proposal fix alhamdulillah

Upload: seto-ahmad

Post on 07-Jul-2018

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    1/26

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Era globalisasi saat ini berdampak terhadap sistem perdagangan bebas ( free

    trade ) dan lebih terbuka antara negara satu dengan negara lainnya. Sistem

    perdagangan bebas memungkinkan produk yang dihasilkan oleh industri agar

    produknya dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Di

    sisi lain, persaingan antar negara yang semakin ketat diikuti oleh persaingan antar

    industri dalam menghasilkan produk yang bermutu. Krisis global seperti saat ini,

    pengembangan agroindustri yang masih mempunyai peluang dan potensi adalah

    industri yang memanfaatkan bahan baku utama produk hasil pertanian dalam

    negeri, mengandung komponen bahan impor sekecil mungkin, dan produk yang

    dihasilkannya mempunya mutu yang mampu bersaing di pasar dalam negeri

    maupun ekspor.

    Ikan lemuru adalah ikan berlemak ( fatty fish ) karena kandungan lemaknya

    relatif tinggi pada saat tertentu dan bervariasi dari tahun ke tahun. Hal ini seringmenjadi kendala dalam usaha pengolahan ikan lemuru. Pengamatan dan studi

    pustaka menunjukkan bahwa variasi kandungan lemak ikan lemuru sangat

    dipengaruhi oleh beberapa sifat biologinya. Lemak lemuru mengandung cukup

    banyak asam-asam lemak polienoat penting (EPA = C20:5 3 dan DHA =

    C22 : 3 yang dianggap bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner

    (Moeljanto, 1988).

    Total produksi perikanan Jawa Timur pada tahun 2000 sebesar 298.068,2 ton

    dengan produksi rata-rata 195.364,44 ton dengan kenaikan rata-rata sekitar 4,4%.

    Salah satu sumber ikan laut yang penting adalah ikan lemuru ( Sardinella lemuru ),

    dengan produksi rata-rata 23.300,92 ton dan produksi tertinggi pada tahun 1998

    yaitu 23,7%. Total produksi ikan laut tahun 1976-2000 berkisar 87.807,7-

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    2/26

    2

    298.068,2 ton dengan rata-rata 195.364,4 ton per tahun, sedangkan produksi

    lemuru berkisar antara 4.101,7-65.977,9 ton dengan rata-rata 23.300,9 ton per

    tahun (Anonim, 1976-2000).

    Ikan lemuru banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi langsung, baik yang

    diolah dalam bentuk ikan kaleng, ikan pindang, maupun ikan asin. Produk akhir

    dari komoditi ikan lemuru ini adalah sebagai tepung ikan, minyak ikan dan bahan

    pakan ikan. Ikan lemuru banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi langsung,

    terutama yang diolah dalam bentuk ikan kaleng, ikan pindang dan ikan asin

    (Anonim, 1999). Hasil tangkapan ikan lemuru banyak didominasi dengan jenis

    olahan ikan kaleng. Hal ini berarti, ikan lemuru yang berhasil ditangkap oleh

    nelayan lebih banyak di supply untuk kebutuhan industri ikan kaleng ( canning ).

    Ikan kaleng ini dipasarkan baik di pasar lokal, nasional maupun internasional.

    (Anonim, 1999).

    Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari

    pembusukan dan kerusakan, selain itu juga untuk memperpanjang dan

    mendiversifikasikan daya awet produk olahan hasil perikanan, pengalengan

    merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modernyang dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Bahan pangan dikemas

    secara hermetis dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas dan aluminium.

    Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya sangat rapat,

    sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan oksidasi maupun

    perubahan cita rasa (Adawyah, 2008). Semua makanan kaleng umumnya

    diberikan perlakuan hingga tercapai keadaan steril komersial yaitu tingkat

    kesterilan dimana mikroorganisme yang dapat tumbuh dan menyebabkan

    kerusakan bahan pangan tersebut pada keadaan penanganan dan penyimpanan

    yang normal telah mati (Tjahjadi dan Herlina, 2011).

    Beberapa negara menjadikan masalah keamanan pangan sebagai salah satu isu

    yang perlu diatur secara wajib (mandatory). Dalam upaya memperbaiki mutu

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    3/26

    3

    produk sesuai dengan tuntunan FAO ( Food and Agriculture Organization of

    United Nations ) menganjurkan agar setiap pengolahan menerapkan GMP ( Good

    Manufacturing Practice ) dan SSOP ( Sanitation Standart Operation Procedure )

    berdasarkan konsepsi HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point ). Sistem

    HACCP didesain untuk meminimalkan resiko, tetapi tidak berfungsi meniadakan

    semua resiko akibat kemungkinan terjadinya ketidakamanan makanan (Ardani,

    2005). HACCP merupakan salah satu bentuk managemen resiko yang

    dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan

    pencegahan ( preventive ) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam

    menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen (Husni & Putra, 2014). Proses

    pengalengan makanan memiliki potensi bahaya mulai dari penerimaan bahan

    baku, proses, hingga produk akhir. Salah satu bahaya pada makanan kaleng

    adalah adanya bakteri Clostridium botulinum yang merupakan salah satu jenis

    bakteri patogen. Clostridium botulinum mengeluarkan racun botulin yang dapat

    mematikan manusia (Muchtadi, 1995).

    CV. Pasific Harvest berlokasi di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi,

    Jawa Timur. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 dan merupakan salah satu produsen pengalengan ikan terbesar di Indonesia yang memproduksi lebih dari

    120 juta kaleng ikan yang akan dipasok ke pasar Indonesia, Afrika, Asia dan

    Amerika Selatan. Barang produksi yang dihasilkan antara lain tuna kaleng, sarden

    kaleng dan berbagai produk lainnya. Melalui kerja lapangan (KL) yang dilakukan

    CV. Pasific Harvest diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana

    penerapan HACCP khususnya pada proses pengalengan ikan lemuru ( Sardinella

    lemuru ) di CV. Pasific Harvest guna mempertahankan mutu produk dan

    perusahaan sehingga dapat menjaga eksistensinya untuk bersaing di pasar

    nasional dan internasional.

    B. Tujuan

    Kerja lapangan di CV. Pasific Harvest bertujuan untuk:

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    4/26

    4

    1. Mengetahui dan menganalisis penerapan sistem HACCP pada

    pengalengan ikan sarden di CV. Pasific Harvest

    2. Mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja dalam kegiatan

    pengolahan produk ikan berbasis pengalengan di CV. Pasific Harvest

    3. Mengetahui masalah dan cara mengatasi masalah terkait dengan

    pengalengan ikan di CV. Pasific Harvest

    C. Manfaat

    Melalui kerja lapangan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan

    pengalaman kerja pada proses pengolahan produk perikanan berbasis

    pengalengan serta dapat mengetahui penerapan sistem HACCP pada pengalengan

    ikan dalam menjamin keamanan produk bagi konsumen.

    D. Waktu dan Tempat

    Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Januari sampai 15 Februari

    2016 dengan berlokasi di CV. Pasific Harvest di Jl. Tratas nomor. 61 Muncar,

    Banyuwangi, Jawa Timur (68472)

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    5/26

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Ikan Lemuru

    1. Taksonomi dan Morfologi

    Klasifikasi ikan lemuru menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Actinopterygii

    Ordo : Clupeiformes

    Famili : Clupeidae

    Genus : Sardinella

    Spesies : Sardinella lemuru

    Gambar 1. S. lemuruSumber : http://fishbase.org/

    Jenis Sardinella hampir menyerupai satu sama lainnya namun,

    mempunyai perbedaan morfologis yang menandakan bahwa ikan itu berbeda spesiesnya (Dwiponggo, 1982). Perbedaan morfologis ini dapat

    berupa warna tubuh seperti yang terlihat pada S. fimbriata dengan warna

    hijau kebiruan pada bagian badan atas, sedangkan warna biru gelap di

    bagian yang sama pada S. lemuru (Syakila, 2009).

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    6/26

    6

    Ikan lemuru ( S. lemuru ) termasuk ikan pelagik kecil pemakan

    plankton. Spesies ini hidup bergerombol, badannya bulat memanjang,

    bagian perut agak membulat dengan sisik duri yang agak tumpul dan tidak

    menonjol. Morfologi ikan lemuru dapat dilihat pada gambar 2.1. Spesies

    ini dapat mencapai panjang 23 cm, namun kebanyakan berkisar 17-18

    cm. Warna badan spesies ini biru kehijauan di bagian atas, sedangkan

    bagian bawah putih keperakan. Pada bagian atas penutup insang sampai

    pangkal ekor terdapat sebaris totol-totol hitam atau bulatan-bulatan kecil

    berwarna gelap. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan,

    sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982).

    2. Tingkah Laku

    Ikan lemuru termasuk jenis ikan pelagis kecil yang mudah tertarik oleh

    cahaya, sehingga dapat berkumpul ke tempat dimana cahaya lampu

    dipasang. Ikan ini cenderung berada di permukaan laut pada malam hari

    untuk mencari makan dan berada di kolom perairan tertentu pada siang

    hari. Produksi lemuru umumnya mulai meningkat pada bulan Oktober dan

    puncaknya pada bulan Desember sampai Januari (Merta, 1992).3. Kelebihan ikan lemuru sebagai bahan mentah

    Ikan lemuru yang berasal dari Muncar memiliki nilai organoleptik

    lebih baik daripada ikan yang didatangkan dari Grajakan dan Puger baik

    bahan mentah ataupun produk akhir. Perbedaan kenampakan dari masing-

    masing daerah asal dikarenakan perbedaan waktu dalam penanganan.

    Semakin cepat ikan sampai ke pabrik maka semakin cepat diolah dan

    mutu dapat dipertahankan (Wulandari et al. , 2009).

    Ikan lemuru merupakan salah satu jenis ikan tropis yang mengandung

    komponen asam lemak omega-3 dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini

    dikarenakan ikan lemuru di alam banyak memakan plankton-plankton

    maupun mikroalga yang banyak memproduksi komponen asam lemak

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    7/26

    7

    omega-3.Ikan lemuru mengandung 13,7% EPA, 8,9 DHA dan 26,8 %

    total omega-3 dari total minyak (Estiasih, 2009). Kelebihan ikan lemuru

    lainnya adalah nilai gizi yang cukup tinggi, setiap 100 g daging lemuru

    mengandung 112 kkal energi, 20 g protein, 3 g lemak dan 100 mg fosfor

    (Saparinto et al. , 2006).

    B. Pengalengan

    Pengalengan adalah cara pengawetan ikan dengan sterilisasi dalam

    kaleng. Ikan dimasukkan dalam kaleng, kemudian disterilkan dengan

    panas (Murniyati dan Sunarman, 2000). Pengalengan ikan diartikan

    sebagai cara pengolahan dan pengawetan ikan yang telah disterilkan dan

    dikemas dalam kaleng. Dasar dari pengalengan ini, yaitu memanasi ikan

    di dalam kaleng sampai pada suhu dan waktu tertentu. Tujuannya agar

    mikroorganisme yang tidak menguntungkan, seperti jamur, ragi, bakteri

    mati sehingga tidak menimbulkan proses pembusukan (Tim Penulis PS,

    2008).

    Berdasarkan cara penglahanya, pengalengan hasil perikanan dapat

    dibedakan dalam beberapa tipe, yaitu direbus dalam air garam, dalamminyak, dalam saos tomat dan dibumbui. Ada pula pembagian produk

    pengalengan ikan atas dasar bentuk bahan yang dikalengkan, dalam

    keadaan mentah atau dimasak terlebih dahulu. Adawyah (2008)

    menambahkan bahwa proses pengalengan ikan meliputi persiapan wadah,

    persiapan bahan mentah, pengisian ( filling) , penghampaan udara

    (exhausting), penutupan wadah ( sealing), sterilisasi, pendinginan

    (cooling), pemberian label dan penyimpanan seperti terlihat di diagram

    alir pada Gambar 2. Proses pengalengan ikan adalah sebagai berikut :

    1. Persiapan Bahan

    Penggunaan kaleng sebagai wadah pengalengan ikan memberikan

    beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut yaitu, kaleng dapat menjaga

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    8/26

    8

    pangan di dalamnya dari kontaminasi yang menyebabkan kebusukan,

    kaleng dapat menjaga bahan pangan dari perubahan kadar air dan

    masuknya oksigen yang tidak diinginkan. Keuntungan lain adalah

    meningkatkan daya tarik karena mudah ditata saat display penjualan

    (Muchtadi, 1995).

    Kulit ikan lemuru mudah sobek sehingga untuk memperoleh bahan

    mentah bermutu tinggi, harus diusahakan agar badan ikan tidak terluka.

    Hal ini perlu dihindari dengan memberikan penanganan yang baik dan

    hati-hati pada ikan lemuru. Ikan lemuru mempunyai isi perut yang relatif

    besar dan harus dibuang supaya tidak mempengaruhi rasa pada produk

    yang dihasilkan. Dalam penyiangan ikan lemuru harus teliti agar tidak ada

    bagian isi perut yang tertinggal (Moeljanto, 1982).

    2. Pengisian

    Menurut Adawyah (2008), pengisian hendaknya dilakukan secara

    teratur dan seragam. Produk diisikan sampai permukaan yang diinginkan

    dalam wadah dengan memperhatikan head space . Pengisian kaleng

    dengan bahan pangan yang telah dipersiapkan dapat dilakukan secaramanual, menggunakan mesin semiotomatis dan bahkan dengan mesin

    otomatis. Kaleng diisi dengan produk sampai mencapai berat yang telah

    ditentukan.

    Head space adalah ruang kosong antara permukaan produk dengan

    tutup yang berfungsi sebagai ruang cadangan untuk pengembangan

    produk selama disterilisasi agar tidak menekan wadah karena dapat

    menyebabkan kaleng menjadi menggelembung. Besarnya head space

    dalam wadah apabila terlalu kecil akan menyebabkan pecahnya wadah

    akibat ekspansi (pengembangan) produk selama proses sterilisasi. Apabila

    head space terlalu besar, sejumlah kecil udara akan terperangkap dalam

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    9/26

    9

    kaleng sehingga akan mengakibatkan terjadinya oksidasi dan perubahan

    warna produk (Adawyah, 2008).

    Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang

    ditambahkan ke dalam produk waktu proses pengisian. Medium

    pengalengan dapat memberikan citarasa pada produk, mengurangi waktu

    sterilisasi dengan meningkatkan proses perambatan panas dan mengurangi

    korosi kaleng dengan cara menghilangkan udara. Bila dalam pengalengan

    tersebut ditambahkan medium pengalengan, tinggi head space tidak boleh

    kurang dari 0,25 inchi, tetapi bila produk dikalengkan tanpa penambahan

    medium, diperbolehkan produk diisi sampai hampir penuh dengan

    meninggalkan sedikit ruang head space (Muchtadi, 1995).

    3. Exhausting

    Penghampaan udara ( exhausting ) adalah proses pengeluaran sebagian

    besar oksigen dan gas-gas lain dari dalam wadah agar tidak bereaksi

    dengan produk sehingga tidak mempengaruhi mutu, nilai gizi dan umur

    simpan produk kalengan. Exhausting juga dilakukan untuk memberikan

    ruang bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi sehinggakerusakan wadah akibat tekanan dapat dihindari dan untuk meningkatkan

    suhu produk di dalam wadah sampai mencapai suhu awal ( initial

    temperature). Penutupan wadah dilakukan setelah proses penghampaan

    udara ( exhausting ) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

    pembusukan (Muchtadi, 1995).

    Sebagian besar oksigen dan gas lain harus dihilangkan dari bahan di

    dalam wadah sebelum operasi penutupan. Di dalam wadah yang sudah

    ditutup tidak diinginkan adanya oksigen, karena gas itu dapat bereaksi

    dengan bahan pangan atau bagian dalam kaleng sehingga akan

    mempengaruhi mutu, nilai gizi dan umur simpan produk kalengan. Pada

    pabrik berskala kecil, exhausting dilakukan dengan cara melakukan

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    10/26

    10

    pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian produk tersebut

    diisikan ke dalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup juga

    dalam keadaan masih panas. Pabrik pengalengan ikan yang berskala besar,

    exhausting dilakukan secara mekanis dan dinamakan pengepakan vakum

    (vacuum packed ) (Adawyah, 2008).

    4. Penutupan Wadah

    Penutupan kaleng dilakukan setelah penghampaan udara secara

    hermetis. Penutupan yang baik diperlakukan untuk mencegah terjadinya

    pembusukan. Apabila digunakan kaleng sebagai wadah maka penutupan

    yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran dari satu kaleng yang

    dapat menimbulkan pengkaratan pada kaleng lainnya (Adawyah, 2008).

    Penutupan wadah kaleng seringkali disebut dengan istilah “ double

    seaming ”. Mesin yang digunakan untuk membuat penutupan te rsebut

    (double seamer machine ) jenisnya bervariasi dari yang digerakkan dengan

    tangan sampai yang otomatis, tetapi pada prinsipnya kerja mesin tersebut

    sama, yaitu menjalankan dua operasi dasar. Operasi pertama berfungsi

    untuk membentuk atau menggulung bersama ujung pinggir tutup kalengdan badan kaleng, sedangkan operasi kedua berfungsi untuk meratakan

    gulungan yang dihasilkan oleh operasi pertama (Muchtadi, 1995).

    5. Sterilisasi

    Menurut Muchtadi (1995) sterilisasi adalah operasi yang paling

    penting dalam pengalengan makanan. Sterilisasi tidak hanya bertujuan

    untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga

    berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari

    penampilannya, teksturnya dan citarasa sesuai yang diinginkan. Oleh

    karena itu, proses pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup

    tinggi untuk menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi

    sehingga membuat produk menjadi terlalu masak.

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    11/26

    11

    Proses pemanasan yang biasa diterapkan di industri pengalengan

    adalah sterilisasi komersial. Makanan yang steril komersial berarti

    makanan tidak steril 100% tetapi bakteri patogen dan pembetuk racun

    telah dimatikan. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan periuk

    bertekanan tinggi, disebut retort, auotoclave atau pressure cooker . Retort

    ada dua macam, yaitu retort vertical dan retort horizontal . Suhu yang

    biasanya dipakai biasanya 115 0C-120 0C, dan waktunya 1-1 ½ jam,

    tergantung pada jenis ikan dan ukuran kaleng (Murniyati dan Sunarman,

    2000).

    Proses panas harus cukup untuk menonaktifkan mikroba yang terdapat

    dalam makanan kaleng atau untuk mencapai sterilisasi komersial. Ikan

    yang memiliki pH mendekati netral, yaitu 6,8, biasanya diproses dengan

    suhu 121 0C dengan waktu tergantung pada cepat lambatnya perambatan

    panas. Proses pemanasan makanan kaleng yang dianggap aman adalah

    yang dapat menjamin bahwa makanan tersebut telah bebas dari

    Clostridium botulinum (Adawyah, 2008).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi ini adalah : 1) jenis mikroba yang akan dihancurkan, 2) kecepatan perambatan panas ke

    titik tengah, 3) suhu awal bahan pangan di dalam wadah, 4) ukuran dan

    jenis wadah yang digunakan, 5) suhu dan tekanan yang digunakan untuk

    proses sterilisasi, dan 6) keasaman atau pH produk yang dikalengkan

    (Muchtadi, 1995).

    6. Pendinginan

    Wadah harus cepat didinginkan segera setelah proses sterilisasi selesai

    dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam

    proses dan untuk mempertahankan mutu produk terakhir. Apabila

    pendinginan terlalu lambat dilakukan maka produk akan cenderung terlalu

    masak sehingga akan merusak tekstur dan citarasanya. Selain itu, dengan

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    12/26

    12

    pendinginan juga mengakibatkan bakteri yang masih bertahan hidup akan

    menyebabkan shock sehingga akan mati (Adawyah, 2008).

    7. Pemberian Label dan Penyimpanan

    Setelah dingin kaleng diberi label sesuai dengan keinginan produsen,

    pemberian label ditunjukkan untuk mengetahui bahan yang digunakan dan

    untuk mengetahui kapan waktu produksi sehingga dapat menentukan masa

    kadaluarsa dan dengan pemberian label produk akan dikenal masyarakat.

    Di dalam suatu pabrik pengalengan seringkali diperlukan penyimpanan

    sementara disebabkan karena besarnya jumlah produksi. Penyimpanan

    juga bertujuan untuk menguji mutu produk sebelum dipasarkan sehingga

    diperlukan ruang penyimpanan yang baik (Adawyah, 2008).

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    13/26

    13

    Gambar 2. Diagram Alir Teknik Pengalengan Ikan

    Sumber : Adawyah (2008)

    Persiapan Wadah

    Penyiapan Bahan Mentah

    Pengisian

    Penutupan Wadah (Sealing)

    Sterilisasi

    Pemberian Label dan Penyimpanan

    Pendinginan (Cooling)

    Penghampaan Udara (Exhausting)

    Produk Akhir Ikan Kaleng

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    14/26

    14

    C. Pengendalian Mutu Sarden Kaleng

    Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara

    pengalengan, peralatan dan kecakapan serta pengetahuan pelaksanaan

    teknis, sanitasi dan higieni pabrik dan lingkungan. Kesegaran bahan

    mentah sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran adalah tolak

    ukur untuk membedakan ikan jelek dan bagus kualitasnya, apabila kualitas

    bahan mentah bagus maka produk yang dihasilkan juga bagus (Wulandari

    et al. , 2009).

    Pengendalian mutu bahan baku lemuru bertujuan untuk

    mempertahankan kualitas ikan sebelum diproses sehingga dihasilkan

    produk kaleng sesuai standar keamananan pangan. Pengendalian mutu

    bahan baku dilakukan ketika lemuru diterima dari supplier berupa

    pengujian secara visual, ukuran ikan, dan organoleptik dengan sampel

    tertentu. Jika bahan baku tidak memenuhi standar, maka ikan tersebut

    akan dikembalikan ke supplier . Pengendalian mutu pada saat penerimaan

    bahan baku adalah pengecekan secara langsung oleh bagian QC

    penerimaan. Pengecekan dilakukan pada setiap ikan yang masuk dan yangakan diproduksi setelah penyimpanan di cold storage. Mutu bahan baku

    juga dipengaruhi oleh penanganan supplier meliputi cara penangkapan,

    penanganan ikan, jumlah bakteri awal, dan cara penyimpanan (Husni dan

    Putra, 2014).

    Pengendalian mutu proses produksi merupakan suatu usaha atau

    aktivitas yang menetapkan atau mengatur kemampuan sumber-sumber

    yang digunakan dalam memenuhi rencana proses produksi. Hal ini

    dilkukan supaya proses produksi lancer dan berjalan sesuai rencana.

    Tujuan utama proses ini adalah memaksimalkan pelayanan bagi konsumen

    dan meminimalkan investasi pada persediaan. Tujuan khusus

    pengendalian proses produksi adalah mengusahakan agar perusahaan

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    15/26

    15

    dapat berproduksi secara efisien dan efektif, mengusahakan agar

    peusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin da

    mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas untuk dapat

    memperoleh keuntugan yang cukup bagi perusahaan. Kegiatan

    pengendalian proses produksi berupa penjaminan mutu, monitoring

    aktivitas produksi, pengendalian produksi, serta pelaporan dan pendataan

    (Husni dan Putra, 2014)

    Pengendalian mutu produk akhir dilakukan oleh

    bagian Quality Control (QC) dengan melakukan pengontrolan/pengecekan

    produk akhir. Pengontrolan yang dilakukan yaitu dengan melakukan

    inspeksi produk setelah sterilisasi. Inspeksi dilakukan secara sampling.

    Dengan ketentuan sampel yang diambil diharapkan dapat mewakili semua

    produk yang dihasilkan dalam setiap batch . Nilai penerimaan tersebut

    adalah jumlah produk yang mengalami kecacatan. Parameter yang

    digunakan selama pengujian mutu produk akhir adalah dari warna saus,

    kebersihan saus, dan keutuhan ikan. Standar warna saus adalah saus

    berwarna merah normal dan tidak pucat. Standar untuk keutuhan ikanadalah ikan harus utuh dan tidak hancur. Jika selama inspeksi

    ditemukan produk yang cacat melebihi nilai penerimaan maka akan

    dilakukan tindakan koreksi. Produk akhir harus diawasi mutunya sejak

    keluar dari proses produksi hingga tahap pembungkusan, penggudangan

    dan pengiriman ke konsumen. Dalam memasarakan produk, perusahaan

    harus berusaha menampilkan produk yang bermutu. Hal ini hanya dapat

    dilakukan bila atas produk akhir tersebut dilakukan pengecekan mutu agar

    produk rusak (cacat) tidak sampai ke tangan konsumen (Husni dan Putra,

    2014)

    Pengendalian mutu untuk produk akhir dilakukan dengan pengecekan

    berat bersih ( netto ), kaleng, saus, dan ikan. Berat bersih produk jadi

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    16/26

    16

    harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan yaitu ± 10 gram dari berat

    bersih yang tertera pada kaleng. Kaleng harus sesuai standar yaitu kaleng

    tidak boleh menggembung, karena jika menggembung dapat diduga

    terjadi kerusakan akibat adanya mikroba. Standar spesifikasi dari produk

    akhir pengalengan lemuru mangacu pada SNI 01-3548-1994 yang

    meliputi keadaan kaleng, keadaan isi, jenis, dan pH media (saus), serta

    cemaran mikroba yang dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Herjanto

    (2007) pengendalian mutu produk akhir dilakukan dengan pengecekan

    produk. Pemisahan produk cacat dengan produk yang baik harus

    dilakukan untuk menghindari produk cacat tersebut diterima konsumen.

    Proses pengalengan yang tidak dilakukan sesuai standar yang telah

    ditetapkan oleh perusahaan dapat menyebabkan perubahan sensorik dan

    fisik produk ikan dalam kaleng. Perubahan tekstur dan warna sering

    diakibatkan karena perlakuan termal seperti cara pemasakan dan langkah

    sterilisasi. Efek pendek pada sensorik dan sifat fisik seperti oksidasi dan

    kekeruhan medium dapat disebabkan karena penanganan bahan baku ikan

    yaitu cara pendinginan dan watu pendinginan (Rodriguez et al. , 2010).Syarat mutu ikan kaleng sarden berdasarkan SNI 01-3548-1994 dapat

    dilihat pada Tabel 1.

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    17/26

    17

    Tabel 1. Syarat Mutu Ikan Kaleng Sarden Berdasarkan SNI 01-3548-1994

    Sumber : BSN (1994)

    D. HACCP

    Pengertian singkat dari Hazard Analysis Critical Control Point

    (HACCP) adalah maksud dari menjamin keamanan pangan. Menurut Codex

    Alimentarius Commision (1997) HACCP adalah suatu system yang

    No Uraian Satuan Syarat Mutu

    1 Keadaan Kaleng

    Dalam kondisi normal (sebelumdan sesudah dieram) tidak bocor,

    tidak kembung, tidak berkarat, permukaan dalam tidak bernoda,

    lipatan kaleng baik.2 Kehampaan Mm Hg Min 50

    3 Keadaan isi Sesuai dengan SNI 01-2345-1991*)4 Media

    4.1 Jenis Saus tomat4.2 Kepekatan Bux Min 115 pH 4,6 – 6

    6 Ruang kosong(head space) % v/v Maks. 10

    7 Bobot tuntas, Min. 70

    8 Zat warna makanantambahan Sesuai dengan SNI 01-0222-1987

    9 Cemaran logam9.1 Cu mg/kg Maks. 20,09.2 Pb mg/kg Maks. 2,09.3 Hg mg/kg Maks. 0,59.4 Zn mg/kg Maks. 100,09.5 Sn mg/kg Maks. 250,010 Cemaran As mg/kg Maks. 1,011 Cemaran mikrobia

    11.1 Bakteri aerob termofilik berbentuk sporaKoloni/gra

    m Maks. 10

    11.2 Bakteri coliform APM/ gram < 311.3 Clostridium perfringens Negatif

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    18/26

    18

    mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya-bahaya yang

    signifikan dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai

    suatu komponen dari cara-cara berproduksi pangan secara komersial,

    misalnya di bidang pertanian dan produksi. Secara umum HACCP

    digunakan untuk menetapkan suatu sistem unuk menjalankan bagaimana

    implementasi dari prosedur HACCP di setiap sektor yang dapat digunakan

    untuk mengembangkan jaminan setiap rantai penyediaan mulai dari

    prosedur penyediaan pangan mentah atau proses penyediaan makanan

    sampai ke konsumen. Pada setiap perusahaan atau industri makanan

    menggunakan system HACCP sebagai salah satu sistem dan erat kaitannya

    dengan sistem yang lain seperti GMP ( Good Manufacturing Pratices) , ISO

    ( International Organization for Standarization) dan standar-standar lain

    yang berlaku di Negara bersangkutan dengan tujuan untuk menjamin

    kualitas makanan (Van der Spiegel et al., 2003)

    HACCP dapat dibagi menjadi dua bagian penting. Bagian pertama

    fokus pada mendefinisikan karakteristik alami dari produk yang akan

    diproduksi dan menentukan diagram alir proses produksinya hingga ketangan konsumen. Menentukan karakteristik alami dari suatu produk sangat

    penting untuk dapat mendeteksi potensi bahaya yang akan muncul. Menurut

    Husni dan Putra (2014) bagian yang kedua terdiri dari aplikasi tujuh prinsip

    HACCP, antara lain :

    1. Melakukan analisis bahaya

    Tujuan utama dalam analisis bahaya adalah untuk mendaftar berbagai

    macam bahaya yang mungkin timbul pada proses yang akan menyebakan

    ketidakamanan bagi konsumen jika tidak dilakukan kontrol dengan baik.

    2. Menetapkan titik kendali kritis (critical control point)

    Titik kendali kritis atau critical control point (CCP) diartikan sebagai

    tahapan kontrol yang harus dilakukan untuk tujuan

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    19/26

    19

    mencegah/menghilangkan potensi bahaya pada batas aman. Dalam

    penetapan CCP, pohon keputusan (decision tree) digunakan sebagai alat

    untuk mengambil keputusan yang terdiri dari pertanyaan untuk menetukan

    titik-titik kritis dalam setiap proses pengolahan bahan pangan dan juga

    penanganan bahan baku.

    3. Menentukan batas kritis

    Batas kritis ditentukan sebagai paramenter pada CCP yang merupakan

    target atau poin penting dalam menjaga keamanan produk. Batas kritis

    dapat berupa batas maksimal ataupun batas minimal tergantung pada

    ditentukannya CCP. Batas kritis dalam suatu indutri perikanan umumnya

    ditentukan dengan tiga aspek yaitu aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi.

    Ketiganya harus dapat dikendalikan dalam CCP, baik menghilangkan

    ataupun menguranginya ke batas aman untuk menjamin keamanan produk.

    4. Melakukan prosedur pengawasan

    Pengawasan meruoakan urutan rencana dari pengamatan atau pengujian

    untuk dapat mengetahui CCP dalam kondisi terkontrol atau tidak.

    Pengawasan juga dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh kontrol proses tercatat dengan baik sehingga dapat digunakan pada tahap

    verifikasi.

    5. Menetapkan prosedur koreksi

    Prosedur koreksi sangat penting untuk dilakukan ketika dari catatan ada

    terdapat deviasi dalam batas kritis. Prosedur koreksi meliputi :

    a. Menentukan penyebab ketidaksesuaian dan membenarkannya

    b. Menentukan disposisi yang harus dilakukan pada produk yang tidak

    sesuai

    c. Mencatat segala koreksi yang telah dilakukan

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    20/26

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    21/26

    21

    BAB III

    METODOLOGI DAN TATA LAKSANA

    A. Metodologi

    Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Lapangan ini adalah:

    1. Studi pengamatan langsung dan ikut berperan aktif melakukan

    pekerjaan di pabrik pengalengan lemuru.

    2. Wawancara dengan pekerja dan karyawan CV. Pasific Harvest.

    3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh di CV. Pasific Harvest.

    4. Studi pustakaB. Tata Laksana

    Tata laksana dalam pelaksanaan Kerja Lapangan ini adalah mengumpulkan

    data primer yang meliputi :

    1. Bahan Baku

    a. Asal bahan baku

    b. Spesifikasi bahan baku

    c.

    Ketersediaan bahan bakud. Seleksi bahan baku

    e. Kapasitas produksi

    f. Penanganan bahan baku

    2. Alat pengalengan lemuru

    a. Syarat-syarat alat dalam pengalengan lemuru

    b. Jenis-jenis alat dalam pengalengan lemuru

    3. Pengalengan lemuru

    a. Proses pengalengan lemuru

    b. Pengemasan dan penyimpanan

    4. Pengendalian mutu proses pengalengan lemuru

    a. Bahan baku

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    22/26

    22

    b. Bahan antara

    c. Produk Akhir

    5. HACCP

    a. Standar mutu bahan baku dan produk

    b. Standar mutu ekspor

    c. Standar mutu proses pengalengan

    d. Penerapan HACCP pada pengalengan lemuru

    6. Tata Letak Industri Pengalengan lemuru

    a. Pemilihan lokasi

    b. Skema lokasi dan ruang industric. Aliran bahan dalam industri pengalengan lemuru

    d. Desain industri pengalengan lemuru

    C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Kerja Lapangan

    Tabel 2. Rencana pelaksanaan kegiatan kerja lapangan

    KegiatanSep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-15 Feb-15 Mar-15

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Outline

    ProposalPelaksanaanLaporanUjian

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    23/26

    23

    BAB IV

    RENCANA ISI LAPORAN

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Tujuan

    C. Manfaat

    D. Metode

    E. Pelaksanaan

    II. KEADAAN UMUM CV. PASIFIC HARVEST

    A. Visi Misi

    B. SejarahC. Unit Pengalengan Ikan Lemuru

    D. Lokasi

    E. Struktur Organisasi

    F. Tenaga Kerja

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    24/26

    24

    G. Prinsip Kerja Perusahaan

    H. Fasilitas Perusahaan

    III. BAHAN BAKU

    A. Asal bahan baku

    B. Spesifikasi bahan baku

    C. Ketersediaan bahan baku

    D. Seleksi bahan baku

    IV. PROSES PENGALENGAN IKAN LEMURU

    V. PENGENDALIAN MUTU IKAN SARDEN KALENG

    VI. PENERAPAN HACCP

    VII. PEMBAHASAN

    VIII. KESIMPULAN dan SARAN

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    25/26

  • 8/19/2019 Proposal Fix Alhamdulillah

    26/26

    Rodriguez, A., Nicolas C. and Santiago P. A. 2010. Effect of chill storage underdifferent icing conditions on sensory and physical properties of canned

    Farmed salmon (Oncorhynchus kisutch). Food Science and Technology 45 :295-304

    Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Bina. Bandung.Saparinto, C., Ida P. dan Diana H. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius.

    YogyakartaSyakila, S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di

    Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan IPB. Bogor

    Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Perikanan Edisi Revisi. Penebar Swadaya.Jakarta

    Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. UniversitasPadjajaran, Bandung.

    Van der Spiegel, M., P.A. Luning, G.W. Ziggers, and W.M.F Jongen. 2003.Towards a Conceptual Model to Measure Effectiveness of Food QualitySystems. Trends in Food Science & Technology. 14:424-431

    Wulandari, D. A., Indah W. A. dan Akhmad F. 2009. Kualitas mutu bahanmentah dan produk akhir pada unit pengalengan ikan sardine di PT. KaryaManunggal Prima Sukses Muncar. Banyuwangi. Kelautan 2 : 41-50

    Wulandari, D. A., Indah W. A. dan Akhmad F. 2009. Kualitas mutu bahanmentah dan produk akhir pada unit pengalengan ikan sardine di PT. KaryaManunggal Prima Sukses Muncar. Banyuwangi. Kelautan 2 : 41-50