majalah umn insight
DESCRIPTION
UMN INSIGHT UMN Insight is published by Universitas Multimedia Nusantara Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang-Banten Phone: +62-21-54220808 Fax: +62-21-5422-0800 Website: www.umninsight.com Email: [email protected]TRANSCRIPT
what expertS SayBerburu Beasiswa
focuSMengemas ICT dalam proses Belajar Mengajar
opINIoN
Quo Vadis Social Media
profIle
prof.yohanes Surya Rektor UMN periode 2007-2010
Saya peletak Dasar
New rector
Wawancara Eksklusif Rektor UMN
Dr. Ninok leksono
tahun 1 / edisi 1 / triwulan / april 2011
insight
| april 2011 | 32 | april 2011 |
36 cinema highlight Kisah Penghisap Darah dari Masa Ke Masa
38 techno corner
Google, Android, dan si Roti Jahe
41 technopreneurship Kunci Bisnis Online itu “ Kredibilitasnya”
44 opinion Quo Vadis Social Media
45 rector column TIK, UMN , dan Masa Depan
48 ads
18 umn news + Novel First Love Dilemma + UMN Peduli Orang yang Terkena Musibah + UMN Raih Juara Professional Communicator
20 campus community
Semarak Pagelaran Serpong Multimedia Expo 2011
22 short story 5 PM
28 hideaway Mengusung Nuansa Tematik yang Edukatif
30 what experts say Pintar saja tak jamin Raih Beasiswa
34 dress up
Click the Geek!
4 fokus Mengemas ICT dalam Proses Belajar Mengajar
8 profile
Saya Peletak Dasar
12 New rector
Membangun Industri Kreatif lewat UMN
14 on the spot + Kampanye Nulis novel di Pedalaman + Membawa Tim UMN Juara + Tiga “Rahasia” Menerbitkan Novel
16 in touch Selamat atas Terbitnya Majalah UMN Insight !
daftar isi umn greetings
umn insighttahun 1 / edisi 1 / triwulan
maret 2011
publisher Johannes S. Prajitno, M.Sc
executive publisherIwan Setyawan, S.E.
editor in chiefAmbang Priyonggo, S.S., M.A.
editorial advisers Johan Setiawan, S.Kom, M.M., M.B.A
M. Josef Retno Budi Wahyuni, S.Sn., M.Ds.Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M. Hum.
managing editorGrace Natali
sub editorsIstman Musaharun P.
Paramitha Devi
editorial staffsCheryl Pricilla Bensa
Cindy ChristellaClarisa MutriaficaGabrella Sabrina
Lupita WijayaMaria Miracellia Bo
Mariska VerginaMissy MelitaRani Aryani
Viriya Paramita
photographersDebora Thea R. Chand
Felix Jody Kinarwan
creative teamJeffri Kusumajaya, S.Sn.
Steve Adrianto, S.Sn.
is published by UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang-Banten
Phone: +62-21-54220808Fax: +62-21-54220800
Website: www.umninsight.comEmail: [email protected]
umn greetings,
“ I think this is the start of something really big. Sometimes that first step is the hardest one, and we’ve just taken it.”-- Steve Jobs, Pendiri Apple Inc.
APA yang diutarakan Steve Jobs di atas sungguh benar adanya. Setidaknya
seperti itulah nuansa yang kami alami ketika membidani kelahiran
majalah resmi kampus kita tercinta, UMN Insight, hingga hadir di tangan
pembaca budiman. Sebagai kampus unggulan berbasis ICT di Indonesia
dan di bawah naungan jaringan perusahan media besar Kelompok Kompas
Gramedia, tentu membuat kami terinspirasi untuk memiliki suatu media
kampus yang profesional. Media kampus ini tidak hanya sebagai wahana
pencitraan, tapi juga membawa pesan, aspirasi, dan inspirasi tak hanya
bagi kalangan internal sivitas akademika Universitas Multimedia Nusanta-
ra (UMN) saja, tetapi juga bagi publik di luar sana.
Tentang ini, kita bisa menengok bagaimana misalnya Harvard University
terpotretkan secara elegan dengan medianya Harvard Gazzette, Ox-
ford University tercitrakan kehidupan kampusnya melalui Oxford Today
Magazine, atau MIT yang mampu merangkum hingar-bingar keunggulan
akademis bidang teknologi lewat majalah mereka MIT Sloan. Kami
memang masih jauh dari media kampus mereka. Namun, kami sejatinya
harus memulai cita-cita besar dengan satu langkah kecil, dan itulah
mengapa majalah ini lahir.
Pemilihan nama UMN Insight pun juga tidak sembarangan. Kami sengaja
memilih nama ini karena memiliki makna mendalam. Redaksi berharap
apa yang kami tampilkan pada majalah ini memberikan tidak sekadar
bacaan ringan, tetapi sesuatu yang dapat mengilhami, menginspirasi,
dan mengayakan para pembaca. Redaksi sadar, apa yang kami tampilkan
ini kurang sempurna. Kami pun terbuka atas saran dan kritik dari para
pembaca agar sajian-sajian artikel pada edisi berikutnya dari majalah tri-
wulanan ini menjadi lebih baik lagi. Akhirul kalam, redaksi mengucapkan
selamat membaca, semoga UMN Insight makin menginspirasi Anda.
Tabik,Ambang PriyonggoEditor in [email protected]
on the cover
MODEL Prof. Yohanes Surya
PHOTOGRAPHER Jeffri Kusumajaya, S.Sn.
4 | april 2011 | | april 2011 | 5
Ada juga sistem absensi Smart Card melalui tapping
sejak Februari 2011. Batas keterlambatan mahasiswa
adalah 15 menit setelah jam kuliah dimulai. Lewat dari
itu, tapping yang dilakukan akan ditolak oleh sistem.
Hal ini telah disosialisasikan dari satu semester sebe-
lumnya sehingga diharapkan mahasiswa bisa ber-
adaptasi terlebih dahulu dan tidak mengalami kendala
berarti saat program benar-benar diimplementasikan.
Penggunaan Smart Card ini juga diharapkan dapat
menghindari bertumpuknya pekerjaan staf administrasi
yang harus mendata daftar absensi ribuan anak secara
manual.
sisi negatif teknologiBerkembangnya teknologi dengan begitu pesat, khu-
susnya di bidang ICT, ternyata tidak selalu membawa
hal positif. Ada beberapa konsekuensi logis dan dampak
negatif yang bisa diterima, bergantung dari kesiapan
masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang telah
memasuki era Masyarakat Informasi, bisa dibilang telah
siap menerima perkembangan teknologi dan derasnya
arus informasi.
Masyarakat Informasi adalah masyarakat yang
mengutamakan produksi, distribusi, serta pengolahan
informasi dalam setiap bidang kehidupannya. Hal ini
biasanya ditandai dengan bertambahnya pekerja di
bidang jasa, alih-alih di bidang industri. Masyarakat
Indonesia secara keseluruhan bisa dibilang belum
memasuki Era Informasi. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan pakar multimedia, Onno W. Purbo.
“Sekarang ini baru ada 100
juta user handphone dan
20 juta user internet. Total
penduduk (Indonesia) ada
220 juta dan total pelajar-
nya ada 46 juta. Jadi kita
bisa simpulkan sendiri
berapa persen yang sudah
Teknologi, mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Jangan heran bila mendengar ungkapan seperti itu, karena perkembangan teknologi yang begitu pesat kadang belum siap begitu saja diterima oleh banyak orang. Walaupun kehadirannya diharapkan untuk mempermudah proses kerja, di satu sisi hal itu juga dihindari karena dianggap dapat melupakan nilai-nilai humanisme.
Mengemas ICT dalam Proses Belajar MengajarOlehViriya Paramita & Luphita Wijaya
TIDAK bisa dimungkiri, teknologi informasi dan ilmu
pengetahuan adalah kunci pembuka peluang masa
depan. Teknologi informasi yang awalnya hanya digu-
nakan dalam militer sekadar untuk mengodekan pesan,
kini merambah ke bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Di situlah peran lembaga pendidikan mengedukasi
generasi muda dalam mengembangkan Information
Communication Technology (ICT).
Dalam globalisasi, ICT semakin dibutuhkan. Tak urung,
seperti yang dikatakan teoritikus Marshall McLuhan,
tercipta sebuah dusun global. Agar mampu bersaing dan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten,
dibutuhkan edukasi yang mampu mengakomodir kebu-
tuhan zaman. Universitas Multimedia Nusantara (UMN)
sebagai salah satu lembaga pendidikan berkeinginan
agar generasi muda tidak hanya mampu mengguna-
kan ICT, tapi juga mampu mendalami dan menciptakan
teknologi.
Misalnya, KRS (Kartu Rencana Studi) Online yang mulai
diberlakukan UMN sejak semester ganjil 2010 lalu.
Dengan adanya program ini diharapkan tercipta efisiensi
dari segi waktu dan tenaga karena para mahasiswa
bisa melakukan pendaftaran mata kuliah dari komputer
pribadi di rumahnya masing-masing.
“Dengan semakin banyaknya mahasiswa yang ada,
proses pengisian KRS secara manual akan berlangsung
semakin lama. Oleh karena itu, proses otomasi perlu
dilakukan. Hal itu diharapkan dapat memberi kemu-
dahan bagi para mahasiswa,” jelas Johan Setiawan,
Project Manager program KRS Online dan Absensi Smart
Card.
masuk kategori masyarakat informasi,” kata Onno kepa-
da UMN Insight. Bisa dikatakan, mayoritas masyarakat
Indonesia memang masih belum melek teknologi. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan digital
di banyak daerah Indonesia. Kesenjangan digital yang
dimaksud adalah ketimpangan antara daerah yang telah
menerima derasnya arus informasi dengan yang belum.
Daerah yang telah menerima arus informasi dianggap
dapat menggunakannya untuk maju dan berkembang ke
arah yang lebih baik, sementara yang belum dianggap
sebagai daerah tertinggal.
Selain kesenjangan digital, penggunaan teknologi se-
cara maksimal dianggap banyak orang dapat mengambil
peran humanis dari para pengajar. Contohnya ketika
mahasiswa cukup mengikuti kelas secara online dari
rumah dan mempersiapkan bahan ujian dari slide yang
telah diberikan dosen masing-masing. Dikhawatirkan
mahasiswa-mahasiswa tersebut akan berkembang
menjadi ‘robot’ yang hanya tahu belajar dan kurang
berinteraksi dengan sesamanya. Onno W. Purbo sendiri,
menepis kekhawatiran itu dan lebih menekankan pada
niat tiap-tiap individu dalam menuntut ilmu.
“ICT kan cuma alat. Saya terus terang sering kali menilai
kampus bukan dari alatnya. Kalau punya duit, semua
orang bisa beli alat yang bagus. Saya biasanya menilai
sebuah kampus dari hasil karyanya,” jelas Alumni ITB
itu. Lebih lanjut, pria yang sering menulis untuk wikipe-
dia ini mengatakan karya yang dihasilkan oleh kam-
pus itu haruls memiliki manfaat untuk bisa membuat
perubahan di negeri ini, termasuk apakah karya itu bisa
diadopsi oleh masyarakat karena cukup membumi.
“Apakah mahasiswa dan dosennya aktif di komunitas
IT di Indonesia? Apakah mahasiswa dan dosennya aktif
nulis di blog, di Wiki? Terus terang, saya lebih respek
dengan mahasiswa Jogja kalau saya pakai kriteria seper-
ti itu. Mereka jauh lebih aktif dibandingkan mahasiswa
Jakarta, Bandung, dan lainnya,” lanjutnya.
fokus fokus
Onno W. PurboPakar Multimedia / Dosen ITB
6 | april 2011 | | april 2011 | 7
fokus fokus
Jadi, dalam proses menuntut ilmu semuanya kembali
lagi pada individu masing-masing. Bila tujuan utamanya
dalam belajar adalah menuntut ilmu, media apapun bisa
ia manfaatkan untuk mendorong hal itu. Akan tetapi,
bila tujuan utamanya adalah mencari nilai sebaik mung-
kin, teknologi secanggih apapun sulit untuk membuat
siswa berkembang. “Kuncinya bukan di E-Learning kok.
Kuncinya adalah di kemauan mahasiswa untuk mencari
ilmu,” tegas Onno.
kerja sama globalSementra itu, Pelaksana Harian Rektor UMN, Johannes
Prajitno MSc, mengatakan ICT ibaratnya poros, di mana
sejumlah fakultas mengelilinginya. Untuk mengem-
bangkan ICT bertaraf internasional, UMN telah me-
nandatangani Memorandum of Understanding (MOU)
dan bekerja sama dengan sejumlah universitas di luar
negeri. Kerja sama itu telah terlaksana sejak 2009.
Sejumlah universitas yang telah bekerja sama dengan
UMN di antaranya Swinburne University of Technology di
Australia, California Polytechnic di Amerika, Tokyo Denki
University di Jepang, Central Queensland University di
Australia, dan College Business School.
“UMN telah mengirimkan dua mahasiswanya ke Tokyo
Denky University dan mendapat laporan sangat
memuaskan. Tokyo Denki University pun telah
menawarkan beasiswa bagi para mahasiswa UMN
untuk belajar ke Jepang,” ujar Prajitno.
Prajitno menambahkan, selain bekerja sama dengan
sejumlah universitas di luar negeri, UMN juga
menyediakan program link and match di sejumlah
industri terkemuka, di antaranya Kompas Gramedia,
PT Sumalindo Lestari Jaya, Sinar Mas, Summarecon,
Oracle, Ancora, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Swadesi,
Bank Jasa Jakarta, Kencana Internusa Artha Finance, PT
Kurnia Insurance Indonesia, Cisco, dan HP Invent. Kerja
sama dengan sejumlah industri tersebut meliputi kerja
libur, magang, dan kesempatan kerja.
“Dalam program link and match, tiga mahasiswa UMN
telah diterima oleh PT Kurnia Insurance dan berangkat
ke Kuala Lumpur serta mendapat laporan sangat me-
muaskan. Program itu bertujuan agar selain mendalami
teori, mahasiswa juga mampu mengembangkan kemam-
puan praktik mereka di luar kampus,” ungkap Prajitno.
UNTUK sebuah kampus berbasis ICT, pengembangan
teknologi secara kontinu adalah kewajiban yang ber-
tujuan memudahkan pengajar dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. UMN mencoba terus berinovasi
dan berkembang tanpa batasan yang menghalangi.
Beberapa program jangka panjang telah disiapkan dan
akan diimplementasikan dalam beberapa tahun ke
depan.
Salah satu program nyata yang akan segera diterap-
kan adalah Signates. Signates akan diwujudkan dalam
bentuk TV yang berisi berbagai macam informasi bagi
mahasiswa seperti pembatalan kelas, dan jadwal kuliah
pengganti. Setelah itu ada juga program Self-Service
Library yang dapat memudahkan mahasiswa dalam
proses peminjaman buku. Jadi, dengan hal ini maha-
siswa cukup melakukan tapping pada buku yang akan
dipinjam dan juga pada Smart Card-nya masing-masing.
Mereka tidak lagi harus melewati antrean panjang untuk
mendata peminjaman buku secara manual sehingga
tidak banyak waktu yang terbuang percuma.
Menanti Signates, TV dan Radio Kampus
Tahun ini, program UMN juga meliputi pendirian
televisi dan radio kampus. Kedua program itu tengah
dipersiapkan UMN dan dikoordinir salah satu dosen
Television Programming-Desain Komunikasi Visual,
Oscar Jayanagara. Ia mengatakan, kedua program itu
ditargetkan terlaksana pada Agustus 2011.
