kajian keefektifan zonasi berdasarkan · pdf filetaman nasional bunaken adalah kawasan...

12
KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA Oleh: Fakhrizal Setiawan 1 , Gatot Santoso 2 , Eko Wahyu Handoyo 2 , Titi Setiyawati 2 , Yuyun Saeful Uyun 2 - Wildlife Conservation Society Indonesia Marine Program 1 - Balai Taman Nasional Bunaken 2 Abstract Research on the effectiveness of zoning based on reef fish communities conducted in 26 sites in the Bunaken National Park (BNP) recorded 368 species in 46 families of reef fish. Bunaken Island coral reef ecosystems have conditions favorable to the island / location. Community structure viewed from the ecological index indicates the condition of coral reef fish communities are still in the good category. The results of cluster analysis and correspondence factorial analysis (AFK) grouped locations in the South Coast BNP is different from other North Shore BNP locations, Nain Island, Mantehage Island, Bunaken Island and Manado Tua Island. The effectiveness of zoning in BNP based on data in coral cover and reef fish are still good with an indication of reef fish biomass in the core zone of the highest relative to the size of a large fish / mature larvae that are expected to contribute to other zones. Keywords : zonation, reef fish community structure, Bunaken National Park Abstrak Penelitian tentang keefektifan zonasi berdasarkan komunitas ikan karang dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2012. Penelitian di 26 site di kawasan Taman Nasional Bunaken mencatat 368 species dalam 46 famili ikan karang. Pulau Bunaken memiliki kondisi ekositem terumbu karang paling baik dibandingkan pulau/lokasi lainnya. Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi menunjukan kondisi komunitas ikan karang masih dalam kategori baik. Hasil analisis kluster dan analisis factorial korespondensi (AFK) mengelompokkan lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara TN. Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau Manado Tua. Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan karang dan ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa ikan karang di zona inti tertinggi

Upload: duongnhu

Post on 10-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN KEEFEKTIFAN ZONASI BERDASARKAN KOMUNITAS IKAN

KARANG DI TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA

Oleh:

Fakhrizal Setiawan1, Gatot Santoso

2, Eko Wahyu Handoyo

2, Titi Setiyawati

2,

Yuyun Saeful Uyun 2

- Wildlife Conservation Society Indonesia Marine Program1

- Balai Taman Nasional Bunaken2

Abstract

Research on the effectiveness of zoning based on reef fish communities

conducted in 26 sites in the Bunaken National Park (BNP) recorded 368 species in

46 families of reef fish. Bunaken Island coral reef ecosystems have conditions

favorable to the island / location. Community structure viewed from the

ecological index indicates the condition of coral reef fish communities are still in

the good category. The results of cluster analysis and correspondence factorial

analysis (AFK) grouped locations in the South Coast BNP is different from other

North Shore BNP locations, Nain Island, Mantehage Island, Bunaken Island and

Manado Tua Island. The effectiveness of zoning in BNP based on data in coral

cover and reef fish are still good with an indication of reef fish biomass in the core

zone of the highest relative to the size of a large fish / mature larvae that are

expected to contribute to other zones.

Keywords : zonation, reef fish community structure, Bunaken National Park

Abstrak

Penelitian tentang keefektifan zonasi berdasarkan komunitas ikan karang

dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2012. Penelitian di 26 site di kawasan Taman

Nasional Bunaken mencatat 368 species dalam 46 famili ikan karang. Pulau

Bunaken memiliki kondisi ekositem terumbu karang paling baik dibandingkan

pulau/lokasi lainnya. Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi menunjukan

kondisi komunitas ikan karang masih dalam kategori baik. Hasil analisis kluster

dan analisis factorial korespondensi (AFK) mengelompokkan lokasi di Pesisir

Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara TN.

Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau Manado Tua.

Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan karang dan

ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa ikan karang di zona inti tertinggi

dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa sehingga diharapkan mampu

menyumbang larva untuk zona lainnya.

Kata kunci: zonasi, struktur komunitas ikan karang, Taman Nasional Bunaken.

