tesis oleh salma. b

116
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMKN NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP SRATEGYOF ISLAMIC RELIGION EDUCATION TEACHER IN IMPROVING QUALITY OF LESSON ISLAMIC RELIGION EDUCATION AT SMKN 2 BUNGORO OF PANGKEP REGENCY TESIS Oleh SALMA. B Nomor Induk Mahasiswa : 01.14.408.2013 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS Oleh SALMA. B

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMKN NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP

SRATEGYOF ISLAMIC RELIGION EDUCATION TEACHER IN IMPROVING QUALITY OF LESSON ISLAMIC RELIGION EDUCATION

AT SMKN 2 BUNGORO OF PANGKEP REGENCY

TESIS

Oleh

SALMA. B Nomor Induk Mahasiswa : 01.14.408.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: TESIS Oleh SALMA. B
Page 3: TESIS Oleh SALMA. B

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA AGAMA ISLAM DI SMKN 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Islam

Kekhususan : Magister Pendidikan Agama Islam

Disusun dan Diajukan oleh

SALMA B. Nomor Induk Mahasiswa : 0114 408 2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2015

Page 4: TESIS Oleh SALMA. B
Page 5: TESIS Oleh SALMA. B
Page 6: TESIS Oleh SALMA. B
Page 7: TESIS Oleh SALMA. B
Page 8: TESIS Oleh SALMA. B

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga tesis dengan judul “ Strategi Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep dapat diselesaikan walaupun

masih dalam bentuk sederhana. Oleh karena itu, diharapkan koreksi dan

saran yang konstruktif dari pembaca dalam usaha perbaikan.

Penulis menyadari hal ini bukanlah suatu yang mudah, sehingga

tesisi ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,

,karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M. A

pembimbing I dan Dr. Rusli Malli, MP.d pembimbing II, atas bimbingan,

arahan serta koreksi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar, para Dosen khususnya di Prodi Manajemen Pendidikan Agama

Islam. Kepala Tata Usaha beserta staf di Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar atas segala bentuk bantuan dan dukungannya

i

Page 9: TESIS Oleh SALMA. B

Kepada peneliti

Secara khusus ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk

Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, mengasuh,

membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh pengorbanan,

dorongan dan iringan doanya. Suami tercinta dan anak-anakku yang

selal.u memberi dukungan moril dan materil serta memberi motivasi untuk

meraih hidup yang lebih baik.

Ucapan terima kasih pula kepada rekan-rekan perkuliahan di

Pasca Sarjana Prodi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam

Unismuh Makassar.serta semua pihak yang tidak memungkinkan

disebutkan namanya satu persatu yang senantiasa memberikan dukungan

dalam penyelesaian tesisi ini.

Akhirnya, atas jasa dan partisipasi semua pihak semoga

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt,, semoga tesis ini

dapat memberikan mamfaat serta bernilai ibadah disisi Allah Swt.

Makassar, Oktober 2015

Penulis

Salma B. Nim : 01144082013

Page 10: TESIS Oleh SALMA. B
Page 11: TESIS Oleh SALMA. B

ABSTRAK

Salma. B. 2015. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep, dibimbing oleh H.Abdul Rahman Getteng dan Rusli Malli .

Penilitian ini merupakan penelitian kualitatif yang meneliti tentang strategi guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep, dengan 3 rumusan masalah yaitu: Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep, Bagaimana mutu yang capai oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep, Apa faktor-faktor yang menunjang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan dengan jumlah 149, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel bertujuan ( purvosife sampling). Jadi yang menjadi sampel sebanyak 34 orang yakni kelas XI-4 Teknik Kendaraan Ringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaen Pangkep menggunakan beberapa strategi dalam mengelola pembelajaran diantaranya strategi Contextual Teaching Learning, Ekspositori, Pembelajaran Terbimbing dan strategi yang diterapkan oleh guru dianggap efektif karena sebanyak 34 orang atau 100% dari responden menganggap strategi-strategi yang digunakan oleh guru cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata prestasi belajar peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam yaitu 93 sedangkan penilaian dari segi afektif peserta didik tergolong Baik, pengamalan nilai-nilai ajaran Islam ditunjukkan dengan shalat berjama’ah, shalat jum’at berjamaah, pembinaan baca Al qur’an dan beberapa kegiatan pengembangan diri seperti ceramah dan khutbah.

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sarana yang peneliti maksudkan adalah keberadaan Mushallah yang sangat luas, media pembelajaran yang lengkap. Disamping itu sikap koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator, dan antusiasme peserta didik cukup baik dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Tantangan yang dihadapi oleh sekolah kerjasama orang tua yang masih sangat minim.

v

Page 12: TESIS Oleh SALMA. B
Page 13: TESIS Oleh SALMA. B

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ........................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… v DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN……………………………………….. vi DAFTAR TRANSLITERASI………………………………………………vii BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................. 6

A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam ........................... 6 1. Pengertian Strategi pembelajaran ............................... 6 2. Macam-macam Strategi pembelajaran ........................ 12

B. Guru .................................................................................... 21 1. Pengertian Guru ........................................................... 21 2. Tugas Guru ................................................................... 24

Page 14: TESIS Oleh SALMA. B

3. Kompetensi Guru ......................................................... 27 4. Karakteristik Guru ....................................................... 27

C. Pendidikan Agama Islam .................................................. 28 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................... 28 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.. 32 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam……………………….. 33 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 35 5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam ....................... 42 6. Urgensi Pendidikan Agama Islam ............................... 45

D. Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................. 54 1. Pengertian Mutu Pembelajaran PAI ............................ 54 2. Indikator Pencapaian Mutu Pembelajaran .................. 57

E. Kerangka Pikir .................................................................... 59

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 62 A. Jenis Penelitian .................................................................. 62 B. Lokasi Penelitian ................................................................ 62 C. Populasi dan Sampel ......................................................... 62 D. Teknik Pengambilan Data.................................................. 63 E. Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 64 F. Teknik Analisis Data .......................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 67

A. SELAYANG PANDANG TENTANG SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP ................................ 67 1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep......................................................................... 67 2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep......................................................................... 69 3. Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep......................................................................... 71

4. Keadaan Siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep......................................................................... 74

Page 15: TESIS Oleh SALMA. B

B. STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .............. 76

C. PENCAPAIAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .................................................... 76

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP .................................................... 89

BAB V PENUTUP ................................................................................ 93

A. Simpulan ............................................................................. 93

B. Saran .................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 97 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN

1. INSTRUMEN PENEL;ITIAN 2. IZIN PENELITIAN 3. DOKOMENTASI

Page 16: TESIS Oleh SALMA. B
Page 17: TESIS Oleh SALMA. B

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro

Kabupaten Pangkep ............................................................ 71

Tabel 2 : Keadaan Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 74

Tabel 3 : Keadaan Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 75

Tabel 4 : Keadaan Peserta Didik Kelas XII SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep ............................................................ 75

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengajar dengan Jelas ..................................................................................... 79

Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran ....................................................................... 80

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi variasi dan Metode Guru dalam Mengajar .............................................................................. 81

Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran yang Direncanakan ..................................... 82

Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran ....................................................................... 83

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran Guru .......... 84

Tabel 11: Daftar Nilai Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan

Kepulauan .......................................................................... 86

iii

Page 18: TESIS Oleh SALMA. B

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional yang dilaksanakan di Indonesia merupakan

upaya pemerintah untuk membentuk masyarakat Indonesia yang

berkualitas tinggi, baik jasmani maupun rohani. Dalam hal ini diharapkan

agar masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang tinggi, berbudi

pekerti yang luhur yang diimbangi dengan keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk anak

didik untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani

maupun rohani, dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing

anak didik dalam arti khusus, misalnya memberikan dorongan atau

motivasi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik.

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di

masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena

kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru.

Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik

dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar

mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang

bertanggungjawab.

1

Page 19: TESIS Oleh SALMA. B

2

Jadi, dalam pengertian yang sederhana, guru dapat diartikan

sebagai sebagai orang yang memmberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didik. Sedangkan guru dalam pandagan masyararakat adalah orang

yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di

lembaga pendidikan formal saja, tetapi juga dapat dilaksanakan di

lembaga non formal seperti, di mesjid, surau/mushollah, di rumah dan

sebagainya.

Dalam Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4, Allah berfirman :

ن حم ن ٢علم ٱلقرءان ١ٱلر ٤علمھ ٱلبیان ٣خلق ٱلإنس

Terjemahnya:

(Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al Quran, Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. (Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahannya : 2006).

Menjadi guru, pada dasarnya, bukan hanya sekadar menyampaikan

materi pelajaran, akan tetapi guru bertanggungjawab atas

perubahan perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam proses mengajar, guru atau pendidik harus membimbing peserta

didik agar potensi mereka berkembang, melatih keterampilan, baik

keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik, sehingga peserta

didik dapat berani hidup dalam masyarakat yang cepat berubah dan

penuh persaingan. Guru juga harus memotivasi peserta didik agar dapat

memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh

Page 20: TESIS Oleh SALMA. B

3

tantangan dan rintangan, dan membentuk peserta didik agar memiliki

kemampuan inovatif dan kreatif (Wina Sanjaya, 2006 : 14).

Pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting, karena

pembelajaran ini sangat berpengaruh atas tercapainya suatu hasil belajar.

Apabila pembelajaran yang dilaksanakan berhasil maka hal ini yang

menjadikan kemajuan dalam suatu pendidikan dan ketercapaian tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang optimal perlu memperhatikan pendekatan

pembelajaran yang dapat mencakup strategi.

Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan atau

kiat dalam memanfaatkan sumber yang dimiliki yang didesain sebaik

mungkin untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi ini

merupakan perecanaan pembelajaran jadi dalam pembelajaran, guru

perlu menggunakan suatu strategi yang tepat untuk dapat

memaksimalkan kegiatan pembelajaran.

Fenomena yang berkembang akhir-akhir ini bahwa profesi guru

(termasuk guru Pendidikan Agama Islam), baik pada tingkat nasional

maupun lokal ( khususnya di SMK 2 Bungoro Kab. Pangkep) sering

mendapat sorotan yang tajam. Di antara masalah yang muncul adalah

rendahnya mutu dan kualitas sumberdaya manusia yang dihasilkan

selama ini dan akhlak peserta didik yang masih jauh dari

yang diharapkan. Arif Rahman dalam Armai Arif (2005:8) mengatakan

bahwa titik lemahnya pendidikan di Indonesia, termasuk di Sulawesi

Page 21: TESIS Oleh SALMA. B

4

Selatan , disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah 1) titik berat

pendidikan selama ini hanya pada aspek kognitif, 2) pola evaluasi selama

ini meninggalkan pola pikir kreatif, imajinatif, dan inovatif, 3) kurangnya

pembinaan minat belajar pada peserta didik karena pengertian

“pendidikan” berubah menjadi “pengajaran”. Hal ini yang mendorong

peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang “Strategi Guru Pendidikan Agama

Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMK 2 Bungoro, Kabupaten Pangkep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti, dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep?

2. Bagaimana mutu yang di capai oleh guru Pendidikan Agama Islam

dalam menerapkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMK Negeri 2 Bungoro Kab. Pangkep?

3. Faktor-faktor apa saja yang menunjang Strategi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan oleh penulis adalah:

Page 22: TESIS Oleh SALMA. B

5

1. Untuk mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMK 2 Bungoro Kabupaten Pangkep,

2. Untuk mengetahui mutu yang dicapai oleh guru Pendidikan Agama

Islam dalam menerapkan strategi pembelajaran pendidikan agama

Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Bungoro Kabupaten Pangkep

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menunjang Strategi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu

Pemelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro

Kabupaten Pangkep?

D. Manfaat Penelitian

1. Penulis mengharapkan agar penulisan ini menjadi pelengkap dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat

mendorong usaha penelitian lebih lanjut mengenai Strategi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

2. Penelitian ini menjadi sumber informasi untuk mendapatkan data

yang berguna sebagai bahan pertimbangan strategi guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

3. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi guru lain dalam

menerapkan Strategi Pembelajaran untuk peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah khususnya Pendidikan Agama Islam.

