jurnal reading
TRANSCRIPT
![Page 1: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/1.jpg)
JURNAL READING
Prognosis Neonatus pada Ibu Hamil dengan SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
Diterjemahkan dari :
Prognosis of Neonates in Pregnant Women with Systemic Lupus Erythematosus
Disusun oleh :
1. Ariani Setyaningrum G1A208027
2. Ajeng Agustin Primastiwi G1A210009
3. Diah Krisriyanti G1A210010
Pembimbing :
dr. Amin Nurokhim, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO
PURWOKERTO2010
![Page 2: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui jurnal reading berjudul
Prognosis Neonatus Pada Ibu Hamil Dengan SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian
Kepaniteraan Klinik Senior Di Bagian Ilmu Penyakit Obstetri dan Ginekologi
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun Oleh :
1. Ariani Setyaningrum G1A208027
2. Ajeng Agustin Primastiwi G1A210009
3. Diah Krisriyanti G1A210010
Pada tanggal: November 2010
Pembimbing,
dr. Amin Nurokhim, SpOG
![Page 3: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistema lupus eritematosus (SLE) adalah faktor risiko yang penting bagi
ibu pada masa kehamilan dan nifas. Wanita dengan SLE berpikiran bahwa
mereka akan mengalami perburukan penyakit dengan adanya kehamilan, tetapi
hal ini berbeda dengan angka insidensi yang dilaporkan. Ibu yang menderita SLE
diketahui berpengaruh pada keadaan fetus maupun neonatus serta berhubungan
dengan peningkatan insidensi komplikasi kehamilan seperti lahir mati, aborsi,
prematur, gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, dan komplikasi
neonatus seperti blok jantung kongenital dan lupus neonatal. Pada kenyataannya,
ibu dengan peningkatan aktivitas SLE, lupus nephritis, hipertensi, serta yang
positif terhadap antiphospholipid dan antiRo rata-rata menimbulkan prognosis
yang buruk terhadap keadaan fetus maupun neonatus. Namun, hanya ada sedikit
penelitian yang meneliti tentang prognosis neonatus pada ibu dengan SLE yang
dilahirkan cukup bulan tanpa adanya komplikasi kehamilan.
Penelitian ini terfokus pada efek SLE terhadap keadaan neonatus dengan
membandingkan keadaan klinis dari neonatus yang dilahirkan cukup bulan dari
ibu dengan SLE dengan ibu hamil normal.
I.2. Tujuan
Tujuan dari journal reading ini adalah untuk mengetahui efek dari
sistema lupus eritematosus maternal pada prognosis neonatus yang diteliti
dengan membandingkan dari segi fisik pada bayi yang dilahirkan cukup bulan
dari ibu yang mengidap sistema lupus eritematosus dan dibandingkan dengan
kontrol yang telah disesuaikan usia dan paritas.
![Page 4: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
METODE DAN PASIEN
II.1. Pasien
Data penelitian ini diperoleh dari pasien sejak bulan Januari 2000 sampai
Desember 2005 dari 37 wanita hamil yang mengidap lupus yang melahirkan di
RS St.Mary Kangnam, Universitas Katolik di Korea. Dua orang di antara wanita
hamil tersebut melahirkan bayi kembar. Wanita-wanita tersebut didiagnosis SLE
di Departemen Penyakit Dalam di rumah sakit yang sama dan rata-rata durasi
antara diagnosis dan proses persalinan berlangsung 6,2 tahun. Pada 39 neonatus
terdapat 11 neonatus yang diekslusi yaitu 8 neonatus lahir prematur dan 3
neonatus yang lahir dari ibu yang mengalami preeklamsi, sehingga total neonatus
yang menjadi sampel adalah 28 neonatus yang terlahir antara usia kehamilan 37
sampai 41 minggu. Grup kontrol terdiri dari 66 orang neonatus yang lahir cukup
bulan.
Distribusi ibu hamil pada kedua grup adalah 27 orang di grup SLE dan 66
orang di grup kontrol. Kami mengekslusikan wanita dengan kondisi yang dapat
mempengaruhi prognosis kelahiran seperti ruptur prematur membran, plasenta
previa, diabetes gestasional, hipertensi kronik atau hipertensi kehamilan, dan
kelainan kromosom.