Pendahuluan

Terumbu karang di Taman Nasional Bunaken selama kurun waktu 10

tahun terakhir mengalami tekanan yang tinggi. Beban limbah dan sampah yang

di buang melalui Teluk Manado secara terus menerus, penambahan penduduk

di dalam kawasan serta aktifitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan

memberikan andil bagi penurunan degradasi ekosistem terumbu karang di

dalam kawasan Taman Nasional Bunaken.

Taman Nasional Bunaken adalah kawasan pelestarian alam berbasis lautan

yang dikelola oleh pemerintah dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri

Kehutanan No.730/Kpts-II/1991 dengan luas 89.065 Ha. Adapun wilayah TN

Bunaken meliputi kawasan pulau-pulau yakni Pulau Bunaken, Manado Tua,

Siladen, Mantehage, dan Nain, Pesisir Tongkaina, Tiwoho, serta wilayah pesisir

Arakan-Wawontulap. Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem yang ada di

TN Bunaken memberikan peranan tidak sedikit. Masyarakat desa yang berada di

dalam dan sekitar bahkan luar TN Bunaken menggantungkan hidupnya pada

terumbu karang sebagai tempat menangkap ikan. Melalui pengelolaan kawasan

Taman Nasional diharapkan produksi perikanan dapat terjamin dan dimanfaatkan

oleh masyarakat di sekitarnya. Namun disayangkan data dan informasi mengenai

kondisi ekologis sangat minim di dapat sehingga diperlukan kajian mengenai

kondisi status karang dan ikan karang untuk menopang kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keefektifan penetapan zonasi dan

berjalan tidaknya zonasi di Kawasan Taman Nasional Bunaken berdasarkan data

ekologinya.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan dari Juli - Oktober 2012. Metode pencatatan tutupan

karang dan makro benthos, menggunakan transek titik yaitu point intercept

trancet (PIT) sepanjang 50 meter sebanyak 3 kali ulangan pada dua kedalaman

yaitu dangkal (2 - 4 meter) dan dalam (8 - 10 meter) (Marnane, et al, 2003). Ikan

karang menggunakan metode fisual sensus pada transek yang sama dengan

karang, transek pengamatan menggunakan garis maya yang ditarik paralel dengan

transek garis membentuk luasan persegi panjang. Transek jenis ini dikenal dengan

transek sabuk (Hill & Wilkinson, 2004). Analisis data tutupan karang :

Jumlah tiap Komponen

% Kemunculan Komponen = --------------------------------- X 100 %

100 (Total Komponen)

Analisis ikan karang meliputi: Kelimpahan komunitas terpilih dapat dihitung

dengan rumus (Odum, 1971): Xi = ni / A, dengan: Xi = Kelimpahan komunitas

terpilih ke-i (individu/koloni per meter persegi); ni = Jumlah total komunitas

terpilih pada stasiun pengamatan ke-i; A = Luas transek pengamatan. Biomassa

ikan karang: Data panjang ikan (cm) kemudian dikonversi ke dalam berat (kg)

dengan menggunakan rumus hubungan panjang dan berat ikan untuk tiap spesies

(Kulbicki, 2005): W = a x Lb , dimana: W: Berat (gr); L : Panjang Total (cm); a &

b : indeks spesifik (per species). Struktur komunitas ikan karang meliputi indeks

keanekaragaman Shanon-Weiner: H’

S

i 1

pi ln pi, indeks kesamaan: E = H’/

H maks dan indeks dominansi: D =

S

i 1

pi2 (Ludwig & Reynolds, 1988). Untuk

mengetahui tingkat pengelompokkan berdasarkan kesamaan species ikan karang

digunakan Indeks kesamaan Bray-Curtis (Krebs, 1989): B = (𝑋𝑖𝑗 −𝑋𝑖𝑘 )

(𝑋𝑖𝑗 −𝑋𝑖𝑘 ) dimana:

B = Pengukuran Ketidaksamaan Bray-Curtis, Xij, Xik = No. Individu dalam

species I dalam tiap sampel, I,j = baris dan kolom ke-1,2,3….x. Pengukuran

indeks kesamaan Bray-Curtis dapat menggunakan rumus komplemen indeks

pengukuran Bray-Curtis yaitu 1,0 – B (Krebs, 1989). Hasil perhitungan indeks

Bray Curtis ditampilkan dalam bentuj bentuk dendogram dan juga dilakukan

analisis menggunakan Analisis faktorial Korespondensi (AFK). Pengolahan data

menggunakan perangkat lunak MVSP dan SAS.

