nefrolitiasis dan hidronefrosis

38
Bed Site Teaching dan Case Report Session Kepaniteraan Klinik Senior 25 Januari 2014 *Silviana Sari, S.Ked ** dr. Husny E Taufik, Sp. Rad NEFROLITIASIS Oleh : Silviana Sari, S.Ked G1A109025 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

Upload: silviana-sari

Post on 22-Oct-2015

620 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BAB IPENDAHULUANNefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam Pelvis renal.1 Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada laiks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih.2 Batu kalsium urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat secara bersama dapat djumpai pada 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.2 Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih.2 Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan prevalensi 10% pada pria dan 5% pada wanita. Dari penelitian didapatkan bahwa prevalensi penyakit ini semakin meningkat di Amerika Serikat, dimana survei pada tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa orang dewasa yang berusia 20-74 tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada tahun 1976-1980 (5,2% vs 3,2%).2 Peningkatan terjadi pada orang kulit putih tetapi tidak pada ras Afrika maupun Meksiko di Amerika, lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Faktor resiko penyebab batu saluran keih adalah adanya penurunan masukan jumlah cairan dan pengeluaran urin sebagai faktor risiko pembentukan batu. Faktor makanan yang dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin sebagai substansi pembentuk batu.4 BAB IILAPORAN KASUS2.1 Identitas Pasien pemeriksaan tanggal 23 Januari 2014Nama: Ny.Sulastri Umur: 55 tahunJenis kelamin: perempuanPekerjaan: Ibu Rumah TanggaTB: 155 cm, BB: 90 Kg, IMT: 37,4Alamat: Tungkal ilirPendidikan: SMPAgama: Islam Bangsa: Indonesia. 2.2 Anamnesis2.2.1 Keluhan Utama : Sakit pinggang kiri terus-menerus sejak 6 bulan yang lalu. 2.2.2 Riwayat penyakit sekarang: Sejak 6 bulan sebelum dirawat di RS, pasien menegluah nyeri pinggang kiri bagian belakang. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri pinggang ini membuat OS tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan nyeri berkurang jika istirahat. OS Mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu. Batuk (-), mual dan muntah (+), tidak ada riwayat buang air kecil sedkiti-sedikit, gangguan BAB (-). 2.2.3 Riwayat penyakit Dahulu: riwayat batu ginjal 6 bulan yang lalu( +), Hipertensi (+), Maagh (+), DM (+).2.2.4 Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal. 2.2.5 Riwayat sosial ekonomi: OS bekerja sebagai ibu rumah tangga.2.2.6 Riwayat kebiasaan: alkohol (-), merokok (-), narkotika (-)2.3 Pemeriksaan fisikKeadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: sadar, Compos Mentis, GCS: 15Tanda-tanda vital• Tekanan darah:130/80 mmHg• Nadi:80 x/menit reguler• RR: 20x/menit• Suhu: 37,9 0 CKepala: Mata: Pupil: isokor ka=ki, d: 2mm, refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-), CA(-/-) Telinga: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-) Hidung: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)Mulut : dalam batas normalTenggorokan: hiperemeis (-), pembesaran tonsil (-)Leher : pembesaran KGB (-), tiroid: Dalam Batas NormalThoraks: Jantung:Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS 5 LMC Sinistra Palpasi: ictus cordis teraba di ICS 5 LMC SinistraPerkusi: batas jantung tidak melebar, batas jantung kanan: di ICS 5 di LS Sinistra, batas jantung kiri di ICS 5 LMC sinistraAuskultasi :S1 dan S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)Paru:Inspeksi : simetris ka=ki, retraksi (-),sikatriks (-)Palpasi: nyeri tekan (-)Perkusi: sonor seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)Auskultasi : vesikuler ka dan kiAbdomen :Inspeksi : supel, simetris, TAKAuskultasi : BU(+) normalPalpasi: nyeri tekan (+) pada kuadran kiri atas, hepar dan lien tidak teraba.Perkusi: Timpani (+)Punggung: Inspeksi : simetris ka=ki, tidak ada kelainan kulitPalpasi: nyeri tekan (+)Perkusi: nyeri ketok CVA (+), EktremitasSuperior:edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), jari tabuh (-)Inferior:edema (+/+) akral hangat, sianosis (-)

TRANSCRIPT

Bed Site Teaching dan Case Report Session Kepaniteraan Klinik Senior 25 Januari 2014

