evenue magazine #02

40
EVENUE ISSUE #02 // JUNE 2011 CLUB | MUSIC | SCENE | LIFESTYLE | FASHION

Upload: evenue-magazine

Post on 06-Mar-2016

237 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

CLUB | MUSIC | SCENE | LIFESTYLE | FASHION

TRANSCRIPT

Page 1: EVENUE Magazine #02

EVENUE

ISSUE #02 // JUNE 2011

CLUB | MUSIC | SCENE | LIFESTYLE | FASHION

Page 2: EVENUE Magazine #02

ADVERTISEHERE

[email protected]

Page 3: EVENUE Magazine #02

content | 01www.evenuemagz.com

Here We Go Again by Rubber

SEIL

(Safe Enjoy Interact Light)

Backpack

KINGDOM OF REBEL #2

Snacky at Moof Roof'sMian Tiara talk aboutComfort Space

THE VELVET UNDERGROUND

4

518

1629

12

Page 4: EVENUE Magazine #02

Teori # aplikasi. Itulah yang menjadi kendala kami dalam menyelesaikan edisi kedua ini. Apa yang semua kami rapatkan di kantor, kami breakdown secara menyeluruh, eh ternyata meleset saat kami laksanakan di lapangan. Itulah kenapa edisi kedua terlambat lagi yang harusnya awal april kemarin, ternyata eh ternyata jadinya mei minggu terakhir terbitnya, karena banyak hal yang membuat edisi ini jadi terlambat. Setiap detik masalah demi masalah silih berganti menantang kami. Karena itu, keprofesionalitas-an kami benar-benar diuji. Apa itu yang namanya deadline menjadi musuh utama dalam hidup kami, musuh yang biasanya dihindari, tapi sekarang harus ditaklukkan.

Ini bukanlah mission impossible, karena kami tidak bekerja sendiri, tetapi kami dibantu sama para kontributor yang telah mengisi majalah ini dengan tulisan-tulisan mereka. Gak tanggung-tanggung, karena jumlah kontributor malah lebih banyak dari jumlah redakturnya, haha. Entah itu suatu aib ato malah suatu kebanggaan. Tapi bagi kami tetap harus mengucapkan berjuta-juta terima kasih kepada mereka.

Kami minta maaf di edisi ini ada beberapa rubrik yang harus kami rubah dan kami ganti. Seperti kata kebanyakan orang, perubahan untuk sesuatu yang lebih baik. walaupun EVENUE masih jauh dari kata sempurna, tapi kami berusaha yang terbaik memberikan alternatif media referensi untuk kalian. permintaan maaf kami juga ditujukan bagi pihak-pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan kami.

Jadi, mari kita mulai buka satu-persatu halaman EVENUE dan tetap memberikan kritik dan cacian kalian untuk membangun EVENUE menjadi lebih baik.

TRHNDNEditor In Chief

Editor In ChiefOpik Tri Handono

Reporter Nuron Phasaluka

Fashion ReporterJuris Bramantyo

PhotographerAnom

Graphic DesignerRachmat Riyanto

Account ExecutiveSendi B. Kusumo

ContributorsLintang EnricoMartinus Indra HermawanFarid Stevy AstaJohn Ronesta PandiaJohanes Gardenia AugustaAdya MahardhikaRoyal SwanKenzie Akako

Websitewww.evenuemagz.com

Facebookfacebook.com/evenue.magazine

Twitter@EVENUEmagz

[email protected]@evenuemagz.com

OfficePerumahan Bumi Mulya No. 1A,Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman 55283

Phone(0274) 8299938

Editor’s Note | 02www.evenuemagz.com

EDITOR’S NOTE

Page 5: EVENUE Magazine #02

I'm doing a Live P.A, Produser, Remixer and Sound Designer. Also actively and

contributed on Soundboutique Forum since 2005 ( which is forum for electronic musician in Yogyakarta ) who held a electronic music

festival continuesly “Electrocity”. Im also running an audio post-production studio

called Waiwai Studio. Big fans of Liverpool and Ukulele. :)

Lintang Enrico

mahasiswa kelas malam yang jobless dan

sangat mencintai HC/Punk. Seorang throats

untuk sebuah band HC/Punk lokal.

Memiliki istri dan seorang anak gak membuat pria ini mengendurkan kesenangannya untuk berada di sebuah gig bahkan mengorganisir gig. Masih aktif di Kongsi Jahat Syndicate, Relamati Records, Mati

Gaya zine, Menghamba mesin Photokopi zine, EAR magz, serta bermain di beberapa band underrated

To Die, LKTDOV dan manhere. Menulis adalah salah satu hobinya, di samping menulis di zine dan

music magazine, juga berkontribusi di beberapa media lainnya.

Mahasiswa kelas malam, co-admin sebuah netlabel, dan pecinta game

klasik under DOSLelaki paruh baya pengibadah paruh waktu

yang berumah di mana saja. Pekerja seni rupa dan disain yang bekerja di jalanan dan di

sebuah wahana bernama liberated studio. Menulis, menyanyi, meloncat-loncat, meludah,

bercerita di sebuah band sepele bernama jenny. Pekerja rancang bangun brand fashion pada sebuah toko baju beraran affairs & liberate.

www.faridstevy.blogspot.com

Mahasiswa Broadcasting di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Sedang menggeluti fotografi

panggung. Pecinta musik cadas curap dan sejenisnya, dan mempunyai satu band HC Punk yang

sampai detik ini belum pernah manggung di Yogyakarta.

26 tahun, mantan vocalis band yang menyukai film drama, musik british, diatonic harmonica dan gadget.Baru saja berhenti menjadi pegawai kantoran demi mimpi utopis pekerjaan dinamis yang menghasilkan banyak uang. Sampai saat tulisan ini dimuat, tidak

benar-benar tahu apa yang ingin dia lakukan.

ContributorsThe

Royal Swan

martinus indra hermawan

Adya Mahardhika

Farid Stevy Asta

Johanes Gardenia Augusta

John Ronesta Pandia

Contributors | 03www.evenuemagz.com

Seorang pekerja paruh waktu, penyanyi kamar mandi, penikmat belanja tanggal tua, pembaca dan penyewa dvd, dan serta pecinta Katy Perry & Gwen Stefani.

Timothy Timmy

Page 6: EVENUE Magazine #02

This is brand new denim from Yogyakarta. Curly hadir diantara persaingan denim dari para pencetus denim lokal Indonesia semakin ketat. Why Curly?? Pasti telah banyak yang bertanya dengan nama tersebut. Dengan nama yang terdengar sederhana namun memiliki maknanya tersendiri yaitu agar hidup tidak selalu baik atau lurus atau bahkan membalikkan. Terinspirasi oleh musik garis keras dan binatang ganas seperti yang tertera pada series mereka berikut ini : Puma, Unicorn, Wolfmother, Baracuda etc.www.curlylifestyleandurban.blogpsot.com

Semacam masa-masa “comeback” bagi Rubber yang sempat vakum dikarenakan sedang melalui proses pencarian ide ide baru nan fresh. Mereka percaya dengan kembalinya ini terbentuk oleh musik, seni, budaya pop dan tidak lupa kebahagian masing-masing penciptanya. Support akan tetap terus di butuhkan oleh brand-brand pencetus ide baru seperti ini di Yogyakarta, RUBBER berharap mereka para supporter ini akan tetap bisa mengamini paham yang di yakini RUBBER itu sendiri.Enjoy life and like to stand out the mainstream. Made by happy people for happy people. ENJOYCheck them www.domydance.blogpsot.comAvailable on YK : Gate Store, Cotton Crew, W/M Store, Slackers . SBY : Glamrock, ORE. BALI : Dear Zebra

Keidite adalah sebuah brand baru yang hadir di Yogyakarta. Brand yang tidak membawa embel-embel sebagai second brand atau “whatever you named it” mengajak anda untuk melihat diri anda secara mendalam secara personal, dengan tagline “Your Look is Your Self - Keidite is You” . Brand yang berangkat dari dunia musik, seni perkotaan, hobi dan alam, ini terwakilkan pada Keidite. Berbasis di Yogyakarta, kota yang kita cintai ini hadir untuk anda yang ingin menjadi diri sendiri. Available Yogyakarta : Cotton Crew, Gate Store, Whatever Shop. Bali : Dear Zebra.

PARD

Here We Go Again by Rubber

Curly Denim

Local Product

KEIDITE

Empat orang gadis yang bersahabat dengan kecintaaanya pada dunia fashion dan desain berkumpul membentuk PARD dan ingin memperkenalkan pendekatan kontemporer dengan desain dan penyatuan pola motif khas Indonesia. Terinspirasi oleh motif kain tradisional dipadu dengan desain yang telah dimodifikasi. Dari hasil Perkembangbiakan tersebut maka tercipta lah tema mereka kali ini ORACULAR. PARD, sebuah brand khusus wanita dengan produk pakaian dan aksesoris dari atas hingga kaki.Let’s come to www.thisispard.comAvailable Yogyakarta : Gate Store. Bandung : Lou Belle, Happy Go Lucky. Jakarta : The Goods Dept, Voila store.

local product

Text : Timothy Rhyans Dara | Photo : Various Sources

| 04www.evenuemagz.com

Page 7: EVENUE Magazine #02

Sofa, hmm..hanya sebuah tempat duduk yang empuk dan ada di sudut ruangan. but..ini beda lho...sofa ini punya fungsi lain yang cukup unik. Unik ?? yaa..sofa ini bisa buat nyelipin benda-benda yang gak terlalu besar dan benda yang mungkin fungsinya juga gak jauh dari fungsi sofa sebagai tempat duduk itu, contohnya buku, remote TV, handphone dan bahkan tempat minum. Sofa yang diberi nama "Lost In Sofa" ini didesain sama seorang arsitek Jepang bernama Daisuke Motogi. Sofa ini terdiri dari bantalan kubus kecil yang empuk dan membentuk sebuah sofa kotak, nah di antara bantalan-bantalan kecil itulah kita bisa nyelipi benda-benda yang kita mau. eitss..tapi ati-ati ya jangan nyelipin duit receh ntar malah gak bisa ngambilnya lagi hehehe.

Procesor dual core pada kompi? itu sih biasa, nah kalo di ponsel? baru luar biasa. ya ini dia ponsel yang menggunakan processor dual core buatan Motorola yang bernama Atrix, karena sekarang lagi booming-nya Android maka gak beda jauh ama ponsel-ponsel pintar lain, Motorola Atrix juga pakai OS Android seri 2.2 atau Froyo. Multitasking pun gak bakalan jadi masalah besar kalo pake nih smartphone, selain itu untuk masalah keamanan Atrix ini juga dilengkapi dengan fingerprint. Dengan embel-embel 4G otomatis Motorola Atrix ini udah support sama yang namanya teknologi generasi ke 4 salah satu contohnya HSDPA 14Mbps dan itu akan berpengaruh sama koneksi internet yang makin mumpuni pastinya, dan gak salah juga smartphone ini dapet julukan the world's most powerful smartphone.

Safe Enjoy Interact Light, yupss itu merupakan kepanjangan dari SEIL Backpack, yaitu sebuah desain unik yang disematkan dalam sebuah wujud tas punggung oleh Lee Myung Su Design Lab. Tas punggung ini mampu memberikan sebuah tanda-tanda berupa simbol di bagian luarnya, simbol-simbol yang muncul memang tidak terlalu bervariasi tetapi ini cukup membantu bagi para pengendara sepeda pada saat mau belok kiri atau

kanan bahkan tanda stop yahh.. mungkin fungsinya emang gak jauh sama lampu sen pada kendaraan bermotor, tapi hello.. emang ada sepeda gowes yang pake lampu sen gitu? hmm...maybe not yet. Seil backpack dikontrol dengan menggunakan sebuah kontroler tanpa kabel yang berbentuk seperti bel sepeda. cukup menginspirasi kan?? ya iyalah...karna desain ini menjadi pemenang dari Reddot Design Award di taun 2010 kemaren, good job!

IPAD 2SEIL (Safe Enjoy Interact Light) Backpack

Motorola Atrix 4G

Lost in Sofa

Item

Lebih kurus dan lebih pintar, itulah si iPad 2. Dengan kinerja yang lebih mumpuni dan segala keunggulan di dalamnya membuat iPad 2 menjadi seri penyempurna dari pendahulunya. Kapasitas Proci yang lebih gede dan didukung dengan Dual Core tentunya, membuat tablet satu ini mampu membantu mempercepat segala aktifitas penggunanya, dari multi tasking, loading untuk aplikasi, dan juga browsing. Secara fisik iPad 2 mempunyai bodi yang lebih slim dan pada bagian punggungnya juga lebih rata dan datar, karenanya apabila digunakan dalam posisi diletakkan akan lebih nyaman gak goyang-goyang kayak pendahulunya yang cenderung sedikit menggembung. Manuver dari touchscreen juga lebih smooth dan leluasa, apalagi saat memainkan game. Konsumsi daya di iPad 2 juga lebih lama sekitar 10 jam tanpa charge. wow mantap kan??

Text : Nuron PhasalukaPhoto : Various Source

| 05www.evenuemagz.com

Page 8: EVENUE Magazine #02

Club Report

Boshe Jumat 18 Maret 2011 Pukul 12 dini hari tempat parkir ternyata udah penuh, pertanda kalo acara malem ini bakalan seru. Boshe malem ini bikin acara yang bertajuk Religion. Kok pernah denger tu nama…. Heem, baru inget tu nama Albumnya DJ Ai Tumbuan, New Religion. Bener, ternyata malem ini Boshe ngundang DJ Ai Tumbuan. DJ yang udah lama go internasional ini menyempatkan datang ke Boshe untuk mengenalkan “agama baru”nya ke partygoers Jogja.

Setelah muter-muter dari sudut ke sudut Boshe akhirnya saya dapet spot yang asik, view yang menarik, disebelah kasir, hehe. Selain guest DJ Ai Tumbuan, Line up pengisi malem ini ada DJ Yudis, DJ Vieno, Seven Energy, MC Hajimme dan VJ Filiphoz. Sementara DJ Yudis perform, partygoers mulai berdatangan memenuhi meja disekeliling dancefloor. Tepat pukul 1 dini hari DJ Ai Tumbuan muncul dan langsung menggeber track pertamanya. Seketika suara sorak sorai dari partygoers bergema. Saat itu juga muncul sexy dancer dari balik panggung langsung meliuk-liuk di depan partygoers. Secara gadis semlohai yang cuma pake bikini one piece meliuk-liuk didepan, para cowo pun langsung ikut-ikutan turun ke dancefloor. Dibantu MC Hajimme, DJ yang juga anak dari artis senior Rima Melati ini terus membawakan track-track yang ada di albumnya, seperti “Angel Of Morning”, “Believe”, “Sommertime Love” dan tentu aja “Silent Starlight” tapi sayang gak ada Aryo Wahab yang bantu nyanyi.

Selain ngebawain track-track di albumnya, DJ yang memulai kariernya di Belanda ini juga me-remix track-nya milik Lenka “Trouble Is A Friend”, “Dirty Beat”-nya Black Eye Peas dan “Sweet Disposition” milik The Temper Trap diubah jadi up beat, bener-bener cocok buat partygoers malam ini yang pengen bersenang-senang habis-habisan. Padahal acara jumat malam ini rencana sebelumnya harusnya diisi oleh DJ Winky, tapi gak tau karena sesuatu hal ato apalah ternyata diisi oleh DJ yang bernama lengkap Aditya Tumbuan ini. Tapi ternyata gak nyesel deh partygoers yang datang kesini. Seru abislah pokoknya.

Text : Opik Tri Handono | Photo : Kenzie Akako

| 06www.evenuemagz.com

Page 9: EVENUE Magazine #02

Rabo malem, sisa hujan seharian tadi di seluruh Jogja masih terasa disini, di Jalan Magelang, hawa dingin pun mulai menusuk tulang saat saya berangkat ke sebuah cafe ternama di Jogja, Liquid Café. Yaa, demi sebuah acara yang sangat saya tunggu-tunggu, Dub Invasion, yang jelas gak cuma saya aja yang gak sabaran ngliat perform DubYouth, duo yang sedang digandrungi anak-anak muda pecinta dub di Jogja. Tapi semua hipsters di kota ini jelas ga sabar ngliat aksi mereka.Tapi semuanya gak berjalan dengan lancar, ada kesalahan kecil yang membuat saya dan teman-teman gak bisa masuk lebih awal, ya biasalah penjagaan di pintu masuk agak ketat. Karena masuknya telat, saya pun ketinggalan penampilan dari Black Vinit dan hanya dapet setengah perform dari DJ Latex, agak kecewa juga but its okay, show must go on. Dengan ditemani 2 orang vocalis dan pink cobra disebelah DJ setnya, DJ Latex berhasil memanaskan ruangan itu dengan beat-beatnya yang sangat mantab.

Sekitar pukul 1 dini hari venue udah dipenuhi para pecinta dub, dari hipsters, hard-drinkers, sampe party goers. Setelah berkeliling sejenak untuk saling menyapa teman-teman disana, semua orang mulai beranjak berdiri dari tempat duduknya, heemm ada apa ini? Pantesan, MC udah memanggil-manggil DubYouth dan akhirnya mereka naik panggung, alhasil orang-orang yang dari tadi dah gak sabar nunggu mereka langsung merangsek ke depan panggung.

Setlist yang dibawain seperti “Millenium Rude Boys”, “Bomb da Town”, “King Of Dancehall”, “Get Crazy” membuat audiens bergoyang, berdansa tak henti-henti, menghiraukan cucuran keringat mereka yang memenuhi lantai dansa. Gak sampe disitu aja, klimaksnya pun terjadi pas duo yang digawangi oleh Heru McDoggy dan D’Metz itu mendendangkan track “Love To See You Dance” dan “Endless Night”. Dibantu drummer ShaggyDog, Yoyo dan Hendy sang gitaris Something Wrong di dua track terakhir itu, sangat bisa menaikkan klimaks ke level tertinggi. Kolaborasi yang sangat menarik. Semoga duo ini gak cuma jadi proyek sampingan para personel Shagydog, karena kita udah terlanjur mencintainya.

DUB INVATION Text : Opik Tri Handono | Photo : Anom

| 07www.evenuemagz.comClub Report

Page 10: EVENUE Magazine #02

Hujan sepertinya gak akan berhenti ketika kami menuju Langgeng Art Gallery. Dengan modal jas hujan dan kartu pers kami akhirnya sampe di Langeng Art sekitar pukul 8 kurang. Setelah berbasa basi dengan rekan-rekan yang teryata banyak yang penasaran dengan performence Mian Tiara, akhirnya tepat pukul 8 malam acara dimulai. Dibuka oleh penampilan Airport Radio yang ternyata juga sudah lama dia tidak tampil di publik. Airport Radio ditemani oleh seorang bernama Aryo dengan memainkan cello yang membuat musik mereka menjadi lebih dramatis. Pembukaan yang menyenangkan setelah basah kena hujan dan di sambut Airport Radio, seharusnya kami ditemani secangkir teh hangat, tapi kami lebih memilih bir dan minuman lokal oplosan untuk menemani kami menikmati musik Airport Radio hehe….ohya mereka juga berencana akan merilis single kalo tidak salah di bulan April.

Setelah 45 menit dibuka oleh Airport Radio, sekarang giliran mbak Mian Tiara dan

Gigs Report

MIAN TIARA : COMFORT SPACE

Text : RR | Photo : Anom

teman-temannya memulai siap-siap, dan jam 9 tepat Mian Tiara tampil di hadapan penonton yang penasaran dengan perform perempuan yang telah banyak membantu musisi besar seperti Indra Lesmana, dan kawan-kawan. Sangat berbeda sekali dengan bayangan kami waktu pertama kali mendengar lagu mbak Mian dalam album "THE COMFORT OF MY OWN COMPANY" dibandingkan dengan saat live di depan muka kami malam itu. Nyesel buat kalian yang gak datang, karena tidak hanya suaranya yang kereeen sekali, ditambah dengan aransement folk jazz dan banyak improvisasi di setiap lagunya, membuat penonton yang datang malam itu duduk nyaman menikmati malam. Mbak Mian juga sempet ngomong begitu di sela-sela perform mereka, dan selalu excited jika perform di jogja. Mulai dari ‘Disapih’ yang merupakan first single Mian Tiara dan track di album THE COMFORT OF MY OWN COMPANY seperti "Memories Of You" atau "Not Even In Love", pada malam itu Mas Risky

Summerbee menjadi tamu dalam penampilan malam itu, berduet dengan Mian Tiara dimana mereka berdua pada kesempatan yang lalu juga telah bekerjasama dan menghasilkan sebuah single kolaborasi di antaranya.

Selain Mas Risky malam itu saya baru tahu juga teryata mbak Mian mempunyai kembaran dan suaranya juga keeerreeen sekali. Mereka berdua dan juga ditambah lagi dengan Tika yang selama ini dibantu Mian Tiara, berkolaboirasi pada malam itu dan hasilnya gak main main, tiga karakter suara yang berbeda dan semuanya di atas rata-rata menyempurnakan jumat malam waktu itu. Gak percuma kami hujan-hujanan malam itu. Good performer good sound and make a lot of hapynes. thanx buat anak-anak Kongsi Jahat.

| 08www.evenuemagz.com

Page 11: EVENUE Magazine #02

13 maret 2011, minggu malam yang sangat mendukung untuk sebuah gig. Cuaca Jogja saat itu sangat bersahabat, tanpa hujan yang sempat melanda beberapa hari belakangan. Malam itu di lantai 2 Lumbung Padi, sebuah food court di bilangan Condong catur, banyak muda mudi urban yang berkumpul untuk menyaksikan aksi sebuah band legenda dari Seattle, USA. Ya, Iron Lung sebuah legenda power violence yang beranggotakan Jensen Ward dan Jon Kortland,akhirnya mampir di Jogjakarta dalam lawatan Tour South East Asia and Australia.

Gig ini di buka oleh trio Grunge, Arpapple yang merupakan salah satu penggiat Jogja Grunge People. Mencoba mendobrak musik Grunge yang cenderung Nirvanaisme, walaupun masih terdengar sound khas Seattle tapi mereka sangat tergila-gila dengan noise dan feed back sound. Gitaris mereka bahkan membawa sebilah pisau dapur untuk sliding gitar sehingga menimbulkan efek noise yang gila-gilaan, dan sebagai klimaksnya membanting gitar ke lantai. Kolaborasi Dragdown serta To Die mengisi sesi berikutnya dengan mengawinkan instrumen drum dan distorted bass. Mencampurkan senyawa power violence dengan sludge, stoner dan sedikit bumbu jazz. Foggidy Acid kemudian mengajak kita untuk berkendara dengan kecepatan tinggi. Duo instrumental bas dan drum ini cukup energik membawakan apa yang mereka namakan Rock Racer Music. Untuk yang belum mengetahui, duo ini di gawangi oleh Fredi dan Somed dari Armada Racun. Di lanjutkan dengan Das Mustang, sebuah hybrid antara garage, rock n roll

Gigs Report

IRON LUNGserta beat drum yang cepat. Inilah jadinya kalo band garage rock n roll memakai drummer pecinta Motorhead .

Tiba saatnya Iron Lung menguasai venue yang kecil itu. Jensen, pria berpostur kecil, berambut ikal dengan jenggot dan kaca mata nya sekilas tampak seperti seorang geek, tapi tidak begitu dengan sound yang keluar dari gitarnya. Dengan karakter sound berat, tanpa banyak noise tapi cukup menggetarkan venue yang tidak seberapa itu. Sementara Jon, si pria tinggi besar (dan botak) ini masih sempat memiringkan set drum sebelum akhirnya membantai perangkat drum yang keliatan kecil itu di samping bertindak juga sebagai vokalis. Mereka bermain tanpa banyak berbicara, mungkin karena Jon sang vokalis masih merasa sakit perut, hasil dari makan tahu di kaki lima Jakarta. Set permainan mereka pun terhitung singkat, 9 lagu yang terangkum dalam 3 bagian. Perpaduan grinding part dengan sludgy dan sound yang gelap, sangat presisi. Mosh pit tak terhindarkan, walaupun bahaya terjatuh ke lantai bawah sangatlah besar karena samping stage tidak ada dinding, hanya ada pagar. Gig akhirnya di tutup oleh Arms Of The Few, band thrash/ grindcore dari Solo Rumble Crew ini jauh jauh datang dari Solo bersama crew mereka memakai sepeda motor. Dan mereka pun tidak menyia nyiakan kesempatan untuk bersenang-senang di sini. Sebuah set pendek dengan durasi lagu yang pendek-pendek pula, anthem-anthem sarkastik mereka sukses di bawakan dengan riang dan penuh canda tawa.

Text : martinus indra hermawan | Photo : Anom

| 09www.evenuemagz.com

Page 12: EVENUE Magazine #02

Setelah berapa kali ngadain launching album di luar kota, akhirnya Something Wrong, veteran hardcore asal Yogyakarta ini ngadain launching album ketiga mereka yang berjudul NESU di kota sendiri pada hari Minggu (20/03) kemaren. Acara yang diadain di Jogja National Museum ini, selain diramein oleh band-band dari berbagai genre seperti Baku Hantam, A Sistem Rijek, Serigala Malam, Under 18, Venomed, dan Primitive Chimpanzee; juga ada eksibisi karya seni dari beberapa seniman.

Acara yang dimulai pukul 5 sore ini sepertinya memang ditunggu oleh banyak pihak, gak kurang dari 1200 pasang mata memenuhi venue malam itu.

