tesis oleh salma. b
TRANSCRIPT
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMKN NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP
SRATEGYOF ISLAMIC RELIGION EDUCATION TEACHER IN IMPROVING QUALITY OF LESSON ISLAMIC RELIGION EDUCATION
AT SMKN 2 BUNGORO OF PANGKEP REGENCY
TESIS
Oleh
SALMA. B Nomor Induk Mahasiswa : 01.14.408.2013
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA AGAMA ISLAM DI SMKN 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Magister Pendidikan Islam
Kekhususan : Magister Pendidikan Agama Islam
Disusun dan Diajukan oleh
SALMA B. Nomor Induk Mahasiswa : 0114 408 2013
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil Alamin atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tesis dengan judul “ Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep dapat diselesaikan walaupun
masih dalam bentuk sederhana. Oleh karena itu, diharapkan koreksi dan
saran yang konstruktif dari pembaca dalam usaha perbaikan.
Penulis menyadari hal ini bukanlah suatu yang mudah, sehingga
tesisi ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,
,karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M. A
pembimbing I dan Dr. Rusli Malli, MP.d pembimbing II, atas bimbingan,
arahan serta koreksi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar, para Dosen khususnya di Prodi Manajemen Pendidikan Agama
Islam. Kepala Tata Usaha beserta staf di Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar atas segala bentuk bantuan dan dukungannya
i
Kepada peneliti
Secara khusus ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk
Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, mengasuh,
membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh pengorbanan,
dorongan dan iringan doanya. Suami tercinta dan anak-anakku yang
selal.u memberi dukungan moril dan materil serta memberi motivasi untuk
meraih hidup yang lebih baik.
Ucapan terima kasih pula kepada rekan-rekan perkuliahan di
Pasca Sarjana Prodi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam
Unismuh Makassar.serta semua pihak yang tidak memungkinkan
disebutkan namanya satu persatu yang senantiasa memberikan dukungan
dalam penyelesaian tesisi ini.
Akhirnya, atas jasa dan partisipasi semua pihak semoga
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt,, semoga tesis ini
dapat memberikan mamfaat serta bernilai ibadah disisi Allah Swt.
Makassar, Oktober 2015
Penulis
Salma B. Nim : 01144082013
ABSTRAK
Salma. B. 2015. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep, dibimbing oleh H.Abdul Rahman Getteng dan Rusli Malli .
Penilitian ini merupakan penelitian kualitatif yang meneliti tentang strategi guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep, dengan 3 rumusan masalah yaitu: Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep, Bagaimana mutu yang capai oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep, Apa faktor-faktor yang menunjang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan dengan jumlah 149, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel bertujuan ( purvosife sampling). Jadi yang menjadi sampel sebanyak 34 orang yakni kelas XI-4 Teknik Kendaraan Ringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaen Pangkep menggunakan beberapa strategi dalam mengelola pembelajaran diantaranya strategi Contextual Teaching Learning, Ekspositori, Pembelajaran Terbimbing dan strategi yang diterapkan oleh guru dianggap efektif karena sebanyak 34 orang atau 100% dari responden menganggap strategi-strategi yang digunakan oleh guru cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata prestasi belajar peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam yaitu 93 sedangkan penilaian dari segi afektif peserta didik tergolong Baik, pengamalan nilai-nilai ajaran Islam ditunjukkan dengan shalat berjama’ah, shalat jum’at berjamaah, pembinaan baca Al qur’an dan beberapa kegiatan pengembangan diri seperti ceramah dan khutbah.
Sarana dan prasarana sangat menunjang proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sarana yang peneliti maksudkan adalah keberadaan Mushallah yang sangat luas, media pembelajaran yang lengkap. Disamping itu sikap koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator, dan antusiasme peserta didik cukup baik dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Tantangan yang dihadapi oleh sekolah kerjasama orang tua yang masih sangat minim.
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ........................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… v DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN……………………………………….. vi DAFTAR TRANSLITERASI………………………………………………vii BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................. 6
A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam ........................... 6 1. Pengertian Strategi pembelajaran ............................... 6 2. Macam-macam Strategi pembelajaran ........................ 12
B. Guru .................................................................................... 21 1. Pengertian Guru ........................................................... 21 2. Tugas Guru ................................................................... 24
3. Kompetensi Guru ......................................................... 27 4. Karakteristik Guru ....................................................... 27
C. Pendidikan Agama Islam .................................................. 28 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................... 28 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.. 32 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam……………………….. 33 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 35 5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam ....................... 42 6. Urgensi Pendidikan Agama Islam ............................... 45
D. Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................. 54 1. Pengertian Mutu Pembelajaran PAI ............................ 54 2. Indikator Pencapaian Mutu Pembelajaran .................. 57
E. Kerangka Pikir .................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 62 A. Jenis Penelitian .................................................................. 62 B. Lokasi Penelitian ................................................................ 62 C. Populasi dan Sampel ......................................................... 62 D. Teknik Pengambilan Data.................................................. 63 E. Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 64 F. Teknik Analisis Data .......................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 67
A. SELAYANG PANDANG TENTANG SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP ................................ 67 1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep......................................................................... 67 2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep......................................................................... 69 3. Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep......................................................................... 71
4. Keadaan Siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep......................................................................... 74
B. STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .............. 76
C. PENCAPAIAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .................................................... 76
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .................................................... 89
BAB V PENUTUP ................................................................................ 93
A. Simpulan ............................................................................. 93
B. Saran .................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 97 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN
1. INSTRUMEN PENEL;ITIAN 2. IZIN PENELITIAN 3. DOKOMENTASI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro
Kabupaten Pangkep ............................................................ 71
Tabel 2 : Keadaan Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 74
Tabel 3 : Keadaan Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 75
Tabel 4 : Keadaan Peserta Didik Kelas XII SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 75
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengajar dengan Jelas ..................................................................................... 79
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran ....................................................................... 80
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi variasi dan Metode Guru dalam Mengajar .............................................................................. 81
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran yang Direncanakan ..................................... 82
Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran ....................................................................... 83
Tabel 10: Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran Guru .......... 84
Tabel 11: Daftar Nilai Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan
Kepulauan .......................................................................... 86
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional yang dilaksanakan di Indonesia merupakan
upaya pemerintah untuk membentuk masyarakat Indonesia yang
berkualitas tinggi, baik jasmani maupun rohani. Dalam hal ini diharapkan
agar masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang tinggi, berbudi
pekerti yang luhur yang diimbangi dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk anak
didik untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani
maupun rohani, dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing
anak didik dalam arti khusus, misalnya memberikan dorongan atau
motivasi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di
masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena
kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru.
Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik
dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar
mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang
bertanggungjawab.
1
2
Jadi, dalam pengertian yang sederhana, guru dapat diartikan
sebagai sebagai orang yang memmberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Sedangkan guru dalam pandagan masyararakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal saja, tetapi juga dapat dilaksanakan di
lembaga non formal seperti, di mesjid, surau/mushollah, di rumah dan
sebagainya.
Dalam Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4, Allah berfirman :
ن حم ن ٢علم ٱلقرءان ١ٱلر ٤علمھ ٱلبیان ٣خلق ٱلإنس
Terjemahnya:
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al Quran, Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. (Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahannya : 2006).
Menjadi guru, pada dasarnya, bukan hanya sekadar menyampaikan
materi pelajaran, akan tetapi guru bertanggungjawab atas
perubahan perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam proses mengajar, guru atau pendidik harus membimbing peserta
didik agar potensi mereka berkembang, melatih keterampilan, baik
keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik, sehingga peserta
didik dapat berani hidup dalam masyarakat yang cepat berubah dan
penuh persaingan. Guru juga harus memotivasi peserta didik agar dapat
memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh
3
tantangan dan rintangan, dan membentuk peserta didik agar memiliki
kemampuan inovatif dan kreatif (Wina Sanjaya, 2006 : 14).
Pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting, karena
pembelajaran ini sangat berpengaruh atas tercapainya suatu hasil belajar.
Apabila pembelajaran yang dilaksanakan berhasil maka hal ini yang
menjadikan kemajuan dalam suatu pendidikan dan ketercapaian tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal perlu memperhatikan pendekatan
pembelajaran yang dapat mencakup strategi.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan atau
kiat dalam memanfaatkan sumber yang dimiliki yang didesain sebaik
mungkin untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi ini
merupakan perecanaan pembelajaran jadi dalam pembelajaran, guru
perlu menggunakan suatu strategi yang tepat untuk dapat
memaksimalkan kegiatan pembelajaran.
Fenomena yang berkembang akhir-akhir ini bahwa profesi guru
(termasuk guru Pendidikan Agama Islam), baik pada tingkat nasional
maupun lokal ( khususnya di SMK 2 Bungoro Kab. Pangkep) sering
mendapat sorotan yang tajam. Di antara masalah yang muncul adalah
rendahnya mutu dan kualitas sumberdaya manusia yang dihasilkan
selama ini dan akhlak peserta didik yang masih jauh dari
yang diharapkan. Arif Rahman dalam Armai Arif (2005:8) mengatakan
bahwa titik lemahnya pendidikan di Indonesia, termasuk di Sulawesi
4
Selatan , disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah 1) titik berat
pendidikan selama ini hanya pada aspek kognitif, 2) pola evaluasi selama
ini meninggalkan pola pikir kreatif, imajinatif, dan inovatif, 3) kurangnya
pembinaan minat belajar pada peserta didik karena pengertian
“pendidikan” berubah menjadi “pengajaran”. Hal ini yang mendorong
peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang “Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMK 2 Bungoro, Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti, dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep?
2. Bagaimana mutu yang di capai oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam menerapkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep?
3. Faktor-faktor apa saja yang menunjang Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan oleh penulis adalah:
5
1. Untuk mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMK 2 Bungoro Kabupaten Pangkep,
2. Untuk mengetahui mutu yang dicapai oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam menerapkan strategi pembelajaran pendidikan agama
Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Bungoro Kabupaten Pangkep
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menunjang Strategi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu
Pemelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro
Kabupaten Pangkep?
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis mengharapkan agar penulisan ini menjadi pelengkap dan
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat
mendorong usaha penelitian lebih lanjut mengenai Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Penelitian ini menjadi sumber informasi untuk mendapatkan data
yang berguna sebagai bahan pertimbangan strategi guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi guru lain dalam
menerapkan Strategi Pembelajaran untuk peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah khususnya Pendidikan Agama Islam.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer,
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Sekarang istilah strategi banyak
digunakan dalam berbagai bidang kegiatan, yang bertujuan memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang
manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan
kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai
tujuannya, seorang pelatih tim basket akan menentukan strategi yang
dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu
juga seorang guru yang mengharapkan hasil yang baik dalam proses
pembelajaran, akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswa
mendapat prestasi yang terbaik.