Page 23: TESIS Oleh SALMA. B

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer,

diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk

memenangkan suatu peperangan. Sekarang istilah strategi banyak

digunakan dalam berbagai bidang kegiatan, yang bertujuan memperoleh

kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang

manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan

kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai

tujuannya, seorang pelatih tim basket akan menentukan strategi yang

dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu

juga seorang guru yang mengharapkan hasil yang baik dalam proses

pembelajaran, akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswa

mendapat prestasi yang terbaik.

Dari model Pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Istilah strategi sering

digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang

diungkapkan oleh Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien.

6

Page 24: TESIS Oleh SALMA. B

7

Sedangkan menurut Nana Sudjana sebagai berikut: “Strategi

Mengajar adalahtaktik yang digunakan guru dalam melaksanankan proses

belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai

tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.” Sedangkan pembelajaran

merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat

mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, di

samping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar peserta

didik agar dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya

dengan pengalaman dengan pengalaman yang diperoleh.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat

kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tetentu.

Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode

pengajaran. Strategi dapat diartikan sebagai a plan of operation

achievingsomething “ rencana kegiatan untuk mencapau sesuatu.

Dalam proses pembelajaran, peran aktif guru dan peserta didik

untuk pencapaian maksimal sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar. Guru dan peserta didik merupakan variabel penting dalam

pelaksanaan proses tersebut yang berupaya untuk mengkomunikasikan

permasalahan transfer of knowlegde dan transfer of value. Guru dan

peserta didik merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan untuk

saling melengkapi. Guru merupakan komponen manusiawi dalam

proses pembelajaran yang sangat berperan dalam mengantarkan anak

Page 25: TESIS Oleh SALMA. B

8

didik pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Guru mempunyai

tanggung jawab atas keberhasilan dalam program pembelajaran,

sehingga tugas guru adalah profesi. Oleh karena itu mengajar adalah

sebuah pekerjaan profesional, dengan menggunakan teknik atau metode

pembelajaran serta prosedur yang berpijak pada landasan intelektual

yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian

dipergunakan demi kemaslahatan umat manusia.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam

sistem pembelajaran yang berperan penting untuk mencapai tujuan

instruksional yang telah ditetapkan. Hal ini dimungkinkan mengingat

strategi pembelajaran merupakan blue print yang terdiri atas berbagai sub

komponen yang menuntun jalannya aktivitas pembelajaran.

Menurut Mintzberg (2007 : 22), konsep strategi itu sekurang-

kurangnya mencakup lima pengertian atau arti yang saling terkait, dimana

strategi adalah suatu :

a. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.

b. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.

c. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.

d. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.

e. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.

Page 26: TESIS Oleh SALMA. B

9

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan

bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan

secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi

mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan

dan sarana penunjang kegiatan.

Secara sederhana, istilah pembelajaran ( instruction) bermakna

sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang

melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan

pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara

terprogram untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Abdul Majid 2015:5 mengemukakan tentang pengertian

pembelajaran menurut beberapa ahli:

a) Menurut Corey Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus pendidikan.

b) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

c) Mohammad Sorya mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

d) Oemar Hamalik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur, yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Page 27: TESIS Oleh SALMA. B

10

e) Gagne dan Brigga mengemukakan bahwa pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.

Dari beberapa pengertian yang penulis kemukakan maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah konsep yang melibatkan antara

guru dan peserta didik yang saling berinteraksi dalam lingkungan belajar

yang sama yang diarahkan pada tujuan tertentu. Konsep yang

direncanakan harus mampu untuk diaktualisasikan sehingga

pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran

yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya,

yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas

perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri, ada

tujuan yang akan dicapai, ada pesan yang akan ditransfer, ada pelajar,

ada guru, ada metode, ada situasi dan ada penilaian.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana

yang mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan

baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan

pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,

bagaiman orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui

kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan

penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan

demikian makna pembelajaran adalah kondisi eksternal kegiatan belajar

yang dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar.

Page 28: TESIS Oleh SALMA. B

11

Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu

sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan

untuk mencapai tujuan umum pembelajaran. Beberapa ahli memberikan

pengertian tentang strategi pembelajaran dalam Abdul Majid: 2014: 7):

a. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan

peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efesien.

b. Kozma (dalam Sanjaya, 2007) secara umum menjelaskan

bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap

kegiatan yang dipilih, yaitu dang dapat memberikan fasilitas

atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan

pendidikan.

c. Dick dan Carey (dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa

stretegi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi

pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan

pembelajaran yang digunakan dalam rangka membantu

peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa,

strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau

kekuatan dengan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa di dalam

penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana

Page 29: TESIS Oleh SALMA. B

12

kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai

tujuan tertentu artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi

adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah

pembelajaran, pemanfaatan berbagai sumber dan sumber belajar,

semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan

efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang

terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik, peserta didik, yang

berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.

2. Macam – Macam Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus

dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat

dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya

menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan

seni, keahlian dan ilmu, guna menyampaikan materi kepada peserta didik

sesuai tujuan, efesien, dan efektif.

Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari

sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Sedangkan pembelajaran

merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat

mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka,

disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana

peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah

diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan

Page 30: TESIS Oleh SALMA. B

13

mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih

efektif dan efisien

Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan

sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Atau bisa dikatakan strategi belajar mengajar merupakan suatu

serangkaian rencana kegiatan yang termasuk dalamnya penggunaan

metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam

suatu pembelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Strategi Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari

seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar

peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi

pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian, sebab

dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau

dominan. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah

dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik

tinggal menyimak dan mencerna secara tertib dan teratur.

Strategi Ekspositori, memiliki beberapa metode, metode adalah

berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang

Page 31: TESIS Oleh SALMA. B

14

ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut

masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk

mencapai tujuan.

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,

diantaranya :

1. Metode ceramah, adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi

ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori

tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu

arah.

2. Metode demonstrasi, adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta

didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru

memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada peserta

didiknya.

3. Metode sosiodrama, Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi

tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi

dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan

mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada

peserta didik.

Page 32: TESIS Oleh SALMA. B

15

4. Strategi Inquiry, Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses

berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.

b. Strategi Inquiry

Ada beberapa hal yang menjadi utama tentang strategi pembelajaran

inquiry:

1. Menekankan kepada aktifitas peserta didik secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan

peserta didik sebagai objek belajar.

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau

konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu

pembuktian.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu peserta

didik terhadap sesuatu.

4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok peserta didik rata-rata

memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang

berhasil diterapkan kepada peserta didik yang kurang memiliki

kemampuan untuk berpikir.

5. Jika jumlah peserta didik yang belajar tak terlalu banyak sehingga

bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan

pendekatan yang berpusat pada peserta didik.

Page 33: TESIS Oleh SALMA. B

16

Inquiry merupakan strategi yang menekankan kepada

pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu

menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical

experience, social experience, dan equilibration.

Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan,

diantaranya :

a) Metode diskusi, Metode diskusi adalah suatu cara mengelola

pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan

masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang

pemecahannya sangat terbuka. Disini peserta didik melakukan

diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga

peserta didik menjadi aktif.

b) Metode pemberian tugas, Metode pemberian tugas adalah cara

mengajar atau penyajian materi melalui penugasan peserta didik

untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu

tugas kepada peserta didik untuk diselesaikan oleh peserta didik,

sehingga peserta didik menjadi aktif.

c) Metode eksperimen, Metode eksperimen adalah suatu cara

pengelolaan pembelajaran di mana peserta didik melakukan

aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi

pembelajaran merangsang peserta didik untuk melakukan suatu

aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

Page 34: TESIS Oleh SALMA. B

17

d) Metode tanya jawab, Metode tanya jawab adalah cara penyajian

pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama

dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik

kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk peserta didik

bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran. (Wina

Sanjaya : 2006)

c. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang

relevan, diantaranya :

1) Metode eksperimen, Peserta didik melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran

atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik

kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

2) Metode tugas atau resitasi, Metode resitasi (penugasan) adalah

metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas

tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Peserta

Page 35: TESIS Oleh SALMA. B

18

didik diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman

peserta didik akan tugas yang diberikan.

3) Metode latihan, Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar

yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Peserta didik diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki

dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.

4) Metode karya wisata, Teknik karya wisata adalah teknik mengajar

yang dilaksanakan dengan mengajar peserta didik kesuatu tempat

atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau

menyelidiki sesuatu. Peserta didik diajak untuk mendapatkan

pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.

d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan

berpikir peserta didik. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak

disajikan begitu saja kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik

dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai

melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan

pengalaman peserta didik.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan

kemampuan berpikir peserta didik melalui telaah fakta-fakta atau

Page 36: TESIS Oleh SALMA. B

19

pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang

diajarkan

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang

relevan, diantaranya :

1. Metode diskusi, Disini peserta didik dituntut untuk dapat

menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi

dengan cara berdiskusi.

2. Metode tanya jawab, Metode tanya jawab adalah cara

penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus

dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat

pula dari peserta didik kepada guru. Disini guru memberikan

waktu untuk peserta didik bertanya kepada gurunya tentang

materi pembelajaran.

3. Metode eksperimen, Metode ini dalam strategi pembelajaran

merangsang peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas aktif

yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

e. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

samPendidikan Agama Islam enam orang yang mempunyai latar belakang

Page 37: TESIS Oleh SALMA. B

20

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda

(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap

kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok

tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang

relevan, diantaranya :

1. Metode diskusi, di sini peserta didik dituntut untuk dapat

menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi

dengan cara berdiskusi.

2. Metode karya wisata, Peserta didik membentuk suatu kelompok

guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek

yang dikunjungi.

3. Metode eksperimen, dengan berkelompok peserta didik

melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna

melatih kemampuan dan pemahaman mereka.

4. Metode tugas atau resitasi, Peserta didik disuruh membuat suatu

kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali

kemampuan, kekompakan, dan pemahaman peserta didik akan

tugas yang diberikan. (Wina Sanjaya, 2006 : 45 )

f. Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi

pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai

(value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang

Page 38: TESIS Oleh SALMA. B

21

tumbuh dari dalam diri peserta didik. Dalam batas tertentu, afeksi dapat

muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk

sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan

membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini

tidaklah mudah untuk dilakukan. Strategi ini menggunakan beberapa

metode pembelajaran yang relevan, diantaranya:

1. Metode tugas atau resitasi, Peserta didik diberi tugas guna

menggali kemampuan dan pemahaman peserta didik akan tugas

yang diberikan.

2. Metode latihan, Peserta didik diajarkan untuk melatih kemampuan

yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki

tersebut.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di

masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena

kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru.

Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik

dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar

mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang

bertanggungjawab. Dalam pengertian yang sederhana, guru dapat

diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak

didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat itu sendiri adalah

Page 39: TESIS Oleh SALMA. B

22

orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak

mesti di lembaga pendidikan yang formal saja akan tetapi juga dapat

dilaksanakan di lembaga pendidikan non-formal seperti di masjid, di

surau/mushola, di rumah dan sebagainya.

Menurut Zakiah Daradjat (1992 : 28)

Menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa guru adalah seseorang yang

memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam

melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup

menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan

bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, perlu diperhatikan pula dalam

hal mana ia miliki kemampuan dan kelemahan.

Pengertian semacam ini identik dengan pendapat Hamdani dan

Fuad (2001:92) yaitu pendidik (guru) adalah orang dewasa yang

bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik

(peserta didik) dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar

mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai

makhluk Allah, kholifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai

individu yang sanggup berdiri sendiri.

Pendapat ini didukung oleh AM Sudirman (137 : 2000) yang

menyebutkan bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam bidang

pendidikan dan pengajaran dan ikut bertanggungjawab dalam membantu

Page 40: TESIS Oleh SALMA. B

23

anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Hal ini menunjukkan

bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk

menyampaikan materi pelajaran, namun harus ikut aktif dan berjiwa bebas

serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan peserta didik untuk

menjadi orang yang dewasa.

Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,

menggerakkan dan melaksanakn kegiatan pembelajaran yang bertumpu

pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di

sekolah. Selain sebagai seorang yang memiliki latar belakang pendidikan

keguruan seorang guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengajar,

pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang peserta didik yang

diajarnya. Kemampuan guru dalam melakukan bimbingan, arahan dan

pembinaan dalam kegiatan pembelajaran, amat mempengaruhi terhadap

kegiatan belajar mengajar. Demikian pula pandangan guru terhadap

peserta didik juga amat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

Guru Pendidikan Agama Islam adalah merupakan orang yang

melakukan kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar

terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. (Muhaimin 1992 : 33)

Page 41: TESIS Oleh SALMA. B

24

2. Tugas Guru.

Tugas diartikan sebagai suatu pekerjaan dan tanggung jawab

seseorang. Pekerjaan yang dibebankan, sesuatu yang wajib dilakukan

atau ditentukan untuk perintah agar melakukan sesuatu dalam jabatan

tertentu.

Ahmad Tafsir (1994 : 79) membagi tugas-tugas yang dilaksanakan

oleh guru antara lain adalah :

a. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.

b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik memilikinya dengan cepat.

d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

Menurut Abudin Nata (2011: 104) Berkaitan dengan tugas guru

terdapat sejumlah prinsip yang harus dipedomani sebagai berikut:

a) Guru yang membuat desain instruksional tersebut harus memandang peserta didik sebagai partner yang memiliki emansipasi menuju kemandirian.

b) Guru harus memiliki asumsi bahwa peserta didik Yng mwngikuti kegiatan proses pembelajaran memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.

c) Dalam menyusun desain instruksional seorang guru harus harus mempertimbangkannya dengan matang.

d) Guru harus memandang bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran di kelas dan lainnya dengan menggunakan bahan belajar tertentu yaitu berbagai bidang studi di sekolah dan lainnya.

Page 42: TESIS Oleh SALMA. B

25

e) Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh peserta didik serta suatu respon terhadap segala pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut guru meningkatkan kemampuan- kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

f) Guru harus memandang bahwa perilaku peserta didik merupakan proses hasil belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tidak dikehendaki dan yang dikehendaki

g) Guru harus memandang bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan memiliki dampak langsung dari pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.

h) Setelah peserta didik lulus berkat hasil belajarnya maka peserta didik menyusun program belajarnya sendiri yang selanjutnya mengarah pada terciptanya proses belajar sepanjang harinya menuju terciptanya masyarakat belajar.

Guru adalah profesi yang mulia yang diberikan tugas untuk

mengajar dan mendidik seorang anak untuk menjadi pribadi yang dapat

berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Untuk itu selayaknya seorang

guru harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin dalam mencapai tujuan

pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional

No.20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan Nasional yakni

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

3. Kompetensi guru

Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan pasal 28

dan 29 yang menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan

Page 43: TESIS Oleh SALMA. B

26

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Kompetensi guru merupakan syarat utama dalam proses

pembelajaran. Kompetensi disini didefinisikan sebagai pemilikan

pengetahuan ( konsep dasar keilmuan), keterampilan yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan di lapangan, dan kemampuan

sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi ini meliputi :

1) Kompetensi Profesional, Kompetensi profesional adalah

kemampuan guru dalam penguasaan bahan ajar secara penuh dan

juga cara-cara mengajarkannya secara pedagogis dan metodis

2) Kompetensi Personal, Kompetensi personal guru berkaitan dengan

potensi-potensi psikologis guru untuk tugas-tugas kependidikan.

3) Kompetensi Sosial, Kompetensi sosial guru adalah kemampuan

guru dalam berkomunikasi atau dalam berhubungan dengan para

peserta didiknya, sesama teman guru, kepala sekolah, pegawai

tata usaha, dan dengan anggota masyarakat dilingkungannya

(Arikunto, 1990). Dengan maksud lain kompetensi sosial guru

adalah kemampuan guru dalam berhubungan sosial dengan

sesama manusia, terutama dengan orang-orang disekitarnya,

seperti tetangga, kerabat.

4) Kompetensi Keagamaan, Kompetensi keagamaan guru

dimaksudkan untuk menyebutkan ”komitmen” beragama guru, bisa

berupa nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku beragama. Komitmen

Page 44: TESIS Oleh SALMA. B

27

agama ini diukur dari ketaatan melaksanakan dan menjauhi

larangan Allah, keakraban dengan Al-Qur`an Hadits dan ulama`,

kegairahan dalam mempelajari ilmu agama, dan aktivitas dalam

kegiatan keagamaan.

Dengan penguasaan dari seluruh kompetensi di atas akan

dihasilkan guru yang kompeten dan profesional, memiliki kepribadian yang

baik, taat pada agama, dan memiliki rasa sosial yang tinggi dan dapat

dikatakan sebagai guru yang professional.

4. Karakteristik Guru

Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap

perbuatan guru baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

contohnya, bagaimana guru meningkatkan pelayanan, meningkatkan

pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motifasi kepada peserta

didiknya, bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara

bergaul baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota

masyarakat lainnya.

Menurut Abudin Nata ( 2011: 125) dalam Islam guru Pendidikan

Agama Islam memiliki sebutan yaitu :

1) Ustadz. Orang yang berkomitmen dengan profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja serta sikap continous improvement.

2) Mua’llim. Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan prakteknya sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.

Page 45: TESIS Oleh SALMA. B

28

3) Murabbi’. Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tdak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.

4) Mursyid. Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.

5) Mudarris. Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

6) Muaddib. Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa menjadi guru penuh

dengan kemuliaan. Dimana seorang guru diberikan amanah yang begitu

mulia untuk memanusiakan manusia. Memberikan pengajaran dan

pendidikan kepada anak didiknya untuk bekalnya di masa depan.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran

dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman.

Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87), Pendidikan Agama Islam

adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

Page 46: TESIS Oleh SALMA. B

29

dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,

menghayati makna, tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf dalam Abd Majid (2012) mengartikan pendidikan

Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada

generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim , bertakwa kepada

Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupannya,

sedangkan menurut A.Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalam bimbingan

yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Asizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu

adanya proses transper nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi

tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh

karena itu ketika kita menyebut pendidikan islam maka akan mencakup

dua hal, (a) mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau

akhlak Islam; (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran

islam subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Dalam Q.S An-Nahl ayat 125 Allah Swt berfirman :

ٱدع إلى سبیرببٱلحكمة وٱلموعظة ٱلحسنة

Page 47: TESIS Oleh SALMA. B

30

Terjemahannnya :

Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasihat yang baik. Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahan : 2006)

Mata pelajaran Pendidikan Agama islam itu secara keseluruhannya

terliput dalam lingkup Al-Quran dan Al-hadis, keimanan, akhlak,

fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup

Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan

dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri,

sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun

minallah wa hablun minannas).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam

mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan

mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbimgan, pengajaran atau

pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Nasaruddin Rahman (2001 : 33) menjelaskan bahwa da beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

yaitu sebagai berikut :

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai

Page 48: TESIS Oleh SALMA. B

31

b. Peserta didik harus disiapkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

c. Pendidik atau Guru Agama Islam harus disiapkan untuk bias menjalankan tugasnya yakni merencanakan bimbingan, pengajaran dan pelatihan.

d. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam.

e. Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan islam, metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan Pendidikan Agama Islam yang hendak dicapai proses pembelajaran.

f. Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, Kementerian pendidikan Nasional merumuskan sebagai berikut ; (1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan pengamalan, pembiasaan, serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. (2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlah mulia, yaitu manusia berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil berdisiplin, bertoleran (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya agama dalam komunikasi sekolah.

Berangkat dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan

membimbing, pengajaran dan latihan yang dilakukan guru Pendidikan

Agama Islam secara berencana dan sadar dengan tujuan agar peserta

didik dapat menumbuh kembangkan akidahnya melalui pemberian,

pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan

Page 49: TESIS Oleh SALMA. B

32

ketakwaannya kepada Allah Swt yang pada akhirnya mewujudkan

manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia.

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai

dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk (1983:1)

dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

1. Dasar Yuridis/hokum

Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan Pendidikan Agama yang

berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung

dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama

di sekolah formal.

2. Dasar Religius

Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.

Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah dari

Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-

Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut

antara lain :

Q.S. An-Nahl ayat 125 Allah berfirman :

ٱدع إلى سبیل ربك بٱلحكمة وٱلموعظة ٱلحسنة

Terjemahnya: Ajaklah kepada Agama Tuhanmu dengan cara bijaksana

dan dengan nasehat yang baik (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)

3. Aspek Psikologis

Page 50: TESIS Oleh SALMA. B

33

Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek

kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam

hidupnya, manusia sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak

tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan

hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk (1983:25)

bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya

pegangan hidup yang disebut agama. Mereka mengatakan bahwa

dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat yang

Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka

memohon pertolongan.

Berdasrkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk membuat

hati tenang dan tenteram adalah dengan jalan mendekatkan diri

kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-

Ra”d ayat 28, yaitu :

تطمىن ٱلقلوب ٱلذین ءامنوا وتطمىن قلوبھم بذكر ٱ ر ٱ )٢٨( ألا بذ

Terjemahnya :

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah”. (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid (2012:15) Pendidikan Agama Islam untuk

sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :

Page 51: TESIS Oleh SALMA. B

34

(a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan

ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi

untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak

melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar

keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(b) Penanaman nilai sebagai sebagai pedoman hidup untuk

mencari kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.

(c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan

ajaran Islam.

(d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekuangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran

dalam agama Islam.

(e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat

membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

(f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum, sistem dan fungsionalnya.

Page 52: TESIS Oleh SALMA. B

35

(g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang

memilih bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat

tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimamfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

4. Tujuan Pendidika Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).

Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan

dari Tujuan Pendidikan Nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU

No. 20 tahun 2003), berbunyi: “ Pendidikan Nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kalau tujuan Pendidikan Nasional sudah terumuskan dengan

baik, maka fokus berikutnya adalah cara menyampaikan atau bahkan

menanamkan nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Cara seperti ini

meliputi penyampaian atau guru, penerima atau peserta didik,

Page 53: TESIS Oleh SALMA. B

36

berbagai macam sarana dan prasarana, kelembagaan dan faktor

lainnya, termasuk kepala sekolah/madrasah, masyarakat terlebih

orang tua dan sebagainya.

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam

pendidikan karena pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus.

Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi

perkembangan anak secara utuh.

Apa yang disaksikan selama ini, apakah karena kegagalan

pembentukan individu atau karena yang lain, nilai-nilai yang

mempunyai imflikasi sosial dalam istilah Qodry Azizy disebut dengan

moralitas sosial atau etika sosial atau AA. Gym menyebutnya dengan

krisis akhlak hampir tidak pernah mendapat perhatian yang serius.

Padahal penekanan terpenting dari ajaran Islam pada dasarnya

adalah hubungan antarsesama ummat manusia (muamalah bayina

An-Nas) yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan

moralitas sosial.

Oleh Karena itu, berbicara Pendidikan Agama Islam, baik

makna maupun tujuannya haruslah mengacuh pada penanaman

nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau

moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai

keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang

kemudian akan mampu membuahkan kebaikan ( hasanah ) di akhirat

Page 54: TESIS Oleh SALMA. B

37

kelak. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah

ayat 201:

ارربنا آتنا فى الـد نیا حسنة وفى الآ خـرة حسنة و قنا عـذابا الن

Artinya: ”Ya Allah berilah kami kebahagian hidup di dunia dan kebahagian hidup di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.” (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat. Dalam konteks sosiologi pribadi yang

bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun

besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga

sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik

menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya

lebih praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar

idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka

tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-

tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil

yang telah dicapai.