Gambar 1. Lokasi pengamatan di Taman Nasional Bunaken (sumber peta TN.

Bunaken)

Hasil dan Pembahasan

Tutupan Karang

Hasil pengamatan kondisi tutupan karang hidup Taman Nasional Bunaken

yang terdiri dari karang keras dan karang lunak berkisar antara 6,5 % - 71%

dengan rata – rata 41,03 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No.4 Tahun 2001, tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang , maka kondisi

terumbu karang tersebut berkisar antara kategori buruk hingga baik. Tutupan

karang tertinggi sebesar 71% terdapat di site Pangalisan dan terendah sebesar 6,5

% terdapat di Poopoh. Lokasi/site yang masuk dalam kategori baik ( 50 - 74,9 %)

ada 8 site, sedang (25 - 49,9%) ada 13 site dan site yang masuk kategori buruk (0

– 24,9%) ada 5 site (Tabel 1).

Pangalisan merupakan daerah di sisi timur Pulau Bunaken dimana kontur

terumbunya landai sehingga penetrasi cahaya dapat masuk dan merata di semua

area, hal ini sesuai dengan pendapat Adrim (2007), Hewan koralia untuk

membangun terumbu karang, sangat tergantung pertumbuhannya pada sinar

matahari.

Tabel 1. Posisi geografis dan persentase tutupan karang hidup di TN. Bunaken.

Lokasi Zonasi Site Lintang Bujur Karang

(%) Kondisi

Pesisir

Selatan

TN..

Bunaken

Zona

Pariwisata Arakan 01o 21' 04,73" 124o 31' 08,47"

47.92 Sedang

Zona

Pariwisata Poopoh 01o 25' 04,16" 124o 37' 46,72"

6.50 Buruk

Zona

Tradisional Sondaken 01o 23' 22,58" 124o 33' 37,86"

42.92 Sedang

Zona

Pariwisata Tatapaan 01o 17' 29,16" 124o 37' 53,23"

36.00 Sedang

Zona

Tradisional Wawantulap 01o 19' 38,39" 124o 30' 28,47"

54.00 Baik

Pesisir

Utara TN.

Bunaken

Zona

Tradisional Batu Hitam 01o 41' 57,54" 124o 56' 17,89"

56.50 Baik

Zona

Pariwisata

Dusun

Bahowo 01o 39' 35,64" 124o 54' 30,43"

33.00 Sedang

Zona

Tradisional

Kimabajo

Batas atas 01o 36' 04,2" 124o 50' 43,2"

35.67 Sedang

Zona

Pariwisata

Tanjung

Pisok 01o 34' 09,5" 124o 48' 06,2"

44.67 Sedang

Pulau

Bunaken

Zona

Pariwisata Fukui 01o 36' 34,27" 124o 44' 25,31"

57.67 Baik

Zona

Tradisional Mandolin 01o 38' 02,71" 124o 44' 50,75"

46.58 Sedang

Zona

Tradisional

Muka

kampung 01o 35' 40,34" 124o 46' 16,37"

50.75 Baik

Zona

Pariwisata Pangalisan 01o 36' 36,901" 124o 46' 58,601"

71.00 Baik

Zona Inti Tawara 01o 36' 59,35" 124o 44' 44,87"

64.00 Baik

Pulau

Manado

Zona

Tradisional Batu Layar 01o 37' 47,5" 124o 40' 51,1"

21.33 Buruk

tua Zona

Tradisional EcoReef 01o 37' 26,2" 124o 42' 53,5"

13.92 Buruk

Zona

Pariwisata Papindangan 01o 38' 01,2" 124o 43' 08,4"