Dari model Pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Istilah strategi sering
digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang
diungkapkan oleh Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
6
7
Sedangkan menurut Nana Sudjana sebagai berikut: “Strategi
Mengajar adalahtaktik yang digunakan guru dalam melaksanankan proses
belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.” Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat
mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, di
samping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar peserta
didik agar dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya
dengan pengalaman dengan pengalaman yang diperoleh.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tetentu.
Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode
pengajaran. Strategi dapat diartikan sebagai a plan of operation
achievingsomething “ rencana kegiatan untuk mencapau sesuatu.
Dalam proses pembelajaran, peran aktif guru dan peserta didik
untuk pencapaian maksimal sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar. Guru dan peserta didik merupakan variabel penting dalam
pelaksanaan proses tersebut yang berupaya untuk mengkomunikasikan
permasalahan transfer of knowlegde dan transfer of value. Guru dan
peserta didik merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan untuk
saling melengkapi. Guru merupakan komponen manusiawi dalam
proses pembelajaran yang sangat berperan dalam mengantarkan anak
8
didik pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Guru mempunyai
tanggung jawab atas keberhasilan dalam program pembelajaran,
sehingga tugas guru adalah profesi. Oleh karena itu mengajar adalah
sebuah pekerjaan profesional, dengan menggunakan teknik atau metode
pembelajaran serta prosedur yang berpijak pada landasan intelektual
yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian
dipergunakan demi kemaslahatan umat manusia.
Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam
sistem pembelajaran yang berperan penting untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Hal ini dimungkinkan mengingat
strategi pembelajaran merupakan blue print yang terdiri atas berbagai sub
komponen yang menuntun jalannya aktivitas pembelajaran.
Menurut Mintzberg (2007 : 22), konsep strategi itu sekurang-
kurangnya mencakup lima pengertian atau arti yang saling terkait, dimana
strategi adalah suatu :
a. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
b. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
c. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
d. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
e. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.
9
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan
bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan
secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi
mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan
dan sarana penunjang kegiatan.
Secara sederhana, istilah pembelajaran ( instruction) bermakna
sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara
terprogram untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Abdul Majid 2015:5 mengemukakan tentang pengertian
pembelajaran menurut beberapa ahli:
a) Menurut Corey Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus pendidikan.
b) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
c) Mohammad Sorya mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
d) Oemar Hamalik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur, yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
10
e) Gagne dan Brigga mengemukakan bahwa pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.
Dari beberapa pengertian yang penulis kemukakan maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah konsep yang melibatkan antara
guru dan peserta didik yang saling berinteraksi dalam lingkungan belajar
yang sama yang diarahkan pada tujuan tertentu. Konsep yang
direncanakan harus mampu untuk diaktualisasikan sehingga
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran
yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya,
yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri, ada
tujuan yang akan dicapai, ada pesan yang akan ditransfer, ada pelajar,
ada guru, ada metode, ada situasi dan ada penilaian.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana
yang mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan
baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan
pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,
bagaiman orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui
kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan
penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan
demikian makna pembelajaran adalah kondisi eksternal kegiatan belajar
yang dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar.
11
Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu
sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan
untuk mencapai tujuan umum pembelajaran. Beberapa ahli memberikan
pengertian tentang strategi pembelajaran dalam Abdul Majid: 2014: 7):
a. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efesien.
b. Kozma (dalam Sanjaya, 2007) secara umum menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dipilih, yaitu dang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pendidikan.
c. Dick dan Carey (dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa
stretegi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
pembelajaran yang digunakan dalam rangka membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa,
strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dengan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana
12
kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai sumber dan sumber belajar,
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang
terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik, peserta didik, yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.
2. Macam – Macam Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus
dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat
dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya
menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan
seni, keahlian dan ilmu, guna menyampaikan materi kepada peserta didik
sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari
sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat
mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka,
disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana
peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah
diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan
13
mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih
efektif dan efisien
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Atau bisa dikatakan strategi belajar mengajar merupakan suatu
serangkaian rencana kegiatan yang termasuk dalamnya penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
suatu pembelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar
peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian, sebab
dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau
dominan. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik
tinggal menyimak dan mencerna secara tertib dan teratur.
Strategi Ekspositori, memiliki beberapa metode, metode adalah
berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
14
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,
diantaranya :
1. Metode ceramah, adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi
ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori
tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu
arah.
2. Metode demonstrasi, adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta
didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru
memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada peserta
didiknya.
3. Metode sosiodrama, Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi
tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi
dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan
mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada
peserta didik.
15
4. Strategi Inquiry, Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
b. Strategi Inquiry
Ada beberapa hal yang menjadi utama tentang strategi pembelajaran
inquiry:
1. Menekankan kepada aktifitas peserta didik secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan
peserta didik sebagai objek belajar.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu peserta
didik terhadap sesuatu.
4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok peserta didik rata-rata
memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang
berhasil diterapkan kepada peserta didik yang kurang memiliki
kemampuan untuk berpikir.
5. Jika jumlah peserta didik yang belajar tak terlalu banyak sehingga
bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
16
Inquiry merupakan strategi yang menekankan kepada
pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu
menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical
experience, social experience, dan equilibration.
Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan,
diantaranya :
a) Metode diskusi, Metode diskusi adalah suatu cara mengelola
pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang
pemecahannya sangat terbuka. Disini peserta didik melakukan
diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga
peserta didik menjadi aktif.
b) Metode pemberian tugas, Metode pemberian tugas adalah cara
mengajar atau penyajian materi melalui penugasan peserta didik
untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu
tugas kepada peserta didik untuk diselesaikan oleh peserta didik,
sehingga peserta didik menjadi aktif.
c) Metode eksperimen, Metode eksperimen adalah suatu cara
pengelolaan pembelajaran di mana peserta didik melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi
pembelajaran merangsang peserta didik untuk melakukan suatu
aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
17
d) Metode tanya jawab, Metode tanya jawab adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama
dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik
kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk peserta didik
bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran. (Wina
Sanjaya : 2006)
c. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang
relevan, diantaranya :
1) Metode eksperimen, Peserta didik melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran
atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik
kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
2) Metode tugas atau resitasi, Metode resitasi (penugasan) adalah
metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas
tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Peserta
18
didik diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman
peserta didik akan tugas yang diberikan.
3) Metode latihan, Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar
yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Peserta didik diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki
dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
4) Metode karya wisata, Teknik karya wisata adalah teknik mengajar
yang dilaksanakan dengan mengajar peserta didik kesuatu tempat
atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu. Peserta didik diajak untuk mendapatkan
pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan
berpikir peserta didik. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik
dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai
melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman peserta didik.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah fakta-fakta atau
19
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang
relevan, diantaranya :
1. Metode diskusi, Disini peserta didik dituntut untuk dapat
menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
2. Metode tanya jawab, Metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat
pula dari peserta didik kepada guru. Disini guru memberikan
waktu untuk peserta didik bertanya kepada gurunya tentang
materi pembelajaran.
3. Metode eksperimen, Metode ini dalam strategi pembelajaran
merangsang peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas aktif
yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
e. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat
samPendidikan Agama Islam enam orang yang mempunyai latar belakang
20
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang
relevan, diantaranya :
1. Metode diskusi, di sini peserta didik dituntut untuk dapat
menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
2. Metode karya wisata, Peserta didik membentuk suatu kelompok
guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek
yang dikunjungi.
3. Metode eksperimen, dengan berkelompok peserta didik
melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna
melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
4. Metode tugas atau resitasi, Peserta didik disuruh membuat suatu
kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali
kemampuan, kekompakan, dan pemahaman peserta didik akan
tugas yang diberikan. (Wina Sanjaya, 2006 : 45 )
f. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai
(value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang
21
tumbuh dari dalam diri peserta didik. Dalam batas tertentu, afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk
sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan
membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan. Strategi ini menggunakan beberapa
metode pembelajaran yang relevan, diantaranya:
1. Metode tugas atau resitasi, Peserta didik diberi tugas guna
menggali kemampuan dan pemahaman peserta didik akan tugas
yang diberikan.
2. Metode latihan, Peserta didik diajarkan untuk melatih kemampuan
yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki
tersebut.
B. Guru
1. Pengertian Guru
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di
masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena
kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru.
Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik
dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar
mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang
bertanggungjawab. Dalam pengertian yang sederhana, guru dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat itu sendiri adalah
22
orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak
mesti di lembaga pendidikan yang formal saja akan tetapi juga dapat
dilaksanakan di lembaga pendidikan non-formal seperti di masjid, di
surau/mushola, di rumah dan sebagainya.
Menurut Zakiah Daradjat (1992 : 28)
Menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang
memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam
melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup
menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan
bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, perlu diperhatikan pula dalam
hal mana ia miliki kemampuan dan kelemahan.
Pengertian semacam ini identik dengan pendapat Hamdani dan
Fuad (2001:92) yaitu pendidik (guru) adalah orang dewasa yang
bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik
(peserta didik) dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah, kholifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai
individu yang sanggup berdiri sendiri.
Pendapat ini didukung oleh AM Sudirman (137 : 2000) yang
menyebutkan bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran dan ikut bertanggungjawab dalam membantu
23
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Hal ini menunjukkan
bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan materi pelajaran, namun harus ikut aktif dan berjiwa bebas
serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan peserta didik untuk
menjadi orang yang dewasa.
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,
menggerakkan dan melaksanakn kegiatan pembelajaran yang bertumpu
pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Selain sebagai seorang yang memiliki latar belakang pendidikan
keguruan seorang guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengajar,
pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang peserta didik yang
diajarnya. Kemampuan guru dalam melakukan bimbingan, arahan dan
pembinaan dalam kegiatan pembelajaran, amat mempengaruhi terhadap
kegiatan belajar mengajar. Demikian pula pandangan guru terhadap
peserta didik juga amat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Guru Pendidikan Agama Islam adalah merupakan orang yang
melakukan kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar
terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (Muhaimin 1992 : 33)
24
2. Tugas Guru.
Tugas diartikan sebagai suatu pekerjaan dan tanggung jawab
seseorang. Pekerjaan yang dibebankan, sesuatu yang wajib dilakukan
atau ditentukan untuk perintah agar melakukan sesuatu dalam jabatan
tertentu.
Ahmad Tafsir (1994 : 79) membagi tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh guru antara lain adalah :
a. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik memilikinya dengan cepat.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
Menurut Abudin Nata (2011: 104) Berkaitan dengan tugas guru
terdapat sejumlah prinsip yang harus dipedomani sebagai berikut:
a) Guru yang membuat desain instruksional tersebut harus memandang peserta didik sebagai partner yang memiliki emansipasi menuju kemandirian.
b) Guru harus memiliki asumsi bahwa peserta didik Yng mwngikuti kegiatan proses pembelajaran memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
c) Dalam menyusun desain instruksional seorang guru harus harus mempertimbangkannya dengan matang.
d) Guru harus memandang bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran di kelas dan lainnya dengan menggunakan bahan belajar tertentu yaitu berbagai bidang studi di sekolah dan lainnya.
25
e) Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh peserta didik serta suatu respon terhadap segala pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut guru meningkatkan kemampuan- kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
f) Guru harus memandang bahwa perilaku peserta didik merupakan proses hasil belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tidak dikehendaki dan yang dikehendaki
g) Guru harus memandang bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan memiliki dampak langsung dari pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
h) Setelah peserta didik lulus berkat hasil belajarnya maka peserta didik menyusun program belajarnya sendiri yang selanjutnya mengarah pada terciptanya proses belajar sepanjang harinya menuju terciptanya masyarakat belajar.
Guru adalah profesi yang mulia yang diberikan tugas untuk
mengajar dan mendidik seorang anak untuk menjadi pribadi yang dapat
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Untuk itu selayaknya seorang
guru harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin dalam mencapai tujuan
pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan Nasional yakni
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
3. Kompetensi guru
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan pasal 28
dan 29 yang menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
26
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Kompetensi guru merupakan syarat utama dalam proses
pembelajaran. Kompetensi disini didefinisikan sebagai pemilikan
pengetahuan ( konsep dasar keilmuan), keterampilan yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan di lapangan, dan kemampuan
sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi ini meliputi :
1) Kompetensi Profesional, Kompetensi profesional adalah
kemampuan guru dalam penguasaan bahan ajar secara penuh dan
juga cara-cara mengajarkannya secara pedagogis dan metodis
2) Kompetensi Personal, Kompetensi personal guru berkaitan dengan
potensi-potensi psikologis guru untuk tugas-tugas kependidikan.
3) Kompetensi Sosial, Kompetensi sosial guru adalah kemampuan
guru dalam berkomunikasi atau dalam berhubungan dengan para
peserta didiknya, sesama teman guru, kepala sekolah, pegawai
tata usaha, dan dengan anggota masyarakat dilingkungannya
(Arikunto, 1990). Dengan maksud lain kompetensi sosial guru
adalah kemampuan guru dalam berhubungan sosial dengan
sesama manusia, terutama dengan orang-orang disekitarnya,
seperti tetangga, kerabat.
4) Kompetensi Keagamaan, Kompetensi keagamaan guru
dimaksudkan untuk menyebutkan ”komitmen” beragama guru, bisa
berupa nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku beragama. Komitmen
27
agama ini diukur dari ketaatan melaksanakan dan menjauhi
larangan Allah, keakraban dengan Al-Qur`an Hadits dan ulama`,
kegairahan dalam mempelajari ilmu agama, dan aktivitas dalam
kegiatan keagamaan.
Dengan penguasaan dari seluruh kompetensi di atas akan
dihasilkan guru yang kompeten dan profesional, memiliki kepribadian yang
baik, taat pada agama, dan memiliki rasa sosial yang tinggi dan dapat
dikatakan sebagai guru yang professional.
4. Karakteristik Guru
Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap
perbuatan guru baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
contohnya, bagaimana guru meningkatkan pelayanan, meningkatkan
pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motifasi kepada peserta
didiknya, bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara
bergaul baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota
masyarakat lainnya.
Menurut Abudin Nata ( 2011: 125) dalam Islam guru Pendidikan
Agama Islam memiliki sebutan yaitu :
1) Ustadz. Orang yang berkomitmen dengan profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja serta sikap continous improvement.
2) Mua’llim. Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan prakteknya sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
28
3) Murabbi’. Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tdak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
4) Mursyid. Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
5) Mudarris. Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
6) Muaddib. Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa menjadi guru penuh
dengan kemuliaan. Dimana seorang guru diberikan amanah yang begitu
mulia untuk memanusiakan manusia. Memberikan pengajaran dan
pendidikan kepada anak didiknya untuk bekalnya di masa depan.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran
dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.
Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87), Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
29
dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,
menghayati makna, tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf dalam Abd Majid (2012) mengartikan pendidikan
Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan
pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada
generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim , bertakwa kepada
Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupannya,
sedangkan menurut A.Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalam bimbingan
yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Asizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu
adanya proses transper nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi
tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh
karena itu ketika kita menyebut pendidikan islam maka akan mencakup
dua hal, (a) mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau
akhlak Islam; (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran
islam subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Dalam Q.S An-Nahl ayat 125 Allah Swt berfirman :
ٱدع إلى سبیرببٱلحكمة وٱلموعظة ٱلحسنة
30
Terjemahannnya :
Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik. Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahan : 2006)
Mata pelajaran Pendidikan Agama islam itu secara keseluruhannya
terliput dalam lingkup Al-Quran dan Al-hadis, keimanan, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun
minallah wa hablun minannas).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbimgan, pengajaran atau
pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Nasaruddin Rahman (2001 : 33) menjelaskan bahwa da beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
yaitu sebagai berikut :
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai
31
b. Peserta didik harus disiapkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
c. Pendidik atau Guru Agama Islam harus disiapkan untuk bias menjalankan tugasnya yakni merencanakan bimbingan, pengajaran dan pelatihan.
d. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam.
e. Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan islam, metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan Pendidikan Agama Islam yang hendak dicapai proses pembelajaran.
f. Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, Kementerian pendidikan Nasional merumuskan sebagai berikut ; (1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan pengamalan, pembiasaan, serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. (2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlah mulia, yaitu manusia berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil berdisiplin, bertoleran (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya agama dalam komunikasi sekolah.
Berangkat dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan
membimbing, pengajaran dan latihan yang dilakukan guru Pendidikan
Agama Islam secara berencana dan sadar dengan tujuan agar peserta
didik dapat menumbuh kembangkan akidahnya melalui pemberian,
pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan
32
ketakwaannya kepada Allah Swt yang pada akhirnya mewujudkan
manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai
dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk (1983:1)
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
1. Dasar Yuridis/hokum
Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan Pendidikan Agama yang
berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung
dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama
di sekolah formal.
2. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.
Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah dari
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-
Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut
antara lain :
Q.S. An-Nahl ayat 125 Allah berfirman :
ٱدع إلى سبیل ربك بٱلحكمة وٱلموعظة ٱلحسنة
Terjemahnya: Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara bijaksana
dan dengan nasehat yang baik (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)
3. Aspek Psikologis
33
Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk (1983:25)
bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya
pegangan hidup yang disebut agama. Mereka mengatakan bahwa
dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat yang
Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan.
Berdasrkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk membuat
hati tenang dan tenteram adalah dengan jalan mendekatkan diri
kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-
Ra”d ayat 28, yaitu :
تطمىن ٱلقلوب ٱلذین ءامنوا وتطمىن قلوبھم بذكر ٱ ر ٱ )٢٨( ألا بذ
Terjemahnya :
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah”. (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid (2012:15) Pendidikan Agama Islam untuk
sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :
34
(a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi
untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
(b) Penanaman nilai sebagai sebagai pedoman hidup untuk
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.
(c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran Islam.
(d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekuangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran
dalam agama Islam.
(e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
(f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
35
(g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memilih bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimamfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4. Tujuan Pendidika Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).
Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan
dari Tujuan Pendidikan Nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU
No. 20 tahun 2003), berbunyi: “ Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kalau tujuan Pendidikan Nasional sudah terumuskan dengan
baik, maka fokus berikutnya adalah cara menyampaikan atau bahkan
menanamkan nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Cara seperti ini
meliputi penyampaian atau guru, penerima atau peserta didik,
36
berbagai macam sarana dan prasarana, kelembagaan dan faktor
lainnya, termasuk kepala sekolah/madrasah, masyarakat terlebih
orang tua dan sebagainya.
Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam
pendidikan karena pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus.
Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi
perkembangan anak secara utuh.
Apa yang disaksikan selama ini, apakah karena kegagalan
pembentukan individu atau karena yang lain, nilai-nilai yang
mempunyai imflikasi sosial dalam istilah Qodry Azizy disebut dengan
moralitas sosial atau etika sosial atau AA. Gym menyebutnya dengan
krisis akhlak hampir tidak pernah mendapat perhatian yang serius.
Padahal penekanan terpenting dari ajaran Islam pada dasarnya
adalah hubungan antarsesama ummat manusia (muamalah bayina
An-Nas) yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan
moralitas sosial.
Oleh Karena itu, berbicara Pendidikan Agama Islam, baik
makna maupun tujuannya haruslah mengacuh pada penanaman
nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai
keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang
kemudian akan mampu membuahkan kebaikan ( hasanah ) di akhirat
37
kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah
ayat 201:
ارربنا آتنا فى الـد نیا حسنة وفى الآ خـرة حسنة و قنا عـذابا الن
Artinya: ”Ya Allah berilah kami kebahagian hidup di dunia dan kebahagian hidup di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.” (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang
berbahagia di dunia dan akhirat. Dalam konteks sosiologi pribadi yang
bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun
besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga
sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik
menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya
lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar
idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka
tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-
tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil
yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal (2001 : 44) tujuan umum pendidikan
Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut
Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri
38
ialah beribadah kepada Allah, dapat dipahami pula bahwa salah satu
tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah swt. Islam menghendaki agar manusia dididik
supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang
telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah
beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adzariyat ayat 56.
٥٦ لإنس إلا لیعبدون وما خلقت ٱلجن وٱ
Terjemahannya :
“ Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya : 2006).
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu
terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan,
mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi
sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan
yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah
merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang
mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia
berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan
dengan Allah.
Salah satu ibadah yang disukai oleh Allah swt adalah menuntut ilmu.
Janji Allah swt., bagi orang yang beriman dan berilmu adalah ditinggikan
39
derajatnya sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah QS.Al-Mujadilah:
11) yaitu :
یـرفـع الله الـذین آمنوا منكم والـذین أوتوا العـلم درجات
Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.(Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)
Sebagai manusia harus mampu menyadari posisi sebagai seorang
hamba yang wajib melakukan sesuatu hanya untuk mencari ridho Allah
swt, semata. Termasuk dalam menuntut ilmu pengetahuan, tujuan akhir
yang diharapkan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah swt,
tanpa ada tendensi lain yang dapat merusak niat kita.