“Karena televisi kampus dan radio kampus merupa-
kan program penyiaran komunitas, yang menjadi badan
hukum adalah Yayasan Multimedia Nusantara. Perizinan
sedang diurus melalui Komisi Penyiaran Indonesia serta
Departemen Komunikasi dan Informasi,” ujar Oscar
ketika diwawancarai di Kampus UMN, Kamis (10/02).
Oscar menambahkan, televisi dan radio kampus ini
rencananya akan dioperasikan oleh mahasiswa UMN
yang sudah direkrut. Radio kampus memunyai konten
berita dan musik. Sementara, sejumlah konten televisi
kampus, seperti petualangan, dokumenter, dan kuliner.
Televisi kampus mempunyai empat program besar meli-
puti aktivitas mahasiswa, aktivitas kampus, aktivitas
komunitas, dan jaringan internasional.
Televisi kampus mempunyai waktu tayang rutin se-
lama dua jam, pukul 19.00 hingga 21.00 WIB, sedangkan
radio kampus akan tayang rutin pukul 06.00 hingga
18.00 WIB, dari Senin hingga Jumat.
UMN memberikan pelatihan bagi seluruh dosen
dengan sertifikasi internasional, agar hal itu dapat
tercapai. Salah satunya, IT Architecture Foundation yang
dihadiri oleh beberapa dosen UMN pada 21-25 Februari
2011. Pengembangan dan perbaikan tiada henti adalah
syarat mutlak untuk mendapatkan kredibilitas tinggi
dari para mahasiswa atau peserta didiknya.
Lab. Cinematography UMN
Johannes S. PrajitnoEksekutif Rektor
...selain bekerja sama dengan sejumlah universitas di luar negeri, UMN juga menyediakan program link and match di sejumlah industri terkemuka...
8 | april 2011 | | april 2011 | 9
profile profileprofesor yohanes suryaprofesor yohanes surya
Saya Peletak DasarProfesor Yohanes Surya Rektor UMN periode 2007-2010
“Kalau Indonesia mau jadi besar, kalau Indonesia mau jadi luar biasa, harus seperti China. Negeri ini harus bisa menghasilkan minimal 30.000 doktor dalam bidang science technology,” ujar Prof Yohanes Surya.
Prof Yo, begitu ia akrab disapa, memang tidak bisa lepas dari dunia science techno-logy. Maklum, sosok bersahaja ini punya latar belakang sebagai pendidik, terutama di bidang Fisika dan Matematika. Bahkan, komitmennya yang kuat pada dunia sains dan teknologi inilah yang membuat jebo-lan Ph.D. dengan predikat cumlaude dari College of William and Mary, Virginia, AS, ini harus “rela” meninggalkan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), tempatnya bernaung sekarang sebagai rektor.
Ya, semester ini merupakan akhir dari masa jabatan Prof. Yohanes Surya di kursi ter-tinggi di kampus milik Kelompok Kompas
Gramedia. Banyak hal yang telah dilakukan-nya untuk meletakkan landasan kokoh bagi UMN dalam usaha meraih cita-cita sebagai world class university di bidang information and communication technologies (ICT).
Lalu apa sejatinya yang akan dilakukan sang penggagas metode belajar “Fisika Gasing” ini ke depannya? Apa pesan dan harapan pemimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini kepada seluruh civitas akademika UMN? Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan UMN Insight, Clarisa Mutriafica, Cindy Christella, dan Felix Jody K.
Sejak kapan Anda menyukai Sains dan kenapa memilih Sains?
Sebenarnya saya menyukai Fisika sejak SMA karena
gurunya bagus saat itu. Sampai akhirnya saya pun
memutuskan untuk mengambil Jurusan Fisika di
Universitas Indonesia. Nah, kemudian di sana saya
melihat Fisika malah kurang menarik, karena terlalu
banyak rumus. Lalu saya mengembangkan metode
sendiri kala me-lanjutkan studi ke Amerika. Ternyata
Fisika itu menarik sehingga bisa dijadikan ‘Gampang,
Asyik, dan Menyenangkan’ (Gasing, Red). Nah, itu juga
yang mendorong saya pulang ke Indonesia supaya bisa
mengembangkan “Fisika Gasing.”
Sebenarnya, apa yang mendorong Anda un-tuk mau memajukan pendidikan di Indonesia dalam bidang sains?
Ya, karena kita lihat Indonesia ini anak-anaknya kan
pada sebel dengan sains ya. Mereka justru takut dengan
Fisika, takut dengan Kimia, sehingga larinya justru
ke jurusan IPS begitu. Harusnya kan tidak seperti itu.
Sebenarnya, Sains itu gampang, Fisika itu gampang,
Matematika atau Kimia itu gampang. Nah, saya berpikir
bagaimana cara mengubah cara pandang orang-orang
Indonesia melihat ini dengan membuat metode belajar
sains yang asyik dan menyenangkan.
Apa Visi dan Misi Anda yang utama dalam mengembangkan Sains untuk kedepannya?
Sebenarnya saya ingin seluruh anak Indonesia itu suka
sains dan matematika. Nah itu sebabnya kita harus
dorong dari sejak dini supaya mereka suka Sains dan
Teknologi ini sehingga nanti ke depannya kita bisa
mencapai jumlah sampai 30.000 doktor dalam bidang
Science Technology. Nah, kalau sudah tercapai 30.000
doktor, inilah yang disebut critical mass. Jadi artinya,
satu massa kritis, atau sejumlah ilmuwan kritis Indo-
nesia yang sudah siap maju, bersaing dengan negara
lainnya dalam bidang Science Technology.
Lalu, bagaimana sampai Anda bisa berga-bung dan turut mendirikan UMN?
Nah, sebenarnya di UMN ini kan sebagai rektor, saya
diberikan kebebasan cukup luas. Memang ide awal saya
bergabung UMN empat tahun lalu karena idealisme
dari Bapak Jakob Oetama (untuk membangun kampus
berbasis ICT). Jadi saya siap untuk membantu. Namun,
saya juga ingin tetap mengembangkan idealisme saya
mengembangkan metode pengajaran Matematika dan
Sains yang gampang, asyik, dan menyenangkan
(Gasing). Jadi keduanya berjalan paralel.
Apa saja yang telah Anda lakukan selama menjabat sebagai Rektor UMN?
Saya sebenarnya meletakkan dasar di UMN. Nah, UMN
kan mau menjadi universitas yang kita harapkan bisa
world class. Maka saya harus meletakkan dasar-dasar-
nya. Paling tidak, saya berusaha mencari dosen-dosen
yang berkualitas, yang bisa membuat UMN ‘tinggal
landas.’ Saya juga mencoba mempromosikan UMN
ke berbagai sekolah-sekolah bagus sehingga impact-
nya adalah mendapatkan anak-anak yang bagus untuk
belajar di UMN.
Bagaimana tentang pengembangan risetnya?
Penelitian juga sudah jalan, sudah mulai baik. Nah saya
pikir, dasar-dasar yang sudah saya dirikan ini, mudah-
mudahan bisa diteruskan nantinya oleh rektor selan-
jutnya, supaya ini terus lebih maju lagi. Seperti peneli-
tian harus benar-benar lebih digencarkan. Jumlah para
peneliti harus ditambah dan kemudian juga pengajar-
pengajar, dosen-dosen ini, harus ditambah, tidak hanya
dari sisi kuantitas tetapi juga kualitas.
foto: Felix Jody
10 | april 2011 | | april 2011 | 11
Lokasi universitas baru itu di mana?
Kita akan menempati gedung (Surya Institute) di depan
UMN. Namun, menyusul berkembangnya universitas ini,
pada 2012 akan pindah ke Lido, Bogor. Nah itu kampus-
nya mungkin ada sekitar 50 hektar yang kita harapkan
bisa menampung banyak peneliti-peneliti. Target saya
bisa mencapai 1.000 peneliti. Jadi kita masih cari peneliti
dari luar untuk bergabung dengan kita.
Baik, ini yang terakhir, Prof. Mungkin Prof ingin menyampaikan pesan dan harapan bagi seluruh Sivitas Akademika di UMN?
Ya, untuk para mahasiswa, saya berpesan agar tetap be-
lajar. Saya juga berharap agar seluruh sivitas akademika
untuk melakukan research, supaya ada hasil kita keluar.
Nah, riset ini manfaatnya besar, buat diri sendiri dan
juga buat universitas. Buat diri sendiri ketika penelitian-
nya itu bermanfaat bagi khalayak luas. Banyak juga kan
contoh peneliti yang menjadi kaya karena hasil peneli-
tian (penemuan yang dipatemkan). Jadi saya harapkan
sebaiknya banyak juga penelitian bermunculan dari
UMN.
satu fokus dari universitas ini adalah education dengan
target saya bisa mencetak 30.000 guru berkualitas.
Lalu yang terkait dengan bidang energi, Prof?
Yang berikutnya, kita ingin tidak hanya berhasil meng-
hasilkan 30.000 guru tetapi harus mengembangkan
teknologi ke depannya. Nah, teknologinya apa? Kita
lihat yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah energi
terbarukan menyusul harga minyak yang naik terus.
Sekarang harus mulai mencari alternative energy. Nah
Indonesia ini gudangnya bioterminal, energi panas
bumi. Kenapa lalu kita tidak mengadakan riset yang
mendalam untuk panas bumi ini? Bila energi panas bumi
itu—yang bisa juga kita ambil dari gunung-gunung be-
rapi, energi matahari, energi angin—maka hal tersebut
bisa memasok kecukupan energi untuk Indonesia. Itulah
saya ingin fokus ke bidang energi alternatif.
Apa hanya dua bidang itu saja, Prof? Adakah bidang yang lain?
Nah terus yang berikutnya, universitas baru ini juga
fokus ke bidang life science. Ketika berbicara soal life
science ini, kita sebenarnya bicara tentang future tech-
nology. Jadi saya ingin menjadikan Indonesia menjadi
salah satu pemain terdepan di dalam teknologi. Saya
akan fokus pada brain, pada otak. Jadi, segala sesuatu,
diarahkan pada otak. Kenapa seorang bisa jadi pintar?
Bagaimana perkembangan otak? Dan ini bisa menga-
rah ke bidang psikologi, bisa ke medis, bisa ke fisika,
karena di sana bicara tentang sel-sel saraf, yang berin-
teraksi satu sama lain. Bisa pula kimia karena di sana
ada zat-zat kimia, dan biologi. Nah, ini luas sekali, nah
ini jadi suatu ilmiah yang sangat menarik yang sekarang
berkembang namanya neuro science. Nah, itu yang kita
akan fokuskan, tentang life science.
Bergabung di UMN sebagai Rektor, Anda su-dah membuat fondasi yang kuat. Setelah itu Anda kini tidak menjabat lagi sebagai Rektor, apa alasannya?
Sebenarnya begini, UMN ini sudah berjalan cukup baik,
dan saya pikir sudah saatnya saya tinggalkan. Karena
saya sendiri punya passion lain. Misalnya, saya punya
passion di pendidikan dan energi. Nah, ini mungkin
kurang bisa sesuai dengan UMN karena UMN fokus pada
ICT. Jadi sekarang saya harus memilih. UMN ini saya
tinggalkan dalam kondisi yang baik. Jadi, saya harapkan
ini bisa tinggal dilanjutkan. Dengan jumlah mahasiswa
3.000 orang lebih untuk universitas yang umurnya baru
tiga tahun itu tidak ada yang menandingi. Tidak ada
universitas lain yang pertumbuhannya begitu cepat.
Apa yang membuat Anda tetap yakin bahwa selepas Anda tidak menjabat sebagai Rektor di UMN, universitas ini akan tetap maju terus?
Di UMN kan ada Pak Jakob Oetama yang punya idealism
tinggi. Yang pasti beliau akan selalu mempertahankan
supaya UMN bisa berkembang seperti yang diharapkan.
Nama Kompas Gramedia juga dipertaruhkan di sini.
Dulu, hal itu pula yang membuat saya bergabung ke
UMN. Saya melihat idealisme dari Pak Jakob Oetama.
Kami mendengar, saat ini Anda sedang me-nyiapkan universitas baru untuk mewujudkan passion Anda di sektor pendidikan dan energi. Benarkah hal ini, Prof?
Ya, saya memang sedang menyiapkan pendirian satu
universitas baru—Surya University. Kenapa saya dirikan
ini, karena saya concern pada pendidikan di Indonesia.
Guru-guru—terutama yang di Indonesia Timur—
ternyata kualitasnya masih sangat rendah, dan saya
perlu membuat suatu universitas yang fokus pada
pendidikan seperti IKIP begitu. Nah, itu sebabnya salah
profile profile
Tentang seleksi masuk mahasiswa, Prof?
Nah, terus juga seleksinya harus lebih ketat jadi nanti
kita harapkan ke depan jumlahnya bisa dibatasi, supaya
selektif. Sekarang sudah bagus, karena jumlah maha-
siswa yang masuk dibatasi 1.200-1.300. Nah, ke depan-
nya harus bisa lebih selektif lagi.
Kira-kira, apakah yang sudah Anda tanamkan kepada UMN telah berjalan sesuai harapan?Belum sepenuhnya. Jadi yang masih kurang itu adalah
bidang penelitian. Sudah mulai jalan memang, tetapi
masih belum seperti yang saya harapkan. Misalnya
penelitian dalam hal IT, ini kan dalam bidang ICT ya,
harusnya kuantitas dan kualitasnya dikembangkan
lagi. Harusnya sudah ada penelitian yang mungkin bisa
dimanfaatkan, dikomersialisasikan. Sekarang belum
pada tahap itu.
Seperti yang kita ketahui, ada banyak maha-siswa dari Indonesia Timur yang diberikan kesempatan untuk belajar di UMN. Apa alasan Anda memilih anak-anak dari kawasan itu?
Banyak orang bilang Papua ketinggalan dibanding
daerah lain. Saya lihat sebenarnya mereka ketinggalan
bukan karena kesalahan mereka, itu karena kesem-
patan tidak ada. Nah, kalau kita beri kesempatan,
mereka akan bisa bersaing. Kalau anak Papua ini diberi
waktu satu tahun lebih atau hampir dua tahun, mereka
terbukti bisa bersaing dengan mahasiswa dari mana
pun. Bahkan, ada beberapa yang juara olimpiade. Jadi,
saya berharap mereka juga bisa diberi kesempatan
belajar di UMN supaya mereka bisa menimba ilmu dari
rekan-rekan, dari dosen-dosen yang bagus di UMN, dan
setelah itu mereka bisa kembali ke Papua dan mereka
bisa share ilmu yang didapat.
profesor yohanes surya profesor yohanes surya
12 | april 2011 | | april 2011 | 13
Menurut Bapak, visi misi UMN ke depannya itu seperti apa? UMN yang ideal itu seperti apa?UMN itu terlahir dari satu pandangan visioner.
Pandangan ini ada dua levelnya. Satu, ingin mencer-
daskan sesuai dengan misi Kompas Gramedia yang
selama ini dikenal sebagai penyedia. Atau bergerak di
dalam penyediaan informasi yang fungsinya tidak hanya
sekadar memintarkan atau sekedar mencerdaskan saja.
