perbedaan kadar vitamin d 25-oh …digilib.unila.ac.id/60665/3/skripsi tanpa bab pembahasan.pdfsinar...

51
PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH BERDASARKAN DURASI PAPARAN SINAR MATAHARI (Skripsi) Oleh RISKITA FIANNISA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 13-Mar-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH BERDASARKAN DURASI

PAPARAN SINAR MATAHARI

(Skripsi)

Oleh

RISKITA FIANNISA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

ABSTRACT

DIFFERENCES OF VITAMIN D-25-OH LEVELS BASED ON SUN LIGHT

EXPOSURE DURATION

By

RISKITA FIANNISA

Background: Vitamin D is a structure needed for various metabolic processes in

the body. Synthesis in the skin during sun exposure is the main source of vitamin

D. Sun exposure for 5-30 minutes at least twice / week on facial skin, arms, back,

or legs (without using sunscreen) is sufficient for vitamin D synthesis. The

objective of this research is to determine the difference in the average difference

in levels of vitamin D 25-OH after exposure to sunlight for 15 minutes and 30

minutes.

Method: This study is an experimental study with a pre-test post-test method of 8

samples divided into two groups; 15 minutes exposure (P1) and 30 minutes

exposure (P2). Examination of vitamin D 25-OH levels was carried out in the

Prodia laboratory using chemiluminescent immunoassay (CLIA) and

chemiluminescent micro particle immunoassay (CMIA) methods. Data were

analyzed using a statistical T-Test.

Result: The average difference in levels of vitamin D 25-OH after being exposed

to sunlight for 15 minutes at 1.46 ng / mL and after being exposed to sunlight for

30 minutes at 6.43 ng / mL. Statistical analysis showed that there was no

significant difference in the difference in levels of vitamin D 25-OH after being

exposed to sunlight for 15 minutes and 30 minutes with a p value> 0.05, 0.229.

Conclusion: There is no significant difference in the difference in levels of

vitamin D 25-OH after exposure to sunlight for 15 minutes and 30 minutes.

Keywords: duration, sun exposure, vitamin D, vitamin D 25-OH.

Page 3: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

ABSTRAK

PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH BERDASARKAN DURASI

PAPARAN SINAR MATAHARI

Oleh

RISKITA FIANNISA

Latar Belakang: Vitamin D merupakan struktur yang dibutuhkan untuk berbagai

proses metabolisme di dalam tubuh. Sumber utama vitamin D berasal dari

pembuatan pada kulit saat terpapar sinar matahari. Paparan sinar matahari selama

5-30 menit sedikitnya dua kali/minggu pada kulit wajah, lengan, punggung, atau

tungkai (tanpa menggunakan tabir surya) cukup adekuat untuk sintesis vitamin D.

Mengetahui perbedaan rerata selisih kadar vitamin D 25-OH setelah terpapar sinar

matahari selama 15 menit dan 30 menit.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode pre

test post test dengan jumlah sampel 8 orang yang dibagi menjadi dua kelompok;

pemaparan 15 menit (P1) dan pemaparan 30 menit (P2). Pemeriksaan kadar

vitamin D 25-OH dilakukan di laboratorium Prodia dengan metode

chemiluminescent immunoassay (CLIA) dan chemiluminescent microparticle

immunoassay (CMIA). Data dianalisis menggunakan uji statistik T-Test.

Hasil: Rerata selisih kadar vitamin D 25-OH setelah terpapar sinar matahari

selama 15 menit sebesar 1.46 ng/mL dan setelah terpapar sinar matahari selama

30 menit sebesar 6.43 ng/mL. Analisis statistik didapatkan tidak terdapat

perbedaan rerata selisih kadar vitamin D 25-OH yang signifikan setelah terpapar

sinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229.

Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan rerata selisih kadar vitamin D 25-OH

yang signifikan setelah terpapar sinar matahari selama 15 menit dan 30 menit.

Kata Kunci: durasi, paparan sinar matahari, vitamin D, vitamin D 25-OH.

Page 4: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH BERDASARKAN DURASI

PAPARAN SINAR MATAHARI

Oleh

RISKITA FIANNISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 5: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:
Page 6: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:
Page 7: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:
Page 8: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 19 Juni 1996, merupakan anak kedua dari

tiga bersaudara, dari Bapak Gatot Eko Andoyo dan Ibu Sonya Linda.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Islam Al-Azhar 8

Jakapermai Bekasi tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Islam Al-

Azhar 6 Jakapermai pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMP Negeri 27 Jakarta pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 61 Jakarta pada tahun 2014.

Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa kegiatan

yang terdapat di Universitas Lampung, Penulis tercatat sebagai anggota organisasi

FSI Ibnu Sina.

Page 9: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

Untuk setiap doa yang tak pernah ku dengar

setiap usaha yang tak pernah kau umbar

setiap harapan yang selalu kau simpan

Ibu, Papa, Kakak, dan Adik

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Untukmu

“Mudah-mudahan saya jadi atas pilihan ilmu Allah (khair lawan syar) lagi

yang memberi kepastian atas pilihan masing-masing”

Page 10: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, petunjuk

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Perbedaaan Kadar Vitamin D 25-OH berdasarkan Durasi

Paparan Sinar Matahari” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan masukan, saran,

bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Karomani, M. Si., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Dyah Wulan S.R.W, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

3. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp. PK., selaku Pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu dan bersedia untuk memberikan bimbingan, ilmu, kritik,

saran, nasehat, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini;

4. dr. Dwita Oktaria, M. Pd. Ked., selaku Pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu dan bersedia untuk memberikan bimbingan, ilmu, kritik,

saran, nasehat, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini;

Page 11: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

5. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, M. Farm., selaku Pembahas yang telah bersedia

memberikan waktu, koreksi, kritik, saran, serta nasehat yang membangun

untuk perbaikan skripsi penulis;

6. dr. Tri Umiana Soleha, M. Kes., selaku Pembimbing Akademik yang telah

bersedia memberikan nasehat dan memotivasi penulis dalam bidang

akademik;

7. Seluruh staf Dosen FK Unila, yang telah bersedia memberikan ilmu,

pembekalan, motivasi, dan bantuan untuk mewujudkan cita-cita yang

dimiliki oleh penulis;

8. Seluruh Civitas Akademik FK Unila, yang telah memberikan bantuan bagi

penulis selama menjadi Mahasiswa FK Unila;

9. Papa dan Ibu tercinta, Bapak Gatot Eko Andoyo dan Ibu Sonya Linda,

terimakasih atas segala doa, cinta, kekuatan, nasehat, segala dukungan fisik

dan psikis, serta jerih payah yang selalu diberikan hingga saat ini.

