kelompok 7_sifat termal isolator kriogenik
DESCRIPTION
Isolator Termal KriogenikTRANSCRIPT
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sukirno, M.Eng
KELOMPOK 7
Kameliya Hani Millati (1206202034)
Kevin Stevanus Sembiring (1206244075)
Mubaher Sidiq (1306359414)
2014
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
1
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
Materi yang akan dibahas
Pemilihan isolator kriogenik untuk sistem insulasi kriogenik
Faktor utama efektivitas insulasi termal : konduktivitas termal dan emisivitas
B. Perpindahan Panas
1. Konduksi Padat
Konduksi padat pada sistem insulasi termal
Cara meminimalisir perpindahan kalor secara kodnuksi padat
Persamaan Fourier
2. Konduksi Gas
Konduksi gas pada sistem insulasi termal
Cara meminimalisir perpindahan kalor secara konduksi gas : penurunan tekanan gas, jalan
bebas rata-rata, void, densitas
3. Radiasi
Radiasi pada sistem insulasi termal
Persamaan Stefan-Boltzman
Persamaan Wien
Cara meminimalisir perpindahan kalor secara radiasi : emisivitas, absorptivitas, energi-panjang
gelombang
C. Insulasi Kriogenik
1. Vacuum Insulation
2. Foam Insulation
Fabrikasi foam insulation : polimer, gas pengisi, densitas, void
Mekanisme perpindahan kalor pada foam insulation
Pengaruh ukuran diameter sel rata-rata : void, densitas
Keuntungan foam insulation
Kerugian foam insulation : konduktivitas termal, koefisien ekspansi termal, difusi udara dan
uap air, pengvakuman gas residual
Penggunaan barrier pada foam insulation
3. Powder Insulation
Komponen utama powder insulation
Jenis powder insulation : evacuated dan nonevacuated
Konduktivitas termal pada powder insulation
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
2
a. Nonevacuated Insulation
Mekanisme nonevacuated insulation : konduksi, konveksi, radiasi
Keterbatasan nonevacuated insulation : gas pengisi, vapour barrier
Jenis vapour barrier
b. Evacuated Insulation
Mekanisme evacuated insulation : pengurangan tekanan gas residual
Suhu operasi evacuated insulation
1) Miscrosphere Insulation
Mekanisme microsphere insulation : packed hollow glass sphere, ukuran diameter,
emitansi film pelapis, resistansi konduktivitas termal, berat, kapasitas panas, laju
perpindahan panas
Perbandingan microsphere induslation dengan multi layer insulation
2) Opacified Insulation
Mekanisme opacified insulation : opacified logam, komposisi optimal
Konduktivitas termal pada opicifier insulation
Kerugian opacified insulation : perpindahan kalor secara konduksi padat
4. Multi Layer Insulation
Aplikasi Insulasi Kriogenik : Tangki Penyimpanan LNG
Kesimpulan
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hubungan Panjang Gelombang Terhadap Densitas Fluks Radiasi Spektral Pada Suhu Kriogenik
Grafik 2. Hubungan Emisivitas Terhadap Laju Perpindahan Kalor Per Unit Area Pada Suhu Kriogenik
Grafik 3. Hubungan Rasio Daerah Kontak Dalam Dan Luar Terhadap Laju Perpindahan Kalor Per Unit
Area
Grafik 4. Hubungan Diameter Sel Rata-Rata Terhadap Konduktivitas Termal Padasuhu Kriogenik
Grafik 5. Ekspansi Termal Pada Suhu Kriogenik
Grafik 6. Hubungan Waktu Pengvakuman Terhadap Konduktivitas Termal Pada Suhu Kriogenik
Grafik 7. Konduktivitas Termal Material Permeabel Pada Suhu Kriogenik
Grafik 8. Hubungan Tekanan Gas Residual Terhadap Konduktivitas Termal Pada Suhu Kriogenik
Grafik 9. Konduktivitas Termal Untuk Masing-Masing Jenis Insulasi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Emisivitas Logam Pada Suhu Kriogenik
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
3
Tabel 2. Densitas, Suhu Batas Permukaan, Tekanan Ruang Uji, dan Konduktivitas Foam Insulation pada
Suhu Kriogenik
Tabel 3. Perbandingan Performa, Rasio Konduktivitas Pararel dan Normal, Densitas, Konduktivitas
Termal, dan Kuat Tekan Microsphere terhadap Multilayer
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Flask Yang Dilengkapi Dengan Vacuum Insulation
Gambar 2. Vessel Yang Terbuat Dari Foam Plastik Untuk Suhu Kriogenik
Gambar 3. Multi Layer Insulation
Gambar 4. Struktur Tangki LNG
