analisis jurnal gloukoma

20
ANALISIS JURNAL Nama Penulis : Paul P. Lee, John W. Walt, Lisa C. Rosenblatt, Lisa R. Siegartel, dan Lee S. Stern Judul Tulisan : Association Between Intraocular Pressure Variation and Glaucoma Progression: Data from a United States Chart Review Sumber : American Journal of Ophthalmology Edisi Desember 2007. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17919446 PENDAHULUAN Lebih dari 2 juta orang di USA terkena glaukoma. Angka ini diprediksikan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi Lansia di USA, dengan perkiraan sebanyak 3,36 juta penderita pada tahun 2020. Meski diketahui bahwa usia tua, kornea yang tipis, dan perubahan pada tekanan intraokular merupakan faktor yang terkait dengan defek lapang pandang yang progresif pada glaukoma, hampir setengah individu yang terkena gloukoma tidak menyedari bahwa mereka menderita penyakit tersebut, yang membuat mereka berada pada resiko tinggi untuk mengalami kebutaan. Deteksi dini yang lebih baik dan pemahaman menganai faktor yang berkontribusi pada perkembangan penyakit diperlukan untuk dapat mencegah timbulnya kebutaan akibat penyakit ini secara efektif.

Upload: nisia-pu-rin

Post on 05-Dec-2014

85 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Gloukoma

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

ANALISIS JURNAL

Nama Penulis : Paul P. Lee, John W. Walt, Lisa C. Rosenblatt, Lisa R. Siegartel, dan Lee S.

Stern

Judul Tulisan : Association Between Intraocular Pressure Variation and Glaucoma Progression:

Data from a United States Chart Review

Sumber : American Journal of Ophthalmology Edisi Desember 2007. Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17919446

PENDAHULUAN

Lebih dari 2 juta orang di USA terkena glaukoma. Angka ini diprediksikan akan terus

meningkat seiring dengan meningkatnya populasi Lansia di USA, dengan perkiraan sebanyak

3,36 juta penderita pada tahun 2020. Meski diketahui bahwa usia tua, kornea yang tipis, dan

perubahan pada tekanan intraokular merupakan faktor yang terkait dengan defek lapang pandang

yang progresif pada glaukoma, hampir setengah individu yang terkena gloukoma tidak

menyedari bahwa mereka menderita penyakit tersebut, yang membuat mereka berada pada resiko

tinggi untuk mengalami kebutaan. Deteksi dini yang lebih baik dan pemahaman menganai faktor

yang berkontribusi pada perkembangan penyakit diperlukan untuk dapat mencegah timbulnya

kebutaan akibat penyakit ini secara efektif.

Glaukoma sudut terbuka primer memiliki hubungan yang erat dengan tekanan

intraokuler, dimana perogresifitas glaukoma sudut terbuka primer memiliki hubungan langsung

dengan peningkatan tekanan intraokuler. Banyak penelitian berusaha meneliti mengenai faktor

prediktor untuk memprediksi progresifitas glaukoma sudut terbuka primer. Derajat kerusakan

nervus optikus, yang dipengaruhi berbagai faktor seperti variasi sensitifitas dari nervus optikus

terhadap tekanan intraokuler dan insufisiensi vaskular, diketahui merupakan prediktor utama

untuk progresifitas glaukoma. Faktor lain yang berpengaruh antara lain adalah usia, jenis dan

lama terapi yang diberikan dan adanya defek lapang pandang sebelumnya juga merupakan faktor

prediktor penting untuk memprediksi progresifitas glaukoma.

Page 2: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

The Early Manifest Glaucoma Trial (EMGT) didesign untuk mengevaluasi efek dari

pemberian terapi awal/segera terhadap progresifitas glaukoma dibanding kelompok yang tidak

diberikan terapi segera/lebih lambat. EMGT menunjukan adanya hubungan antara tekanan

intraokuler baseline yang lebih tinggi dengan peningkatan laju progresifitas glaukoma.

