proposal fix alhamdulillah
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
1/26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini berdampak terhadap sistem perdagangan bebas ( free
trade ) dan lebih terbuka antara negara satu dengan negara lainnya. Sistem
perdagangan bebas memungkinkan produk yang dihasilkan oleh industri agar
produknya dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Di
sisi lain, persaingan antar negara yang semakin ketat diikuti oleh persaingan antar
industri dalam menghasilkan produk yang bermutu. Krisis global seperti saat ini,
pengembangan agroindustri yang masih mempunyai peluang dan potensi adalah
industri yang memanfaatkan bahan baku utama produk hasil pertanian dalam
negeri, mengandung komponen bahan impor sekecil mungkin, dan produk yang
dihasilkannya mempunya mutu yang mampu bersaing di pasar dalam negeri
maupun ekspor.
Ikan lemuru adalah ikan berlemak ( fatty fish ) karena kandungan lemaknya
relatif tinggi pada saat tertentu dan bervariasi dari tahun ke tahun. Hal ini seringmenjadi kendala dalam usaha pengolahan ikan lemuru. Pengamatan dan studi
pustaka menunjukkan bahwa variasi kandungan lemak ikan lemuru sangat
dipengaruhi oleh beberapa sifat biologinya. Lemak lemuru mengandung cukup
banyak asam-asam lemak polienoat penting (EPA = C20:5 3 dan DHA =
C22 : 3 yang dianggap bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner
(Moeljanto, 1988).
Total produksi perikanan Jawa Timur pada tahun 2000 sebesar 298.068,2 ton
dengan produksi rata-rata 195.364,44 ton dengan kenaikan rata-rata sekitar 4,4%.
Salah satu sumber ikan laut yang penting adalah ikan lemuru ( Sardinella lemuru ),
dengan produksi rata-rata 23.300,92 ton dan produksi tertinggi pada tahun 1998
yaitu 23,7%. Total produksi ikan laut tahun 1976-2000 berkisar 87.807,7-
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
2/26
2
298.068,2 ton dengan rata-rata 195.364,4 ton per tahun, sedangkan produksi
lemuru berkisar antara 4.101,7-65.977,9 ton dengan rata-rata 23.300,9 ton per
tahun (Anonim, 1976-2000).
Ikan lemuru banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi langsung, baik yang
diolah dalam bentuk ikan kaleng, ikan pindang, maupun ikan asin. Produk akhir
dari komoditi ikan lemuru ini adalah sebagai tepung ikan, minyak ikan dan bahan
pakan ikan. Ikan lemuru banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi langsung,
terutama yang diolah dalam bentuk ikan kaleng, ikan pindang dan ikan asin
(Anonim, 1999). Hasil tangkapan ikan lemuru banyak didominasi dengan jenis
olahan ikan kaleng. Hal ini berarti, ikan lemuru yang berhasil ditangkap oleh
nelayan lebih banyak di supply untuk kebutuhan industri ikan kaleng ( canning ).
Ikan kaleng ini dipasarkan baik di pasar lokal, nasional maupun internasional.
(Anonim, 1999).
Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari
pembusukan dan kerusakan, selain itu juga untuk memperpanjang dan
mendiversifikasikan daya awet produk olahan hasil perikanan, pengalengan
merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modernyang dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Bahan pangan dikemas
secara hermetis dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas dan aluminium.
Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya sangat rapat,
sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan oksidasi maupun
perubahan cita rasa (Adawyah, 2008). Semua makanan kaleng umumnya
diberikan perlakuan hingga tercapai keadaan steril komersial yaitu tingkat
kesterilan dimana mikroorganisme yang dapat tumbuh dan menyebabkan
kerusakan bahan pangan tersebut pada keadaan penanganan dan penyimpanan
yang normal telah mati (Tjahjadi dan Herlina, 2011).
Beberapa negara menjadikan masalah keamanan pangan sebagai salah satu isu
yang perlu diatur secara wajib (mandatory). Dalam upaya memperbaiki mutu
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
3/26
3
produk sesuai dengan tuntunan FAO ( Food and Agriculture Organization of
United Nations ) menganjurkan agar setiap pengolahan menerapkan GMP ( Good
Manufacturing Practice ) dan SSOP ( Sanitation Standart Operation Procedure )
berdasarkan konsepsi HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point ). Sistem
HACCP didesain untuk meminimalkan resiko, tetapi tidak berfungsi meniadakan
semua resiko akibat kemungkinan terjadinya ketidakamanan makanan (Ardani,
2005). HACCP merupakan salah satu bentuk managemen resiko yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan
pencegahan ( preventive ) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen (Husni & Putra, 2014). Proses
pengalengan makanan memiliki potensi bahaya mulai dari penerimaan bahan
baku, proses, hingga produk akhir. Salah satu bahaya pada makanan kaleng
adalah adanya bakteri Clostridium botulinum yang merupakan salah satu jenis
bakteri patogen. Clostridium botulinum mengeluarkan racun botulin yang dapat
mematikan manusia (Muchtadi, 1995).
CV. Pasific Harvest berlokasi di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 dan merupakan salah satu produsen pengalengan ikan terbesar di Indonesia yang memproduksi lebih dari
120 juta kaleng ikan yang akan dipasok ke pasar Indonesia, Afrika, Asia dan
Amerika Selatan. Barang produksi yang dihasilkan antara lain tuna kaleng, sarden
kaleng dan berbagai produk lainnya. Melalui kerja lapangan (KL) yang dilakukan
CV. Pasific Harvest diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
penerapan HACCP khususnya pada proses pengalengan ikan lemuru ( Sardinella
lemuru ) di CV. Pasific Harvest guna mempertahankan mutu produk dan
perusahaan sehingga dapat menjaga eksistensinya untuk bersaing di pasar
nasional dan internasional.
B. Tujuan
Kerja lapangan di CV. Pasific Harvest bertujuan untuk:
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
4/26
4
1. Mengetahui dan menganalisis penerapan sistem HACCP pada
pengalengan ikan sarden di CV. Pasific Harvest
2. Mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja dalam kegiatan
pengolahan produk ikan berbasis pengalengan di CV. Pasific Harvest
3. Mengetahui masalah dan cara mengatasi masalah terkait dengan
pengalengan ikan di CV. Pasific Harvest
C. Manfaat
Melalui kerja lapangan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengalaman kerja pada proses pengolahan produk perikanan berbasis
pengalengan serta dapat mengetahui penerapan sistem HACCP pada pengalengan
ikan dalam menjamin keamanan produk bagi konsumen.
D. Waktu dan Tempat
Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Januari sampai 15 Februari
2016 dengan berlokasi di CV. Pasific Harvest di Jl. Tratas nomor. 61 Muncar,
Banyuwangi, Jawa Timur (68472)
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
5/26
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Ikan Lemuru
1. Taksonomi dan Morfologi
Klasifikasi ikan lemuru menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru
Gambar 1. S. lemuruSumber : http://fishbase.org/
Jenis Sardinella hampir menyerupai satu sama lainnya namun,
mempunyai perbedaan morfologis yang menandakan bahwa ikan itu berbeda spesiesnya (Dwiponggo, 1982). Perbedaan morfologis ini dapat
berupa warna tubuh seperti yang terlihat pada S. fimbriata dengan warna
hijau kebiruan pada bagian badan atas, sedangkan warna biru gelap di
bagian yang sama pada S. lemuru (Syakila, 2009).
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
6/26
6
Ikan lemuru ( S. lemuru ) termasuk ikan pelagik kecil pemakan
plankton. Spesies ini hidup bergerombol, badannya bulat memanjang,
bagian perut agak membulat dengan sisik duri yang agak tumpul dan tidak
menonjol. Morfologi ikan lemuru dapat dilihat pada gambar 2.1. Spesies
ini dapat mencapai panjang 23 cm, namun kebanyakan berkisar 17-18
cm. Warna badan spesies ini biru kehijauan di bagian atas, sedangkan
bagian bawah putih keperakan. Pada bagian atas penutup insang sampai
pangkal ekor terdapat sebaris totol-totol hitam atau bulatan-bulatan kecil
berwarna gelap. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan,
sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982).
2. Tingkah Laku
Ikan lemuru termasuk jenis ikan pelagis kecil yang mudah tertarik oleh
cahaya, sehingga dapat berkumpul ke tempat dimana cahaya lampu
dipasang. Ikan ini cenderung berada di permukaan laut pada malam hari
untuk mencari makan dan berada di kolom perairan tertentu pada siang
hari. Produksi lemuru umumnya mulai meningkat pada bulan Oktober dan
puncaknya pada bulan Desember sampai Januari (Merta, 1992).3. Kelebihan ikan lemuru sebagai bahan mentah
Ikan lemuru yang berasal dari Muncar memiliki nilai organoleptik
lebih baik daripada ikan yang didatangkan dari Grajakan dan Puger baik
bahan mentah ataupun produk akhir. Perbedaan kenampakan dari masing-
masing daerah asal dikarenakan perbedaan waktu dalam penanganan.
Semakin cepat ikan sampai ke pabrik maka semakin cepat diolah dan
mutu dapat dipertahankan (Wulandari et al. , 2009).
Ikan lemuru merupakan salah satu jenis ikan tropis yang mengandung
komponen asam lemak omega-3 dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan ikan lemuru di alam banyak memakan plankton-plankton
maupun mikroalga yang banyak memproduksi komponen asam lemak
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
7/26
7
omega-3.Ikan lemuru mengandung 13,7% EPA, 8,9 DHA dan 26,8 %
total omega-3 dari total minyak (Estiasih, 2009). Kelebihan ikan lemuru
lainnya adalah nilai gizi yang cukup tinggi, setiap 100 g daging lemuru
mengandung 112 kkal energi, 20 g protein, 3 g lemak dan 100 mg fosfor
(Saparinto et al. , 2006).
B. Pengalengan
Pengalengan adalah cara pengawetan ikan dengan sterilisasi dalam
kaleng. Ikan dimasukkan dalam kaleng, kemudian disterilkan dengan
panas (Murniyati dan Sunarman, 2000). Pengalengan ikan diartikan
sebagai cara pengolahan dan pengawetan ikan yang telah disterilkan dan
dikemas dalam kaleng. Dasar dari pengalengan ini, yaitu memanasi ikan
di dalam kaleng sampai pada suhu dan waktu tertentu. Tujuannya agar
mikroorganisme yang tidak menguntungkan, seperti jamur, ragi, bakteri
mati sehingga tidak menimbulkan proses pembusukan (Tim Penulis PS,
2008).
Berdasarkan cara penglahanya, pengalengan hasil perikanan dapat
dibedakan dalam beberapa tipe, yaitu direbus dalam air garam, dalamminyak, dalam saos tomat dan dibumbui. Ada pula pembagian produk
pengalengan ikan atas dasar bentuk bahan yang dikalengkan, dalam
keadaan mentah atau dimasak terlebih dahulu. Adawyah (2008)
menambahkan bahwa proses pengalengan ikan meliputi persiapan wadah,
persiapan bahan mentah, pengisian ( filling) , penghampaan udara
(exhausting), penutupan wadah ( sealing), sterilisasi, pendinginan
(cooling), pemberian label dan penyimpanan seperti terlihat di diagram
alir pada Gambar 2. Proses pengalengan ikan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Penggunaan kaleng sebagai wadah pengalengan ikan memberikan
beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut yaitu, kaleng dapat menjaga
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
8/26
8
pangan di dalamnya dari kontaminasi yang menyebabkan kebusukan,
kaleng dapat menjaga bahan pangan dari perubahan kadar air dan
masuknya oksigen yang tidak diinginkan. Keuntungan lain adalah
meningkatkan daya tarik karena mudah ditata saat display penjualan
(Muchtadi, 1995).
Kulit ikan lemuru mudah sobek sehingga untuk memperoleh bahan
mentah bermutu tinggi, harus diusahakan agar badan ikan tidak terluka.
Hal ini perlu dihindari dengan memberikan penanganan yang baik dan
hati-hati pada ikan lemuru. Ikan lemuru mempunyai isi perut yang relatif
besar dan harus dibuang supaya tidak mempengaruhi rasa pada produk
yang dihasilkan. Dalam penyiangan ikan lemuru harus teliti agar tidak ada
bagian isi perut yang tertinggal (Moeljanto, 1982).
2. Pengisian
Menurut Adawyah (2008), pengisian hendaknya dilakukan secara
teratur dan seragam. Produk diisikan sampai permukaan yang diinginkan
dalam wadah dengan memperhatikan head space . Pengisian kaleng
dengan bahan pangan yang telah dipersiapkan dapat dilakukan secaramanual, menggunakan mesin semiotomatis dan bahkan dengan mesin
otomatis. Kaleng diisi dengan produk sampai mencapai berat yang telah
ditentukan.
Head space adalah ruang kosong antara permukaan produk dengan
tutup yang berfungsi sebagai ruang cadangan untuk pengembangan
produk selama disterilisasi agar tidak menekan wadah karena dapat
menyebabkan kaleng menjadi menggelembung. Besarnya head space
dalam wadah apabila terlalu kecil akan menyebabkan pecahnya wadah
akibat ekspansi (pengembangan) produk selama proses sterilisasi. Apabila
head space terlalu besar, sejumlah kecil udara akan terperangkap dalam
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
9/26
9
kaleng sehingga akan mengakibatkan terjadinya oksidasi dan perubahan
warna produk (Adawyah, 2008).
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang
ditambahkan ke dalam produk waktu proses pengisian. Medium
pengalengan dapat memberikan citarasa pada produk, mengurangi waktu
sterilisasi dengan meningkatkan proses perambatan panas dan mengurangi
korosi kaleng dengan cara menghilangkan udara. Bila dalam pengalengan
tersebut ditambahkan medium pengalengan, tinggi head space tidak boleh
kurang dari 0,25 inchi, tetapi bila produk dikalengkan tanpa penambahan
medium, diperbolehkan produk diisi sampai hampir penuh dengan
meninggalkan sedikit ruang head space (Muchtadi, 1995).
3. Exhausting
Penghampaan udara ( exhausting ) adalah proses pengeluaran sebagian
besar oksigen dan gas-gas lain dari dalam wadah agar tidak bereaksi
dengan produk sehingga tidak mempengaruhi mutu, nilai gizi dan umur
simpan produk kalengan. Exhausting juga dilakukan untuk memberikan
ruang bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi sehinggakerusakan wadah akibat tekanan dapat dihindari dan untuk meningkatkan
suhu produk di dalam wadah sampai mencapai suhu awal ( initial
temperature). Penutupan wadah dilakukan setelah proses penghampaan
udara ( exhausting ) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
pembusukan (Muchtadi, 1995).
Sebagian besar oksigen dan gas lain harus dihilangkan dari bahan di
dalam wadah sebelum operasi penutupan. Di dalam wadah yang sudah
ditutup tidak diinginkan adanya oksigen, karena gas itu dapat bereaksi
dengan bahan pangan atau bagian dalam kaleng sehingga akan
mempengaruhi mutu, nilai gizi dan umur simpan produk kalengan. Pada
pabrik berskala kecil, exhausting dilakukan dengan cara melakukan
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
10/26
10
pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian produk tersebut
diisikan ke dalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup juga
dalam keadaan masih panas. Pabrik pengalengan ikan yang berskala besar,
exhausting dilakukan secara mekanis dan dinamakan pengepakan vakum
(vacuum packed ) (Adawyah, 2008).
4. Penutupan Wadah
Penutupan kaleng dilakukan setelah penghampaan udara secara
hermetis. Penutupan yang baik diperlakukan untuk mencegah terjadinya
pembusukan. Apabila digunakan kaleng sebagai wadah maka penutupan
yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran dari satu kaleng yang
dapat menimbulkan pengkaratan pada kaleng lainnya (Adawyah, 2008).
Penutupan wadah kaleng seringkali disebut dengan istilah “ double
seaming ”. Mesin yang digunakan untuk membuat penutupan te rsebut
(double seamer machine ) jenisnya bervariasi dari yang digerakkan dengan
tangan sampai yang otomatis, tetapi pada prinsipnya kerja mesin tersebut
sama, yaitu menjalankan dua operasi dasar. Operasi pertama berfungsi
untuk membentuk atau menggulung bersama ujung pinggir tutup kalengdan badan kaleng, sedangkan operasi kedua berfungsi untuk meratakan
gulungan yang dihasilkan oleh operasi pertama (Muchtadi, 1995).
5. Sterilisasi
Menurut Muchtadi (1995) sterilisasi adalah operasi yang paling
penting dalam pengalengan makanan. Sterilisasi tidak hanya bertujuan
untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga
berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari
penampilannya, teksturnya dan citarasa sesuai yang diinginkan. Oleh
karena itu, proses pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup
tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi
sehingga membuat produk menjadi terlalu masak.
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
11/26
11
Proses pemanasan yang biasa diterapkan di industri pengalengan
adalah sterilisasi komersial. Makanan yang steril komersial berarti
makanan tidak steril 100% tetapi bakteri patogen dan pembetuk racun
telah dimatikan. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan periuk
bertekanan tinggi, disebut retort, auotoclave atau pressure cooker . Retort
ada dua macam, yaitu retort vertical dan retort horizontal . Suhu yang
biasanya dipakai biasanya 115 0C-120 0C, dan waktunya 1-1 ½ jam,
tergantung pada jenis ikan dan ukuran kaleng (Murniyati dan Sunarman,
2000).
Proses panas harus cukup untuk menonaktifkan mikroba yang terdapat
dalam makanan kaleng atau untuk mencapai sterilisasi komersial. Ikan
yang memiliki pH mendekati netral, yaitu 6,8, biasanya diproses dengan
suhu 121 0C dengan waktu tergantung pada cepat lambatnya perambatan
panas. Proses pemanasan makanan kaleng yang dianggap aman adalah
yang dapat menjamin bahwa makanan tersebut telah bebas dari
Clostridium botulinum (Adawyah, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi ini adalah : 1) jenis mikroba yang akan dihancurkan, 2) kecepatan perambatan panas ke
titik tengah, 3) suhu awal bahan pangan di dalam wadah, 4) ukuran dan
jenis wadah yang digunakan, 5) suhu dan tekanan yang digunakan untuk
proses sterilisasi, dan 6) keasaman atau pH produk yang dikalengkan
(Muchtadi, 1995).
6. Pendinginan
Wadah harus cepat didinginkan segera setelah proses sterilisasi selesai
dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam
proses dan untuk mempertahankan mutu produk terakhir. Apabila
pendinginan terlalu lambat dilakukan maka produk akan cenderung terlalu
masak sehingga akan merusak tekstur dan citarasanya. Selain itu, dengan
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
12/26
12
pendinginan juga mengakibatkan bakteri yang masih bertahan hidup akan
menyebabkan shock sehingga akan mati (Adawyah, 2008).
7. Pemberian Label dan Penyimpanan
Setelah dingin kaleng diberi label sesuai dengan keinginan produsen,
pemberian label ditunjukkan untuk mengetahui bahan yang digunakan dan
untuk mengetahui kapan waktu produksi sehingga dapat menentukan masa
kadaluarsa dan dengan pemberian label produk akan dikenal masyarakat.
Di dalam suatu pabrik pengalengan seringkali diperlukan penyimpanan
sementara disebabkan karena besarnya jumlah produksi. Penyimpanan
juga bertujuan untuk menguji mutu produk sebelum dipasarkan sehingga
diperlukan ruang penyimpanan yang baik (Adawyah, 2008).
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
13/26
13
Gambar 2. Diagram Alir Teknik Pengalengan Ikan
Sumber : Adawyah (2008)
Persiapan Wadah
Penyiapan Bahan Mentah
Pengisian
Penutupan Wadah (Sealing)
Sterilisasi
Pemberian Label dan Penyimpanan
Pendinginan (Cooling)
Penghampaan Udara (Exhausting)
Produk Akhir Ikan Kaleng
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
14/26
14
C. Pengendalian Mutu Sarden Kaleng
Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara
pengalengan, peralatan dan kecakapan serta pengetahuan pelaksanaan
teknis, sanitasi dan higieni pabrik dan lingkungan. Kesegaran bahan
mentah sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran adalah tolak
ukur untuk membedakan ikan jelek dan bagus kualitasnya, apabila kualitas
bahan mentah bagus maka produk yang dihasilkan juga bagus (Wulandari
et al. , 2009).
Pengendalian mutu bahan baku lemuru bertujuan untuk
mempertahankan kualitas ikan sebelum diproses sehingga dihasilkan
produk kaleng sesuai standar keamananan pangan. Pengendalian mutu
bahan baku dilakukan ketika lemuru diterima dari supplier berupa
pengujian secara visual, ukuran ikan, dan organoleptik dengan sampel
tertentu. Jika bahan baku tidak memenuhi standar, maka ikan tersebut
akan dikembalikan ke supplier . Pengendalian mutu pada saat penerimaan
bahan baku adalah pengecekan secara langsung oleh bagian QC
penerimaan. Pengecekan dilakukan pada setiap ikan yang masuk dan yangakan diproduksi setelah penyimpanan di cold storage. Mutu bahan baku
juga dipengaruhi oleh penanganan supplier meliputi cara penangkapan,
penanganan ikan, jumlah bakteri awal, dan cara penyimpanan (Husni dan
Putra, 2014).
Pengendalian mutu proses produksi merupakan suatu usaha atau
aktivitas yang menetapkan atau mengatur kemampuan sumber-sumber
yang digunakan dalam memenuhi rencana proses produksi. Hal ini
dilkukan supaya proses produksi lancer dan berjalan sesuai rencana.
Tujuan utama proses ini adalah memaksimalkan pelayanan bagi konsumen
dan meminimalkan investasi pada persediaan. Tujuan khusus
pengendalian proses produksi adalah mengusahakan agar perusahaan
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
15/26
15
dapat berproduksi secara efisien dan efektif, mengusahakan agar
peusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin da
mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas untuk dapat
memperoleh keuntugan yang cukup bagi perusahaan. Kegiatan
pengendalian proses produksi berupa penjaminan mutu, monitoring
aktivitas produksi, pengendalian produksi, serta pelaporan dan pendataan
(Husni dan Putra, 2014)
Pengendalian mutu produk akhir dilakukan oleh
bagian Quality Control (QC) dengan melakukan pengontrolan/pengecekan
produk akhir. Pengontrolan yang dilakukan yaitu dengan melakukan
inspeksi produk setelah sterilisasi. Inspeksi dilakukan secara sampling.
Dengan ketentuan sampel yang diambil diharapkan dapat mewakili semua
produk yang dihasilkan dalam setiap batch . Nilai penerimaan tersebut
adalah jumlah produk yang mengalami kecacatan. Parameter yang
digunakan selama pengujian mutu produk akhir adalah dari warna saus,
kebersihan saus, dan keutuhan ikan. Standar warna saus adalah saus
berwarna merah normal dan tidak pucat. Standar untuk keutuhan ikanadalah ikan harus utuh dan tidak hancur. Jika selama inspeksi
ditemukan produk yang cacat melebihi nilai penerimaan maka akan
dilakukan tindakan koreksi. Produk akhir harus diawasi mutunya sejak
keluar dari proses produksi hingga tahap pembungkusan, penggudangan
dan pengiriman ke konsumen. Dalam memasarakan produk, perusahaan
harus berusaha menampilkan produk yang bermutu. Hal ini hanya dapat
dilakukan bila atas produk akhir tersebut dilakukan pengecekan mutu agar
produk rusak (cacat) tidak sampai ke tangan konsumen (Husni dan Putra,
2014)
Pengendalian mutu untuk produk akhir dilakukan dengan pengecekan
berat bersih ( netto ), kaleng, saus, dan ikan. Berat bersih produk jadi
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
16/26
16
harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan yaitu ± 10 gram dari berat
bersih yang tertera pada kaleng. Kaleng harus sesuai standar yaitu kaleng
tidak boleh menggembung, karena jika menggembung dapat diduga
terjadi kerusakan akibat adanya mikroba. Standar spesifikasi dari produk
akhir pengalengan lemuru mangacu pada SNI 01-3548-1994 yang
meliputi keadaan kaleng, keadaan isi, jenis, dan pH media (saus), serta
cemaran mikroba yang dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Herjanto
(2007) pengendalian mutu produk akhir dilakukan dengan pengecekan
produk. Pemisahan produk cacat dengan produk yang baik harus
dilakukan untuk menghindari produk cacat tersebut diterima konsumen.
Proses pengalengan yang tidak dilakukan sesuai standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dapat menyebabkan perubahan sensorik dan
fisik produk ikan dalam kaleng. Perubahan tekstur dan warna sering
diakibatkan karena perlakuan termal seperti cara pemasakan dan langkah
sterilisasi. Efek pendek pada sensorik dan sifat fisik seperti oksidasi dan
kekeruhan medium dapat disebabkan karena penanganan bahan baku ikan
yaitu cara pendinginan dan watu pendinginan (Rodriguez et al. , 2010).Syarat mutu ikan kaleng sarden berdasarkan SNI 01-3548-1994 dapat
dilihat pada Tabel 1.
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
17/26
17
Tabel 1. Syarat Mutu Ikan Kaleng Sarden Berdasarkan SNI 01-3548-1994
Sumber : BSN (1994)
D. HACCP
Pengertian singkat dari Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) adalah maksud dari menjamin keamanan pangan. Menurut Codex
Alimentarius Commision (1997) HACCP adalah suatu system yang
No Uraian Satuan Syarat Mutu
1 Keadaan Kaleng
Dalam kondisi normal (sebelumdan sesudah dieram) tidak bocor,
tidak kembung, tidak berkarat, permukaan dalam tidak bernoda,
lipatan kaleng baik.2 Kehampaan Mm Hg Min 50
3 Keadaan isi Sesuai dengan SNI 01-2345-1991*)4 Media
4.1 Jenis Saus tomat4.2 Kepekatan Bux Min 115 pH 4,6 – 6
6 Ruang kosong(head space) % v/v Maks. 10
7 Bobot tuntas, Min. 70
8 Zat warna makanantambahan Sesuai dengan SNI 01-0222-1987
9 Cemaran logam9.1 Cu mg/kg Maks. 20,09.2 Pb mg/kg Maks. 2,09.3 Hg mg/kg Maks. 0,59.4 Zn mg/kg Maks. 100,09.5 Sn mg/kg Maks. 250,010 Cemaran As mg/kg Maks. 1,011 Cemaran mikrobia
11.1 Bakteri aerob termofilik berbentuk sporaKoloni/gra
m Maks. 10
11.2 Bakteri coliform APM/ gram < 311.3 Clostridium perfringens Negatif
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
18/26
18
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang
signifikan dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai
suatu komponen dari cara-cara berproduksi pangan secara komersial,
misalnya di bidang pertanian dan produksi. Secara umum HACCP
digunakan untuk menetapkan suatu sistem unuk menjalankan bagaimana
implementasi dari prosedur HACCP di setiap sektor yang dapat digunakan
untuk mengembangkan jaminan setiap rantai penyediaan mulai dari
prosedur penyediaan pangan mentah atau proses penyediaan makanan
sampai ke konsumen. Pada setiap perusahaan atau industri makanan
menggunakan system HACCP sebagai salah satu sistem dan erat kaitannya
dengan sistem yang lain seperti GMP ( Good Manufacturing Pratices) , ISO
( International Organization for Standarization) dan standar-standar lain
yang berlaku di Negara bersangkutan dengan tujuan untuk menjamin
kualitas makanan (Van der Spiegel et al., 2003)
HACCP dapat dibagi menjadi dua bagian penting. Bagian pertama
fokus pada mendefinisikan karakteristik alami dari produk yang akan
diproduksi dan menentukan diagram alir proses produksinya hingga ketangan konsumen. Menentukan karakteristik alami dari suatu produk sangat
penting untuk dapat mendeteksi potensi bahaya yang akan muncul. Menurut
Husni dan Putra (2014) bagian yang kedua terdiri dari aplikasi tujuh prinsip
HACCP, antara lain :
1. Melakukan analisis bahaya
Tujuan utama dalam analisis bahaya adalah untuk mendaftar berbagai
macam bahaya yang mungkin timbul pada proses yang akan menyebakan
ketidakamanan bagi konsumen jika tidak dilakukan kontrol dengan baik.
2. Menetapkan titik kendali kritis (critical control point)
Titik kendali kritis atau critical control point (CCP) diartikan sebagai
tahapan kontrol yang harus dilakukan untuk tujuan
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
19/26
19
mencegah/menghilangkan potensi bahaya pada batas aman. Dalam
penetapan CCP, pohon keputusan (decision tree) digunakan sebagai alat
untuk mengambil keputusan yang terdiri dari pertanyaan untuk menetukan
titik-titik kritis dalam setiap proses pengolahan bahan pangan dan juga
penanganan bahan baku.
3. Menentukan batas kritis
Batas kritis ditentukan sebagai paramenter pada CCP yang merupakan
target atau poin penting dalam menjaga keamanan produk. Batas kritis
dapat berupa batas maksimal ataupun batas minimal tergantung pada
ditentukannya CCP. Batas kritis dalam suatu indutri perikanan umumnya
ditentukan dengan tiga aspek yaitu aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Ketiganya harus dapat dikendalikan dalam CCP, baik menghilangkan
ataupun menguranginya ke batas aman untuk menjamin keamanan produk.
4. Melakukan prosedur pengawasan
Pengawasan meruoakan urutan rencana dari pengamatan atau pengujian
untuk dapat mengetahui CCP dalam kondisi terkontrol atau tidak.
Pengawasan juga dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh kontrol proses tercatat dengan baik sehingga dapat digunakan pada tahap
verifikasi.
5. Menetapkan prosedur koreksi
Prosedur koreksi sangat penting untuk dilakukan ketika dari catatan ada
terdapat deviasi dalam batas kritis. Prosedur koreksi meliputi :
a. Menentukan penyebab ketidaksesuaian dan membenarkannya
b. Menentukan disposisi yang harus dilakukan pada produk yang tidak
sesuai
c. Mencatat segala koreksi yang telah dilakukan
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
20/26
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
21/26
21
BAB III
METODOLOGI DAN TATA LAKSANA
A. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Lapangan ini adalah:
1. Studi pengamatan langsung dan ikut berperan aktif melakukan
pekerjaan di pabrik pengalengan lemuru.
2. Wawancara dengan pekerja dan karyawan CV. Pasific Harvest.
3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh di CV. Pasific Harvest.
4. Studi pustakaB. Tata Laksana
Tata laksana dalam pelaksanaan Kerja Lapangan ini adalah mengumpulkan
data primer yang meliputi :
1. Bahan Baku
a. Asal bahan baku
b. Spesifikasi bahan baku
c.
Ketersediaan bahan bakud. Seleksi bahan baku
e. Kapasitas produksi
f. Penanganan bahan baku
2. Alat pengalengan lemuru
a. Syarat-syarat alat dalam pengalengan lemuru
b. Jenis-jenis alat dalam pengalengan lemuru
3. Pengalengan lemuru
a. Proses pengalengan lemuru
b. Pengemasan dan penyimpanan
4. Pengendalian mutu proses pengalengan lemuru
a. Bahan baku
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
22/26
22
b. Bahan antara
c. Produk Akhir
5. HACCP
a. Standar mutu bahan baku dan produk
b. Standar mutu ekspor
c. Standar mutu proses pengalengan
d. Penerapan HACCP pada pengalengan lemuru
6. Tata Letak Industri Pengalengan lemuru
a. Pemilihan lokasi
b. Skema lokasi dan ruang industric. Aliran bahan dalam industri pengalengan lemuru
d. Desain industri pengalengan lemuru
C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Kerja Lapangan
Tabel 2. Rencana pelaksanaan kegiatan kerja lapangan
KegiatanSep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-15 Feb-15 Mar-15
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Outline
ProposalPelaksanaanLaporanUjian
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
23/26
23
BAB IV
RENCANA ISI LAPORAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Metode
E. Pelaksanaan
II. KEADAAN UMUM CV. PASIFIC HARVEST
A. Visi Misi
B. SejarahC. Unit Pengalengan Ikan Lemuru
D. Lokasi
E. Struktur Organisasi
F. Tenaga Kerja
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
24/26
24
G. Prinsip Kerja Perusahaan
H. Fasilitas Perusahaan
III. BAHAN BAKU
A. Asal bahan baku
B. Spesifikasi bahan baku
C. Ketersediaan bahan baku
D. Seleksi bahan baku
IV. PROSES PENGALENGAN IKAN LEMURU
V. PENGENDALIAN MUTU IKAN SARDEN KALENG
VI. PENERAPAN HACCP
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
25/26
-
8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah
26/26
Rodriguez, A., Nicolas C. and Santiago P. A. 2010. Effect of chill storage underdifferent icing conditions on sensory and physical properties of canned
Farmed salmon (Oncorhynchus kisutch). Food Science and Technology 45 :295-304
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Bina. Bandung.Saparinto, C., Ida P. dan Diana H. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius.
YogyakartaSyakila, S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di
Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan IPB. Bogor
Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Perikanan Edisi Revisi. Penebar Swadaya.Jakarta
Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. UniversitasPadjajaran, Bandung.
Van der Spiegel, M., P.A. Luning, G.W. Ziggers, and W.M.F Jongen. 2003.Towards a Conceptual Model to Measure Effectiveness of Food QualitySystems. Trends in Food Science & Technology. 14:424-431
Wulandari, D. A., Indah W. A. dan Akhmad F. 2009. Kualitas mutu bahanmentah dan produk akhir pada unit pengalengan ikan sardine di PT. KaryaManunggal Prima Sukses Muncar. Banyuwangi. Kelautan 2 : 41-50
Wulandari, D. A., Indah W. A. dan Akhmad F. 2009. Kualitas mutu bahanmentah dan produk akhir pada unit pengalengan ikan sardine di PT. KaryaManunggal Prima Sukses Muncar. Banyuwangi. Kelautan 2 : 41-50