63.33 Baik

Zona Inti Tg. Kopi 01o 39' 06,2" 124o 41' 43,3"

40.33 Sedang

Pulau

Mantehage

Zona

Pariwisata Batu Gepe 01o 41' 41,1" 124o 46' 49,9"

44.33 Sedang

Zona

Tradisional Buhias 01o 43' 11,3" 124o 46' 41,3"

32.83 Sedang

Zona

Tradisional Pulau Paniki 01o 45' 18,5" 124o 45' 54,2"

17.67 Buruk

Zona

Pariwisata

Tanjung

Jangkar 01o 46' 22,4" 124o 44' 33,8"

25.50 Sedang

Pulau nain

Zona

Pariwisata nain (negeri) 01o 47' 27,2" 124o 46' 12,3"

22.42 Buruk

Zona

Tradisional

nain

(tatampi) 01o 48' 07,5" 124o 47' 55,7"

45.42 Sedang

Zona

Pariwisata

pintu masuk

(nain) 01o 45' 29,6" 124o 46' 52,4"

38.50 Sedang

Zona

Tradisional Timur nain 01o 45' 47,0" 124o 48' 03,7"

54.00 Baik

Tidak ada satupun lokasi pengamatan dimana tutupan karangnya masuk

dalam kategori sangat baik atau tutupannya lebih dari 75 % (Tabel 1). Menurut

Makatipu et al (2010) rendahnya tutupan karang di beberapa lokasi di TN.

Bunaken disebabkan oleh pernah dilakukannya penangkapan ikan dengan cara

merusak oleh masyarakat serta letaknya yang berada di daerah terbuka sehingga

pada musim tertentu ombak sangat keras, sedangkan lokasi yang memiliki tutupan

karang dalam kondisi baik berada pada daerah yang terlindung dan letaknya yang

dekat dengan Pulau Bunaken sehingga pengawasan lebih mudah.

Ikan Karang

Survey ikan karang di Taman Nasional Bunaken sebanyak 26 site tercatat 368

species dalam 46 famili. Famili dominan antara lain Pomacentridae (60 species),

Labridae (58 species), Chaetodontidae ( 31 species), Acanthuridae (23 species),

Scaridae (23 species), Serranidae (19 species), Balistidae (11 species), Bleniidae

(10 species), Pomacanthidae (10 species), Holocentridae (9 species), dan sisanya

kurang dari 9 species per famili.

Kelimpahan ikan karang per site di Taman Nasional Bunaken sangat

beragam dimana kelimpahan tertinggi terdapat site Pangalisan sebesar 47030

Ind/Ha dan terendah terdapat di site Kima Bajo sebesar 7715 Ind/Ha dengan rata –

rata kelimpahan sebesar 18054, 44 Ind/Ha (Gambar 2). Pangalisan yang terletak

di sisi timur Pulau Bunaken merupakan zona pariwisata dan pemantauan untuk

aktifitas merusak terumbu karang juga mudah dilakukan sehingga aktifitas

penangkapan maupun wisata yang tidak ramah lingkungan dapat terpantau.

Berdasarakan nilai pada tabel 1 dan gambar 2, tutupan karang yang tinggi sejalan

dengan kelimpahan ikan yang tinggi.

Gambar 2. Histogram rata-rata kelimpahan ikan karang per pulau / group lokasi.

Hasil rata – rata kelimpahan per pulau / group lokasi tertinggi terdapat di Pulau

Bunaken sebesar 29.633 Ind/Ha dan terendah di Pesisir Selatan TN. Bunaken

sebesar 12.160 Ind/Ha. Pulau Bunaken memiliki kelimpahan tertinggi

dikarenakan pulau ini paling mudah pengawasannya. Setiap aktifitas merusak atau

tidak ramah lingkungan paling mudah terpantau di Pulau Bunaken, hal inilah

mengapa lokasi di Pesisir Selatan TN. Bunaken yang jauh atau susah untuk

dilakukan pengawasan memiliki kelimpahan terendah.

