literasi digital pada masalah pencarian informasi …
TRANSCRIPT
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
135
LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI DENGAN GOOGLE
DIGITAL LITERACY ON THE SEARCHING PROBLEM WITH GOOGLE
Wasvita Sari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
Jl. Bulaksumur Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, telp. (0274) 563362.
Email: [email protected]
diterima tanggal 25 September 2018 | direvisi tanggal 5 Oktober 2018 | disetujui tanggal 17 Oktober 2018
ABSTRACT
As we know that Google is the most popular search engine in the world. We are can get so much
about the information and believe in the Google's result. So, the information is fake information, hoax
or wrong information, that's all appears on Google. This paper aims to explore the negative side of
Google search engine and give a solution with a digital literature study. Qualitative method with
reference approach will use in this paper. The result is need two skills when we search the information
from Google. there are consumming skills to and preconsumming skills. The consuming skill is an
skill to analize, evaluate, make critical and give some synthesis of the information we get. The
preconsumming skill is a product to be distributed and product information from Google. Finally,
this paper will prevent the people from entering the Google game and work carefully to read the
search engine information especially in Google.
Keywords: Digital Literacy, Search Engine, Google, Literacy
ABSTRAK
Seperti yang kita ketahui bahwa Google adalah mesin pencari paling populer di dunia. Kita bisa mendapatkan
begitu banyak informasi dan percaya pada hasil Google. Jadi, informasi itu informasi palsu, tipuan atau
informasi salah, itu semua muncul di Google. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi sisi negatif dari
mesin pencari Google dan memberikan solusi dengan studi literatur digital. Metode kualitatif dengan
pendekatan referensi akan digunakan dalam makalah ini. Hasilnya adalah perlu dua keterampilan ketika kita
mencari informasi dari Google. ada keterampilan yang menyita keterampilan dan keterampilan prakonsepsi.
Keterampilan mengkonsumsi adalah keterampilan untuk menganalisis, mengevaluasi, membuat kritis dan
memberikan beberapa sintesis dari informasi yang kami dapatkan. Keterampilan preconsumming adalah
produk yang akan didistribusikan dan informasi produk dari Google. Akhirnya, tulisan ini akan mencegah
orang-orang memasuki gim Google dan bekerja dengan hati-hati untuk membaca informasi mesin pencari
terutama di Google.
Kata kunci: literasi digital, mesin pencari, Google, literasi
I. PENDAHULUAN
Zaman yang dikenal era digital ini sangat
mudah bagi masyarakat dalam memperoleh infor-
masi apapun yang manusia inginkan. Salah satu
caranya adalah dengan akses “Google” menjadi
jawaban singkat memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah
tidak asing lagi dengan kata “mbah Google” yakni
istilah yang menandakan bahwa Google merupakan
dukun dari segala masalah ketidaktahuan informasi
manusia karena semua hal informasi dengan mudah
didapatkan. Bagaimana tidak, Google ini memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan semua infor-
masi yang diunggah di internet yang ada di dunia
dan menyusunnya sesuai dengan apa yang cari
dalam keyword Google. Disaat era yang saat ini
disebut dengan big data atau melimpahnya
informasi atau data digital yakni Secara riil salah
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
136
satu penelitian Pada tahun 2012, McAfee
mengungkapkan bahwa tercipta 2,5 exabytes setiap
harinya dan Setiap 40 bulan, angka tersebut
meningkat dua kali lipat (Tirto, 2017), Google
beraksi memberikan pencerahan di masyarakat
sebagai solusi pencari informasi yang tercepat
dengan kemampuan logaritmanya.
Indonesia merupakan negara pengguna Google
yang terbanyak sehingga menempati urutan pertama
yakni Dalam penelitian WeAreSocial.net dan
Hootsuite menunjukkan bahwa Indonesia menem-
pati urutan kedua pengguna internet terbesar di
dunia pada 2017. Riset tersebut diketahui bahwa
beberapa situs yang memiliki jumlah kunjungan
yang tinggi setiap bulannya merupakan website
mesin pencari (search engine). Google Indonesia
(Google.co.id) menempati urutan pertama dengan
jumlah kunjungan rata-rata per bulan mencapai 2,92
miliar kunjungan, dan waktu rata-rata yang dihabis-
kan per akses mencapai 9 menit 2 detik. Di urutan
kedua masih ditempati oleh website pencarian, yaitu
Google.com dengan jumlah kunjungan rata-rata per
bulan mencapai 1,18 kunjungan unik (katadata
Indonesia, 2017). Dari data tersebut ditemukan
bahwa Google memiliki posisi kepercayaan tinggi
di masyarakat Indonesia dalam pemenuhan
kepuasan pencarian informasi.
Berbagai dampak positif dari penggunaan
pencari informasi “Google” yang telah diketahui di
masyarakat. Tidak hanya dampak positif saja tetapi
ada juga dampak negatif dari penggunaan Google
yang selama ini mungkin tidak banyak masyarakat
ketahui. Tidak semua hasil yang muncul pada situs
Google adalah situs yang selalu memberikan
kevalidan data hanya karena posisi urutan yang
muncul pada jendela Google. Celakanya yang
terjadi adalah masih banyak masyarakat yang secara
langsung mempercayai hasil pencarian tersebut dan
menerapkan dalam kehidupan karena efek posisi
dan rangking yang dirasa terpercaya. Perlu diingat
bahwa informasi palsu mudah ditemukan di
internet. Penelitian menunjukan sebagian besar
informasi pada situs kesehatan di internet memiliki
kesalahan yang signifikan, baik jika ditinjau dari
segi kualitas, akurasi dan juga kelengkapan data
yang disediakan (Muse, et al., dalam Arif 2016).
