core.ac.uk · definisi ten tang kalirnat, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya...

14
- - PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP SINTAKSIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MEDIA PETA KONSEP PADA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Sudaryanto FBS Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak This classroom action research aims to improve the mastery of Indonesian syntactic concepts of the students of the Indonesian Language and Literature Education Study Program, the Faculty of Languages and Arts, the Yogyakarta State University, through the concept-mapping learning media. This 'classroom action research applied John Elliott's model or design. There were two cycles in the research, each of which consisted of four steps. To investigate the improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts, the research employed a test, of which the contents were about sentences, sentence patterns, clauses, phrases, constituents, and immediate constituents. On the basis of the research findings, it can be concluded that the concept- mapping media can improve the mastery of Indonesian syntactic concepts of the students involved in the research, i.e. the students of the Indonesian Language and Literature Education Study Program, the Faculty of Languages and Arts, the Yogyakarta State University. The improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts is proved by the increase of the mean score of the pretest, which is 3.62, to a mean score of 5.74 after the learning process applying the concept- mapping media in Cycle I. Meanwhile, after the application of the concept-making media in the learning process in Cycle II, the mean score achieved by the students is 8.49. The improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts is also proved by the mean score of the posttest; 16 students (88.89 %) achieve a score of higher than 8.00 and only 2 students (11.11 %) achieve a score of lower than 8.00. Key words: learning media, concept-mapping, syntactic concepts A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Selama ini perkuliahan sin- taksis bahasa Indonesia yang berlang- sung pad a Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY masih belum memuaskan. Dikatakan demikian, karena mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sintaksis ham- pir sebagian besar mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep sin- taksis sehingga nilai yang diperoleh mahasiswa tidak memuaskan karena hanya rata-rata nilainya rendah (C). Tidak memuaskannya hasil belajar mahasiswa ini dengan sendirinya sangat ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya motivasi belajar mahasiswa yang rendah, kurangnya tersedia sa- rana belajar, media perkuliahan yang tidak tepat, metode pembelajaran yang diterapkan dosen yang tidak tepat, dan sebagainya. Sebagai upaya untuk me- ningkatkan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh dosen dapat di- tempuh melalui berbagai cara. Dengan 110

Upload: others

Post on 13-Sep-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

- -

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP SINTAKSIS BAHASAINDONESIA MELALUI PENERAPAN MEDIA PETA KONSEP

PADA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SudaryantoFBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak

This classroom action research aims to improve the mastery of Indonesiansyntactic concepts of the students of the Indonesian Language and LiteratureEducation Study Program, the Faculty of Languages and Arts, the Yogyakarta StateUniversity, through the concept-mapping learning media.

This 'classroom action research applied John Elliott's model or design.There were two cycles in the research, each of which consisted of four steps. Toinvestigate the improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts, theresearch employed a test, of which the contents were about sentences, sentencepatterns, clauses, phrases, constituents, and immediate constituents.

On the basis of the research findings, it can be concluded that the concept-mapping media can improve the mastery of Indonesian syntactic concepts of thestudents involved in the research, i.e. the students of the Indonesian Language andLiterature Education Study Program, the Faculty of Languages and Arts, theYogyakarta State University. The improvement of the mastery of Indonesiansyntactic concepts is proved by the increase of the mean score of the pretest, whichis 3.62, to a mean score of 5.74 after the learning process applying the concept-mapping media in Cycle I. Meanwhile, after the application of the concept-makingmedia in the learning process in Cycle II, the mean score achieved by the studentsis 8.49. The improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts is alsoproved by the mean score of the posttest; 16 students (88.89 %) achieve a score ofhigher than 8.00 and only 2 students (11.11 %) achieve a score of lower than 8.00.

Key words: learning media, concept-mapping, syntactic concepts

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang MasalahSelama ini perkuliahan sin-

taksis bahasa Indonesia yang berlang-sung pad a Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia FBS UNYmasih belum memuaskan. Dikatakan

demikian, karena mahasiswa yangmengambil mata kuliah Sintaksis ham-pir sebagian besar mengalami kesulitandalam memahami konsep-konsep sin-taksis sehingga nilai yang diperolehmahasiswa tidak memuaskan karena

hanya rata-rata nilainya rendah (C).Tidak memuaskannya hasil belajarmahasiswa ini dengan sendirinyasangat ditentukan oleh berbagai faktor,misalnya motivasi belajar mahasiswayang rendah, kurangnya tersedia sa-rana belajar, media perkuliahan yangtidak tepat, metode pembelajaran yangditerapkan dosen yang tidak tepat, dansebagainya. Sebagai upaya untuk me-ningkatkan kegiatan belajar-mengajaryang dilakukan oleh dosen dapat di-tempuh melalui berbagai cara. Dengan

110

peningkatan kegiatan belajar-mengajartersebut selanjutnya diharapkan keber-hasilan belajar mahasiswa menjadi me-ningkat pula. Keberhasilan perkuliah-an Sintaksis ini di antaranya ditandaidengan nilai yang diperoleh mahasiswatidak hanya C, tetapi lebih dari itu, mi-saInya B-, B, B+,A- atau bahkan A.

