kreativitas guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung
TRANSCRIPT
Copyright ©2019; REDOMINATE | 37
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B melalui Permainan Congklak
Eny Suprihatin
1, Merci Padaela
2
1, 2 Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Terpadu PESAT Salatiga
Abstract
Play and games are an inseparable part of the learning process to develop early childhood skills.
Knowledge of arithmetic can be delivered to early childhood, ages 5-6 years, by playing a game.
The game is a game of congklak. Congklak is a traditional game that has the benefit of stimulating
fine motor skills, and training the child's concentration. Research on Teacher Creativity in
Improving Counting Ability of Group B Through the Congklak Game in the Integrated Mahanaim
Christian Kindergarten, using the Classroom Action Research methodology. The research model
used is the Kurt Lewin model. Four stages are carried out: planning, implementing, observing and
reflecting. From the four cycles carried out the results are: of the 20 subjects studied the average
achievement value was 6.6. 15 children in the high achievement category, 2 children in the moderate
category, and 3 children in the low achievement category. Based on initial observations, it was
concluded that there was a significant increase in numeracy skills.
Keywords: Congklak games; early age; numeracy skills; teacher creativity
Abstrak
Bermain dan permainan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran untuk
menumbuh kembangkan keterampilan anak usia dini. Pengetahuan berhitung dapat disampaikan
kepada anak usia dini, usia 5-6 tahun, dengan memainkan suatu permainan. Permainan yang
dimaksud adalah permainan congklak. Congklak merupakan permainan tradisional yang memiliki
manfaat menstimulasi kemampuan motorik halus, dan melatih daya kosentrasi anak. Penelitian
tentang Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B Melalui
Permainan Congklak di TK Kristen Mahanaim Terpadu, menggunakan metodologi Penelitian
Tindakan Kelas. Model PTK menurut Kurt Lewin. Empat tahapan yang dijalankan: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dari empat siklus yang dilaksanakan hasilnya adalah: dari 20
subjek yang diteliti rata-rata nilai pencapaian adalah 6,6. 15 anak masuk kategori pencapaian tinggi,
2 anak masuk kategori cukup, dan 3 anak masuk kategori pencapaian kurang. Berdasar observasi
awal maka disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung yang signifikan.
Kata kunci: kemampuan berhitung; kreativitas guru; permainan congklak; usia dini
PENDAHULUAN
Usia dini identik dengaacn bermain dan permainan. Cara anak usia dini belajar adalah
dengan bermain. Bermain merupakan sarana penting perkembangan anak karena dalam
bermain anak dapat memuaskan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif,
kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup bermasyarakat (Novi Mulyani: 2016).
Vol 1, No 1, Desember 2019 (37-48) Available at: http://sttkerussoindonesia.ac.id/e-journal/index.php/redominate
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 38
Parten seperti dikutip Mulyani mengatakan, “kegiatan bermain juga dapat membuat anak
melupakan sesuatu yang membosankan dan mendorong anak bereksplorasi, bereksperimen,
berinisiatif serta berkreasi (Mulyani:2016).”
Pengetahuan berhitung dapat disampaikan kepada anak usia dini, dalam hal ini usia 5-6
tahun, dengan memainkan suatu permainan. Permainan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah permainan congklak. Congklak adalah salah satu permainan tradisional atau
permainan rakyat yang memiliki manfaat menstimulasi kemampuan motorik halus, dan
melatih daya kosentrasi anak. Congklak permainan yang mengasyikkan, bahan
permainannya dapat dengan mudah didapat di lingkungan sekitar. Dapat mengasah
kecerdasan logika matematika serta mempermudah anak meningkatkan kemampuan
berhitung. Dari segi perkembangan kognitif, anak usia 5-6 tahun masuk fase praoperasional.
Anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak
hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan
melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Jadi, anak sudah dapat berpikir menggunakan
simbol-simbol melalui bermain.