Penelitian Ryen White dan Eric Horvitz (2009)
menunjukan mayoritas tautan menghubungkan
gejala umum seperti “nyeri kepala” dengan penyakit
langka seperti “tumor pada otak”. Contoh lain yang
dapat dilihat adalah pencarian dengan kata kunci
“nyeri dada” akan dihubungkan dengan gagal
jantung dan gangguan pencernaan (White &
Horvitz, 2009). Pada kasus di Indonesia Salah
satunya adalah cerita tentang Salah satu contohnya
adalah informasi mengenai penyakit stroke
yang untuk pertolongan pertamanya, seseorang di-
anjurkan menusuk jari penderita stroke dengan
jarum. Yang sebenarnya hal tersebut akan semakin
memperparah keadaan kesehatan orang tersebut
karena hal tersebut tidak ilmiah dalam kesehatan
(Kompas.id:2017). Hal ini adalah salah satu contoh
masalah yang terjadi dari penggunaan Google pada
bidang kesehatan yang dapat memberikan efek
bahaya bagi pengkonsumsi informasi, mungkin
banyak lagi contoh pada bidang lainnya akibat dari
hasil pencarian Google dan secara langsung
menerima informasi yang ada pada paparan situs-
situs di dalam jendela Google.
Dampak yang ditimbulkan dalam penjelasan
diatas akan dibahas dalam tulisan ini yang bertujuan
memberikan pengetahun literasi agar tidak terjadi
resiko pada pengkonsumsi informasi dari Google
khususnya. Diharapkan dari hasil penelitian ini akan
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
137
membantu masyarakat terutama di Indonesia agar
lebih selektif dengan hasil yang muncul pada hasil
pencarian informasi di Google dan mendukung
program masyarakat melek literasi digital serta
mewujudkan masyarakat yang bijak dalam berme-
dia.
Tidak banyak studi yang membahas secara
spesifik tentang permasalahan pencarian informasi
melalui pencarian informasi “Google” dan literasi
digitalnya. Hal yang membahas tentang hal tersebut
khususnya penelitian di indonesia sangat hampir
tidak ada. Yang ditemukan lebih membahas tentang
pemanfaatan Google lebih kearah penggunaan
Google untuk media belajar, pemograman dengan
pemanfaatan Google dan beberapa ditemukan yang
berhubungan dengan literasi lebih pad akeliterasi
informasi untuk kurikulum belajar bukan secara
khusus literasi dalam mencari informasi di pencari
informasi di Google.
Beberapa studi yang bersangkutan yang
dibahas dalam versi indonesia adalah skripsi yang
ditulis oleh Gilang Putra Persada dengan judul
“Pemanfaatan akses internet Google pada
mahasiswa UPN Veteran Jatim” yang secara singkat
membahas bagaimana manfaat Google bagi
mahasiswa UPN sangat tinggi untuk akses data
berhubungan dengan edukasi perkuliahan. Yang
kedua adalah dari Arif yang ditulis dalam
disertasinya yang berjudul “Pengaruh pencarian
informasi kesehatan di internet dengan kecemasan
pada mahasiswa informatika UNS” yakni
membahas tentang banyaknya tingkat pencarian
informasi kesehatan di internet berpe-ngaruh
terhadap tingginya kecemasan pada maha-siswa
bukan berbicara tentang permsalahan Google dan
literasinya. Dan studi lain yang ditemukan lebih ke
teknis pemaksimalan pemakaian Google. Sehingga
penulis mencari referensi lain dari dari studi
internasional tentang literasi digital dan masalah
penggunaan pencarian informasi Google dan yang
dihasilkan adalah kebanyakan berbicara literasi
secara umum tidak spesifik Google dan untuk
masalah Google lebih dibahas pada cara kerja
Google dengan banyak perangkat-perangkat seperti
Google ads, gmail, gmap beserta pemanfaatannya
dan permasalahan pada kasus marketing online pada
Google.
Penelitian pertama yang berjudul “The Google
case in EU” yang ditulis oleh Ioannois Kokkoris
yang berbicara yang membahas tentang investigasi
Komisi Eropa tentang Google terkait dugaan
penyalahgunaan di pasar penelusuran online terkait
layanan belanja perbandingan Google. Yang kedua
dengan judul “Seeking science information online:
Data mining Google to better understand the roles
of the media and the education system” yang ditulis
oleh Elad Segev yang membahas tentang permin-
taan pencarian, perhatian media dan waktu selama
tahun akademik sangat berkorelasi dengan
perubahan perilaku mencari informasi (diung-
kapkan oleh perubahan dalam proporsi pencarian
terkait ilmu pengetahuan Google). Ketiga terdapat
buku panduan yang ada pada publikasi sage yang
berjudul “Guiding Gifted Elementary Students Onto
the Entrance Ramp of the Information Super-
highway Google” yang ditulis oleh Joan Schneider
yang merumuskan penambahan literasi media
spesifik pada literasi informasi penggunaan Google
pada kurikulum pembelajaran SD yang dari literasi
ketiga ini dapat dijadikan acuan dengan mengubah
obyeknya lebih umum lagi.
