membangun kewirausahaan di...

12
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 204 Membangun Kewirausahaan di Sekolah Muh. Ali Mukhtar Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jejen Musfah [email protected] Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Abstract Educational institutions need to improve various superior competencies. One of the competencies that must be built is entrepreneurial competence in realizing the independence of conducting education, while at the same time answering the challenges of the digital era and the demands of competition for the ASEAN Economic Community (MEA). The purpose of this study was to analyze the importance of developing entrepreneurship in schools. The method that used is a qualitative method with literature study. The results of this research showed that entrepreneurial competence is one of the abilities possessed by a leader in realizing entrepreneurial values in school. Entrepreneurship in schools can be realized when a headmaster has competent competencies, with the following characteristics: innovative, hardworking, strong motivation, never giving up, entrepreneurial instincts, courageous decision-making, visionary, and able to give example to the school community. Entrepreneurship competencies of principals will be able to create independent and superior schools and be able to realize graduates with entrepreneurial spirit. Keywords: Competence, Entrepreneurship, Characteristics, School Lembaga pendidikan perlu meningkatkan berbagai kompetensi unggul. Salah satu kompetensi yang harus dibangun adalah kompetensi kewirausahaan sebagai upaya dalam mewujudkan kemandirian penyelenggarakan pendidikan, sekaligus menjawab tantangan era digital dan tuntutan persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pentingnya pengembangan kewirausahaan di sekolah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kewirausahaan adalah salah satu kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin dalam mewujudkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. Kewirausahaan di sekolah dapat diwujudkan manakala seorang kepala sekolah memiliki kompetensi yang mumpuni, dengan karakter sebagai berikut: inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang kuat, pantang menyerah, memiliki naluri kewirausahaan, berani mengambil keputusan, visioner, dan mampu memberi keteladanan bagi warga sekolah. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah akan mampu menciptakan sekolah yang mandiri dan unggul serta mampu mewujudkan lulusan yang berjiwa kewirausahaan. Kata Kunci : Kompetensi, Kewirausahaan, Karakteristik, Sekolah. URL: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/hikmatuna/article/view/1379 DOI: https://doi.org/10.28918/hikmatuna.v4i2.1379 Volume 4 Number 2 2018 Journal for Integrative Islamic Studies ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online) HIKMATUNA Published by: Postgraduate of State Institut for Islamic Studies Pekalongan

Upload: others

Post on 29-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 204

Membangun Kewirausahaan di Sekolah

Muh. Ali Mukhtar Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jejen Musfah [email protected]

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Abstract

Educational institutions need to improve various superior competencies. One of the competencies that must be built is entrepreneurial competence in realizing the independence of conducting education, while at the same time answering the challenges of the digital era and the demands of competition for the ASEAN Economic Community (MEA). The purpose of this study was to analyze the importance of developing entrepreneurship in schools. The method that used is a qualitative method with literature study. The results of this research showed that entrepreneurial competence is one of the abilities possessed by a leader in realizing entrepreneurial values in school. Entrepreneurship in schools can be realized when a headmaster has competent competencies, with the following characteristics: innovative, hardworking, strong motivation, never giving up, entrepreneurial instincts, courageous decision-making, visionary, and able to give example to the school community. Entrepreneurship competencies of principals will be able to create independent and superior schools and be able to realize graduates with entrepreneurial spirit. Keywords: Competence, Entrepreneurship, Characteristics, School Lembaga pendidikan perlu meningkatkan berbagai kompetensi unggul. Salah satu kompetensi yang harus dibangun adalah kompetensi kewirausahaan sebagai upaya dalam mewujudkan kemandirian penyelenggarakan pendidikan, sekaligus menjawab tantangan era digital dan tuntutan persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pentingnya pengembangan kewirausahaan di sekolah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kewirausahaan adalah salah satu kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin dalam mewujudkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. Kewirausahaan di sekolah dapat diwujudkan manakala seorang kepala sekolah memiliki kompetensi yang mumpuni, dengan karakter sebagai berikut: inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang kuat, pantang menyerah, memiliki naluri kewirausahaan, berani mengambil keputusan, visioner, dan mampu memberi keteladanan bagi warga sekolah. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah akan mampu menciptakan sekolah yang mandiri dan unggul serta mampu mewujudkan lulusan yang berjiwa kewirausahaan. Kata Kunci : Kompetensi, Kewirausahaan, Karakteristik, Sekolah. URL: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/hikmatuna/article/view/1379 DOI: https://doi.org/10.28918/hikmatuna.v4i2.1379

Volume 4 Number 2

2018

Journal for Integrative Islamic Studies ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

HIKMATUNA

Published by: Postgraduate of State Institut for Islamic Studies Pekalongan

Page 2: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

205 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah agen perubahan. Pendidikan harus mampu mewujudkan

perubahan besar dalam tatanan kehidupan masyarakat. Perubahan yang diharapkan dari

pendidikan adalah perubahan yang mengarah kepada peningkatan kompetensi pelaku

pendidikan, baik di kalangan pendidik, maupun peserta didik.

Masyarakat Indonesia belum menunjukkan semangat kewirausahaan. Menteri

Koperasi dan UKM, Agung Gede Ngurah Puspayoga dalam acara Gerakan Kewirausahaan

Nasional (GKN) 2017 di IPB Bogor pada 11 Maret 2017 menyatakan, bahwa Rasio

wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah sekitar 252 Juta

penduduk berdasarkan data BPS tahun 2016 , yang dua tahun sebelumnya lebih sedikit

yakni 1,6%. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan peningkatan yang dialami negara-negara

ASEAN lainnya yang peningkatannya mencapai 5 % untuk Malaysia, dan 7 % untuk

Singapura (Humas Kemenkop, 2017).

Jumlah wirausahawan di Indonesia, tercatat hingga Februari 2014, ada hanya

berkisar 44,2 juta orang yang berusaha membuka lapangan kerja secara berdikari.

Sementara, total penduduk bekerja di republik ini mencapai 118,1 juta orang. Bila dikaji

lebih dalam lagi, wirausahawan di Indonesia terdiri dari jumlah penduduk yang

berwirausaha secara mandiri sebanyak 20,32 juta orang; berwirausaha dibantu buruh tidak

tetap 19,74 juta orang, dan berwirausaha dibantu buruh tetap 4,14 juta orang. Jumlah

wirausahawan baru mencapai 1,56 persen dari total populasi (Ardiyan, 2014).

Fenomena lain yang melatarbelakangi pentingnya membangun nilai-nilai

kewirausahaan adalah lemahnya mutu lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, dan

pesantren) karena tidak memiliki kemampuan dalam mengelola dan membiayai berbagai

kegiatan.

Kelemahan lembaga pendidikan dalam membiayai kegiatannya disebabkan beberapa

faktor. Pertama, terbatasnya anggaran pendidikan yang bersumber dari pemerintah. Kedua,

lahirnya Permendikbud RI Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah, dimana pada

Pasal 12 menyebutkan dengan tegas larangan kepada Komite Sekolah untul melakukan

pungutan biaya pendidikan kepada wali murid. Ketiga, tidak memiliki unit usaha karena

lemahnya nilai-nilai kewirausahaan kepala sekolah dan lainnya.

Dunia pendidikan harus membangun kemandirian sekolah melalui kegiatan

kewirausahaan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Page 3: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 206

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

Standar Kepala Sekolah/madrasah menyebutkan bahwa setiap kepala sekolah/madrasah harus

memiliki 5 (lima) kompetensi dasar, yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi,

sosial, dan kewirausahaan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka. Penulis

mengumpulkan informasi terkait tema baik berupa karya ilmiah seperti tesis, skripsi, buku,

maupun berita cetak dan daring. Data-data tersebut dikelompokkan sesuai pokok-pokok

bahasan yang ditentukan setelah membaca kumpulan data. Kemudian data tersbut dianalisis

berdasarkan teori dan pengalaman penulis.

PEMBAHASAN

Wirausaha dalam KBBI diartikan sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai

atau berbakat mengenal produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.

Karakter diri seorang wirausahawan adalah memiliki watak berani, bersungguh-sungguh,

dan mengerahkan segenap kemampuan dalam mencapai dan memenuhi tujuannya.

Menurut Gitosardjono (2013: 204), wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki

oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil

keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan mengacu kepada suatu hasil

kreativitas baru yang dibuat oleh seseorang dan dilakukan secara pribadi.

Kewirausahaan adalah kemampuan melihat sebuah situasi yang didalamnya terdapat

berbagai peluang untuk memperoleh keuntungan, ataupun memperoleh sebuah solusi

dalam menghadapi berbagai kendala/masalah dengan mengedepankan keberanian,

kesungguhan, dan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menciptakan sesuatu yang

baru dan bermanfaat.

A. Entrepreneurship di Sekolah

Lingkungan pendidikan sebagai wahana untuk mempersiapkan generasi bangsa

harus membekali lulusannya dengan menambah kompetensi keterampilan

berwirausaha. Pemikiran ini menjadi sebuah pekerjaan baru bagi kepala sekolah

sebagai leader di sekolah untuk menyusun kembali sebuah misi sekolah yang mampu

Page 4: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

207 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

mengantarkan peserta didiknya menjadi wirausahawan di masa mendatang.

Dibutuhkan pengelolaan dan sistem manajerial yang baik di lingkungan sekolah.

Gaffar (1994: 44) menjelaskan bahwa pertumbuhan sistem pendidikan tanpa

memfungsikan pengelolaan pendidikan tidak mungkin dapat membina pertumbuhan

sekolah. Pengelolaan sekolah harus dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan

kebutuhan kompetensi peserta didik dan juga penerapannya dilakukan secara

sistematis, agar pembinaan pertumbuhan sekolah tetap dapat dilakukan dengan sebaik

mungkin.

Pengelolaan sekolah harus mengedepankan asas kebersamaan, artinya proses

penentuan kebijakan hingga pelaksanaannya harus melibatkan warga sekolah.

Pengelolaan seperti ini akan menjadikan sekolah menjadi sekolah yang menerapkan

kepemimpinan partisipatif. Menurut Suparlan (2013: 50), dalam pelaksanaan

manajemen berbasis sekolah (MBS), kepala sekolah harus menerapkan kepemimpinan

partisipatif, yaitu kepemimpinan dengan prinsip memberikan pelibatan secara luas

kepada semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah secara demokratis.

Dalam mengelola kegiatan sekolah menuju kepada sebuah kemandirian, kepala

sekolah harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Dengan demikian, dia akan

mampu melakukan beberapa hal berikut. 1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi

pengembangan sekolah, 2) Bekerja keras mencapai keberhasilan sekolah sebagai

organisasi pembelajaran yang efektif, 3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin sekolah/madrasah, 4)

Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang

dihadapi sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik (Oktavia, 2014: 597).

5) memiliki pandangan yang jauh kedepan (visioner) sehingga pengelolaan sekolah bisa

dilakukan dengan cermat, 6) Memiliki ketepatan dalam mengambil keputusan, dan, 7)

Memberikan keteladanan kewirausahaan bagi warga sekolah.

B. Karakteristik Entrepreneurship Kepala Sekolah

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007

tentang standar kepala sekolah/madrasah, karakteristik kompetensi kewirausahaan

yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah Pertama, menciptakan inovasi

Page 5: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 208

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah. Kedua, bekerja keras untuk

mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

Ketiga, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah. Keempat, pantang menyerah dan selalu

mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah/kendala yang dihadapi

seklah/madrasah. Kelima, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Karakteristik kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki kepala sekolah

adalah: Pertama, Memiliki rasa percaya diri yang meliputi keyakinan,

ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. Kedua, Berorientasi tugas dan hasil

yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan,

tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif. Ketiga, Pengambil

resiko yang meliputi : berani dan mampu mengambil resiko, dan suka pada tantangan.

Keempat, Kepemimpinan yakni bertingkah laku sebagai pemimpin dan bergaul dengan

orang lain, menanggapi saran dan kritik. Kelima, Keorisinilan yang meliputi inovatif,

kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa dan banyak wawasan. Keenam, Berorientasi

ke masa depan yakni visioner dalam prospektif dan perseptif (Permana dan Kesuma,

2011: 356).

Tabel 1. Kartakteristik Kewirausahaan

Permendiknas No 13 tahun

2007

Mulyasa Johar Permana dan

Darma Kesuma

Inovasi Percaya Diri Percaya Diri

Pekerja keras Memiliki Inisiatif Berorientasi tugas dan

hasi

Memiliki Motivasi Kuat Motivasi Prestasi Pengambil Resiko

Pantang Menyerah Kepemimpinan Kepemimpinan

Naluri Kewirausahaan Berani mengambil

keputusan

Orisinil

- - Berorientasi ke masa

depan

Sumber: Sumber: Sumber:

Page 6: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

209 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

www.simpuh.kemenag.go.id (Mulyasa, 2011:180-

190)

(Permana & Kesuma,

2011:356).

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai defenisi karakteristik kompetensi

kewirausahaan di atas. 1) inovasi merupakan Segala sesuatu yang baru atau

pembaharuan; 2) pekerja keras merupakan kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-

sungguh tanpa mengenal lelahsebelum target tercapai; 3) motivasi kuat adalah

dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk

mencapai tujuan; 4) pantang menyerah adalah kemampuan bangkit kembali dari situasi

sulit dan berusaha tidak menjadi korban dari ketidakberdayaan; dan 5) naluri

kewirausahaan merupakan Pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu

yang memunculkan keberanian, kesungguhan serta keinginan menciptakan sesuatu

baru demi sebuah keuntungan atau kemanfaatan.

Penelitian Mutriani menyebutkan bahwa kompetensi kewirausahaan kepala

sekolah di Kabupaten Bantul menunjukkan sebuah hasil yang sangat baik, sebagaimana

dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Karakteristik Kepala Sekolah

No Sub Variabel Perolehan Skor

Rata-Rata

Prosentase

(%)

Kategori

1 Inovatif 189,5 82,39 Sangat Baik

2 Kerja Keras 198,5 86,30 Sangat Baik

3 Motivasi yang Kuat 197,56 85,90 Sangat Baik

4 Pantang Menyerah 196,09 85,26 Sangat Baik

5 Memiliki Naluri

Kewirausahaan

193,67 84,20 Sangat Baik

Total 975,32 424,05 Sangat Baik

Rata-Rata 195,06 84,81 Sangat Baik

Sumber: Mutiarani , Kompetensi kewirausahaan kepala Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) Se-Kabupaten Bantul, 2015 :

84).

Page 7: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 210

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

C. Upaya Membangun Kewirausahaan di Sekolah

Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di Kabupaten Bantul menunjukkan

sebuah hasil yang sangat baik, akan tetapi apakah data tersebut bisa mewakili

banyaknya jumlah kepala sekolah di Indonesia? Menurut hemat penulis, data tersebut

belum bisa menjadi barometer kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di Indonesia,

karena beberapa alasan berikut, pertama, masih banyaknya kepala sekolah yang belum

bisa sepenuhnya menerapkan karakteristik kewirausahaan di lingkungan sekolahnya.

Kedua, dalam aspek pembiayaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah pada

umumnya masih bergantung pada sumber dana yang berasal dari Pemerintah dan

komite sekolah. Ketiga, kepala sekolah belum mampu membangun kewirausahaan

mandiri yang dapat memberikan income bagi sekolahnya. Keempat, sekolah dan lembaga

pendidikan lainnya banyak yang belum berhasil menanamkan jiwa kewirausahaan

kepada output-nya, sehingga lulusan dari berbagai lembaga pendidikan banyak yang

belum mampu mendirikan sebuah usaha mandiri. Upaya membangun nilai-nilai

kewirausahaan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Kerjasama Berwirausaha

Corporation Entrepreneur adalah sebuah inisiatif yang harus dilakukan oleh

seorang kepala sekolah untuk membangun kewirausahaan di sekolah dengan cara

melakukan kerjasama dengan beberapa penggiat wirausaha di sekitar lingkungan

sekolahnya, misalnya bekerjasama dengan perusahanaan atau pengusaha tertentu

untuk mengadakan kegiatan amal, kerjasama dalam pengadaan alat praktek dan

buku siswa, kerjasama dengan perusahaan asuransi, kerjasama dengan Bank dalam

bidang biaya pendidikan dan lain sebagainya.

2. Membangun School Mart (Sekolah swalayan)

Dengan mendirikan toko di lingkungan sekolah yang menyiapkan segala

kebutuhan siswa dan guru terkait kegiatan belajar mengajar; pembuatan kantin

atau kafe kejujuran yang menyiapkan beraneka jajanan yang sehat dan lezat

tentunya. Semua itu dilakukan dengan sistem bagi hasil atau sebagaimana yang

disepakati. Jenis kewirausahaan ini penulis mendapati di beberapa SMK yang ada

Page 8: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

211 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

di DKI Jakarta, di antaranya SMK 57 Jakarta. Sekolah ini memiliki restoran mini,

mini market, dan aula pertemuan yang representatif untuk beberapa kegiatan

publik seperti seminar, pelatihan, maupun acara mini lainnya.

3. Menanamkan jiwa berwirausaha kepada siswa

Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, misalnya Bazar

Ramadhan, menghasilkan karya seni siswa yang memiliki nilai jual, pameran,

kegiatan amal peduli bagi siswa yang kurang beruntung ataupun untuk pembiayaan

kegiatan siswa yang belum terbackup dalam dana BOS atau dana sekolah lainnya.

4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Salah satu upaya membangun kemandirian sekolah dalam mensejahterakan

warganya sekaligus menopang biaya pendidikan di sekolahnya adalah melalui

pembentukan koperasi dalam hal ini baitul maal. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil

dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil ke bawah dan kecil

dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan

kegiatan ekonominya. Baitul Maal Wat Tamwil juga bisa menerima titipan zakat,

infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

Selain itu, yang mendasar adalah bahwa seluruh aktivitas BMT harus dijalankan

berdasarkan prinsip muamalah ekonomi dalam islam (Widodo, dkk, 2000: 82).

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip

bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka

mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir dan

miskin. Selain mengadopsi beberapa sistem dan prinsip-prinsip koperasi, BMT

juga mengadopsi beberapa prinsip-prinsip baitul mal, yakni mensejahterakan

masyarakat melalui pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh dari berbagai elemen

masyarakat khususnya ummat Islam. Dalam pelaksanaannya BMT menjunjung

tinggi prinsip-prinsip mensejahterakan masyarakat dengan beberapa prinsip

penting yaitu, penumbuhan (kehadirannya murni dari masyarakat), profesionalitas,

Page 9: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 212

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

berasas pada konsep ekonomi Islam. Salah satu contoh sekolah yang memiliki

BMT adalah SMK Al-Amanah Tangerang Selatan.

5. Menggagas “Pendidikan Cerdas dengan Sampah”

Ide ini terinspirasi dari kisah sukses seorang dokter muda di Malang Jawa

Timur. Gamal Albinsaid, seorang dokter muda berusia 24 tahun. Pria yang

merupakan alumni Universitas Brawijaya Malang ini membuat program yang

cemerlang dalam bidang kesehatan yakni mengelola klinik kesehatan yang

pembayarannya menggunakan sampah. Program ini ia namakan dengan Klinik

Asuransi Sampah (KAS), (Yatimul, 2014).

Gagasan ini dapat diaplikasikan juga di dunia pendidikan melalui program

Pendidikan Cerdas dengan Sampah (PCdS). Dalam hal ini sekolah bekerjasama

dengan komite sekolah untuk membuat pengelolaan sampah melalui membuat

kerajinan tangan, dan pengumpulan sampah Non Organik berupa botol plastik

dan sisa minuman-minuman kaleng untuk dikumpulkan dan selanjutnya dijual

kepada pengepul sampah. Hasil keuntungan dari penjualan kerajinan tangan dan

penjualan botol bekas tersebut digunakan untuk menunjang berbagai kegiatan

pendidikan di sekolah.

Program ini sudah dilaksanakan dengan sukses di Taman Kanak-kanak dan

PAUD Al-Kausar, Kota Jambi. Para siswa membiayai pendidikan mereka sendiri

dari sampah. Uang sumbangan pembinaan pendidikan di sekolah itu Rp 40.000

per bulan cukup dibayar dengan cara menyetor sampah ke sekolah. Barang-barang

bekas itu selanjutnya dikelola menjadi kerajinan dan alat peraga pendidikan yang

cukup menghasilkan keuntungan finansial bagi sekolah tersebut (Irma, 2016).

D. Sekolah dan Unit Kewirausahaannya

Beberapa sekolah berhasil mengembangkan kewirausahaan sehingga bisa

dijadikan contoh. Pertama, SMKN 57 Jakarta. Salah satu sekolah yang terletak di pasar

minggu Jakarta Selatan. Unit kewirausahaan yang dimiliki sekolah ini diantaranya Aula

Graha 57, Hotel Training Perdana, Travel Agency “Vida Toor and Travel”, Restoran New

Ragoon dan Minimarket New Ragoon (www.smkn57jkt.sch.id).

Page 10: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

213 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

Kedua, SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pati. Sekolah ini

merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional (SSN) yang terletak di Kabupaten Pati,

Propinsi Jawa Tengah. Usaha yang dikembangkan adalah Koperasi yang

menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:

a) Unit usaha pertokoan, menyediakan alat tulis menulis, buku-buku siswa, pakaian

seragam sekolah, alat-alat praktik sekolah, misalnya alat menggambar, alat olah

raga, alat praktik biologi, alat praktik kimia dan lain-lain.

b) Unit usaha kafetaria atau kantin, menyediakan makanan dan minuman ringan

yang diperuntukkan bagi guru dan siswa.

c) Unit usaha simpan-pinjam, mewajibkan para anggota (siswa dan guru) untuk

membayar simpanan wajib secara teratur dan menggiatkan anggota untuk

menabung atau menyimpan sukarela secra teratur agar mudah pengelolaannya.

Bagi Siswa dan guru yang membutuhkan pinjaman juga dilayani sesuai dengan

kebutuhan yang diatur dalam komitmen bersama.

d) Unit usaha jasa, misalnya foto copy, jasa penjilidan, jasa pengetikan untuk

melayani kepentingan guru dan siswa sehingga tidak perlu keluar dari sekolah

(Prasetyo, 2013:13).

Ketiga, SMK ITACO Bekasi. Sekolah ini terletak di Bekasi dan merupakan

sekolah kejuruan jurusan teknik komputer jaringan. Sekolah ini diperuntukkan

bagi siswa pra sejahtera yang merupakan komunitas wirausaha siswa untuk

membantu mereka dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun usaha yang

dilakukan adalah lebih bergerak di bidang usaha jasa, yakni: mug printing, jasa

desain, pembuatan PIN, menulis buku wirausaha, jasa input data, jasa man power

untuk event, servis komputer, admin sosial media, konten writer dan sablon

(Winarta, 2015).

SIMPULAN

Kompetensi kewirausahaan adalah salah satu kemampuan yang dimiliki seorang

pemimpin dalam mewujudkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. Kewirausahaan di

sekolah dapat diwujudkan manakala seorang kepala sekolah memiliki kompetensi yang

mumpuni, dengan karakter sebagai berikut: Inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang

Page 11: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)

Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 214

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

kuat, pantang menyerah, memiliki naluri kewirausahaan, berani mengambil keputusan,

visioner, dan mampu memberi keteladanan bagi warga sekolah. Kompetensi kewirausahaan

kepala sekolah akan mampu menciptakan sekolah yang mandiri dan unggul serta mampu

mewujudkan lulusan yang berjiwa kewirausahaan.

REFERENSI

Ardiyan, M. “Sistem Pendidikan Biang Kerok Indonesia Minim Wirausaha”, dalam

www.merdeka.com, 12 Juli 2014. Diakses 16 April 2018.

Gaffar M. F. 1994. Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategi Perguruan Tinggi.

Bandung: IKIP.

Gitosardjono, S. S. 2013. Wirausaha; Berbasis Islam dan Kebudayaan. Jakarta: Jurnalindo

Aksara Grafika.

Irma, T. “Setorkan Sampah untuk Nikmati Sekolah”, dalam Kompas.com., 21 September

2016. Diakses pada 16 April 2018.

Permana, J. dan D. Kesuma. 2011. Kewirausahaan dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, H. E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mutiarani, W. 2015. “Kompetensi Kewirausahaan Kepala SMPN Se-Kabupaten Bantul”,

Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Prasetyo, A. 2013. “Pengembangan Kewirausahaan SMP Negeri 2 Gunung Wungkal

Kabupaten Pati”, Tesis, Surakarta: UMS (universitas Muhammadiyah Surakarta).

Suparlan. 2013. Manajemen Berbasis Sekolah; Dari Teori Sampai Dengan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Oktavia, Reni. “Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah pada

SMPN di Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok”, dalam Bahana

Manajemen Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan. Volume 2 Nomor 1, 2014.

Humas Kemenkop. “Ratio Wirausaha Indonesia”, dalam www.depkop.go.id, 11 Maret

2017. Diakses pada 10 April 2018.

Widodo, H. Ak, dkk. 2000. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Cet

ke-2. Bandung: Mizan.

Winarta. “Sukses Hadapi MEA 2015 Bersama Komunitas Siswa Wirausaha”, dalam

www.liputan6.com, 09 Januari 2015. Diakses pada 12 April 2018.

Page 12: Membangun Kewirausahaan di Sekolahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48961/1/document(10).pdf · wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah

ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)

215 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)

HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018

Yatimul, A. 2014. “Berobat di Klinik Ini, Warga Cukup Bayar dengan Sampah”, dalam

Kompas.com., 19 Maret 2014. Diakses pada 16 April 2018.

-----------, “Unit Usaha Sekolah”, dalam www.smknmanado.sch.id., 03 Desember 2016.

Diakses pada Sabtu 04 November 2017.