the factors influences of visual acuity on the …
TRANSCRIPT
THE FACTORS INFLUENCES OF VISUAL ACUITY ON THE MEDICAL FACULTY STUDENT 2014 AND 2015 UNIVERSITY
OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAJAM PENGLIHATAN
PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014
DAN ANGKATAN 2015
DEWI WAHYUNI
10542 0374 12
Skripsi ini diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Fakultas Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
i
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Skripsi, maret 2016 Dewi Wahyuni, NIM 10542037412 Rahasiah Taufik “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAJAM PENGLIHATAN
PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN
2015”
ABSTRAK Latar belakang : penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap tajam penglihatan baik itu faktor genetic maupun faktor lingkungan atau perilaku.
Metode : penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Sub populasi adalah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2014 dan angkatan 2015. Data yang diambil adalah data primer yaitu peneliti
memberikan kuesioner kepada responden dan hasil pemeriksaan visus responden.
Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-square
Hasil : Dari penelitian ini didapatkan 62 sampel dimana pada saat pemeriksaan
visus ditemukan 38 orang mengalami gangguan tajam penglihatan. Dari 62
sampel yang diperoleh, 32 orang yang memiliki aktivitas jarak baca < 30 cm dari
buku , 40 orang memiliki lama aktivitas baca > 30 menit, 33 orang memiliki
aktivitas baca tiduran, 46 orang yang intensitas penggunaan laptop > 2 jam,39
orang memiliki aktivitas frekuensi penggunaan laptop < 3 kali dalam sehari dan
45 orang memiliki riwayat keturunan. Berdasarkan analisis data didapatkan 3
variabel memiliki hubungan yang bermakna, yaitu jarak aktivitas membaca,
penggunaan laptop dan riwayat keturun dengan nilai P dan OR yaitu : untuk
variabel jarak aktivitas membaca P : 0.022 dan P. OR : 0.292, untuk variabel
penggunaan laptop kategori intensitas penggunaan laptop P : 0.023 P. OR : 0.262
dan untuk kategori frekuensi penggunaan laptop P: 0.035 P. OR : 0.292, serta
variabel riwayat keturunan / genetic P : 0.000 P. OR : 0.100 terhadap gangguan
tajam penglihatan
Kesimpulan : terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jarak aktivitas
membaca, penggunaan laptop, dan riwayat keturunan/genetic terhadap gangguan
tajam penglihatan
Kata kunci : Tajam Penglihatan, jarak baca, lama baca, posisi baca, penggunaan
laptop, riwayat keturunan
ii
FACULTY OF MEDICINE
MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY Undergraduate Thesis, March 2016
DEWI WAHYUNI, NIM 10542037412 RAHASIAH TAUFIK
“THE FACTORS INFLUENCES OF VISUAL ACUITY ON THE MEDICAL FACULTY STUDENT 2014 AND 2015 UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR”
ABSTRACT
Objective The study aims to know relation of the factors that affect of visual acuity both genetic or environment factors.
Method This Study is a Cross sectional study. The sample are students of medical faculty in University of Muhammadiyah Makassar 2014 and 2015. The data have taken iss primary data that the researcher give questioner to respondens and from the result of respondens visus marking. The data Analisis has Used is Chi-square test.
Result From this study found 62 sample which visus marking. Found 38 people who have impaired visual acuity, 32 people who have reading distance activities < 30 cm from the the book , 40 people who have duration of reading activities > 30 minutes, 33 people who have sleep reading activities, 46 people who have that using laptop of frequency activities < 3 time’s in one day, 45 people have genetic and according of analysis data found 3 variable that have meaningful relation that is reading distance activities, using laptop, genetic story with P value and P OR are : reading distance activities P value : 0.022 P OR : 0.292, for using laptop intensity category P value : 0.023 and frequency using laptop P. value : 0.035 P. OR : 0.292, and have genetic history P value : 0.000 P. OR 0.100 to impaired visual acuity.
Conclusion There is meaningful relation between reading distance activities, using laptop and genetic story to impaired visual acuity
Keywords : visual acuity, reading distance, duration of reading, position of reading, using laptop dan genetic story.
3
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim....
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tema “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Tajam Penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2014 dan Angkatan 2015”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana kedokteran dari program studi pendidikan dokter universitas
Muhammadiyah Makassar. Saya menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas
penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun saya juga menyadari bahwa begitu
banyak pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini baik secara moril dan materil. Bersama dengan ini saya sampaikan ucapan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Ibu dan ayah saya tercinta ( Hj. A. Najwanah dan H. Jasman S. Pd) yang telah
memberikan saya dukungan dan juga do’a yang tak henti-hentinya beliau
ucapkan juga seluruh keluarga dan saudara-saudara saya yang telah memberikan
dorongan dan semangat dalam penyusunan tugas akhir skripsi.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin dan
amanah kepada saya untuk belajar dan menimba ilmu di Unversitas
Muhammadiyah Makassar.
iv
3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar beserta
jajarannya.
4. dr. Rahasiah Taufik, Sp.M selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi yang
telah meluangkan begitu banyak waktu di tengah-tengah kesibukan untuk
memberikan arahandan masukan serta bimbingan dalam proses penyusunan
skripsi.
5. Terima Kasih atas kerja samanya buat teman-teman pembimbing Orbita Sucipta
Merdeka Utama, Fahyuni Farawati Abma, Syahrir.
6. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar
biasa, Harmita, ST. Hadrianti Hasmawi, Resky Pramudyanti, Annisa NurIllah,
A. Kartini, Andi Rasdiana, Eka Kartika, Magfirah Nassaruddin, Nurul Hidayati
Rajab, Resky Amaliah S.A dan Chyci Dwiyanti.
7. Terima kasih juga untuk A. Herawati Magfira, Andi Nurlaely Hamid yang
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman angkatan 2012 ( Trigeminus ) tanpa terkecuali yang juga
turut memberikan sumbangsih berupa saran dan masukan.
9. Teman – Teman Penulis yang tidak sempat ditulis namanya yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya pun menyadari bahwa saya adalah manusia biasa yang tidak terlepas dari
kesalahan. Adapun jika dalam penyusunan skripsi ini terdapat kesalahan dan kekeliruan,
v
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kesempurnaan hanya milik ALLAH
SWT semata.
Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dan trut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan
ridha dan rahmat kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat pada siapapun
yang membacanya. Amin ya robbal alamin...
Makassar, Maret 2016
Penulis
Dewi Wahyuni
v
Daftar Isi
Halaman Sampul
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 4
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................. 4
D. MANFAAT PENELITIAN ......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. LANDASAN TEORI .................................................................. 6
1. STRUKTUR BOLA MATA ...................................................... 6
2. KELAINAN REFRAKSI .......................................................... 8
3. BEBERAPAFAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA GANGGUAN PENGLIHATAN TAJAMPENGLIHATAN ........................................................ 14
B. KERANGKA TEORI .................................................................. 17
BAB III KERANGKA KONSEP .............................................................. 18
A. KERANGKA KONSEP ............................................................. 18
B. DEFINISI OPERASIONAL ........................................................ 19
vi
C. HIPOTESIS ................................................................................ 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 24
A. DESAIN PENELITIA ................................................................. 24
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN...................................... 24
C. POPULASI DAN SAMPEL ........................................................ 24
D. TEKNIK ANALISIS DATA ....................................................... 28
E. ETIKA PENELITIAN ................................................................. 28
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................. 30
A. HASIL PENELITIAN ............................................................. 30
A.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .............................. 30
A.2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK RESPONDEN.............. 30
A.3. HASIL ............................................................................. 31
a. ANALISIS UNIVARIAT.................................................. 31
1. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN .................................... 32
2. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN JARAK AKTIVITAS MEMBACA ........................................................ 32
3. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI LAMA AKTIVITAS MEMBACA ......................................................... 33
4. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI POSISI AKTIVITAS MEMBACA ......................................................... 33
5. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI PENGGUNAAN LAPTOP ............................................................... 34
6. DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN FREKUENSI RIWAYAT KETURUNAN/GENETIK ................................... 35
b. ANALISIS BIVARIAT .................................................... 35 1. HUBUNGAN JARAK AKTIVITAS MEMBACA
DENGAN GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN 36 2. HUBUNGAN LAMA AKTIVITAS MEMBACA
DENGAN GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN 37
vii
3. HUBUNGAN POSISI AKTIVITAS MEMBACA DENGAN GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN 38
4. HUBUNGAN AKTIVITAS PENGGUNAAN LAPTOP DENGAN GANGGUAN TAJAM ENGLIHATAN 39
5. HUBUNGAN RIWAYAT GENETIK/KETURUNAN DENGAN GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN 41
BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 42
1. DISTRIBUSI RESPONDEN YANG MENGALAMI GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 .......................................................... 42
2. DISTRIBUSI HUBUNGAN PENDERITA GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN RIWAYAT KETURUNAN/GENETIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 43
3. DISTRIBUSI HUBUNGAN PENDERITA GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN JARAK AKTIVITAS BACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 ................. 45
4. DISTRIBUSI HUBUNGAN PENDERITA GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN LAMA AKTIVITAS BACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 ................. 47
5. DISTRIBUSI HUBUNGAN PENDERITA GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN POSISI AKTIVITAS BACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 ................. 50
6. DISTRIBUSI HUBUNGAN PENDERITA GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN AKTIVITAS PENGGUNAAN LAPTOP PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015 52
BAB VII TINJAUN KEISLAMAN .......................................................... 55
BAB VIII PENUTUP ............................................................................... 61
A. KESIMPULAN ............................................................................. 61 B. SARAN ......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
viii
LAMPIRAN
ix
Daftar Tabel
Tabel IV.1. Jumlah sampel dari angkatan 2014 dan angkatan 2015................................ 30
Tabel V.1.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi gangguan tajam
penglihatan ............................................................................................ 32
Tabel V.1. 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi jarak aktivitas
membaca .............................................................................................. 32
Tabel V.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi jarak aktivitas
membaca. .............................................................................................. 33
Tabel V.1.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi posisi aktivitas
membaca. .............................................................................................. 33
Tabel V.1.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi penggunaan laptop . 34
Tabel V.1.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi riwayat
keturunan/genetik .................................................................................. 35
Tabel V.2.1 Hubungan jarak aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan
pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. .............................. 36
Tabel V.2.2 Hubungan lama aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan
pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. .............................. 37
Tabel V.2.3 Hubungan posis aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan
pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. .............................. 38
Tabel V.2.4 Hubungan aktivitas penggunaan laptop dengan gangguan tajam penglihatan
pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. .............................. 39
x
Tabel V.2.5 Hubungan genetic/keturunan dengan gangguan tajam penglihatan pada
mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. ...................................... 41
xi
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Mata normal / tanpa kelainan refraksi.............................................. 8
Gambar 2.2. Miopia.............................................................................................. 11
Gambar 2.3. Hipermetropia................................................................................... 12
Gambar 2.4. Astigmatisme.................................................................................... 13
Gambar 2.5. Kerangka Teori................................................................................. 18
Gambar 3.1. Kerangka konsep.............................................................................. 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari
gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan
kebutaan.