Dari beberpa penelitian yang ditemukan
penelitian ini lebih mempertajam pada bagaimana
literasi pada kegiatan pencarian informasi di
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
138
Google. Yang menjadi perbedaan pada penelitian
ketiga yang di tulisa oleh Joan Schneider adalah
pada obyeknya yakni Joan lebih fokus pada obyek
SD dan masuk pada kurikulum pendidikan sekolah
dasar. Fokus pada penelitian adalah memberikan
edukasi atau literasi kepada masyarakat bagaimana
menggunakan pencari informasi yang benar hingga
memberikan informasi tentang permaitan mesin
pencari Google dalam memunculkan keyword yang
dicari.
Sehingga masyarakat mengetahui bagaimana
cara kerja Google yang tidak semua informasi dapat
dibernarkan. Dengan pengetahuan literasi terhadap
pencarian informasi di Google ini harapannya
adalah masyarakat semakin selektif dalam
memperoleh informasi dari mesin pencari apapun
yang terkoneksi dengan internet. Penelitian ini juga
memiliki keterbatasan yakni lebih pada membe-
rikan informasi literasi umum tidak sampai membe-
rikan gambaran teknis seperti buku panduan. Yang
harapannya dari hasil penelitian ini juga dapat
dikembangkan menjadi buku panduan untuk tulisan
atau aktifitas literasi digital.
Teori Yang membantu dalam pemecahan
masalah dalam literasi digital pada kasus
permasalahan pencarian informasi di google. Teori
ini diambil dari penulis yang bernama T.-B. Lin, J.-
Y. Li, F. Deng, & L. Lee tahun 2013 dan 2015 yang
sering membahas tentang digital literasi atau media
literasi dengan judul penelitian “Understanding
New Media Literacy: An Explorative Theoretical
Framework” dan terjelakan lagi pada tulisan yang
kedua tahun2015 dengan judul “Understanding new
media literacy: The development of a measuring
instrument”. Dalam idenya lin dkk menemukan pola
dalam pengkonsumsian informasi dan bagaimana
framework mengkonsumsi digital media. Sebelum
membahas tentang konsumsi media, dalam teori lin
dkk membahas pertama tentang pola literasi new
media yang dengan jelas pada gambar 1.
Sumber: Chen et al. (2011) Source: Chen et al. (2011)
Gambar 1. Kerangka Kerja untuk Literasi Media Baru
Picture 1. Framework for new media literacy
Berdasarkan dua continua di atas, empat jenis NML
dapat dikenali. Mereka adalah (a) mengkon-sumsi
secara fungsional (FC, kuadran kiri bawah Gambar
1), (b) mengkonsumsi kritis (CC, kuadran kiri atas),
(c) fungsional prosuming (FP, kuadran kanan
bawah), dan (d) pengujian kritis (CP, kuadran kanan
atas). Dengan demikian, FC membutuhkan
kemampuan individu untuk mengakses konten
media dan memahami makna tekstualnya. CC
melibatkan kemampuan untuk menafsirkan konten
media dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan
budaya tertentu. FP berfokus pada kemampuan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan konten
media, sementara CP menggarisbawahi interpretasi
kontekstual individu dari media konten selama
kegiatan partisipasi mereka. Chen & Wu
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
139
Sumber: Chen et al. (2011) Source: Chen et al. (2011)
Gambar 2. Refined kerangka kerja dari literasi media baru Picture 2. A refined framework of new media literacy
(2011) menyarankan, CP harus diadvokasi sebagai
tujuan penting dalam masyarakat informasi.
Gambar 1, menyediakan indikator / kata kunci
tertentu untuk memahami setiap jenis NML (New
Media Literacy). Sebagai contoh, diharapkan
konsumen media fungsional dapat mengakses dan
memahami isi media pada tingkat tekstual. Selain
itu, konsumen media yang penting harus mampu
menganalisis, mengevaluasi, kritik, dan mensintesis
konten media dengan merenungkan sosio-
budayanya yang tertanam arti/nilai.
Kerangka pada Gambar 2 diatas menunjukkan
bahwa empat jenis NML dapat secara umum
diwakili oleh sepuluh indikator lebih halus
(ditunjukkan dalam kotak merah pada Gambar
2). Dalam paragraf berikut, setiap indikator
diperkenalkan, diuraikan, dan didiskusikan. Secara
khusus, pertama-tama kami mendefinisikan dan
mengilustrasikan masing-masing indikator, dan
kemudian mendiskusikan persamaan dan / atau
perbedaan antara definisi kami dan orang lain dari
literatur.
Keterampilan mengkonsumsi mengacu pada
serangkaian keterampilan teknis yang diperlukan
untuk seorang individu ketika suatu individu
mengkonsumsi konten media. Sebagai contoh,
diperlukan seorang individu untuk mengetahui cara
mengoperasikan komputer, bagaimana caranya
untuk mencari / mencari informasi, bagaimana
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
140
menggunakan teknologi informasi (misalnya
Internet), dan sebagainya.
