kasyf el fikr volume 2, nomor 2, desember 2015 · 15-16 yang telah mengakhiri kekuasaan gereja dan...

38
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015 1 ARGUMEN MORAL: KONSEPSI KETUHANAN ERA PENCERAHAN (Telaah atas pemikiran Immanuel Kant) Oleh: Wiwin Siti Aminah R 1 “sapere aude”, (berani mengetahui, berani menggunakan akal sendiri) @Motto Pencerahan Abstract Immanuel Kant as one of the figures who greatly inspired the Enlightenment influenced by an atmosphere of social, political, intellectual and also the ethos of the Enlightenment which has two main characteristics namely respect for human reason and autonomy as individuals. All that led to Kant have thought quite a revolutionary and unique in his time. Rooted in his views on the structure of knowledge that comes from reason and experience, then Kant compose moral philosophy as the basis of the argument of the existence of God. According to Kant, we can not know God. God is the supreme principle of all human endeavors in morals. Only God can reward or punishment for one's actions. Kant belief in God is rational because it is based on practical reason in which the good will to act according to moral law. Through moral, human beings believe in God. Keyword: Concept of God, Renaissance, Etic A. PENGANTAR Revolusi ilmu (scientific revolution) yang terjadi pada abad ke 15-16 yang telah mengakhiri kekuasaan Gereja dan lazim disebut renaissance, telah menjadikan manusia barat otonom, dan merdeka. 1 Staf di Lembaga INTERFIDEI (Interfaith Dialog) Yogyakarta dan juga Dosen pada Institut Agama Islam Darussalam Ciamis Jawa Barat.

Upload: duongdieu

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

1

ARGUMEN MORAL: KONSEPSI KETUHANAN ERA

PENCERAHAN

(Telaah atas pemikiran Immanuel Kant)

Oleh: Wiwin Siti Aminah R1

“sapere aude”, (berani mengetahui, berani menggunakan akal sendiri)

@Motto Pencerahan

Abstract

Immanuel Kant as one of the figures who greatly inspired the

Enlightenment influenced by an atmosphere of social, political,

intellectual and also the ethos of the Enlightenment which has two main

characteristics namely respect for human reason and autonomy as

individuals. All that led to Kant have thought quite a revolutionary and

unique in his time.

Rooted in his views on the structure of knowledge that comes from

reason and experience, then Kant compose moral philosophy as the basis

of the argument of the existence of God. According to Kant, we can not

know God. God is the supreme principle of all human endeavors in

morals. Only God can reward or punishment for one's actions. Kant belief

in God is rational because it is based on practical reason in which the

good will to act according to moral law. Through moral, human beings

believe in God.

Keyword: Concept of God, Renaissance, Etic

A. PENGANTAR

Revolusi ilmu (scientific revolution) yang terjadi pada abad ke

15-16 yang telah mengakhiri kekuasaan Gereja dan lazim disebut

renaissance, telah menjadikan manusia barat otonom, dan merdeka.

1 Staf di Lembaga INTERFIDEI (Interfaith Dialog) Yogyakarta dan juga

Dosen pada Institut Agama Islam Darussalam Ciamis Jawa Barat.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

2

Mereka sadar bahwa merekalah yang menjadi penentu kehidupan ini

dengan kekuatan rasionya. Renaissance yang bermula dari Itali

dengan cepat menyebar keseluruh daratan Eropa, khususnya Inggris,

Perancis dan tak terkecuali Jerman. Renaissence inilah yang

mengiring pada suatu era penting dalam perjalanan sejarah dunia

yakni era Pencerahan.

Pada masa Pencerahan (abad ke 18), muncul banyak tokoh-

tokoh filsafat Barat dengan alirannya masing-masing. Tokoh-tokoh

seperti John Locke, David Hume, Berkeley dan lain sebagainya adalah

para filosof Inggris yang terkenal di dalam filsafat Barat. Pemikiran

mereka telah mempengaruhi secara dominan corak filsafat Inggris

pada khususnya dan filsafat Barat pada umumnya, sejak abad ke 18

hingga pertengahan abad ke 19.

Jerman sebagai salah satu negara di Eropa juga telah banyak

melahirkan banyak tokoh pada era pencerahan. Tokoh yang paling

terkenal adalah Imanuel Kant. Filosof modern yang paling

berpengaruh terutama di bidang epistimologi, metafisika dan etika.

Tulisan ini mencoba menguraikan konsepsi Immanuel Kant

mengenai filsafat moral dan konsepsi ketuhanan, yang pada abad ke

18 menjadi salah satu topik sentral dalam percaturan filsafat.

B. BIOGRAFI SINGKAT IMMANUEL KANT DAN KARYANYA

Immanuel Kant lahir di Konigsberg, sebuah kota kecil di

Prussia Timur (yang sesudah Perang Dunia II dimasukkan ke Uni

Soviet dan diganti namanya menjadi Kaliningrad) pada tanggal 22

April 1724. Kant adalah anak keempat dari keluarga agamis. Seperti

juga ayahnya, Johan Georg (seorang pembuat pelana kuda), Kant

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

3

menganut Protestan dan mengikuti gerakan Peitisme2 yang

menekankan kesetiaan yang mendalam dari para pemeluknya, sebagai

perlawanan terhadap praktek Lutheran yang kuat pada saat itu.3

Namun demikian diakui oleh Kant sendiri bahwa Pietisme

dipengaruhi oleh ibunya.4

Kant memasuki pendidikan formal di Collegium Frediricinum

(yang juga menganut Pietism) pada usia 8 tahun dan mendalami

bahasa Latin, biasa yang biasa dipakai kalangan terpelajar saat itu.

Pada usia 16 tahun Kant masuk Universitas of Konigsberg. Di sini ia

mempelajari filsafat, matematika, fisika dan teologi. Ketika ayahnya

meninggal tahun 1746, Kant harus mengurusi kesulitan finansialnya

sendiri. Oleh karena itu, ia kuliah sambil bekerja sebagai guru privat

bagi beberapa keluarga kaya. Selama periode ini ia menyelesaikan

masternya yang pada gilirannya membawa Kant menjadi Dosen privat

tanpa gaji dari universitasnya.

Pada tahun 1755 Kant memperoleh gelar doctor dengan

disertasi meditationum Quarundum de Igne Succinta Delienatition

(penggambaran singkat dari sejumlah pemikiran mengenai Api) dan

2 Pietisme adalah sebuah gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Spener

(1635-1705) dan Franke (1663-1727). Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas teologi

yang sangat akademik dan rasional serta institusi gereja yang sangat kaku. Gerakan ini

ditujukan pada kehidupan kristiani secara murni. Ciri dari gerakan ini adalah penekanan

pada kesalehan hidup sehari-hari, sikap batin yang baik dan moralitas yang tinggi. Kaum

Pietis menyebut diri sebagai Eccelesiola in Ecclessia yang berarti Gereja kecil di dalam

Gereja. Lihat S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral: Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan

Imperatif Katagoris, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 31 3Mircea Eliade (ed. In chief), The Encyclopedia of Relegion, Jilid IV, (New

York: MacMillan, 1993), hal. 247. 4Immanuel Kant, Religion Within the limits of Reason Alone, trans. Theoderc

M. Greenc & Hoyt H. Hudson, (New York: Harper & Row, 1960), hal. Xxvii. Lihat juga

Harold H, Titus, dkk, Livving Issues in Philosophy, alih bahasa: H.M. Rasyidi

“Persoalan-persoalan Filsafat”, (Jakarta Bulan Bintang, 1984), hal. 151.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

4

lima tahun kemudian Kant memperoleh gelar professor dalam bidang

logika dan metafisika dari almamaternya dengan menyampaikan orasi

ilmiah berjudul On the Form and Principles of the sensible and

Intelligible Word (mengenai bentuk dan asas-asas dari dunia Indrawi

dan Budi).

Pemikiran Kant dapat dibagi dalam dua periode. Pertama

Periode Pra Kritisantara tahun 1746-1770 yang terdiri dari periode

pertama yakni ketika ia masih dipengaruhi Leibniz dan Wolf (sampai

tahun 1760) dan disebut sebagai tahapan rasionalistik dan periode

kedua (1760-1770) yang ditandai dengan semangat skeptisisme dan

dikenal dengan tahapan empiristik.Pada periode ini Kant menulis

tentang pelbagai masalah dari bidang ilmu alam, ilmu pasti dan

filsafat. Misalnya Kant menulis The False Subtely of The Four

Syllogistic Figures, The only Possible Ground for a Demontration of

God’s Existence (1762). Kemudian selama 11 tahun Kant tidak

menulis apa pun dan pada saat itulah pemikiran Kant mulai berubah.

Perubahan pemikirannya disebabkan pengaruh Hume yang membuat

Kant berangsur-angsurt meninggalkan rasionalisme. Kant sendiri

mengakui bahwa filsuf Skotlandia, David Hume-lah yang telah

membangunkan dari “tidur panjang dogmatismenya”.

Periode kedua yakni Periode Kritis yang dimulai dari muncul

disertasinya. Karya-karya orisinilnya muncul pada periode ini. The

Critique of Pure Reason (1781, Prolegomena to any Future

Methaphisich (1783), Idea for a Universal History (1784),

Foundation of The Methaphisics of Ethics, Fundamental Principles of

Methaphisics of Moral (1785), Methaphisical Foundations of Natural

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

5

Science (1786), Critique of Practical Reason (1787),dan Critique of

Judgement(1790).

