jurnal terakreditasi dr. h. m. rapi anci, m.a

28
1 MANAJEMEN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM PADA MAN 2 WATAMPONE: PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU Oleh: H. M. Rapi Anci Abstrak This research is developed based on the problem statements 1) how is the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management. 2) what are the abstacles found in the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management and what efforts to do in overcoming the ocstacles. This research is a kind of qualitative descriptive research using normative- theological, pedagogical, psychological, and sociological approaches. The research subjects consist of 454 persons meanwhile the informans consist of 20 persons taken by using purposive sampling and snowball sampling. The collected data through participatory observation, questionnaire, interview, documentation, reference exploring, then, are analyzed by data reduction, data display, and conclusion. The research indicates that the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management has run well indicated by the implementation of total quality management characteristics. The found abstacles are the implementation is just in form of de facto but has not supported in de jure as well as the limited facilities. To overcome the obstacles, the decision makers must support it by providing quality policy, quality manual, and quality standard of quality management development of Islamic education as well as providing related facilities.

Upload: maulana-malik-ibrahim

Post on 27-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

This research is developed based on the problem statements 1) how is the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management. 2) what are the abstacles found in the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management and what efforts to do in overcoming the ocstacles. This research is a kind of qualitative descriptive research using normative-theological, pedagogical, psychological, and sociological approaches. The research subjects consist of 454 persons meanwhile the informans consist of 20 persons taken by using purposive sampling and snowball sampling. The collected data through participatory observation, questionnaire, interview, documentation, reference exploring, then, are analyzed by data reduction, data display, and conclusion. The research indicates that the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management has run well indicated by the implementation of total quality management characteristics. The found abstacles are the implementation is just in form of de facto but has not supported in de jure as well as the limited facilities. To overcome the obstacles, the decision makers must support it by providing quality policy, quality manual, and quality standard of quality management development of Islamic education as well as providing related facilities. Keyword: Quality Development Management, Islamic Education, Total Quality Management

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

1

MANAJEMEN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM PADA MAN 2 WATAMPONE: PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU

Oleh:H. M. Rapi Anci

Abstrak

This research is developed based on the problem statements 1) how is the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management. 2) what are the abstacles found in the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management and what efforts to do in overcoming the ocstacles. This research is a kind of qualitative descriptive research using normative-theological, pedagogical, psychological, and sociological approaches. The research subjects consist of 454 persons meanwhile the informans consist of 20 persons taken by using purposive sampling and snowball sampling. The collected data through participatory observation, questionnaire, interview, documentation, reference exploring, then, are analyzed by data reduction, data display, and conclusion. The research indicates that the implementation of Islamic education management development at MAN 2 Watampone based on the perspective of total quality management has run well indicated by the implementation of total quality management characteristics. The found abstacles are the implementation is just in form of de facto but has not supported in de jure as well as the limited facilities. To overcome the obstacles, the decision makers must support it by providing quality policy, quality manual, and quality standard of quality management development of Islamic education as well as providing related facilities.

Keyword: Quality Development Management, Islamic Education, Total Quality Management

A. PENDAHULUAN

Seiring perkembangan era globalisasi, antusiasme stakeholders pada lembaga pendidikan,

termasuk lembaga pendidikan Islam, semakin tinggi yang terbukti dengan semakin

meningkatnya jumlah pendaftar setiap tahunnya. Sebagaimana dipahami bahwa era globalisasi

Page 2: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

2

menciptakan pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu negara, dari keunggulan

komparatif (comparative advantage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Keunggulan komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan

kompetitif bertumpu pada pemilikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Konsekuensinya adalah eksistensi suatu negara dalam persaingan global sangat tergantung pada

mutu pendidikan sebagai pencetak dan pensuplai generasi kompetitif pada negara tersebut.

Dalam perkembangannya, dikotomi pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan

nasional yang dalam hal ini lembaga pendidikan umum di bawah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan serta lembaga pendidikan agama, termasuk yang berlabel Islam, di bawah

Kementerian Agama, ternyata menghadirkan permasalahan tersendiri dalam kaitannya dengan

pengembangan mutu pendidikan di dalamnya. Bukan cerita baru lagi apabila lembaga

pendidikan agama, khususnya yang berlabel Islam, biasa dikatakan lembaga pendidikan dengan

mutu kelas dua di bandingkan dengan mutu pendidikan pada sekolah-sekolah umum adalah

mutu kelas satu. Meskipun sterotip tersebut tidak selamanya benar tapi hal tersebut

menghadirkan suatu pertanyaan sendiri ada apa dengan mutu pendidikan Islam dalam konteks

ke-Indonesiaan.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mengembangkan mutu pendidikan Islam di

Indonesia adalah menguatkan manajemen mutu pendidikan Islam. Dalam upaya tersebut,

manajemen mutu terpadu atau yang biasa dikenal dengan Total Quality Management dapat

menjadi suatu sudut pandang alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut di mana

manajemen mutu terpadu menekankan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan

lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam, dan mengarahkan semua komponen

dalam lembaga pendidikan Islam untuk menyadari bahwa mutu output tidak hanya menjadi

tanggung jawab pimpinan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam lembaga

pendidikan Islam tersebut.