a. Biomassa Ikan Karang

Hasil pengamatan menunjukkan biomassa ikan karang di semua site tertinggi

terdapat di Pangalisan sebesar 2.574,78 Kg/Ha dan yang terendah di Wawantulap

sebesar 152, 64 Kg/Ha dengan biomassa rata – rata sebesar 692, 12 Kg/Ha

(gambar 3). Pangalisan memang lokasi terbaik selama di lakukannya survey,

tutupan karang dan kelimpahan ikan yang tertinggi di semua lokasi sejalan dengan

tertinggi biomassa ikan karangnya. Daerah seperti Wawantulap yang memiliki

biomassa rendah harus menjadi perhatian yang serius dikarenakan produksi

perikanan karang dari daerah ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi ekonomi

masyarakaya.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Bat

u H

itam

Du

sun

Bah

ow

o

Kim

a B

ajo

Tan

jun

g P

iso

k

Fuku

i

Man

do

lin

Mu

ka k

amp

un

g

Pan

galis

an

Taw

ara

Bat

u la

yar

Eco

reef

Pap

ind

anga

n

Tan

jun

g K

op

i

Bat

u G

epe

Bu

hia

s

Pu

lau

Pan

iki

Tan

gju

ng

Jan

gkar

Dep

an N

eger

i Nai

n

Jalu

r m

asu

k N

ain

Tata

mp

i Nai

n

Tim

ur

nai

n

Waw

antu

lap

Ara

kan

Po

op

oh

Son

dak

en

Tata

paa

n

Pesisir Utara TN. Bunaken

Pulau Bunaken Pulau Manado Tua

Pulau Mantehage

Pulau Nain Pesisir Selatan TN. Bunaken

Kelimpahan Ikan Karang (Ind/Ha)

Gambar 2. Histogram biomassa ikan karang di semua lokasi penelitian.

Biomassa ikan karang rata-rata per pulau / group lokasi menunjukkan Pulau

Bunaken memiliki biomassa tertinggi sebesar 1,331,30 Kg/Ha dan terendah di

Pesisir Selatan TN. Bunaken sebesar 278,49 Kg/Ha. Pulau Bunaken dimana

memiliki tutupan karang dan kelimpahan ikan karang tertinggi dibandingkan

lokasi lainnya sejalan dengan stok biomassa ikan karang alaminya. Begitu pula di

Pesisir Selatan TN. Bunaken, tutupan karang dan kelimpahan ikan karang yang

rendah berdampak pula pada biomassa ikan karangnya.

Hal ini memang sesuai dimana tutupan karang yang tinggi akan

mengakibatkan kelimpahan dan biomassa ikan karangnya juga tinggi dan begitu

juga sebaliknya. Tutupan karang yang tinggi memberikan banyak manfaat bagi

biota penghuninya. Menurut Hutomo (1986), tutupan karang yang baik akan

memberikan keuntungan berupa tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari

makan dan berkembang biak bagi ikan dan biota yang berasosiasi dengannya.

b. Struktur Komunitas Ikan karang

Hasil yang didapat selama penelitian menunjukkan indeks keanekaragaman

berada pada kategori sedang hingga tinggi, berkisar antara 2,35 – 3,21 dengan

nilai rata-rata 2,91 (Tabel 2). Nilai keanekaragaman ini menunjukkan bahwa

keseluruhan lokasi masuk kategori sedang. Menurut Odum (1993) bahwa semakin

besar nilai keanekaragaman (H’) menunjukkan komunitas semakin beragam dan

indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah species yang terdapat

dalam suatu habitat. Nilai keanekaragaman tertinggi terdapat di site Jalur Masuk

Nain (3,21) dan terendah di site Wawantulap (2,35) (tabel 2). Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian Leuna (2006), dimana rata – rata H’ masuk dalam kisaran

tinggi (3,50). Hal ini diduga terjadi tekanan terhadap komunitas baik dari

lingkungan maupun aktifitas manusia.