Dari grafik Distribusi Penyebab Gangguan Penglihatan Estimasi Global Tahun
2010 menggambarkan, Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh
dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan
glaukoma. Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan
penglihatan sejak masa kanak-kanak.1
Angka kejadian kelainan refraksi cukup tinggi, di dunia kelainan refraksi
merupakan penyebab utama kebutaan ke tiga yaitu 0,14% setelah katarak (0,78%)
dan glaukoma (0,20%). Sekitar 80% anak berusia 2-6 tahun memiliki mata
hipermetropik, 5% miopik, dan 15% emetropik, sedangkan prevalensi ambliopia
adalah 0,5% dari seluruh kelainan mata pada anak. 2
Di Indonesia angka kelainan refraksi terus mengalami peningkatan dengan
prevalensi 1,5 % dan dari hasil survey Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
yang dilakukan 8 provinsi (Sumatra barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa
1
2
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat)
tahun 2009 ditemukan kelainan refraksi sebesar 61.71%.3
Kelainan Refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak
seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Kelainan refraksi atau ametropia dikenal dalam bentuk Miopia, Presbiopia,
hipermetropia dan astigmatisme.4,5
Miopia atau rabun dekat adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana
bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi
berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya
yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina.6
Hipermetropia dalah suatu kelainan refraksi dari pada mata dimana sinar-sinar
yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan di belakang
retina.6
Astigmatisma adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan
dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada
retina tidak pada satu titik.6
Pada presbiopia umumnya timbul mulai kira-kira 40 tahun. Dimana jika
pungtum proksimum letaknya jauh dari jarak bacah seseorang (lebih dari 35 cm).7
Keadaan-keadaan diatas tidak lepas dari beberapa faktor yang berperan
penting dalam menimbulkan efek gangguan tajam penglihatan.. Faktor genetik
dan faktor lingkungan merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting
terjadinya kelainan refraksi. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan
3
refraksi ke keturunannya, Anak dengan orang tua yang mengalami kelainan
refraksi cenderung mengalami kelainan refraksi. Prevalensi untuk kelainan tajam
penglihatan khusus miopia pada anak dengan kedua orang tuanya miopia adalah
32,9 % dan berkurang sampai 18,2% pada anak dengan hanya salah satu orang
tuanya yang mengalami miopia, dan kurang dari 8,3% ada anak dengan orang tua
tanpa miopia. Faktor lingkungan seperti kebiasaan beraktivitas dalam jarak dekat
termasuk membaca, menggunakan computer memiliki peranan yang besar
terhadap terjadinya kelainan refraksi. Beberapa penelitian menyebutkan faktor
lingkungan memiliki peran yang lebih besar terhadap miopia dibandingkan
dengan hiperopia dan astigmatisma.2
Penelitian pada mahasiswa kedokteran di singapura memperlihatkan hasil
sebesar 82 % mahasiswa mengalami myopia. Mahasiswa kedokteran cenderung
memiliki aktivitas yang menghabiskan waktunya dengan membaca, melihat dekat,
serta memiliki keterkaitan dengan riwayat keluarga maka hal ini merupakan faktor
resiko terjadinya gangguan tajam penglihatan. Mahasiswa Kedokteran Universitas
Muhammadiyah yang memiliki mahasiswa berbeda-beda status sosial dan
kesehariaannya memungkinkan adanya faktor terjadinya kelainan refraksi pada
mahasiswa.
Maka kami bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tajam penglihatan pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiya Makassar dengan populasi target
mahasiswa preklinik angkatan 2014 dan 2015 sehingga dengan melakukan
4
penelitian dapat diperoleh faktor yang berpengaruh terhadap tajam penglihatan
serta sebagai sarana informasi kepada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk
menjawab pertanyaan yaitu :
“Faktor-Faktor apakah yang mempengaruhi terhadap tajam penglihatan
pada mahasiswa FK UNISMUH angkatan 2014 dan angkatan 2014.?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap
tajam penglihatan pada mahasiswa FK UNIMUH angkatan 2014 dan
angkatan 2015
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian gangguan tajam penglihatan
b. mengetahui hubungan faktor keturunan, aktivitas membaca,
penggunaan komputer pada mahasiswa FK unismuh angkatan 2014
dan angkatan 2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Bagi peneliti
a. Untuk meningkatkan keilmuan peneliti mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap tajam penglihatan.
b. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan peneliti
5
2. Bagi mahasiswa dan masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tajam penglihatan.
b. Sebagai informasi dan sarana edukasi kesehatan kepada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Univ. Muhammadiyah Makassar
sehingga diharapkan mahasiswa senantiasa meningkatkan
kepeduliannya terhadap kesehatan mata.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Struktur Bola Mata
Rongga Orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida dengan
empat dinding yang mengerucut ke posterior. Dinding medial orbita kiri dan
kanan terletak parallel dan dipisahkan oleh hidung. Atap orbita terutama terdiri
atas pars orbitalis ossis frontalis. Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh
fissure orbitalis superior, bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies
orbitalis ossis zygomatici (malar). Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral
oleh fisura orbitalis inferior. Tepi inferior orbita terdiri dari Processus frontalis
maxillae di medial dan os zygomaticum lateral.3
Bola mata orang dewasa normal hamper bulat, dengan diameter anteroposterior
sekitar 24,2 mm.3 terbagi kedalam dua segmen yaitu segmen anterior memiliki
bagian transparan dan segmen posterior yang memiliki diameter lebih luas.
Nervus optikus memasuki mata melalui diskus optikus yang berjarak 3 mm
kebagian nasal (medial) dari kutub posterior.7
Bola Mata terdiri dari
a. Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebra)
6
7
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Kunjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi palpebraa (suatu sambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea dilimbus.3
b. Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar,
jaringan ini padat dan berwarnah putih serta berbatasan dengan kornea
disebalah anterior dan duramater nervus opticus diposterior
c. Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan.10
d. Uvea merupakan jaringan yang lunak, terdiri dari 3 bagian yaitu iris
yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Badan siliar yang berfungsi untuk akomodasi. Serta koroid
yang kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi
kepada retina bagian luar.7
e. Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks dengan ketebalan
sekitar 5 mm dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Lensa
mempunyai kapsul yang bening dan ekuator difiksasi oleh zonula zinn
pada badan siliar. Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga
difokuskan pada retina.7
f. Retina adalah suatu membrane tipis dan bening, yang melaipisi bagian
dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Bagian anterior berakhir
pada ora serata. Berfungsi sebagai suatu reseptor yang kompleks, dan
suatu transduser. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor
8
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang
dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan
oksipital.5,7
g. Korpus vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler
yang membentuk dua pertiga volume berat mata. Vitreus mengisi
ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus.
Mengandung air 99% sisa 1 % meliputi dua komponen, kolagen dan
asam hialuronat.
2. Kelainan Refraksi
Gambar 2.1. Mata normal / tanpa kelainan refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat didaerah macula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat
9
diretinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat
jauh.10
Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk
miopia, hipermetropia, dan astigmatismat dan presbiop.6
Pembagian kelainan refraksi
a. Emetropia
Emetropia berasal dari kata yunani emetros yang berarti ukuran normal atau
dalam keseimbangan wajar sedang arti opsis adalah penglihatan. mata dinyatakan
mempunyai refraksi emetropia, jika sinar-sinar yang sejajar dengan sumbu mata
tersebut, oleh mata tersebut tanpa akomodasi bias pada retina, sehingga tajam
penglihatannya adalah maksimum. Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa
adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan berfungsi normal.7,10
(1) Ametropia
Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak sebanding dan tidak seimbang,
sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud ametropia adalah keadaan
pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini akan
terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan
bentuk bola mata.10
Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak
normal(ametropia kurvatur) atau indeks bias abnormal di dalam mata (ametropia
indeks). Panjang bola mata normal.10
10
Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :
(a) MYOPIA
Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat
Menurut derajat beratnya myopia dibagi dalam:
a. Myopia ringan, dimana myopia kecil dari pada 1-3 dioptri
b. Myopia sedang, dimana myopia lebih antara 3-6 dioptri
c. Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6
dioptri.10
Menurut Ilyas faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab terjadinya
myopia :
Faktor herediter atau keturunan
Faktor lingkungan
Gejala-gejala miopi
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika
derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum
kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam
posisi konvergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhaan.
Mungkin juga posisi kovergensi itu menetap,sehingga terjadi
strabismus konvergen.Apabila terdapat myopia pada satu mat jauh
11
lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi ambliopia pada mata
miopianya lebih tinggi.7
Gambar 2.2. Miopia
Pengobatan
Seorang dengan myopia diberi lensa (S -) yang terkecil (S -) agar ia
tanpa akomodasi dapat melihat baik.5
(B) HIPERMETROPI
Sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi
dibias dibelakang retina. Dengan berakomodasi titik pembiasan
tersebut dapat digeser kedepan, sehingga jatuhnya pada retina.
Penyebab hipermetropia
Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu pendek, dinamakan
hipermetropia sumbu. Daya bias kornea/ lensa/ humor akuos terlalu
lemah, dinamakan hipermetropia refraktif. Kelengkungan kornea atau
lensa kurang seingga banyangan di fokuskan dibelakang retina disebut
hipermetropia kurvatur7,10
12
Gambar 2.3. Hipermetropia
Gejala Hepermetropia
Oleh karena seorang dengan hipermetropia harus terus
berakomodasi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik, maka
padanya timbul keluhan-keluhan lelah, pusing, sakit kepala dan
sebagainya.
Oleh karena akomodasi juga disertai dengan konvergensi (Trias N
III adalah akomodasi, konvergensi dan miosis) maka kemungkinan
kedua posisi mata dalam keadaan strabismus konvergen.
Jika derajat hipermetropia pada suatu mata lebih tinggi dari pada
mata lainnya, maka mungkin mata yang pertama tidak dipergunkan,
sehingga tajam penglihatan makin lama makin berkurang.5
Pengobatan
Kepada sesorang dengan hipermetropia diberi lensa S+ yang
terbesar (S+ B) agar ia tanpa akomodasi dapat melihat terbaik.
13
(C) ASTIGMAT
Astigmat, dimana kekuatan optik kornea dibidang yang berbeda
tidak sama. Sinar cahaya parallel yang melewati bidang yang berbeda
ini jatuh ke titik focus yang berbeda.
Gambar 2.4. Astigmatisme
Menurut ilyas, seorang penderita astigmat biasanya akan
memberikan keluahan :
Melihat ganda dengan satu atau kedua mata
Melihat benda bulat menjadi lonjong
Penglihatan kabur jauh maupun dekat
Untuk melihat sering mengecilkan celah kedua kelopak mata
sakit kepala
Mata tegang atau pegal
Mata cepat lelah
Satuan atau ukuran pada astigmatisme dinyatakan dengan silinder
dapat dengan notasi minus ataupun notasi plus. Dimana pada
14
astigmatisme terdapat axis yang menyatakan sudut sumbu garis yang
menghubungkan titik pertengahan pupil dengan titik nodus.10
(D) Presbiopia
Gangguaan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa. 9
Pada umumnya jika telah pada usia 40 tahun seseorang akan
membutuhkan kaca mata baca akibat telah terjadi presbiopia10
3. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tajam
penglihatan
a. Faktor Keturunan
Faktor keturunan yang dapat mempengaruhi gangguan penglihatan adalah
faktor genetika. Menurut mahendrastari, R (2006) Faktor genetic keluaarga
(kurang lebih 3 generasi) berperan sekitar 30-35%, sedangkan lingkungan
berperan sekitar 70 %. Cara penurunan gen mata minus, plus, cylinder adalah
irregular penetration (penetrasi tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan
pada tingkat 1, langsung bapak/ ibu pada anak atau pada anak laki-laki ataupun
perempuan. Itu sebabnya ada keluarga yang orang tuanya tidak berkacamata tetapi
anaknya berkacamata hal tersebut berarti orang tuanya adalah pembawa
(carier)gen.
