proposal ( bab 1,2,3 )
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
1/46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit
infeksi menular yang sudah ada sejak dahulu kala. Penyakit ini
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
paru-paru dan organ tubuh lainnya seperti tulang sendi, usus, kelenjar
limfa, selaput otak dan lainnya.
Penyakit tuberkulosis (TBC) masih tetap merupakan masalah
kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health
Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003
menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden
countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India
dan China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi
insidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam
(BTA) positif adalah 115 per 100.000 (WHO, 2003).
Penyakit ini menjadi penting dibicarakan karena menurut data
WHO bahwa pada sekitar 10 tahun yang lalu saja kuman
mycobacterium tuberculosis(kuman Tb) telah menginveksi penduduk
dunia. Masalah kesehatan paru, lanjutnya, merupakan masalah
kesehatan penting di dunia. Dewasa ini sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi TB. Ada sekitar delapan juta penderita baru TB di
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
2/46
2
seluruh dunia per tahun dan hampir tiga juta meninggal akibat TB
setiap tahun. Artinya, setiap detik akan ada satu orang yang terinfeksi
TB dan setiap 10 detik akan ada satu orang yang meninggal karena
penyakit ini.
Penyakit paru merupakan salah satu masalah kesehatan bagi
bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan,
sekitar 30-40 persen penyakit dan penyebab kematian di Indonesia
adalah penyakit tubercolosis paru dengan berbagai bentuknya. Buku
SEAMIC Health Statistic 2002 menunjukan bahwa setidaknya tiga
penyakit paru merupakan bagian dari 10 penyebab kematian utama di
Indonesia, yakni pneumonia, tuberkolosis (TB), dan bagian dari
neoplasma ganas.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total
jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun
ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insiden kasus TB
BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI 2008).
Jumlah penderita tubercolosis paru di Kalimantan Timur
diperkirakan meningkat 0,15 persen per tahun. Tahun 2006 diperkirakan
jumlahnya meningkat 2 kali lipat, sekitar 75 persen penderita TB
merupakan usia produktif. Sementar suspect TB 2006 / 2007 terjadi
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
3/46
3
peningkatan 13,5 persen. Untuk data penderita Tuberkulosis pada tahun
2007 berjumlah 1.889 orang, kemudian penderita Tuberkulosis meningkat
pada tahun 2008 menjadi 1.993 orang (P2MDinkes Prop. Kaltim, 2007-
2008).
Penderita TB paru dengan BTA positif yang terdeteksi di sarana
pelayanan kesehatan di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006 ada
184 penderita dan pada tahun 2007 ada 192 penderita,sedangkan di
tahun 2008 terjadi peningkatan kasus dengan ditemukannya klinis TB
Paru sebanyak 419 kasus dengan 318 BTA positif. Dilihat trend yang
cukup terpola dari tahun 2004 sampai tahun 2008, yakni terjadi
penurunan kasus pada tahun sebelumnya kemudian terjadi lagi
peningkatan kasus pada tahun berikut. Jika dikaitkan dengan kondisi
lingkungan perumahan dan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai
Kartanegara saat ini, maka kasus TB paru bisa saja akan terus meningkat
pada tahun-tahun mendatang.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2008 jumlah penderita
Tuberkulosis klinis pada pasien paru sebanyak 419 orang Kasus dengan
penderita Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 318 orang. Sedangkan
pada tahun 2009 , kasus penderita Tuberkulosis klinis pada pasien paru
adalah sebanyak 132 orang dan penderita Tuberkulosis BTA positif
sebanyak 81 orang (Narasi profile Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara 2008-2009).
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
4/46
4
Pada wilayah kerja Puskesmas Loa Duri tahun 2008 jumlah
penderita Tuberkulosis klinis sebanyak 22 orang dengan penderita
Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 9 orang, kemudian pada tahun
2009 kasus penderita tuberkulosis klinis 21 orang dengan penderita
Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 10 orang, pada tahun 2010
terjadi peningkatan kasus penderita tuberkulosis klinis 34 orang dengan
penderita Tuberkulosis Paru BTA positif sebanyak 18 orang (Register
TBCPuskesmas Loa Duri , 2008, 2009 dan 2010).