Gambar 5. Seksional Full Containment Tank LNG
Gambar 6. Struktur Isulasi Dan Sistem Proteksi Tangki Pada Sudut
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 1. Fourier
Persamaan 2. Stefan-Boltzman
Persamaan 3. Stefan-Boltzman Antarpermukaan
Persamaan 4. Wien Displacement
Persamaan 5. Laju Transfer Panas Radiasi Antarpermukaan
Persamaan 6. Faktor Emisivitas Radiasi Difusi untuk Silinder Konsentrik atau Bola
Persamaan 7. Laju Transfer Panas untuk N Silinder Konsentrik atau Bola
Persamaan 8. Konduktivitas Termal pada Penyekat dengan Tekanan Sangat Rendah
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
4
A. PENDAHULUAN
Pada makalah ini, akan dibahas tentang sistem insulasi pada suhu kriogenik sehingga dapat diketahui
sistem insulasi kriogenik yang menghasilkan efektivitas insulasi paling baik. Pemilihan isolator untuk
sistem insulasi tergantung pada faktor ekonomi, kemudahan, berat, kekerasan, volume, dan efektivitas
insulasi. Pada umunya, performa dari insulasi termal tergantung pada suhu dan emitansi batas permukaan,
densitas isolator, jenis dan tekanan gas yang terkandung didalamnya, kelembapan muatan, resistansi termal
goncangan, beban tekan yang diberikan, serta efek dari gerakan mekanik seperti vibrasi.
Faktor utama dari efektvitas insulasi termal adalah konduktivitas termal. Konduktivitas termal
didefinisikan sebagai laju perpindahan panas per unit area dibagi dengan gradien suhu yang menyebabkan
panas tersebut berpindah. Faktor penting lainnya adalah emisivitas. Emisivitas didefinisikan sebagai rasio
energi yang dipancarkan oleh material ke energi yang akan dipancarkan oleh suatu radiator sempurna
(perfect emitter, benda hitam) pada suhu absolut yang sama. Emisivitas berbeda dengan emitansi yang
merupakan perhitungan praktis dari emisi radiasi suatu material.
B. PERPINDAHAN PANAS
Selama proses pendinginan, kapasitas panas dari insulasi harus ditentukan. Panas dapat mengalir
melalui insulasi secara simultan melalui beberapa mekanisme berbeda sebagai berikut :
1. Konduksi Padat
Konduksi padat pada sistem insulasi terjadi pada partikel penyusun isolator yang saling bersentuhan
satu sama lain. Perpindahan kalor konduksi padat ini dapat diminimalisir dengan cara memutuskan aliran
panas dalam sistem insulasi. Pemutusan aliran panas ini dapat dilakukan dengan menggunakan partikel
halus atau serat halus (fiber) sehingga resistansi terhadap aliran panas terbentuk pada setiap permukaan
partikel penyusun isolator. Selain itu, daerah kontak antarpartikel juga berkurang menjadi titik kontak yang
resistansinya tergantung pada deformasi yang disebabkan oleh beban tekan pada sistem insulasi.
Konduktivitas termal dari sistem insulasi tidak dapat dihitung secara langsung (tidak seperti suhu,
densitas, dan sifat fisika lainnya) sehingga hanya dapat dihitung melalui percobaan menggunakan
persamaan Fourier sebagai berikut :
𝑄 = 𝑘𝐴𝑇1 − 𝑇2
𝐿 (1)
Dimana Q merupakan laju perpindahan kalor yang melalui material, k merupakan konduktivitas termal, A
merupakan luas daerah kontak, T merupakan suhu, dan L merupakan ketebalan sistem insulasi.
2. Konduksi Gas
Gas merupakan kontributor dominan aliran panas pada sistem insulasi karena menghasilkan kontak
termal yang bagus antarkomponen penyusun sistem insulasi. Perpindahan kalor konduksi gas ini dapat
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
5
diminimalisir dengan cara menghilangkan gas dari void dalam sistem insulasi (divakumkan) sehingga
menghasilkan konduktivitas termal yang kecil.
Sesuai dengan teori kinetik gas, konduktivitas termal dari suatu gas proposional dengan jalan bebas
rata-rata dari molekul-molekul dan densitas gas. Pada daerah tekanan atmosfer sampai sekitar 1 mmHg,
konduksi gas tidak tergantung pada tekanan. Sedangkan pada daerah di bawah beberapa mmHg, konduksi
gas tergantung pada tekanan. Penurunan tekanan gas menghasilkan kenaikan jalan bebas rata-rata, namun
jika diturunkan lebih lanjut maka jalan bebas rata-rata ini tidak lagi dipengaruhi oleh tekanan.
