suppositoria
DESCRIPTION
SuppositoriaTRANSCRIPT
-
5/28/2018 Suppositoria
1/26
1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit
yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam
bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli
farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu, mudah dibawa, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk
memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit tubuh.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untukmeminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.
TUJUAN
Mengetahui tentang pengertian suppositoria, syarat suppositoria, kekurangan dan
kelebihan suppositoria.
Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan tepat
dan mengetahui metode evaluasi sediaan suppositoria.
MANFAAT
Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria.
Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.
Untuk menambah wawasan dan ketrampilan.
-
5/28/2018 Suppositoria
2/26
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUPPOSITORIA
a. Menurut FI edisi III hal 32
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
b. Menurut FI edisi IV hal 16
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh.
c. Menurut R.Voight hal 281
Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk
mantap yang ditetapkan untuk dimasukan kedalam rektum, sediaan ini melebur pada
suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.
d. Menurut Ilmu Meracik Obat hal 158
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk terpedo,
dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh.
e. Menurut Ansel hal 576
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengaan cara
memasukkan kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur,
melunak atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
f. Menurut Lachman hal 1147
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya dimaksudkan untuk
dimasukan kedalam rektum, vagina, dan jarang digunakan untuk uretra. Suppositoriarektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh, atau melunak
pada temperatur tubuh, sedangkan suppositoria vaginal kadang-kadang disebut
pessaries, juga dibuat dengan tablet kompressi yang hancur dalam cairan tubuh.
-
5/28/2018 Suppositoria
3/26
3
Jadi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo
yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh,
sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan
cepat.
B. BENTUK-BENTUK SUPPOSITORIA DAN UKURANNYA
a. Menurut Ansel hal 576-577
1. Suppositoria untuk rectum (rectal)
Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo atau jari-jari kecil.
Ukuran panjangnya 32 mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan beratnya 2 gram untuk
orang dewasa bila oleum cacao yang digunakan sebagai vasis. Sedangkan untuk bayi
dan anak-anak ukuran dan beratnya dari ukuran dan berat orang dewasa, bentuknya
kira-kira seperti pensil.
2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut sesuai dengan kompendik resmi,
beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, sebab lagi tergantung pada macam basis
dan masing-masing pabrik yang membuatnya.
3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Bentuk ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukan kedalam lambung
urine/saluran urine pria atau wanita 1 garis tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm.
Walaupun ukuran ini masih bervariasi antar yang satu dengan yang lain apabila basisnya
dari oleum cacao, maka beratnya 4 gram untuk wanita panjang dan beratnya dari
ukuran untuk pria. Panjang kurang lebih 78 mm dan beratnya 2 gram ini pun bila oleum
cacao sebagai basisnya.
b. Menurut FI edisi IV hal 16 17
1. Suppositoria rektal
Untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot
2 gram.
2. Suppositoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot 5 gram.
-
5/28/2018 Suppositoria
4/26
4
c. Menurut Lachman hal. 564
1. Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria rektal untuk dewasa berbobot sekitar 2 gram dan biasanya diruncingkan
bentuk torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan menyerupai bentuk
torpedo. Suppositoria anak-anak berbobot sekitar 1 gram dan mempunyai ukuran kecil.
2. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria vaginal berbobot sekitar 3 sampai 5 gram dan biasanya dicetak globular
atau bentuk oval atau dikempa sebagai tablet menjadi bentuk kerucut atau adifikasi.
3. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria uretra kadang disebut bougies, berbentuk pensil dan dituliskan untuk
maksud tertentu. Suppositoria uretra untuk pria berbobot sekitar 4 gram tiapnya dan
panjangnya 100-150 mm, untuk wanita 2 gram tiapnya dan biasanya 60-75 mm.
C. PERSYARATAN SUPPOSITORIA
Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
(persyaratan kerja obat).
2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, pewarnaan,
penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadai
dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.
D. EFEK TERAPI SUPPOSITORIA
a. Menurut Ansel hal 1617
1. Aksi lokal
Begitu dimasukKan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkanbahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa
dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga
dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal
dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakaan untuk menghilangkan
konstipasi dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau
-
5/28/2018 Suppositoria
5/26
5
kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal,
digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene wanita dan sebagai zat khusus untuk
memerangi dan menyerang penyebab penyakit.
2. Aksi sistemik
Untuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina memungkinkan absorbsi dan
kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat
absorbsi secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk
mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum mempunyai beberapa
kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :
1) Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dan
lambung.
2) Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.
3) Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah, dan lain
sebagainya.
b. Menurut Lachman hal 11841186
1. Suppositoria untuk efek sistemik
Pemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus dibuat misalnya dengan
memilih basis-basis yang disarankan. Avaibilitas dan harga basis suppositoria harus
diperhitungkan sebelum pengerjaan formulasi digunakan.2. Suppositoria untuk efek lokal
Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak diabsorbsi misalnya
obat-obat untuk wasir, anastetik lokal, antipiretik, basis-basis, yang digunakan untuk
obat ini sebenarnya tidak diabsorbsi. Lambat meleleh dan lambat melepaskan obat-obat
sistemik. Efek lokal umumnya terjadi terjadi dalam waktu jam (30 menit) paling
sedikit empat.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Menurut Ansel hal 579
1. Faktor Fisiologi
Rectum manusia panjangnya 1530 cm. Pada waktu kosong, rectum hanya berisi 2
3 ml cairan mukosa yang inert. Dalam keaadan istirahat, rectum tidak ada gerakan vili
dan microvili pada mukosa rectum. Akan tetapi terdapat vaskularisasi adsorbsi obat dan
-
5/28/2018 Suppositoria
6/26
6
rectum adalah kandungan kolon, jalur sirkulasi dan pH serta tidak adanya kemampuan
mendapat cairan rectum.
Kandungan KolonApabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung obat absorbsi
yang lebih besar, lebih banyak terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang
dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi dimana tidak ada fases.
Jalur SirkulasiObat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang diabsorbsi setelah
pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi porta, sewaktu didalam perjalanan
sirkulasi yang lazim. Dalam hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.
pHTidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena cairan rectum pada
dasarnya pada pH 78 dan kemampuan mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang
digunakan lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum.
2. Faktor FisikaKimia
Kelarutan lemakairSuatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis. Suppositoria berlemak dengan
konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang kurang untuk melepaskan diri dari
kedalam cairan sekelilingnya. Dibandingkan jika tidak ada bahan hidrofilik padabahan/basis berlemak dalam batas-batas untuk mendekati jenuhnya.
Ukuran PartikelSemakin kecil ukuran partikel, semakin mudah larut dan lebih besar kemungkinan
untuk lebih cepat diabsorbsi.
Sifat basisBasis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya pelepasan kandungan
obatnya untuk diabsorbsi. Apa bila terjadi interaksiantara basis dengan lelehan lepas,
maka adsorbsi akan terganggu atau malah dicegah.
-
5/28/2018 Suppositoria
7/26
7
b. Menurut Lachman hal 11841186
1. Faktor fisiologis
Sirkulasi darahSejumlah obat tidak dapat dibiarkan secara oral oleh karena obat-obat tersebut
dipengaruhi oleh getah pencernaan atau aktivitas terapeutiknya diubah oleh hati
setelah diabsorbsi. Setelah obat diabsorbsi dari usus halus akan dibawah oleh vena
porta hepatika ke hati. Hati mengubah sebagian besar obat yang sama dapat
diabsorbsi dalam daerah anarektal dengan nilai terapeutiknya masih dipertahankan.
Vena hemoroid yang lebih atas tidak berhubung dengan porta yang menuju hati.
Dilaporkan bahwa lebih separuh 50-70% obat yang diberikan secara rektal
tarabsorbsi secara langsung ke dalam sirkulasi umum.
pHMempunyai peranan dalam mengendapkan laju absorbsi obat yang berarti schaneler
melaporkan bahwa kolon tikus mempunyai pH kira-kira 6,3 suatu pH yang sedikit
lebih asam dari semula. Hal ini mengakibatkan obat-obat yang terlarut menentukan
pH di daerah anorectal. Schaneler mengatakan bahwa asam dan basa yang lebih akan
lebih lemah , akan lebih mudah terionisasi.
Keadaan fisiologi kolonJumlah dan sifat kimia cairan-cairan dan padatan-padatan yang ada mempengaruhiabsorbsi obat. Jika kandungan dubur banyak diabsorbsi obat akan lambat.
Keadaan membran mukosa rektalDinding membran diselubungi oleh lapisan mukosa yang relatif kontinyu/tebal yang
bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori dimana
terjadi absorbsi melalui usus kecil dan usus besar hampir tidak berbeda dengan obat
yang diabsorbsi obat melalui usus kecil dan besar , rasanya tidak memungkinkan
suatu obat yang telah melewati usus kecil dan akan diabsorbsi secara bermakna
melalui kolon.
2. Faktor fisika-kimia
Urutan peristiwa menuju absorbsi obat melalui daerah anorectal adalah obat dalam
pembawa masuk dalam obat dalam cairan hal ini cairan kolon kemudian diabsorbsi oleh
mukosa rectal. Agar obat dapat diabsorbsi obat tersebut harus dilepas dari suppositoria
-
5/28/2018 Suppositoria
8/26
8
dan didistribusikan oleh cairan disekitarnya pada tempat-tempat absorbsi dengan
melarutkan dalam cairan maka terdapat kontak yang luas dan obat dengan dinding
lumen sehingga shingga meningkatkan kontak obat dengan sebagian besar tempat-
tempat absorbsi.
