e---journal ee peternakan tropika · 2019. 4. 27. · kecernaan nutrien dari ayam kampung yang...
TRANSCRIPT
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VI 2 2018
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Vol. 6 No. 2 (2018): Mei - Agustus 2018 Diterbitkan: 2018-05-21
Artikel
1. KECERNAAN NUTRIEN DARI AYAM KAMPUNG YANG DIBERI RANSUM ISO ENERGI DENGAN
TINGKAT PROTEIN BERBEDA Sugiarta I M. P., A. W. Puger, I M. Nuriyasa: 198-207
2. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr) MELALUI AIR
MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Putri S. H., I M.
Suasta, I G. N. G. Bidura: 208-221
3. RESPON RUMPUT LOKAL PADA PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA Rifais A., A. A. A. S. Trisnadewi,
I W. Wirawan: 222-236
4. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr) MELALUI AIR
MINUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22 – 30 MINGGU Vicky A.
R., N. W. Siti, I G. N. G. Bidura: 237-252
5. PENGARUH SUPLEMENTASI CAMPURAN LISIN, METIONIN DAN KOLIN DALAM RANSUM TERHADAP
PENAMPILAN BABI BALI JANTAN Sulastri N. N., I K. Sumadi, I P. A. Astawa: 253-263
6. ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN BABI DI PETERNAKAN BAPAK I MADE SUKARATA, DESA
PADANGSAMBIAN KAJA, DENPASAR Gunawa I D. P. W., I M. Mudita, I W. Sukanata: 264-270
7. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR(Moringa oleifera) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Luki Ananta I M. D., I M. Suasta, A. A. P.
P. Wibawa: 271-282
8. SUBSTITUSI PUPUK UREA DENGAN PUPUK BIO-SLURRY SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI RUMPUT Stenotaphrum secundatum Sri Wahyuni S. S., I K. M. Budiasa, I W. Suarna: 283-297
9. DIMENSI TUBUH BABI BALI JANTAN YANG DIBERIKAN RANSUM DENGAN SUPLEMENTASI LISIN,
METIONIN, DAN KOLIN Yuliyanti N. N., I K. Sumadi, I M. Suasta: 298-308
10. EXTERNAL OFFAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG DIBERI RANSUM DENGAN
SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN PEPAYA FERMENTASI Prasetia D. M. R., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati: 309-317
11. KECERNAAN NUTRIEN PADA SAPI BALI YANG DIBERI RANSUM TERFERMENTASI INOKULAN BAKTERI
LIGNOSELULOLITIK KOLON SAPI DAN SAMPAH ORGANIK Sobari M., I M. Mudita, I G. L. O. Cakra: 318-334
12. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) MELALUI AIR
MINUM TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Widoretno H.
H., I. A. P. Utami, I G. N. G. Bidura: 335-349
13. EDIBLE OFFAL AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL DENGAN TAMBAHAN PROBIOTIK
STARBIO Novandy S. S. I G., I N. T. Ariana, I W. Wijana: 350-359
14. PENGARUH DAUN PEPAYA TERFERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING
ITIK BALI BETINA UMUR 10 MINGG Pangestu A. T., N. W. Siti, N. M. Sukmawati: 360-371
15. PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN EKSTRAK AIR BAWANG PUTIH (Allium sativum) MELALUI AIR
MINUM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN, LEMAK DAN KOLESTEROL KUNING TELUR AYAM
LOHMANN BROWN Astiari N. M. R., I G. N. G. Bidura, D. A. Warmadewi: 372-386
16. PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR MINUM TERHADAP PRODUKSI
TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU Wedana I G. R., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A.
Candrawati: 387-399
17. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN KELOR (Moringa Oleifera) MELALUI AIR MINUM
TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR AYAM LOHMAN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Atmaja I G. A. R., I G.
N. G. Bidura, D. A. Warmadewi: 400-411
18. POTONGAN KARKAS KOMERSIAL ITIK BALI BETINA UMUR 26 MINGGU YANG DIBERI RANSUM
MENGANDUNG TEPUNG DAUN PEPAYA FERMENTASI Astika I P. E., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati: 412-424
19. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Paspalum notatum cv. Competidor PADA BERBAGAI
KOMBINASI LEVEL PUPUK N, P, DAN Ca Stephanie B. M. M, I. B. G. Partama, I W. Wirawan: 425-439
20. PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK SACCHAROMYCES Spp. Gb-7 DAN Gb-9 DALAM RANSUM
TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU Sujana I K., D. P. M. A.