Densitas gas secara langsung proporsional terhadap tekanan dan akan terus menurun sebagai molekul
gas, dimana proses perpindahan panas secara langsung antarkomponen yang berdekatan tanpa
menyebabkan tabrakan dihilangkan. Semakin besar void antarkomponen insulasi, maka semakin rendah
tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai daerah dimana tekanan mempengaruhi konduksi gas. Ketika
derajat kevakuman sulit dicapai, maka void antarkomponen harus dibuat sekecil mungkin sehingga
konduksi gas berkurang secara bagus.
3. Radiasi
Radiasi pada sistem insulasi terjadi melalui void dalam sistem insulasi dan melalui komponen insulasi.
Laju perpindahan kalor dimana suatu permukaan mengemisikan radiasi termal diberikan oleh persamaan
Stefan-Boltzman sebagai berikut :
𝑞 = 𝜎𝑒𝐴𝑇4 (2)
Dimana e merupakan total emisivitas pada suhu T, A merupakan luas daerah kontak, dan 𝜎 merupakan
konstanta Boltzman (5.67 x 10-12 W/cm2K4). Sedangkan total energi radiasi antarpermukaan adalah sebagai
berikut :
𝑞 = 𝜎𝐸𝐴(𝑇14 − 𝑇2
4) (3)
Dimana subskrip 1 dan 2 merupakan suhu permukaan dingin dan panas, dan E merupakan faktor yang
mencakup dua emisivitas.
Pada suhu kriogenik, melalui eksperimen diperoleh sifat emisivitas sebagai berikut :
a. Reflektor yang bagus merupakan konduktor listrik yang bagus (misal tembaga, perak, emas, dan
aluminium);
b. Penurunan emisivitas disertai penurunan suhu;
c. Emisivitas dari reflektor yang bagus meningkat dengan adanya pengotor permukaan;
d. Memadukan logam (alloy) dengan refletivitas yang bagus akan meningkatkan emisivitas;
e. Emisivitas dapat ditingkatkan melalui perlakuan mekanik seperti hardening lapisan permukaan logam;
dan
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
6
f. Penampilan visual (kecerahan) tidak tergantung pada kekuatan refleksi pada panjang gelombang yang
panjang.
Berikut merupakan emisivitas dari beberapa logam pada suhu kriogenik :
Tabel 1. Emisivitas Logam Pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 450.
Perpindahan panas total melalui radiasi antarpermukaan tergantung pada dua kuantitas, yaitu emisivitas
dari permukaan hangat dan absorptivitas dari permukaan dingin yang memliki karakteristik distribusi
energi-panjang gelombang. Dua kuantitas tersebut sering didesain menjadi emisivitas. Berikut merupakan
distribusi energi-panjang gelombang pada suhu kriogenik :
Grafik 1. Hubungan Panjang Gelombang terhadap Densitas Fluks Radiasi Spektral Pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 452.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
7
Energi radiasi menurun secara drastis seiring dengan penurunan suhu, dimana panjang gelombang
untuk energi maksimal menjadi lebih besar dengan penurunan suhu. Panjang gelombang ini
direpreentasikan oleh persamaan Wien displacement sebagai berikut :
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠𝑇 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (4)
Dimana konstantanya merupakan 2898 m K. Berikut merupakan grafik yang dapat digunakan untuk
membuat pendekatan komputasi secara cepat pada perpindahan kalor secara radiasi :
Grafik 2. Hubungan Emisivitas terhadap Laju Perpindahan Kalor Per Unit Area Pada Suhu Kriogenik
Sumber : Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 453.
Grafik 3. Hubungan Rasio Daerah Kontak Dalam dan Luar terhadap Laju Perpindahan Kalor Per Unit
Area
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 454.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
8
C. INSULASI KRIOGENIK
Pada umumnya, insulasi kriogenik dibedakan menjadi 4 macam, yaitu vacuum insulation, foam
insulation, powder insulation, dan multi layer insulation.
a. Vacuum Insulation
Vacuum Insulation merupakan insulasi paling sederhana. Prinsip dari insulasi jenis ini adalah
menghilangkan materi atau benda yang dapat menghantarkan panas dari media bersuhu tinggi ke rendah.
Dengan prinsip ini, transfer panas melalui konduksi maupun konveksi dapat ditekan sekecil mungkin.
Ruang vacuum sendiri, dibuat dengan cara membuat media penyimpan cairan kriogenik (tangki) terdiri dua
lapisan/layer dimana udara yang terperangkap diantara dua layer di hisap semaksimal mungkin hingga
tercipta ruang vakum. Faktor tekanan yang berasal dari dalam maupun dari atmosfer membuat sistem ini
tidak layak di aplikasikan pada tanki skala besar. Insulasi ini biasanya digunakan untuk ukuran tangki skala
laboratorium. Gambar dari media penyimpanan dengan vacuum insulation yang biasa digunakan dalam
laboratorium ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar 1. Flask yang Dilengkapi dengan Vacuum Insulation.
