revisi - 03 manipulasi resin akrilik aktivasi panas (heat cured)

Upload: jerrysaifudin

Post on 02-Mar-2016

370 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

  • 0

    LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

    Topik : MANIPULASI RESIN AKRILIK AKTIVASI PANAS (HEAT

    CURED)

    Kelompok : B5b

    Tgl. Praktikum : 25 Maret 2014

    Pembimbing : Moh. Yogiartono, drg., MKes

    No. Nama NIM

    1 DEA AISYAH 021311133107

    2 MEIDIANA ADININGSIH 021311133108

    3 DINDA KHAIRUNNISA R 021311133109

    4 JERRY SAIFUDIN 021311133110

    DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    2014

    REVISI

  • 1

    1. TUJUAN

    1.1. Memanipulasi resin akrilik aktivasi panas dengan cara dan alat yang tepat.

    1.2. Mengamati tahap yang terjadi pada penadonan polimer dan monomer yaitu

    sandy stage, stringy stage, dough stage, ruberry stage dan stiff stage.

    2. CARA KERJA

    2.1. Bahan

    a. Bubuk polimer dan cairan monomer merek Dentsply QC-20 (waktu kuring

    20 menit)

    b. Cairan CMS

    Gambar 2.1. Bahan yang dibutuhkan. A. polimer, B. monomer, C. CMS.

    2.2. Alat

    a. Malam model

    b. Gip/dental plaster

    c. Gip keras

    d. Air panas

    e. Pot porselain

    f. Pipet ukur/gelas ukur

    g. Stopwatch

    A

    B

    C

  • 2

    h. Kuas kecil

    i. Kuvet logam

    j. Timbangan digital

    k. Press hidrolik

    l. Press tangan

    m. Plastic/kertas cellophane

    n. Pisau malam

    o. Pisau model

    Gambar 2.2. Alat yang digunakan. A. timbangan digital, B. pot porselain, C.

    press manual, D. plaster gypsum di dalam kuvet, E. pipet ukur, F. pisau

    malam, G. kuas, H. pisau mODEL, I. HP sebagai stopwatch.

    A

    B

    C

    D

    E F G H

    I

  • 3

    Gambar 2.3. Press hidrolik

    2.3. Cara Kerja:

    2.3.1. Pengisian cetakan (mould) dengan adonan resin akrilik (packing)

    a. Bahan resin akrilik dan peralatan untuk packing disiapkan di atas meja

    praktikum.

    b. Permukaan mould dan sekitarnya diolesi dengan Cold Mould Seal (CMS)

    dengan menggunakan kuas dari bagian tengah hingga pinggir mould dan di

    tunggu hingga kering.

    c. Bubuk polimer ditimbang sebanyak 4 gr, setelah itu cairan monomer diukur

    menggunakan gelas ukur sebanyak 2 ml (sesuai aturan pabrik).

    d. Cairan monomer yang telah di ukur di tuang ke dalan pot porselin, kemudian

    bubuk polimer yang telah di timbang di tuang ke dalam pot porselin secara

    perlahan. Pot porcelain diketuk-ketuk agar seluruh polimer terbasahi oleh

    monomer.

    e. Awal waktu pengadukan dicatat dengan menggunakan stopwatch, adonan

    polimer dan monomer diaduk menggunakan pisau malam pada bagian yang

    tumpul sampai homogen, kemudian pot porselin ditutup hingga memasuki

    fase dough (tidak lengket apabila disentuh).

    f. Kemudian melakukan tahap a sampai e sampai adonan memasuki fase

    stringy (saat di sentuh terdapat serat-serat) dan fase rubbery (saat di sentuh

    kenyal seperti karet dan tidak lengket).

    g. Saat mencapai fase dough, stringy, dan rubbery waktu dicatat.

  • 4

    h. Setelah fase dough tercapai, adonan resin akrilik dimasukkan ke dalam

    cetakan (mould) yang ada pada kuvet bawah.

    i. Permukaan resin akrilik ditutup plastik, kemudian kuvet dilakukan

    pengepressan dengan press hidrolik sampai tekanan 2000 Pa. Setelah itu

    kuvet dibuka dan plastik diangkat sebagian dan kelebihan resin akrilik

    dipotong dengan menggunakan pisau model. Tahap ini dilakukan sampai 3

    kali.

    j. Setelah pengepressan dengan press hidrolik yang terakhir, kuvet di buka dan

    plastik diangkat. Kemudian kelebihan resin akrilik dipotong dengan

    menggunakan pisau model, kemudian kuvet di tutup dengan rapat dan di

    pindahkan pada handpress dan dimasukkan ke dalam ember berisi air.