Selanjutnya, berdasarkan pra-survei yang dilakukan sebelum di-lakukannya tindakan dengan caramemberikan pretes, yang isinya ber-kaitan dengan konsep-konsep sintaksisdiperoleh skor rata-rata 16,67 darijumlah soal sebanyak 46 buah dengansetiap item soal dengan jawaban betuldiberi skor 1 dan apabila jawaban yangsalah diberi skor O. Apabila skor ituditransfer dengan rentangan nilai 0 -10atau 0 - 100, rata-rata nilai yang di-peroleh mahasiswa sebesar 3,62 atau36,20. Hal itu dapat diartikan bahwapenguasaan mahasiswa terhadapkonsep-konsep sintaksis sebelum di-laksanakan tindakan baru memilikisebesar 36,20 % atau boleh dikatakanmasih sangat rendah karena masihbelum mencapai 60 %. Untuk mem-perbaiki kondisi pembelajaran sintaksisbahasa Indonesia sehingga mahasiswadiharapkan benar-benar mempunyaipenguasaan konsep-konsep sintaksissehingga mereka mampu menyusunkalimat bahasa Indonesia dengan benardapat dilaksanakan melalui berbagaicara. Salah satu altematif untuk meng-atasi hal itu adalah dilakukan dengancara penerapan penelitian tindakankelas (PTK) atau classroon action re-search. Adapun alasan digunakan jenispenelitian tindakan kelas sebagai upayauntuk meningkatkan penguasaanmahasiswa terhadap konsep-konsepsintaksis bahasa Indonesia karena salah

satu manfaat jenis penelitian ini ialah

111

untuk memperbaiki suatu keadaan ataukondisi suatu fenomena tertentu.

Sebenamya cukup banyak pen-dekatan, metode, strategi, media, atau-pun teknik pembelajaran yang dapatditerapkan untuk meningkatkan pe-nguasan konsep-konsep sintaksis. Da-lam kesempatan penelitian ini sebagaiupaya untuk meningkatkan pengu-asaan konsep-konsep sintaksis bahasaIndonesia dicoba digunakan mediapembelajaran yang dikenal denganistilah media peta konsep (Concept map).

Digunakannya media peta kon-sep ini untuk meningkatkan pembel-ajaran mata kuliah Sintaksis karenaadanya berbagai kebaikan yang ter-dapat di dalam media tersebut. Ke-baikan media tersebut di antaranyadengan adanya peta konsep berartimedia yang bersangkutan mampumenghubungkan antara konsep yangsatu dengan konsep yang lain dalamsuatu koridor kekalimatan. Selanjut-nya, adanya hubungan konsep-konsepitu pula akan menjadikan perhatian danminat mahasiswa berkembang. Disamping itu, adanya bentuk hubunganantara konsep yang satu dengan kon-sep lainnya berarti pengetahuan maha-siswa menjadi lebih luas dan menjadilebih detail, yang selanjutnya kepe-milikian konsep-konsep mahasiswayang bersangkutan menjadi bermakna.

2. Tujuan PenelitianPenelitian tindakan kelas ini

memiliki tujuan untuk meningkatkanpenguasaan konsep-konsep sintaksisbahasa Indonesia dengan menerapkanmedia pembelajaran peta konsep bagimahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasadan Sasatra Indonesia FBS UNY.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

'- ~-'.-..- -- . '" ~-_. -..

112

3. Kajian Teoretisa. Hakikat Sintaksis

Sintaksis sebagai salah satucabang Linguistik sering dinamakan se-bagai tata kalirnat meskipun peng-gunaan istilah itu kurang tepat. Dikata-kan demikian, karena cabang Linguistiktersebut biasanya mempelajari bagai-mana suatu kalimat dalam suatu

bahasa itu dibentuk oleh masyarakatpemakainya. Tata kalirnat menganali-sis satuan gramatikal sebesar satu ataulebih daripada satu kata (Verhaar, 1984:60). Selanjutnya, dikatakan pula olehVerhaar bahwa masalah seperti macam-macam satuan sintaksis dan macam-

macam hubungan di antara satuan-satuan itulah yang diselidiki olehSintaksis. Sementara itu, Keraf (1978)menyebutkan bahwa sintaksis adalahbahagian dari tata bahasa yang mem-pelajari dasar-dasar dan proses-prosespembentukan kalimat dalam suatubahasa. Sementara itu, Ramlan (1983:17) mengatakan bahwa Sintaksis ialahcabang ilmu bahasa yang mem-bicarakan seluk-beluk wac ana, kalimat,klausa, dan frasa.

a. KalirnatMenurut Alwi dkk. (1993: 349),

yang dirnaksud dengan kalimat adalahsatuan bahasa terkecil, dalam wujudlisan atau tulisan yang mengungkapkanpikiran yang utuh. selanjutnyadijelaskan olehnya bahwa dalam wujudlisan, kalimat diucapkan dengan suaranaik turun dan keras lembut, diselajeda, dan diakhiri dengan intonasi akhiryang diikuti oleh kesenyapan yangmencegah terjadinya perpaduan atauasimilasi bunyi atau proses fonologislainnya. Semen tara itu, dalam wujudtulisan berhuruf Latin, kalimat dirnulaidengan huruf kapital dan diakhiri

dengan tanda titik, tanda tanya, atautanda seru.