Candrawati, I G. N. G. Bidura: 440-449
21. Managemen Pakan Pada Peternakan Babi Pembibitan milik Bapak I Made Sukarata di Br. Batu Paras,
Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar Sulastri N.N, I M. Mudita, I W.
Sukanata: 450-457
22. MANAJEMEN PAKAN AYAM ARAB PETELUR DI UD. DARMA PURI FARM DESA TANGKAS,
KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG Manubawa I K. V., I M. Mudita, N. G. K. Roni 458-461
23. KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN SELAMA 14 HARI PADA BERBAGAI BAHAN TEMPAT
PENYIMPANAN TELUR Ulfa M., I K. A. Wiyana, M. Wirapartha: 462-476
24. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) MELALUI AIR MINUM
TERHADAP PRODUKSI TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Hasanah N., I G. N. G.
Bidura, E. Puspani: 477-488
25. PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI SELULOLITIK B-6 MELALUI AIR MINUM TERHADAP
KADAR PROTEIN, LEMAK, KOLESTEROL DAN WARNA KUNING TELUR AYAM LOHMANN BROWN
UMUR 40-48 MINGGU Dananjaya I. B. P. O., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati 489-500
26. PENGARUH LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BABI DI UPT BIBD PROVINSI BALI
Simarmata Y. N. S., N. L. G. Sumardani, N. M. Artiningsih Rasna: 501-508
27. KOMPARASI PEJANTAN MELALUI KUALITAS SEMEN BEKU YANG DIHASILKAN DI UNIT PELAYANAN
TEKNIS BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH BATURITI Ashari ., I N. Ardika, N. P. Sarini: 509-518
28. KUALITAS TELUR AYAM RAS YANG DISIMPAN PADA KOTAK KAYU, KOTAK KAWAT DAN EGG TRAY
KARTON SELAMA 7 HARI Fransiska N. R., M. Wirapartha, G. A. M. K. Dewi: 519-528
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK
DAN Gb-9 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR
AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40
Sujana, I. K
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
e-mail:sujana14komang
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik 0,3%
Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb
Brown umur 40-48 minggu. Penelitian dilaksanakan dikandang milik peternak di Desa Dajan
Peken, Tabanan selama 2 bulan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Ketiga
perlakuan tersebut adalah ayam yang diberi ransum tanpa dicampur dengan probiotik sebagai
kontrol (A); ayam diberi ransum yang di campur dengan probiotik
sebanyak 0,3 % (B); dan ransum dicampur dengan probiotik
sebanyak 0,3% (C). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum,
konsumsi air minum, total berat telur, total jumlah telur dan FCR. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada total berat telur dan FCR pada ayam yang diberi probiotik
Saccharomyces spp. Gb-7 (B) dan Gb
sedangkan pada konsumsi ransum, konsumsi air minum dan jumlah telur menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata (P>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
0,3% probiotik Saccharomyces spp
dalam meningkatkan total berat telur dan dapat menurunkan FCR (
sedangkan konsumsi ransum, konsumsi air minum, dan total jumlah telur ayam Lohmann
Brown umur 40-48 minggu mengalami perubahan namun tidak memberikan efek yang nyata.
Kata kunci: Produksi telur, Lohmann Brown, Probiotik, Saccharomyces spp.
EFFECT OF PROBIOTIC GIVING
Gb-9 IN THE RANGE OF EGG PRODUCTION CHICKEN
LOHMANN BROWN AGE 40
This research was carried out to determine the effect of giving probiotics 0.3%
Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb
phase age 40-48 weeks. This research was carried out by farmers in Dajan Peken Village,
Tabanan for 2 months. The design used in this study was Completely Randomized Design
(CDR) with three treatments and six replications.
rations without probiotics as control (A); chickens given ration with the probiotic
Saccharomyces spp. Gb-
Saccharomyces spp. Gb-9 0.3% (C). The variables observed in this research were ration
consumption, drinking water consumption, total egg weight, total number of eggs and FCR.
