perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah (heritage …

27
1 PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSET) CANDI PENATARAN BLITAR : SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI Mohamad Ridwan Alfasyiri Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya This research is conducted to find out how the accounting treatment of the Heritage Asset Candi Penataran, how the assets is recognized, recorded, and reported in the financial statements using phenomenological viewpoint, where the data obtained in accordance with the facts or phenomena that occur in the field do not always conform to the standards. The research data was collected by the Researcher in 4 procedures, first, the Researcher went to the field then doing a physical check of the Heritage Assets Candi Penataran, second, doing interviews with informants or sources of the relevant department or manager of Candi Penataran namely the Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawatimur in Trowulan, third,, is checking documents of the Heritage Assets Candi Penataran, how it’s recognized, as what, recorded, until how the value of Heritage Assets is, and the last isInternet data searching Methods of data analysis in qualitative research is divided into 3 stages, first, data reduction, selection process, concentration, attention, abstraction and transforming the raw data from the field, second is the data display, presents data in the narrative and tabels form to explain the phenomenon under study and the last, is the conclusion The results of this study is the recognition of the BPCB East Jawa that Candi Penataran is recorded as plant asset, Informan said Candi Penataran is heritage which must be protected, and therefore the value of the Candi Penataran is "no value", it is described in an interview the Researcher with the informant that Candi Penataran is deliberate without value, so the Heritage Asset can not be traded. The Value of this recording is in conformity with PSAP number 07 of 2010 section 69 that Heritage Assets must be recorded in the number of units without value Keywords : Heritage Assets, Recognition, Recording, Assessment, Candi Penataran , BPCB East Jawa

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

1

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET

BERSEJARAH (HERITAGE ASSET) CANDI PENATARAN

BLITAR : SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI

Mohamad Ridwan Alfasyiri

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

This research is conducted to find out how the accounting treatment of the

Heritage Asset Candi Penataran, how the assets is recognized, recorded, and

reported in the financial statements using phenomenological viewpoint, where the

data obtained in accordance with the facts or phenomena that occur in the field

do not always conform to the standards.

The research data was collected by the Researcher in 4 procedures, first,

the Researcher went to the field then doing a physical check of the Heritage

Assets Candi Penataran, second, doing interviews with informants or sources of

the relevant department or manager of Candi Penataran namely the Balai

Pelestarian Cagar Budaya Jawatimur in Trowulan, third,, is checking documents

of the Heritage Assets Candi Penataran, how it’s recognized, as what, recorded,

until how the value of Heritage Assets is, and the last isInternet data searching

Methods of data analysis in qualitative research is divided into 3 stages,

first, data reduction, selection process, concentration, attention, abstraction and

transforming the raw data from the field, second is the data display, presents data

in the narrative and tabels form to explain the phenomenon under study and the

last, is the conclusion

The results of this study is the recognition of the BPCB East Jawa that

Candi Penataran is recorded as plant asset, Informan said Candi Penataran is

heritage which must be protected, and therefore the value of the Candi Penataran

is "no value", it is described in an interview the Researcher with the informant

that Candi Penataran is deliberate without value, so the Heritage Asset can not be

traded. The Value of this recording is in conformity with PSAP number 07 of 2010

section 69 that Heritage Assets must be recorded in the number of units without

value

Keywords : Heritage Assets, Recognition, Recording, Assessment, Candi

Penataran , BPCB East Jawa

Page 2: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

2

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi

dari aset bersejarah Candi Penataran, bagaimana aset tersebut diakui, dicatat, dan

pelaporanya dalam laporan keuangan dengan sudut pandang fenomenologis,

dimana data yang didapatkan sesuai dengan realita atau fenomena yang terjadi di

lapangan tidak selalu sesuai dengan standar.

Data penelitian di dapatkan oleh peneliti dengan 4 cara, yang pertama

adalah terjun langsung ke lapangan kemudian mengecek fisik dari Aset Bersejarah

(Heritage Aset) Candi Penataran, kedua, Wawancara dengan informan atau

narasumber dari dinas terkait atau pengelola dari Candi penataran yaitu Balai

Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di Trowulan, ketiga adalah memeriksa

dokumen dari Aset Bersejarah (Heritage Aset) Candi Penataran, bagaimana

pengakuanya, sebagai apa, pencatatannya sampai berapa nilai dari Aset Bersejarah

(Heritage Aset) tersebut, dan yang terakhir adalah penelusuran data di internet.

Metode analisis data pada penelitian kualitatif ini dibagi menjadi 3 tahap

pertama data reduction,proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian

dan pentransformasian data kasar dari lapangan, kedua adalah datadisplay,

menyajikan data dalam bentuk uraian (naratif) mengenai esensi dari fenomena

yang diteliti disertai dengan tabel dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan

Hasil dari penelitian ini adalah pengakuan dari pihak BPCB Jawa Timur

bahwa Candi penataran tercatat sebagai inventaris (aset tetap), Informan

mengatakan Candi penataran adalah Cagar Budaya yang harus dilindungi, oleh

sebab itu maka nilai dari Candi Penataran adalah “tidak ada nilainya”, hal ini

dijelaskan dalam wawancara peneliti dengan informan bahwa Candi Penataran

disengaja tidak ada nilainya agar tidak bisa diperjualbelikan. Pencatatan nilai ini

sesuai dengan PSAP nomor 07 tahun 2010 pasal 69 dimana Aset Bersejarah harus

dicatat dalam jumlah unit tanpa nilai.