*Silviana Sari, S.Ked ** dr. Husny E Taufik, Sp. Rad

NEFROLITIASIS

Oleh :

Silviana Sari, S.Ked

G1A109025

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

2014

LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION DAN BED SITE TEACHING

NEFROLITHIASIS

Oleh :

SILVIANA SARI, S.Ked

G1A109025

PEMBIMBING

dr. Husni E Taufik, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

2014

ii

KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillaahi Rabbil ‘Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus serta yang berjudul “Nefrolithiasis” yang dimaksudkan untuk

memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Radiologi di

RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.Husni E Taufik, Sp.Rad yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan

Klinik Senior Bagian Radiologi di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus dan referad ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang memebangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna

kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca.

Jambi, 26 Januari 2014

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................... i

Halaman Pengesahan........................................................................................ ii

Kata pengantar.................................................................................................. iii

Daftar isi........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II LAPORAN KASUS............................................................................ 2

BAB III NEFROLIATIS.................................................................................. 7

3.1 Definisi................................................................................................ 7

3.2 Etiologi................................................................................................ 8

3.3 Jenis batu ginjal .................................................................................. 9

3.4 Patofisiologi......................................................................................... 11

3.5 Penegakkan diagnosis.......................................................................... 12

3.6 Diagnosis banding............................................................................... 19

3.7 Tatalaksana......................................................................................... 19

3.8 Komplikasi.......................................................................................... 20

3.9 Prognosis ........................................................................................... 20

3.10 Pencegahan........................................................................................ 21

KESIMPULAN ................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

iv

BAB I

PENDAHULUAN

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam Pelvis renal.1 Batu ginjal merupakan

keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks organik.

Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada laiks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di

ureter atau di kandung kemih.2 Batu kalsium urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat secara

bersama dapat djumpai pada 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.2 Batu ginjal

merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih.2 Nefrolitiasis adalah kasus yang

sering dijumpai dengan prevalensi 10% pada pria dan 5% pada wanita. Dari penelitian

didapatkan bahwa prevalensi penyakit ini semakin meningkat di Amerika Serikat, dimana

survei pada tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa orang dewasa yang berusia 20-74 tahun

memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada tahun 1976-1980 (5,2% vs

3,2%).2 Peningkatan terjadi pada orang kulit putih tetapi tidak pada ras Afrika maupun

Meksiko di Amerika, lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dan meningkat seiring

dengan pertambahan usia. Faktor resiko penyebab batu saluran keih adalah adanya penurunan

masukan jumlah cairan dan pengeluaran urin sebagai faktor risiko pembentukan batu. Faktor

makanan yang dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin sebagai substansi pembentuk

batu.4

v

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien pemeriksaan tanggal 23 Januari 2014

Nama: Ny.Sulastri

Umur: 55 tahun

Jenis kelamin: perempuan

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

TB: 155 cm, BB: 90 Kg, IMT: 37,4

Alamat: Tungkal ilir

Pendidikan: SMP

Agama: Islam

Bangsa: Indonesia.

2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama : Sakit pinggang kiri terus-menerus sejak 6 bulan yang lalu.

2.2.2 Riwayat penyakit sekarang: Sejak 6 bulan sebelum dirawat di RS, pasien menegluah

nyeri pinggang kiri bagian belakang. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri

pinggang ini membuat OS tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan nyeri berkurang jika

istirahat. OS Mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu. Batuk (-), mual dan muntah (+),

tidak ada riwayat buang air kecil sedkiti-sedikit, gangguan BAB (-).

2.2.3 Riwayat penyakit Dahulu: riwayat batu ginjal 6 bulan yang lalu( +), Hipertensi (+),

Maagh (+), DM (+).

2.2.4 Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal.

2.2.5 Riwayat sosial ekonomi: OS bekerja sebagai ibu rumah tangga.

2.2.6 Riwayat kebiasaan: alkohol (-), merokok (-), narkotika (-)

2.3 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: tampak sakit sedang

Kesadaran: sadar, Compos Mentis, GCS: 15

vi

Tanda-tanda vital

Tekanan darah:130/80 mmHg

Nadi:80 x/menit reguler

RR: 20x/menit

Suhu: 37,9 0 C

Kepala:

Mata:

Pupil: isokor ka=ki, d: 2mm, refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-), CA(-/-)

Telinga: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)

Hidung: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)