Menurut Tata Bahasa Tradisional(Keraf, 1975: 154), kalirnat dikatakan se-bagai satuan kumpulan kata yangterkecil yang mengandung pikiranyang lengkap. Sementara itu, Keraf(1975: 156) menyatakan bahwa kalimatadalah satu bagian ujaran yang dida-hului dan diikuti oleh kesenyapan,sedangkan intonasinya menunjukkanbahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.Adapun Ramlan (1983: 22) memberikandefinisi ten tang kalirnat, kalimat adalahsatuan gramatik yang dibatasi olehadanya jeda panjang yang disertai nadaakhir turun atau naik.

Berdasakan pendapat-pendapatahli di atas, selanjutnya dapat dikata-kan bahwa yang dirnaksud denganistilah kalimat adalah satuan bahasa

yang memiliki makna lengkap danutuh, yang diawali dengan kesenyapanawal dan diakhiri dengan kesenyapanfinal.

Menurut Keraf (1978: 159), adabeberapa jenis kalirnat ditinjau dariberbagai sudut pandang. selanjutnya,dikemukakan olehnya bahwa:a) berdasarkan kontumya, terdapat

kalimat minim dan kalimat panjang;b) berdasarkan jumlah unsur pusat/

inti, terdapat kalimat minor danmayor;

c) berdasarkan sudah mengalamiperubahan atau belum, terdapat ka-limat inti dan kalimat transfoe-masional;

d) berdasarkan jumlah pola kalimat(klausa), terdapat kalimat tunggaldan kalimat majemuk;

e) berdasarkan situasi dan bentuk-bentuk khusus yang digunakan,pada kalimat tunggal terdapat kali-mat berita, kalimat tanya, dankalirnat perintah;

Litera, Volume 6, Nomor 1,Januari 2007

f) berdasarkan sifat hubungannya,pada kalimat majemuk, terdapatkalimat majemuk setara, bertingkat,dan campuran;

Pembagian jenis kalimat yangdikemukakan oleh Keraf di atas agakberbeda dengan pembagian jenis kali-mat yang dikemukakan oleh Alwi dkk(1993: 378). Mereka membagi kalimatmenjadi beberapa jenis ditinjau dariberbagai sudut pandang, yaitu:a) berdasarkan jumlah klausa, terdapat

kalimat tunggal dan kalimat maje-muk;

b) berdasarkan kategori predikatnya,pada kalimat tunggal terdapat ka-limat nominal, kalimat adjektival,kalimat verbal, dan kalimatnumeral;

c) berdasarkan kemungkinan keha-diran nomina atau frasa nominal

pemerlengkapannya, terdapat ka-limat taktransitif, kalimat ekatran-sitif, kalimat dwitransitif, dan kali-mat semitransitif;

d) berdasarkan macam verba yangmenjadi predikatnya, subjek danobjek, serta bentuk verba yang di-pakai, terdapat kalimat aktif dankalimat pasif;

e) berdasarkan bentuk sintaksisnya,terdapat kalimat deklaratif, kalimatinterogatif, kalimat imperatif,dankalimat eksklamatif;

f) berdasarkan ada tidaknya subjekdan predikat, terdapat kalimat leng-kap (mayor) dan kalimat taklengkap (minor);

g) berdasarkan urutan subjek danpredikatnya, terdapat kalimat susunbiasa dan kalimat inversi.

Apabila diperhatikan dari ke-dua kelompok ahli di atas, prinsipnyakeduanya dapat dipandang saling me-lengkapi. Maksudnya, yang tidak ter-dapat di dalam pembagian kalimatnya

113

Keraf dilengkapi dengan yang terdapatdi dalam pembagiannya Alwi dkk. Mi-salnya di dalam pembagian Keraf tidakterdapat jenis kalimat ekatransitif,dwitransitif, tetapi di dalam pembagianAlwi dkk. jenis kalimat tersebutterdapat di dalamnya. Begitu pulasebaliknya, yang tidak terdapat didalam pembagiannya Alwi dkk. jeniskalimat itu terdapat di dalampembagiannya Keraf, misalnya jeniskalimat berdasarkan konturnya.

b. KlausaAhli-ahli bahasa tradisional

pada umumnya belum menyinggungmasalah klausa. Klausa banyak dibi-carakan sesudah merebaknya pahamLinguistik Strukturalisme. Ahli yangbanyak berbicara masalah klausa diantaranya Verhaar (1984 dan 2001),Ramlan (1983), Alwi dkk. (1993), danKridalaksana (1984). Menurut Ramlan(1983: 78) yang dinamakan klausa ada-lah satuan gramatik yang terdiri daripredikat atau P, baik disertai dengan 5,0, Pel., dan Ket. maupun tidak. Se-lanjutnya, dijelaskan bahwa secararingkas klausa ialah (5) P (0) (Pel)(Ket), dan unsur-unsur yang terdapat didalam tanda kurung sifatnya mana-suka, atau boleh ada boleh tidak. Na-

mun, lebih lanjut dikatakan pula bahwaunsur inti klausa adalah 5 dan P karena

sebagian besar kalimat memgandungunsur 5 dan P.

Menurut Ramlan (1993: 79),klausa dapat dikaji berdasarkan tigamacam cara, yaitu berdasarkan: (1)fungsi unsur-unsurnya, (2) kategorikata atau frasa yang menjadi unsurnya,dan (3) makna unsur-unsurnya. Selan-jutnya, Ramlan (1993: 123) mengkla-sifikasikan klausa berdasarkan tiga hal,yaitu berdasarkan: (1) struktur intern,(2) ada tidaknya kata negative yang

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

114

secara gramatik menegatifkan P, dan (3)kategori kata atau frasa yang mendu-duki fungsi P.

Berdasarkan struktur intem-

nya, klausa dapat dikategorikan men-jadi: a) klausa lengkap dan b) klausa taklengkap, sedangkan klausa lengkapterdiri dari: (1) klausa lengkap susunbiasa dan klausa lengkap susun batikatau inversi. Selanjutnya, berdasarkanada tidaknya kata negatifnya yangterdapat di dalam suatu klausa, klausadapat dibedakan menjadi: a) klausapositif dan b) klausa negatif. Adapunberdasarkan kategori kata atau frasayang menduduki fungsi P, terdapatklausa: a) nominal, b) verbal, c) bi-langan, dan c) depan. Sementara itu, didalam klausa verbal terdapat beberapajenis , yaitu klausa verbal: (1) ajektif, (2)yang intransitif, (3) yang aktif, (4) yangpas if, (5) yang refleksif, dan (6) yangresiprok.

c. FrasaMenurut Kridalaksana (1984:

53) dan Kamus Besar Bahasa Indonesiaatau KBBI (1996: 281) frasa ialah ga-bungan dua kata atau lebih yang si-fatnya tidak predikatif; dan gabunganitu dapat rapat, dapat renggang. Se-mentara itu, menurut Verhaar (1984: 97)frasa adalah satuan bahasa yang tidakmelampaui batas fungsi yang didu-dukinya. Pendapat senada disampai-kan oleh Ramlan (1983: 137), yangmenyatakan bahwa frasa adalah satuangramatik yang terdiri dari dua kataatau lebih yang tidak melampaui batasfungsi. Adapun pengertian tidak me-lampaui batas fungsi adalah frasahanya memiliki satu fungsi dalamsuatu kalimat.

Frasa atau kelompok kata me-miliki beberapa jenis, hal itu ber-gantung dari sudut mana frasa itu

ditinjau. Menurut Alwi dkk. (1993)frasa dapat dibedakan menjadi frasaverbal, nominal, pronominal, dannumeral). Adapun Ramlan (19983: 144)membedakan frasa berdasarkankategori katanya menjadi lima macam,yaitu frasa: (1) nominal, (2) verbal, (3)bilangan, (4) keterangan, dan (5) depan.Lebih jauh lagi, Ramlan mengklasifika-sikan frasa berdasarkan konstruksinya,yaitu menjadi: (1) frasa berkonstruksiendosentrik dan (2) frasa berkonstruksieksosentrik.a) Frasa Berkonstruksi Endosentrik

Menurut Ramlan (1983: 142),yang dimaksud dengan frasa ber-konstruksi endosentrik adalah frasa

yang memiliki distribusi yang sarnadengan unsumya, baik semua un-sumya maupun salah satu dari unsur-nya. Selanjutnya, Ramlan mengkla-sifikasikan satuan gramatika yangtermasuk jenis frasa endosentrik, yaitufrasa endosentrik yang: (1) koordinatif,(2) atributif, dan (3) apositif.b) Frasa Berkonstruksi Eksosentrik

Menurut Ramlan (1983: 142)yang dimaksud dengan frasa berkon-struksi eksosentrik adalah frasa yangsalah satu unsumya tidak memiliki dis-tribusi yang sarna dengan semua unsur-nya. Terkait dengan frasa berkon-struksi eksosentrik ini, temyata Ramlanlebih lanjut tidak memberikan jenisatau klasifikasinya. Dia hanya mem-berikan beberapa contoh susunan katayang dapat dikategorikan sebagai frasaberkonstruksi eksosentrik.

b. Media Peta KonsepDalam bidang Biologi dikenal

adanya peta konsep dari hal yangsangat umum, yaitu tentang kehidupansampai pada hal yang spesifik, yaituBiologi Terapan (Brum and McKane,1989). Selanjutnya, oleh Brum dan

Litera, Volume 6, Nomor 1,Januari 2007

McKane (1989) disebutkan "The conceptmap is a visual representation of chaptersprinciples. It conveys relationships in a.more meaningful way than an outline."Hal ini sesuai dengan pendapatPasaribu (Hartini, 1998), yang mengata-kan bahwa peta konsep adalah suatumedia untuk mernperlihatkan hu-bungan beberapa konsep dalam bentukpemyataan atau 'proposisi. Kemudian,pendapat senada disarnpaikan olehSutanto (1990), yang menyatakanbahwa konsep-konsep da:sar yang satudengan yang lain saling berhubungandisebut sebagai peta konsep.