Berdasarkan ilustrasi di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang

Manajemen Pengembangan Mutu Pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone: Perspektif

Manajemen Terpadu dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1.Bagaimana implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan

Islam pada MAN 2 Watampone dalam perspektif manajemen mutu

terpadu?

Page 3: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

3

2.Kendala-kendala apa yang muncul pada implementasi manajemen

pengembangan mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone dalam

perspektif manajemen mutu terpadu serta upaya-upaya bagaimana

yang telah dan harus dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala

tersebut?

B.PEMBAHASAN

1.Tinjauan Pustaka

Filosofi penciptaan manusia sebagai makhluk makhluk terbaik yang

telah diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi merupakan suatu anugerah

yang patut disyukuri. Dengan kesyukuran maka semakin terangkatlah

derajat manusia dalam kesempurnaan tersebut tapi sebaliknya dengan

mengingkari apa yang telah dianugerahkan Allah Swt berupa kesempurnaan

tersebut, maka manusia akan dihinakan pada tempat yang paling rendah.

Dalam menjaga anugerah yang telah diberikan oleh Allah swt tersebut,

manusia harus menjaga konsistensinya pada kodrat yang telah digariskan

oleh Allah Swt yang dalam hal ini adalah syariat Islam. Eksistensi syariat

dalam kehidupan manusia dapat digambarkan sebagai sebuah suar

penerang bagi seorang hamba yang telah mengarungi gelapnya lautan

kehidupan dunia dengan hempasan gelombang godaan yang datang silih

berganti. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan Islam sebagai

suatu alat dalam menangkap pancaran hidayah Allah Swt dengan benar.

Dasar pendidikan Islam digambarkan oleh Abdul Mujib dan Jusuf

Mudzakkir yang mengelaborasi pendapat dari Hasan Langgulung bahwa

dasar operasional pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis,

sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis, yang

kemudian mereka tambahkan dengan dasar religius.1

1 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 44.

Page 4: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

4

Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam, tujuan pendidikan

yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga

UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)

yang mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang

maupun masa depan, yakni: (1) learning to know, (2) learning to do (3)

learning to be, dan (4) learning to live together,2 bisa menjadi refleksi atas

semangat yang tersirat dari tujuan pendidikan Islam yang juga pada

dasarnya tercakup dalam tujuan versi UNESCO tersebut. Pendidikan Islam

merupakan suatu proses penajaman potensi manusia untuk menjadi lebih

cerdas, arif dan bijaksana dalam menangkap ayat-ayat Allah Swt yang ada di

sekelilingnya, baik ayat qauliyyah ataupun ayat kauniyyah.

Sementara itu, Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat

menggambarkan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat disistematisasi

sebagai berikut:

a. Terwujudnya insan akademik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

Swt.

b. Terwujudnya insan kamil, yang berakhlakul karimah.

c. Terwujudnya insan muslim yang berkepribadian.

d. Terwujudnya insan yang cerdas dalam mengaji dan mengkaji ilmu

pengetahuan.

e. Terwujudnya insan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain.

f. Terwujudnya insan yang sehat jasmani dan rohani.

g. Terwujudnya karakter muslim yang menyebarkan ilmunya kepada

sesama manusia.3

Dalam upaya mengembalikan manusia pada konsep fitrahnya yang suci

atau hanif, pendidikan Islam pada berbagai level pendidikan tengah

digempur oleh berbagai tantangan yang cukup masif. Dalam menyikapi

fenomena tersebut, Adian Husaini merinci bahwa ada dua tantangan

2 Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional, http://belajarpsikologi.com. (Diunduh pada Rabu, 23 Oktober 2013)

3 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h. 112.

Page 5: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

5

terbesar yang dihadapi oleh pendidikan Islam khususnya dalam konteks

pendidikan di sekolah yaitu godaan materialisme dan jebakan kurikulum

sekuler.4

Hal yang cukup mengembirakan di tengah terpaan berbagai tantangan

bagi pendidikan Islam tersebut adalah adanya berbagai perkembangan

positif bagi pendidikan Islam pada berbagai level pendidikan seperti semakin

gencarnya isu integrasi keilmuan khususnya dalam lingkungan perguruan

tinggi Islam yang dulunya hanya berkutat pada skop sekolah tinggi Islam

atau institut agama Islam lalu beralih menjadi universitas Islam serta

semakin menjamurnya sekolah-sekolah Islam terpadu seperti Athirah, al-

Azhar, dan semacamnya. Dua fenomena tersebut hanyalah sebagian kecil

dari sekian banyak indikator posistif bagi pendidikan Islam dalam era

kekinian.

Mengomentari tentang urgensi pengembangan mutu pendidikan,

termasuk mutu pendidikan Islam tentunya, Lesley Munro dan dan Malcom

yang mengutip pendapat Goetsch menyatakan bahwa tuntutan masyarakat

terhadap mutu pendidikan semakin meningkat seiring dengan semakin

meningkatnya kompetisi yang ada di antara manusia. Mutu terkadang sulit

untuk didefinisikan akan tetapi fenomena dan tanda-tandanya dapat

dirasakan dalam kehidupan nyata.5 Apa yang diungkapkan oleh Goetsch ini

menarik untuk dicermati karena ternyata mutu menjadi sesuatu yang sulit

untuk didefinisikan meskipun eksistensinya sangat diperlukan dalam

kehidupan manusia. Secara logis bisa dikatakan bahwa apabila kemudian

mutu sulit untuk didefinisikan lalu bagaimana merencanakan, menerapkan

serta mengevaluasi mutu tersebut di tengah kuatnya arus tuntutan mutu

lembaga pendidikan Islam.

4Adian Husaini, Prestasi dan Tantangan Pendidikan Islam, http://adianhusaini.com. (Diunduh pada Jum’at, 25 Oktober 2013)

5 Lesley Munro dan Malcolm, Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu (Jakarta: Gramedia, 2002), h. 6.

Page 6: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

6

Manajemen pengembangan mutu adalah aspek dari seluruh fungsi

manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu.

Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi

seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu

ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan

baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat.

Prinsip dasar manajemen pengembangan mutu terdiri dari beberapa aspek

yang meliputi:

a. Berfokus pada pelanggan.

b. Berfokus pada upaya untuk mencegah masalah.

c. Investasi pada manusia.

d. Memiliki strategi untuk mencapai kualitas.

e. Memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.

f. Memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.

g. Mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang.

h. Membentuk fasilitator yang berkualitas untuk memimpin proses

perbaikan.

i. Mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas dan mampu

menciptakan kualitas.

j. Memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap orang.

k. Memiliki strategi evaluasi yang jelas.

l. Memandang kualitas sebagai jalan menuju perbaikan kepuasan layanan.

m. Memandang kualitas sebagai bagian dari kebudayaan.6

Prinsip dasar manajemen pengembangan mutu tersebut merupakan

suatu kerangka acuan bagi setiap pengelola pendidikan, termasuk

pendidikan Islam, dalam mengembangkan mutu yang sekarang ini menjadi

suatu tuntutan pasar kerja yang menjadi stakeholder dari output proses

pendidikan tersebut.

6Newklida Corporation, Konsep Dasar Manajemen Mutu Terpadu, http://newklida.blogspot.com. (Diunduh pada Senin, 4 Nopember 2013)

Page 7: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

7

Lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam,

memerlukan strategi yang kuat dalam menghadapi suasana kompetitif dan

orientasi masa depan. Dalam upaya tersebut, langkah-langkah yang harus

dilakukan di antaranya adalah misi yang jelas, berorientasi pada pelanggan,

strategi pencapaian misi, pelibatan pelanggan dalam pengembangan

strategi, penguatan staf melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif,

serta penilaian dan evaluasi keefektifan lembaga pendidikan dalam

mencapai tujuan. 7 Asumsi inilah yang menginspirasi munculnya manajemen

pengembangan mutu dengan mengadopsi manajemen mutu terpadu atau

yang biasa dikenal dengan Total Quality Management (TQM).

Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah filsafat dan budaya

organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang

konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu

terpadu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem

mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalam berbagai cara.

Manajemen mutu terpadu sangat memerlukan figur pemimpin yang mampu

memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan

konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat

dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu

suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan,

tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.8

Untuk memacu tingkat keberhasilan manajemen mutu terpadu dalam

pendidikan Islam, Charles Malin Kayo menawarkan dua konsep yaitu

membangun kerjasama tim serta melibatkan stakeholder. Dia kemudian

menggambarkan bahwa kerjasama tim merupakan unsur yang sangat

penting dalam manajemen mutu terpadu. Tim adalah sekelompok orang

bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk

memberikan kepuasan kepada seluruh stakeholders. Kerja tim dalam sebuah

7 Marshal Sashkin dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work (San Fransisco: Berret-Kohler Publisher, 1993), h.75.

8 Newklida Corporation, loc.cit.

Page 8: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

8

organisasi merupakan komponen penting dalam manajemen mutu terpadu,

mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi dan

mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam menangani proyek

perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu

bagian dari pemberdayaan pegawai dan kelompok kerjanya dengan

pemberian tanggung jawab yang lebih besar. Sementara itu, keterlibatan

stakeholders diasumsikan bahwa misi utama dari manajemen mutu terpadu

adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan.

Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan

pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu sehingga mereka harus

selalu dilibatkan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan strategis yang

berkaitan dengan pengembangan mutu.9

Dalam mewujudkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan

Islam, maka semua pihak-pihak yang terkait baik dalam persoalan kebijakan,

teknis pelaksanaan, dan semacamnya harus bekerja sama satu sama lain.