Itu memang penting dan masih perlu. Tetapi kata Pak
Jakob, ya belum mencukupi. Melalui pendidikan, melalui
proses itu, apa yang kita lakukan itu lalu membuka
wawasan masyarakat. Membuat masyarakat lebih
tercerahkan. Wawasan terbuka, mengerti lingkungan,
keadaan masyarakat bangsanya. Itu secara umum yang
menjadi basic-nya. Yang kedua, kita ingin berkontribusi
mendorong bangsa ini membangun industri kreatif.
Tidak seperti sekarang ini, ekonomi kita dikuasai oleh
pola-pola ekonomi tradisional, dengan jualan minyak
(bumi), menebang hutan, menanam kelapa sawit.
Memang ini semua okay saja dilakukan, tetapi dibanding
yang kita impor, semakin lama semakin tidak seimbang.
Orang yang bekerja di pola ekonomi tradisional, seperti
membuka warteg saja, mereka—coba Anda lihat— yang
dibeli barang hasil industri kreatif seperti handphone,
Blackberry. Di tahun 2008 saja, devisa kita itu sudah
tembus 3 millliar dollar, dan menariknya, 27 trilliun
rupiah setiap tahunnya teralokasinya untuk membeli
handphone, tanpa bisa berkontribusi sedikit pun meng-
hasilkan produk industri kreatif. Bangsa ini bisa kaya
tidak hanya dari sektor minyak. Anda lihat seperti Bill
Gates, atau pendiri Google, yahoo!, Oracle yang menjadi
makmur dari industri kreatif, dan ini memang sudah
zamannya. Nah melalui UMN, kita tentu ingin menjadi
lembaga yang diakui otoritasnya sebagai gudang
pencetak ahlinya multimedia, jagonya industri kreatif.
sekarang, what’s next? Apalagi? Tentunya, saya
tetap membawa UMN menjadi lebih dikenal lagi di
masyarakat. Karena ini lembaga baru, keluar haruslah
membuat nama UMN lebih harum, lebih dikenal. Lalu
perlu juga memiliki jaringan kerja sama yang baik
dengan pihak luar sehingga nanti entah mahasiswanya
itu perlu studi lanjut, program beasiswa, program
exchange bisa dilakukan.
Sebagai institusi baru, bagaimana Bapak akan menerapkan budaya kampus? Di Kom-pas Gramedia sangat kental budaya Jawa, apakah budaya itu juga akan sedikit banyak diusung ke UMN?Kita mesti berpikiran terbuka. Kalau misalnya memang
dari mayoritas budaya Jawa yang di KG (Kompas Grame-
dia) Palmerah sana itu masih dipandang baik. Ya, why
not? Artinya kita tidak serta merta meminggirkan apa
yang mungkin kuno atau tua ya. Tapi kita berpandangan
lebih pada sisi manfaat. Kalau memang masih berman-
faat, masih bagus, ya tentu baik saja untuk diterapkan.
Ya, saya sebagai orang yang dibesarkan atau memahami
tumbuh di Jawa itu menyadari, memahami mana yang
baik dan mana yang buruk. Selama orang harus bertin-
dak mampu mengembangkan tenggang rasa, toleransi,
itu sih baik-baik saja. Mahasiswa UMN kan berasal
dari beragam latar belakang, jadi sikap tenggang rasa
itu perlu ditegakkan. Saya berpikir untuk melakukan
program pengembangan kecerdasan multidimensi.
Jadi, saya ingin memperkenalkan supaya mahasiswa
itu memahami kecerdasan tidak hanya sebagai kecer-
dasan kognitif saja, tetapi ada kecerdasan linguistik,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual. Kecerdasan-kecerdasan seperti ini
akan mengembangkan bakat-bakat lain selain hal-hal
yang bersifat kecerdasan kognitif. Lihat saja Einstein.
Selain ahli matematika, ahli fisika, dia itu juga piawai
menggesek biola untuk mencari keseimbangan.
juga separoh, yang selebihnya adalah kepentingan
mahasiswa. Bagaimana mahasiswa itu nantinya. Satu,
segera mendapat pekerjaan sesuai bidang keahlian-
nya. Kedua dia juga tidak hanya bekerja tapi bekerjanya
sesuai dengan kualifikasinya.
Lalu bagaimana dengan fungsi ke luar dari rektor, Pak?Kemarin mungkin Prof. Yohanes Surya sudah merintis
itu. Orang mengenal Prof. Yohanes Surya sebagai sosok
di balik kesuksesan tim Olimpiade (Fisika). Nah
new rector new rectorWAWANCARA EKSKLUSIF REKTOR DR NINOK LEKSONO WAWANCARA EKSKLUSIF REKTOR DR NINOK LEKSONO
Membangun Industri Kreatif lewat UMN
Dr. Ninok Leksono resmi ditetapkan sebagai rektor baru Universitas Multimedia Nusantara
(UMN) periode 2011/2014 untuk menggantikan Prof. Yohanes Surya yang telah habis masa
jabatannya. Setangkup harapan dan cita-cita kini berada di pundak sosok yang dikenal
sebagai wartawan senior Kompas itu.
Apa kesan penyandang master bidang Teknologi Militer dan doktor bidang Ilmu Politik itu saat
terpilih memimpin UMN? Apa pula pandangan anggota Dewan Riset Nasional (DRN) ini tentang
dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) yang merupakan bidang core UMN? Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan The Insight, Clarisa Mutriafica, Cindy Christella, dan Felix Jody K.
Sebelumnya, kami mengucapkan selamat atas penetapan Bapak sebagai Rektor UMN. Bagaimana kesan Bapak soal ini?Memang disadari menjadi rektor itu tidak ringan. Dia itu
berfungsi ke dalam dan ke luar. Ke dalam itu menjamin
agar proses belajar mengajar menjadi lancar. Maha-
siswa lulus tepat waktu karena banyak yang akan antre
masuk. Lancar dalam artian lulus tepat waktu saja tidak
cukup, tetapi juga harus berkualitas. Lulusannya harus
jempolan. Sebenarnya kepentingan universitas sendiri
Dr. Ninok leksono Rektor UMN 2011
14 | april 2011 | | april 2011 | 15
bisa tampil sebagai juara.
“Sejak awal saya sudah yakin mereka dapat maju ke
babak final saat mereka masuk ke lima besar, saya
percaya mereka bisa menang,” ungkap Calvin.
Menurt Calvin, kunci kesuksesan dari tim UMN adalah
berlatih, di samping memilih tema yang tepat. Selain
Pak Calvin, Tim UMN juga dibimbing oleh pakar sekali-
gus dosen Public Relations, Pak Eduard Depari.
- Gabrella Sabrina -
on the spot
NOVELIS Dyan Nuranindya
ternyata memiliki aktivitas
lain di luar kegiatannya
dalam dunia tulis menulis. Penulis novel teenlit laris
Dealova ini bertutur tentang pengalamannya men-
jadi guru. Ya, penulis berwajah cantik ini terpanggil
hatinya di dunia pendidikan karena melihat fakta
bahwa banyak anak yang belum mampu dan tidak
bisa bersekolah. “Lihat saja, masih banyak anak-anak
yang buta huruf,” katanya kepada UMN Insight di sela
menjadi pembicara dalam Talkshow Creative Writing
di Function Hall, UMN, Gading Serpong, Jumat (25/2)
lalu.
Penyuka JK Rowling ini pun mengaku pernah mengajar
di sekitar 40 sekolah. Tak tangung-tanggung, semua
sekolah-sekolah itu ada di pedalaman Indonesia.
“Biasanya di SMP dan SMA negeri. Saya keliling ke
sekolah-sekolah itu memberikan workshop tentang
creative writing,” ujarnya.
Kepada para murid-muridnya, sosok yang kini tengah
menyelesaikan studi master bidang Komunikasi di
Universitas Indonesia ini selalu memberi nasihat agar
mereka banyak membaca karena itu adalah modal
utama sebagai seorang penulis. Dengan membaca
beragam bahan bacaan, lanjutnya, penulis dapat
menggali ide, menghilangkan kejenuhan, dan bahkan
bisa mengayakan hasil tulisan. Dia juga menuturkan,
DI MATA mahasiswa Ilmu
Komunikasi, sosok yang
satu ini memang cukup
popular. Tak hanya cara mengajarnya yang menarik tapi
kepiawaiannya dalam bidang Public Speaking yang luar
biasa.
Tak heran, jika Pak Calvin -begitu dia akrab disapa-
menjadi salah satu sosok kunci di balik kesuksesan tim
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia
Nusantara yang berhasil menyabet juara pertama dan
kedua dalam kompetisi Professional Communicator
yang diadakan Universitas Pelita Harapan (UPH)
beberapa waktu lalu.
Sebagai pembimbing tim, sosok yang juga praktisi di bi-
dang advertising ini sudah yakin bahwa Tim UMN bakal
banyak sekali penulis muda sekarang ini yang kurang
melakukan riset sehingga tulisannya kurang logis den-
gan kehidupan nyata sehari-hari.
Lalu apa ya kira-kira tips untuk bisa menggeluti profesi
novelis yang sukses seperti Mbak Dyan? “Jadikan
pekerjaan itu sebagai hobi. Kalau kita menyukai sebuah
bidang dan menjadikan itu sebuah pekerjaan, dalam
mengerjakannya tentu akan jadi enjoy dan bahkan
sangat produktif,” pungkasnya. - Cheryl P. Bensa -
Kampanye nulis novel di Pedalaman
DYAN NURANINDYA
CALVIN EKO NOVERA KRESNAWATI
MembawaTIM UMNJUARA
Tiga “Rahasia”menerbitkannovelENTAH berapa banyak pe-
nulis muda yang terlahir
ke dunia sastra dari tangan dingin wanita yang satu
ini. Sebagai editor fiksi lokal di Gramedia Pustaka
Utama (GPU), memang menuntut sosok bernama No-
vera Kresnawati ini untuk berhubungan dengan para
penulis dan mendampingi mereka hingga menghasil-
kan karya sastra yang terpublikasi ke khalayak luas.
“Jadi editor itu enak, karena pekerjaannya bisa
mobile ke mana-mana. Terlebih lagi bisa jadi dekat
dengan para penulis,” ujar Novera kepada UMN In-
sight setelah berbagi ilmu dan tips menerbitkan novel
di hadapan ratusan pelajar SMU dari kawasan Ser-
pong dan sekitarnya di Kampus UMN, Jumat (25/2).
Walau piawai memilih dan memoles karya sastra hingga
dapat dinikmati pembaca, penulis skenario sitkom Bajaj
Bajuri ini mengaku justru sering kesulitan membuat
komposisi cerita. “Kadang-kadang baru nulis beberapa
kalimat, sudah berasa salah. Ingin ulang lagi. Jadinya
tidak selesai-selesai,” terangnya sambil mengurai tawa.
Mungkin, lanjutnya, itu sudah menjadi kebiasaannya
sebagai seorang editor untuk selalu membenarkan
kalimat. Walau begitu Novera toh pernah melahirkan
karya cerpen yang diterbitkan dalam kumpulan cerpen
bertajuk Cinta dalam Stoples (2004) tempat dia juga
menjadi editornya.
Wanita bergelar Sarjana Sastra Indonesia ini pun
berbagi “rahasia” bagaimana mengirimkan naskah
novel ke penerbit. Novera mengatakan, dalam menilai
kiriman naskah-naskah yang masuk ke penerbit, ia
akan melihat judul, sinopsis, dan 10 halaman pertama
dari naskah novel yang ditulis.
Soal ide menulis novel, dia menyarankan yang penting
ditulis dulu saja, sedangkan soal tata bahasa, itu akan
dapat diperbaiki asalkan dari sisi ide dan alur cerita
memang menarik.
“Kalau ada ide lebih baik ditulis saja, masalah tanda baca dan lain-lain itu urusan editor,” urainya bersemangat - Gabrella Sabrina & Cheryl P. Bensa -
ON THE SPOT
16 | april 2011 | | april 2011 | 17
in touch
selamat atas terbitnya majalah umn insight!ZIG Ziglar pernah berkata ”You don’t have to be great to start, but you have to start to be great”. Semoga kata-kata tersebut dapat menjadi motivasi bagi Insight un-tuk terus berusaha menjadi yang terbaik di setiap edisinya. Harapannya ke depan, Insight dapat terus memberikan informasi yang menarik dan konsisten dengan visi misi yang telah dirancang sejak awal.
WOW!! Congrats untuk majalah kampus kita UMN Insight!! yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya. Semoga UMN Insight dapat menjadi majalah yang penuh motivasi, penuh warna, dan menginspirasi. Saya juga ber-harap dengan terbitnya majalah kampus ini, tidak hanya memberikan wawasan dan mencerdaskan, tetapi juga dapat menularkan energi positif bagi UMN-ers. Tentu saja dengan hadirnya majalah kampus ini, UMN-ers juga mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kampus UMN dengan segala kegiatannya.
Sekali lagi selamat dan sukses untuk UMN Insight! For all the journalists of this magz: keep writing and be inspiring!
Naomi Theresa Panggabean (Ilkom-Jurnalistik 2008)
Dini Marita (FE-Akuntansi 2007)
in touch
SELAMAT ya atas terbitnya edisi perdana UMN Insight, majalah kampus yang su-dah kita tunggu-tunggu kemunculannya. Walaupun memang sebelumnya sudah sempat ada majalah kampus di tingkat prodi. Tapi, akhirnya kampus kita benar-benar punya majalah.
Semoga dengan terbitnya majalah kampus ini, kita bisa mendapatkan informasi yang memang kita butuhkan sebagai mahasiswa, baik tentang perkuliahan sampai hiburan sekalipun. Selain itu, dengan adanya majalah ini, kita juga bisa semakin bebas berkarya, tentunya berkarya dengan tinta. Terakhir, semoga kita bisa terus diberikan segala informasi terbaru tentang kampus yang dikupas se-cara mendalam.
AKHIRNYA, ada juga majalah yang diterbitkan oleh kampus kita tercinta, Universitas Multimedia Nusantara! Saya berharap melalui majalah ini, orang-orang dapat mengenal UMN lebih dalam. Saya juga berharap majalah ini tidak sekadar menjadi produk ‘pencitraan’ saja , tapi betul-betul menunjukkan kuali-tasnya di bidang media cetak, dan semoga majalah ini juga dapat mengakomodasi karya-karya tulis mahasiswa yang selama ini sudah banyak terpendam. Saya juga berharap Majalah UMN ini dapat menguak sisi lain dari UMN dari segi apa pun.
Selamat ya! Semangat juga buat para jurnalis yang bekerja di Majalah UMN, jangan menyerah, pantang mundur! :p
Juliana (Ilkom 2010)
Lydia Natasha Hadiwinata (Ilkom-Jurnalistik 2008)
Redaksi menerima surat aspirasi mahasiswa dan seluruh sivitas akademika untuk dimuat di rubrik In Touch. Kirimkan surat aspirasi Anda disertai fotokopi kartu mahasiswa atau kartu identitas lain dan nomor telepon yang bisa dihubungi ke [email protected].
Redaksi mengutamakan surat yang ditulis dengan baik, sopan, tidak menyerang personal atau berbau SARA, dan disertai identitas yang jelas.
18 | april 2011 | | april 2011 | 19
umn news
novel first love dilemmaDUA tahun penantian Pricillia Anastasia Warokah, mahasiswa Fakultas
Ilmu Komunikasi 2010 Universitas Multimedia Nusantara (UMN), terbayar
sudah. Tanggal 25 Februari 2010 lalu, novel perdananya yang berjudul
First Love Dillema diluncurkan di Universitas Multimedia Nusantara.
Novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini menceritakan
tentang seorang gadis bernama Azura. Sifat periangnya tiba-tiba berubah
sejak kematian mama dan cinta pertamanya. Tak hanya itu, Azura pun ke-
mudian harus memilih antara cinta dari masa lalu atau masa depannya.
“Novel ini sebenarnya terinspirasi dari waktu yang tidak dapat terulang kembali. Itulah sebabnya kita sebagai manusia tidak boleh sembarangan menyia-nyiakan waktu,” jelas Pricillia.
Launching novel ini dikemas dalam acara talk show tentang Creative
Writing dengan pembicara Novelis Dyan Nurainindya dan Editor Gramedia
Pustaka Utama Novera Kresnawati. Dalam acara talk show itu, ratusan
siswa dari beberapa SMA di Jakarta dan Tangerang—SMA St. Kristoforus,
SMAN 1 Tangerang, SMA Ora et Labora BSD, SMA Santa Ursula BSD, dan
SMA Islamic Village—turut hadir. - Gabrella Sabrina & Cheryl P. Bensa -
MAHALNYA biaya pendidikan di Indonesia menjadi
keprihatinan tersendiri di kalangan masyarakat. Terlebih
bagi keluarga yang kehilangan penopang perekonomian
keluarga. Masa depan pendidikan anak pun jadi terli-
hat suram. Umumnya untuk menyiasati hal tersebut,
beberapa universitas menawarkan skema beasiswa
pendidikan bagi mahasiswa berprestasi. Berbeda dari uni-
versitas lainnya, Universitas Multimedia Nusantara (UMN)
memberikan bantuan dana khusus bagi mahasiswa yang
kehilangan orang tuanya.
“Bantuan dana ini berlaku bagi mahasiswa UMN yang
kehilangan orang tuanya ketika mereka masih menjalani
kuliah di sini. Bantuan ini diberikan supaya anak tidak
putus kuliah di tengah-tengah,” ujar Iwan Setiawan Dani,
Marketing dan Promotion Manager UMN, yang ditemui di
kantornya, Rabu (9/3).
Program yang diadakan sejak Januari 2011 ini memberikan
bantuan biaya uang SKS hingga semester 8. Hanya saja,
untuk terus memperoleh bantuan dana ini, mahasiswa
harus memiliki indeks prestasi semester yang tidak
kurang dari 2,5. Salah satu mahasiswa yang telah
menerima bantuan dana ini adalah Andreas Rico dari
program studi Akuntansi 2010. “Jelas saya sangat merasa
terbantu. Saya juga merasa senang dan berterima kasih
kepada UMN atas keringanan biaya kuliah ini,” ujar Rico
yang kehilangan ayahnya bulan Januari lalu. - Devi P -
UMN peduli mahasiswa yang terkena musibah
umn news
umn raih juara professional
communicator
DUA Tim Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas
Multimedia Nusantara (UMN), berhasil menyabet gelar
juara pertama dan kedua dalam Kompetisi Professional
Communicator, Communication Avenue, yang diadakan
oleh Universitas Pelita Harapan (UPH), pada 24 Februari
2011 lalu.
Tim I UMN yang terdiri dari Gabriella Macawalang,
Michelle Alverina, dan Viola Oyong berhasil menyabet
trofi juara pertama. Sementara Tim II UMN yang terdiri
dari Ciseh Putra, Michella Devina, dan Quincy Meilisa
menempati juara kedua. Dalam kompetisi ini, kedua
tim UMN diharuskan membuat sebuah campaign untuk
meningkatkan awareness publik terhadap klien mereka,
majalah iCreate. Tim yang mengajukan proposal dan
presentasi terbaik yang akan keluar sebagai juara.
Perasaan kami berhasil keluar sebagai juara, ya bangga
sekaligus senang. Soalnya, usaha kami dalam latihan
selama beberapa minggu menjadi terbayar,” kata
Michella Devina, mahasiswa Ilkom 2009 yang menjadi
anggota tim II UMN pada kompetisi itu.
Untuk mengikuti kompetisi, kedua tim mempersiapkan
diri selama tiga minggu. Persiapan meliputi pembuatan
konsep, storyboard campaign, serta proposal. Mereka
dibimbing oleh dua dosen fakultas Ilmu Komunikasi,
yaitu Calvin Eko dan Eduard Depari. - Gabrella Sabrina -
foto-foto: koleksi pribadi
20 | april 2011 | | april 2011 | 21
JUARA BAND MAHASISWA
1. Sweet Tooth2. Monochromatic3. Aquamarine
JUARA FOTOGRAFI
1. Fauzan Fatturahman (SMA Pembangunan Jaya)2. Alvin Suwanda (SMA Notre Dame)3. Andranasari Warasti (SMA Pembangunan Jaya)
JUARA BAND AKUSTIK
1. E-Fresh (SMA Kanaan)2. VIP (SMA Abdi Siswa)3. N3T’S (SMAN 3 Tangerang Selatan)
Best Vocalist: N3T’S (SMAN 3 Tangerang Selatan)Best Drummer: FOC (SMA Mater Dei) Best Guitarist: VIP (SMA Abdi Siswa)
JUARA MODERN DANCE
1. Part V (SMA Mater Dei)2. PRIXM (SMAN 81)3. S1D (SMAN 2 Tangerang Selatan)
JUARA MENGGAMBAR DAN MEWARNAI
Kategori A dimenangkan oleh:
1. Matthew Witjaksono (SD Tarakanita)2. Shafiqa Aliya (Raudhah)3. Moniave (SD BPK Penabur)
Kategori B dimenangkan oleh:
1. Bryan Felicio (SD Tri Ratna)2. Janice Alesandria (SD Taruna Bangsa)3. Ardelia Imoriyani (SD Sunan Bonang)
Kategori C dimenangkan oleh:
1. Adhiningdyah Mulyani Taufiqs (SD Fajar Islami)2. Ellisa Anditia (SD BPK Penabur)3. Gabriela Melina Santoso (SD BPK Penabur)
tingkat SMA. Kompetisi itu antara lain modern dance,
fotografi, band, dan akustik.
Bagi anak-anak usia TK dan SD, UMN bekerja sama
dengan Global Art Indonesia juga mengadakan sebuah
lomba menggambar. Tema yang diangkat dalam lomba
ini adalah pelestarian alam, perdamaian bangsa-
bangsa, dan kemajuan teknologi dalam era globalisasi.
Diharapkan tema ini dapat meningkatkan kepedulian
generasi muda pada lingkungan sekitar serta perkem-
bangan teknologi.
“Ini sebenarnya kepedulian kampus terhadap banyak-
nya masalah alam. Makanya kami mengangkatnya
sebagai tema lomba, sedangkan tema teknologi diusung
karena mengingat perkembangannya sangat pesat,” ujar
Endang Widyastuti, salah satu tim marketing UMN.
Lomba ini dibagi ke dalam tiga kategori, A (usia 4-6
tahun), B (usia 7-9 tahun), dan C (10-13 tahun).
- Cheryl P. Bensa & Gabrella Sabrina -
Beragam Kegiatan di Semarak Pagelaran
Serpong Multimedia Expo seperti talk show
creative writing (kiri), Pameran (kiri-bawah),
dan kompetisi modern dance (bawah)
foto-foto: DeboraT & Felix Jody
campus community
Semarak Pagelaran Serpong Multimedia Expo 2011SEBAGAI kampus berbasis ICT, Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) menggelar Serpong Multimedia Expo
yang berlangsung tanggal 23-27 Februari 2011. Acara ini
merupakan rangkaian kegiatan UMN yang diselenggara-
kan untuk memfasilitasi pameran multimedia di daerah
Serpong dan sekitarnya. Expo ini menawarkan beragam
produk seperti iPad, iPhone, iPod, notebook, komputer,
dan gadget lainnya.
“Tema multimedia memang identik dengan image
kampus UMN, Universitas Multimedia Nusantara. Selain
itu, saat ini memang tidak dapat dimungkiri masyarakat
membutuhkan banyak perangkat multimedia,” papar
Johanes Boro, Ketua Panitia Serpong Multimedia Expo
2011.
Pengunjung yang ingin mendapat ilmu mengenai
berbagai perkembangan dunia multimedia pun dapat
mengikuti seminar seperti Monetizing Mobile Applica-
tion with google Mobile Ads, iPad Technology, dan No
Limit for Social Media.
Acara yang membidik mahasiswa, siswa SMA, dan
masyarakat Serpong sebagai pengunjung ini juga
menyelenggarakan berbagai kompetisi untuk siswa
campus community
Pemenang lomba Serpong Multimedia Expo 2011
serpong multimedia expo 2011
22 | april 2011 | | april 2011 | 23
ADA saat-saat di mana kita dipaksa curiga bahwa indera
ke-enam itu ada.
Adriana menekan tombol ‘enter’ di Onyx putihnya dan
mengangkat kepala, kembali berpura-pura memer-
hatikan wajah kedua orang yang duduk berhadapan
dengannya di café Canteen Pacific Place sore itu. Ia
tampak berkonsentrasi menyimak kata demi kata yang
disampaikan salah satu dari mereka, lelaki separuh baya
berkemeja batik.
Erland yang sangat mengenal anak sulungnya itu yakin,
ekspresi serius di wajah Adriana adalah sesuatu yang
dibuat-buat.
Eskpresi serius yang sangat penuh kepura-puraan.
Toh Erland tetap menyampaikan kalimat demi kalimat
wejangan tersebut, demi meminimalkan risiko friksi
yang mungkin terjadi jika komu-
nikasi antara Adriana dan ibunya
terjadi tanpa dijembatani terlebih
dahulu.
Baru jam 5 sore udah ngomongin indera ke enam. Gue
kira lo orang yang rasional dan sangat percaya kebetu-
lan. *nyindir*
Adriana terkekeh sedikit membaca balasan dari Naila
di Blackberry Messengernya. Perdebatan yang berlang-
sung sudah lama, antara Naila yang selalu berkata ‘I
don’t believe in coincidence’ dengan Adriana yang selalu
dengan santai membalas ‘I do, shit happens. ‘
Tapi gue harus mengakui, walaupun SANGAT JARANG,
tapi ada saatnya dimana gue merasa gue punya indera
ke-enam.
Kapankah itu?
Sekarang. Saat gue duduk berhadapan sama nyokap-
bokap, indera keenam gue mengatakan bahwa sebentar
lagi kata ‘K’ akan segera dikeluarkan.
short story
5 P.M.suara, sampai Adriana habis kesabaran sendiri, “Okay,
untuk mempersingkat waktu Anda-Anda, juga karena
aku ada meeting sejam lagi di kantor, gimana kalau aku
yang bicara? Setuju?”
Tanpa menunggu jawaban Adriana melanjutkan dengan
tenang, “Aku tidak sedang dalam hubungan dalam
bentuk apapun dengan siapapun dan dengan demikian
tidak juga memiliki rencana untuk menikah. Apalagi
punya anak. Atau..Well, sebetulnya punya anak menarik
juga, kalau aku bisa punya anak tanpa menikah sih...”
Wajah Tonia pucat pasi sehingga Adriana cepat-cepat
melanjutkan, “Tapiiii, tentu saja tidak akan kulakukan
karena aku tahu ibunda dan ayahanda akan pingsan-
pingsan kalau sampai itu terjadi.”
Sepi.
“Sampai kapan kamu mau main-main terus, Dri?” ibu-
nya memecah kesunyian.
“Main-main?” Adriana mengulang istilah yang diguna-
kan ibunya, pelan. Tampak jelas mood bercanda yang
tadi mendominasi sudah hilang sama sekali. Matanya
bersinar-sinar menantang tatapan Tonia. “Masih mau
menggunakan istilah ‘main-main,’ bunda?”
Tanpa sengaja Erland menahan nafas, penggunaan kata
‘bunda ‘ oleh Adriana bukanlah pertanda baik.
“Hanya karena aku bekerja keras, mengurus diriku
sendiri, bahkan mengurus adik-adikku, bukan berarti
aku main-main, bunda.”
Sarkastik. Pertanda kesabaran Adriana hampir habis.
“Hanya karena aku bahagia dan bertanggung jawab
atas hidupku sendiri, bukan berarti aku main-main.
Erland bisa merasakan Tonia mulai jengah, duduknya
mulai gelisah.
“Hanya karena aku tidak menikah, bukan berarti
Yah, itu sih bukan indera ke-enam tapi logika.
HEY! Apa tuh maksudnya?
Well, lo kan cewek, ampir 30, belum punya pacar dan…
Lo sedang duduk di depan bokap dan nyokap lo nan
vintage nya minta ampun. Lo mau ngarep apa lagi coba?
Ngarep mereka ngomongin indeks harga saham?
Adriana terkekeh lagi.
Muke lo tu vintage.
“Adriana,” suara dalam Tonia, sang ibu, dengan instan
mengakhiri kebahagiaan Adriana yang langsung
meletakkan Blackberry nya di atas meja. “Kamu nggak
bisa ya dengerin Ayah kamu ngomong sebentar aja?”
“Bu, sepertinya kita punya definisi yang berbeda deh
soal kata ‘sebentar’. Sebentar buat aku itu berarti
10 sampai 15 menit. Sementara buat ibu, mungkin…,”
sekilas Adriana melirik jam yang melingkar di perge-
lengan tangan kirinya, “…45 menit itu masih tergolong
sebentar.”
“Poin kamu?”
“Betul sekali!” Adriana menjentikan jemarinya pe-
nuh semangat, “Itu maksudku, segera masuk ke poin
pembicaraannya aja, nggak usah bertele-tele.” Lalu ia
memberikan pandangan minta maaf pada Erland, “ Maaf
ya, Ayah.”
Erland tersenyum geli, malah Tonia yang tampak
tersinggung karena kekasaran Adriana.
Adriana menghela nafas melihat reaksi ibunya, “Ada apa
sih, bu?”
Tonia tidak segera menjawab, melirik Erland yang tidak
menunjukan tanda-tanda akan menyampaikan ‘poin’
pertemuan mereka sore itu. Erland yang dengan berat
hati memberi kata pengantar sudah menegaskan bahwa
dia tidak akan mengambil peran antagonis dalam
diskusi yang direncanakan istrinya ini.
Hampir setengah menit lamanya tidak ada yang ber-
short story
- Kristy Nelwan -
24 | april 2011 | | april 2011 | 25
I know. Dia kagak tau laki-laki jaman sekarang ancur
semua.
Ceweknya juga.
Lo kali yang ancur, gue sih nggak.
GYAHAHAHA. GOBLOK!
Kira-kira lima belas menit kemudian Adriana mendapati
ayahnya kembali.
“Ibu di salon?”
Ayahnya mengangguk, “Seperti biasa, menenangkan
diri.”
“Maaf ya, yah,” permintaan maaf dari Adriana itu ter-
dengar tulus, tidak ada nada bercanda sama sekali
Erland mengangguk, “Ayah juga minta maaf.”
“Bukan salah ayah juga kan.”
“Tetap saja.”
“Siapa yang kawin kali ini?” Tanya Adriana lagi,
kepanikan ibunya pasti dipicu pernikahan seseorang.
“Dwitya,” Erland tertawa kecil, “Awal tahun depan.”
Adriana mengangguk pelan, keheranan mengapa dia
belum juga terbiasa menerima kepanikan ibunya yang
sudah dimulai lima tahun yang lalu. Setiap kali Tonia
mendengar rencana pernikahan anak temannya, atau
siapapun yang seumur dengan Adriana, ia akan
aku main-main,” Adriana menandaskan.