Setelah itu (1790- meninggal 1804)Kant mulai mengalihkan

perhatiannya pada masalah-masalah religi dan problem-problem

sosial. Karyanya yang muncul pada periode ini ialah Riligion Within

The Limits of Reason Alone (1793), On Perpetual Peace (1797)dan

The Conflict of The Faculties (1798). Dalam periode Kritik ini Kant

mempunyai corak sendiri, sehingga tidak terlihat lagi adanya

pengaruh dari Martin Knuzten dan Wolf (pendahulu sekaligus

gurunya).

Diantara yang paling banyak karyanya, yang paling besar

adalah “Trio Kritik”-nya. Kritik pertama, The Critique of Pure

Reason, membicarakan tentang akal dan proses memperoleh

pengetahuan. Untuk menulis buku ini Kant menghabiskan waktu 15

tahun. Kritik kedua, Critique of Practical Reason, menjelaskan filsafat

moralnya dan kritik ketiga, Critique of Judgement, menyempurnakan

dua karangan sebelumnya.5

Semua komentar kehidupan Kant menggambarkan bahwa

hidupnya sangat teratur dan tanpa banyak selingan. Kant membujang

dan dia tidak pernah keluar dari kota ke propinsi kelahirannya.6 Tetapi

ia senang bersahabat dengan wanita. Selama hidupnya Kant menetap

5 Diantara sekian banyak karyanya yang paling besar adalah “ Trio Kritiknya “

–nya. Kritik pertama , The Critique of pure Reason, membicarakan tentang akal dan

proses memperoleh pengetahuan. Untuk menulis buku ini Kant menghabiskan waktu 15

Tahun. Kritik kedua, Critique of Pratical Reason, menjelaskan filsafat moralnya dan

kritik ketiga, Critique of Judgement menyempurnakan dua karangan sebelumnya . Lihat

Harold H. Titus, dkk., Living Issues in Philosophy………hal. 151 6 Bertrand Russel, History of Western Philosopy and it’s Connection with

Political and Social Circumstances from Earliest times to the Present day. ( London :

George Allen & Unwim Ltd,1961), hal. 679

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

6

di Prussia dan mengalami masa peperangan 7 tahun sewaktu Rusia

menaklukkan Prusis Timur. Ia juga hidup dalam masa revolusi

Perancis dan masa kejayaan Napoleon.7

Meskipun demikian, Ia memiliki pemikiran yang revolusioner

dan besar menurut ukuran zamannya, bahkan buah pikirannya hingga

kini masih menjadi topik hangat dalam pencaturan filosofis. Ia juga

merupakan satu-satunya filosof yang paling produktif saat itu. Banyak

pujian terhadapnya, seperti A.M. Quinton-seperti dikutip Wiliam

Reaper-bahwa Kant sampai pada titik terdekat yang dapat dilakukan

sesorang untuk mengkombinasiakan dalam dirinya sendiri keaslian

spekulatif Plato dengan ketelitian enslikopedis Aristoteles.8

Menjelang akhir hayatnya, Kant hampir buta dan kehilangan

kekuatan fisik serta intelektualnya. Ia meninggal pada 12 Februari

1804 dalam usia 80 tahun. Kant meninggal ketika budaya

Romantisme mulai bangkit. Salah satu perkataannya yang paling

banyak dikutip telah dipahatkan pada pusarannya di Konigsberg “dua

hal memenuhi pikiranku dengan keheranan dan ketakjuban yang

semakin besar, semakin sering dan semakin kuat aku

merenungkannya: langit berbintang di atasku dan hukum moral di

dalam diriku”.9

C. SETTING HISTORIS PEMIKIRAN KANT

7 Frederick SJ. Copleston. A Historyof Philosophy, ( London Search Press,

1960), hal. 180. 8 William Raeper (ed) , A Begginer’s Guide to idea, alih bahasa : P. Hardono

Hadi. “Ide-ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang”, (Yogyakarta: Kanisius 2000),hal.

194 9 Jastein Gaarder, Sophie’s World,alih bahasa: Rahmani Astuti,”Dunia

Sophie”. Cet.2, (Bandung; Mizan, 1996),hal. 366.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

7

Renaissance abad ke 15-16 merupakan akar dari munculnya

jaman baru pada abad berikutnya (abad 18) yang dikenal dengan

zaman pencerahan (Inggris: Enlightment, Jerman: Aufklarung) yang

berarti pencerahan, pengertian, mengadakan perhitungan dengan

tahayul, membuat perhitungan dengan purbasangka dan lain-lain,

dengan ukuran akal budi dan pengalaman yang jujur serta bebas.

Pencerahan bermula dari Inggris,karena menjelang akhir abad

17 di Inggris berkembang suatu tata negara yang liberal,sehingga

pencerahan berkembang menjadi keyakinan umum diantara para

intelektual.10

Dari Inggris gerakan ini dibawa ke Perancis dan dari

sana tersebar ke seluruh Eropa. Di Perancis gerakan ini secara sadar

dan terus terang bertentangan dengan keadaan masyarakat,

kenegaraan dan keagamaan pada waktu itu. Akhirnya Jerman

mengikuti jejak Perancis. Akan tetapi di sini gerakan pencerahan

berjalan lebih tenang dan serasi, tidak menampakkan pertentangan

antara Gereja dan masyarakat.11

Negara Jerman pada abadke 18 adalah negara yang suka

damai. Kalau pada saat itu dikatakan bahwa Inggris menguasai lautan

dan Perancis menguasai daratan, maka bangsa Jerman dikatakan suka

berhayal, karena Jerman saat itu terliput oleh meta fisika dan filsafat.

Keinginan seseorang saat itu adalah memberi sumbangan yang nyata

bagi perkembanganintelektual. Seseorang dikatakan berkebudayaan

10

Ada perbedaan mencolok antara abad ke 17 dan abad ke 18. Abad ke 17

membatasi diri pada usaha memberikan tafsiran baru terhadap kenyataan bendawi dan

rohani yaitu kenyataan mengenai manusia, dunia dan Tuhan. Akan tetapi abad ke 18

menganggap dirinya sebagai mendapat tugas untuk meneliti secara kritis segala yang ada

di semua bidang. Juga orang tidak takut untuk mengemukakan pendapatnya dalam bentuk

celaan yang kuran atau lebih tajam. Harun Hadiwijaya, Seri Sejarah Filsafat Barat 2,

(Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal.47. 11

Harun Hadiwijaya. Seri Sejarah Filsafat Barat 2........ hal. 48.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

8

kalau orang itu mendapat pendidikan yang menyeluruh, dalam ilmu

pengetahuan dalam filsafat, kesenian dan mempunyai kehidupan yang

harmonis.12

Proses modernisasi yang terjadi di Eropa (yang dimulai sejak

abad ke 16) menimbulkan serangkaian perubahan di dunia Barat yakni

menggiringnya ke dalam industrialisasi dan transformasi pertanian,

pencerahan intelektual serta revolusi politik dan social. Secara

alamiah perubahan ini juga mempengaruhi cara manusia mempersepsi

diri dan mendorong manusia untuk meninjau kembali hubungan

antara manusia dengan Tuhan.13

Masyarakat modern yang

diperkenalkan Barat didasarkan pada harapan akan perkembangan dan

kemajuan yang terus menerus. Perubahan dilembagakan dan dianggap

keharusan.14

Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri.

Kepercayaan diri yang baru terhadap kekuatan alamiah

manusia mengandung arti bahwa orang mulai yakin bahwa mereka

mampu mencapai pencerahan lewat usaha mereka sendiri. Mereka tak

lagi merasa perlu untuk bersandar pada warisan tradisi, sebuah

institusi, sekelompok elit atau bahkan wahyu dari Tuhan untuk

menemukan kebenaran.15

Dengan demikian mereka menganggap

pentingnya sikap skeptis terhadap seluruh warisan yang ada dan

bahwa setiap orang harus menemukan jawabannya sendiri untuk

setiap pertanyaannya. Semangatnya adalah optimisme pada manusia

sendiri.

12

Endang Daruni Asdi.Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Immanuel

Kant.(Yogyakarta: Lukman Ofset,1997), hal. 26. 13

Karen Amstrong, A History of God: The 4000-Year Quest of

Judaiesm,Christianity and Islam. Alih bahasa: Zainul Am, (Bandung: Mizan,2001), hal.

383. 14

Ibid., hal. 384. 15

Ibid,. hal. 386.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

9

Kebanyakan para filosof pencerahan seperti halnya para

Humanis pada jaman Yunani Kuno, misalnya Socrates dan kaum stoic

memiliki keyakinan yang kukuh pada akal manusia, sehingga jaman

itu disebut “jaman kejayaan akal”. Immanuel Kant sendiri

menjelaskan bahwa Jaman Pencerahan adalah jaman dimana orang

mulai keluar dari keadaan tidak akil balig yang dengannya ia sendiri

bersalah, karena keengganannya memanfaatkan rasionya sendiri. Atau

dengan kata lain Pencerahan adalah “bangkitnya manusia dari

ketidakdewasaannya yang diakibatkannya sendiri” dan “pembebasan

dirinya dari keterkungkungan dirinya sendiri atau dari kebersandaran

terhadap otoritas eksternal.16

Karena kenyataan saat itu bahwa orang

lebih suka bergantung pada otoritas eksternal.Karenakenyataan saat

itu bahwa orang lebih suka bergantung pada otoritas diluar dirinya

(guidance) seperti wahy nasihat orang orang pintar, ajaran gereja dan

lainnya.17

Dengan rasio manusia berkewajiban membangun landasan

moral, agama dan etikanya sesuai dengan akal manusia. Maka motto

pencerahan adalah “sapare aude”, (berani mengetahui,berani

menggunakan akal sendiri) yang dalam konteks ini berlaku khususnya

dalam bidang agama.18

Voltaire menyebut jaman ini sebagai “zaman

akal”.19

Pencerahan juga dimaknai sebagai gerakan intelektual pada

abad ke 18 yang umumnya menerapkan metode-metode ilmu-ilmu

baru, yang dirintis oleh Newton pada bidang-bidang pemikiran

16

William Raeper (ed), A Begginer’s Guide to Ideas.….., hal. 194. 17

Seperti di kutip Karen Amstrong, A History of God: The 4000-Year…… hal.

