membangun kewirausahaan di...
TRANSCRIPT
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 204
Membangun Kewirausahaan di Sekolah
Muh. Ali Mukhtar Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jejen Musfah [email protected]
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Abstract
Educational institutions need to improve various superior competencies. One of the competencies that must be built is entrepreneurial competence in realizing the independence of conducting education, while at the same time answering the challenges of the digital era and the demands of competition for the ASEAN Economic Community (MEA). The purpose of this study was to analyze the importance of developing entrepreneurship in schools. The method that used is a qualitative method with literature study. The results of this research showed that entrepreneurial competence is one of the abilities possessed by a leader in realizing entrepreneurial values in school. Entrepreneurship in schools can be realized when a headmaster has competent competencies, with the following characteristics: innovative, hardworking, strong motivation, never giving up, entrepreneurial instincts, courageous decision-making, visionary, and able to give example to the school community. Entrepreneurship competencies of principals will be able to create independent and superior schools and be able to realize graduates with entrepreneurial spirit. Keywords: Competence, Entrepreneurship, Characteristics, School Lembaga pendidikan perlu meningkatkan berbagai kompetensi unggul. Salah satu kompetensi yang harus dibangun adalah kompetensi kewirausahaan sebagai upaya dalam mewujudkan kemandirian penyelenggarakan pendidikan, sekaligus menjawab tantangan era digital dan tuntutan persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pentingnya pengembangan kewirausahaan di sekolah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kewirausahaan adalah salah satu kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin dalam mewujudkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. Kewirausahaan di sekolah dapat diwujudkan manakala seorang kepala sekolah memiliki kompetensi yang mumpuni, dengan karakter sebagai berikut: inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang kuat, pantang menyerah, memiliki naluri kewirausahaan, berani mengambil keputusan, visioner, dan mampu memberi keteladanan bagi warga sekolah. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah akan mampu menciptakan sekolah yang mandiri dan unggul serta mampu mewujudkan lulusan yang berjiwa kewirausahaan. Kata Kunci : Kompetensi, Kewirausahaan, Karakteristik, Sekolah. URL: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/hikmatuna/article/view/1379 DOI: https://doi.org/10.28918/hikmatuna.v4i2.1379
Volume 4 Number 2
2018
Journal for Integrative Islamic Studies ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
HIKMATUNA
Published by: Postgraduate of State Institut for Islamic Studies Pekalongan
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
205 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah agen perubahan. Pendidikan harus mampu mewujudkan
perubahan besar dalam tatanan kehidupan masyarakat. Perubahan yang diharapkan dari
pendidikan adalah perubahan yang mengarah kepada peningkatan kompetensi pelaku
pendidikan, baik di kalangan pendidik, maupun peserta didik.
Masyarakat Indonesia belum menunjukkan semangat kewirausahaan. Menteri
Koperasi dan UKM, Agung Gede Ngurah Puspayoga dalam acara Gerakan Kewirausahaan
Nasional (GKN) 2017 di IPB Bogor pada 11 Maret 2017 menyatakan, bahwa Rasio
wirausaha masyarakat Indonesia saat ini hanya mencapai 3,1% dari jumlah sekitar 252 Juta
penduduk berdasarkan data BPS tahun 2016 , yang dua tahun sebelumnya lebih sedikit
yakni 1,6%. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan peningkatan yang dialami negara-negara
ASEAN lainnya yang peningkatannya mencapai 5 % untuk Malaysia, dan 7 % untuk
Singapura (Humas Kemenkop, 2017).
Jumlah wirausahawan di Indonesia, tercatat hingga Februari 2014, ada hanya
berkisar 44,2 juta orang yang berusaha membuka lapangan kerja secara berdikari.
Sementara, total penduduk bekerja di republik ini mencapai 118,1 juta orang. Bila dikaji
lebih dalam lagi, wirausahawan di Indonesia terdiri dari jumlah penduduk yang
berwirausaha secara mandiri sebanyak 20,32 juta orang; berwirausaha dibantu buruh tidak
tetap 19,74 juta orang, dan berwirausaha dibantu buruh tetap 4,14 juta orang. Jumlah
wirausahawan baru mencapai 1,56 persen dari total populasi (Ardiyan, 2014).
Fenomena lain yang melatarbelakangi pentingnya membangun nilai-nilai
kewirausahaan adalah lemahnya mutu lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, dan
pesantren) karena tidak memiliki kemampuan dalam mengelola dan membiayai berbagai
kegiatan.
Kelemahan lembaga pendidikan dalam membiayai kegiatannya disebabkan beberapa
faktor. Pertama, terbatasnya anggaran pendidikan yang bersumber dari pemerintah. Kedua,
lahirnya Permendikbud RI Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah, dimana pada
Pasal 12 menyebutkan dengan tegas larangan kepada Komite Sekolah untul melakukan
pungutan biaya pendidikan kepada wali murid. Ketiga, tidak memiliki unit usaha karena
lemahnya nilai-nilai kewirausahaan kepala sekolah dan lainnya.
Dunia pendidikan harus membangun kemandirian sekolah melalui kegiatan
kewirausahaan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 206
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
Standar Kepala Sekolah/madrasah menyebutkan bahwa setiap kepala sekolah/madrasah harus
memiliki 5 (lima) kompetensi dasar, yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi,
sosial, dan kewirausahaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka. Penulis
mengumpulkan informasi terkait tema baik berupa karya ilmiah seperti tesis, skripsi, buku,
maupun berita cetak dan daring. Data-data tersebut dikelompokkan sesuai pokok-pokok
bahasan yang ditentukan setelah membaca kumpulan data. Kemudian data tersbut dianalisis
berdasarkan teori dan pengalaman penulis.
PEMBAHASAN
Wirausaha dalam KBBI diartikan sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai
atau berbakat mengenal produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.
Karakter diri seorang wirausahawan adalah memiliki watak berani, bersungguh-sungguh,
dan mengerahkan segenap kemampuan dalam mencapai dan memenuhi tujuannya.
Menurut Gitosardjono (2013: 204), wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan mengacu kepada suatu hasil
kreativitas baru yang dibuat oleh seseorang dan dilakukan secara pribadi.
Kewirausahaan adalah kemampuan melihat sebuah situasi yang didalamnya terdapat
berbagai peluang untuk memperoleh keuntungan, ataupun memperoleh sebuah solusi
dalam menghadapi berbagai kendala/masalah dengan mengedepankan keberanian,
kesungguhan, dan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan bermanfaat.
A. Entrepreneurship di Sekolah
Lingkungan pendidikan sebagai wahana untuk mempersiapkan generasi bangsa
harus membekali lulusannya dengan menambah kompetensi keterampilan
berwirausaha. Pemikiran ini menjadi sebuah pekerjaan baru bagi kepala sekolah
sebagai leader di sekolah untuk menyusun kembali sebuah misi sekolah yang mampu
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
207 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
mengantarkan peserta didiknya menjadi wirausahawan di masa mendatang.
Dibutuhkan pengelolaan dan sistem manajerial yang baik di lingkungan sekolah.
Gaffar (1994: 44) menjelaskan bahwa pertumbuhan sistem pendidikan tanpa
memfungsikan pengelolaan pendidikan tidak mungkin dapat membina pertumbuhan
sekolah. Pengelolaan sekolah harus dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan
kebutuhan kompetensi peserta didik dan juga penerapannya dilakukan secara
sistematis, agar pembinaan pertumbuhan sekolah tetap dapat dilakukan dengan sebaik
mungkin.
Pengelolaan sekolah harus mengedepankan asas kebersamaan, artinya proses
penentuan kebijakan hingga pelaksanaannya harus melibatkan warga sekolah.
Pengelolaan seperti ini akan menjadikan sekolah menjadi sekolah yang menerapkan
kepemimpinan partisipatif. Menurut Suparlan (2013: 50), dalam pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah (MBS), kepala sekolah harus menerapkan kepemimpinan
partisipatif, yaitu kepemimpinan dengan prinsip memberikan pelibatan secara luas
kepada semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah secara demokratis.
Dalam mengelola kegiatan sekolah menuju kepada sebuah kemandirian, kepala
sekolah harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Dengan demikian, dia akan
mampu melakukan beberapa hal berikut. 1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah, 2) Bekerja keras mencapai keberhasilan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang efektif, 3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin sekolah/madrasah, 4)
Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik (Oktavia, 2014: 597).
5) memiliki pandangan yang jauh kedepan (visioner) sehingga pengelolaan sekolah bisa
dilakukan dengan cermat, 6) Memiliki ketepatan dalam mengambil keputusan, dan, 7)
Memberikan keteladanan kewirausahaan bagi warga sekolah.
B. Karakteristik Entrepreneurship Kepala Sekolah
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007
tentang standar kepala sekolah/madrasah, karakteristik kompetensi kewirausahaan
yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah Pertama, menciptakan inovasi
ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 208
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah. Kedua, bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
Ketiga, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah. Keempat, pantang menyerah dan selalu
mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah/kendala yang dihadapi
seklah/madrasah. Kelima, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Karakteristik kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki kepala sekolah
adalah: Pertama, Memiliki rasa percaya diri yang meliputi keyakinan,
ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. Kedua, Berorientasi tugas dan hasil
yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan,
tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif. Ketiga, Pengambil
resiko yang meliputi : berani dan mampu mengambil resiko, dan suka pada tantangan.
Keempat, Kepemimpinan yakni bertingkah laku sebagai pemimpin dan bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik. Kelima, Keorisinilan yang meliputi inovatif,
kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa dan banyak wawasan. Keenam, Berorientasi
ke masa depan yakni visioner dalam prospektif dan perseptif (Permana dan Kesuma,
2011: 356).
Tabel 1. Kartakteristik Kewirausahaan
Permendiknas No 13 tahun
2007
Mulyasa Johar Permana dan
Darma Kesuma
Inovasi Percaya Diri Percaya Diri
Pekerja keras Memiliki Inisiatif Berorientasi tugas dan
hasi
Memiliki Motivasi Kuat Motivasi Prestasi Pengambil Resiko
Pantang Menyerah Kepemimpinan Kepemimpinan
Naluri Kewirausahaan Berani mengambil
keputusan
Orisinil
- - Berorientasi ke masa
depan
Sumber: Sumber: Sumber:
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
209 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
www.simpuh.kemenag.go.id (Mulyasa, 2011:180-
190)
(Permana & Kesuma,
2011:356).
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai defenisi karakteristik kompetensi
kewirausahaan di atas. 1) inovasi merupakan Segala sesuatu yang baru atau
pembaharuan; 2) pekerja keras merupakan kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-
sungguh tanpa mengenal lelahsebelum target tercapai; 3) motivasi kuat adalah
dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan; 4) pantang menyerah adalah kemampuan bangkit kembali dari situasi
sulit dan berusaha tidak menjadi korban dari ketidakberdayaan; dan 5) naluri
kewirausahaan merupakan Pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu
yang memunculkan keberanian, kesungguhan serta keinginan menciptakan sesuatu
baru demi sebuah keuntungan atau kemanfaatan.
Penelitian Mutriani menyebutkan bahwa kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah di Kabupaten Bantul menunjukkan sebuah hasil yang sangat baik, sebagaimana
dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Karakteristik Kepala Sekolah
No Sub Variabel Perolehan Skor
Rata-Rata
Prosentase
(%)
Kategori
1 Inovatif 189,5 82,39 Sangat Baik
2 Kerja Keras 198,5 86,30 Sangat Baik
3 Motivasi yang Kuat 197,56 85,90 Sangat Baik
4 Pantang Menyerah 196,09 85,26 Sangat Baik
5 Memiliki Naluri
Kewirausahaan
193,67 84,20 Sangat Baik
Total 975,32 424,05 Sangat Baik
Rata-Rata 195,06 84,81 Sangat Baik
Sumber: Mutiarani , Kompetensi kewirausahaan kepala Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) Se-Kabupaten Bantul, 2015 :
84).
ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 210
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
C. Upaya Membangun Kewirausahaan di Sekolah
Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di Kabupaten Bantul menunjukkan
sebuah hasil yang sangat baik, akan tetapi apakah data tersebut bisa mewakili
banyaknya jumlah kepala sekolah di Indonesia? Menurut hemat penulis, data tersebut
belum bisa menjadi barometer kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di Indonesia,
karena beberapa alasan berikut, pertama, masih banyaknya kepala sekolah yang belum
bisa sepenuhnya menerapkan karakteristik kewirausahaan di lingkungan sekolahnya.
Kedua, dalam aspek pembiayaan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah pada
umumnya masih bergantung pada sumber dana yang berasal dari Pemerintah dan
komite sekolah. Ketiga, kepala sekolah belum mampu membangun kewirausahaan
mandiri yang dapat memberikan income bagi sekolahnya. Keempat, sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya banyak yang belum berhasil menanamkan jiwa kewirausahaan
kepada output-nya, sehingga lulusan dari berbagai lembaga pendidikan banyak yang
belum mampu mendirikan sebuah usaha mandiri. Upaya membangun nilai-nilai
kewirausahaan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Kerjasama Berwirausaha
Corporation Entrepreneur adalah sebuah inisiatif yang harus dilakukan oleh
seorang kepala sekolah untuk membangun kewirausahaan di sekolah dengan cara
melakukan kerjasama dengan beberapa penggiat wirausaha di sekitar lingkungan
sekolahnya, misalnya bekerjasama dengan perusahanaan atau pengusaha tertentu
untuk mengadakan kegiatan amal, kerjasama dalam pengadaan alat praktek dan
buku siswa, kerjasama dengan perusahaan asuransi, kerjasama dengan Bank dalam
bidang biaya pendidikan dan lain sebagainya.
2. Membangun School Mart (Sekolah swalayan)
Dengan mendirikan toko di lingkungan sekolah yang menyiapkan segala
kebutuhan siswa dan guru terkait kegiatan belajar mengajar; pembuatan kantin
atau kafe kejujuran yang menyiapkan beraneka jajanan yang sehat dan lezat
tentunya. Semua itu dilakukan dengan sistem bagi hasil atau sebagaimana yang
disepakati. Jenis kewirausahaan ini penulis mendapati di beberapa SMK yang ada
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
211 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
di DKI Jakarta, di antaranya SMK 57 Jakarta. Sekolah ini memiliki restoran mini,
mini market, dan aula pertemuan yang representatif untuk beberapa kegiatan
publik seperti seminar, pelatihan, maupun acara mini lainnya.
3. Menanamkan jiwa berwirausaha kepada siswa
Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, misalnya Bazar
Ramadhan, menghasilkan karya seni siswa yang memiliki nilai jual, pameran,
kegiatan amal peduli bagi siswa yang kurang beruntung ataupun untuk pembiayaan
kegiatan siswa yang belum terbackup dalam dana BOS atau dana sekolah lainnya.
4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Salah satu upaya membangun kemandirian sekolah dalam mensejahterakan
warganya sekaligus menopang biaya pendidikan di sekolahnya adalah melalui
pembentukan koperasi dalam hal ini baitul maal. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil
dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil ke bawah dan kecil
dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya. Baitul Maal Wat Tamwil juga bisa menerima titipan zakat,
infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.
Selain itu, yang mendasar adalah bahwa seluruh aktivitas BMT harus dijalankan
berdasarkan prinsip muamalah ekonomi dalam islam (Widodo, dkk, 2000: 82).
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip
bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir dan
miskin. Selain mengadopsi beberapa sistem dan prinsip-prinsip koperasi, BMT
juga mengadopsi beberapa prinsip-prinsip baitul mal, yakni mensejahterakan
masyarakat melalui pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh dari berbagai elemen
masyarakat khususnya ummat Islam. Dalam pelaksanaannya BMT menjunjung
tinggi prinsip-prinsip mensejahterakan masyarakat dengan beberapa prinsip
penting yaitu, penumbuhan (kehadirannya murni dari masyarakat), profesionalitas,
ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 212
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
berasas pada konsep ekonomi Islam. Salah satu contoh sekolah yang memiliki
BMT adalah SMK Al-Amanah Tangerang Selatan.
5. Menggagas “Pendidikan Cerdas dengan Sampah”
Ide ini terinspirasi dari kisah sukses seorang dokter muda di Malang Jawa
Timur. Gamal Albinsaid, seorang dokter muda berusia 24 tahun. Pria yang
merupakan alumni Universitas Brawijaya Malang ini membuat program yang
cemerlang dalam bidang kesehatan yakni mengelola klinik kesehatan yang
pembayarannya menggunakan sampah. Program ini ia namakan dengan Klinik
Asuransi Sampah (KAS), (Yatimul, 2014).
Gagasan ini dapat diaplikasikan juga di dunia pendidikan melalui program
Pendidikan Cerdas dengan Sampah (PCdS). Dalam hal ini sekolah bekerjasama
dengan komite sekolah untuk membuat pengelolaan sampah melalui membuat
kerajinan tangan, dan pengumpulan sampah Non Organik berupa botol plastik
dan sisa minuman-minuman kaleng untuk dikumpulkan dan selanjutnya dijual
kepada pengepul sampah. Hasil keuntungan dari penjualan kerajinan tangan dan
penjualan botol bekas tersebut digunakan untuk menunjang berbagai kegiatan
pendidikan di sekolah.
Program ini sudah dilaksanakan dengan sukses di Taman Kanak-kanak dan
PAUD Al-Kausar, Kota Jambi. Para siswa membiayai pendidikan mereka sendiri
dari sampah. Uang sumbangan pembinaan pendidikan di sekolah itu Rp 40.000
per bulan cukup dibayar dengan cara menyetor sampah ke sekolah. Barang-barang
bekas itu selanjutnya dikelola menjadi kerajinan dan alat peraga pendidikan yang
cukup menghasilkan keuntungan finansial bagi sekolah tersebut (Irma, 2016).
D. Sekolah dan Unit Kewirausahaannya
Beberapa sekolah berhasil mengembangkan kewirausahaan sehingga bisa
dijadikan contoh. Pertama, SMKN 57 Jakarta. Salah satu sekolah yang terletak di pasar
minggu Jakarta Selatan. Unit kewirausahaan yang dimiliki sekolah ini diantaranya Aula
Graha 57, Hotel Training Perdana, Travel Agency “Vida Toor and Travel”, Restoran New
Ragoon dan Minimarket New Ragoon (www.smkn57jkt.sch.id).
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
213 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
Kedua, SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pati. Sekolah ini
merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional (SSN) yang terletak di Kabupaten Pati,
Propinsi Jawa Tengah. Usaha yang dikembangkan adalah Koperasi yang
menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
a) Unit usaha pertokoan, menyediakan alat tulis menulis, buku-buku siswa, pakaian
seragam sekolah, alat-alat praktik sekolah, misalnya alat menggambar, alat olah
raga, alat praktik biologi, alat praktik kimia dan lain-lain.
b) Unit usaha kafetaria atau kantin, menyediakan makanan dan minuman ringan
yang diperuntukkan bagi guru dan siswa.
c) Unit usaha simpan-pinjam, mewajibkan para anggota (siswa dan guru) untuk
membayar simpanan wajib secara teratur dan menggiatkan anggota untuk
menabung atau menyimpan sukarela secra teratur agar mudah pengelolaannya.
Bagi Siswa dan guru yang membutuhkan pinjaman juga dilayani sesuai dengan
kebutuhan yang diatur dalam komitmen bersama.
d) Unit usaha jasa, misalnya foto copy, jasa penjilidan, jasa pengetikan untuk
melayani kepentingan guru dan siswa sehingga tidak perlu keluar dari sekolah
(Prasetyo, 2013:13).
Ketiga, SMK ITACO Bekasi. Sekolah ini terletak di Bekasi dan merupakan
sekolah kejuruan jurusan teknik komputer jaringan. Sekolah ini diperuntukkan
bagi siswa pra sejahtera yang merupakan komunitas wirausaha siswa untuk
membantu mereka dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun usaha yang
dilakukan adalah lebih bergerak di bidang usaha jasa, yakni: mug printing, jasa
desain, pembuatan PIN, menulis buku wirausaha, jasa input data, jasa man power
untuk event, servis komputer, admin sosial media, konten writer dan sablon
(Winarta, 2015).
SIMPULAN
Kompetensi kewirausahaan adalah salah satu kemampuan yang dimiliki seorang
pemimpin dalam mewujudkan nilai-nilai kewirausahaan di sekolah. Kewirausahaan di
sekolah dapat diwujudkan manakala seorang kepala sekolah memiliki kompetensi yang
mumpuni, dengan karakter sebagai berikut: Inovatif, bekerja keras, memiliki motivasi yang
ISSN: 2460-531X (Print) 2503-3042 (Online)
Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah) | 214
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
kuat, pantang menyerah, memiliki naluri kewirausahaan, berani mengambil keputusan,
visioner, dan mampu memberi keteladanan bagi warga sekolah. Kompetensi kewirausahaan
kepala sekolah akan mampu menciptakan sekolah yang mandiri dan unggul serta mampu
mewujudkan lulusan yang berjiwa kewirausahaan.
REFERENSI
Ardiyan, M. “Sistem Pendidikan Biang Kerok Indonesia Minim Wirausaha”, dalam
www.merdeka.com, 12 Juli 2014. Diakses 16 April 2018.
Gaffar M. F. 1994. Visi: Suatu Inovasi dalam Proses Manajemen Strategi Perguruan Tinggi.
Bandung: IKIP.
Gitosardjono, S. S. 2013. Wirausaha; Berbasis Islam dan Kebudayaan. Jakarta: Jurnalindo
Aksara Grafika.
Irma, T. “Setorkan Sampah untuk Nikmati Sekolah”, dalam Kompas.com., 21 September
2016. Diakses pada 16 April 2018.
Permana, J. dan D. Kesuma. 2011. Kewirausahaan dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, H. E. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mutiarani, W. 2015. “Kompetensi Kewirausahaan Kepala SMPN Se-Kabupaten Bantul”,
Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Prasetyo, A. 2013. “Pengembangan Kewirausahaan SMP Negeri 2 Gunung Wungkal
Kabupaten Pati”, Tesis, Surakarta: UMS (universitas Muhammadiyah Surakarta).
Suparlan. 2013. Manajemen Berbasis Sekolah; Dari Teori Sampai Dengan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Oktavia, Reni. “Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah pada
SMPN di Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok”, dalam Bahana
Manajemen Pendidikan, Jurnal Administrasi Pendidikan. Volume 2 Nomor 1, 2014.
Humas Kemenkop. “Ratio Wirausaha Indonesia”, dalam www.depkop.go.id, 11 Maret
2017. Diakses pada 10 April 2018.
Widodo, H. Ak, dkk. 2000. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Cet
ke-2. Bandung: Mizan.
Winarta. “Sukses Hadapi MEA 2015 Bersama Komunitas Siswa Wirausaha”, dalam
www.liputan6.com, 09 Januari 2015. Diakses pada 12 April 2018.
ISSN: 1411-1632 (Print) 2527-5992 (Online)
215 | Membangun Kewirausahaan di Sekolah…204-215 (Muh. Ali Mukhtar dan Jejen Musfah)
HIKMATUNA Volume 4 Number 2 2018
Yatimul, A. 2014. “Berobat di Klinik Ini, Warga Cukup Bayar dengan Sampah”, dalam
Kompas.com., 19 Maret 2014. Diakses pada 16 April 2018.
-----------, “Unit Usaha Sekolah”, dalam www.smknmanado.sch.id., 03 Desember 2016.
Diakses pada Sabtu 04 November 2017.