Menurut al Syaibani (2003 : 101) tujuan pendidikan Islam adalah :
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut Al Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
pembinaan akhlak untuk menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan
akhirat. Penguasaan ilmu sehingga memiliki keterampilan bekerja dalam
masyarakat. Menurut Asma Hasan Fahmi (2001 : 23) tujuan akhir
pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
40
a. Tujuan keagamaan. b. Tujuan pengembangan akal dan akhlak. c. Tujuan pengajaran kebudayaan. d. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
a) Bahagia di dunia dan akhirat b) menghambakan diri kepada Allah. c) Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan
masyarakat islam. d) Akhlak mulia.
Tujuan pendidikan Islam dapat tercapai apabila seluruh elemen
yang terkait dengan dunia pendidikan bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus
memiliki visi dan misi yang sama untuk mewujudkan tujuan pendidikan
Islam, karena tugas mengajarkan pendidikan Islam bukan hanya di
sekolah namun perlu kerjasama dari orang tua, guru dan masyarakat
untuk memberikan pendidikan agama kepada anak didik sebagai harapan
masa depan.
Nazarudin Rahman (2001 : 33) menjelaskan bahwa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
b. Peserta didik harus disiapkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
c. Pendidik atau Guru Agama Islam harus disiapkan untuk bisa menjalankan tugasnya, yakni merencanakan bimbingan, pangajaran dan pelatihan.
41
d. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.
e. Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan Islam, metode pembelajaran Pendidikan agama Islam harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan agama Islam yang hendak dicapai proses pembelajaran.
f. Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan sebagai berikut :
g. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
h. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleran (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Lebih lanjut, menurut Arifin, ada tiga aspek nilai yang terkandung
dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui
metode, yaitu : pertama, membentuk peserta didik menjadi hamba Allah
yang mengabdi kepadaNya semata. Kedua, bernilai edukatif yang
mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan Al-hadist. Ketiga, berkaitan
dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an yang
disebut pahala dan siksaan.
Berangkat dari beberapa penjelasan tersebut, dapat dikemukakan
bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan
membimbing, pengajaran dan latihan yang dilakukan guru pendidikan
agama Islam secara berencana dan sadar dengan tujuan agar peserta
didik bisa menumbuh kembangkan akidahnya melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
42
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah swt yang pada akhirnya mewujudkan
manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia.
Agar hal di atas tercapai, maka guru Pendidikan Agama Islam
dituntut mampu mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran,
disinilah pentingnya mempelajari metode pembelajaran pendidikan agama
Islam
5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Karakteristik Pendidikan Agama Islam sebagai gambaran
sejauhmana nilai-nilai utama (karakter) yang terkandung dalam mata
pelajaran ini. Adapun 7 karakteristik mata pelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah adalah sebagai berikut : (1) pendidikan agama Islam
merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok
(dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga pendidikan agama
Islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
Islam. (2) Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, pendidikan agama
Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan
untuk mengembangkan kepribadian dan moral (karakter) peserta didik.
Oleh karena itu, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut
harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata
pelajaran pendidikan agama Islam. (3) Diberikannya mata pelajaran
43
pendidikan agama Islam, khususnya di Sekolah, bertujuan untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada
Allah swt berbudi pekerti yang luhur (berkarakter atau berakhlak mulia),
dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber
ajaran dan sendi-sendi islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dijadikan bekal untuk
mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran lain, sehingga akan
semakin memperkuat pembentukaan karakterdan keilmuannya.
(4) Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang tidak hanya
mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman,
tetapi pendidikan agama Islam lebih menekankan bagaimana peserta
didik mampu menguasai kajian keislaman sekaligus dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan agama Islam tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah
pada aspek afektif (sikap) dan psikomotornya (perilaku). Hasil dari
Pendidikan Agama Islam adalah sikap perilaku (karakter) peserta didik
sehari-hari yang sejalan dengan ajaran Islam. (5) Secara umum mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam didasarkan pada ketentuan-ketentuan
yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-quran dan
sunnah/ hadis Nabi Muhammad saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode
Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip Pendidikan
Agama Islam tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih
44
dan hasil-hasil ijtihad lainnya. (6) Prinsip-prinsip dasar Pendidikan Agama
Islam tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah,
syariah, dan akhlak. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai
kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam,
Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah;
Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah; dan Ilmu Akhlak
(Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari
akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi
serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata
pelajaran di sekolah . Jika hal ini diimplementasikan di sekolah, yakni
dengan mendasari peserta didik aqidah (fondasi) yang kokoh lalu
mendorong untuk melaksanakan semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya
(syariah) secara utuh, maka akan terbentuk peserta didik yang memiliki
akhlak (karakter) mulia yang utuh baik dalam hubungan vertikal (hablun
minallah) maupun horisontal (hablun minannas), serta memiliki ilmu
pengetahuan dan kreativitas yang memadai. (7) Tujuan akhir dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah terbentuknya
peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (manusia berkarakter).
Muhaimin ( 2010 : 24 ) Tujuan dari Pendidikan Agama Islam
sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw. di
dunia. Oleh karena itu, pendidikan akhlak (pendidikan karakter) adalah
jiwa Pendidikan Agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Peserta didik
45
membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi ia juga
membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan
kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau
bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung
muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak
atau karakter peserta didiknya.
6. Urgensi Pendidikan Agama islam bagi peserta didik
Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan pendidikan
Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan
mendidik anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani
sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Jadi perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh
oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga,
sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu seyogianyalah
Pendidikan Agama Islam ditanamkan sejak lahir bahkan sejak dalam
kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan di
sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan
Tinggi.
Pendidikan Agama Islam perlu diajarkan sebaik-sebaiknya dengan
memakai metode dan alat yang tepat serta manajemen yang baik. Apabila
Pendidikan Agama Islam di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
maka insya Allah dapat membantu mewujudkan harapan setiap orang
46
tua, yaitu memiliki anak yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt,
berbudi luhur, cerdas dan terampil berguna untuk Nusa, Bangsa dan
Agama..
sebagai warga Negara Indonesia yang beriman dan bertakwa,
patriotik (cinta tana air) menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman
hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat bahwa pendidikan agama
(khususnya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaan pada semua
jenis, jenjang, dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa
seperti telah digariskan dalam tap-tap MPR, dan undang-undang telah
menjabarkan aspirasi tersebut yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan
oleh presiden. Sehingga menjadi dasar yuridis nasional kita dan mengikat
seluruh warga Negara Indonesia ke dalam satu sistem pendidikan
nasional.
Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup
peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam
upaya yang bernaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia
melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of
knowledge dan transfer of values.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan
pendidikan Islam, merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional,
sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali eksistensinya
secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil
peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap
47
saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang ada dengan otonomi
dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan
secara nyata.
Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka Pendidikan Islam
memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya
dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki
muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan Pendidikan Islam
untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara
berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta
kepribadian. Karena itulah Pendidikan Islam memiliki beban yang multi
paradigma, sebab berusaha memadukan unsure profane dan imanen,
dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya
tujuan inti pendidikan Islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang
beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling
menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan Pendidikan Islam tidak dapat
dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya
dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna
melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan
mengembangkan sains, tetapi juga lebih penting lagi yaitu dapat
menemukan konsep baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga dapat
48
membangun masyarakat Islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
yang diperlukan.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 yang
berbunyi:
یـرفـع الله الـذین آمنوا منكم والـذین أوتوا العـلم درجات
Terjemahannya:
”Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)
Manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sebagai karsa sila pertama pancasila, tidak dapat terwujud secara
tiba-tiba. Manusia beriman dan bertaqwa terbentuk dengan melakukan
proses kehidupan dan proses pendidikan, khususnya kehidupan
beragama dan pendidikan agama. Proses pendidikan itu berlangsung
seumur hidup manusia baik di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah
dan di masyarakat. Sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad Saw :
◌ أطلب العـلم من المھـد إلى اللھـد
Artinya :”Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai lian lahad”
Keimanan dan ketakwaan tidaklah dapat terwujud tanpa agama.
Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia menjadi manusia yang
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Hal ini tertuang dengan jelas
dalam tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
49
Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati
dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan agama berfungsi sebagai usaha membina kehidupan
beragama melalui pendidikan disinilah letak fungsi yang dijalankan
pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Lebih lanjut dapat diungkapkan bahwa dalam rangka
pembangunan manusia seutuhnya (insan pancasila) dan masyarakat
Indonesia seluruhnya (masyarakat pancasila), maka pendidikan agama
berfungsi, dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang
percaya dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Membina
warganegara Indonesia menjadi warga Negara yang baik sekaligus
ummat yang taat menjalankan agamanya.
Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dianugrahi
oleh Allah swt pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk
menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan
sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.
Mengenai pentingnya belajar menurut A.R. Shaleh dalam Soependi
Soeryadinata, (2001 : 14) anak manusia tumbuh dan berkembang, baik
pikiran, rasa, kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian
sangat pital adanya faktor belajar.
50
Jadi Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan
bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama
anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran
agama.
Masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satu pokok
ajaran Islam yang harus diutamakan dalam Pendidikan Agama Islam
untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik, dengan melihat arti
Pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan
Pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada
ajaran agama Islam.
Oleh karena itu, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin
dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani
sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai
dengan ajaran agama Islam.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah ASwt dalam Q.S At-tahrim
ayat 6 yaitu :
ین آمنوا قوا أنفسكم واھـلیكم نا را یا أیھا الـذ
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, QS, At-tahrim : 6)
51
Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan
untuk pendidikan selanjutnya. Menurut pendapat Zakiyah Darajat
(1992:95) bahwa, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh
pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil.
Mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Islam
di sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu,
Pendidikan Agama Islam di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum
nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang
umum maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai
karakteristik yang khas yaitu: Pertama, Pendidikan Islam merujuk pada
aturan-aturan yang sudah pasti. Pendidikan Agama Islam mengikuti
aturan atau garis-garis yang sudah jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak
dan di tawar. Aturan itu adalah Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw, semua yang terlibat dalam Pendidikan Agama
Islam itu harus senantiasa berpegang teguh pada aturan ini.
52
Pendidikan pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan itu
diajarkan sebagai mana adanya dan terserah kepada manusia yang
hendak mengarahkan pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkan, tetapi tidak
memberikan petunjuk ke arah mana dan bagaimana memberlakukan
pendidikan itu. Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang bersifat relatif, sehingga tidak bisa
diramalkan ke arah mana pengetahuan keterampilan dan nilai itu
digunakan, disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena
terperangkap oleh perhitungan untung rugi, sedangkan Pendidikan Agama
Islam memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak seperti pendidikan umum.