15
b. Faktor Lingkungan
Menurut stephent phaesan (1991) kemudahan seseorang untuk melihat
suatu objek kerja di lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
(1) Aktivitas membaca
Pekerjaan jarak dekat seperti jarak membaca yang terlalu dekat (<30
cm) dan lama membaca (<30 menit) serta posisi membaca (Belajar dengan
tiduran dan posisi duduk) dapat meningkatkan terjadinya gangguan tajam
penglihatan mata. Kebiasaan membaca dalam waktu lama dapat
menyebabkan tonus otot siliaris menjadi tinggi sehingga lensa menjadi
cembung yang mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan retina dan
menimbulkan miopia.15
Dari penelitian yang dilakukan di kabupaten Bantul menggambarkan
sebesar 71,0 % dengan faktor-faktor seperti kebiasaan belajar dengan
tiduran, posisi membaca dengan jarak yang terlalu dekat cenderung
memperburuk kejadian visus. 15
(2) Penggunaan komputer
Mata sebenarnya tidak terlalu tepat untuk menatap layar monitor karena
mata tidak dapat terlalu lama berusaha untuk memfokuskan pada titik-titik
kecil atau pixel yang membentuk bayangan pada layar monitor
(Pandey,2006).Seorang pengguna komputer harus terus-menerus berusaha
memfokuskan matanya untuk menjaga ketajaman gambar yang dilihatnya
pada layar monitor. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stress yang
16
berulang-ulang pada otot mata. Hal tersebut semakin diperberat dengan
berkurangnya frekuensi berkedip sehingga mata menjadi kering dan terasa
perih. Akibatnya kemampuan mata untuk memfokuskan diri menjadi
berkurang dan penglihatan akan menjadi kabur (Affandi E, 2005; Bhanderi
J, 2008)
Beban kerja pengguna komputer atas dasar lama waktu kerjanya
dibagi sebagai berikut:
a. Beban kerja berat, lama waktu kerja lebih dari 4 jam secra terus
menerus.
b. Beban kerja sedang, lama waktu kerja 2-4 jam secara terus
menerus.
c. Beban kerja ringan, lama waktu kerja kurang dari 2 jam secara
terus menerus.
Dr. Masayuki Tatemichi dari Fakultas Kedokteran Universitas
TOHO, melakukan penelitian pada beberapa pekerja di tempat yang
berbeda di Jepang dan membaginya dalam beberapa kelompok
berdasarkan lama menggunakan komputer dalam sehari.
a) Pengguna berat: pengguna komputer dengan lama waktu kerja 9
- 16 jamdalam sehari.
b) Pengguna sedang: pengguna komputer dengan lama waktu kerja
4 – 8 jamdalam sehari.
c) Pengguna ringan: pengguna komputer dengan lama waktu kerja
1 – 3 jamdalam sehari. 14
17
B. Kerangka Teori
Faktor Risiko
Gambar 2.5. Kerangka Teori
Faktor
keturunan/genetik
Faktor lingkungan
1. Aktivitas
membaca
2. Penggunaan
komputer
Gangguan Tajam
Penglihatan
- Riwayat keluarga inti
yang memakai kacamata
- Lama/waktu yang dilakukan untuk
membaca
- Jarak yang dilakukan untuk membaca
- Posisi yang dilakukan dalam membaca
- Intensitas menggunakan komputer secara
terus menerus
- intensitas penggunaan komputer secara
terus menerus
- Total dalam menggunakan komputer dalam
sehari
18
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, peneliti berusaha
mengembangkan kerangka konsep penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang
mempengaruhi terhadap tajam penglihatan mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiya Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015” yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kemampuan peneliti.
VARIABEL INDEPENDENT VARIABEL DEPENDENT
Gambar 3.1. Kerangka konsep
Faktor
keturunan/genetik
Faktor lingkungan
1. Jarak aktivitas
membaca
2. Lama aktivitas
membaca
3. Posisi aktivitas
membaca
4. Penggunaan
komputer
Gangguan Tajam
penglihatan
18
19
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Angka kejadian gangguan Tajam Penglihatan
Definisi : Jumlah /persentase mahasiswa yang mengalami gangguan
tajam penglihatan.
Cara Ukur: Pemeriksaan Visus
Alat Ukur: Snellen Chart
Kategori : - Normal :dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20
atau 6/6.
- Tidak normal :dinyatakan dengan angka pecahan yang tidak
memenuhi dengan angka 20/20 atau 6/6
Skala : kategorik
2. Riwayat Keturunan
Riwayat keturunan artinya penderita mempunyai salah satu atau kedua orang
tua yang mengalami gangguan tajam penglihatan
Cara Ukur : wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Kriteria Objektif
- Ada : Salah Satu atau kedua orang tua mengalami gangguan
tajam penglihatan / diketahui memakai kaca mata
20
- Tidak ada : Kedua orang tua tidak mengalami gangguan tajam
pengliahatan
- Skala : kategorik
3. Jarak membaca buku
Jarak membaca buku ialah jarak yang digunakan untuk membaca buku
yang dinilai dalam sentimeter (cm).
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Kriteria :
1) ≥ 30 cm dari buku
2) < 30 cm dari buku
Skala : kategorik
4. Lama membaca buku
Lama membaca buku ialah seberapa lama membaca buku dalam sekali
baca secara terus menerus.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Kriteria :
1) ≤ 30 menit
2) > 30 menit
21
Skala : kategorik
5. Posisi aktivitas membaca
Faktor posisi adalah posisi dalam aktivitas membaca
Cara ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Kriteria :
1. Duduk
2. Tiduran
Skala : Kategorik
6. Intensitas menggunakan komputer
faktor lamanya menggunakan komputer yang dihitung dalam jam secara
terus menerus.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Kriteria :
1) < 2 jam
2) > 2 Jam
Skala : kategorik
7. Frekuensi penggunaan komputer dalam sehari
Pengelompokan beban kerja pengguna komputer atas dasar jumlah
pemakaian komputer dalam sehari :
22
Cara Ukur : Angket
Alat ukur : kuesioner
Kategori :
1) < 3 kali dalam sehari
2) > 3 kali dalam sehari
Skala : kategorik
C. Hipotesis
H1 = - Terdapat hubungan antara faktor keturunan yang mempengaruhi
terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Terdapat hubungan antara faktor Lama aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Terdapat hubungan antara faktor jarak aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Terdapat hubungan antara faktor posisi aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Terdapat hubungan antara faktor penggunaan komputer yang mempengaruhi
terhadap gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
H0 = - Tidak terdapat hubungan antara faktor keturunan yang mempengaruhi
terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Tidak Terdapat hubungan antara faktor Lama aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
23
- Tidak Terdapat hubungan antara faktor jarak aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Tidak Terdapat hubungan antara faktor posisi aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
- Tidak terdapat hubungan antara faktor penggunaan komputer yang
mempengaruhi terhadap gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara observatif analitik dengan metode
pengumpulan data cross sectional untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
tajam penglihatan mahasiswa Fakultas kedokteran Unismuh Makassar angkatan 2014
dan angkatan 2015.
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan januari
2016.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
a. Populasi Tidak Terjangkau
Populasi tidak terjangkau penelitian ini adalah Mahasiswa fakultas
kedokteran universitas muhammadiyah Makassar.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiwa fakultas
kedokteran universitas muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan
angktan 2015.
24
25
2. Besar Sampel
Besar sampel (n) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
n1=n2= �Zα�2PQ+Zβ�P1Q1+P2Q2
P1-P2� 2
Zα = deviat baku alfa (judgment)
= 5 % = 1,960
Zβ = deviat baku beta (judgment)
= 10 % = 1,282
P2 = proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, atau control
(kepustakaa) = 0,015
P1 = proporsi pada kelompok uji, berisiko.
= P2+02 = 0,015 + 0,2 = 0,215
P1 - P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (judgment)
= 0,215 – 0,015 = 0,2
P = proporsi total
= (�����)
�
= (�,�����,���)
�=
�,��
�= 0,115
Q1 = 1-P1 = 1- 0,215 = 0,785
Q2 = 1-P2 = 1 – 0,015= 0,985 0,168775
Q = 1 – P = 1 – 0,115 = 0,885
Jadi
n1=n2= ��,����2×0,115×0,885+1,282√�,���×�,�����,���×�,���
0,215-0,015� 2
26
= ��,���×�.���+1,282×0,426
0,2� 2
= ��,�����,���
�,�� 2
= ��,���
�,�� 2
= (7,145)2
= 51,051
= 51 sampel
3. Tekhnik pengambilan sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa angkatan 2014
dan angkatan 2015 fakultas kedoteran Universitas Muhammadiyah
Makassar yang secara random terpilih sesuai dengan besar perhitungan
sampel. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik simple random
sampling yaitu dengan merandom nama dari daftar keseluruhan nama
mahasiwa preklinik yang diperoleh dari pengurutan data populasi target
Langkah-langkah simple random sampling yang peneliti lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah sampel dari masing masing angkatan 20015 dan
angkatan 2014 berdasarkan populasi total (jumlah mahasiswa angkatan
2014 dan angkatan 2015), dimana :
27
Tabel IV. I. Jumlah sampel dari angkatan 2014 dan angkatan 2015
Angkatan Jumlah Mahasiswa
Angkatan 2014 50 mahasiswa
Angkatan 2015 60 Mahasiswa
Jumlah 110 Mahasiswa
2. Menetukan jumah sampel dari tiap angkatan (angkatan 2014 dan
angkatan 2015) serta melakukan randomisasi (pemilihan secara acak)
dari jumlah sampel yang sudah didapat dari masing-masing angkatan
2014 dan angkatan 2015 sehingga didapatkan subjek yang terpilih
(sampel penelitian)
- Angkatan 2014 =��
����51 = 23 orang
- Angkatan 2015 = ��
����51= 28 orang
4. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang aktif menjalani
pendidikan preklinik di kampus.
b. Kriteria Eksklusi
1) Saat pengisian peserta subjek penelitian tidak hadir
28
2) Tidak mendapat persetujuan dari subjek penelitian.
3) Pengisian kuesioner tidak lengkap.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
1) Analis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendekskripsikan
masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran waktu, intensitas dan proporsi dari variabel dependen dan independen
yang ada pada penelitian ini yaitu variabel dari faktor – faktor
(keturunan/genetik, Jarak membaca dekat,posisi membaca dekat, lama membaca
dekat, intensitas Penggunaan komputer) dan ketajaman penglihatan.
2) Analisi Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Analisis menggunakan uji statistik Chi
Square (X2).