Penyakit TB berkaitan erat dengan faktor perilaku hidup bersih dan
sehat dari masyarakat maupun individu dan didukung juga dengan
pengetahuan, sikap dan tindakan. Seperti kita ketahui cara penularan
kuman TB melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB (droplet)
yang dikeluarkan lewat batuk, bersin dan meludah.
Untuk mencegah penularan maka dianjurkan untuk menutup mulut
dengan sapu tangan pada waktu batuk dan bersin. Penderita TB dan
PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) serta keluarga perlu diberikan
konseling TB agar dapat mencegah penularan, mendeteksi awal jika ada
yang mengalami gejala TB serta mengawasi dan mendorong penderita
agar berobat secara teratur sampai dinyatakan sembuh. Kesembuhan
bukan hanya dengan obat saja, akan tetapi perubahan perilaku mutlak
diperlukan.
TBC adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosa. Dahak pasien TBC yang dibuang
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
5/46
5
sembarangan di tanah, mengering, terbang bersama debu, kemudian
terhirup oleh orang yang berada di sekitarnya. Perilaku sehari-hari yang
kurang sehat dan pengetahuan yang kurang, sikap dan tindakan yang
tidak sehat cenderung mengakibatkan penularan dan peningkatan kasus
Tuberkulosis paru.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang prilaku pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis Paru yang dilakukan oleh penderita di Wilayah kerja
Puskesmas Loa Duri, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dimana pada
wilayah Kerja puskesmas tersebut tercatat data dari Register TBC
Puskesmas Loa Duri , 2008, 2009 dan 2010.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalahBagaimana pengetahuan, sikap dan
tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru pada
penderita di Wilayah kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai
Kartanegara
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran Pengetahuan, sikap dan
tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru pada
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
6/46
6
penderita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai
Kartanegara.
b. Tujuan khusus
1. Memperoleh gambaran pengetahuan tentang pencegahan
penularan penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah
kerja Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Memperoleh gambaran Sikap tentang pencegahan penularan
penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah kerja
Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Memperoleh gambaran Tindakan tentang pencegahan penularan
penyakit Tuberkulosis paru pada penderita di wilayah kerja
Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman
Dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi bagi pemerintah dan instansi terkait khususnya Dinas
Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur sebagai petunjuk dalam
mengambil kebijakan di bidang kesehatan.
3. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
7/46
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana ilmu
pengetahuan dan merupakan salah satu bacaan bagi peneliti
berikutnya.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas
wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang perilaku pencegahan
tubercolosis di Puskesmas melalui penelitian di lapangan.
5. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui perilaku yang baik dalam
pecegahan Tubercolosis khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Loa Duri .
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
8/46
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum Tuberculosis
a. Defenisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis Paru adalah
Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus (Depkes
RI 2008,).
Kuman M. Tuberkulosis pada penderita TB paru dapat
terlihat langsung dengan mikroskop pada sedian dahaknya (BTA
positif) dan sangat infeksius. Sedangkan penderita yang
kumannya tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada
sedian dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular.
Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman-kuman di udara
dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada saat bersin atau
batuk. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang
lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru orang yang
menghirupnya, kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
9/46
9
terjadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB BTA
positif adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar kuman
Tuberkulosis (Notoatmodjo 2007,).
b. Kuman Tuberkulosis
Kuman penyebab Tuberkulosis ini berbentuk batang
ramping lurus atau sedikit bengkok dengan kedua ujungnya
membulat. Koloninya yang kering dengan permukaan berbentuk
bunga kol dan berwarna kuning tumbuh secara lambat walaupun
dalam kondisi normal. Diketahui bahwa pH optimal untuk
pertumbuhannya adalah antara 6,8 - 8,0. Untuk memelihara
virulensinya harus dipertahankan kondisi pertumbuhannya pada
pH 6,8. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhannya
dibutuhkan karbondioksida dengan kadar 5-10%. Umumnya koloni
baru Nampak setelah kultur berumur 14-28 hari, tetapi biasanya
harus ditunggu sampai berumur 8 minggu (Misnadiarly 2006,).