Dalam pendidikan formal untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak tidak lepas
peran seorang guru. Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan (Syafrudin Nurdin: 2005). Guru sebagai pendidik dapat membantu
mengembangkan potensi atau kemampuan anak secara optimal. Oleh karena itu dibutuhkan
guru yang kreatif. Guru kreatif adalah guru yang mampu mengajar dan membimbing anak
dengan berbagai cara dan metode serta kreativitas.
Ada beberapa alasan Taman Kanak-Kanak Kristen Mahanaim Terpadu dijadikan tempat
penelitian. Pertama, masih banyak anak yang belum bisa berhitung. Kedua, ada anak bisa
berhitung tetapi belum berurutan. Ketiga, guru monoton dalam mengajar dan berfokus pada
papan tulis, jarang menggunakan alat peraga dalam mengajarkan pelajaran berhitung
sehingga membuat bosan. Keempat, tuntutan orang tua anak harus bisa berhitung. Dari
beberapa fakta yang ada peneliti mengupayakan kreasi dalam mengajar berhitung dengan
memanfaatkan permainan congklak.
Permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: bagaimana tingkat
kemampuan berhitung anak TK kelompok B? Bagaimana kreativitas guru dalam
menerapkan permainan congklak untuk menaikkan kemampuan berhitung anak? bagaimana
hasil kreativitas guru menerapkan permainan congklak sebagai upaya menaikkan
kemampuan berhitung anak kelompok B di TK Kristen Mahanaim Terpadu? Tujuan
penelitian ini adalah: pertama, mendeskripsikan tingkat kemampuan berhitung anak
kelompok B. Kedua, mendeskripsikan kreativitas guru dalam menerapkan permainan
congklak untuk menaikkan kemampuan berhitung anak. Ketiga, mendeskripsikan hasil
kreativitas guru menerapkan permainan congklak sebagai upaya menaikkan kemampuan
berhitung anak kelompok B di TK Kristen Mahanaim Terpadu.
KAJIAN PUSTAKA
Hal-hal yang akan menjadi bahasan dalam tinjauan teori sebagai dasar penelitian ini adalah:
kemampuan berhitung, kreativitas guru, dan permainan congklak. Kemampuan berhitung
REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)
Copyright ©2019; REDOMINATE | 39
merupakan frasa atau kelompok kata yang terdiri atas kata kemampuan dan berhitung.
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kecakapan, kekuatan berusaha dengan
diri sendiri, kekayaan karena sudah memadai.1 Berhitung berasal dari kata hitung yang
berarti mengerjakan hitungan yang meliputi: menjumlahkan, mengurangi, mengalikan,
membagi, memperbanyak, dan sebagainya.2 Kesimpulan dari kemampuan berhitung secara
pengertian frasa adalah sebuah kecakapan atau kekuatan yang diperoleh dengan usaha
sendiri dalam mengerjakan kegiatan hitungan. Kemampuan berhitung yang dimaksud adalah
kemampuan berhitung pada kelompok B TK Kristen Mahanaim Terpadu, Desa Buo,
Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Menurut Sumadi Suryabrata, kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan
individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitik beratkan pada latihan dan
performance atau apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan
tertentu.3 Kemampuan dibutuhkan oleh semua orang. Tanpa kemampuan seseorang tidak
akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu. Masih menurut Sumadi
yang dikutip dari pendapat Woodworth dan Marquis definisi ability (kemampuan) ada tiga
arti. Pertama, Achievement. Merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan
alat atau test tertentu. Kedua, Capacity merupakan potensial ability yang dapat diukur secara
tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan
berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan pengalaman.
Ketiga, Atitude. Kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang
sengaja dibuat untuk hal tersebut.4 Kesimpulan tentang kemampuan menurut semua definisi
di atas adalah kapasitas seseorang yang dapat diukur dan ditingkatkan dengan pelatihan,
pengalaman dan tes khusus yang sengaja dibuat untuk mengukurnya.
Mengenai berhitung dapat dijabarkan sebagai berikut: berhitung merupakan bagian dari
komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan. Berhitung sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari anak. Abdurrahman mengutip pendapat Dali S.Naga, mengatakan:
berhitung atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-
hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.5 Sementara menurut pendapat Sriningsih yang dikutip Marsudi
Raharjo berkaitan dengan kegiatan berhitung. Dikatakan bahwa, kegiatan berhitung anak
usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta.
Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret.
Pada usia empat tahun anak dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh sedangkan
usia lima sampai enam tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.6
Dapat
disimpulkan bahwa berhitung merupakan hal yang berhubungan dengan matematika.
1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: 2003), hal.311.
2 Ibid., hal 405.
3Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:1998), hal 160.
4 Ibid.
5Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: 2003), hal. 253.
6 Marsudi Raharjo, Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di SD
(Jakarta: 2009), hal. 52.
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 40
Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk dikembangkan
dalam hal berhitung.
Mengingat pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka perlu diajarkan sejak
dini. Dengan metode yang tepat dan sesuai tugas perkembangan peserta didik. Secara
sederhana, mudah dimengerti, dilakukan dalam suasana kondusif dan menyenangkan, maka
otak akan terlatih, terus berkembang sehingga peserta didik dapat menguasai dan bahkan
menyenangi matematika.7
Kajian tentang permainan Congklak. Berikut akan diterangkan hal-hal yang berkaitan
dengan media permainan yang dipakai dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung anak
yaitu Congklak. Bermain dan permainan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
proses pembelajaran untuk menumbuh kembangkan keterampilan anak usia dini. Bagi anak
usia dini bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial, tidak bisa digantikan
oleh kegiatan atau aktivitas lain karena merupakan kebutuhan paling mendasar saat anak
berinteraksi dengan dunia sekitarnya.8
Secara historis menurut Murray permainan tradisional congklak berasal dari negara
Arab. Permainan tradisional congklak telah lama dikenal dengan nama Mancala. Mancala
sendiri berasal dari bahasa Arab Naqala yang artinya bergerak. Sedangkan di daerah Afrika,
permainan tradisional congklak sering disebut dengan Wari. Nama ini mengacu pada bagian
yang cekung pada papan congklak yang disebut juga Awari berarti rumah. Permainan
tradisional congklak menyebar ke Asia melalui perdagangan budak yang dilakukan oleh
pedagang Afrika di kepulauan Karibia sekitar abad ke-17.9 Seturut perkembangan zaman dan
teknologi pada 1994, Sastro Adiwibowo menciptakan permainan congklak digital versi MS-
Dos yang diberi nama Dakon Master.10
Permainan congklak menggunakan papan congklak yang terdapat 16 lubang untuk
menyimpan biji congklak. Keenam belas lubang saling berhadapan dan dua lubang besar di
kedua sisinya.11
Permainan ini membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak yang
digunakan adalah cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, dan kelereng. Sekarang lebih
disesuaikan dengan kondisi setempat/kontekstual. Dua lubang besar tersebut merupakan
milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang dikumpulkannya. Dua
lubang tersebut biasanya kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi tujuh biji congklak.12
Pada saat anak memainkan permainan congklak, terdapat aspek-aspek di dalam dirinya yang
berkembang. Aspek-aspek tersebut adalah: kemampuan motorik halus, kesabaran dan
ketelitian (emosional), jiwa sportivitas, kemampuan menganalisa (kognitif), kemampuan
sosialisasi dan terjadi kontak sosial.13
7 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya (Jakarta: 2011),
99. 8 Nani Mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia (Yogyakarta: 2016), hal.25.
9 Ibid., 28.
10https://media.neliti.com/media/publications/60417-ID-semantika-dalam-perkembangan-desain-
prod.pdf diakses 08 juli 2018 pukul 12:20 11
Nani Mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia, 66 – 67 12
Ibid., 67 13
Ibid., 70 - 71
REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)
Copyright ©2019; REDOMINATE | 41
Kajian tentang guru kreatif dan kreativitas guru. Kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,
yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.14
Momon Sudarma mengutip per-
nyataan Basuki, kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu yang tercermin dari
kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.15
Senada dengan dua pendapat di atas
diungkapkan oleh Utami Munandar, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
kebaruan, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah.16
Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan
menemukan ide-ide baru baik gagasan maupun karya nyata untuk memecahkan suatu
masalah serta kemampuan menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru bukan berarti
mencipta sesuatu yang belum ada. Mencipta yang dimaksud adalah mengelola media yang
sudah ada menjadi bermanfaat. Dalam hubungan dengan penelitian ini, guru berkreasi
menggunakan permainan congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak
kelompok TK B. Unsur kebaruannya terletak pada penggunaan media permainan untuk
menarik minat belajar anak, setelah selama ini guru hanya menulis di papan tulis untuk
menerangkan dan menunjukkan bilangan-bilangan kepada anak.