Submitted Date: July 22, 2018Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita
JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
440
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK SACCHAROMYCES
9 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR
AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU
K., D.P. M. A.Candrawati, dan I. G. N. G. Bidura
Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar
[email protected]. 085739752188
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik 0,3%
7 dan Gb-9 dalam ransum terhadap produksi telur ayam Lohmann
48 minggu. Penelitian dilaksanakan dikandang milik peternak di Desa Dajan
Peken, Tabanan selama 2 bulan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ngkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Ketiga
perlakuan tersebut adalah ayam yang diberi ransum tanpa dicampur dengan probiotik sebagai
kontrol (A); ayam diberi ransum yang di campur dengan probiotik Saccharomyces spp
(B); dan ransum dicampur dengan probiotik Saccharomyces spp.
sebanyak 0,3% (C). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum,
konsumsi air minum, total berat telur, total jumlah telur dan FCR. Hasil penelitian
ada total berat telur dan FCR pada ayam yang diberi probiotik
7 (B) dan Gb-9 (C) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
sedangkan pada konsumsi ransum, konsumsi air minum dan jumlah telur menunjukkan hasil
P>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 dalam ransum memeliki pengaruh nyata
dalam meningkatkan total berat telur dan dapat menurunkan FCR (Feed Conversion Ratio
si ransum, konsumsi air minum, dan total jumlah telur ayam Lohmann
48 minggu mengalami perubahan namun tidak memberikan efek yang nyata.
Produksi telur, Lohmann Brown, Probiotik, Saccharomyces spp.
EFFECT OF PROBIOTIC GIVING SACCHAROMYCES
9 IN THE RANGE OF EGG PRODUCTION CHICKEN
LOHMANN BROWN AGE 40-48 WEEK
ABSTRACT
This research was carried out to determine the effect of giving probiotics 0.3%
7 and Gb-9 in rations on chicken egg production Lohmann Brown
48 weeks. This research was carried out by farmers in Dajan Peken Village,
nan for 2 months. The design used in this study was Completely Randomized Design
(CDR) with three treatments and six replications. The third treatments were chicken giving
rations without probiotics as control (A); chickens given ration with the probiotic
-7 0.3% (B); and chickens given ration with the probiotic
9 0.3% (C). The variables observed in this research were ration
consumption, drinking water consumption, total egg weight, total number of eggs and FCR.
8 Accepted Date: : I M. Mudita
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
SACCHAROMYCES Spp. Gb-7
9 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR
48 MINGGU
I. G. N. G. Bidura
Jl. PB. Sudirman, Denpasar
5739752188
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik 0,3%
9 dalam ransum terhadap produksi telur ayam Lohmann
48 minggu. Penelitian dilaksanakan dikandang milik peternak di Desa Dajan
Peken, Tabanan selama 2 bulan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ngkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Ketiga
perlakuan tersebut adalah ayam yang diberi ransum tanpa dicampur dengan probiotik sebagai
Saccharomyces spp. Gb-7
Saccharomyces spp. Gb-9
sebanyak 0,3% (C). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum,
konsumsi air minum, total berat telur, total jumlah telur dan FCR. Hasil penelitian
ada total berat telur dan FCR pada ayam yang diberi probiotik
9 (C) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
sedangkan pada konsumsi ransum, konsumsi air minum dan jumlah telur menunjukkan hasil
P>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
9 dalam ransum memeliki pengaruh nyata
Feed Conversion Ratio)
si ransum, konsumsi air minum, dan total jumlah telur ayam Lohmann
48 minggu mengalami perubahan namun tidak memberikan efek yang nyata..
Produksi telur, Lohmann Brown, Probiotik, Saccharomyces spp.
CHAROMYCES spp. Gb-7 and
9 IN THE RANGE OF EGG PRODUCTION CHICKEN
48 WEEK
This research was carried out to determine the effect of giving probiotics 0.3%
9 in rations on chicken egg production Lohmann Brown
48 weeks. This research was carried out by farmers in Dajan Peken Village,
nan for 2 months. The design used in this study was Completely Randomized Design
The third treatments were chicken giving
rations without probiotics as control (A); chickens given ration with the probiotic
7 0.3% (B); and chickens given ration with the probiotic
9 0.3% (C). The variables observed in this research were ration
consumption, drinking water consumption, total egg weight, total number of eggs and FCR.