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 448.
Secara teoritis, perpindahan panas melalui konduksi dan konveksi dapat diabaikan sehingga perpindahan
panas melalui radiasi adalah yang paling dominan dalam insulasi jenis ini. Laju transfer panas secara radiasi
antara dua permukaan dapat ditentukan dengan persamaan:
Q = Fe F1-2 A1 ( T24 – T1
4 ) (5)
Dimana merupakan konstanta Stefan – Boltzmann, Fe merupakan faktor emisitivitas, F1-2 merupakan
faktor konfigurasi, A1 merupakan luas area permukaan 1, dan T merupakan suhu absolut
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
9
Untuk tangki penyimpanan fluida kriogenik, dimana tangki dalamnya ditutupi secara keseluruhan
dengan tangki luar, maka F1-2 = 1, dimana subscript 1 menandakan permukaan yang ditutupi (tangki dalam)
dan subscript 2 menandakan permukaan yang menutupi (tangki luar). Faktor emisivitas untuk radiasi difusi
untuk silinder konsentrik atau spheres (bola) dapat dicari dengan :
1
22
1
1
111
eA
A
eFe (6)
Dimana e merupakan emisivitas dan adalah luas permukaan.
Untuk N silinder konsentrik atau bola, maka laju transfer panasnya adalah:
Q = Fe,0 ( TN4 – T1
4 ) (7)
Dimana TN merupakan suhu permukaan paling luar dan T1 adalah suhu permukaan paling dalam.
b. Foam Insulation
Gambar 2. Vessel yang Terbuat dari Foam Plastik untuk Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 478.
Foam insulation cryogenic seperti polistirena dan poliuretena diproduksi dengan ekspansi gas padatan
organik dan anorganik. Gas ekspansi yang paling umum digunakan adalah CO2 dan freon. Campuran padat-
gas ini membuat material densitas rendah (lebih rendah daripada powder insulation) dengan void yang
banyak sehingga menghasilkan perpindahan kalor oleh konduksi padat yang lebih kecil. Tetapi, foam
insulation menghasilkan jalur kontinu sehingga semakin besar panas yang dikonduksikan melalui material
daripada powder insulation yang memiliki daerah kontak sangat kecil (titik kontak).
Mekanisme perpindahan panas yang dominan adalah konduksi melalui gas intertisial, namun juga
terdapat sejumlah kecil perpindahan panas secara radiasi. Sama dengan powder insulation, jika ukuran void
dalam foam menurun sehingga hanya memungkinkan terjadinya konduksi gas molekular bebas, performa
insulasi secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Tetapi, peningkatan tersebut dapat memberikan hasil yang
sebaliknya terhadap nilai konduktivitas termal karena nilai ini juga tergantung pada densitas dan suhu rata-
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
10
rata insulasi. Berikut merupakan hubungan antara konduktivitas termal efektif rata-rata terhadap
peningkatan ukuran molekul poliuretena :
Grafik 4. Hubungan Diameter Sel Rata-Rata terhadap Konduktivitas Termal padaSuhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 479.
Keuntungan utama dari foam insulation adalah kemudahan fabrikasi, harga yang relatif murah, dan
struktur penyangga sendiri. Insulasi ini juga dapat difabrikasi menjadi lembaran fleksibel, foam pada lokasi
tertentu, atau foam pada bagian insulasi yang kaku. Struktur kekerasan insulasi ini tergantung pada sifat
mekanik dari material dasar penyusun foam serta ukuran dan konfigurasi jaringan seluler. Kemampuan ini
dapat mengeliminasi kebutuhan penyangga dari konduktivitas termal yang lebih bagus untuk bagian dalam
shell dari penyimpanan kriogenik.