2.Metode Penelitian

Sebagai penelitian lapangan (field research), penelitian ini tergolong jenis penelitian

deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis, pedagogis, dan sosiologis.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis, cermat, dan

natural mengenai pengembangan manajemen mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone

dalam perspektif manajemen mutu terpadu.

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu selama bulan Oktober-

Nopember 2013 yang berlokasi pada MAN 2 Watampone Jl. Yos Sudarso No. 20 Watampone.

Penelitian kualitatif lebih cenderung membahasakan istilah “populasi”, sebagaimana

disebut oleh Spradley, dengan situasi sosial (social situation) yang meliputi tempat (place),

pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.10 Dalam kaitannya

dengan penelitian ini, yang menjadi tempat (place) adalah MAN 2 Watampone, pelaku (actors)

9Charles Malin Kayo, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam, http://charlesmalinkayo.blogspot.com. (Diunduh pada Kamis, 14 Nopember 2013)

10Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet.V; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 299.

Page 9: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

9

adalah guru, staf, dan siswa yang berkaitan langsung dengan proses manajemen pengembangan

mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone baik secara administratif ataupun

teknis, dan aktivitas (activity) adalah proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam

dalam lingkungan MAN 2 Watampone meski ketiga hal tersebut masih bisa berkembang pada

tataran lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

Secara rinci bisa digambarkan bahwa yang menjadi pelaku (actor) atau biasa juga disebut

subjek penelitian yang terlibat pada proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam

dalam lingkungan MAN 2 Watampone, sebanyak 454 orang dengan rincian guru sebanyak 53

orang, staf sebanyak 16 orang, dan siswa sebanyak 385 orang.

Sementara itu, istilah “sampel” dalam penelitian kualitatif lebih ditujukan pada pemilihan

individu untuk dijadikan sebagai informan.11 Jadi pemilihan informan dalam penelitian kualitatif

bukan untuk tujuan validitas eksternal sehingga pengambilannya sangat fleksibel bahkan bisa

bertambah atau berubah seiring dengan perkembangan kebutuhan data penelitian. Oleh karena

itu, penentuan informan pada langkah awal dari penelitian ini ditujukan pada 15 informan yang

terdiri dari guru 5 orang, staf 5 orang, dan siswa 5 orang. Pada tahap awal penelitian tersebut,

peneliti mendapatkan data-data yang belum cukup menjawab rumusan masalah yang berkaitan

dengan proses manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2

Watampone, kendala serta upaya-upaya yang telah dan harus dilakukan dalam mengatasinya

secara holistik. Oleh karena itu, peneliti mengambil informan tambahan yang terdiri dari guru 1

orang, staf 1 orang, dan mahasiswa 3 orang, sehingga jumlah keseluruhan informan dalam

penelitian ini sebanyak 20 informan yang terdiri dari guru sebanyak 6 orang staf sebanyak 6

orang, dan siswa sebanyak 8 orang dengan menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling)

yang jumlahnya bertambah dengan menggunakan sampel bola salju (snowball sampling) seiring

dengan perkembangan kebutuhan data penelitian sampai data yang dikumpulkan dianggap jenuh

dan bisa menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

Karena peneliti melakukan penelitian lapangan (field research), maka jenis pengumpulan

data yang digunakan adalah penelitian langsung pada objek yang diteliti dengan menggunakan

metode triangulasi metode pengumpulan data yang terdiri dari observasi partisipatif

(participatory observation), wawancara (interview) kuisioner (questionnaire)

11Ag. Bambang Setiyadi, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Cet.I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 46.

Page 10: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

10

dokumentasi (documentation), penelusuran referensi (reference exploring).

Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui tiga tahapan secara

berkesinambungan yang meliputi tahap reduksi data (data reduction), tahap penyajian data (data

display), dan tahap penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verivication).12

3.Laporan Hasil Penelitian

Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tingkat menengah atas

di Kota Watampone, MAN 2 Watampone terus berbenah di tengah kuatnya

arus persaingan sekolah menegah atas, baik yang berada di bawah

koordinasi Kementerian agama serta kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dalam menarik minat para stakeholder dalam memberikan

kepercayaan kepada institusi dalam hal pemberian jasa pendidikan pada

level sekolah tingkat menengah atas.

Untuk bisa tetap eksis di tengah kuatnya arus persaingan tersebut,

MAN 2 Watampone di bawah nahkoda Drs. Muhammad Yusuf Muzakkir

sebagai Kepala MAN 2 Watampone, membuat visi dan misi yang menjadi

pedoman normatif madrasah dalam menjalankan kebijakan-kebijakan

strategis dan teknis pada tataran praktis. Secara sistematis, visi dan misi

MAN 2 Watampone dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Visi:

Terwujudnya MAN 2 Watampone menjadi madrasah yang Islami, unggul, dan

berdaya saing tinggi.

Misi:

a. Menciptakan suasana madrasah Islami yang kaffah

b. Mengikutsertakan ulama dan umara dalam pengelolaan madrasah ke

depan

(Dokumentasi

Madrasah, 2013)

12Ibid., h. 337-345.