Indikator Memahami ini mengacu pada
kemampuan individu untuk memahami makna
konten media secara tingkat harfiah. Contohnya
termasuk kemampuan individu untuk menangkap
ide orang lain yang dipublikasikan di berbagai
platform (misalnya buku, video, blog, Facebook,
dll.), dan untuk menafsirkan makna bentuk-bentuk
singkat atau emotikon baru. Di atas sisi lain, Lin
Dkk mencoba untuk membongkar lebih lanjut
tingkat kritis dari Buckingham et al. (2005)
memahami ke tiga lagi indikator halus (yaitu,
analisis, sintesis, dan evaluasi) yaitu: (1) Analisis.
Indikator ini mengacu pada kemampuan individu
untuk mendekonstruksi pesan pada media; (2)
Sintesis, indikator sitetis ini dikategorikan dalam
mengkonsumsi daripada mengasumsikan keaksara-
an. Ini didasarkan pada argumen bahwa sintesis itu
sendiri tidak selalu menyiratkan kecenderungan
kebenaran, dan (3). Evaluasi. Indikator ini termasuk
kemampuan individu untuk mempertanyakan,
mengkritik, dan menantang kredibilitas dalam isi
dari media.
Selain itu, lima indikator lain untuk
meningkatkan literasi media adalah: (1)
Prosumming skill. Indikator ini mengacu pada
seperangkat keterampilan teknis yang diperlukan
bagi seorang individu untuk memproduksi/
membuat isi media. Bersama dengan dua indikator
berikutnya (yaitu, distribusi dan produksi), menurut
Thoman dan Jolls (2008) itu merupakan hal yang
menggarisbawahi penggunaan berbagai teknologi
untuk membuat, mengedit, dan menyebarkan pesan
media; (2) Distribusi, Indikator ini mengacu pada
kemampuan individu untuk menyebarluaskan
informasi yang ada; (3) Produksi. Indikator ini
melibatkan kemampuan untuk menduplikasi
(sebagian atau seluruhnya) atau mencampur konten
media. Singkatnya, ketiga indikator di atas (yaitu,
keterampilan, distribusi, dan produksi) bersama-
sama memberikan pemahaman yang lebih halus dari
Chen et al (2011) fungsional dalam keaksaraan. (4)
Partisipasi. Tidak seperti ketiga indikator di atas,
partisipasi membutuhkan lebih banyak kekritisan
dari individu.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan data sekunder yakni metode
referen dengan memaksimalkan data dari informasi
literatur-literatur terkait seperti jurnal, hasil
penelitian dan informasi dari internet yang akan
dianalisa dengan cara rasional yaitu keketatan
logika dengan teori yang terkait literasi media.
Diharapkan dengan metode kualitatif pendekatan
melalui kajian pustaka atau referen ini dapat
memberikan data yang menyeluruh tentang masalah
pencarian infromasi melalu mesin pencari
informasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan berikut pertama yang
dijabarkan adalah data yaitu sesuai dengan kerangka
berfikir yakni berhubungan dengan google dan
permasalahannya. Sehingga diperlukan data yang
menjelaskan google dan bagaimana sistem kerja
hingga fitur-fitur di dalamnya sehingga bisa
memprediksi permasalahan yang muncul dari
operasional google secara keseluruhan dan dengan
memahami permasalahan-permasalahan tersebut.
Dengan mengetahui efek permasalahan dari kerja
google tersebut akan mempermudah kita dalam
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
141
merumuskan literasi digital dengan menggunakan
pendekatan teori literasi Lin dkk yang telah
dirumuskan diatas. Paragraf selanjutnya akan
membahas tentang informasi google yang secara
detail akan terjabarkan
A. Google
Google adalah mesin pencari yang didirikan
oleh Larry Page dan Sergey Brin dari Stanford
University pada 1995 silam. Backrub adalah nama
mesin pencarian yang dikembangkan mereka
berdua akhirnya tercipta. Backrub tidak berumur
lama, karena kedua pendiri itu akhirnya memilih
“Google” sebagai nama pengganti. Misi “untuk
mengorganisasikan informasi dunia dan
membuatnya dapat diakses dan digunakan secara
universal.” (Tirto.id, 2018)
Diambil dari informasi yang berhasil ditulis
kompas.com dari informasi google langsung yakni
Secara garis besar, ada tiga langkah yang dilakukan
oleh sistem pencarian Google. Ketiga langkah
tersebut adalah Crawling & Indexing, Algoritma,
dan Fighting Spam. Sistem Google akan memulai
proses pencarian dengan mencari kata yang diingin-
kan oleh pengguna ke sekitar 30 triliun halaman
situs yang ada di dunia maya. Setelah selesai
mencari, kata-kata tersebut akan dibuatkan indeks.
Saat proses indexing selesai dikerjakan, proses
algo-ritma super-rumit akan mulai bekerja
memilah-milah konten mana yang diprediksi paling
sesuai dan akhirnya sistem akan menampilkan
hasilnya kepada pengguna (Kompas.com, 2013).
Tiga proses kunci dalam mengirimkan hasil
penelusuran yang secara detail dipaparkan oleh
beranda google dan data lain dari penelitian IT
Journal hingga hasilnya sampai dilayar kita ketika
mengetik keyword adalah sebagai berikut :
1. Merayapi
Merayapi adalah proses yang
digunakan Googlebot untuk menemukan laman
baru dan diperbarui untuk ditambahkan ke indeks
Google. Pihak official google menggunakan banyak
sekali komputer untuk mengambil (atau
"merayapi") miliaran laman di web. Program yang
melakukan pengambilan ini disebut Googlebot
(juga dikenal sebagai robot, bot, atau spider).