Berkaitan dengan peta konsepini Dahar (1996) mengatakan bahwapeta konsep digunakan untuk me-nyatakan hubungan yang bermaknaantara konsep-konsep dalam bentukproposisi. Proposisi-proposisi merupa-kan dua atau lebih konsep-konsep yangdihubungkan oleh kata-kata dalarnsuatu unit semantik. Dalarn bentuknyayang paling sederhana suatu petakonsep hanya terdiri dari dua konsepyang dihubungkan oleh satu katapenghubung atau pembentuk suatuproposisi. Berdasarkan uraian di atas,selanjutnya dapat dikatakan bahwa pa-da prinsipnya media peta konsep me-rupakan suatu jalinan antara konsep-konsep yang satu dengan konsep yanglain

Selanjutnya, Ausubel (Dahar,1996) berpendapat bahwa karakteristikpeta konsep sebagai berikut.

(1) Peta konsep adalah suatu teknikuntuk menunjukkan konsep-konsep dan atau proposisi-propo-sisi dalarn suatu bidang studitertentu.

(2) Peta konsep merupakan suatugarnbar dua dirnensi dari sutubidang atau suatu bagian dari suatubidang studi.

(3) Tidak semua konsep mernilikibobot yang sarna di antara konsep-konsep itu. Untuk itu, dapatdikatakan bahwa ada beberapakonsep yang lebih inklusif daripadakonsep-konsep yang lain.

(4) Keberadaan peta konsep bersifathierarkis. Maksudnya jika duabuah konsep atau lebih digambar-kan, di bawah suatu konsep yangbersifat inklusif terbentuklah suatu

hierarki peta konsep tersebut.Dalarn bidang Sintaksis, jalinan

konsep-konsep sintaksis atau keka-lirnatan yang terdapat di dalarnnyadapat disusun menjadi cukup banyak.Akan tetapi, berkaitan dengan pene-titian tindakan kelas ini, media petakonsep yang digunakan meliputi bi-dang yang berkaitan dengan masalahkalirnat, klausa, dan frasa dalam bahasaIndonesia. Untuk memberikan gam-baran yang cukup jelas berikut ini di-contohkan beberapa media peta konsepyang digunakan untuk meningkatkanpenguasaan kosep-konsep sintaksis,sebagai berikut ini.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

115

- -- -~ --- ._~---_._---

--

116

Media Peta Konsep IKalimat

1

Kalimat tunggal(KT)

Jenis

Kalimat majemuk(KM)

KMS

/KMB KMC

//1 klallsa 2 klallsa pkk. 1 kls pkk + kls anak kls pkk+ kls anak

Media Peta Konsep IIKlausa

.Hakikat

+

Cir~ciri

Jenis Klausa

-------'-~...------Berdsrkan Strktr Intern Brdsrkan. Bntk. Negatif

Kt./Frse

~Is. Tk. Lngkp KIs.~. Ngtf./

Kls. Lngkp.

Kls.Kls. Nmnl. Kis. Verbal Kis. Bil. Kis. Depan

Litera, Volume 6, Nomor 1,Januari 2007

117

Media Peta Konsep IIIFRASA/KELOMPOK KATA

I

Hakikat

I

Cirri-ciri

Semantis Fungsi Struktural

~Tdk mnmblkn 1 mkna 1 fungtor DM/HA MD I AH DO IMM

makna tiap kata msh tampak

SUbj~~ Predikat ~ Objek

jya dimrahi /lSaya membac b ku

HID AIM

Baru saja makan

AIM HIDKakak dan adik (saya)

HID HID (AIM)

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

-- - -'-- - --

B. Metode Penelitian

1. Jenis dan Model PenelitianJenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas. Penelitian inidiawali dengan melakukan perencana-an (Planning), implementasi tindakan(Acting), Observasi (Observing), dan -refleksi (Reflecting). Sementara itu,implementasi tindakan terakumulasi didalam perkuliahan disertai denganpenggunaan media peta konsep, teknikumpan balik, dan tanya jawab. Setiapkali terdapat permasalahan pada waktudilakukannya suatu implementasi tin-dakan oleh dosen-peneliti, yang jugadilakukan monitoring atau observasi,setiap kali itu pula dievaluasi ataudirefleksi, dan dosen-peneliti yang me-laksanakan tindakan penelitian diha-rapkan mendapatkan masukan-masuk-an untuk perbaikan. Masukan-masuk-an yang disampaikan berdasarkanrefleksi-monitoring secara kolaboratifdimaksudkan untuk melakukan pe-rencanaan ulang (replanning) yang akandigunakan untuk menentukan siklusberikutnya.

Adapun desain PTK yangdigunakan di dalam penelitian ini ada-lah desain PTK Model John Elliott(1996). Digunakannya desain model inimengingat di dalam suatu perkuliahansuatu pokok bahasan tentang Sintaksisdilakukan dengan dua atau tiga kalilangkah tindakan (step).

2. Teknik Pengumpulan dan AnalisisData

Instrumen dan teknik yang di-gunakan untuk memperoleh data pe-nelitian berupa: (1) tes penguasaankonsep-konsep sintaksis, (2) kolaborasiantara peneliti dengan kolaborator~ dan(3) wawancara kepada mahasiswa se-bagai responden atau subjek penelitian.