Mulut : dalam batas normal

Tenggorokan: hiperemeis (-), pembesaran tonsil (-)

Leher : pembesaran KGB (-), tiroid: Dalam Batas Normal

Thoraks:

Jantung:

Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS 5 LMC Sinistra

Palpasi: ictus cordis teraba di ICS 5 LMC Sinistra

Perkusi: batas jantung tidak melebar, batas jantung kanan: di ICS 5 di LS Sinistra, batas

jantung kiri di ICS 5 LMC sinistra

Auskultasi :S1 dan S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru:

Inspeksi : simetris ka=ki, retraksi (-),sikatriks (-)

Palpasi: nyeri tekan (-)

Perkusi: sonor seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)

Auskultasi : vesikuler ka dan ki

Abdomen :

Inspeksi : supel, simetris, TAK

Auskultasi : BU(+) normal

Palpasi: nyeri tekan (+) pada kuadran kiri atas, hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi: Timpani (+)

Punggung:

vii

Inspeksi : simetris ka=ki, tidak ada kelainan kulit

Palpasi: nyeri tekan (+)

Perkusi: nyeri ketok CVA (+),

Ektremitas

Superior:edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), jari tabuh (-)

Inferior:edema (+/+) akral hangat, sianosis (-), jari tabuh (-)

2.4 Pemeriksaan penunjang

1.1 Pemeriksaan laboratorium:

WBC: 25,4 . 103/mm3

RBC: 4,35 106/mm3

HGB:11.6 g/dl

HVT:35.3%

PLT:358 .103/mm3

PCT:0,255 %

Ureum: 24,9 mg/dl, normal

Kreatinin: 0,9 mg/dl, normal

Protein Total: 6,9 Normal

Albumin: 3,2 Normal

Globulin: 3,7 meningkat

SGOT: 19 U/L Normal

SGPT:18 U/L Normal

Analisis Urin

Warna urin: keruh

Berat jenis: 1.010

Ph: 7

sel leukosit: 20-25/LPK

eritrosit: 3-4/LPK

Epithel:1-2/LPB

viii

Batu pada ginjal kiri uk. 2,2 cm dan hydronefrosis

2.1 Pemeriksaan Radiologi:

USG Abdomen :

ix

Hepatomegali dengan fatty liver

Gambar 2. Nefrolithiasis

Gambar 3. Ginjal kanan dan Batu Pada Ginjal Kiri

Gambar 4. Hepar Dekstra dan Sinistra Dengan Fatty Liver

Ekspertise

Hepar: bentuk dan ukuran besar, permukaan rata, ekhostruktur perenkim homogen halus,

sistem bilier dan vascule intra hepatik kabur, tak tampak nodul/ SOL, v.cava inferior tak

melebar.

x

Kantung empedu:

Besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, lesi/SOL (-), ductus pankreaticus tidak

melebar.

Lien: besar, bentuk baik, ekhostruktur parenkim homogen. Lesi/SOL (-).

Ginjal kiri: besar dan bentuk baik. Tampak batu radio-opak ukuran 2,1 cm dengan

hiperechoic shadow dengan acoustic posterior dan dilatasi pelvicocalises.

Ginjal kanan: bentuk baik, ekhostruktur meningkat. differensiasi tak tegas, batu (-)

Vesica urinaria: besar, bentuk baik. Thrombus (-), KGB para aorta tak membesar.

Kesan:

Hepatomegali dengan fatty liver

Hydronefrosis dan nefrolitiasis kiri

pyelonefritis kanan

Kantung Empedu, pankreas, lien, Aorta, dan vesica urinaria normal.

2.5 Diagnosis kerja : nefrolithiasis sinistra dengan hydronefrosis dan pyelonefritis dextra

2.6 Penatalaksanaan:

Medikamentosa

Hydrasi :infus RL

NSAID: pronalgesic supp, ketorolac

Antibiotik: Ceftriakson 3x1

Ranitidine: 2x1

Non-medikamentosa

PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)

ESWL

2.7 Prognosis : dubia ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

xi

Nefrolitiasis adalah keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal (renal kalkuli).

Nefrolitiasis merupakan penumpukan garam mineral berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat,

asam urat dan lain-lain yang terdapat pada di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat

berhenti di ureter.1,2

Gambar 3.1 Anatomi Ginjal

Gambar 3.2 Nefrolitiasis

3.2 Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih

belum terungkap (idiopatik).1

xii

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran

kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari

tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di

sekitarnya.5-7

Faktor intrinsik itu antara lain :1

1. Hereditair (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya.

2. Umur: Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

3. Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan

pasien perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya: 1,2

a) Geografi: Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang

lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk

batu).

b) Iklim dan temperatur tinggi.

c) Asupan air.

Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,

dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d) Faktor Diet.

Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran

kemih.

e) Pekerjaan.

Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya duduk atau kurang

aktifitas.

3.3 Jenis Batu Ginjal

1. Batu kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu ±70-80% dari seluruh batu saluran kemih,

yaitu terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.1

Faktor terjadinya batu kalsium adalah:1,2

xiii

a. Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24 jam.

Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:

Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium

melalui usus.

Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium

melalui tubulus ginjal

Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorbsi kalsium tulang

yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keadaan

ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis

menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang

kaya akan oksalat ( teh, kopi instan, soft drink, sayuran berwarna hijau).

c. Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam.

Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu untuk

terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari

makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolism endogen.

d. Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium

sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini

dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dalam kalsium oksalat.

Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium.

e. Hipomagnesuria. Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai

penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine, magnesium bereaksi

denga oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan

oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang

diikuti dengan gangguan malabsorbsi.

2. Batu Struvit

Terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman

penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan

enzim urease dan mengubah urin menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. 1

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan

xiv

karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat dan karbonat apatit, yang

dikenal sebagai triple phosphate. 1Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah

Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.1

3. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-

80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran

kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien penyakit gout,

penyakit mieloproloferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang

menggunakan obat urikosurik seperti thiazide, sulfinpirazone, dan salisilat. Kegemukan,

alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan

penyakit ini. Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolism

endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubah

menjadi hipoxantin. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah

menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat tidak larut dalam

urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk Kristal asam urat, dan

selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu

asam urat adalah : (1) urine yang terlalu asam (pH urine <6), (2) volume urine yang

jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam

urat yang tinggi.1

4. Batu Jenis Lain

Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang

dijumpai..1

3.4 Patofisisologi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-

tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem

kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis urethra-

pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna,

striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan

xv

terjadinya pembentukan batu.1 Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3

tahap yang berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang

memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam pembentukan batu,

urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan kristal. Semakin

besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah ion-ion tersebut mengendap. Konsentrasi

ion yang rendah menimbulkan keadaan undersaturation dan peningkatan kelarutan.

Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-ion tersebut akan mencapai

satu titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi di atas titik ini disebut

keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai pembentukan endapan. Ketika

konsentrasi larutan menjadi semakin tinggi, ion-ion akan mencapai formation product

(Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi

pembentukan endapan secara spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yang

terdiri dari bahan-bahan organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal

tersebut berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan

tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling

mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi

agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.

Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan

bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga memebentuk batu yang cukup

besar untuk menyumbat saluran kemih.1

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,

pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang

mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan gambaran menyerupai

tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang terbentuk dan menetap di ginjal

(nefrolithiasis) jarang menimbulkan gejala, kalaupun ada batu pada kaliks ginjal

memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga

baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala

berat .Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak

menimbulkan nyeri. Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5

mm memasuki ureter (uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa

hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada

xvi

pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri

kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter

meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan

peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi

peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh

karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren

dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di

daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu

ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.1

Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis

atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada

daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-

tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.

3.5 Penegakan Diagnosis

3.5.1 Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai

onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat

bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri. Keluhan yang disampaikan pasien

tergantung pada posisi, letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri pinggang.

Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang

sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri

yang sama.1,2

3.5.2 Pemeriksaan Fisik

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan nyeri ketok pada daerah

kostovertebra (CVA), dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.

Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi didapatkan demam dan

menggigil.

xvii

Selain itu, dapat pula dilakukan pengkajian :

a) Aktivitas istirahat

Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan

bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan dengan kondisi

sebelumnya.

b) Sirkulasi

Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan

kemerahan, pucat.

c) Eliminasi

Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan

keluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.

Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih

d) Makanan/cairan

Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan

atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.

Tanda : distensi abdominal, penurunan atau tak adanya bising usus, dan muntah.

3.5.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi

pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal adalah adalah foto

polos abdomen, USG abdomen, CT-scan. Dari pemeriksaan radiologi dapat menentukan

jenis batu, letak batu, ukuran, dan keadaan anatomi traktus urinarius. Secara radiologi,

batu dapat berupa radio-opak dan radio-lusen.

a. Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu

radio-opak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat

bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain. Batu

Magnesium Ammoniak Phospat (MAP) memberikan gambaran semi-opak.