Parameter spesifik untuk tekanan intraokuler, seperti rerata TIO dan variabilitas TIO, belakangan

diteliti pengaruhnya terhadap progresifitas glaukoma primer sudut terbuka. Penurunan TIO

secara kontinyu ditemukan bermanfaat pada pasien glaukoma primer sudut terbuka guna

mengurangi progresifitas penyakit. Berbagai terapi medis/farmakoligis dan terapi operatif telah

dikembangkan untuk menurunkan tekanan intraokuler.

Meski berbagai penelitian mengindikasikan bahwa tekanan intraokuler yang lebih rendah

menghasilkan efek protektif terkait progresifitas glaukoma, namun hal ini tidak mengindikasikan

bahwa seseorang dengan TIO yang lebih rendah bebas resiko. Pada penelitian oleh Oliver and

associates, yang membandingkan pasien yang menjadi buta sosial karena glaukoma dengan

mereka yang tidak mengalami kebutaan. Ditemukan bahwa perkembangan penyakit kearah

kebutaan tidak berhubungan dengan rerata TIO tapi lebih kepada batas bawah (baseline) TIO

yang dapat menyebabkan kerusakan nervus optikus pada pasien dan perubahan TIO yang

berfluktuasi selama kunjungan (follow up). Penelitian lain oleh Nouri-Mahdavi and associates

meneliti tentang hubungan faktor resiko glaukoma dengan progresifitas defek lapang pandang.

Pada data yang didapatkan dari Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS 7), yang

mengevaluasi defek lapang pandang secara sequensial/bekala. Didapatkan hasil yang signifikas

baik secara klinis maupun statistik yang menyatakan adanya peningkatan progresifitas defek

lapang pandang sebesar 30% setiap adanya 1 unit perbedaan pada variasi TIO selama kunjungan.

Penelitian lain juga menemukan laju progresifitas glaukoma berhubungan dengan

variabilitas TIO, baik selama kunjungan pada hari yang berbeda atau pada hari yang sama.

Bertolak dari penelitian sebelumnya, peneliti bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa memang

variasi TIO (dinilai berdasarkan standar deviasi (SD)) selama kunjungan mempengaruhi

progresifitas defek lapang pandang pada pasien yang dirawat oleh konsultan spesialis glaukoma.

Tujuan lain penelitian ini adalah untuk menetapkan bagaimana hubungan atara variasi TIO

dengan progresifitas glaukoma berbeda pada komunitas (penelitian ini) dengan clinical trial

(penelitian AGIS).

Page 3: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

METODE PENELITIAN

Populasi penelitian. Pada penelitian cohort retrospektif ini digunakan sampel sebanyak

151 pasien. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Dimana data dikumpulkan dari

rekam medis dalam rentang waktu 1 Juni 1990 hingga 22 Januari 2002. Kriteria sampel pada

penelitian ini adalah usia > 18 tahun yang didignosis menderita glaukoma primer sudut terbuka,

glaukoma normo tensi, Hipertensif okular atau susp. Galukoma. Pemilihan sampel dilakukan

secara acak dari 12 praktek spesialis yang tersebar di USA. Hanya pasien dengan data follow up

berkala selama minimal 5 tahun dan masuk kedalam kriteria diagnosis International

Classification of Diseases Ninth Edition yang dijadikan sampel penelitian. Sampel harus

memiliki minimal 5 tahun data pemeriksaan klinis dan pemeriksaan Humphrey Vield Fision.

Staging/tingkat keparahan glaukoma pada penelitian ini berdasarkan glaucoma severity system

(table 1). Rekam medis dikumpulkan dari tiap tempat dan sampel dikelompokkan berdasarkan

tingkat keparahan glaukoma. Data dikumpulkan hingga tiap kelompok dari tiap tempat

setidaknya memiliki dua sampel untuk tiap stage 0-4 dan minimal satu sampel untuk stage 5.

Staging sistem. Staging sistem yang dipakai pada penelitian ini adalah The Bascom

Palmer (Hodapp-Anderson-Parrish) glaucoma staging system (GSS) yang dimodifikasi. Terdiri

dari enam stage/derajat yang menggambarkan progresifitas glaukoma. Berdasarkan data aktual

yang tersedia pada catatan rekam medik pasien dan pendapat ahli, modifikasi dilakukan pada The

Bascom Palmer GSS untuk memastikan batasan yang jelas antar tiap stage tetap konsisten

dengan pola progresifitas defek lapang pandang yang terjadi. Penyesuaian dapat dilakukan

tergantung pada pola koreksi standar deviasi dan hasil test lapang pandang untuk derajat 0 dan1,

alur numeric untuk derajat 2-4. Sedang derajat 5 dinilai dari gangguan tajam penglihatan berat

yang menyebabkan pemeriksaan lapang pandang tidak mungkin dilakukan.

Analisis data. Data dikumpulkan menggunakan database elektronik dari Microsoft

Access. Data yang terkumpul meliputi informasi mengenai demografi pasien, riwayat medis dan

penyakit mata sebelumnya termasuk faktor resiko glaukoma, data mengenai kunjungan

pemeriksaan oftalmologi, pengobatan, riwayat operasi dan data perkembangan defek lapang

pandang. Juga termasuk data mengenai hasil pemeriksaan fisik, penunjang dan penemuan

lainnya termasuk pemeriksaan TIO, pemeriksaan slit-lamp, gonioscopies, pemeriksaan nervus

optikus, pemeriksaan retina dan macula, photografi optik disk dan hasil pemeriksaan reflex

Page 4: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

pupil. Pemeriksaan mata yang dilakukan antara lain SD TIO (variabilitas dari pengukuran TIO

berkala), rerata TIO, perubahan antara TIO tertinggi-terendah, perubahan TIO awal-akhir,

progresifitas defek lapang pandang (VFLprogression), derajat penyakit sebelum progress,

riwayat operasi sebelum progress, riwayat pengobatan sebelum progress, dan apakah pengobatan

medikamentosa mendahului operasi. Evaluasi kondisi umum pasien termasuk usia, gender,

derajat terendah VFL dan hari pertama follow up. Terapi dijabarkan sebagai pemberian resep,

obat penurun TIO atau operatif. Subjek penelitian dikelompokan menjadi kelompok yang

mendapat terapi sebelum progressif dan kelompok yang sudah progressif sebelum mendapat

terapi. Analisis dilakukan secara deskriptif dimana data analisis dipresentasikan dalam SAS

software version 9.1.

Page 5: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

Analisis Univariat. Analisis multivariate diterapkan pada dua tipe Cohort. Cohort 1

merupakan kelompok yang menjalani dua atau lebih pemeriksaan TIO sebelum mendapat terapi

atau mengalami progresifitas penyakit. Cohort 2 adalah kelompok yang menjalani dua atau lebih

pemeriksaan TIO sebelum ada progresif tanpa menghiaraukan apakah pasien sudah mendapat

terapi atau tidak. Kedua kelompok studi ini tidak sepenuhnya ekslusif sehingga semua subjek

penelitian cohort 1 memenuhi kriteria cohort 2 sehingga dimasukan dalam kelompok cohort 2.

Kedua tipe cohort didasarkan pada penelitian retrospektif dengan analisis post hoc, dengan data

yang dikumpulkan dengan baik setelah kunjungan pasien. Pada Cohort 1, pemeriksaan TIO yang

dilakukan pada hari sebelum dimulai terapi atau progresifitas penyakit digunakan untuk

menentukan rerata TIO dan SD TIO. Pada Cohort 2 pemeriksaan TIO yang dilakukan pada hari

sebelum progresifitas penyakit digunakan untuk menentukan rerata TIO dan SD TIO.