M. Tuberculosis memproduksi katalase, tetapi ia akan
berhenti memproduksi bila dipanaskan pada suhu 65oC selama 20
menit dalam kadar fosfat. Mycobacterium Tuberkulosis yang
resisten terhadap obat anti Tuberkulosis INH, tidak memproduksi
katalase. Kuman ini tahan asam pada pewarnaan dan berukuran
kira-kira 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron (Misnadiarly 2006, hal).
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
10/46
10
c. Gejala dan Tanda Penyakit Tuberkulosis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan
gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut
diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru dan
lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (Depkes RI 2008,).
d. Penularan penyakit Tuberkulosis
Kebanyakan penularan penyakit Tuberkulosis ini melalui
inhalasi kuman Tuberkulosis yang terdapat di udara. Pada
perjalanannya kuman ini banyak mengalami hambatan antara
lain di hidung (terhambat oleh bulu hidung) dan lapisan lendir
yang melapisi seluruh saluran pernafasan dari atas sampai ke
kantong alveoli.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
11/46
11
Bila penderita baru pertama kali ketular kuman
Tuberkulosis ini, terjadilah suatu proses dalam tubuhnya (paru-
paru) yang disebut Primary Complex of Tuberkulosis (PCT).
PCT ini terdiri dari fokus di paru-paru dimana terjadi eksudasi
dari sel karena proses dimakannya kuman Tuberkulosis oleh
sel macropag.
Lesi dapat terjadi pada kelenjar getah bening, yang
disebabkan karena lepasnya kuman pada saluran lymphe.
Proses pemusnahan kuman TB oleh macropag ini akhirnya
akan menimbulkan kekebalan spesifik terhadap kuman
Tuberkulosis.
PCT dapat terjadi pada semua umur. Di negara dimana
prevalensi TB tinggi kebanyakan anak-anak sudah terinfeksi
oleh penyakit Tuberkulosis pada tahun-tahun pertama dari
kehidupannya. Namun yang kemudian menjadi penyakit TBC
sedikit saja.
Selanjutnya ada 2 kemungkinan yang terjadi menyusul
pembentukan PCT ini, yaitu:
1. Dapat sembuh dengan sendirinya karena adanya proses
penutupan fokus primer oleh kapsul membran yang akhirnya
akan terjadi perkapuran.
2. Beberapa kuman akan ikut terlepas ke dalam pembuluh darah
dan dapat berkembang menginfeksi organ-organ yang
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
12/46
12
terkena. Infeksi yang demikian disebut Post Primary
Tuberkulosis (PTT). PTT ini akan dapat berupa: Infeksi pada
paru-paru, larynx dan telinga tengah, kelenjar getah bening
dileher, saluran pencernaan dan lubang dubur, saluran kemih,
tulang dan sendi.
Berkembangnya jumlah penderita yang terinfeksi kuman
Tuberkulosis dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
keadaan sosial ekonomi masyarakat, kekurangan gizi,
rendahnya latar belakang pendidikan (buta huruf) dan
kepadatan penduduk.(Misnadiarly 2006,)
e. Riwayat terjadinya penyakit Tuberkulosis
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seorang terpapar pertama kali
dengan kuman TB, droplet yang terhirup sangat kecil
ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosiler bronkus dan terus menerus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah
diri paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di
sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
13/46
13
2. Tuberkulosis pasca Primer (Post Primary TB)
Ciri khas dari Tuberkulosis pasca Primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitasi atau
efusi pleura. Tuberkulosis pasca Primer biasanya terjadi
setelah beberapa bulan atau setahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. (Depkes RI 2002,)
f. Penemuan penderita penyakit Tuberkulosis
1. Penemuan penderita pada orang dewasa
Tujuan penemuan kasus adalah untuk menentukan
sumber infeksi dalam masyarakat yang berarti mencari orang
yang mengeluarkan basis Tuberkulosis untuk diobati.
Penemuan penderita pada orang dewasa dilaksakan secara
pasif, artinya penyaringan penderita tersangka TB Paru yang
dilaksakan pada mereka yang datang ke unit pelayanan
kesehatan, ini sangat dipengaruhi oleh faktor individu
penderita untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Kegiatan
ini harus didukung oleh penyuluhan secara aktif baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan, cara ini disebut passive
promotive case finding.