Accepted Date: July 31, 2018
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 441
The results showed chickens given ration with probiotics Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb-9
that total egg weight and FCR chickens given probiotics Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb-9
each had a significant (P<0.05) but on ration consumption, drink water consumption, and the
number of eggs each had a non significant (P>0.05). From the results of this research it can be
concluded that the granting of 0.3% of the probiotic Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb-9 in
ration Lohmann Brown can provide significant influence to the total weight of the egg and the
FCR had non significant influence towards the consumption of rations, drinking water
consumption, and the total number of eggs Lohmann Brown age 40-48 weeks.
Keywords: Egg production, Lohmann Brown, Probiotics, Saccharomyces spp.
PENDAHULUAN
Peternakan ayam petelur merupakan sektor peternakan yang paling efisien dan paling
cepat menyediakan bahan-bahan makanan yang bergizi tinggi dari sumber hewani.
Peningkatan konsumsi protein hewani yang berasal dari hasil perikanan meningkat dari 7,17
gram pada tahun 2002 menjadi 8,41 gram/kapita/hari pada tahun 2005. Peningkatan yang
sama terlihat pula pada konsumsi protein hewani asal produk ternak yang pada tahun 2002
hanya sebesar 4,59 gram menjadi 5,52 gram/kapita/hari pada tahun 2005 (BPS, 2006),
Susenas (2005) melaporkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang semakin
meningkat maka produksi ternak perlu ditingkatkan.
Dalam dunia peternakan, masyarakat tidak asing lagi dengan ternak ayam yang
diternakan dengan tujuan menghasilkan daging atau telur. Pengembangan usaha ternak
unggas jenis ras (ayam petelur) di Indonesia masih memiliki prospek yang bagus. Hal tersebut
berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ketahun.
Saat ini, tingkat kesadaran untuk meningkatkan gizi dalam kehidupan di masyarakat yang
makin tinggi juga harus diimbangi dengan peningkatan jumlah protein hewani.
Telur merupakan salah satu hasil ternak unggas yang mempunyai nilai gizi yang tinggi,
lengkap dan mudah untuk dicerna oleh tubuh. Telur mengandung protein yang tinggi, sumber
zat besi, beberapa mineral dan vitamin, sehingga telur merupakan bahan pangan hewani yang
dapat dikonsumsi oleh manusia pada segala umur.
Pakan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan produksi telur yang maksimal.
Pakan sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur, dan juga faktor keturunan,
umur ayam, manajemen, kesehatan, dan faktor lingkungan (Orr dan Fletcher, 1973).
Pakan yang diberikan untuk unggas sebagian besar berasal dari limbah produk
pertanian. Salah satu limbah pertanian yang sering digunakan untuk pemberian pada ungags
yaitu dedak padi. Dedak padi mempunyai kandungan serat kasar tinggi sehingga dapat
mempengaruhi penyerapan zat-zat makanan yang berada didalam sistem pencernaan, oleh
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 442
karena itu perlu adanya pakan tambahan untuk megimbangi kualitas pakan yang dapat
meningkatkan produksi telur yang dihasilkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan penyerapan zat makanan menjadi lebih baik adalah dengan menambahkan
probiotik. Probiotik merupakan bahan tambahan dalam pakan yang mampu mempercepat laju
pertumbahan ayam, menambah nafsu makan dan menambah nilai gizi dalam pakan untuk
meningkatkan produktivitas ayam. Salah satu probiotik yang dapat diberikan kepada ayam
yaitu Saccharomyces spp. yang berasal dari isolasi kolon ayam kampung (Bidura et al, 2015).
Menurut Bidura et al, (2015) penggunaan probiotik (Saccharomyces spp. Gb-7; Gb-9,
dan kombinasinya) isolat kolon ayam kampung dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan ransum broiler umur 2-6 minggu, serta menurunkan kolesterol serum
darah broiler dengan penggunaan 0,3%. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
mengetahui pengaruh suplementasi probiotik Saccaharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 yang
berasal dari isolat kolon ayam kampung dalam ransum terhadap produksi telur ayam Lohman
Brown umur 40-48 minggu.
MATERI DAN METODE
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kandang milik peternak di Banjar Pande, Desa Dajan Peken,
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, selama 12 minggu yaitu mulai dari
persiapan sampai dengan penyusunan laporan.