Pemeriksaan dilakukan minimal dua kali dalam hari yang berbeda.

Analisis Multivariat. Analisis multivariate pada cohort 1 dikembangkan berdasarkan SD

TIO sebagai variable bebas dan POAG VFL sebagai variable tergantung. Beberapa variable yang

terkait kondisi mata dan pasien secara umum dimasukan kedalam analisis sebagai covariative.

Model akhir adalah Cox proportional hazard model dimana progresifitas penyakit sebagai

outcome dan SD TIO sebagai prediktor utama, dimana faktor covariative dikontrol. Variable

dengan P>2 dikeluarkan dari model akhir. Cox proportional hazard model untuk cohort 2 juga

didasarkan pada prinsip yang sama dengan cohort 1.

HASIL

Statistik deskriptive. Pada penelitian ini didapat data sebanyak 302 mata dari 151

pasien. Usia rerata sampel adalah 66,3% (SD 11,9%). Enam puluh dua orang sampel adalah laki-

laki (42%) dan 86 laki-laki (57%). Dari segi ras didapatkan 70 orang berkulit putih (46%), 33

berkulit hitam (22%) dan tujuh (5%) lainnya adalah orang asia. Sedangkan 27% dari sampel

tidak diketahui darimana asalnya. Dari semua sampel yang diketahui riwayat keluarga menderita

glaukoma (n 109, 72%), 53% memiliki riwayat keluarga menderita galukoma.

Analisis Univariat. Analisis univariat pada cohort 1 dilakukan untuk menetapkan variasi

TIO, yang dinilai dengan SD TIO, sebelum pengobatan atau progresifitas defek lapang pandang.

Page 6: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

Terdapat 55 pasien (84 mata) yang menjadi sampel dalam Cohort 1. Lima puluh delapan koma

dua persen dianatarnya adalah perempuan. Rentang usia subjek penelitian adalah 37-85 tahun

dengan rerata usia 62,9 tahun (SD 11,4tahun). Rerata TIO sebelum terapi atau progresifitas

penyakit adalah 16,5mmHg (SD 2mmHg) dengan rentang 14,2-22,1mmHg. Sembilan belas

persen dari seluruh sampel ditemukan mengalami progresifitas pada defek lapang pandang.

(table 2)

Analisis univariat untuk Cohort 2 dilakukan untuk menentukan variasi TIO sebelum

progresifitas defek lapang pandang, tanpa menghiraukan terapi yang sudah diberikan. Pada

Cohort 2 terdapat 129 pasien sebagai sampel. Data demographis hamper sama dengan Cohort 1,

55% sampel adalah perempuan, rerata usia 66 tahun (SD 12tahun, rentang usia 19-88tahun).

Rerata nilai TIO awal 16,4mmHg (SD 2,7mmHg, rentang 4,6-27,3mmHg). Dua puluh tujuh

persen dari subjek penelitian didapatkan mengalami progresifitas defek lapang pandang. (table 3)

Analisis Multivariat. Cox proportional hazards model untuk cohort 1 mendapatkan

bahwa rerata TIO dan SD TIO sebelum terapi dan progresi penyakit berhubungan secara

signifikan dengan progresifitas glaukoma. Tiap peningkatan SD TIO sebesar 1 mmHg didapat

peningkatan kemungkinan terjadinya glaukoma progresif sebesar 4,2. Tiap peningkatan 1 mmHg

pada rerata TIO menyebabkan peningkatan progresifitas glaukoma sebesar 20%. Dan

meningkatkan perbedaan antara TIO tertinggi-terendah terkait dengan penurunan kemungkinan

terjadinya progresifitas penyakit. (table 4)

Page 7: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

Cox proportional hazards model untuk cohort 2 mendapatkan bahwa rerata TIO dan SD

TIO sebelum progresi penyakit berhubungan secara signifikan dengan progresifitas glaukoma.

Meski rerata TIO kurang kuat hubungannya dengan progresifitas penyakit dibanding SD TIO.

Tiap peningkatan SD TIO sebesar 1 mmHg didapat peningkatan kemungkinan terjadinya

glaukoma progresif sebesar 5,5. Tiap peningkatan 1mmHg pada rerata TIO menyebabkan

peningkatan progresifitas glaukoma sebesar 10%. Dan meningkatkan perbedaan antara TIO

tertinggi-terendah terkait dengan penurunan kemungkinan terjadinya progresifitas penyakit.

Prediktor lain untuk progresifitas glaukoma adalah peningkatan usia, gender laki-laki dan

menerima pengobatan pada tahap awal. (table 5)

DISKUSI

Sesuai dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini juga menunjukan bahwa variasi TIO

selama kunjungan follow up adalah prediktor signifikan untuk progresifitas defek lapang

pandang. Terutama dari hasil analisis multivariate yang menunjukan bahwa tiap 1mmHg

peningkatan SD TIO, didapatkan peningkatan progresifitas glaukoma sebanyak 4,2 kali lebih

besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh AGIS yang menunjukan variasi TIO

Page 8: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

meningkatkan progresifitas lapang pandang sebesar 30% untuk tiap peningkatan 1 mmHg SD

TIO. Ini menunjukan variasi TIO pada tiap kunjungan merupakan prediktor penting untuk

menilai progresifitas glaukoma baik dalam clinical trail atau pada praktek klinik umum.

Penelitian ini juga menemukan bukti adanya hubungan antara rerata TIO dengan

progresifitas penyakit. Analisis multivariate menunjukan adanya hubungan yang bermakna

antara rerata TIO dan progresifitas defek lapang pandang. Hal ini berbeda dengan penelitian

AGIS. Meski secara statistik kedua penelitian menunjukan hasil yang signifikan. Perbedaan ini

mungkin disebabkan perbedaan seting penelitian dan perbedaan populasi penelitian. Pada

penelitian AGIS, dilakukan intervensi dengan menerapkan terapi khusus untuk subjek penelitian

sedang pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi khusus pada terapi pasien melainkan terapi

standar pada praktek klinik.

Rentang TIO seringkali digunakan untuk menilai variasi dan dihubungkan dengan

berkurangnya kemungkinan progresifitas penyakit. Tetapi, penting untuk dicatat, penilaian ini

didasarkan pada murni perbedaan dan tidak menghiraukan riwayat nilai TIO tertinggi atau

terendah. Dan sangat mungkin bahwa subjek penelitian memiliki rentang TIO yang luas lebih

karena keberhasilan pengobatan yang menyebabkan TIO yang lebih rendah, sehingga lebih kecil

kemungkinan progresifitas glaukoma.

Beberapa keterbatasan yang ada pada penelitian ini atara lain jumlah sampel yang relative

kecil pada kedua penelitian. Meski demikian, subjek penelitian cukup beragam baik pada sebaran

gender atau ras sehingga cukup mewakili populasi. Ditambah lagi, meski dengan jumlah sampel

yang kecil hasil penelitian menunjukan hasil yang signifikan secara statistik yang menunjukan

adanya hubungan antara variasi TIO dengan progresifitas glaukoma.

Keterbatasan penelitian lainnya adalah kemungkinan adanya bias akibat metode

pemilihan sampel. Dimana sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria minimal dua kali

pemeriksaan sebelum dimulai pengobatan atau progresifitas penyakit dan minimal dua tahun

follow up. Hal ini menyebabkan hilangnya kemungkinan kasus dengan hanya satu kali

pemeriksaan sebelumnya untuk dimasukan sebagai subjek penelitian, padahal masih ada

kemungkinan bahwa pasien tersebut memiliki kecendrungan untuk terkena glaukoma progresif.

Meski demikian, laju progresifitas pada penelitian ini hampir sama dengan laju progresifitas

yang didapatkan pada penelitian sebelumnya. Selain itu, dua tahun follow-up juga dapat

Page 9: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

menyebabkan bias. Hal ini dikarenakan bahwa pasien yang membutuhkan follow up lebih

mungkin merupakan pasien yang memang memiliki kecendrungan progresifitas penyakit.

Faktor penting yang harus dipertimbangkan jika menggunakan SD TIO untuk menilai

variasi adalah melihat banyaknya pengukuran TIO yang dilakukan. Semakin jauh rentang

pengukuran TIO semakin besar SD, dan sebaliknya. Maski demikian, membatasi jumlah

kunjungan sepertinya tidak bermakna banyak sehingga SD dan IOP tetap menjadi prediktor

utama progresifitas. Pada penelitian Cohort 2, dimana jumlah sampel ditambah yang

menghasilkan hubungan yang lebih signifikan antara SD TIO dan Eve dibanding cohort 1.

Kelebihan utama penelitian ini adalah populasi penelitian yang melibatkan pasien

langsung. Penelitian sebelumnya berupa clinical trial dimana pasien cenderung mendapat

pengobatan yang lebih intensif. Sehingga generalisasi lebih mungkin dilakukan pada hasil

penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa SD TIO merupakan faktor penting yang terkait

dengan perkembangan POAG yang harus diselidiki lebih lanjut. Hasil ini menunjukkan bahwa

stabilitas TIO dari waktu ke waktu memiliki pengaruh terhadap perkembangan penyakit yang

mungkin setara atau bahkan lebih besar dari parameter lain seperti mean TIO, usia, atau tahap

glaukoma. Pemantauan SD pengukuran TIO adalah metode praktis yang dapat digunakan untuk

mengukur potensial untuk perkembangan penyakit. Praktisi harus mempertimbangkan

monitoring pasien SD TIO selama jangka panjang untuk memastikan bahwa perawatan yang

tepat diimplementasikan untuk pencegahan perkembangan POAG, sedangkan pihak lain

mungkin ingin mengukur potensi perkembangan penyakit. Praktisi harus mempertimbangkan

monitoring pasien SD TIO selama jangka panjang untuk memastikan bahwa perawatan yang

tepat diimplementasikan untuk pencegahan perkembangan POAG, sedangkan pihak lain

mungkin ingin menjelajahi cara membuat data ini mudah diakses dan diinterpretasi sambil

melihat pasien.

Page 10: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

Manfaat yang didapat dari Journal

Pada jurnal ini didapat kesimpulan bahwa progresifitas lapang pandang pada glukoma

dapat dideteksi dengan menilai variasi tekanan intraokular. Semakin besar variasi tekanan

intraokuler maka kemungkinan penyakit akan menjadi progresif akan mekin tinggi. Selain

variasi tekanan intraokuler, progresifitas defek lapang pandang juga dapat dideteksi dengan

menilai nilai rerata tekanan intraokular yang juga berbanding lururs dengan progresifitas defek

lapang pandang pada gloukoma. Kedua aspek ini merupakan prediktor penting yang dapat

digunakan pada praktek klinik untuk membantu memprediksi perkembangan penyakit yang pada

akhirnya dapat membantu penatalaksanaan glaukoma.

Variasi tekanan intraokuler dan rerata tekanan intraokuler pada tiap kunjungan/folloe up

adalah prediktor yang baik bukan hanya signifikan untuk memprediksi progresifitas defek lapang

pandang tetapi juga karena hanya membutuhkan pemeriksaan sederhana, yaitu pemeriksaan

tekanan intraokuler dengan tonometer Schiotz yang dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan

primer.

Analisis Metodologi Jurnal

No Topik Keterangan

1 Judul dan Abstrak Abstrak jurnal menjelaskan secara ringkas isi jurnal

dan memberikan gambaran mengenai tujuan,

metode penelitian dan hasil.

Pendahuluan

2 Latar Belakang Ya, pada pendahuluan dijabarkan latar belakang

dilakukan penelitian ini dengan menampilkan data-

data dari penelitian sebelumnya terkait penelitian

yang dilakukan.

3 Tujuan Tujuan penelitian dijabarkan pada pendahuluan,

yaitu untuk mengetahui hubungan antara variasi

Page 11: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

TIO dengan progresifitas glaukoma.

Metodologi Penelitian

4 Populasi Populasi pada penelitian ini tidak dijabarkan secara

rinci, tetapi berdasarkan analisis dapat ditentukan

bahwa populasi target pada penelitian ini adalah

pasien glaukoma, dengan populasi terjangkau

adalah data rekam medis pasien glaukoma dari

United Stated Chart Reviem dalam jangka waktu 1

Juni 1990 hingga 22 Januari 2002

5 Sampling Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini

tidak disebutkan secara pasti. Dari penjabaran

sample penelitian, didapatkan bahwa sampel

diambil secara random dari kelompok yang telah

dipilih berdasarkan kriteria ekslusi dan inklusi.

6 Besar sampel Tidak dijabarkan mengenai penentuan sampel

minimal yang diperlukan untuk menghasilkan

kekuatan penelitian.

7 Rancangan penelitian Disebutkan bahwa penelitian ini merupakan study

Cohort retrospektif yang menggunakan data

sekunder yang berupa time series/berkala.

8 Prosedur penelitian Prosedur penelitian dijabarkan secara jelas dalam

penelitian. Dimana data yang dikumpulkan adalah

data rekam medis pasien yang berupa times series.

Definisi operasional variable bebas dan terikat juga

dijabarkan secara cukup rinci.

9 Teknik analisis data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian

ini adalah analisis univariat dan analisis multivariat.

Adapun analisis data pada penelitian ini dijelaskan

secara terperinci.

Hasil Penelitian

10 Alur penelitian Alur penelitian tidak dijabarkan secara jelas. Hanya

Page 12: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan

penelitian retrospektif.

11 Outcome dan Hasil Penelitian Hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif dan

dalam bentuk presentase yang dilampirkan dalam

bentuk table.

Diskusi

12 Interpretasi hasil Diskusi menjabarkan hasil penelitian secara lebih

sederhana dan makna klinis hasil penelitian. Juga

membandingkan antara hasil analisis pada Cohort 1

dan Cohort 2 serta beberapa perbandingan dari

penelitian sebelumnya. Selain itu, peneliti juga

memaparkan kekurangan dan kelebihan dari

penelitian ini.

13 Generalisasi Hasil penelitian ini bisa digeneralisasikan pada

populasi. Karena meskipun jumlah sampel pada

penelitian ini kecil, tetapi hal ini dapat diimbangi

dengan pemilihan sampel dengan kharakteristik

beragam sehingga cukup representative untuk

mewakili populasi penelitian.

14 Overall Evidence Penelitian ini menggunakan literature dan bukti

pada penelitian sebelumnya untuk menguatkan hasil

yang didapat pada penelitian.

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian

Kelebihan Kekurangan

a.Latar belakang dan tujuan dijabarkan dengan

jelas

b. Analisis data dijabarkan secara

terperinci

c.Diskusi dan aspek ilmiah dalam penelitian

a. Pemilihan sampel lebih kearah non-

probability sampling sehingga

memungkinkan timbulnya bias penelitian.

b. Tidak ada kelompok kontrol.

Page 13: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

dijabarkan dengan jelas

ANALISIS JURNAL

Association Between Intraocular Pressure Variation and Glaucoma

Progression: Data from a United States Chart Review

Nisia Putri Rinayu

H1A 007 046

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 14: ANALISIS JURNAL GLOUKOMA

UNIVERSITAS MATARAM

2012