Menurut Slameto pada hakikatnya pengertian kreativitas berhubungan dengan sesuatu,
mengenai menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.17
Kreativitas juga tentang modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan
kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.18
Barron seperti dikutip oleh Ngalimun,dkk mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan Guilford mengacu pada kemampuan yang
menandai seorang memiliki kreativitas.19
Sun mengutip pernyataan John Adair, kreativitas
adalah daya pikir yang memungkinkan seseorang untuk mengadakan sesuatu yang memiliki
kegunaan atau arti penting dari sesuatu yang kelihatannya tidak ada.20
Kreativitas yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kreativitas seorang guru dalam meningkatkan
kemampuan berhitung anak dengan metode yang baru yang belum pernah diajarkan kepada
anak oleh guru sebelumnya.
METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memerbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
meningkat.21
Pendapat Suhardjono yang dikutip oleh Johni Dimyati menyatakan penelitian
14
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar(Jakarta: 2013), 99. 15
Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif(Jakarta: 2013), 20. 16
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat(Jakarta : 2009), 25. 17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: 2009), 25. 18
Conny R.Semiawan, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah (Jakarta: 2009), 44. 19
Ngalimun,dkk. Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas (Yogyakarta, 2013),44. 20
Peng Khen Sun, The Power Of Creativity( Yogyakarta, 2010), 5. 21
Zainal Aqib,ed, Penelitian Tindakan Kelas(Bandung:2008), 3.
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 42
tindakan kelas sebagai penelitian yang langsung menerapkan perlakuan dengan hati-hati,
seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.22
Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas menurut beberapa pendapat di atas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat guru mengajar untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model Kurt Levin. Siklus Kurt
Levin terdiri atas empat langkah yakni: Perencanaan /Planning, Aksi atau Tindakan/Acting,
Observasi/Observation, Refleksi/Reflecting.23
Siklus model Kurt Lewin digambarkan:
Pelaksanaan tindakan kelas akan dimulai dengan siklus pertama yang terdiri empat tahapan:
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melakukan analisa data, akan
dilakukan siklus kedua dengan pola yang sama dan akan terus berlangsung sampai siklus
yang telah ditentukan.
Tahap pelaksanaan perencanaan. Dalam tahap perencanaan disusun rencana kerja
penelitian dengan memberi penjelasan tentang apa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan akan dilakukan. Langkah awal sebelum dilakukan penelitian,
dipersiapkan Rencana Proses Pembelajaran Harian (RPPH), yang memuat rencana
pelaksanaan materi pembelajaran, membuat atau menyediakan media pembelajaran yaitu
congklak, mengalokasikan waktu, menyiapkan lembar observasi guru mengajar dan lembar
observasi kemampuan berhitung, dan menyiapkan bentuk permainan yang akan digunakan
yaitu permainan congklak.
Tahap pelaksanaan tindakan. Melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan guru harus berusaha semaksimal mungkin
merealisasikan semua yang telah direncanakan. Guru harus bersikap wajar dan jangan
terkesan dibuat-buat.24
Tahapan observasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan
terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan siswa dan juga mengisi lembar observasi
yang telah disediakan. Berikut adalah indikator observasi untuk setiap subjek penelitian.
