carli (04071001051) tugas blok 2
DESCRIPTION
sesuatuTRANSCRIPT
Assignment
Blok 2“Understanding Bioethics Basic Value Throughout
Hypothethical case By Using Individual Practical Approach”
Ketua Koordinator Blok :
dr. Rizal Sanif Azhari
Nama Mahasiswi :
Carli
(04071001051)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2007
Case No.
Ethical Problem
1. dr. Tenar menggunakan satu ruangan dengan dua tempat tidur yang dipisah oleh
sebuah tirai.
2. dr. Tenar memberikan obat dan nasehat yang sama pada ketiga pasien pertama
dengan asumsi bahwa ketiganya sama –sama menderita demam biasa.
3. dr. Tenar menerima imbalan (kue dan voucher belanja) dari Laboratorium
”Titrasi Cepat” jika ia merujuk pemeriksaan laboratorium pasien dalam jumlah
tertentu.
4. Seorang teman lama dr. Tenar diperiksa di ruang pemeriksaan khusus tanpa
perlu mengantri.
5. Tanpa sengaja seorang wanita tua melihat adanya withe-yellowfish di celana
dalam teman dr. Tenar sehingga ia tidak ingin berbaring di tempat tidur tetapi
memilih disuntik dengan berdiri karena takut terinfeksi.
6. dr. Tenar memberi resep pada Ms. Modis tanpa melakukan pemeriksaan penting
terlebih dahulu namun hanya berdasarkan catatan rekam medis.
7. dr. Tenar tidak menjelaskan hasil scan kepala Mrs.Menor tetapi langsung
merujuknya ke bagian neurological rumah sakit.
8. dr. Tenar merujuk Mr. Garputala ke RS terdekat disertai dengan pemberian uang
sebesar Rp. 25.000,-.
9. dr. Tenar mendahulukan pertolongan terhadap Mr. Malthus (dalam kondisi
berdarah) pada saat giliran Ms. Rana diperiksa.
10. dr. Tenar bersedia menjadi mediator antara Ms. Rana dan ayahnya perihal
pengambilan uang ayahnya secara diam-diam guna menolong temannya untuk
aborsi.
Case No.
Alternative Based On Values System
1. dr. Tenar harus :
memaksimalisasikan kepuasan pasien.
Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan
Meminimalisasi akibat buruk
Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dari keburukan
Tidak memandang pasien sebagai objek
Menghargai privasi pasien
2 dr. Tenar harus :
Mengobati pasien secara proporsional
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Mencegah pasien dari bahaya
3 dr. Tenar harus :
Mengutamakan altruisme
Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan Dr. Tenar
Tidak memandang pasien sebagai objek
4 dr. Tenar harus :
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi
yang sama
Memberi kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
5 dr. Tenar harus :
Menghargai Privasi pasien
Menjaga rahasia pasien
Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
6 dr. Tenar harus :
Tidak memandang pasien sebagai objek
Mengobati pasien secara proporsional
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
7 dr. Tenar harus :
Melaksanakan informed
Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
Berterus terang
Menghindari misrepresentasi dari pasien
8 dr. Tenar harus :
Mencegah pasien dari bahaya
Melindungi pasien dari serangan
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
9 dr. Tenar harus :
Menolong pasien emergency
Mencegah pasien dari bahaya
Mengobati pasien secara proporsional
10. dr. Tenar harus :
Memandang pasien/keluarga atau sesuatu tidak hanya sejauh
menuntungkan dokter
Menerapkan Golden rule Principle
Case no.
Alternative Decision
1. Sebaiknya satu ruangan satu tempat tidur
Buat sebuah tembok pemisah untuk membagi ruangan tersebut
Memerikasa pasien satu persatu
Pasien selanjutnya yang akan diperiksa tetap menunggu di luar
2. Pemberian obat bukan hanya dilandasi oleh gejala penyakit tetapi
yang terpenting adalah dari pemeriksaan kesehatan pasien
Setiap pasien harus diperiksa secara teliti karena efek obat dari setiap
pasien akan selalu berbeda.
Dr. Tenar harus memeriksa pasien sesuai standar profesi (SP) dan
standar operasional prosedur(SOP) diamana sebelum memberi resep
dokter harus memeriksa fisik pasien.
3. dr. Tenar hanya memberitahu pemeriksaan apa yang benar-benar
dibutuhkan pasien bukan mengharusakan pasien untuk memeriksa di lab
tertentu.
dr. Tenar harus menginformasikan semua lab yang ada di kotanya
dan lalu membimbing pasien untuk memilih lab yang terbaik bagi pasien
bukan bagi dirinya.
4. dr. Tenar harus memeriksa pasien sesuai urutan daftar pemeriksaan
kecuali pasien dalam keadaan emergency.
dr. Tenar tidak membuat ruang khusus untuk pasien khusus.
dr. Tenar menarik honorarium yang sama (dapat dijangkau semua
lapisan) untuk semua pasien sehingga tidak timbul adanya istila “pasien
khusus”
5. dr. Tenar harus memeriksa pasien sesuai urutan daftar pemeriksaan
kecuali pasien dalam keadaan emergency.
dr. Tenar harus memastikan keadaan ruangan yang dapat menjaga kerahasian pasien
6. dr. Tenar harus melakukan beberapa pemeriksaan dasar terkait
riwayat kesehatan Mrs. Menor mis tekanan darah, detak jantung, dll.
Medical record hanya dijadikan dasar pertimbangan dalam pemberian
resep tetapi sebelum memberi resep harus terlebih dahulu di cek
relevansi reaksi obat terdahulu dengan kondisi baru saat pemeriksaan.
Dr. Tenar harus memeriksa pasien sesuai standar profesi (SP) dan
standar operasional prosedur(SOP) dimana sebelum memberi resep
dokter harus memeriksa fisik pasien dan memberi informasi mengenai
kondisi kesehatan pasien.
7. dr.Tenar sebelum merujuk harus menjelaskan terlebih dahulu kondisi
Miss Modis berdasarkan hasil scan secara jujur serta alasan beliau
merujuk
Dr. Tenar harus memeriksa pasien sesuai standar profesi (SP) dan
standar operasional prosedur(SOP) dimana sebelum merujuk dokter
harus memberi informasi mengenai kondisi pasien dan membimbing
pasein membuta keputusan terbaik mengenai kesehatannya.
8. dr. Tenar harus menjelaskan kondisi Mr. Garputala yang sebenarnya
serta resiko dan keuntungan perujukannya ke RS.
dr. Tenar harus memastikan bahwa RS rujukannya tepat (sarana,
prasarana serta dokter yang berkompeten untuk menangani Mr.
garputala).
dr. Tenar harus menginformasikan kondisi dan keberadaan Mr.
Garputala kepada keluarganya.
9. dr. Tenar harus menjelaskan secara singkat kepada Ms. Rana tentang
kondisis Mr. Malthus yang butuh pertolongan segera dengan sopan.
dr. Tenar harus dapat mengontrol situasi agar tetap tenang dan tidak
panic.
10. dr. Tenar harus membimbing Ms. Rana agar berani menghadapi
masalahnya (berterus terang dengan ayahnya) bukan lari dan meminta
orang lain untuk menyelesaikannya.
dr. Tenar harus menjelaskan mengenai resiko dari tindakan aborsi
dan berbagai pertimbangan moral, agama, hokum sehingga ia bias
membujuk temannya untuk melakukan hal tersebut.
Case No.
Self Assessment
1. Beneficence
2. dr. Tenar tidak menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia (-)
3. dr. Tenar tidak memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter (-)
4. dr. Tenar tidak mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dari
keburukan(-)
13. dr. Tenar tidak memaksimalisasikan kepuasan pasien (-)
2 Non maleficence
7. dr. Tenar tidak mengobati pasien secara proporsional (-)
8. dr. Tenar tidak mencegah pasien dari bahaya (-)
10. dr. Tenar beresiko membahayakan pasien karena kelalaian (-)
3 Beneficence
1. dr. Tenar tidak mengutamakan altruisme (-)
3. dr. Tenar tidak memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan
Dr. Tenar (-)
4 Justice
3. dr. Tenar tidak memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi
dalam
posisi yang sama (-)
10. dr. Tenar tidak memberi kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien (-)
5 Autonomy
4. dr. Tenar tidak menghargai Privasi pasien (-)
5. dr. Tenar tidak menjaga rahasia pasien (-)
9. dr. Tenar mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien (-)
6 Non maleficence
6. dr. Tenar memandang pasien sebagai objek (-)
7. dr. Tenar tidak mengobati pasien secara proporcional (-)
dr. Tenar beresiko membahayakan pasien karena kelalaian (-)
7 Autonomy
3. dr. Tenar tidak berterus terang (-)
7. dr. Tenar tidak melaksanakan informed (-)
9. dr. Tenar mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien (-)
8 Non maleficence
8. dr. Tenar mencegah pasien dari bahaya (-)
12. dr. Tenar melindungi pasien dari serangan (-)
9 Non maleficence
1. dr. Tenar menolong pasien emergency (-)
7. dr. Tenar mengobati pasien secara proporcional (-)
8. dr. Tenar mencegah pasien dari bahaya (-)
10. Beneficence
3. dr. Tenar tidak memandang pasien/keluarga atau sesuatu tidak hanya
sejauh menuntungkan dokter (-)
16. dr. Tenar tidak menerapkan Golden rule Principle (-)
Case No.
Verification
1. Utilitarian
dr. Tenar hanya mementingkan keuntungan dirinya sendiri sebab dengan
dua tempat tidur di satu ruangan dia bisa melayani lebih banyak pasien
dalam satu kali praktek.
dr. Tenar tidak mengindahkan hak privacy pasien dan kewajibannya
untuk menjaga kerahasiaannya pasien.
2. Individualisme
dr. Tenar menggunakannya hak dokternya secara
paternalistic(pendekatan physician center diamana dokter seakan tahu
segalanya) sehingga ketika dia mendengar pasien ketiga pasien memiliki
keluhan sama mereka diberi obat dan nasehat yang sama.
3. Utilitarian
dr. Tenar mementingkan keuntungannya sendiri denagn harapan
mendapat imbalan dari pemilik laboratorium ”Titrasi Cepat” sehingga
mempengaruhi pertimbangannya dalam memutuskan apakah kondisi
pasien memang betul-betul membutuhkan pemeriksaana lab atau tidak.
4. Feminisme
Adanya ikatan emosional persahabatan (teman lama) antara dr. Tenar
dengan laki-laki tersebut sehingga ia tidak melakukan pemeriksaan
dengan cara yang lebih special (tidak perlu antri + diperiksa di ruangan
khusus).
5. Individualisme
Wanita tua itu menggunakan haknya sebagai pasien untuk menolak
dilakukan tindakan medis (disuntik) di ranjang diamana dilihatnya baru
saja seorang laki-laki dengan penyakit kelamin menggunakan ranjang
tersebut.
6. Individualisme
dr. Tenar menggunakan haknya secara paternalistic dalam memberi resep
berdasarkan rekam medis Ms. Modis tanpa mempertimbangkan bahwa
suatu obat/terapi bisa cocok atau tidak di setiap kondisi pasien maka itu
penting dilakukannya pemeriksaan sebelum menulis resep.
7. Individualisme
dr. Tenar menggunakan haknya secara paternalistic untuk menentukan
apa yang terbaik bagi Mrs. Menor tanpa mempertimbangkan hak-hak
Mrs. Menor sebagai pasien.
8. Utilitarian
dr. Tenar merujuk Mr. Garputala ke RS karena ia merasa bahwa hasilnya
akan lebih baik bagi kesehatan Mr. Garputala bila ia dirawat disana.
9. Utilitarian
dr. Tenar meyakini bahwa hasilnya akan lebih menguntungkan bila ia
menangani Mr. Malthus terlebih dahulu dibanding Ms. Rana sebab hal ini
berhubungan dengan nyawa Mr. Malthus.
10. Feminisme
dr. Tenar mencoba membantu Ms. Rana berbicara pada ayahnya karena
adanya suatu ikatan emosional untuk bisa berjasa atau dekat dengan
ayahnya yang notabene adalah seorang anggota DPR.
Case No.
Reason
1. Penggunaan satu ruangan dengan dua tempat tidur yang dipisah oleh sebuah tirai
adalah tidak etis/tepat sebab dengan begitu rahasia kesehatan pasien tidak
terjaga, selain itu dapat menciptakan ketidakakuratan pemeriksaan dan
pengobatan karena pasien menjadi tidak mau terbuka terkait hal-hal yang privasi.
2. Pemberian obat dan nasehat yang sama untuk pasien dengan gejala yang sama
adalah tidak etis/tepat karena suatu obat atau terapi tidak akan bisa sesuai dengan
semua pasien maka dari itu gejala yang sama bukanlah landasan yang kuat untuk
menyamaratakan kondisi kesehatan seseorang.
3. Perujukan pasien ke laboratorium yang memberikan imbalan adalah tidak
etis/tepat sebab dokter dianggap mengorbankan profesinya dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan kesehatan pasien. Karena target atas imbalan
dokter bisa saja menrujuk pasien untuk cek lab tanpa alas an dan kegunaan yang
jelas.
4. Mengkhususkan kenalan/kerabat dengan melanggar urutan dafar pemeriksaan
adalah tidak etis/tepat karena seorang dokter sudah bersumpah bahwa dalam
melaksanakan kewajibannya terhadap pasien ia tidak boleh dipengaruhi
kepentingan pribadi.
5. Tindakan wanita tua menolak disuntik di ranjang tempat laki-laki yang memiliki
whithe-yellowfish di celana dalamnya adalah tidak bisa disalahkan mengingat
pasien mempunyai hak untuk menolak tetapi masalahnya adalah ketidaketisan
pelayanan dokter sehingga menyebabkan semua itu terjadise padahal kewajiban
dokter untuk menjaga rahasia kesehatan pasiennya yang laki-laki itu.
6. Tindakan pemberian resep tanpa pemeriksaan terlebih dahulu dan hanya
berdasarkan data rekam medik adalah tidak etis/tepat karena setiap waktu
perubahan kondisi tubuh dapat mempengaruhi kecocokan terhadap obat.
7. Tindakan pengambilan keputusan atas rujukan tanpa menginformasikan terlebih
dahulu pada pasien adalah tidak etis/tepat karena hak pasien dalam mengambil
keputusan terkait kesehatannya bukan dokter dan juga pasien berhak
mendapatkan informasi perihal kondisi kesehatan yang sejujurnya.
8. Tindakan dokter yang merujuk pasien ke RS apabila dirasa ia tidak mampu
adalah tepat namun sebaiknya dalam merujuk haruslah dengan cara yang sopan
(tanpa perlu berteriak), membuat surat rujukan perihal kondisi pasien saat
dirawatnya serta menginformasikannya pada keluarga pasien alas an perujukan.
9. Tindakan mengutamakan pertolongan terhadap pasien yang emergency adalah
tepat karena sudah menupakan kewajiban seorang dokter dan adalah suatu
landasan bertindak dokter untuk melakukan kewajibannya sesuai prinsip prima
facie (mengedepankan yang terpenting bagi pasien).
10. Tindakan menjadi mediator adalah kurang etis/tepat sebab yang seharusnya
dilakukan dr. Tenar adalah harus membimbing Ms. Rana untuk menghadapi
masalahnya dengan berterus terang pada ayahnya dan berusaha meyakinkannya
bahwa ia harus mencegah temannya dalam melakukan tindakan aborsi.
Etika Mengenai Tindakan dr. Tenar
Dr. Tenar adalah seorang dokter umum yang melakukan praktik setiap hari
bahkan pasiennya bertambah banyak di hari Sabtu dan Minggu. Oleh karena itu
beliau menggunakan dua tempat tidur di dalam satu ruangan untuk
mempermudahkannya memeriksa dengan cepat.
Di pandang dari segi etika , tindakannya menempatkan dua tempat tidur
dalam satu ruangan adalah tidak etis karena dr. Tenar telah melanggar kose etik
kedokteran yakni mengenai kewajibannya terhadap pasien untuk menjaga
kerahasiaan pasien, selain itu dalam menunaikan kewajibannya seorang dokter harus
mendahulukan kepentingan pasien bukan malah mengedepankan keuntungan pribadi
yang hendak dicapai.
Seharusnya dr. Tenar menggunakan satu tempat tidur saja dan memeriksa
pasiennya secara satu persatu dengan begitu pasien akan lebih yakin bahwa
kerahasiaanya terjamin dan mereka dapat lebih terbuka dalam mengungkapkan
keluhannya yang bersifat pribadi. Keterbukaan dari pasien adalah factor penting
keberhasilan hubungan dokter-pasien sebab dengan melakukan pendekatan secara
holistic proses penyembuhan akan lebih cepat karena dokter dimampukan untuk
mengobati fisik dan mental pasien.
Pada hari Sabtu dan Minggu yang lalu dr. Tenar menangani 10 pasien. Ketiga
pasien pertama yang datang dengan gejala penyakit yang sama yakni demam biasa.
dr. Tenar lalu memberi ketiganya jenis obat dan nasehat yang sama. Dipandang dari
segi etika, tindakan beliau adalah tidak etis sebab sebelum memberi obat menurut
standar profesi (SP) dan standar prosedur profesi (SOP) dokter harus melakukan
pemeriksaan fisik sebab kecocokan suatu obat tidaklah sama pada setiap orang
sekalipun mereka memiliki keluhan yang sama.
Selain itu dalam merujuk pasien untuk pemeriksaan laboratorium dr. Tenar
dipengaruhi oleh pertimbangan bonus (kue dan voucher belanja) yang disediakan
oleh pemilik lab. Tindakan ini dipandang tidak etis jika beliau sampai mengorbankan
profesi kedokterannya. Mengorbankan dalam arti karena ingin meraih keuntungan
semata dokter menjadi tidak rasional dalam merujuk pasien. Beliau bisa saja merujuk
pasien tanpa alasan yang jelas, pasien yang semulanya tidak memerlukan
pemeriksaan lab tetapi karena iming-iming mencapai target bonus beliau rujuk pasien
untuk pemeriksaan lab. Oleh karena itu sebaiknya beliau memberikan semua
informais mengenai semua lab yang ada dan lalu membimbing pasien untuk memilih
lab yang terbaik padi kepentingan pasien.
Paien keempat dr. Tenar diperiksa di tempat khusus dan tanpa perlu mengantri
sebab ia adalah teman lama dr. Tenar. Tindakan ini tidak etis sebab dr. Tenar
melanggar kewajibannya terhadap pasien untuk tidak dipengaruhi pertimbangan
pribadi dalam melayani pasien. Semua pasien mempunyai hak yang sama maka dari
itu beliau seharusnya memeriksa pasien sesuai daftar urutan pendaftaran dan
alangkah baiknya jika beliau menarik honorarium yang sama (terjangkau semua
lapisan) agar tidak muncul adanya pasien ”spesial”.
Pasien kelima dr. Tenar adalah seorang wanita tua yang tanpa sengaja melihat
seorang lelaki muda yang terdapat white-yellowfish di celana dalamnya sewaktu mau
memakai kembali celana sehingga wanita tua itu memeilih untuk disuntik secara
berdiri karena takut terinfeksi penyakit lelaki tadi. Keinginan wanita tersebut tidak
bisa disalahkan mengingat setiap pasien mempunyai hak untuk menolak hanya yang
menjadi permasalahan etis adalah prosedur pelayanan dr. Tenar yang menyebabkan
semua ini terjadi. Padahal adalah kewajiban dokter untuk menjaga rahasia penyakit
pasien.
Oleh karena itu yang harus diubah oleh dr. Tenar adalah prosedurnya dalam
melayani pasein. Beliau harus memanggil berdasarkan urutan daftar periksa dan
mengusahakan agar membuat suasana dan kondisi yang dapat menjaga kerahasiaan
pasien misalnya dengan cara membuat aturan bahwa pasien baru dapat masuk
sesudah namanya dipanggil.
Pasien keenam dr. Tenar adalah Ms. Modis, pasien ini diberi resep tanpa
pemeriksaan fisik yang penting seperti tensi darah tetapi langsung diberi resep
dengan melihat catatan rekam medis pasien. Tindakan ini tidak etis sebab dokter
berdasarkan SP dan SOP harus melakukan pemeriksaan fisik sebelum memberi resep.
Selain itu dalam memberi resep dokter harus memperhatikan bahwa kecocokan obat
pada pasien itu adalah tidak selalu sama dari waktu ke waktu tergantung kondisi dan
kesehatan pasien maka dari itu tidaklah tepat memberi obat hanya mengandalkan
catatan rekam medis pasien.
Pasien ketujuh dr. Tenar adalah Mrs. Menor, pasien ini dirujuk ke bagian
neurological RS tanpa memberi penjelasan atas hasil scan kepala yang telah
dilakukannya. Tindakan ini tidak etis sebab setiap memiliki hak untuk mendapatkan
informasi mengenai kesehatannya dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan
berkenaan dengan pengobatannya. Dokter tidak seharusnya mengintervensi
keputusan pengobatan tanpa menanyakan persetujuan pasien.
Pasien kedelapan dr. Tenar adalah Mr. Garputala, pasien ini dirujuk ke RS
karena dirasa keadaannya akan lebih baik bila di bawa ke RS. Tindakan dokter
merujuk apabila dirasa tidak mampu adalah tepat hanya saja menjadi tidak etis
apabila ia tidak menyertakan surat rujukan dan merujuk dengan cara yang kurang
sopan (dengan berteriak).
Pasien kesembilan dr. Tenar adalah Mr. Malthus yang datang dalam keadaan
emergency sehingga beliau mendahului menolong Mr. Malthus meski semula adalah
giliran Ms. Rana. Tindakan mendahului pertolongan pasien yang emergency adalah
tepat/etis. Selain itu dokter memang harus menunaikan kewajibannya sesuai prinsip
prima facie (mendahulukan pasien gawat). Namun ada baiknya dokter atau
perwakilannya memberi penjelasan singkat saja pada Ms. Rana.
Pasien terakhir dr. Tenar adalah Ms. Rana, pasien ini meminta dr. Tenar
menjadi mediator untuk berbicara dan ayahnya. Tindakan ini adalah tidak etis secara
nilai moral sebab tidak seharusnya ia membantu Rana untuk tidak menghadapi
masalahnya sendiri di tambah lagi ia tidak ada hubungan keluarga atau kenalan dekat
dengan keluarga pasein. Selain itu dari sudut etika kedokteran seharusnya dr. Tenar
berusaha meyakinkan Ms. Rana untuk membujuk temannya membatalkan niat aborsi
baik dari segi hukum, agama, etika dan menjelaskan resiko medis terkait kesehatan
orang yang melakukan aborsi mengingat peran dokter selain menyembuhkan pasein
adalah juga sebagai pendidik sehingga tercapailah visi dan misi kedokteran yakni
menyehatkan masyarakat secara fsik-mental-sosial.
dr. Tenar sebaiknya lebih meningkatkan kesadarannya akan tugas, kewajiban,
sumpah, janji profesinya, hak pasien. Ia diharapkan dapat lebih menjunjung tinggi
kewajibannya untuk mendahului kepentingan pasien diatas keuntungan pribadi
semata sehingga dengan sendirinya muncul tanggungjawab moral untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien sesuai standar profesi, standar operasional
prosedur, dan pengambila keputusan berbasis kaidah dasar bioetika.