Sifat basisSuppositoria yang dipengaruhi oleh adsorbsi obat.
Bahan penambahanDidalam formula suppositoria dapat mempengaruhi adsorbsi obat melalui perubahan
sifat reologi dari basis tersebut pada temperatur kamar. Atau dengan mempengaruhi
disolusi obat dalam dalam media sedian obat tersebut, dalam basis tipe emulsi,
terlihat bahwa pelepasan sejumlah obat yang larut dalam air meningkat dengan
meningkatnya kandungan air dari basis tersebut. Dan bahwa laju obat yang
dilepaskan dapat diperpanjang dengan penambahan suatu polimer, air, penambahan
koloid silikon, oksida yang hidrofilik pada Suppositoria dengan basis berlemak.
Mengubah sifat reologi massa tersebut. Salisilat ternyata dapat memperbaiki adsorbsi
rectal dari antibiotika yang larut dalam air dalam basis hidrofilik.
F. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN
a. Menurut Ansel hal 578Dalam berbagai obat terdapat bahan yang dirusak oleh lambung sehingga tidak dapat
memberi efek.
b. Menurut Ansel 579581
Bahan obat yang masuk tidak mengalami metabolisme dihati.
c. Menurut Lachman hal 11481149
1. Sediaan Suppositoria memberikan lebih cepat.
2. Sediaan ini mengiritasi saluran pencernaan.
G. PEMBAGIAN BASIS
Menurut Ansel hal 582589
1. Basis berminyak atau berlemak
-
5/28/2018 Suppositoria
9/26
9
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya
olium cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan
basis-basis lainya. Diantara bahan berminyak atau berlemak lainya yang biasa
digunakan sebagai basis Suppositoria. Macam-macam asam lemak yang dihidrogenesis
dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas, juga kumpulan basis
lemak yang mengandung gabungan minyak gliserin dan asam lemak dengan berat
molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basisi
Suppositoria berlemak. Campuran yang dimikian seperti gliserol dan monostearat
merupakan contoh dari kelompok ini.
2. Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air
Air merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin dan gliserin
dan basis policahenilikol, basis gelatin, gliserin paling sering digunakan dalam
pembuatan Suppositoria vagina dimana memang diharapkan efek setempat yang cukup
lama usus.
3. Basis lainya
Dalam kelompok basis ini termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak yang larut
dalam air dan bercampur dengan air, bahan-bahan ini mungkin memebentuk zat kimia
atau campuraan fisika.beberapa diantaranya berebentuk emulsi, umumnya dan tipe air
dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan besar. Salah satu dari bahanini adalah polioksil 40 starat suatu zat aktif pada permukaan digunakan dalam sejumlah
basis Suppositoria dalam perdaganggan.
Menurut Lachman hal 11681172
1. Minyak coklat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan, minyakcoklat seringkali digunakan dalam resep-resep pencampuran baha-bahan obat bila
basisnya tidak dinyatakan apa-apa, sebagian besar sejak minyak coklat memenuhi
persyaratan basis ideal karena minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif, serta
meleleh pada temperatur tubuh. Minyak coklat merupakan trigliserida dengan rantai-
rantai trigliserida utama yaitu oleoval mitosfearin dan oleo distearin, minyak coklat
berwarna putih kekuningan, padat, merupakan lemak antara 30 C dan 35 C (8595F).
Angka idealnya antara 3438 C harus disimpan ditempat dingin, kering dan terlindung
-
5/28/2018 Suppositoria
10/26
10
dan angka asamnya lebih dari 4 karena minyak coklat mudah mencair dan menjadi
tengik maka harus terlindung dari cahaya.
2. Pengganti Minyak CoklatMekanisme pembuatan suppositoria seperti kelemahan yang menjadi sifat coklat, telah
merangsang penelitian pengganti minyak coklat yang sesuai memuaskan dapat
mempertahankan sifat minyak coklat yang dikehendaki dan melakukan upaya untuk
menghapuskan kelemahannya.
3. Basis Suppositoria KhususKarakteristik tertentu yang biasanya dipertimbangkan dalam memilih suatu basis
suppositoria adalah :
a) Interval yang sempit, antara titik leleh dan titk memadat.
b) Kisaran leleh yang tinggi ( 37 C41 C).
c) Kisaran meleleh lebih rendah ( 30 C34 C) bila zat tersebut ditambahkan dengan
basis suppositoria atau sejumlah besar zat padat lokal yang merupakan karakteristik
yang penting bagi suppositoria dengan shelf-life yang lama.