22
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya(Jakarta: 2013), 118 23
Ibid., 125. 24
Ibid., 126
Acting
Planning Observation
Reflecting
Siklus
REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)
Copyright ©2019; REDOMINATE | 43
Indikator observasi
No. Pernyataan
1. Anak mampu bermain congklak.
2. Anak mampu membilang/ menyebut urutan bilangan.
3. Anak mampu membilang dengan menunjuk biji
congklak yang ada dalam lubang papan congklak.
4. Anak mampu membuat urutan bilangan dengan biji
congklak.
5. Anak dapat membedakan dua kumpulan biji congklak
yang sama dan yang tidak sama jumlahnya.
6. Anak dapat membuat dua kumpulan biji congklak yang
sama dan yang tidak sama jumlahnya.
7. Anak dapat membedakan dua kumpulan biji congklak
yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.
8. Anak mampu membuat dua kumpulan biji congklak
yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.
Ketentuan Penilaian
Skor Keterangan
0 – 3 Rendah
4 – 6 Cukup
7 – 8 Tinggi
Keterangan skor:
0 – 3 dengan kategori rendah yaitu kemampuan anak dalam berhitung.
4 – 6 dengan kategori cukup yaitu kemampuan anak dalam berhitung.
7 – 8 dengan kategori tinggi yaitu kemampuan anak dalam berhitung.
Tahapan refleksi. Pada tahap ini memerhatikan hasil observasi dan menjadikannya sebagai
bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus pembelajaran berikutnya. Refleksi untuk
melihat apakah siklus sudah dilakukan dengan baik atau belum dan kekurangan apa yang
terjadi. Hasil refleksi dijadikan pertimbangan perbaikan pada tahap pembelajaran
selanjutnya. Variabel penelitian ada tiga yaitu: kreativitas guru, kemampuan berhitung dan
permainan congklak. Variabel kreativitas guru sebagai variabel X1, permainan congklak
sebagai variabel X2 dan kemampuan berhitung sebagai variabel Y.
Dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Variabel Penelitian
Kreativitas
Guru Variabel X1
Permainan
Congklak Variabel X2
Kemampuan Berhitung
Variabel Y
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 44
Kreativitas guru ditetapkan sebagai variabel X1 untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
kreativitas guru dalam mengembangkan kemampuan berhitung. Permainan congklak
ditetapkan sebagai variabel X2 untuk mengetahui sejauh mana pengaruh permainan
congklak terhadap pengembangan kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung ditetapkan
sebagai variabel Y adalah untuk mengetahui kemampuan anak dalam berhitung.
Penelitian dilaksanakan Taman Kanak-Kanak Kristen Mahanaim Terpadu, Desa Buo,
Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Subjek penelitian
ditetapkan 20 anak TK kelompok B siswa Taman Kanak-Kanak Mahanaim Terpadu, subjek
diambil baik laki-laki maupun perempuan. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam
penelitian adalah: Observasi, mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan berdasarkan variabel
penelitian yaitu krativitas guru, permainan congklak dan kemampuan berhitung. Berikutnya
pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Berupa foto dan video rekaman proses
penelitian tindakan kelas sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan laporan penelitian.
Setelah data terkumpul dilakukan analisa data. dalam suatu penelitian analisa data dilakukan
untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang diperoleh. Data yang telah terkumpul dari
observasi setiap siklus akan dianalisa dalam bentuk narasi untuk mengetahui sejauh mana
kreativitas guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan congklak.
Menurut Kurt Lewin untuk memeroleh nilai rata-rata dalam sebuah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut25
:
∑ X
X = ∑N
Keterangan:
X = nilai rata-rata
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi kemampuan berhitung anak kelompok B masih kurang. Ada yang
sudah bisa berhitung 1-20 tetapi belum mengenal angkanya. Ada yang bisa berhitung tetapi
tidak urut dan ada yang sama sekali belum bisa berhitung. Penyebabnya: anak-anak cepat
bosan dalam kegiatan belajar berhitung. Guru tidak kreatif hanya fokus di papan tulis.