Ayam
Ayam yang digunakan adalah jenis ayam Lohmann Brown yang diperoleh dari peternak
ayam petelur setempat, fase peneluran kedua umur 40-48 minggu dengan berat badan
1.658,35 ± 30,65 g dan jumlah ayam Lohmann brown yang digunakan adalah 36 ekor.
Kandang dan Perlengkapannya
Kandang yang digunakan adalah kandang “colonybattery“ bertingkat yang terbuat dari
bilah bambu serta dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang terbuat dari
pipa.Pada bagian bawah lantai kandang dipasang lembaran plastik untuk menampung kotoran
ayam sehingga mudah untuk dibersihkan serta untuk mengurangi kelembaban dan bau yang
diakibatkan oleh kotoran ayam. Pembersihan kandang dilakukan satu minggu sekali. Seluruh
petak kandang berada dalam satu ruangan kandang yang berukuran panjang, lebar dan tinggi
masing-masing (50 x 50 x 40 m) dengan bahan atap dari asbes. Posisi kandang menghadap
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 443
timur-barat saling berhadapan sedangkan penerangan pada malam hari dilengkapi dengan
memasang lampu TL 10 watt yang diletakkan pada lorong bagian tengah kandang.
Ransum dan Air Minum
Ransum yang diberikan dalam bentuk tepung (“mash”). Ransum yang diberikan pada
penelitian ini adalah ransum yang disusun dengan menggunakan bahan, seperti tepung jagung
kuning, konsentrat komersial untuk ayam petelur, dan dedak padi, lebih rinci tersaji pada
Tabel 1. dan hasil perhitungan zat-zat makanan ayam lohmann brown umur 40-48 minggu
tersaji pada Tabel 2. Perhitungan komposisi zat-zat makanan berdasarkan Tabel zat makanan
menurut Scott et al., (1982). Air minum yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Tabel 1. Komposisi bahan pakan dalam ransum ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu
Bahan pakan Perlakuan
1)
A B C
Jagung kuning 50 50 50
Konsentrat2)
35 35 35
Dedak padi 15 15 15
Probiotik Gb-7 0 0,3 0
Probiotik Gb-9 0 0 0,3
Total 100 100 100 Keterangan:
1) Ayam yang diberikan ransum tanpa probiotik Sacchoromycess spp. sebagai kontrol (A), ayam yang
diberikan probiotik Sacchoromycess spp. Gb-7 sebanyak 0,3% (B), ayam yang diberikan probiotik
Sacchoromycess spp. Gb-9 sebanyak 0,3% (C).
2) Konsentrat ayam petelur yang di produksi oleh Pt. Jafa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Sidoarjo-Devisi
pakan ternak Jl. H.R.M. Mangudiprojo km 3,5 Budura – Sidoarjo
Tabel 2.Komposisi zat-zat gizi dalam ransum ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.1)
Keterangan: 1) Berdasarkan perhitungan menurut Scott et al. (1982)
2) Perlakuan:
A = Ayam tanpa diberi probiotik Saccharomyces spp sebagai kontrol (A)
B = Ayam yang diberi ransum dengan tambahan probiotik Saccharomyces spp Gb-7 0,3%
C = Ayam yang diberi ransum dengan tambahan probiotik Saccharomyces spp Gb-9 0,3% 3) Standar Scott et al. (1982)
Kandungan zat gizi Perlakuan
2)
Standar3)
A B C
Energi Metabolisme (kkal/kg)
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Phospor (%)
2979,5
18,00
5,3
4,9
3,528
0,76
2979,5
18,00
5,3
4,9
3,528
0,76
2979,5
18,00
5,3
4,9
3,528
0,76
2900
18,00
5-10
3-8
3,4
0,35
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 444
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu timbangan digital
dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 gram, timbangan tricle brand dengan kapasitas 100
gram dengan kepekaan 0,1 gram, kalkulator, kerat telur, alat tulis dan lembaran koran, untuk
sebagai alas mencampur ransum dan ember untuk menampung ransum yang sudah dicampur
dengan probiotik.
Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan 36 ekor ayam petelur Lohmann Brown umur 40 minggu
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 kali ulangan. Ketiga
perlakuan tersebut adalah pemberian ransum yang tidak dicampur dengan probiotik sebagai
kontrol (A), ransum yang di campur dengan probiotik Saccharomyces spp. Gb-7 sebanyak 0,3
% (B) dan ransum yang dicampur dengan probiotik Saccharomyces spp. Gb-9 sebanyak 0,3
% (C).