II.2. Metode
Studi retrospektif ini diperoleh dari data rekam medik pasien. Grup SLE
dan kontrol dibandingkan usia kehamilan, berat lahir, lama dirawat di rumah
sakit, small for gestational age (SGA), skor APGAR, dan paritas. Pada grup
SLE, titer antinuclear antibody (ANA) dan platelet count dinilai pada saat bayi
lahir dan elektrokardiogram dinilai sampai selesai dirawat. Neonatus dengan
hasil ANA yang positif diikuti perkembanganya sampai hasilnya dikonfirmasi
menjadi negatif.
![Page 5: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/5.jpg)
Sementara itu, di grup SLE dibagi menjadi dua subgrup berdasarkan titer
ANA pada ibu hamil terutama saat melahirkan, yaitu nilai antibodi anti-dsDNA
lebih dari 100 IU/ml (10 neonatus) atau nilai kurang 100 IU/ml (18 neonatus),
dan positif autoantibodi antiphospholipid (6 neonatus) atau negatif (22 neonatus).
Masing-masing subgrup dibandingkan antara skor APGAR menit pertama
dengan menit ke lima, berat lahir, umur kehamilan, frekuensi SGA, dan platelet
count.
Antibodi antiphospholipid yang positif didefinisikan sebagai hasil yang
menunjukkan nilai positif pada antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus, atau
VDRL (hasil VDRL positif merupakan false positive).
II.3. Analisis statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah SPSS versi 12 dengan
menggunakan uji Mann Whitney untuk variabel kontinyu dan uji Fisher untuk
variabel non kontinyu.
![Page 6: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB III
HASIL PENELITIAN
III.1. Perbandingan Data Demografi Ibu
Rata-rata usia ibu hamil pada grup kontrol adalah 31,9 tahun sedangkan
pada grup SLE adalah 30,5 tahun. Pada grup SLE terdapat 27 wanita hamil (28
neonatus) dengan 17 primipara dan 10 multipara. Pada grup kontrol (66
neonatus), 32 orang primipara dan 34 orang multipara. Tidak ada perbedaan
yang signifikan pada umur ibu hamil dan rasio primipara dengan multipara di
antara kedua grup (tabel 1). Aspek paritas pada 25 kehamilan di grup SLE
terdapat 12 abortus (48 %) dan 4 prematur (16 %) sedangkan pada 75
kehamilan di grup kontrol terdapat 32 aborsi (42,6 %) dan 3 prematur (4 %).
Insidensi riwayat aspek paritas abortus dan prematuritas tidak terdapat
perbedaan secara signifikan di antara 2 grup (Tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan Riwayat Perinatal antara Grup SLE dan kontrol
Grup SLE
(n=27)
Grup kontrol
(n=66)
Nilai p
Umur (tahun) * 30,5 + 2,9 31,9 + 3,9 0,08**
Rasio primipara
dan multipara
17 : 10 32 : 34 0,25***
Riwayat aborsi 12 32 0,63***
Riwayat premature 4 3 0,12***
* mean + standar deviasi** uji Mann Whitney*** uji Fisher
III.2. Perbandingan Outcome Perinatal antara grup SLE dan kontrol
Rasio gender neonatus pada grup SLE adalah 1 : 1,8 (10 laki-laki dan 18
perempuan) sedangkan pada grup kontrol adalah 1 : 1. Perbandingan rata-rata
![Page 7: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/7.jpg)
umur kehamilan antara grup SLE (28 neonatus) dan grup kontrol (66 neonatus)
adalah 38 minggu 4 hari dan 39 minggu 5 hari. Perbandingan berat lahir antara
grup SLE dan grup kontrol adalah 2,775 gram dan 3,263 gram. Perbandingan
rata-rata umur kehamilan dan perbandingan berat lahir memiliki perbedaan
signifikan (p < 0,05). Perbandingan frekuensi SGA pada grup SLE dengan grup
kontrol adalah 7 kasus (25 %) banding 3 kasus (4,5%) dan perbandingan ini
dinilai signifikan (p < 0,05). Grup SLE apabila dibandingkan dengan grup
kontrol memiliki berat lahir yang relatif lebih rendah serta umur kehamilan dan
frekuensi SGA yang lebih tinggi. Tidak ada perbedaan signifikan pada kedua
grup dalam hal rasio gender, nilai apgar kurang dari 7 pada menit pertama dan
ke lima, serta lama tinggal di rumah sakit.
Tabel 2. Perbandingan Outcome Perinatal antara Grup SLE dan Kontrol
Grup SLE
(28 neonatus)
Grup kontrol
(66
neonatus)
Nilai p
Gender (L : P) 1 : 1,8 1 : 1 0,260***
Berat Lahir (gram)* 2,775 + 360 3,263 + 404 0,000 #
Umur kehamilan (minggu)* 38,4 + 1,0 39,5 + 0,9 0,000 #
Lama perawatan (hari)*
Small for Gestational Age **
Apgar skor < 7 (menit
pertama)**
Apgar skor < 7 (menit kelima)**
3,57 + 3,0
7 (25 %)
2 (7,1 %)
1 (3,5 %)
2,83 + 1,8
3 (4,5 %)
1 (1,5 %)
0 (0 %)
0,461 #
0,007***
0,211***
0,298***
* mean + standar deviasi** jumlah (%)*** uji Mann Whitney# uji Fisher
![Page 8: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/8.jpg)
III.3. Antibodi Antinuklear dan Platelet Count pada Neonatus
Uji ANA pada 17 neonatus dari grup SLE didapatkan hasil 10 neonatus
positif antibodi anti-dsDNA pada saat lahir dan berubah menjadi negatif pada
6-12 bulan setelah lahir. Antibodi anti-Ro/SS-A terdeteksi pada 5 neonatus
sedangkan antibodi La/SS-B terdeteksi pada 3 neonatus. Terdapat 3 kasus
dengan hasil positif Ro/SS-A sekaligus positif autoantibodi La /SS-B.
Tidak ada neonatus yang menunjukkan blok jantung kongenital
berdasarkan elektrokardiogram pada saat lahir maupun periode monitoring atau
perkembangan lupus pada neonatus karena transmisi ANA dari ibunya.
Trombositopenia pada grup SLE ditemukan pada 7 ibu hamil (platelet
count < 100.000/m3) dan 2 neonatus (platelet count neonatus < 150.000/m3).
Pada 5 neonatus yang menunjukkan trombositopenia (platelet count neonatus <
150.000/m3) dapat sembuh dalam 14 hari tanpa pengobatan khusus apapun.
Tabel 3. Temuan Laboratorium pada Grup Lupus
Grup SLE (28 neonatus)
Platelet (/mm3)* 219,820 + 63,835
Antibodi anti-dsDNA (positif) ** 10 (35,7 %)
Antibodi anti-Ro/SS-A (positif) ** 5 (17,9 %)
Antibodi anti-La/SS-B (positif)**
Titer antibodi anti-dsDNA (pada ibu)**
3 (10,7 %)
> 100 IU/mL 10 (35,7 %)
Antibodi antiphospholipid
(pada ibu, positif #) **
< 100 IU/mL 18 (64,3 %)
6 (21,4 %)
* mean + standar deviasi** jumlah ( % )# antikoagulan lupus +, antibodi anticardiolipin +, atau VDRL + (VDRL yang
positif menunjukkan hasilnya positif palsu)
![Page 9: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/9.jpg)
III.4. Outcome Perinatal berdasarkan Aktivitas Lupus
Berdasarkan titer antibodi anti-dsDNA pada kedua subgrup SLE
menunjukkan tidak ada perbedaan sigifikan pada nilai apgar skor < 7 di menit
pertama maupun menit kelima, berat lahir, umur kehamilan, frekuensi SGA,
dan platelet count (tabel 4). Pada manifestasi klinis di antaranya adalah riwayat
trombosis dan keguguran kandungan pada trimester satu menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signfikan.
Sama halnya dengan kedua subgrup lupus, berdasarkan status
autoantibodi antiphospholipid menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan
pada skor apgar menit pertama dan kelima, berat lahir, umur kehamilan,
frekuensi SGA, dan platelet count (tabel 5). Sementara itu, pasien dengan atau
tanpa antibodi antiphospholipid (aPL) diberikan perawatan yang sama. Pada
grup SLE, riwayat pengobatan selama kehamilan meliputi steroid sistemik pada
25 pasien, hydroxychloroquine pada 11 pasien, azathioprine pada 2 pasien, dan
methotrexate pada 1 pasien (neonatus tidak timbul abnormalitas fetal) dan
aspirin pada 10 pasien. Pada 6 pasien dengan aPL, riwayat pengobatan pada
kehamilan meliputi steroid sistemik pada 6 pasien, hydroxychloroquin pada 3
pasien, azathioprine pada 2 pasien, dan aspirin pada 4 pasien. Selanjutnya,
pada riwayat pengobatan pasien dengan aPL selama kehamilan meliputi steroid
sistemik pada 6 pasien dan aspirin pada 4 pasien.
Tabel 4. Perbandingan Outcome Perinatal antara Subgrup dengan Risiko Tinggi
dan Rendah (titer antibodi anti-dsDNA) pada Grup SLE.
> 100 IU/mL
(10 neonatus)
< 100 IU/mL
(18 neonatus)
Nilai
p
Berat Lahir (gram)* 2,641 + 367 2,850 + 344 0,2#
Umur kehamilan (minggu)* 38,2 + 0,9 38,5 + 1,1 0,4#
Platelet (/mm3)*
Small for Gestational Age **
229.000 + 60,046
3 (30,0 %)
218.940+66,836
4 (22,2 %)
1,0#
0,6##
![Page 10: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/10.jpg)
Apgar skor < 7 (menit pertama)**
Apgar skor < 7 (menit kelima)**
0 (0,0 %)
0 (0,0 %)
2 (11,1 %)
1 (5,6 %)
0,5##
1,0##
*mean + standar deviasi**jumlah (persen)# uji Mann-Whitney## uji Fisher
Tabel 5. Perbandingan Outcome Perinatal antara aPL Positif dan Negatif pada
Subgrup SLE
Positif
(6 neonatus)
Negatif
(22 neonatus)
Nilai
p
Berat Lahir (gram)* 2,641 + 367 2,750 + 397 0,3#
Umur kehamilan (minggu)* 38,2 + 0,9 38,3 + 1,1 0,2#
Platelet (/mm3)*
Small for Gestational Age **
Apgar skor < 7 (menit pertama)**
Apgar skor < 7 (menit kelima)**
229.000 + 60,046
3 (30,0 %)
0 (0,0 %)
0 (0,0 %)
210.620+64,101
7 (31,8 %)
2 (9,1 %)
1 (4,5 %)
0,1#
0,2##
1,0##
1,0##
*mean + standar deviasi**jumlah (persen)# uji Mann-Whitney## uji Fisher
![Page 11: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB IV
PEMBAHASAN
Ibu hamil yang mengidap SLE memiliki resiko lebih tinggi mengalami
abortus spontan, bayi lahir mati, prematur, dan IUGR. Pada tahun 1993 Petri et all,
meneliti 481 neonatus yang lahir dari 203 ibu dengan SLE, diperoleh data mengenai
kejadian abortus spontan dan lahir mati adalah sekitar 21% dan bayi lahir prematur
adalah sekitar 12%. Insidensi tersebut tingkat signifikansinya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang sehat. Pada tahun 2000, Georgiou et all,
melaporkan bahwa diantara 59 neonatus yang lahir dari 47 ibu dengan SLE,
didapatkan data sebanyak 5% dari neonatus tersebut mengalami lahir prematur.
Systema Lupus Erithematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang
ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel yang
berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. SLE terutama terjadi pada usia
reproduksi antara 15-40 tahun dengan rasio wanita dan laki laki 5 : 1, dengan
demikian terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan SLE ini. Dari berbagai
laporan kejadian SLE ini tertinggi didapatkan di negara Cina dan Asia Tenggara,
sedangkan di Indonesia, RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166 penderita dalam 1
tahun (Mei 2003 - April 2004). Dari 2000 kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus
SLE.1-3
Dalam penelitian ini 37 ibu hamil melahirkan 39 neonatus, didapatkan
bahwa 8 neonatus atau sebanyak 20,5 % mengalami lahir prematur. Hal ini
merupakan tingkat yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan angka prematuritas
0,9% ( 9 dalam 1000 kelahiran ) yang dilaporkan oleh The Korea National Statistical
Office pada tahun 2005. Mengenai paritas dalam grup lupus (28 neonatus) didapatkan
12 kasus abortus (48 %) dan 4 kasus kelahiran premature (16 %), dalam total 25
kelahiran. Sedangkan terdapat 32 kasus abortus (42,6 %) dan 3 kasus kelahiran
premature dalam total 75 kelahiran pada grup kontrol. Dengan demikian frekuensi
kasus lahir premature dan abortus didapatkan lebih tinggi pada grup lupus
![Page 12: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/12.jpg)
dibandingkan dengan grup kontrol. Namun perbedaan yang signifikan secara statistik
tidak diamati.
Dalam laporan Korea yang lain, terdapat 7 penelitian dengan paritas 91
wanita dengan SLE dari tahun 1990 sampai 1996 dimana didapatkan kasus IUGR
sebanyak 19,7 % dan kelahiran premature sebanyak 35,6 %. Pada kasus tersebut
apabila dibandingkan dengan hasil penelitian ini hasilnya lebih rendah dalam
penelitian ini, hal ini dikarenakan perbedaan kriteria inklusi ibu hamil yang
mengalami SLE dengan kelahiran yang full-term.
Prognosis kehamilan penderita SLE sangat ditentukan dari aktifitas
penyakitnya, konsepsi yang terjadi pada saat remisi mempunyai luaran kehamilan
yang baik. Beberapa komplikasi kehamilan yang bisa terjadi pada kehamilan yaitu,
kematian janin meningkat 2-3 kali dibandingkan wanita hamil normal, bila
didapatkan hipertensi dan kelainan ginjal maka mortalitas janin menjadi 50%.
Kelahiran prematur juga bisa terjadi sekitar 30-50 % kehamilan dengan SLE yang
sebagian besar akibat preeklamsia atau gawat janin. Infark plasenta yang terjadi pada
penderita SLE dapat menigkatkan risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat
sekitar 25 % .4
Prognosis noenatus yang buruk telah dialami oleh ibu hamil dengan SLE
yang disertai dengan kondisi penyakit yang buruk, ANA status positif, ataupun
peningkatan titer ANA. Meskipun demikian dalam penelitian ini perbedaan yang
signifikan dalam prognosis noenatus tidak diamati diantara 2 subgrup lupus
berdasarkan anti-dsDNA antibody titer 100 dan <100. Ini berhubungan dengan
adanya kenyataan bahwa terbatasnya kelahiran bayi sehat pada ibu tanpa
preeklampsia.
Presentasi aPL pada ibu yang mengalami lupus adalah 30-40 %, hal ini
dihubungkan dengan frekuensi abortus, IUGR, oligohidramnion, preeklamsia, lahir
mati, dan HELLP sindrom. Pada tahun 2003, Moroni et al. melaporkan terdapat
sebuah kemungkinan besar pada janin ibu penderita lupus yang positif aPL atau
dengan nefritis, mengalami lahir mati dan abortus, insiden abortus ini sekitar 30-83%.
Bila dibandingkan dengan ibu penderita lupus tanpa aPL, insiden abortus ini hanya 4-
![Page 13: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/13.jpg)
43%, lebih rendah dari ibu yang positif untuk antibodi ini. Bagaimanapun juga, telah
dilaporkan bahwa terdapat perubahan dari lahir mati atau abortus pada ibu penderita
lupus dengan positif aPL yang telah diberikan aspirin atau heparin. Dalam penelitian
ini, terdapat 28 neonatus, kehamilan dengan aPL 6 kasus (21,4 %) dan hanya
mengalami 2 abortus (33,3 %). Pada 22 ibu dengan aPL (-), terdapat 10 dengan
riwayat abortus. Setelah itu dilaporkan hasil yang berbeda oleh Moroni pada tahun
2003 yang membandingkan kehamilan pada wanita dengan positif aPL (6 bayi) dan
negatif aPL (22 bayi) menunjukkan tidak terdapat perbedaan APGAR skor pada bayi,
berat badan bayi, umur kehamilan, frekuensi SGA, dan platelet count. Bagaimanapun
juga, ini menunjukkan untuk dilakukan penelitian lagi dengan subjek yang lebih
besar.
Telah dilaporkan bahwa disamping aPL, adanya ANAs selama kehamilan
memiliki dampak terhadap prognosis selama masa perinatal. Dalam particular, anti-
Ro/SS-A dan anti La/SS-B antibodi berhubungan dengan neonatal lupus dan blok
jantung kongenital, tetapi tidak berhubungan dengan kelahiran mati, abortus dan
prematur.
Banyak ibu penderita lupus mengambil pengobatan selama kehamilan.
Pemberian steroid relatif aman pada ibu hamil, dan telah dilaporkan bahwa angka
kematian dan kesakitan bayi menurun pada ibu penderita lupus setelah terapi dengan
steroid. Bagaimanapun juga, Molad et al melaporkan pada tahun 2005 bahwa tidak
hanya lupus yang sedang sangat aktif tetapi juga hipoalbuminemia, proteinuria,
adanya ANAs, dan riwayat obat seperti steroid dan hydroxychloroquine akan beriko
pada ibu penderita lupus. Dalam penelitiannya, 25 dari 27 wanita lupus (92,6%) telah
diberikan pengobatan steroid secara sistemik, tetapi tidak dapat ditentukan apakah
pemberian steroid ini merupakan pemeliharaan selama kehamilan sampai pengobatan
penuh.
Dalam penelitiannya, 5 dari 28 lupus neonatus menunjukkan trombositopenia
dengan platelet counts menunjukkan angka 83000-149000/mm3. Pletelet count akan
kembali normal dalam 2 minggu, dan pengawasan terhadap imunoglobulin atau obat-
obat lain tidak diperlukan. Penemuan ini berbeda dengan yang telah dilaporkan oleh
![Page 14: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/14.jpg)
yang lain bahwa masalah trombositopenia bukanlah masalah yang utama. Hal ini
dikaitkan untuk memberi masukan untuk dilakukan pengobatan penuh pada neonatus
dan menurunkan resiko kehamilan tanpa komplikasi seperti preeklamsia dan
prematuritas.
Penelitian yang dilakukan di Korea terhadap 11 neonatus yang lahir dari 9
wanita SLE, 9 wanita dari seluruh kehamilan sebanyak 30 terdapat 6 abortus spontan
(20 %) dan 5 lahir mati (16,7 %), dan diantara neonatus yang lahir hidup, 4 lahir
prematur (36,4 %) dan 2 dengan SGA (19,2 %). Dari yang lahir, 2 neonatus
menunjukkan trombositopenia dan leukopenia, dan 2 wanita hamil preterm
melahirkan dengan positif lupus antikoagulan dan aPL positif.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, wanita penderita lupus yang hamil
dengan komplikasi-komplikasi obstetrik yang semakin berkembang memerlukan
perawatan, dan telah dilaporkan memiliki prognosis buruk. Bagaimanapun juga,
beberapa penelitian yang telah diuji tentang prognosis neonatus pada wanita penderita
lupus yang sudah mendapatkan pengobatan penuh.
Pada tahun 2005, Coleman et al. melaporkan bahwa sebuah kelahiran yang
tidak diobservasi menunjukkan statistik yang berbeda tentang berat badan dan tinggi
badan dari 23 neonatus yang lahir dari wanita pendeerita lupus dan 115 neonatus lahir
dari ibu yang sehat. Penjelasan dari hasil tersebut adalah kelompok penderita lupus
kecil, dan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dari wanita penderita lupus
yang sedang hamil misalnya nutrisi, jumlah kelahiran, dan faktor pembawa pada ibu
yang tidak diketahui. Meskipun demikian, dalam penelitian tersebut membandingkan
kelompok lupus yang kehamilannya diawasi untuk mendapatkan terapi penuh dangan
perencanaan sebelum melahirkan untuk mengurangi komplikasi selama mengandung
pada kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa berat badan lahir dan umur
kehamilan pada kelompok lupus rendah dan insiden terjadinya SGA tinggi.
Prognosis perinatal pada ibu penderita lupus buruk apabila dibandingkan
dengan kehamilan normal. Oleh karena itu, peristiwa kehamilan perlu diawasi hingga
mendapatkan pengobatan penuh dengan mencegah terjaadi komplikasi obstetrik yang
![Page 15: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/15.jpg)
mungkin akan terjdinya selama kehamilan dan melahirkan, membutuhkan
pengawasan dan evaluasi yang hati-hati pada neonatus.
