suppositoria

Upload: indah-diantika

Post on 18-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Suppositoria

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Suppositoria

    1/26

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di

    dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit

    yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam

    bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli

    farmasi dan industri.

    Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang

    bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh

    masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,

    salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan

    semisolid ini yaitu, mudah dibawa, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk

    memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit tubuh.

    Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu

    diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,

    para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.

    Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untukmeminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan

    formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang

    digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

    TUJUAN

    Mengetahui tentang pengertian suppositoria, syarat suppositoria, kekurangan dan

    kelebihan suppositoria.

    Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan tepat

    dan mengetahui metode evaluasi sediaan suppositoria.

    MANFAAT

    Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria.

    Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.

    Untuk menambah wawasan dan ketrampilan.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    2/26

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. PENGERTIAN SUPPOSITORIA

    a. Menurut FI edisi III hal 32

    Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya

    berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

    b. Menurut FI edisi IV hal 16

    Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan

    melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada

    suhu tubuh.

    c. Menurut R.Voight hal 281

    Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk

    mantap yang ditetapkan untuk dimasukan kedalam rektum, sediaan ini melebur pada

    suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.

    d. Menurut Ilmu Meracik Obat hal 158

    Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk terpedo,

    dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh.

    e. Menurut Ansel hal 576

    Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengaan cara

    memasukkan kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur,

    melunak atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

    f. Menurut Lachman hal 1147

    Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya dimaksudkan untuk

    dimasukan kedalam rektum, vagina, dan jarang digunakan untuk uretra. Suppositoriarektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh, atau melunak

    pada temperatur tubuh, sedangkan suppositoria vaginal kadang-kadang disebut

    pessaries, juga dibuat dengan tablet kompressi yang hancur dalam cairan tubuh.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    3/26

    3

    Jadi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo

    yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh,

    sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan

    cepat.

    B. BENTUK-BENTUK SUPPOSITORIA DAN UKURANNYA

    a. Menurut Ansel hal 576-577

    1. Suppositoria untuk rectum (rectal)

    Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo atau jari-jari kecil.

    Ukuran panjangnya 32 mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan beratnya 2 gram untuk

    orang dewasa bila oleum cacao yang digunakan sebagai vasis. Sedangkan untuk bayi

    dan anak-anak ukuran dan beratnya dari ukuran dan berat orang dewasa, bentuknya

    kira-kira seperti pensil.

    2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)

    Biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut sesuai dengan kompendik resmi,

    beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, sebab lagi tergantung pada macam basis

    dan masing-masing pabrik yang membuatnya.

    3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)

    Bentuk ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukan kedalam lambung

    urine/saluran urine pria atau wanita 1 garis tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm.

    Walaupun ukuran ini masih bervariasi antar yang satu dengan yang lain apabila basisnya

    dari oleum cacao, maka beratnya 4 gram untuk wanita panjang dan beratnya dari

    ukuran untuk pria. Panjang kurang lebih 78 mm dan beratnya 2 gram ini pun bila oleum

    cacao sebagai basisnya.

    b. Menurut FI edisi IV hal 16 17

    1. Suppositoria rektal

    Untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot

    2 gram.

    2. Suppositoria vaginal

    Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot 5 gram.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    4/26

    4

    c. Menurut Lachman hal. 564

    1. Suppositoria untuk rectum (rectal)

    Suppositoria rektal untuk dewasa berbobot sekitar 2 gram dan biasanya diruncingkan

    bentuk torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan menyerupai bentuk

    torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan mempunyai ukuran kecil.

    2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)

    Suppositoria vaginal berbobot sekitar 3 sampai 5 gram dan biasanya dicetak globular

    atau bentuk oval atau dikempa sebagai tablet menjadi bentuk kerucut atau adifikasi.

    3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)

    Suppositoria uretra kadang disebut bougies, berbentuk pensil dan dituliskan untuk

    maksud tertentu. Suppositoria uretra untuk pria berbobot sekitar 4 gram tiapnya dan

    panjangnya 100-150 mm, untuk wanita 2 gram tiapnya dan biasanya 60-75 mm.

    C. PERSYARATAN SUPPOSITORIA

    Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:

    1. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut

    (persyaratan kerja obat).

    2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.

    3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, pewarnaan,

    penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadai

    dari bahan obat).

    4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

    D. EFEK TERAPI SUPPOSITORIA

    a. Menurut Ansel hal 1617

    1. Aksi lokal

    Begitu dimasukKan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkanbahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa

    dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga

    dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal

    dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakaan untuk menghilangkan

    konstipasi dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau

  • 5/28/2018 Suppositoria

    5/26

    5

    kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal,

    digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene wanita dan sebagai zat khusus untuk

    memerangi dan menyerang penyebab penyakit.

    2. Aksi sistemik

    Untuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina memungkinkan absorbsi dan

    kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat

    absorbsi secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk

    mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum mempunyai beberapa

    kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :

    1) Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dan

    lambung.

    2) Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.

    3) Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah, dan lain

    sebagainya.

    b. Menurut Lachman hal 11841186

    1. Suppositoria untuk efek sistemik

    Pemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus dibuat misalnya dengan

    memilih basis-basis yang disarankan. Avaibilitas dan harga basis suppositoria harus

    diperhitungkan sebelum pengerjaan formulasi digunakan.2. Suppositoria untuk efek lokal

    Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak diabsorbsi misalnya

    obat-obat untuk wasir, anastetik lokal, antipiretik, basis-basis, yang digunakan untuk

    obat ini sebenarnya tidak diabsorbsi. Lambat meleleh dan lambat melepaskan obat-obat

    sistemik. Efek lokal umumnya terjadi terjadi dalam waktu jam (30 menit) paling

    sedikit empat.

    E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    a. Menurut Ansel hal 579

    1. Faktor Fisiologi

    Rectum manusia panjangnya 1530 cm. Pada waktu kosong, rectum hanya berisi 2

    3 ml cairan mukosa yang inert. Dalam keaadan istirahat, rectum tidak ada gerakan vili

    dan microvili pada mukosa rectum. Akan tetapi terdapat vaskularisasi adsorbsi obat dan

  • 5/28/2018 Suppositoria

    6/26

    6

    rectum adalah kandungan kolon, jalur sirkulasi dan pH serta tidak adanya kemampuan

    mendapat cairan rectum.

    Kandungan KolonApabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung obat absorbsi

    yang lebih besar, lebih banyak terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang

    dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi dimana tidak ada fases.

    Jalur SirkulasiObat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang diabsorbsi setelah

    pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi porta, sewaktu didalam perjalanan

    sirkulasi yang lazim. Dalam hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.

    pHTidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena cairan rectum pada

    dasarnya pada pH 78 dan kemampuan mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang

    digunakan lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum.

    2. Faktor FisikaKimia

    Kelarutan lemakairSuatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis. Suppositoria berlemak dengan

    konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang kurang untuk melepaskan diri dari

    kedalam cairan sekelilingnya. Dibandingkan jika tidak ada bahan hidrofilik padabahan/basis berlemak dalam batas-batas untuk mendekati jenuhnya.

    Ukuran PartikelSemakin kecil ukuran partikel, semakin mudah larut dan lebih besar kemungkinan

    untuk lebih cepat diabsorbsi.

    Sifat basisBasis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya pelepasan kandungan

    obatnya untuk diabsorbsi. Apa bila terjadi interaksiantara basis dengan lelehan lepas,

    maka adsorbsi akan terganggu atau malah dicegah.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    7/26

    7

    b. Menurut Lachman hal 11841186

    1. Faktor fisiologis

    Sirkulasi darahSejumlah obat tidak dapat dibiarkan secara oral oleh karena obat-obat tersebut

    dipengaruhi oleh getah pencernaan atau aktivitas terapeutiknya diubah oleh hati

    setelah diabsorbsi. Setelah obat diabsorbsi dari usus halus akan dibawah oleh vena

    porta hepatika ke hati. Hati mengubah sebagian besar obat yang sama dapat

    diabsorbsi dalam daerah anarektal dengan nilai terapeutiknya masih dipertahankan.

    Vena hemoroid yang lebih atas tidak berhubung dengan porta yang menuju hati.

    Dilaporkan bahwa lebih separuh 50-70% obat yang diberikan secara rektal

    tarabsorbsi secara langsung ke dalam sirkulasi umum.

    pHMempunyai peranan dalam mengendapkan laju absorbsi obat yang berarti schaneler

    melaporkan bahwa kolon tikus mempunyai pH kira-kira 6,3 suatu pH yang sedikit

    lebih asam dari semula. Hal ini mengakibatkan obat-obat yang terlarut menentukan

    pH di daerah anorectal. Schaneler mengatakan bahwa asam dan basa yang lebih akan

    lebih lemah , akan lebih mudah terionisasi.

    Keadaan fisiologi kolonJumlah dan sifat kimia cairan-cairan dan padatan-padatan yang ada mempengaruhiabsorbsi obat. Jika kandungan dubur banyak diabsorbsi obat akan lambat.

    Keadaan membran mukosa rektalDinding membran diselubungi oleh lapisan mukosa yang relatif kontinyu/tebal yang

    bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori dimana

    terjadi absorbsi melalui usus kecil dan usus besar hampir tidak berbeda dengan obat

    yang diabsorbsi obat melalui usus kecil dan besar , rasanya tidak memungkinkan

    suatu obat yang telah melewati usus kecil dan akan diabsorbsi secara bermakna

    melalui kolon.