    2.3.2. Proses kuring:

    Proses kuring resin akrilik dilakukan sesuai dengan aturan pabrik, untuk

    merk QC20 ;

    a. Air di

    b. Kuvet yang telah diisi akrilik dan dalam keadaan dipress diangkat dan

    dimasukkan ke dalam panci / dandang selama 20 menit.

    c. Setelah 20 menit kompor dimatikan, dan di tunggu sampai air tidak panas

    lagi (suhu ruang).

    2.3.3. Deflasking :

    a. Kuvet dibiarkan sampai dingin dengan cara dandang diisi air dingin hingga

    panasnya turun secara perlahan.

    b. Handpress di buka dan kuvet dipindahkan ke meja.

    c. Kuvet dibuka menggunakan pisau malam dengan cara membuka sisi-sisi

    kuvet dengan perlahan, akrilik hasil kuring diambil secara hati-hati

    menggunakan pisau malam.

  • 5

    3. HASIL PRAKTIKUM

    Tabel 3.1 Waktu polimerisasi dari penadonan monomer dan polimer sampai

    tahap stiff.

    Percobaan

    ke

    Waktu Polimerisasi (menit.detik)

    Sandy Sringy Dough Rubbery Stiff

    1 00.00 03.10 11.00 16.00 18.00

    2 00.00 04.00 09.06 16.10 29.37

    3 00.00 04.00 07.00 12.20 23.30

    3.1. Pada percobaan pertama, adonan monomer dan polimer resin akrilik dicetak

    ke dalam mould pada tahap stringy, yaitu saat adonan disentuh dan ditarik

    menggunakan jari tampak kondisi yang berserat-serat. Pada kondisi ini

    adonan akrilik sulit untuk dimasukkan dan dibentuk ke dalam mould.

    Setelah adonan yang ada di dalam mould di-press, kelebihan adonan yang

    keluar dari batas cetakan sulit untuk dibersihkan. Setelah akrilik selesai

    dikuring, akrilik memiliki tekstur permukaan yang kasar. S y * yang

    dihasilkan juga lebih lebar. Dan aromanya masih menyengat seperti

    sebelum dikuring.

    Gambar 3.1. Hasil kuring resin akrilik yang dicetak pada fase stringy.

    Defek

    Bintil

  • 6

    Bintil pada adonan akrilik yang diaplikasi pada fase stringy menyebabkan

    permukaan akrilik kasar. Hal ini disebabkan karena manipulasi diletakkan

    pada mould sebelum waktunya. Dan adonan akrilik pada fase stringy

    cenderung lebih berserat sehingga menyebabkan permukaan pada cetakan

    akrilik kasar.

    Sayap

    Sayap pada adonan akrilik yang diaplikasi pada fase stringy dihasilkan dari

    rendahnya flowing properties yang dimiliki oleh adonan akrilik pada fase

    ini. Flowing properties yang rendah menyebabkan adonan mudah keluar

    dari dari dalam rongga mould saat dipres.

    3.2. Pada percobaan kedua, adonan monomer dan polimer resin akrilik dicetak

    ke dalam mould pada tahap dough, yaitu saat adonan disentuh tidak lengket

    di tangan dan bersifat plastis / mudah dibentuk. Pada kondisi ini, adonan

    sangat mudah dibentuk, sehingga juga mudah cetak ke dalam mould.

    Setelah adonan yang ada di dalam mould di-press, kelebihan adonan lebih

    mudah untuk dibersihkan. Saat membersihkan kelebihan adonan, terjadi

    suatu kesalahan, yaitu pembersihan adonan melebihi batas, sehingga adonan

    yang ada di dalam rongga mould ikut terangkat. Setelah akrilik selesai

    dikuring, akrilik memiliki tekstur yang halus, S y * yang dihasilkan

    hampir tidak ada. Dan aroma yang menyengat sudah tidak tercium lagi.

    Namun hasil akrilik yang dihasilkan memiliki porus yang cukup banyak di

  • 7

    dalamnya.

    Gambar 3.2. Hasil kuring resin akrilik yang dicetak pada fase dough.

    Defek

    Porus :

    Porus total disebabkan saat membersihkan luberan adonan, terjadi suatu

    kesalahan yaitu pembersihan adonan akrilik melebihi batas, sehingga

    adonan dalam rongga mould ikut terangkat. Dan menyababkan porus

    total.

    3.3. Pada percobaan ketiga, adonan monomer dan polimer resin akrilik dicetak

    ke dalam mould pada tahap rubbery, yaitu saat adonan memiliki tekstur

    yang elastis, tidak lengket, dan jika ditekan akan kembali ke bentuk semula.

