang Kualitas Aset.
Kualitas aset Lancar setelah kredit / pembiayaan direstrukturisasi selama peraturan OJK ini berlaku
Bank perlu meyampaikan laporan berkala khususnya yang terkait dengan debitur yang memperolehstimulus
Peraturan OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional SebagaiKebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease
Kebijakan Banyak Negara Menghadapi Covid-19
• Lock Down• Rapid Masive Test• Physical Distancing• Work From Home• Study From Home• Melarang Kegiatan Publik• Hukuman/Denda Bagi
yang Tidak Patuh
Akselarasi Penanganan Covid-19
Stimulus Ekonomi Covid-19 dan Mencegah Krisis(183 Negara)
Stimulus Fiskal• Peningkatan anggaran kesehatan dan medis• Insentif pajak• Jaring pengaman sosial• Cash transfer• Stimulus sektor terdampak• Penjamin pinjaman
Stimulus Moneter & Keuangan• Penurunan suku bunga• Quantitative easing• Restrukturisasi kredit• Fasilitas pinjaman• Pelonggaran syarat kredit
Respon Kebijakan Stimulus Pemerintah
Percepatan belanja dan kebijakan mendorong padat karya• Pencairan belanja modal dan
bantuan sosial• Transfer ke daerah
Stimulus Belanja• Perluasa Kartu Sembako• Subsidi KPR• Insentif sektor pariwisata• Kartu Pra-Kerja
Kebijakan Stimulus I(Fokus Memperkuat Ekonomi
Domestik)
• PPh 21 pekerja sektor industri ditanggung pemerintah (Rp 8,6 T)
• Pembebasan PPh 21 Impor (Rp 8 T)
• Pengurangan PPh 25 (Rp 4,2T)• Restitusi PPN dipercepat (Rp
1,9 T)
* Berlaku April – September 2020
Kebijakan Stimulus II(Fokus menjaga daya beli)
Sumber: Kemenkeu
• Tambahan belanja APBN sebesar Rp 405,1 Triliun
Kebijakan Stimulus III
Kebijakan Stimulus III: Tambahan APBN Mencegah Covid-19
Rp 75 TriliunBidang Kesehatan – Intervensi penanggulangan covid-19• Insentif tenaga medis
Rp 110 TriliunJaring Pengaman Sosial
Rp 70,1 TriliunDukungan industri• Pajak Bea Masuk di tanggung pemerintah• Stimulus KUR
Rp 150 TriliunDana Pemulihan Ekonomi
Tambahan Belanja Pemerintah sebesar Rp 405,1 Triliun
Sumber: Kemenkeu
Struktur Baru APBN 2020
Pendapatan Negara
• Penerimaan negara turun menjadi Rp 1.760 TriliunHal ini disebabkan:• Penerimaan pajak menurun• Penerimaan PNBP turun akibat anjloknya harga komoditas
10%
Belanja Negara
• Belanja negara meningkat menjadi Rp 2.613 Triliun• Ini sudah termasuk belanja tambahan paket stimulus III
sebesar Rp 405 Triliun
4%
Defisit APBN 2020
Defisit APBN 2020 diperkirakan menjadi Rp 853 Triliun(5% thdp PDB)
Sumber: Kemenkeu
Terimakasih