Kerugian dari foam insulation adalah konduktivitas termal dan ekspansi termal yang lebih tinggi dari
isolator lainnya. Pada umumnya, koefisien ekspansi termal foam memiliki nilai dua sampai lima kali lebih
besar daripada aluminium serta empat sampai sepuluh kali lebih besar daripada baja. Hal ini menyebabkan
pada saat proses pendinginan dari suhu ruang sampai suhu kriogenik, foam akan lebih menciut daripada
isolator logam dan retak sehingga menyebabkan terbentuknya celah. Celah-celah ini dapat dimasuki oleh
udara dan uap air sehingga meningkatkan konduktivitas termal insulasi. Nilai dari koefisien ekspansi termal
isolator foam memiliki nilai yang linear pada rentang suhu kriogenik. Berikut merupakan nilai ekspansi
termal dari beberapa foam insulation :
Grafik 5. Ekspansi Termal pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 482.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
11
Apabila foam insulation sudah disimpan dalam waktu yang cukup lama, foaming gas (CO2 atau freon)
akan digantikan oleh udara sehingga memperlambat difusi dan mereduksi konduktivitas termal melalui
kondensasi gas. Hal ini dapat terjadi jika cairan yang ditampung adalah nitrogen. Tetapi, apabila foam
insulation dibiarkan dalam ruangan terbuka (atmosfer), maka foaming gas akan digantikan oleh gas
hidrogen dan helium sehingga meningkatkan konduktivitas termal insulasi. Oleh karena itu, pada
penggunaannya, foam insulation membutuhkan barrier pada bagian luarnya.
Berikut merupakan nilai konduktivtas termal dari beberapa foam insulation :
Tabel 2. Densitas, Suhu Batas Permukaan, Tekanan Ruang Uji, dan Konduktivitas Foam Insulation pada
Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 479.
Kerugian paling sering lainnya dari foam insulation adalah saat pengvakuman gas residual dari foam.
Walaupun penghilangan gas ekspansi dari void dalam foam meningkatkan konduktivitas termal, hal ini
sangat sulit dilakukan dan menghabiskan banyak waktu karena gas pengisi sel tertutup. Sebaliknya, sel
yang bersifat semipermeabel ini dapat menyebabkan gas atmosferik masuk seiring dengan waktu secara
difusi ke dalam sel sehingga menyebakan kenaikan konduktivitas termal. Berikut merupakan hubungan
antara waktu pengvakuman terhadap konduktivitas termal :
Grafik 6. Hubungan Waktu Pengvakuman terhadap Konduktivitas Termal pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 480.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
12
c. Powder Insulation
Komponen utama pada powder insulation adalah konduktivitas termal yang kecil, densitas yang kecil,
serta distribusi ukuran parikel untuk meminimalisir efek goncangan dan getaran. Powder dapat divakumkan
(evacuated powder) dan tidak divakumkan (nonevacuated powder, diisi gas). Pada umumnya, ukuran
partikel powder yang kecil membatasi perpindahan kalor konduksi gas dalam insulasi.
Ketika ruang insulasi diisi dengan powder yang memiliki densitas kecil (rasio yang besar dari volume
void gas pengisi terhadap volume material padat), diketahui bahwa konduktivitas termalnya mendekati
konduktivitas termal gas dimana perpindahan kalor secara konduksi padat melalui powder kecil. Selain itu,
keberadaan powder mencegah perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi.
a. Nonevacuated Insulation
Insulasi dengan gas-filled powder dapat dilakukan dengan cara mengurangi atau mengeleminasi
perpindahan kalor konveksi akibat kehadiran gas pada void yang kecil dalam material. Kehadiran partikel
padat juga mengurangi radiasi (biasanya sekitar 5% dari konduktivitas total) dan mencegah konduksi gas,
dengan demikian dapat dikatakan konduksi padat dan konduksi gas melalui void menjadi mekanisme
perpindahan kalor predominan.
Insulasi gass-filled powder memiliki keterbatasan, yaitu gas pengisi harus tidak reaktif dan sesuai
dengan material powder. Selain itu, dibutuhkan vapour barrier sekitar material packing untuk mencegah
difusi dari udara dan air ke dalam insulasi. Vapor barrier ini dapat berupa peghalang berupa struktural,
penghalang berupa membran, dan penghalang berupa lapisan. Berikut merupakan konduktivitas termal dari
beberapa nonevacuated insulation pada rentang suhu kriogenik :
Grafik 7. Konduktivitas Termal Material Permeabel pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 475.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
13
b. Evacuated Insulation
Salah satu cara untuk mengurangi konduktivitas termal dari gas-filled powder atau nonevacuated
adalah dengan mengurangi tekanan gas residualnya. Dampak dari penurunan tekanan gas residual adalah
sebagai berikut :
Grafik 8. Hubungan Tekanan Gas Residual terhadap Konduktivitas Termal pada Suhu Kriogenik
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 470.
Berdasarkan grafik di atas, terdapat tiga daerah yang memiliki kecendrungan ketergantungan konduktivitas
termal terhadap tekanan gas residual yang berbeda. Padapenurunan tekanan gas residual dari tekanan ruang
sampai dengan sekitar 1.3 x 10-3 Mpa, nilai konduktivitas termal cenderung tidak berubah. Dari tekanan 1.3
x 10-3 Mpa sampai dengan sekitar 1.3 x 10-6 Mpa, terdapat ketergantungan secara log-log linear
konduktivitas termal terhadap tekanan gas residual yang disebabkan oleh konduksi molekuler bebas.