-500.00

1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00

Bat

u H

itam

Du

sun

Bah

ow

o

Kim

a B

ajo

Tan

jun

g P

iso

k

Fuku

i

Man

do

lin

Mu

ka k

amp

un

g

Pan

galis

an

Taw

ara

Bat

u la

yar

Eco

reef

Pap

ind

anga

n

Tan

jun

g K

op

i

Bat

u G

epe

Bu

hia

s

Pu

lau

Pan

iki

Tan

gju

ng

Jan

gkar

Dep

an N

eger

i Nai

n

Jalu

r m

asu

k N

ain

Tata

mp

i Nai

n

Tim

ur

nai

n

Waw

antu

lap

Ara

kan

Po

op

oh

Son

dak

en

Tata

paa

n

Pesisir Utara TN. Bunaken

Pulau Bunaken Pulau Manado Tua

Pulau Mantehage

Pulau Nain Pesisir Selatan TN. Bunaken

Biomassa Ikan Karang (Kg/Ha)

Nilai indeks kemerataan (E) menunjukkan kesetabilan sebuah komunitas.

Nilai E dimana semakin mendekati 1 menunjukan komunitas semakin stabil dan

jika semakin mendekati 0, maka komunitas semakin tertekan (Setyobudiandy et

al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Menurut Odum (1993) indeks kemerataan

(E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar species dalam suatu komunitas

ikan. Semakin merata sebaran individu antar species maka keseimbangan

komunitas akan semakin baik.

Indeks kemerataan tertinggi terdapat di site Timur Nain sebesar 0,74 dan

terendah di site Pangalisan sebesar 0,46 dengan rata – rata 0,56. Nilai tersebut

masuk dalam kategori tertekan hingga labil dan tidak ada satupun yang masuk

dalam kategori stabil (tabel 2). Hasil yang berbeda dari penelitian Leuna, 2006

dimana nilai kemerataan masuk kategori stabil. Hal ini menunjukan telah terjadi

penurunan status dari stabil menjadi labil. Nilai Dominansi (C) bekisar antara 0

hingga 1 dimana apabilai nilainya mendekati 1 menunjukkan terjadinya dominasi

species, begitu juga jika nilainya mendekati 0 dimana tidak ada dominasi oleh

salah satu species (Setyobudiandy et al, 2009 dalam Latucosina et al, 2012). Nilai

dominansi (C) tertinggi terdapat di site Wawantulap (0,21) dan terendah di site

Pulau Paniki (0,06) (tabel 2).

Hasil penelitian menunjukan semua lokasi masuk dalam kategori dominansi

rendah, hal ini menunjukkan tidak adanya dominansi oleh salah satu species ikan

karang di lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1993) dimana

indeks keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) bersifat terbalik dengan indeks

dominansinya. Nilai H’ dan E yang tinggi menunjukkan tingkat dominansi yang

rendah.

Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shanon-weiner (H’), indeks kemerataan (E) dan

indeks dominansi (C).

Lokasi Site name H` E C

Pesisir Utara TN..

Bunaken

Batu Hitam 3.07 0.60 0.07

Dusun Bahowo 3.17 0.57 0.08

Kima Bajo 2.95 0.65 0.07

Tanjung Pisok 3.18 0.58 0.09

Pulau Bunaken

Fukui 3.02 0.51 0.08

Mandolin 2.87 0.52 0.12

Muka kampung 2.95 0.50 0.10

Pangalisan 2.87 0.46 0.12

Tawara 2.87 0.51 0.10

Pulau Manado Tua

Batu layar 2.90 0.58 0.08

Ecoreef 3.12 0.57 0.07

Papindangan 2.43 0.48 0.21

Tanjung Kopi 3.01 0.57 0.08

Pulau Mantehage

Batu Gepe 3.03 0.55 0.10

Buhias 3.10 0.59 0.09

Pulau Paniki 3.15 0.64 0.06

Tanjung Jangkar 3.19 0.63 0.06

Pulau nain Depan Negeri Nain 2.69 0.50 0.15

Jalur masuk Nain 3.21 0.59 0.07

Tatampi Nain 2.82 0.51 0.14

Timur nain 2.80 0.74 0.12

Pesisir Selatan TN..