“Kamu bisa kan nggak sekurang ajar ini sama orang
tua?” setelah beberapa lama Tonia bersuara.
Adriana tertawa sinis. Klasik, ibunya selalu memilih
sudut lain untuk diributkan saat dia sudah kehabisan
argumen,”Orang tua yang punya anak kurang ajar
harusnya introspkesi, bunda. Mungkin mereka sendiri
yang bikin anaknya kurang ajar.”
Melihat wajah Tonia yang merah padam, Adriana mera-
sakan sedikit rasa bersalah.
Tapi seperti biasa, ibunya selalu bisa mengenyahkan
rasa bersalah Adriana dalam sekejap, “Semoga nggak
terlalu banyak orang tua yang dapat cobaan punya anak
kaya kamu!”
Adriana mengangkat mug berisi vanilla latte dan me-
nelan satu tegukan besar, lebih untuk menutupi kedua
matanya yang seolah terbakar. Ibunya memang paling
tahu cara menyakiti Adriana. Dalam hati dia terkagum-
kagum, bagaimana sesuatu sesejuk air mata bisa begitu
panas terasa.
Adriana mendengar derit kursi dan sewaktu ia menu-
runkan mugnya, sang ibu sudah beranjak pergi dari
kursi yang tadi diduduki. Lagi, klasik. Jika segala cara
sudah tidak mempan, ibunya akan pergi dengan drama-
tis. Tindakan yang menurut Adriana sama sekali tidak
bertanggung jawab.
Adriana menatap Erland yang kemudian menyentuh
lengannya, “Tunggu sebentar ya.”
Adriana mengangguk.
Hore emak gue storm out dong dari café ini. Heboh deh.
OH NO! Berantem lagi? Bener ya bok doi ngomongin
kawin?
Yeah. :(
short story
itu.
“Yah,” panggil Adriana pelan, “Nikah itu, harus ber-
dasarkan perasaan yang serius dan eksklusif kan ya?”
“Eh?” ayahnya mengerutkan kening, “Perasaan yang
serius dan eksklusif?”
Adriana mengangguk, kebingungan mencari cara untuk
menyampaikan maksud pada sang ayah, “Itu lho…”
“Mmmm…Apa sih Dri, ayah betul betul nggak ngerti.”
“True love,” dengan nada terpaksa Adriana mengucap-
kan juga dua kata yang entah kenapa selalu mem-
buatnya geli sendiri. “Perasaan yang esklusif dan serius,
kan?”
“Astaga,” Erland tertawa, “Kamu itu mau ngomong
cinta sejati kok ya repot amat.”
Adriana bergidik, “Yaelah apalagi itu deh ayah! Terlalu
sinetron!”
Erland tertawa lagi.
Adriana menghela nafas panjang, “Inget tante Viona?”
Tawa Erland terhenti mendengar Adriana menyebut
nama almarhum ibunya Naila. Hanya dalam sepersekian
detik sinar matanya meredup. Meskipun dia berusaha
menampakkan ekspresi datar, Adriana terlalu
mengenalnya untuk tahu mana ekspresi datar yang
pura-pura dan yang asli.
“Waktu ayah anter aku nengok tante Viona,” Adriana
menatap mata Erland dalam, berharap sang ayah tahu
bahwa ia tidak bermaksud mengadili, “Ekspresi inilah
yang aku liat di wajah ayah.”
Adriana ingat dia terpaku sejenak malam itu di kamar
rumah sakit tempat tante Viona dirawat. Cukup lama
dia memerhatikan Erland mengunci tatapan pada sosok
tante Viona yang terbaring setengah sadar.
Dalam.
Menyesakkan.
mengalami serangan panik yang semakin lama semakin
berlebihan. Sekarang Dwitya, adik sepupunya yang dua
tahun lebih muda dari Adriana, akan menikah. Pantas
saja Tonia seperti kebakaran jenggot.
“Dri,” panggil Erland, “Ibu mikir kamu sengaja melaku-
kan ini untuk bikin dia stress.”
Berdehem, Adriana menunduk sebentar, “Keputusanku
berdasar kok, yah…Kesempatan untuk bikin ibu naik
pitam cuma sekedar bonus.”
Erland tidak bisa tidak tertawa, “Kamu ini.”
Adriana mengawasi laki-laki yang teramat disayanginya
itu. Setiap kali kesabaran menghadapi Tonia habis,
Adriana selalu bersyukur bahwa paling tidak ayahnya
tidak pernah ikut-ikutan gila. Naila berkomentar bahwa
cara berpikir Adriana itu sangat jawa, selalu mencoba
melihat sisi positif dari segala situasi. Adriana selalu
menjawab “Biar aja, orang jawa kan memang bijak-
sana.”
Sekonyong-konyong Adriana merasa ayahnya berhak
tahu apa sebetulnya di balik keinginan Adriana untuk
tidak menikah dulu, “Yah.”
“Hm?”
“Beberapa kali aku sempat hampir memutuskan untuk
nikah aja sih…”
Erland menegakkan punggung, mencondongkan tubuh
ke arah Adriana tanpa mengatakan apa-apa.
“Tapi aku belum yakin aja,” lanjut Adriana.
“Karena mereka brengsek semua?”
Adriana tertawa, “Yahh, banyak yang brengsek sih
emang. Tapi yang baik ada juga kok…”
Sejenak mereka terdiam. Adriana memikirkan bagaima-
na cara menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan
sementara sang ayah menebak-nebak apa sebetulnya
yang ada dalam benak anak perempuan kesayangannya
short story
26 | april 2011 | | april 2011 | 27
“Nggak. Rasanya aku cukup bisa membayangkan.”
Mereka bertatapan, Adriana merasa Erland tidak sepe-
nuhnya percaya, “Bener kok, nggak ada gunanya juga
kan?”
Erland tidak menjawab, tidak yakin bagaimana harus
bereaksi.
“Waktu ayah anter aku ke pemakaman, inget?”
Erland mengangguk, ingat permintaan Adriana yang
tiba-tiba pagi itu, untuk diantar ke pemakaman Viona.
Waktu itu Adriana sudah kuliah dan harusnya bisa pergi
sendiri, tapi dengan keras kepala ia meminta ayahnya
untuk menemani.
Sekarang Erland menduga mungkin sekali Adriana
memintanya datang dengan sengaja.
“Aku nangis nggak berenti-berenti, sebagian karena
sedih kehilangan tante Viona dan kasihan pada Naila.”
Adriana menundukan kepala dan menghembuskan
nafas panjang, menyentuh pinggiran cangkir kopi di
hadapannya, “Tapi terutama sekali karena itulah kali
pertama aku melihat ayah nangis.”
Erland terkejut, tidak menyangka bahwa tangisannya
yang tanpa suara pagi itu diketahui anaknya. Padahal
dia sudah memastikan berdiri di belakang kerumunan,
kemudian menjauh dan diam-diam duduk di mobil
hingga tangisnya berhenti. Kembali ke lokasi makam, ia
mengenakan kacamata hitam yang tidak dilepaskannya
hingga mengantarkan Adriana kuliah dua jam kemudian.
Dia ingat Adriana masih terisak-isak sewaktu turun dari
mobil.
Waktu itu tanpa bisa Adriana cegah, hatinya juga mera-
sakan perih yang dirasakan sang ayah. Begitu dalam
menyayangi seseorang tapi bukan saja harus jauh dari
orang itu seumur hidupnya, dia juga harus melihat orang
tersebut berlalu tanpa bisa menyentuh atau bicara untuk
“Tatapan ayah waktu itu begitu…,” Adriana menyelesai-
kan kalimatnya dengan helaan nafas panjang.
Diam.
Kemudian Adriana bergumam, “You love her truly.”
Diam.
“Kamu tahu itu bukan berarti ayah tidak sayang ibumu
kan, Dri?” Erland merasa tidak ada pilihan lain selain
bicara apa adanya dengan Adriana.
Adriana mengangguk, “Iya, aku tahu, tenang aja.”
“Nggak semua orang bisa mengerti…”
Adriana melanjutkan kalimat Erland yang terpotong,
“Bahwa kita bisa menyayangi dua orang dalam satu
waktu?”
Erland menganguk, “Menyayangi dua orang dalam satu
hidup.”
“Aku ngerti kok, sepertinya…”
“Baguslah.”
Adriana berdiri, pindah ke sebelah Erland dan
menyandarkan kepala di bahunya, mencoba memberi
pesan tanpa kata-kata untuk menenangkan beliau.
Pembicaraan ini tidak dimaksudkan Adriana untuk
memojokan ayahnya, sama sekali.
Berhasil, Adriana merasakan ketegangan Erland menu-
run.
“We went to a same college and we dated, it didn’t
work out.”
“Karena beda kasta?” Adriana cukup tahu keluaga Naila
yang ningrat sejati.
“Kurang lebih,” Erland tersenyum.
Diam lagi.
“Ada lagi yang kamu ingin tau, Dri?” hati-hati Erland
bertanya.
short story
terakhir kali.
“Aku sayang ayah dan…Merasakan ayah sesedih itu
tanpa bisa berbuat apa-apa, betul-betul menyiksa,”
ungkap Adriana, pipinya basah.
Erland tertawa salah tingkah,”Kamu ini.”
“Aku serius, yah,”Adriana keras kepala, “You are the
best husband and dad, ever. Aku, Rio, Arya dan ibu itu
beruntung banget tau nggak..”
Seperti Adriana yang karena terlalu emosional terpaksa
berhenti bicara, mata Erland juga mulai berkaca-kaca.
Adriana menegakan tubuhnya dan menyentuh lengan
Erland, “Sering aku mikir betapa nggak adilnya ini
untuk orang sebaik ayah.”
Erland tercekat.
“Orang sebaik ayah harusnya…nggak usah mengalami
kesedihan sedalam itu.”
Lengan Erland bergerak menarik Adriana mendekat,
kemudian memeluknya erat. Lalu Adriana merasakan
kecupan hangat di ubun-ubun kepalanya.
“Sudah jangan menangis nak,” suara Erland sedikit
bergetar. “Ayah aja udah lama rela.”
Adriana berusaha menghentikan air matanya, tidak mau
membuat ayahnya jadi tontonan pengunjung lain.
Lalu terdengar lagi Erland bergumam, “Kurang adil
gimana hidup ayah, Dri? Punya anak seperti kamu.”
Air mata dan isakan Adriana tidak jadi berhenti.
Lalu setelah nafas Adriana terdengar lebih teratur,
Erland mengusap rambut pendek Adriana dan berkata,
“Ya sudah lah, kamu cari aja sampai ketemu orangnya.
Sampai kamu bisa merasakan sesuatu yang serius dan
eksklusif itu.”
Adriana terkekeh mendengar nada mengejek dalam
suara ayahnya.
“Jangan melakukan apapun karena itulah yang benar
menurut standar ibumu atau ayahmu atau lingkungan
sosialmu. Lakukan sesuatu, apapun itu, karena kamu
memang mau. Mau berusaha, mau menanggung resiko,
mau menerima apapun hasilnya. Bersyukur ataupun
berlapang dada akan lebih mudah jika keberhasilan
atau kegagalan itu adalah pilihan kita sendiri.”
Adriana mengangguk.
“Sesayang-sayangnya, atau sebenci-bencinya orang
sama kamu, hidup kamu ya hidup kamu. Ngerti?”
Adriana tidak menjawab, hanya menghapus air mata,
mengecup pipi Erland sekilas dan kembali menyesap
kopi yang sudah dingin sambil meraih benda pipih yang
tergeletak di hadapannya.
Ada saat-saat dimana kita dengan sendirinya percaya
bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Adriana menekan tombol ‘enter’ di Onyx putihnya dan
mengangkat kepala, kembali memperhatikan sang ayah
yang duduk di sampingnya.
Erland yang sangat mengenal anak sulungnya itu yakin,
senyum di wajah Adriana kali ini adalah sesuatu yang
apa adanya.
Sama sekali bukan pura-pura.
short story
28 | april 2011 | | april 2011 | 29
kawasan ini cukup ramai dan berdekatan dengan sejum-
lah institusi pendidikan.
“Awalnya, café saya hanya memiliki empat karyawan
dan letaknya di pinggir jalan. Cita-cita saya itu pengen
punya café sebesar Hard Rock, yang menjadi khas
dengan musiknya.” Tawa kecil menyertai sebaris kalimat
yang dilontarkan Tia, pemilik Comic Café.
Berawal dari kegemaran membaca Tia dan keluarga,
terbesit keinginan untuk menciptakan sebuah usaha
keluarga yang merujuk pada tempat ngumpul yang
edukatif. Usaha yang ia bangun sejak 2006 ini, setahun
kemudian berhasil dikembangkan. Berlokasi di ruko
miliknya, di bilangan Tebet, nama Comic Café dipilih.
Bagi Tia, pemilihan nama ini berdasarkan pada asumsi
bahwa komik adalah sebuah tema yang universal dan
bisa dikonsumsi oleh siapapun.
hideaway
PERSAINGAN bisnis café di Jakarta yang berkembang
sedemikian pesatnya, mendorong para pelaku usahanya
untuk berlomba-berlomba memanjakan pengunjung
dengan berbagai macam ide kreatif yang ditawarkan.
Salah satunya, adalah dengan mengusung cita rasa
tematik dalam setiap sajiannya. Tidak perlu takut ke-
hilangan tempat hangout yang unik di Jakarta. Café dan
restoran yang tematik, terbukti selalu mampu menarik
minat pengunjung. Comic Café adalah salah satunya.
Saat kita memasuki café yang terletak di bilangan Tebet
ini, suasana interiornya didominasi oleh warna merah.
Seluruh dindingnya dihiasi dengan poster-poster dan
mural berbagai tokoh komik dan superhero, baik dari
Barat maupun Jepang yang terkenal sebagai penghasil
komik populer. Tak hanya dinding, meja saji pun dihiasi
dengan gambar-gambar komik yang beragam.
Pemilihan lokasinya tergolong strategis karena
Work hard, play hard, less time. Istilah ini tentunya sudah tidak asing lagi, terutama di kalangan kaum urban Jakarta. Waktu yang digunakan untuk beraktivitas, sering-kali tidak seimbang dengan waktu luang yang dimiliki untuk memanjakan diri. Gaya hidup semacam inilah yang menjadi titik awal munculnya café culture atau budaya nongkrong berlama-lama di café, sekedar untuk melarikan diri dari tingkat kesibu-kan dan tuntutan peran.
Mengusung Nuansa Tematik yang Edukatif
COmIC CAFE COmIC CAFE
pada malam hari. Pengunjung yang gemar membaca
dapat berlama-lama menghabiskan waktunya di
perpustakaan.
Koleksi bukunya? Tentu saja komik. Tia mengaku, ada
sekitar 3.000 koleksi komik yang ada di perpustakaan-
nya. Para kolektor juga dapat memanjakan dirinya di
distro yang menawarkan beragam pernak-pernik berbau
komik. Tidak hanya itu, setiap weekend, pengunjung
dapat secara beramai-ramai menonton ragam film su-
perhero yang diputar di sebuah TV LCD pada lantai satu
cafe. Pengunjung yang membutuhkan koneksi internet,
dapat memanfaatkan fasilitas hot-spot yang tersedia,
cukup dengan membeli kartu voucher saja. Jika kita
mengamati lebih jauh, keunikan desain arsitektur dan
interior Comic Café, tidak terlepas dari sumbangsih ide
kreatif pemiliknya. Koleksi patung, serta karya-karya
grafis yang terdapat di sepanjang dinding, beberapa
di antaranya merupakan koleksi pribadi sang pemilik.
