the testament of agustinus

Upload: philipus-adityus-kierkegaard

Post on 08-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    1/15

     

    THE TESTA MENT OF AGUSTINUS

     Written by Philippus

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    2/15

     

    1

    The Origin of Agustinus

     Agustinus lahir di Nanzukh, sebuah dataran di Israel Timur. Bukan sebuah kota besar,

    tapi cukup besar untuk menghidupi banyak orang. Namun, bagaimana kondisi kota kelahiran

     Agustinus bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan. Selain karena kurangnya data yang

    mendukung pengambilan kesimpulan, kisah mengenai Nanzukh tidaklah terlalu penting jika

    dibandingkan dengan kisah Agustinus sendiri dalam menjalani masa akhir pendidikannya di

    Bandur, ibukota Israel Barat, dimana kelak ia akan bertemu dengan Worrick.

    Pada masa itu, setiap penididikan tinggi harus diselesaikan dengan sebuah penulisan kitab

    penutup yang lazim disebut Kitab Agung. Agustinus, seperti yang lainnya, berhak menentukan

    apa yang akan menjadi isi Kitab Agungnya kelak. Dari sinilah perjalanan Agustinus dimulai.

    Mengenai Kitab Agung Agustinus, Worrick memiliki sebuah catatan penting terkati cikal bakal

    pekerjaan yang akan dilakukan Agustinus.

    The Creation of Agustinus

    “Aku mel ihat Agustinus keluar dan masuk, untuk kemudian keluar dan masuk lagi. Ia

    tampak bingung. Lalu diam di pintu Kekaisaran Roma untuk sejenak hening, lalu kemudian

    keluar dan masuk lagi.”  (Worrick, 2014-2015 SM)

    Sangat disayangkan bahwa catatan Worrick mengenai Kitab Agung Agustinus tidak dapat

    memberikan informasi apa-apa selain kepada siapa Agustinus menyerahkan pengelolaan Kitab

     Agungnya, yaitu kepada Kekaisaran Roma. Ya, itu adalah satu hal yang menjadi petunjuk

    penting mengenai Agustinus. Worrick dengan tegas menyebutkan Kekaisaran Roma di

    catatannya.

    Pada waktu itu, Kekaisaran Roma memang lazim menjadi tempat bernaung bagi para

    penulis Kitab Agung. Ada dua hal yang mendasari kejadian ini. Pertama, Kekaisaran Roma

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    3/15

     

    2

    memiliki akses untuk mendapatkan dana bilamana dibutuhkan. Ini membuat para penulis

    Kitab Agung dapat terbebas dari beban biaya. Kedua, Kekaisaran Roma juga memiliki akses

    untuk melakukan penerbitan dengan jaringan yang lebih luas. Artinya, Kekaisaran Roma dapat

    menjamin bahwa Kitab Agung di bawah naugannya dapat dikenal secara luas.

    Pada saat itu, masyarakat Roma sedang gencar melakukan penerbitan hingga ke kancah

    internasional. Bukan hanya Kitab Agung saja, kitab apapun akan diterbitkan jika memang

    dinilai bisa meningkatkan kredibilitas kekaisaran. Lagipula, keberhasilan seseorang dalam

    melakukan penerbitan menjadi penilaian status sosial. Semakin jauh penerbitan dilakukan,

    semakin istimewa orang tersebut di mata Kekaisaran Roma. Hal ini karena orang tersebut akan

    dianggap berjasa dalam peningkatan kualitas kekaisaran. Akibatnya, selain Agustinus, terdapat

    lusinan penulis Kitab Agung yang mempercayakan Kitab mereka dikelola oleh Kekaisaran

    Roma.

    Sayangnya, hal ini bisa menjadi bumerang bagi para penulis itu sendiri. Dengan

    Kekaisaran Roma mengambil alih total biaya, maka ia juga berhak atas Kitab Agung yang

    dinaunginya. Hak ini bersifat penuh, termasuk melakukan pemeriksaan dan juga perbaikan.

     Jika melihat dari sisi kualitas, Kitab Agung di bawah naungan Kekaisaran Roma memang

    menjadi sangat baik. Namun, ini juga membuatnya menjadi lebih lama untuk diselesaikan

    akibat perbaikan yang berkelanjutan.