Page 11: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

11

Visi misi yang ditetapkan oleh MAN 2 Watampone memiliki nilai

filosofis yang sangat mendalam dalam kaitannya dengan upaya untuk

mengimplementasikan manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam

dalam perspektif manajemen mutu terpadu. Muhammad Yusuf Muzakkir

sebagai Kepala MAN 2 Watampone dalam wawancara dengan peneliti

mengatakan bahwa visi dan misi tersebut bukan hanya sekedar semboyang

yang hanya eksis demi terpenuhinya persyaratan administrasi tapi

merupakanj sebuah refleksi semangat pemberdayaan yang dibawa oleh MAN

2 Watampone dalam meningkatkan tata kelola madrasah yang bermutu dan

mampu untuk menjawab harapan masyarakat dan umat. 13

Hal ini juga dipertegas oleh A. Salam yang merupakan Wakamad

Bidang Kurikulum yang menyatakan bahwa visi dan misi tersebut bukanlah

hasil rumusan yang bersifat instan dan dikerjakan oleh orang-orang tertentu

saja tapi sebaliknya visi dan misi tersebut merupakan hasil pengkajian yang

panjang dengan rentetan pertimbangan yang cukup proporsional yang

intinya bagaimana visi dan misi tersebut bisa merefleksikan harapan semua

pihak-pihak yang terkait baik secara internal ataupun eksternal.14

Dalam kaitannya dengan implementasi manajemen pengembangan

mutu pendidikan Islam pada MAN 2 Watampone dalam perspektif

manajemen mutu terpadu, peneliti telah memetakan tahapan implemetasi

yang dilakukan oleh pihak madrasah berdasarkan karakteristik manajemen

mutu terpadu yang meliputi 1) fokus pada pelanggan, 2) memiliki obsesi

yang tinggi terhadap kualitas, 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen

jangka panjang, 5) membutuhkan kerjasama tim, 6) memperbaiki proses

secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,

13 Muhammad Yusuf Muzakkir, Kepala MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.14 A. Salam, Wakamad Bidang Kurikulum, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 12: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

12

8) memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan yang

terkendali, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

1. Fokus pada pelanggan

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu fokus pada pelanggan telah dilakukan oleh MAN 2

Watampone dengan melihat apa kebutuhan masyarakat terhadap output

pendidikan agama Islam yang dilakukan. Menurut Muh. Nur Musbir yang

merupakan Wakamad Bidang Kesiswaan, tipologi masyarakat Kabupaten

Bone yang sangat agamis yang tentunya direfleksikan dengan berbagai

kegiatan-kegiatan keagamaan yang cukup masif menuntut pihak sekolah

untuk jeli melihat peluang dengan membekali peserta didik berbagai

keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti kemampuan

berceramah agama, kemampuan tadarrus atau tilawah, kemampuan

membaca barazanji, dan semacamnya. 15

Apa yang dilakukan oleh pihak madrasah di atas yaitu dengan

membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan keagamaan yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelanggan yang selalu siap

menggunakan jasa output pendidikan Islam merupakan suatu langkah

manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam yang sangat bagus dan

patut diapresiasi.

2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas telah

dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan menjadikan kata “unggul” dan

“berdaya saing tinggi” sebagai salah satu maskot verbal dalam visi

madrasah di samping mewujudkan kampus yang Islami. Diasumsikan bahwa

hanyalah lembaga pendidikan yang berkualitas yang mampu untuk tampil

sebagai lembaga pendidikan yang unggul serta memiliki daya saing tinggi di

15 Muh. Nur Musbir, Wakamad Bidang Kesiswaan, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 13: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

13

tengah semakin kuatnya arus persaingan global yang secara langsung atau

tidak langsung juga berimplikasi pada dunia pendidikan Islam.

Dalam rangka mewujudkan kualitas pembelajaran, pihak pimpinan

madrasah selalu aktif untuk melakukan pemantauan kegiatan pembelajaran

di kelas-kelas. Sebagai barometer untuk melihat bagaimana kualitas

pembelajaran tersebut, pihak sekolah telah menginstruksikan guru untuk

selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum masuk

mengajar yang nantinya akan dilakukan pemantauan apakah langkah-

langkah pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan sesuai dengan apa

yang telah direncanakan dalam RPP yang telah dibuat sebelumnya. Dengan

RPP ini pula, pihak madrasah bisa mendapatkan sebuah ilustrasi awal

bagaimana guru pendidikan Islam mampu untuk menjabarkan kompetensi-

kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum ke dalam kegiatan

pembelajaran pendidikan Islam di kelas-kelas.