Kedua, Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua
sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al-Qashas ayat : 77
ار الآ خرة ولا تنسى نصیبك الد نیا وابتغ فیما آتاك الله الـد
Terjemahannya :
”Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiannmu dari (kenikmatan) duniawi”. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, QS, Al-Qashas : 77)
Pendidikan Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang
mempunyai dua sisi pertama sisi keagamaan yang menjadi pokok dalam
substansi ajaran yang akan dipelajari, sisi kedua adalah pengetahuan
berisikan hal-hal yang mungkin umum dapat di indera dan diakali,
berbentuk pengalaman faktual maupun pengalaman pikir. Sisi pertama
53
lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi kedua lebih
cenderung menekankan pada kehidupan akhirat namun, kedua sisi ini
tidak dapat dipisahkan karena terdapat hubungan sebab akibat, oleh
karena itu, kedua sisi ini selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan
usahanya, karena memang Pendidikan Agama Islam mengacu kepada
kehidupan dunia dan akhirat;
Ketiga, Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul
karimah. Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan
akhlakul karimah, hati nurani untuk selalu berbuat baik dan bersikap
dalam kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tidak
menyalahi aturan dan berpegang teguh pada dasar Agama Islam yaitu Al-
Qur’an dan Hadits.
Keempat, Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas
suci. Pada umumnya, manusia khususnya kaum muslimin berkeyakinan
bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari
risalah, karena itu mereka mengangapnya sebagai misi suci. Karena itu
dengan menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam berarti pula
menegakkan agama, yang tentunya bernilai suatu kebaikan di sisi Allah;
Kelima, Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah, sejalan
dengan hal yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah Pendidikan
Agama Islam merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari
Allah, dari segi mengajar, pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas
yang mulia, disamping tugas itu sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus
54
berlangsung hingga yang bersangkutan meninggal dunia, dengan
ketentuan ilmu yang diajarkan itu diamalkan oleh peserta didik ataupun
ilmu itu diajarkan secara berantai kepada orang lain.
D. MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu
unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia.
Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan
kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang
kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen
kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan
organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta
efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan.
Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat
strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan
pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.
Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau
tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:
Tingkat baik dan buruknya suatu kadar, Derajat atau taraf (kepandaian,
kecakapan, dan sebagainya). Mutu dalam konteks pendidikan pengertian
mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai
input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
55
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana
yang kondusif.
Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas
adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut
maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik
itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran,
kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada,
pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan
untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.
Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru
mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Bahwa setiap guru atau
tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan
peserta didik belajar dan keberhasilan guru mengajar. Belajar hanya dapat
terjadi apabila peserta didik sendiri telah termotivasi untuk belajar .
Guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan
manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga
murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan
murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap
berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan
bagian yang sangat penting di dalam proses belajar untuk mampu belajar.
56
Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas
dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu
menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi
(dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan). Dari
aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar
suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang
menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan
profesionalitas kependidikan.
Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif
media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar
peserta didik. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari
seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap
terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek
materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan
kompetensi yang harus dikuasi peserta didik.
Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat
diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, peserta
didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran
dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan
tuntutan kurikuler.
2. Indikator Pencapaian Mutu Pembelajaran
57
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi
indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan
pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha
penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di
kelas. Beberapa indikator pencapaian mutu pembelajaran dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Prestasi Peserta Didik Meningkat
Prestasi peserta didik yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung
mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan
psikomotorik (tingkah laku).
2) Peserta Didik Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar peserta
didik ataupun peserta didik dengan guru. Dengan adanya kekompakan
akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: (1)
adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, (2) adanya
saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendirii,
(3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling
menghargai dan (5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan
iri hati.
3) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
58
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
membantu peserta didik dalam menyerap dan memahami pelajaran yang
diserap oleh guru, karena apabila peserta didik tidak menyenangi
pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri
peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan
menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas
yang menarik.
4). Mampu Berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain
Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah
keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang
keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari
semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang
dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
5) Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan
melatih peserta didik dalam bersosialisasi, bekerjasama dan memecahkan
masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri
apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
6) Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Peserta Didik
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau
59
pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan
potensi peserta didik.
8) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang
harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam setiap
pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan
minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada
kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru dan unsur-unsur lain
yang melaksanakannya.
Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari
perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik,
iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem
pembelajaran.
E. Kerangka Fikir
Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai
intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, peserta didik, kurikulum
dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam
menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
Guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, karena
menjadi salah satu penunjang meningkatnya mutu pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena guru adalah salah satu penggerak proses
60
pembelajaran dan berinteraksi secara langsung dengan peserta didik.
Untuk itu dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran maka guru harus
memiliki berbagai macam strategi yang menarik untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkualitas di dalam
kelas sehingga mutu pembelajaran meningkat dan tujuan pendidikan
agama Islam dapat tercapai.
61
Adapun kerangka pikir dari penjabaran di atas adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :
a. Strategi Ekspositori b. Strategi inquiry c. Strategi Pembelajaran Inquiry Sosial d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir e. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok f. Strategi Pembelajaran Afektif
SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PESERTA DIDIK
TUJUN PENDIDIKAN AGAMA ISLSM
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif beruapa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Deskriptif kuantitatif adalah
pengolahan data yang berbentuk angka-angka, (Nuru Juriyah, 2001: 45),
Kedua jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui strategi guru
pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK 2 Bungoro Kab. Pangkep.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro
Kabupaten Pangkep.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002:108) mengemukakan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. dan populasi menurut Sugiono,
(2004: 90) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
62 62
63
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
dan guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2
Bungoro Kabupaten Pangkep.
b. Sampel
Suharsimi Arikunto, (2002:109) mengatakan, sampel adalah bagian
dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sedangkan
menurut Sugiono, (2005:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada dasarnya
penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi atau keterangan mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti
sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua
populasi yang ada.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel bertujuan
(purposive sampling) yakni teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas XI 4 Jurusan Teknik Kendaraan Ringan yang
berjumlah 34 orang, dengan asumsi bahwa kelas tersebut dapat mewakili
populasi yang ada ditambah dengan guru Pendidikan Agama Islam di
kelas tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data di lapangan, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data berikut :
64
1. Observasi, yaitu pengamatan dengan memperhatikan sesuatu
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Dalam hal ini, dengan menggunakan
observasi maka peneliti akan mengamati implemntasi strategi guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran
pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro
Kabupaten Pangkep
2. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
3. Interview (wawancara), yaitu sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data yang
terdiri dari :
a. Pedoman observasi yang akan digunakan peneliti dalam hal ini
adalah catatan observasi.
b. Angket yang akan peneliti berikan pada responden.
c. Pedoman wawancara di pergunakan untuk mendapatkan
informasi berupa pendapat dari informan
65
E. Defenisi Operasional dan Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam
memahami maksud yang terkandung dalam judul ini, maka penulius
perlu memberikan pengertian terhadap berbagai istilah-istilah yang
terdapat di dalamnya.
1. Strategi Guru dalam mengajar
Srtategi guru dalam mengajara adalah suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja oleh guru untuk
melakukan kegiatan atau tindakan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus
dalam pembelajaran.
2. Mutu Pembelajaran
Mutu pembelajaran adalah suatu kualitas atau kadar atau
tingkatan atau hasil yang diperoleh dari suatu pembelajaran yang
telah dilaksanakan dalam berbagai metode pembelajaran.
Dengan demikian, penelitian yang berjudul “ Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Negeri 2 Bungoro “
dapat dipahami bahwa dalam prose pembelajaran diperlukan berbagai
macam strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
A. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis gunakan teknik
sebagai berikut :
66
a. Kuantitatif deskriptif yakni pengukuran pengolahan data yang
berbentuk angka-angka dengan frekuensi dan prosentase, yang
digunakan untuk mengetahui Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep. sebagai berikut :
P =
nf x 100 %
Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah Frekuensi
n = Jumlah Responden. (Anas Sudijono, 2004:43).
b. Kualitatif deskriptif, yakni mengolah data yang bersifat non angka-
angka dengan penilaian dalam bentuk sederhana.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. SElayang Pandang Tentang Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Bungoro Kab.Pangkep
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) 2 Bungoro merupakan salah
satu diantara Sekolah Kejuruan yang berada di wilayah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan. Berdiri sejak tanggal 26 April 1974, melalui
surat keputusan Kepala Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi-Selatan atas nama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 01/05/0/1974 tanggal 26 April
1974. Sebelumnya sekolah ini merupakan sekolah kelas jauh dari Sekolah
Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) Negeri Ujung Pandang.
Pada awal berdirinya SKKA Negeri Pangkep membuka 2 jurusna
(program studi keahlian) yaitu jurusan Busana/ Menjahit dan Jurusan Tata
Graha. Kemudian SKKA Negeri Pangkep berubah menjadi SMKK Negeri
Pangkep.
Pada tahun 1992 melalui kebijakan Bupati Pangkep, SMKK Negeri
Pangkep berpindah lokasi ke Kecamatan Bungoro tepatnya di Jalan
Tonasa II menempati lokasi yang ssebelumnya ditempati oleh SMEA
Negeri Pangkep.
67
68
Seiring dengan awal perpindahan lokasi SMKK Negeri Pangkep
tersebut, maka sekolah menambah 1 jurusan di sekolah tersebut yaitu
Program keahlian Baru yaitu Kecantikan.
Berdasarkan surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tahun 1993, maka terhitung awal tahun ajaran baru
1993/1994 semua sekolah menengah kejuruan berubah nama. Nama
sekolah diambil dari nama kecamatan dimana sekolah tersebut berada
dan nomor Klatur sekolah diurutkan berdasarkan usia sekolah itu berdiri.
Terhitung mulai bulan Juli 1993, nama SMKK Negeri Pangkep berubah
nama menjadi SMK Negeri 2 Bungoro.
Seiring dengan perkembangan waktu serta berdasarkan program
kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, khususnya tentan
reengenering ( penataan program keahlian), maka SMK Negeri 2 Bungoro
menambah beberapa jurusan baru/ program keahlian baru. Beberapa
program keahlian baru tersebut adalah Teknik Las yang dibuka pada
tahun 2003, Teknik Budi Otomatif yang dibuka pada tahun 2004,
Perhotelan yang dibuka pada tahun 2005 dan Mekanik otomotif yang
dibuka pada tahun 2008.
Penerapan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) tahun
2006 turut mempengaruhi perubahan nama jurusan atau program studi
keahlian. Dengan demikian program studi keahlian yang ada di SMK
Negeri 2 Bungoro sampai saat ini adalah sebagai berikut:
a) Program Studi Keahlian Busana Butik
69
b) Program Studi Keahlian Kecantikan Rambut
c) Program Studi Keahlian Akomodasi Perhotelan
d) Program Studi Keahlian Teknik Pengelasan
e) Program Studi Keahlian Teknik Perbaikan Bodi Otomotif
f) Program Studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Adapun yang menjabat Kepala Sekolah di Sekolah Menengah
Kejuruan mulai dari awal berdirinya sampai saat ini terdiri dari 3 orang
yaitu Ibu Rachmah Noor Salam yang menjabat dari tanggal 24 April 1974
sampai 01 Juni 1991 kemudian dilanjutkan oleh Dra. Hj. Rukiyah Yusuf
yang menjabat dari tanggal 01 Juni 1991 sampai 02 Juni 2000 dan
terakhir oleh Drs. Suyatman, M.M., yang menjabat dari tanggal 02 Juni
2000 sampai sekarang.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
Sebagai salah satu sekolah yang cukup maju di Kabupaten
Pangkep maka SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep senantiasa
memberikan upaya yang terbaik dalam pelayanan di bidang pendidikan.
Untuk memudahkan hal tersebut maka sekolah merumuskan Visi dan Misi
Sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun visi dan
Misi Sekolah sebagai berikut:
Visi Sekolah:
“ Menghasilkan tamatan yang terampil, kreatif, inovatif serta memiliki iman
dan taqwa yang kuat”
70
Misi Sekolah:
a. Melaksanakan dan mengembangkan proses diklat yang berkualitas
berbasis kompetensi dilandasi dengan iman dan taqwa,
b. Melaksanakan dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat
dan duniausaha/ industry dalam rangka pelaksanaan program Diklat.
Tujuan Sekolah:
a. Meningkatkan layanan kepada peserta didik dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran teori agar dapat berlangsung efektif dan efisien
b. Mendukung tercapainya program pengembangan SMK berstandar
Nasional
c. Mewujudkan pelaksanaan kebijaksanaan Depdiknas dalam upaya
peningkatan mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan
3. Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
memiliki guru sebanyak 59 orang, guru agama berjumlah 4 orang yaitu:.
Secara umum peneliti menguraikan guru di SMK Negeri 2 Bungoro
sebagai berikut:
71
Tabel. 1
Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
No Nama Guru Jabatan
1 Drs. Suyatman, M.M Kepala Sekolah
2 Dra. Hj.Nursyam Wakasek Kurikulum
3 Dra. Rohana Guru Mata Pelajaran
4 Dra. Hj.Rohani, HR KA. Komp. Keahlian Perhotelan
5 Dra. Ratnawati M. Guru Mata Pelajaran
6 Mas’ati, S.Pd Wakasek Humas
7 Dra. Hj. Sitti Normah KA.Kom. Kealian Busana Butik
8 Dra. Hadijah. M Guru Mata Pelajaran
9 Dra. Hudriah Guru Mata Pelajaran
10 Dra. Aisyah Daming Guru Mata Pelajaran
11 Dra. Sitti Hindong Kordinator BK
12 Dra. Hj. Masnawati Guru Mata Pelajaran
13 Dra. Salmawati Guru Mata Pelajaran
14 Dra. Ramlah Guru Mata Pelajaran
15 Dra.Murniati Sahara Kepala Perpustakaan
16 Dra. Hj. Wasiah Guru Mata Pelajaran
17 Drs. Syahruddin Rahmat Guru Mata Pelajaran
18 Muh. Thahir, S. Ag, MM Wakasek Kesiswaan
19 Dra. Hj. Rostina Guru Mata Pelajaran
72
20 Dra. Mariati Guru Mata Pelajaan
21 Hj. Sumarni, S.Pd KA. Komp.Keahlian Perhotelan
22 Dra. In Holle Guru Mata Pelajaran
23 Herawati Burhan, S. Pd Guru Mata Pelajaran
24 Marhaeni, S. Si Guru Mata Pelajaran
25 Kamal, S. Pd Guru Mata Pelajaran
26 Desi Safari Saputra, S.Pd Guru Mata Pelajaran
27 Andi Jusmiati, S.Pd Guru Mata Pelajaran
28 Dra. Maryuni Guru Mata Pelajaran
29 Hj.Asni Yusuf, S. Pi Guru Mata Pelajaran
30 Hj. Nurjannah, S.Pd.I Guru Mata Pelajaran
31 Muhammad Syafaruddin, S. Guru Mata Pelajaran
32 Hj. Nurjannah, S. Pd Guru Mata Pelajaran
33 Rusli, S. Pd, M. Pd KA.KeahlianTeknik Perbaikan Bodi
34 Abdullah, S. Pd, M. Si Guru Mata Pelajaran
35 Hamriani Manca, S. Pd Guru Mata Pelajaran
36 Suwarni, S. Pd Guru Mata Pelajaran
37 Jumriah AD, S. Pd Guru Mata Pelajaran
38 HasyimAsri Badeaman, S. Pd Guru Mata Pelajaran
39 Anwar, S. Pd, MM KA.Kom. Keahlian Teknik Las
40 Munadira, S. Pd Guru Mata Pelajaran
41 Yulianti Rattenisa, S. Pd Guru Mata Pelajaran
73
42 Bahraeni, S. Pd Guru Mata Pelajaran
43 Hasbullah, S. Pd Guru Mata Pelajaran
44 Arianto Karim, S. Pd Guru Mata Pelajaran
45 Nur Catri Kaharuddin, S. Pd Guru Mata Pelajaran
46 Hasanuddin Laebu, S. Pd Guru Mata Pelajaran
47 Irwan, S. Pd Guru Mata Pelajaran
48 Muhammad Nuryadin, S. Pd KA.Komp.Keahlian TKR
49 Andi Supriaty, S. Si Guru Mata Pelajaran
50 Jumaini, SST.Par Guru Mata Pelajaran
51 Nasniar Anwar, S. Pd Guru Mata Pelajaran
52 Herlinda Djabbar, S. Pd Guru Mata Pelajaran
53 A.Nur Alamsyah, S. Pd Guru Mata Pelajaran
54 Rafiuddin, M. Par Guru Mata Pelajaran
55 Sri Purnamasari Rahman S. Guru Mata Pelajaran
56 Suhartina Nur, S. Pd Guru Mata Pelajaran
57 A.Manggumpeang, S. Pd Guru Mata Pelajaran
58 Asmar, S. Pd Guru Mata Pelajaran
59 Nasrul, S. Pd Guru Mata Pelajaran
Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
74
4. Keadaan Siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
Sekolah Menengah Kejuruan Bungoro Kabupaten Pangkep
membina peserta didik sebanyak 1.038 siswa ( data tanggal 08 Juni
2015), yang berasal dari beberapa jurusan/ keahlian dari Kelas X- XII.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tabel.2
Keadaan Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah
Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 34 Orang
2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 24 Orang
3 Teknik Pengelasan 2 Kelas 74 Orang
4 T.Perb.Bodi Otomotif 1 Kelas 33 Orang
5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 34 Orang
6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 179 Orang
Jumlah 11 Kelas 378 Orang
Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
75
Tabel 3
Keadaan Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah
Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 31 Orang
2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 5 Orang
3 Teknik Pengelasan 2 Kelas 67 Orang
4 T.Perb.Bodi Otomotif 2 Kelas 37 Orang
5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 37 Orang
6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 149 Orang
Jumlah 12 Kelas 326 Orang
Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep Tabel 4
Keadaan Peserta Didik Kelas XII SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah
Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 34 Orang
2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 17 Orang
3 Teknik Pengelasan 3 Kelas 87 Orang
4 T.Perb.Bodi Otomotif 1 Kelas 30 Orang
5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 24 Orang
6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 142 Orang
Jumlah 12 Kelas 334 Orang
Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
76
B. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu PembelajaranDi SMK 2 Bungoro
Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Istilah strategi pertama kali
dihanya dikenal di kalangan militer, khususnya strategi perang. Dalam
sebuah peperangan atau pertempuran terdapat seseorang yang bertugas
mengatur strategi untuk memenangkan peperangan. Semakin hebat
strategi yang digunakan semakin besar kemungkinan untuk menang.
Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan Pembelajaran
yang harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Strategi dapat dikemukakan suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi
kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.
Dari beberapa pengertian diatas, Strategi Belajar Mengajar meliputi
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi
tetentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut
dengan strategi pembelajaran. Tujuan strategi tersebut adalah untuk
terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
77
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah mutu pembelajaran
khususnya Pendidikan Agama Islam.
Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai strategi-strategi yang
digunakan dalam pembelajaran dikelas yaitu strategi pembelajaran
langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, strategi
pembelajaran melalui pengalaman, dan strategi pembelajaran mandiri.
Di SMK Negeri 2 Bungoro, guru Pendidikan Agama Islam
menerapkan berbagai strategi dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pelajaran pendidikan
Agama Islam. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ramlah, beliau
mengemukakan bahwa:
Untuk meningkatkan kualitas atau mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah ditempuh beberapa cara yaitu membuat perencanaan pembelajaran, melakukan pengayaan materi dan pemanfaatan strategi pembelajaran yang bervariasi. ( Wawancara tanggal 5 Agustus 2015 Hal ini diperkuat oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Bungoro yang
mengatakan bahwa banyak upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah
khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu
pembelajarannya. Diantaranya menetapkan strategi pembelajaran yang
relevan dengan pembahasan. Salah satunya adalah strategi pembelajaran
dengan menggunakan Contextual Teaching Learning. Disamping itu
sekolah menjadikan pelajaran agama islam sebagai kegiatan wajib diikuti
oleh peserta didik.
78
Menurut yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam
Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan Muhammad Thahir, beliau
menyampaikan bahwa terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:
Melakukan pembelajaran terbimbing, pada strategi ini saya menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan peserta didik tentang materi yang saya kan ajarkan, membaca keras strategi ini dilakukan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap mata pelajaran, Contextual Teaching Learning strategi ini saya gunakan untuk menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, strategiselanjutnya adalah member kesempatan kepada peserta didik untuk membuat ringkasan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Dan yang terpenting adalah saya melaksanakan pembelajaran dengan prinsip PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) hal ini saya lakukan agar peserta didik tidak bosan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. ( Wawancara tanggal 15 September 2015) Untuk menunjang pengamalan materi peserta didik tentang
pelajaran pendidikan agama islam di kelas dari pengamatan peneliti
secara langsung di lapangan terlihat bahwa sekolah memberikan kegiatan
tambahan kepada peserta didik yang dilaksanakan setiap hari Sabtu yang
disebut dengan kegiatan Pengembangan diri. Dan difokuskan pada
pengembangan diri bernuansa religius. Dalam kegiatan pengembangan
diri tersebut dalam pengamatan peneliti melihat secara langsung
pembinaan yang intensif berupa pendampingan baca Alqur’an, latihan
pidato, ceramah, praktek Thaharah, ibadah shalat, dan beberapa materi
79
yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan setiap
hari peserta didik rutin mengikuti kegiatan shalat berjamaah dan bahkan
mengikuti sholat Jum’at yang dilaksanakan oleh pihak sekolah setiap
pekannya, dan secara bergiliran peserta didik membawakan khutbah
Jum’at.