Probiotik
Probiotik yang digunakan yaitu Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 berbentuk mash
(tepung) yang diisolasi dari kolon ayam kampung dan probiotik yang telah lolos uji berbagai
level suhu, asam, dan garam empedu serta mampu mengasimilasi kolesterol, sehingga
potensial sebagai agensia probiotik (Bidura, 2012).
Pencampuran ransum
Sebelum dilakukan pencampuran ransum, siapkan semua alat dan bahan kemudian
masing-masing bahan yang akan dipakai ditimbang. Dimulai dari jumlah yang paling banyak
kemudian diikuti dengan bahan pakan yang volumenya lebih sedikit. Untuk pencampuran
probiotik dalam ransum yaitu untuk Saccharomycess spp. Gb-7 danGb-9 masing-masing
dicampur 0,3% dari keseluruhan campuran ransum yang diberikan dan untuk pencampuran
bahan yang jumlahnya kecil sebaiknya volumenya diperbesar dengan mencampurkan dengan
bahan lain kemudian disebar diatas ransum secara merata. Pencampuran pakan dilakukan
diatas lembaran plastik, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama dan dicampur rata.
Selanjutnya dicampur silang sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Variabel yang Diamati
Adapun variabel yang di amati dalam penelitian ini antara lain:
1. Konsumsi ransum: Konsumsi ransum dihitung yaitu jumlah ransum yang diberikan
dikurangi dengan sisa ransum yang dihitung selama satu minggu.
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 445
2. Konsumsi air minum: Konsumsi air minum dihitung dengan cara air minum yang
dikonsumsi dikurangi air minum yang tersisa yang dihitung setiap satu minggu.
3. Total berat telur: Total berat telur dihitung dengan menimbang telur selama satu
minggu.
4. Total jumlah telur: Total jumlah telur dihitung dengan cara menghitung jumlah telur
yang dihasilkan selama satu minggu.
5. FCR: FCR (Feed Convertion Ratio) dihitung dengan perbandingan jumlah ransum
yang dikonsumsi dengan berat telur total selama satu minggu..
Analisis Statistika
Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang
nyata (P<0,05) diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan
(Steel and Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi ransum
Konsumsi ransum yang didapat pada penelitian ini yaitu sebesar 7368,80 g/ekor/8 mg
pada ayam yang mendapat perlakuan A, 7079,30 g/ekor/8 mg pada ayam yang mendapat
perlakuan B dan 7057,80 g/ekor/8 mg pada perlakuan C (Tabel 3.). Pemberian probiotik
Saccharomyces spp Gb-7 0,3% (B) dan Gb-9 0,3% (C) mengalami penurunan namun secara
statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dibanding ayam yang
mendapat perlakuan A. Hal ini disebabkan kandungan energi ransum pada ayam yang
mendapat ketiga perlakuan adalah sama yaitu 2979,5 Kkal/kg Tabel 2. Konsumsi ransum
biasanya dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, semakin tinggi kandungan energi
ransum maka konsumsi ransum semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin rendah
kandungan energi ransum maka konsumsi ransum akan semakin meningkat. Hal ini juga
didukung oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan kadar energi dalam ransum menentukan
banyaknya ransum yang di konsumsi. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Yousefi dan
Karkoodi (2007) dalam penelitian ayam petelur menggunakan campuran ragi didalam
ransumnya melaporkan bahwa konsumsi ransumnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata terhadap kontrol. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Bidura et al. (2015) dalam
penelitian Saccharomyces spp. terhadap penampilan broiler menunjukkan konsumsi ransum
yang didapat tidak berebda nyata terhadap kontrol.