Kata kunci : Aset Bersejarah, Pengakuan, Pencatatan, Penilaian, Candi

Penataran, BPCB Jawa Timur

Page 3: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

3

Pendahuluan

Pengertian Akuntansi ialah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi,

mencatat dan mengkomunikakan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada

pihak yang berkepentingan atau pengguna (user) (Kieso dan Weygandt, 2009).

Dimana informasi tersebut dapat berupa informasi keuangan maupun non

keuangan. Berdasarkan aspek teknis, akuntansi didefinisikan sebagai proses

pencatatan, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi agar dapat

dmanfaatkan untuk membuat keputusan dan kebijakan . Semua proses pengakuan,

pengukuran, penilaian, pencatatan dan penyajian harus sesuai dengan standar

yang berlaku umum agar dimengerti oleh pengguna

Akuntansi yang di masa lalu secara umum dipahami sebagai gambaran

ekonomi dan pengembangan industri saja. Ada juga anggapan bahwa pemahaman

tentang akuntansi yang terjadi di masa lalu dipandang hanya sebagai salah satu di

masa sekarang (Laughlin dan Lowe, 1985; Tyson, 1993; Utara, 1985;

Sukoharsono, 1995 dalam Budiasih :2012). Pemahaman yang sempit ini

cenderung melihat akuntansi sebagai gambaran dari teknik saja, dan tidak

terpengaruh atau tidak memiliki interaksi dengan lingkungannya, baik politik,

ekonomi, sosial atau budaya. Hal ini mengakibatkan penelitian akuntansi saat ini

didominasi oleh analisis ekonomi perkembangan dan praktik industri.

Sukoharsono (1995)menunjukkan akuntansi yang muncul dalam masyarakat

bisnis, itu bukan hanya karena perkembangan industri, tetapi juga karena

pengaruh budaya dan agama (Budiasih :2012).

Page 4: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

4

Terdapat 3 (tiga) komponen penting dalam persamaan akuntansi, yaitu aset

(asset), kewajiban (liability) dan ekuitas (equity). Aset dalam Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didefinisikan

sebagai sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan

diperoleh perusahaan (IAI, 2007).

Akuntansi untuk aset bersejarah (heritage asset) adalah salah satu persoalan

akuntansi masih diperdebatkan. Sampai saat ini masih menjadi polemik parah ahli

untuk memutuskan. Aset bersejarah adalah aset yang unik melihat dari carah

perolehanya tidak hanya melalui pembangunan namun juga pembelian, donasi,

warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah tergolong dalam aset tetap

karena aset bersejarah memenuhi definisi aset tetap. Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa aset tetap merupakan: Aset berwujud

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Definisi Aset Bersejarah (Heritage Asset)

Banyak definisi yang menggambarkan aset bersejarah, hal tersebut

dikarenakan adanya perbedaan kriteria yang dipakai untuk menentukan definisi

tersebut. Seperti halnya kriteria yang dipakai oleh IPSAS (International Public

Sector Accounting Standards) 17 (dalam Aversano dan Ferrone, 2012) yang

mengatur tentang property, plant, andequipment bahwa “some assets are

described as heritage assets because of their cultural, environmentalor historical

Page 5: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

5

significance”. Tabel 2.1menunjukkan perbedaan pendapat para ahli mengenai

definisi dan perlakuan akuntansi yang tepat untuk aset bersejarah.

Penelitian ini difokuskan pada perlakuan akuntansi yang diterapkan untuk

aset bersejarah di Indonesia baik dari segi pengakuan, penilaian, penyajian dan

pengungkapan dalam laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Candi Penataran dipilih sebagai object penelitian sebenarnya alasan

pribadi penulis karena berdomisili di Blitar jadi beranggapan bawa nantinya dekat

dengan sumber data tetapi ternyata Balai Pelestarian Candi Penataran ada di

Trowulan Mojokerto, sehingga penulis semakin jauh dalam mencari data. Candi

Penataran merupakan salah satu aset bersejarah di Indonesia yang sudah dikenal

masyarakat luas bahkan hingga mancanegara. Selain itu, Candi Penataran adalah

icon dari Blitar yang menjadi simbol jati diri warga Blitar

Tabel 1

Perbedaan Pendapat tentang Aset

Peneliti Pendapat tentang Aset Bersejarah

(Heritage Asset)

Micallef dan Peirson (1997) Aset bersejarah tergolong dalam aset dan

dapat dimasukkan dalam neraca (Heritage

assets are considered assets and they can be

included on the balance sheet)

Page 6: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

6

Christiaens (2004) Aset bersejarah harus dimasukkan dalam

Christiaens dan Rommel neraca meskipun tidak memenuhi definisi

(2008) resmi (Heritage assets should be reported in

Rowles et al.(1998) the balance sheet notwithstanding their non -

compliance with the official definitions)