Googlebot menggunakan proses algoritma:
program komputer menentukan situs mana yang
dirayapi, seberapa sering, dan berapa banyak laman
yang diambil dari tiap situs. Proses perayapan kami
dimulai dengan daftar URL laman web, yang
dihasilkan dari proses perayapan sebelumnya, dan
ditambahkan dengan data Peta Situs yang
disediakan oleh webmaster. Saat mengunjungi tiap
situs web ini, Googlebot mendeteksi tautan pada
tiap laman dan menambahkannya ke dalam daftar
laman untuk dirayapi.
Situs baru, perubahan terhadap situs yang ada,
dan tautan mati dicatat dan digunakan untuk
memperbarui Google indeks. Google tidak
menerima bayaran untuk lebih sering merayapi
suatu situs dan kami tetap menjaga agar bisnis
penelusuran kami terpisah dari layanan AdWords
yang menjadi sumber pendapatan google.
2. Mengindeks
Googlebot memproses tiap laman yang
dirayapi untuk menyusun indeks dalam jumlah
sangat besar berisi semua kata yang ditemukannya
dan lokasi kata-kata tersebut pada setiap laman.
Selain itu, kami memproses informasi yang
disertakan dalam tag konten utama dan atribut,
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
142
seperti tag Judul dan atribut ALT. Googlebot dapat
memproses banyak jenis konten namun tidak
semuanya. Misalnya, kami tidak dapat memproses
konten beberapa file multimedia atau laman
dinamis.
3. Algoritma
Jika menginginkan jawaban dari Google,
bukan dari triliunan laman web. Algoritma adalah
sebuah program komputer yang melihat sebuah
tanda-tanda untuk memberikan yang terbaik seperti
apa yang diinginkan. Algoritma secara singkat
dapat diartikan sebagai suatu formula/urutan dari
beberapa langkah yang logis untuk menyelesaikan
sebuah masalah. dalam ilmu komputer formu-
la tersebut dituliskan dengan bahasa pemrogram-
an. jadi algoritma google adalah sebuah program
untuk memecahkan masalah, dalam hal
ini menentukan hasil yang relevan dari sebuah kata
atau kalimat yang diketikkan oleh pengguna di
kotak pencarian. Agar menentukkan hasil yang
relevan , algoritma Google mengandalkan lebih dari
200 rujukan informasi , sehingga memungkinkan
untuk menebak informasi apa yang benar-benar
anda cari dari kata kunci yang di masukkan.
rujukan ini mencakup hal-hal seperti istilah pada
situs, konten terbaru, tempat tinggal anda dan
PageRank.
4. Melawan Spam
Setiap harinya, jutaan laman spam yang tidak
berguna dibuat. Google berupaya melawan spam
melalui algoritma komputer dan telaah manual.
Spam adalah kumpulan teknik curang
seperti mengulang kata kunci tertentu secara
berulang-ulang atau juga membeli link agar
mendapat pagerank yang tinggi. sehingga Para
pemilik website mendapat keuntungan websitenya
menjadi hasil pencarian teratas atau di halaman
pertama. padahal website tersebut kebanyakan
tidak relevan dan hanya mencari untung tanpa
mempedulikan isi konten. untungnya google juga
dapat mendeteksi sebagian besar spam dan
menurunkan website tersebut secara otomatis.
Untuk sisanya, mereka memiliki tim yang meninjau
situs secara manual.
5. Menyajikan Hasil
Saat pengguna memasukkan kueri, mesin kami
menelusuri indeks untuk mencari laman yang cocok
dan mengembalikan hasil yang kami yakini paling
relevan bagi pengguna. Relevansi ditentukan oleh
lebih dari 200 faktor, salah satunya adalah
PageRank untuk laman yang diberikan. PageRank
adalah ukuran pentingnya suatu laman berdasarkan
tautan yang datang dari laman lainnya. Singkatnya,
setiap tautan ke suatu laman di dalam situs Anda
dari situs lain menambah PageRank situs kita. Tidak
semua tautan sama: Google berusaha keras mening-
katkan pengalaman pengguna dengan mengiden-
tifikasi tautan spam dan praktik lainnya yang
berakibat negatif pada hasil penelusuran. Jenis
tautan terbaik adalah tautan yang diberikan berda-
sarkan kualitas konten kita.
Agar kita mendapatkan peringkat yang baik
dalam laman hasil penelusuran, penting untuk
memastikan bahwa Google dapat merayapi dan
mengindeks situs Anda dengan benar. Pedoman
Webmaster google menguraikan beberapa praktik
terbaik yang dapat membantu user menghindari
perangkap umum dan meningkatkan peringkat situs.
Fitur ‘Mungkin Maksud User’ dan
‘Pelengkapan Otomatis Google’ milik Google
dirancang untuk membantu pengguna menghemat
waktu dengan menampilkan istilah terkait, kesalah-
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
143
an eja umum, dan kueri populer. Layaknya hasil
penelusuran google.com, kata kunci yang
digunakan oleh fitur ini dihasilkan oleh perayap
web dan algoritme penelusuran kami secara
otomatis. Kami menampilkan prediksi ini hanya
apabila kami rasa prediksi tersebut akan menghemat
waktu pengguna. Jika peringkat situs baik untuk
suatu kata kunci, itu karena kami telah menentukan
bahwa kontennya lebih relevan bagi kueri pengguna
sesuai algoritme google.