Menurut Abdul Fatah Jalal (2001 : 44) tujuan umum pendidikan

Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut

Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang

menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri

Page 55: TESIS Oleh SALMA. B

38

ialah beribadah kepada Allah, dapat dipahami pula bahwa salah satu

tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah sebagai bentuk

penghambaan kepada Allah swt. Islam menghendaki agar manusia dididik

supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang

telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah

beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adzariyat ayat 56.

٥٦ لإنس إلا لیعبدون وما خلقت ٱلجن وٱ

Terjemahannya :

“ Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya : 2006).

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu

terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan,

mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi

sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan

yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah

merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat

mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang

mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia

berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan

dengan Allah.

Salah satu ibadah yang disukai oleh Allah swt adalah menuntut ilmu.

Janji Allah swt., bagi orang yang beriman dan berilmu adalah ditinggikan

Page 56: TESIS Oleh SALMA. B

39

derajatnya sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah QS.Al-Mujadilah:

11) yaitu :

یـرفـع الله الـذین آمنوا منكم والـذین أوتوا العـلم درجات

Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.(Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)

Sebagai manusia harus mampu menyadari posisi sebagai seorang

hamba yang wajib melakukan sesuatu hanya untuk mencari ridho Allah

swt, semata. Termasuk dalam menuntut ilmu pengetahuan, tujuan akhir

yang diharapkan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah swt,

tanpa ada tendensi lain yang dapat merusak niat kita.

Menurut al Syaibani (2003 : 101) tujuan pendidikan Islam adalah :

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut Al Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

pembinaan akhlak untuk menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan

akhirat. Penguasaan ilmu sehingga memiliki keterampilan bekerja dalam

masyarakat. Menurut Asma Hasan Fahmi (2001 : 23) tujuan akhir

pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

Page 57: TESIS Oleh SALMA. B

40

a. Tujuan keagamaan. b. Tujuan pengembangan akal dan akhlak. c. Tujuan pengajaran kebudayaan. d. Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :

a) Bahagia di dunia dan akhirat b) menghambakan diri kepada Allah. c) Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan

masyarakat islam. d) Akhlak mulia.

Tujuan pendidikan Islam dapat tercapai apabila seluruh elemen

yang terkait dengan dunia pendidikan bekerjasama untuk mencapai tujuan

yang dicita-citakan. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus

memiliki visi dan misi yang sama untuk mewujudkan tujuan pendidikan

Islam, karena tugas mengajarkan pendidikan Islam bukan hanya di

sekolah namun perlu kerjasama dari orang tua, guru dan masyarakat

untuk memberikan pendidikan agama kepada anak didik sebagai harapan

masa depan.

Nazarudin Rahman (2001 : 33) menjelaskan bahwa ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam, yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan membimbing, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik harus disiapkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

c. Pendidik atau Guru Agama Islam harus disiapkan untuk bisa menjalankan tugasnya, yakni merencanakan bimbingan, pangajaran dan pelatihan.

Page 58: TESIS Oleh SALMA. B

41

d. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.

e. Sebagai salah satu komponen ilmu pendidikan Islam, metode pembelajaran Pendidikan agama Islam harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan agama Islam yang hendak dicapai proses pembelajaran.

f. Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan sebagai berikut :

g. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

h. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleran (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Lebih lanjut, menurut Arifin, ada tiga aspek nilai yang terkandung

dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui

metode, yaitu : pertama, membentuk peserta didik menjadi hamba Allah

yang mengabdi kepadaNya semata. Kedua, bernilai edukatif yang

mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an dan Al-hadist. Ketiga, berkaitan

dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an yang

disebut pahala dan siksaan.

Berangkat dari beberapa penjelasan tersebut, dapat dikemukakan

bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan

membimbing, pengajaran dan latihan yang dilakukan guru pendidikan

agama Islam secara berencana dan sadar dengan tujuan agar peserta

didik bisa menumbuh kembangkan akidahnya melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,

Page 59: TESIS Oleh SALMA. B

42

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah swt yang pada akhirnya mewujudkan

manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia.

Agar hal di atas tercapai, maka guru Pendidikan Agama Islam

dituntut mampu mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran,

disinilah pentingnya mempelajari metode pembelajaran pendidikan agama

Islam

5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Karakteristik Pendidikan Agama Islam sebagai gambaran

sejauhmana nilai-nilai utama (karakter) yang terkandung dalam mata

pelajaran ini. Adapun 7 karakteristik mata pelajaran pendidikan agama

Islam di sekolah adalah sebagai berikut : (1) pendidikan agama Islam

merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok

(dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga pendidikan agama

Islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran

Islam. (2) Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, pendidikan agama

Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu bagian

yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan

untuk mengembangkan kepribadian dan moral (karakter) peserta didik.

Oleh karena itu, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut

harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata

pelajaran pendidikan agama Islam. (3) Diberikannya mata pelajaran

Page 60: TESIS Oleh SALMA. B

43

pendidikan agama Islam, khususnya di Sekolah, bertujuan untuk

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada

Allah swt berbudi pekerti yang luhur (berkarakter atau berakhlak mulia),

dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber

ajaran dan sendi-sendi islam lainnya. Pada saat bersamaan, mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dijadikan bekal untuk

mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran lain, sehingga akan

semakin memperkuat pembentukaan karakterdan keilmuannya.

(4) Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang tidak hanya

mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman,

tetapi pendidikan agama Islam lebih menekankan bagaimana peserta

didik mampu menguasai kajian keislaman sekaligus dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah

masyarakat. Dengan demikian, pendidikan agama Islam tidak hanya

menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah

pada aspek afektif (sikap) dan psikomotornya (perilaku). Hasil dari

Pendidikan Agama Islam adalah sikap perilaku (karakter) peserta didik

sehari-hari yang sejalan dengan ajaran Islam. (5) Secara umum mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam didasarkan pada ketentuan-ketentuan

yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-quran dan

sunnah/ hadis Nabi Muhammad saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode

Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip Pendidikan

Agama Islam tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih

Page 61: TESIS Oleh SALMA. B

44

dan hasil-hasil ijtihad lainnya. (6) Prinsip-prinsip dasar Pendidikan Agama

Islam tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah,

syariah, dan akhlak. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai

kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam,

Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah;

Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah; dan Ilmu Akhlak

(Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari

akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi

serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata

pelajaran di sekolah . Jika hal ini diimplementasikan di sekolah, yakni

dengan mendasari peserta didik aqidah (fondasi) yang kokoh lalu

mendorong untuk melaksanakan semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya

(syariah) secara utuh, maka akan terbentuk peserta didik yang memiliki

akhlak (karakter) mulia yang utuh baik dalam hubungan vertikal (hablun

minallah) maupun horisontal (hablun minannas), serta memiliki ilmu

pengetahuan dan kreativitas yang memadai. (7) Tujuan akhir dari mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah terbentuknya

peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (manusia berkarakter).

Muhaimin ( 2010 : 24 ) Tujuan dari Pendidikan Agama Islam

sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw. di

dunia. Oleh karena itu, pendidikan akhlak (pendidikan karakter) adalah

jiwa Pendidikan Agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah

adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Peserta didik

Page 62: TESIS Oleh SALMA. B

45

membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi ia juga

membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan

kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau

bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung

muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak

atau karakter peserta didiknya.

6. Urgensi Pendidikan Agama islam bagi peserta didik

Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan pendidikan

Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan

mendidik anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani

sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai

dengan ajaran Islam.

Jadi perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh

oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga,

sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu seyogianyalah

Pendidikan Agama Islam ditanamkan sejak lahir bahkan sejak dalam

kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan di

sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan

Tinggi.

Pendidikan Agama Islam perlu diajarkan sebaik-sebaiknya dengan

memakai metode dan alat yang tepat serta manajemen yang baik. Apabila

Pendidikan Agama Islam di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,

maka insya Allah dapat membantu mewujudkan harapan setiap orang

Page 63: TESIS Oleh SALMA. B

46

tua, yaitu memiliki anak yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt,

berbudi luhur, cerdas dan terampil berguna untuk Nusa, Bangsa dan

Agama..

sebagai warga Negara Indonesia yang beriman dan bertakwa,

patriotik (cinta tana air) menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman

hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat bahwa pendidikan agama

(khususnya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaan pada semua

jenis, jenjang, dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa

seperti telah digariskan dalam tap-tap MPR, dan undang-undang telah

menjabarkan aspirasi tersebut yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan

oleh presiden. Sehingga menjadi dasar yuridis nasional kita dan mengikat

seluruh warga Negara Indonesia ke dalam satu sistem pendidikan

nasional.

Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup

peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam

upaya yang bernaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia

melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of

knowledge dan transfer of values.

Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan

pendidikan Islam, merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional,

sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali eksistensinya

secara cultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil

peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap

Page 64: TESIS Oleh SALMA. B

47

saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang ada dengan otonomi

dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan

secara nyata.

Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka Pendidikan Islam

memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya

dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki

muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan Pendidikan Islam

untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara

berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kulturan serta

kepribadian. Karena itulah Pendidikan Islam memiliki beban yang multi

paradigma, sebab berusaha memadukan unsure profane dan imanen,

dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya

tujuan inti pendidikan Islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang

beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling

menunjang.

Antara ilmu pengetahuan dan Pendidikan Islam tidak dapat

dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya

dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat

ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna

melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan

mengembangkan sains, tetapi juga lebih penting lagi yaitu dapat

menemukan konsep baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga dapat

Page 65: TESIS Oleh SALMA. B

48

membangun masyarakat Islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

yang diperlukan.

Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 yang

berbunyi:

یـرفـع الله الـذین آمنوا منكم والـذین أوتوا العـلم درجات

Terjemahannya:

”Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Kementerian Agama Al-Qur’an dan terjemahannya : 2006)

Manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa sebagai karsa sila pertama pancasila, tidak dapat terwujud secara

tiba-tiba. Manusia beriman dan bertaqwa terbentuk dengan melakukan

proses kehidupan dan proses pendidikan, khususnya kehidupan

beragama dan pendidikan agama. Proses pendidikan itu berlangsung

seumur hidup manusia baik di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah

dan di masyarakat. Sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad Saw :

◌ أطلب العـلم من المھـد إلى اللھـد

Artinya :”Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai lian lahad”

Keimanan dan ketakwaan tidaklah dapat terwujud tanpa agama.

Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia menjadi manusia yang

bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Hal ini tertuang dengan jelas

dalam tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Page 66: TESIS Oleh SALMA. B

49

Manusia taqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati

dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan agama berfungsi sebagai usaha membina kehidupan

beragama melalui pendidikan disinilah letak fungsi yang dijalankan

pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

dan masyarakat Indonesia seluruhnya.

Lebih lanjut dapat diungkapkan bahwa dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya (insan pancasila) dan masyarakat

Indonesia seluruhnya (masyarakat pancasila), maka pendidikan agama

berfungsi, dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang

percaya dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Membina

warganegara Indonesia menjadi warga Negara yang baik sekaligus

ummat yang taat menjalankan agamanya.

Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dianugrahi

oleh Allah swt pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk

menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan

sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.

Mengenai pentingnya belajar menurut A.R. Shaleh dalam Soependi

Soeryadinata, (2001 : 14) anak manusia tumbuh dan berkembang, baik

pikiran, rasa, kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian

sangat pital adanya faktor belajar.

Page 67: TESIS Oleh SALMA. B

50

Jadi Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan

bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama

anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran

agama.

Masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satu pokok

ajaran Islam yang harus diutamakan dalam Pendidikan Agama Islam

untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik, dengan melihat arti

Pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan

Pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang

berkepribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada

ajaran agama Islam.

Oleh karena itu, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan

pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin

dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani

sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai

dengan ajaran agama Islam.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah ASwt dalam Q.S At-tahrim

ayat 6 yaitu :

ین آمنوا قوا أنفسكم واھـلیكم نا را یا أیھا الـذ

Terjemahannya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, QS, At-tahrim : 6)

Page 68: TESIS Oleh SALMA. B

51

Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab

pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan

untuk pendidikan selanjutnya. Menurut pendapat Zakiyah Darajat

(1992:95) bahwa, pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh

pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak sejak kecil.

Mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Islam

di sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu,

Pendidikan Agama Islam di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum

nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari sekolah dasar

sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang

umum maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai

karakteristik yang khas yaitu: Pertama, Pendidikan Islam merujuk pada

aturan-aturan yang sudah pasti. Pendidikan Agama Islam mengikuti

aturan atau garis-garis yang sudah jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak

dan di tawar. Aturan itu adalah Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw, semua yang terlibat dalam Pendidikan Agama

Islam itu harus senantiasa berpegang teguh pada aturan ini.

Page 69: TESIS Oleh SALMA. B

52

Pendidikan pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan itu

diajarkan sebagai mana adanya dan terserah kepada manusia yang

hendak mengarahkan pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkan, tetapi tidak

memberikan petunjuk ke arah mana dan bagaimana memberlakukan

pendidikan itu. Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang bersifat relatif, sehingga tidak bisa

diramalkan ke arah mana pengetahuan keterampilan dan nilai itu

digunakan, disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena

terperangkap oleh perhitungan untung rugi, sedangkan Pendidikan Agama

Islam memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak seperti pendidikan umum.

Kedua, Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua

sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya.

Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al-Qashas ayat : 77

ار الآ خرة ولا تنسى نصیبك الد نیا وابتغ فیما آتاك الله الـد

Terjemahannya :

”Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiannmu dari (kenikmatan) duniawi”. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, QS, Al-Qashas : 77)

Pendidikan Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang

mempunyai dua sisi pertama sisi keagamaan yang menjadi pokok dalam

substansi ajaran yang akan dipelajari, sisi kedua adalah pengetahuan

berisikan hal-hal yang mungkin umum dapat di indera dan diakali,

berbentuk pengalaman faktual maupun pengalaman pikir. Sisi pertama

Page 70: TESIS Oleh SALMA. B

53

lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi kedua lebih

cenderung menekankan pada kehidupan akhirat namun, kedua sisi ini

tidak dapat dipisahkan karena terdapat hubungan sebab akibat, oleh

karena itu, kedua sisi ini selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan

usahanya, karena memang Pendidikan Agama Islam mengacu kepada

kehidupan dunia dan akhirat;

Ketiga, Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul

karimah. Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan

akhlakul karimah, hati nurani untuk selalu berbuat baik dan bersikap

dalam kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tidak

menyalahi aturan dan berpegang teguh pada dasar Agama Islam yaitu Al-

Qur’an dan Hadits.

Keempat, Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas

suci. Pada umumnya, manusia khususnya kaum muslimin berkeyakinan

bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari

risalah, karena itu mereka mengangapnya sebagai misi suci. Karena itu

dengan menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam berarti pula

menegakkan agama, yang tentunya bernilai suatu kebaikan di sisi Allah;

Kelima, Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah, sejalan

dengan hal yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah Pendidikan

Agama Islam merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari

Allah, dari segi mengajar, pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas

yang mulia, disamping tugas itu sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus

Page 71: TESIS Oleh SALMA. B

54

berlangsung hingga yang bersangkutan meninggal dunia, dengan

ketentuan ilmu yang diajarkan itu diamalkan oleh peserta didik ataupun

ilmu itu diajarkan secara berantai kepada orang lain.

D. MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu

unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia.

Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan

kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang

kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen

kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan

organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta

efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan.

Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat

strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan

pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.

Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau

tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:

Tingkat baik dan buruknya suatu kadar, Derajat atau taraf (kepandaian,

kecakapan, dan sebagainya). Mutu dalam konteks pendidikan pengertian

mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil

pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai

input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi

Page 72: TESIS Oleh SALMA. B

55

(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan

sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana

yang kondusif.

Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas

adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut

maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik

itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran,

kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada,

pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan

untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.

Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru

mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Bahwa setiap guru atau

tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan

peserta didik belajar dan keberhasilan guru mengajar. Belajar hanya dapat

terjadi apabila peserta didik sendiri telah termotivasi untuk belajar .

Guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan

manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga

murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan

murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap

berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan

bagian yang sangat penting di dalam proses belajar untuk mampu belajar.

Page 73: TESIS Oleh SALMA. B

56

Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas

dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu

menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi

(dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan). Dari

aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar

suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang

menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan

profesionalitas kependidikan.

Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif

media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar

peserta didik. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari

seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap

terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek

materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan

kompetensi yang harus dikuasi peserta didik.

Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat

diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, peserta

didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran

dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan

tuntutan kurikuler.

2. Indikator Pencapaian Mutu Pembelajaran

Page 74: TESIS Oleh SALMA. B

57

Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi

indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan

pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha

penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di

kelas. Beberapa indikator pencapaian mutu pembelajaran dapat dilihat

sebagai berikut:

1) Prestasi Peserta Didik Meningkat

Prestasi peserta didik yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan

dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung

mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan

psikomotorik (tingkah laku).

2) Peserta Didik Mampu Bekerjasama

Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar peserta

didik ataupun peserta didik dengan guru. Dengan adanya kekompakan

akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.

Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: (1)

adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, (2) adanya

saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendirii,

(3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling

menghargai dan (5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan

iri hati.

3) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan

Page 75: TESIS Oleh SALMA. B

58

Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk

membantu peserta didik dalam menyerap dan memahami pelajaran yang

diserap oleh guru, karena apabila peserta didik tidak menyenangi

pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri

peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan

menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas

yang menarik.

4). Mampu Berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain

Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah

keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang

keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari

semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang

dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.

5) Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran

Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan

melatih peserta didik dalam bersosialisasi, bekerjasama dan memecahkan

masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri

apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.

6) Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Peserta Didik

Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan

kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau

Page 76: TESIS Oleh SALMA. B

59

pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan

potensi peserta didik.

8) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum

Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang

harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam setiap

pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan

minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada

kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru dan unsur-unsur lain

yang melaksanakannya.

Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari

perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik,

iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem

pembelajaran.

E. Kerangka Fikir

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai

intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, peserta didik, kurikulum

dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam

menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan

tuntutan kurikulum.

Guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, karena

menjadi salah satu penunjang meningkatnya mutu pembelajaran. Hal ini

disebabkan karena guru adalah salah satu penggerak proses

Page 77: TESIS Oleh SALMA. B

60

pembelajaran dan berinteraksi secara langsung dengan peserta didik.

Untuk itu dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran maka guru harus

memiliki berbagai macam strategi yang menarik untuk menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkualitas di dalam

kelas sehingga mutu pembelajaran meningkat dan tujuan pendidikan

agama Islam dapat tercapai.

Page 78: TESIS Oleh SALMA. B

61

Adapun kerangka pikir dari penjabaran di atas adalah sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :

a. Strategi Ekspositori b. Strategi inquiry c. Strategi Pembelajaran Inquiry Sosial d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir e. Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok f. Strategi Pembelajaran Afektif

SMK NEGERI 2 BUNGORO KABUPATEN PANGKEP

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PESERTA DIDIK

TUJUN PENDIDIKAN AGAMA ISLSM

Page 79: TESIS Oleh SALMA. B

62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif beruapa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Deskriptif kuantitatif adalah

pengolahan data yang berbentuk angka-angka, (Nuru Juriyah, 2001: 45),

Kedua jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui strategi guru

pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK 2 Bungoro Kab. Pangkep.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro

Kabupaten Pangkep.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Suharsimi Arikunto (2002:108) mengemukakan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. dan populasi menurut Sugiono,

(2004: 90) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

62 62

Page 80: TESIS Oleh SALMA. B

63

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

dan guru pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2

Bungoro Kabupaten Pangkep.

b. Sampel

Suharsimi Arikunto, (2002:109) mengatakan, sampel adalah bagian

dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sedangkan

menurut Sugiono, (2005:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada dasarnya

penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi atau keterangan mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti

sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua

populasi yang ada.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel bertujuan

(purposive sampling) yakni teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas XI 4 Jurusan Teknik Kendaraan Ringan yang

berjumlah 34 orang, dengan asumsi bahwa kelas tersebut dapat mewakili

populasi yang ada ditambah dengan guru Pendidikan Agama Islam di

kelas tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data di lapangan, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data berikut :

Page 81: TESIS Oleh SALMA. B

64

1. Observasi, yaitu pengamatan dengan memperhatikan sesuatu

meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra. Dalam hal ini, dengan menggunakan

observasi maka peneliti akan mengamati implemntasi strategi guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran

pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro

Kabupaten Pangkep

2. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.

3. Interview (wawancara), yaitu sebuah dialog yang dilakukan

pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, maka

penulis menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data yang

terdiri dari :

a. Pedoman observasi yang akan digunakan peneliti dalam hal ini

adalah catatan observasi.

b. Angket yang akan peneliti berikan pada responden.

c. Pedoman wawancara di pergunakan untuk mendapatkan

informasi berupa pendapat dari informan

Page 82: TESIS Oleh SALMA. B

65

E. Defenisi Operasional dan Batasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam

memahami maksud yang terkandung dalam judul ini, maka penulius

perlu memberikan pengertian terhadap berbagai istilah-istilah yang

terdapat di dalamnya.

1. Strategi Guru dalam mengajar

Srtategi guru dalam mengajara adalah suatu pola yang

direncanakan dan ditetapkan secara sengaja oleh guru untuk

melakukan kegiatan atau tindakan dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus

dalam pembelajaran.

2. Mutu Pembelajaran

Mutu pembelajaran adalah suatu kualitas atau kadar atau

tingkatan atau hasil yang diperoleh dari suatu pembelajaran yang

telah dilaksanakan dalam berbagai metode pembelajaran.

Dengan demikian, penelitian yang berjudul “ Strategi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Negeri 2 Bungoro “

dapat dipahami bahwa dalam prose pembelajaran diperlukan berbagai

macam strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

A. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis gunakan teknik

sebagai berikut :

Page 83: TESIS Oleh SALMA. B

66

a. Kuantitatif deskriptif yakni pengukuran pengolahan data yang

berbentuk angka-angka dengan frekuensi dan prosentase, yang

digunakan untuk mengetahui Strategi Guru Pendidikan Agama

Islam dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep. sebagai berikut :

P =

nf x 100 %

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah Frekuensi

n = Jumlah Responden. (Anas Sudijono, 2004:43).

b. Kualitatif deskriptif, yakni mengolah data yang bersifat non angka-

angka dengan penilaian dalam bentuk sederhana.

Page 84: TESIS Oleh SALMA. B

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. SElayang Pandang Tentang Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

1. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Bungoro Kab.Pangkep

Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) 2 Bungoro merupakan salah

satu diantara Sekolah Kejuruan yang berada di wilayah Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan. Berdiri sejak tanggal 26 April 1974, melalui

surat keputusan Kepala Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Provinsi Sulawesi-Selatan atas nama Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 01/05/0/1974 tanggal 26 April

1974. Sebelumnya sekolah ini merupakan sekolah kelas jauh dari Sekolah

Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) Negeri Ujung Pandang.

Pada awal berdirinya SKKA Negeri Pangkep membuka 2 jurusna

(program studi keahlian) yaitu jurusan Busana/ Menjahit dan Jurusan Tata

Graha. Kemudian SKKA Negeri Pangkep berubah menjadi SMKK Negeri

Pangkep.

Pada tahun 1992 melalui kebijakan Bupati Pangkep, SMKK Negeri

Pangkep berpindah lokasi ke Kecamatan Bungoro tepatnya di Jalan

Tonasa II menempati lokasi yang ssebelumnya ditempati oleh SMEA

Negeri Pangkep.

67

Page 85: TESIS Oleh SALMA. B

68

Seiring dengan awal perpindahan lokasi SMKK Negeri Pangkep

tersebut, maka sekolah menambah 1 jurusan di sekolah tersebut yaitu

Program keahlian Baru yaitu Kecantikan.

Berdasarkan surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia tahun 1993, maka terhitung awal tahun ajaran baru

1993/1994 semua sekolah menengah kejuruan berubah nama. Nama

sekolah diambil dari nama kecamatan dimana sekolah tersebut berada

dan nomor Klatur sekolah diurutkan berdasarkan usia sekolah itu berdiri.

Terhitung mulai bulan Juli 1993, nama SMKK Negeri Pangkep berubah

nama menjadi SMK Negeri 2 Bungoro.

Seiring dengan perkembangan waktu serta berdasarkan program

kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, khususnya tentan

reengenering ( penataan program keahlian), maka SMK Negeri 2 Bungoro

menambah beberapa jurusan baru/ program keahlian baru. Beberapa

program keahlian baru tersebut adalah Teknik Las yang dibuka pada

tahun 2003, Teknik Budi Otomatif yang dibuka pada tahun 2004,

Perhotelan yang dibuka pada tahun 2005 dan Mekanik otomotif yang

dibuka pada tahun 2008.

Penerapan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) tahun

2006 turut mempengaruhi perubahan nama jurusan atau program studi

keahlian. Dengan demikian program studi keahlian yang ada di SMK

Negeri 2 Bungoro sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a) Program Studi Keahlian Busana Butik

Page 86: TESIS Oleh SALMA. B

69

b) Program Studi Keahlian Kecantikan Rambut

c) Program Studi Keahlian Akomodasi Perhotelan

d) Program Studi Keahlian Teknik Pengelasan

e) Program Studi Keahlian Teknik Perbaikan Bodi Otomotif

f) Program Studi keahlian Teknik Kendaraan Ringan

Adapun yang menjabat Kepala Sekolah di Sekolah Menengah

Kejuruan mulai dari awal berdirinya sampai saat ini terdiri dari 3 orang

yaitu Ibu Rachmah Noor Salam yang menjabat dari tanggal 24 April 1974

sampai 01 Juni 1991 kemudian dilanjutkan oleh Dra. Hj. Rukiyah Yusuf

yang menjabat dari tanggal 01 Juni 1991 sampai 02 Juni 2000 dan

terakhir oleh Drs. Suyatman, M.M., yang menjabat dari tanggal 02 Juni

2000 sampai sekarang.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Sebagai salah satu sekolah yang cukup maju di Kabupaten

Pangkep maka SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep senantiasa

memberikan upaya yang terbaik dalam pelayanan di bidang pendidikan.

Untuk memudahkan hal tersebut maka sekolah merumuskan Visi dan Misi

Sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun visi dan

Misi Sekolah sebagai berikut:

Visi Sekolah:

“ Menghasilkan tamatan yang terampil, kreatif, inovatif serta memiliki iman

dan taqwa yang kuat”

Page 87: TESIS Oleh SALMA. B

70

Misi Sekolah:

a. Melaksanakan dan mengembangkan proses diklat yang berkualitas

berbasis kompetensi dilandasi dengan iman dan taqwa,

b. Melaksanakan dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat

dan duniausaha/ industry dalam rangka pelaksanaan program Diklat.

Tujuan Sekolah:

a. Meningkatkan layanan kepada peserta didik dalam rangka pelaksanaan

pembelajaran teori agar dapat berlangsung efektif dan efisien

b. Mendukung tercapainya program pengembangan SMK berstandar

Nasional

c. Mewujudkan pelaksanaan kebijaksanaan Depdiknas dalam upaya

peningkatan mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan

3. Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Sekolah Menengah Kejuruan 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

memiliki guru sebanyak 59 orang, guru agama berjumlah 4 orang yaitu:.

Secara umum peneliti menguraikan guru di SMK Negeri 2 Bungoro

sebagai berikut:

Page 88: TESIS Oleh SALMA. B

71

Tabel. 1

Keadaan Guru SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

No Nama Guru Jabatan

1 Drs. Suyatman, M.M Kepala Sekolah

2 Dra. Hj.Nursyam Wakasek Kurikulum

3 Dra. Rohana Guru Mata Pelajaran

4 Dra. Hj.Rohani, HR KA. Komp. Keahlian Perhotelan

5 Dra. Ratnawati M. Guru Mata Pelajaran

6 Mas’ati, S.Pd Wakasek Humas

7 Dra. Hj. Sitti Normah KA.Kom. Kealian Busana Butik

8 Dra. Hadijah. M Guru Mata Pelajaran

9 Dra. Hudriah Guru Mata Pelajaran

10 Dra. Aisyah Daming Guru Mata Pelajaran

11 Dra. Sitti Hindong Kordinator BK

12 Dra. Hj. Masnawati Guru Mata Pelajaran

13 Dra. Salmawati Guru Mata Pelajaran

14 Dra. Ramlah Guru Mata Pelajaran

15 Dra.Murniati Sahara Kepala Perpustakaan

16 Dra. Hj. Wasiah Guru Mata Pelajaran

17 Drs. Syahruddin Rahmat Guru Mata Pelajaran

18 Muh. Thahir, S. Ag, MM Wakasek Kesiswaan

19 Dra. Hj. Rostina Guru Mata Pelajaran

Page 89: TESIS Oleh SALMA. B

72

20 Dra. Mariati Guru Mata Pelajaan

21 Hj. Sumarni, S.Pd KA. Komp.Keahlian Perhotelan

22 Dra. In Holle Guru Mata Pelajaran

23 Herawati Burhan, S. Pd Guru Mata Pelajaran

24 Marhaeni, S. Si Guru Mata Pelajaran

25 Kamal, S. Pd Guru Mata Pelajaran

26 Desi Safari Saputra, S.Pd Guru Mata Pelajaran

27 Andi Jusmiati, S.Pd Guru Mata Pelajaran

28 Dra. Maryuni Guru Mata Pelajaran

29 Hj.Asni Yusuf, S. Pi Guru Mata Pelajaran

30 Hj. Nurjannah, S.Pd.I Guru Mata Pelajaran

31 Muhammad Syafaruddin, S. Guru Mata Pelajaran

32 Hj. Nurjannah, S. Pd Guru Mata Pelajaran

33 Rusli, S. Pd, M. Pd KA.KeahlianTeknik Perbaikan Bodi

34 Abdullah, S. Pd, M. Si Guru Mata Pelajaran

35 Hamriani Manca, S. Pd Guru Mata Pelajaran

36 Suwarni, S. Pd Guru Mata Pelajaran

37 Jumriah AD, S. Pd Guru Mata Pelajaran

38 HasyimAsri Badeaman, S. Pd Guru Mata Pelajaran

39 Anwar, S. Pd, MM KA.Kom. Keahlian Teknik Las

40 Munadira, S. Pd Guru Mata Pelajaran

41 Yulianti Rattenisa, S. Pd Guru Mata Pelajaran

Page 90: TESIS Oleh SALMA. B

73

42 Bahraeni, S. Pd Guru Mata Pelajaran

43 Hasbullah, S. Pd Guru Mata Pelajaran

44 Arianto Karim, S. Pd Guru Mata Pelajaran

45 Nur Catri Kaharuddin, S. Pd Guru Mata Pelajaran

46 Hasanuddin Laebu, S. Pd Guru Mata Pelajaran

47 Irwan, S. Pd Guru Mata Pelajaran

48 Muhammad Nuryadin, S. Pd KA.Komp.Keahlian TKR

49 Andi Supriaty, S. Si Guru Mata Pelajaran

50 Jumaini, SST.Par Guru Mata Pelajaran

51 Nasniar Anwar, S. Pd Guru Mata Pelajaran

52 Herlinda Djabbar, S. Pd Guru Mata Pelajaran

53 A.Nur Alamsyah, S. Pd Guru Mata Pelajaran

54 Rafiuddin, M. Par Guru Mata Pelajaran

55 Sri Purnamasari Rahman S. Guru Mata Pelajaran

56 Suhartina Nur, S. Pd Guru Mata Pelajaran

57 A.Manggumpeang, S. Pd Guru Mata Pelajaran

58 Asmar, S. Pd Guru Mata Pelajaran

59 Nasrul, S. Pd Guru Mata Pelajaran

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Page 91: TESIS Oleh SALMA. B

74

4. Keadaan Siswa SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Sekolah Menengah Kejuruan Bungoro Kabupaten Pangkep

membina peserta didik sebanyak 1.038 siswa ( data tanggal 08 Juni

2015), yang berasal dari beberapa jurusan/ keahlian dari Kelas X- XII.

Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel.2

Keadaan Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah

Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 34 Orang

2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 24 Orang

3 Teknik Pengelasan 2 Kelas 74 Orang

4 T.Perb.Bodi Otomotif 1 Kelas 33 Orang

5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 34 Orang

6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 179 Orang

Jumlah 11 Kelas 378 Orang

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Page 92: TESIS Oleh SALMA. B

75

Tabel 3

Keadaan Peserta Didik Kelas XI SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah

Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 31 Orang

2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 5 Orang

3 Teknik Pengelasan 2 Kelas 67 Orang

4 T.Perb.Bodi Otomotif 2 Kelas 37 Orang

5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 37 Orang

6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 149 Orang

Jumlah 12 Kelas 326 Orang

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep Tabel 4

Keadaan Peserta Didik Kelas XII SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep No Jurusan Jumlah Kelas Jumlah

Siswa 1 Busana Butik 1 Kelas 34 Orang

2 Kecantikan Rambut 1 Kelas 17 Orang

3 Teknik Pengelasan 3 Kelas 87 Orang

4 T.Perb.Bodi Otomotif 1 Kelas 30 Orang

5 Ak.Perhotelan 1 Kelas 24 Orang

6 T.Kendaraan Ringan 5 Kelas 142 Orang

Jumlah 12 Kelas 334 Orang

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Page 93: TESIS Oleh SALMA. B

76

B. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu PembelajaranDi SMK 2 Bungoro

Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Istilah strategi pertama kali

dihanya dikenal di kalangan militer, khususnya strategi perang. Dalam

sebuah peperangan atau pertempuran terdapat seseorang yang bertugas

mengatur strategi untuk memenangkan peperangan. Semakin hebat

strategi yang digunakan semakin besar kemungkinan untuk menang.

Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan Pembelajaran

yang harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan dapat dicapai

secara efektif dan efisien.

Strategi dapat dikemukakan suatu pola yang direncanakan dan

ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi

kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Dari beberapa pengertian diatas, Strategi Belajar Mengajar meliputi

rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi

tetentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.

Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut

dengan strategi pembelajaran. Tujuan strategi tersebut adalah untuk

terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan

Page 94: TESIS Oleh SALMA. B

77

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah mutu pembelajaran

khususnya Pendidikan Agama Islam.

Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai strategi-strategi yang

digunakan dalam pembelajaran dikelas yaitu strategi pembelajaran

langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, strategi

pembelajaran melalui pengalaman, dan strategi pembelajaran mandiri.

Di SMK Negeri 2 Bungoro, guru Pendidikan Agama Islam

menerapkan berbagai strategi dalam proses pembelajaran dalam rangka

meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pelajaran pendidikan

Agama Islam. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ramlah, beliau

mengemukakan bahwa:

Untuk meningkatkan kualitas atau mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah ditempuh beberapa cara yaitu membuat perencanaan pembelajaran, melakukan pengayaan materi dan pemanfaatan strategi pembelajaran yang bervariasi. ( Wawancara tanggal 5 Agustus 2015 Hal ini diperkuat oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Bungoro yang

mengatakan bahwa banyak upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah

khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu

pembelajarannya. Diantaranya menetapkan strategi pembelajaran yang

relevan dengan pembahasan. Salah satunya adalah strategi pembelajaran

dengan menggunakan Contextual Teaching Learning. Disamping itu

sekolah menjadikan pelajaran agama islam sebagai kegiatan wajib diikuti

oleh peserta didik.

Page 95: TESIS Oleh SALMA. B

78

Menurut yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam

Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan Muhammad Thahir, beliau

menyampaikan bahwa terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam

meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:

Melakukan pembelajaran terbimbing, pada strategi ini saya menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan peserta didik tentang materi yang saya kan ajarkan, membaca keras strategi ini dilakukan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap mata pelajaran, Contextual Teaching Learning strategi ini saya gunakan untuk menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, strategiselanjutnya adalah member kesempatan kepada peserta didik untuk membuat ringkasan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Dan yang terpenting adalah saya melaksanakan pembelajaran dengan prinsip PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) hal ini saya lakukan agar peserta didik tidak bosan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. ( Wawancara tanggal 15 September 2015) Untuk menunjang pengamalan materi peserta didik tentang

pelajaran pendidikan agama islam di kelas dari pengamatan peneliti

secara langsung di lapangan terlihat bahwa sekolah memberikan kegiatan

tambahan kepada peserta didik yang dilaksanakan setiap hari Sabtu yang

disebut dengan kegiatan Pengembangan diri. Dan difokuskan pada

pengembangan diri bernuansa religius. Dalam kegiatan pengembangan

diri tersebut dalam pengamatan peneliti melihat secara langsung

pembinaan yang intensif berupa pendampingan baca Alqur’an, latihan

pidato, ceramah, praktek Thaharah, ibadah shalat, dan beberapa materi

Page 96: TESIS Oleh SALMA. B

79

yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan setiap

hari peserta didik rutin mengikuti kegiatan shalat berjamaah dan bahkan

mengikuti sholat Jum’at yang dilaksanakan oleh pihak sekolah setiap

pekannya, dan secara bergiliran peserta didik membawakan khutbah

Jum’at.

Tentunya strategi yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama

Islam di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan

tidak terlepas dari partisipasi peserta didik itu sendiri.

Terkait dengan strategi yang dilakukan oleh guru dalam

mengembangkan mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas

XI 4 Teknik Kendaraan Ringan di SMK Negeri 2 Bungoro. Peneliti

membagikan angket kepada peserta didik untuk memberikan respon

tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

tersebut:

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengajar Dengan Jelas

No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Jelas

Kurang Jelas

Tidak Jelas

28 6 -

82,35%

17,64%

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no 1 dan 2

Page 97: TESIS Oleh SALMA. B

80

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebanyak 28 orang

dengan nilai persentase 82,35% memberikan jawaban “jelas” dengan item

pertanyaan tentang kemampuan guru memberikan penjelasan materi

dengan jelas. Responden sebanyak 6 orang dengan nilai persentase

17,64% memberikan alternatif jawaban “kurang jelas” dan menganggap

bahwa guru dalam menjelaskan materi kadang-kadang dapat dipahamipa

peserta didik kadang pula tidak dapat dipahami oleh beber. Dan tidak ada

responden yang memberikan alternative jawaban “tidak jelas” artinya tidak

ada sama sekali responden yang tidak memahami penjelasan materi dari

guru yang mengajar Pendidikan Agama islam.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran

No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Mampu

Kurang Mampu

Tidak mampu

34 - -

100 %

0 %

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no 3 dan 4

Berdasarkan tabulasi angket di atas secara keseluruhan responden

memberikan alternatif jawaban “mampu” yang menunjukkan bahwa guru

memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Hal ini

diperkuat oleh pengamatan peneliti yang melihat bahwa guru pendidikan

Agama Islam memiliki acuan dalam melaksanakan pembelajaran dan

Page 98: TESIS Oleh SALMA. B

81

setiap materi pembelajaran guru menyiapkan ringkasan materi yang dapat

dipelajari dengan mudah oleh peserta didik dan dipersentasekan lewat

LCD.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Variasi dan Metode Guru Dalam Mengajar

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Bervariasi

Kadang bervariasi

Tidak bervariasi

21 13 -

61,76 %

38,23 %

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no.5 dan 9

Berdasarkan tabulasi data pada tabel menunjukkan bahwa

responden sebanyak 21 orang memilih alternative jawaban “bervariasi”

dengan nilai persentase 61,76% yang menunjukkan bahwa guru memiliki

beberapa variasi dalam mengajar. Responden sebanyak 13 orang

responden dengan nilai persentase 38,32% memilih alternatif jawaban

“kurang bervariasi” yang menunjukkan bahwa kadang guru memiliki

variasi mengajar dan kadang pula terkesan monoton.

Guru yang ideal harus memiliki banyak variasi dan metode dalam

mengajar sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti proses

pembelajaran di dalam kelas. Jangan sekedar menggugurkan kewajiban

dengan berceramah di depan kelas tanpa berusaha melihat apakah

peserta didik senang atau tidak dalam belajar. Pembelajaran yang baik

Page 99: TESIS Oleh SALMA. B

82

harus menggunakan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan ( PAKEM).

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran yang Direncanakan No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Mampu

Kurang mampu

Tidak mampu

34 - -

100 %

0 %

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no 10, 13 dan 14

Berdasarkan tabulasi angket no 10, 13 dan 14 keseluruhan

responden memilih alternatif jawaban “mampu” yang menunjukkan bahwa

guru memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran yang telah

direncanakan. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa peserta didik yang peneliti menyimpulkan bahwa guru memiliki

kemampuan mengelola pembelajaran yang telah direncanakannya,

artinya guru tidak keluar dari materi yang diajarkan, guru selalu bertanya

tentang materi yang diajarkan sebelumnya dan selalu menyampaikan

materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Disamping itu

guru senantiasa memberikan tugas setiap materi pembelajaran selesai

dan rutin memeriksa tugas tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di

kelas XI 4 jurusan Teknik Kendaraan Ringan Bapak Muhammad Thahir,

Page 100: TESIS Oleh SALMA. B

83

yang dilakukan pada tanggal 15 September 2015 beliau menyampaikan

bahwa tugas diberikan sebagai bentuk pendalaman materi kepada

peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah diajarkan.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran

No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Memakai

Kadang memakai

Tidak memakai

- 34 -

0 %

100 %

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no 8

Dari tabel frekuensi tentang kemampuan guru memanfaatkan

media pembelajaran keseluruhan responden memilih alternative jawaban

“kadang memakai” yang menunjukkan bahwa guru pendidikan agama

Islam di kelas IX 4 program keahlian teknik Kendaraan Ringan kadang-

kadang memanfaatkan media pembelajaran yang ada dan kadang pula

tidak memakai, tergantung pada materi yang diajarkan.

Penggunaan media pembelajaran sangatlah penting untuk

menunjang proses pembelajaran tentunya media yang digunakan harus

sesuai dengan materi yang diajarkan oleh guru. Media sangat bermanfaat

dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan dengan adanya

media pembelajaran sangat memungkinkan bagi peserta didik untuk

berinteraksi secara langsung dengan lingkungan belajarnya.

Page 101: TESIS Oleh SALMA. B

84

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran Guru

No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1

2

3

Memiliki

kurang memiliki

Tidak memiliki

34 0 -

100 %

0 %

0 %

Jumlah 34 100 %

Tabulasi angket no 7, 11, 12

Berdasarkan hasil persentase dari tabel distribusi frekuensi strategi

pembelajaran guru dapat dilihat bahwa sebanyak 34 responden memilih

alternatif jawaban “memiliki” yang menunjukkan bahwa guru memiliki

berbagai strategi dalam pembelajaran. Salah satu strategi yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran yaitu sering bertanya kepada peserta

didik untuk membuka wawasan berfikirnya dan senantiasa mengajak

peserta didik untuk melakukan diskusi terhadap tema yang menarik dalam

proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah poin yang sangat penting dalam

menunjang proses pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru harus

menguasai berbagai macam strategi pembelajaran agar dapat

meningkatkan mutu pembelajaran yang diampuhnya.

Page 102: TESIS Oleh SALMA. B

85

C. Pencapaian Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Dalam pencapaian mutu pembelajaran guru sangat berperan

penting, karena bersentuhan langsung dengan peserta didik. Gurulah

yang langsung berinteraksi dengan peserta didik baik di dalam maupun di

luar kelas. Guru bertugas untuk menyelenggarakan proses pembelajaran

sehingga tujuan yang diharapkan dapat terwujud dengan baik

Tujuan peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah bukan hanya dilihat dari kognitif semata melainkan harus

terintegrasi antara kognitif dan afektif. Pengetahuan agama bukan hanya

sekedar untuk diketahui melainkan harus mampu diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari

perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik,

iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem

pembelajaran.

Dampak belajar peserta didik khususnya pendidikan Agama Islam

dapat dilihat dari kemampuan kognitif, dan afektif peserta didik. Dari segi

kognitif di SMK 2 Bungoro Kabupaten Pangkep pada setiap mata

pelajaran memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) yang wajib dicapai

oleh setiap peserta didik. Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai

adalah 80. Berikut peneliti menguraikan daftar nilai yang di ambil dari

Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan yang dijadikan sebagai sampel

penelitian sebagai berikut:

Page 103: TESIS Oleh SALMA. B

86

Tabel 11

Daftar Nilai Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan

No Nama KKM Nilai

Kognitif Afektif

1 AAN ADRIANS MANSUR 80 90 B

2 ABDI AKBAr 80 96 B

3 AGUNG SETIAWAN

80 96 B

4 AGUNG WIRANDI

80 95 B

5 ARDIANSYAH

80 92 B

6 ARWIN ASRIADI

80 96 B

7 ASWAR SAPAR

80 96 B

8 BAHARUDDIN

80 96 B

9 DANDI

80 96 B

10 DENY FARADIBA COLLINT

80 93 B

11 FADLI

80 97 B

12 FANDI FRANANDA

80 90 B

13 FAUL KURNIAWAN

80 96 B

14 FIRMAN

80 92 B

15 HASRIADI. K

80 95 B

16 IRWAN

80 94 B

17 IRWANSYAH

80 90 B

Page 104: TESIS Oleh SALMA. B

87

18 JUMAEDI T.

80 90 B

19 JUNAIDI

80 95 B

20 MUH. FAJRI AWAL PRATAMA

80 96 B

21 MUH. FARHAN HARIS

80 95 B

22 MUHAMMAD SAFAR

80 97 B

23 MUMUN MUQTADIR MUSLIM

80 96 B

24 NUR ALIM

80 92 B

25 RAHMAT IZZUL HAQ

80 95 B

26 RAHUL HAMZAIDAR

80 94 B

27 SAENAL

80 96 B

28 SALMAN ABDUL RAHIM

80 90 B

29 SATRIADI

80 95 B

30 SUARDI

80 96 B

31 SYAIFULLAH

80 95 B

32 SYARWAN

80 93 B

33 TASLIM

80 97 B

34 ZULFAHMI

80 94 B

Sumber Data: Guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 2 Bungoro Kelas IX 4 Teknik Kendaraan Ringan

Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata peserta didik pada

Pelajaran Agama Islam yaitu jumlah nilai keseluruhan: jumlah peserta

didik/ 3206: 34= 94. Berarti dari hasil tersebut nilai pelajaran pendidikan

agama Islam kelas IX 4 Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Bungoro

Page 105: TESIS Oleh SALMA. B

88

melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 94 dan termasuk

dalam kategori nilai yang tinggi.

Dari segi pengamalan nilai- nilai ajaran Islam peserta didik SMK

Negeri 2 Bungoro rutin melaksanakan shalat berjamaah setiap hari

termasuk ibadah shalat Jum’at, peserta didik secara bergantian

menyampaikan khutbah yang telah di ajarkan oleh guru Pendidikan

Agama Islam itu sendiri. Di smaping itu terdapat pula Rohis yang dibentuk

atas inisiatif para peserta didik yang di bina langsung oleh Guru

Pendidikan Agama Islam, dimana dalam perkumpulan tersebut peserta

didik dibina untuk bisa membaca Alqur’an.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan beliau

menyampaikan beberapa hal yang peneliti simpulkan sebagai berikut:

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro sangat mengedepankan pembinaan keagamaan, karena agama adalah pondasi bagi peserta didik untuk memasuki dunia kerja setelah menempuh pendidikan di sekolah ini. Sekolah Menengah Kejuruan walaupun notabenenya bukan sekolah agama akan tetapi pada PENTAS pendidikan agama Islam 2015 se-Kabupaten Pangkep sekolah ini meraih beberapa juara diantaranya Juara 2 lomba Khutbah, juara III peragaan busana Muslim/ Muslimah dan menjadi juara 2 lomba azan. (Wawancara pada tanggal 15 September 2015).

Page 106: TESIS Oleh SALMA. B

89

D. Faktor- Faktor Yang Menunjang Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smk 2 Bungoro Kabupaten Pangkep

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro merupakan sekolah

kejuruan yang sangat potensial baik dari segi sarana dan prasarana.

Dapat dikatakan bahwa kondisi sekolah sudah masuk dalam kategori baik.

Tentunya tantangan terbesar bagi seluruh guru khusunya guru pendidikan

Agama Islam adalah peningkatan mutu pembelajarannya. Tidak dapat

dipungkiri bahwa pendidikan agama Islam sangat perlu diperkokoh agar

mampu memberikan benteng bagi peserta didik dalam menghadapi

tantangan global yang semakin kompleks.

Dalam peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro terdapat beberapa faktor

yang sangat berpengaruh pada peningkatan mutu pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Sarana dan prasarana yang disiapkan oleh

pihak sekolah sebagai perpanjangan pemerintah sangat menunjang

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu sarana yang

peneliti maksudkan adalah keberadaan Mushallah. Mushallah di sekolah

tersebut sangat luas dan dapat menampung keseluruhan peserta didik

untuk shalat berjamaah, disamping itu mushallah tersebut sangat

menunjang proses pembelajaran yaitu pengembangan diri. Dalam kelas

pengembangan diri peserta didik dibina untuk memperlancar bacaan

Alqur’an, latihan ceramah dan khutbah, pembinaan kesenian yang

bernuansa islami seperti Nasyid dan Qasidah Rebana. Peserta didik juga

Page 107: TESIS Oleh SALMA. B

90

dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan agama melalui pengajian rutin

yang dilaksanakan oleh ROHIS.

Keberadaan media pembelajaran yang lengkap pula sangat

menunjang peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dimana setiap kelas disiapkan LCD yang dapat difungsikan sebagai media

yang menunjang proses pembelajaran.

Sikap koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator yang

baik kepada guru, selalu mengarahkan agar guru meningkatkan

kompetensi dibidangnya masing-masing yaitu kompetensi professional,

kompetensi paedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi keagamaan.

Antusiasme peserta didik merupakan faktor utama dari peningkatan

mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan antusiasme peserta

didik dalam mempelajari agama memberikan sumbangsih bagi guru untuk

melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Apabila ada peluang tentunya ada hambatan ataupun tantangan

yang dihadapi beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan

agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bungoro

Kabupaten Pangkep adalah maraknya pergaulan bebas dikalangan

remaja yang tentunya berefek pula pada beberapa peserta didik di

sekolah tersebut. Condong peserta didik meniru berbagai hal yang

mereka lihat di sekitarnya sehingga sangat memungkinkan jika tidak ada

pembinaan yang intensif dari beberapa pihak maka akan banyak yang

terjerumus dalam pergaulan tersebut.

Page 108: TESIS Oleh SALMA. B

91

Kerjasama orang tua yang masih sangat minim, turut

mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

tanggung jawab mendidik agama sepenuhnya diserahkan kepada guru di

sekolah, padahal idealnya antara pihak guru dan orang tua harus

bekerjasama dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh

anak sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Strategi pembelajaran Contextual Teaching Learning, Ekspositori,

dan Pembelajaran terbimbing merupakan salah satu alternatif yang dapat

digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar

pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan

menunjukkn bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap berbagai

Strategi yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat

terlihat dari hasil wawancara guru dengan peneliti setelah menerapkan

berbagai Strategi dalam proses belajar mengajar. Peningkatan mutu

pembelajaran juga dapat terlihat dari hasil kemampuan kognitif, dan afektif

peserta didik. Dari segi Kognitif di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten

Pangkep pada setiap mata pelajaran memiliki Kriteria ketuntasan Minimal

yang harus di capai adalah 80, sedangkan hasil diperoleh melampau

Page 109: TESIS Oleh SALMA. B

92

Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu rata-rata perolehan nilai peserta didik

94 ke atas. Hal ini termasuk kategori nilai yang tinggi.

Dengan demikian keberhasilan pencapaian tujuan sangat tergantung

dari jkeberhasilan kegiatan pembelajaran sebagai sinergi dari komponen-

komponen pendidikan, termasuk penggunaan berbagai macam strategi

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa Strategi

Pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Semakin bagus strategi yang direncanakan dan

digunakan maka akan semakin bagus hasil yang didapatkan. Hal ini

terbukti dilapangan bahwa semakin banyak ataupun semakin bagus

strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran maka minat peserta

didik untuk belajar akan meningkat sehingga mutu pembelajaran

Pendidikan Agama Islam semakin meningkat.

Tujuan pembelajaran dapat terwujud apabila strategi pembelajaran

yang digunakan tepat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemp (1985)

dalam Abdul Majid (2014) bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh seorang guru dan

peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan

efesien.

Page 110: TESIS Oleh SALMA. B

93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan maka hasil

penelitian menunjukkan bahwa :

1. Guru PAI di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaen Pangkep

menggunakan beberapa strategi dalam mengelola pembelajaran

di antaranya strategi Contextual Teaching Learning, Ekspositori,

Pembelajaran Terbimbing dan strategi yang diterapkan oleh guru

dianggap efektif karena sebanyak 34 orang atau 100% dari

responden menganggap strategi-strategi yang digunakan oleh

guru cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata prestasi

belajar peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam yaitu 93

sedangkan penilaian dari segi afektif peserta didik tergolong

baik, pengamalan nilai-nilai ajaran Islam ditunjukkan dengan

shalat berjama’ah, shalat jum’at berjamaah, pembinaan baca Al

qur’an dan beberapa kegiatan pengembangan diri seperti

ceramah dan khutbah.

2. Dengan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning,

Ekspositori dan pembelajaran terbimbing yang diterapkan oleh

guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Bungoro maka

93

Page 111: TESIS Oleh SALMA. B

94

mutu pembelajaran ada peningkatan, dapat dilihat antara lain

dari kemampuan kognitif, dan afektif peserta didik. Dari segi

kognitif di SMK Negeri 2 Bungoro Kabupaten Pangkep pada

setiap mata pelajaran memiliki kriteria Ketuntasan minimal yang

harus dicapai adalah 80, sedangkan hasil yang diperoleh

melampaui kriteria ketuntasan Minimal yaitu rata-rata perolehan

nilai yaitu 94 ke atas. Hal ini termasuk kategori nilai yang tinggi.

Sedangkan dari segi pengamalan nilai-nilai ajaran Islam peserta

didik di SMK Negeri 2 Bungoro rutin melaksanakan shalat

berjamaah setiap hari termasuk ibadah shalat Jumat, dan rata-

rata nilai afektif siswa termasuk kategori baik.

3. Sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pihak sekolah

sebagai perpanjangan pemerintah sangat menunjang proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu sarana yang

peneliti maksudkan adalah keberadaan mushallah yang sangat

luas. Keberadaan media pembelajaran yang lengkap, sikap

koperatif kepala sekolah yang selalu menjadi motivator yang

baik kepada guru, antusiasme peserta didik. Sedangkan

tantangan yang dihadapi oleh sekolah kerja sama orang tua

yang masih sangat minim turut mempengaruhi peningkatan

mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tanggung jawab

mendidik agama sepenuhnya diserahkan kepada guru di

sekolah, padahal idealnya antara pihak guru dan orang tua

Page 112: TESIS Oleh SALMA. B

95

harus bekerja sama dalam mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki oleh anak sehingga tidak terjerumus dalam

pergaulan yang salah.

B. Saran

Berdasar pada hasil penelitian di lapangan maka peneliti

mengajukan beberapa saran terkait dengan strategi pembelajaran dan

peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama islam:

1. Penggunaan Strategi Pembelajaran dan berbagai macam

metode sudah bagus, namun masih terus dikembangkan,

hendaknya guru selalu kreatif dan inovatif dalam mengatur atau

mengelola pembelajaran di dalam kelas, karena guru adalah

ujung tombak pembelajaran yang langsung berinteraksi secara

langsung dengan peserta didik baik di dalam kelas maupun di

luar.kelas, dukungan dari kepala sekolah harus selalu

ditingkatkan untuk memberikan motivasi dalam meningkatkan

kinerja guru

2. Peningkatan mutu pembelajaran sudah bagus, namun masih

perlu ditingkatkan dan dipertahankan, sekolah harus senantiasa

menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru

untuk menunjang proses pembelajaran sehingga mutu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat tercapai.

3. Faktor penunjang dalam peningkatan mutu sudah bagus

termasuk sarana dan prasarana namun masih perlu dtiambah

Page 113: TESIS Oleh SALMA. B

96

mengenai alat praktek Pendidikan Agama Islam termasuk

peralatan tata pengurusan jenasah yang sangat penting

diterapkan bagi siswa.

4. Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan pengembangan

penelitian yang lebih luas terkait dengan strategi pembelajaran

dan peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Seluruh pihak yang terkait termauk orang tua harus

meningkatkan kerja sama dengan pihak sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

karena esensi dari mata pelajaran pendidikan agama Islam

terletak pada pengamalannya untuk itu pihak sekolah tentunya

membutuhkan bantuan dari orang tua yang mengawasi anak

ketika di rumah.

Page 114: TESIS Oleh SALMA. B

97

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara , Jakarta : 2009

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara 2006.

Azizy (2002), Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya, Bandung 2002

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers 2002.

Daradjat , Zakiah, Ilmu Pendiidkan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta 2009.

Fatah Jalal Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya Bandung 2012

Gagne, M, Robert., Kondisi belajar dan Teori pembelajaran, terjemahan Munandir, Holt, Rinehart and Winston digandakan oleh Universitas Terbuka,1990.

Hamdani dan Fuad 2001: 92, Psikologi Pendidikan Kencana, 2001

Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Guru PAI ; Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di SMP, Jakarta: 2010.

Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Guru PAI ; Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di SMP, Jakarta: 2010.

Kemp 1995, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Rosdakarya Bandung: 2014

Majid Abdul, Strategi Pembelajaran, Rosdakarya. Bandung: 2015

Majid Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, RosdaKarya Bandung 2012

Marimba Ahmad D. 2013, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta 2011

97

Page 115: TESIS Oleh SALMA. B

98

Mintzberg, 2007, Strategi Pembelajaran, Rosdakarya Bandung, 2007 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Penerapan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, CV. Citra Media, Surabaya, 1992.

Muhaimin dan Abdul Ghofir, Strategi Belajar Mengajar; Penerapan dalam Pembelajaran Agama Islam, Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa 1996.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010.

Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Bandung : Rosda Karya2005.

Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara 2008.

Raharja, Tirta, Umar, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta 2005.

Nata, Abudin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2011

Rahman Nasaruddin, 2001, Metodologi Pengajaran Agama, Rosdakarya, Bandung 1995

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2010,

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2006.

Surdiman, AM Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2000.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Yogyakarta; Bumi Aksara; 2014

Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 1999.

Syah , Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Bandung : Alfabeta 2010,

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung; PT.Remaja Rosdakarya. 2013

rcetaka

Page 116: TESIS Oleh SALMA. B

99

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam. bandung : pustaka setia. 2005

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Sinar Grafika 2003.

Usman, Uzer,B. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya 2010.

Hadi Miarso, Yusuf Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009.