Mayoritas merupakan barang langka, yang dikumpulkan
Tia selama bertahun-tahun dari berbagai negara.
Melihat beragam kenyamanan yang ditawarkan, tidak
heran jika para pengunjung memilih untuk menghabis-
kan waktu luang yang berkualitas di sini. Pada siang
hari, mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pela-
jar SMA dan mahasiswa, sedangkan pada malam hari,
café nampak dipenuhi oleh kalangan pekerja dan ekse-
kutif muda. Dengan harga yang cukup bersahabat, tidak
ada salahnya jika Anda mencoba mampir ke café yang
terletak di bilangan Tebet Utara Raya ini. Bukan tidak
mungkin kan, café ini dapat membantu Anda membang-
kitkan kembali memori masa kecil tentang superhero
favorit yang sudah lama terlupakan?
- Maria Miracellia-
Beruntunglah usaha ini berada pada tangan yang tepat.
Selain sebagai kolektor segala hal yang berbau komik,
Tia memang pernah bekerja di majalah kuliner. Ia
tentunya mengerti betul mengenai kualitas dan cita rasa
makanan yang ditawarkannya.
Desain buku menu pun cukup unik. Menu makanan dia-
tur sedemikian rupa layaknya buku komik, lengkap
dengan ilustrasi dan dialog di dalamnya. Memperta-
hankan konsep universal yang diusung sedari awal, Tia
mengaku tidak ingin membuat batasan menu. Variasi
menu mulai dari zuppa soup, spaghetti, sampai nasi
goreng ala Indonesia ada di sini. Harganya pun cukup
bervariasi, berada pada kisaran Rp 10.000,00 – Rp
40.000,00. “Tidak mahal kok, kami juga menyesuaikan
dengan kantong remaja, terutama pelajar dan maha-
siswa yang paling banyak datang ke sini,” lanjut Tia
kemudian.
mengenang superheroFasilitas yang ditawarkan tergolong lengkap, baik dari
segi hiburan maupun edukasinya. Konsep terbaru yang
ditawarkan oleh Comic Café adalah City Scape. Berlokasi
di lantai tiga, lounge outdoor ini mengusung konsep
no roof, dan menawarkan city view yang apik, terutama
hideaway
foto: Viriya Paramita
foto: Viriya Paramita
foto: Viriya Paramita
30 | april 2011 | | april 2011 | 31
Peraih beasiswa program pascasarjana British Cheven-
ing Awards 2005/2006 di University of Birmingham ini
mengatakan, hal pertama yang dibutuhkan untuk meraih
beasiswa adalah tekad atau keinginan untuk melanjut-
kan studi. Selain niat, menurut Erny, kita juga harus tahu
apa yang diinginkan dari suatu proses pembelajaran.
“Orang pasti bisa, sepanjang dia mau,” lanjut peraih
program beasiswa short course bidang Intergovernmen-
tal Fiscal Relations di Hungaria (2006) ini.
Jika sudah memiliki niat yang kuat, langkah selanjutnya
adalah mencari informasi lembaga yang menyediakan
beasiswa. Menurut Erny, media Internet menjadi wahana
what experts say
BEASISWA merupakan bentuk penghargaan yang diberi-
kan bagi mereka yang memiliki keunggulan tertentu.
Keunggulan di sini tidak identik dengan kepintaran saja
lho. Karena ternyata menurut Mbak Erny Murniasih,
pintar saja bukanlah modal kuat untuk dapat meme-
nangkan beasiswa.
“Smart is not enough. It takes more efforts to be an ex-
traordinary. Seseorang juga harus memiliki keunggulan-
keunggulan dari segi pribadi, misalnya intelektualitas
dan personalitas, organisasi, network, dan komunitas,”
ujar Erny kepada UMN Insight.
bERbURU bEASISWA bERbURU bEASISWA
Siapa sih yang nggak ingin belajar ke luar negeri gratis? Tak hanya mendapatkan ilmu di universitas beken, tapi juga pengalaman berharga tinggal di negeri dengan budaya dan bahasa berbeda dengan kita. Seru tentunya. Tapi, tunggu dulu, untuk bisa men-dapat beasiswa di luar negeri tentu tak semudah membuka telapak tangan. Berikut ikuti tips dari Erny Murniasih, peraih beberapa scholarship dan penulis dua buku laris Winning a Scholarship dan Buku Pintar Beasiswa. - Cindy Christella -
Pintar Saja Tak Jamin Raih Beasiswa
Foto: Felix Jody
Erny Murniasih
Peraih beasiswa program pascasarjana British Chevening Awards 2005/2006 di University of Birmingham
Agar dapat memperoleh beasiswa, seseorang haruslah
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. “Setiap manusia
memiliki kompetensi (kapasitas), tapi sering diabaikan-
nya karena rasa tidak percaya diri,” kata Erny. Beasiswa
yang diharapkan, sama saja dengan sebuah kompetisi
yang harus diperjuangkan. Ketika memenangkannya, kita
akan merasa bangga dan berharap dapat melakukan hal
yang lebih lagi.
Erny berpesan, khususnya kepada anak muda, bahwa
kesempatan berpihak kepada orang-orang yang siap.
Kesempatan tidak datang dua kali. So guys, tunggu
apalagi? Mulailah bersiap dari sekarang.
Tahapan seleksi beasiswa:
1. Tahap pertama: proses seleksi dokumen aplikasi
beasiswa (dokumen-dokumen pendukung yang
diminta)
2. Tahap kedua: proses penentuan short-listed candidate.
Tes kemampuan bahasa, akademis, dan wawancara
cukup ampuh. Hanya dengan mengetik kata kunci
‘scholarship’ maka akan banyak sekali link informasi
yang bisa kita dapatkan. Tidak hanya itu, ada beberapa
situs-situs khusus dari institusi penyedia beasiswa yang
bisa kita akses.
Di situs itulah kita bisa men-download formulir ap-
likasi atau ada formulir elektronik yang bisa diisi oleh
pendaftar. Setelah membaca ketentuan atau syarat,
maka langkah selanjutnya adalah menyediakan data
yang dibutuhkan. Satu hal yang harus diperhatikan
oleh pelamar beasiswa adalah cara mengisi statement
of purpose.
Ada tiga hal penting yang perlu ditekankan dalam
pembuatan statement of purpose . Pertama, ekspektasi
dari setiap individu. Kedua, ekspektasi terhadap
organisasi. Terakhir, apa yang akan Anda berikan pada
negara.
Dalam mengisi application form, kita perlu mengetahui
potensi dalam diri kita. Salah satu cara untuk
mengetahui potensi, yaitu melakukan assessment
terhadap diri sendiri dengan menentukan target apa
yang akan dicapai dalam beberapa tahun ke depan.
“Agar menjadi orang yang konkret, kita harus mempu-
nyai visi,” ujar Erny. “Assessment diri mempermudah
kita saat berhadapan dengan proses pengisian aplikasi
beasiswa. Jangan sampai kelemahan yang ada dalam
diri, medegradasi kekuatan yang kita miliki,” lanjutnya.
Untuk memperkuat form beasiswa yang kita ajukan,
ada baiknya apabila menyertakan letter of recommend
atau surat rekomendasi yang dapat diperoleh dari dosen
atau pembimbing akademik. Letter of recommend dapat
dengan mudah diperoleh seseorang jika memiliki hubu-
ngan yang baik dengan orang-orang yang bersangkutan.
what experts say
Rumah Beasiswa:
http://www.rumahbeasiswa.com/
Pusat Info Beasiswa:
http://www.pusatinfobeasiswa.com/
Info Beasiswa:
http://www.infobeasiswa.net/ atau
http://www.infobeasiswa.org/
Beasiswa Australian Development Scholarship (Australia):
http://www.adsjakarta.or.id/
Beasiswa Chevening (Inggris):
http://www.chevening.or.id/
Beasiswa StuNed (Belanda):
http://www.nesoindonesia.or.id
Beasiswa Fullbright (AS):
http://www.aminef.or.id
Beasiswa DAAD (Jerman):
http://jakarta.daad.de/
Website penyedia info tentang beAsIsWA:
32 | april 2011 | | april 2011 | 33
Ahmad Fuadi, Penulis Novel Negeri 5 Menara
Peraih Beasiswa dari National University of Singapore,
Exchange Program ke Quebec, Kanada;
Master di George Washington University, USA;
dan Master di University of London, UK.
Ingin tips lebih lanjut dari Ahmad Fuadi, silakan cek ke:
http://news.gudangmateri.com/2010/09/tips-beasiswa-
luar-negeri-ala-penulis.html
3. Tahap ketiga: pre-departure training (untuk beasiswa
luar negeri) atau maktrikulasi (untuk beasiswa dalam
negeri). Memperdalam kemampuan dasar baik dari
segi bahasa maupun akademis.
what experts say
karena faktor kesungguhanHARUS ada niat dan keinginan yang besar dan sangat kuat
untuk dapat beasiswa. Karena untuk dapat satu adalah
perjuangan yang penuh kompetisi. Namun ketahuilah
banyak beasiswa tersedia di mana-mana dalam berbagai
bentuk, durasi, dan penerima. Kadang beasiswa ini kurang
publikasi. Karena kurang publikasi, tugas kita untuk
heboh mencari. Dulu saya suka keluyuran ke banyak
pameran pendidikan, kantor-kantor untuk nanya-nanya.
Jadi step penting adalah niat kuat sehingga siap heboh
mencari info ke mana-mana. Beasiswa itu banyak kok.
Sekarang heboh cari info itu gampang. Search di google.
Gabung dengan milis Beasiswa atau Facebook beasiswa.
Dulu saya nggak ada internet.
Menurut saya dapat beasiswa itu lebih karena faktor
sungguh-sungguh. Bukan karena pinter. Banyak yang
pinter nggak dapat. Biasanya kalau sudah sungguh-sung-
guh cari info, dalam 6-8 bulan kita sudah dapat calon-
calon beasiswa yang bisa kita lamar. Sumber beasiswa
yang bonafid itu antara lain Fulbright ke US, Chevening
ke UK, Manbusho ke Jepang dan ADS ke Australia. Setiap
beasiswa punya syarat beda-beda. Namun stepnya hampir
sama: kirim aplikasi, seleksi tulis, dan wawancara. Kalau
lolos, terbang :)
bahasa itu pentingSAYA menyadari kebencian saya terhadap bahasa Inggris,
karena dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Lamongan,
kuliah di FISIP UI, teman-teman saya kalau dilihat tempat
lahirnya, London, Washington, Manila, Maroko, Amster-
dam. Nah, sebagai orang ndeso babat tembak langsung
ke Jakarta, sebel juga saya dengan bahasa Inggris, walau
di mata kuliah bahasa Inggris tetap mendapat angka 8
(delapan). Sangat disadari bahasa Inggris yang pas-pasan
tersebut. Alhamdulillah saya lumayan IELTS-nya. Setelah
lima bulan benar-benar konsentrasi belajar bahasa
Inggris, meninggalkan aktivitas LSM dan lain-lainnya.
Untuk dapat masuk di Sydney University paling tidak
harus 7,5 IELTS yang harus didapatkan.
Saya termasuk yang tidak mendapatkan 7,5, saya lupa
mungkin hanya 6,5 IELTS, tapi tetap dapat masuk di
Sydney University. Satu tahun di program Department of
Government (Politics), saya ditawari untuk upgrade ke
Ph.D Program yang kebetulan ketua Departemennya
Prof. Michael Leigh adalah ahli Asia Tenggara (Malaysia)
EXPERIENCE TELLS...kredit title: Yose Riandi/Ghiboo
sumber: tistory.com/image
istrinya ahli Aceh. Saya tinggal dengan keluarga tersebut.
Supervisor saya tidak mengerti Indonesia, karenanya saya
menulis tentang Urban Politics in Australia.
Chusnul Mar’iyah, Mantan Anggota KPU, Aktivis Perem-
puan; Peraih Beasiswa S-2 dan S-3 di Sydney University
serta short course di Amerika Serikat
Hira Meidia, Wakil Rektor III UMN; Peraih Beasiswa BPPT
untuk program setara S-1 di University of Sheffield Inggris;
Peraih beasiswa program Master dan Doktor dari Univer-
sity of Sheffield; peraih Post-Doctoral di AS.
KUNCI pertama seleksi adalah pada aplikasi yang jum-
lahnya ribuan. Jadi pastikan saat mengisi aplikasi itulah
kita bisa menyakinkan pemberi beasiswa bahwa kita
memang layak untuk mendapatkan beasiswa itu. Pengala-
man saya saat apply beasiswa Chevening, di aplikasi
diminta menjawab pertanyaan mengapa layak mendapat
beasiswa, lalu juga ditanya tujuan di masa depan setelah
mendapat beasiswa. Bahkan, di aplikasi itu kita diminta
membuat essay 250 kata dalam bahasa Inggris tentang
dua hal yang sangat penting dalam kehidupan saya.
Di sinilah wahana kita untuk bisa “menjual diri”. Jangan
merasa jadi ‘lebay’ atau narsis saat mengisi ini sepanjang
memang itu fakta tentang diri Anda. Katakan dengan
frase yang menjual dan kuat. Khusus untuk Chevening,
setahu saya, mereka banyak memberi beasiswa bagi prak-
tisi, dan bidang-bidang ‘seksi’ yang selalu diberi quota
khusus oleh mereka adalah media dan komunikasi, politik
dan HAM, teknologi informasi, energi alternatif, dan
lingkungan hidup. Satu angkatan per tahun pada masa
saya hanya 60 orang—dari hampir lima ribu pelamar.
Saat ini saya dengar malah dibatasi lagi menjadi 30 orang
penerima beasiswa per tahun, tapi di situlah justru letak
tantangan dan kebanggaannya, bukan?
Ambang Priyonggo, Praktisi Media dan Dosen UMN; Ak-
tivis Literasi Politik di Lembaga The Policy Institute; Peraih
beasiswa Chevening di University of Westminster, London.
what experts say
pede kontak langsung profesorMENCARI beasiswa itu tidak selalu harus bergantung dari
institusi pemberi beasiswa seperti Fullbright, Chevening,
atau ADS. Justru kalau kita jeli, bisa mencari langsung ke
universitas-universitasnya dengan cek ke situs mereka.
Bahkan, jangan segan untuk menghubungi profesor di
universitas itu guna menanyakan apakah ada grant untuk
beasiswa—yang jelas di setiap universitas pasti menye-
diakan beasiswa. Itu bisa dilakukan lewat email.
Pengalaman saya saat mengambil Post-Doctoral di AS,
saya melihat mahasiswa asal China dan India yang banyak
mendapat beasiswa, padahal dari sisi bahasa (Inggris),
mereka biasa-biasa saja, dan saya yakin banyak maha-
siswa Indonesia lebih baik dari mereka. Ketika saya tanya,
ternyata mereka bisa dapat beasiswa itu karena modal
keberanian untuk mengontak profesor dan tidak malu
bertanya. Yang terpenting lagi, jangan lupa pula belajar
membuat covering letter dan CV yang benar-benar kuat
bisa menunjukkan kemampuan, motivasi, dan fakta yang
menunjukkan memang kita layak untuk dapat beasiswa
itu.
bERbURU bEASISWA bERbURU bEASISWA
34 | april 2011 | | april 2011 | 35
dress up
CraCk nothing but your inner
wall. Drop the ball, anD let the gooD
times roll!
MODEL: Krisna Anindyo Putro (DKV 2009)LOKASI: Gramedia Bookstore Lippo KarawaciFOTOGRAFER: Cheryl P. Bensa
CLICK THE GEEK CLICK THE GEEK dress up
CliCk the Geek
MODEL: Tiara Kresna (Ilkom 2010)LOKASI: Gramedia Bookstore Lippo KarawaciFOTOGRAFER: Cheryl P. Bensa
36 | april 2011 | | april 2011 | 37
(1943), serta House of Frankenstein (1944) yang menjadi
pertemuan pertama Wolfman, Dracula, dan Franken-
stien. Pasca Dracula, kisah vampire terus diadaptasi
cinema highlight VAmPIRE mOVIES
Siapa yang tidak mengenal karakter vampire? Saya yakin kalian semua kenal. Sebagai salah satu icon horror yang populer, tidak mengherankan apabila terdapat berbagai gambaran vampire di layar lebar, mulai dari Count Orlok yang mengerikan sampai Edward Cullen yang memesona wanita.
SALAH satu film yang menjadi kemunculan pertama
vampire adalah Nosferatu: eine Symphonie des Grauens
(Nosferatu: A Symphony of Horror) yang rilis tahun
1922. Film bisu tersebut juga merupakan yang pertama
dalam sejarah membuat ”peraturan” vampire mati bila
terkena sinar matahari’. By the way ada rumor bahwa
Max Schreck ,pemeran Count Orlok, adalah seorang
vampire betulan.
Meski Nosferatu tercatat lebih tua, film vampire yang
terkenal lebih dahulu justru Dracula yang muncul pada
1931. Hal tersebut dikarenakan Dracula-lah film vampire
pertama yang berbahasa Inggris. Sayangnya, Dracula
justru menjadi film yang kurang setia dengan elemen-
elemen dasar vampire seperti gigi bertaring dan bekas
gigitan di leher. Dracula juga memiliki beberapa sekuel
seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula
COUNT ORLOK (1922) bawahCOUNT DRACULA (1931) sebelah kanan
Kisah Penghisap Darah dari Masa ke Masa dalam berbagai versi mulai dari vampire versi orang
kulit hitam pada Blacula (1972) hingga kisah vampire
bergenre komedi dengan judul Love at First Bite (1979).
Melompat jauh ke 1992, ada Bram Stoker’s Dracula
buatan Francis Ford Coppola yang diyakini sebagai
salah satu film tentang vampire terbaik. Film yang dibin-
tangi oleh Gary Oldman dan Winona Ryder tersebut juga
menggambarkan latar belakang Count Dracula secara
lebih detil, mulai dari transformasinya menjadi vam-
pire hingga asal-usul ketertarikannya terhadap Mina
Harker, perempuan yang menyerupai mendiang istrinya.
Dua tahun setelah Bram Stoker’s Dracula, Interview
with The Vampire muncul. Berbeda dengan garapan
Coppola yang menceritakan Count Dracula, Interview
with The Vampire bercerita tentang Lestat de Lioncourt ,
seorang vampire yang mengajarkan pria bernama Louis
de Pointe du Lac untuk menjadi vampire. Karakter Lestat
sempat muncul untuk kedua kalinya pada film Queen of
The Damned (2002) yang juga berasal dari karya Anne
Rice.
Tahun 1998, salah satu film vampire menjadi dasar ke-
bangkitan film superhero. Film tersebut berjudul Blade
yang dibintangi Wesley Snipes dan bergenre action-
horror. Ketika film-film lain menggambarkan vampire
takut pada matahari, Blade mengambil pendekatan
berbeda. Blade memperkenalkan konsep half-breed di
mana seorang vampire bisa bertahan di bawah sinar
matahari apabila dia merupakan hasil percampuran
manusia dan vampire. Kisah Blade sendiri bertahan
hingga seri ketiga yang berjudul Blade Trinity (2004)
Film vampire dengan genre action tidak berhenti di
seri Blade saja. Pada tahun 2003 muncul film bertema
serupa dengan judul Underworld yang bercerita tentang
klan vampire versus klan werewolf. Setahun setelahnya,
ada film Van Helsing yang dibuat berdasarkan karakter
Abraham Van Helsing di novel Bram’s Stoker Dracula.
Tahun 2008, tren film vampire mengarah ke genre film
romantis, percintaan manusia dan vampire. Salah satu
contoh seri yang terkenal adalah Twilight Saga yang
tiap serinya selalu dinantikan oleh jutaan penggemar
fanatiknya (kebanyakan kaum hawa). Tokoh Edward
Cullen yang diperankan oleh Robert Pattinson diyakini
sebagai dalang yang membuat Twilight Saga begitu
digemari. Selain Twilight, ada juga Let The Right One In
dari Norwegia yang telah di-remake dengan judul Let Me
In (2010). - Mariska Vergina -
cinema highlightVAmPIRE mOVIES
BLACULA (1972) sebelah kiriLESTAT (1994) bawah
Edward Cullen sebelah kiriVan Helsing (2004) bawah
sumber foto: www.sxc.hu
38 | april 2011 | | april 2011 | 39
technocorner GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE
Google, Android, dan Si Roti Jahe
Siapa yang tidak kenal Mr. Ginger Bread, salah satu ikon dongeng yang paling populer di seluruh dunia? Sekarang kue jahe imut itu akan hadir dalam versi modernnya, sebuah sistem operasi keluaran Google bernama Android 2.3 Gingerbread. Tampaknya, Android sudah siap kembali merebut hati para droidfreaks!
Buktinya saja, sejak pertama dirilis, nama-nama OS
Android dimulai dengan Cupcake (Android 1.5), Donut
(Android 1.6), Eclair (Android 2.1), Froyo (Android 2.2), Gin-
gerbread (Android 2.3), dan OS khusus tablet, Honeycomb
(Android 3.0). OS baru yang akan segera rilis berikutnya
adalah Ice Cream (Android 2.4).
Rupanya, nama-nama itu dipilih atas pertimbangan huruf
awal, yang sengaja dibuat berurutan sesuai abjad, yakni
Cupcake, Donut, Eclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb,
dan Ice Cream. Mengapa Google menggunakan nama
makanan? Pertanyaan ini belum terjawab hingga saat
ini karena juru bicara Google Randall Sarafa, enggan
menjawabnya. Namun Sarafa tetap menyatakan bahwa
pemberian nama-nama itu merupakan hasil keputusan
internal dan Google memilih tampil sedikit ajaib dalam
hal ini. “Ketika platform Android baru dirilis, mereka akan
menyandang nama-nama makanan (dessert). Sebagian
besar sesuai urutan alfabet,” ujarnya.
Fakta Singkat Soal Android
Pernah terpikir, mengapa kode nama sistem operasi Android selalu memakai nama makanan penutup?
ponsel-ponsel yang mengadopsi OS Android dapat
segera menggunakannya. Sejauh ini, ponsel yang sudah
mengadopsi Gingerbread secare resmi hanyalah Nexus S
yang merupakan penerus ponsel pertama Google, Nexus
One.
Dalam versi terbaru Android ini, Google memperlihatkan
kepada khalayak bahwa mereka telah siap menghadapi
perkembangan teknologi ponsel yang semakin cepat
dan serta tuntutan teknologi yang terus bertambah.
Melalui apa? Lewat penyempurnaan OS Android dengan
atribut-atribut yang lebih hebat daripada kompetitor
kompetitornya.
Sebenarnya apa sih kelebihan Android Gingerbread
sampai-sampai ia diprediksi dapat memperkuat posisi
Google untuk berhadapan dengan Apple (iPhone),
Microsoft (Windows Phone 7), Nokia, dan Research in
Motion (Blackberry) yang sudah lebih mapan? Yang per-
tama adalah kecepatan. Google mengakui bahwa sejauh
ini Gingerbread akan menjadi jenis Android yang paling
cepat, baik dalam hal menjalankan applikasi, pengun-
duhan, ataupun pengunggahan.
Orientasi pada kecepatan tersebut tentunya akan
diimbangi dengan power management (efisiensi baterai)
demi menjamin kepuasan pengguna ponsel ber-OS
MEMPERSIAPKAN DIRI
Android, sebuah teknologi multifungsi berupa sistem
operasi yang dapat menjalankan begitu banyak
kegiatan, semakin gencar memperbaharui dirinya demi
menempati posisi teratas dalam pilihan khalayak.
Bersama dengan Google, Android akan menjadi
pemersatu segala macam bentuk telekomunikasi
nirkabel yang dibutuhkan manusia.
Manusia berkembang, kreativitas berkembang.
Sekarang sudah bukan zamannya lagi pengguna
mengunduh aplikasi yang sudah disediakan dan
beradaptasi dengan aplikasi tersebut, melainkan kini
para pengguna dapat merancang sendiri aplikasi apa
yang mereka inginkan. Inilah salah satu senjata Android
dalam melumpuhkan lawan-lawannya. Kita sadar bahwa
tentu saja faktor keamanan dapat menjadi rentan, tetapi
dengan berbasiskan sebuah kernel Linux yang tangguh,
Android diharapkan dapat menangkal segala macam
virus yang ingin merusaknya.
Ketika dunia semakin berkembang, kebutuhan semakin
banyak, manusia menginginkan kemudahan untuk
menjalankan semuanya secara cepat. Kebutuhan inilah
yang akhirnya menjadi alasan mengapa Android ada,
yaitu untuk menggabungkan semua alat itu, hanya pada
satu genggaman tangan. Sistem operasi ini memiliki
banyak fungsi yang aplikatif dan canggih sehingga para
pengguna tidak akan lagi merasa kesulitan berkomu-
nikasi dengan siapa pun, tanpa mengenal batas waktu
dan tempat.
ANDROID TERUS MENGEJAR
Seusai meluncurkan Android 3.0 Honeycomb lewat
tablet Motorola Xoom pada event Consumer Electronic
Show (CES 2011) Januari lalu, Google kini tengah fokus
mempersiapkan update Android 2.3 Gingerbread agar
technocorner
40 | april 2011 | | april 2011 | 41
Android. Efesiensi baterei tersebut akan dilakukan oleh
Gingerbread melalui sistem task manager, menutup
aplikasi yang lupa ditutup atau yang menggunakan
banyak energi secara otomatis, agar daya tahan baterai
lebih lama dari biasanya.
Selain pengembangan dalam hal kecepatan dan efisien-
si baterai, Gingerbread juga memberikan beberapa sen-
tuhan baru seperti perubahan user inteface (tampilan
antar muka) yang lebih elegan, perbaikan sistem auto
correction (perbaikan kata) pada keyboard, penyempur-
naan sistem copy-paste, pengaplikasian audio effect
untuk media player, dan masih banyak lagi. Tak keting-
galan, Gingerbread juga melengkapi dirinya dengan
fungsi alat sensor, yaitu barometer dan sensor gravitasi.
Tak menutup kemungkinan ke depannya Android juga
dapat mengukur tekanan udara pada atmosfer.
Di mana ada kelebihan, pasti ada kekurangan. Sebagai
pemain baru di pasar ponsel pintar, Google dengan An-
droid tidak mungkin tampil sempurna pada tahun-tahun
awalnya. Namun, berkat adanya Android Market yang
menyediakan aplikasi-aplikasi pelengkap serta sifat OS
Android yang Open Source, user memiliki kebebasan
untuk memodifikasi (baca: menyempurnakan) Android
mereka sendiri.
Seperti apa pun wujud Android Gingerbread nanti, kita
berharap saja semoga Gingerbread ini bisa menyempur-
nakan pendahulunya, Android 2.2 FrozenYogurt.
- Missy Melita -
technocorner PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS
WHAT THEY SAY?
apa sih pendapat kamu tentang android?
“Android itu berguna dan bagus banget!
Banyak software yang bisa di-download.
Kelebihannya dari Apple, Apple kan cuma satu
model, tapi Android udah banyak yang bisa di-
aplikasiin di handphone. Terus juga, di Android
kita bisa bikin software sendiri tanpa bayar.
Faktanya, kebanyakan dari software itu adalah
hasil karya orang awam, bukan perusahaan.”
– Truly Christina, Jerman
“Dulu kualitas Android tidak terlalu baik,
tetapi sekarang sudah banyak dipakai karena
murah dan juga banyak aplikasi.”
– Tobias Nanto, Indonesia
“Wah, kalau menurut gue sih bagus, karna
gratis nggak kayak Apple yang aplikasinya
mahal.”
– Pamela Johanna Djohari, Indonesia
“Salah satu keunggulan Android itu, dia bisa
update secara langsung tanpa me-ngubah
software.”
– Randy Prasetyo, Indonesia
technopreneurship
Bicara tentang Kaskus, tentu tidak lepas dari sosok Andrew Darwis (31).
Ya, di tangannya Kaskus melejit menjadi salah satu situs jejaring sosial
yang popular di kalangan anak muda Indonesia.
foto: koleksi pribadi
Andrew DarwisFounder dan Chief Technology Officer KASKUS
GOOGLE ANDROID DAN SI ROTI jAHE
42 | april 2011 | | april 2011 | 43
CNN, ke dalam bahasa Indonesia lalu mengunggahnya
dalam situs KASKUS. Model website seperti ini memang
bukan hal baru sekarang, namun pada saat itu tentu
masih jarang.
“Setelah beberapa bulan, kami lelah
harus secara manual selalu meng-copy-
paste web content. Kita lalu beralih ke
pendekatan Web 2.0 dengan mengundang
user content,” katanya sambil menambah-
kan bahwa dia hanya butuh modal US$
3 saja untuk keperluan sewa server guna
mengelola situsnya itu.
Andrew tak menyangka bahwa langkahnya mengubah
Kaskus dengan model user-generated platform—tem-
pat pengguna bisa mengunggah content dalam suatu
forum—telah menciptakan tak kurang dari 1,2 juta
“Kaskuser” saat ini. Bahkan, kata panggilan antarmem-
ber “Juragan” atau biasa disingkat “Gan” juga menjadi
term popular di kalangan anak muda kini.
Andrew makin serius mengelola KASKUS saat dia kem-
bali ke Indonesia. Pada Desember 2008 pun, Kaskus
diluncurkan dan tak lama kemudian telah resmi menjadi
perusahaan profesional di bawah bendera PT Darta
Media Indonesia.
Kunci Bisnis Online itu “KrediBilitas”SITUS ini telah memiliki 900.000 lebih member dan
dikunjungi oleh sedikitnya 500.000 orang per hari.
Hingga saat ini pun, situs tersebut sudah mempunyai
lebih dari 70 juta post.
Awal mula pendirian situs ini pun juga terbilang unik.
Betapa tidak, situs yang kini menduduki peringkat 6 top
sites di Indonesia versi Alexa ini, ternyata berawal dari
sebuah tugas kuliah!
Andrew bersama dua temannya— Ronald Stephen dan
Budi Darmawan—membangun situs ini saat di bangku
kuliah di jurusan Multimedia & Webdesign, di Art
Institute of Seattle, Amerika Serikat pada 1999. Melihat
sudah banyak mahasiswa lainnya yang “bernarsis-ria”
dengan membuat situs pribadi, akhirnya Andrew dan
dua rekannya memutuskan untuk membangun portal
berbasis berita.
“Kami bertiga berpikir untuk memba-
ngun portal berita tentang Indonesia.
Anda tahulah bagaimana orang Indonesia
itu makin cinta dengan Tanah Airnya kala
mereka berada di luar negeri,” ujarnya
dalam suatu kesempatan wawancara
dengan The Jakarta Post.
Caranya pun simpel. Andrew hanya menerjemahkan
berita berbahasa Inggris dari situs-situs asing seperti
technopreneurship
yang dimiliki KASKUS yaitu “The Largest Indonesian
Community”. Selain itu, dia pun turut meraih penghar-
gaan sebagai The Best Entrepreneur Of The Year dari IPA
(International Professional Award).
KASKUS memang memiliki pesaing dengan adanya
social media lainnya. Namun, mengenai persaingan ini,
Andrew melihatnya sebagai hal positif. Menurutnya,
masyarakat Indonesia cukup aktif dan ‘melek’ akan
pengembangan social media yang baru muncul saat ini.
Hal ini dapat membantunya dari tim KASKUS untuk
mencari tahu keinginan masyarakat pengguna social
media yang telah terbentuk sehingga mereka dapat
menganalisa pasar yang sedang jalan saat ini.
Menjawab permintaan UMN Insight, Andrew pun berbagi
tips tentang bagaimana memulai bisnis melalui website
atau situs jejaring sosial. Menurutnya yang terpenting
adalah menjaga kredibilitas dan selalu berpikir kreatif.
- Clarisa Mutriafica -
Sebagai salah satu founder yang saat ini menjabat se-
bagai Chief Technology Officer (CTO) di KASKUS, Andrew
berharap ke depan KASKUS bisa menjadi website yang
dapat memperkaya content local di Indonesia yang
dapat mengedukasi, memberikan informasi, dan sharing
antarmember.
Dengan kesabaran serta konsistensinya, Andrew pun
berhasil membawa KASKUS menjadi satu-satunya forum
komunitas Indonesia yang terbesar, sama seperti slogan
technopreneurship
“ Kredibilitas itu sangat penting dalam berbisnis via online. Kepercayaan customer/member yang harus diprioritaskan. Berpikir kreatif dan lihat potensi bisnis yang ada,” urainya. Wah, siap disundul tips-nya, Gan!
sumber: www.mobisel.com
Nama Lengkap : Andrew DarwisNama Panggilan : MiminTTL : Jakarta, 20 Juli 1979Pendidikan : Multimedia & Web Design, Art Institute of Seattle, 2003 Computer Science, City University 2006Pekerjaan : Founder dan Chief Technology Officer KASKUS
PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS PENDIRI ‘KASKUS’ ANDREW DARWIS
44 | april 2011 | | april 2011 | 45
menuntut terlalu banyak. Social media juga terlalu cair,
tidak adanya otoritas membuat ia rentan dan menjadi
berantakan.
Posisi esai yang tidak biasa ini memicu gelombang
debat yang panjang. Pro dan kontra. Esai Gladwell
menjadi menarik karena menyediakan perspektif lain, di
tengah anggapan yang sudah jadi kenyamanan. Untuk
siapa yang benar, biar waktu yang membuktikan. Namun
ada hal yang bisa kita petik. Social media, yang sering
digembar-gemborkan sisi positifnya, mungkin jika dili-
hat lagi, tidak secemerlang itu. Mungkin ada sisi negatif
yang bisa berbahaya. Yang harus kita pikirkan selalu.
Kita ingat Devie Permatasari, siswi SMP Negeri 28
Bandung yang diculik Oktober 2010. Ia dibawa lari
selama 15 hari oleh orang yang dikenalnya di Facebook.
Ia mengaku trauma memakai social media itu lagi. Dan
ia tidak sendiri. Ada Devie-Devie lainnya. Teknologi,
selalu seperti dua sisi koin. Positif dan negatif. Terle-
bih, teknologi, hanyalah alat. Esai Gladwell mencoba
mengingatkan, manusia yang menggunakan alatlah
yang terutama. Dalam balapan, kekuatan mesin mobil
memang penting, tapi pada akhirnya, manusia di balik
kemudilah yang jadi penentu. Demikian social media,
sebuah teknologi yang sangat kuat. Kitalah yang akan
menentukan, mau dibawa ke mana teknologi ini.
Semua berharap, tentunya, ke arah yang lebih baik.
Penulis adalah mahasiswa Multimedia Journalism,
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia
Nusantara, Angkatan 2007.
opinion
Qua Vadis Social Media?
- Harry Febrian -
TIK, UMN, dan Masa Depan- Ninok leksono -
Redaksi menerima artikel opini tentang beragam bidang
yang sedang menjadi topik hangat. Kirimkan naskah Anda
dengan panjang maksimum 500 kata ke email:
[email protected] disertai dengan data diri.
Artikel yang dimuat akan mendapatkan honor.
TIDAK banyak orang yang meragukan kekuatan social
media. Sejak kehadiran Facebook di 2004 hingga
sekarang, beragam social media telah mengubah wajah
dunia tempat kita tinggal. Mulai dari pendidikan,
ekonomi, politik, militer, hubungan antarnegara,
komunikasi, sampai gaya hidup. Ambil contoh gejolak
di Timur Tengah. Peran social media tidak bisa dibilang
kecil. Undangan berkumpul disebar lewat Facebook.
Twitter dipakai untuk menggalang dukungan. Beberapa
blog menyediakan taktik demonstrasi dan menetralisasi
gas air mata.
Time menyebut kelompok pemuda penggerak demon-
strasi sebagai Pemberontak Facebook. Salah satu re-
spons awal pemerintah Mesir atau Libya adalah mema-
tikan Internet. Membuktikan bahwa mereka sadar akan
kekuatannya. Bahkan sebuah analis keamanan dari
Mark Pfeifle, meminta Twitter dinominasikan untuk No-
bel Perdamaian. Namun nampaknya Malcolm Gladwell
tidak termasuk dalam “banyak orang” ini. Lewat esainya
di The New Yorker, jurnalis yang masuk daftar 100 orang
paling berpengaruh versi Time tahun 2005, menolak
anggapan bahwa social media adalah alat yang begitu
berkuasa, khususnya dalam gejolak Timur Tengah.
Social media, kata Gladwell, hanya menyediakan ikatan
relasi yang lemah. Hal ini bisa berjalan, jika tidak
yang hilang menjadi panas. Dengan adanya teknologi
superkonduktivitas suhu tinggi yang praktis, orang bisa
membuat kereta magnet berkecepatan tinggi secara
murah. Dengan itu pula, energi migas secara signifikan
berkurang maknanya.
Ada pun teknologi nano, ini tampaknya yang paling
populer dari ketiganya. Berbeda dengan mikroelektronik
yang bekerja di dimensi sepersejuta meter, teknologi
nano bekerja di ranah sepermilyar meter. Ibaratnya,
orang bisa menangani makhluk yang jauh lebih kecil
dari bakteri. Dengan ini pula, manipulasi dapat dilaku-
kan pada dimensi atomik. Pendukung teknologi ini bisa
membayangkan adanya pabrik yang bekerja secara
terus-menerus selama 24 jam, ramah lingkungan, dan
hemat energi.
Tentu saja selain itu orang juga bekerja untuk mendapat-
kan pesawat penumpang hipersonik masa depan, yang
dulu pernah digambarkan bisa terbang dengan kecepa-
tan Mach 25 atau 25 kali kecepatan suara, atau sekitar
28.000 km/jam, dan membuat penerbangan Jakarta –
New York cukup dua jam saja.
Namun semua itu kini seperti kalah dengan gegap
gempita perkembangan teknologi informasi –
komunikasi (TIK).
SEMAKIN KUATYa, TIK kini bak ratu yang menguasai dunia. Tua-muda,
profesional atau ibu rumah tangga, siswa sekolah atau
profesor, sulit lepas dari gadget yang menghubungkan
mereka dari sisa dunia lain, dengan teman atau saudara,
dengan individu atau dengan sumber informasi. Produk
TIK-lah yang kini banyak mendominasi berita dan iklan
media massa.
Internet dan seluler tumbuh secara fenomenal, meski-
pun kesenjangan digital masih menjadi ciri Indone-
sia. Ditinjau dari segi persentase, bisa saja diartikan
penetrasi internet dibanding jumlah penduduk masih
column
SATU saat di 1990-an, wacana tentang teknologi masa
depan kuat diwarnai oleh fusi dingin, superkonduktivi-
tas suhu tinggi, dan teknologi nano. Fusi dingin saat itu
terdengar sangat menarik karena dengan teknologi ini
orang dapat memanen energi luar biasa besar, tetapi
dengan kondisi biasa. Ini jelas terobosan besar, karena
energi fusi yang kita kenal selama ini hanya ada di dua
wujud, yaitu di pusat bintang yang membuat bintang
bersinar, dan kedua pada ledakan bom thermonuklir.
Di pusat bintang, suhu tidak kurang dari 10 juta derajat
Celsius, hingga memungkinkan inti-inti atom hidrogen
bergabung menjadi helium sambil melepas energi fusi
yang luar biasa besar mengikuti hukum E=mc2 Einstein.
Dibandingkan dengan energi fisi seperti yang digunakan
pada reaktor nuklir PLTN, energi fusi juga jauh lebih
ramah lingkungan.
Sementara itu, superkonduktivitas selama ini kita kenali
saat elektron pada atom dalam kondisi nyaris diam pada
suhu mendekati nol mutlak atau minus 273 Celsius.
Dengan teknologi superkonduktivitas suhu tinggi,
orang tidak perlu “terjun” dengan mengerahkan energi
amat besar untuk mencapai ke suhu mendekati nol
mutlak tadi. Kondisi ini diperlukan agar supaya energi
yang akan kita lewatkan ke konduktor tidak banyak
sumber: www.sxc.hu
46 | april 2011 | | april 2011 | 47
orang kaya modern di dunia, asal kekayaannya tidak
lagi dari hasil minyak atau sumber daya alam, tetapi dari
produk inovasi TIK, sebagaimana diperlihatkan oleh Bill
Gates dengan Microsoft, atau Steve Jobs dari Apple.
Dalam kaitan ini lah sivitas akademika UMN yang
banyak berkecimpung dalam bidang TIK dapat mere-
fleksikan situasi yang ada dewasa ini di Indonesia, dan
menyusun strategi baru untuk ambil bagian dalam derap
kemajuan TIK dan teknologi lain yang diperlukan oleh
bangsa dan negara.
Hanya dengan memenuhi panggilan zaman itu lah,
universitas dan sivitas akademikanya berpeluang untuk
diperhitungkan dan meraih momen sejarah.
- Dr. Ninok Leksono M.A., pengajar mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi UMN -
DI LUAR INDUSTRI KREATIF
Sejak sekitar tiga tahun silam, Pemerintah Indonesia
melancarkan upaya untuk mengembangkan industri kre-
atif, ada 14 bidang yang diharapkan dapat dikembang-
kan oleh Indonesia. Sekadar menyebut beberapa, dari
ke-14 bidang tersebut ada program komputer, animasi,
kerajinan, arsitektur, dan film.
Disertai keinginan untuk menggali kearifan lokal, indus-
tri kreatif juga diharapkan bisa ikut memacu pertum-
buhan ekonomi Indonesia. Dari segi konsep, ekonomi
(berbasis industri) kreatif menarik setidaknya dari dua
sisi. Pertama, seperti disinggung di atas, ekonomi kre-
atif sinkron, selaras, dengan perkembangan TIK. Kedua,
banyak dimensi ekonomi kreatif yang sebagian juga
merupakan kelanjutan dari apa yang sudah tumbuh di
Nusantara, seperti halnya desain atau kerajinan.
Di bidang yang sudah terkandung keunggulan lokal ini,
pekerjaan rumah yang ada adalah meningkatkan kuali-
tas dan keunggulan desain dan kerajinan, hingga daya
saingnya bertambah. Untuk ini pun, peranan TIK sangat
besar. Seperti sebelum ini sudah banyak kita saksikan,
program desain komputer telah banyak digunakan untuk
berbagai keperluan, mulai dari desain otomotif, hingga
aerodinamik pesawat terbang.
kecil, tapi dari angka absolut, yang dicerminkan sebagai
ukuran pasar dan kekuatan pengguna, 40 juta penguna
Internet sudah termasuk besar, karena itu mendekati
dua kali penduduk Malaysia. Apalagi telepon seluler,
dengan sekitar 160 juta pengguna dan ekspansi yang
masih terus berlangsung.
Memang di satu sisi muncul pengamatan bahwa
semarak TIK di Indonesia baru sebatas “pesta pasar”,
yang dinikmati oleh produsen gadget, mulai dari Eropa,
Asia Timur, hingga Amerika Utara. Di mana Indonesia?
Sebagian menyebut, kita baru pada tingkat sebagai
konsumen, pembeli, dan devisa yang digunakan untuk
membeli gadget seluler pada 2008 saja sudah mencapai
AS$3 milyar, atau sekitar Rp 27 Trilyun/per tahun.
Predikat sebagai konsumen bisa dipahami, karena me-
mang masih sedikit atau bahkan tidak ada kontribusi In-
donesia dalam kemajuan teknologi seluler. Penguasaan
teknologi mikromanufakturing seperti yang ada pada
komponen-komponen seluler tampaknya masih di luar
kemampuan insinyur Indonesia untuk memproduksinya.
column
MENUMBUHKAN MINAT
Sementara terjun dalam pengembangan industri kreatif
merupakan awal yang baik, pengalaman di seluler mem-
beri realita lain yang juga perlu mendapat perhatian.
Harus diakui bahwa apa yang terjadi di seluler sebe-
narnya hanya mengulang apa yang terjadi di otomotif,
setelah bertahun-tahun mengonsumsi, Indonesia tak
mampu atau tak punya daya untuk mengembangkan
merek sendiri. Dengan kata lain, di bidang otomotif kita
gagal menjadi “tuan di negeri sendiri”.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya situasi
seperti itu. Namun salah satu yang bersifat mendasar
adalah tidak tumbuhnya minat insinyur Indonesia terha-
dap rancang bangun dan rekayasa. Di negeri ini seolah
tidak ada tangan-tangan terampil yang bisa menelurkan
desain, yang kemudian diikuti oleh kiprah manufaktur-
ing.
Belum lama ini diwacanakan survai yang menyebut,
bahwa dari lulusan SMA yang berminat melanjutkan ke
jurusan sains dan teknologi hanya tinggal 15%, dengan
rincian 5% untuk sains, dan 10% untuk teknologi.
Namun, dari 10% yang memilih teknologi, yang dipilih
juga dari “soft technology”, seperti yang terkait dengan
sistem atau manajemen, dan jarang yang memilih jenis
“hard technology”, seperti bidang teknik mesin.
Ini mengecilkan hati karena itu melukiskan tipisnya
sumberdaya manusia Indonesia yang menerjuni bidang
teknologi yang mengandung aktivitas manufakturing.
Dengan kata lain, tidak banyak orang muda kita yang
tertarik untuk memotong logam, berlepot oli, atau
merancang sirkuit elektronik, mempelajari miniaturisasi,
dan – membuat prototipe.
Kalau tradisi semacam itu absen dari satu masyarakat,
sulit diharapkan adanya hasil-hasil inovasi dari anak
bangsa, yang berikutnya bisa menjadi produk komersial
yang laris. Padahal, kalau kita simak tentang orang-
column
sumber: www.topnews.in
48 | april 2011 |