B. Analisis Penelitian
Penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa
bagaimanapun google mendapatkan informasi yang
user inginkan juga belum bisa dipastikan
kebenarannya atau valid karena google adalah
median pencari. Google mencari hasil sesuai de-
ngan keyword yang dimasukkan user dan akhirnya
google bekerja mencari konten yang sesuai dari
jutaan bahkan milyaran website yang ada di big data
dunia. Dan google menyeleksi semua website dan
menemukan hasil yang sesuai atau mendekati
keyword. Dan faktanya hasil yang dapat kita
temukan dari judul dan pembahasan belum tentu
sesuai. Dan akhirnya user tetap harus membuka
situs by situs untuk menemukan yang konten yang
sesuai dengan user harapkan. Disamping itu juga
kebenaran konten yang disajikan dari satu dengan
yang lainnya akan menawarkan hal yang berbeda
sehingga pengguna pencari informasi juga harus
meneliti atau mencermati sumber dari hasil
pencarian atau hasil dari keyword google.
Yang pasti pada pembahasan ini adalah
pembuktian bahwa google merupakan mesin yang
bekerjanya mesin dapat diatur oleh manusia.
Google adalah mesin ciptaan manusia sehingga
manusia bisa mengetahui kelemahan dari jalannya
proses sebuah mesin. Logika ini seperti halnya jalan
kerja sebuah game yang manusia ketika paham
bagaimana game itu bekerja akan dapat menemukan
peluang keberhasilan suatu game.
Pada contoh google sebagai mesin pencari
informasi ini missal-nya untuk menjadi situs
peringkat pertama ternyata bisa diatur agar situs
milik pribadi muncul pada halaman pertama yaitu
dengan mengatur judul se-baik mungkin, tidak
banyak mengulang kata serta melakukan banyak
promosi pada situs kita.
Salah satunya adalah dengan membuat
tampilan yang menarik sehingga situs milik kita
dapat diakses dan dilihat banyak orang. Semakin
banyak orang melihat tampilan website atau situs
akan dire-komendasikan pada sistem google untuk
naik pada posisi atas. Dan pastinya banyak hal
lainnya yang dapat dilakukan manusia agar situsnya
berada pada peringkat utama yang tidak fokus
peneliti ungkap pada penelitian ini. Hal inilah yang
menjadi hal yang perlu diteliti dan dinalisa lagi
walau google menwarkan peringkat pertama belum
tentu kebe-naran informasi bisa dipastikan.
Pencari informasi harus menggunakan metode
dalam menyaring in-formasi dan tidak terkecoh
dengan yang disarankan google terutama pada
peringkat pertama. Karena disinilah masalah kenapa
pencari informasi salah dalam mendapatkan
informasi yakni tidak terlalu percaya dengan page
pertama atau peringkat dan saran google yang
ternyata peringkat pertama bisa diakalin atau diatur
oleh manusia sendiri dan juga tidak melihat
bagaimana situs tersebut dapat dipercaya atau tidak.
Sehingga diperlukan kemampuan menyeleksi dan
menganalisis situs hasil dari pencarian keyword.
Dalam kali ini penulis memberikan metode sebagai
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
144
pengonsumsi informasi yang benar sesuai dengan
teori yang ditawarkan oleh Lin dkk yang akan
secara detail disampaikan pada paragraf berikutnya.
Literasi digital dibutuhkan dalam mencari
informasi pada mesin pencari google yang overload
of contents dan belum tentu yang menjadi saran
pertama Google adalah jawaban yang benar.
Sehingga pada penulisan kali ini penulis
memberikan pemecahan literasi dengan teori media
literasi yang diambil dari Lin dkk. pada konferensi
literasi media. Lin et al (2013 ) sesuai dengan teori
yang dijelaskan diatas menawarkan solusi :
Pengkonsumsi informasi atau dalam Lin et al
(2013) berbicara tentang consumsing skill
maksudnya adalah kemampuan user dalam
memakai informasi yakni pintar dan bijak dalam
mengkonsumsi informasi yang dijelaskan secara
khusus dengan indikator konsumen media harus
mampu menganalisis, mengevaluasi, kritik, dan
mensintesis.
1. Menganalisis
Menganalisis adalah kemampuan individu
untuk mendekonstruksi pesan media. Dalam
kemampuan ini yang berhubungan dengan
pencarian google adalah kemampuan dimana
konsumen informasi dapat menganalisis informasi
yang kluar dari hasil keyword. Misalnya terlihat dari
hasil pencarian, maka page atau peringkat pertama
yang disarankan belum tentu menjadi jawaban dari
pencarian konsumen. Hal yang perlu dilakukan
adalah dengan membukadan membaca semua situs
dan setelah itu menganalisa tidak hanya sesuai
dengan informasi yang kita kehendaki tetapi
menganalisis konten kebenaran informasi yang
ditawarkan pada situs itu dengan membaca
keseluruhan dan membandingkan dengan situs yang
lain. Cara yang paling inti adalah masih
menganalisa sumber informasi dari konten dan
keterpercayaan situs.
2. Mengevaluasi
Mengevaluasi kemampuan individu untuk
mempertanyakan, mengkritik, dan menantang
kredibilitas media isi. Dari hasil analisis satu situs
dengan situs yang lain, menganalisa dari judul
hingga konten informasi yang ditawarkan dari situs
yang dihasilkan dari pencarian google, penting dari
pengkonsumsi informasi dengan mengevaluasi situs
tersebut baik atau tidak untuk dikonsumsi. Misal
dari judul dan isi tidak nyambung, atau isi dari
konten memuat hal yang sumber informasi yang
meragukan atau tidak bisa dipercaya atau situs
adalah situs yang memang belum dipastikan
kevalidan informasinya. Sehingga dari evaluasi
yang dihasilkan kita bisa memutuskan apakah situs
tersebut dapat dipercaya atau tidak.
3. Kritik
Kritik adalah kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya. Dalam melakukan evaluasi untuk
menentukan bahwa situs tersebut bisa dipercaya
atau tidak dari hasil pencarian, setidaknya dalam
mengevaluasi pengkonsumsi informasi atau pencari
informasi memiliki kritik atau pendapat dalam
membaca konten informasi sehingga pengkonsumsi
dapat memberikan ruang bentrok atau memper-
tanyakan kembali agar menghasilkan hasil
informasi yang lebih obyektif. Misal dalam penca-
rian informasi tentang kesehatan yakni gejala nyeri.
Dalam hasil situs didapatkan informasi tentang
gejala nyeri masuk sakit jantung atau prediksi lain
yang ditawarkan setiap situs. Pengonsumsi perlu
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
145
mempertanyakan kembali apakah iya nyeri dada
sama dengan selalu indikasi penyakit jantung?
Kritis dengan hal lain yang dimungkinkan bisa jadi
penyakit paru-paru basah atau magh yang
sebelumnya pengkonsumsi pernah temukan hasil
dari referensi kesehatan lainnya baik online ataupun
informasi dari dokter.
4. Mensintesis
Mensintesis adalah paduan (campuran)
berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan
kesatuan yang selaras. Dalam contoh pencarian
informasi ini adalah langkah terakhir sebelum
sebuah informasi dari situs dikonsumsi yakni
dengan merangkaikan keseluruhan analisis
hinggakritik sehingga kita dapat menentukan mana
dari banyak website yang layak untuk dikonsumsi.
Langkah ini adalah langkah menstrukturkan
informasi yang benar dari sumber-sumber situ yang
diperoleh dengan mengkonfirmasi dengan yang ahli
dibidangnya dan setelah itu barulah terjadi sintesis
yakni hasil dari penelitian yang kita dapat dari
informasi mesin pencari Google.
Inti dari pengonsumsian informasi dari google
adalah menjadi pengonsumsi yang bijak yakni
dengan tidak langsung menerima dan memakan
dengan lahap semua informasi yang diberikan oleh
google. Harus selalu siap dengan terpaan informasi
yang banyak pada laman google dengan melakukan
skill atau kemampuan diatas yakni menganalisis,
mengevaluasi, mengkritik dan mensintesis laman
dari situs-situs yang telah dibaca. Tidak satu
informasi dari situs dan dianggap sebagai
kebenaran.
prosumming skill adalah bagaimana ketika
informasi didapatkan konsumen informasi media
google memiliki kemampuan dalam membagi dan
membuat konten dengan bijak. Setelah
mendapatkan informasi yang benar dari hasil
kemampuan konsumsi diatas dan selanjutnya ketika
manusia memiliki informasi akan secara otomatis
memiliki kekuatan naluriah untuk menyebarluaskan
dan membuat tiruan agar yang lain tertarik dengan
apa yang dibagikan.
Secara detail bisa dapat dijelaskan dengan
dibawah ini dengan indikasi: (1) distribusi, adalah
sebuah kemampuan individu untuk menyebar-
luaskan informasi yang ada. Misalnya ketika kita
memiliki informasi dari gogle tidak denganmudah
menyebarkan informasi tetapi harus tau informa-
sinya layak share atau tidak, karena menyebar-
luaskan konten banyak hal yang perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan hingga mendapatkan kepu-
tusan yang tepat. Misal yang perlu dipertimbangkan
adalah faktor usiakarena tidak semuakonten layak
untuk semua usia, waktu, kondisi, karakter dll.;
(2) Produksi, adalah sebuah hal yang melibatkan
kemampuan untuk menduplikasi (sebagian/ selu-
ruhnya) atau mencampur konten me-
dia. Kemampuan ini juga merupakan salah satu hal
penting untuk para creator media sosial yakni setiap
masyarakat dengan hp sehingga dengan mudah
memproduksi baik sifatnya lembaga atau personal.
Dan juga difikirkan apa yang harus dibuat dalam
contoh pembuatan situs website atau konten tertentu
yang harapannya adalah pembuatan konten yang
membangun atau secara kepercayaan dapat
dipercaya dan tidak sembarangan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pencarian informasi dengan menggunakan
mesin pencari informasi pada riilnya di masyarakat
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
146
menimbulkan permasalahan yakni terlalu cepat
dalam menyimpulkan kebenaran informasi pada
situs-situs informasi yang ditawarkan oleh mesin
pencari google yang akhirnya berdampak pada
masyarakat adalah sering terjadi salah kaprah
terhadap informasi yang muncul teruatama pada
informasi kesehatan. Penelitian ini akan membedah
permasalahan sosial dampak kegiatan pencarian
informasi lewat “google” dan bertujuan untuk
memberikan informasi tentang pentingnya literasi
digital dengan menggunakan metode ilmiah untuk
mendapatkan informasi yang valid agar masyarakat
tidak terjebak dengan permainan sistem mesin
pencari “google”.