     Adalah Jangstuardus, seorang penulis Kitab Agung yang berteman dekat dengan Worrick,

     yang juga merupakan salah satu penulis yang Kitab Agungnya diserahkan kepada Kekaisaran

    Roma untuk dikelola. Terkait hal ini, Jangstuardus mengalami kisah yang sangat kelam. Begitu

    kelamnya hingga ia tidak sanggup merasakannya sendirian. Akhirnya, Jangstuardus membuat

    sebuah pernyataan sebagai bentuk gambaran tentang kekejaman Kekaisaran Roma dalam hal

    pengelolaan.

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    4/15

     

    3

    “Janganlah kamu mengambil sejumlah uang dari Roma untuk   biaya penulisan sebuah

    Kitab Agung. Di dalamnya terdapat sebuah tujuan demi mencapai kesempurnaan yang sangat

    melelahkan.”  (Jangstuardus, 2016 SM)

    Dari catatan Jangstuardus, dapat dilihat bahwa system pengelolaan yang dilakukan

    Kekaisaran Roma sangat mencekam. Ini terjadi pada semua orang, termasuk Agustinus.

    Pada mulanya, Agustinus tidak mengetahui sistem pengelolaan ini begitu kejam. Hal ini

    dikarenakan tidak adanya catatan yang jelas dan terperinci dari tahun-tahun sebelumnya.

    Karena Agustinus tertarik dengan dunia penerbitan Kitab Agung, maka ia mempercayakan

    Kitab Agungnya kepada Kekaisaran Roma. Hal ini, menurut Worrick, adalah kesalahan

    pertama Agustinus.

    Kitab Agung yang dilakukan Agustinus terpisah menjadi dua bagian. Pertama adalah

    bagian material. Pada bagian ini, Agustinus harus melakukan sebuah proses pelapisan bahan

    dan menulis hasilnya. Mengenai bagian ini, Agustinus memiliki catatan sendiri yang dikutip

    oleh Worrick.

    “Aku harus pergi menemui   si pembuat . Di sana, aku akan mengambil selembar

    nanofibrus (kain yang sangat kecil seratnya) untuk kemudian aku menuangkan resin (sebuah

    cairan tertentu) di atasnya dan membuatnya rata menggunakan kuas.” (Agustinus, 2015 SM)

     Alih-alih memberi kejelasan, catatan Agustinus justru menimbulkan lebih banyak

    pertanyaan. Apa itu resin? Apa itu nanofibrus? Mengapa ia harus menemui si pembuat kereta

    kuda untuk melakukannya? Jawabannya ada pada catatan Worrick yang kedua.

    “Aku mendengar Agustinus berkata kepadaku dalam bahasa yang sangat sederhana :

    “ Kereta kuda itu ringan, sehingga ia terbuat dari benda-benda yang ringan. Selain itu, kereta

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    5/15

     

    4

    kuda haruslah kuat, maka ia terbuat dari benda-benda yang kuat. Maka apalah selain

    nanofibrus, sedang ia ringan lagi kuat.”” (Worrick, 2015)

    Dari catatan Worrick, jelas sudah bahwa Agustinus melakukan sebuah penelitian

    mendalam mengenai nanofibrus agar ia dapat berkontribusi dalam pembuatan bahan untuk

    kereta kuda. Jika Agustinus berhasil, maka kereta kuda yang digunakan akan lebih kuat dan

    ringan sehingga memudahkan kuda penariknya untuk berjalan. Ini tentunya sebuah kontribusi

     yang besar.

    Sayangnya, tidak ada catatan mengenai Resin yang bisa ditemukan, baik dari Worrick

    maupun Agustinus. Namun, kita harus ingat bahwa pada titik ini kita baru berbicara mengenai

    bagian satu dari Kitab Agung Agustinus. Pada bagian dua, kita akan lebih mudah

    membicarakannya. Karena pada bagian itulah Worrick akan angkat bicara.

    Bagian dua dari Kitab Agung Agustinus adalah pembuatan alat untuk menuangkan resin di

    atas nanofibrus. Sebelum berjalan lebih jauh, ada baiknya kita mengingat kembali fakta bahwa

    pada 2014 SM, Agustinus sudah membuat nanofibrus berlapis resin di tempat pembuatan

    kereta kuda, lalu mengapa ia membuat lagi? Jawabannya ada pada catatan Agustinus.