E. ETIKA PENELITIAN
Etika dalam penelitian kedoteran merupakan masalah yang sangat penting
mengingat kedokteran akan berhubung langsung dengan manusia, maka penelitian
menjamin hak asasi responden dalam penelitian ini. Masalah etika dalam
penelitian keperawatan ini meliputi :
29
1. Informed consent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent).
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adaalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian kedokteran dengan cara
tidak memberikan nama respondenpada lembar kuisioner, sehingga hanya
menuliskan kode saja. Kode ini merupakan gambar nomor responden
untuk memudahkan dalam proses analisa data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
30
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang akan dijabarkan berikut adalah data yang berasal dari
62 responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar angkatan 2014 dan 2015. Pada bab ini akan dijabarkan hasil analisa
univariat dan bivariat variabel bebas dan terikat yang tercantum dalam kerangka
konsep.
V.A. HASIL PENELITIAN
V.A.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan pada bulan Januari di
Universitas Muhammadiyah Makassar tepatnya di Fakultas Kedokteran.
V.A.2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK RESPONDEN
Sampel dari penelitian ini diambil dari data primer dengan menggunakan
kuisioner yang ditanyakan langsung kepada responden serta hasil pemeriksaan
visus yang dilakukan terhadap responden. Total sampel yang didapat dari
penelitian ini sebanyak 62 sampel. Karakteristik sampel dari penelitian ini yang
terdiri dari data mengenai riwayat keturunan/ genetic , jarak aktivitas membaca,
lama aktivitas membaca, posisi aktivitas membaca, lama penggunaan laptop dan
berapa kali responden menggunakan laptop dalam 1 hari serta data tentang hasil
pemeriksaan visus responden.
30
31
V.A.3. HASIL
a. ANALISA UNIVARIAT
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dan hasil penelitian
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi
dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
Data tentang faktor lingkungan dibagi menjadi empat variabel yang terdiri
Jarak aktivitas membaca, Lama aktivitas membaca, Posisi aktivitas membaca,
Penggunaan komputer. Dimana frekuensi jarak membaca diklasifikasikan dalam
dua kriteria yaitu ≥ 30 cm dari buku dan < 30 cm dari buku, Lama Aktivitas
membaca diklasifikasikan dalam dua kriteria yaitu≤ 30 menit dan > 30 menit,
posisi Aktivitas membaca diklasifikasikan dalam dua kriteria yaitu tiduran dan
duduk. Sedangkan data tentang penggunaan laptop dibagi menjadi intensitas dan
frekuensi penggunaan laptop, dimana intensitas penggunaan laptop diklasifikan
dalam dua kriteria yaitu < 2 jam > 2 jam kemudian untuk frekuensi penggunaan
laptop diklasifikasikan dalam dua kriteria yaitu < 3 kali dalam sehari dan > 3 kali
dalam sehari. Data untuk faktor genetic atau riwayat orang tua diklasifikasikan ke
dalam dua kriteria yaitu ada dan tidak ada. dan untuk hasil pemeriksaan visus
diklasifikasikan dalam dua kriteria yaitu normal dan tidak normal.
32
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi gangguan
tajam penglihatan
Tabel V.1.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi gangguan tajam penglihatan
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi (
n ) n = 62
Presentase ( % ) n = 100 %
Tajam Penglihatan - Normal - Tidak normal
24 38
38.7 61.3
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.1.1 gangguan tajam penglihatan Normal yaitu 24 responden
(38.7 %), dibanding dengan gangguan tajam penglihatan tidak normal yaitu 38
responden (61.3 %).
2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi jarak aktivitas
membaca
Tabel V.1. 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi jarak aktivitas membaca
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi ( n )
n = 62 Presentase ( % ) n = 100 %
Jarak Membaca - ≥ 30 cm dari buku
- < 30 cm dari buku
30 32
48,4 51.6
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.1.2. diatas dapat dilihat bahwa beberapa kategori responden
berdasarkan frekuensi jarak aktivitas membaca ≥ 30 cm dari buku yaitu 30
33
responden ( 48,4 % ) dibandingkan dengan frekuensi jarak aktivitas membaca <
30 cm dari buku yaitu 32 responden ( 51.6 % ).
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi lama aktivitas
membaca
Tabel V.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi jarak aktivitas membaca.
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.1. 3. Lama aktivitas membaca ≤ 30 menit yaitu 22 responden
( 35.5 % ) dibandingkan dengan lama kativitas membaca dekat > 30 menit yaitu
40 responden ( 46.5 % ).
4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi posisi aktivitas
membaca
Tabel V.1.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi posisi aktivitas membaca.
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi (
n ) n = 62
Presentase ( % ) n = 100 %
Posisi Membaca Dekat
- Tiduran
- Duduk
33 29
53.2 46.8
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi (
n ) n = 62
Presentase ( % ) n = 100 %
Lama membaca - ≤ 30 menit
- > 30 menit
22 40
35.5 64.5
34
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.1.4. Posisi aktivitas membaca tiduran yaitu 33 responden (
53,2 % ) dibanding dengan posisi aktivitas membaca duduk yaitu 29 responden (
46,8 % ).
5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi penggunaan
laptop
Tabel V.1.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi penggunaan laptop
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi (
n ) n = 62
Presentase ( % ) n = 100 %
Penggunaan Laptop 1. Intensitas
penggunaan laptop
2. Frekuensi Penggunaan Laptop
- < 2 jam
- > 2 Jam - < 3 kali dalam sehari
- > 3 kali dalam sehari
16 46 39 23
25.8 74.2 62.9 37.1
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.5. Intensitas penggunaan laptop < 2 jam yaitu 16 responden
(25.8 %) dibanding dengan intensitas penggunaan laptop > 2 Jam yaitu 46
responden (74,2). Frekuensi penggunaan laptop < 3 kali dalam sehari yaitu 39
responden (62.9 %) dibanding dengan frekuensi penggunaan laptop yaitu > 3 kali
dalam sehari 23 responden (37.1).
35
6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi riwayat
keturunan / genetik
Tabel V.1.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi riwayat keturunan/genetik
Variabel Subgrub Jumlah Frekuensi (
n ) n = 62
Presentase ( % ) n = 100 %
Riwayat Genetik / keturunan
- Ada
- Tidak Ada
45 17
72.6 27.4
Sumber : Data primer 2016
Pada tabel V.6. Riwayat genetic/keturunan ada yaitu 45 responden (72.6
%), dibanding dengan riwayat genetic/keturunan tidak ada yaitu 17 responden (27.4
%).
b. ANALISA BIVARIAT
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
lingkungan atau perilku dan faktor genetic yang mempengaruhi tajam penglihatan
pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas muhammadiyah. Pengujian data
menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan uji Chi-square. Adapun
syarat uji Chi-square. Jika uji Chi-square tersebut tidak terpenuhi maka uji
alternatif yang digunakan adalah uji Fisher.
36
1. Hubungan Jarak aktivitas membaca dengan gangguan tajam
penglihatan
Tabel V.2.1 Hubungan jarak aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Variabel Tajam Pengliahatan P. value
P. OR CI 95 % Normal Tidak Normal Lower Upper
Jarak membaca
< 30 cm dari buku
8 (12.9 % ) 24 (38.7 % ) 0.022 0.292 0.100 0.854
≥ 30 cm dari buku
16 (25.8 % ) 14 (22.6 % )
Total 24 ( 38.7 %) 38 (61.3 % )
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel V.2.1. diatas bahwa menurut jarak aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori < 30 cm
dari buku terdapat 8 orang (12.9% ) yang tidak megalami gangguan tajam
penglihatan dan 24 orang ( 22.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan,
sedangkan untuk kategori ≥ 30 cm dari buku terdapat 16 orang ( 25.8% ) yang
tidak mengalami gangguan tajam penglihatan dan 14 orang ( 22,6 % ) yang
mengalami gangguan tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square
memperlihatkan bahwa p = 0,022 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara jarak
aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan
2014 dan angkatan 2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) jarak baca t <
1 yaitu 0.292 Hal tersebut menunjukkan bahwa jarak aktivitas membaca memiliki
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.292 kali dibandingkan dengan
jarak aktivitas membaca cukup.
37
2. Hubungan lama aktivitas membaca dengan gangguan tajam
penglihatan
Tabel V.2.2 Hubungan lama aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Variabel Tajam Pengliahatan P. value
P. OR CI 95 % Normal Tidak Normal Lower Upper
Lama Membaca
> 30 menit 12 (19.4%) 28 (45.2%) 0.057 0.357 0.122 1.049
≤ 30 menit
12 (19.4%) 10 (16.1%)
Total 24 (38.7%) 38 (61.3%)
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel V.2.2. diatas bahwa menurut lama aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 30 menit
terdapat 12 orang (19.4% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
28 orang ( 45.2% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori ≤ 30 menit terdapat 12 orang (19.4% ) yang tidak mengalami
gangguan tajam penglihatan dan 10 orang ( 16.1 % ) yang mengalami gangguan
tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p =
0,057 ( > 0,05 ) artinya tidak terdapat hubungan antara lama aktivitas membaca
dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan
2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) lama ativitas membaca < 1 yaitu
0.357 Hal tersebut menunjukkan bahwa lama aktivitas membaca memiliki
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.357 kali dibandingkan dengan
lama aktivitas membaca baik.
38
3. Hubungan posisi aktivitas membaca dengan gangguan tajam
penglihatan
Tabel V.2.3 Hubungan posis aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Variabel Tajam Pengliahatan P. value
P. OR CI 95 % Normal Tidak Normal Lower Upper
Posisi aktivitas membaca
Tiduran 14 (22.6%) 19 (30.6%) 0.522 1.400 0.499 3.925 Duduk 10 (16.1 %) 19 (30.6%)
Total 24 (38.7%) 38 (61.3%)
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel V.2.3. diatas bahwa menurut posisi aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori tiduran
terdapat 14 orang (22.6 % ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
19 orang ( 30.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori duduk terdapat 10 orang (16.1% ) yang tidak mengalami gangguan
tajam penglihatan dan 19 orang ( 30.6 % ) yang mengalami gangguan tajam
penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p = 0,522 (
> 0,05 ) artinya tidak terdapat hubungan antara posisi aktivitas membaca dengan
gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015
Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) posisi aktivitas membaca < 1 yaitu
1.400 Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi aktivitas membaca merupakan
faktor resiko terjadinya gangguan tajam penglihatan.
39
4. Hubungan aktivitas penggunaan laptop dengan gangguan tajam
penglihatan
Tabel V.2.4 Hubungan aktivitas penggunaan laptop dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Variabel Tajam Pengliahatan P. value
P. OR CI 95 % Normal Tidak Normal Lower Upper
Penggunaan laptop - Lama
penggunaan laptop
- > 2 Jam
14 (22.6%)
32 (51.6%)
0.023
0.262
0.080
0.864
- < 2 jam
10 (16.1%) 6 (9.7%)
Total 24 (38.7%) 38 (61.3%)
- frekuensi penggunaan lapop
- > 3 kali
dalam sehari
5 (8.1%) 18 (29.0%) 0.035
0.292 0.090 0.945
- < 3 kali
dalam sehari
19(30.6%)
20 (32.3%)
Total 24(38.7%) 38(61.3%)
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel V.2.4 diatas bahwa menurut lama penggunaan laptop
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 2 Jam
terdapat 14 orang (22.6% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
32 orang ( 29.0% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori < 2 jam terdapat 10 orang ( 16.1% ) yang tidak mengalami
gangguan tajam penglihatan dan 6 orang ( 9.7 % ) yang mengalami gangguan
tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p =
40
0,023 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara lama penggunaan laptop dengan
gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015
Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) lama penggunaan laptop < 1 yaitu 0.262
Hal tersebut menunjukkan bahwa lama penggunaan laptop tidak normal memiliki
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.292 kali dibandingkan dengan
lama penggunaan laptop secara normal.