    Pada kondisi ini, adonan tidak lengket tetapi sulit untuk dibentuk. Setelah

    adonan yang ada di dalam mould di-press, kelebihan adonan sangat mudah

    dibersihkan. Setelah akrilik selesai dikuring, akrilik memiliki tekstur yang

    cukup halus, S y * yang dihasilkan agak lebar. Dan aroma yang

    menyengat sudah tidak tercium lagi.

    Gambar 3.3. Hasil kuring resin akrilik yang dicetak pada fase rubbery.

    Defect

    Sayap

    Sayap yang ada pada akrilik fase rubbery disebabkan karena pada saat

    pengepresan adonan akrilik cenderung kembali ke bentuk semula. Sehingga

  • 8

    sampai pada pengepresan akhir masih ada sayap tersisa. Hal ini disebabkan

    adonan akrilik pada fase rubbery bersifat elastis.

    PEMBAHASAN

    3.4. Resin Akrilik Diaplikasi pada Fase Stringy

    Kelebihan adonan mudah untuk karena pada fase stringy adonan

    memiliki tekstur yang lengket. (Bhat 2006, 193)

    Tekstur yang kasar pada permukaan akrilik yang sudah dikuring

    disebabkan oleh aplikasi yang tidak tepat, yaitu sebelum mencapai tahap

    dough. (Bhat 2006, 206)

    U y y ng cukup lebar disebabkan oleh masih banyak

    monomer yang bebas dan ini menimbulkan viskositas yang rendah pada

    adonan sehingga adonan mudah keluar dari rongga mould. (Nallaswamy

    2003, 215) (Chandra 2000 , 106)

    Aroma meyengat ditimbulkan oleh monomer sisa yang terdapat di dalam

    akrilik. Pada saat fase stringy, monomer belum beraksi dengan polimer

    seutuhnya. (Hussain 2004, 405) Semakin banyak monomer yang

    dikonsumsi saat polimerisasi, maka semakin sedikit monomer sisa.

    (Hatrick 2011, 222)

    3.5. Resin Akrilik Diaplikasi pada Fase Dough

    Adonan akrilik mudah dibentuk dan kelebihannya mudah dibersihkan

    karena pada fase ini adonan memiliki tekstur yang tidak lengket. (Bath

    2006, 193)

    Porus yang timbul pada hasil percobaan ini disebabkan oleh adanya

    adonan yang berkurang akibat pembersihan kelebihan adonan yang

    melebihi batas. Kekurangan adonan menyebabkan tekanan yang diterima

    oleh adonan berkurang. Berkurangnya tekanan ini menyebabkan

    monomer mudah menguap sehingga terdapat udara yang terjebak di

    dalam adonan dan terjadilah porus. (Hatrick 2011, 219-220)

    3.6. Resin Akrilik Dicetak pada Fase Rubbery

  • 9

    Kelebihan adonan mudah untuk dibersihkan karena adonan sudah tidak

    lengket lagi. Hal ini dikarenakan monomer sudah teratur karena telah

    bergabung dengan monomer. (Nallaswamy 2003, 214)

    Masih terbentuk sayap yang cukup lebar, padahal adonan akrilik

    sebelumnya telah dipress hingga terlihat tidak ada adonan yang berlebih

    sama sekali. Namun setelah dipress kembali, sebenarnya adonan akrilik

    kembali membentuk sayap. Dalam fase rubbery, akrilik kembali ke

    bentuk semula saat diberi tekanan. (Nallaswamy 2003, 214) Oleh karena

    itu adonan akrilik terlihat seolah-olah tidak ada kelebihan adonan saat

    plaster dibuka karena bentuk adonan akrilik telah kembali seperti semula.

    Aroma akrilik sudah tidak tercium karena monomer sudah bereaksi

    sempurna.

    4. SIMPULAN

    Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan,

    didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

    Fase yang paling tepat untuk mencetak adonan resin akrilik ke dalam mould

    adalah fase dough dari pada fase stringy dan rubbery.

  • 10

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Bhat SV. 2011. Science of Dental Materials (Clinical Application). New Delhi:

    CBS. p: 193, 206.

    Chandra et al. 2000. A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaype. p: 106.

    Hatric CD et al. 2011. Dental Material Clinical Application for Dental

    Assistants and Dental Hygienists. 2nd

    ed. Missouri: Saunder Elsevier. p: 219-20,

    222, 405.

    Hussain S. 2004. Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaype. p: 405.

    Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaype. p: 214-

    215.

  • 11

    Chandra et al. 2000. A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaype. p: 106.

    Hussain S. 2004. Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaype. p: 405.

  • 12

    Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaype. p: 214-

    215.