2. Penemuan penderita pada anak-anak
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
14/46
14
Penemuan penderita pada anak sebagian besar
didasarkan pada gambaran klinis, foto rontgen dan uji
tuberculin (Depkes RI 2002,)
g. Penegakan Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis penyakit Tuberkulosis
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA
positif. Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan kultur bakteri, namun biayanya mahal dan
hasilnya lama (Widoyono 2008, hal. 16).
2. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo,2007).
b. Domain Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat yakni :
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
15/46
15
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkatan ini adalah mengigat kembali terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
16/46
16
6. Evaluasi (evaluation) adalah berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justipikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama atau langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap yang
berurutan sebagai berikut :
1. Awareness (kesadaaran), di mana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadpa stimulus
(objek).
2. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
17/46
17
digambarkan dengan kata-kata sedangkan data yang bersifat
kuantitatif berwujud angka-angka, hasil perhitungan atau
pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan,
dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
persentase, setelah dipersentasekan lalu ditapsirkan kedalam
kalimat yang bersifat kualitatif.
1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76-100 % dari yang
diharapakan.
2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56-75 % dari yang
diharapakan.
3. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56 % dari yang
diharapakan (Notoatmodjo,2003)
Faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan
(deficient knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang
daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan
kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap
sumber informasi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan/knowledge seseorang di tentukan oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Keterpaparan terhadap informasi;
2. Daya ingat;
3. Interpretasi informasi;
4. Kognitif;
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
18/46
18
5. Minat belajar;
6. Kefamiliaran akan sumber informasi. (Nanda,2005)
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah
pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya
seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk
mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan
kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa
sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif
dengan tahapan-tahapannya. (Wikipedia,2007)
3. Tinjauan Umum Tentang Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Batasan sikap
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2007).
Selain itu sikap memiliki arti tokoh/bentuk tubuh, cara berdiri
(tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak), perbuatan yang
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
19/46
19
berdasarkan pada pendirian atau keyakinan, prilaku, gerak-gerik,
dan pandangan hidup. Sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi asasnya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana
motif tertentu. Sikap belum suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau reaksi
terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi
bahwa sikap merupakn reaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,
2003).
b. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terjadi dari
berbagai tingkatan yakni :
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
20/46
20
3. Menghargai (valuing) adalah mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3.
4. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
c. Faktor Utama Sikap
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis
perilaku/sikap adalah konsep dari Lawrence green (1980). Menurut
Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni :
1. Faktor predisposisi yaitu faktor faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Factor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan
sebagainya.
2. Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
21/46
21
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan
yang bergizi dan sebagainya.
3. Faktor faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh
ini , pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi sangat berpegang
peranan penting.
4. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
22/46
22
Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan (praktik), sebab
untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu antara lain
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan
menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktek terpimpin
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi
masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
Misalnya seorang anak kecil menggosok gigi namun masih
selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktek
atau tindakan terpimpin.
b. Praktek secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau
mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut
praktek atau tindakan mekanis. Misalnya seorang anak secara
otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh
ibunya.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar
rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
23/46
23
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan
dengan teknik teknik yang benar.
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan
melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung.
Pengukuran secara langsung yaitu mengamati tindakan dari subjek
dalam rangka memelihara kesehatannya.
Untuk mengukur pengetahuan kesehatan secara langsung
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis
atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya
pengetahuan Informan tentang kesehatan, atau besarnya
persentase kelompok informan atau masyarakat tentang variable-
variabel atau komponen kesehatan.(Notoadmojo,2005).
Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk
rangkaian siklus kegiatan. Tindakan bisa terjadi karena seseorang
itu memiliki motifasi yang didapat dari pengetahuan manusia itu
sendiri. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak
memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar
maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua
motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
24/46
24
munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi
yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi
dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Orang yang bertindak pada kemampuan yang dimilikinya
(mastery oriented people), menyadari bahwa kesuksesan yang ia
raih tergantung kepada keterampilan yang dimilikinya, lebih
berorientasi pada kemandirian yang ia miliki, bekerja keras,
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam setiap penampilannya
dan lebih tertarik pada aktivitas-aktivitas yang mendukung
tercapainya tujuan yang diharapkan. Agar motivasi yang dimiliki itu
lebih efektif, harus difokuskan pada tugas-tugas yang dianggap
penting serta mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan.