Sedangkan pada penurunan tekanan gas residual lebih lanjut di bawah 1.3 x 10-6 Mpa, konduktivitas termal
menjadi tidak tergantung pada tekanan gas residual lagi dimana nilai tersebut tergantung hanya pada
mekanisme perpindahan kalo secara radiasi dan konduksi padat.
Pada umunya, evacuated powder bekerja pada suhu antara suhu ruang dan suhu nitrogen cair dimana
perpindahan kalor secara radiasi lebih besar daripada perpindahan kalor secara konduksi padat. Oleh karena
itu, pada rentang suhu ini, evacuated powder dapat bekerja secara optimal karena membatasi perpindahan
kalor secara radiasi. Sebaliknya, perpindahan kalor secara konduksi padat menjadi lebih besar daripada
perpindahan kalor secara radiasi di bawah suhu nitrogen cair. Oleh karena itu, digunakan vacuum insulation
untuk kondisi yang demikian.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
14
1) Microsphere Insulation
Performa dari insulasi termal yang bagus dapat diperoleh dengan menggunakan packed, hollow glass
spheres, dengan ukuran diamater 15 sampai 150 m dan bagian luarnya dilapisi oleh film yang memiliki
emitansi yang rendah. Hollow sphere yang pada umumnya memiliki ketebalan dinding 0.5 sampai 2.0 m,
pada dasarnya meningkatkan resistansi konduktivitas termal tetapi mengurangi kapasitas panas dan massa
terhadap partikel padat. Selain itu hollow microsphere memberikan berat yang lebih ringan dan kapasitas
panas yang lebih rendah daripada MLI (Multi Layer Insulation). Tetapi, laju perpindahan panas
microsphere insulation lebih besar dua sampai empat kali daripada MLI (Multi Layer Insulation).
Perbandingan antara microsphere dan MLI (Multi Layer Insulation) adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Perbandingan Performa, Rasio Konduktivitas Pararel dan Normal, Densitas, Konduktivitas
Termal, dan Kuat Tekan Microsphere terhadap Multilayer
Sumber : Flynn, Thomas M. 2005. Cryogenic Engineering SeconEdition Revised and Expanded. USA : Marcel Dekker. Halaman 474
2) Opacified Insulation
Dengan penambahan serpihan tembaga atau aluminium (opacifier logam) ke evacuated powder, maka
laju perpindahan kalor secara radiasi dapat berkurang secara signifikan. Kemampuan insulasi dari opacified
powder insulation mencapai optimal ketika powder mengandung sekitar 35% sampai dengan 50% berat
dari powder logam. Serpihan tembaga lebih sering digunakan karena aluminium memiliki panas
pembakaran yang besar dengan oksigen. Walaupun konduktivitas termal pada evacuated powder dapat
berkurang sampai dengan 80% dengan menggunakan opacifier logam, logam tersebut cenderung
mengendap seiring berjalannya waktu dan menyebabkan laju perpindahan kalor secara konduksi padat
meningkat.
d. Multi Layer Insulation
Insulasi jenis ini terdiri dari beberapa lapisan material yang memiliki kemampuan untuk memantulkan
panas, seperti aluminium foil, tembaga foil atau mylar dan material-material lain yang memiliki
konduktivitas yang sangat rendah seperti kertas, glass fabric, jaring nylon. Insulasi multilayer ini biasanya
bekerja dalam keadaan vakum agar lebih efektif. Gambar dari insulasi MLI ditunjukkan seperti pada
gambar seagai berikut :
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
15
Gambar 3. Multi layer insulation
Sumber : wikipedia.org
Multi layer insulation, mengurangi aliran panas baik secara konduksi, konveksi dan radiasi dengan cara
sebagai berikut :
a. Perpindahan panas secara radiasi berlawanan dengan banyaknya media pemantul dan berbanding lurus
dengan emisi bahan pelindung. Radiasi bisa dikurangi dengan lapisan material yang mempunyai emisi
yang rendah;
b. Konveksi dikurangi dengan cara memvakum tekanan dalam tangki sehingga jarak bebas rata-rata dari
molekul akan lebih besar daripada jarak antara lapisan penyekat. Pada aplikasi biasanya MLI dibuat
dalam package sehingga dapat mempermudah tahap instalasi; dan
c. Konduksi bisa dikurangi dengan menggunakan material yang mempunyai konduktivitas rendah dan
lapisan-lapisan dibuat setipis mungkin.