Tentunya strategi yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama
Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan
tidak terlepas dari partisipasi peserta didik itu sendiri.
Terkait dengan strategi yang dilakukan oleh guru dalam
mengembangkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas
XI 4 Teknik Kendaraan Ringan di SMK Negeri 2 Bungoro. Peneliti
membagikan angket kepada peserta didik untuk memberikan respon
tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
tersebut:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengajar Dengan Jelas
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Jelas
Kurang Jelas
Tidak Jelas
28 6 -
82,35%
17,64%
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no 1 dan 2
80
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebanyak 28 orang
dengan nilai persentase 82,35% memberikan jawaban “jelas” dengan item
pertanyaan tentang kemampuan guru memberikan penjelasan materi
dengan jelas. Responden sebanyak 6 orang dengan nilai persentase
17,64% memberikan alternatif jawaban “kurang jelas” dan menganggap
bahwa guru dalam menjelaskan materi kadang-kadang dapat dipahamipa
peserta didik kadang pula tidak dapat dipahami oleh beber. Dan tidak ada
responden yang memberikan alternative jawaban “tidak jelas” artinya tidak
ada sama sekali responden yang tidak memahami penjelasan materi dari
guru yang mengajar Pendidikan Agama islam.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Mampu
Kurang Mampu
Tidak mampu
34 - -
100 %
0 %
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no 3 dan 4
Berdasarkan tabulasi angket di atas secara keseluruhan responden
memberikan alternatif jawaban “mampu” yang menunjukkan bahwa guru
memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Hal ini
diperkuat oleh pengamatan peneliti yang melihat bahwa guru pendidikan
Agama Islam memiliki acuan dalam melaksanakan pembelajaran dan
81
setiap materi pembelajaran guru menyiapkan ringkasan materi yang dapat
dipelajari dengan mudah oleh peserta didik dan dipersentasekan lewat
LCD.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Variasi dan Metode Guru Dalam Mengajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Bervariasi
Kadang bervariasi
Tidak bervariasi
21 13 -
61,76 %
38,23 %
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no.5 dan 9
Berdasarkan tabulasi data pada tabel menunjukkan bahwa
responden sebanyak 21 orang memilih alternative jawaban “bervariasi”
dengan nilai persentase 61,76% yang menunjukkan bahwa guru memiliki
beberapa variasi dalam mengajar. Responden sebanyak 13 orang
responden dengan nilai persentase 38,32% memilih alternatif jawaban
“kurang bervariasi” yang menunjukkan bahwa kadang guru memiliki
variasi mengajar dan kadang pula terkesan monoton.
Guru yang ideal harus memiliki banyak variasi dan metode dalam
mengajar sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas. Jangan sekedar menggugurkan kewajiban
dengan berceramah di depan kelas tanpa berusaha melihat apakah
peserta didik senang atau tidak dalam belajar. Pembelajaran yang baik
82
harus menggunakan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ( PAKEM).
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran yang Direncanakan No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Mampu
Kurang mampu
Tidak mampu
34 - -
100 %
0 %
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no 10, 13 dan 14
Berdasarkan tabulasi angket no 10, 13 dan 14 keseluruhan
responden memilih alternatif jawaban “mampu” yang menunjukkan bahwa
guru memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran yang telah
direncanakan. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa peserta didik yang peneliti menyimpulkan bahwa guru memiliki
kemampuan mengelola pembelajaran yang telah direncanakannya,
artinya guru tidak keluar dari materi yang diajarkan, guru selalu bertanya
tentang materi yang diajarkan sebelumnya dan selalu menyampaikan
materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Disamping itu
guru senantiasa memberikan tugas setiap materi pembelajaran selesai
dan rutin memeriksa tugas tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di
kelas XI 4 jurusan Teknik Kendaraan Ringan Bapak Muhammad Thahir,
83
yang dilakukan pada tanggal 15 September 2015 beliau menyampaikan
bahwa tugas diberikan sebagai bentuk pendalaman materi kepada
peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah diajarkan.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Memakai
Kadang memakai
Tidak memakai
- 34 -
0 %
100 %
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no 8
Dari tabel frekuensi tentang kemampuan guru memanfaatkan
media pembelajaran keseluruhan responden memilih alternative jawaban
“kadang memakai” yang menunjukkan bahwa guru pendidikan agama
Islam di kelas IX 4 program keahlian teknik Kendaraan Ringan kadang-
kadang memanfaatkan media pembelajaran yang ada dan kadang pula
tidak memakai, tergantung pada materi yang diajarkan.
Penggunaan media pembelajaran sangatlah penting untuk
menunjang proses pembelajaran tentunya media yang digunakan harus
sesuai dengan materi yang diajarkan oleh guru. Media sangat bermanfaat
dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan dengan adanya
media pembelajaran sangat memungkinkan bagi peserta didik untuk
berinteraksi secara langsung dengan lingkungan belajarnya.
84
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran Guru
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
2
3
Memiliki
kurang memiliki
Tidak memiliki
34 0 -
100 %
0 %
0 %
Jumlah 34 100 %
Tabulasi angket no 7, 11, 12
Berdasarkan hasil persentase dari tabel distribusi frekuensi strategi
pembelajaran guru dapat dilihat bahwa sebanyak 34 responden memilih
alternatif jawaban “memiliki” yang menunjukkan bahwa guru memiliki
berbagai strategi dalam pembelajaran. Salah satu strategi yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran yaitu sering bertanya kepada peserta
didik untuk membuka wawasan berfikirnya dan senantiasa mengajak
peserta didik untuk melakukan diskusi terhadap tema yang menarik dalam
proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah poin yang sangat penting dalam
menunjang proses pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru harus
menguasai berbagai macam strategi pembelajaran agar dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang diampuhnya.
85
C. Pencapaian Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
Dalam pencapaian mutu pembelajaran guru sangat berperan
penting, karena bersentuhan langsung dengan peserta didik. Gurulah
yang langsung berinteraksi dengan peserta didik baik di dalam maupun di
luar kelas. Guru bertugas untuk menyelenggarakan proses pembelajaran
sehingga tujuan yang diharapkan dapat terwujud dengan baik
Tujuan peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah bukan hanya dilihat dari kognitif semata melainkan harus
terintegrasi antara kognitif dan afektif. Pengetahuan agama bukan hanya
sekedar untuk diketahui melainkan harus mampu diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari
perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik,
iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem
pembelajaran.
Dampak belajar peserta didik khususnya pendidikan Agama Islam
dapat dilihat dari kemampuan kognitif, dan afektif peserta didik. Dari segi
kognitif di SMK 2 Bungoro Kabupaten Pangkep pada setiap mata
pelajaran memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) yang wajib dicapai
oleh setiap peserta didik. Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai
adalah 80. Berikut peneliti menguraikan daftar nilai yang di ambil dari
Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan yang dijadikan sebagai sampel
penelitian sebagai berikut:
86
Tabel 11
Daftar Nilai Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan
No Nama KKM Nilai
Kognitif Afektif
1 AAN ADRIANS MANSUR 80 90 B
2 ABDI AKBAr 80 96 B
3 AGUNG SETIAWAN
80 96 B
4 AGUNG WIRANDI
80 95 B
5 ARDIANSYAH
80 92 B
6 ARWIN ASRIADI
80 96 B
7 ASWAR SAPAR
80 96 B
8 BAHARUDDIN
80 96 B
9 DANDI
80 96 B
10 DENY FARADIBA COLLINT
80 93 B
11 FADLI
80 97 B
12 FANDI FRANANDA
80 90 B
13 FAUL KURNIAWAN
80 96 B
14 FIRMAN
80 92 B
15 HASRIADI. K
80 95 B
16 IRWAN
80 94 B
17 IRWANSYAH
80 90 B
87
18 JUMAEDI T.
80 90 B
19 JUNAIDI
80 95 B
20 MUH. FAJRI AWAL PRATAMA
80 96 B
21 MUH. FARHAN HARIS
80 95 B
22 MUHAMMAD SAFAR
80 97 B
23 MUMUN MUQTADIR MUSLIM
80 96 B
24 NUR ALIM
80 92 B
25 RAHMAT IZZUL HAQ
80 95 B
26 RAHUL HAMZAIDAR
80 94 B
27 SAENAL
80 96 B
28 SALMAN ABDUL RAHIM
80 90 B
29 SATRIADI
80 95 B
30 SUARDI
80 96 B
31 SYAIFULLAH
80 95 B
32 SYARWAN
80 93 B
33 TASLIM
80 97 B
34 ZULFAHMI
80 94 B
Sumber Data: Guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 2 Bungoro Kelas IX 4 Teknik Kendaraan Ringan
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata peserta didik pada
Pelajaran Agama Islam yaitu jumlah nilai keseluruhan: jumlah peserta
didik/ 3206: 34= 94. Berarti dari hasil tersebut nilai pelajaran pendidikan
agama Islam kelas IX 4 Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro
88
melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 94 dan termasuk
dalam kategori nilai yang tinggi.
Dari segi pengamalan nilai- nilai ajaran Islam peserta didik SMK
Negeri 2 Bungoro rutin melaksanakan shalat berjamaah setiap hari
termasuk ibadah shalat Jum’at, peserta didik secara bergantian
menyampaikan khutbah yang telah di ajarkan oleh guru Pendidikan
Agama Islam itu sendiri. Di smaping itu terdapat pula Rohis yang dibentuk
atas inisiatif para peserta didik yang di bina langsung oleh Guru
Pendidikan Agama Islam, dimana dalam perkumpulan tersebut peserta
didik dibina untuk bisa membaca Alqur’an.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan beliau
menyampaikan beberapa hal yang peneliti simpulkan sebagai berikut:
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro sangat mengedepankan pembinaan keagamaan, karena agama adalah pondasi bagi peserta didik untuk memasuki dunia kerja setelah menempuh pendidikan di sekolah ini. Sekolah Menengah Kejuruan walaupun notabenenya bukan sekolah agama akan tetapi pada PENTAS pendidikan agama Islam 2015 se-Kabupaten Pangkep sekolah ini meraih beberapa juara diantaranya Juara 2 lomba Khutbah, juara III peragaan busana Muslim/ Muslimah dan menjadi juara 2 lomba azan. (Wawancara pada tanggal 15 September 2015).
89
D. Faktor- Faktor Yang Menunjang Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro merupakan sekolah
kejuruan yang sangat potensial baik dari segi sarana dan prasarana.
Dapat dikatakan bahwa kondisi sekolah sudah masuk dalam kategori baik.
Tentunya tantangan terbesar bagi seluruh guru khusunya guru pendidikan
Agama Islam adalah peningkatan mutu pembelajarannya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pendidikan agama Islam sangat perlu diperkokoh agar
mampu memberikan benteng bagi peserta didik dalam menghadapi
tantangan global yang semakin kompleks.
Dalam peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro terdapat beberapa faktor
yang sangat berpengaruh pada peningkatan mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Sarana dan prasarana yang disiapkan oleh
pihak sekolah sebagai perpanjangan pemerintah sangat menunjang
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu sarana yang
peneliti maksudkan adalah keberadaan Mushallah. Mushallah di sekolah
tersebut sangat luas dan dapat menampung keseluruhan peserta didik
untuk shalat berjamaah, disamping itu mushallah tersebut sangat
menunjang proses pembelajaran yaitu pengembangan diri. Dalam kelas
pengembangan diri peserta didik dibina untuk memperlancar bacaan
Alqur’an, latihan ceramah dan khutbah, pembinaan kesenian yang
bernuansa islami seperti Nasyid dan Qasidah Rebana. Peserta didik juga
90
dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan agama melalui pengajian rutin
yang dilaksanakan oleh ROHIS.
Keberadaan media pembelajaran yang lengkap pula sangat
menunjang peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dimana setiap kelas disiapkan LCD yang dapat difungsikan sebagai media
yang menunjang proses pembelajaran.
Sikap koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator yang
baik kepada guru, selalu mengarahkan agar guru meningkatkan
kompetensi dibidangnya masing-masing yaitu kompetensi professional,
kompetensi paedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi keagamaan.
Antusiasme peserta didik merupakan faktor utama dari peningkatan
mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan antusiasme peserta
didik dalam mempelajari agama memberikan sumbangsih bagi guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Apabila ada peluang tentunya ada hambatan ataupun tantangan
yang dihadapi beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan
agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro
Kabupaten Pangkep adalah maraknya pergaulan bebas dikalangan
remaja yang tentunya berefek pula pada beberapa peserta didik di
sekolah tersebut. Condong peserta didik meniru berbagai hal yang
mereka lihat di sekitarnya sehingga sangat memungkinkan jika tidak ada
pembinaan yang intensif dari beberapa pihak maka akan banyak yang
terjerumus dalam pergaulan tersebut.
91
Kerjasama orang tua yang masih sangat minim, turut
mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
tanggung jawab mendidik agama sepenuhnya diserahkan kepada guru di
sekolah, padahal idealnya antara pihak guru dan orang tua harus
bekerjasama dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
anak sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Strategi pembelajaran Contextual Teaching Learning, Ekspositori,
dan Pembelajaran terbimbing merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
menunjukkn bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap berbagai
Strategi yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat
terlihat dari hasil wawancara guru dengan peneliti setelah menerapkan
berbagai Strategi dalam proses belajar mengajar. Peningkatan mutu
pembelajaran juga dapat terlihat dari hasil kemampuan kognitif, dan afektif
peserta didik. Dari segi Kognitif di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten
Pangkep pada setiap mata pelajaran memiliki Kriteria ketuntasan Minimal
yang harus di capai adalah 80, sedangkan hasil diperoleh melampau
92
Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu rata-rata perolehan nilai peserta didik
94 ke atas. Hal ini termasuk kategori nilai yang tinggi.
Dengan demikian keberhasilan pencapaian tujuan sangat tergantung
dari jkeberhasilan kegiatan pembelajaran sebagai sinergi dari komponen-
komponen pendidikan, termasuk penggunaan berbagai macam strategi
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa Strategi
Pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Semakin bagus strategi yang direncanakan dan
digunakan maka akan semakin bagus hasil yang didapatkan. Hal ini
terbukti dilapangan bahwa semakin banyak ataupun semakin bagus
strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran maka minat peserta
didik untuk belajar akan meningkat sehingga mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam semakin meningkat.
Tujuan pembelajaran dapat terwujud apabila strategi pembelajaran
yang digunakan tepat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemp (1985)
dalam Abdul Majid (2014) bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh seorang guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efesien.
93
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa :
1. Guru PAI di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaen Pangkep
menggunakan beberapa strategi dalam mengelola pembelajaran
di antaranya strategi Contextual Teaching Learning, Ekspositori,
Pembelajaran Terbimbing dan strategi yang diterapkan oleh guru
dianggap efektif karena sebanyak 34 orang atau 100% dari
responden menganggap strategi-strategi yang digunakan oleh
guru cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata prestasi
belajar peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam yaitu 93
sedangkan penilaian dari segi afektif peserta didik tergolong
baik, pengamalan nilai-nilai ajaran Islam ditunjukkan dengan
shalat berjama’ah, shalat jum’at berjamaah, pembinaan baca Al
qur’an dan beberapa kegiatan pengembangan diri seperti
ceramah dan khutbah.
2. Dengan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning,
Ekspositori dan pembelajaran terbimbing yang diterapkan oleh
guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro maka
93
94
mutu pembelajaran ada peningkatan, dapat dilihat antara lain
dari kemampuan kognitif, dan afektif peserta didik. Dari segi
kognitif di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep pada
setiap mata pelajaran memiliki kriteria Ketuntasan minimal yang
harus dicapai adalah 80, sedangkan hasil yang diperoleh
melampaui kriteria ketuntasan Minimal yaitu rata-rata perolehan
nilai yaitu 94 ke atas. Hal ini termasuk kategori nilai yang tinggi.
Sedangkan dari segi pengamalan nilai-nilai ajaran Islam peserta
didik di SMK Negeri 2 Bungoro rutin melaksanakan shalat
berjamaah setiap hari termasuk ibadah shalat Jumat, dan rata-
rata nilai afektif siswa termasuk kategori baik.
3. Sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pihak sekolah
sebagai perpanjangan pemerintah sangat menunjang proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu sarana yang
peneliti maksudkan adalah keberadaan mushallah yang sangat
luas. Keberadaan media pembelajaran yang lengkap, sikap
koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator yang
baik kepada guru, antusiasme peserta didik. Sedangkan
tantangan yang dihadapi oleh sekolah kerja sama orang tua
yang masih sangat minim turut mempengaruhi peningkatan
mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tanggung jawab
mendidik agama sepenuhnya diserahkan kepada guru di
sekolah, padahal idealnya antara pihak guru dan orang tua
95
harus bekerja sama dalam mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki oleh anak sehingga tidak terjerumus dalam
pergaulan yang salah.
B. Saran
Berdasar pada hasil penelitian di lapangan maka peneliti
mengajukan beberapa saran terkait dengan strategi pembelajaran dan
peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama islam:
1. Penggunaan Strategi Pembelajaran dan berbagai macam
metode sudah bagus, namun masih terus dikembangkan,
hendaknya guru selalu kreatif dan inovatif dalam mengatur atau
mengelola pembelajaran di dalam kelas, karena guru adalah
ujung tombak pembelajaran yang langsung berinteraksi secara
langsung dengan peserta didik baik di dalam kelas maupun di
luar.kelas, dukungan dari kepala sekolah harus selalu
ditingkatkan untuk memberikan motivasi dalam meningkatkan
kinerja guru
2. Peningkatan mutu pembelajaran sudah bagus, namun masih
perlu ditingkatkan dan dipertahankan, sekolah harus senantiasa
menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru
untuk menunjang proses pembelajaran sehingga mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat tercapai.
3. Faktor penunjang dalam peningkatan mutu sudah bagus
termasuk sarana dan prasarana namun masih perlu dtiambah
96
mengenai alat praktek Pendidikan Agama Islam termasuk
peralatan tata pengurusan jenasah yang sangat penting
diterapkan bagi siswa.
4. Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan pengembangan
penelitian yang lebih luas terkait dengan strategi pembelajaran
dan peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Seluruh pihak yang terkait termauk orang tua harus
meningkatkan kerja sama dengan pihak sekolah dalam upaya
peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
karena esensi dari mata pelajaran pendidikan agama Islam
terletak pada pengamalannya untuk itu pihak sekolah tentunya
membutuhkan bantuan dari orang tua yang mengawasi anak
ketika di rumah.
97
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara , Jakarta : 2009
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara 2006.
Azizy (2002), Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya, Bandung 2002
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers 2002.
Daradjat , Zakiah, Ilmu Pendiidkan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta 2009.
Fatah Jalal Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya Bandung 2012
Gagne, M, Robert., Kondisi belajar dan Teori pembelajaran, terjemahan Munandir, Holt, Rinehart and Winston digandakan oleh Universitas Terbuka,1990.
Hamdani dan Fuad 2001: 92, Psikologi Pendidikan Kencana, 2001
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Guru PAI ; Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di SMP, Jakarta: 2010.
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Guru PAI ; Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di SMP, Jakarta: 2010.
Kemp 1995, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya Bandung: 2014
Majid Abdul, Strategi Pembelajaran, Rosdakarya. Bandung: 2015
Majid Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, RosdaKarya Bandung 2012
Marimba Ahmad D. 2013, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta 2011
97
98
Mintzberg, 2007, Strategi Pembelajaran, Rosdakarya Bandung, 2007 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Penerapan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, CV. Citra Media, Surabaya, 1992.
Muhaimin dan Abdul Ghofir, Strategi Belajar Mengajar; Penerapan dalam Pembelajaran Agama Islam, Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa 1996.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010.
Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Bandung : Rosda Karya2005.
Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara 2008.
Raharja, Tirta, Umar, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta 2005.
Nata, Abudin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2011
Rahman Nasaruddin, 2001, Metodologi Pengajaran Agama, Rosdakarya, Bandung 1995
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2010,
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2006.
Surdiman, AM Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2000.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Yogyakarta; Bumi Aksara; 2014
Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 1999.
Syah , Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Bandung : Alfabeta 2010,
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung; PT.Remaja Rosdakarya. 2013
rcetaka
99
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam. bandung : pustaka setia. 2005
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Sinar Grafika 2003.
Usman, Uzer,B. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya 2010.
Hadi Miarso, Yusuf Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009.