5. Tinjauan Umum Penggunaan Jendela kaca Dikamar Penderita
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang
masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya mata hari di
samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya
dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
25/46
25
1. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam
rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat
harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya
jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurangkurangnya 15
% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan
rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke
dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi
jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan
masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus
diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama
menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya
jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan
genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara
sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu
pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang ,tapi
bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan
sebagainya.
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan
luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
26/46
26
kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang
sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas
pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih
60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.
Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda
dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap
jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak
berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari
pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif
tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk
dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar
penghuni akan sangat berkurang.( Joko Suryo, 2010 )
6. Tinjauan Umum Pemisahan Tempat Tidur
Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas
lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
tinggal (Lubis, 1989). Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh
perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum
per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan
fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 10
m/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang.
Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
27/46
27
istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga
yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur
dengan anggota keluarga lainnya.
Kamar adalah pembagian ruangan / sekat dalam rumag
tersebut apa bila ruamah tersebut tidak terdapat kamar atau
ruangan, maka akan lebih mudah terjadi penularan penyakit.
Sebagai contah bial rumah tersebut ada sumber penularan (
penderita TBC atau pun ISPA ), maka potensi penularan akan
penyakit tersebut dapa lebih mudah dan cepat terhadap orang
yang tinggal bersama dalam satu ruangan tersebut. Jumlah
ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan
tersebut, seperti ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, ruang
dapur dan ruang MCK.
Banyaknya ruangan dalam rumah tergantu kepada jumlah
penghuni. Banyaknya penghuni dalam satu rumah akan menuntut
jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur tetapi pada
umumnya jumlah ruangan disesuaikan dengan fungsi ruangan
seperti ruang tidur, ruang tamu, ruangan makan, dapur gudang dan
lain-lain. Rumah yang sehat harus memiliki ruangan khusus untuk
tidur minimal 9 m3 untuk setiap orang berumur 5 tahun keatas atau
dewasa dan 4,5 m3 untuk anak-anak berumur di bawah 5 tahun
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
28/46
28
dengan luas lantai minimal 3,5 m3 untuk setiap orang dengan tinggi
langit-langit tidak kurang dari 2,75 m.
Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini
tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi
oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit
infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan
(2000), didapatkan data bahwa :
a. Rumah tangga penderita Mempunyai kebiasaan tidur dengan
balita mempunyai resiko terkena TB 2,8 kali dibanding dengan
yang tidur terpisah.
b. Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup
tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan
kepada 2-3 orang di dalam rumahnya
c. Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan
penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah
tangga dengan hanya 1 orang penderita TB.
7. Tinjauan Umum Pemakaian Alat Makan.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
29/46
29
Pengertian higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.
Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan,
cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan.(Depkes RI,2002)
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan
yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat menganggu atau kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau .
Berhubungan dengan penyakit sering dipindahkan melalui
piring, cangkir, gelas, dan sebagainya maka sanitasi tempat-
tempat makan pada umum sekarang ini telah dikembangkan atas
dasar penelitian secara ilmiah. Kebanyakan restoran besar telah
menggunakan alat pencucian piring yang sekaligus mendisinfeksi
piring-piring itu secara mekanik. Pada restoran-restoran kecil atau
rumah tangga pencucian dilakukan dengan air panas bersama
deterjen yang baik. (Depkes RI,2002)
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
30/46
30
8. Tinjauan Umum Kebersihan Dan Penjemuran Kasur
Memang penyakit Tb Paru adalah penyakit infeksi dan
menular yang disebabkan oleh kuman, akan tetapi dengan hygiene
dan sanitasi yang jelek akan lebih memperburuk orang yang
menderita penyakit tersebut. Misalnya saja, kebiasaan membuang
ludah sembarangan, rumah yang tidak punya ventilasi yang cukup,
kamar tidur yang pengap, kurangnya pencahayaan di dalam
rumah, polusi udara karena asap rokok, industri dan lainlain.
Semua itu tentunya akan berdampak tidak baik bagi kesehatan
manusia, apalagi kuman penyakit ini sangat senang dengan
kondisi-kondisi seperti itu. Oleh karena itu menjaga kesehatan diri
dan lingkungan merupakan hal yang mutlak bagi setiap manusia
sehingga penyakit-penyakit menular akibat lingkungan bisa
diminimalisasi dan bahkan bisa dieliminasi, termasuk penyakit Tb
Paru.
Sinar matahari langsung membunuh TB dalam waktu lima
menit, maka pemanfaatan sinar matahari adalah cara yang paling
cocok untuk dilakukan didaerah tropis. Penjemuran kasur, bantal
dan seprai dapat membunuh TB, panas dapat memusnahkan TB
dalam waktu 20 menit pada suhu 60 C dan 5 menit dalam suhu
70 C. (Tetapi kuman-kuman dapat bertahan hidup selama
bertahun-tahun di tempat gelap : mungkin dapat terjadi di rumah
atau gubuk yang gelap). Menjemur diudara dan dibawah sinar
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
31/46
31
matahari semua bahan-bahan selimut, wol, katun dan lain-lain.
Merupakan metode yang baik dan sederhana, terutama didaerah
tropis .( John Crofton. 2001)
9. Tinjauan Umum Tentang Penampungan Dahak
a. Pengertian Dahak Secara Umum
Dahak manusia adalah sumber yang paling penting.
Batuk, berbicara dan meludah memproduksi percikan sangat
kecil berisi TB yang melayang-layang di udara. Kuman ini dapat
terhirup napas dan menyebabkan penyakit. Pasien-pasien
dengan dahak positif pada hapusan langsung (d.h.i TB tampak
dibawah mikroscop) jauh lebih menular, karena mereka lebih
banyak memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan
meraka yang hanya positif pada pembiakan. Makin dekat
seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis Tb yang
mungkin akan dihirupnya.( John Crofton. 2001)
Biakan dahak dapat meningkatkan jumlah yang
positif, tetapi mungkin memerlukan 4-8 minggu sebelum anda
mendapatkan hasilnya. Pada penyakit yang lebih ringan dan
sedikit TB, hapusan mungkin negatif, tetapi biakan positif.
Namun, biakan membutuhkan fasilitas laboraturium lebih
terampil yang mungkin tidak anda miliki. Ketika menunggu hasil
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
32/46
32
biakan. Anda harus memutuskan pengobatan berdasarkan
keadaan klinis.
b. Penampungan Dahak
Wadah hendaknya kokoh untuk menghindarkan ketika
dibawa. Wadah hendaknya bermulut lebar, hendaknya bertutup
ulir yang kuat untuk menghindarkan dahak mengering atau
merembes keluar. Metode sterilisasi sesudah pakai, tergantung
pada bahan tempat itu, beberapa bisa dibakar. Wadah dari
bahan gelas harus direbus selama 10 menit kemudian
dibersihkan dengan seksama.( John Crofton. 2001)
c. Petunjuk Bagi Petugas Pengumpulan Dahak
2. Bila mungkin laksanakan tugas tersebut di udara terbuka.
Bila tidak mungkin, gunakan sebuah ruangan terpisah untuk
keperluan ini.
3. Jelaskan mengapa pemeriksaan ini penting. Jelaskan
bagaimana cara batuk untuk menghasilkan dahak yang
berasal dari dalam dada.
4. Periksalah apakah dahak mengandung bagian-bagian kental
atau bernanah.
10. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Menutup Mulut
a. Kebiasaan Menutup Mulut
Sumber penularan adalah penderita Tb paru pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyabarkan kuman ke udara dalam
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
33/46
33
bentuk droplet ( percikan Dahak ). Orang disekeliling penderita
dapat tertular karena menghirup udara yang mengandung kuman
TB. Oleh karena itu, penderita harus menutup mulut saat batuk
atau bersin dan jangan membuang dahak disembarang tempat.
Jelaskan pula bila ada anggota keluarga yang menujukan gejala
TB (batuk berat, badan menurun, demam berkeringan malam hari,
batuk dengan dahak campur darah). Sebaiknya segera
memeriksakan diri ke unit pelayanan puskesmas.
Alat yang digunakan saat menutup mulut yaitu :
1. masker
2. Saputangan atau Kain
3. Tisu kering
Seperti kita ketahui cara penularan kuman TB melalui
percikan dahak yang mengandung kuman TB (droplet) yang
dikeluarkan lewat batuk, bersin dan meludah. Untuk mencegah
penularan maka dianjurkan untuk menutup mulut dengan sapu
tangan pada waktu batuk dan bersin. Penderita TB dan PMO
(pengawasan menelan obat) serta keluarga perlu diberikan
konseling TB agar dapat mencegah penularan, mendeteksi awal
jika ada yang mengalami gejala TB serta mengawasi dan
mendorong penderita agar berobat secara teratur sampai
dinyatakan sembuh. Kesebuhan bukan hanya dengan obat saja,
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
34/46
34
akan tetapi perubahan perilaku mutlak diperlukan. (Home Artikel
Kesehatan Paru)
11. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh mahluk hidup. Dari segi biologis, perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup yang
bersangkutan). Oleh sebab itu semua mahluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan sampai dengan manusia berperilaku, oleh
karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmojo
2007).
Menurut Skiner dalam Notoatmojo, perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon. Teori Skiner ini lebih dikenal dengan teori S-O-R
(stimulus-organisme-respon). Skiner membedakan adanya dua
respon :
1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang di
timbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu, stimulus
semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
35/46
35
respon-respon yang relatif tetap. Hal ini juga berlaku untuk
perilaku emosi seseorang.
2. O perant respon atau instrumental respons, yakni proses yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcer karena
memperkuat respons.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup, respons seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung/ tertutup. Respons ini masih terbatas pada
perhatian, presepsi, kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum bisa
diamati secara jelas oleh orang lain (cover behavior).
2. Perilaku terbuka, respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindajan atau praktek yang
dengan mudah dapat diamati oleh orang lain (over behavior)
(Notoatmojo 2007).
Perilaku Kesehatan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
36/46
36
Perilaku kesehatan adalah segala respon seseorang atau
orgainsme atau stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah
perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasil itas
pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian
pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan. Yaitu bagaimana seseorang
merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan lainnya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. (Notoatmojo 2000)
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori tentang Perilaku, maka perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
37/46
37
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, niat dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu
ketersediaan fasilitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan
seperti puskesmas atau Rumah Sakit , obat obatan maupun
tindakan (perilaku) dan sikap petugas kesehatan, tokoh masyarakat
serta peran keluarga juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku seseorang.
Adapun kerangka teori dari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
(Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2005)
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Niat
Nilai Nilai
Perilaku
Faktor Pendukung
Fasilitas / Sarana
Kesehatan
Lingkungan Fisik
Faktor Pendorong
Sikap dan Perilaku
Petugas Kesehatan
Tokoh Masyarakat
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
38/46
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
(2000) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Dari kajian tentang definisi-definisi penelitian kualitatif, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain sebagainya. (Moleong, 2006)
Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kualitatif karena
penelitian ini bermaksud melihat perilaku pencegahan penularan
penyakit tubercolosis yang dilakukan oleh penderita.
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru Yang Dilakukan Oleh Penderita yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Loa Duri dengan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
39/46
39
menggunakan Metode Kualitatif akan dilakukan pada bulan April
2011.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada masyarakat yang
berkedudukan di wilayah kerja Puskesmas Loa Duri, Khususnya
masyrakat yang menderita Tuberkulosis Paru yang terdaftar di
buku register Puskesmas Loa Duri dalam proses pengobatan.
C. Informan
a. Informan
Pengambilan informan dilakukan dengan tehnik Perposive
Sampling (Non Random) yakni jumlah penderita TB Paru yang
diambil sebanyak 34 orang penderita TB paru klinis dengan
penderita 18 orang TB paru BTA positif yang terdaftar pada buku
register TBC tahun 2011 di Puskesmas Loa Duri, Kabupaten Kuati
kartanegara
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang digunakan maka disusunlah
pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :
Perialku pencegahan penularan
penyakit Tubercolosis yang
dilakukan oleh penderita
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
40/46
40
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
E. Definisi konsep
Definisi konsep dari beberapa variabel yang diteliti, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengetahuan, informan tentang pencegahan TB Paru
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki ( mata,
hidung, telinga, dan sebagainya ). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
( Notoatmojo, 2005 )
2. Sikap informan tentang pencegahan TB Paru
Sikap adalah Juga respon tertutup seseorang terhadap
stimulus atau ojek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat
atau emosi yang bersangkutan ( senang - tidak senang, setuju
tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya ) Yakni
Andifiduals attitude is syndrome of response consistensy with
regard to object Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dan merespons stimulus atau
objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain. ( Allport, 1954 )
3. Tindakan informan tentang pencegahan TB Paru
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
41/46
41
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah
cenderung bertindak ( praktik ). Sikap belum tentu terwujud dalam
tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk
rangkaian siklus kegiatan. Tindakan bisa terjadi karena seseorang
itu memiliki motifasi yang didapat dari pengetahuan manusia itu
sendiri. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak
memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar
maupun dari dalam diri. ( Notoatmojo, 2005 )
F. Sumber Data
1. Data primer didapat dari informan melalui wawancara mendalam
dengan orang-orang tertentu atau telah ditentukan sebelumnya
yang dapat memberikan keterangan dari data yang diinginkan.
Pengumpul data juga dapat menggunakan alat Bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar. (Esterberg, 2002)
2. Data sekunder meliputi :
a. Dokumen
Dokumen adalah cara memperoleh data dengan mengambil
hasil dari dokumentasi yang tersedia (arsip, laporan, dan
sebagainya) saat penelitian berlangsung.
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
42/46
42
b. Kepustakaan
Pengumpulan data melalui buku-buku dan sumber bacaan
lainnya sebagai tinjauan pustaka yang memuat tentang
beberapa pendapat pakar yang berkaitan dengan penelitian
guna mendukung penulisan maupun pembahasan skripsi ini.
G. Teknik Pengambilan Data
Ada empat macam teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara Mendalam
Jenis wawancara yang akan dilakukan yaitu wawancara terstruktur,
karena dalam melakukan wawancara, selain harus membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat Bantu seperti tape recorder,
gambar, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancar. (Esterberg, 2002)
Wawancara dilakukan secara mendalam dengan orang-
menggunakan bantuan pertanyaan-pertanyaan (panduan
wawancara). Wawancara pendahuluan dilakukan dengan
mewawancarai orang yang dinilai dapat memeberikan informasi
yang diperlukan kemudian diteruskan dengan informan-informan
berikutnya sesuai dengan permasalahan.
b. Panduan Wawancara
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
43/46
43
Panduan wawancara telah disiapkan untuk informan yang dipilih
yaitu penderita/keluarga dari penderita tersebut dan beberapa
masyarakat, dan petugas kesehatan.
e. Dokumentasi
Gambaran-gambaran nyata mengenai proses serta
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan saat penelitian
berlangsung.
H. Proses Analisis Data
Analisis data sangat penting dalam suatu penelitian karena didalam
analisis data dilakukan pengorganisiran terhadap data yang terkumpul
dilapangan. Menurut Patton (dalam Moleong 2000) bahwa analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam
satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data yang digunakan
disini adalah analisis data sesuai dengan yang dikemukanan oleh Miles
dan Hubermen (1992) bahwa analisis data kualitatif terdiri atas empat
komponen yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses awal yang berusaha
mengumpulkan data awal atau data mentah yang diperoleh di
lapangan untuk diteliti.
2. Penyederhanaan data
Yaitu proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan dengan
membuat abstraksi. Mengubah data mentah yang dikumpulkan dari
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
44/46
44
penelitian kedalam catatan yang telah disortir atau diperiksa.
Tahap ini merupakan tahap analisis data yang mempertajam atau
memusatkan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian Data
Yaitu menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga
diperlukan atau memungkinkan penarikan kesimpulan atau
pengambilan tindakan. Penyajian data ini membantu memahami
peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa atau tindakan
lebih lanjut berdasarkan pemahaman.
4. Penarikan kesimpulan
Yaitu merupakan langkah ketiga meliputi makna yang telah
disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara
mencatat keteraturan, pola - pola penjelasan hubungan sebab
akibat melalui hukum - hukum empiris. Seperti pada gambar
berikut: Gambar 3 : Analisa Model Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman (1992)
PengumpulanData
ReduksiData
Penarikankesimpulan
PenyajianData
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
45/46
-
8/6/2019 Proposal ( Bab 1,2,3 )
46/46
46
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
(Moleong, 2006)