Pelaksanaan siklus 1. Pelaksanaan tindakan pada siklus I 10 Juli 2018. Dalam tahap
perencanaan ditentukan tema dan sub tema dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH). Disediakan media untuk kegiatan bermain congklak dan membilang serta
menyebut urutan bilangan 1-20 dengan menggunakan biji congklak. Disiapkan alat
dokumentasi berupa kamera untuk mengambil gambar pada saat pelaksanaan dan disiapkan
lembar observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak. Anak
berpasangan dua orang, setelah itu mengambil biji congklak dan mengisinya di papan
congklak sampai semua lubang terisi tujuh biji congklak. Kemudian mengambil biji
25
Ibid.,323.
REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)
Copyright ©2019; REDOMINATE | 45
congklak yang ada dalam lubang dan memasukkan satu per satu di lubang yang lain sambil
menyebutkan urutan bilangan 1-20.
Pada kegiatan inti anak-anak mengerjakan tugas yang diberikan yaitu bermain congklak
dan membilang serta menyebut urutan bilangan. Setelah kegiatan inti dilakukan masuk
dalam kegiatan recalling yaitu merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi tentang
pengalaman tentang materi yang diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil karya,
penguatan pengetahuan yang didapat anak. Hasil observasi ada 15 anak yang sudah bisa
bermain congklak dan membilang serta menyebut urutan bilangan dengan menggunakan biji
congklak. Lima (5) anak belum bisa membilang serta menyebut urutan bilangan sesuai
urutannya. Refleksi pada siklus 1. Anak terlihat lebih senang belajar berhitung dengan
bermain congklak dan meminta besok harus memakai permainan congklak lagi. Hal-hal
yang harus ditingkatkan pada siklus berikutnya adalah: penyampaian materi harus jelas dan
tidak terlalu cepat, guru mampu melihat anak dengan baik dalam mengerjakan tugas serta
memersiapkan materi dan bahan ajar dengan baik.
Pelaksanaan siklus 2. Pelaksanaan tindakan pada 17 Juli 2018. Tahap perencanaan,
menentukan tema dan sub tema dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH). Menyediakan media untuk kegiatan membilang dengan menunjuk biji congklak
dalam lubang papan congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak.
Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat pelaksanaan dan menyiapkan lembar
observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak. Cara membilang dengan
menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang dan membuat urutan bilangan dengan biji
congklak yaitu biji congklak sudah ada dalam lubang. Setiap lubang diisi biji congklak
sesuai dengan urutan bilangan. Misalnya: satu, maka dalam lubang papan congklak hanya
terdapat satu biji congklak. Setelah anak selesai membilang dengan menunjuk biji congklak,
anak membuat urutan bilangan dengan biji congklak dengan mengeluarkan semua biji
congklak yang ada dalam lubang. Anak mengambil biji tersebut dan meletakkan kembali
dalam lubang congklak sesuai dengan urutan bilangan.
Pelaksanaan tindakan siklus 2. Kegiatan Inti, anak-anak mengerjakan tugas yang
diberikan yaitu membilang dengan menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang papan
congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak. Setelah kegiatan inti dilakukan
masuk dalam kegiatan recalling yaitu merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi
tentang pengalaman tentang materi yang diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil
karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak. Hasil observasi siklus 2 menunjukkan ada
16 anak yang sudah bisa membilang dengan menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang
papan congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak. Refleksi siklus 2: anak
terlihat lebih senang belajar berhitung menggunakan media permainan congklak dan
pelaksanaan siklus 2 sesuai dengan RPPH. Pada siklus selanjutnya perlu ditingkatkan lagi.
Pelaksanaan siklus 3 guru harus mengontrol anak dengan baik agar mengerjakan tugas
dengan sungguh-sungguh atau tidak bermain-main.
Pelaksanaan siklus 3 pada 24 Juli 2018. Tahap perencanaan diawali dengan menentukan
tema dan sub tema dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Menyediakan
media untuk kegiatan membedakan dua kumpulan biji congklak yang sama dan tidak
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 46
jumlahnya. Membuat dua kumpulan biji congklak yang sama dan tidak jumlahnya. Guru
telah menyiapkan dua kumpulan biji congklak, satu sama jumlahnya dan satu berbeda
jumlahnya. Guru memanggil anak satu per satu dan bertanya mana yang sama dan tidak
jumlahnya. Kemudian guru meminta anak membuat sendiri dua kumpulan biji congklak
yang sama dan tidak jumlahnya. Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat
pelaksanaan dan menyiapkan lembar observasi guna mencatat peningkatan kemampuan
berhitung anak.