    2. Faktor fisika-kimia

    Urutan peristiwa menuju absorbsi obat melalui daerah anorectal adalah obat dalam

    pembawa masuk dalam obat dalam cairan hal ini cairan kolon kemudian diabsorbsi oleh

    mukosa rectal. Agar obat dapat diabsorbsi obat tersebut harus dilepas dari suppositoria

  • 5/28/2018 Suppositoria

    8/26

    8

    dan didistribusikan oleh cairan disekitarnya pada tempat-tempat absorbsi dengan

    melarutkan dalam cairan maka terdapat kontak yang luas dan obat dengan dinding

    lumen sehingga shingga meningkatkan kontak obat dengan sebagian besar tempat-

    tempat absorbsi.

    Sifat basisSuppositoria yang dipengaruhi oleh adsorbsi obat.

    Bahan penambahanDidalam formula suppositoria dapat mempengaruhi adsorbsi obat melalui perubahan

    sifat reologi dari basis tersebut pada temperatur kamar. Atau dengan mempengaruhi

    disolusi obat dalam dalam media sedian obat tersebut, dalam basis tipe emulsi,

    terlihat bahwa pelepasan sejumlah obat yang larut dalam air meningkat dengan

    meningkatnya kandungan air dari basis tersebut. Dan bahwa laju obat yang

    dilepaskan dapat diperpanjang dengan penambahan suatu polimer, air, penambahan

    koloid silikon, oksida yang hidrofilik pada Suppositoria dengan basis berlemak.

    Mengubah sifat reologi massa tersebut. Salisilat ternyata dapat memperbaiki adsorbsi

    rectal dari antibiotika yang larut dalam air dalam basis hidrofilik.

    F. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN

    a. Menurut Ansel hal 578Dalam berbagai obat terdapat bahan yang dirusak oleh lambung sehingga tidak dapat

    memberi efek.

    b. Menurut Ansel 579581

    Bahan obat yang masuk tidak mengalami metabolisme dihati.

    c. Menurut Lachman hal 11481149

    1. Sediaan Suppositoria memberikan lebih cepat.

    2. Sediaan ini mengiritasi saluran pencernaan.

    G. PEMBAGIAN BASIS

    Menurut Ansel hal 582589

    1. Basis berminyak atau berlemak

  • 5/28/2018 Suppositoria

    9/26

    9

    Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya

    olium cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan

    basis-basis lainya. Diantara bahan berminyak atau berlemak lainya yang biasa

    digunakan sebagai basis Suppositoria. Macam-macam asam lemak yang dihidrogenesis

    dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas, juga kumpulan basis

    lemak yang mengandung gabungan minyak gliserin dan asam lemak dengan berat

    molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basisi

    Suppositoria berlemak. Campuran yang dimikian seperti gliserol dan monostearat

    merupakan contoh dari kelompok ini.

    2. Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air

    Air merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin dan gliserin

    dan basis policahenilikol, basis gelatin, gliserin paling sering digunakan dalam

    pembuatan Suppositoria vagina dimana memang diharapkan efek setempat yang cukup

    lama usus.

    3. Basis lainya

    Dalam kelompok basis ini termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak yang larut

    dalam air dan bercampur dengan air, bahan-bahan ini mungkin memebentuk zat kimia

    atau campuraan fisika.beberapa diantaranya berebentuk emulsi, umumnya dan tipe air

    dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan besar. Salah satu dari bahanini adalah polioksil 40 starat suatu zat aktif pada permukaan digunakan dalam sejumlah

    basis Suppositoria dalam perdaganggan.

    Menurut Lachman hal 11681172

    1. Minyak coklat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan, minyakcoklat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran baha-bahan obat bila

    basisnya tidak dinyatakan apa-apa, sebagian besar sejak minyak coklat memenuhi

    persyaratan basis ideal karena minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif, serta

    meleleh pada temperatur tubuh. Minyak coklat merupakan trigliserida dengan rantai-

    rantai trigliserida utama yaitu oleoval mitosfearin dan oleo distearin, minyak coklat

    berwarna putih kekuningan, padat, merupakan lemak antara 30 C dan 35 C (8595F).

    Angka idealnya antara 3438 C harus disimpan ditempat dingin, kering dan terlindung

  • 5/28/2018 Suppositoria

    10/26

    10

    dan angka asamnya lebih dari 4 karena minyak coklat mudah mencair dan menjadi

    tengik maka harus terlindung dari cahaya.

    2. Pengganti Minyak CoklatMekanisme pembuatan suppositoria seperti kelemahan yang menjadi sifat coklat, telah

    merangsang penelitian pengganti minyak coklat yang sesuai memuaskan dapat

    mempertahankan sifat minyak coklat yang dikehendaki dan melakukan upaya untuk

    menghapuskan kelemahannya.

    3. Basis Suppositoria KhususKarakteristik tertentu yang biasanya dipertimbangkan dalam memilih suatu basis

    suppositoria adalah :

    a) Interval yang sempit, antara titik leleh dan titk memadat.

    b) Kisaran leleh yang tinggi ( 37 C41 C).

    c) Kisaran meleleh lebih rendah ( 30 C34 C) bila zat tersebut ditambahkan dengan

    basis suppositoria atau sejumlah besar zat padat lokal yang merupakan karakteristik

    yang penting bagi suppositoria dengan shelf-life yang lama.