    “Tujuanku adala h membandingkan hasil tuangan resin menggunakan kuas dan sebuah alat

     yang bekerja secara mandiri   (istilah saat ini : otomatis), dengan begitu, aku akan dapat

    memberikan pengetahuan kepada si pembuat kereta kuda tentang cara mana yang baik lagi

    cepat.”  (Agustinus, 2014)

    Pada saat perancangan alat, Agustinus membuat sebuah rancangan yang mengagumkan. Ia

    membuat sebuah papan tipis dari baja sebagai wadah meletakkan nanofibrus. Papan itu berdiri

    di atas sebuah tumpuan permanen hingga ia terlihat seperti meja. Di bagian kosong di bawah

    meja tersebut, Agustinus menggunakan rantai dari karet untuk menarik sebuah tabung pejal

     yang akan menggilas papan baja. Penggilas itu melekat kuat pada sepasang pilar yang ikut

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    6/15

     

    5

    bergerak bersamanya. Di atas pilar tersebut terdapat sebuah kotak hampa udara berisi resin.

    Nantinya, kotak hampa udara ini akan ditekan dengan sebuah poros hingga resin keluar dari

    beberapa lubang di bawahnya. Ini akan membuat resin jatuh di permukaan nanofibrus sebelum

    penggilas membuatnya tersebar merata.

    Kendala pertama yang dialami Agustinus datang dari Suvandius Agung, seorang mantan

    Kaisar Roma yang lengser karena perubahan sistem pemerintahan. Saat seminar, Suvandius

     Agung mempertanyakan apaka resin tidak akan beku di ruang vakum. Pasalnya, Suvandius

     Agung pernah melakukan percobaan yang sama dan hasilnya adalah bahwa resin ternyata

    bersifat mudah kering. Selain itu, Suvandius Agung dianggap sebagai tetua Roma sehingga

    setiap perkataannya akan dipertimbangkan dengan serius.

    Tentunya, ini kendala bagi Agustinus karena ia tidak bisa membiarkan resin di dalam

    kotaknya tanpa menjadi kering dengan sendirinya. Namun, dengan bantuan beberapa orang,

    Suvandius Agung akhirnya mengubah keputusannya dan menganggap apa yang dilakukan

     Agustinus adalah benar. Hal ini karena belakangan terdapat fakta bahwa ternyata resin yang

    digunakan Agustinus dan Suvandius Agung adalah dua jenis resin yang berbeda.

    Kendala berikutnya yang dialami Agustinus adalah pada pembuatan dan perancangan

    alatnya. Dalam proses ini, Agustinus banyak berkonsultasi pada seorang ahli dari Jepang yang

    bernama Vatonas. Sayangnya, konsultasi ini justru lebih sering menimbulkan kegalauan

    daripada pemecahan. Beruntung, Vatonas kemudian pulang kembali ke Jepang tidak lama

    setelah itu sehingga Agustinus bisa menemukan konsultan baru yang bernama Asevus. Setelah

    itu, tidak ada lagi catatan mengenai kendala dengan Asevus. Hingga titik ini, Agustinus dapat

    diasumsikan berada dalam keadaan baik.

    Sebuah catatan lain mengenai Agustinus ditemukan. Catatan itu menceritakan tentang

     Vurius, seorang ilmuwan dari Roma yang mengepalai pekerjaan Agustinus. Selain itu, Vurius

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    7/15

     

    6

     juga aktif berkomunikasi dengan para saudagar di luar Roma. Para saudagar itulah yang

    memberikan pasokan dana kepada Vurius sebagai anggaran ilmu pengetahuan, yang

    sebagiannya, mengalir kepada Agustinus.

     Vurius adalah orang yang membantu Agustinus pada hari persidangan yang pertama. Ia

     juga yang kemudian memberikan bantuan pembelaan terhadap masalah resin milik Agutinus

    dengan Suvandius Agung. Namun, ini bukan berarti bahwa Agustinus tidak memiliki masalah

    dengan Vurius. Mengingat bahwa Vurius memberikan dana kepada Agustinus, maka ia

    bertanggung jawab atas pekerjaannya terhadap Vurius. Artinya, Agustinus tidak bekerja secara

    bebas. Setiap langkah pekerjaannya harus dilaporkan kepada Vurius untuk kemudian dilihat,

    dicermati, dan bila perlu diperbaiki. Vurius melakukan ini dengan sangat serius karena nama

    baiknya mungkin dipertaruhkan.

