laporan tutorial pediatri

Upload: gefaritza-rabbani

Post on 19-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial Pediatri

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    1/41

    LAPORAN TUTORIAL

    BLOK PEDIATRI SKENARIO II

    KELOMPOK A8 :

    Achmad Nurul Hidayat G0011003

    Aprilisasi P.S. G0011031

    Dea Saufika Najmi G0011063

    Fitria Dewi Larassuci G0011097

    Ines Aprilia Safitri G0011115

    Risky Pratiwi P G0011177

    Azamat Agus Sampurna G0011047

    Gefaritza Rabbani G0011099

    Jati Febriyanto Adi L.P. G0011121

    Riko Saputra G0011173

    TUTOR :

    dr. Luqman Aryoseto

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    TAHUN 2013

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    2/41

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

    kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penularannya,

    penyakit ini sering menimbulkan kekawatiran masyarakat karena perjalanan

    penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta

    merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian wabah

    Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan

    melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai

    manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan

    kematian. Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun

    vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini

    dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor.

    SKENARIO II

    Panas

    Sudah sejak 3 hari yang lalu Aryo berusia 8 tahun mengalami demam

    tinggi terus menerus sepanjang hari. Sudah diberi obat penurun panas oleh

    ibunya tetapi panas hanya turun sebentar dan kemudian naik lagi. Ibu Aryo

    cemas karena anak tetangganya dirawat di rumah sakit karena Demam Berdarah

    sehingga membawa anaknya ke puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik

    oleh dokter, dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang dan sambil

    memberikan penatalaksanaan dokter juga memberikan penjelasan kepada ibu

    mengenai tanda-tanda perdarahan atau syok. Bila terdapat tanda tersebut supaya

    ibu membawa Aryo ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan

    kegawatdaruratan yang dialaminya. Selanjutnya dokter akan berkoordinasi

    dengan dinas kesehatan setempat untuk memutuskan rantai penularan.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    3/41

    BAB II

    DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

    A. Seven Jump

    1. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah

    dalam skenario

    A. SyokSyok adalah gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak

    adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan atau suatu sindrom klinis

    akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan

    perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan dengan akibat gangguan

    mekanisme homeostasis

    B. Tanda-tanda perdarahanTanda-tanda yang disebabkan karena terdapatnya gangguan sistem

    sirkulasi terutama akibat vaskulopati, trombositopeni dan gangguan fungsi

    trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dapat

    dibuktikan dengan uji rumple leede dengan hasil positif berupa terdapat 20

    atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan

    (volar) dan pada lipatan siku (fossa cubiti) atau dibuktikan dengan hasil

    laboratorium berupa trombosit kurang dari 100.000 /l dan hematokrit

    meningkat lebih dari 20%

    2. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan

    1. Demam naik sejak 3 hari dan terus menerus sepanjang hari2. Diberi obat penurun panas, demam menurun sebentar lalu naik lagi3. Anak tetangga Demam Berdarah, dirawat di Rumah Sakit4. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan5. Penjelasan tanda-tanda perdarahan dan syok dari dokter kepada ibu6. Konseling segera ke RS untuk mendapatkan tatalaksana bila ada tanda-

    tanda perdarahan dan syok

    7. Pemutusan rantai penularan dan koordinasi dengan dinkes

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    4/41

    3. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan mengenai

    permasalahan (tersebut dalam langkah II)

    1. Apa sajakah macam pola demam?2. Bagaimana pemberian obat anti piretik yang benar kepada anak? Baik

    jenis, dosis obat dan waktu pemberian.

    3. a) bagaimana klasifikasi Demam Berdarah dan gejala klinis tiaptahapannya?

    b) Bagaimana mekanisme antigen, host dan environment berpengaruh

    dalam penularan demam berdarah? Dan bagaimana cara penularannya?

    4. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang harus dilakukan?5. a) Bagaimana patofisiologi perdarahan dan syok?

    b)apa sajakah macam-macam syok?

    c) Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada Demam Berdarah?

    6. Bagaimana tatalaksana awal pasien suspect Demam Berdarah?7. Apa saja yang harus dinilai pada kegawatdaruratan pediatri?8. a) Bagaimana pemutusan rantai penularan yang efektif serta

    pencegahannya?

    b) Bagaimana alur koordinasi oleh nakes bila terjadi kasus Demam

    Berdarah?

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    5/41

    4. Langkah IV : Menginventarisasi permasalahan secara sistematis danpernyataan sementara mengenai permasalahan pada Langkah III.