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 446
Tabel 3. Pengaruh pemberian probiotik Saccharomyces spp Gb-7 dan Gb-9 terhadap produksi
telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
Variabel Perlakuan
1)
SEM2)
A B C
Konsumsi ransum (g/ekor/8 mg) 7368,80a3)
7079,80a 7057,80
a 119,25
Konsumsi air minum (lt/ekor/8 mg) 21,98a 22,11
a 22,05
a 0,44
Total berat telur (g/ekor/8 mg) 1985,83a 2011,00
b 2015,50
b 4,54
Total jumlah telur (butir/ekor/8 mg) 36,36a 36,52
a 36,60
a 0,02
FCR (Feed Convertion Ratio) 3,71a 3,52
b 3,50
b 0,05
Keterangan:
1) Perlakuan :
A = Ayam tanpa diberi probiotik Saccharomyces spp sebagai kontrol (A)
B = Ayam yang diberi ransum dengan tambahan probiotik Saccharomyces spp Gb-7 0,3%
C = Ayam yang diberi ransum dengan tambahan probiotik Saccharomyces spp Gb-9 0,3%
2) SEM : “Standard Error of the Treatment Means”
3) Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Konsumsi air minum
Konsumsi air minum yang didapat pada penelitian ini yaitu sebesar 21,98 liter/ekor/8
mg pada perlakuan A, 22,11 liter/ekor/8 mg pada perlakuan B dan 22,05 liter/ekor/8 mg pada
perlakuan C (Tabel 3.). Hal ini menunjukkan konsumsi air minum pada pemberian probiotik
Saccharomyces spp Gb-7 0,3% (B) dan Gb-9 0,3% (C) mengalami peningkatan namun secara
statitik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ayam yang mendapat
perlakuan A. Hal ini disebabkan oleh konsumsi air minum berbanding lurus dengan konsumsi
ransum, dimana konsumsi ransum ayam yang diberi perlakuan B dan perlakuan C tidak
berbeda nyata konsumsi ransumnya dibandingkan ayam yang mendapat perlakuan A
(kontrol). Tillman et al., (1989) menyatakan bahwa semakin tinggi konsumsi ransum maka
mempengaruhi peningkatan pada konsumsi air yang semakin tinggi. Umumnya ayam
mengonsumsi air minum 2 kali lebih besar dari jumlah pakan yang dikonsumsi karena air
minum berfungsi sebagai pelarut dan alat transportasi zat-zat makanan untuk disebarkan ke
seluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih banyak air dari pada makanannya (Ensminger, 1990)
Total berat telur
Total berat telur yang didapat pada penelitian ini yaitu sebesar 1985,83 g/ekor/8 mg
pada perlakuan A, 2011 g/ekor/8 mg pada perlakuan B dan 2015,50 liter/ekor/8 mg pada
perlakuan C (Tabel 3.). Hal ini menunjukkan total berat telur pada pemberian probiotik
saccharomyces spp Gb-7 0,3% (B) dan Gb-9 0,3% (C) mengalami peningkatan dan secara
statitik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan ayam yang mendapat
perlakuan A. Hal ini disebabkan karena peranan probiotik saccharomyces spp Gb-7 dan Gb-9
yang mampu meningkatkan kandungan nutrisi dalam ransum yang mampu membantu
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 447
penyerapan pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan berat telur yang dihasilkan
meningkat. Disamping itu probiotik merupakan pakan tambahan berupa mikroba hidup yang
mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan meningkatkan mikroba
dalam saluran pencernaan dan dapat menurunkan populasi bakteri yang merugikan dalam
saluran pencernaan, sehingga akan dapat meningkatkan pencernaan zat – zat makanan dengan
baik. Wahyu (1985) menyatakan bahwa kualitas pakan yang baik dalam hal ini kandungan
protein, asam amino dan asam linoleat dapat mempengaruhi bobot telur, karena pakan dengan
kualitas baik dapat menghasilkan telur yang besar
Total jumlah telur
Total jumlah telur yang didapat pada penelitian ini yaitu sebesar 36,36 butir/ekor/8 mg
pada perlakuan A, 36,52 butir/ekor/8 mg pada perlakuan B dan 36,60 butir/ekor/8 mg pada
perlakuan C. Hal ini menunjukkan total berat telur pada pemberian probiotik Saccharomyces
spp. Gb-7 0,3% (B) dan Gb-9 0,3% (C) mengalami peningkatan namun secara statistik
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil penelitian ini didukung dengan
hasil penelitian Malik (2013) tentang penggunaan probiotik dalam ransum pada layer
menunjukkan bahwa penggunaan probiotik sampai 3% tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi telur. Peningkatan total jumlah telur ini disebabkan penggunaan probiotik dalam
ransum dapat meningkatkan kandungan gizi yang terserap dalam saluran pencernaan unggas
sehingga penyerapan nutrisi ke dalam tubuh menjadi optimal yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari maupun meningkatkan produksi. Hal ini didukung oleh Bidura et al,.
(2015) yang menyatakan bahwa probiotik Saccharomyces spp Gb-7 dan Gb-9 yang diberikan
melalui ransum dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum
sehingga penyerapan zat-zat makanan yang ada didalam tubuh ayam lebih dimanfaatkan
untuk kebutuhan tubuh dan produksi ayam itu sendiri. Wiharto (1995) menyatakan bahwa
penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan kandungan gizi yang
terserap dalam saluran pencernaan unggas sehingga mampu meningkatkan hasil produksi.
FCR (Feed Convertion Ratio)
FCR (Feed Convertion Ratio) pada pemberian probiotik Saccharomyces spp melalui
ransum dengan perlakuan Gb-7 0,3% (B) dan Gb-9 0,3% (C) nyata (P<0.05) lebih rendah
dibandingkan dengan ayam tanpa diberi probiotik saccharomyces spp (A) sebagai kontrol.
FCR(Feed Convertion Ratio)merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan
gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan ransum. FCR dihitung dari konsumsi ransum
dibagi dengan total berat telur. FCR pada perlakuan B adalah sebesar 3,52 dan FCR pada
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 448
perlakuan C 3,50 ini artinya untuk meningkatkan 1 kg berat telur total ayam yang mendapat
perlakuan B harus mengkonsumsi sebanyak 3,52 kg ransum dan untuk perlakuan C harus
mengkonsumsi sebanyak 3,15 kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ayam yang diberi
ransum dengan perlakuan campuran probiotik Gb-9 0,3% (C) yang paling efisien
dibandingkan dengan semua perlakuan. Hal ini sejalan dengan Anggorodi (l985) menyatakan
bahwa semakin rendah nilai FCR, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan
ransumnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 0,3% probiotik
Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 dalam ransum dapat memberikan pengaruh secara
signifikan terhadap total berat telur dan FCR akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum, dab total jumlah telur ayam
Lohmann Brown umur 40-48 minggu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida
Bagus Gaga Partama, MS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan
pada penulis di Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H. R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Bidura, I. G. N. G. D. P. M. A. Candrawati, and A. A.Warmadewi, 2015. Selection of khamir
Saccharomyces spp. Isolated from colon of native chickens as a probiotics proputics and
has CMC_ace activity. Journal of Biological and chemical research vol.32 (2): 683-699.
Bidura, I. G. N. G., I. G. Mahardika, I. P. Suyadnya, I. B. G. Partama, I. G. L. Oka, D. P. M.
A. Candrawati, and I. G. A. I. Aryani. 2012. The implementation of Saccharomyces
spp.n-2 isolate culture (isolation from traditional yeast culture) for improving feed
quality and performance of male Bali ducking. Agricultural Science Research Journal.
September: Vol. 2 (9): 486-492
Ensminger. 1990. Joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and
Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk with Live Lactic
Acid Bacteria. Amerian Córdoba Park Hotel, Córdoba, Argentina
Malik, A. 2013. Pengaruh Penggunaan Probiotik Pada Ransum Terhadap Produktivitas dan
Nilai Ekonomi Ayam petelur Periode Layer. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Morrison, F. B. 1961. Feed and Feeding Abridged. 9th Ed. Iowa: Morrison Pub. Co. Clinton.
Sujana et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 440- 449 Page 449
Orr, H. L. dan D. A. Fletcher. 1973. Egg and Egg Products. Publication 1948. Canada Dept.of
Agriculturel.
Scott, M. L, M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrient of Chickens 3rd Edition M.L.
Scott Assoc. Ithaca, New York.
Soehadji. 1993. Kebijaksanaan dan Strategi Agribisnis Peternakan dalam Pelita VI. Makalah
dalam diskusi Nasional I Agribisnis Peternakan 1993. Yogyakarta.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo dan L. Lebdosoekojo.
1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wiharto, 1995. Petunjuk Beternak Ayam. Penerbit Lembaga Universitas Brawijaya. Malang.
Yousefi, M. and K. Karkoodi, 2007. Effect of probiotic thepax and Saccharomyces cerevisiae
supplementation on performance and egg quality of laying hens. Int. J. Poult. Sci., 6:
52-54.