314. 18

William Raeper (ed), A Begginer’s Guide to Ideas.….., hal. 195. 19

Harun Hadiwijaya. Seri Sejarah Filsafat Barat 2........ hal. 47.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

10

filosofis dan intelektual. Sering meskipun tidak selalu, Pencerahan

bersifat berpikir dan anti-agama.20

Memang sejak Renaissance hingga pencerahan telah terjadi

gugatan terhadap agama dan konsep di dalamnya. Namun, bukan

berarti pada Zaman-zaman itu manusia tidak beragama. Sikap

Pencerahan terhadap agama wahyu pada umumnya dapat dikatakan

memusuhi atau paling tidak mencurigainya. Sikap itu diungkapkan

dalam usaha orang untuk mengganti agama Kristen dengan “ agama

alamiah”.21

Gerakan pencerahan mendapat respon yang

berbeda.pencerahan di Perancis yang kemudian menjadi akar Revolusi

Perancis dan Inggris yang kemudian mengantar Inggris pada Revolusi

Industri ditandai oleh berbagai gejolak dan protes. Sedangkan di

Jerman sendiri berlangsung cukup tenang tanpa disertai penolakan

terhadap Gereja atau monarki sebagai pusat wibawa. Hal ini karena di

sana Pencerahan berlangsung tanpa disertai tuntutan melakukan

perubahan secara radikal. Keadaan itu sangat berpengaruh pada Kant,

sehingga ia menjadi pemikir yang bebas dan saleh dalam menjalankan

agamanya.

Di samping suasana Aufklarung di atas, yang berpengaruh

besar dalam membentuk pemikiran filsafat Kant adalah suasana

ketegangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Empirisme Inggris

dibangun oleh filosof Inggris dan Skotlandia seperti Thomas Hobbes

(1558-1679), John Locke (1632-1704), George Berkeley (1685-1753)

dan David Hume (1711-1776), sedangkan Rasionalisme Kontinental

20

William Raeper (ed), A Begginer’s Guide to Ideas.….., hal. 194. 21

Harun Hadiwijaya. Seri Sejarah Filsafat Barat 2........ hal. 48.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

11

disokong oleh Rene Descartes (1596-1650), Gottfried Leibniz (1646-

1716) dan Cristian Wolf (1679-1754).

Kant sendiri belajar filsafat dari pendukung Leibniz dan

Wolf, akan tetapi kemudian ia menghargai pentingnya empirisme,

khususnya teori Hume tentang idea. Poin pokok dalam perdebatan

antara kaum rasionalis dan kaum empiris saat itu adalah teori tentang

idea.22

Jadi Leibniz sangat rasionalis dan Hume yang empiris

mempunyai pengaruh besar dalam membentuk epistimologi Kant.

Keduanya adalah representasi dari dua aliran pemikiran filosof yang

kuat melanda Eropa saat itu.

Jadi karyanya mengenai teori pengetahuan (yang akan

diuraikan selanjutnya) dihasilkan pada waktu terdapat ketegangan

antara pendekatan kontinental yang menekankan pemikiran rasional

dan aliran Inggris yang menekankan aliran indrawi sebagai dasar

pengetahuan.23

Pemikirannya dimaksudnya untuk mendamaikan dua

aliran diatas.

Pengaruh lain datang dari Rousseau. Begitu tertariknya Kant

padanya sehingga ia perlu membaca karya Rosseau emilesampai

berkali-kali. Newton juga mempunyai tempat yang istimewa dalam

filsafat Kant.24

Jalan pikiran Kant mendapat inspirasi besar dan

dipengaruhi oleh Copernican Revolution.25

Dapat dikatakan bahwa pemikiran filsafat Kant dibentuk dari

berbagai pengaruh baik pendidikan keluarga maupun lingkungannya.

22

Mircea Eliade ( ed in chief ),The Encyclopedi of Religion. Jilid IV, (New

York: Mac Millan, 1993), hal. 247. 23

William Raeper (ed.), A Bagginer’s Guide to Ideas………, hal. 195. 24

Endang Daruni Asdi .Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral……..hal. 26. 25

M. Amin Abdullah. “ Konsepsi Etika Ghazali dan Immanuel Kant: Kajian

Kritis Konsepsi Etika Mistik dan Rasional” dalam Al-Jami’ah. No. 45 Th 1991. hal. 7.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

12

Dari keluarganya Kant mendapat pendidikan agama yang sangat kuat,

meskipun demikian ia bukan seorang yang fanatik. Dapat dikatakan

juga bahwa Kant tumbuh dan berkembang sebagai pemikiran yang

brilian pada saat yang tepat dalam situasi maupun kondisinya. Dari

situlah ia melakukan kritik-kritik terhadap pemikiran yang

berkembang pada saat itu.

D. POKOK-POKOK PEMIKIRAN KANT

1. TENTANG ILMU PENGETAHUAN

Untuk mengetahui konsepsi ketuhanan menurut Kant, kita

harus mengetahui dulu pokok-pokok pemikiran tentang ilmu

pengetahuan sebagai dasar epistimologinya.Ada tiga pertanyaan

penting dalam filsafat Kant yakni “apa yang bisa kita ketahui”

(berhubungan dengan filsafat ilmu pengetahuan/epistimologi), “apa

yang mungkin kita harapkan” (berhubungan dengan agama dan

teologi) dan “apa yang wajib kita lakukan” (bidang etika). Sehingga

Kant mempelajari logical processes of thought,the external world dan

the reality of things.26

Pertanyaan pertama bersifat spekulatif,

pertanyaan kedua bersifat praktis dan pertanyaan ketiga bersifat

praktis sekaligus spekulatif karena yang praktis pada dasarnya hanya

merupakan jawaban atas pertanyaan yang spekulatif.27

Logika Transendental : Teori Pengetahuan Kant

Dengan maksud menjembatani dus aliran di atas, yakni

Empirisme28

dan Rasionalisme29

Kant berpendapat bahwa sumber

26

Harold H Titus, dkk. Living Issues in Philosophy …… hal. 151. 27

Endang Daruni Asdi .Imperatif Kategoris dalam Filsafat…….. hal. 32. 28

Dalam pandangan Empirisme, pengetahuan diperoleh dengan perantaraan

panca indera yang menangkap kesan-kesan dari apa yang ada di alam nyata yang

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

13

ilmu pengetahuan adalah indra dan akal. Keduanya harus diselidiki

seberapa jauh indra dan akal itu dapat memuat pengertian a priori.

Akal adalah kemampuan berpikir sedangkan indra memberi

pengamatan-pengamatan.

Dalam mendapatkan pengetahuan, indra dan akal bekerja

sama. Indra memberikan pengamatan-pengamatan yang telah diatur

oleh bentuk-bentuk a priori.Ini merupakan bahan bagi akal yang

kemudian dihubung-hubungkan menjadi pengertian-pengertian.

Pengertian-pengertian ini dihubungkan menjadi keputusan. Kedua

sumber pengetahuan itu bekerja sendiri-sendiri, tetapi keduanya tidak

dapat dipisahkan. Tugas yang satu tidak dapat digantikan oleh yang

lain.Hanya kalau keduanya bersatu dapat muncul ilmu pengetahuan.

Bagi Kant, baik Rasionalisme maupun Empirisme belum

berhasil membimbing kita untuk memperoleh pengetahuan yang pasti,

berlaku umum dan terbukti dengan jelas (yang menurut Kant

merupakan syarat ilmu pengetahuan). Kant beranggapan bahwa kedua

pandangan itu sama-sama benar separuh tapi juga sama-sama salah

separuh. Artinya setuju dengan kaum empiris. Kant menyatakan

bahwa seluru pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra kita

kemudian tersusun menjadi pengetahuan (melalui pengalaman). John Locke sebagai

bapak Empirisme memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara

pasif menerima hasil-hasil pengindraan. David Hume berpendapat bahwa pengalaman

lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat.

Hume sampai pada kesimpulan bahwa akal tidak bisa bekerja tanpa bantuan pengalaman.

Jadi menurut empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data

empiris yang diperoleh dari panca indra. Akal tidak berfungsi banyak, kalau ada hanya

sebatas idea yang kabur. 29

Rasionalisme berpandangan bahwa sumber pengetahuan adalah akal.