Sebagaimana diketahui bahwa kualitas pembelajaran pendidikan Islam

tidak akan bisa tercapai secara maksimal tanpa adanya media pembelajaran

yang mencukupi. Mengomentari hal tersebut, Ruhaedah yang merupakan

Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana menyatakan bahwa pihak madrasah

telah mempersiapkan media pembelajaran seperti LCD, meskipun jumlahnya

masih terbatas, yang biasa dipakai oleh pengajar untuk mengajarkan tata

cara berwudhu dengan mengikuti instruksi lewat video, menonton film

sejarah Nabi Muhammad Saw, dan semacamnya.16

Dalam pengamatan peneliti, upaya lain yang dilakukan oleh pihak

madrasah yang menunjukkan obsesi terhadap kualitas adalah sistem

penilaian hasil belajar yang difokuskan pada aspek kognitif, psikomotorik,

dan afektif. Dalam kerangka pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai

normatif ta’abbudiyah seorang hamba terhadap Tuhannya, output

pendidikan Islam yang hanya memenuhi aspek kognitif semata tanpa

16 Ruhaedah, Wakamad Bidang Sarana dan Prasarana, Wakamad Bidang Kesiswaan, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 14: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

14

didukung oleh dua aspek lainnya yaitu psikomotorik dan afektif hanya akan

menciptakan orang cerdas berteori tentang sembahyang tapi dia sendiri

yang tidak sembahyang. Jelas output pendidikan Islam yang seperti ini tidak

bisa dikatakan berkualitas.

3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah telah dilakukan oleh MAN 2 Watampone

dengan senantiasa melakukan pertemuan berkala baik dengan kalangan

guru dan pegawai dalam lingkungan MAN 2 Watampone demikian pula

dengan tokoh masyarakat atau orang tua siswa yang tergabung dalam

komite madrasah. Dalam konteks pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah, pendekatan ilmiah yang dilakukan adalah dengan menganut

konsep moderat (tawasuth), toleran (tasamuh), keadilan (taadul),

keseimbangan (tawasun) dan musyawarah (musyawarah).

Menurut Andi Irwan, yang merupakan salah seorang guru pada MAN 2

Watampone, pihak madrasah selalu memberikan kesempatan kepada pihak-

pihak yang ada dalam lingkungan madrasah seperti guru, pegawai, bahkan

siswa, untuk memberikan pandangan dan usulan dalam hal pengambilan

keputusan serta penyelesaian masalah.17 Wujud implementasi dari

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang menggunakan

pendekatan ilmiah adalah manakala ada perbedaan pendapat di antara

siswa yang menyangkut hal-hal yang sifatnya khilafiyah seperti qunut,

jumlah rakaat shalat tarawih, dan semacamnya.

Dalam pengamatan peneliti, konsep moderat (tawasuth), toleran

(tasamuh), keadilan (taadul), keseimbangan (tawasun) dan musyawarah

(musyawarah) yang selalu menjiwai proses pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah merupakan suatu wujud pendekatan ilmiah yang

17 Andi Irwan, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 15: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

15

berakar dari nilai normatif agam serta nilai kearifan lokal masyarakat di

Kabupaten Bone.

4. Memiliki komitmen jangka panjang

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu memiliki komitmen jangka panjang telah dilakukan

oleh MAN 2 Watampone dengan membekali peserta didik dengan pola

berpikir metodologis khususnya pada materi-materi yang berkaitan dengan

pendidikan Islam. Patut disadari bahwa proses pendidikan Islam adalah

suatu proses investasi yang memerlukan komitmen jangka panjang.

Memberikan materi pendidikan Islam yang sifatnya statis kepada siswa

hanya akan menjebak cakrawala berpikir mereka pada pola pikir fanatik buta

dan memiliki komitmen jangka pendek serta terbatas. Tapi dengan

membekali mereka langkah-langkah metodologis tentang pendidikan Islam

mereka memiliki bekal untuk menghadapi dinamisasi pendidikan Islam yang

terus menggeliat aktif seiring dengan pergeseran waktu.

Wakamad Bidang Kurikulum, A. Salam mengatakan bahwa sekilas

bahwa proses di atas terlihat sangat idealis dan terkesan sulit untuk

dijabarkan pada tataran empiris tapi selama guru pendidikan Islam mau

malakukannya secara bertahap maka tidak ada yang mustahil.18 Tinggal

yang harus dilakukan adalah memulainya secara bertahap yang diawali

dengan pembekalan secara maksimal kepada para guru pendidikan Islam

dalam lingkungan MAN 2 Watampone tentang proses tersebut.

5. Membutuhkan kerja sama tim

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu membutuhkan kerja sama tim telah dilakukan oleh

MAN 2 Watampone dengan selalu melakukan koordinasi secara berkala pada

guru-guru yang memiliki rumpun ilmu sejenis termasuk pendidikan Islam.

