laporan tutorial 3 blok 4

48
SKENARIO Alergine, a 12-year-old girl is brought to the Department of Pediatrics RSMH hospital by her mother due to a persistent headache she has been complaining for the past 2 weeks. Then days ago her mother took the girl to an ophthalmologist to find out the possibility of any eye problem. It appeared that her vision was normal and there was nothing wrong in the eye and the orbit. The patient states that she has been in a good health and that she received a cat as a birthday present 1 month previously. Just three days ago she gets fever and stuffy nose. On examination, she has a mild fever, the tympanic membranes appear normal. Her throat is mildly hyperemic but otherwise looks normal. There is some tenderness of the right cheek and over the right orbit. Her father is asthmatic while her older brother is allergic to aspirin. I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Persistent Headache : Nyeri kepala yang terjadi secara terus menerus. 2. Ophtalmologist : Dokter ahli penyakit mata. 3. Pediatrics : Ilmu penyakit anak-anak. 4. Orbit : Tulang berongga ditengkorak, tempat mata berada. 5. Fever : Peningkatan temperature atau suhu tubuh diatas normal. 6. Hyperemic : Kelebihan darah pada suatu bagian atau berwarna merah mengalami peradangan.

Upload: rezky-kiki-oktarianti-syahputri

Post on 27-Jun-2015

396 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan tutorial 3 blok 4

SKENARIO

Alergine, a 12-year-old girl is brought to the Department of Pediatrics RSMH hospital by her mother due to a persistent headache she has been complaining for the past 2 weeks. Then days ago her mother took the girl to an ophthalmologist to find out the possibility of any eye problem. It appeared that her vision was normal and there was nothing wrong in the eye and the orbit. The patient states that she has been in a good health and that she received a cat as a birthday present 1 month previously. Just three days ago she gets fever and stuffy nose. On examination, she has a mild fever, the tympanic membranes appear normal. Her throat is mildly hyperemic but otherwise looks normal. There is some tenderness of the right cheek and over the right orbit. Her father is asthmatic while her older brother is allergic to aspirin.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Persistent Headache : Nyeri kepala yang terjadi secara terus menerus.2. Ophtalmologist : Dokter ahli penyakit mata.3. Pediatrics : Ilmu penyakit anak-anak.4. Orbit : Tulang berongga ditengkorak, tempat mata berada.5. Fever : Peningkatan temperature atau suhu tubuh diatas normal.6. Hyperemic : Kelebihan darah pada suatu bagian atau berwarna merah

mengalami peradangan. 7. Tympanic membrane : Membran tipis yang memisahkan bagian telinga dalam dan

telinga luar.8. Asthmatic : Keadaan yang ditandai dengan serangan berulang dyspenia

paroximal yang melibatkan kontraksi pasmodic bronchi.9. Stuffy nose : Hidung yang tersumbat.10. Allergic : Keadaan hypersensitive yang didapat karena terpapar oleh

suatu allergian tertentu.

Page 2: laporan tutorial 3 blok 4

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Allergin, 12 tahun, dibawa ke bagian anak RSMH karena mengeluh sakit kepala yang terus menerus semenjak 2 minggu yang lalu.

2. Pasien menerima kucing 1 bulan yang lalu dan 3 hari sebelum berobat, pasien mengalami demam dan hidungnya tersumbat.

3. Pada pemeriksaan, pasien menderita demam ringan dan kemerahan pada tenggorokkannya, serta kepekaan yang tidak normal pada pipi kanan dan daerah orbital kanan.

4. Ayah pasien menderita asma, kakaknya alergi terhadap aspirin.

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi hidung? Hidung dibagi menjadi dua, yaitu nasi externus (hidung luar) dan cavum nasi (hidung dalam).

a. Nasi externusBagian hidung luar yang berbentuk pyramid dengan bagian-bagian sebagai berikut:

- Pangkal hidung (radix nasi)- Dorsum nasi- Puncak hidung- Ala nasi- Columela- Lubang hidung (nares anterior)

b. Cavum nasiCavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai choanna (aperture posterior). Cavum nasi berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoid, fossa cranial anterior, dan fossa cranial media.

Otot-otot hidungm. nasalis pars allaris, kerja otot ini menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit.

Page 3: laporan tutorial 3 blok 4

Persarafan hidunga. Cabang dari n. Opthalmica (n. Supratrochlear, n. Infratrochlear)b. Cabang dari n. maxillar (ramus externus n. ethmoidal anterior)c. n. ethmoidal anterior cabang dari serabut saraf n. trigeminus, yang mempersarafi

anterior cavum nasi.d. n. palatina mayor yang menjadi n. sfenopalatinus, mempersarafi posterior

cavum nasi.

Fisiologi hidung:a. sebagai jalan nafasb. pengatur kondisi udarac. sebagai penyaring dan pelindungd. indera penhirupe. resonansi suaraf. proses bicarag. refleks nasal

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi tenggorokkan? Pharynx terletak dibelakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bagian dalam pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:a. Nasopharynxb. Oropharynxc. Laryngopharynx

Otot-otot pharynxa. m. concrictor pharyngis superior, inferior, dan mediusb. m. stylopharyngeusc. m. salphingopharyngeus

Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.

3. Bagiamana anatomi dan fisiologi sinus paranasalis? sinus paranalis terbagi menjadi:a. Sinus maxillab. Sinus frontalc. Sinus ethmoid

Page 4: laporan tutorial 3 blok 4

d. Sinus sphenoid

Fisiologi sinus paranasalis hingga saat ini belum diketahui secara pasti, dikarenakan belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasalis.

4. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga? Telinga terdiri atas:a. Telinga luar : auricular dan meatus acusticus externus.b. Telinga tengan (cavum tympani)c. Telinga dalam

Otot-otot telingaa. m. Tensor Tympanib. m. Stapedius

Persarafan telingaa. Nervus facialisb. Nervus Tympanicus

Fisiologi telingaSeseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.

5. Bagaimana anatomi dan fisiologi mata dan orbita? a. Mata

Bola mata terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam), yaitu:- Tunica Fibrosa (sclera dan cornea)- Tunica Vasculosa (choroidea, corpus ciliare, dan pupil)- Tunica Nervosa (retina)Isi bola mata:- Humor aquosus- Corpus vitreum- Lensa

b. Orbita

Page 5: laporan tutorial 3 blok 4

Rongga berbentuk pyramid tempat bola mata, oto, saraf, pembuluh, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata; dan sebagian besar apparatus lacrimalis. Orbita memiliki lubang-lubang, yaitu:- Foramen supraorbitalis- Sulcus dan canalis infraorbitalis- Canalis nasolacrimalis- Fissure orbitalis inferior- Fissure orbitalis superior- Canalis opticus- Foramina zygomaticotemporalis dan zygomaticofacialis- Foramina ethmoidalis anterior dan posterior

Otot-Otot Orbita- m. Levator Palpebrae Superioris- mm. Recti (m. rectus superior, inferior, medialis, dan lateralis)- m. Obliquus Superior- m. Obliquus Inferior

Persarafan Orbita- n. Optica- n. Lacrimalis- n. Frontalis- n. Trochlearis- n. Oculomotorius- n. Nasociliaris- n. Abducens

Fisiologi Mata dan OrbitaIndera penglihatan

6. Organ apa saja yang terlibat pada penyakit asma? Jadi, organ2 yang rentan menjadi penyebab timbulnya asma adalah paru2 khususnya pada bagian bronkus dan bronkiolus karena pada bagian ini dapat terjadinya bronkospasme, edema mukosa, dan hiperskresi mucus yang kental.yang menyebabkan penyempitan pada jalan napas atau jalan udara pada paru2.

Page 6: laporan tutorial 3 blok 4

7. Apakah asma dan alergi termasuk penyakit yang dapat diturunkan?

Asma

Asma merupakan salah satu penyakit turunan yang menyerang saluran pernapasan dan membuatnya menyempit. Penyempitan saluran pernapasan ini hanya bersifat sementara dan terjadi akibat adanya peradangan di saluran pernapasan. Peradangan ini kemudian menyebabkan saluran napas bereaksi secara berlebihan (hiperaktivitas) terhadap suatu rangsangan, seperti debu, bulu binatang, asap, udara dingin, polusi, dan sebagainya.

Meski asma tergolong dalam penyakit turunan, namun penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa hanya 30% penderita asma yang keluarganya menderita asma. Selain itu, diduga bahwa faktor ibu lebih banyak menurunkan asma kepada anaknya disbanding faktor ayah

Alergi

Berdasarkan penelitian ilmiah, dinyatakan bahwa sebagian besar penyebab alergi adalah faktor keturunan. Apabila orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan besar alergi tersebut akan diturunkan pada anaknya. Alergi bisa menimbulkan bermacam-macam reaksi, bahkan beberapa di antaranya bisa mengancam hidup anak Anda.

Berdasarkan penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya alergi, kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa tercetus karena faktor lingkungan. 

Timbulnya alergi ini dipicu oleh alergen yang bisa berupa alergen hirup (tungau debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau suntikan). Umumnya, gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah bersin terus-menerus, batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.

8. Apakah ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang terjadi pada pasien?Ya, ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang terjadi pada pasien. Di dalam bulu kucing terdapat allergen, dimana jika berkontak

Page 7: laporan tutorial 3 blok 4

dengan seseorang yang didalam darahnya terdapat IgE, maka hal ini akan memicu terjadinya gejala seperti yang terjadi pada Alergine.

9. Bagaimana mekanisme alergi? Allergen masuk kedalam tubuh, kemudian terjadi reaksi tubuh terhadap allergen yang masuk, sehingga terjadi ructure yang disusul dengan pengeluaran histamine oleh jaringan (contohnya telinga, hidung, tenggorokkan, gatal pada bagian dalam mulut atau kesulitan bernafas dan menelan).

10. Mengapa pasien bisa mengalami sakit kepala yang terus menerus? Disebabkan karena sinusitis pada sinus paranasalis (menyerang pada bagian sinus frontalis) dimana terdapatnya gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mucus.

11. Mengapa bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit saat ditekan?Bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit jika ditekan disebabkan karena terjadinya peradangan dan penekanan pada kedua daerah tersebut.

12. Bagaimana mekanisme terjadinya radang pada tenggorokan? Radang tenggorokan yang dialami Alergine disebabkan karena sinusitis. Pada Alergine yang mengalami sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir ke belakang tenggorokkan dan hidung. Hal ini lah yang menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.

IV. HIPOTESIS

Alergine 12 tahun, mengeluh sakit kepala yang terus menerus disebabkan akut sinusitis yang ditimbulkan dari alergi rhinitis akibat adanya allergen yang terdapat pada kucing.

Page 8: laporan tutorial 3 blok 4

V. KERANGKA KONSEP

Alergine, 12 tahun

Menerima kucing 1 bulang yang lalu

Reaksi alergi

Rhinitis alergik

Tenggorokkan kemerahan

Orang tua asma

Fever, stuffy nose

Ostia buntu

Mucus terperangkap dalam sinus

Bakteri berkembang dalam sinus

Sinusitis akut

Persistant headache Tenderness di pipi kanan dan orbital kanan

Saudara alergi

Page 9: laporan tutorial 3 blok 4

VI. LEARNING ISSUES DAN KETERBATASAN PENGETAHUAN

Pokok

Pembahasan

What I Know What I Don’t

Know

What I Have to

Prove

How will I

learn

Anatomi dan Fisiologi Hidung

Struktur

anatomi hidung

(tulang, otot,

saraf) dan

fisiologi hidung

Mekanisme

terjadinya alergi

dan sinusitis akut

Internet, text

book,

journal, etc

Anatomi dan Fisiologi Sinus

Paranasalis

Struktur

anatomi sinus

paranasalis

(tulang, otot,

saraf) dan

fisiologi sinus

paranasalis

Anatomi dan Fisiologi

Tenggorokan

Struktur

anatomi

tenggorokan

(tulang, otot,

saraf)

Fisiologi pharynx

Page 10: laporan tutorial 3 blok 4

Anatomi dan Fisiologi Mata

dan Orbita

Anatomi dan Fisiologi Telinga

Alergi Rhinitis

Sinusitis Akut

Struktur anatomi mata

dan orbita (tulang, otot,

saraf) dan fisiologi mata

dan orbita

Struktur anatomi telinga

(tulang, otot, saraf) dan

fisiologi telinga

Definisi alergi rhinitis dan organ-organ

yang berhubungan

Definisi sinusitis akut dan organ-organ yang

berhubungan

Fisiologi mata

Page 11: laporan tutorial 3 blok 4

VII. SINTESIS

1. Anatomi dan Fisiologi Hidung

Hidung terdiri atas :

Nasus Externus

Mempunyai ujung bebas, yang dilekatkan ke dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung. Lubang luar hidung adalah kedua

nares atau lubang hidung. Setiap naris dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.

Rangka nasus externus:

a. Rangka atas nasus externus

Dibentuk oleh os nasale, processus frontalis ossis maxillaries, dan pars nasalis ossis frontalis.

b. Rangka bawah nasus externus

Dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu cartilage nasi superior dan inferior, dan cartilage septi nasi.

Cavum Nasi

Terletak dari nares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap, dinding lateral, dan dinding medial.

a. Dinding dasar

Page 12: laporan tutorial 3 blok 4

Dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina horizontalis ossis palatine, yaitu permukaan atas palatum durum.

b. Dinding atap

Bagian yang sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan cartilagines nasi.

c. Dinding lateral

Ditandai dengan tiga tonjolan yang disebut concha nasalis superior, inferior, dan medialis.

d. Dinding medialis

Disebut juga dengan septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi membrane mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan bagian posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior dibentuk oleh cartilage septi.

Membrane mucosa melapisi cavum nasi, terdapat dua jenis membrane mucosa, yaitu:

- Membrane mucosa olfactorius. Melapisi permukaan atas conchae nasalis superior dan recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi daerah septum nasi yang berdekatan dan atap. Fungsi: menerima rangsangan penghidu dan untuk fungsi ini mucosa memiliki sel-sel penghidu khusus.

- Membrane mucosa respiratorius. Melapisi bagian bawah cavum nasi. Fungsi: menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara inspirasi.

Otot-Otot Hidung

m. compressor nasi m. dilator nasi

origo : processus frontalis maxillae.

Insersio : aponeurosis radix nasi.

Persarafan : n. facialis.

Origo : maxilla

Insersio : ala nasi

Persarafan : n. facialis

Fungsi : memperlebar aperture nasi

Page 13: laporan tutorial 3 blok 4

Fungsi : menekan cartilage nasi.

Persarafan Hidung

n. Facialis n. olfactorius

Mempersarafi pergerakan m. compressor nasi dan m. dilator nasi.

Berasal dari sel-sel olfactorius khusus yang terdapat pada membrane mucosa. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribosa dan mencapai bulbus olfactorius.

Fisiologi hidung

a. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi conchae media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasopharynx, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arcus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui choanae dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasopharynx.

b. Pengatur kondisi udara

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara:

- Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

- Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan conchae dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

c. Sebagai penyaring dan pelindung

Page 14: laporan tutorial 3 blok 4

Fungsi ini berguna membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh:

- Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi.

- Silia

- Palut lendir (mucous blanket)

- Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

d. Indera penghirup

Hidung juga bekerja sebagai indera penghirup dengan adanya mucosa olfactorius pada atap rongga hidung, conchae superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat.

e. Resonansi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang. Sehingga terdengan suara sengau.

f. Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.

g. Refleks nasal

Mucosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, cardiovascular, dan pernapasan.

Pada kasus ini, Allergine mengalami berbagai gejala, salah satunya adalah stuffy nose (hidung tersumbat), hal ini menunjukkan bahwa fisiologi hidung nya terganggu, dimana sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi suara terganggu, dan suara terdengar sengau.

Page 15: laporan tutorial 3 blok 4

2. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasalis

sinus paranasalis adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os maxilla, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini dilapisi oleh mucoperiosterum dan berisi udara, berhubungan dengan cavum nasi melalui aperture yang relative kecil. Sinus maxillaries dan sphenoidalis pada waktu lahir terdapat dalam bentuk yang

rudimenter, setelah usia delapan tahun menjadi cukup besar, dan pada masa remaja telah terbentuk sempurna.

Secret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di dalam membrane mukosa didorong kedalam hidung oleh terakan silia sel-sel silindris. Aliran dari secret juga dibantu oleh tenaga menyedot yang terjadi pada waktu membuang ingus. Sinus berfungsi sebagai resonator suara, sinus juga mengurangi berat tengkorak. Bila muara sinus tersumbat atau sinus berisi cairan, kualitas suara jelas berubah.

a. Sinus maxillaries

Terletak di dalam corpus maxillaries. Sinus ini berbentuk pyramid dengna basis membentuk dinding lateral hidung dan apex di dalam processus zygomaticus maxillae. Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh processus alveolaris. Sinus maxillaries bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris. Membrane mucosa sinus maxillaries dipersarafi oleh n. alveolaris superior dan n. infraorbitalis.

Page 16: laporan tutorial 3 blok 4

b. Sinus frontalis

Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale, dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang median. Setiap sinus berbentuk segitiga meluas ke atas, di atas ujung medial alis mata dan ke belakang ke bagian medial atap orbita. Masing-masing sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius infudibulum. Membrane mucosa dipersarafi oleh n. supraorbiltalis.

c. Sinus sphenoidalis

Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam copus ossis sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis di atas conchae nasalis superior. Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis posterior.

d. Sinus ethmoidalis

Terdapat dialam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita. Sinus ini terpisah dari orbita oleh selapis tulang, sehingga infeksi dengna mudah menjalar dari sinus ke dalam orbita. Sinus ini terbagi menjadi tiga kelompok:

- Anterior. Bermuara ke dalam infundibulum.

- Media. Bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di atas bulla ethmoidalis.

- Posterior. Bermuara ke dalam meatus nasi superior.

Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis anterior dan posterior.

Fisiologi sinus paranasalis

a. Penurunan berat relatif dari bagian depan tengkorak, dan terutama tulang-tulang wajah.Meningkatkan resonansi suara.

b. Memberikan penyangga terhadap pukulan pada wajah

c. isolasi struktur sensitif seperti akar gigi dan mata dari fluktuasi suhu cepat dalam rongga hidung.

d. pelembab dan pemanasan udara hirup karena pergantian udara yang lambat di wilayah ini.

Page 17: laporan tutorial 3 blok 4

Pada kasus ini, Alergine mengalami sinusistis maxilla akut, hal ini sesuai dengan gejala-gejala yang terjadi seperti sakit kepala yang terus menerus, dll.

3. Anatomi dan Fisiologi Tenggorokan

Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip corong. Bentuknya mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus setinggi vertebra cervicalis enam. Pharynx mempunyai dinding musculomembranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Di sini, jaringan musculomembranosa diganti oleh aperture nasalis posterior,

isthmus faucim (muara ke dalam rongga mulut), dan aditus larynges.

Dinding pharynx terdiri atas tiga lapisan : (1) mucosa, (2) fibrosa, dan (3) muscular.

Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Nasopharynx

Terletak di belakang rongga hidung, di atas palatum molle. Nasopharynx mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral.

- Dinding atap. Dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis.

- Dinding dasar. Dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yang miring.

Page 18: laporan tutorial 3 blok 4

- Dinding anterior. Dibentuk oleh aperture nasalis posterior, dipisahkan oleh pinggir posterior septum nasi.

- Dinding posterior. Membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap. Dinding ini ditunjang oleh arcus anterior atlantis.

- Dinding lateral.

b. Oropharynx

Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir atas epiglottis. Oropharynx mempunyai atap, dasar, dinding, anterior, dinding posterior, dan dinding lateral.

- Dinding atap. Dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus.

- Dinding dasar. Dibentuk oleh sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan permukaan anterior epiglottis.

- Dinding anterior. Terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus oropharynx (isthmus faucium).

- Dinding posterior. Disokong oleh corpus vertebrae cervicalis kedua dan baian atas corpus vertebra cervicalis ketiga.

- Dinding lateral. Pada kedua sisi dinding ini, terdapat arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina di antaranya.

c. Laryngopharynx

Terletak dibelakang aditus larynges dan permukaan posterior larynx, dan terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai dengan pinggir bawah cartilage cricoidea. Laryngopharynx mempunyai dinding anterior, posterior, dan lateral.

- Dinding anterior. Dibentuk oleh aditus laryngis dan membrane mucosa yang meliputi permukaan posterior larynx.

- Dinding posterior. Disokong oleh corpus vertebrae cervicalis ketiga, keempat, kelima, dan keenam.

- Dinding lateral. Disokong oleh cartilage thyroidea dan membrane thyrohyoidea.

Page 19: laporan tutorial 3 blok 4

Otot-Otot Pharynx

Terdiri atas:

a. m. concritor pharyngis superior, medius, dan inferior.

Otot Origo Insersio Persarafan fungsi

m. constrictor pharyngis superior

Lamina pterygoideus

medialis, hamulus ptherygoideus,

lig. Pterygomandibula

re, linea mylohyoidea mandibulae

Tuberculum

pharyngeus ossis

temporalis, raphe

mediana posterior

Plexus pharyngeu

s

Membantu palatum

molle dalam menutup

nasopharynx, mendorong

bolus ke bawah

m. constrictor pharyngis

medius

Bagian bawah lig. Stylohyoideum, cornu minus dan

majus ossis hyoidei

Raphe pharyngeal

Plexus pharyngeu

s

Mendorong bolus ke bawah

m. constrictor pharyngis inferior

Lamina cartilage thyroidea,

cartilage cricoidea

Raphe pharyngeal

Plexus pharyngeu

s

Mendorong bolus ke bawah

m. cricopharyngeus

Serabut-serabut paling bawah m.

constrictor pharyngis inferior

Sebagai sphincter

pada ujung bawah

pharynx

m. stylopharyngeus

Proc. Styloideus ossis temporalis

Pinggir posterior cartilage thyroidea

n. glossophar

yngeus

Mengangkat larynx selama proses

Page 20: laporan tutorial 3 blok 4

menelan

m. salphingopharyn

geus

Tuba auditiva Bercampur dengan m. palatophar

yngeus

Plexus pharyngeu

s

Mengangkat pharynx

m. palatopharyngeu

s

Aponeurosis palatines

Pinggir posterior cartilage thyroidea

Plexus pharyngeu

s

Mengangkat dinding pharynx, menarik

plica palatophary

ngeal ke medial

Persarafan pharynx

Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.

a. Persarafan motorik. Berasal dari pars cranialis n. acessorius, yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju ke plexus pharyngeus, dan mempersarafi semua otot pharynx, kecuali m. stylopharyngeus yang dipersarafi oleh n. glossopharyngeus.

b. Persarafan sensorik. Persarafan sensorik membrane mucosa nasopharynx terutama berasal dari n. maxillaries. Membrane mucosa oropharynx terutama dipersarafi oleh n. glossopharyngeus. Membrane mucosa disekitar aditus laryngeus dipersarafi oleh n. ramus laryngeus internus n. vagus.

Pada kasus ini, allergine mengalami gejala seperti radang kemerah-merahan (hyperemic) pada tenggorokannya. Hal ini ada kaitannya dengan sinusitis akut yang dialaminya, dimana lendir terus menerus mengalir dibelakang tenggorokan dan hidung.

Page 21: laporan tutorial 3 blok 4

4. Anatomi dan Fisiologi Mata dan Orbita

Mata

Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae, tetapi dipisahkan dari corpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata.

Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

a. Tunica Fibrosa

Terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera, dan bagian anterior yang transparan, serta cornea.

b. Tunica Vasculosa

- Choroidea. Terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang sangat vascular.

- Corpus ciliare. Terdiri atas corona ciliaris, proc. Ciliaris, dan m. ciliaris.

- Iris dan pupil.

c. Tunica Nervosa

Retina terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa di sebelah dalam.

Isi bola mata

a. Humor Aquosus

Cairan bening yang mengisi camera anterior dan camera posterior bulbi. Fungsinya adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberikan tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola mata. Cairan ini juga

Page 22: laporan tutorial 3 blok 4

member makanan pada cornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolism.

b. Corpus Vitreum

Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang transparan. Berfungsi untuk menambah daya pembesaran mata; menyokong permukaan posterior lensa dan membantu melekatkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.

c. Lensa

Strukturnya bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh capsula transparan. Terletak dibelakang iris dan di depan corpus vitreum, serta dikelilingi oleh proc. Ciliaris. Lensa terdiri dari:

- Capsula elastic (membungkus struktur)

- Epithelium cuboideum (terbatas pada permukaan anterior lensa)

- Fibrae lentis (menyusun bagian terbesar lensa)

Orbita

Orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata, otot, saraf, pembuluh, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata; dan sebagian besar apparatus lacrimalis.

Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis, yang memisahkan orbita dari fossa crania anterior dan lobus frontalis hemispheriumcerebri.

Dinding lateral dibentuk oleh os zygomaticum dan ala major ossis sphenoidalis.

Dasar dibentuk oleh facies orbitalis os maxilla, yang memisahkan orbita dari sinus maxillaries.

Page 23: laporan tutorial 3 blok 4

Dinding medial dari depan ke belakang terdiri atas; proc. Frontalis ossis maxilla, os lacrimalis, lamina orbitalis ossis ethmoidalis, dan corpus ossis sphenoidalis.

Otot-Otot dan Persarafan Orbita

a. m. Levator Palpebrae Superioris

origo Permukaan bawah ala minor ossis sphenoidalis, diatas canalis opticus

Insersio Berakhir di anterior pada aponeurosis, dan terbelah menjadi dua lamellae. Lamellae superior berinsersio pada permukaan anterior tarsus superior dan kulit palpebra superior. Lamella inferior berisi serabut otot polos, yang melekat pada pinggir atas tarsus superior

Persarafan n. oculomotorius. Otot polos dipersarafi oleh saraf simpatis dari ganglion cervicalis superius

Fungsi Mengangkat palpebra superior

b. mm. Recti

Origo Keempat mm. recti berasal dari cincin fibrosa yang disebut annulus tendineus communis

Insersio Masing-masing m. rectus berjalan ke depan, bertamah lebar dan terpisah satu dengan yang lain

Persarafan m. rectus superior, inferior, dan medial dipersarafi oleh n. oculomotorius. m. rectus lateralis dipersarafi oleh n. abducens

Fungsi m. rectus lateralis memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke lateral. M. rectus medialis memutar bola mata sehingga cornea menghadap ke medial

c. m. Obliquus Superior

Origo Corpus ossis sphenoidalis

Page 24: laporan tutorial 3 blok 4

Insersio Venternya yang bulat berjalan ke depan dan beralih menjadi tendo yang langsing, yang berjalan melalui trochlea fibrocartilago yang melekat pada os frontale. Berinsersio pada sclera di bawah m. rectus superior

Persarafan n. trochlearis

Fungsi Memutar bola mata ke bawah dan lateral

d. m. Obliquus Inferior

Origo Bagian anterior dasar orbita

Insersio Pada sclera di belakang equator coronalis

Persarafan n. oculomotorius

Fungsi Memutar bola mata ke atas dan lateral

Pada kasus ini, Allergine tidak memiliki masalah pada matanya. Tetapi, orbita kanan nya terasa sakit jika ditekan. Hal ini disebabkan karena terjadi penekanan pada orbita.

Page 25: laporan tutorial 3 blok 4

5. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga Luar

Terdiri atas :

a. Auricular. Mempunyai bentuk yang khas dan

berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara. Auricular dipersarafi oleh n. facialis.

b. meatus acusticus externus. Merupakan tabung berkelok yang menghubungkan auricular dengna membrane tympani. Berfungsi untuk menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane tympani.

Telinga Tengah (cavum tympani)

Adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengan yang berfungsi meneruskan getaran membrane tympani ke perilympha telinga dalam. Membrane tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membrana tympani sangan peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n. auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

Otot-Otot dan Persarafan Telinga

a. m. Tensor Tympani

Origo Cartilage tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri

Page 26: laporan tutorial 3 blok 4

Insersio Berinsersio pada manubrium mallei

Persarafan n. trigeminus

Fungsi Meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan membrane tympani

b. m. Stapedius

Origo Dinding dalam pyramis yang berongga

Insersio Berinsersio pada bagian belakang collum stapedis

Persarafan n. facialis

Fungsi Meredam getaran stapes dengna menarik collumnya

Fisiologi telinga

Seseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.

Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan terhadap allergine. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa tympanic membrane nya normal.

Page 27: laporan tutorial 3 blok 4

6. Alergi Rhinitis

Alergi bisa disebut sebagai efek samping dari imunitas, yaitu hipersensitivitas. Setidaknya ada dua tipe alergi :

1. Alergi Tipe Lambat

Penyebabnya adalah sel T teraktivasi (bukan antibodi). Contohnya adalah alergi yang disebabkan oleh obat-obatan, bahan kimia tertentu seperti kosmetik, dan tumbuh-tumbuhan. Pada kasus terkena racun tumbuh-tumbuhan, misalnya, kontak yang terus menerus dengan antigen ini akan memicu pembentukan sel T pembantu dan sel T sitotoksik yang teraktivasi. Setelah satu hari atau lebih, sel T teraktivasi akan berdifusi ke dalam kulit utk merespon dan menimbulkan reaksi imun yang diperantarai sel. Karena tipe imunitas seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya banyak bahan toksik dari sel T teraktivasi dan juga invasi jaringan oleh makrofag maka jelas dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup parah. Bahkan edema paru dan serangan asma bila ditularkan melalui udara.

2. Alergi Atopik

Nah di sini baru antibodi berperan. Beberapa orang memiliki kecenderungan alergi terhadap suatu zat/antigen. Keadaan ini disebut alergi atopik karena respon imunnya tidak umum. Beberapa penelitian mengatakan kecenderungan ini diturunkan secara genetis ditandai dengan peningkatan antibodi IgE (disebut juga reagin atau antibodi tersensitisasi). Istilah alergen digunakan untuk mendefinisikan semua antigen yang bereaksi secara spesifik dengan tipe spesifik antibodi reagin IgE (reaksi alergen-reagin).

Gejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor :

a. Alergen

Alergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala rinitis alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting.

b. Polutan

Page 28: laporan tutorial 3 blok 4

Fakta epidemiologi menunjukkan bahwa polutan memperberat rinitis. Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Mekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas.

c. Aspirin

Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentu.

Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi dengan perantaraan IgE. Pada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi yang terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit, perubahan kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya tidak saja diproduksi lokal pada mukosa hidung. Tetapi terjadi respons selular yang meliputi: kemotaksis, pergerakan selektif dan migrasi sel-sel transendotel. Pelepasan sitokin dan kemokin antara lain IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES berpengaruh pada penarikan sel-sel radang yang selanjutnya menyebabkan inflamasi alergi.

Aktivasi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk: eosinofil, sel CD4+T, sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi Sel Th-2, selanjutnya terjadi peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10 yang merangsang IgE, dan sel Mast. Selanjutnya sel Mast menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6, dan tryptase pada epitel. Mediator dan sitokin akan mengadakan upregulasi ICAM-1. Khemoattractant IL-5 dan RANTES menyebabkan infiltrasi eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast. Perpanjangan masa hidup sel terutama dipengaruhi oleh IL-5.

Pelepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan cystenil-leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika menyebabkan gejala rinorea, gatal, dan buntu. Penyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi langsung polutan dan alergen pada syaraf parasimpatik, bersama mediator Eosinophil Derivative Neurotoxin (EDN) dan histamin menyebabkan gejala bersin.

Page 29: laporan tutorial 3 blok 4

GEJALA KLINIS/Symptom

Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung. Pembagian rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan menjadi rinitis musiman (seasonal allergic rhinitis), sepanjang tahun (perenial allergic rhinitis), dan akibat kerja (occupational allergic rhinitis). Gejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish).

 Pada kasus ini, Allergine memiliki bawaan alergi yang diturunkan oleh ayahnya. Bakat alergi yang dimiliki Allergine tersebut semakin dipicu setelah ia terkena protein bulu kucing. Reaksi yang muncul adalah rhinitis alergik, seperti demam dan hidung tersumbat.

7. Sinusitis Akut

Page 30: laporan tutorial 3 blok 4

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyabab utamanya adalah salesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi antara lain adalah ISPA akibat virus, bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertropi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti sindroma Kartagener.

Keluhan utama rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok/ dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.

GejalaSinusitisGejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.

Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta

sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.

Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah:

tidak enak badan demam letih, lesu batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari hidung meler atau hidung tersumbat

Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau.

Page 31: laporan tutorial 3 blok 4

Pada kasus ini, Allergen terkena sinusitis akut sebagai terusan dari rhinitis alergik yang ditimbulkan oleh reaksi tubuhnya terhadap protein bulu kucing. Allergen memiliki gejala-gejala seperti perasaan nyeri yang dirasakan jika bagian pipi dan orbital kanannya ditekan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allergen mengalami sinusitis maxilla akut.

TUTORIAL REPORTBLOCK 4

Page 32: laporan tutorial 3 blok 4

SCENARIO 3

Group 10

Tutor : dr. Swanny

Hadi Nugraha Mustofa 4101401033

Mutia Muliawati 4101401041

Arief Aqshal Hadi 4101401044

Rohayu 4101401051

Endy Prima Saputra 4101401052

M. Arief Budiman 4101401053

Riezky Pratama Edi Putra 4101401062

Putri Natasia Kinsky 4101401064

Rizka Aprillia Syaputri 4101401105

Primadhea Azvika Larasati 4101401106

Randy Rahmat 4101401107

Nuralisa Safitri 4101401108

MEDICAL FACULTY OF SRIWIJAYA UNIVERSITY

2010

KATA PENGANTAR

Page 33: laporan tutorial 3 blok 4

Penulis sangat berterima kasih kepada dr. Erial Bahar selaku ketua blok 4.

Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada dr. Swanny, yang telah

membimbing dan mengawasi kami dalam tutorial.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada kedua

orang tua, yang telah bekerja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan moril maupun

materil penulis dalam menjalani pendidikan.

Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya sehingga segala

yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.

Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang

bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2010

Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: laporan tutorial 3 blok 4

Snell. S. Richard. Anatomi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.

Kumala, Poppy. Nuswantari, Dyah. Kamus Kedokteran DORLAND. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 1998.

http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-bfxu225.htm. Diakses 20 Desember 2010.

http://nilna.wordpress.com/2009/04/26/mekanisme-dan-terapi-alergi/ .Diakses 20 Desember 2010.

http://www.forumsains.com/kesehatan/alergi-dan-hipersensitivitas/. Diakses 21 Desember 2010.

http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/443-sinusitis-akut.html. Diakses 20 Desember 2010.

http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/. Diakses 20 Desember 2010.