Bunaken

Wawantulap 2.35 0.52 0.21

Arakan 2.66 0.55 0.10

Poopoh 2.86 0.56 0.10

Sondaken 2.46 0.50 0.14

Tatapaan 2.91 0.57 0.10

c. Kesamaan Species Ikan Karang

Pada taraf penskalaan dendogram 49,7% yang merupakan nilai rata-rata dari

indeks similaritas antar stasiun diperoleh 4 kelompok komunitas. Kelompok

komunitas pertama adalah site Poopoh, kelompok habitat kedua adalah Arakan

dan Wawantulap, kelompok komunitas ketiga adalah Sondaken dan Kima bajo,

kelompok komunitas ke empat adalah Tanjung Jangkar, Negeri Nain, Tatampi

Nain, Batu Layar, Timur Nain, Tatapaan/Popareng, Papindangan, Tawara,

Pangalisan, Muka Kampung, Tanjung Kopi, Mandolin, Jalur Masuk nain, Fukui,

Ecoreef, Pulau Paniki, Buhias, Dusun Bahowo, Tanjung Pisok, Batu Hitam dan

Batu Gepe (gambar 6).

Pengelompokkan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi

species ikan karang antar groupnya. Terlihat pengelompokkan group 1 hingga

group 3 umumnya berada di Pesisir Selatan Taman Nasional Bunaken.

Pengelompokkan ini diduga karena lokasi di Pesisir Selatan Taman Nasional

Bunaken kondisi habitatnya banyak yang telah rusak sehingga ikan karang yang

mendiami area tersebut jauh berkurang.

Gambar 6. Dendogram ke 26 site berdasarkan kelimpahan species ikan karang.

Berdasarkan data ikan karang dalam tabel kontingensi dua arah yaitu 368

baris species dan 26 kolom stasiun, dilakukan Analisis Faktorial Korespondensi

(AFK). Terlihat site Poopoh dan Wawantulap terpisah dari site lainnya, hal ini

berarti kedua site tersebut memiliki species ikan karang yang berbeda dengan site

lainnya. Kedua lokasi tersebut memang terletak di bagian selatan Taman Nasional

Bunaken. Kondisi ekosistem terumbu karang yang kurang bagus ditambah

kelimpahan dan biomassa ikannya yang terkecil dibandingan lokasi lainnya yang

menyebabkan lokasi ini terpisah dalam pengelompokkannya.

Gambar 7. Proyeksi dari site dan species dalam bidang dua dimensi (sumbu 1 dan

sumbu 2) dengan menggunakan Analisis Faktorial Korespondensi.

Tingkat Keefektifan Zonasi Di Taman Nasional Bunaken

Tutupan Karang Hidup di Taman nasional Bunaken tertinggi terdapat di zona

inti (52,17 %) diikuti zona pariwisata (41,82%) dan yang terendah di zona

tradisional (39,30%) (gambar 12). Rata-rata tutupan karang hidup di ketiga zona

tersebut berdasarkan KEPMEN LH No. 4 tahun 2001 masuk dalam kategori

sedang hingga baik. Berdasarkan tertingginya tutupan karang di zona inti

menunjukkan pengawasan dan pengelolaan berjalan baik, begitu juga di zona

pariwisata dimana di zona ini tidak diperkenankan aktifitas penangkapan

memperlihatkan tutupan kedua terbaik setelah zona inti. Zona tradisional memiliki

tutupan karang terendah, hal ini sang wajar dimana zona tradisional dimanfaatkan

sebagai lokasi penangkapan bagi nelayan di sekitar kawasan TN. Bunaken.

Tabel 3. Nilai Rata-rata persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikan

di ketiga zonasi di Taman Nasional Bunaken.

Zonasi

Nilai rata-rata

Tutupan karang (%) Kelimpahan (Ind/Ha) Biomassa (Kg/Ha)

Zona Inti 52.17 18.846,67 819.93

Zona Pariwisata 41.82 20.330,14 810.46

Zona Tradisional 39.3 15.646,71 561.15

Kelimpahan ikan karang di Taman Nasional Bunaken tertinggi terdapat di

zona pariwisata (20.330,14 Ind/Ha), diikuti zona inti (18.846,67 Ind/Ha) dan

terendah di zona Tradisional (15.646,71 Ind/Ha). Biomassa ikan karang di TN.