Di samping itu, kerja sama tim juga terlihat dari pihak siswa yang

seolah-olah tidak mau ketinggalan dalam hal pengembangan mutu

18 A. Salam, Wakamad Bidang Kurikulum, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 16: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

16

pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Salah satu wujud

kerja sama tim yang diperlihatkan oleh siswa tergambar pada visi dan misi

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MAN 2 Watampone yaitu:

Visi:

Mewujudkan siswa MAN 2 Watampone yang bertaqwa, cerdas, kreatif,

inovatif, sehat, dan unggul dalam prestasi

Misi:

a. Membentuk siswa MAN 2 Watampone yang beriman dan bertaqwa

b. Mengoptimalkan pengurus OSIS dan pengurus ekstra kurukuler lainnya

c. Meningkatkan kebersihan madrasah melalui kegiatan yang kreatif

d. Mengembangkan wawasan keilmuan melalui kegiatan ekstra

(Dokumentasi

Madrasah, 2013)

Dalam pengamatan peneliti, komitmen siswa tersebut yang kemudia

disambut positif oleh pihak madrasah dengan berbagai kegiatan pembinaan

keterampilan dalam hal pendidikan Islam seperti ceramah, tadarrus, tilawah

dan barazanji yang dilakukan dengan menggandeng Organisasi Siswa Intra

Sekolah (OSIS) secara tidak langsung membuat kerjasama tim antara pihak

madrasah dan siswa menjadi solid.

6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu memperbaiki proses secara berkesinambungan telah

dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan membuat Standard Operational

Procedure (SOP) yang menjadi acuan terhadap teknis pelaksanaan kegiatan-

kegiatan administrasi dan akademik dalam lingkungan MAN 2 Watampone

termasuk di dalamnya adalah pendidikan Islam.

Aliyah yang merupakan guru dalam lingkungan MAN 2 Watampone

menyatakan bahwa proses pembelajaran di kelas bergerak sangat dinamis

dengan adanya perbedaan individu yang dihadapi dalam berbagai

Page 17: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

17

perspektifnya. Oleh karena itu, apa yang tertulis dalam RPP sebelum masuk

kelas biasanya akan berubah di dalam kelas.19

Dalam pengamatan peneliti, perubahan dari apa yang telah ditetapkan

sebelumnya merupakan suatu hal yang lumrah selama tidak melenceng dari

standar kompetensi yang telah dijabarkan dalam kurikulum pendidikan

Islam. Hal tersebut merupakan suatu bukti nyata dari adanya proses

perbaikan secara berkesinambungan dalam pendidikan Islam.

7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan telah

dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan melakukan kegiatan pelatihan

kepada para guru, termasuk guru pendidikan Islam, dalam lingkungan MAN 2

Watampone tentang implementasi pendidikan karakter dan kurikulum 2013

serta pelatihan komputer bagi staf.

Muh. Rafid yang merupakan salah seorang guru yang telah mengikuti

Workshop tentang Pendidikan Karakter mengatakan bahwa pelatihan

merupakan hal yang sangat berguna dalam meningkatkan kompetensi guru

demi merespon semakin berkembangnya dunia pembelajaran dalam

berbagai perspektifnya. 20 Hal yang sama diungkapkan oleh Musdalifah yang

merupakan staf dalam lingkungan MAN 2 Watampone yang menyatakan

bahwa pelatihan komputer yang telah diadakan oleh pihak madrasah sangat

menunjang kinerja pelayanan staf termasuk dalam hal pelayanan pendidikan

Islam.

Adapun dalam hal kesempatan bagi guru untuk melanjutkan studi

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seprti S2 atau S3, pihak madrasah

masih mengandalkan beasiswa dari penyedia beasiswa baik dari

Kementerian Agama atau dari luar Kementerian Agama.

19 Aliyah, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

20 Muh. Rafid, Guru MAN 2 Watampone, wawancara pada Selasa, 19 Nopember 2013.

Page 18: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

18

8. Memberikan kebebasan yang terkendali

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu memberikan kebebasan yang terkendali telah

dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan kebijakan madrasah untuk

memberikan kebebasan kepada guru, termasuk guru pendidikan Islam,

untuk berimprovisasi dalam kegiatan pembelajaran selama tidak melenceng

dari tujuan pembelajaran dan standar kompetensi yang telah dijabarkan

dalam kurikulum.

9. Memiliki kesatuan yang terkendali

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu memiliki kesatuan yang terkendali telah dilakukan

oleh MAN 2 Watampone dengan adanya kesatuan instruksi dalam hal

kebijakan pendidikan Islam yang dalam hal ini adalah kurikulum. Dalam

pelaksanaannya, kurikulum pendidikan Islam selalu dievaluasi sebagai

proses pengendalian yang diharapkan mampu memposisikan kurikulum

pendidikan Islam tersebut sebagai acuan pembelajaran yang tidak bersifat

kaku dan statis tapi mampu untuk menjadi media pemberdayaan inovasi dan

kreativitas bagi guru pendidikan Islam serta para siswa dalam proses

interaksi di kelas.

10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pengembangan mutu

pendidikan Islam yaitu adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

telah dilakukan oleh MAN 2 Watampone dengan adanya keterlibatan

pegawai dalam memfasilitasi siswa pada saat mengikuti pelatihan

keterampilan pendidikan Islam seperti ceramah, tadarrus, tilawah dan

barazanji.

Tidak bisa dipungkiri bahwa upaya untuk mengimplementasikan

manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam perspektif

manajemen mutu terpadu pada lembaga pendidikan manapun, termasuk

MAN 2 Watampone, pasti tidak akan bisa lepas dari berbagai kendala-

kendala yang merupakan suatu hal yang sangat lumrah dan wajar.

Page 19: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

19

Kendala pertama yang dihadapi adalah masih belum maksimalnya

upaya guru pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone untuk

mengimplementasikan manajemen mutu terpadu karena belum adanya

kebijakan resmi dari pihak madrasah tentang implementasi manajemen

mutu terpadu pada manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam

dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Apa yang digambarkan di atas dari

beberapa contoh implementasi pendidikan Islam yang menggunakan

karakteristik manajemen mutu terpadu yang meliputi 1) fokus pada

pelanggan, 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3)

menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen jangka panjang, 5)

membutuhkan kerjasama tim, 6) memperbaiki proses secara

berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, 8)

memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan yang

terkendali, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, pada

dasarnya hanya merupakan suatu sudut pandang alternatif dalam membaca

upaya manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam yang ternyata

sudah ada dalam lingkungan MAN 2 Watampone. Dengan kata lain,

karakteristik manajemen mutu terpadu telah ada secara de facto pada

manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2

Watampone tapi secara de jure belum ada. Oleh karena itu, implementasi

manajemen mutu terpadu pada manajemen mutu pengembangan mutu

pendidikan Islam perlu dijabarkan dalam bentuk kebijakan mutu, manual

mutu dan standar mutu pendidikan Islam yang disahkan oleh pihak yang

berwenang.

Kendala yang kedua adalah keterbatasan sarana dan prasarana yang

membuat proses implementasi manajemen mutu terpadu pada manajemen

mutu pengembangan mutu pendidikan Islam belum berjalan maksimal. Hal

ini terlihat kalau guru pendidikan Islam harus antri dalam hal penggunaan

LCD dengan guru bidang studi lainnya. Oleh karena itu, upaya yang bisa

dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah menyediakan sarana

Page 20: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

20

dan prasarana pendukung termasuk membekali guru pendidikan Islam

supaya bisa lebih inovatif dalam menyediakan media pembelajaran di

tengah keterbatasan media pembelajaran yang disiapkan oleh madrasah.

C. PENUTUP

Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik beberapa sub-kesimpulan sebagai

berikut:

1. Implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam perspektif

manajemen mutu terpadu sudah berjalan cukup baik dalam lingkungan MAN 2

Watampone yang bisa dilihat dari karekteristik manajemen mutu terpadu yang meliputi a)

fokus pada pelanggan, b) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, c) menggunakan

pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, d) memiliki

komitmen jangka panjang, e) membutuhkan kerjasama tim, f) memperbaiki proses secara

berkesinambungan, g) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, h) memberikan

kebebasan yang terkendali, l) memiliki kesatuan yang terkendali, m) adanya keterlibatan

dan pemberdayaan karyawan, sudah terlihat dalam manajemen pengembangan mutu

pendidikan Islam dalam lingkungan MAN 2 Watampone.

2. Kendala-kendala yang dihadapi pada implementasi manajemen pengembangan mutu

pendidikan Islam dalam perspektif manajemen mutu terpadu dalam lingkungan MAN 2

Watampone adalah kenyataan bahwa manajemen mutu terpadu baru hadir secara de facto

tapi belum dibackup secara de jure serta minimnya sarana dan prasarana yang bisa

memfasilitasi implementasi manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam dalam

perspektif manajemen mutu terpadu. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, yang

harus dilakukan adalah menjabarkan manajemen pengembangan mutu pendidikan Islam

tersebut dalam bentuk kebijakan mutu, manual mutu dan standar mutu pendidikan Islam

yang disahkan oleh pihak yang berwenang serta menyediakan sarana dan prasana

pendukung termasuk meningkatkan kemampuan inovatif guru pendidikan Islam dalam

menyiapkan media pembelajaran.

Page 21: Jurnal Terakreditasi Dr. H. M. Rapi Anci, M.a

21

REFERENSI

Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional, http://belajarpsikologi.com. (Diunduh pada Rabu, 23 Oktober 2013)

Husaini, Adian, Prestasi dan Tantangan Pendidikan Islam, http://adianhusaini.com. (Diunduh pada Jum’at, 25 Oktober 2013)

Kayo, Charles Malin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam, http://charlesmalinkayo.blogspot.com. (Diunduh pada Kamis, 14 Nopember 2013)

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.

Munro, Lesley dan Malcolm, Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu , Jakarta: Gramedia, 2002.

Newklida Corporation, Konsep Dasar Manajemen Mutu Terpadu, http://newklida.blogspot.com. (Diunduh pada Senin, 4 Nopember 2013)

Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Sashkin, Marshal dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work, San Fransisco: Berret-Kohler Publisher, 1993.

Setiyadi, Ag. Bambang, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Cet.I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet.V; Bandung: Alfabeta, 2008.