Untuk penyekat dengan tekanan yang sangat rendah, yaitu 0.13 MPa, panas ditransmisikan oleh radiasi
dan konduksi material pengisi ruang. Konduktivitas termal pada kondisi ini ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
h
c
h
ch
ctT
T
T
T
e
eTh
xNk 11
2/
122
(8)
Dimana N/x merupakan jumlah lapisan, hc merupakan konduktivitas bahan pengisi ruang, merupakan
konstanta Boltzman, e merupakan emisi lapisan pelindung, dan Th,Tc merupakan suhu bagian insulasi yang
panas dan dingin.
Dibandingkan dengan jenis insulasi yang lain, MLI merupakan tipe insulasi yang memilki
konduktivitas paling kecil yakni berkisar 1.10-5 – 1.10-4 W/m.K seperti yang ditunjukkan dalam grafik
sebagai berikut :
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
16
Grafik 9. Konduktivitas Termal untuk masing-masing jenis insulasi
Sumber : Fusion-magnetique.cea.fr
D. APLIKASI ISOLATOR TERMAL KRIOGENIK
LNG (Liquified Natural Gas) adalah gas alam yang dikondensasi menjadi liquid. Kandungan utama
dari LNG adalah metana dan sedikit etana, propane, butane. Pencairan LNG dilakukan pada suhu -160oC
dalam tekanan atmosferik. LNG dapat dihasilkan dengan cara sebagai berikut :
1. Menggunakan nitrogen cair sebagai pendingin
2. Mengekstraksi menggunakan LNG cold box/NRU
3. Menambahkan unit purifikasi, power liquefier pada system kriogenik LNG plant
LNG memiliki tangki khusus untuk menyimpannya sebab suhu LNG yang mencapai -162 o C
mengharuskan tangk tersebut tidak hanya menyimpan dengan aman melainkan juga menjaga agar suhu
LNG tepat pada semestinya. Inilah yang menjadi dasar penggunaan teknologi kriogenik dalam
mengonstruksi tangki penyimpanan LNG. Menurut BS7777, tangki LNG dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tipe yang berbeda.
Tangki jenis pertama adalah single containment tank yang didesain dengan memiliki lapisan luar dan
lapisan dalam tangki tetapi hanya bagian dalam tangki saja yang berkontak langsung dengan produk (LNG)
sehingga dibutuhkan sifat ductility pada temperature rendah.
Tangki jenis kedua adalah double containment tank, yaitu tangki LNG yang didesain dan
dikonstruksikan sedemikian sehingga kedua lapisan bagian dalam dan luar tangki dapat menampung cairan
dingin secara independen. Tamgki jenis ketiga adalah full containment tank. Perbedaan dari double
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
17
containment tank dan full containment tank adalah lapisan luar full containment tank didesain utnuk dapat
menyimpan liquid dinginnya dan juga dapat mengontrol buangan uap dari produk. Dari tiga jenis tangki
ini, full containment tank adalah tipe terbaru dan tercanggih. Tangki juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
elevasinya terhadap ground level : above-ground type, in-ground type,dan under-ground type.
Lapisan dalam tangki dibangun dengan 9% nikel steel dan lapisan luar terbuat dari semen dan semen
pre-stressed. Nikel steel 9% secara luas sudah digunakan sebagai material untuk lapisan dalam tangki
karena memiliki kekuatan dan ketangguhan yang cukup untuk kebutuhan kriogenik. Lapisan dalam tangki
juga memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran LNG. Di samping itu, lapisan luar beton
didesain untuk menahan berbagai macam tekanan luar termasuk tekanan seismic.
Material insulasi diletakkan pada bagian tengah antara lapisan luar dan lapisan dalam tangki untuk
melindungi penyimpanan LNG. Tangki penyimpanan yang digunakan bervariasi dengan kapasitas 60.000
m3 – 200.000 m3 serta berdiameter lebih dari 50 meter. Di antara bagian dalam dan luarnya dilapisi dengan
bahan kriogenik perlit sebagai insulasi untuk mencegah terjadinya perpindahan panas dari lingkungan ke
dalam tangki. Sifat konduktivitas termal perlit yang sangat rendah jika digunakan dalam kondisi kriogenik
secara efektif mampu menjaga suhu tangki tetap pada idealnya untuk menyimpan LNG.
Gambar 4. Struktur Tangki LNG
Sumber : Yang, Young-myung. 2006 Development of The World’s Largest Above-Ground Full Containmet LNG Storage Tank. Amsterdam :
23rd World Gas Conference.
Spesifikasi tangki LNG volume 200.000 m3.