Bunaken tertinggi di zona inti (819,19 Kg/Ha), diikuti zona pariwisata (810,46

Kg/Ha) dan terendah di zona tradisional (561,15 Kg/Ha). Hal yang menarik disini

adalah kelimpahan tertinggi terdapat di zona pariwisata sedangkan biomassa

tertinggi terdapat di zona inti, hal ini menunjukkan di zona inti ukuran ikannya

relatif lebih besar. Sedangkan di zona pariwisata ukuran ikannya relatif lebih kecil

namun jumlahnya banyak.

Dengan ukuran yang relatif lebih besar di zona inti, mengindikasikan ikan

karang di zona ini masuk kisaran dewasa atau matang gonad. Dengan asumsi

yang sama diharapkan transfer larva atau penyebaran larva baik karang, ikan

maupun biota lainnya kedaerah penyangga seperti zona pariwisata dan tradisional

dapat terus berjalan. Hasil ini mengindikasikan pengelolaan di Taman Nasional

Bunaken masih berjalan efektif selama regulasi pengelolaan zonasi tetap berjalan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

- Selama penelitian tercatat 368 species dalam 46 famili ikan karang.

- Nilai persentase tutupan karang, kelimpahan dan biomassa ikannya

menunjukan Pulau Bunaken paling baik dibandingan lokasi lainnya.

- Struktur komunitas dilihat dari indeks ekologi (H’ di semua site masuk

kategori sedang, E kategori labil dan C kategori rendah) menunjukan

kondisi komunitas ikan karang masih baik.

- Tingkat kesamaan species ikan karang mengelompokkan lokasi di Pesisir

Selatan TN. Bunaken berbeda dengan lokasi lainnya yaitu Pesisir Utara

TN. Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Bunaken,dan Pulau

Manado Tua.

- Tingkat keefektifan zonasi di TN. Bunaken berdasarkan data tutupan

karang dan ikan karang masih baik dengan indikasi biomasa di zona

inti/perlindungan tertinggi dengan ukuran ikan relatif besar/dewasa

sehingga sangat potensial dalam penyebaran larva untuk zona lainnya.

Daftar Pustaka

Adrim, M.2007. Komunitas Ikan Karang Di Perairan Pulau Enggano, Provinsi

Bengkulu. Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI. Jurnal 33. 139-158.

Allen,G, R.Steene, P. Hulmann dan N. Deloach. 2003. Reef Fish Tropical Pacific

Identification. New World Publication, Inc. Jackson ville. Florida. USA.

Hutomo, M. 1986. Komunitas Ikan karang dan Metode Sensus Visual. LON

LIPI.Jakarta.

Krebs,Ch.J. 1989. Ecological Methodology. Univ. of British Columbia. Harper

Collins Publisher.645

Kulbicki, M, N. Guillemot dan M. Amand. 2005. A General Aproach to Length-

Weight Relationships for New Caledonian Lagoon Fishes. Journal Cybium:

235-252p.

Latuconsina, H, M. N. Nessa dan RA. Rappe. 2012. Komposisi Spesies Dan

Struktur Komunitas Ikan Padang lamun Di Perairan Tanjung Tiram-Teluk

Ambon Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.4 No.1. Hal

35-46.

Leuna, M.W., dan P.C. Makatipu. 2006. Struktur Komunitas Ikan karang Di

Perairan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara.

Laporan. WWF Indonesia. Bunaken Project. 19 hal.

Ludwig, J. A., & J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods

and Computing. John Wiley & Sons, New York: xviii + 337 hlm.

Makatipu, P.C., T. Peristiwady, dan M. Leuna. 2010. Biodiversitas Ikan target di

Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia. Jurnal.Volume 36(3). LIPI. Jakarta.

Marnane et al . 2003. Laporan Teknis Survey 2003-2004 Di Kepulauan

Karimunjawa, Jawa tengah. WCS.75p.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada Univerity Press.

Yogyakarta. 697 hal.