    4. Basis Suppositoria Hidrofilik

    a) Suppositoria Gliserin

    Formula ini sering kali digunakan dalam suppositoria vaginal. Yang dimaksudkan

    untuk penggunaan efek lokal dari zat anti mikroba suppositoria melarut perlahanuntuk memperpanjang aktifitas obat tersebut karena gliserin bersifat higroskopik,

    maka suppositoria dikemas dalam bahan yang dapat melindunginya dari kelembaban

    disekelilingnya. Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu

    pertumbuhan bakteri atau jamur, karena itu suppositoria disimpan dalam tempat

    dinggin dan sering kali mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan

    mikroba.

    b) Berbagai Polietilenglikol

    Suppositoria Polietilenglikol dapat dibuat dengan pencetakan maupun metode

    kompressi dengan suatu campuran 6% Heksatiesol 1.2.6 dengan polietilenlikol 1540

    dan 12 % polimer. Polietilen oksida 4000 merupakan basis yang sesuai terutama

    untuk teknik kompressi dingin.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    11/26

    11

    H. TUJUAN PENGGUNAAN SUPPOSITORIA

    1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi

    lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap

    oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat

    per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.

    2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat

    diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.

    3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan

    perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).

    I. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUPPOSITORIA

    Keuntungan Supositoria:

    1. Menurut R.Voight hal 282

    a. Tidak merusak lambung

    b. Tanpa rasa yang tidak enak (kemualan)

    c. Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit menelan dan

    sebagainya.

    d. Pemakaian suppositoria pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.

    2. Menurut Ansel hal 579a. Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim dalam lambung

    atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam lingkungan merusak ini.

    b. Obat yang merangsang lambung dapat dibiarkan tanpa menimbulkan perangsangan.

    c. Obat yang dirusak dalam partal dapat melewati hati setelah diabsorbsi pada rectum.

    d. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat

    atau tidak mau menelan obat.

    3. Menurut FI edisi IV hal 16

    Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung-pelindung ditempat sebagai pembawa

    zat terapeutik yang bersifat lokal dan sistemik.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    12/26

    12

    4. Menurut Lachman hal 1148Suppositoria rektal juga digunakan untuk efek sistemik dalam kondisi dimana

    pemberian obat secara oral tidak akan ditahan atau diabsorbsikan dengan cepat seperti

    dalam keadaan mual dan muntah yang hebat.

    Kerugian Supositoria:

    1. Menurut Lachman hal 1151-1153

    - Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan yang dapat

    bertanduk sebagai pengahalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori.

    - Suatu obat yang sangat sukar larut larut dalam minyak.

    2. Menurut R. Voight

    Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering , dingin) tidak dilindungi dari

    cayaha, bebas udara disimpan dalam bentuk terpasang tidak sebagai barang santai untuk

    memperpanjang stabilitasnya.

    3. Menurut Ansel hal 579

    Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil

    daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor-faktor kedalam tubuh pasien.

    Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat melewati penghalang fisiologis, untuk

    diabsorbsi dan sifat basis suppo yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik efek lokal

    umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam.

    J. SYARAT BASIS YANG IDEAL

    a. Menurut R. Voight hal 283-284

    1. Secara fisiologis netral tanpa menimbulkan rangsangan pada usus ini dapat

    ditimbulkan dalam massa fisiologi atau ketagihan kekerasan terlalu besar , tetap juga

    peracikan dari bahan obat yang tidak cukup terhaluskan.

    2. Secara kimia netral (tanpa tidak tersatunya bahan obat)

    3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)

    4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (dengan ini pembentukan yang

    cepat dan massa dalam pembentukan kontrasibilitas yang baik , pencegah suatu

    pendingin es dalam pembentuk.

    5. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dengan titik lebur jernih.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    13/26

    13

    6. Viskositas yang memadat (pengurangan lebih lanjut dari sedimentasi bahan obat

    tersuspensi, tinggi ketetapan tekanan)

    7. Sebaiknya suppositoria dalam beberapa menit melebur pada suhu tubuh atau melarut

    (persyaratan untuk kerja obat)

    8. Pembebasan obat yang baik dan reabsorbsinya.

    9. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan pewarnaan,

    pengerasan, ketetapan bentuk dan daya patah yang baik).

    b. Menurut Lachman , hal 1168

    1. Telah mencapai kesetimbangan kristalivitas dimana komponen mencair dalam

    temperatur rectum (360C)

    2. Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan meradang

    3. Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.

    4. Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil (tidak berubah bentuk

    dalam keadaan semula pada saat pelelehan)

    5. Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan

    6. Basis suppositoria mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi

    7. Basis suppositoria tidak merangsang

    8. Angka air tinggi maksudnya persentase air yang tinggi dapat dimaksudkan

    kedalamnya.9. Stabil pada penyimpanan maksudnya warna, bau dan pola pelepasan obat

    10. Tidak mempunyai efek obat

    11. Dapat dibuat suppositoria dengan tangan mesin kompressi atau akstruksi

    c. Menurut Ansel , hal 581

    Basis selalu padat dalam suhu ruangan tetapi akan melunak , melebur atau melarut

    mudah pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya didapat

    setelah dimaksukkan.

    d. Menurut FI edisi III 32

    Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.

    Macammacam basis suppositoria1. Basis berlemak, contohnya: oleum cacao.

    2. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak: campuran tween dengan gliserin laurat.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    14/26

    14

    3. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya: gliserin-gelatin, PEG

    (polietien glikol).

    Bahan dasar suppositoria1.Bahan dasar berlemak: oleum cacao

    Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan, memiliki bau yang khas

    dan bersifat polimorf (mempunyai banyak bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu

    sektiras 30C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34-35C, sedangkan

    dibawah 30C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat

    akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal

    menstabil.

    Keuntungan oleum cacao:

    a. Dapat melebur pada suhu tubuh.

    b. Dapat memadat pada suhu kamar.

    Kerugian oleum cacao:

    a. Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).

    b. Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan

    dengan bahan tertentu.

    c. Meleleh pada udara yang panas.

    2.PEG (Polietilenglikol)PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 300-6000.

    Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400). PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500

    (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG

    di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti

    malam. Formula PEG yang dipakai sebagai berikut:

    1. Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%).

    2. Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20%.

    Titik lebur PEG antara 35-63C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam

    cairan sekresi tubuh.

    Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain:

    1. Tidak mengiritasi atau merangsang.

    2. Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    15/26

    15

    3. Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.

    Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain:

    1. Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang

    menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam

    air dahulu sebelum digunakan.

    2. Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

    Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar,lalu

    dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar

    lemak coklat.

    K. METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIA

    Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang digunakan

    dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika perlu

    dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah

    campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan

    supositoria kemudian didinginkan. Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu

    homogenitas zat aktif dengan bahan dasar.

    Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya, namun

    ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untukmengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada

    cetakan, supositoria harus dibuat berlebih (10%), dan sebelum digunakan cetakan

    harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus

    sapotanus (Soft Soap Liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun,

    spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam

    logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum

    recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan

    pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga

    mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    16/26

    16

    a. Menurut Lachman hal 1179

    1. Metode dengan Tangan

    Metode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan yang paling tua adalah

    dengan tangan. Yakni dengan menggulung basis suppositoria yang telah dicampur

    homogen dan mengandung zat aktif menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis

    diiris, kemudian diaduk dengan bahan aktif dengan menggunakan atau dilarutkan

    dengan air, atau kadang-kadang dicampur atau dengan sedikit lemak bulu domba untuk

    mempermudah penyatuan basis suppositoria. Kemudian massa digulung menjadi satu

    barang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki atau menjadi bola-

    bola vaginal sesuai dengan berat yang diinginkan. Batang silinder dipotong menjadi

    beberapa bagian kemudian salah satu ujungnya diruncingkan.

    2. Mencetak kompressi

    Suppositoria yang lebih seragam dengan cara farmasetik dapat dibuat dengan

    mengkompressi larutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki, suatu

    roda tangan berputar menekan suatu bistor pada massa suppositoria yang diisikan dalam

    silinder sehingga massa terdorong masuk ke dalam cetakan.

    3. Metode Tuang

    Metode yang paling umum digunakan pada suppositoria skala kecil dan skala besar

    adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya di atas penangas airatau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian

    bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.

    4. Metode Pencetak Otomatis

    Pelaksanaan pencetakan (penanganan, pendinginan) dan pemindahan dapat dilakukan

    dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetak semua dijalankan

    secara otomatis. Pertama-tama massa yang telah disiapkan diisikan ke dalam suatu

    corong pengisi dimana massa tersebut secara kontinyu dicampur dan dijaga pada

    temperatur konstan.

    b. Menurut Ansel hal 585

    1. Pembuatan dengan cara cetak

    Langkah-langkah dengan cara percetakan termasuk :

    - Melebur basis

  • 5/28/2018 Suppositoria

    17/26

    17

    - Mencampur bahan obat yang diinginkan

    - Menuang hasil leburan ke dalam cetakan

    - Membiarkan leburan menjadi dingin dan membuat menjadi suppositoria

    - Melepaskan suppositoria

    2. Pembuatan dengan Cara Kompressi

    - Suppositoria dapat dibuat juga dengan massa yang terdiri dari campuran basis

    dengan bahan obatnya dalam cetakan khususnya memakai alat mesin pembuat

    suppositoria dan bahan lainnya. Dalam formula dicampur/diaduk dengan baik.

    Pergeseran pada proses menjadikan suppositoria lembek seperti kental pasta. Proses

    kompressi khususnya cocok untuk pembuatan suppositoria yang mengandung bahan

    obat yang mengandung sebagian besar bahan yang tidak larut dalam basis.

    - Dalam pembuatan suppo dengan media kompressi adonan suppositoria

    dimasukkan ke dalam sebuah selinder yang kemudian ditutup dengan cara menekan

    salah satu ujung secara mekanis atau dengan memutarkan rodanya maka adonan tadi

    terdorong keluar pada ujung lainnya dan masuk ke dalam celah-celah cetakan ketika

    cetakan terisi penuh. Sebuah lempeng yang bergerak di ujung bagian belakang

    cetakan dilepaskan dan pada saat tambahan tekanan diberikan kepada adonan yang

    ada dalam selinder. Suppositoria yang telah dibentuk tadi akan lepas dari cetakan.

    - Pembuatan secara menggulung dan membentuk tangan. Dengan tangan terdapatcetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran dan bentuk. Pengolahan

    suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasi sekarang rasanya hampir tidak perlu

    dilakukan lagi. Namun demikian melihat dan membentuk suppositoria dengan tangan

    merupakan bagian dari sejumlah seni para ahli farmasi.

    d. Menurut R. Voight hal 291-293

    Menurut teknik pembuatannya maka dibedakan antara cara tuang dan cara cetak.

    - Cara Tuang

    Terjadi paling sering untuk penggunaan setelah massa dilebur dan disatukan dengan

    bahan obat maka, mereka dituang dalam pembentuk untuk menjamin suatu pembekuan

    yang cepat dan untuk mengurang satu sedimentasi dan bahan obat lebih lanjut. Mak

    pada peleburan massa diperhatikan bahwa suhu tidak boleh naik terlalu tinggi dan yidak

    dijumpai leburan jernih, seharusnya banyak dari massa pada penuangan sedapat

  • 5/28/2018 Suppositoria

    18/26

    18

    mungkin menunjukkan visikositas tinggi dan memiliki suatu suhu, yang terletak hanya

    sedikit diatas titik bekunya. Itu dicapai melalui pemanasan yang sangat berhati-hati

    (misalnya dengan penyinar infra merah) penting atau bahwa dengan ini massa diaduk

    intensif secara tetap. Pada penuangan sebaliknya terdapat satu campuran sejenis krim

    artinya didalam massa sebaliknya terdapat bahan yang melebur pendampingan. Metode

    ini dinyatakan sebagai cara dileburkan dan lebur jernih, yang hanya dapat diperlukan

    pada penggabungan besar-besaran adalah lebih disuka, penanganan dari penggabungan

    suppositoria kecil-kecilan diambil tuang tunggal artinya setiap lubang pembentuk

    suppositoria diisikan berturut-turut. Pada pembuatan semi industri berlangsung suatu

    pengisian serempak seluruh lubang dari pembentuk dengan menggunakan perlengkapan

    berbentuk corong uang cocok sehingga dikatakan suatu ruang massa.

    - Cara CetakPada cara cetak dikerjakan dengan dasar suppositoria terparut, dengan dicampurkan

    bahan obat yang diserbuk halus, materi awal yang disiapkan sedemikian diisikan dalam

    sebuah pencetak suppositori (misalnya pencetak suppositoria universal) dengan

    menggunakan sebuah torak, yang digunakan melalui sebuah pembuka kecil menjadi

    bentuknya. Diindustri, peralatan cetak yang digunakan bekerja dengan 10 Mpa (100 cc).

    Massa suppositoria yang telah dikenal yang umum diperdagangkan semuanya lebih atau

    kurang cocok untuk pembuatan dari pembuatan suppositoria cetak. Jika dijumpaikesulitan, maka untuk pengurangan kerapatan dimasukkan pembuat lunak (parafin cair,

    lemak bulu domba).

    Metode pembuatan supositoria secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:

    a. Dengan tangan

    Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan

    mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris,

    kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,

    sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa

    digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang

    dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder

    dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    19/26

    19

    b. Dengan mencetak kompresi

    Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang

    dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria

    yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.

    c. Dengan mencetak tuang

    Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap

    untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif

    diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan

    logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.

    K. PENGEMASAN SUPPOSITORIA

    a. Suppositoria gliserin dan supositoria gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah

    gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi suppositoria.

    b. Suppositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah

    atau dipisahkan satu sama lain pada celah-celah dalam kotak untuk mencegah perekatan.

    c. Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit lebih pekat biasnya dibungkus satu

    per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal (alumunium foil).

    L. PENYIMPANAN SUPPOSITORIA

    Karena suppositoria umumnya dipengaruhi panas, maka perlu di simpan dalam tempat

    dingin.

    Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1C) danakan lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.

    Suppositoria yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F(1,6C).

    Suppositoria dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruangbiasa tanpa pendinginan.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    20/26

    20

    M. EVALUASI SUPPOSITORIA

    Menurut Lachman hal 1191-1194

    1. Uji Kisaran Leleh

    Uji ini disebut juga uji kesaran meleleh makro dan uji merupakan salah satu ukuran

    waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam

    penangas air dengan temperatur tetap (370C). Sebaiknya uji kisaran meleleh mikro

    adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak.

    2. Uji Pencahar atau uji waktu melunak dari suppositoria rektal suatu modifikasi yang

    dikembangkan oleh Krowezyasku adalah uji suppositoria akhir lain yang berguna. Uji

    tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam penangas air yang

    bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu menahan suppositoria tersebut pada

    tempatnya dalam pipa.

    3. Uji Kehancuran

    Berbagai larutan sudah diuraikan untuk memecahkan masalah kerapuhan suppositoria.

    Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan

    suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berbanding

    rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada suhu 370C dipompa

    melalui dinding rangkap ruang tersebut. Dan suppositoria diisikan ke dalam dinding

    dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang diletakkan.4. Uji Disolusi

    Pengujian laju pelepasan zat obat dari suppositoria secara invitro selalu mengalami

    kesulitan karena adanya pelelehan. Perubahan bentuk dan depresi dari medium disolusi.

    Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung

    suatu medium.

    5. Uji titik lebur

    Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan

    supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air

    dengan suhu 37C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu

    leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit,

    sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    21/26

    21

    6. Kerapuhan

    Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya

    sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong

    horizontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar,

    dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban

    seberat 20N (lebih kurang 2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang

    dimasukkan ke dalam tabung.

    7. Volume Distribusi

    Volume distribusi (Vd) merupakan parameter untuk untuk menunjukkan volume

    penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Volume distribusi ini

    hanyalah perhitungan volume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat

    dalam tubuh. Tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen yang terdurI dari plasma atau

    serum, dan Vd adalah jumlah obat dalam tubuh dibagi dengan kadarnya dalam plasma

    atau serum. Besarnya Vd ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, kemampuan

    molekul obat memasuki berbagai kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan

    protein plasma dan dengan berbagai jaringan. Obat yang tertimbun dalam jaringan

    mempunyai kadar dalam plasma yang rendah sekali sedangkan Vdnya besar (misalnya,

    digoksin). Untuk obat yang terikat dengan kuat pada protein plasma mempunyai kadar

    plasma yang cukup tinggi dan mempunyai Vd yang kecil (misalnya, warfarin,tolbutamid dan salisilat).

    N. SPESIFIKASI UNTUK BASIS SUPPOSITORIA

    a. Menurut Lachman hal 1156-1167

    1. Asal dan Kompressi Kimia

    Uraian singkat dari konversi mengungkapkan sumber asal (yakni apakah benar-benar

    alami atau sintetis, atau produk yang dimodifikasi). Dan susunan kimia ketidak

    tercampuran basis dengan konstituen-konstituen lain secara fisika atau kimia dapat

    diramalkan jika komposisi formula yang tepat diketahui, termasuk pengawet,

    antioksidant dan pengemulsi.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    22/26

    22

    2. Kisaran Titik Leleh

    Karena basis suppositoria merupakan campuran kompleks trigliserida, maka basis

    suppositoria tersebut tidak mempunyai titik leleh tajam. Karakteristik titik leleh

    dinyatakan sebagai suatu kisaran yang menunjukkan temperatur dimana lemak mulai

    meleleh dan temperatur dimana lemak meleleh seluruhnya.

    3. Solid-Fat Index (SFI)

    Dari grafik persentase zat padat terhadap temperatur, seseorang dapat menentukan

    kisaran pemadatan dan kisaran leleh basah, basah lemak juga bersifat leleh, rasa pada

    permukaan dan kekerasan basis. Basis dengan suhu tetes yang jelas dalam zat padat dan

    rentang temperatur pendek terbukti rapuh jika meleleh terlalu cepat.

    4. Angka Hidroksil

    Angka hidroksil merupakan suatu ukuran posisi yang tidak diesterifikasi pada molekul-

    molekul gliserida dan mencerminkan kandungan monogliserida dan diglerisida suatu

    basis lemak, angka ini menunjukkan miligram KOH yang akan menetraksir asam asetat

    yang digunakan untuk mengesetilasi 1 gram lemak.

    5. Titik Memadat

    Harga ini meramalkan waktu yang dibutuhkan oleh basis untuk menjadi padat dan besar

    adalah cetakan. Pertama-tama sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk

    menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian bahan-bahan aktifdiemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.

    6. Mesin Pencetak Otomatis

    Pelaksanaan pencetakan (penuangan, pendinginan dan pemindahan) dapat dilakukan

    dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetakan, semua

    dijalankan secara otomatis produksi suatu mesin putar khusus berkisar antara 3500

    sampai 6000 suppositoria per jam.

    b. Menurut Ansel hal 585

    1. Dengan cara mencetak

    Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode percetakan termasuk :

    - Melebur basis

    - Mencampurkan bahan obat yang digunakan

    - Menuang hasil leburan ke dalam cetakan

  • 5/28/2018 Suppositoria

    23/26

    23

    - Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi suppositoria

    - Melepaskan suppositoria dengan oleum cacao, gelatin, gliserin, polieleglikol dan

    basis suppositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak.

    2. Dengan Cara Kompressi

    Suppossitoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri dari, campuran

    basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus memahami obat/mesin pembuat

    suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara kompressi dalam cetakan. Basis

    suppositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampurkan atau diaduk dengan baik,

    penggeseran pada proses tersebut menjadikan suppositoria lembek seperti kentalnya

    pasta.

    3. Secara Menggulung dan Membentuk dengan Tangan

    Dengan terdapatnya cetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran bentuk.

    Pengolahan suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasis, sekarang rasanya hampir

    tidak pernah dilakukan. Namun demikian melintang dan memuat suppositoria dengan

    tangan merupakan bagian dari rendah sejarah seni ahli farmasi.

    c. Menurut R. Voight hal 289-291

    1. Cara Penuangan

    Cara ini paling sering digunakan setelah massa melebur dan disatukan dengan bahan

    obat dituang ke dalam cetakannya. Untuk menjamin perlakuan yang cepat sehinggalebih mengurangi proses sedimentasi bahan obat. Pada saat peleburan massa harus

    diperlihatkan bahwa suhu tidak naik terlalu tinggi dan tidak membentuk leburan yang

    jernih bila basis tersebut didinginkan dalam cetakan. Jika interval antara kisaran leleh

    dan titik memadainya adalah 100C atau lebih. Maka waktu yang dibutuhkan untuk

    memadatkan dapat diperpendek dengan menambahkan pendingin sehingga prosedur

    pembuatan lebih efisien.

    2. Angka Penyabunan

    Jumlah miligram kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam

    bebas dan saponifikasi ester-ester yang dikandung dalam 1 gram lemak adalah suatu

    indikasi dari tipe (Mono, di dan tri) gliserida dan juga jumlah gliserida yang ada.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    24/26

    24

    3. Angka Iod

    Angka ini mengatakan banyaknya garam iod bereaksi dengan 100 gram lemak atau

    bahan lain yang tidak jenuh. Peruraian mungkin disebabkan oleh lembab. Asam-asam

    dan disigen meningkat dengan harga iod yang tinggi.

    4. Angka Alir

    Jumlah garam yang dapat dimasukkan dalam 100 gram lemak dinyatakan dengan harga

    ini. Angka air meningkat dengan adanya penambahan zat aktif. Permukaan

    monogliseridsa dan pengemulsi-pengemulsi lain.

    5. Angka Asam

    Banyaknya miligram kalium hidroksida yang diperlukan utnuk menetralkan asam bebas

    dalam 1 gram zat dinyatakan dengan harga ini. Angka asam yang rendah atau tidak

    adanya asam. Penting untuk basis suppositoria yang baik.

    O. CARA PEMBERIAN SUPPOSITORIA

    Pemberian obat dengan sediaan suppositoria dengan memasukkan obat melalui

    anus atau rektum dalam bentuk suppositoria

    Petunjuk pemakaian: cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus suppositoria, kemudian

    tidur dengan posisi miring. Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara bagian ujungsupositoria didorong dengan ujung jari, kira-kira -1 inci pada bayi dan 1 inci pada

    dewasa, bila perlu ujung supositoria di beri air untuk mempermudah penggunaan. Untuk

    nyeri dan demam satu supositoria diberikan setiap 46 jam jika diperlukan. Gunakan

    supositoria ini 15 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air besar selama 30

    menit setelah pemakaian supositoria.

    Hanya untuk pemakaian rektal. Hentikan penggunaan dan hubungi dokter jika sakit

    berlanjut hingga 3 hari. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Jika tertelan atau terjadi over

    dosis segera hubungi dokter (Monson, 200).

  • 5/28/2018 Suppositoria

    25/26

    25

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Suppositoria merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan

    melalui rektal, vagina atau uretra dan umumnya meleleh , melunak atau melarut pada

    suhu tubuh. Untuk vagina disebut pessarium, untuk disaluran urine disebut bougie. Bahan

    dasar yang digunakan untuk sediaan suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh

    pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum

    Cacao), Polietlenglikol, atau gelatin. Pembuatan suppositoria secara umum dapat

    dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan tangan, dengan mencetak kompresi, dan dengan

    mencetak tuang. Evaluasi pada sediaan suppositoria meliputi uji kisaran leleh, uji

    kehancuran, uji pencahar, uji titik lebur, uji disolusi, kerapuhan, dan volume distribusi.

    Karena suppositoria umumnya dipengaruhi panas, maka suppositoria perlu di simpan

    dalam tempat dingin.

    B. Saran

    Untuk para pembaca khususnya mahasiswa Institut Sains Dan Teknologi Nasional,alangkah lebih baik jika dalam pemberian obat kepada pasien itu sesuai dengan prosedur

    dan tata cara yang benar.

  • 5/28/2018 Suppositoria

    26/26

    26

    LAMPIRAN

    GAMBAR SUPPOSITORIA