Tank type : Full containment, above-ground
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
18
Inner tank : 9% nickel steel
Outer tank : Pre-stressed concrete
Roof : Concrete dome with suspended ceiling deck
Gross capacity : 200.000 m3
Design pressure : 29 kPa
Type of base : Brine heating system (BHS)
Diameter of inner : 84.0 m
Design liquid level : 36.22 m
Maximum operating level : 35.92 m
Height of inner tank : 37.61 m
Thickness of shell insulation : 1200 mm
Gambar 5. Seksional Full Containment Tank LNG
Sumber : Yang, Young-myung. 2006 Development of The World’s Largest Above-Ground Full Containmet LNG Storage Tank. Amsterdam :
23rd World Gas Conference.
LNG disimpan di lapisan dalam tangki nikel steel 9%. Boil-off rate ditentukan oleh system insulasi
pada tangki. Dalam kasus kebocoran LNG, liquid dapat memberikan tumbukan ke lapisan luar tangki.
Untuk mencegah hal itu maka dipasanglah pengaman pada sudut-sudut tangki di dalam lapisan permukaan
dinding beton dengan polyurethane foam coating. Beton di luar tangki akan melindungi lapisan dalam
tangki apabila terjadi keadaan darurat.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
19
Gambar 6. Struktur Isulasi dan Sistem Proteksi Tangki pada Sudut
Sumber : Yang, Young-myung. 2006 Development of The World’s Largest Above-Ground Full Containmet LNG Storage Tank. Amsterdam :
23rd World Gas Conference.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Faktor utama efektivitas insulasi termal pada suhu kriogenik adalah konduktivitas termal dan emisivitas
termal;
2. Mekanisme perpindahan panas yang dapat terjadi pada sistem insulasitermal adalah konduksi padat,
konduksi gas, dan radiasi;
3. Insulasi kriogenik dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu vacuum insulation, foam insulation,
powder insulation, dan multi layer insulation;
4. Vacuum insulation memiliki kelebihan mudah dalam analisis, namun hanya dapat digunakan untuk
skala laboratorium;
5. Foam insulation memiliki kelebihan mudah dalam fabrikasi, namun memiliki konduktivtas termal yang
paling tinggi diantara sistem insulasi lainnya karena gas pengisi mudah tergantikan oleh udara dan uap
air secara difusi sehingga diperlukan barrier;
6. Powder insulation memiliki kelebihan konduktivitas terma yang lebih kecil dibandingkan foam
insulation dengan ukuran partikel yang kecil sehingga void pada sistem insulasi semakin kecil;
7. Powder insulaion dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nonevacuated powder dan evacuated powder,
dimana pada nonevacuated powder masih terdapat gas pengisi sedangkan pada nonevacuated powder
sistem insulasi sudah divakumkan;
8. Evacuated powder dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu microsphere insulation dan opacified
insulation, dimana pada microsphere insulation digunakan partikel berukuran mikro sehingga
menghilangkan perpindahan panas secara konduksi gas, sedangkan pada opacified insulation
digunakan serpihan logam sehingga menghilangkan perpindahan panas secara radiasi dengan cara
memantulkan gelombang elektromagnetik;
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
20
9. Multi Layer Insulation memiliki kelebihan dapat menghilangkan ketiga jenis mekanisme perpindahan
panas yaitu konduksi padat dengan cara memilih jenis lapisan isolator dengan densitas yang kecil,
konduksi gas dengan cara divakumkan, dan radiasi dengan cara menumpuk beberapa jenis lapisan
isolator menjadi satu;
10. Dari keempat jenis sistem insulasi termal pada suhu kriogenik yang telah dijelaskan dalam makalah ini,
jenis yang menghasilkan efektivitas insulasi termal terburuk adalah foam insulation, sedangkan jenis
yang menghasilkan efektivitas insulasi termal terbaik adalah Multi Layer Insulastion (MLI); dan
11. Salah satu aplikasi penggunaan isolator kriogenik adalah pada tangki penyimpanan LNG yang terdiri
dari lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar tersusun dari 9% baja-nikel dan beton,sedangkan
lapisan dalam tersusun dari isolator kriogenik seperti perlit dan polyurethane foam coating.
DAFTAR PUSTAKA
Barron, Randall F. 1999. “Cryogenic Heat Transfer”. USA : Taylor & Francis;
Flynn, Thomas M. 2005. “Cryogenic Engineering Second Edition Revised and Expanded”. USA : Marcel
Dekker; dan
Flynn, Thomas M. dan Timmerhaus, Klaus D. 1989. “Cryogenic Process Engineering”. New York :
Springer.
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
21
LAMPIRAN
Vacuum Insulation Foam Insulation
Powder Insulation
Opacified Insulation Microsphere Insulation
SISTEM INSULASI TERMAL KRIOGENIK | KELOMPOK 7 / DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA
22
Fabrikasi Foam Insulation
Foam Insulation pada Kapal LNG
Void pada Sistem Insulasi