4. Basis Suppositoria Hidrofilik
a) Suppositoria Gliserin
Formula ini sering kali digunakan dalam suppositoria vaginal. Yang dimaksudkan
untuk penggunaan efek lokal dari zat anti mikroba suppositoria melarut perlahanuntuk memperpanjang aktifitas obat tersebut karena gliserin bersifat higroskopik,
maka suppositoria dikemas dalam bahan yang dapat melindunginya dari kelembaban
disekelilingnya. Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin membantu
pertumbuhan bakteri atau jamur, karena itu suppositoria disimpan dalam tempat
dinggin dan sering kali mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan
mikroba.
b) Berbagai Polietilenglikol
Suppositoria Polietilenglikol dapat dibuat dengan pencetakan maupun metode
kompressi dengan suatu campuran 6% Heksatiesol 1.2.6 dengan polietilenlikol 1540
dan 12 % polimer. Polietilen oksida 4000 merupakan basis yang sesuai terutama
untuk teknik kompressi dingin.
-
5/28/2018 Suppositoria
11/26
11
H. TUJUAN PENGGUNAAN SUPPOSITORIA
1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap
oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat
per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat
diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).
I. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUPPOSITORIA
Keuntungan Supositoria:
1. Menurut R.Voight hal 282
a. Tidak merusak lambung
b. Tanpa rasa yang tidak enak (kemualan)
c. Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit menelan dan
sebagainya.
d. Pemakaian suppositoria pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
2. Menurut Ansel hal 579a. Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim dalam lambung
atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam lingkungan merusak ini.
b. Obat yang merangsang lambung dapat dibiarkan tanpa menimbulkan perangsangan.
c. Obat yang dirusak dalam partal dapat melewati hati setelah diabsorbsi pada rectum.
d. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat
atau tidak mau menelan obat.
3. Menurut FI edisi IV hal 16
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung-pelindung ditempat sebagai pembawa
zat terapeutik yang bersifat lokal dan sistemik.
-
5/28/2018 Suppositoria
12/26
12
4. Menurut Lachman hal 1148Suppositoria rektal juga digunakan untuk efek sistemik dalam kondisi dimana
pemberian obat secara oral tidak akan ditahan atau diabsorbsikan dengan cepat seperti
dalam keadaan mual dan muntah yang hebat.
Kerugian Supositoria:
1. Menurut Lachman hal 1151-1153
- Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan yang dapat
bertanduk sebagai pengahalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori.
- Suatu obat yang sangat sukar larut larut dalam minyak.
2. Menurut R. Voight
Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering , dingin) tidak dilindungi dari
cayaha, bebas udara disimpan dalam bentuk terpasang tidak sebagai barang santai untuk
memperpanjang stabilitasnya.
3. Menurut Ansel hal 579
Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil
daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor-faktor kedalam tubuh pasien.
Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat melewati penghalang fisiologis, untuk
diabsorbsi dan sifat basis suppo yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik efek lokal
umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam.
J. SYARAT BASIS YANG IDEAL
a. Menurut R. Voight hal 283-284
1. Secara fisiologis netral tanpa menimbulkan rangsangan pada usus ini dapat
ditimbulkan dalam massa fisiologi atau ketagihan kekerasan terlalu besar , tetap juga
peracikan dari bahan obat yang tidak cukup terhaluskan.
2. Secara kimia netral (tanpa tidak tersatunya bahan obat)
3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)
4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (dengan ini pembentukan yang
cepat dan massa dalam pembentukan kontrasibilitas yang baik , pencegah suatu
pendingin es dalam pembentuk.
5. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dengan titik lebur jernih.
-
5/28/2018 Suppositoria
13/26
13
6. Viskositas yang memadat (pengurangan lebih lanjut dari sedimentasi bahan obat
tersuspensi, tinggi ketetapan tekanan)
7. Sebaiknya suppositoria dalam beberapa menit melebur pada suhu tubuh atau melarut
(persyaratan untuk kerja obat)
8. Pembebasan obat yang baik dan reabsorbsinya.
9. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan pewarnaan,
pengerasan, ketetapan bentuk dan daya patah yang baik).
b. Menurut Lachman , hal 1168
1. Telah mencapai kesetimbangan kristalivitas dimana komponen mencair dalam
temperatur rectum (360C)
2. Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan meradang
3. Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.
4. Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil (tidak berubah bentuk
dalam keadaan semula pada saat pelelehan)
5. Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan
6. Basis suppositoria mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi
7. Basis suppositoria tidak merangsang
8. Angka air tinggi maksudnya persentase air yang tinggi dapat dimaksudkan
kedalamnya.9. Stabil pada penyimpanan maksudnya warna, bau dan pola pelepasan obat
10. Tidak mempunyai efek obat
11. Dapat dibuat suppositoria dengan tangan mesin kompressi atau akstruksi
c. Menurut Ansel , hal 581
Basis selalu padat dalam suhu ruangan tetapi akan melunak , melebur atau melarut
mudah pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya didapat
setelah dimaksukkan.
d. Menurut FI edisi III 32
Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Macammacam basis suppositoria1. Basis berlemak, contohnya: oleum cacao.
2. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak: campuran tween dengan gliserin laurat.
-
5/28/2018 Suppositoria
14/26
14
3. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya: gliserin-gelatin, PEG
(polietien glikol).
Bahan dasar suppositoria1.Bahan dasar berlemak: oleum cacao
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan, memiliki bau yang khas
dan bersifat polimorf (mempunyai banyak bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu
sektiras 30C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34-35C, sedangkan
dibawah 30C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat
akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal
menstabil.
Keuntungan oleum cacao:
a. Dapat melebur pada suhu tubuh.
b. Dapat memadat pada suhu kamar.
Kerugian oleum cacao:
a. Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).
b. Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan
dengan bahan tertentu.
c. Meleleh pada udara yang panas.
2.PEG (Polietilenglikol)PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 300-6000.
Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400). PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500
(carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG
di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti
malam. Formula PEG yang dipakai sebagai berikut:
1. Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%).
2. Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20%.
Titik lebur PEG antara 35-63C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam
cairan sekresi tubuh.
Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain:
1. Tidak mengiritasi atau merangsang.
2. Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao.
-
5/28/2018 Suppositoria
15/26
15
3. Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.
Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain:
1. Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang
menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam
air dahulu sebelum digunakan.
2. Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar,lalu
dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar
lemak coklat.
K. METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang digunakan
dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika perlu
dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah
campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan
supositoria kemudian didinginkan. Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu
homogenitas zat aktif dengan bahan dasar.
Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya, namun
ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untukmengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada
cetakan, supositoria harus dibuat berlebih (10%), dan sebelum digunakan cetakan
harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus
sapotanus (Soft Soap Liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun,
spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam
logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum
recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan
pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga
mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
-
5/28/2018 Suppositoria
16/26
16
a. Menurut Lachman hal 1179
1. Metode dengan Tangan
Metode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan yang paling tua adalah
dengan tangan. Yakni dengan menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis
diiris, kemudian diaduk dengan bahan aktif dengan menggunakan atau dilarutkan
dengan air, atau kadang-kadang dicampur atau dengan sedikit lemak bulu domba untuk
mempermudah penyatuan basis suppositoria. Kemudian massa digulung menjadi satu
barang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki atau menjadi bola-
bola vaginal sesuai dengan berat yang diinginkan. Batang silinder dipotong menjadi
beberapa bagian kemudian salah satu ujungnya diruncingkan.
2. Mencetak kompressi
Suppositoria yang lebih seragam dengan cara farmasetik dapat dibuat dengan
mengkompressi larutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki, suatu
roda tangan berputar menekan suatu bistor pada massa suppositoria yang diisikan dalam
silinder sehingga massa terdorong masuk ke dalam cetakan.
3. Metode Tuang
Metode yang paling umum digunakan pada suppositoria skala kecil dan skala besar
adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya di atas penangas airatau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian
bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.
4. Metode Pencetak Otomatis
Pelaksanaan pencetakan (penanganan, pendinginan) dan pemindahan dapat dilakukan
dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetak semua dijalankan
secara otomatis. Pertama-tama massa yang telah disiapkan diisikan ke dalam suatu
corong pengisi dimana massa tersebut secara kontinyu dicampur dan dijaga pada
temperatur konstan.
b. Menurut Ansel hal 585
1. Pembuatan dengan cara cetak
Langkah-langkah dengan cara percetakan termasuk :
- Melebur basis
-
5/28/2018 Suppositoria
17/26
17
- Mencampur bahan obat yang diinginkan
- Menuang hasil leburan ke dalam cetakan
- Membiarkan leburan menjadi dingin dan membuat menjadi suppositoria
- Melepaskan suppositoria
2. Pembuatan dengan Cara Kompressi
- Suppositoria dapat dibuat juga dengan massa yang terdiri dari campuran basis
dengan bahan obatnya dalam cetakan khususnya memakai alat mesin pembuat
suppositoria dan bahan lainnya. Dalam formula dicampur/diaduk dengan baik.
Pergeseran pada proses menjadikan suppositoria lembek seperti kental pasta. Proses
kompressi khususnya cocok untuk pembuatan suppositoria yang mengandung bahan
obat yang mengandung sebagian besar bahan yang tidak larut dalam basis.