Sedangkan batu asam urat, batu matriks dan indinivar bersifat radio-lusen.1,2,3

xviii

Gambar 3.3 : Foto polos Abdomen menunjukkan gambaran bayangan radio-

opaque pada renalis dextra dan cavum pelvis

b. Pielografi Intra Vena (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan antomi dan fungsi ginjal, selain

itu IVP juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang

tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. 1 Pada yang radiopak pemeriksaan

dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto

dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,

sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan

bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu

berada.2 Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi

lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi

retrograd.1,2

xix

Gambar 3.4. IVP, terdapat batu radio-opak ginjal kanan, hidronefrosis

derajat I dengan dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks, kaliks tampak

blunting, alias tumpul

c. USG

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu

pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun,

dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu

di ginjal atau di buli-buli yang ditunjukkan dengan echoic shadow, hidronefrosis

dengan gambaran dilatasi pelvis dan kaliks ginjal7, pionefrosis, atau pengerutan

ginjal.1 USG dapat mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem kollektivus.2,8

Visualisasi hidronefrosis yaitu: derajat 1, dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi

kaliks, kaliks berbentuk blunting, alias tumpul. Derajat 2, kaliks berbentuk

flattening, mendatar, derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, kaliks minor,

tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.

Derajat 4, ada penipisan korteks ginjal dan kaliks berbentuk balloonong, alias

menggembung.1

Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan menunjukkan batu ureter dan

tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen. 2

xx

Gambar 3.4 Hidronefrosis Ginjal Kanan Dan Pelebaran Sistem Kolektivus

Gambar 3.5 USG Abdomen, tampak adanya calculus dengan hiperechoic shadow pada

renal sinistra dan hidronefrosis dengan pelebaran pelvis renalis

d. CT-Scan

Gambar 3.6 CT-Abdomen, batu pada ginjal kiri4

xxi

Gambar 3.7 Batu ginjal bilateral pada ginjal kanan dan kiri

Hidronefrosis Ginjal

Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada saluran kemih pada traktus

urinarius sehingga menyebabkan penimbbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan

ureter.3.7

Gambaran CT-Scan pada hisronefrosis adalah hidronefrosis yang dini memberikan

gambaran flattening, yaitu kaliks-kaliks yang mendatar. Perubahan ini reversibel. Pada

stadium lanjut akan memeperlihatkan kaliks-kaliks yang berbentuk tongkat atau menonjol

(clubbing)1,9 pada tingkat yang lebih parah lagi akan terjadi destruksi parenkim ginjal dan

pembesaran sistem saluran kemih.9

Gambar 3. 8 CT –Scan ginjal dengan hidronefrosis

xxii

Pielonefritis

Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum

dan parenkim ginjal.1

Gambar 3.9 CT-Scan pielonefritis akut, kiri=dengan kontas, kanan=tanpa kontras,

Pielonefritis akut, CT-scan tanpa kontas menunjukkan gambaran ginjal yang

membengkak dan menebal yang mnekan kalik dan pelvis renalis.CT-Scan dengan kontras

menunjukkan gambaran ginjal yang membesar dan bergaris-garis.9

Gambar 3.10 CT-Scan dengan pielonefritis kronis9

Pielonefritis kronis, CT menunjukkan ginjal kanan yang telah mengecil, menipisnya

parenkim ginjal, perubahan bentuk kalik, multipel skar dan kalsifikasi. 3,9

Pemeriksaan laboratorium1,2,6

- Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan sediment.

Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal

pembentuk batu.

- Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman pemecah urea,

sensitivity test

xxiii

Ginjal kanan yang mengecil

- Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED,

- Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting untuk menilai fungsi

ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU dan asam urat,

Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai faktor penyebab timbulnya batu

saluran kemih (antara lain: kalsium, oksalat, fosfat, maupun asaam urat di dalma

darah atau di dalam urin)1 serta untuk menilai risiko pembentukan batu berulang.6

-

3.6 Diagnosis Banding

Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Kolelithiasis

3.7 Penatalaksanaan

1) Medikamentosa

Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi

nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak

supaya dapat mendorong keluar batu saluran kemih.1,2

2) Intervensi bedah

ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)

Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran kemih

tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.1

PNL (Percutaneus Litholapaxy)

Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke sistem

kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikelaurkan dengan memecah terlebih

dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

Bedah laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kenih saat ini

sedang berkembang. cara ini banyak dipaki untuk mengambil batu ureter.1

Bedah terbuka

xxiv

Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi, laparaskopi,

maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan bedah terbuka, antara lain:

pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk mengambil batu di ginjal dan ureter.