Akallah yang menghubungkan data (yang diperoleh panca indra) satu sama lain sehingga

ada pengetahuan. Descartes, pelopor Rasionalisme, kebenaran menurutnya adalah dia

tidak ragu bahwa dia ragu semboyannya terkenal cogito ergo sum (saya ragu maka saya

ada) Amsal Bahtiar, Filsafat Agama 1,( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 45.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

14

tapi ia juga setuju dengan rasionalis bahwa dalam akal kita juga

terdapat faktor-faktor pasti ( a priori ) yang menentukan bagaimana

kita memandang dunia disekitar kita. Dengan kata lain ada kondisi-

kondisi tertentu dalam pikiran yang ikut menentukan konsepsi kita

tentang dunia.30

Ibarat memakai kacamata, segala sesuatu yang kita

lihat adalah bagian dari dunia di sekeliling kita, tapi bagaimana kita

melihatnya ditentukan oleh kacamata yang kita pakai.31

Bagi Kant yang pertama kali harus dilakukan adalah

menganalisis secara kritis sumber pengetahuan manusia.32

Kant

menggunakan metode analitis yang kemudian membuka kemungkinan

lebih luas untuk membuat bangunan ilmu pengetahuan yang setepat-

tepatnya untuk menganalisis tidak hanya problem inti dari etika, tetapi

juga implikasinya terhadap sistem etika dalam ilmu pengetahuan dan

kehidupan sosial. 33

Metode analitis digunakan Kant untuk

menjelaskan bagaimana sesungguhnya akal kita bekerja.34

Metode Kant dinamakan metode kritis karena metode ini

memandang bahwa akal mempunyai kemampuan yang tinggi, namun

kemampuan akal ini ada batas-batasnya. Kant menamakan metodenya

dengan “metode transcendental” atau ada yang menyebut “idealism

transcendental” yakni suatu metode yang ingin membuktikan bahwa

ada pengetahuan yang tidak berasal dari pengalaman, yaitu

pengetahuan yang a priori.35

30

Jastein Gaarder, Sophie’s World. Alih bahasa: Rahmani Astuti. “Dunia

Sophie”, cet. 2, (Bandung Mizan, 1996), hal. 353. 31

Ibid., hal. 354. 32

M.Amin Abdullah , The Idea of Universality of Ethical Norms in Ghazali

and Kant, (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992), hal. 54. 33

Ibid., hal. 68. 34

Ibid., hal. 208. 35

Frederick Sj. Copleston. A History of Philosophy……. hal. 216-217.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

15

Dengan teorinya Kant ingin mempertahankan sifat objektifitas

ilmu. Agar maksud itu tercapai seseorang harus menghindarkan diri

dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.

Singkatnya Kant berpendapat bahwa ada dua jenis idea yakni

yang berasal dari perasaan (a posteriori) dan yang satunya berasal

dari pikiran (a priori). Keduanya tidak bisa dipisahkan dalam

pengetahuan manusia. Kant menegaskan salingketergantungan antara

perasaan dan pikiran: “pengertian tanpa konsep adalah buta dan

konsep tanpa pengertian adalah kosong/sia-sia”36

demikian Kant.

Kant mengambil jalan tengah antara cara berpikir kedua

aliran tersebut, dan ia menyebutnya dengan idealism transcendental.

Karena Kant menyebut sesuatu dalam dirinya sendiri dengan objek

transcendental atau noumenon. Transendental yang dimaksud adalah

dalam dasar semua pengalaman.37

Kant melukiskan idealism transcendental sebagai keyakinan

bahwa kita mempunyai pengetahuan hanya mengenai

“penampakan/penampilan” (fenomena) dan bukan mengenai “ benda

sebagaimana adanya” (noumena/thing in-itself). Atau dengan kata

lain penampilan diketahui melalui pengalaman, tetapi “bendanya

sendiri” tidak dapat diketahuisama sekali, sebabtidak ada sesuatu pun

yang dapat diketahui pikiran tanpa kita mengalaminya. Menurut Kant,

fenomena adalah benda sebagaimana kita alami sedangkan nomena

adalah benda dalam dirinya sendiri terlepas dari cara mereka dialami.

Tidak seperti fenomena, nomena tidak terletak dalam ruang dan

36

Mircea Eliade (ed. In chief ),The Encyclopedia of Religion….. hal. 248. 37

Diane Collinson ,Fifty Major Philosphers, alih bahasa: Ilzamuddin Ma’mur

dan Mufti Ali, “Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan” , (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001), hal.133.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

16

waktu, itu juga diberi sebagai objek dari perasaan. Dia adalah

realitassupersensible.38

Dalam idealisme transcendental ada dua bentuk pengertian

yang a priori yaitu ruang dan waktu.39

Ruang dan waktu dalam

konsepsi Kant adalah murni intuitif. Keduanya juga bukan konsep.40

Waktu dan ruang termasuk pada kondisi manusia. Ruang dan waktu

terutama adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik.41

Jadi kita tidak akn pernah bisa mengetahui realitas yang

sebenarnya tetapi hanya penampakannya saja. Sehingga kita

mempunyai pengetahuan noumena, tetapi itu pun bukan berarti kita

mengetahui dunia nomena karena tidak ada jalan untuk menentukan

kebenaran dan kepalsuannya. Ilmu pengetahuan hanya mampu

menjangkau dunia fenomena.42

Sumbangan terbesar yang diberikan

Kant pada filsafat adalah garis pembatas yang ditariknya antara benda

–benda itu sendiri das ding an sich dan benda-benda

sebagaimanayang tampak dimata kita.43

Kant menyatakan bahwa bukan hanya pikiran yang

menyesuaikan dengan segala sesuatu tapi segala sesuatu itu sendiri

38

`Mircea Aliade (ed. In chief), The Encyclopedia…..hal. 284.Lihat juga

Harold H. Titus, dkk., Living Issues in Philosophy………hal. 88. 39

Kaum empiris menganggap ruang dan waktu ini termasuk dalam

pengalaman. Kant menganggap ruang dan waktu itu ada di luar pengalaman. Karena

ruang dan waktu itu suatu keharusan dan juga berlaku umum. Ruang dan waktu tidak bisa

dihilangkan dalam hubungannya dengan sesuatu benda,meskipun ruang dan waktu

menyebabkan kemungkinan adanya pengalaman. Pengertian ruang tidak didapat dari

pengalaman, tetapi semua pengalaman ditentukan oleh ruang. Sehingga pengertian

tentang ruang adalah a priori. 40

Justus Hartnack. Kant’s Theory of Knowledge. (New York: Harcout,Brace &

World Inc., 1967), hal. 18-30. Lihat juga Bertrand Russel. History of Western Philosophy

and it’s Connection with………hal. 681. 41

Jostein Gaarder.Sophie’s World……. hal .355.

42

Mircea Eliade (ed. In chief). The Encyclopedia of Religion…….hal. 248. 43

Jastein Gaarder.Sophie’s World……. hal. 356

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

17

menyesuaikan diri dengan pikiran. Jadi sebelum Kant,filsafat lebih

dipandang sebagai sebuah proses berpikir dimana subjek (manusia)

mengarahkan diri pada objek (benda/dunia). Sejak Kant arah itu

diubah justru objeklah yang kini menghadirkan diri kepada subjek

untuk diproses menjadi pengetahuan. Sehingga perubahan ini

dinamakan Pemutarbalikkan Kopernikan.44

2. KONSEPSI KANT TENTANG TUHAN DAN KETUHANAN

a. Kewajiban dan Kehendak Bebas sebagai Dasar Tindakan

Filsafat moral Kant mempunyai tiga prinsip yakni prinsip

universalitas, seseorang harus bertindak menurut maksim sendiri

yang sekaligus maksim itu harus bersifat universal. Kedua

humanitas, manusia bukan merupakan alat melainkan tujuan.

Ketiga otonomi, tindakan moral harus datang dari diri sendiri.

Menurut Kant moralitas menyangkut hal baik dan buruk,

yakni apa yang baik pada dirinya sendiri, yang baik tanpa pembatas

sama sekali, yakni baik secara mutlak. Dan kebaikan seperti itu

hanyalah satu yakni kehendak baik. Seseorang berkehendak baik

kalau kehendak itu yang mau melakukan kewajiban meski harus

berhadapan dengan segala macam tarikan dan dorongan indrawi

dan alami.45

Ada tiga kemungkinan orang memenuhi kewajibannya.

Pertama Karena hal itu menguntungkan, karena merasa langsung

terdorong dalam hatinya atau memenuhi kewajiban demi

44

S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral: Ajaran Immanuel Kant….. hal. 27. 45

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 1997). hal.

143-144.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

18

kewajibannya itu. Dan menurut Kant hanya nomer tiga-lah

kehendak yang betul-betul moralis.Dua pertama disebut legalitas

dan terakhir disebut moralitas.46

Menurut Kant moralitas adalah hal keyakinan dan sikap

batin, bukan sekedar penyesuaian terhadap aturan dari

luar,(agama,Negara,dan adat istiadat). Kant memastikan bahwa

kriteria mutu moral, juga dihadapkan Tuhan, adalah kesetiaan

terhadap suatu hati sendiri. Jadi setiap orang berkewajiban

mengikuti hati nurani-nya.47

Untuk mengukur moralitas

seseorang, kita tidak boleh melihat pada hasil perbuatan. Hasil

perbuatan adalah baik tidakmebuktikan adanya kehendak yang

baik. Jadi perbuatan manusia menjadi baik karena kehendak

pelaku yang memahami bahwa perbuatan itu merupakan

kewajibannya. Kant menegaskan bahwa kehendak baik itu bukan

sekedar keinginan melainkan mencakup pengarahan semua sarana

yang perlu agar kehendak itu terlaksana.48

Menurut Kant, tiap manusia mempunyai akal praktis yaitu

kecerdasan yang memberi kita kemampuan untuk memahami apa

yang benar dan apa yang salah dan itu adalah kodrat sehingga kita

mempunyai akses pada hukum moral universal yang sama. Ia

mendahului setiap pengalaman, artinya tidak terikat pada situasi

46

Ibid., hlm. 144 lebih lanjut S.P. Lili Tjahjadi,Hukum Moral: Ajaran

Immanuel…… hal. 47-49. 47

S.P. Lili Tjahjadi,Hukum Moral: Ajaran Immanuel Kant…… hal. 11. 48

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika…… hal. 145.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

19

pilihan moral tertentu.49

Kant merumuskan hukum moral sebagai

suatu perintah pasti berlaku untuk semua situasi.