10. Kakak dan Adikku tercinta, Rizkiarty Karisza Andoyo dan Trie Uyun

Tawamala yang selalu menjadi sahabat, terimakasih selalu memberi

semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Ponakan yang sudah seperti adik, Chinta Karina, yang selalu memberi

semangat dan dukungan.

12. Sahabat terbaik, Fahmi Ikhtiar, yang selalu ada memberi dukungan,

bantuan, dan semangat dalam segala situasi.

13. Teman-teman selama perkuliahan, Elin, Tesa, Jihan, Rahma, Melia, Yovani,

yang telah berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

14. Subjek Penelitian yang telah membantu berjalannya penelitian ini.

Page 12: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

15. Laboratorium Prodia yang telah membantu proses penelitian ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu, memberikan pemikiran, dan dukunganya dalam pembuatan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2020

Penulis

Riskita Fiannisa

Page 13: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..v

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan ........................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 5

1.4 Manfaat ......................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

2.1 Vitamin D ...................................................................................... 7

2.2 Manfaat Vitamin D ....................................................................... 8

2.3 Metabolisme Vitamin D ................................................................ 9

2.4 Faktor Risiko Defisiensi Vitamin D ............................................ 13

2.5 Sumber Vitamin D ...................................................................... 16

2.6 Kerangka Teori............................................................................ 18

2.7 Kerangka Konsep ........................................................................ 18

2.8 Hipotesis ...................................................................................... 19

2.8.1 Hipotesis Nol ..................................................................... 19

2.8.2 Hipotesis Satu .................................................................... 19

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 20

3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 20

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 20

3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................ 20

3.2.2 Lokasi Penelitian ............................................................... 20

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 20

3.3.1 Populasi ............................................................................. 20

3.3.2 Besar Sampel ..................................................................... 21

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 24

Page 14: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

ii

3.3.4 Kelompok Perlakuan ......................................................... 24

3.4 Kriteria Sampel ........................................................................... 25

3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................... 25

3.4.2 Kriteria Eksklusi ................................................................ 25

3.5 Variabel ....................................................................................... 25

3.5.1 Variabel Dependen ............................................................ 25

3.5.2 Variabel Independen .......................................................... 25

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 26

3.7 Definisi Operasional.................................................................... 26

3.8 Alur Kerja.................................................................................... 27

3.9 Pengumpulan Data ...................................................................... 28

3.10 Analisis Data ............................................................................... 28

3.11 Etika Penelitian ........................................................................... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 29

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 29

4.1.1 Analisis Univariat .............................................................. 29

4.1.2 Analisis Bivariat ................................................................ 30

4.2 Pembahasan ................................................................................. 33

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 38

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 38

5.2 Saran ........................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

LAMPIRAN

Page 15: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori .............................................................................. 18

Gambar 2. Kerangka Konsep .......................................................................... 18

Gambar 3. Alur Kerja Penelitian ..................................................................... 27

Page 16: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kelompok Perlakuan .......................................................................... 24

Tabel 2. Definisi Operasional ........................................................................... 26

Tabel 3. Kadar Vitamin D 25-OH Awal……………………………….……..29

Tabel 4. Kadar Vitamin D 25-OH pre test dan post test P1...…….…………..31

Tabel 5. Kadar Vitamin D 25-OH pre test dan post test P2………….……….31

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Rerata Kadar Vitamin D 25-OH……...32

Tabel 7. Hasil Uji Paired T-Test……………………………………………………..32

Tabel 8. Hasil Uji Independent T-Test…………………………………………….....33

Page 17: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Persetujuan Etik ................................................................. 45

Lampiran 2. Informed Consent ........................................................................ 46

Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Vitamin D 25-OH Awal ..................... 49

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Kadar Vitamin D 25-OH Akhir .................... 55

Lampiran 5. Hasil Analisis Data ...................................................................... 61

Page 18: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis yang hampir sepanjang tahun disinari oleh

sinar matahari. Negara yang secara geografis berada di dekat garis ekuator

akan mendapat sinar matahari yang cukup seperti Indonesia yang setiap

hari mendapat sinar matahari selama 12 jam. Sinar matahari sangat

bermanfaat untuk kehidupan manusia sehari-hari, salah satu manfaat untuk

kesehatan yaitu untuk mengaktifasi vitamin D dalam tubuh. Pajanan

ultraviolet B pada sinar matahari merupakan sumber utama untuk

mengawali pembentukan vitamin D pada kulit (Pusparini, 2014). Vitamin

D yang didapatkan dari sintesis oleh radiasi sinar ultraviolet B merupakan

sumber paling baik dan tidak didapatkan kasus intoksikasi vitamin D

akibat paparan sinar matahari berlebihan (Holick, 2007). Orang – orang

yang tinggal di dekat ekuator yang terpapar sinar matahari tanpa

menggunakan pelindung sejenis tabir surya mempunyai konsentrasi serum

25(OH)D total di atas 30 ng/mL (Forman et al., 2007).

Vitamin D bersifat larut dalam lemak dan merupakan struktur molekul

steroid yang dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme di dalam

tubuh (Tsiaras and Weinstock, 2011). Ada dua sumber vitamin D yaitu

dari pembuatan pada kulit dengan sinar matahari dan dari asupan

Page 19: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

2

makanan. Sumber vitamin D yang berasal dari makanan ditemukan dalam

minyak ikan, telur, mentega, hati, ikan seperti makarel, salmon, sarden dan

tuna. Selain itu, banyak makanan yang sudah difortifikasi vitamin D,

terutama produk susu dan sereal. Makanan nabati umumnya rendah

kandungan vitamin D (Zgaga et al., 2011; Pusparini, 2014).

Kadar vitamin D 25 (OH) yang dianjurkan yaitu 30-100 ng/mL dalam

serum dan 40-60 ng/mL dalam darah. Kadar vitamin D 25 (OH) di bawah

20 ng/mL adalah batasan defisiensi vitamin D (Grober et al., 2013;

Pusparini, 2014). Data prevalensi defisiensi vitamin D pada Wanita Usia

Subur (WUS) di berbagai negara negara Eropa, Amerika, dan Asia

(Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, India, Jepang dan Hongkong)

bervariasi dari 42%-90% (Rimahardika, Subagio and Wijayanti, 2017).

Sebuah studi di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi defisiensi

vitamin D sebesar 50% pada wanita berusia 45-55 tahun. Selain itu,

penelitian lain di Jakarta dan Bekasi menunjukkan bahwa 74 subjek wanita

berusia 60-75 tahun mengalami defisiensi vitamin D cukup tinggi sebesar

35.1% (Setiati, 2008). Selain itu, hasil penelitian kolaborasi Malaysia dan

Indonesia yang dilakukan di Kuala Lumpur dan Jakarta menemukan

peserta mempunyai rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D sebesar 48

nmol/L sedangkan defisiensi vitamin ini di Indonesia sebesar 63%.

Berdasarkan studi yang dilakukan di negara Indonesia dan Malaysia dapat

disimpulkan bahwa orang yang tinggal di negara tropis khatulistiwa tidak

sepenuhnya terjamin status vitamin D nya (Green et al., 2008). Data

Page 20: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

3

prevalensi defisiensi vitamin D sangat bervariasi pada tiap negara yang

berbeda (Rimahardika, 2016).

Faktor penyebab kurangnya vitamin D yaitu pada kurangnya paparan sinar

matahari, kurangnya aktivitas di luar ruangan, gaya hidup yang cenderung

menghindari sinar matahari, penggunaan tabir surya, pakaian, rendahnya

asupan makanan kaya vitamin D seperti susu dan makanan yang

difortifikasi, adanya kecenderungan mengurangi bahan makanan tinggi

lemak yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya asupan vitamin D

serta bekerja di dalam ruangan dalam jangka waktu yang panjang.

Defisiensi vitamin ini dapat diatasi dengan meningkatkan sintesis vitamin

D melalui pajanan sinar matahari, fortifikasi makanan atau memberikan

suplementasi vitamin D (Micheal F Holick, 2004; Paramita and Louisa,

2017).

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa penyakit juga

keganasan. Penyakit akibat defisiensi vitamin D yaitu kelainan pada tulang

yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang

dewasa. Selain itu, defisiensi vitamin D dilibatkan sebagai kemungkinan

faktor risiko dalam etiologi berbagai penyakit, termasuk kondisi

nonskeletal. Biasanya vitamin D hanya dikaitkan dengan kesehatan tulang

dan metabolisme kalsium. Namun, baru-baru ini defisiensi vitamin D

dilibatkan sebagai faktor risiko dari berbagai penyakit, termasuk pada

kondisi organ non-skeletal yaitu dapat meningkatkan terjadinya risiko

diabetes melitus tipe dua, gangguan kardiovaskular yang disebabkan

Page 21: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

4

hipertensi, obesitas dan gangguan profil lipid, kanker, infeksi dan

autoimun (Altowijri et al., 2018).

Paparan sinar matahari pada kulit merupakan cara terbaik untuk sintesis

vitamin D dari previtamin D yang terdapat di bawah kulit. Radiasi

ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang 290-315 nm yang berasal

dari matahari pada kulit akan mengawali perubahan 7-dehidrokolesterol di

kulit menjadi previtamin D3 yang selanjutnya terjadi isomerasi menjadi

D3 melalui proses yang termosensitif. Tidak ada kejadian kasus

intoksikasi karena paparan UVB jangka panjang menyebabkan inaktivasi

lokal previtamin D3 dan vitamin D3 (Paramita and Louisa, 2017).

Vitamin D yang dihasilkan kulit akan berada di dalam darah dua kali lebih

lama dibandingkan vitamin D yang berasal dari makanan. Paparan sinar

matahari selama 5-30 menit sedikitnya dua kali/minggu pada kulit wajah,

lengan, punggung, atau tungkai (tanpa menggunakan tabir surya) cukup

adekuat untuk sintesis vitamin D (Paramita and Louisa, 2017). Paparan

sinar matahari pukul 07.00 dan 16.00 memiliki intensitas sinar UVB yang

paling rendah yaitu 0,1-0,4 minimal erythemal dose (MED) dan semakin

meningkat pada siang hari. Intensitas sinar UVB pada pukul 10.00-14.00

berada di puncak tertinggi yaitu 1-2 MED (Setiati, Oemardi and Sutrisna,

2007).

Page 22: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

5

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan rerata kadar vitamin D 25-OH sebelum dan

sesudah terpapar sinar matahari?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kadar vitamin D 25-OH setelah terpapar

sinar matahari selama 15 menit dan 30 menit.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui rerata kadar vitamin D 25-OH pada subjek

penelitian sebelum terpapar sinar matahari.

2. Mengetahui kadar vitamin D 25-OH setelah terpapar sinar

matahari selama 15 menit.

3. Mengetahui perbedaan rerata kadar vitamin D 25-OH sebelum

dan sesudah terpapar sinar matahari selama 15 menit.

4. Mengetahui kadar vitamin D 25-OH setelah terpapar sinar

matahari selama 30 menit.

5. Mengetahui perbedaan rerata kadar vitamin D 25-OH sebelum

dan sesudah terpapar sinar matahari selama 30 menit.

6. Mengetahui perbedaan rerata selisih kadar vitamin D 25-OH

setelah terpapar sinar matahari selama 15 menit dan 30 menit.

Page 23: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

6

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat

teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui

manfaat sinar matahari terhadap vitamin D yang dapat berdampak

pada kesehatan tubuh.

2. Manfaat Kepentingan Praktis/ Pelayanan Kesehatan

a. Bagi Masyarakat atau Subyek penelitian

Meningkatkan pengetahuan mengenai gizi masyarakat dengan

mengetahui paparan sinar matahari untuk tubuh adalah hal baik

dan sebagai salah satu wujud pelayanan kesehatan yang

diberikan peneliti kepada subyek penelitian.

b. Bagi Petugas Kesehatan dan Pemerintah

Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan

pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi,

arahan kepada masyarakat khususnya untuk orang yang jarang

terpapar sinar matahari agar memperhatikan pentingnya paparan

sinar matahari.

3. Manfaat bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya dan dapat

dikembangkan kembali.

Page 24: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin D

Vitamin D atau disebut juga vitamin “sunshine” merupakan sekosteroid

yang dibentuk di kulit melalui proses fotosintesis oleh sinar matahari.

Struktur vitamin D diturunkan dari senyawa steroid yang memiliki empat

cincin senyawa cyclo-pentano-perhydrophenanthrene (cincin A,B,C,D).

Cincin A, C dan D merupakan struktur cincin yang utuh, sedangkan

struktur cincin B tidak utuh lagi. Dikenal sebagai sekosteroid karena

cincin B telah lepas ikatan karbon-karbonnya. Vitamin D secara biologik

bersifat inert dan menjalani dua kali proses hidroksilasi berturut-turut di

hati dan di ginjal sehingga terbentuk metabolit aktif yaitu [1.25 (OH)2D3]

(Michael F. Holick, 2004; Martin and Campbell, 2011).

Efek biologik utama vitamin D3 aktif ialah memelihara konsentrasi serum

kalsium dalam rentang normal. Kondisi tersebut dicapai dengan

meningkatkan absorpsi usus terhadap kalsium yang berasal dari makanan

dan dengan memobilisasi cadangan kalsium di tulang untuk masuk ke

sirkulasi. Vitamin D penting untuk pembentukan skeleton dan untuk

hemostatis mineral, termasuk untuk peningkatan absorpsi kalsium dan

fosfor sehingga mineralisasi tulang tetap terpelihara (Tsiaras and

Weinstock, 2011).

Page 25: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

8

2.2 Manfaat Vitamin D

Vitamin D memiliki peran-peran penting yang dibutuhkan oleh tubuh

salah satunya pada homeostasis mineral yaitu kalsium dan fosfat (Rodwell

et al., 2015). Kalsitriol yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D akan

berinteraksi dengan reseptor vitamin D yang tersebar di seluruh jaringan

tubuh seperti di usus halus dan ginjal. Di usus halus, kalsitriol

meningkatkan penyerapan kalsium melalui stimulasi ekspresi epithelial

calcium channel (ECaC) dan calbindin-D9k (calcium binding protein,

CaBP). Tanpa vitamin D, metabolisme kalsium dan fosfat tidak dapat

diserap dengan baik yakni hanya 10-15% kalsium dan sekitar 60% fosfat

yang diserap. Kadar vitamin D yang cukup akan meningkatkan

penyerapan kalsium menjadi 30-40% dan fosfat sampai 80%. Manfaat

vitamin D lainnya yang sudah banyak diketahui yaitu dalam hal membantu

pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia

di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang (Micheal

F Holick, 2004; Paramita and Louisa, 2017).

Vitamin D diperlukan untuk maturasi osteoklas. Osteoblas

mengekspresikan receptor activator of nuclear factor kB ligand

(RANKL), atau osteoprotegerin (OPG) yang akan berikatan dengan

RANK. Ikatan RANK dengan RANKL akan menyebabkan diferensiasi

dan maturasi osteoklas. Kalsitriol, PTH, dan prostaglandin menstimulasi

ekspresi RANKL, sedangkan kalsitriol menghambat produksi OPG, yang

dapat meningkatkan osteoklastogenesis dan aktivitas osteoklas. Osteoklas

matur akan melepaskan kalsium dan fosfat tulang untuk menjaga

Page 26: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

9

keseimbangan kadar kalsium dan fosfat di darah. Kadar kalsium dan fosfat

yang adekuat berperan untuk mineralisasi tulang. Di dalam ginjal,

kalsitriol menstimulasi reabsorpsi kalsium, meningkatkan ekskresi fosfat

di urin; kalsitriol menjaga keseimbangannya melalui supresi 1α-

hydroxylase dan stimulasi 24-hidroksilase, ataupun kemampuannya

menginduksi ekspresi megalin di dalam tubulus proksimal (Setiati,

Oemardi and Sutrisna, 2007; Wacker and Holick, 2013).

Reseptor vitamin D (VDR) pada jaringan dapat membantu

mengidentifikasi kerja endokrin vitamin D. VDR terdapat pada limfosit B

dan T, folikel rambut, jaringan lemak, sel beta pankreas, sumsum tulang,

dan sel kanker. Selain itu, vitamin ini juga berperan pada diferensiasi sel,

replikasi, dan apoptosis, sehingga vitamin D dikaitkan dengan aktivitas

non-kalsemik seperti sistem imun, sekresi insulin oleh sel beta pankreas,

fungsi jantung, dan regulasi tekanan darah, serta perkembangan otak dan

janin (Paramita and Louisa, 2017).

2.3 Metabolisme Vitamin D

Vitamin D memiliki keunikan yang khas karena dapat disintesis di kulit

dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D terdapat dalam dua bentuk,

yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 (ergosterol) berasal dari

viosterol, yang kemudian oleh sinar UV diubah menjadi ergosterol.

Ergosterol adalah komponen membran sel jamur, sehingga D2 secara

alami dapat ditemukan pada jamur yang terpapar sinar matahari. Vitamin

D3 (cholecalciferol) disintesis di dalam kulit dan banyak terdapat di ikan

Page 27: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

10

kaya minyak seperti salmon, makarel, dan hering (Holick, 2007; Martin

and Campbell, 2011).

Metabolisme vitamin D terdiri dari tiga proses yaitu sintesis, absorbsi, dan

metabolisme.

1) Sintesis

Prekusor vitamin D yang tersedia dalam fraksi sterol dalam

jaringan hewan (di bawah kulit) dalam bentuk 7-dehidrokolesterol

dan tumbuh-tumbuhan dalam bentuk ergosterol. Keduanya

membutuhkan radiasi sinar ultravioet untuk mengubahnya ke

dalam bentuk provitamin D3 (kolekalsiferol) dan D2

(ergokalsiferol). Kedua provitamin membutuhkan konversi

menjadi bentuk aktifnya melalui penambahan dua gugus hidroksil.

Gugus hidroksil pertama ditambahkan di dalam hati pada posisi 25

sehingga membentuk 25-hidroksi-vitamin D. Gugus hidroksil

kedua ditambahakan dalam ginjal sehingga membentuk 1,25-

dihidroksi-vitamin D. Provitamin D berasal dari hewan membentuk

1,25 dihidroksikolekalsiferol, dikenal sebagai kalsitriol, sedangkan

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan membentuk 1,25 dihidroksi

ergokalsiferol, dikenal sebagai erkalsitriol. Kedua bentuk vitamin

D efektif untuk manusia. Bentuk tumbuh-tumbuhan terutama

digunakan sebagai bahan tambahan makanan.

Page 28: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

11

2) Absorbsi, Transportasi, dan Penyimpanan

Vitamin D diabsorpsi dalam usus halus bersama lipida dengan

bantuan cairan empedu. Vitamin D dari bagian atas usus halus

diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-tempat

penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Absorpsi

vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium

makanan rendah. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh gangguan

ginjal dalam memetabolisme vitamin D.

3) Metabolisme

Vitamin D3 (kolekalsiferol) dibentuk di dalam kulit oleh sinar

ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Sinar matahari juga dapat

mengubah provitamin D3 menjadi bahan yang tidak aktif.

Banyaknya provitamin D dan bahan tidak aktif yang dibentuk

bergantung pada intensitas radiasi ultraviolet. Faktor lain yang

berpengaruh terhadap pembentukan provitamin D3 adalah

pigmentasi, penggunaan tabir surya (sunscreen) dan lama waktu

penyingkapan terhadap matahari (Holick, 2007).

Vitamin D3 di dalam hepar akan diubah oleh 25-hidroksiase (CYP27A1)

menjadi bentuk yang lebih aktif yaitu 25-hidroksi kolekalsiferol [25(OH)-

D3] yang lima kali lebih aktif daripada vitamin D3. Bentuk [25(OH)-D3]

adalah bentuk vitamin D yang paling banyak di dalam darah dan

banyaknya bergantung pada konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap

matahari. Kemudian, [25(OH)-D3] di mitokondria ginjal akan dibentuk

Page 29: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

12

lagi menjadi bentuk yang lebih aktif yaitu kalsitriol atau 1,25-dihidroksi

kolekalsiferol [1.25 (OH)2-D3] yang 10 kali lebih aktif dari vitamin D3.

Bentuk aktif ini diubah dalam ginjal dengan bantuan 1-αhidroksiase

(CYP27B1). Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium

dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya (Tsiaras and

Weinstock, 2011).

Kalsium dan fosfor dalam serum juga mempengaruhi sintesis kalsitriol

dalam ginjal. Saat kalsium dalam serum rendah akan hormon PTH akan

disekresikan dan berperan sebagai perantara yang merangsang produksi

[1.25 (OH)2-D3] oleh ginjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai

pengaruh yang sama, tetapi tidak membutuhkan PTH (Wacker and Holick,

2013).

Vitamin D yang dihasilkan kulit akan berada di dalam darah dua kali lebih

lama dibandingkan vitamin D yang berasal dari makanan. Paparan sinar

matahari selama 5-30 menit antara pukul 10.00-15.00 sedikitnya dua

kali/minggu pada kulit wajah, lengan, punggung, atau tungkai (tanpa

mengenakan tabir surya) cukup adekuat untuk sintesis vitamin D. Berbagai

faktor dapat menurunkan produksi vitamin D dari kulit seperti peningkatan

pigmentasi kulit, penuaan, aplikasi topikal tabir surya. Perubahan sudut

datang sinar matahari disebabkan oleh perubahan garis lintang, musim,

waktu dapat secara signifikan mempengaruhi produksi vitamin D3 di kulit

(Mead, 2008; Martin and Campbell, 2011).

Page 30: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

13

2.4 Faktor Risiko Defisiensi Vitamin D

Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D, di

antaranya:

1) Kurang Terpapar Sinar Matahari

Kebiasaan yang sering menghindar dari sinar matahari merupakan

salah satu yang dapat menyebabkan defisiensi vitamin D. Seperti

kebiasaan di dalam rumah, bekerja di dalam ruangan, dan

penggunaan pakaian panjang dapat menyebabkan tidak cukupnya

paparan sinar matahari yang diperlukan oleh tubuh. Penggunaan

tabir surya juga dapat menjadi faktor risiko defisiensi vitamin D.

Paparan sinar matahari sebesar satu satuan minimal erythemal dose

(MED) yaitu mulai munculnya kemerahan yang ringan di kulit,

sudah dapat meningkatkan konsentrasi vitamin D yang setara

dengan suplementasi 10.000 –20.000 IU. Intensitas UVB sinar

matahari adalah rendah pada pukul 07.00 pagi, meningkat pada

jam-jam berikutnya sampai dengan pukul 11.00; setelah pukul

11.00 intensitas ini relatif stabil dan tinggi sampai dengan pukul

14.00 untuk kemudian menurun, dan pada pukul 16.00 mencapai

intensitas yang sama dengan pada pukul 07.00. Penelitian oleh

Holick melaporkan bahwa waktu pajanan yang dibutuhkan pada

intensitas 1 MED/jam adalah 1/4 x 60 menit atau sama dengan 15

menit (Setiati, Oemardi and Sutrisna, 2007). Paparan sinar

matahari di muka dan lengan selama 25 menit pada pukul 09.00

atau pukul 11.00–13.00 selama 15 menit sudah meningkatkan

Page 31: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

14

konsentrasi vitamin D sebesar 2700 IU tiap kali pemaparan.

Sebaiknya untuk mencegah defisiensi vitamin D dapat dilakukan

dengan terpapar sinar matahari 15–30 menit selama 2–3

kali/minggu atau 2 jam/minggu (Martin and Campbell, 2011).

2) Asupan Vitamin D

Kuning telur, hati, minyak ikan, minyak hati ikan cod, susu

fortifikasi, dan produk susu merupakan beberapa makanan yang

mengandung vitamin D. Saat ini di pasaran juga tersedia

multivitamin yang mengandung vitamin D3 plain (vitamin D

standar) yang dapat dijadikan sebagai suplemen nutrisi tambahan.

Di samping itu, sekarang juga telah tersedia vitamin D3 yang

sudah terhidroksilasi berupa kalsitriol dan alfakalsidol. Kalsitriol

merupakan vitamin D3 aktif yang sudah mengalam hidrolisasi

sempurna yang dapat langsung bekerja efektif di usus sehingga

meningkatkan absrobsi kalsium. Alfakalsidol merupakan analog

aktif sintetik vitamin D yang telah terhidroksilasi yang secara

fisiologik akan berlangsung di ginjal hanya setelah proses

hidroksilasi di hati (Makayadhaha, 2017).

3) Menyusui

Menyusui dapat memberikan banyak manfaat yang baik pada bayi

namun ASI bukan sumber yang baik untuk vitamin D. Kebutuhan

vitamin D tidak cukup terpenuhi oleh ASI, karena kandungan

vitamin D pada ASI sekitar <25 IU/L-78 IU/L. Vitamin D yang

Page 32: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

15

terkandung di dalam ASI berhubungan dengan keadaan gizi pada

ibu menyusui. Apabila kadar vitamin D pada ibu rendah

kandungan vitamin D dalam ASI juga rendah. Sehingga ibu

menyusui memerlukan konsumsi suplemen dengan dosis yang

lebih tinggi, sehingga kandungan vitamin D dalam ASI dapat

terpenuhi (Retnosari, 2015).

4) Usia

Usia dapat mempengaruhi vitamin D yang terproduksi oleh tubuh.

Pada usia lanjut (lansia), kemampuan tubuh untuk memproduksi

vitamin D semakin menurun yang disebabkan oleh penyerapan

sinar matahari yang penting untuk produksi vitamin D berkurang

seiring dengan proses degenerasi kulit pada lansia, sehingga kulit

tidak dapat mensintesis vitamin D secara efektif. Kebiasaan lansia

yang lebih banyak berada di dalam rumah juga dapat menjadi

faktor risiko defisiensi vitamin D pada lansia (Makayadhaha,

2017).

5) Warna Kulit

Pada orang dengan melanin pigmen dalam jumlah besar pada

lapisan epidermal yang menghasilkan kulit yang lebih gelap dapat

mengurangi kemampuan kulit untuk memproduksi vitamin D dari

paparan sinar matahari (Siagian, 2003).

Page 33: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

16

2.5 Sumber Vitamin D

1. Sinar Matahari

Vitamin D dalam tubuh dapat dibentuk di kulit dengan bantuan sinar

matahari. Vitamin D dari matahari didapatkan dengan cara berjemur

saat pagi-siang hari. Jika intensitas pajanan adalah 2 MED/jam, maka

lama pemajanan akan lebih singkat. Intensitas ultraviolet puncaknya

pada pukul 11.00 –13.00 selama 1 –2 MED/jam. Namun, intensitas

panas pada rentang waktu tersebut diduga akan menyebabkan

ketidaknyamanan sehingga akan menurunkan kepatuhan, rentang

waktu tersebut (Setiati, Oemardi and Sutrisna, 2007). Paparan sinar

matahari di muka dan lengan selama beberapa menit sudah

meningkatkan konsentrasi vitamin D sebesar 2700 IU tiap kali

pemaparan. Sebaiknya untuk mencegah defisiensi vitamin D dapat

dilakukan dengan terpapar sinar matahari 15–30 menit selama 2–3

kali/minggu atau 2 jam/minggu (Samanek et al., 2006).

2. Susu

Susu merupakan minuman yang kaya akan vitamin D dan kaya akan

kalsium yang baik untuk kesehatan tulang. Baik susu sapi maupun susu

kambing memiliki kandungan vitamin D yang baik. Susu sapi

mengandung vitamin D sebanyak 50%, sedangkan susu kambing

mengandung 31% dalam satu gelas.

Page 34: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

17

3. Telur

Telur juga merupakan sumber vitamin D meskipun jumlah

kandungannya tidak banyak. Vitamin D didapatkan hanya pada bagian

kuning telurnya saja. Vitamin D yang terkandung pada telur bisa

mencapai 25 IU.

4. Ikan Salmon

Ikan salmon mengandung omega 3 dan vitamin B12 yang tinggi.

Vitamin D pada ikan salmon lebih besar jika dibandingkan dengan

sumber vitamin D lainnya. Vitamin D dari ikan salmon sangat baik

untuk perkembangan otak pada janin dan anak.

5. Kedelai

Kacang kedelai merupakan salah satu sumber vitamin D yang sangat

baik, begitu juga dengan olahan seperti tahu dan tempe. Pada

konsumen yang memiliki alergi pada susu sapi atau kambing dapat

mengganti asupan vitamin D dari susu kedelai (Wacker and Holick,

2013; Makayadhaha, 2017).

Page 35: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

18

2.6 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

1α hidroksilase

(CYP27B1)

24-hidroksilase

25-hidroksilase

(CYP27A1)

Isomerisasi

Sinar UVB pada

sinar matahari

Gambar 1. Kerangka Teori.

Gambar 2. Kerangka Konsep.

7-dehidrokolesterol

(provitamin D) Previtamin D3

Vitamin D

25 (OH)-D 24, 25 (OH)2-D

Makanan (D2 dan D3)

1, 25 (OH)2-D

(Bentuk aktif vitamin D)

Variabel Independen Variabel Dependen

Durasi Paparan Sinar

Matahari

Vitamin D 25-OH

dalam tubuh

Page 36: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

19

2.8 Hipotesis

2.8.1 Hipotesis Nol

Tidak ada perbedaan kadar vitamin D 25-OH terhadap durasi

paparan sinar matahari yang ditentukan.

2.8.2 Hipotesis Satu

Terdapat perbedaan kadar vitamin D 25-OH berdasarkan durasi

paparan sinar matahari yang ditentukan.

Page 37: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode pre test-

post test dan rancangan cross sectional.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2019.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di teras terbuka rumah peneliti yang

berada di belakang rumah sehingga tidak terlihat dari lingkungan

sekitar dan Prodia Bandar Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian yaitu mahasiswa laki-

laki. Populasi terjangkau peneliti yaitu mahasiswa laki-laki di

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Page 38: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

21

3.3.2 Besar Sampel

Penentuan besar sampel dihitung menggunakan rumus komparatif

numerik berpasangan pengukuran berulang dua kali pengukuran,

yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah subjek

α = Kesalahan tipe satu, nilainya merupakan

ketetapan peneliti

zα = Nilai standar dari alpha, nilainya diperoleh dari nilai

z kurva normal

β = Kesalahan tipe dua, nilainya merupakan ketetapan

peneliti

zβ = Nilai standar dari beta, nilainya diperoleh dari nilai

z kurva normal

s = Simpang selisih, nilainya bersumber dari

kepustakaan.

x1 – x2 = Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna

antara pengukuran satu dan pengukuran dua.

Nilainya merupakan ketetapan peneliti dengan

ketentuan logis dan etis.

Page 39: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

22

Simpang selisih didapatkan dari penelitian yang sudah dilakukan.

Berdasarkan penelitian mengenai vitamin D sebelumnya oleh

Buyukuslu et al., tahun 2014, nilai rata-rata±SD sebelum perlakuan

adalah 21,1±6,7 ng/mL dan nilai rata-rata±SD setelah perlakuan

adalah 29,7±3,1 ng/mL dengan jumlah sampel 100 orang

(Buyukuslu et al., 2014). Maka diperoleh simpang selisih dengan

rumus berikut.

Dari hasil perhitungan di atas, simpang selisih dari penelitian

serupa ialah 4,86 (Buyukuslu et al., 2014). Kesalahan tipe satu

ditetapkan 10% untuk hipotesis satu arah sehingga nilai standard

alpha yaitu 1,645. Sedangkan kesalahan tipe dua ditetapkan 15%

Page 40: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

23

sehingga nilai standard beta yaitu 1,036. Selisih rerata minimal

yang dianggap bermakna adalah 8,6 ng/mL. Sehingga perhitungan

sampel didapatkan:

Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan sampel sebanyak 3

orang untuk setiap kelompok perlakuan. Untuk mengantisipasi

hilangnya eksperimen, maka dilakukan koreksi:

Keterangan:

N = besar sampel koreksi

n = besar sampel awal

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10%

Page 41: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

24

Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut:

Jadi sampel yang digunakan sebanyak 4 orang untuk masing-

masing kelompok perlakuan.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik simple random sampling.

3.3.4 Kelompok Perlakuan

Tabel 1. Kelompok Perlakuan.

No Kelompok Perlakuan

1 Kelompok Perlakuan 1

(P1)

Kelompok dipaparkan sinar

matahari dengan durasi 15 menit

2 Kelompok Perlakuan 2

(P2)

Kelompok dipaparkan sinar

matahari dengan durasi 30 menit

Page 42: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

25

3.4 Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

Hadir ke tempat penjemuran.

Bersedia untuk menjadi subjek penelitian dan menandatangani

informed consent.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Menggunakan tabir surya.

Memiliki riwayat epilepsi.

Memiliki riwayat gangguan fungsi hepar.

Memiliki riwayat gangguan fungsi ginjal.

Memiliki riwayat kulit yang sensitif.

3.5 Variabel

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat dari adanya variabel independen. Variabel

dependen pada penelitian ini adalah kadar vitamin D 25-OH.

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

perubahannya variabel dependen. Variabel independen pada

penelitian ini adalah durasi paparan sinar matahari.

Page 43: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

26

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

1. Subjek penelitian

2. Paparan sinar matahari

3. Stopwatch

4. Alat pemeriksaan laboratorium

5. Kacamata hitam

3.7 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional.

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Skala Data

Independen:

Durasi

paparan sinar

matahari

Berapa lama

sampel diberikan

perlakuan perhari

yaitu terpapar

sinar matahari

Stopwatch Durasi paparan

sinar matahari

pada P1 selama

15 menit dan P2

selama 30 menit

Rasio

Dependen:

Kadar

Vitamin D 25-

OH

Kadar vitamin D

dalam tubuh

diukur melalui

kadar vitamin D

25-OH

Pemeriksaan kadar

vitamin D 25-OH

dalam serum

dan/atau darah

Pemeriksaan

menggunakan

metode

chemiluminescent

immunoassay

(CLIA) dan

chemiluminescent

microparticle

immunoassay

(CMIA)

Rasio

Page 44: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

27

3.8 Alur Kerja

Gambar 3. Alur Kerja Penelitan.

Melakukan analisa dengan software

statistik

Penyusunan hasil penelitian

Mengajukan proposal penelitian

Persetujuan Ethical Clearance dari

Komisi Etik Fakultas Kedokteran

Unila

Pencarian subjek penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan

eklusi

Persetujuan subjek penelitian

(Informed consent)

Pengecekan kadar vitamin D 25-OH

subjek di Prodia Bandarlampung

Pembacaan interpretasi hasil

pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Melakukan perlakuan pada sampel

dengan durasi paparan sinar

matahari yang berbeda selama 3 kali

dalam seminggu

Pengecekan kadar vitamin D 25-OH

subjek setelah selesai perlakuan

selama 3 kali dalam seminggu di

Prodia Bandarlampung

Melakukan input data

Page 45: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

28

3.9 Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan yaitu data primer mengenai data karakteristik subjek

meliputi nama, tanggal lahir, umur, alamat, dan nomor telepon yang

diperoleh dari hasil wawancara dan data waktu dan durasi subjek terpapar

sinar matahari.

3.10 Analisis Data

Setelah didapatkan data hasil penelitian, data tersebut dianalisis dengan

program software statistik untuk menguji normalitas data serta menguji

hipotesis. Untuk jumlah sampel kurang dari 50 digunakan uji Shapiro-

Wilk. Jika data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan

uji parametrik dependent T-test. Uji independent T-test juga digunakan

untuk mengetahui perbedaan rerata selisih kadar. Jika tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan uji parametrik, pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji non parametrik Wilcoxon. Hipotesis dapat diterima

apabila p<0,05.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini telah melewati kaji etik dan mendapatkan izin dari Komisi

Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

dengan nomor 3493/UN26.18/PP.05.00/2019.

Page 46: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian perbedaan kadar vitamin D 25-OH

berdasarkan durasi paparan sinar matahari, didapatkan sebagai

berikut:

1. Rerata kadar vitamin D 25-OH subjek penelitian sebelum

terpapar sinar matahari termasuk kategori insufisiensi atau

tidak cukup yaitu 21.9 ng/mL.

2. Terdapat peningkatan kadar vitamin D 25-OH subjek penelitian

setelah terpapar sinar matahari selama 15 menit yaitu rentang

17.1 – 26.3 ng/mL.

3. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar vitamin D 25-OH yang

signifikan sebelum dan sesudah terpapar sinar matahari selama

15 menit.

4. Terdapat peningkatan kadar vitamin D 25-OH subjek penelitian

setelah terpapar sinar matahari selama 30 menit yaitu rentang

20.6 – 39 ng/mL.

5. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar vitamin D 25-OH yang

signifikan sebelum dan sesudah terpapar sinar matahari selama

30 menit.

Page 47: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

39

6. Tidak terdapat perbedaan rerata selisih kadar vitamin D 25-OH

yang signifikan setelah terpapar sinar matahari selama 15 menit

dan 30 menit.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran

dari peneliti, diantaranya:

1. Saran untuk Pelayanan Kesehatan

Mendorong masyarakat untuk memperbaiki gaya hidup salah

satunya dengan terpapar sinar matahari yang cukup atau

dengan mengonsumsi suplemen untuk mencukupi kebutuhan

vitamin D dalam tubuh.

2. Saran untuk Masyarakat dan Subjek Penelitian

Tidak menghindari sinar matahari dan berjemur dengan rutin

atau mengonsumsi makanan kaya vitamin D yang dapat

diperoleh diantaranya dari susu, telur, ikan salom, minyak ikan

cod, dan kacang kedelai. Suplemen vitamin D dapat

dikonsumsi untuk meningkatkan kadar vitamin D dalam tubuh

yang adekuat dan bermanfaat dalam fisiologi tubuh dan

mencegah berbagai penyakit.

3. Saran untuk Peneliti Lain

Penelitian mengenai vitamin D masih belum banyak sehingga

masih banyak yang dapat diteliti. Peneliti selanjutnya dapat

melakukan penelitian mengenenai durasi yang tepat untuk

Page 48: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

40

mendapatkan kenaikan kadar vitamin D 25-OH yang bermakna

atau faktor lain yang mempengaruhi kadar vitamin D 25-OH.

Variasi warna kulit subjek penelitian dapat ditambahkan pada

kriteria eksklusi atau inklusi pada penelitian selanjutnya untuk

memaksimalkan kenaikan kadar vitamin D pada subjek yang

diteliti.

Page 49: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal KS, Mughal MZ, Upadhyay P, Berry JL, Mawer EB, Puliyel JM. 2002.

The impact of atmospheric pollution on vitamin D status of infants

and toddlers in Delhi, India. Archives of disease in childhood:

87(2): 111–113.

Altowijri A, Alloubani A, Abdulhafiz I, Saleh A. 2018. Impact of nutritional and

environmental factors on vitamin D deficiency. Asian Pacific

journal of cancer prevention. APJCP. 9(9): 2569–2574.

Buyukuslu N, Esin K, Hizli H, Sunal N, Yigit P, Garipagaoglu M. 2014. Clothing

preference affects vitamin D status of young women. Nutrition

Research. 34(8): 688–693.

Feldman D, Pike JW, Adams JS. 2011. Vitamin D 3rd edn. London: Elsevier Inc.

Forman JP, Giovannuci E, Holmes MD, Bischoff-Ferrari HA. 2007. Vitamin D

and risk of hypertension plasma 25-hydroxyvitamin D levels and

risk of incident hypertension. Hypertension. 49: 1063–1069.

Green TJ, Skeaff CM, Rockell JEP, Venn BJ, Lambert A, Todd J, et al. 2008.

Vitamin D status and its association with parathyroid hormone

concentrations in women of child-bearing age living in Jakarta and

Kuala Lumpur. European Journal of Clinical Nutrition. 62(3): 373–

378

Grober U, Spitz J, Reichrath J, Kisters K, Holick MF. 2013. Vitamin D: update

2013 - from rickets prophylaxis to general preventive healthcare.

Dermato-Endocrinology. 5(3): 331–347

Holick MF. 2004. Sunlight and vitamin D for bone health and prevention of

autoimmune diseases, cancers, and cardiovascular disease. The

American journal of clinical nutrition. 80(6 Suppl): 1678–1688.

Holick MF. 2004. Vitamin D : importance in the prevention of cancers, type 1

diabetes, heart disease, and osteoporosis. Am J Clin Nutr. 79: 362–

371.

Page 50: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

42

Holick MF. 2007. Vitamin D deficiency. The New England Journal of Medicine.

357(3): 266–281.

Holick MF, MacLaughlin JA, Doppelt SH. 1981. Regulation of cutaneous

previtamin D3 photosynthesis in man: skin pigment is not an

essential regulator. Science. 211: 590–593.

Makayadhaha WD. 2017. Gambaran interpretasi hasil vitamin D 25-OH total pada

pasien di prodia Salatiga. [Skripsi] Semarang: Universitas

Muhamadiyah Semarang.

Martin T, Campbell RK. 2011. Vitamin D and diabetes. Washington: Diabetes

Spectrum. 24(2): 113–118.

Mead MN. 2008. Benefits of sunlight: a bright spot for human health.

Environmental health perspectives. 116(4): 160–167.

Mendes MM, Hart KH, Botelho PB, Lanham-New SA. 2018. Vitamin D status in

the tropics: is sunlight exposure the main determinant? Nutrition

Bulletin. 43(4): 428–434.

Moyad MA. 2009. Vitamin D: a rapid review. Dermatology Nursing. 21(1): 25–

30.

Nair R, Maseeh A. 2012. Vitamin D: the sunshine vitamin. Journal of

Pharmacology and Pharmacotherapeutics. 3(2): 118–126.

Nimitphong H, Holick MF. 2013. Vitamin D status and sun exposure in Southeast

Asia. Dermato-endocrinology. 5(1): 34–37.

Paramita, Louisa M. 2017. Berbagai manfaat vitamin D. CDK 257. 44(10): 736–

740.

Patwardhan VG, Mughal ZM, Chiplonkar SA, Webb AR, Kift R, Khadilkar VV,.

et al. 2018. Duration of casual sunlight exposure necessary for

adequate vitamin D status in indian men. Indian Journal of

Endocrinology and Metabolism. 22(2): 249–255.

Pusparini. 2014. Defisiensi vitamin D terhadap penyakit. Indonesian Journal of

Clinical Pathology and Medical Laboratory. 21(1): 90–95.

Retnosari E, Permadi W, Setiawati EP, Husin F, Mose JC, Sabarudin U. 2015.

Korelasi antara kadar vitamin D dengan kejadian preeklamsi.

Bandung: IJEMC. 2(5): 53–60.

Rimahardika R. 2016. Asupan Vitamin D Dan Paparan Sinar Matahari Pada

Orang Yang Bekerja Di Dalam Ruangan Dan Di Luar Ruangan.

[Skripsi] Semarang: Universitas Diponegoro.

Page 51: PERBEDAAN KADAR VITAMIN D 25-OH …digilib.unila.ac.id/60665/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsinar matahari selama 15 menit dan 30 menit dengan nilai p>0.05 yaitu 0.229. Kesimpulan:

43

Rimahardika R, Subagio HW, Wijayanti HS. 2017. Asupan vitamin D dan

paparan sinar matahari pada orang yang bekerja di dalam ruangan

dan di luar ruangan. Journal of Nutrition College. 6(4). 333–342.

Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Weil PA. 2015. Harper’s

illustrated biochemistry 13th edn. New York: The McGraw-Hill

Education.

Samanek AJ, Croager EJ, Gies P, Milne E, Prince R, McMichael AJ, et al. 2006.

Estimates of beneficial and harmful sun exposure times during the

year for major Australian population centres. Medical Journal of

Australia. 184(7): 338–341.

Setiati S, Oemardi M, Sutrisna B. 2007. The role of ultraviolet-B from sun

exposure on vitamin D3 and parathyroid hormone level in elderly

women in Indonesia. Jakarta: Asian J Gerontol Geriatri. 2(3): 126–

32.

Siagian A. 2003. Peranan vitamin D pada pencgahan penyakit degeneratif :

perspektif baru. Info Kesehatan Masyarakat. 9(1): 91–94.

Tsiaras WG, Weinstock MA. 2011. Factors influencing vitamin D status.

Providence: Acta Derm Venereol. 91(2): 115–124.

Vanlint S. 2013. Vitamin D and obesity. Nutrients. 5(3): 949–956.

Wacker M, Holick MF. 2013. Vitamin D-effects on skeletal and extraskeletal

health and the need for supplementation. Nutrients. 5(1): 111–148.

Zgaga L, Theodoratou E, Farrington SM, Agakov F, Tenesa A, Walker M, et al.

2011. Diet, environmental factors, and lifestyle underlie the high

prevalence of vitamin D deficiency in healthy adults in Scotland,

and supplementation reduces the proportion that are severely

deficient. The Journal of Nutrition. 141(8): 1535–1542.