     Vurius bersikukuh bahwa Agustinus tidak perlu berfokus pada pembuatan alat, melainkan

    pada hasil dari alat itu sendiri, yakni persebaran resin di atas nanofibrus. Agustinus harus

    melakukan penelitian untuk mencari tahu perbedaan antara resin yang diperlapiskan

    menggunakan alatnya dengan resin yang diperlapiskan menggunakan kuas. Meski begitu,

     Agustinus sadar bahwa hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Bagaimanapun, pembuatan alat

    adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan

    The Four Commandments of Agustinus

    Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang bagus, Agustinus harus membuat beberapa

    contoh nanofibrus berlapis resin yang bagus dari alatnya. Bagus dalam hal ini berarti dapat

    diteliti. Artinya, dalam pembuatan alat, Agustinus harus mempertimbangkan banyak hal.

    Terdapat sebuah catatan kecil yang ditulis di atas lembaran papirus, yang diduga adalah catatan

     Worrick, mengenai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh Agustinus.

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    8/15

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    9/15

     

    8

     Arduinus adalah otak dari hampir semua perangkat yang dibuat saat itu. Di dalam

     Arduinus terdapat banyak komponen kecil yang bekerja secara bersama-sama untuk

    mengolah perintah yang diberikan oleh manusia. Setelah proses pengolahan, Arduinus

    akan meneruskan perintah tersebut ke bagian lain, yang dalam kasus Agustinus adalah

    driverus.

    Codex Arduinus adalah serangkaian kalimat yang ditulis menggunakan huruf latin

    dengan bahasa Syi’, yang lebih dikenal dengan bahasa C  (kelak akan berkembang

    menjadi C++ dan C#), yang berisi sejumlah perintah untuk diolah oleh Arduinus.

    Bahasa tersebut diturunkan dari Bahasa Inggris modern, yang saat itu adalah bahasa

    internasional, agar dapat dipelajari secara luas. Meski begitu, Bahasa Syi’ bukanlah

    bahasa yang mudah karena ia hanya mengenal serangkaian kata tertentu saja. Dan

    bahasa ini juga tidak mampu mengenali pola. Jika hari ini kita menulis int (yang artinya

    bilangan bulat), lalu kita menulisnya kembali dengan susunan yang salah menjadi itn,

    maka arduinus tidak akan mengenalinya. Artinya, sebuah kesalahan ketik yang

    sederhana pun dapat membuat perintah yang diberikan tidak terbaca.

    Namun, catatan Worrick mengenai Codex Arduinus menegaskan bahwa tidak ada

    masalah di sana.

    “Aku melihat Codex Arduinus milik Agustinus. Aku juga melihat bagaimana

     Agustinus menulisnya. Tapi aku tidak melihat keputusasaan di sana.” (Worrick, 2015

    SM)

    Empat hal di atas hanyalah beberapa hal yang pernah tercatat dalam sejarah mengenai

     Agustinus. Sejarawan yakin bahwa apa yang menjadi fokus pikiran Agustinus sebenarnya lebih

    banyak dari itu. Sampai pada titik ini, ada baiknya jika kita berhenti sejenak dan meninjau

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    10/15

     

    9

    empat hal saja. Karena empat hal di atas sudah cukup menjadi sesuatu yang mengganggu

     Agustinus pada masanya.

    Keempat hal di atas adalah sebuah rangkaian kejadian yang kompleks dimana satu hal bisa

    mempengaruhi hal lainnya. Agustinus harus mempertimbangkan setiap kemungkinan yang ada.

    Salah satu kendala terbesar adalah menemukan motorus yang tepat untuk mendapatkan

    sebuah nilai debitus injectus.

    The Problem of Agustinus

    Pada awal tahun 2016 SM, Worrick mulai menyusun kembali catatannya untuk mencari

    tahu kendala-kendala apa saja yang dialami Agustinus dalam proses penyelesaian Kitab

     Agungnya. Dari catatan tersebutlah sejarawan mencoba mengutarakan kembali apa yang telah

    ditemukan oleh Worrick.

    1.

     

    Vacuumus Injectus

    Masalah ini berkaitan dengan kondisi vakum dari kotak resin. Berdasarkan catatan

     Worrick, kotak resin yang dibuat oleh Agustinus tidak bisa dan tidak mungkin bersifat

     vakum. Akar dari masalah ini adalah perancangan kotak resin beserta porosnya yang

    memiliki banyak kesalahan pengukuran.