Berdasarkan tabel V.2.4 diatas bahwa menurut frekuensi penggunaan
laptop yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 3
kali dalam sehari terdapat 5 orang (8.1% ) yang tidak megalami gangguan tajam
penglihatan dan 18 orang ( 51.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan,
sedangkan untuk kategori < 3 kali dalam sehari terdapat 19 orang ( 30.6% ) yang
tidak mengalami gangguan tajam penglihatan dan 20 orang ( 32.3 % ) yang
mengalami gangguan tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square
memperlihatkan bahwa p = 0,035 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara
Frekuensi penggunaan laptop dengan gangguan tajam penglihatan pada
mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds
Ratio ) frekuensi penggunaan laptop < 1 yaitu 0.292 Hal tersebut menunjukkan
bahwa Frekuensi penggunaan laptop berlebihan memiliki peluang terjadinya
gangguan tajam penglihatan 0.292 kali dibandingkan dengan frekuansi
penggunaan laptop secara normal.
5. Hubungan Riwayat genetic/keturunan dengan gangguan tajam
penglihatan
41
Tabel V.2.5 Hubungan genetic/keturunan dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Variabel Tajam Pengliahatan P. value
P. OR CI 95 % Normal Tidak Normal Lower Upper
Riwayat Genetik / keturunan
- Ada
11 (17.7%) 34 (54.8%) 0.000 0.100 0.027 0.369
- Tidak ada
13(21.0%) 4 (6.5%)
Total 24 (38.7%) 38 (61.3%)
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan tabel V.2.5 diatas bahwa menurut Riwayat Genetik yang
dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori Ada terdapat 11
orang (17.7% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan 34 orang (
54.8% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan untuk kategori
tidak terdapat 13 orang ( 21.0% ) yang tidak mengalami gangguan tajam
penglihatan dan 4 orang ( 6.5 % ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan.
Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p = 0,000 ( < 0,05 )
artinya terdapat hubungan antara Riwayat Keturunan/genetik dengan gangguan
tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015 Pada nilai
POR ( Prevalens Odds Ratio ) Riwayat genetic atau keturunan < 1 yaitu 0.100 Hal
tersebut menunjukkan bahwa Riwayat keturunan / genetik memiliki peluang
terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.100 kali dibandingkan dengan tidak
adanya riwayat keturunan atau genetic pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015.
42
BAB VI
PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tajam penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015. Dari data yang
diperoleh didapatkan 62 responden yang dikumpulkan dari mahasiswa fakultas
kedokteran angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang bersedia mengisi kuesioner.
Pengumpulan data di peroleh dari bulan Januari 2016.
6.1 Distribusi responden yang mengalami gangguan tajam penglihatan pada
mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Dari sampel yang berjumlah 62 orang, 38 mahasiswa yang mengalami
gangguan tajam penglihatan dan 24 mahasiswa yang tidak mengalami gangguan
tajam penglihatan. Mahasiswa kedokteran angakatn 2014 dan angkatan 2015
cenderung mengalami gangguan tajam penglihatan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Universitas National Singapura menunjukkan bahwa
89.8 % Mahasiswa kedokteran tahun kedua mengalami gangguan tajam
penglihatan myopia.
42
43
Penelitian lain di fakultas Kedokteran Grant, Nowergia, juga menunjukkan
bahwa 78 % mahasiswa kedokteran tahun pertama mengalami miopi atau
gangguan tajam penglihatan.15,
Gangguan refraksi masih merupakan salah satu penyebab kebutaan di
dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan, terdapat 45 juta orang
yang menjadi buta diseluruh dunia, dan 35 juta dengan low vision. Diperkirakan
gangguan refraksi menyebabkan sekitar 8 juta orang (18% dari penyebab
kebutaan global) mengalami kebutaan. Angka kebutaan di dunia masih balum
jelas, namun diperkirakan ada sekitar 1,4 juta kasus kebutaan pada anak, dan
500.000 kasus baru terjadi tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak ini meninggal
beberapa bulan setelah mengalami kebutaan. 15
6.2 Distribusi Hubungan penderita gangguan tajam penglihatan dengan
Riwayat keturunan/ genetic pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015.
Berdasarkan tabel V.2 dari 62 responden menurut Riwayat Genetik yang
dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori Ada terdapat 11
orang (17.7% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan 34 orang (
54.8% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan untuk kategori
tidak terdapat 13 orang ( 21.0% ) yang tidak mengalami gangguan tajam
penglihatan dan 4 orang ( 6.5 % ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan.
Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p = 0,000 ( < 0,05 )
artinya terdapat hubungan antara Riwayat Keturunan/genetik dengan gangguan
44
tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015. Hal ini
sama dengan penelitan yang dilakukan oleh Elim Jusri yang meneliti 292
mahasiswa Fk Unismuh dimana menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
faktor keturunan dengan gangguan tajam penglihatan seperti myopia pada
mahasiswa Fakultas kedokteran Unisversitas Muhammadiyah Makassar.
Penelitian Saw dan kawan kawan di Singapura terhadap anak-anak juga
mendapatkan nilai OR sebesar 1,63 salah satu orang tua dengan myopia atau
gangguan tajam penglihatan dan OR sebesar 1,70 dengan kedua orang tua
gangguan tajam penglihatan (myopia). Penelitian Lisa dan kawan kawan, juga
mengatakan bahwa ada hubungan antara riwayat miopia orang tua dengan miopia
(p<0,0001), mengindikasikan bahwa kemungkinan anak memiliki resiko tinggi
menjadi miopia meningkat seiring jumlah orang tua yang mengalami miopia.16
ini didukung oleh penelitian yang dilakuakan Freelyn dkk bahwa Dari 25
responden pada penelitian didapatkan hasil riwayat keluarga inti yang memakai
kacamata sebanyak 16 penderita (64%). Berbeda halnya penelitian yang
dilakukan oleh dedy fachrin dkk, menyatakan bahwa Proporsi gangguan
penglihatan pada kelompok yang memiliki keluarga berkacamata lebih tinggi
dibandingkan yang tidak memiliki keluarga berkacamata, walaupun secara
statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna. faktor keturunan tidak
berpengaruh terhadap kelainan refraksi. Beberapa individu yang menderita
miopia, kemungkinan besar terkait dengan genetik jika terpajan oleh faktor
lingkungan tertentu. Dengan kata lain, bukan myopia yang diturunkan, namun
45
kelemahan dari individu terhadap kondisi lingkungan tertentu seperti aktivitas
melihat dekat yang berlebihan. Menurut Saw, prevalensi miopia yang tinggi pada
beberapa kelompok etnik tertentu (Cina dan Jepang) menunjukkan bahwa genetik
memainkan peranan yang penting, namun perubahan prevalensi pada beberapa
generasi terakhir menunjukkan bahwa faktor lingkungan juga merupakan faktor
yang penting.17
6.3 Distribusi hubungan penderita gangguan tajam penglihatan dengan
jarak aktivitas baca pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas
muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015
Berdasarkan tabel V.2.1. diatas bahwa menurut jarak aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori < 30 cm
dari buku terdapat 8 orang (12.9% ) yang tidak megalami gangguan tajam
penglihatan dan 24 orang ( 22.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan,
sedangkan untuk kategori ≥ 30 cm dari buku terdapat 16 orang ( 25.8% ) yang
tidak mengalami gangguan tajam penglihatan dan 14 orang ( 22,6 % ) yang
mengalami gangguan tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square
memperlihatkan bahwa p = 0,022 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara jarak
aktivitas membaca dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan
2014 dan angkatan 2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) jarak baca t <
1 yaitu 0.292 Hal tersebut menunjukkan bahwa jarak aktivitas membaca memiliki
46
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.292 kali dibandingkan dengan
jarak aktivitas membaca cukup.
Pada penelitian yang dilakukan lely L parotu, menyatakan Pengujian
scatistic mencari hubungan antara jarak membaca dengan ketajaman penglihatan
menunjukkan nilai p=0,011 (p<0,05) sehingga ada hubungan antara jarak
membaca dengan ketajaman penglihatan pada pelajar Sekolah Dasar Katolik 02
Kota Manado. yang didukung oleh penelitian dari Wati (2008) yang menunjukkan
nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga ada hubungan yang bermakna antara jarak
membaca dengan ketajaman penglihatan.
Penelitian lainnya juga ditemukan hubungan jarak baca dekat (<30 cm)
dengan timbulnya myopia atau gangguan tajam penglihatan pada anak. Hubungan
tersebut secara statistik bermakna (OR=7.7; p=0.001 CI 95% 2.3 hingga 24.4),
sehingga anak yang biasa membaca dengan jarak < 30 cm memiliki risiko untuk
menjadi gangguan tajam penglihatan miopia 7,7 kali lebih besar dari pada jarak
bacanya lebih dari 30 cm. Seseorang yang melakukan aktivitas jarak dekat
berlebihan mungkin mengalami miopia palsu atau pseudomiopia. Penglihatan jauh
mereka kabur lebih disebabkan oleh menggunakan mata untuk focus secara
berlebihan. Setelah melakukan aktivitas jarak dekat dalam waktu lama mata
mereka tidak dapat kembali fokus untuk melihat dengan jelas dari kejauhan. 18
Menurut Ilyas (2010), kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat
seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak
yang dekat dalam waktu yang lama. pada kondisi demikian, otot-otot mata akan
47
bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot
pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam
laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi
bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu
pengamatan yang cukup lama.
6.4 distribusi hubungan penderita gangguan tajam penglihatan dengan lama
aktivitas baca pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas
muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015
Berdasarkan tabel V.2.2. diatas bahwa menurut lama aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 30 menit
terdapat 12 orang (19.4% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
28 orang ( 45.2% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori ≤ 30 menit terdapat 12 orang (19.4% ) yang tidak mengalami
gangguan tajam penglihatan dan 10 orang ( 16.1 % ) yang mengalami gangguan
tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p =
0,057 ( > 0,05 ) artinya tidak terdapat hubungan antara lama aktivitas membaca
dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan
2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) lama ativitas membaca < 1 yaitu
0.357 Hal tersebut menunjukkan bahwa lama aktivitas membaca memiliki
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.357 kali dibandingkan dengan
lama aktivitas membaca baik.
48
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
yustina Elisa Febriyani dkk yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa
kelompok tidak myopia atau yang tidak mengalami gangguan tajam penglihatan
membaca buku dengan waktu yang lebih singkat, yaitu kurang dari atau sama
dengan 30 menit dibandingkan dengan kelompok yang mengalami gangguan
tajam penglihatan, yang sebagian besar membaca buku lebih dari 30 menit sekali
baca. Nilai signifikansi (p) yang didapatkan adalah 0,128 (>0,05) yang berarti
tidak signifikan menjadi faktor risiko kejadian miopia dalam penelitian ini.
Faktor lama membaca, tidak signifikan karena kedua kelompok sama-
sama sebagian besar membaca buku lebih dari 30 menit, hal ini mungkin karena
tuntutan mahasiswa fakultas kedokteran untuk banyak belajar dan membaca.24
Profesor Howard Howland, seorang ahli Optometri dari Cornell University
mengatakan bahwa saat membaca, otot meregang lebih banyak dibandingkan
dalam keadaan normal. Hal ini terjadi agar semua yang ada di depan mata menjadi
fokus. Kondisi mata yang letih ini sendiri bisa hilang hanya dengan
mengistirahatkan mata untuk beberapa saat. Ahli optometri menyarankan agar
setelah melihat hal-hal yang dekat selama 15 hingga 30 menit, kita seharusnya
beristirahat selama satu menit dengan memandang kejauhan. Selain itu, hal yang
amat membantu adalah memejamkan mata selama semenit, karena saat berfokus
pada sesuatu yang dekat seperti membaca, biasanya hanya berkedip seperpempat
kali lipat dari kondisi normal, hingga mata menjadi lebih kering. Orang yang
seharusnya lebih banyak mendapat perhatian adalah mereka yang terfokus pada
benda-benda yang dekat dalam jangka waktu yang lama.25
49
Melakukan aktivitas membaca tanpa jeda istirahat akan menyebabkan mata
mengalami kelelahan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak, secara umum gejala kelelahan
dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan
(Tarwaka, 2004).19
Menurut Ilyas (2010), kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat
seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak
yang dekat dalam waktu yang lama. pada kondisi demikian, otot-otot mata akan
bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot
pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam
laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi
bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu
pengamatan yang cukup lama.
Mata yang sering terakomodasi dalam waktu lama akan cepat menurunkan
kemampuan melihat jauh, sehingga dalam ruangan perlu diciptakan lingkungan
yang nyaman bagi mata (Hadisudjono, 2007).
Kebiasaan membaca dengan durasi yang cukup lama akan membuat mata lelah
dan membuat mata merah, gangguan mata lainnya, dan masalah visual lainya yang
timbul seperti gangguan sakit kepala dan sakit leher atau bahu. Selain itu
kecendrungan membaca di dalam ruangan akan memicu kerja mata untuk melihat
50
sangat dekat, misalnya ketika membaca menggunakan buku maupun media
elektronik. Gangguan pada mata disebabkan adanya kejadian berulang yang
menyebabkan bayangan tidak jatuh pada retina sehingga mengakibatkan seseorang
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Menurut Pheasant (2005), kemudahan seseorang untuk melihat suatu obyek
kerja di lingkungan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain Tingkat
Pencahayaan (Illumination Levels), Bentuk Obyek Kerja, Kekontrasan, Durasi
(Lama Waktu) untuk Melihat Obyek Kerja, Jarak Melihat Obyek Kerja. Maka
berlama-lama menatap buku akan berdampak pada kesehatan mata khususnya
penurunan visus mata. Dampak membaca terhadap kelelahan mata timbul sebagai
stres intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada
pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat
ketidaktepatan kontras. menurut Suma’mur (2006)
6.5 distribusi hubungan penderita gangguan tajam penglihatan dengan posisi
aktivitas membaca dekat pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas
muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015
Berdasarkan tabel V.2.3. diatas bahwa menurut posisi aktivitas membaca
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori tiduran
terdapat 14 orang (22.6 % ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
19 orang ( 30.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori duduk terdapat 10 orang (16.1% ) yang tidak mengalami gangguan
51
tajam penglihatan dan 19 orang ( 30.6 % ) yang mengalami gangguan tajam
penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p = 0,522 (
> 0,05 ) artinya tidak terdapat hubungan antara posisi aktivitas membaca dengan
gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015
Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) posisi aktivitas membaca < 1 yaitu
1.400 Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi aktivitas membaca merupakan
faktor resiko terjadinya gangguan tajam penglihatan.
Pada penelitian yang dilakukan Ahmad Fahrur Rozi dkk. Dari 84
responden Hasil penelitian Kebiasaan membaca pada anak sekolah yang buruk
disebabkan banyak faktor yaitu anak sekolah sering membaca dengan posisi
tiduran sebanyak 16 (10%) anak menjawab dengan tiduran. Posisi membaca buku
tiduran adalah kebiasaan yang menyenangkan. kebiasaan ini memerlukan
perhatian khusus karena cukup berisiko, Posisi ini akan menyebabkan mata mudah
lelah. Ini membuat jarak buku dengan mata semakin dekat. Saat berbaring, tubuh
tidak bisa relaks karena otot mata akan menarik bola mata ke arah bawah,
mengikuti letak buku yang sedang dibaca.
Sehingga pada saat melakukan aktivitas membaca dekat otomatis akan
berpengaruh terhadap jarak buku terhadap mata dan bila dilakukan secara terus
menurus akan mengakibatkan stress berulang pada oto akomodasi mata.
52
6.6 distribusi hubungan penderita gangguan tajam penglihatan dengan
aktivitas penggunaan laptop pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas muhammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan 2015
Berdasarkan tabel V.2.4 diatas bahwa menurut frekuensi penggunaan laptop
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 3 kali dalam
sehari terdapat 5 orang (8.1% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan
dan 18 orang ( 51.6% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori < 3 kali dalam sehari terdapat 19 orang ( 30.6% ) yang tidak
mengalami gangguan tajam penglihatan dan 20 orang ( 32.3 % ) yang mengalami
gangguan tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan
bahwa p = 0,035 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara Frekuensi penggunaan
laptop dengan gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan
angkatan 2015 Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) frekuensi penggunaan
laptop < 1 yaitu 0.292 Hal tersebut menunjukkan bahwa Frekuensi penggunaan
laptop berlebihan memiliki peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.292 kali
dibandingkan dengan frekuansi penggunaan laptop secara normal.
Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lely, Dari hasil
penelitian ini diperoleh bahwa anak waktu ( lamanya ) menonton televise atau
berada didepan layar dapat mempengaruhi timbulnya gejala penurunan tajam
penglihatan.
Menurut Zulkarnain, penggunaan komputer berlebihan dapat
mempercepat angka kejadian miopia, dimana posisi duduk di depan komputer
53
untuk jangka waktu beberapa jam dapat memperberat kerja otot mata untuk
mengatur fokus dan menimbulkan ketegangan mata.20
Berdasarkan tabel V.2.4 diatas bahwa menurut lama penggunaan laptop
yang dihubungkan dengan gangguan tajam penglihatan untuk kategori > 2 Jam
terdapat 14 orang (22.6% ) yang tidak megalami gangguan tajam penglihatan dan
32 orang ( 29.0% ) yang mengalami gangguan tajam penglihatan, sedangkan
untuk kategori < 2 jam terdapat 10 orang ( 16.1% ) yang tidak mengalami
gangguan tajam penglihatan dan 6 orang ( 9.7 % ) yang mengalami gangguan
tajam penglihatan. Dari hasil uji statistik Chi-square memperlihatkan bahwa p =
0,023 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara lama penggunaan laptop dengan
gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa angkatan 2014 dan angkatan 2015
Pada nilai POR ( Prevalens Odds Ratio ) lama penggunaan laptop < 1 yaitu 0.262
Hal tersebut menunjukkan bahwa lama penggunaan laptop tidak normal memiliki
peluang terjadinya gangguan tajam penglihatan 0.292 kali dibandingkan dengan
lama penggunaan laptop secara normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya oleh Wati (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara lamanya
menonton televisi atau berada didepan layar dengan gangguan penurunan tajam
penglihatan.
Penurunan tajam penglihatan pada anak yang frekuensi lamanya
menggunakan gadget atau penggunaan laptop dalam kategori berlebihan
disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada otot
akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek
54
berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi
demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan.
Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga
terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata,
stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam
lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Ilyas, 2004).21
Kelelahan mata merupakan ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan
kondisi pandangan yang tidak nyaman. Jarak antara layar monitor dan mata yang
terlalu dekat dapat menyebabkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan
berpontensi mengalami keluhan gangguan penglihatan. Selain itu juga, mata lelah
dapat disebabkan karena tidak mengalihkan pandangan sejauh kurang lebih enam
meter selama beberapa detik setiap 30 menit menggunakan laptop. Pengalihan
pandangan ini berfungsi untuk merelaksasikan ketegangan yang terjadi pada otot
mata. 22,23
Manusia dengan berbagai keunikan penciptaannya dari Allah, memang
memiliki makna tersendiri
berpengaruh pada perkembangan berfikir manusia. Saat terjadinya proses
penciptaan manusia atau terbentuknya organ
berpengaruh dari
manusia itu memang sangat di harapkan oleh setiap manusia. Tetapi dari organ
tubuh itu sendiri mempunyai rasponsibility tersendiri di hadapan Allah SWT.
Dari organ tubuh yang ada pada hampir setiap manusia adalah pendengar
penglihatan. Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup
dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat apa
manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu,
musibah yang ia derita lebih ringan daripada ia kehilangan mata.
sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat
“Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan
oleh pendengaranmu, mata
sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari
apa yang kalian kerjakan.
BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
Manusia dengan berbagai keunikan penciptaannya dari Allah, memang
memiliki makna tersendiri. Kesempurnan jasadiyah manusia dari Allah sangat
berpengaruh pada perkembangan berfikir manusia. Saat terjadinya proses
penciptaan manusia atau terbentuknya organorgan tubuh manusia juga sangat
berpengaruh dari berbagai asfek. Kesempurnaan dari organ organ tubuh
manusia itu memang sangat di harapkan oleh setiap manusia. Tetapi dari organ
tubuh itu sendiri mempunyai rasponsibility tersendiri di hadapan Allah SWT.
Dari organ tubuh yang ada pada hampir setiap manusia adalah pendengar
Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup
dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat apaapa. Akan tetapi kalau
manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu,
derita lebih ringan daripada ia kehilangan mata.
sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat (41)
kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan
oleh pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap kalian
sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari
apa yang kalian kerjakan.” (Q.S. Fushshilat (41) : 22).
55
55
Manusia dengan berbagai keunikan penciptaannya dari Allah, memang
Kesempurnan jasadiyah manusia dari Allah sangat
berpengaruh pada perkembangan berfikir manusia. Saat terjadinya proses
organ tubuh manusia juga sangat
dari organ organ tubuh
manusia itu memang sangat di harapkan oleh setiap manusia. Tetapi dari organ
tubuh itu sendiri mempunyai rasponsibility tersendiri di hadapan Allah SWT.
Dari organ tubuh yang ada pada hampir setiap manusia adalah pendengaran dan
Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup
apa. Akan tetapi kalau
manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu,
(41) : 22:
kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan
kalian terhadap kalian
sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari
56
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami AlA'masy, dari Ammar, dari Abdur
Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia
menutupi dirinya dengan kain kelambu Ka'bah di Ka'bah, lalu datanglah tiga
orang lelaki, yaitu seorang Quraisy dan dua orang iparnya dari kabilah Saqif, atau
seorang Saqif bersama dua orang Quraisy saudara iparnya. Mereka berperut
buncit semuanya, tetapi pengetahuan mereka minim sekali. Lalu mereka
mengatakan suatu pembicaraan yang terdengar kurang jelas oleh Abdullah ibnu
Mas'ud (yang sedang bersembunyi di balik kain kelambu Ka'bah). Salah seorang
dari mereka mengatakan, "Bagaimanakah pendapat kalian, apakah Allah
mendengar perkataan kita sekarang ini?" Yang lain menjawab, "Sesungguhnya
bila kita keraskan suara kita, Dia mendengarnya. Tetapi bila kita tidak
mengeraskannya, Dia tidak mendengarnya." Yang lainnya lagi mengatakan, "Bila
Dia mendengar sesuatu dari pembicaraan kita, berarti Dia mendengar semuanya."
Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menceritakan
peristiwa itu kepada Nabi Saw. Maka Allah Swt. menurunkan firmanNya: Kamu
sekalikali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan
kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22)26
Pendengaran, penglihatan dan hati merupakan anugrah serta kenikmatan
yang amat besar, Allah pun hanya meminta rasa syukur dari kita. Syukur dengan
cara menggunakan ketiga potensi tersebut secara optimal serta dimanfaatkan
untuk halhal yang positif sesuai dengan perintah Sang Pencipta.
57
Q.S. AlMulk ayat (67) 23 :
Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S.
AlMulk : 23)
Mendengar berarti mencari informasi dan ilmu pengetahuan baik yang
sifatnya wahyu ataupun penemuanpenemuan manusia yang sudah menjadi teori.
Melihat berarti meneliti, memperhatikan segala fenomena yang terjadi baik pada
diri manusia ataupun alam semesta yang lebih luas. Hati merupakan proses
perenungan dan berfikir untuk memahami segala sesuatu dan menjawab setiap
pertanyaan yang muncul.11
Ingatlah, bahwa kehidupan ini adalah amanah dan tubuh kita pun adalah
amanah, setiap amanah yang diberikan adalah tanggung jawab kita untuk
memeliharanya dengan baik dan menggunakannya juga di jalan yang baik untuk
kebaikan diri dan sekitarnya. Suatu saat nanti amanah ini akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Sang Pemberi amanah, apakah disyukuri dan digunakan
untuk kemaslahatan ataukah diingkari dan malah digunakan untuk halhal yang
salah.11
58
Q.S. AlIsra ayat (17) 36 :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Q.S. AlIsra (17) : 36)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa makna la taqfu ialah la taqul (janganlah kamu mengatakan).
Menurut AlAufi, janganlah kamu menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak
ada pengetahuan bagimu tentangnya. Muhammad ibnul Hanafiyah mengatakan,
makna yang dimaksud ialah kesaksian palsu. Qatadah mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya,
padahal kamu tidak melihatnya; atau kamu katakan bahwa kamu mendengarnya,
padahal kamu tidak mendengarnya; atau kamu katakan bahwa kamu
mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahui. Karena sesungguhnya Allah
kelak akan meminta pertanggungjawaban darimu tentang hal tersebut secara
keseluruhan.27
Kesimpulan pendapat mereka dapat dikatakan bahwa Allah Swt. melarang
mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan
sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi.
59
Dalam sebuah Hadits Nasai 5361 menyatakan
ثنا أبي عن سعد بن اح قال حد أخبرنا عبید بن وكیع بن الجرعن شتیر بن شكل بن حمید عن أوس عن بلال بن یحیى علمني دعاء أنتفع بھ قال قل أبیھ قال قلت یا رسول الله
اللھم عافني من شر سمعي وبصري ولساني وقلبي ومن شر منیي یعني ذكره
ALLAHUMMA 'AAFINII MIN SYARRI SAM'I WA BASHARI, WA
LISAANI, WA QALBI, WA MIN SYARRI MANIYYI (Ya Allah, selamatkanlah
aku dari keburukkan pendengaranku, penglihatan, lisan, hati & maniku)'. Yakni
kemaluannya. [HR. Nasai No.5361].
Hadits Nasai No.5361 Secara Lengkap
[[[Telah mengabarkan kepada kami ['Ubaid bin Waki' bin Al Jarrah] ia
berkata; telah menceritakan kepada kami [Ayahku] dari [Sa'd bin Aus] dari [Bilal
bin Yahya] dari [Syutair bin Syakal bin Humaid] dari [Ayahnya] ia berkata; "Aku
berkata; "Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sebuah doa yang aku bisa ambil
manfaatnya." Beliau bersabda: 'ALLAHUMMA 'AAFINII MIN SYARRI SAM'I
WA BASHARI, WA LISAANI, WA QALBI, WA MIN SYARRI MANIYYI (Ya
Allah, selamatkanlah aku dari keburukkan pendengaranku, penglihatan, lisan, hati
dan maniku) '. Yakni kemaluannya."]]]28
Maka dari itu kesimpulan yang dapat dipetik di atas kita sebagai manusia
yang diberikan segala kenikmatan, nikmat mendengar, nikmat melihat dll
60
seharusnya kita mampu menjaganya sebaik baik mungkin tidak merusak apa yang
diberikan, karena pada saat tiba waktunya telinga mata akan bersaksi dihari
kemudian nanti sesuai dengan apa yang diperbuat.
61
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Terdapat hubungan antara faktor keturunan yang mempengaruhi
terhadapat gangguan tajam penglihatan pada mahasiswa
b. Terdapat hubungan antara faktor jarak aktivitas membaca yang
mempengaruhi terhadapat gangguan tajam penglihatan pada
mahasiswa
c. Terdapat hubungan antara faktor penggunaan komputer yang
mempengaruhi terhadap gangguan tajam penglihatan pada
mahasiswa
B. Saran
1. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi hubungan
faktor intensitas cahaya pada penggunaan laptop terhadap gangguan
tajam pengihatan.
2. Riwayat keluarga merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan
dihindari, sehingga hal yang dapat dilakukan adalah mencegah agar
gangguan tajam penglihatan yang telah terjadi tidak semakin berat
dengan mengubah kebiasaan yang mempengaruhi progresivitas
gangguan tajam penglihatan, seperti mengatur jarak baca yang tepat,
mengatur penggunaan laptop dalam sehari.
61
62
3. Meningkatkan kesadaran mahasiswa mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Muahammadiyah Makassar angkatan 2014 dan angkatan
2015 tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan mata untuk
mencegah terjadinya gangguan tajam penglihatan.
4. Mahasiswa yang mengalami keluhan gangguan penglihatan,
disarankan untuk segera memeriksakan mata ke dokter spesialis mata
untuk mendapatkan nilai spherical error untuk koreksi matanya, agar
gangguan penglihatan tidak semakin buruk dan mengganggu aktivitas
sehari-hari terutama saat belajar
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran,
saya Dewi Wahyuni mahasiswa program studi pendidikan Dokter Universitas
Muhammadiyah Makassar yang akan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar Angkatan 2014 Dan Angkatan 2015” .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian gangguan tajam
penglihatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tajam penglihatan pada mahasiswa fkultas
kedokteran universitas muhammadiyah Makassar. Adapun penelitian ini adalah sebagai
sumber informasi dan sarana edukasi kesehatan mata kepada mahasiswa.
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………………………………
Umur : ……………………………………………………
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian
tersebut dibawah ini yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAJAM PENGLIHATAN PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN ANGKATAN 2015”
Dengan suka rela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini
serta berhak untuk mengundurkan diri.
Makassar, Desember
2015
Peneliti Yang Menyetujui
( Dewi Wahyuni) ( )
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAJAM
PENGLIHATAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2014 DAN
ANGKATAN 2015
No. Kuesioner :
Identitas Responden :
Nama :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pilihlah jawaban dengan memberi tanda silang (X) dan jawablah dari pertanyaan
dibawah ini dengan sebenar-benarnya!
Di Isi Oleh Peneliti
OD VISUS
OS
1. Apakah orang tua anda berkaca mata?
a. Ya, keduanya atau salah satunya
b. Tidak
2. Berapakah Jarak membaca yang anda lakukan setia kali membaca
a. < 30 cm dari buku
b. ≥ 30 cm dari buku
3. Berapa lama Anda harus melakukan aktivitas membaca dalam sekali melakukan
aktivitas?
a. > 30 menit
b. ≤ 30 menit
4. Bagaimana posisi anda dalam setiap melakukan aktivitas membaca dirumah ?
a. Tiduran
b. Duduk
5. Apakah anda memiliki komputer atau laptop ?
a. Ya
b. Tidak
6. Dalam satu hari, berapa lama anda menggunakan komputer / laptop ?
a. > 2 jam
b. < 2 jam
7. Berapa kali anda menggunakan komputer dalam sehari ?
a. > 3 kali dalam sehari
b. < 3 Kali dalam sehari
LAMPIRAN V
Data hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi tajam
penglihatan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2014 dan anngkatan 2015.
Correlations
jarakbaca lamabaca posisibaca laptop lamapengg.laptop
berapakalipengg.l
aptp
jarakbaca Pearson Correlation 1 .937** .567
** .105 .262
* -.001
Sig. (2-tailed) .000 .000 .416 .039 .993
N 62 62 62 62 62 62
lamabaca Pearson Correlation .937** 1 .638
** .241 .221 .083
Sig. (2-tailed) .000 .000 .060 .084 .521
N 62 62 62 62 62 62
posisibaca Pearson Correlation .567** .638
** 1 .258
* .356
** .110
Sig. (2-tailed) .000 .000 .043 .005 .393
N 62 62 62 62 62 62
laptop Pearson Correlation .105 .241 .258* 1 .030 .138
Sig. (2-tailed) .416 .060 .043 .818 .285
N 62 62 62 62 62 62
lamapengg.lap
top
Pearson Correlation .262* .221 .356** .030 1 .052
Sig. (2-tailed) .039 .084 .005 .818 .689
N 62 62 62 62 62 62
berapakalipen
gg.laptp
Pearson Correlation -.001 .083 .110 .138 .052 1
Sig. (2-tailed) .993 .521 .393 .285 .689
N 62 62 62 62 62 62
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 62 100.0
Excludeda 0 .0
Total 62 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.702 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
jarakbaca 6.56 1.889 .662 .577
lamabaca 6.53 1.794 .744 .544
posisibaca 6.60 1.851 .642 .582
laptop 6.95 2.834 .232 .712
lamapengg.laptop 6.73 2.432 .296 .703
berapakalipengg.laptp 6.63 2.663 .093 .767
INISIAL JENIS KELAMIN ANGKATAN
TAJAM PENGLIHATAN P1 p2 p3 p4 p5 p6 p7
IPSI LAKI-LAKI 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Tidak > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
SNDP PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
MS LAKI-LAKI 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
MCRA LAKI-LAKI 2015 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
AAM PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NEP PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AH PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
DFEF LAKI-LAKI 2015 TIDAK NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
HK PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
DUAB PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NP PEREMPUAN 2015 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NCA PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NNK PEREMPUAN 2015 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
EA PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
RR PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AEN PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
SNDP PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
EM PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NA PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
RA PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AF PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AS PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
MYIH LAKI-LAKI 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
DFAH PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
RINA PEREMPUAN 2015 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AMDRY PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
AHK PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
DFA PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
KNS PEREMPUAN 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
MLP LAKI-LAKI 2015 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
ASWP PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NL PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
SEPN PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
DAL PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NA PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
DFP PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NF PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
MZJ LAKI-LAKI 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
AARW PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Tidak > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NA PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
A LAKI-LAKI 2014 NORMAL tidak ≥ 3 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
FF PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NAA PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
FUM PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
GLP LAKI-LAKI 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NFS PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
RAN PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NQ PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
NHH PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
DNI PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
MM PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
MR PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
DHS PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak < 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
ILA PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
RSAS PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT TIDURAN Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
FDM PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
ASS PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
H PEREMPUAN 2014 NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
AA LAKI-LAKI 2014 TIDAK NORMAL tidak ≥ 30 CM DARI BUKU ≤ 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
KCD PEREMPUAN 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
MSAA LAKI-LAKI 2014 TIDAK NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA < 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT TIDURAN Ya > 2 JAM > 3 KALI DALAM SEHARI
NQ PEREMPUAN 2014 NORMAL YA, KEDUANYA ATAU SALAH SATUNYA ≥ 30 CM DARI BUKU > 30 MENIT DUDUK Ya < 2 JAM < 3 KALI DALAM SEHARI
LAMPIRAN 1. Hasil Analisa Univariat
tajampenglihatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NORMAL 24 38.7 38.7 38.7
TIDAK NORMAL 38 61.3 61.3 100.0
Total 62 100.0 100.0
r.ortu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 45 72.6 72.6 72.6
2 17 27.4 27.4 100.0
Total 62 100.0 100.0
jarakbaca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 32 51.6 51.6 51.6
2 30 48.4 48.4 100.0
Total 62 100.0 100.0
lamabaca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 40 64.5 64.5 64.5
2 22 35.5 35.5 100.0
Total 62 100.0 100.0
posisibaca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 33 53.2 53.2 53.2
2 29 46.8 46.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
laptop
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 60 96.8 96.8 96.8
2 2 3.2 3.2 100.0
Total 62 100.0 100.0
lamapengg.laptop
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 46 74.2 74.2 74.2
2 16 25.8 25.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
berapakalipengg.laptp
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 23 37.1 37.1 37.1
2 39 62.9 62.9 100.0
Total 62 100.0 100.0
2. Hasil Analisa Bivariat
1. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor keturunan dengan tajam penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
r.ortu * tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
r.ortu * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
r.ortu 1 Count 11 34 45
% within r.ortu 24.4% 75.6% 100.0%
% within tajampenglihatan 45.8% 89.5% 72.6%
% of Total 17.7% 54.8% 72.6%
2 Count 13 4 17
% within r.ortu 76.5% 23.5% 100.0%
% within tajampenglihatan 54.2% 10.5% 27.4%
% of Total 21.0% 6.5% 27.4%
Total Count 24 38 62
% within r.ortu 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.077a 1 .000
Continuity Correctionb 11.969 1 .001
Likelihood Ratio 14.158 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.58.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor jarak aktivitas dengan tajam penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jarakbaca * tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
jarakbaca * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
jarakbaca 1 Count 8 24 32
% within jarakbaca 25.0% 75.0% 100.0%
% within tajampenglihatan 33.3% 63.2% 51.6%
% of Total 12.9% 38.7% 51.6%
2 Count 16 14 30
% within jarakbaca 53.3% 46.7% 100.0%
% within tajampenglihatan 66.7% 36.8% 48.4%
% of Total 25.8% 22.6% 48.4%
Total Count 24 38 62
% within jarakbaca 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.239a 1 .022
Continuity Correctionb 4.113 1 .043
Likelihood Ratio 5.317 1 .021
Fisher's Exact Test .036 .021
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor lama aktivitas dengan tajam penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lamabaca * tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
lamabaca * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
lamabaca 1 Count 12 28 40
% within lamabaca 30.0% 70.0% 100.0%
% within tajampenglihatan 50.0% 73.7% 64.5%
% of Total 19.4% 45.2% 64.5%
2 Count 12 10 22
% within lamabaca 54.5% 45.5% 100.0%
% within tajampenglihatan 50.0% 26.3% 35.5%
% of Total 19.4% 16.1% 35.5%
Total Count 24 38 62
% within lamabaca 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.604a 1 .058
Continuity Correctionb 2.644 1 .104
Likelihood Ratio 3.576 1 .059
Fisher's Exact Test .101 .052
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.52.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor posisi aktivitas dengan tajam penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
posisibaca *
tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
posisibaca * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
posisibaca 1 Count 14 19 33
% within posisibaca 42.4% 57.6% 100.0%
% within tajampenglihatan 58.3% 50.0% 53.2%
% of Total 22.6% 30.6% 53.2%
2 Count 10 19 29
% within posisibaca 34.5% 65.5% 100.0%
% within tajampenglihatan 41.7% 50.0% 46.8%
% of Total 16.1% 30.6% 46.8%
Total Count 24 38 62
% within posisibaca 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .410a 1 .522
Continuity Correctionb .144 1 .704
Likelihood Ratio .412 1 .521
Fisher's Exact Test .606 .353
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.23.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor lama penggunanaan laptop dengan tajam
penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lamapengg.laptop *
tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
lamapengg.laptop * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
lamapengg.laptop 1 Count 14 32 46
% within lamapengg.laptop 30.4% 69.6% 100.0%
% within tajampenglihatan 58.3% 84.2% 74.2%
% of Total 22.6% 51.6% 74.2%
2 Count 10 6 16
% within lamapengg.laptop 62.5% 37.5% 100.0%
% within tajampenglihatan 41.7% 15.8% 25.8%
% of Total 16.1% 9.7% 25.8%
Total Count 24 38 62
% within lamapengg.laptop 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.144a 1 .023
Continuity Correctionb 3.882 1 .049
Likelihood Ratio 5.057 1 .025
Fisher's Exact Test .036 .025
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.19.
b. Computed only for a 2x2 table
6. Output Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Faktor frekuensi penggunanaan laptop dengan
tajam penglihatan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
berapakalipengg.laptp *
tajampenglihatan 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
berapakalipengg.laptp * tajampenglihatan Crosstabulation
tajampenglihatan
Total NORMAL TIDAK NORMAL
berapakalipengg.laptp 1 Count 5 18 23
% within
berapakalipengg.laptp 21.7% 78.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 20.8% 47.4% 37.1%
% of Total 8.1% 29.0% 37.1%
2 Count 19 20 39
% within
berapakalipengg.laptp 48.7% 51.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 79.2% 52.6% 62.9%
% of Total 30.6% 32.3% 62.9%
Total Count 24 38 62
% within
berapakalipengg.laptp 38.7% 61.3% 100.0%
% within tajampenglihatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 38.7% 61.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.438a 1 .035
Continuity Correctionb 3.374 1 .066
Likelihood Ratio 4.637 1 .031
Fisher's Exact Test .058 .031
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.90.
b. Computed only for a 2x2 table
DAFTAR PUSTAKA
1. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Situasi Gangguan
penglihatan dan Kebutaan, 9 oktober 2014.
2 Komariah C, Wahyu N. Hubungan Status Refraksi, dengan Kebiasaan Membaca,
Aktivitas di Depan Komputer, dan Status Refraksi Orang Tua pada Anak Usia
Sekolah Dasar. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2014 agu: 28(2).
3 Ratanna RS, Rares LM, Saerang JSM. Kelainan refraksi pada anak di BLU RSU
Prof. Dr. R. D. Kandau. Jurnal e-Clinic (eCl). 2014 Jul; 2 (2)
4 Ilyas, Sidarta (2004). Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke I. Jakarta : penerbit Sagung
seto Vaughan, Danial G, dkk. (2012). Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC
5 Rumondor N E, Rares L M. Hubungan kelainan refraksi dengan prestasi belajar
anak di smp kristen eben haezar 2 manado. J Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. 2014. Sumber :
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3609
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (2010). Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
8. Ellis, Harold. Clinical Anatomy. New York: Blackwell publishing : 2008.
9. Aemsina hayatillah (2011). Skripsi : Prevalensi Miopia dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
10. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakut Mata. Edisi ke 4, cetakan ke 3. Jakarta : Badan
penerbit FKUI
11. Andi Nurlaely Hamid (2015). Skripsi : Pengaruh Kebiasaan Menonton Televisi
Terhadap Timbulnya Gejala Penurunan Tajam Penglihatan Pada Siswa SMP N 30
Bulukumba. Makassar.
12. Kusumawaty s, Syawal sr, Sirajuddin j. Computer vision syndrome pada pegawai
pengguna komputer di Pt. Bank negara indonesia (persero) tbk Makassar. Bagian
Ilmu Kesehatan Mata. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sumber : pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/34f44f615f7cdefb3dbe140648b562c6.pdf
13. Masayuki Tatemichi, Tadashi Nakano, Katsutoshi Tanaka, Takeshi
Hayashi,Takeshi Nawa, Toshiaki Miyamoto, Hisanori Hiro, Minoru Sugita. 2003 \
Possible association between heavy computer users and glaucomatous visual field
abnormalities: a cross sectional study in Japanese workers. Available from:
jech.bmj.com/content/58/12/1021.full.pdf [Accesed 2012 Oct 1]
14. Wati N A P. Skrining gangguan tajam penglihatan (visus) anak usia 7 – 10 tahun
Sekolah dasar di kecamatan Bantul kabupaten Bantul tahun 2008. [Accesed 2013
Sep 9]. Sumber : https://ml.scribd.com/doc/166692267/Jurnal-Nur-Alvira
15. Jusri Elim (2013). Skripsi : Hubungan Faktor Keturunan Dengan Kejadian Myopia
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISMUH Makassar.
16. Arianti P A. Hubungan Antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama Aktivitas
Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa PSPD UNTAN angkatan 2010-2012
17. Rozi A F. Rosalina. Novitasari Dwi. (2014). Hubungan Kebiasaan Membaca
dengan penurunan ketajaman penglihatan anak sekolah di SD Santo Antonius 02
Banyumanik Semarang.
18. Porotu’o L I, Joseph W B S, Sondhak R C. Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan
Ketajam Penglihatan pada Pelajar Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02 kota
Manado.2014
19. Dedy Fachrian, Arlia Barlianti Rahayu, Apep Jamal Naseh, Nengcy E.T Rerung,
Marytha Pramesti, Elridha Ainun Sari, Rutelica N.A.Y,Eva Suarthana. Prevalensi
Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “X” Jatinegara Jakarta Timur. Maj
Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 6, Juni 2009.
20. Zulkarnain, R. Pengaruh Komputer Pada Mata Anak [Cited: 2 Mei 2013].
Available from:
http://www.surabayaeyeclinic.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id
=60.
21. Ernawati W. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Penurunan Tajam Penglihatan
pada Anak Usia (6-12 tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan. 2015
22. Maryam S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada
pengguna komputer di bagian outbound call gedung graha telkom bsd (bumi
serpong damai) Tangerang tahun 2011 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2011.
23. Puspitasari A. Hubungan antara perilaku penggunaan laptop dan keluhan kesehatan
akobat penggunaan laptop pada mahasiswa sarjana reluger [Skripsi]. Jakarta:
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia; 2012
24. Febriany Y E, Aridmadyo K, Dhanardhono T, dkk. 2015. Faktor Resiko Miopia
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro angkatan 2011-
2014. Volume 4 nomer 4, oktober 2015. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico
25. Tamboto freelyn Ch. P, Wungouw H I S, Pengamanan D H C. Gambaran Visus
Mata Pada Senat Mahasiswa Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-
Biomedik (eBM) Volume 3, nomer 3, September-desember 2015.
26. https://alquranmulia.wordpress.com/2013/01/17/asbabun-nuzul-surah-fushshilat/
27. http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-isra-ayat-36.html
28. http://www.mutiarahadits.com/02/94/76/meminta-perlindungan-dari-keburukan-
penglihatan.htm