Teknik analisis data yang di-gunakan ialah teknik analisis secarakuantitatif, yaitu dengan mencari fre-kuensi (persentase) jawaban mahasiswayang benar dikerjakan dari suatu tesyang diberikan kepadanya. Di sampingitu, teknik analisis data digunakanteknik kolaboratif, maksudnya perma-salahan yang terdapat di dalam imple-mentasi tindakan dibahas dan dipecah-kan bersama-sama antara peneliti de-ngan kolaborator dan atau partisipanpada saat dilaksanakan suatu refleksi,baik refleksi awal, tengah maupunakhir .

3. Teknik Penentuan Keabsahan HasilPenelitian

Teknik yang digunakan untukmenentukan keabsahan data dilakukan

dengan cara berikut ini (a) keseriusan,yaitu penelitian ini dilaksanakan de-ngan sungguh-sungguh atau tidak di-lakukan dengan hanya sambil lalusemata. Dengan demikian, diharapkanhasil penelitian ini lebih dapat diper-tanggungjawabkan.; (b) triangulasi,yaitu dilakukan dengan cara metodedan sumber. Metode yang dilakukanuntuk keabsahan data penelitian ialahberupa wawancara. Adapun cara yangberupa sumber ialah data dilakukandengan cara meminta konfirmasi de-ngan ahli dalam bidang Sintaksis.

4. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan yang ber-kaitan dengan keberhasilan penguasaankonsep-konsep sintaksis bahasa Indo-nesia ialah berdasarkan prestasi yangdipeorel mahasiswa pada akhir semes-ter berdasarkan tes Sintaksis. Apabilasetiap mahasiswa dan atau rata-ratapencapaian mahasiswa di atas 75 %mampu menjawab pertanyaan-per-tanyaan tes berarti penerapan media

118

peta konsep dapat dikatakan berhasilmeningkatkan penguasaan konsep-konsep sintaksis bahasa Indonesia.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan1. HasH Penelitian

Penelitian tindakan ini di-

lakukan dalam dua siklus mengguna-kan media peta konsep. Setiap siklusmenggunakan empat langkah kegiatan,yaitu perencanaan, tindakan, moni-toring, dan refleksi. Hasil refleksi di-gunakan untuk membuat perencanaanpada siklus kedua. Pad a setiapakhirsiklus dilakukan tes akhir, di sampingitu pada setiap siklus dibuat catatanuntuk mendokumentasikan data yangbersifat kualitatif, serta penyebaranangket dan wawancara guna meng-ungkap pandangan responden menge-nai penerapan peta konsep.

Berikut ini disajikan hasil pe-nelitian baik yang bersifat kualitatifmaupun kuantitatif. Hasil penelitianyang bersifat kualitatif tidak dipisahkanantara sikulus pertama dan kedua,sedangkan hasil kuantitaif dipisahkanantara siklus yang pertama dan kedua.Hal ini dlakukan karena fokus utama

kegiatan penelitian ini adalah meng-ungkapkan peningkatan pengauasankonsep sintaksis melalui penerapanm~dia peta konsep.

a. HasH Penelitian yang BersifatKualitatif

Berdasarkan monitoring, reflek-si, wawancara singkat, dan anket yangdilaksanakan sesudah implementasitindakan yang terangkum di dalamSiklus I dan Siklus II, selanjutnya di-peroleh informasi bahwa mahasiswayang dijadikan subjek penelitian:(1) mahasiswa cukup antusias dan

penuh perhatian ketika mengikutiperkuliahan atau pembelajaran sin-

119

taksis bahasa Indonesia yang dilak-sanakan dengan menggunakanmedia peta konsep,

(2) semua responsen/mahasiswa me-ngatakan bahwa mereka menjadicukup jelas memahami konsep-konsep sintaksis yang disajikan didalam bentuk media peta konsep,

(3) semua responden/mahasiswa ber-pendapat bahwa media peta kon-sep sebagai sebuah media yangbersifat inovatif,

(4) menurut responden/mahasiswabahwa mereka menjadi jelas dalammemahami konsep-konsep sin-taksis yang disajikan di dalambentuk media peta konsep.

b. HasilPenelitian yang bersifatKuantitatif

Data atau hasil penelitian yangbersifat kuantitatif yaitu yang ng be-rupa penguasaan konsep-konsep sin-taksis mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, baik yangberupa hasil pretes, hasil sesudahimplementasi Siklus I, dan sesudahimplemnetasi Siklus II atau postesdapat dikemukakan dalam Tabel I,sebagai berikut ini.

2. Pembahasan HasH Penelitian

a. Pembahasan HasH Penelitian yangBersifat Kualitatif

Berdasarkan monitoring danrefleksi yang dilaksanakan sesudahimplementasi tindakan yang terang-kum di dalam Siklus I dan Siklus II,selanjutnya diperoleh inforrnasi bahwamahasiswa yang dijadikan subjek pe-nelitian cukup antusias dan penuh per-hatian ketika mereka mengikuti per-kuliahan atau pembelajaran sintaksisbahasa Indonesia yang dilaksanakandengan menggunakan media peta kon-sep. Kemudian, kepada sebagian

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

- -- - -

120

Tabell: Penguasaan Mahasiswa terhadap Konsep-konsep Sintaksis BahasaIndonesia

subjek penelitian diwawancarai atauditanya tentang kesan mereka terhadapimplementasi tindakan yang meng-gunakan media peta konsep untukperkuliahan sintaksis. Semua respon-sen mengatakan bahwa mereka men-jadi cukup jelas memahami konsep-konsep sintaksis yang disajikan didalam bentuk media peta konsep, ter-utama konsep-konsep yang berupahakikat kalimat, jenis-jenis kalimat,unsur-unsur kalimat, dan sebagainya.Dengan demikian, jelas bahwa peng-gunaan media peta konsep sangat ber-manfaat untuk pembelajaran sintaksisbagi mahasiswa Jurusan PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY.