    Kotak resin dibuat dari selembar baja yang ditekuk hingga membentuk balok tanpa

    tutup. Sebagai tutupnya, Agustinus menggunakan sebuah akrilikus (sebilah papan tembus

    pandang dari plastik) yang dipotong untuk menyesuaikan luas tutup kotak resin. Kemudian,

    potongan akrilikus tersebut ditempelkan menggunakan pita karet perekat dua sisi berwarna

    hijau. Memang benar, akrilikus tersebut melekat kuat. Namun, saat Agustinus menuangkan

    air ke dalam kotak resin tersebut, ia melihat tetesan air keluar dari sebuah celah kecil antara

    akrilikus dan dinding luar kotak resin, yang artinya ada kebocoran.

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    11/15

     

    10

     Worrick menduga ini disebabkan oleh lemahnya fungsi perekat dua sisi yang

    digunakan Agustinus saat itu. Ia pun melepas perekat itu dan berniat menggantinya dengan

    perekat lain, mungkin yang berbentuk cairan. Pada saat proses pelepasan, Worrick melihat

    sesuatu yang menjadi penyebab utama kebocoran.

    “Dengan penuh kekhawatiran aku berbicara pada Agustinus. Bukan perekatnya, bukan,

    kataku. Lempeng baja yang dilipat ini memiliki permukaan yang tidak rata. Sedangkan

    akrilikus memiliki permukaan rata, bagaimana bisa mereka saling melekat satu dengan

    lainnya?” (Worrick, 2015 SM)

    Para sejarawan menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Agustinus dengan akrilikus

    dan lempeng bajanya adalah sama seperti mencoba menggantung sebuah lukisan di dinding

    Gereja Ortodoks yang berbatu. Punggung lukisan tidak bisa bersentuhan seluruhnya

    dengan permukaan dinding. Akibatnya, akan terdapat sejumlah ruang di antara dinding

    dengan punggung lukisan. Ruang inilah yang berperan sebagai jalur kebocoran pada kasus

     Agustinus.

    Ini tentu menimbulkan pertanyaan. Bagaimana mungkin permukaan sebuah lempeng

    baja tidak rata? Lempeng baja yang digunakan oleh Agustinus adalah lempeng baja terbaik

     yang dibuat oleh pabrik. Ini membuat catatan Worrick menjadi bias. Namun, jika kita

    mengingat fakta bahwa lempengan tersebut ditekuk hingga menjadi sebuah kotak, kita bisa

    meninjau proses penekukannya untuk mencari sebuah petunjuk tentang bagaimana

    permukaannya menjadi tidak rata. Dan ternyata Worrick memiliki catatan mengenai hal

    itu.

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    12/15

     

    11

    “Aku bertanya pada Agustinus tent ang siapa yang menekuk lempeng bajanya hingga

    menjadi kotak. Agustinus mengatakan bahwa lempengan itu ditekuk oleh seorang

     pandai besi biasa.” (Worrick, 2015 SM)

    Kini semua sudah jelas. Permukaan baja yang digunakan Agustinus memang rata, tetapi

    lempengan itu sendiri tidaklah rata. Proses penekukan yang dilakukan oleh seorang pandai

    besi biasa saat itu tidaklah begitu baik. Akibatnya, lempengan baja itu menjadi

    bergelombang. Inilah yang dimaksud Worrick sebagai permukaan yang tidak rata.

    Untuk menangani masalah ini, Agustinus mengubah rencananya. Ia tidak lagi

    menggunakan kotak baja sebagai ruang vakumnya. Sebagai gantinya, Agustinus

    menggunakan sebuah tabung jarum suntik buatan pabrik yang dipastikan vakum.

    Kemudian, untuk membuat keluaran resin menjadi serupa dengan yang direncakan

    sebelumnya, ia menyambungkan jarum suntik tersebut dengan sebuah pipa paralon yang

    diletakkan secara horizontal dan diberi beberapa lubang di bawahnya sebagai jalur

    keluarnya resin.

    2.

     

    Debitus Injectus

    Masalah yang dihadapi Agustinus adalah bahwa ia tidak dapat menentukan sendiri

    mana yang terbaik dari beberapa debitus injectus. Pemilihan debitus injectus harus

    dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, Agustinus menentukan debitus injectus resin

    dari literature penelitian sebelumya. Kedua, Agustinus harus melakukan pemeriksaan

    menggunakan Electrus Microscopus, dimana nanofibrus berlapis resin akan dipotong

    secara melintang dan penampang untuk kemudian dilihat secara sangat dekat menggunakan

    gambar yang diperbesar. Untuk satu potong nanofibrus, Agustinus harus membayar 250

    ribu keping emas. Agustinus memiliki banyak potongan yang harus diperiksa. Mengingat

    uang pemberian Vurius tidak datang secara sekaligus, Agustinus harus menggunakan uang

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    13/15

     

    12

    pribadi miliknya untuk sementara waktu. Dan ini adalah masalah. Karena Agustinus harus

    berjuang untuk keperluan itu.

    3.  Motorus

    Dalam perancangan alat yang dilakukan oleh Agustinus, ia meletakkan sebuah motorus

     yang akan mengendalikan debitus injectus. Ini berarti Agustinus harus memiliki sebuah

    motorus yang memiliki batas kecepatan putar cukup luas sehingga memberi ruang bagi

     Agustinus untuk melakukan percobaan. Selain itu, motorus tersebut harus memiliki

    kekuatan atau torsi yang besar. Sayangnya, motorus jenis ini sangat sulit dicari di Roma saat

    itu.

    Pekerjaan pun menjadi lebih sering tertunda karena Agustinus harus berjalan begitu

     jauh berkeliling Roma untuk mencari motorus ini. Akibat lainnya, Agustinus kelelahan dan

    mulai sakit-sakitan.

    Dalam proses menemukan debitus injectus, Agustinus membeli beberapa motorus

    dengan harga yang luar biasa mahal. Sayangnya, dari semua motorus tersebut, tidak ada

     yang cocok dengan kriteria debitus injectus yang diinginkan oleh Vurius. Agustinus

    meminjam motorus milik Worrick dan menggunakannya. Dan untungnya, motorus milik

     Worrick bisa memberikan debitus injectus sesuai kriteria yang diinginkannya. 

    The Disappearance of Agustinus

    Selain masalah teknis, Agustinus juga menghadapi sebuah masalah lain yang sifatnya sangat

    fundamental. Masalah tersebut dapat dilihat dengan jelas pada sebuah surat yang dikirimkan

     Agustinus kepada Worrick berikut ini.

    “Worrick, aku melihat sebuah Kitab Agung yang sangat mirip denganku. Aku merasa

    bahagia saat menemukannya. Karena tentu, aku dapat belajar banyak dari Kitab Agung itu.

    Namun kebahagiaan itu sirna ketika aku melihat Kitab Agung itu ditulis oleh siapa. Ia bukan

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    14/15

     

    13

    seorang sarjana, melainkan seorang… (Bagian ini terhapus dari kertasnya).” (Agustinus, 2015

    SM)

    Terdapat dua versi mengenai kelanjutan surat ini. Namun semuanya hanyalah berupa

    spekulasi. Versi pertama mengatakan bahwa “Ia bukan seorang sarjana, melainkan seorang

    pel j r p sc s rj n .” . Sedangkan versi kedua mengatakan “Ia bukan seorang sarjana,

    melainkan seorang pel j r doktor l .” . Sebenarnya, kedua versi tersebut didasari oleh hal yang

    sama. Pekerjaan itu diperuntukkan untuk orang yang lebih tinggi pendidikannya. Pascasarjana

    atau doktoral tidaklah penting. Yang jelas, Agustinus telah bekerja di luar kapasitasnya. 

    Catatan di atas adalah yang terakhir ditemukan mengenai Agustinus sebelum ia

    menghilang. Setelah itu, sejarawan tidak menemukan bukti apapun mengenai akhir cerita

     Agustinus. Menghilangnya Agustinus memang menjadi misteri bagi dunia. Namun, sejarawan

    berpendapat bahwa salah satu sebab hilangnya Agustinus adalah karena sulitnya pekerjaan yang

    diberikan oleh Kekaisaran Roma. Jika kita pada peringatan yang diberikan Jangstuardus di awal

    tulisan ini mengenai penggunaan uang Roma sebagai biaya Kitab Agung, maka wajar saja jika

     Agustinus kemudian menjadi kesulitan karena ia terjebak di dalamnya, meski ini bisa jadi

    bukanlah sebab utama kepergiannya.

    The Testament of Agustinus

    Dari cerita yang sudah diuraikan, penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan

    mengenai kisah Agustinus.

    1. Pekerjaan Agustinus bukanlah diperuntukkan untuk satu orang . Ini terbukti dari

    ketimpangan catatan Worrick. Ia sangat paham mengenai motorus, driverus, dan arduinus.

    Sedangkan mengenai resin dan nanofibrus, Worrick tidak memiliki catatan apapun. Artinya,

    setiap orang di Roma saat itu sejatinya hanya dibebankan untuk memahami satu bagian dari

  • 8/19/2019 The Testament of Agustinus

    15/15