3.8 Komplikasi

Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin tidak

mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu tersebut menyababkan

sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal

ginjal.6

3.9 Prognosis

Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan adanya obstruksi.1

3.10 Pencegahan

Pencegahan berupa: menghindari dehidrasi dengan minum cukup air 2-3 liter per

hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam, rendah purin untuk mengurangi

kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup, dan pemberian

medikamentosa.1

xxv

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam Pelvis renal.1 Batu ginjal

merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih.2 Faktor risiko penyebab

batu saluran keih adalah adanya penurunan masukan jumlah cairan dan pengeluaran

urin sebagai faktor risiko pembentukan batu. Faktor makanan yang dapat menyebabkan

peningkatan ekskresi urin sebagai substansi pembentuk batu.4 Komposisi batu ginjal

yaitu kalsium oksalat, kalsium fosfat, batu asam urat murni dan campuran. Seorang

perempuan usia 55 tahun, BB: 90 kg, TB 155 Cm, pekerjaan sebgai Ibu Rumah

Tangga, alamat Tungkal ilir mengeluh sakit pinggang kiri bagian belakang terus-

menerus sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri

pinggang ini membuat OS tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan nyeri berkurang

jika istirahat. OS Mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu disertai mual dan muntah,

tidak ada riwayat buang air kecil sedkiti-sedikit, gangguan BAB tidak ada. Tidak ada

riwayat penyakit yang sama di keluarga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri

ketok CVA dan nyeri tekan pada pinggang kiri. OS didiagnosa mengalami nefrolitiasis

kiri dengan hidronefrosis dan perlemakan hati. Terapi medikamentosa pada pasien ini

xxvi

yaitu Hydrasi :infus RL, diberikan analgesic sebagai penghilang rasa nyeri yaitu

golongan NSAID pronalgesic suppositoria, ketorolac IV, diberiakan antibiotik

Ceftriakson sebagai penyebab infeksi pada pielum ginjal dan golongan RH2 Bloker

Ranitidin untuk menghilangkan mual dan muntah akibat nyeri kolik. Rencana tindakan

untuk mengeluarkan batu yang berukuran lebih dari 5 mm yaitu dengan PNL

(Percutaneus Nephro Litholapaxy) atau ESWL (Extracorporal Shockwave Lithotrypsi).

Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada hal yang

mengancam nyawa. Secara ad functionam, prognosis pasien ini adalah bonam. Pasien

ini berisiko terhadap rekurensi pembentukan batu namun kekambuhan dapat dicegah

jika pasien mampu melaksanakan edukasi yang diberikan seperti minum minimal 2,5

liter per hari, rajin berolahraga dan mengatur dietnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo Basuki B. Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi. Yogyakarta: Sagung

Seto. 2011.Hal 85-98.

2. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Batu kandung kemih. Jilid I. Edisi IV . 2006.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 563-5.

3. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Cetakan keempat. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. Hal 297-303.

4. Bisanzo M, Lieberman G. Diagnosis and Imaging Nephrolithiasis In The Emergency

Department. Boston: Harvard Medical School. 2000.

5. Eisner BH, Quad JW, Hyams E. Nephrolithiasis : What Surgeons Need To Know. AJR.

2011; 196:1274–1278.

6. Wolf Stuard J, et al. Nephrolithiasis workup. Diunduh tanggal 26 Januari 2014.

http://emedicine.medscape.com/article/437096-workup#aw2aab6b5b3

7. Malueka RG. Hidronefrosis dalam Radiologi Diagnostik. Cetakan Ketiga.

Yogyakarta:Pustaka Cendekia Press. 2011. Hal. 86-7.

8. Mutarrak M, Corr P, Peh WCG. Pencitraan Traktus Urinarius dalam Mengenali Pola-Pola

Diagnostik. Jakarta EGC.2010. Hal.181-95.

xxvii

9. Schaefer Prokop C, Prokop M. Spiral and Multislice Computed Tomography of The Body.

Germany: Thieme, 2001. Chapter 18; Kidneys.

xxviii