Masih belum dapat dipastikan apakah kehamilan dapat mencetuskan SLE,
eksaserbasi SLE pada kehamilan tergantung dari lamanya masa remisi SLE
keterlibatan organ-organ vital seperti ginjal. Penderita SLE yang telah mengalami
remisi lebih dari 6 bulan sebelum hamil mempunyai risiko 25 % eksaserbasi pada saat
hamil dan 90 % luaran kehamilannya baik. Tetapi sebaliknya bila masa remisi SLE
sebelum hamil kurang dari 6 bulan maka risiko eksaserbasi SLE pada saat hamil
menjadi 50 % dengan luaran kehamilan yang buruk. Apabila kehamilan terjadi pada
saat SLE sedang aktif maka risiko kematian janin 50-75 % dengan angka kematian
ibu menjadi 10 %. Dengan meningkatnya umur kehamilan maka risiko eksaserbasi
juga meningkat, yaitu 13 % pada trimeseter I, 14 % pada trimester II, 53 % pada
trimester III serta 23 % pada masa nifas.4-6
Kehamilan yang direncanakan merupakan pilihan yang paling baik untuk
penderita SLE yang masih menginginkan kehamilan. Kehamilan direkomendasikan
setelah 6 bulan remisi. Pada kunjungan pertama antenatal dilakukan pemeriksaan
lengkap tanpa memandang kondisi klinis pasien yang meliputi, pemeriksaan darah
lengkap, panel elektrolit, fungsi liver, fungsi ginjal, urinalisis, antibodi anti DNA, anti
bodi anti kardiolipin, antikoagulan Lupus, C3, C4 dan Anti SSA/R0 dan Anti
SSB/La. Pemeriksaan laboratorium tersebut diulang tiap trimester, apabila antti
SSA/Ro dan Anti SSB/La positif maka dilakukan pemeriksaan ekokardiograpi janin
pada usia kehamilan 24-26 minggu untuk mendeteksi adanya blok janin kongenital.
Apabila ditemukan adanya blok jantung janin kongenital maka diberikan
dexametason 4 mg per-oral/hari selama 6 minggu/sampai gejala menghilang
kemudian dosis diturunkan sampai lahir.7
![Page 16: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara grup SLE dibandingkan
dengan grup kontrol mengenai berat lahir yang relatif lebih rendah serta
umur kehamilan dan frekuensi SGA yang lebih tinggi.
2. Didapatkan frekuensi kasus lahir premature dan abortus didapatkan lebih
tinggi pada grup lupus dibandingkan dengan grup kontrol, namun
perbedaan yang signifikan secara statistik tidak diamati.
3. Tidak ada perbedaan signifikan pada kedua grup dalam hal rasio gender,
nilai apgar kurang dari 7 pada menit pertama dan ke lima, serta lama
tinggal di rumah sakit.
4. Tidak ada neonatus yang menunjukkan blok jantung kongenital
berdasarkan elektrokardiogram pada saat lahir maupun periode monitoring
atau perkembangan lupus pada neonatus karena transmisi ANA dari
ibunya.
5. Berdasarkan titer antibodi anti-dsDNA pada kedua subgrup SLE
menunjukkan tidak ada perbedaan yang sigifikan pada nilai apgar skor < 7
di menit pertama maupun menit kelima, berat lahir, umur kehamilan,
frekuensi SGA, dan platelet count.
V. 2. SARAN
Perlu dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara antinuclear antibody
dan riwayat pengobatan pada ibu yang menderita sistema lupus eritematosus
dengan prognosis neonatusnya yang belum dapat dijelaskan dalam penelitian
ini.
![Page 17: Jurnal Reading](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022071921/55cf9e00550346d033b03b1d/html5/thumbnails/17.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Albar, S. 1996. Lupus Eritematosus Sistemik. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I, edisi Ke-3. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
2. Lipsky PE, Diamond B. 2001. Systemic Autoimmune Disease. Harrisons
Principle of Internal Medicine. 15th ed. Mc Graw Hill. New York.
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gillstrapp III LC, Hanth JC,
Wenstrom KD.2005. Connective Tissue Disorders. William Obstetrics. 22nd
ed. Mc Graw Hill. New York.
4. Ngurah Jayakusuma, Agung. 2007. Lupus Eritematosus Sistemik pada
Kehamilan. Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas
Udayana. Denpasar.
5. Saad Al Shohaib. 2009. Outcome of Pregnancy in Patiens with Inactive
Systemic Lupus Erythrematosus and Minimal Proteinuria. Departement of
Medicine. King Abdulaziz University. Saudi Arabia.
6. Sistemik Lupus Eritematosus. Dalam http://www.ipdfkup.id. Diakses tanggal
31 Oktober 2010.
7. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey
BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP.2003. In: William Manual of Obstetrics.
The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas.