jurnal reading toxoplasmosis
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
1/17
DETECTION OF SPESIFIC IgE DURING MATERNAL, FETAL, AND
CONGENITAL TOXOPLASMOSIS
LAPORAN JOURNAL READING
BLOK TROPICAL MEDICINE
Disusun oleh
Kelompok V
1. Adia Disti Purwandini K1A005003
2. Asti Widyaningtyas K1A005004
3. Ajeng Putri Tunjungsari K1A005016
4. Andreas Fredy Arsanto K1A005017
5. Suci Dara K1A005018
6. Aska Yulia Ulfa K1A005019
7. R. Caesar RPW K1A005027
8. Lola Samiah K1A005095
9. Joeanie Dwijanti D K1A005096
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2008
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
2/17
PENDAHULUAN
Infeksi Toxoplasma gondii biasanya ringan dan menyerang orang
dewasa, infeksi ini dapat bersifat serius jika terjadi selama masa kehamilan, hal ini
dikarenakan adanya risiko transimisi dari ibu ke janin dan toxoplasmosis
kongenital (CT).
Penegakan diagnosis toxoplasmosis yang biasa digunakan berdasarkan
kriteria imunologik. Kebanyakan penelitian yang ada, lebih memfokuskan pada
immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM) serta immunoglobulin A
(IgA). Toksoplasmosis yang diperoleh dari analisis kombinasi dari ketiga isotype
(yaitu IgG, IgA, dan IgM) dan cara kerja dari setiap immunoglobulin tersebut,
yang dapat membantu untuk membedakan antara infeksi yang lama atau kronis
(yang didapat dari isolate IgG) dan infeksi yang baru atau akut (yang didapat dari
gabungan dari IgG, IgM, dan IgA)
Bagaimanapun juga, respon imun setiap individu berbeda-beda,
antitoksoplasma IgM dan IgA dapat berlangsung lebih dari satu tahun setelahinfeksi. Untuk mengetahui waktu terjadinya infeksi T. gondii dan proses progresif
dari infeksi toksoplasmosis, peneliti mencoba untuk melakukan identifikasi
terlebih dahulu, dengan membuat laporan singkat yang menampilkan tanda
terjadinya infeksi. Pada akhirnya, tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin
mengembangkan pemeriksaan mengenai antitoksoplasmosis IgE dan
menggunakannya sebagai pemeriksaan untuk risiko toksoplasmosis pada ibu
hamil dan mendiagnosa CT. Hasil penelitian kali ini, yaitu pada pengaktifkan
kembali (reaktifasi) imunodefisiensi pasien yang menjadi subyek dalam penelitian
ini.
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
3/17
METODE
a. Metode imunologis.
Antibodi IgG diperiksa melalui metode aglutinasi langsung sensitivitastinggi dengan cutoff point6 U/ml. Sebagian besar antibody orang dewasa pada
penelitian ini diperiksa melalui ELISA atau IMX toxo IgG. Sementara itu,
antibody anak-anak diperiksa menggunakan metode perbandingan profil
imunologis ibu dan anak (CIP), pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan ELIFA.
Sedangkan IgA dan IgM terdeteksi melalui metode immunocaptureyang
menggunakan suspensi takizoit yang telah disiapkan di laboratorium. Langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Suspensi disentrifugasi
2. Setelah disentrifugasi, takizoit diberi tripsin.
3. Botolnya dicuci sebanyak 3x dengan larutan phosphate-buffered
saline (PBS) dan diinkubasi dalam larutan formol selama 30 hari pada
suhu 4oC
4. Setelah 3x dicuci dalam PBS, konsentrasinya diatur yaitu sebanyak
2x108
ml dan takizoitnya disimpan dalam buffer BABS dengan sodium
azide pada suhu 4oC
5. Botol mikrotiter disensitisasi dengan 100 ml antibody monoclonal rantai
panjang yang diencerkan menjadi 3 mg/ml.
6. Setelah 18 jam inkubasi pada suhu 4oC, botol mikrotiternya dicuci
dan disaturasi dalam larutan penyimpanan yang mengandung PBS, sodium
azide dan fraksi albumin bovine V.
7. Botol mikrotiter disimpan dalam suhu 4
o
C selama 6 bulan dandicuci dengan PBS sebelum digunakan.
8. Antibodi diencerkan 1/25 dalam PBS dan dibagi ke dalam 3
tempat.
9. Setelah inkubasi selama 3 jam pada suhu 37oC, botol dicuci dalam
PBS-Tween
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
4/17
10. Suspensi takizoit diencerkan dalam buffer BABS sampai
kepadatan mencapai 1,5x107ml ditambahkan ke dalam volume 100, 150
dan 200 ml pada tiap masing-masing serum.
11. Setelah inkubasi selama 18 jam pada suhu kamar, botol mikrotiter dibaca
secara otomatis oleh spektrofotometer.
Nilai IgA minimal 2 dianggap positif pada orang dewasa. IgM juga
terdeteksi pada orang dewasa melalui ELISA/IMX toxo IgM. Antitoxoplasma
IgE terdeteksi menggunakan metode ICT yang dibandingkan dengan IgA dan
IgM spesifik. Nilai masing-masing sampel untuk ketiga serum di atas yaitu 0
untuk sedimentasi takizoit total, 4 untuk aglutinasi lengkap dan 1, 2, atau 3
untuk aglutinasi sedang. Nilai akumulatif dari ketiga sampel serum tersebut
sesuai dengan sampel serum yang diberikan sehingga rangenya antara 0-12.
Nilai minimal 2 (untuk dewasa) dan 1 (untuk bayi) dianggap positif. Adanya
IgM, IgA atau IgE pada bayi harus divalidasi dengan sampel kedua yang
diambil antara hari ke-5 setelah lahir sampai hari ke-10 jika ibunya juga punya
isotype ini ketika melahirkan untuk mentransmisikan antibody maternal.
b. Sampel.
Peneliti memeriksa antibody dari 318 pasien yang dibagi dalam 10
kelompok yaitu:
1. Kelompok A (control) yang terdiri dari 100 wanita yang serologinya
negative untuk IgG dan IgM. Dua belas wanita dari kelompok ini punya
IgM alami, dengan titer antara 6/12 sampai 9/12. Dari 100 wanita tersebut
tidak ada yang positif IgA
2. Kelompo B (serokonversi toxoplasmik) yang terdiri dari 59 wanita (hamilatau tidak hamil) yang telah didiagnosis toxoplasmosis dalam waktu 1
bulan dan telah menjalani follow-up maximal 274 hari setelah
serokonversi.
3. Kelompok C (serokonversi toxoplasmik) yang terdiri dari 38 wanita yang
mengalami serokonversi selama kehamilan, di mana 20 bayinya terkena
CT dan sisanya tidak terinfeksi.
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
5/17
4. Kelompok D (darah fetus, 13 sampel) yang terdiri dari 13 fetus yang
ibunya telah menjalani pemeriksaan antenatal (amniosentesis dan sampling
darah fetus) dan ditemukan positif IgM dan atau IgA dalam darah fetus.
5. Kelompok E (toxoplasma progresif) yang terdiri dari 10 pasien (12-15 thn)
yang menjalani monitoring toxoplasma dan punya IgG titer tinggi serta
adanya IgM dan IgA minimal 6 bulan setelah serokonversi.
6. Kelompok F (control) yang terdiri dari 27 wanita asimtomatis yang hamil
atau tidak hamil yang seranya diperiksa di laboratorium untuk memeriksan
status imunologis toxoplasma. Kesemua sera ini positif untuk IgG, titer
ICT-M
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
6/17
sisanya, IgE muncul pada saat masa-masa infeksi, bersamaan dengan
munculnya IgM dan sebelum IgA serta IgG muncul. Titer IgE meningkat
secara cepat dan mencapai nilai maksimumnya dalam waktu 2-3 minggu
dan menjadi tak terdeteksi setelah 6 bulan. Dalam beberapa subjek, kadar
IgE memang tinggi untuk sementara sedangkan subjek yang lainnya muncul
secara menetap selama lebih dari 4 bulan. Di antara 38 wanita dalam
kelompok C, 17 anaknya mengalami CT dan 15 anaknya bebas infeksi,
mereka mempunyai antibody IgE selama fase serokonversi. Antibody IgE
maternal tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya anaknya yang mengalami CT.
Sedangkan 6 wanita sisanya tidak mempunyai antibody IgE.
c. Darah fetus (kelompok D). Di antara 13 sampel darah fetus menunjukkan
hasil IgM dan IgA positif, hanya 3 sampel yang mengandung IgE spesifik.
d. Toxoplasmosis progresif (kelompok E). Sepuluh pasien yang diduga terkena
toxoplasmosis progresif (kadar IgG, IgM dan IgA tinggi dalam waktu 6
bulan pasca infeksi) mempunyai kadar tinggi antibody IgE selama bulan
pertama pasca infeksi. Dalam 6 kasus, antibody IgE muncul dalam waktu 6
bulan pasca infeksi seperti IgM dan IgA. Sedangkan 5 pasien lainnya
mempunyai kadar tinggi antibody IgE dalam waktu 4 bulan pasca
serokonversi awal. Sementara 3 pasien sisanya mempunyai adenopati
cervical selama fase serokonversi, dan dari ketiga pasien tersebut
kesemuanya mempunya kadar IgE yang muncul dalam waktu 6 bulan
setelahnya.
e. CT (kelompok G dan H). Pada bulan-bulan menjelang kelahiran, 41 dari 52
anak dengan CT menunjukkan IgM dan IgA positif. Dua puluh Sembilan
anak di antaranya mempunyai IgM dan atau IgA positif, 6 anak hanya IgM
yang positif dan 6 anak lainnya hanya IgA yang positif. IgE terdeteksi
bersamaan dengan IgM dan IgA pada 13 anak. Ketiga belas anak tersebut
lahir dari ibu yang mengalami serokonversi selama trimester terakhir. Tiga
puluh dari 52 anak dengan CT mempunyai imunologis ulangan. IgM dan
IgA positif pada 17 pasien, 12 di antaranya juga mempunyai antibody IgE.
Dalam 5 kasus pemeriksaan ulang hanya IgM dan atau IgA yang terdeteksi,
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
7/17
sementara 7 lainnya hanya IgE yang terdeteksi. Pada akhirnya, tidak ada
IgM, IgA atau IgE spesifik yang terdeteksi dalam 13 kasus.
f. Korioretinitis pada anak-anak dengan CT (kelompok I). Hanya 1 dari 9 anakdengan CT yang mengalami korioretinitis selama tahun pertama kehidupan
yang terdeteksi IgE dan IgA pada saat lahir. Sementara itu, ada 3 anak yang
terdeteksi IgE pada saat diagnosis korioretinitis ditegakkan. Dengan
demikian, dari 9 pasien dengan korioretinitis hanya 3 yang IgE positif.
DISKUSI
Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk menilai antibodi IgE sebagai
marker spesifik terjadinya infeksi T. gondii baik akut maupun kronis. Metode
yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi IgE berdasarkan pada
immunocapture dengan menggunakan suspensi dari takizoid. Serologi negative
pada perempuan dan anak-anak yang terbebas dari toxoplasmosis kongenital (CT)
serta tidak pernah mendapat hasil positif dari pemeriksaan IgE spesifik,
menguatkan kekuatan spesifitas dari marker infeksi T. gondii ini. IgE spesifikyang terdeteksi menandakan adanya infeksi akut atau progresif, hal ini dikarena
tidak ditemukannya IgE spesifik pada subyek dengan infeksi kronis.
Dalam serologi konversi, IgE telah terdeteksi dalam diagnosis serum
sampel bersamaan dengan IgM. Pada penelitian sebelumnya, peneliti telah
mengamati kasus dimana isotype yang pertama kali muncul adalah IgE, penelitian
ini dikuatkan pula oleh Wong et al. yang melakukan penelitian sejenis.
Sensitifitas dari spesifitas IgE yang terdeteksi dengan menggunakan
immunocapture pada penelitian ini adalah sebesar 86,6%, sedangkan pada
penelitian Wong et al. sensitifitas dari spesifitas IgE adalah sebesar 63%. Pada
penelitian Wong et al. diperoleh hasil sensitifitas 100% pada uji ELISA untuk
IgE, dengan pola kinetik bergeser ke kanan, tetapi dalam jumlah sampel (pasien)
yang kecil (8 sampel dari 52 sampel dalam penelitian). Peneliti menggunakan
metode ISAGA-IgE dalam monitoring imunologik dari wanita hamil yang
memiliki serologi negative, hal ini dilakukan karena merupakan pertanda pertama
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
8/17
yang timbul. Pemeriksaan ELISA untuk IgE yang menunjukan hasil positif pada
periode yang lebih lama, akan menghalangi terjadi infeksi yang diperoleh selama
kehamilan. Peneliti menemukan titer yang meningkat dari IgE spesifik pada dua
bulan pertama setelah dilakukan serokonversi, walaupun setiap individu memiliki
petanda yang berbeda-beda. Isotype ini berkurang dengan cepat pada bulan ketiga
dan keempat, dan tidak terdeteksi lebih dari empat bulan setelah dilakukan
serokonversi.
IgA dan IgE ditemukan selama bulan pertama setelah terjadi infeksi,
selama dua bulan terjadi masa stabil dan tidak terdeteksi setelah enam sampai
delapan bulan setelah terjadi infeksi. Sebagian besar sampel dan 5-10% wanita
yang telah dilakukan serokonversi tidak ditemukannya IgA. Pada akhirnya, IgM
spesifik pada infeksi akut tidak dapat ditemukan, hal ini terus berlangsung lebih
dari 12 bulan terinfeksi yang diketahui dalam pemeriksaan immunocapture
Sebanding dengan IgA dan IgM, cara kerja IgE pun memberikan kegunaan yang
jelas dalam hal ini.
Diantara wanita yang mendapat serokonversi selama kehamilan dan
anak-anak yang menderita CT, IgE yang terdeteksi pada wanita hamil tersebut
tidak menjadi tanda dari infeksi kongenital, selama cara kerja dan titer dari
antibodi tersebut serupa dengan hasil sserokonversi.
Pada grup toksoplasmosis yang progresif, antibodi IgE terdeteksi sejak
dari awal dan terus bertahan selama 6 bulan pada tiga orang sampel penelitian
yang disertai dengan penyakit cervical adenopathis. Diagnosis infeksi T. gondii
progresif dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi parasit secara langsung,
kultur sel, atau mendeteksi DNA toksoplasma melalui metode PCR.
Untuk mendiagnosis CT, IgE spesifik terdeteksi tidak sebanyak
dibandingkan dengan IgM atau IgA. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
ELISA lebih sensitive untuk IgE. Hal ini terlihat dari IgE yang terdeteksi dari 13
anak yang dilahirkan dari ibu dengan serokonversi selama trimester terakhir. Hasil
ini merupakan respon IgE anak yang menunjukan keadaan yang akut. Cara kerja
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
9/17
IgE lebih pendek dibandingkan immunoglobulin tipe lainnya, hal ini dapat dilihat
dari IgE yang ditemukan tidak lama pada kelahiran saat terjadi infeksi pada anak.
Diantara sebelas anak yang menderita CT dimana tidak terdeteksinyaIgM, IgA atau pun IgE pada saat kelahiran, hasil positif yang diagnosis pada saat
antenatal akan segera ditangani. Diagnosis antenatal dari CT dengan cara
melakukan skrining IgE spesifik dalam darah janin, didapatkan hasil kurang
efektif dibandingkandengan pemeriksaan IgM dan atau IgA.
Antibodi IgE tidak menampilkan banyak nilai untuk mendiagnosis CT,
tetapi hasil akan lebih baik jika pemerikasaan dikombinasikan dengan CIP-ELIFA
dan ICT-M dan ICT-A. Mendeteksi IgE spesifik sebagai monitoring untuk anak
yang mendapat resiko CT kemungkinan besar dapat digunakan, selama IgE dapat
timbul atau timbul kembali selama pemeriksaan, yang akan menggambarkan
proses immunologic rebound. Immunoglobulin tersebut mungkin tidak selalu
ditemukan secara simultan sehingga diperlukan skrining pada waktu yang sama
seperti IgG, selain itu dapat dilengkapi dengan menggunakan metode CIP-ELIFA.
IgE spesifik jarang ditemukan pada anak dengan CT yang menimbulkan
chorioiretinitis selama satu tahun kehidupan. Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Wong et al. yang menggunakan ELISA untuk mendeteksi IgE tersebut.
Pada penelitian selanjutnya dalam hal ini, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan
menggunakan ELISA lebih sensitive dibandingkan dengan menggunakan
immunocapture.
Skrening untuk antibodi IgE spesifik tidak dapat berfungsi sebagai first-
line methode untuk memonitoring masa kehamilan dengan risiko terinfeksi T.
gondii. Saat terjadi infeksi T. gondii IgE dapat timbul dengan cepat dan
menghilang dengan waktu yang singkat, hal ini dapat membantu mengetahui
secara tepat kapan waktu terjadinya infeksi. IgE spesifik tetap berada sampai 6
bulan setelah serokonversi sampai terjadi infeksi yang progresif. Pemeriksaan IgE
lebih berguna dalam monitoring biological dibandingkan untuk mendiagnosis,
walaupun dengan menggunakan ELISA hasil dapat terdeteksi berkali-kali. Jadi,
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
10/17
skrining IgE spesifik lebih berfungsi untuk mendiagnosis etiologi dari
toksoplasma lymphadenitis.
Prinsip kerja Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dikerjakan dengan plat mikrotiter
plastik yang umumnya terdiri dari 96 sumur, sehingga mempermudah analisis
simultan pada spesimen multipel. Suatu antibodi reagen ditapiskan di dasar setiap
sumur. Sampel pasien ditambahkan pada setiap sumur. Sampel pasien
ditambahkan ke dalam sumur, dan jika terdapat antigen, sampel akan berikatan
dengan antibody fase padat (penengkapan) dalam sumur. Antibodi kedua
(detektor) kemudian ditambahkan, yang juga dapat bereaksi dengan antigen
tersebut. Antibodi kedua dilabel dengan enzim. Setelah pencucian antibodi keduayang tidak terikat, substrat untuk enzim tersebut ditambahkan ke dalam masing-
masing sumur pada urutan waktu yang tepat, dan menghasilkan produk berwarna
yang dipantau secara spektrofotometri. Banyaknya antigen di dalam sampel
sebanding dengan banyaknya produk berwarna yang terbentuk pada tahap akhir.
Setelah perkembangannya selama beberapa tahun, ELISA telah sangat
terstandarisasi dan terotomatisasi. ELISA digunakan dalam pengukuran berbagai
jenis serum dan plasma yang jumlahnya terlalu sedikit untuk deteksi yang adekuat
dengan nefelometri (misal, protein C, protein S, antigen von Willebrand).
Prinsipnya terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang telah dilabel dengan
enzim sehingga terbentuk antigen-antigen kompleks. Dengan penambahan
substrat, maka akan memberikan intensitas warna yang sesuai dengan konsentrasi
antigen atau antibodi yang dites dan dapat dibaca melalui reader machine ELISA.
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
11/17
Klasifikasi Imunoglobulin
1. IgG
Dalam serum orang dewasa normal, IgG merupakan 75 % dari
immunoglobulin total, dan dijumpai dalam betuk monomer. IgG merupakan
immunoglobulin utama yang dibentuk atas rangsangan antigen. IgG dapat
menembus plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah janin, sehingga
pada bayi baru lahir IgG yang berasal dari ibulah yang melindungi bayi
terhadap infeksi. Di antara semua kelas immunoglobulin, IgG paling mudah
berdifusi kedalam jaringan ekstravaskular dan melakukan aktivitas antibody
di jaringan. IgG pulalah yang umumnya melapisi mikroorganisme sehingga
partikel itu lebih mudah difagositosis, disamping itu IgG juga mampu
menetralisir toksin dan virus. IgG dapat melekat pada reseptor Fc yang
terdapat pada permukaan sel sasaran dan memungkinkan terjadinya proses
ADCC; bila melekat pada reseptor Fc pada permukaan trombosit dapat
merangsang pelepasan vasoactive amine dan menyebabkan agregasi
trombosit. Di dalam darah, IgG mempunyai half life sekitar 23 hari.
Di klinik Ig G sering digunakan untuk memberikan imunitas pada
penderita agamaglobulinemia dan untuk mencegah hemolytic disease of the
new born (HDN). Seperti diketahui, ibu Rh yang mengandung bayi Rh +
dapat tersentisisasi dengan Rh + pada persalinan pertama sehingga
membentuk IgG anti Rh -. Pada kehamilan berikutnya anti Rh dari ibu dapat
menembus plasenta dan masuk le dalam peredaran darah janin dan bereaksi
dengan eritrosit janin sehingga menyebabkan hemolisis. HDN dapat dicegah
dengan memberikan IgG yang mengandung banyak anti-Rh (RhoGAM)
kepada ibu Rh saat melahirkan, dengan harapan anti-Rh ini dapat mengikat
Rh + yang mungkin masuk kemudian menetralkannya. Pada umumnya semua
subkelas dapat dibentuk atas rangsangan antigen, walaupun antigen tertentu
lebih sering merangsang pembentukan subkelas tertentu dibandingkan yang
lain, misalnya anti-faktor VIII pada hemophilia biasanya terdiri atas IgG4 dan
anti-trombosit biasanya IgG3. Selain perbedaan diatas, perbedaan sifat
biologic yang lain adalah bahwa IgG1 dan IgG3 mudah mengikat
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
12/17
complement dan melekat pada monosit sedangkan IgG4 tidak atau kurang.
IgG4 menunjukkan kecepatan migrasi lebih tinggi disbanding subkelas yang
lain. Selain itu IgG4 diketahui dapat menghambat pengikatan antigen oleh
IgE, sedang subkelas yang lain tidak. IgG3 mempunyai half life lebih pendek
disbanding subkelas yang lain dan dapat menggumpal secara spontan.
2. IgA
Kelas immunoglobulin kedua terbanyak dalam serum darah adalah IgA.
Walaupun demikian IgA terutama berfungsi dalam cairan sekresi dan
diproduksi dalam jumlah besar oleh sel plasma dalam jaringan limfoid yang
terdapat sepanjang saluran cerna, saluran nafas dan saluran urogenital dalam
bentuk dimer. Karena itu IgA dapat dijumpai dalam saliva, air mata,
kolostrum dan juga dalam secret bronkus, vagina dan prostat. Sebelum IgA
dilepaskan oleh sel plasma, kedua unit dasar immunoglobulin dirangkaikan
satu dengan yang lain dengan rantai J, kemudian di dalam epitel mukosa
kelenjar, IgA dirangkaikan dengan komponen sekretorik yang diproduksi
oleh sel epitel local. Komponen sekretorik diduga bertindak sebagai reseptor
untuk memudahkan IgA menembus epitel mukosa dengan cara endositosis.
Setelah dirangkaikan dengan komponen sekretorik, IgA dilepaskan ke dalam
cairan sekresi dan melindungi molekul IgA terhadap enzim proteolitik yang
terdapat dalam cairan itu. IgA dapat mengikat virus maupun bakteri sehingga
dengan demikian mencegah mikroorganisme tersebut melekat pada
permukaan mukosa. IgA tidak mengaktivasi komplemen melalui jalur klasik
tetapi aktivasi komplemen dilakukan melalui jalur alternative. Salah satu
komponen komplemen yang dilepaskan pada aktivasi ini, yaitu C3b, dapatmelakukan opsonisasi mikroorganisme sehingga mikroorganisme mudah
difagositosis. Walaupun IgA tidak dapat menembus plasenta, kehadirannya
dalam kolostrum dapat membantu system imu bayi baru lahir. IgA juga
berfungsi membatasi absorbs antigen yang berasal dari makanan. Reseptor
terhadape IgA dijumpai pada permukaan limfosit, PMN, dan momosit. Dalam
darah Ig A umumnya dijumpai dalam bentuk monomer dan merupakan 15 5
dari kadar immunoglobulin total. Half life IgA adalah 5-6 hari.
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
13/17
3. Ig M
Molekul IgM terdapat dalam bentuk pentamer, karena itu merupakan
immunoglobulin yang berukuran paling besar. Karena ukuran yang besar ini,IgM terutama terdapat intravascular dan merupakan 10 % dari
immunoglobulin total dalam serum. Makromolekul ini dapat menyebabkan
aglutinasi beberapa partikel dan fiksasi komplemen dengan efisiensi yang
sangat tinggi, yaitu 20 kali lebih efektif dalam aglutinasi dan 1000 kali lebih
efektif dalam aktivitas penghancuran bakteri dibanding IgG. Antibodi IgM
cenderung menunjukkan afinitas rendah terhadap antigen dengan determinan
tunggal ( hapten ) tetapi karena molekul IgM multivalen, molekul IgM dapat
menunjukkan aviditas yang tinggi terhadap antigen yang mempunyai banyak
epitop. Dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, IgM berbentuk
seperti bintang, tetapi bila melekat pada antigen, bagian-bagian fab akan
melekat permukaan antigen sehingga bentuk molekul tampak seperti kepiting.
IgM adalah kelas immunoglobulin yang pertama dibentuk atas rangsangan
antigen, tetapi respon antigen umumnya pendek yaitu hanya beberapa hari
kemudian menurun. Fenomena ini digunakan untuk menentukan apakah suatu
infeksi yang diderita seseorang akut atau tidak. Selain itu karena Ig m tidak
dapat menembus plasenta, adanya antibody kelas IgM dalam darah bayi baru
lahir menunjukkan bahwa IgM dibentuk oleh bayi sebagai respon terhadap
infeksi. Isohemaglutinin misalnya anti-A dan anti-B umumnya terdiri dari
IgM dan macroglobulin yang terdapat pada penyakit Waldenstrom
merupakan IgM produksi monoclonal.
4. IgE
IgE dapat dijumpai dalam serum dengan kadar amat rendah, dan hanya
merupakan 0,0004 % saja dari kadar immunoglobulin total. Selain itu IgE
dapat dijumpai dalam cairan sekresi. Salah satu sifat penting IgE adalah
kemampuannya melekat secara erat pada permukaan mastosit atau basofil
melalui reseptor Fc. Bila sel yang dilapisi IgE ini terpapar pada allergen, sel
tersebut melepaskan mediator reaksi hipersensitifitas yang sangat poten,
diantaranya histamine, SRS-A dan ECF-A, sehingga menimbulkan gejala
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
14/17
alergi. Karena itu Ig E dikenal sebagai regain pada reaksi hipersensitifitas tipe
segera (immediate tipe), misalnya pada rhinitis musiman, asma, urtikaria dan
reaksi anafilaktik. Peran IgE belum diketahui secara pasti, tetapi kenyataan
bahwa IgE banyak dijumpai penderita dengan infestasi cacing menimbulkan
dugaan bahwa IgE berperan dalam melindungi tubuh terhadap parasit. Akhir-
akhir ini terungkap bahwa parasit yang dilapisi IgE lebih musah dibunuh oleh
eosinofil, akan tetapi peran IgE disisni tidak sama dengan peran opsonisasi
IgG. IgE akan diikat oleh reseptor Fc IgE pada permukaan mastosit,
kemudian mediator-mediator yang dilepaskan oleh mastosit atas rangsangan
IgE menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler serta pelepasan ECF-A,
merangsang pelepasan platelet activacting factor (PAF) dari eosinofil
peroksidase yang diperlukan untuk menghancurkan parasit.
Kadar IgE pada individu atopic lebih tinggi dibandingkan individu
normal, dan kadar IgE spesifik terhadap antigen tertentu meningkat sesuai
kepekaan orang yang bersangkutan terhadap allergen yang relevan. Sel
plasma yang memproduksi IgE terdapat dalam tonsil dan sinusoid dan
jaringan limfoid sepanjang sepanjang saluran cerna dan saluran nafas.
Toxoplasmosis
Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi zat anti T. gondii yang positif pada manusia
berkisar antara 2% dan 63%. sedangkan prevalensi zat anti T. Gondii pada
binatang di Indonesia adalah sebagai berikut: kucing 25-73%, babi 11-36%,
kambing 11-61%, anjing 75%, dan pada ternak lain kurang dari 10%. Di amerika
serikat terdapat sekitar 3-70% orang dewasa sehat telah terinfeksi dengan
Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii juga menginfeksi 3500 bayi yang baru
lahir di amerika serikat. Pada pasien HIV positif didapatkan angka sekitar 45%
telah terinfeksi Toxoplasma gondii.
Etiologi
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
15/17
Kucing (hospes definitif)
Epitel usus kecil pada kucing daur aseksual (skizon) dan seksual
( gametogoni, sporogoni)
Menghasilkan ookista dari tinja
Menghasilkan sporokista yang mengandung 4 sporozoit
Kalau tertelan mamalia (hospes perantara) membentuk tropozoit yang
membelah secara aktif menjadi takizoit
Takizoit dapat menginfeksi dan bereplikasi seluruh sel pada mamalia kecualiSDM
Bradizoit (kista jaringan terdapat di berbagai organ terutama SSP dan otot)
Patogenesis
Jika kista jaingan yang mengandung bradizoit atau ookista yang
mengandung sporozoit tertelan oleh pejamu, maka parasit akan terbebas dari kista
oleh proses pencernaan. Bradizoit resisten terhadap efek dari pepsin dan
menginvasi traktus gastrointestinal pejamu. Di dalam eritrosit, parasit mengalam
transformasi morfologi, akibatnya jumlah takizoit invasif meningkat. Takizoit ini
mencetuskan respon IgA sekretorik spesifik parasit. Dari traktus gastrointestinal,
pararit kemudian menyebar ke berbagai organ, terutama jaringan limfatik, otot
lurik, miokardium, retina, plasenta dan SSP. Ditempat tersebut parasit
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
16/17
menginfeksi sel pejamu, bereplikasi dan menginvasi sel yang berdekatan. Maka
terjadilah respon inflamasi.
Pada pejamu imunokompeten, baik imuntias humoral maupun selulermengontrol infeksirespon imun terhadap takizoit bermacam-macam termasuk
induksi antibodi parasit, aktivasi makrofag, dengan perantara radikal bebas,
produksi interferon gamma, dan stimulasi limfosit T sitotoksik. Limfosit antigen
ini mampu membunuh baik parasit ekstraseluler maupun sel target yang terinfeksi
oleh parasit. Selagi takizoit dibersihkan dari pejamu yang mengalami infeksi akut,
kista jaringan yang mengandung bradizoit mulai muncul, biasanya di dalam SSP
dan retina. Akibatnya takizoit menetap dan penghancuran progresif berlangsung
menyebabkan kegagalan organ.
Pada pasien dengan keadaan imunokompromise seperti HIV/AIDS,
terjadi suatu keadaan adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi
kuantitatif dan kualitatif yang progresif dari subset limfosit T yaitu T helper.
Subset sel T ini digambarkan secara fenotif oleh ekspresi pada permukaan sel
molekul CD4 yang bekerja sebagai reseptor sel primer terhadap HIV. Setelah
beberapa thun, jumlag CD+4 akan turun di bawah level yang kritis dan pasien
menjadi sangat rentan terhadap infeksi oportunistik.
Oleh karena itu infeksi oportunistik seperti Toxoplasma gondii mudah
menyerang penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan terapi retroviral yang
efektif.
Toxoplasma gondii dapat menular ke manusia melalui rute:
1. Pada Toxoplasmosis kongenital transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in
utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil
2. Pada Toxoplasmosis akuisita infeksi terjadi bila makan daging mentah atau
kurang matang (sate)
3. Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan
binatang percobaan yang terinfeksi T.gondii melalui jarum suntik.
4. Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang menderita
toxoplasmosis laten.
-
7/30/2019 Jurnal Reading Toxoplasmosis
17/17