Barton (2000) Aset bersejarah harus disajikan dalam

anggaran terpisah sebagai “aset

layanan”(Heritage assets must be

represented in a

separate budget as "services assets")

Pallot (1990), (1992) Aset bersejarah harus disajikan dalam

kategori yang terpisah dari aset sebagai “aset

daerah” (Heritage assets must be represented

in a separate category of asset as

"community assets")

Mautz (1988) Aset bersejarah harus disajikan pada kategori

terpisah dari aset sebagai “fasilitas”

(Heritage assets must be represented in a

separate category of asset as "facilities")

Nasi et al. (2001) Aset bersejarah tidak harus disajikan dalam

neraca (Heritage assets should not be

Page 7: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

7

reported in the balance sheet)

Carnegie dan Wolnizer (1995) Aset besejarah bukanlah aset dan akan lebih

tepat diklasifikasikan sebagai liabilitas, atau

secara alternatif disebut sebagai fasilitas dan

menyajikannya secara terpisah (Heritage

assets are not assets and it would be more

appropriate to classify them as liabilities, or

alternatively to call them facilities and show

them separately)

Sumber: Aversano dan Christiaens, 2012

Model-model Penilaian Aset Bersejarah (Heritage Asset)

Penilaian merupakan suatu proses untuk menentukan nilai ekonomi suatu

obyek, pos, atau elemen (Statement of Financial AccountingConcepts No.5).

Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk prosespenentuan jumlah rupiah

yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat

penyajian. Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasikan atribut pos-

pos aset yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan dengan

menggunakan basis penilaian yang sesuai.

Aset bersejarah memiliki model penilaian (valuation) yang berbeda di setiap

negara. Perbedaan tersebut muncul disesuaikan dengan kondisi dan situasi di

masing- masing negara. Negara- negara tersebut menganut suatu pedoman yang

Page 8: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

8

mengatur tentang akuntansi bagi aset bersejarah. Dari sekian banyak pedoman

atau standar, negara berhak memilih mana yang paling tepat diaplikasikan untuk

negaranya. Namun, karena kelonggaran peraturan tersebut mengakibatkan standar

yang digunakan di negara- negara tidak ada keseragaman.

Model penilaian tersebut antara lain:

1. Act Accounting Policy (2009), semua lembaga harus menggunakan model

revaluasi untuk semua aset bersejarah dan mengukur aset tersebut pada nilai

wajar. Hal ini sesuai dengan GAAP. Setelah nilai wajar aset telah

ditentukan, aset harus dinilai kembali berdasarkan siklus valuasi 3 tahun.

Nilai wajar harus didasarkan pada harga jual pasar saat ini untuk aset yang

sama atau sejenis. Namun, banyak jenis aset bersejarah yang memiliki sifat

unik, sehingga tidak dapat diukur berdasarkan harga jual pasar. Oleh sebab

itu, nilai wajar aset dapat diestimasi dengan pendekatan penghasilan atau

biaya penggantian yang didepresiasi. Aset dapat dinilai pada biaya

penggantian dengan aset yang sama dan tidak identik namun memberikan

manfaat yang sama.

2. Generally Recognised Accounting Practice (GRAP) 103 (2011) dari

Republic of South Africa, saat aset bersejarah diperoleh dengan tanpa biaya

atau biaya nominal, aset tersebut harus diukur pada nilai wajar pada tanggal

akuisisi. Dalam menentukan nilai wajar aset bersejarah yang diperoleh dari

transaksi non- exchange, suatu entitas harus menerapkan prinsip- prinsip

atas bagian penentuan nilai wajar. Setelah itu, entitas dapat memilih

Page 9: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

9

untukmengadopsi baik model revaluasi atau model biaya sesuai dengan

GRAP 103.

3. Accounting Standard Board ,Financial Reporting Statements (FRS) 30

(2009), penilaian (valuation) aset bersejarah dapat dilakukan dengan metode

apapun yang tepat dan relevan. Pendekatan penilaian yang dipilih nantinya

diharapkan adalah suatu penilaian yang dapat menyediakan informasi yang

lebih relevan dan bermanfaat.

4. Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 07 (2010),

penilaian kembali (revaluation) tidak diperbolehkan karena SAP menganut

penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Dalam hal

terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan

revaluasi atas aset yang dimiliki agar nilai aset tetap pemerintah yang ada

saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian ini

adalah metode wawancara. Namun, dengan hanya menggunakan satu metode

pengumpulan data dapat menyebabkan kesalahpahaman (Chariri, 2006, dalam

Anjasmoro 2010). Oleh karena itu, peneliti menggunakan beberapa metode lain

yang dianggap cocok untuk mendukung metode wawancara tersebut.

Page 10: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

10

Metode lain yang digunakan antara laindokumentasi, analisis dokumen dan

penelusuran data online. Kombinasi dari keempat metode tersebut diharapkan

dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam menjelaskan bagaimana

perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Candi Penataran.

Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu proses mencari makna dari sekumpulan

data sehingga dapat dituangkan dalam pembahasan temuan penelitian. Dengan

kata lain, proses tersebut digunakan untuk memahami, menganalisis dan

mengungkapkan fenomena dari suatu kejadian dan mencari jawaban atas

pertanyaan- pertanyaan penelitian. Metode analisis data pada penelitian kualitatif

berbeda dengan metode yang digunakan pada pendekatan kuantitatif. Pada

penelitian kuantitatif, metode analisis data menggunakan alat uji statistik,

sedangkan pada pendekatan kualitatif, metode analisis data merupakan proses

yang kompleks dan melibatkan penalaran induktif dan deduktif, serta deskripsi

dan interpretasi sehingga tidak dapat diuji secara statistik.

Selain itu tidak ada pedoman yang pasti untuk menganalisis data yang

diperoleh melalui proses wawancara. Data yang diperoleh melalui wawancara

hanya berupa kata- kata yang diucapkan oleh informan dan peneliti harus dapat

memproses kata- kata tersebut menjadi sebuah informasi yang berguna untuk

penelitiannya.

Page 11: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

11

Data collectionData

ReductionData Display Conclution

: Drawing / verifying

Secara umum, metode analisis data pada penelitian kualitatif dibagi menjadi

3 bagian. Pertama adalah data reduction dan kedua adalah datadisplay, dan yang

terakhir adalah penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman. 1992)

Metode Analisis Data

Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian,

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan (Basrowi dan

Suwandi, 2008). Data yang diperoleh dari proses wawancara diseleksi dan

diorganisir melalui coding dan tulisan ringkas. Dalam mereduksi data, data-data

yang tidak relevan dipisahkan dari data yang relevan dengan penelitian.

Page 12: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

12

Penyajian data (data display)

Miles dan Huberman (1992), dalam Anggraini 2014 menyarankan agar

data ditampilkan dengan baik melalui tabel, charts, networks dan format gambar

lainnya saat menarik kesimpulan. Hal ini berfungsi untuk memberi kemudahan

dalam membaca dan menarik kesimpulan. Selain untuk memudahkan, format

tabel, charts, networks dan format gambar lainnya juga dapat menarik

perhatianpembaca. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk

uraian (naratif) mengenai esensi dari fenomena yang diteliti disertai dengan tabel.

Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan validasi data. Kesimpulan yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah adanya temuan baru terkait perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah

khususnya pada pengelolaan Candi Penataran.

Setelah dapat ditarik kesimpulan, peneliti meminta informan untuk membaca

kembali hasilnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman antara

peneliti dan informan sehingga informasi yang dihasilkan sesuai dengan

kenyataan yang terjadi di lapangan, atau minimal sesuai berdasarkan data yang

diperoleh peneliti di lapangan. Hal ini disebut dengan langkah validasi data.

Page 13: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

13

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yaitu pendekatan induktif

untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan yang memerlukan

keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi pengertian atau relevansi fenomena

tartentu terhadap individu (Syarifudin, 2002). Penelitian kualitatif ini di pilih

karena lebih sensitif dan adaptif terhadap peran dan berbagai pengaruh yang

timbul. Disamping itu karena peneliti akan mencoba menggali atau

mengeksplorasi, menggambarkan atau mengembangkan pengetahuan bagaimana

kenyataan dialami, sehingga peneliti yang tidak menggunakan perhitungan

(Moleong, 2005) Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi. Riset

fenomenologi didasarkan pada falsafah fenomenologi. Peneliti fenomenologi

merumuskan satu pernyataanpersepsi partisipan mengenal fenomena yang sedang

diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meminta partisipan untuk

mengungkapkan persepsi mereka tantang fenomena (Dempsey, 2002, dalam

Anggraini, 2014).

Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif yang

berakar pada filosofi dan psikologi (Moleong, 1993). Fenomenologi berasal dari

bahasa Yunani phainomenon, yang terdiri dari kata fenomena berasal dari kata

kerja Yunani “phainesthai” yang berarti menampak, dan terbentuk dari akar kata

fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk

kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa kita berarti cahaya.

Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang

Page 14: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

14

menampakkandan kata logos yang berarti akal budi. Fenomenologi berkaitan

dengan konsep tindakan rasional dengan menganalisis makna tersembunyi di

balik tindakan

individu yang memaksa gejala sosial menjadi nyata (Agustinus, 2013) . Jadi,

fenomenologi adalah sebuah ilmu (akal budi) yang menampakkan diri ke dalam

bentuk pengalaman seseorang (subyek).

Pendekatan fenomenologi tepat untuk digunakan dalam penelitian ini karena

bersinggungan dengan unsur sosial, budaya dan juga sejarah. Fokus penelitian ini

adalah pada akuntansi untuk aset bersejarah, sehingga ketiga unsur tersebut tentu

tidak dapat dipisahkan. Dalam penelitian ini, pendekatan fenomenologi digunakan

untuk menjelaskan secara lebih mendalam tentang fenomena yang terjadi pada

objek penelitian berdasarkan pengalaman hidup pihak- pihak yang terkait dengan

objek penelitian, seperti pihak pengelola aset bersejarah. Sebagai pembanding

akademisi dapat digunakan sebagai informan untuk menunjukkan pengalaman

hidup mereka dalam mengajarkan konsep aset.

Menurut Denzin dan Lincoln (1994) dalam Sukoharsono 2006 , riset

kualitatif mempunyai tipikal yang multi metode yang melibatkan proses

interpretif dan naturalistik. Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian

kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi (Moleong, 1993).