Hasil yang ditemukan dengan menggunakan
literasi media menurut Lin dkk (2013) yakni ada dua
kemampuan yakni consumming skill yakni kemam-
puan dalam mengkonsumsi media dengan melaku-
kan tindakan menganalisa, mengevaluasi, meng-
kritik dan mensintesikan data tau informasi pada
situs yang dibaca. Skill yang kedua adalah
prosuming skill yakni bagaimana individu dengan
dapat memproduksi dan mendistri-busikan dengan
benar hingga tidak mengakibatkan kesalahan
informasi pada orang lain.
B. Saran
Penelitian lainnya bisa mengenai digital literasi
pada mesin pencarian Google mungkin bisa
dilakukan dengan menggunakan metode lain dan
dapat dilihat apakah hasil penelitian dengan metode
lain dapat memberikan hasil yang serupa dengan
metode yang digunakan pada penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tirto.id, 2017. Memahami banyak hal tentang
big data. [online]. From
https://tirto.id/memahami-banyak-hal-
dengan-big-data-cmVQ. Diakses pada 22
Maret 2018
Katadata.co.id, 2017. Website paling sering
diakses di publik Indonesia. [online].
From
https://databoks.katadata.co.id/datapublis
h/2018/02/02/website-paling-sering-
diakses-publik-indonesia. Diakses pada
27 Mei 2018.
Putra, L. M., 2017. Sains jelaskan kenapa
banyak orang mudah percaya terhadap
hoax. [online]. From
https://sains.kompas.com/read/2017/08/2
2/215000623/sains-jelaskan-mengapa-
banyak-orang-mudah-percaya-hoax-.
Accessed on 27 maret 2018
ARIF, I. D. L. S., 2016. Hubungan Pencarian
Informasi Kesehatan di Internet dengan
Kecemasan pada Mahasiswa Informatika
UNS (Doctoral dissertation, Universitas
Sebelas Maret).
White RW, Horvitz E. C. 2009. Studies of the
escalation of medical concerns in web
search Trans on Inf Sys 2009. in press
GILANG, P. P., 2013. Pemanfaatan Akses
Internet Google Pada Mahasiswa Upn
Veteran Jatim (Studi Deskriptif Kualitatif
Mengenai Pemanfaatan Akses Internet
Google Pada Mahasiswa UPN
‘’Veteran’’Jatim) (Doctoral dissertation,
Faculty of Social Sciences and Political
Science).
Kokkoris, I., 2017. The Google Case in the EU:
Is There a Case?. Sage Journals.
62(2):313-333.
Segev, E., & Baram-Tsabari, A., 2012. Seeking
science information online: Data mining
Google to better understand the roles of
the media and the education system. Public Understanding of
Science, 21(7), 813-829.
Schneider, J., 2009. Guiding Gifted Elementary
Students Onto the Entrance Ramp of the
Information Superhighway Google. Sage
Journals. 32(1):27-31.
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari
147
Lee, L., Chen, D. T., Li, J. Y., & Lin, T. B.,
2015. Understanding new media literacy:
The development of a measuring
instrument. Computers & Education, 85,
84-93.
Lin, T. B., Jen-Yi, L., Deng, F., & Lee, L.,
2013. Understanding new media literacy:
An explorative theoretical
framework. Journal of Educational
Technology & Society, 16(4), 160.
Deliusno, 2013. Begini Cara Situs Pencari
Milik Google Bekerja. [online] from
https://tekno.kompas.com/read/2013/03/
04/16243863/begini.cara.situs.pencari.mi
lik.google.bekerja. Diakses pada 28 mei
2018.
Banowosari, L. Y., Darmawan, A., Kurniawan,
K., & Mitchell, M., 2014. Analisis Pada
Fitur Autocomplete Suggestion Dan
Semantik Pada Pencarian Di Mesin
Pencari Google. Prosiding KOMMIT.
Chen, D.-T., & Wu, J., 2011. New media
literacy in the 21th century society: Key
findings, gaps and recommendations.
Paper presented at the National
Association for Media Literacy
Education, Philadelphia, Pennsylvania,
USA.
Chen, D.-T., Wu, J., & Wang, Y.-M., 2011.
Unpacking new media literacy. Journal
on Systemics, Cybernetics and
Informatics, 9(2), 84-88.
Zaenudin, A., 2018. Sisi Kelam dari Mesin
Pencarian Google. [online] from
https://tirto.id/sisi-kelam-dari-mesin-
pencarian-google-cHvo. Diakses pada 28
Mei 2018.
Google.com., 2018. Bantuan Search
Console:Cara Kerja Google Penelusuran.
[online] from
https://support.google.com/webmasters/a
nswer/70897?hl=id. Diakses pada 28 Mei
2018.
Efendi, I, 2018. Bagaimana Cara Kerja Google
dalam Mencari Informasi. [online] from
https://www.it-jurnal.com/cara-kerja-
google-dalam-mencari-informasi/.
Diakses pada 28 Mei 2018.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147
148