Selain itu, berdasarkan peman-tauan dan refleksi sesudah imp le-

mentasi tindakan yang terangkum didalam Siklus I dan Siklus II, diperolehinformasi bahwa mahasiswa yang di-jadikan subjek penelitian cukup an-tusias, bersemangat, dan penuh per-hatian ketika mereka mengikuti per-kuliahan atau pembelajaran sintaksisbahasa Indonesia yang dilaksanakandengan menggunakan media peta kon-sep. Kemudian, kepada mereka seba-gian diberi beberapa pertanyaan secaralisan tentang kesan mereka terhadapimplementasi tindakan yang meng-gunakan media peta konsep untukperkuliahan sintaksis. Pertanyaaan itudi antaranya berisi ten tang bentuk ina-vatif terkait dengan penggunaan mediapeta konsep, cukup membantu tidak-nya media peta konsep bagi mahasiswa

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007

Nomor Subjek Nomor Induk Mahasiswa Pretes Siklus I Siklus II

OI. 022124003 10 19 2202. 032124001 23 28 3803. 032124005 22 30 4304. 032124006 21 28 4505. 032124007 16 24 3906. 032124008 17 25 4307. 032124012 22 29 3708. 032124013 20 26 4309. 032124014 16 27 4210. 032124015 18 25 42II. 032124016 21 23 2612. 032124017 14 25 4213. 032124019 10 29 4614. 032124020 11 24 4115. 032124021 13 27 3816. 032124024 23 30 4117. 032124030 13 30 3818. 032124036 10 26 37

Total 300 475 703Mean 16,67 26,39 (=5,74) 39,06

(= 3,62) (8,49)

dalam memahami konsep-konsep yangdiberikan, dan sebagainya. Semua ma-hasiswa yang diberi pertanyaan me-~yatakan bahwa mereka mengganggapbahwa media peta konsep sebagaisebuah media yang bersifat inovatif.Menurut mereka disebabkan selama ini

mereka tidak pemah diberi perkuliahandengan menggunakan media petakonsep. Di samping itu, mereka jugamenyatakan bahwa mereka menjadijelas dalam memahami konsep-konsepsintaksis yang disajikan di dalam ben-tuk media peta konsep, terutamakonsep-konsep yang berupa hakikatkalimat majemuk, jenis-jenis kalimatmajemuk, hakikat klausa, jenis-jenisklausa, hakikat frasa, jenis-jenis frasa,unsur-unsur frasa, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas,

dapat dikatakan bahwa penggunaanmedia peta konsep sangat bermanfaatuntuk pembelajaran sintaksis bagimahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia FBS UNY. Di

samping itu, penggunaan media petakonsep benar-benar merupakan mediayang bersifat inovatif dan menjadikanmahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia FBS UNY ter-motivasi dan antusias untuk mengikutiperkuliahan sintaksis bahasa Indonesia.Oleh karena itu, tidak ada jeleknyalahapabila perkuliahan sintaksis ataukernungkinan mata kuliah lainnya yangmemiliki karakteristik sarna denganmata kuliah Sintaksis ini mencoba se-

lalu menggunakan media pembelajaranpeta konsep. Hal ini dimaksudkan agarmahasiswa benar-benar memiliki pe-mahaman dan penguasaan yang hakikiterkait dengan konsep-konsep ke-ilmuan yang diberikan oleh dosen.

121

b. Pembahasan Hasil Penelitian yangBersifat Kuantitatif

Berdasarkan penghitungan se-perti yang tertera di dalam Tabel 1 diatas, selanjutnya dapat diketahui bah-wa sebelum dilakukan penelitian tin-dakan kelas atau sebelum adanyaimplementasi tindakan Siklus I, ber-dasarkan hasil pretes atau prasurveitemyata penguasaan konsep-konsepsintaksis bahasa Indonesia mahasiswaJurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia FBS UNY masih sangat ren-dah karena penguasaan mahasiswa ter-hadap konsep-konsep sintaksis bahasaIndonesia hanya sebesar 3,62 (36,20).Jika penguasaan itu distandarkan mi-nimal 75 % berarti hal itu sangat rendahkarena kurang dari 50%. Keadaan se-perti ini sebetulnya sangat mempri-hatinkan mengingat para mahasiswaitu sebelurn mengikuti kuliah padaJurusan PBSI sudah mendapatkan pem-belajaran kekalimatan ketika mereka dibangku sekolah dasar dan rnenengah.