    5. Langkah V : Merumuskan tujuan pembelajaran.Karena keterbatasan waktu dan sedikitnya pernyataan sementara yang ada,

    maka semua rumusan masalah dianggap sebagai tujuan pembelajaran pada

    skenario kali ini.

    6. Langkah VI :- Mengumpulkan informasi baru.- Mahasiswa mencari informasi di rumah.

    Tanda-tanda syok

    Penanganan syok

    Etiologi dan potofisiologi

    Tatalaksana dan pemeriksaan fisik & penunjang

    Pemutusan rantai penularan dan koordinasi nakes

    Kegawatdaruratan pediatri

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    6/41

    7. Langkah VII : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baruyang diperoleh.

    Hasil dari Langkah VII akan dijelaskan di Pembahasan.

    B. Pembahasan

    1. Apa sajakah macam pola demam?Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah

    mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial

    dilakukan di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali,

    walaupun tidak patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi

    petunjuk diagnosis yang berguna (Tabel 1.).

    Tabel 1.Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik

    Pola demam Penyakit

    Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan

    Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

    Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

    Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

    Quotidian Malaria karena P.vivax

    Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal,juvenile rheumathoid

    arthritis, beberapa drug fever(contoh karbamazepin)

    Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

    Demam rekuren Familial Mediterranean fever

    Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi

    derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam,

    dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:

    Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai olehpeningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC

    selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi

    atau tidak signifikan.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    7/41

    Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi

    relatif)

    Demam remitenditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapainormal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe

    demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak

    spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi,

    khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.

    Gambar 2.Demam remiten

    Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya padapagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan

    jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.

    Gambar 3. Demam intermiten

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    8/41

    Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermitenmenunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat

    besar.

    Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksismedemam yang terjadi setiap hari.

    Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam(siklus 12 jam)

    Gambar 4.Demam quotidian

    Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan danmenetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi

    normal.

    Demam lama (prolonged f ever)menggambarkan satu penyakit dengan lamademam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari

    untuk infeksi saluran nafas atas.

    Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan intervalirregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya

    traktus urinarius) atau sistem organ multipel.

    Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yangberbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis

    merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas

    untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever,

    spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever

    (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    9/41

    Relapsingfeverdan demam periodik:o

    Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang denganinterval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai

    beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal.

    Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan

    bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap

    hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.

    Gambar 5. Pola demam malaria

    o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demamrekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar

    6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick(tick-borne RF).

    Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    10/41

    Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang

    secara tiba-tiba berlangsung selama 3 6 hari, diikuti oleh periode

    bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat

    mencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC pada louse-borne.

    Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan

    perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai

    Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 8 jam),

    yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini

    disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh

    antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien

    syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis,

    Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan

    dan fatigue sampai reaksi anafilaktikfull-blown.

    o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillumminus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10

    minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.

    o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebsteinpada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin

    (LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola

    ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren

    dari demam yang berlangsung 3 10 hari, diikuti oleh periode afebril

    dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin

    berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan

    anemia hemolitik.

    Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    11/41

    2. Bagaimana pemberian obat anti piretik yang benar kepada anak?Baik jenis, dosis obat dan waktu pemberian.

    a. Jenis obatObat antipiretik yang disetujui untuk digunakan pada anak adalah

    parasetamol dan ibuprofen. Penggunaan asetilsalisilat sangat tidak dianjurkan

    pada anak usia 150 mg/kg pada pemberian

    tunggal. Untuk ibuprofen oral, dosis standar 10 mg/kg per dosis (maksimum,

    800 mg per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sehari. Dosis terapeutik maksimum

    30 mg/kg per hari (maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100 mg/kg

    c. Waktu pemberianOrganisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pemberian antipiretik

    anak dengan demam > 39 C suhu rektal.

    3. a) bagaimana klasifikasi Demam Berdarah dan gejala klinis tiaptahapannya?

    Klasifikasi menurut WHO 2009:

    1. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),

    2. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan

    3. Dengue berat (severe Dengue)

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    12/41

    A. Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

    Dengue probable :

    Mual, muntah Ruam Sakit dan nyeri Uji torniket positif

    Lekopenia Adanya tanda bahaya

    Nyeri perut atau kelembutannya Muntah berkepanjangan Terdapat akumulasi cairan Perdarahan mukosa Letargi, lemah Pembesaran hati > 2 cm Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah

    trombosit yang cepat

    Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran

    plasma tidak jelas)

    B. Kriteria dengue berat :

    Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS),akumulasi cairan dengan distress pernafasan.

    Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT 1000, gangguan

    kesadaran, gangguan jantung dan organ lain)

    Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji

    tourniquet, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini tetapi

    sangat membantu diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar 30 % sedangkan

    spesifisitasnya mencapai 82 %.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    13/41

    Klasifikasi menurut WHO-SEARO 2011:

    b) Bagaimana mekanisme antigen, host dan environment

    berpengaruh dalam penularan demam berdarah? Dan bagaimana

    cara penularannya?

    Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

    dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan

    kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes

    albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga

    menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk

    Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia

    yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    14/41

    berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum

    dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus

    dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan

    transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus

    dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan

    dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus

    memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum

    menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat

    terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2

    hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

    Konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent),hostdan

    lingkungan (environment) pada DB:

    1. Agent(virus dengue)Agen penyebab penyakit DBD berupa virus denguedari GenusFlavivirus

    (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat

    serotipe virus dengueyaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengueini

    memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan

    terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan

    sumber penular penyakit DBD.

    2. HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor

    yang mempengaruhi manusia adalah :

    a. UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

    terhadap infeksi virus dengue.Semua golongan umur dapat terserang

    virusdengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat

    pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak

    berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun

    terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus denguetersebut

    menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    15/41

    b. Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

    serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

    Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di

    Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD

    antara laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden

    DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

    c. NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada

    hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik

    mempengaruhi peningkatan antibodi apabila gizi yang buruk

    mempengaruhi penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada

    tubuh maka terjadi infeksi virus dengueyang berat.

    d. PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya

    infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan

    meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.

    e. Mobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

    penularan infeksi virus dengue.

    3. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengueadalah:

    a. Letak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengueditemukan tersebar luas di

    berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak

    antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara,

    Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta

    kasus setiap tahunnya.

    Infeksi virus denguedi Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti

    yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan

    Belanda. Pada saat itu virus denguemenimbulkan penyakit yang disebut

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    16/41

    penyakit demam lima hari (viffdaagsekoorts) kadang-kadang disebut

    demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang

    terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi

    dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih

    merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara

    endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah

    lain atau dari suatu negara ke negara lain.

    b. MusimNegara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim

    panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di

    Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di

    Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi

    beberapa minggu setelah musim ujan.

    Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan

    erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut

    menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena

    didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

    4. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang harus dilakukan?A. Pemeriksaan fisik

    biasanya ditandai dengan 4 manifestasi klinis utama (demamtinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan

    sirkulasi).

    DBD pada anak ditandai kenaikan suhu mendadak disertai fasialflush dan tanda lain yang menyerupai demam dengue (anoreksia,

    muntah, sakit kepala, serta nyeri otot/tulang). Nyeri epigastrium,

    ketegangan pada batas kosta kanan dan nyeri abdomen

    menyeluruh juga sering dijumpai.

    Suhu biasanya > 39 C.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    17/41

    Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah uji tourniquet(+), petekie, ekimosis, pada ekstremitas, muka dan palatum.Epistaksis dan perdarahan gusi juga dapat terjadi.

    Hati biasanya teraba saat fase demam, lebih sering ditemui padakasuk DBD dan syok.

    Pada DBD terjadi kebocoran plasma ditandai dengan sekurang-kurangnya salahsatu dari: nilai Ht meningkat atau terjadi efusi

    pleura, asites dan hipoproteinemia.

    Pada akhir fase demam, kewaspadaan akan terjadi perburukanharus dipikirkan, antara lain terjadinya kegagalan sirkulasi:

    Keringat banyak Gelisah, akral teraba dingin Terjadi perubahan nilai tekanan darah

    B. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorik

    Leukosit, awalnya menurun/normal, pada fase akhir dapatditemui limfositosis relatif (LPB >15%), yang pada fase

    syok akan meningkat. Limfosit plasma biru (LPB) dengan

    gambaran terdapat vakuolisasi dari kasar sampai halus,

    ada daerah jernih di dekat inti, inti bulat, oval atau

    berbentuk ginjal, letak di tepi, kroatin renggang, kadang

    terdapat gambaran nukleoli.

    Trombositopenia dan hemokonsentrasi sering ditemuiterutama saat penurunan suhu dan terjadinya renjatan

    Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit Protein plasma menurun Hiponatremia pada kasus berat Serum alanin-aminotransferase sedikit meningkat Isolasi virus terbaik saat viremia (3-5 hari) IgM terdeteksi hari ke 5 meningkat sampai minggu III,

    menghilang setelah 60-90 hari

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    18/41

    IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-!$,pada infeksi sekunder mulai hari ke-2

    Uji HI, dengue blot Pemeriksaan pencitraan

    Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat

    beberapa kelainan yang dapat dideteksi yaitu:

    1) Dilatasi pembuluh darah paru2) Efusi pleura3) Kardiomegali dan efusi perikard4) Hepatomegali, dilatasi V. Hepatika dan kelainan parenkim

    hati

    5) Cairan dalam rongga peritoneum6) Penebalan dinding vesika felea.

    Kelainan ini dapat deiketahui dengan foto rontgen dada, foto

    rontgen perut dan USG. Untuk mendapat hasil yang baik pada

    DBD dibuat 2 posisi foto rontgen dada yaitu AP-supine dan

    RLD(right lateral decubitus)-sinar horiontal untuk pemeriksaan

    USG pada DBD dilakukan posisi anak supine dengan potongan

    transversal, langitudinal dan oblique pada tempat-tempat tertentu.

    Khusus untuk mencari efusi pleura, bidang potongannya tidak

    transfersal tegak lurus namun transfersal mengarah ke kranial.

    Untuk melihat cairan perikard, dibuat potongan oblique di sela iga

    kiri (daerah apeks kordis) dengan bidang potong mengarah ke

    basis jantung.

    5. a) Bagaimana patofisiologi perdarahan dan syok pada demamberdarah?

    Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan

    masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan

    SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous

    infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan

    secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    19/41

    kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat

    yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah

    ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan

    kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan

    dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena

    antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan

    bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai

    antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan

    meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear.

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif

    yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah,

    sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

    Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary

    heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh

    Suvatte, tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue

    yang berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan

    terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi

    limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue.

    Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang

    bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal

    ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus

    antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivas sistem

    komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan

    peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma

    dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada pasien dengan syok

    berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan

    berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan

    adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan

    terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang

    tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia,

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    20/41

    yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting

    guna mencegah kematian.

    Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus

    binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu

    virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh

    nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat

    menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi

    dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa

    strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    21/41

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-

    antibod selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi

    trombosi dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel

    pembulu darah (gambar 2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan

    perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari

    perlekatan komplek antigen-antibodi pada membran trombosit

    mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit

    melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan

    oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia.

    Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III

    mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi

    intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen

    degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    22/41

    Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,

    sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi

    baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor

    Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu

    peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok.

    Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia,

    penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan

    kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat

    syok yang terjadi.

    b) apa sajakah macam-macam syok?

    A.Definisi

    Syok merupakan gangguan sistem sirkulasi yang disebabkan oleh

    ketidakseimbangan antara volume darah dengan lumen pembuluh darah

    sehingga perfusi dan oksigenasi ke jaringan tidak adekuat.

    B.Macam-macam Syok

    Berdasarkan sumber penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu

    1. Syok hipovolumik

    Syok hipovolumik meruakan syok yang disebabkan oleh hilangnya

    cairan/plasma (luka bakar, gagal ginjal, diare, muntah), kehilangan darah

    (cedera parah, pasca operasi).

    2. Syok anafikaltik

    Syok anafilaktik merupakan syok yang disebabkan oleh pajanan zat allergen

    sehingga memicu reaksi elergi yang akhirnya diikuti oleh vasodilatasi

    pembuluh darah massif.

    3. Syok neurogenik

    Merupakan syok yang disebabkan kegagalan pusat vasomotor yang ditandai

    dengan hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh

    sehingga terjadi penurunan tekanan darah secara massif.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    23/41

    4. Syok sepsis

    Merupakan sindroma klinik ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat

    terjadinya sepsis.

    5. Syok kardiogenik

    Merupakan syok yang disebabkan kegagalan jantung yang ditandai dengan

    menurunnya kardiak out put sehingga mengakibatkan ketidakadekuatan

    volume intravascular.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    24/41

    C.Patofisiologi

    1. Syok hipovolumik

    Syok jenis ini dikenal pula sebagai syok preload yang ditandai dengamenurunnya volume inravaskular karena perdarahan, dehidrasi, dan lain lain.

    Menurunnya volume intravascular menyebabkan penurunan intraventrikel kiri

    pada akhir diastole yang akan diikuti oleh menurunnya curah jantung. Kondisi

    ini secara fisiologis akan menimbulkan mekanisme kompensasi berupa

    vasokontriksi pembuluh darah oleh kotekolamin sehingga makin memperburu

    perfusi ke jaringan tubuh.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    25/41

    2. Syok anafilaktik

    Ketika terjadi kontak dengan antigen makan akan terjadi reaksi enzim pada sel

    mast dan sel basophil sehingga menyebabkan lepasnya berbagai mediator

    seperti histamine, slo reacting substance of anaphylaxis, serotonin, dan kinin.

    Pelepasan mediator-mediator tersebut menyebabkan dilatasi pembuluh darah,

    peningkatan permebilitas, perangsanga sekresi mucus, dan kontraksi otot

    bronkus. Oleh karena itulah disamping mengalami penurunan darah yang

    cepat, juga disertai dengan gangguan pada sistem pernafasan

    3. Syok neurogenik

    Cedera pada tulang belakang atau medulla spinalis menyebabkan kegagalan

    pada pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada

    vena perifer. Gagalnya pusat vasomotor akan diikuti dengan hilangnya tonus

    pembuluh darah secara mendadak diseluruh tubuh sehingga terjadi penurunan

    darah sistemik akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer dan penurunan curah

    jantung Selain karena cedera, rangsangan pada medulla spinalis juga bisa

    disebabkan oleh penggunaan obat ansestesi spinal. Sedangkan letupan rangang

    parasimpatis ke jantung dapat memperlambat denyut jantung dan menurunkan

    rangsangan simpatis pada pembuluh darah. Proses ini terjadi ketika seseorang

    mendapatkan rangsangan emosional yang sangat kuat, misal

    mendengar/menyaksikan sesuatu yang membuatnya sangat marah atau sedih.

    4. Syok sepsis

    Syok ini disebabkan karena adanya sumber infeksi dalam tubuh terutama

    bakteri gram negatif. Endotoksin basil gram negative dapat menyebabkan

    beberapa hal yaitu:

    a. vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer

    b. peningkatan permeabilitas kapiler. Vasodilatasi perifer akan meningkatkan

    kapasitas vaskuler sehingga menyebabkan hipovolumia relative, sedangkan

    peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan hilangnya cairan intravascular

    ke interstitial dan menyebabkan udem. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan

    syok

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    26/41

    Pada syok sepsis hipoksia sel, tidak terjadi karena adanya penurunan perfusi

    jaringan, melainkan karena ketidakmampuan sel menggunakan oksigen karena

    toksin kuman.

    5. Syok kardiogenik

    Respon neurohormonal dan reflex adanya hipoksia akan menaikan frekuensi

    denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard. Kondisis diatas akan

    meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, sehingga makin memperburuk

    keadaan dimana sebelumnya perfusi miokard telah menurun. Efek selanjutnya

    adalah penurunan curah jantung, penurunan tekanan darah, dan jika indeks

    jantung telah kurang dari 1,8 L/menit/m2 maka terjadilah syok kardiogenik

    tersebut.

    D. Manifestasi klinis

    Manifestasi klinis pada semua jenis shock hampir sama, yaitu timbulnya

    tanda dan gejala sebagai berikut:

    1. sistem kardiovaskular

    gangguan sirkulasi perifer: pucat, akral dingin, capillary refill lambat. dan

    penurunan tekanan darah

    nadi cepat dan halus

    tekanan darah rendah tanda ini tidak bisa dijadikan pegangan karena

    terdapatnya mekanisme kompensasi hingga kehilangan darah 1/3 volume

    total.

    Vena perifer kolap, dimana vena leher merupakan penilaian paling baik

    CVP rendah.

    2. sistem respirasi

    nafas cepat dan dangkal

    3. sistem saraf pusat

    perubahan status mental pasien. Bila tekanan darah rendah makan akan

    menyebabkan hipoksia otak sehingga pasien tampak gelisah hingga

    kehilangan kesadaran.

    4. sistem gastrointestinal

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    27/41

    kurangnya asupan oksigen ke saluran pencernaan dapatmenyebabkan rasa

    mual hingga muntah

    5. sistem perkemihn

    produksi urin yang berkurang. Normal rata-rata produksi urin dewasa

    adalah 60 ml/jam (1/2-1 ml/kgBB/jam)

    c) Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada Demam Berdarah?

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    28/41

    Sindrom Syok Dengue ialah DBD dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi

    teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik

    90 dandiastolik 80 mmHg, jadi tekanan nadi 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi

    menjadi 10 mm/kg BB/jam. Volume 10 ml/kg BB /jam dapat dipertahankan

    sampai 24 jam atau sampai klinis stabil danhematokrit menurun < 40%.

    Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis

    danhematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml dan

    seterusnya 3ml/kg BB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam

    setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin

    dikerjakan tiap jam (usahakan urin >_ 1 ml/kg BB/jam, BD urin < 1.020) dan

    pemeriksaan hematokrit & trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik.

    b. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun

    tetapi masih > 40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/kgBB.

    Apabila tampak perdarahan masif, berikan darah segar 20ml/kgBB dan

    lanjutkan cairan kristaloid. 10ml/kg BB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    29/41

    5-8 cm H20) pada syok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan

    pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.

    c. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui

    kebutuhan cairan danpasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.

    Apabila CVP normal (>_ 10 mmH20), maka diberikan dopamin.

    6. Bagaimana tatalaksana awal pasien suspect Demam Berdarah?

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    30/41

    Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh

    karena itu orang tua/anggota keluarga diharapkan untuk waspada jika meiihat

    tanda/gejala yang mungkin merupakan gejala awal penyakit DBD.

    Tanda/gejala awal penyakit DBD ialah demam tinggi 2-7 hari mendadak tanpa

    sebab yang jelas, terus menerus, badan terasa lemah/anak tampak lesu.

    Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu

    (1) Adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir

    biru, tangan dankaki dingin, kulit lembab), muntah terus menerus, kejang,

    kesadaran menurun, muntah darah, berak darah, maka pasien perlu dirawat

    (2) Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji tourniquet/uji

    Rumple Leede/uji bendung danhitung trombosit;

    a. Bila uji tourniquet positif dan/ atau trombosit _ 100.000/pl atau normal ,

    pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai

    suhu turun. Pasien dianjurkan minum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit,

    jus buah dll serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan

    golongan salisilat. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit

    ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda syok yaitu anak menjadi

    gelisah, ujung kaki/tangan dingin, sakit perut, berak hitam, kencing berkurang;

    bila perlu periksa Hb, Ht, dantrombosit. Apabila terdapat tanda syok atau

    terdapat peningkatan Hb/Ht danatau penurunan trombosit, segera kembali ke

    rumah sakit.

    7. Apa saja yang harus dinilai pada kegawatdaruratan pediatri?Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:

    Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi

    dinding dada, merintih, sianosis)?

    Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadicepat dan lemah).

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    31/41

    Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?

    Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah,mata cekung, turgor menurun).

    Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan

    segera untuk menghindari terjadinya kematian.

    Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap:

    Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah, segera

    berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.

    Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar,

    kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.

    Bi la didapatkan tanda kegawatdaruratan:

    Panggil tenaga kesehatan profesional terlatih bila memungkinkan, tetapi

    jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga

    kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memberikan

    pertolongan, karena pada anak yang sakit berat seringkali memerlukan

    beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan profesional

    yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah

    yang mendasarinya dan membuat rencana penatalaksanaannya.

    Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula

    darah, malaria). Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah

    dan cross-match bila anak mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan

    yang cukup banyak.

    Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera

    dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang

    mendasarinya.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    32/41

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    33/41

    8. a) Bagaimana pemutusan rantai penularan yang efektif sertapencegahannya?

    Pemutusan Rantai penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan

    dengn cara:

    a. Penyuluhan

    Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan

    pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit DBD, bagaimana cara

    mencegah dan memberantas penyakit demam berdarah yang lebih efektif,

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    34/41

    yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN-DBD)

    dengan 4 M-Plus.

    Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan

    masyarakat yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan

    terus menerus berperan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk

    (PSN) dengan 4 M-plus.

    b. Pemantauan Jentik Berkala

    Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan jentik

    pada tempat penampungan air di rumah/bangunan milik masyarakat

    maupun tempat tempat umum oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

    atau tenaga puskesmas , sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dini

    agar masyarakat terhindar dari penularan penyakit Demam Berdarah

    Dengue.

    Jumantik merupakan kader yang berasal dari masyarakat dan bertugas

    melakukan Pemantauan & pemeriksaan jentik tempat-tempat

    penampungan air di lingkungan masyarakat secara berkala dan terus-

    menerus, memberikan penyuluhan serta menggerakkan masyarakat dalam

    melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.

    Manfaat jumantik adalah memantau dan memberantas jentik-jentik

    nyamuk demam berdarah yang ada dilingkungan masyarakat serta

    memotivasi dan menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam

    melakukan PSN-DBD, sehingga diharapkan populasi jentik nyamuk

    demam berdarah yang ada di lingkungan masyarakat menjadi berkurang.

    c. Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

    Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (

    PSN ) secara bersama sama pada waktu yang bersamaan ( serentak ) oleh

    semua lapisan masyarakat baik pemerintah maupun swasta. Sehingga

    kegiatan ini dapat memotivasi dan menggerakkan masyarakat untuk

    berperan serta dalam melakukan PSN-DBD secara mandiri dan

    berkesinambungan.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    35/41

    d. Larvasidasi Selektif

    Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung

    air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah

    dikuras/dibersihkan.

    Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk

    demam berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg

    banyak menampung air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang

    susah dikuras/dibersihkan.

    e. Fogging dengan Insektisida

    Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari kegiatan

    penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal penderita dan

    lingkungan sekitarnya.

    Apabila kesimpulan akhir harus dilaksanakan pengasapan (fogging ) ,

    maka Pengasapan ( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas atau

    bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot

    adalah petugas puskesmas atau petugas harian lepas yang terlatih.

    Persyaratan Fogging dengan insektisida :

    - Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan

    laboratorium dan laporan (SO) dari Rumah Sakit/Klinik/BP/Puskesmas.

    - Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh

    tenaga kesehatan yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita

    demam tanpa sebab minimal 3 orang dan atau tersangka penderita DBD

    serta ditemukan positif jentik Aedes ( 5 % ) dari rumah/bangunan

    disekitar rumah penderita.

    Kegiatan fogging focus ini bertujuan memutus rantai penul aran dengan

    membunuh nyamuk dewasa yang sudah mengandung virus dengue dengan

    radius 100 M dari rumah penderita. Tetapi kegiatan fogging ini bukan

    merupakan solusi utama untuk pencegahan DBD selain itu fogging

    tersebut harus dilakukan oleh tenaga khusus dan terampil karena obat

    (insektisida) yang digunakan mempunyai efek samping berbahaya bagi

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    36/41

    lingkungan dan orang yang melaksanakannya serta terjadinya

    resistensi terhadap nyamukitu sendiri.

    Menginggat Untuk pencegahan yang paling efektif dapat dilakukan dengan

    memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah dengue

    dengan berperilaku hidup bersih dan sehat di keluarga dan dilingkungan

    tempat tinggal yaitu dengan cara antara lain :

    1. Membersihkan lingkungan dan rumah masing-masing setiap hari,terutama tempat penampungan air sebagai tempat berkembangbiak

    nyamuk demam berdarah dengue seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas

    pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.

    2. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu sekali)dilingkungan masing-masing.

    3. Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS :a. MENGURAS : Menguras dan menyikat dinding tempat

    penampungan air seperti : bak mandi dan drum.

    b. MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti: drum, tempayan dan lain-lain.

    c. MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-barang bekasserta mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung

    air dan dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).

    d. PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali,mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan

    talang air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau

    menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk

    menghindari dari gigitan nyamuk.

    e. MEMANTAU : Memantau dan memeriksa tempat-tempatpenampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes

    aegpty seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga,

    dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    37/41

    Peran serta masyarakat dan pihak terkait sangat diperlukan dalam

    melakukan pencegahan DBD melalui PSN ( Pemberantasan Sarang

    Nyamuk ) tersebut.

    b) Bagaimana alur koordinasi oleh nakes bila terjadi kasus Demam

    Berdarah?

    Setiap kasus DBD yang terdiagnosis harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan

    Kabupaten dan Propinsi dengan berbagai macam alur berikut ini:

    1. Pelaporan langsung oleh masyarakat dengan surat pemberitahuan ke

    Puskesmas

    2. Pelaporan dari puskesmas ke kabupaten menggunakan form PU-DBD

    dan W2

    3. Pelaporan dari rumah sakit ke kabupaten menggunakan form KD-RS (1

    x 24 jam setelah ada kasus DBD)

    4. Pelaporan dari Kabupaten ke propinsi: K-DBD (1 bulan sekali)

    Jika ada kasus yang dilaporkan, maka akan ditindaklanjuti dengan

    penyelidikan epidemiologi untuk melihat intensitas masalah yang terjadi.

    Dari hasil penyelidikan epidemiologi. PE adalah kegiatan pencarian

    penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular

    DBD dirumah penderita, dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta

    tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit

    lebih lanjut.

    Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh

    masyarakat atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu melakukan

    penyelidikan epidemiologi. Adapun langkah-langkah melakukan

    penyelidikan epidemiologi adalah sebagai berikut:

    1. Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita

    DBD

    2. Menyiapkan peralatan PE (tensimeter anak, senter, form dan abate)

    3. Petugas datang ke Lurah atau Kades di wilayah dengan penderita DBD

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    38/41

    4. Menanyakan ada tidaknya penerita panas dalam kurun waktu 1 minggu

    sebelumnya. Bila ada, dilakukan ujiRumple Leeds

    5. Memeriksa jentik di tempat penampuangan air di dalam dan di luar

    rumah (radius 20 rumah di sekitar kasus atau radius 100 meter dari

    rumah penderita)

    6. Hasil pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir Penyelidikan

    Epidemiologi (PE)

    Kemudian disimpulkan ada tidaknya kejadian KLB DBD. KLB DBD

    ditegakkan jika ada peningkatan jumlah kasus DBD dan Dengue Syok

    Sindrom(DSS) di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau

    lebih dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan

    sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    39/41

    BAB III

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

    Indonesia. Patogenesis infeksi dengue (DBD) belum sepenuhnya dipahami,

    berbagai teori dikemukan untuk menerangkannya, timbulnya mediator penyulut

    demam dapat merangsang pusat termoregulator di hipotalamus sehingga

    penderitanya demam. Salah satu keadaan yang terjadi adalah kenaikan

    permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma sehingga dapat

    menyebabkan penderita jatuh ke keadaan syok. Oleh karena itu pencegahan

    merupakan hal yang sangat diutamakan.

    Pengendalian DBD yang utama adalah dengan memutus rantai penularan yaitu

    dengan pengendalian vektornya, karena sampai saat ini vaksin dan obatnya belum

    ada. Peran serta masyarakat dan lintas sektor terkait harus ditingkatkan secara

    berkesinambungan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan untuk

    mengendalikan sumber nyamuk melalui 3M plus atau PSN terpadu. Untuk

    meningkatkan daya ungkit pengendalian DBD akan terlaksana dengan baik kalau

    digerakkan oleh Kementrian dalam negeri termasuk pemerintah daerah di semua

    tingkat administrasi dan dukungan dukungan teknik dari sektor kesehatan.

    SARAN

    1. Mengaktifkan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Puskesmas,bekerja sama dengan masyarakat dengan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik

    (Jumantik) terutama untuk daerah dengan endemis tinggi sepanjang tahun.

    2. Perlu ditingkatkan upaya penyuluhan dan pendidikan terhadap masyarakatagar selalu waspada terhadap DBD dan aktif melakukan PSN.

    3. Perlu dilakukan surveilans kasus dan surveilans vektor yang intensif terutamapada tingkat masyarakat dan Puskesmas dengan bimbingan Dinas Kesehatan

    Kab/kota. Pada saat dideteksi jumlah kasus DBD terendah perlu dilakukan

    Bulan Bakti Gerakan 3M secara serentak selama satu bulan,sehingga rantai

    penularan virus dengue dari nyamuk-manusia-nyamuk dapat terputus.

  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    40/41

    DAFTAR PUSTAKA

    Cunha BA. 1996. The clinical significance of fever patterns. Inf Dis Clin

    North Am;10:33-44

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008b.Tata Laksana Demam

    Berdarah Dengue

    .http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf

    (diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku Saku Pelayanan

    Kesehatan Anak di Rumah Sakit. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/downloads/2011/09/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-

    Anak-di-RS.pdf (diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Tata Laksana DBD.

    http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf

    (diakses pada 11 maret 2014 pukul 23.09 )

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006. Prosedur Tetap

    Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.

    El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. Fever. 2009. Dalam: El-Radhi SA,

    Carroll J, Klein N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisi

    ke-9. Berlin: Springer-Verlag;.h.1-24.

    Fisher RG, Boyce TG. Fever and shock syndrome. 2005.Dalam: Fisher RG,

    Boyce TG, penyunting. Moffets Pediatric infectious diseases: A

    problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott William &

    Wilkins; h.318-73.

    Hudak & Gallo, 1994, Keperwatan Kritis: Pendekatan Holistik, edk. 6, vol. 2

    trans. Sumarwati, M. dkk., EGC, Jakarta.

    Lubis Inke NS, Lubis Chairuddin P. 2011. Penanganan Demam pada Anak.

    Diunduh dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdfpada 05 Maret

    2014 pukul 02.49

    Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

    Penerbit Media Aesculapius.

    http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdfhttp://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-8.pdf
  • 5/28/2018 Laporan Tutorial Pediatri

    41/41

    Powel KR. Fever. 2007. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,

    Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.

    Philadelphia: Saunders Elsevier;.h.

    Woodward TE. 1997.The fever patterns as a diagnosis aid. Dalam:

    Mackowick PA, penyunting. Fever: Basic mechanisms and management.

    Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott-Raven; h.215-36