Pada tanggal 21 sampe 23 kemaren ada acara screning film dokumenter Hip Hop Diningrat yang di adakan di LIP (Lembaga Indonesia Prancis). EVENUE datang pada hari terahir rabu 23 maret. Pemutaran di lakukan secara berkala, 2 kali pemutaran setiap harinya yaitu antara jam 4 dan jam 7 sore sampai selesai. Selain pemutaran film di tempat itu juga tersedia merchandise dari Jogja Hip Hop Foundation berupa t-shirt dan trackerhead bergambar logo keraton Yogyakarta. Hip Hop Diningrat juga sempat di putar perdana di event Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2010 kemaren. Setelah sebelumnya di putar spesial dalam Festival Film Dokumenter (FFD) di Yogyakarta.

Sempat menungu hampir satu jam lebih kami di luar karena salah jadwal. Akhirnya tepat jam stngah 7 malam pintu dibuka dan di luar perkiraan kami banyak yang tertarik dengan film dokumenter yang di sutradarai dan di produseri sendiri oleh Marzuki “Kill The DJ” Mohammad bersama Chandra Hutagao. Mulai dari anak-anak SMP yang belajar hiphop sampai kaum ekspatriat penelaah budaya jadi satu dalam ruangan pertunjukan LIP. Setelah penonton memenuhi tempat duduk, jam tujuh lebih akhirnya hiphop diningrat diputar untuk yang terahir kalinya di hari itu. kami tidak menyangka teryata seluruh percakapan dari Marzuki yang sebagai narator dalam film tersebut dan teman-teman dari Jogja HipHop Foundation mengunakan bahasa jawa. Sebuah pengalaman yang baru dan menyenangkan. Setelah hampir 60 menit durasi film tersebut selesai dan di sambut tepuk tangan meriah dari para pengunjung malam itu. Semua tersenyum lebar sembari berjalan keluar begitu pula merchandise yang laris manis diserbu setelah pemutaran.

Screening Film Dokumenter Hip Hop Diningrat

Something Wrong Launching Album NESU

Gigs Report

Text : RR | Photo : Nuron Phasaluka

Text : Adya Mahardhika | Photo : Guruh Vimbria

Something Wrong sebagai empunya hajat tampil sekitar pukul 9 malem. Bawain 15 lagu yang terdiri dari 3 materi lama dan 12 lagu dari album baru mereka, Something Wrong tampil ganas membakar panggung. Sepanjang kurang lebih 1 jam penampilan mereka, lantai dansa gak pernah sepi oleh gelombang mosh, two step, stage dive, dan sing along.

Euforia yang tercipta malam itu menandakan bahwa acara ini jauh dari kata mengecewakan. Penampilan Something Wrong yang ganas juga menunjukkan bahwa setelah 14 tahun mereka tetap layak mendapat predikat “berbahaya”. Salut!

| 10www.evenuemagz.com

Page 13: EVENUE Magazine #02

ADVERTISE HERE

Page 14: EVENUE Magazine #02

THE VELVET UNDERGROUND

Music Article | 13www.evenuemagz.com

untuk melawan perang (hippie, flower generation), di ikuti dengan dengan

kemunculan band, musisi dan perhelatan penting perumus sejarah musik dunia

dalam kadar yang sangat eksplosif. Sebut saja The Beatles, The Who, The Doors,

Jimi Hendrix, Pink Floyd, The Stooges, The Grateful Dead, The Rolling Stones,

Bob Dylan, David Bowie, Woodstock Festival, dan sekarung penuh

penanda-penanda lain. The Velvet Underground diam-diam menyeruak kuat

dari bawah tanah New York, dengan kawalan penuh dari Andy Warhol,

menyuarakan berita-berita tentang drugs, kaum transgender, kaum gay.

Sesuatu yang belum pernah diperdengarkan oleh musik rock sebelumnya, juga

sesuatu yang atas ukuran adab, norma dan budaya waktu itu diangap

menyimpang, namun sebenarnya sangat ada dan sangat nyata terjadi. Yang

menarik kemudian, ketika pergerakan dan perlawanan yang di lakukan oleh

para hippies dengan bahasa psikadelik-nya kemudian menjadi semacam

‘populer’ dan seakan menjadi arus utama pergerakan budaya, The Velvet

Underground melakukan perlawanan yang serupa, namun dengan bahasa yang

berbeda, dengan cara yang lebih mutakhir, dengan gerak yang lebih edgy.

Menjadi cukup satir jika kemudian saya berpendapat bahwa sekarang kita

berada di lingkungan budaya yang di penuhi oleh ‘para ingin menjadi seperti’

dan ‘para brilian dengan citra curian’, yang cukup puas dengan

pencapaian-pencapaian stagnan, dan tidak sekalipun resah terhadap

perubahan.

Intensitas yang dalam mencari karakter dan perwajahan The Velvet

Underground dengan berbagai cara berkarya yang di kerjakan dengan

eksperimen-eksperimen yang keluar dari kotak kebiasaan.

Percobaan-percobaan teknis dengan alat musik mereka lakukan sejak album

debut sampai karya-karya terakhirnya. mencampur aduk bahan mentah

bunyi-bunyian itu dengan cara yang tidak jamak namun selalu dalam takaran

yang tepat untuk mencari identitas bunyi The Velvet Underground yang

distinctive dan istimewa. John Cale menyebutnya dengan memainkan ‘3 chord

rock’ yang tersohor itu dengan cara ‘1 chord rock’, kemudian di timpali dengan

efek ‘drone’ atau dengung yang didapat baik dari rythim guitar riff Lou Reed

atau permainan viola-nya yang sangat terbaca di dua album pertama mereka.

Abum debut ‘The Velvet Underground & Nico’ (1967), karakter musiknya

semakin kuat dengan vokal yang rata, pucat dan suram dari Nico Reed,

dalam tabuhan drum sederhana dan ajeg, di ulang-ulang. Konon album ini

direkam dalam waktu dua hari saja. Lalu album ‘White Light / White Heat’

(1968) The Velvet Underground berusaha menjejalkan lebih banyak oktan

energi dan di keluarkan dengan suara gitar yang mentah. Tidak berhenti,

masih banyak ramuan ajaib di album-album mereka berikutnya. Rolling

Stone menasbihkan debut The Velvet Underground & Nico sebagai salah

satu album rock terbesar dan sepanjang masa. Beberapa track penting dari

album ini, ‘I'll Be Your Mirror’ sebuah lagu aneh tentang yang dinyayikan

oleh nico (penyanyi wanita asal jerman) dengan sangat menyihir, lagu ini

aneh dan eksentrik. ‘Heroin’, track yang secara bangunan suara lebih

‘normal’ di banding track lain di album ini, namun sekali lagi menjadi ‘tidak

normal’ karena tema tulisan Lou Reed. Lou menulis dengan sangat absurd

dan bebas, ini tak lepas dari peran Andy Warhol. Lou sendiri bilang bahwa

tanpa Andy Warhol, Velvet Underground mungkin tidak akan terdengar

seperti itu. Sebagai figur sentral dari pergerakan seni avant-garde waktu itu,

Andy Warhol punya posisi tawar super kuat atas label rekaman, produser,

atau bahkan siapapun untuk tetap menjaga The Velvet underground tetap

seperti bagaimana seharusnya mereka. Andy-lah yang mendapatkan

kontrak rekaman debut album The Velvet Underground, dan dia

memastikan The Velvet Underground membuat lagu, menulis, merekam,

dan membuat debut ini, persis seperti apa yang The Velvet Underground

inginkan, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Jangan lewatkan juga

track-track seperti Sunday Morning, I Waiting For My Man, Rock n Roll, Cool

It Down.

The Velvet Underground, atas mentahnya mereka, dan atas keberanian

mereka menjelajahi batas-batas luar dalam berkarya, memberikan cetak

biru pola berkarya yang sudah seharusnya di lakukan oleh seniman, musisi,

band, atau siapapun kita dan apa yang kita lakukan. Menjadi murni dan

bebas. Saya rasa hal inilah yang membuat saya kasmaran dengan The Velvet

Underground. Menjadi murni dan bebas.

Hampir selama 4 bulan terakhir, hanya ada dua album yang selalu terputar ulang dalam rotasi yang cukup kencang di media player saya yaitu

American IV– Johnny Cash dan Loaded – The Velvet Underground. Satu sore diantara 4 bulan itu, di lounge Cotton Crew Store, oleh Evenue saya

di beri kesempatan untuk menulis artikel ini. Buru-buru saya menyebut The velvet Underground untuk coba saya tulis, walaupun sebenarnya saya

tidak terlalu tahu. Alasan saya memberanikan diri, karena saya juga ingin tahu, ada apa antara saya dengan Loaded dan para pembuatnya.

Mulailah kemudian saya mengingat-ingat simpul-simpul yang mempertemukan saya dengan mereka. Tulisan ini sepertinya akan terasa subjektif,

personal, dan lebih seperti rekaman inderawi saya atas The Velvet Underground, bukan artikel yang memapar jelas apa siapa mereka. Toh sudah

tidak kurang dibahas bagaimana brilliannya band ini oleh kritikus musik. Google dan Wikipedia sudah pasti menyajikannya sempurna.

Adalah Andy Warhol, nabi besar Pop Art, salah satu artist yang punya campur tangan besar dalam seni rupa saya. Kemudian The Strokes, garage

revivalist asal New York yang waktu itu membuat saya berfikir bahwa mungkin saya bisa membentuk sebuah band. Andy Warhol dan The

Strokes-lah yang kemudian menyeret saya masuk ke kerumunan cerita-cerita mereka sampai akhirnya bisa berjabat tangan dengan The Velvet

Underground.

Gambar buah pisang, berwarna kuning dan hitam, di buat dengan teknik cetak saring (sablon), tertata diagonal dalam ruang kotak putih, adalah

karya Andy Warhol pertama yang saya temui , adalah cover art untuk album The Velvet Underground & Nico. Terekamlah nama The Velvet

Underground di benak saya untuk pertama kalinya. Lalu, waktu itu, sembari mendengarkan Lastnite, Is This It atau Barely Legal-nya The Strokes,

di salah satu wawancaranya, Julian Cassablancas (voc. The strokes) mengatakan bahwa Lou Reed-lah (song writer, guitarist, voc The Velvet

Underground) salah satu alasan dia membentuk The Strokes. Reaksi berantainya makin menjadi-jadi di benak saya, pertanyaan lugasnya: siapa

Lou Reed? Siapa The Velvet Underground?

Oke, sekarang ikuti saya. Pastikan koneksi internetmu berfungsi, dobel klik di browser, Ketik Wikipedia, tekan enter, lalu ketik ‘The Velvet

Underground’ di kotak pencari. Biografi dan diskografi Tersedia sempurna semua di situ, bahkan majalah musik tersohor asal britania raya NME

pun merujuk ke tulisan Wikipedia ini untuk menyampaikan biografi The Velvet Underground. Saya coba terjemahkan sedikit dengan bantuan

kamus colongan dari perpustakaan SMA saya dulu. The Velvet Underground, sebuah band rock Amerika yang terbentuk di New York City tahun

1965, dan aktif sampai 1973. Personilnya Lou Reed (song writer, guitarist, voc), John Cale (viola), Sterling Morrison (guitarist), Maureen Tucker

(drummer), Nico (voc), Doug Yule (bassist). Dan bla bla bla terusannya, silahkan kamu gali sendiri.

Terlepas dari paparan biografi, review, atau pendapat kritikus musik yang sudah pernah ditulis, The Velvet Underground menjadi sangat eksotis

dan penting bagi saya atas apa yang mereka karya-karya mereka yang hampir selalu bisa berdiri di suatu tempat dalam teritori musik yang baru,

cenderung aneh dan mengejutkan, dan sekali-kali menggoda saya untuk berani menyebutnya sebagai karya yang revolusioner. Walaupun

terminologi ‘baru’ dan ‘revolusioner’ sebenarnya bermakna nihil menurut cara pandang saya. Namun, baik secara sadar dalam berproses maupun

dengan keberuntungan dan kebetulan-kebetulannya, The velvet Underground akhirnya bisa menjejakkan mesin eksplorasi mereka ke suatu

dataran baru yang belum pernah di singgahi oleh orang lain. The Velvet Underground mencoba mendefinisikan kembali batas-batas luar musik

rock, sekali lagi, menghasilkan sesuatu yang belum pernah dicoba oleh orang lain. Bahkan di kurun waktu itu (pertengahan sampai akhir 60-an),

masa resesi dunia (kurang lebih dikarenakan perang Amerika-Vietnam) yang kemudian memicu terjadinya pergerakan budaya besar-besaran

Farid Stevy Asta

Page 15: EVENUE Magazine #02

THE VELVET UNDERGROUND

Music Article | 13www.evenuemagz.com

untuk melawan perang (hippie, flower generation), di ikuti dengan dengan

kemunculan band, musisi dan perhelatan penting perumus sejarah musik dunia

dalam kadar yang sangat eksplosif. Sebut saja The Beatles, The Who, The Doors,

Jimi Hendrix, Pink Floyd, The Stooges, The Grateful Dead, The Rolling Stones,

Bob Dylan, David Bowie, Woodstock Festival, dan sekarung penuh

penanda-penanda lain. The Velvet Underground diam-diam menyeruak kuat

dari bawah tanah New York, dengan kawalan penuh dari Andy Warhol,

menyuarakan berita-berita tentang drugs, kaum transgender, kaum gay.

Sesuatu yang belum pernah diperdengarkan oleh musik rock sebelumnya, juga

sesuatu yang atas ukuran adab, norma dan budaya waktu itu diangap

menyimpang, namun sebenarnya sangat ada dan sangat nyata terjadi. Yang

menarik kemudian, ketika pergerakan dan perlawanan yang di lakukan oleh

para hippies dengan bahasa psikadelik-nya kemudian menjadi semacam

‘populer’ dan seakan menjadi arus utama pergerakan budaya, The Velvet

Underground melakukan perlawanan yang serupa, namun dengan bahasa yang

berbeda, dengan cara yang lebih mutakhir, dengan gerak yang lebih edgy.

Menjadi cukup satir jika kemudian saya berpendapat bahwa sekarang kita

berada di lingkungan budaya yang di penuhi oleh ‘para ingin menjadi seperti’

dan ‘para brilian dengan citra curian’, yang cukup puas dengan

pencapaian-pencapaian stagnan, dan tidak sekalipun resah terhadap

perubahan.

Intensitas yang dalam mencari karakter dan perwajahan The Velvet

Underground dengan berbagai cara berkarya yang di kerjakan dengan

eksperimen-eksperimen yang keluar dari kotak kebiasaan.

Percobaan-percobaan teknis dengan alat musik mereka lakukan sejak album

debut sampai karya-karya terakhirnya. mencampur aduk bahan mentah

bunyi-bunyian itu dengan cara yang tidak jamak namun selalu dalam takaran

yang tepat untuk mencari identitas bunyi The Velvet Underground yang

distinctive dan istimewa. John Cale menyebutnya dengan memainkan ‘3 chord

rock’ yang tersohor itu dengan cara ‘1 chord rock’, kemudian di timpali dengan

efek ‘drone’ atau dengung yang didapat baik dari rythim guitar riff Lou Reed

atau permainan viola-nya yang sangat terbaca di dua album pertama mereka.

Abum debut ‘The Velvet Underground & Nico’ (1967), karakter musiknya

semakin kuat dengan vokal yang rata, pucat dan suram dari Nico Reed,

dalam tabuhan drum sederhana dan ajeg, di ulang-ulang. Konon album ini

direkam dalam waktu dua hari saja. Lalu album ‘White Light / White Heat’

(1968) The Velvet Underground berusaha menjejalkan lebih banyak oktan

energi dan di keluarkan dengan suara gitar yang mentah. Tidak berhenti,

masih banyak ramuan ajaib di album-album mereka berikutnya. Rolling

Stone menasbihkan debut The Velvet Underground & Nico sebagai salah

satu album rock terbesar dan sepanjang masa. Beberapa track penting dari

album ini, ‘I'll Be Your Mirror’ sebuah lagu aneh tentang yang dinyayikan

oleh nico (penyanyi wanita asal jerman) dengan sangat menyihir, lagu ini

aneh dan eksentrik. ‘Heroin’, track yang secara bangunan suara lebih

‘normal’ di banding track lain di album ini, namun sekali lagi menjadi ‘tidak

normal’ karena tema tulisan Lou Reed. Lou menulis dengan sangat absurd

dan bebas, ini tak lepas dari peran Andy Warhol. Lou sendiri bilang bahwa

tanpa Andy Warhol, Velvet Underground mungkin tidak akan terdengar

seperti itu. Sebagai figur sentral dari pergerakan seni avant-garde waktu itu,

Andy Warhol punya posisi tawar super kuat atas label rekaman, produser,

atau bahkan siapapun untuk tetap menjaga The Velvet underground tetap

seperti bagaimana seharusnya mereka. Andy-lah yang mendapatkan

kontrak rekaman debut album The Velvet Underground, dan dia

memastikan The Velvet Underground membuat lagu, menulis, merekam,

dan membuat debut ini, persis seperti apa yang The Velvet Underground

inginkan, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Jangan lewatkan juga

track-track seperti Sunday Morning, I Waiting For My Man, Rock n Roll, Cool

It Down.

The Velvet Underground, atas mentahnya mereka, dan atas keberanian

mereka menjelajahi batas-batas luar dalam berkarya, memberikan cetak

biru pola berkarya yang sudah seharusnya di lakukan oleh seniman, musisi,

band, atau siapapun kita dan apa yang kita lakukan. Menjadi murni dan

bebas. Saya rasa hal inilah yang membuat saya kasmaran dengan The Velvet

Underground. Menjadi murni dan bebas.

Hampir selama 4 bulan terakhir, hanya ada dua album yang selalu terputar ulang dalam rotasi yang cukup kencang di media player saya yaitu

American IV– Johnny Cash dan Loaded – The Velvet Underground. Satu sore diantara 4 bulan itu, di lounge Cotton Crew Store, oleh Evenue saya

di beri kesempatan untuk menulis artikel ini. Buru-buru saya menyebut The velvet Underground untuk coba saya tulis, walaupun sebenarnya saya

tidak terlalu tahu. Alasan saya memberanikan diri, karena saya juga ingin tahu, ada apa antara saya dengan Loaded dan para pembuatnya.

Mulailah kemudian saya mengingat-ingat simpul-simpul yang mempertemukan saya dengan mereka. Tulisan ini sepertinya akan terasa subjektif,

personal, dan lebih seperti rekaman inderawi saya atas The Velvet Underground, bukan artikel yang memapar jelas apa siapa mereka. Toh sudah

tidak kurang dibahas bagaimana brilliannya band ini oleh kritikus musik. Google dan Wikipedia sudah pasti menyajikannya sempurna.

Adalah Andy Warhol, nabi besar Pop Art, salah satu artist yang punya campur tangan besar dalam seni rupa saya. Kemudian The Strokes, garage

revivalist asal New York yang waktu itu membuat saya berfikir bahwa mungkin saya bisa membentuk sebuah band. Andy Warhol dan The

Strokes-lah yang kemudian menyeret saya masuk ke kerumunan cerita-cerita mereka sampai akhirnya bisa berjabat tangan dengan The Velvet

Underground.

Gambar buah pisang, berwarna kuning dan hitam, di buat dengan teknik cetak saring (sablon), tertata diagonal dalam ruang kotak putih, adalah

karya Andy Warhol pertama yang saya temui , adalah cover art untuk album The Velvet Underground & Nico. Terekamlah nama The Velvet

Underground di benak saya untuk pertama kalinya. Lalu, waktu itu, sembari mendengarkan Lastnite, Is This It atau Barely Legal-nya The Strokes,

di salah satu wawancaranya, Julian Cassablancas (voc. The strokes) mengatakan bahwa Lou Reed-lah (song writer, guitarist, voc The Velvet

Underground) salah satu alasan dia membentuk The Strokes. Reaksi berantainya makin menjadi-jadi di benak saya, pertanyaan lugasnya: siapa

Lou Reed? Siapa The Velvet Underground?

Oke, sekarang ikuti saya. Pastikan koneksi internetmu berfungsi, dobel klik di browser, Ketik Wikipedia, tekan enter, lalu ketik ‘The Velvet

Underground’ di kotak pencari. Biografi dan diskografi Tersedia sempurna semua di situ, bahkan majalah musik tersohor asal britania raya NME

pun merujuk ke tulisan Wikipedia ini untuk menyampaikan biografi The Velvet Underground. Saya coba terjemahkan sedikit dengan bantuan

kamus colongan dari perpustakaan SMA saya dulu. The Velvet Underground, sebuah band rock Amerika yang terbentuk di New York City tahun

1965, dan aktif sampai 1973. Personilnya Lou Reed (song writer, guitarist, voc), John Cale (viola), Sterling Morrison (guitarist), Maureen Tucker

(drummer), Nico (voc), Doug Yule (bassist). Dan bla bla bla terusannya, silahkan kamu gali sendiri.

Terlepas dari paparan biografi, review, atau pendapat kritikus musik yang sudah pernah ditulis, The Velvet Underground menjadi sangat eksotis

dan penting bagi saya atas apa yang mereka karya-karya mereka yang hampir selalu bisa berdiri di suatu tempat dalam teritori musik yang baru,

cenderung aneh dan mengejutkan, dan sekali-kali menggoda saya untuk berani menyebutnya sebagai karya yang revolusioner. Walaupun

terminologi ‘baru’ dan ‘revolusioner’ sebenarnya bermakna nihil menurut cara pandang saya. Namun, baik secara sadar dalam berproses maupun

dengan keberuntungan dan kebetulan-kebetulannya, The velvet Underground akhirnya bisa menjejakkan mesin eksplorasi mereka ke suatu

dataran baru yang belum pernah di singgahi oleh orang lain. The Velvet Underground mencoba mendefinisikan kembali batas-batas luar musik

rock, sekali lagi, menghasilkan sesuatu yang belum pernah dicoba oleh orang lain. Bahkan di kurun waktu itu (pertengahan sampai akhir 60-an),

masa resesi dunia (kurang lebih dikarenakan perang Amerika-Vietnam) yang kemudian memicu terjadinya pergerakan budaya besar-besaran

Farid Stevy Asta

Page 16: EVENUE Magazine #02

Maximum Rock N Roll yang sering menjadikan band ini sebagai spotlight membuat saya sangat excited terhadap band ini pertama kali. Iceage sebuah nama yang mengingatkan saya akan sebuah judul lagu dari legenda Post Punk asal Manchester Inggris, Joy Division. Tapi ini sungguh berbeda. Coba kamu bayangkan Husker Du era Zen Arcade dengan gaya vokal bariton ala Ian Curtis. Pemuda-pemuda 17 tahun asal Copenhagen Denmark (ups..Denmark? sori bukan hanya orang Inggris atau Amerika saja yang bisa memainkan Post Punk) ini sungguh brilian memainkan Post Punk dengan gaya yang lebih raw, lebih pedas, lebih berisik dan lebih violence dengan attitude fuck you di depan muka kamu. 12 track dalam 25 menit, mereka menggabungkan kegelisahan dan keputusasaan anak-anak muda tentang makna kedewasaan yang menyebabkan ketakutan buat kita semua. Grown ups? No we never trully grown up's. Isn't it? Ini sebuah rilisan yang sangat ajaib, it's passionate, and what's more? it's fun. Saya sangat mencintai rilisan ini sampai ke ubun-ubun otak saya. Begitu juga kalian setelah mendengarkannya nanti. Piss out.

Cek Track : White Rune, New Brigade, Remember, Total Drench, Broken Bone, Collapse, You're Blessed

Iceage New Brigade Escho Records 2011

Satu tahun terkahir ini band-band seperti Surfer Blood, Vivian Girls, Best Coast kembali mencoba untuk memecah ombak musik Lo Fi Surf Rock/Pop. Dan Wavves adalah salah satu titisan Beach Boys yang bermain seperti Pete Townsend dengan menghancurkan amplifier dan gitar mereka. Surfing, skating then smoking pot merupakan 3 hal yang cocok saat mendengarkan album dari trio asal San Diego California ini. Kata-kata seperti summer, weed, goth sangatlah lumrah kita temui di beberapa penggalan makna lirik mereka. Sebuah ledakan amunisi dari band surf pop yang berisik oleh Nathan Williams sebagai motor dari band ini. Track 1 - 12 adalah sebuah komposisi yang pasti akan kamu repeat berulang-ulang untuk beberapa waktu ke depan. Cuman ada beberapa berita miring tentang mereka yang saya dengar dari teman saya waktu dia tinggal di Canada. Wavves adalah segerombolan pemuda yang kecanduan valium dan alkohol yang sombong. Tapi semua itu telah terbayarkan oleh album mereka yang akan kamu cintai nantinya. Bukan begitu?

Cek Track : Super Soaker, Post Acid, Take On The World, Grenn Eyes

WavvesKing Of The Beach Fat Possum Records 2010

Hear This

Royal Swan

| 14www.evenuemagz.com

Page 17: EVENUE Magazine #02

Hear This

The Kleptones A Night at Hip-Hopera www.kleptones.com 2004

Girl TalkFeed The AnimalsIllegal Art 2008

Diambil dan diramu 100% dari Material Sample Unofficial, pernah bayangin mulai dari AC/DC, Busta Rhymes, Chicago, The Police, The Cure, Underworld, Vanilla Ice, Cat Stevens, Genesis and the list goes on, diblender jadi satu??. Yess, Mashup! comot sini comot sana, ketok kene tempel kono, chop bassline disini, snippet acapella disana, glitch beat sebelah disitu, Got The Point?. Total terdapat 322 samples!! dalam album ini, ada 242 identified dan 80 unidentified, karena besar kemungkinan si GT sendiri lupa lagu apa yang dia sample :))

Album ini adalah album keempat dan ada 14 tracks di dalamnya. Girl Talk adalah project solo dari Gregg Gillis seorang Biomedical Engineering asal Pittsburgh, nama GT sendiri diambil dari kata-kata popular yang sering nongol di majalah, tv, film. Its Pop Culture phrase katanya.

Yang menarik adalah bagaimana GT tetap menyajikannya dengan "rapih" karena yang terpenting adalah bagaimana menggabungkan "old material" menjadi sesuatu yang baru dan menyegarkan. Semua orang bisa me-nyampling "part" dari lagu kesukaannya masing-masing tapi menggabungkannya menjadi sesuatu yang bagus?, rasanya tidak segampang itu. Seperti bermain lego atau puzzle.

Dan kalo ini diibaratkan sebuah prakarya tangan, maka ini adalah origami tingkat tinggi :D . "Hey, i know where that sample came from!!"

Review selanjutnya masih tentang mashup (mashing things up) namun kali ini datang dari daratan Inggris tepatnya dari kota Brighton. The Kleptones a.k.a Eric Kleptone nama yang didapatkan dari plesetan Eric Clapton atau bisa diartikan juga sebagai Klepto+Tones.

Album ini dirilis tahun 2004, sudah cukup lama memang namun album ini yang membawa The Kleptones ke jajaran elit mashup dunia. A Night at the Hip-Hopera adalah album mashup gabungan musik rock dari Queen dengan Acapella dari HipHop/Rap serta sample-sample comotan dari film. Judul A Night at The hip-hopera juga plesetan dari judul album Queen yang berjudul mirip "A Night at the Opera" (1975). Karena album ini pula The Kleptones harus berurusan legal dengan The Walt Disney Company untuk ilegal samplings.

Total ada 23 tracks, pada posisi gitar, bass & drum dipasrahkan ke Queen dimulai dari Flash Gordon, One Vision, Play The Game, i'm Going Slightly Mad, A Kind of Magic, Save Me, Etc. Sedangkan pada posisi vocal diserahkan pada acapella Afrika Bambaataa, De La Soul, Eminem, Herbaliser, Beastie Boys, Etc.

Saya salah termasuk penggemar berat Deacon, Taylor, May dan tentu saja Mercury jadi mendengarkan album "A Night at The Hip-Hopera" ini menyegarkan kembali ingatan pada lagu-lagu hebat Queen, namun dengan album ini memberi saya cara berbeda dalam menikmatinya. Kayak makan Oreo caranya beda-beda, mau dijilat dulu apa langsung dicelup :D

Album ini gratis dapat diunduh di www.kleptones.com

Lintang Enrico

| 15www.evenuemagz.com

Page 18: EVENUE Magazine #02

Halo apa kabar?

Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar?

Baik juga. Bagaimana kesan kamu maen di Jogja kemaren?

Merdu dan menyenangkan. Saya selalu ingin main di Jogja karena sambutan teman-teman yang

hangat.

Apakah musik yang kamu kenal pertama kali adalah jazz, sehingga kamu memilih jazz sebagai

musikmu? Atau bagaimana?

Musik yang saya kenal adalah pop dan klasik. Jazz baru saja saya dengarkan sejak tahun 1997.

Jadi belum terlalu lama. Tapi pengaruhnya memang cukup besar dalam perkembangan musik

saya, walaupun saya sendiri tidak mengklaim bahwa saya mengusung musik jazz. Karena buat

saya, it’s just music.

Album The Comfort Of My Own Company itu menceritakan apa sih? Apa ada pesan yang ingin

kamu sampaikan dalam album itu?

Menceritakan pengalaman personal saya. Tidak ada pesan khusus yang ingin saya sampaikan

sebenarnya. Karena pada proses pembuatannya segala sesuatu mengalir dengan sendirinya.

Album adalah sebuah pernyataan dalam periode waktu tertentu. Dan yang tertulis di album ini

adalah sesuatu yang kontemplatif. Hanya menawarkan kenyamanan, yang dapat kita mulai dari

diri sendiri, sebelum kita menyamankan sekeliling kita.

Kenyamanan bermusik menurut Mian Tiara sendiri itu apa sih?

Tanpa adanya pretensi. Itu kenyamanan. Melakukan apa yang kita punya dan kita bisa, dan

memulai semua dari sana. Kejujuran dan ketulusan dalam menyampaikan isi hati dan pemikiran

ke dalam bentuk nada.

Kamu adalah seorang composer, pencipta lagu, penyanyi juga. Apakah itu kepuasan tersendiri,

menciptakan lagu sendiri, membuat musik sendiri, dan menyanyikan sendiri? Dibandingkan

Mian Tiara sebagai backing vocal, atau pencipta lagu untuk orang lain?

Pastinya seperti itu. Namun bukan berarti porsinya lebih dari yang lain. Karena memang berbada

dan saya tidak ingin membandingkan rasanya. Semua saya kerjakan saja. Membuat musik sendiri

untuk diri sendiri lebih personal sifatnya. Itu sebuah kenikmatan yang lain lagi. Kepuasan? Saya

tidak mudah untuk puas. Masih banyak yang harus saya pelajari. Eksplorasi musik, pun pemikiran

yang ingin diaplikasikan dalam tulisan saya sendiri masih jauh dari luar biasa.

Kamu berkolaborasi dengan musisi lain, siapa sih musisi yang menurutmu paling berkesan yang

pernah bekerja sama dengan kamu?

Tiap musisi memberikan kesan yang mendalam buat saya. Riza Arshad, Indra Lesmana, Anda dan

Nikita adalah beberapa nama dari sekian banyak musisi yang pernah bekerja dengan saya.

Banyak pelajaran yang saya dapat dari proses bermusik bersama mereka.

Gimana dengan musisi-musisi Jogja? Apakah kamu pengen bereksplorasi dengan mereka?

Musisi Jogja punya ide dan cara bertutur yang menarik. Saya ingin sekali berkolaborasi

dengan mereka. Kegiatan tersebut sudah saya lakukan dengan Risky Summerbee dan saya

bersemangat untuk bereksplorasi dengan teman-teman yang lain. Saya menyenangi musik

Airport Radio juga, maka itu saya mengajak mereka untuk main bersama di konser ‘Comfort

Space’ tanggal 25 Maret kemarin. Support dari mereka sangat saya hargai.

Sebenarnya siapa sih inspirasi terbesar seorang Mian Tiara dalam berkarya?

Hidup.

Pengalaman perform paling berkesan dimana?

Java Jazz, Salihara dan Langgeng Art Foundation. Kebetulan ketiganya terjadi di bulan Maret

tahun ini.

Kalo ditilik kebelakang, sepertinya profesimu ternyata banyak ya, trus obsesi terbesarmu

yang pengen kamu capai apa?

Pencapaian itu menjabarkan rencana. Dan rencana itu adalah sebuat niatan yang buat saya,

cukup pribadi sifatnya. Saya ingin terus berkarya saja dulu.

Pernah nggak ngrasain bosen dalam bermusik? Dan sebabnya?

Belum. Tapi saya punya hal-hal lain selain musik yang bisa saya kerjakan di waktu senggang.

Menurutmu gimana dengan musik Indonesia sekarang?

Semakin beragam dan semakin seragam. Kebetulan saya tidak mengikuti yang seragam yang

sering muncul di layar TV. Yang beragam saya cukup tahu, karena itu pergerakan

teman-teman sendiri.

Playlist yang sering kamu dengerin belakangan ini?

Tired Pony, City & Colour, Kurt Rosenwinkel, Billie Holiday.

Apa project selanjutnya yang akan kamu lakuin?

Menyusun album kedua dan masih ingin melakukan konser musik di berbagai tempat.

Terakhir, kapan ke Jogja lagi nih?

InsyaAllah secepatnya. Jogja bikin kangen! J

Maturnuwun sanget kagem waktunipun nggih ;)

Sami-sami nggih. Salam saya untuk teman-teman semua. Sukses terus.

Interview

Mian Tiara talk about

Comfort Space

Cewe yang sangat talented ini mulai menunjukkan tajinya saat menjadi penulis lagu untuk Andien, Indra Lesmana dan artis jazz lainnya. Menjadi backing vocal untuk Goodnite Electric dan Audi pun pernah dilakoninya. Dan taun kemarin doi merilis

album pertama nya yang bernuansa folk jazz dan diberi tajuk The Comfort of My Own Company. Banyak yang Evenue tanyain tentang kenyamanan dia dalam bermusik.

inilah jawabannya.

Text : Opik Tri Handono | Photo : Dok. Mian Tiara

| 06www.evenuemagz.com

Page 19: EVENUE Magazine #02

Halo apa kabar?

Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar?

Baik juga. Bagaimana kesan kamu maen di Jogja kemaren?

Merdu dan menyenangkan. Saya selalu ingin main di Jogja karena sambutan teman-teman yang

hangat.

Apakah musik yang kamu kenal pertama kali adalah jazz, sehingga kamu memilih jazz sebagai

musikmu? Atau bagaimana?

Musik yang saya kenal adalah pop dan klasik. Jazz baru saja saya dengarkan sejak tahun 1997.

Jadi belum terlalu lama. Tapi pengaruhnya memang cukup besar dalam perkembangan musik

saya, walaupun saya sendiri tidak mengklaim bahwa saya mengusung musik jazz. Karena buat

saya, it’s just music.

Album The Comfort Of My Own Company itu menceritakan apa sih? Apa ada pesan yang ingin

kamu sampaikan dalam album itu?

Menceritakan pengalaman personal saya. Tidak ada pesan khusus yang ingin saya sampaikan

sebenarnya. Karena pada proses pembuatannya segala sesuatu mengalir dengan sendirinya.

Album adalah sebuah pernyataan dalam periode waktu tertentu. Dan yang tertulis di album ini

adalah sesuatu yang kontemplatif. Hanya menawarkan kenyamanan, yang dapat kita mulai dari

diri sendiri, sebelum kita menyamankan sekeliling kita.

Kenyamanan bermusik menurut Mian Tiara sendiri itu apa sih?

Tanpa adanya pretensi. Itu kenyamanan. Melakukan apa yang kita punya dan kita bisa, dan

memulai semua dari sana. Kejujuran dan ketulusan dalam menyampaikan isi hati dan pemikiran

ke dalam bentuk nada.

Kamu adalah seorang composer, pencipta lagu, penyanyi juga. Apakah itu kepuasan tersendiri,

menciptakan lagu sendiri, membuat musik sendiri, dan menyanyikan sendiri? Dibandingkan

Mian Tiara sebagai backing vocal, atau pencipta lagu untuk orang lain?

Pastinya seperti itu. Namun bukan berarti porsinya lebih dari yang lain. Karena memang berbada

dan saya tidak ingin membandingkan rasanya. Semua saya kerjakan saja. Membuat musik sendiri

untuk diri sendiri lebih personal sifatnya. Itu sebuah kenikmatan yang lain lagi. Kepuasan? Saya

tidak mudah untuk puas. Masih banyak yang harus saya pelajari. Eksplorasi musik, pun pemikiran

yang ingin diaplikasikan dalam tulisan saya sendiri masih jauh dari luar biasa.

Kamu berkolaborasi dengan musisi lain, siapa sih musisi yang menurutmu paling berkesan yang

pernah bekerja sama dengan kamu?

Tiap musisi memberikan kesan yang mendalam buat saya. Riza Arshad, Indra Lesmana, Anda dan

Nikita adalah beberapa nama dari sekian banyak musisi yang pernah bekerja dengan saya.

Banyak pelajaran yang saya dapat dari proses bermusik bersama mereka.

Gimana dengan musisi-musisi Jogja? Apakah kamu pengen bereksplorasi dengan mereka?

Musisi Jogja punya ide dan cara bertutur yang menarik. Saya ingin sekali berkolaborasi

dengan mereka. Kegiatan tersebut sudah saya lakukan dengan Risky Summerbee dan saya

bersemangat untuk bereksplorasi dengan teman-teman yang lain. Saya menyenangi musik

Airport Radio juga, maka itu saya mengajak mereka untuk main bersama di konser ‘Comfort

Space’ tanggal 25 Maret kemarin. Support dari mereka sangat saya hargai.

Sebenarnya siapa sih inspirasi terbesar seorang Mian Tiara dalam berkarya?

Hidup.

Pengalaman perform paling berkesan dimana?

Java Jazz, Salihara dan Langgeng Art Foundation. Kebetulan ketiganya terjadi di bulan Maret

tahun ini.

Kalo ditilik kebelakang, sepertinya profesimu ternyata banyak ya, trus obsesi terbesarmu

yang pengen kamu capai apa?

Pencapaian itu menjabarkan rencana. Dan rencana itu adalah sebuat niatan yang buat saya,

cukup pribadi sifatnya. Saya ingin terus berkarya saja dulu.

Pernah nggak ngrasain bosen dalam bermusik? Dan sebabnya?

Belum. Tapi saya punya hal-hal lain selain musik yang bisa saya kerjakan di waktu senggang.

Menurutmu gimana dengan musik Indonesia sekarang?

Semakin beragam dan semakin seragam. Kebetulan saya tidak mengikuti yang seragam yang

sering muncul di layar TV. Yang beragam saya cukup tahu, karena itu pergerakan

teman-teman sendiri.

Playlist yang sering kamu dengerin belakangan ini?

Tired Pony, City & Colour, Kurt Rosenwinkel, Billie Holiday.

Apa project selanjutnya yang akan kamu lakuin?

Menyusun album kedua dan masih ingin melakukan konser musik di berbagai tempat.

Terakhir, kapan ke Jogja lagi nih?

InsyaAllah secepatnya. Jogja bikin kangen! J

Maturnuwun sanget kagem waktunipun nggih ;)

Sami-sami nggih. Salam saya untuk teman-teman semua. Sukses terus.

Interview

Mian Tiara talk about

Comfort Space

Cewe yang sangat talented ini mulai menunjukkan tajinya saat menjadi penulis lagu untuk Andien, Indra Lesmana dan artis jazz lainnya. Menjadi backing vocal untuk Goodnite Electric dan Audi pun pernah dilakoninya. Dan taun kemarin doi merilis

album pertama nya yang bernuansa folk jazz dan diberi tajuk The Comfort of My Own Company. Banyak yang Evenue tanyain tentang kenyamanan dia dalam bermusik.

inilah jawabannya.

Text : Opik Tri Handono | Photo : Dok. Mian Tiara

| 06www.evenuemagz.com

Page 20: EVENUE Magazine #02

| 18www.evenuemagz.com

Snacky at

Moof Roof's

black top - one and a half, purple leopard skirt - pulpy fresh shop, black shoes - Evenue's property, leopard sunglasses - Evenue's property

Fashion Spread

Photographer: AnomPhotographer Ast. : OTHStylist & MUA : FinniModel: SophieLocation: Moof Store

Moof Store2nd Floor Galleria Mall, Jl. Jendral Sudirman, Yogyakarta, Indonesia

Page 21: EVENUE Magazine #02

white tank - simponi, outwear - one and a half, brown shoes - deelike shoe, green skirt - stylist's property, headpiece - stylist's property

Page 22: EVENUE Magazine #02

black dress worn as top - one and a half, black skirt - pulpy fresh shop, leopard outwear - nimbus, black shoes - Evenue's property

Page 23: EVENUE Magazine #02

black dress worn as top - one and a half, black skirt - pulpy fresh shop, leopard outwear - nimbus, black shoes - Evenue's property

Page 24: EVENUE Magazine #02

brown pattern top - pulpy fresh shop, black skirt - pulpy fresh shop, black bow heels - buttercup

Page 25: EVENUE Magazine #02

top - one and a half, black skirt - pulpy fresh shop, black bow heels - buttercupwhite tank - simponi, outwear - one and a half, brown shoes - deelike shoe, green skirt - stylist's property, headpiece - stylist's property

Page 26: EVENUE Magazine #02

brown pattern top - pulpy fresh shop, black skirt - pulpy fresh shop, black bow heels - buttercup

Page 27: EVENUE Magazine #02

brown pattern top - pulpy fresh shop, black skirt - pulpy fresh shop, black bow heels - buttercup

Page 28: EVENUE Magazine #02

Fashion Article

Setelah banyak desainer menggu-nakan warna-warna berani dalam gelaran pekan mode spring-summer 2011 di Milan, New York, maupun London, Color Block memang dipastikan jadi trend. Sebut saja Jill Sanders, Etro, Prabal Gurung, Nina Ricci, Versus, Marc Jacobs, serta Moschino, beramai-ramai menunjukkan indahnya warna dalam runway mereka.Warna-warna cerah dan kuat seperti biru, merah, kuning, ungu dan hijau “ditabrakkan” sehingga menjadi sebuah kombinasi yang eye catchy dan fresh. Cocok sekali dengan nuansa spring-summer yang atraktif dan playful.

Bagaimanakah meniru trend ini untuk bisa dikenakan sehari-hari? Berikut ini panduan yang bisa kita ikuti.

1. Gunakan warna-warna terang dan tegas, seperti kuning, oranye, merah biru, dan hijau. Hindari memadukan warna-warna pastel. Gaya kamu

akan terkesan kurang maksimal dan setengah-setengah.

2. Pilih perpaduan warna dengan baik, seperti hijau dengan ungu, oranye dengan ungu, shocking pink dengan biru, atau kuning dengan biru

tua. Salah padu padan warna akan membuat tampilan kamu layaknya badut sirkus.

3. Hindari penggunaan motif yang ramai. Bila perlu hanya gunakan motif sebagai aksen ringan pada ikat pingang maupun aksesoris. Motif garis

atau geometri bisa jadi pilihan tepat.

4. Bila belum terlalu berani dengan warna-warna terang, buat tampilan lebih soft dengan memadukan warna putih. Celana putih dipadu

kemeja hijau terang, atau rok putih dengan atasan biru yang terang.

5. Bila masih belum yakin, mulai dengan memainkan aksesoris. Cukup gunakan clutch, belt, atau sepatu warna terang untuk mendapatkan

tampilan color blocking.

6. Pilih garis desain yang simpel, sehingga terkesan tidak terlalu berat.

7. Layering yang tepat akan membuat tampilan kamu makin maksimal. Pilih jaket atau blazer dengan warna yang playful.

8. Ingat, selalu sesuaikan dengan acara, tempat dan waktu.

Text : Juris Bramantyo | Photo : Various Sources

Selamat berkreasi dan tampil stunning dengan color block!

COLOR BLOCKSpring/Summer Trend

| 26www.evenuemagz.com

Page 29: EVENUE Magazine #02

Brand alas kaki asal Jerman ini memang selalu sukses mengeluarkan koleksi yang klasik dan timeless. Spesialis pembuat sandal dan clogs yang sudah teruji kenyamanan, kualitas, dan keawetannya ini berawal dari usaha keluarga dan handmade. Tipe Gizeh, salah satu tipe sandal dengan desain klasik, hadir dalam warna putih yang elegan namun tetap casual. Koleksi ini dibuat dengan bahan smooth leather putih di atas bahan Birko-Flor serta didukung sistem alas kaki flexible footbed ciptaan Birkenstock yang sangat nyaman. Mampu membuat otot kaki rileks saat berjalan karena mampu mereduksi tekanan pada tumit. Birko-Flor sendiri merupakan material yang anti-sobek, lembut, tidak membuat iritasi pada kulit dan sangat kuat. Sementara material kulitnya adalah smooth leather yang diolah khusus sehingga tampilan nya halus namun dengan kekuatan ekstra. Dengan desain klasik, warna putih yang tak akan tergerus trend dan waktu, serta kekuatan dan kenyamanan bahan, maka Birkenstock Gizeh in Wite Classic cocok dikenakan indoor dan kuat untuk kegiatan outdoor.

Product Review

BIRKENSTOCK Gizeh in White Classic

Burberry Sport Ice for Men

LEVI’S Curve ID

Satu lagi parfum dengan aroma menarik dan menggoda untuk pria. Nama besar brand Burberry yang berbasis di London ini jelas menjadi jaminan atas produk-produk berkualitas yang dikeluarkan nya. Kali ini Burberry menggoda kita (dan juga pasangan) dengan aroma wewangian aquatic yang segar. Resmi diluncurkan Februari tahun ini, boleh jadi Burberry Sport Ice for Men akan menyusul pendahulunya yang sudah berada di hati para pemakai setianya, seperti London, Brit, dan Beat.Diawali dengan top notes yang menyegarkan dari icy citrus, frozen ginger, dan icy crystal. Lalu berlanjut dengan heart notes yang kontras dan spicy dari aroma red ginger dan juniper berries. Wewangian ini makin sempurna karena diakhiri dengan basic tones yang klasik dan maskulin dari aroma cedar wood, dry amber, dan musk. Menyegarkan sekaligus berenergi. Dikemas eksklusif dalam botol hitam yang menawan dan elegan, Burberry Sport Ice for Men cocok untuk kamu yang ingin menciptakan segar namun maskulin.

Ini dia jeans impian semua wanita. Tak peduli bentuk tubuh anda, LEVI’s Curve ID sanggup menciptakan tampilan yang sempurna disertai kenyamanan ekstra. Sejak diluncurkan medio 2010 lalu, jutaan wanita di seluruh dunia telah memakai dan menemukan celana yang tepat sesuai bentuk tubuh mereka. Teknologi LEVI’S Curve ID difokuskan bukan pada ukuran celana, namun pada bentuk dan proporsi tubuh sang pemakai.LEVI’S sebagai salah satu leading brand telah melakukan survey body scan terhadap lebih dari 60.000 wanita di seluruh dunia terhadap ukuran pinggang dan pinggul serta kenyamanan celana saat dipakai dan duduk. Hasilnya LEVI’S menciptakan seri LEVI’S Curve ID dengan varian berikut:

• Slights CurvesDiciptakan untuk anda yang bertubuh lurus

dan akan memberikan aksen curvy pada tubuh si pemakai. Lekukan yang tercipta

mampu memperindah tubuh sang pemakai. Jika celana jeans anda yang biasanya pas di

pinggul dan paha namun sempit di pinggang, tipe ini sangat cocok untuk

dicoba

• Demi CurveTipe ini diciptakan untuk memberikan

kenyamanan ekstra pada pinggang wanita. Bilajeans yang biasanya pas dan

nyaman di pinggang namun tak memberikan lekukan yang sempurna pada tubuh, silahkan coba tipe yang

satu ini.

• Bold CurveKhusus diciptakan untuk

“memeluk” pinggang secara sempurna. Bila celana jeans pas

di pinggul dan paha namun masih terasa longgar di bagian

belakang pinggang, tipe ini adalah solusinya.

• Supreme CurveDari namanya tampak jelas, tipe yang

satu ini diciptakan khusus para wanita yang sangat curvy. Saat

dipakai akan memberikan tampilan yang tidak saja indah namun super nyaman. Tampak rendah di depan

namun lebih tinggi di belakang.

Text : Juris Bramantyo | Photo : Various Sources

| 27www.evenuemagz.com

Page 30: EVENUE Magazine #02

Lupakan “Before Sunrise” dan “Before Sunset”, ini saatnya bagi “Certified Copy”! Film romantis luar biasa ini dikemas dalam bentuk yang sulit didefinisikan, membingungkan dan menyenangkan secara bersamaan. Keseluruhan cerita didominasi dengan percakapan antara James Miller (William Shimell), seorang penulis buku berjudul “Certified Copy”, dengan wanita pemilik toko buku yang gak pernah disebutkan namanya (Juliette Binoche).

Jalan cerita seperti terjun bebas, tanpa adanya plot yang jelas, namun terurai cantik. Pertemuan merujuk pada pembicaraan kasual yang lambat laun menjadi sebuah diskusi berbobot tentang pandangan mereka terhadap hidup, pernikahan, harapan, tujuan eksistensi dan kealamian sebuah hubungan. Walau terdengar biasa dan nyata, namun pola perkataan, gerak tubuh dan mimik wajah samar memperlihatkan potensi timbulnya konflik dan keintiman yang berjalan sejajar. Koneksi yang ada seperti mampu menghasilkan momen-momen romantis namun terlalu rapuh untuk terwujud. Segala keiintiman dan chemistry disembunyikan dengan indah dalam percakapan yang normal tanpa melebih-lebihkan, membuat kita terus menerka-nerka.

Tips bagi kamu kalo pengen nonton “Certified Copy”, berjuanglah untuk melewati 40 menit diawal film. Ketika kedua tokoh membicarakan tentang aspek-aspek seni akan terasa sedikit membosankan, bahkan bagi penyuka seni. Kenapa? Karena bukan seni yang akan anda temukan setelah itu, tapi “Kenyataan” dengan huruf “K” kapital diawal kata!

Certified Copy

Yah, itulah pendapat saya tentang film “Rango”.

Sangat sulit mencari kekurangan dan kesalahan dalam

film ini. Animasi canggih dan eksentrik, karakter

penokohan yang kuat, jalan cerita yang extra-ordinary,

dialog yang kreatif, scoring yang mengagumkan dan

detil-detil lain yang terkonsep dengan apik.

Film ini bercerita tentang seekor bunglon

peliharaan rumah yang bernama..., gak pernah

benar-benar dijelasin dalam film ini. Bunglon itu hidup

sendirian, haus akan kehidupan sosial, membuatnya

mengalami krisis identitas dan menjalani hari-harinya

dengan menciptakan skenario akting menggunakan

imaginasinya. Sepanjang film ini menceritakan

bagaimana bunglon tersebut bertransformasi menjadi

pahlawan western lokal yang sangat dikagumi bernama

“Rango”.

Setting “Rango” ngingetin kita pada film

Rango

Watch This

Drama Romantis Gaya baru

Cast : Juliette Binoche., William Shimell.Director : Abbas KiarostamiGenre : Drama

Film Tanpa Celah

Cast : Johnny Depp, Isla Fisher, Abigail Breslin, Net BeattyDirected : Gore VerbinskyGenre : Animation, Adverture, Comedy

| 28www.evenuemagz.com

legendaris Clint Eastwood: “The Good, The Bad, The

Ugly” yaitu padang pasir bernuansa western klasik.

Plotnya Cerdas, gak terjebak dalam klise film animasi

khas Disney, sebuah kejutan dari Nicklodeon. Salah satu

faktor utama keberhasilan film ini adalah pengisian

suara tokoh “Rango” oleh Johnny Depp sehingga

karakter tokoh tersebut terlihat ‘dalam’ dan ‘kuat’ .

Satu-satunya kekurangan “Rango” adalah kenyataan

bahwa film ini gak cocok ditonton oleh anak-anak

seperti film animasi pada umumnya (yang juga

merupakan kelebihan dari sudut pandang saya). Dialog

kasar khas western, umpatan-umpatan, aksi kekerasan,

dan humor yang digunain jelas lebih diorientasikan bagi

kalangan dewasa.

Film animasi “Rango” akan membawa pada

petualangan western klasik yang sulit terlupakan. Film

Box office 2011 terbaik sejauh ini.

Johanes Gardenia Augusta

Page 31: EVENUE Magazine #02

Watch This

Sebuah film dokumenter tentang Hip hop di Yogyakarta. Dibuka dengan prolog Elizabeth Nandiak, seorang perempuan Prancis peneliti Serat Centhini yang dahulu peneliti Hiphop di Bronx, US. Dia mengatakan ada persamaan kultur hiphop dengan bahasa tutur jawa “Bahasa Jawa punya potensi hiphop. Suluk Jawa, yang penuh aliterasi, persamaan bunyi di akhir kalimat, cocok untuk rap”. Sangat tidak terduga ternyata bahasa yang dominan dalam film ini mengunakan bahasa jawa. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri tapi tidak takut untuk memperlihatkan apa yang mereka punya dan itu udah terbentuk secara alami dengan tutur kata jawa. Yang sebelumnya terdengar norak, udik kalo di TV biasanya pembantu yang berbahasa jawa. Hati hati jika teryata pembantumu bisa ngerap…hahaha. Mohammad “Kill The DJ” Marzuki yang juga sutradara film dokumenter ini dibantu oleh Chandra Hutagaol, menceritakan banyak tentang apa yang terjadi di Yogyakarta dengan scene hiphop. Dimana sejak dulu emang udah banyak rapper yang mengunakan bahasa jawa. Pada tahun 2003 Kill The DJ membentuk JHF dan

Apa yang harus kamu lakuin ketika film ini segera ditayangin di bioskop kesayanganmu? Sumbangkan uangmu pada yang butuhin, beli makanan untuk anjingmu yang lebih mahal dari biasanya, nabunglah unruk rencana nikah, berpestalah...pokoknya hindari film ini! Tema orisinil film “Adjusment Bureau” sebenarnya cukup menarik, yaitu mempertanyakan apakah takdir dan kebetulan itu benar-benar ada. Implementasi dari tema tersebut yang diterjemahkan dalam cerita yang luar biasa berantakan. Cerita berawal dari pertemuan David Norris (Matt Damon), Senator Amerika usia muda, dengan Elise Sallas (Emily Blunt), Penari berbakat dengan karir yang bersinar. Kisah percintaan mereka dihalangi oleh sekumpulan orang yang bertugas mengontrol dan memastikan segala tindakan setiap orang sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh

HIPHOP DININGRATDirector : Mohammad “Kill The DJ” Marzuki . Chandra Hutagaol

Genre : Dokumenter

The Adjusment Bureau Wow! (not in the good way)

Cast : Matt Damon, Emily Blunt.

Director : George Nolfi

Genre : Science Fiction & Fantasy, Romance

| 29www.evenuemagz.com

atasan mereka, dalam film ini disebut dengan “Chairman”. Tugas mereka dibantu dengan kekuatan supernatural yang berasal dari topi (yah..Topi?!). Film ini lalu terjebak dalam plot yang kabur, aksi-aksi menggelikan dan romantisme klise yang menggambarkan bagaimana David dan Elise berjuang untuk merubah takdir kisah percintaan mereka.

“The Adjusment Bureau” adalah penggabungan yang sangat dipaksakan dari konspirasi, fiksi, romantisme, keabsurb-an alur dan akting yang prematur. Tapi jangan khawatir, Film ini masih bisa dinikmati dalam kondisi ketika kamu ingin nonton film yang cheesy dan dangkal. Paling tidak keadaan tersebut akan meminimalisir resiko pembunuhan intelektualitas dan pola pikir rasional yang mungkin dapat dihasilkan dari menonton “The Adjusment Bureau” ini.

semenjak itu dia sering mendokumentasikan acara hiphop di Yogyakarta. Berangkat dari itu hiphopdiningrat di buat. Mungkin film ini bisa jadi trigger bagi banyak orang untuk bikin suatu yang baru dan tidak melupakan root-nya sendiri. Banyak sekali pendapat dari budayawan sebagai pembenaran bahwa ini bukanlah hanya hiphop yang berbahasa jawa, tetapi lebih ke proses akulturasi diantara keduanya. Seperti saat JHF membuat poetry beattle 1 dan 2, dengan Serat Centhini dibawakan secara hip-hop. Walaupun kelihatan berat konsep yang di angkat tapi Juki dan Chandra mengemasnya dengan santai, ringan dan banyak gurauan. Dan satu lagi yang merupakan kebiasan di kota Yogyakarta tercinta ini, curhat dari para ibu-ibu yang anak-anaknya malah ngerap dan gak nyelesain kuliah, menjadi penutup yang menyenangkan, hahaha. Mungkin akan lebih menarik apabila film ini bisa di-publish secara massal tidak hanya bisa di nikmati melalui festival film. Banyak yang harus tau bagaimana cara gabungin dua budaya yang berbeda, dan Jogja HipHop Foundation (JHF) berhasil melakukan itu dan hasilnya keren sekali. Serius, apik tenan. [RR]

Johanes Gardenia Augusta

Page 32: EVENUE Magazine #02

20

19

10

9

KINGDOM OF REBEL #2: PHOTO JOURNAL

SINGAPORE | KUALA LUMPUR | 12 -21 MARET 2011

1 2 3

4 5 6

7

8

11 12 13

14

15

17

18

21

22

23

Mash Cultura, When the rebelliousness are dead menjadi tagline dari perjalan 10 hari House Of Natural Fiber (HONF) untuk event Kingdom Of Rebel#2 yang diadakan di Kuala Lumpur dan Singapura sebagai penyelengaraan pra event dari KOR#2. KOR#2 adalah sebuah program kesenian multidisipliner yang dilaksanakan dala rangka kolaborasi dan pertukaran budaya antara Indonesia dan Malaysia. dan untuk KOR yang kedua ini diikuti pula oleh dua negara lain yaitu Philipina dan Singapura yang diwakili oleh Tutok (philipina) dan Post Museum (Singapura). inilah serangkaian gambaran perjalanan kami The Fibers enjoy !

1. Walau lebih terlihat seperti terminal bis dibanding dengan sebuah bandara. Tapi akhirnya Adisucipto dan maskapai yang selalu memberikan harga promosi ini melayani rute langsung menuju Singapura, bye Jogja see you on next 10 days.2. Dengan bawaan yang super merepotkan we’re ready to hit singapore!3. Bangunan Lasalle College of The art yang sophisticated ini menjadi tujuan utama perjalanan HONF selama di Singapura. Beberapa Workshop dan Presentasi akan dilakukan di kampus ini, bekerjasama dengan dosen, praktisi, dan mahasiswa dari fakultas Media Art.4. Workshop Online Radio yang dipresentasikan oleh Deadmedia FM. Deadmedia adalah online radio yang berbasis di Jogjakarta dan menjadi salah satu bagian dari kegiatan HONF.5\6. Workshop Alchemy yang dipresentasikan oleh Monty Aji. workshop dan presentasi Alchemy adalah project yang diinisiasi oleh Screamous dengan project The Otuz, salah satu project dari Screamous yang memanfaatkan program open source dalam menghasilkan karya grafisnya.7. work hard party hard!!

8. Instalasi karya S.A.T.U yang dipamerkan di National gallery of Malaysia9. HONF profile projection at National Gallery of Malaysia10. Instalasi Lime Volta karya Adegreden dan Budi Prakosa yang dipamerkan di National Gallery of Malaysia.11. Performance dari Sosound, grup musik eksperimental asal Malaysia dalam rankaian acara penutupan KOR#2. 12. HONF artist collaboration at Kotak Hitam, blackbox, MapKL Kuala Lumpur. Beberapa Band asal Kuala lumpur ikut bermain dalam gigs ini diantaranya, Flica, Sunday Carousel, dll13. Andreas siagian dalam workshop pure data, program ini adalah salah satu rangkaian kegiatan dari KOR#2.14. HONF collaboration artist dalam performance KOR#2.15. Dokumentasi persiapan karya Super Pop Green ver.01, salah satu karya HONF collective artist (Irene Agrivine, Stella Maris, Ratna Djuwita, dan Mikrobiologi UGM) yang mengabungkan antara art, fashion, dan science. 16. Music & Visual Performace dari kolaborasi musisi dan Visual Jockey HONF.17. The Fibers dan Jennifer dari Post museum, yeah still rockin with 14,2% beer, while we in really super tired.18. Andreas Siagian& Argha Mahendra yang mempresentasikan HONF dan Jogja Youth Subculture.19\23. Instalasi karya dari DEADMEDIA FM di National gallery of Malaysia.20. Dan waktu menunjukan pukul 12 malam, pupus pula-lah harapan kami berfoto dengan latar belakang gemerlap lampu menara petronas.21. showcase yang diadakan pada hari pertama pembukaan pameran KOR#2. Showcase ini adalah kolaborasi dari Barry Withacker (US),Kenneth Fenstain (US), Desiree Aditya (IND), Adegreden (IND)

16

Photo Journal | 31www.evenuemagz.com

Page 33: EVENUE Magazine #02

20

19

10

9

KINGDOM OF REBEL #2: PHOTO JOURNAL

SINGAPORE | KUALA LUMPUR | 12 -21 MARET 2011

1 2 3

4 5 6

7

8

11 12 13

14

15

17

18

21

22

23

Mash Cultura, When the rebelliousness are dead menjadi tagline dari perjalan 10 hari House Of Natural Fiber (HONF) untuk event Kingdom Of Rebel#2 yang diadakan di Kuala Lumpur dan Singapura sebagai penyelengaraan pra event dari KOR#2. KOR#2 adalah sebuah program kesenian multidisipliner yang dilaksanakan dala rangka kolaborasi dan pertukaran budaya antara Indonesia dan Malaysia. dan untuk KOR yang kedua ini diikuti pula oleh dua negara lain yaitu Philipina dan Singapura yang diwakili oleh Tutok (philipina) dan Post Museum (Singapura). inilah serangkaian gambaran perjalanan kami The Fibers enjoy !

1. Walau lebih terlihat seperti terminal bis dibanding dengan sebuah bandara. Tapi akhirnya Adisucipto dan maskapai yang selalu memberikan harga promosi ini melayani rute langsung menuju Singapura, bye Jogja see you on next 10 days.2. Dengan bawaan yang super merepotkan we’re ready to hit singapore!3. Bangunan Lasalle College of The art yang sophisticated ini menjadi tujuan utama perjalanan HONF selama di Singapura. Beberapa Workshop dan Presentasi akan dilakukan di kampus ini, bekerjasama dengan dosen, praktisi, dan mahasiswa dari fakultas Media Art.4. Workshop Online Radio yang dipresentasikan oleh Deadmedia FM. Deadmedia adalah online radio yang berbasis di Jogjakarta dan menjadi salah satu bagian dari kegiatan HONF.5\6. Workshop Alchemy yang dipresentasikan oleh Monty Aji. workshop dan presentasi Alchemy adalah project yang diinisiasi oleh Screamous dengan project The Otuz, salah satu project dari Screamous yang memanfaatkan program open source dalam menghasilkan karya grafisnya.7. work hard party hard!!

8. Instalasi karya S.A.T.U yang dipamerkan di National gallery of Malaysia9. HONF profile projection at National Gallery of Malaysia10. Instalasi Lime Volta karya Adegreden dan Budi Prakosa yang dipamerkan di National Gallery of Malaysia.11. Performance dari Sosound, grup musik eksperimental asal Malaysia dalam rankaian acara penutupan KOR#2. 12. HONF artist collaboration at Kotak Hitam, blackbox, MapKL Kuala Lumpur. Beberapa Band asal Kuala lumpur ikut bermain dalam gigs ini diantaranya, Flica, Sunday Carousel, dll13. Andreas siagian dalam workshop pure data, program ini adalah salah satu rangkaian kegiatan dari KOR#2.14. HONF collaboration artist dalam performance KOR#2.15. Dokumentasi persiapan karya Super Pop Green ver.01, salah satu karya HONF collective artist (Irene Agrivine, Stella Maris, Ratna Djuwita, dan Mikrobiologi UGM) yang mengabungkan antara art, fashion, dan science. 16. Music & Visual Performace dari kolaborasi musisi dan Visual Jockey HONF.17. The Fibers dan Jennifer dari Post museum, yeah still rockin with 14,2% beer, while we in really super tired.18. Andreas Siagian& Argha Mahendra yang mempresentasikan HONF dan Jogja Youth Subculture.19\23. Instalasi karya dari DEADMEDIA FM di National gallery of Malaysia.20. Dan waktu menunjukan pukul 12 malam, pupus pula-lah harapan kami berfoto dengan latar belakang gemerlap lampu menara petronas.21. showcase yang diadakan pada hari pertama pembukaan pameran KOR#2. Showcase ini adalah kolaborasi dari Barry Withacker (US),Kenneth Fenstain (US), Desiree Aditya (IND), Adegreden (IND)

16

Photo Journal | 31www.evenuemagz.com

Page 34: EVENUE Magazine #02

2 April 2010 adalah hari yang sangat ditunggu oleh metalhead Jogja. Setelah Dying Fetus yang bertandang ke indonesia september 2010 lalu, maka kali ini kesempatan band pecahan dari Dying fetus ini yang akan memberikan suguhan yang “nikmat” bagi para metalhead Jogja dan sekitarnya. Event yang bertajuk Heirs to Thievery Asian Tour 2011 ini merupakan salah satu rangkaian tur dari Misery Index di 5 kota di Indonesia. Sejak jam 5 sore para metalhead Jogja dan sekitarnya sudah berkumpul di STIM YKPN untuk melihat band favorit mereka tampil secara langsung di depan mata mereka. Acara di mulai telat setengah jam dari jadwal yang di tentukan panitia.

Tepat jam 19.00 malam akhirnya MC membuka acara ini juga. GodForsaken mendapat kesempatan pertama untuk mengobrak-abrik panggung, ada sedikit trouble ketika mereka memulai lagu pertama. Mereka juga meng-cover salah satu lagu dari Sepultura yang berjudul Arise. Band kedua yang naik panggung kali ini adalah Grind Buto. Orang-orang yang termasuk “dedengkot” di dunia underground tanah air ini segera menghajar kuping penonton tanpa ampun. Selanjutnya Down For Life sudah bersiap-siap di panggung, sepertinya sudah menjadi kewajiban Adjie sebagai vokalis agar membanyol di panggung di sela-sela jeda lagu, kocak! Terlihat kerumunan mulai melakukan headbang, sing a long ketika Down For Life tampil. Setelah Down For Life, maka Kill Harmonic band Technical Death Metal dari Kediri ini yang siap memanjakan indra pendengaran penonton. Permainan gitar yang sangat apik, Growl dari vokalis dan dentuman drum yang membabi buta yang di mix oleh pemuda kota Kediri ini menjadi santapan buat para metalhead yang hadir di kala itu. Akhirnya band terakhir yang menjadi pembuka konser dari Misery Index ini adalah Cranial Incisored. Band Chaotic Metal dengan sentuhan Jazz kebanggaan Yogyakarta ini membuat penonton terpukau, bisa di lihat dari tak adanya pergerakan penonton di moshpit, penonton hanya terpana melihat permainan mereka yang sangat ganas.

Heirs To ThieveryAsian Tour 2011

Akhirnya setelah penampilan Cranial Incisored penonton semakin merapat ke bibir panggung. Riuh teriakan penonton terdengar ketika Jason Netherton, Mark Kloeppel, Adam Jarvis dan Darin Morris naik ke panggung. Tapi sungguh sangat disayangkan ternyata ada beberapa trouble di panggung. Akhirnya kru panggung mencoba memecahkan masalah, sekitar 30 menit terbuang. Setelah trouble di panggung diatasi, maka tanpa banyak omong lagi, band dari Maryland, USA ini segera menghajar panggung tanpa belas kasihan. Moshpit terlihat sangat liar! Mark meminta penonton agar membuat circle pit, dan Mark mengatakan “that’s the biggest circle pit that I’ve seen in my whole live”. “Traitor”, “Retaliate”, “We Never Come in Peace”, “Great Depression” dan belasan lagu di bawakan oleh mereka. Sudah pasti tak ada yang meragukan kualitas performance dari Misery Index ini. Konser mereka diakhiri dengan teriakan “We Want More!” dari penonton, tapi tak ada encore dari Misery Index di malam itu. Semoga mereka tidak kecewa manggung di kota kita yang istimewa ini, dan semoga makin banyak band-band kelas internasional yang mau datang dan menghibur metalhead Indonesia raya tercinta ini. Yeaah \m/

Event Report | 32www.evenuemagz.com

Text & Photo : John Renesta Pandia

Page 35: EVENUE Magazine #02

Event Outloud pada tanggal 8 April 2011 berlokasi di pelataran parkir Lapangan

Mandala Krida Yogyakarta. Sebelumnya event ini tadinya akan dilaksanain di Candi

prambanan, tapi entah kenapa akhirnya venue di pindah. Kali ini event ini menghadirkan

Down For Life, The Sigit, Jogja Hip Hop Foundation, Shaggy Dog dan Superman Is Dead.

Saya sampai di venue beberapa saat setelah maghrib, ternyata saya ketinggalan

performance dari The Sigit dan Down For life T.T . Gerimis hujan tak mengurungkan niat

penonton yang kebanyakan adalah Outsider (sebutan untuk fans Superman Is Dead).

Sekitar jam 8 acara di mulai, ternyata ada juga penampilan tarian tradisional

jawa yang mengisi acara Outloud kali ini, bahkan dihiasi juga dengan barongsai. Setelah itu

Jogjakarta Hip Hop Foundation segera menggoyang penonton dengan beat-beat Javanese

hip hop nya. Terdengar riuh penonton ketika intro dari lagu Jogja Istimewa di mainkan.

Setelah JHF (Jogja Hip Hop Fooundation) akhirnya Shaggy Dog yang akan tampil. Terlihat

krunya sudah mulai setting alat sana-sini. Dan pada saat krunya sedang setting alat

ternyata para personil dari Shaggy Dog belum berada di venue, dan Gepeng Kesana Kesini

dan Alit Jabang Bayi mulai beraksi dengan guyonan-guyonan khas dari dua MC kondang ini.

Akhirnya setelah waktu berjalan sekitar 15 menit, para personil dari Shaggy Dog pun mulai

naik panggung. Gerimis yang turun tidak mengurungkan niat para Doggies untuk mencari

tempat berteduh, tetapi mereka tetap memutuskan untuk ikut bernyanyi bersama. Belasan

lagu di bawakan oleh Shaggy Dog pada kesempatan itu.

Dan Akhirnya yang di tunggu-tunggu para Oursiders pun akan naik panggung.

Jerinx sang drummer mengendarai sepeda Low Ride ketika masuk panggung, di susul oleh

Eka dan Bobby. Ribuan orang mulai melaksanakan ritual moshpit. SID juga membawakan

lagu-lagu dari album lama mereka. Sudah cukup lama sepertinya SID tidak manggung di

Yogya, akhirnya kehausan para fans nya untuk melihat penampilan mereka terpuaskan

sudah.

Event Report | 33www.evenuemagz.com

Text & Photo : John Renesta Pandia

Page 36: EVENUE Magazine #02

Pertama kali memasuki café ini saya cukup terkesan, bekas rumah kuno jaman belanda yang didalamnya dipadu dengan interior klasik tradisional ala jadul, kalo bokap nyokap kamu dateng kesini pasti langsung kesengsem inget jaman muda, haha. Tapi jangan salah, walaupun suasananya jadul, café ini bukan diperuntukkan untuk orangtua, tapi untuk anak-anak muda yang doyan nongkrong dan ngeksis abis. Suasana disini cukup terbuka dan sejuk, mengingat di lingkungan sekitar sini banyak pepohonan, menambah suasana santai.Café yang berada di bilangan Sagan ini juga menyuguhkan berbagai macem fasilitas, seperti karaoke room, minibioskop, meeting room, hotspot, dan sebagainya. Cukup lengkap bukan. Kamu dan temen-temenmu gak cuma sekedar nongkrong aja disini, tapi juga bisa nonton film, karaoke bareng-bareng. Gak cuma itu, banyak program yang diadain oleh café ini, kayak DJ perform, akustik, sulap, pesta dansa. Seperti namanya Myoozik, jadi ya café ini full of entertaiment terutama musik. Dijamin gak bakalan bosen dah kalo kamu nongkrong disini. Kamu juga bisa milih pengen duduk di dalem ato diluar, karena didepan ada taman yang disulap jadi tempat tongkrongan juga, apalagi pas malem, romantis dah. Dari segi harga juga gak mahal untuk kantong mahasiswa, menu yang paling mahal cuma 40 ribu, yaitu Sunny Tenderloin Steak, menu itu yang direkomendasikan oleh koki disini. Kalo minuman yang menjadi favorit adalah Cookies & Cream dan Traffict Light. Gimana? Pengen nongkrong yang full of entertaiment coba aja dateng kesini.

Myoozik CaféJl. Dewi Sartika No. 17 Sagan, YogyakartaPhone : (0274) 589 278Open : 10am – 01amPrice : 15k – 40k

R&B Grill adalah restoran steak yang sangat popular dikalangan para ekspatriat di Yogyakarta. Resto ini berdiri pada taun 2008, yang sebelumnya disini hanya sebuah meatshop & grocery. Tapi lama-kelamaan para pelanggan yang membeli daging disini pengen dimasakin sekalian. Yaudah deh, akhirnya membuka sebuah resto dan café untuk para pelanggan. Berbalut interior yang klasik ala eropa, resto ini cukup simple dan eksklusif karena disini hanya disediakan sekitar 15 meja. Tapi jangan anggep resto ini kecil, karena resto ini merupakan salah satu cabang dari PT. Indoguna, sebuah perusahaan importir daging ternama di Indonesia. Selain di Yogyakarta, mereka sudah membuka cabang di Surabaya, Bandung, Bali, dan Jakarta.Disini kamu bisa memesan macem-macem menu steak, grill, pasta, seafood dan europe food lainnya, semuanya ada 100-an lebih menu masakan yang ada disini. Salah satu menu favorit yang wajib kamu coba adalah Wagyu Beef Steak ditemani Fruit Punch sebagai minuman penyegarnya, maknyus dah. Rasanya bener-bener sangat otentik khas negara asalnya. Disini juga ada ice cream yang masih langka di Yogyakarta yaitu Ben & Jerry’s dan Haagen-Dazs. Asiknya juga disini kamu bisa membeli macem-macem daging dan ubo rampe-nya trus langsung dimasakin disini, jadi bener-bener deh rasanya fresh. Dan jangan heran kalo kamu pas makan disini ketemu ma artis-artis ibukota, karena resto ini merupakan salah satu tujuan utama kuliner para artis ibukota yang dateng ke Yogyakarta.

R&B GrillJl. R.W. Monginsidi No. 37 Yogyakarta 55241Phone : (0274) 563 617Open : 11am - 11pmPrice : 15k - 205k

Melting Place

Myoozik Cafe

R&B Grill

Text : Opik Tri Handono | Photo : Nuron Phasaluka

Text : Opik Tri HandonoPhoto : Nuron Phasaluka

| 34www.evenuemagz.com

Page 37: EVENUE Magazine #02

2

COTTONCREW

JNM(Jogja National

Museum)

SLACKERCOMPANY

HUGO’S CAFE &

EMBASSY CLUBR&BGRILL

LIP

BOSHE

MYOOZIKCAFE

GATESTORE

MOOFSTORE

LanggengArt Space

TAMANBUDAYAYOGYA

Page 38: EVENUE Magazine #02

More Info

EMAIL : [email protected]

| 36www.evenuemagz.comMore Info

VISIT OUR WEBSITE : EVENUE ALSO ON : //CREATIVE CULTURE FREE MAGAZINE//

CLUB | MUSIC | SCENE | LIFESTYLE | FASHION

IF U HAVE A CREATIVE WORK OF FASHION PROD-UCTS, VISUAL DESIGN, PHOTOGRAPHY, ETC AND WANT TO SHOW HERE, EMAIL US.DO U HAVE AN EVENT? (PARTY, GIGS, ETC.) AND WANT TO BE DISPLAYED IN THIS MAGAZINE, JUST EMAIL US.DARE TO BE A CONTRIBUTOR? SUBMIT YOUR WRITING (ARTICLE OR REVIEW) OF ANY KIND.IF U WANT TO CONTRIBUTE TO THE NEXT EDI-TION, YOU CAN SEND US AN EMAIL WITH YOUR DATA AND A PDF FILE THAT SHOWS YOUR WORKS, ALSO A LINK OF YOUR WEBSITE IF YOU HAVE ANY. WE WOULD LOVE TO SEE YOUR WORK SO DON’T HESITATE TO CONTACT US AND WELCOME.

Page 39: EVENUE Magazine #02

ADVERTISE [email protected]

Page 40: EVENUE Magazine #02

EVENUEMAGZ.COM