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomenon, yang terdiri dari

kata fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai” yang berarti

menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya

Page 15: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

15

sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena

bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan

sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkandan kata logos yang berarti akal

budi, fenomenologi berkaitan dengan konsep tindakan rasional dengan

menganalisis makna tersembunyi di balik tindakan

individu yang memaksa gejala sosial menjadi nyata (Agustinus, 2013) . Jadi,

fenomenologi adalah sebuah ilmu (akal budi) yang menampakkan diri ke dalam

bentuk pengalaman seseorang (subyek).

Pendekatan fenomenologi adalah sebuah pendekatan yang menggunakan

pengalaman hidup sebagai sebuah alat untuk memahami secara lebih baik tentang

sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi.

Pendekatan fenomenologi tepat untuk digunakan dalam penelitian ini karena

bersinggungan dengan unsur sosial, budaya dan juga sejarah. Fokus penelitian ini

adalah pada akuntansi untuk aset bersejarah, sehingga ketiga unsur tersebut tentu

tidak dapat dipisahkan. Dalam penelitian ini, pendekatan fenomenologi digunakan

untuk mendeskripsikan tentang pengalaman hidup beberapa orang tentang sebuah

konsep atau fenomena. Peneliti fenomenologi mengeksplorasi struktur kesadaran

dan pemahaman pengalaman manusia. secara lebih mendalam tentang fenomena

yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan pengalaman hidup pihak- pihak

yang terkait dengan objek penelitian (Sukoharsono 2006). seperti pihak pengelola

aset bersejarah. Sebagai pembanding, akademisi dapat digunakan sebagai

Page 16: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

16

informan untuk menunjukkan pengalaman hidup mereka dalam mengajarkan

konsep aset.

Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data

bukan “sebagaimana mestinya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh

peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang

dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh partisipan atau sumber data (Sugiyono,

2009 dalam Premadi, 2013). Fenomenologi yang sesungguhnya adalah untuk

mendeskripsikan sesuatu daripada menjelaskan sesuatu dan berawal dari sudut

pandang yang bebas dari hipotesis- hipotesis atau dugaan- dugaan sebelumnya

(Lester, 1999)

PEMBAHASAN

Deskripsi Objek penelitian Candi Penataran

Candi Penataran adalah komplek percandian yang terluas di Jawa Timur.

Berdasarkan laporan Dinas Purbakala tahu 1914-1915 nomor 2045 dan catatan

Verbeek nomor 563, Candi Penataran merupakan bangunan kekunaan yang terdiri

atas beberapa gugusan sehingga disebut Komplek Percandian.

Candi Penataran merupakan satu-satunya candi terluas di Jawa Timur.

Lokasinya terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Tepatnya di

lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air

laut.

Page 17: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

17

Sejarah Penemuan

Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850

belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-

1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di

Nusantara. Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul

dengan masuknya agama Islam, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan

agama Hindu dan Budha ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat penganutnya.

Sehingga bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan

orang-orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan.

Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya,

pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar. Namun

seiring berjalannya waktu, Kompleks Candi Penataran yang dahulunya sempat

terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sekarang ini

Kompleks Candi Penataran sudah menjadi tujuan wisata yang indah dan menarik.

Candi Penataran termasuk dalam monumen mati (dead monument) artinya

tidak ada kaitannya lagi dengan kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini.

Bangunan candi tidak berfungsi lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat

semedi melainkan sebagai tempat wisata. Para pengunjung yang datang dalam

rangka menikmati seni dan budaya dari kekunoan dan ilmu pengetahuan. Kini 800

tahun lebih telah berlalu, komplek Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat

semula dengan penuh keanggunan dan kemegahan.

Page 18: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

18

KESESUAIAN DENGAN STANDAR YANG BERLAKU

Perlakuan dari Aset bersejarah (Heritage asset) Candi penataran adalah

dicatat dalam Catatan Inventaris yang dilakukan oleh Bagian Perlengkapan dari

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di Trowulan, Mojokerto dengan

tanpa nilai, Hal tersebut sesuai dengan PSAP nomor 07 tahun 2010 pasal

65. Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset

bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut harus

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. dan pasal

69. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit

koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas

Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.

Untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam Tabel 2, yang sengaja direkap lebih

sederhana oleh peneliti guna memudahkan dalam memahami pencatatan

Inventasris atau dari ilmu akuntansi disebut aset tetap dari BPCB Trowulan

Tabel 2 .

Rekap Catatan atas Laporan Keuangan tahun 2014

kode barang nama barang digunakan jumlah barang tahun perolehan tanggal nilai buku nilai buku

2.01.03.11.999.16 tanah sbg C.penataran 13.560 m2 01/01/1931 01/01/1931 1.899.167.000Rp

4.01.01.13.001 bangunan pos jaga 27 m2 01/01/1998 01/01/1998 20.167.000Rp

3.05.02.03.003 mesin pemotong rumput pemeliharaan 1 buah 15/05/2005 03/12/2014 4.345.000Rp

3.05.02.03.003 mesin pemotong rumput pemeliharaan 1 buah 15/05/2005 03/12/2014 4.345.000Rp

3.05.02.01.002 meja kayu pos jaga 1 buah 31/12/1986 26/11/2013 3.000Rp

3.05.02.01.002 meja kayu pos jaga 1 buah 31/12/1986 26/11/2013 3.000Rp

3.01.03.05.001 transportable water pump pemeliharaan 1 unit 20/09/2006 29/11/2013 3.850.000Rp

3.05.02.01.007 bangku panjang kayu pos jaga 1 buah 01/01/1992 03/12/2014 980.000Rp

3.05.02.01.007 bangku panjang kayu pos jaga 1 buah 01/01/1992 03/12/2014 980.000Rp

3.05.01.04.002 lemari kayu pos jaga 1 buah 01/01/1997 29/11/2013 116.000Rp

3.05.01.04.002 lemari kayu pos jaga 1 buah 01/01/1997 29/11/2013 116.000Rp

100-100 candi angka tahun candi 08/04/1995 -

101-010 candi naga batu andesit candi 08/04/1995 -

102-102 candi induk candi 08/04/1995 -

103-103 candi perwara batu andesit candi 08/04/1995 -

Page 19: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

19

Hasil dari wawancara dengan informan salah satunya adalah bahwa

pengelola dari Candi penataran yaitu BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya)

Jawa Timur di Trowulan sudah menggunakan sistem aplikasi komputer yang

modern dan, setelah BPCB melakukan penilaian dan inventarisasi maka data yang

didapatkan di entry ke aplikasi dan langsung masuk dalam sistem di KPKNL

(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) dan menjadi bagian dari aset-

aset kekayaan negara yang lain dalam daftar pengelolaan aset negara di KPKNL

Dari hasil wawancara dengan informan terdapat jawaban atas kenapa

dicatatnya akun Aset Bersejarah (Heritage Asset) Candi penataran tanpa nilai, hal

tersebut dikarenakan memang disengaja agar aset tersebut tidak dapat diperjual-

belikan keterangan tersebut disampaikan oleh Bapak Danang selaku Kepala sub

Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa timur

tidak bernilai itu dalam tanda kutip ya kalau dijual itu

sebenarnya bisa saja, nah tidak bernilai itu dalam tanda kutip

tidak boleh diperjual belikan, ya itu kan brati ngga bisa di jual,

jadi orang ngga bisa beli (Bpk Danang Wahyu Purnomo, SS :

Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jatim, 21 jan

2015)

Page 20: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

20

Terdapat dokumen dengan nilai Rp1.899.167.000 yang ada dalam salah satu

item aset yang keteranganya adalah untuk keperluan candi, setelah ditanyakan ke

pihak BPCB aset tersebut adalah Tanah, tanah yang di dalamnya ada situs candi

atau komplek candi, nilai tersebut adalah nilai dari perolehan tanah tersebut

seperti ganti rugi tanah, jadi pihak BPCB mengeluarkan sejumlah uang untuk

membeli tanah tersebut dari pemilik tanah, agar tanah tersebut dapat dikuasai atau

dikelola oleh negara, bukan nilai dari candinya, keterangan tersebut disampaikan

oleh Bapak Danang selaku Kepala sub Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa

timur

itu situsnya, lokasi atau tanahnya yang mengandung atau

di duga mengandung cagar budaya, tanah atau bangunan atau

struktur itu adalah situs, nah apabila situs itu di atas tanahnya,

maka tanahnya itu tetap ada nilainya, itu aset tanahnya tapi

bendanya (candinya) itu tidak (Bpk Danang Wahyu Purnomo,

SS : Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jatim, 21 jan

2015)

Peneliti sempat bingung dengan candi yang bernama “Pewara” dikarenakan

candi tersebut dicatat dalam laporan inventaris namun, barang fisik nya tidak ada,

peneliti kemudian menanyakan tentang candi Perwara tersebut pada pihak

pengelola yaitu BPCB Jawa timur.

Problema ini kemudian dijawab oleh Bapak Danang selaku Kepala sub

Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa timur

Page 21: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

21

Dalam sebuah komplek candi itu kan ada ada candi induk,

candi utama gitu kemudian ada candi candi lain yang sifatnya

tidak utama, biasanya tokoh tokoh di masa lali, seperti candi

candi kecil yang mengelilingi, ya ngga mengelilingi jadi bisa

ada di depanya kadang di sampingya (Bpk Danang Wahyu

Purnomo, SS : Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB

Jatim, 21 jan 2015)

Jadi peneliti dapat mengetahui bahwa candi pewara itu merupakan candi

pendamping dari cand induk,

KESIMPULAN

Perlakuan dari Aset bersejarah (Heritage asset) Candi penataran adalah

dicatat sebagai Inventaris dengan dama Candi dalam Catatan Inventaris

yang dilakukan oleh Bagian Perlengkapan dari Balai Pelestarian Cagar

Budaya Jawa Timur di Trowulan, Mojokerto dengan tanpa nilai, Hal

tersebut sesuai dengan PSAP nomor 07 tahun 2010

Hasil dari wawancara dengan informan salah satunya adalah bahwa

pengelola dari Candi penataran yaitu BPCB (Balai Pelestarian Cagar

Budaya) Jawa Timur di Trowulan sudah menggunakan sistem aplikasi

komputer yang modern dan, setelah BPCB melakukan penilaian dan

inventarisasi maka data yang didapatkan di entry ke aplikasi dan langsung

masuk dalam sistem di KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Page 22: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

22

Lelang) dan menjadi bagian dari aset-aset kekayaan negara yang lain dalam

daftar pengelolaan aset negara di KPKNL

Dari hasil wawancara dengan informan terdapat jawaban atas kenapa

dicatatnya akun Aset Bersejarah (Heritage Asset) Candi penataran tanpa

nilai, hal tersebut dikarenakan memang disengaja agar aset tersebut tidak

dapat diperjual-belikan keterangan tersebut disampaikan oleh Bapak

Danang selaku Kepala sub Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa timur

tidak bernilai itu dalam tanda kutip ya kalau dijual itu

sebenarnya bisa saja, nah tidak bernilai itu dalam tanda kutip

tidak boleh diperjual belikan, ya itu kan brati ngga bisa di jual,

jadi orang ngga bisa beli (Bpk Danang Wahyu Purnomo, SS :

Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jatim, 21 jan

2015)

Terdapat dokumen dengan nilai Rp1.899.167.000 yang ada dalam salah satu

item aset yang keteranganya adalah untuk keperluan candi, setelah

ditanyakan ke pihak BPCB aset tersebut adalah Tanah, tanah yang di

dalamnya ada situs candi atau komplek candi, nilai tersebut adalah nilai dari

perolehan tanah tersebut seperti ganti rugi tanah, jadi pihak BPCB

mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli tanah tersebut dari pemilik

tanah, agar tanah tersebut dapat dikuasai atau dikelola oleh negara, bukan

nilai dari candinya, keterangan tersebut disampaikan oleh Bapak Danang

selaku Kepala sub Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa timur

Page 23: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

23

itu situsnya, lokasi atau tanahnya yang mengandung atau

di duga mengandung cagar budaya, tanah atau bangunan atau

struktur itu adalah situs, nah apabila situs itu di atas tanahnya,

maka tanahnya itu tetap ada nilainya, itu aset tanahnya tapi

bendanya (candinya) itu tidak (Bpk Danang Wahyu Purnomo,

SS : Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jatim, 21 jan

2015)

Peneliti sempat bingung dengan candi yang bernama “Pewara” dikarenakan

candi tersebut dicatat dalam laporan inventaris namun, barang fisik nya

tidak ada, peneliti kemudian menanyakan tentang candi Perwara tersebut

pada pihak pengelola yaitu BPCB Jawa timur.

Problema ini kemudian dijawab oleh Bapak Danang selaku Kepala

sub Seksi Bidang Tata Usaha BPCB Jawa timur

Dalam sebuah komplek candi itu kan ada ada candi induk,

candi utama gitu kemudian ada candi candi lain yang sifatnya

tidak utama, biasanya tokoh tokoh di masa lali, seperti candi

candi kecil yang mengelilingi, ya ngga mengelilingi jadi bisa ada

di depanya kadang di sampingya (Bpk Danang Wahyu

Purnomo, SS : Kepala Sub seksi Bidang Tata Usaha BPCB

Jatim, 21 jan 2015)

SARAN

Page 24: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

24

Adanya Inventarisasi lagi, Candi-candi yang belum tercatat akan

dicatat dan diungkapkan dalam Laporan Keuangan, ada banyak candi-

candi kecil, dan yang paling penting menurut penulis adalah Patirtan

yang konon katanya dulu pemandian putri, salah satu tempat favorit

dari wisatawan malah belum diungkapkan dalam Laporan Keuangan

BATASAN PENELITIAN

Alhamdulillah tidak ada halangan yang berati dalam perolehan data

penelitian, dapat dikatakan sangat dibantu oleh pihak BPCB Jawa

Timur, mengenai perizinan pencarian data dapat diperoleh dari surat

izin bagian perizinan BPCB Jawa Timur yang sebelumnya harus

melampirkan surat pengantar dari universitas, yang membuat data

yang didapatkan cukup tertunda adalah jadwal informan yang padat

sehingga harus berkoodinasi dulu dengan Informan agar dapat bertatap

muka dan melakukan wawancara

DAFTAR PUSTAKA

Act Accounting Policy. 2009. Heritage and Community Assets:Measurement of

Heritage and Community Assets

Generally Recognised Accounting Practice (GRAP). 2012, National treasury.

Departement National Treasury Republic of South Africa.

Page 25: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

25

Financial Reporting Statements (FRS) 30 .2009. Heritage Assets.Accounting

Sandards Board United Kingdom.

Agustini, Asia Tri. 2011, “Arah Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan

Penyajian Aset Bersejarah dalam Laporan Keuangan pada Entitas

Pemerintah Indonesia (Studi Literatur), Skripsi, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Akuntansi, Universitas Jember, Jember

Agustinus, John.2013. Phenomelogical Study on the Financial Performance and

Accountability of Special Autonomy Fund Management in Education Sector

at Papua Province,IOSR Journal of Business and Managemen :ISSN: 2278-

487X. Volume 6, Issue 6 PP 30-40

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi International Financial Report Standard:

“Kebutuhan atau Paksaan?” Studi Kasus Pada PT. Garuda Airlines

Indonesia, Skripsi, Fakultas Ekonomik dan Bisnis, Jurusan Akuntansi,

Universitas Diponegoro, Semarang

Ariesta, Emilio Feriyawan . 2013. Study fenomenologi Tentang Mata Kuliah Etika

Bisnis dan Proifesi (Study Kasus di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang). Skripsi. Malang : Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Anggraini, Fauziah Galuh, 2014, PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET

BERSEJARAH (Studi Fenomenologi pada Pengelolaan CandiBorobudur).

Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro.

Aversano, Natalia dan Caterina Ferrone. 2012. The Accounting Problem of

Heritage Assets Advanced Research in Scientific Areas

Aversano, Natalia and Christiaens, Johan. 2012. Governmental Financial

Reporting of Heritage Assets from a User Needs Perspective). Financial

Accountability & Management Accounting, Forthcoming

Barton, Allan D. , (2000) "Accounting for public heritage facilities – assets or

liabilities of the government?",Accounting, Auditing & Accountability

Journal, Vol. 13 Iss: 2, pp.219 - 236

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta

Budiasih, I Gusti Ayu Nyoman dan Eko Ganis Sukoharsono. 2012.Accounting

Practices and The Use of Money in The Reign of King Udayana in Bali: An

Ethnoarcheological Approach.. Simposium Nasional Akuntansi XV

Banjarmasin

Bungin, M. Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilm Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Bungin, Burhan. 2004.

Page 26: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

26

Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke arah ragam

varian kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquary and Research Design Choosing

Among Five Tradision. California: Sage Publictions Inc.

Carnegie, G. and Wolnizer, P. (1995) "The Financial Value of Cultural, Heritage

and Scientific Collections: An Accounting Fiction", Australian Accounting

Review, vol. 0, no. 0, pp. 31-47, Monash University, Melbourne

Denzin, N.K. 1989a. Interpretive Biography. Newbury Park, CA: Sage

Denzin, N.K. 1989b. Interpretive Interactionism. Newbury Park, CA: Sage

Denzin, N.K and Lincoln, Y.S. 1994. Handbook of Qualitative Research.

Thousand Oaks, CA: Sage

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 1998 HANDBOOK OF

QUALITATIVE RESEARCH, California: Sage Publictions Inc.

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 2010 HANDBOOK OF

QUALITATIVE RESEARCH, Sage Publication. Pvt. Ltd, Jakarta : Pustaka

Pelajar

Hidayat, Syarifudin .2002. Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju

Hooper, Keith, Kate Kearins, dan Ruth Green. 2005. Knowing “the price of

everything and the value of nothing” : accounting for heritage

assets.Accounting, Auditing &Accountabiliti Journal. Vol. 18 No.3, pp.410-

433

Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. Singapore: Kin Keong Printing Co. Pte.

Ltd .

Kuswarno, Engkus. 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi:

Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung, Widya

Padjadjaran.

Lester, Stan. 1999 An Introduction to Penomenological ResearchStan Lester

Development

Micallef, F., & Peirson, G. (1997), Financial reporting of cultural, heritage,

scientific and community collections, Australian Accounting Review, Vol. 7

No. 13, pp. 31-7.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya Offset

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Page 27: PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK ASET BERSEJARAH (HERITAGE …

27

Moleong, Lexy J, Dr. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy.J 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Miles, B. B., dan A. M Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI

Press

Sukoharsono, Eko Ganis. 1995. Accounting, Colonial Capitalists, and Liberal

Order: The Case of Accounting History in Indonesia during the Dutch

Colonial of the Mid-to-End of the 19th Century, The International Journal

of Accounting and Business Society, Vol. 3/1

Sukoharsono, Eko Ganis. 2006. Alternatif Riset Kualitatif Sains Akuntansi:

Biografi, Phenomenologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi dan Case

Study

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Premadi, I. Putu. 2013. “Akuntansi sebagai Pembentuk Mitos (Studi

Fenomenologi pada Penggunaan Angka Akuntansi sebagai Penilai

Kinerja”, Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jurusan Akuntansi,

Universitas Diponegoro, Semarang

Pedoman Standar Akuntansi Pemerintah. 2011. Nomor 07: Aset Tetap

Wild, Susan. 2013. Accounting for Heritage, Cultural, and Community Assets-

Alternative Metrics from a New Zealand Maori Educational Institution.

AABFJ Vol. 7 No. 1

Whisnoewardhono, Soeyono. 1995. Memperkenalkan Komplek percandia

Penataran di Blitar .Mojokerto :KPN Purbakala

Pallot, J. 1990, “The nature of public sector assets: a response to Mautz”,

Accounting Horizons, Vol. 4 No. 2, pp. 79-85.

Pallot, J. (1992), “Elements of a theoretical framework for public sector

accounting”, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 5 No. 1,

pp. 38-59.

Weygant, J. Jerry, Donald E. Kieso dan Paul D. Kimmel. 2009 Accounting

Principles, Jakarta: Salemba Empat