- Dalam pembuatan suppo dengan media kompressi adonan suppositoria
dimasukkan ke dalam sebuah selinder yang kemudian ditutup dengan cara menekan
salah satu ujung secara mekanis atau dengan memutarkan rodanya maka adonan tadi
terdorong keluar pada ujung lainnya dan masuk ke dalam celah-celah cetakan ketika
cetakan terisi penuh. Sebuah lempeng yang bergerak di ujung bagian belakang
cetakan dilepaskan dan pada saat tambahan tekanan diberikan kepada adonan yang
ada dalam selinder. Suppositoria yang telah dibentuk tadi akan lepas dari cetakan.
- Pembuatan secara menggulung dan membentuk tangan. Dengan tangan terdapatcetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran dan bentuk. Pengolahan
suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasi sekarang rasanya hampir tidak perlu
dilakukan lagi. Namun demikian melihat dan membentuk suppositoria dengan tangan
merupakan bagian dari sejumlah seni para ahli farmasi.
d. Menurut R. Voight hal 291-293
Menurut teknik pembuatannya maka dibedakan antara cara tuang dan cara cetak.
- Cara Tuang
Terjadi paling sering untuk penggunaan setelah massa dilebur dan disatukan dengan
bahan obat maka, mereka dituang dalam pembentuk untuk menjamin suatu pembekuan
yang cepat dan untuk mengurang satu sedimentasi dan bahan obat lebih lanjut. Mak
pada peleburan massa diperhatikan bahwa suhu tidak boleh naik terlalu tinggi dan yidak
dijumpai leburan jernih, seharusnya banyak dari massa pada penuangan sedapat
-
5/28/2018 Suppositoria
18/26
18
mungkin menunjukkan visikositas tinggi dan memiliki suatu suhu, yang terletak hanya
sedikit diatas titik bekunya. Itu dicapai melalui pemanasan yang sangat berhati-hati
(misalnya dengan penyinar infra merah) penting atau bahwa dengan ini massa diaduk
intensif secara tetap. Pada penuangan sebaliknya terdapat satu campuran sejenis krim
artinya didalam massa sebaliknya terdapat bahan yang melebur pendampingan. Metode
ini dinyatakan sebagai cara dileburkan dan lebur jernih, yang hanya dapat diperlukan
pada penggabungan besar-besaran adalah lebih disuka, penanganan dari penggabungan
suppositoria kecil-kecilan diambil tuang tunggal artinya setiap lubang pembentuk
suppositoria diisikan berturut-turut. Pada pembuatan semi industri berlangsung suatu
pengisian serempak seluruh lubang dari pembentuk dengan menggunakan perlengkapan
berbentuk corong uang cocok sehingga dikatakan suatu ruang massa.
- Cara CetakPada cara cetak dikerjakan dengan dasar suppositoria terparut, dengan dicampurkan
bahan obat yang diserbuk halus, materi awal yang disiapkan sedemikian diisikan dalam
sebuah pencetak suppositori (misalnya pencetak suppositoria universal) dengan
menggunakan sebuah torak, yang digunakan melalui sebuah pembuka kecil menjadi
bentuknya. Diindustri, peralatan cetak yang digunakan bekerja dengan 10 Mpa (100 cc).
Massa suppositoria yang telah dikenal yang umum diperdagangkan semuanya lebih atau
kurang cocok untuk pembuatan dari pembuatan suppositoria cetak. Jika dijumpaikesulitan, maka untuk pengurangan kerapatan dimasukkan pembuat lunak (parafin cair,
lemak bulu domba).
Metode pembuatan supositoria secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan
mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris,
kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,
sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa
digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang
dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder
dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
-
5/28/2018 Suppositoria
19/26
19
b. Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang
dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria
yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
c. Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap
untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan
logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
K. PENGEMASAN SUPPOSITORIA
a. Suppositoria gliserin dan supositoria gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah
gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi suppositoria.
b. Suppositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah
atau dipisahkan satu sama lain pada celah-celah dalam kotak untuk mencegah perekatan.
c. Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit lebih pekat biasnya dibungkus satu
per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal (alumunium foil).
L. PENYIMPANAN SUPPOSITORIA
Karena suppositoria umumnya dipengaruhi panas, maka perlu di simpan dalam tempat
dingin.
Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1C) danakan lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.
Suppositoria yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F(1,6C).
Suppositoria dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruangbiasa tanpa pendinginan.
-
5/28/2018 Suppositoria
20/26
20
M. EVALUASI SUPPOSITORIA
Menurut Lachman hal 1191-1194
1. Uji Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji kesaran meleleh makro dan uji merupakan salah satu ukuran
waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam
penangas air dengan temperatur tetap (370C). Sebaiknya uji kisaran meleleh mikro
adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak.
2. Uji Pencahar atau uji waktu melunak dari suppositoria rektal suatu modifikasi yang
dikembangkan oleh Krowezyasku adalah uji suppositoria akhir lain yang berguna. Uji
tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam penangas air yang
bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu menahan suppositoria tersebut pada
tempatnya dalam pipa.
3. Uji Kehancuran
Berbagai larutan sudah diuraikan untuk memecahkan masalah kerapuhan suppositoria.
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan
suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berbanding
rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada suhu 370C dipompa
melalui dinding rangkap ruang tersebut. Dan suppositoria diisikan ke dalam dinding
dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang diletakkan.4. Uji Disolusi
Pengujian laju pelepasan zat obat dari suppositoria secara invitro selalu mengalami
kesulitan karena adanya pelelehan. Perubahan bentuk dan depresi dari medium disolusi.
Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung
suatu medium.
5. Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air
dengan suhu 37C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu
leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit,
sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
-
5/28/2018 Suppositoria
21/26
21
6. Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya
sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong
horizontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar,
dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban
seberat 20N (lebih kurang 2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang
dimasukkan ke dalam tabung.
7. Volume Distribusi
Volume distribusi (Vd) merupakan parameter untuk untuk menunjukkan volume
penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Volume distribusi ini
hanyalah perhitungan volume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat
dalam tubuh. Tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen yang terdurI dari plasma atau
serum, dan Vd adalah jumlah obat dalam tubuh dibagi dengan kadarnya dalam plasma
atau serum. Besarnya Vd ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, kemampuan
molekul obat memasuki berbagai kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan
protein plasma dan dengan berbagai jaringan. Obat yang tertimbun dalam jaringan
mempunyai kadar dalam plasma yang rendah sekali sedangkan Vdnya besar (misalnya,
digoksin). Untuk obat yang terikat dengan kuat pada protein plasma mempunyai kadar
plasma yang cukup tinggi dan mempunyai Vd yang kecil (misalnya, warfarin,tolbutamid dan salisilat).
N. SPESIFIKASI UNTUK BASIS SUPPOSITORIA
a. Menurut Lachman hal 1156-1167
1. Asal dan Kompressi Kimia
Uraian singkat dari konversi mengungkapkan sumber asal (yakni apakah benar-benar
alami atau sintetis, atau produk yang dimodifikasi). Dan susunan kimia ketidak
tercampuran basis dengan konstituen-konstituen lain secara fisika atau kimia dapat
diramalkan jika komposisi formula yang tepat diketahui, termasuk pengawet,
antioksidant dan pengemulsi.
-
5/28/2018 Suppositoria
22/26
22
2. Kisaran Titik Leleh
Karena basis suppositoria merupakan campuran kompleks trigliserida, maka basis
suppositoria tersebut tidak mempunyai titik leleh tajam. Karakteristik titik leleh
dinyatakan sebagai suatu kisaran yang menunjukkan temperatur dimana lemak mulai
meleleh dan temperatur dimana lemak meleleh seluruhnya.
3. Solid-Fat Index (SFI)
Dari grafik persentase zat padat terhadap temperatur, seseorang dapat menentukan
kisaran pemadatan dan kisaran leleh basah, basah lemak juga bersifat leleh, rasa pada
permukaan dan kekerasan basis. Basis dengan suhu tetes yang jelas dalam zat padat dan
rentang temperatur pendek terbukti rapuh jika meleleh terlalu cepat.
4. Angka Hidroksil
Angka hidroksil merupakan suatu ukuran posisi yang tidak diesterifikasi pada molekul-
molekul gliserida dan mencerminkan kandungan monogliserida dan diglerisida suatu
basis lemak, angka ini menunjukkan miligram KOH yang akan menetraksir asam asetat
yang digunakan untuk mengesetilasi 1 gram lemak.
5. Titik Memadat
Harga ini meramalkan waktu yang dibutuhkan oleh basis untuk menjadi padat dan besar
adalah cetakan. Pertama-tama sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk
menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian bahan-bahan aktifdiemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.
6. Mesin Pencetak Otomatis
Pelaksanaan pencetakan (penuangan, pendinginan dan pemindahan) dapat dilakukan
dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetakan, semua
dijalankan secara otomatis produksi suatu mesin putar khusus berkisar antara 3500
sampai 6000 suppositoria per jam.
b. Menurut Ansel hal 585
1. Dengan cara mencetak
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode percetakan termasuk :
- Melebur basis
- Mencampurkan bahan obat yang digunakan
- Menuang hasil leburan ke dalam cetakan
-
5/28/2018 Suppositoria
23/26
23
- Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi suppositoria
- Melepaskan suppositoria dengan oleum cacao, gelatin, gliserin, polieleglikol dan
basis suppositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak.
2. Dengan Cara Kompressi
Suppossitoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri dari, campuran
basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus memahami obat/mesin pembuat
suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara kompressi dalam cetakan. Basis
suppositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampurkan atau diaduk dengan baik,
penggeseran pada proses tersebut menjadikan suppositoria lembek seperti kentalnya
pasta.
3. Secara Menggulung dan Membentuk dengan Tangan
Dengan terdapatnya cetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran bentuk.
Pengolahan suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasis, sekarang rasanya hampir
tidak pernah dilakukan. Namun demikian melintang dan memuat suppositoria dengan
tangan merupakan bagian dari rendah sejarah seni ahli farmasi.
c. Menurut R. Voight hal 289-291
1. Cara Penuangan
Cara ini paling sering digunakan setelah massa melebur dan disatukan dengan bahan
obat dituang ke dalam cetakannya. Untuk menjamin perlakuan yang cepat sehinggalebih mengurangi proses sedimentasi bahan obat. Pada saat peleburan massa harus
diperlihatkan bahwa suhu tidak naik terlalu tinggi dan tidak membentuk leburan yang
jernih bila basis tersebut didinginkan dalam cetakan. Jika interval antara kisaran leleh
dan titik memadainya adalah 100C atau lebih. Maka waktu yang dibutuhkan untuk
memadatkan dapat diperpendek dengan menambahkan pendingin sehingga prosedur
pembuatan lebih efisien.
2. Angka Penyabunan
Jumlah miligram kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam
bebas dan saponifikasi ester-ester yang dikandung dalam 1 gram lemak adalah suatu
indikasi dari tipe (Mono, di dan tri) gliserida dan juga jumlah gliserida yang ada.
-
5/28/2018 Suppositoria
24/26
24
3. Angka Iod
Angka ini mengatakan banyaknya garam iod bereaksi dengan 100 gram lemak atau
bahan lain yang tidak jenuh. Peruraian mungkin disebabkan oleh lembab. Asam-asam
dan disigen meningkat dengan harga iod yang tinggi.
4. Angka Alir
Jumlah garam yang dapat dimasukkan dalam 100 gram lemak dinyatakan dengan harga
ini. Angka air meningkat dengan adanya penambahan zat aktif. Permukaan
monogliseridsa dan pengemulsi-pengemulsi lain.
5. Angka Asam
Banyaknya miligram kalium hidroksida yang diperlukan utnuk menetralkan asam bebas
dalam 1 gram zat dinyatakan dengan harga ini. Angka asam yang rendah atau tidak
adanya asam. Penting untuk basis suppositoria yang baik.
O. CARA PEMBERIAN SUPPOSITORIA
Pemberian obat dengan sediaan suppositoria dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum dalam bentuk suppositoria
Petunjuk pemakaian: cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus suppositoria, kemudian
tidur dengan posisi miring. Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara bagian ujungsupositoria didorong dengan ujung jari, kira-kira -1 inci pada bayi dan 1 inci pada
dewasa, bila perlu ujung supositoria di beri air untuk mempermudah penggunaan. Untuk
nyeri dan demam satu supositoria diberikan setiap 46 jam jika diperlukan. Gunakan
supositoria ini 15 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air besar selama 30
menit setelah pemakaian supositoria.
Hanya untuk pemakaian rektal. Hentikan penggunaan dan hubungi dokter jika sakit
berlanjut hingga 3 hari. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Jika tertelan atau terjadi over
dosis segera hubungi dokter (Monson, 200).
-
5/28/2018 Suppositoria
25/26
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suppositoria merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra dan umumnya meleleh , melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Untuk vagina disebut pessarium, untuk disaluran urine disebut bougie. Bahan
dasar yang digunakan untuk sediaan suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh
pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum
Cacao), Polietlenglikol, atau gelatin. Pembuatan suppositoria secara umum dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan tangan, dengan mencetak kompresi, dan dengan
mencetak tuang. Evaluasi pada sediaan suppositoria meliputi uji kisaran leleh, uji
kehancuran, uji pencahar, uji titik lebur, uji disolusi, kerapuhan, dan volume distribusi.
Karena suppositoria umumnya dipengaruhi panas, maka suppositoria perlu di simpan
dalam tempat dingin.
B. Saran
Untuk para pembaca khususnya mahasiswa Institut Sains Dan Teknologi Nasional,alangkah lebih baik jika dalam pemberian obat kepada pasien itu sesuai dengan prosedur
dan tata cara yang benar.
-
5/28/2018 Suppositoria
26/26
26
LAMPIRAN
GAMBAR SUPPOSITORIA