Pada kegiatan Inti, anak-anak mengerjakan tugas membedakan dua kumpulan benda
yang sama dan tidak jumlahnya dan membuat dua kumpulan biji congklak yang sama dan
tidak jumlahnya. Setelah kegiatan inti dilakukan masuk kegiatan recalling yaitu merapikan
kembali alat yang digunakan, diskusi pengalaman tentang materi yang diajarkan,
menceritakan dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak.
Setelah semua kegiatan dilakukan dari hasil observasi ada 17 anak yang sudah bisa
membedakan dua kumpulan benda yang sama dan tidak jumlahnya, membuat dua kumpulan
biji congklak yang sama dan tidak jumlahnya. Tahap refleksi, berdasarkan data pelaksanaan
siklus III, anak terlihat lebih senang belajar berhitung menggunakan media permainan
congklak, guru melakukan penelitian berdasarkan RPPH yang dibuat, proses mengajar yang
dilakukan guru sudah baik, hanya saja masih kekurangan papan dan biji congklak.
Siklus 4. Pelaksanaan tindakan pada siklus IV direncanakan 30 Juli 2018. Pada tahap
perencanaan, ditentukan tema dan sub tema Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH). Menyediakan media yang digunakan untuk kegiatan membedakan dua kumpulan
biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya dan membuat dua kumpulan
biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya. Caranya: guru telah mengisi
lubang papan congklak dengan jumlah berbeda-beda. Ada yang banyak, ada yang sedikit.
Kemudian bertanya kepada anak: mana lebih banyak dan lebih sedikit jumlah biji congklak
yang ada dalam lubang papan congklak? Kemudian guru menginstruksikan anak
memasukkan sendiri biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya ke dalam
lubang papan congklak. Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat pelaksanaan dan
menyiapkan lembar observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak.
Pada kegiatan inti anak-anak mengerjakan tugas membedakan dua kumpulan benda
yang lebih banyak dan sedikit jumlahnya. Membuat dua kumpulan biji congklak yang lebih
banyak dan lebih sedikit jumlahnya. Setelah kegiatan inti dilakukan, masuk kegiatan
recalling merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi pengalaman tentang materi yang
diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat
anak. Pada kegiatan akhir disampaikan kegiatan esok, mengucapkan kata-kata bijak,
menyanyi, berdoa dan salam. Hasil observasi 18 anak sudah bisa membedakan dua
kumpulan benda yang lebih banyak dan sedikit jumlahnya dan membuat dua kumpulan biji
congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.
Tahap refleksi, berdasarkan data pelaksanaan siklus IV, anak terlihat lebih senang
belajar berhitung menggunakan media permainan congklak. Pengajaran yang dilakukan guru
sesuai dengan RPPH. Hanya saja masih kekurangan alat dan bahan permainan congklak.
Hasil analisa siklus, penelitian mengenai Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan
REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)
Copyright ©2019; REDOMINATE | 47
X = Rata-rata =
Kemampuan Berhitung Kelompok B Melalui Permainan Congklak. Sesuai dengan
pelaksanaan keempat siklus banyak membawa perubahan kepada anak terutama dalam hal
berhitung. Kemampuan berhitung sebenarnya sudah ada pada anak. Guru harus memiliki
kreativitas dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menciptakan hal-hal
yang baru agar anak tidak cepat bosan dalam belajar berhitung. Dari 20 anak yang diteliti, 15
anak sudah bisa berhitung, dua anak bisa berhitung tetapi belum berurutan serta tiga anak
sama sekali belum bisa.
Marjelita Kakunsi pada siklus I dan II belum bisa berhitung melalui permainan congklak
tetapi pada siklus III dan IV sudah bisa, hanya belum berurutan dan memeroleh skor empat.
Tresya Bonya pada siklus I belum bisa berhitung tetapi pada siklus II, III dan IV bisa
berhitung walaupun belum berurutan dan mendapatkan skor enam. Devin Malue pada siklus
I,II, III sama sekali belum bisa berhitung tetapi pada siklus IV bisa membedakan kumpulan
benda dan membuat kumpulan benda yang sama dan tidak jumlahnya. Pada pelaksanaan
keempat siklus Jesika Setty sama sekali belum bisa berhitung karena tidak mau bergabung
dengan teman-temannya dan tidak suka bercerita ketika ditanya. Hal ini akibat kurangnya
kasih sayang dari orang tuanya. Mardiano Taliawo sama sekali belum bisa berhitung karena
saat pelaksanaan keempat siklus tidak pernah hadir karena dibawa orang tuanya ke kebun.
Berikut tabel hasil pelaksanaan siklus 1 sampai 4:
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Rivan √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Pinkan √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Gitmey √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Indraldo √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Grisya √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Richard √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Klyfer √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Fadli √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Aurel √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Mikhael √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Marselo √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Cika √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Julia √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Ferin √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Marjelita ○ ○ ○ ○ √ √ √ √ 4
Vanvilon √ √ √ √ √ √ √ √ 8
Jesika ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 0
Tresya ○ ○ √ √ √ √ √ √ 6
Devin ○ ○ ○ ○ ○ ○ √ √ 2
Mardiano ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 0
Total skor 132
Rata-rata 6,6
Hasil rata-rata diperoleh dengan rumus yang sudah ditetapkan, yaitu:
∑ X
∑N
Rata-rata nilai pencapaian adalah 6,6. 15 anak masuk kategori pencapaian tinggi, 2 anak
masuk kategori cukup, dan 3 anak masuk kategori pencapaian kurang.
132
20
Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela
Copyright ©2019; REDOMINATE | 48
KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan keempat siklus pencapaian subjek dibagi dalam tiga kategori yaitu
15 anak kategori tinggi, dua anak kategori cukup, dan tiga anak kategori rendah. Dari 20
subjek yang diteliti mendapat total skor 132 dan nilai rata-rata 6.6. Dengan rumus: total skor
: jumlah anak. Jadi, 132:20 = 6,6. Secara keseluruhan dapat disimpulkan ada peningkatan
kemampuan berhitung anak kelompok B melalui permainan congklak di TK Kristen
Mahanaim Terpadu, Desa Buo, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi
Maluku Utara.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan
berhitung anak dengan guru menggunakan permainan Congklak sebagai bentuk
kreativitasnya, maka disarankan untuk: pertama, Guru-guru Taman Kanak-Kanak jangan
hanya fokus di papan tulis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena anak akan
bosan. Sangat disarankan untuk mengembangkan kreativitasnya dengan menggunakan
permainan edukatif. Kedua, untuk lembaga TK agar menambah sarana permainan edukatif.
Ketiga, untuk Yayasan agar meningkatkan kreativitas guru-guru dengan diikutkan seminar
dan pelatihan.
REFERENSI Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2003
Aqib, Zainal. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: HR-RUZZ MEDIA, 2008
Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya. Jakarta, 2013
Mulyani, Nani. Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta : DIVA
Press., 2016.
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Ngalimun,dkk. Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta, 2013.
Poerwadarminta,W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Raharjo, Marsudi. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah
di SD .Jakarta, 2009.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.
Jakarta: Kencana prenada media group, 2011.
Susanto, Ahmad.. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2013.
Semiawan,Conny R. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.
Jakarta:Gramedia, 2009
Sun,Khen Peng. The Power Of Creativity. Yogyakarta: Andi, 2010.
Sudarma,Momon. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.Jakarta: Rajawali Pers.,
2013.
Suryabrata,Sumadi..Psikologi Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998.
________,https://media.neliti.com/media/publications/60417-ID-semantika-dalam-
perkembangan-desain prod.pdf diakses tanggal 08 juli 2018 pukul 12:20 WIT.