Kant sangat menekankan kewajiban yang ada dalam diri

manusia dalam bentuk yang tidak memaksa. Wajib ini merupakan

suatu perintah yang datang dari hati nurani manusia oleh karena itu

oleh Kant dikatakan sebagai sebuah imperatif. Manusia dapat

bertindak sesuai dengan imperatif kategoris berdasarkan otonomi

kehendak. Kant menjadikan ini sebagai prinsip dasar seluruh etika.

Seseoarang yang otonom adalah orang yang mempunyai

hukumnya sendiri dan menaati hukum yang dibuatnya sendiri.

Otonomi kehendak itu merupakan kemampuan untuk diatur oleh

budi (hati nurani).

Menurut Kant, moralitas berkaitan erat dengan tugas dan

kewajiban seseorang dan tergantung keberadaannya sebagai pelaku

bebas yang tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu. Hanya bahwa

seseorang memahami bahwa ia harus menaati hukum karena ada

kewajiban moral untuk melakukannya, dialah seorang yang

bermoral secara asli.50

Kant menyatakan dua dorongan utama bagi tindakan

manusia: kehendak dan kecenderungan. Kecenderungan berkaitan

dengan keinginan dan perasaan yang menjadi subjek dari hukum

sebab akibat dalam dunia fenomena, sedangkan kehendak adalah

fakultas rasional bagi tindakan moral. Kant menyebut dunia

49

Jastein Gaarder.Sophie’s World……. hal. 363. 50

William Raeper (ed.), A Bagginer’s Guide to Ideas………, hal. 198.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

20

nomenal sebagai domain kebebasan dan dunia fenomena sebagai

domain kebutuhan.51

Bertentangan dengan otonomi adalah

heteronomi yakni tindakan yang dilakukan karena adanya pengaruh

dari luar kehendak kita sendiri.

b. Imperatif Kategoris

Menurut Kant, kriteria kewajiban moral adalah imperatif

kategoris, yang berprinsip “bertindaklah semata-semata menurut

prinsip (maksim)52

yang dapat sekaligus kau kehendaki menjadi

hukum umum”.Kant memakaikata imperatif bukan bagi segala

macam permintaan atau komando, melainkan untuk

mengungkapkan sebuah keharusan (sollen). Perintah dalam arti ini

adalah rasional. Jadi perintah yang Kant maksud adalah hanyalah

perintah yang berdasarkan suatu keharusan objektif (kewajiban

universal). Imperatif ini juga disebut “prinsip penguniversalisasian

“.53

Karena penguniversalisasian iniciri hakiki dari kewajiban

moral.

Menurut Kant imperatif itu terbagi dua yakni Imperatif

Hipotesis dan Imperatif Kategoris. Imperatif hipotesis adalah

imperatif atau keharusan bersyarat, sedangkan imperatif kategoris

adalah keharusan yang tanpa syarat, melainkan mutlak, yang

51

Mircea Eliade (ed. In chief). The Encyclopedia of Religion…….hal. 248. 52

Maksim adalah suatu prinsip yang mendasari suatu perbuatan bersifat

personal. Oleh karena itu ia subjektif yang mendasri dan menyebabkan suatu objek

bertindak. Maksim adalah dasar saya dan dasar dia, sedangkan hukum berlaku bagi siapa

saja. Maksim adalah prinsip subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam

mengambil sikap-sikap dan tindakan –tindakan konkrit. Jadi maksim itu dapat baik dan

juga tidak baik. Maksim itu yang menjadi dasar penilaian moral terhadap orang lain.

Etika yang mendasarkan maksim memperhatikan hati nurani sebagai sumber perbuatan. 53

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika….. hal. 148.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

21

berlaku tanpa kekecualian, secara niscaya, berlaku dimana saja,

kapan saja dalam situasi apa saja.54

Sehingga apakah tindakan kita

baik atau tidak tergantung pada dasar tindakan kita apakah

imperatif kategoris atau imperatif hipotesis.55

Imperatif hipotesis

adalah suatu perbuatan itu relatif baik, apabila perbuatan itu

berhasil mencapai tujuan tertentu. Sedang impertif kategoris hanya

membicarakan bentuk perbuatan dan bukan akibat perbuatan itu.

Perintah kategoris semacam itu juga pada gilirannya

mengandaikan asumsi “maka bertindaklah terhadap manusia dalam

setiap hal sebagai tujuan,jangan hanya sebagai sarana”. Ini

merupakan cara lain untuk mengatakan “lakukanlah terhadap orang

lain seperti anda menghendaki mereka lakukan terhadap anda”.

Kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan dalam dirinya

sendiri,bukan hanya sebagai alat untuk mencapai apa yang kita

kehendaki.

Metode Kant adalah murni apriori yakni tanpa

mempergunakan data-data realitas, misalnya pandangan orang,

kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai budaya, lembaga-lembaga,

perkembangan sejarah, struktur sosial dan sebagainya. Jadi metode

Kant murni deduktif, tanpa perhatian kepada unsur-unsur empiris.

Menurut Kant, prinsip-prinsip moralitas tidak tergantung pada

pengalaman sama sekali.56

Dengan anggapan bahwa manusia dapat

bertindak sesuai dengan impertif kategoris, menurut Kant kehendak

54

Lebih detail lihat S.P. Lili Tjahjadi,Hukum Moral: Ajaran Immanuel

Kant…… hal. 49-50, 73-78. Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika…… hal.. 146-147. 55

Endang Daruni Asdi .Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Immanuel

Kant…… hal. 101. 56

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika…… hal. 142.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

22

manusia ini tentunya bebas secara transendental, dalam arti tidak

dikuasi oleh dorongan indera manusia.57

c. Argumen Moral tentang Eksistensi Tuhan

Argumen bagi eksistensi adanya Tuhan biasanya dibagi

menjadi dua argumen, argument a posteriori yang berprinsip

bahwa Tuhan bisa diketahui hanya oleh pemaknaan terhadap

pengalaman kita di dunia dan argumen a priori yang berprinsip

bahwa Tuhan bisa diketahui tidak tergantung pada pengalaman kita

di dunia, tetapi dengan merefleksikan dan memahami alam.58

Dalam pandangan klasik (sebelum Kant), paling tidak ada tiga59

argumen tentang adanya

Tuhan.Yakni argument antologis,60

kosmologis61

dan teleologis62

atau Kant menyebutnya sebagai argumen Physicotheological.63

57

Endang Daruni Asdi .Imperatif Kategoris dalam Filsafat Moral Immanuel

Kant…… hal. 75. 58

William L. Rowe, Philosophy of Religion: an Introduction, (California:

Wadsworth Publishing Company, 1993) hal. 16. 59

Ibid.,hal. 16-53.David Truelblood, Philosophy of Religion,alih

Bahasa:H.M.Rasjidi,” Filsafat Agama”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), hal. 49-52 Lihat

Harun Nasution ,Falsafat Agama…….hal. 51-67. Bandingkan dengan Stephen C. Evans,

Philosophy of Religion,(Illinois: InterVarsity Press, 1982), hal. 45-74. 60

Argumen ontologis dipelopori oleh Plato (428-384 SM) dengan teori

ideanya. Menurutnya tiap-tiap yang ada di ala mini mesti ada ideanya yakni definisi atau

konsep universal dari sesuatu. Idea inilah yang merupakan hakikat dari sesuatu itu. Idea-

idea berada dalam alam tersndirk yaitu alam idea. Benda-benda yang dapat ditangkap

dengan panca indra dan selalu berubah bukanlah benda-benda yang asli, bukan

hakikatnya tetapi hanya bayangannya. Benda-benda berwujud karena idea-idea yang

merupakan tujuan dan sebab dari wujud benda –benda. Idea-idea ini menyatu dalam

sebuah idea tertinggi yang diberi nama idea kebaikan ( the absolute Good, yang mutlak

baik) dan disebut Tuhan. Jadi alam bersumber dari sesuatu yang mutlak baik itu. Tokoh

selanjutnya adalah St. Agustinus (354-430 M) yang berpendapat bahwa manusia

mengetahui dari pengalamannya dalam hidup bahwa dalam ala mini ada kebenaran dan

diatas kebenaran ada suatu kebenaran tetap, kebenaran yang tidak berubah-ubah.

Kebenaran mutlak itulah yang disebut Tuhan. Tokoh yang lainnya adalah St. Anselm dari

Canterburry (1033-1109 M) yang berpendapat bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu

yang kebesarannya tidak dapat melebihi dan diatasi oleh sesuatu pun, yang maha

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

23

Argumen yang diajukan Kant sendiri disebut Argumen

Moral. Argumen ini yang terpenting dan terkuat. Menurut Kant,

ketiga argumen di atas mempunyai kelemahan dan tidak dapat

membawa pada keyakinan tentang adanya Tuhan.

Menurut Kant, imperative kategoris yang telah dijelaskan di

atas, idealnya membawa manusia pada kebahagiaan dan Kebaikan

Tertinggi (summum bonum).64

Tetapi dalam praktek kadang

terjadi kontradiksi. Dari kontradiksi itu lalu membawa pada

pandangan adanya kehidupan setelah dunia ini. Pada kehidupan

itulah perbuatan-perbuatan yang belum mendapat balasan baik dan

sempurna dan itu tiada lain adalah Tuhan. Tuhan tidak seperti pulau dan benda lainnya ia

adalah zat yang dibutuhkan. 61

Argumen Kosmologis (argument sebab akibat) yang berangkat dari

eksistensi alam atau kosmos. Argumen ini berpendapat bahwa alam adalah akibat pasti

adasebabnya. Zat yang menyebabkan ala mini tidak mungkin alam itu sehingga harus ada

zat yang sempurna yaitu Tuhan sebagai sebab utama. Dia adalah yang awal dan yang

akhir. Argumen kosmologis berasal dari Aristoteles (384-322 SM) yang pandangannya

kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1274 M). Ia berpendapat bahwa

eksistensi Tuhan bisa diketahui lewat rasio dengan 5 argumen yakni berdasarkan pada

sifat gerak alam, kausalitas, konsep kemungkinan dan kemestian, konsep gradasi dan

keteraturan dunia. 62

Argumen Teologis dalam banyak hal adalah juga argument kosmologi yang

sama-sama dimulai dengan eksisitensi kosmos, Teologis (telos berarti tujuan,teleologis

berarti serba tujuan) yaitu alam yang diatur menurut suatu tujuan tertenru. Ala mini dalam

keseluruhannya berevolusi dan beredar menuju suatui tujuan tertentu. Tokohnya adalah

William Paley (1743-1805) teologi inggris yang menganalogkan alam dengan jam. Begitu

juga dengan alam yang penuh dengan keteraturan. Dan di atas semua itu ada pencipta

yang maha kuasa, yakni Tuhan. Fakta bahwa alam ini muncul menunjukkan adanya

tujuan dan oleh karena itu harus ada perumus tujuan yang cerdas. 63

Paul Edwards (ed in chief), The Encyclopedia of Phiosophy, Vol IV, (New

York MacMillan, 1972), hlm. 316. Lihat juga Bertrand Russel, History of Western…..

hal. 682. 64

Penalaran moral menuntut bahwa seseorang diberi imbalan sesuai dengan

kebaikan atau keutamaan mereka. Tetapi di dalam hidup kita sehari-hari, orang-orang

baik atau saleh sering tidak sebahagia atau sesukses orang lain, maka ia mengatakan

harus ada eksistensi lain, di mana orang-orang yang melakukan kebajikan atau kejahatan

menerima imbalan mereka yang adil. Ini membawa Kant pada kesimpulan bahwa

eksistensi Allah dan keabadian merupakan ketetapan-ketetapan budi praktis. Jadi Allah

merupakan ketetapan perlu bagi adanya moralitas.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

24

sebaliknya akan mendapatkannya disana. Pembalasan itu tidak

datang begitu saja, akan tetapi mesti berasal dari suatu zat yang

Maha Adil dan itulah Tuhan. Jadi kalau akal memberi kebebasan

bagimanusia untuk percaya atau tidak pada adanya Tuhan, hati

sanubari memberi perintah kepadanya untuk percaya bahwa Tuhan

itu ada.65

Argumen itu dapat diurai sebagai berikut bahwa tanpa

adanya Tuhan tidak akan ada yang secara objektif mengikat

kewajiban moral. Bahwa ada yang secara objektif mengikat

kewajiban moral dan bahwa oleh karena itu ada Tuhan.66

Dalam pemikirannya mengenai eksistensi Tuhan, Kant

menekankan pentingnya suatu filsafat yang merangkum baik

perasaan maupun iman. Ia menulis: “Mutlak pentinglah untuk

meyakini eksistensi Allah,tidak sama pentingnya untuk

mendemonstrasikannya. Hal yang baik bahwa kita tidak

mengetahui, tetapi percaya, bahwa Allah ada”.67

Tapi menurut

Kant orang yang tidak percaya kepada Tuhan bukanlah immoral,

tetapi eksistensi Tuhan adalah suatu aksioma yang akan membuat

hidup kita menjadi hidup yang berarti.68

Menurut Kant, Allah tidak bisa dibuktikan oleh akal budi

murni. Namun mungkinlah mempercayainya atas dasar iman.69

Pandangan ini dimungkinkan karena Kant adalah protestan dan

sejak reformasi ajaran protestan selalu bercirikan oleh tekanannya

pada iman.70

Menurut Kant, tugas orang Kristen adalah

65

Harun Nasution,Falsafat Agama…….. hal. 54-55. 66

Stephen C. Evans, Philosophy of Religion…….. hal. 69. 67

William Raeper (ed.), A Bagginer’s Guide to Ideas………, hal. 197. 68

Endang Daruni Asdi, Imoeratif Kategoris dalam……… hal. 118. 69

Jostein Gaarder,Sophie’s World,……. hal. 360-361. 70

Ibid, hal. 360.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

25

menemukan Allah bagi diri mereka sendiri, melalui pilihan-pilihan

mereka sendiri, dan demi alasan praktis mereka sendiri. Otoritas

iman tidak berada di luar manusia, baik di dalam kitab suci ataupun

wahyu, melainkan di dalam diri orang yang percaya. Berbeda

dengan Marthin Luther yang mengatakan bahwa “orang tidak

berdiri di atas kitab suci dan menilainya, melainkan ia ada di

bawah kitab suci untuk mendengarkan dan menaatinya. Kant justru

menganjurkan agar kita berdiri di atas kitab suci dan menilainya

sendiri. Kita sendirilah yang memutuskan untuk memberikan

kepada kitab suci suatu otoritas atas diri kita.71

Dalam pandangan Kant, Tuhan tidak berdiri sebagai

kekuatan yang mempunyai hukum dan perintah tersendiri berbeda

dari hukum moral. Melaksanakan kehendak Tuhan juga berarti

melaksanakan tugas-tugas dari perintah moral. Menjadi religious

berarti menjadi moralis dan sebaliknya. Selama berkaitan dengan

tindakan manusia, moralitas dan agama secara fungsional identik

dan ini terangkum dalam statemen Kant bahwa agama dan Tuhan

adalah bagian dari moralitas.

Dalam pandangan Kant, kesalahan pemahaman terhadap

Tuhan sebelumnya karena bersifat eksternalisme yang

menganggap Tuhan seperti seseorang yang sangat kuat dan

membutuhkan pelayanan dan ketaan kita. Miskonsepsi inilah yang

pada gilirannya menjadikan agama-agama sebagai cultus externus

(agama-agama itu menentukan ketaatan mereka dengan

serangkaian kewajiban yang terdiri dari sembahyang, ritual,

71

Lihat William Raeper (ed.), A Bagginer’s Guide to Ideas………, hal. 196.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

26

pelayanan dan berbagai larangan dengan perantaraan iman).72

Kant

berpendapat bahwa cultus externus tidak menjadikan siapapun

memahami dengan benar Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna

dan di atas semua itu yang mempunyai kesempurnaan moral.

Menurut Kant, Tuhan tidak membutuhkan sembahyang kita untuk

menemukan apa yang kita butuhkan.73

Singkatnya cultus externus

tidak dapat memenuhi fungsi keagamaan sebagaimana mestinya.

Selanjutnya Kant menyebut “agama alami” untuk

menunjuk pandangannya tentang agama, karena ia dapat diperoleh

seluruhnya oleh pemikiran manusia, tidak membutuhkan wahyu.

Tetapi Kant menyatakan bahwa agama alami memelihara semua

cirri-ciri utama agama tradisional. Dalam pandangan Kant semua

cirri utamanya adalah atribut dan fungsi moral dari realitas

tertinggi sebagai pemberi hukuman, penentu kebijakan dan hakim

yang adil.74

Kant kurang menghargai praktek-praktek keagamaan

seperti berdoa, baik sendiri maupun jamaah. Tapi bukan berarti

Kant menolak gereja Kristen.75

Selanjutnya Kant menentang

pandangan bahwa hanya Kristen-lah yang merupakan agama

moral, sementara yang lain sebagai agama yang lain lebih rendah.76

Dalam bukunya Religion within the Limits of Reason Alone,

Kant menawarkan interpretasi moralnya terhadap dogma Kristen.

72

Mircea Eliade (ed. In chief), The Encyclopedia of Religion,…….., hal. 249. 73

Ibid., hal. 250. 74

Ibid., hal. 250. 75

Frederick S.J. Copleston, A History of Philosophy,……..,hal. 344. Baginya

gereja yang riil hanyalah merupakan perwujudan mengenai gereja yang tidak nampak dan

yang universal ini mungkin merupakan kumpulan semua roh manusia dalam kebajikan

untuk mengabdi secara moral kepada Tuhan. 76

Mircea Eliade (ed. In chief), The Encyclopedia of Religion,…….., hal. 250.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

27

Misalnya Kant menafsirkan inkarnasi Tuhan dalam Yesus bukan

sebagai keajaiban/mu’jizat dari perintah supernatural, tetapi

sebagai manifestasi dari ideal moral dan menurutnya dogma

Trinitas itu secara teoritis tidak dapat dipahami dan secara praktis

tidak berguna.77

Menurutnya, anak Tuhan itu sebagai model

praktek kita yang melekat sebagai esensial dalam semua manusia

dan semua manusia yang berusaha mencapai kesempurnaan moral

dapat disebut sebagai anak Allah.

Menurut Kant, moral tidak mengandaikan agama. Manusia

menerima adanya agama tidak karena manusia patuh kepada

perintah Tuhan. Moral mengantarkan manusia kepada agama

karena adanya harapan untuk bahagia yang diharapkan dapat

tercapai dengan pertolongan Tuhan.78

Jadi melalui pengertian

tentang Kebaikan Tertinggi, moralitas akan menuju ke pemahaman

agama. Jadi agama dijabarkan dari ketentuan-ketentuan duniawi.

Menurut Kant agama diartikan sebagai pengakuan

kewajiban-kewajiban kita sebagai perintah Ilahi. Jadi bagi Kant

agama pertama kali adalah soal moralitas, maka jelas bahwa

moralitas mendahului agama. Moralitas tidak mengandaikan

agama,malahan sebaliknya agamalah yang mengandalkan

moralitas.79

Jadi ada atau tidak ada agama, moralitas akan tetap

ada.Agama menurutnya semata-mata muncul dari ciri sosial tujuan

tertinggi manusia (yang mengandung aspek komunitas moral dan

hukum publik).80

77

Ibid,….hal. 250. 78

Endang Daruni Asdi, Imoeratif Kategoris dalam Filsafat ……… hal. 114. 79

S.P. Lili Tjahjadi,Hukum Moral: Ajaran Immanuel Kant…… hal. 56. 80

Ibid., hal. 58-59.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

28

Kant menolak pandangan bahwa wahyu mempunyai

otoritas untuk menemukan dan membuktikan kebenaran

supernatural yang tidak dapat dicapai oleh kecerdasan manusia.

Menurutnya wahyu adalah sebagai alat mempermudah manusia

untuk menemukan kebenaran sejati.81

Etika keagamaan menurut Kant adalah relatif yang pada

gilirannya tidak memungkinkan diuniversalkan. Etika agama bagi

Kant tidak diragukan lagi sebagai sumber moralitas, tetapi etika

keagamaan yang khusus tetap dalam partikularitasnyajika akal

tidak berfungsi secara penuh dan sebagaimana mestinya.82

Sehingga Kant menganjurkan supaya kita mempunyai perspektif

yang lebih luas dan universal, seorang yang beragama harus

mencerahkan dirinya sendiri dengan memberikan perhatian lebih

besar terhadap aspek rasio dari etika keagamaan. Dimensi

kausalitas dalam moralitas juga harus diakui agar membuat akal

manusia lebih aktif dalam menemukan esensi dari moralitas,

jangan hanya menunggu rahmat dari Tuhan.83

Kant menentang pandangan tradidional tentang rahmat.

Rahmat menurut Kant berarti pertolongan Tuhan yang

mensyaratkan kelemahan, ketergantungan dan heteronomy manusia.

Orang-orang pietist yang mempengaruhi Kant menekankan

kebutuhan yang besar akan rahmat dan cenderung menimbulkan

sikap pasiv dalam hidup. Kant menolak sifat pasif ini dan memuji

nilai positif dari usaha aktif dalam kehidupan moral. Namun

demikian menurut Kant, dia mengakui bahwa meskipun kita

81

Mircea Eliade (ed. In chief), The Encyclopedia of Religion,…….., hal. 250. 82

M. Amin Abdullah, The idea of Universality of Ethical……..hal. 189. 83

Ibid., hal. 190.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

29

melakukan usaha yang terbaik, tapi tidak mungkin memperoleh

kesempurnaan moral dalam hal ini Kant menyatakan bahwa kita bisa

berharap bahwa kehendak Tuhan yakni dalam kebaikan dan

kebijaksanaan-Nya, dapat mengisi kelemahan kita.84

Jadi menerima keberadaan Tuhan adalah tuntutan moral.85

Oleh karena itu Kant mempunyai kepercayaan yang besar terhadap

Tuhan, hanya kehadirannya di Gereja sangat terbatas pada hari-hari

besar agama saja.86

Kant memberikan nilai sedikit terhadap

praktek-praktek keagamaan misalnya terhadap ibadah baik public

maupun privat.87

E. KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN KANT

Ada banyak kritik yang telah dilontarkan terhadap pemikiran

Kant di atas. Misalnya bahwa pemikiran etika Kant tidak menolong

bila ada konflik kewajiban. Misalnya kewajiban mengatakan anda

harus membayar pajak anda tetapi bila anda percaya bahwa pajak

yang ada merugikan kaum miskin atau bahwa melanggar keadilan

manusiawi, anda menemukan konflik kewajiban. Kewajiban yang satu

terhadap hukum dan yan lain terhadap kemanusiaan. Maka mungkin

ada situasi di mana kita secara moral wajib tidak menaati kewajiban.88

Franz Magnis suseno menyatakan bahwa etika Kant bukan

tanpa problematika. Frederich Schiller dan Benjamin Constant

menuduh bahwa Kant jatuh ke dalam Riogorisme, artinya kekerasan

hukum yang tidak mengakui pengecualian terhadap prinsip moral

84

Mircea Eliade (ed. In chief), The Encyclopedia of Religion,…….., hal. 251. 85

Ian G. Barbour, Issue in Science and Religion…….. hal.76. 86

Endang Daruni Asdi, Imoeratif Kategoris ……… hal. 16. 87

M. Amin Abdullah, The idea of Universality of Ethical Norms……..hal. 150. 88

William Raeper (ed.), A Bagginer’s Guide to Ideas………, hal. 199.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

30

yakni bersikap keras dan kaku dalam bidang moral. Hegel mengkritik

bahwa Kant melepaskan moralitas dari lingkungan sosial, Scheler dan

Nicoli Hartmann menolak formalisme nya dan Scheler juga menuduh

bahwa etika Kant hanya memperhatikan sikap batin dan melalaikan

pelaksanaannya. Bahkan etika kewajiban Kant juga dianggap biang

keladi “ketaatan Prussia” yang menjadi ciri khas angkatan bersenjata

dan korps pegawai negara Prussia. Roberty Spaemen (Filosof Jerman)

bertitik tolak dari filsafat Plato dan memperlihatkan bahwa kesadaran

kewajiban dan kebahagiaan menyatu dalam cinta yang merupakan

puncak penghayatan etika. Sedang filsuf Irlandia, Alasdair Maclntyre

mangangkat kembali etika Aristoteles yang memperlihatkan bahwa

suatu etika di luar konteks suatu komunitas menjadi kosong.89

Kritik lain adalah bahwa imperative kategoris dalam rumusan

Kant bersifat formal dan tidak mampu menentukan apa yang menjadi

isi kewajiban kita. Itulah tuduhan formalisme, karena ia mencari

prinsip-prinsip moral yang baik atau yang jahat secara inheren, tanpa

memandang kepada keadaan.90

Menekankan kewajiban tanpa

menghubungkannya dengan nilai berarti mengosongkan moralitas dari

makna. Tapi Kant sendiri menyatakan bahwa nilai itu adalah

kebebasan atau otonomi. Di sinilah kemodernan Kant terlihat.

Baginya kebebasan adalah nilai tertinggi bagi manusia. Manusia

dihina apabila ia tunduk ataupun taat kepada suatu keharusan yang

tidak diyakininya sendiri. Itulah nilai inti Kant.91

Catatannya adalah

bahwa tidak semua prinsip yang dapat diuniversalisasikan merupakan

prinsip moral.

89

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika…… hal. 141-156. 90

Harold H.Titus, dkk., Living Issues in Philosophy……… hal. 150. 91

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika…… hal. 157.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

31

F. SUMBANGAN KANT BAGI FILSAFAT, AGAMA DAN

KEHIDUPAN SOSIAL

Dalam sistem etikanya Kant menempatkan manusia sebagai

subjek atau pelaku yang aktif, dinamis, kreatif dan otonom, tanpa

harus mengesampingkan nilai kedalaman religiusitas seseorang.

Rumusan seperti ini adalah rumusan yang unik dan sangat modern dan

mempunyai implikasi sosial yang sangat besar. Kant menurut Amin

Abdullah telah merubah pandangan yang dialektis-spekulatif kearah

praktis-konstruktif. Faktor manusia menjadi sangat krusial untuk

menemukan dan merumuskan hukum kausalitas lewat hasil kerja

keras tanpa kehilangan nuansa kedalaman nilai religiusnya.92

Adalah Kant yang memulai perjalanan intelektualnya dengan

terlebih dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya.

Filsafat sebelum kritisisme dianggap sebagai dogmatisme, sebab

filsafat itu percaya mentah-mentah pada kemampuan akal tanpa

penyelidikan terlebih dahulu.93

Sehingga sumbangan Kant sangat

besar terhadap bidang filsafat ilmu pengetahuan.

Arti paling dasar etika Kant adalah bahwa ia memasukkan ke

dalam filsafat moralsuatu model alternatif terhadap model etika

sebelumnya. Etika pra-Kant bersifat eudemonistic, yang mempunyai

92

M. Amin Abdullah, “Konsepsi Etika Ghazali dan Immanuel Kant: Kajian

Kritis Konsepsi Etika Mistik dan Rasional” dalam Al-Jami’ah,…….. hal.8. 93

Dogmatisme ialah filsafat yang mendasarkan pandangannya kepada

pengertian-pengertian yang telah ada tentang substansi, tuhan tanpa menghiraukan

apakah rasio telah memiliki pengertian tentang hakikatnya sendiri, luas dan batas

kemampuannya. Filsafat yang bersifat dogmatis menerima kebenaran-kebenaran asasi

agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja (taken for granted) tanpa

mempertanggungjawabkannya secara kritis S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral: Ajaran

Immanuel……… hal. 27.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

32

pertanyaan etika “bagaimana saya dapat bahagia dan bagaimana hidup

saya menjadi bermakna? (Aristotelian). Kant menyatakan bahwa

pertanyaan itu sendiri sudah salah. Meski wajar tapi pertanyaan itu

tidak mengenai inti permasalahan moral. Kant menuduh pertanyaan

itu menyeleweng dari hakikat moraitas.94

Mengusahakan kebahagiaan

bukan suatu yang buruk, tetapi pra moral!,95

demikian Kant.

Menurut Amin Abdullah konsepsi Kant tentang etika rasional

memiliki dua nilai strategis yakni: “Pertama ia mampu mendorong

pemikiran manusia untuk mempelajari fenomena alam, manusia dan

kehidupan sosial tanpa dibayangi oleh rintangan skeptifitas berupa

rintangan psikologi. Dan kedua ia mampu mengakui secara rendah

hati keterbatasan akal, sehingga ia mampu membuka pintu untuk

memberikan dalil eksistensi Tuhan dan keabadian jiwa”.96

Immanuel Kant sangat berperan dalam membentuk era

pemikiran baru pada awal abad ke 19. Rumusannya tentang fungsi

pure practical reason dalam kaitannya dengan dunia ide dan dunia

empiris sangat berharga dan memberi inspirasi yang kuat pada para

pemikir sosial berikutnya. Kant dapat menyusun teori tentang struktur

bangunan kehidupan etika manusia dengan bangunan yang kokoh.97

Para filosof Pencerahan tidak menolak gagasan tentang Tuhan,

yang mereka tolak adalah konsepsi Tuhan kaum ortodoks yang kejam,

94

Hakikat moralitas menurut Kant adalah kesadaran akan kewajiban,

kewajiban yang mutlak. Menurut Kant pertanyaan tentang kebahagiaan adalah masalah

kebijaksanaan, bukan moralitas. Lihat Franz Magnis Suseno,13 Tokoh Etika………. hal.

154. 95

Franz Magnis Suseno,13 Tokoh Etika………. hal. 155. 96

M. Amin Abdullah, The idea of Universality of Ethical Norms……..hal. 96.

97

M. Amin Abdullah, “Konsepsi Etika Ghazali dan Immanuel Kant: Kajian

Kritis Konsepsi Etika Mistik dan Rasional” dalam Al-Jami’ah,…….. hal.15.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

33

yang mengancam manusia dengan api neraka. Yang mereka tolak

adalah doktrin-doktrin misterius tentang Tuhan yang tidak dapat

diterima akal. Namun keyakinan mereka terhadap wujud tertinggi

tetap terjaga.98

Kant termasuk orang pertama di Barat yang meragukan

keabsahan bukti-bukti tradisional tentang Tuhan dan menunjukkan

bahwa semua itu tidak membuktikan apa-apa.

Diakui bahwa sejak masa Pencerahan ini terdapat gagasan

bahwa setiap orang harus menemukan Tuhannya dengan cara masing-

masing dan yang demikian ini berarti bahwa agama-agama yang

berbeda sama nilainya. Perbedaan yang ada sekedar menyangkut

keadaan lahiriah di dalam sejarah, sedangkan pada hakikatnya agama-

agama tersebut satu juta.99

Jadi ada konsep “kesatuan iman”.

Sumbangan lain adalah dengan filsafat kritisismenya Kant

bermaksud memugar sifat objektifitas dunia dan ilmu pengetahuan.100

Kant juga telah menyediakan pendekatan baru untuk mendamaikan

antara ilmu pengetahuan dan agama.101

Filsafat Kant adalah respon

terhadap sains dan agama yang menjadi persoalan epistimologis

terbesar saat itu. Bahkan dikatakan bahwa sejarah filsafat abad ke 19

sebagian besar merupakan sejarah pengolahan, pengembangan dan

pemahaman kembali ide-ide Kant.102

Kant dianggap sebagai filosof

modern terbesar.103

Dengan pemikirannya yang cemerlang itu, Kant disejajarkan

dengan plato dan Aristoteles sebagai seorang filosof paling penting

98

Karen Amstrong, A History of God: The 4000-Year Quest of…….hal. 403. 99

Bernard Delfgaauw, de Wijsbegeerte van de 20e EEUW. Alih bahasa:

Soejono Soemargono, “Filsafat Abad 20”. Yogyakarta: Tiara Wacana,1998), hal. 11. 100

Harun Hadiwijaya. Seri Sejarah Filsafat Barat 2…… hal. 65. 101

Ian G. Barbour, Issue in Science and Religion ……. hal. 74. 102

Endang Daruni Asdi, Imoeratif Kategoris dalam fisafat ……… hal. 16. 103

Bertrand Russel, History of Western Philosophy and it’s …… hal. 677.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

34

dalam kebudayaan Barat.104

Karyanya sangat orisinil dan

jangkauannya sangat luas.

G. PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi Tuhan

dan ketuhanan pada era pencerahan seperti juga peran utamanya

adalah bersifat rasional, Immanuel Kant sebagai salah satu tokoh era

Pencerahan yang sangat terinspirasi terpengaruh oleh suasana

sosial,politik, intelektual dan juga etos pada era Pencerahan yang

memiliki dua cirri utama yakni penghargaan terhadap akal dan

otonomi manusia sebagai individu. Semua itu menyebabkan Kant

mempunyai pemikiran yang cukup revolusioner dan unik pada

masanya.

Berakar dari pandangannya tentang struktur ilmu pengetahuan

yang berasal dari akal dan juga pengalaman, maka Kant menyusun

filsafat moral sebagai basis dari argument akan eksistensi Tuhan.

Menurut Kant Tuhan tidak dapat kita ketahui. Tuhan adalah prinsip

yang tertinggi dari semua usaha manusia dalam moral. Hanya

Tuhanlah yang dapat memberikan penghargaan atau hukuman atas

tindakan seseorang. Kepercayaan Kant kepada Tuhan adalah rasional

karena berdasar pada akal budi praktis yaitu kehendak baik untuk

bertindak sesuai dengan hukum moral. Melalui moral manusia

percaya kepada Tuhan.

Pandangan moral terhadap eksistensi Tuhan yang

meniscayakan adanya kewajiban universal dan otonomi manusia

untuk memilih mengikutinya atau tidak, mempunyai dampak yang

104

Diane Collinson, Fifty Major…... hal. 130.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

35

sangat signifikan bagi cara pandang manusia terhadap manusia yang

lain yang lebih humanis, perlakuan terhadap akal pikiran yang kritis

dan juga terhadap teks keagamaan dan agama itu sendiri. Pengaruh

Kant terhadap filsafat sangat besar. Ia menolak setiap usaha untuk

mengklaim suatu bentuk absolutisme pengetahuan yang berusaha

bebas dari pengalaman dan tekanannya pada keunggulan hati nurani

mempunyai pengaruh hebat terhadap filsafat Barat.

Wallahu A’lam bi as-sawab

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

36

DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bahtiar, Filsafat Agama 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997.

Bertrand Russel, History of Western Philosophy and it’s

Connection with political and Social Circumstances from Earliest times to

the Present day,London: George Allen & Unwim Ltd, 1961.

David Truelblood, Philosophy of Religion,alih bahasa:

H.M.Rasyidi,” Filsafat Agama”, Jakarta:Bulan Bintang, 1965.

Endang DaruniAsdi, Imperatif Kategoris dalam falsafat Moral

Immanuel Kant,Yogyakarta: Lukman Ofset, 1997.

Frederick Copleston SJ., A Histiry of Philosophy, London: Search

Press, 1960.

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta: Kanisius,

1997.

Harold Titus, dkk., Living Issues in Philosophy, alih bahasa:

H.M.Rasyidi, “ Persoalan-persoalan Filsafat”, Jakarta: Bulan Bintang,

1984.

Howard Curzer, Ethical Theory and Moral Problems, Canada:

Wadsworth Publishing Company, 1999.

Harun Hadiwijaya, Seri Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta:

Kanisius, 1980.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

37

Harun Nasution, Filsafat Agama, cet.5, Jakarta: Bulan Bintang,

1985.

Ian G Barbour, Issues in Science and Religion, New York: Harper

Torchbooks, 1996.

Immanuel Kant, Critique of Judgment, trans. J.H.Bernard, New

York: Hafner Press, 1951.

_____, Critique of pure Reason, trans. J.M.D. Meiklejohn, New

York: Prometheus Books, 1990.

_____, Religion Within the Limits of Reason Alone,trans. Theodore

M. Greene & Hoyt H. Hudson, New York: Harper & Row, 1960.

Jastein Gaarder, Sophie’s World, alih bahasa: Rahmani Astuti,

“Dunia Sophie”, cet. 2, Bandung: Mizan, 1996.

Justus Hartnack, Kant’s Theory of Knowledge, New York:

Harcout, Brace & World Inc., 1967.

Karen Armstrong, A History of God: The 4000-Year Quest of

Judaism, Christianity and Islam, alih bahasa: Zainul Am, Bandung:

Mizan, 2001.

M. Amin Abdullah, “Konsepsi Etika Ghazali dan Immanuel Kant:

Kajian Kritis Konsepsi Etika Mistik dan Rasional” dalam Al-Jami’ah, No.

45 Th. 1991.

_______, The Idea of Universality of Ethical Norms in Ghazali and

Kant, Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

38

Mircea Eliade, (ed. In chief) The Encyclopedia of Philosophy,

New York: Mac Millan, 1982, Jilid IV.

Paul Delfgaauw, de Wijsbegeerte van de 20e EEUW, alih bahasa:

Soejono Soemargono, “Filsafat Abad 20” , Yogyakarta: Tiara Wacana,

1998.

Paul Edwards, (ed. In chief) The Encyclopedia of Philosophy,

New York: Mac Millan, 1972, Jilid IV.

Robert Cummins and David Owen(ed), Central Reading in the

History of Modern Philosophy: Descartes to Kant, Kanada: Wadsworth

Publishing Company, 1999.

Stephen C Evans,., Philosophy of Religion,Illinois: Inter Varsity

Press, 1982.

S.P.Lili Tjahjadi, Hukum Moral:Ajaran Immanuel Kant tentang

Etika dan Imperatif Kategoris, Yogyakarta:Kanisius, 1991.

William Raeper, (ed.), A Begginer’s Guide to Ideas, alih bahasa:

P.Hardono Hadi, “Ide-ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang”,

Yogyakarta: Kanisius 2000.

William Rowe, Philosophy of Religion: an Introduction,

California: Wadsworth Publishing Company, 1993.