Sesudah dilaksanakan tindakan

yang terangkurn dalarn Siklus I, dengankeseluruhan tindakan yang terdiri dari4 (empat) langkah atau step, kemudiankepada subjek penelitian diberi tesyang intinya terkait dengan konsep-konsep sintaksis bahasa Indonesia, se-lanjutnya diperoleh skor rata-ratasebesar 5,74. Jika dibandingkan de-ngan skor rata-rata pretes atau sebelumadanya implernentasi tindakan dalamSiklus I, temyata terdapat peningkatanskor rata-rata, yaitu sebesar 2,12 (dari3,62 ke 5,74). Adanya peningkatan skorrata-rata ini jelas disebabkan olehadanya implernentasi tindakan dalamSiklus I. Tanpa adanya implernentasitindakan tersebut, niscaya kenaikanskor rata-rata mahasiswa tampaknyatidak mungkin terjadi. Akan tetapi,faktor lain pun kemungkinan juga ikut.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

--- ----

-----

122

menyebabkan adanya kenaikan. Hanyasaja, raktor-raktor lain Hdak dHeliHsehingga dalam hal ini diperkirakanbahwa implementasi tindakan yangterangkum di dalam Siklus I itulahyang menyebabkan adanya pening-katan skor rata-rata dari skor rata-rata

pretes.Berdasarkan uraian di atas,

selanjutnya dapat dikatakan bahwaimplementasi tindakan yang terang-kum di dalam Siklus I, dan yang pem-belajaran sintaksis menggunakan mediapeta konsep mampu meningkatkanpenguasaan konsep-konsep sintaksisbahasa Indonesia bagi mah~siswaJurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia FBS UNY.

Kemudian, berdasarkan hasH

penelitian yang tercantum di dalamTabel 1 di atas, juga diketahui bahwasesudah adanya implementasi tindakanyang terangkum di dalam Siklus II, lalukepada mahasiswa diberikan postes,temyata diperoleh skor rata-rata se-besar 8,49. Dengan demikian, dapatdikatakan bahwa terdapat kenaikanatau peningkatan skor dari tes sesudahimplementasi tindakan Siklus I kesesudah implementasi tindakan SiklusII atau postes sebesar 2,75 (8,49-5,74).Sementara itu, jika peningkatan pengu-asaan konsep-konsep sintaksis bahasaIndonsia itu diperhitungkan dari preteske postes, peningkitan skor rata-ratamenjadi sebesar 4,87, yaitu skor rata-rata postes dikurangi skor rata-ratapretes (8,49 - 3,62).

Adanya kenaikan yang cukuptinggi, yaitu sebesar 4,87 seperti yangdiutarakan di atas menunjukkan bahwapeningkatan skor itu kemungkinanbesar disebabkan adanya implementasitindakan yang menggunakan mediapembelajaran peta konsep. Kemung-kinan faktor lain juga ikut memberikan

sumbangan atau pengaruh terhadappeningka~an penguasaan konsep-konsep sintaksis mahasasiswa, namunkarena faktor lain tidak diteliti sehinggajelas dapat dikatakan bahwa imp le-mentasi tindakan yang menggunakanmedia peta konsep dalam pembelajaransintaksis mampu meningkatkan pengu-asaan konsep-konsep sintaksis bahasaIndonesia bagi mahasiswa Jurusan Pen-didikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFBS UNY.

D. SimpulanBerdasarkan hasH dan pem-

bahasan di atas, selanjutnya dapat di-simpulkan bahwa:a. Penerapan media peta konsep mam-

pu meningkatkan kualitas per-kuliahan sintaksis bahasa Indonesia

karena semangat, ansusiaisme, danperhatian mahasiswa lebih terkon-sentrasi, selain mahasiswa menjadilebih jelas dalam menangkap pen-jelasan dosen tentang konsep-konsep sintaksis bahasa Indonesia..

b. Penggunaan media peta konsepdapat meningkatkan penguasaankonsep-konsep sintaksis bahasaIndonesia bagi mahasiswa JurusanPendidikan Bahasa dan SastraIndonesia FBS UNY.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata BahasaBaru Bahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud RI.

Brum and McKane. 1989. Study GuideBiology: Exploring Life. NewYork: John Wiley & Sons.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teoriBelajar. Jakarta: Erlangga.

Litera, Volume 6, Nomor 1,Januari 2007

Elliott. John. 1996. Action ResearchforEducational Change. CelticCourt: Open University Press.

Hartini, Sri. 1989. pengaruh PengunaanPeta Konsep pada PembelajaranKimia terhadap Prestasi BelajarSiswa Kelas 2 Cawu I SMU Ne-

geri Minggir Sleman. Yogya-karta: IKIP Yogyakarta.

Keraf, Gorys. 1978. TatabahasaIndonesiauntuk Sekolah Lanjutan Atas.Ende-Flores: Nusa Indah.

Ramlan, M. 1983. llmu BahasaIndonesia,Sintaksis. Yogyakarta: CVKaryono.

123

Soepamo. 1993. Dasar-dasarLinguistik.Yogyakarta: Mitra GamaWidya.

Sutanto, Ign. Rachad. 1990. Hubunganantara Kemampuan MembuatDiagram Konsepn dengan Ke-mampuan Memecahkan MasalahFisika bagi Mahasiswa D2 FisikaMIPA IKIP Yogyakarta. Yogya-karta: IKIP Yogyakarta.

Vehaar, J.W.M. 1984. PengantarLinguistik. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

2001. Asas-asas Linguis-tik Umum. Yogyakarta: Ga-djah Mada University Press.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia