skenario a fix(1).doc
DESCRIPTION
pbl skenarioTRANSCRIPT
LAPORAN PLENO TUTORIAL
ANGKATAN 2010
BLOK XIX “TUMBUH KEMBANG ANAK & GERIATRI”
“SKENARIO A – MARASMUS”
Tutorial 2
Tutor : dr. RA Tanzilla
Anin Kalma Perdani 702010009
Ajeng Dwinta Lestari 702010014
Meitriana Putri M.J 702010017
Ririn Amelia Oktariani 702010029
Rizki Amalia 702010036
Octia Yudiantin 702010048Sigit Rahmad 702010054
Ricky Dwi Putra 702010056
Shafa Husnul Khatimah 702010060
Agis Mira Dewi 702009057
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B
13 Ulu Telp. 0711-7780788
PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pleno Tutorial Blok XIX –
Tumbuh Kembang Anak dan Geriatri - yang berjudul “Skenario A – Marasmus”
sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. RA. Tanzila, selaku pembimbing Tutorial 2
4. Teman-teman sejawat
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga proposal ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman cover ……………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………………
ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….
iii
BAB I : Pendahuluan .............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….
1
1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………….
1
BAB II : Pembahasan ..............................................................................................
2
2.1 Data Tutorial ……………………………………………………...
2
2.2 Skenario …………………………………………………………..
2
2.3 Klarifikasi Istilah …………………………………………………
3
2.4 Identifikasi Masalah ………………………………………………
3
2.5 Analisis Masalah ……………………………………………........
5
2.6 Pembahasan ............................................................................
9
2.7 Kesimpulan………………………………………………………..
34
2.8 Kerangka konsep …………………………………………………
35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri merupakan blok ke-19 pada semester
6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B mengenai
seorang anak tunggalnya Ferdi, laki-laki usia 12 bulan, dengan keluhan
anaknya tidak tumbuh seperti anak lain seusianya. Kartu Menuju Sehat (KMS)
berat badan mulai sejak 6 bulan yang lalu.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini.
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. R.A Tanzila
Moderator : Ricky Dwi Putra
Sekretaris Meja : Meitriana Putri M.J
Sekretaris Papan : Sigit Rahmat
Waktu : Selasa, 18 juni 2013
Kamis, 20 juni 2013
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan
2.2 Skenario
Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang
timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah
dibawa berobat ke bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat
badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saat ini Rudi belum bisa
berjalan. Tidak ada riwayat kejang. Rudi tinggal bersama orang tua dan
neneknya. Nenek rudi saat ini sedang mengalami pengobatan rutin di Puskesmas.
Riwayat nutrisi :
0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand
3-6 bulan : ASI + susu formula 2x30 cc perhari
7-12 bulan: ASI + susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari
@1/3 sachet.
12 bulan sampai sekarang : nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk,
telur kadang-kadang, tempe tahu kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis
2x60 cc perhari dan sering jajan.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama kehamilan ibu sehat dan
periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera
lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan
lahir 2500 gram. Panjang badan lahir 48 cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.
Riwayat pertumbuhan:
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan: 6 kg
Riwayat perkembangan: tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan,
bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan.
Riwayat imunisasi: belum pernah imunisasi.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7kg, panjang
badan 75cm, lingkaran kepala 45cm, lingkar lengan atas 9 cm.
Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, T: 37,5 C
Keadaan spesifik:
Kepala:
Wajah dismorfik tidak ada
Wajah tidak seperti wajah orang tua
Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut
Kontak mata baik
Melihat dan tersenyum kepada pemeriksa
Menoleh ketika dipanggil namanya
Thoraks: iga gambang (piano sign)
Abdomen: cekung
Gentalia: Baggy pants (+)
Ekstremutas:
Edema tidak ada
Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
Kulit: kelainan kulit (dermatosis) tidak ada
Status Neurologikus:
Gerakan normal, kekuatan 4
Reflex fisiologis normal
Klonus dan tonus normal
Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
Reflex patologis (-)
2.3 Klarifikasi Istilah
1. Asi eksklusif : air susu ibu yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan tanpa
makanan tambahan.
2. Skor APGAR : skor untuk menilai keadaan bayi baru lahir dan
mengidentifikasi apakah bayi memerlukan resusitasi atau tidak.
3. Susu Formula: susu yang digunakan menutrisi bayi selain asi
4. Dismorfik: kelainan pada perkembangan morfologi
5. Piano sign: iga yang menjadi tampak menonjol seperti tuts piano.
6. Baggy pants: jaringan lemak sub kutis sangat sedikit sampai tidak ada,
sehingga kulit terlihat bergelambir.
7. Dermatosis: penyakit kulit tidak ditandai dengan peradangan
2.4 Identifikasi Masalah
1. Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama
hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan.
2. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke bidan dan diberi obat namun tidak
ada perubahan.
3. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saat ini Rudi
belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.
4. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek rudi saat ini sedang
mengalami pengobatan rutin di Puskesmas.
5. Riwayat nutrisi :
0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand
3-6 bulan : ASI + susu formula 2x30 cc perhari
7-12 bulan: ASI + susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x
sehari @1/3 sachet.
12 bulan sampai sekarang : nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis,
kerupuk, telur kadang-kadang, tempe tahu kadang-kadang @1/2 potong,
susu kental manis 2x60 cc perhari dan sering jajan.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan:
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama kehamilan ibu sehat dan
periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Segera lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10.
Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir 48 cm. Lingkar kepala
lahir 33 cm.
7. Riwayat pertumbuhan:
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan: 6 kg
8. Riwayat perkembangan: tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5
bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan.
9. Riwayat imunisasi: belum pernah imunisasi.
10. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7kg,
panjang badan 75cm, lingkaran kepala 45cm, lingkar lengan atas 9 cm.
Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, T: 37,5 C
11. Keadaan spesifik:
Kepala:
Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut
Thoraks: iga gambang (piano sign)
Abdomen: cekung
Gentalia: Baggy pants (+)
Status Neurologikus:
Gerakan normal, kekuatan 4
2.5 Analisis Masalah
1. Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama
hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan.
a. Apa hubungan usia jenis kelamin pada kasus?
b. Apa etiologi demam dan batuk pada kasus?
c. bagaimana mekanisme demam dan batuk?
d. Mengapa demam lama hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak
usia 18 bulan?
e. Bagaimana system imun pada usia 24 bulan?
2. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke bidan dan diberi obat namun
tidak ada perubahan.
a. Apa saja kemungkinan obat yang diberikan bidan?
b. Mengapa setelah diberi obat namun tidak ada perubahan?
3. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saat ini
Rudi belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.
a. Bagaimana pertumbuhan anak usia 0-24 bulan?
b. Bagaimana perkembangan anak usia 24 bulan?
c. Bagaimana cara menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 24
bulan?
d. Apa saja factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
bayi usia 24 bulan?
e. Apa makna tidak ada riwayat kejang?
f. Apa penyebab dan mekanisme berat badan Rudi tidak sesuai dengan
perkembangan anak yang lain?
g. Apa penyebab dan mekanisme Rudi saat ini tidak dapat berjalan?
4. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek rudi saat ini
sedang mengalami pengobatan rutin di Puskesmas.
a. Apa hubungan keluhan Rudi dengan neneknya yang sedang menjalani
pengobatan rutin di Puskesmas?
b. Apa saja kemungkinan penyakit yang pengobatannya rutin di
puskesmas?
5. Riwayat nutrisi :
0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand
3-6 bulan : ASI + susu formula 2x30 cc perhari
7-12 bulan: ASI + susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan
2x sehari @1/3 sachet.
12 bulan sampai sekarang : nasi lembek 2x sehari dengan kecap
manis, kerupuk, telur kadang-kadang, tempe tahu kadang-kadang
@1/2 potong, susu kental manis 2x60 cc perhari dan sering jajan.
a. Bagaimana asupan nutrisi pada bayi usia 0-24 bulan?
b. Berapa kebutuhan kalori pada bayi usia 0-24 bulan?
c. Bagaimana hubungan riwayat nutrisi dengan keadaan Rudi?
d. Bagaimana interpretasi riwayat nutrisi?
e. Apa saja kandungan ASI?
f. Apa saja kandungan susu formula?
6. Riwayat kehamilan dan persalinan:
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama kehamilan ibu
sehat dan periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada
kehamilan 38 minggu. Segera lahir langsung menangis, skor APGAR
1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang
badan lahir 48 cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.
a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan persalinan?
b. Apa hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan keluhan Rudi?
7. Riwayat pertumbuhan:
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan: 6 kg
a. Bagaimana interpretasi riwayat pertumbuhan?
8. Riwayat perkembangan: tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5
bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan.
a. Bagaimana interpretasi riwayat perkembangan?
9. Riwayat imunisasi: belum pernah imunisasi.
a. Bagaimana interpretasi riwayat imunisasi?
10. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7kg,
panjang badan 75cm, lingkaran kepala 45cm, lingkar lengan atas 9
cm.
Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, T: 37,5 C
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik?
11. Keadaan spesifik:
Kepala: Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah
dicabut
Thoraks: iga gambang (piano sign)
Abdomen: cekung
Gentalia: Baggy pants (+)
Status Neurologikus:
Gerakan normal, kekuatan 4
Bagaimana interpretasi dan mekanisme keadaan spesifik?
a. kepala
b. thoraks
c. Abdomen
d. Genitalia
e. Status neurologis
12. Bagaimana Diagnosis banding pada kasus?
13. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?
14.Bagaimana diagnosis kerja pada kasus?
15. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
16. Bagaimana komplikasi apabila tidak ditangani dengan komprehensif?
17. Bagaiaman prognosis kasus?
18. Bagaimana KDU ?
19. Bagaimana pandangan Islam?
2.6 Pembahasan
1. Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama
hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan.
a. Apa hubungan usia jenis kelamin pada kasus?
Sistem imun pada balita masih belum matang. Pada non radang, sel T
yang berperan. Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi
kadar IgG dewasa baru dicapai pada usia 5 tahun. Oleh karena itu,
Bayi akan lebih mudah terkena infeksi bila tidak mendapatkan asupan
gizi yang cukup. Kekurangan gizi biasanya menyerang anak-anak
kurang dari 5 tahun.
b. Apa etiologi demam dan batuk pada kasus?
Infeksi atau
Non Infeksi, seperti alergi, tumbuh gigi, keganasan, autoimun.
Diantara kedua penyebab diatas, demam lebih sering disebabkan
karena infeksi, bisa oleh bakteri atau virus, infeksi ini disebabkan oleh
virus , terutama pada bayi dan anak
c. bagaimana mekanisme demam dan batuk?
Stimulasi sel-sel darah putih oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut aan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1,
IL-6, IFN) akan merangsang endotelium di hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin lalu prostaglandin akan meningkatkan
patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus memicu untuk
meningkatkan panas tubuh, demam.
Batuk dibagi menjadi empat fase, yaitu:
1. fase iritasi, salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea,
bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus
glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.
2. Fase inspirasi, glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi
otot abduktor kartilago aritnoidea.
3. Fase kompresi, dimulai dari tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Batuk dapat
terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu
meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ekspulsi, pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba
akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah
oengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-
bahan lain.
d. Mengapa demam lama hilang timbul dan sering mengalami batuk sejak
usia 18 bulan?
Karena asupan nutrisi yang kurang menyebabkan sistem imun Rudi
rendah, oleh karena itu Rudi sering mengalami batuk dan demam sejak
usia 18 bulan.
e. Bagaimana system imun pada usia 24 bulan?
Pada saat usia balita dan anak-anak system imun belum matang di usia
muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasa dan akan
menurun kembali saat usia lanjut.
2. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke bidan dan diberi obat namun
tidak ada perubahan.
a. Apa saja kemungkinan obat yang diberikan bidan?
Antipiretik dan antibiotik
b. Mengapa setelah diberi obat namun tidak ada perubahan?
Karena kumungkinan bidan hanya memberikan obat-obatnya yang
sifatnya mengobati demam dan batuk Rudi, sedangkan Rudi tidak
diberikan perbaikan gizi. Karena itulah sistem imun Rudi masih rendah
dan tidak berpengaruh apabila hanya diberikan obat tersebut karena
sistem imun Rudi masih rendah karena asupan yang masih kurang.
3. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Saat ini
Rudi belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.
a. Bagaimana pertumbuhan anak usia 0-24 bulan?
1. Panjang Badan
Panjang badan normal bayi baru lahir rata-rata 50 cm (45-55 cm).
Tabel 1: Pertambahan Panjang Badan sesuai Usia:
Age Body height / length
Newborn
1 yr
4 yr
5 yr
13 yr
+ 50 cm
1,5 x birth length
2 x birth length
2 x birth length + 5 cm
3 x birth length
2. Berat Badan
Berat badan normal bayi baru lahir rata-rata 3000 gram (2500-4500gram).
Tabel 2. Pertambahan Berat Badan sesuai Usia
Age Body weight (kg)
Newborn
5-6 mo
1 yr
2 yr
3 yr
> 3 yr
2,5 – 4,1 kg
2 x birth weight
3 x birth weight
4 x birth weight
5 x birth weight
2 n + 8
Berat badan normal bayi
Usia Berat Badan
Neonatus 2,5 – 4,1 kg
5-6 bulan 2 x berat lahir
1 tahun 3 x berat lahir
2 tahun 4 x berat lahir
3 tahun 5 x berat lahir
> 3 tahun 2n + 8
3. Pertumbuhan Panjang Badan/Tinggi Badan Normal
Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Badan/Tinggi Badan Normal
Usia Panjang Badan/Tinggi Badan
Neonatus 45 – 55 cm
1 tahun 1,5 x panjang lahir
4 tahun 2 x panjang lahir
5 tahun 2 x panjang lahir + 5 cm
13 Ahun 3 x panjang lahir
4. Lingkar kepala
Lingkar kepala normal bayi baru lahir 33-35 cm.
- 1 yr : 45 – 47 cm
- 2 yr : 48 – 50 cm
- 5 yr : 51 – 53 cm
- Pada tahun pertama peningkatan lingkar kepala + 1cm/bln
- Pada tahun ke 2-7 peningkatan lingkar kepala + ½ cm /thn
- Pada tahun ke 7-10 peningkatan lingkar kepala + 1/3 cm /thn
b. Bagaimana perkembangan anak usia 24 bulan?
Pada umur 18-24 bulan:
1. sudah dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan.
2. Sudah dapat berjalan tanpa terhuyunh-huyung.
3. Bertepuk tangan dan melambai-lambai.
4. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
5. Menyebut 3-6 kata yang memiliki arti.
6. Memegang cangkir sendiri, dan belajar makan dan minum sendiri.
c. Bagaimana cara menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi usia
24 bulan?8910 teteh perkembangan
Cara menilainya dengan melihat ciri pertumbuhan :
a. perubahan ukuran
Terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang bertambahnya umur anak
terjadi penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lain-
lain. Organ tubuh seperti jantung, paru atau usus akan bertambah besar
sesuai dengan peningkatan kebutuhn tubuh.
b. perubahan proporsi
Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi lebih besar
dibandingkan dengan umur lainnya. Titik pusat bayi baru lahir kurang
lebih setinggi umbilikus, sedangkan dewasa setinggi symphisis pubis.
Perubahan proporsi mulai usia kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
c. hilang ciri-ciri lama
menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya
gerak primitif.
d. timbul ciri-ciri baru
muncul gigi tetap, dan muncul tanda sekunder seperti tumbuh rambut
pubis dan aksila, tumbuh payudara pada wanita dan lainnya.
Tanner dan Whitehouse dari Inggris merupakan pionir dalam
menentukan baku pengukuran antropometri, dengan kurva
pertumbuhan. Kegunaan pertumbuhan sebagai suatu pemantau
tergantung tepat guna metode untuk menilai individu secara tepat.
- Baku internasional, satu standard deviasi mencakup 68,2%, dua
standard deviasi mencakup 95,4% dan tiga standard deviasi
mencakup 99,9% dari jumlah total populasi. Angka persentil
menunjukkan posisi dari suatu hasil pengukuran dalam 100 angka
yang berurutan (100%). Artinya persentil ke-10 memberikan nilai
untuk anak ke 10 dalam kelompok 100 anak, sebilang orang anak
lebih kecil ukurannya dan 90 akan lebih besar. Pada persentil 50
maka akan terdapat sejumlah anak yang sama banyak baik lebih
besar ataupun lebih kecil dari ukuran tersebut.
- NCHS (National Center for Health Statistics) menerapkan standard
ukuran tionggi badan dan berat badan menurut umur yang dibedakan
antara anak laki-laki dan perempuan umur 0 – 18 tahun.
- Obesitas dinilai kurva pertumbuhan dapat untuk dinilai apabila BB/TB
> 120% dari baku median BB/TB.
- Lingkar kepala menggunakan standar Nellhaus untuk laki-laki dan
perempuan 0 – 18 tahun. Batas antara ± 2,5 SD daerah normal
pertumbuhna otak dan tengkorak kepala. Apabila melebati + 2,5 SD
kemungkinan adanya hydrocephalus, sebaliknya apabila – 2,5 SD
perlu memikirkan kemungkinan microcephalus.
Tahap-tahap penilaian perkembangan
1. Anamnesis
2. Skrining gangguan perkembangan anak
Untuk mengetahui kelainan perkembangan anak dengan melakukan
DDST (Denver Developmental Screening Test), tes IQ atau tes
psikologik lainnya.
3. Evaluasi lingkungan anak
4. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
6. Pemeriksaan fisik
7. Pemeriksaan neurologi
8. Evaluasi penyakit-penyakit metabolik
9. Integrasi dari hasil penemuan
d. Apa saja factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi usia 24 bulan?
1. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir proses tumbuh
kembang anak, melalui instruksi genetik yang terkandung dalam ovum
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan di negara berkembang seperti Indonesia selain
genetik, faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang
optimal anak, bahkan faktor ini menyebabkan kematian anak-anak
sebelum mencapai usia balita.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat menentukan tercapai tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang kurang baik akan menghambat potensi bawaan.
A. Faktor Lingkungan Prenatal
a. Gizi ibu waktu hamil
Gizi Ibu yang jelek sebelum kehamilan maupun waktu hamil, lebih
sering menghasilkan BBLR, atau lahir mati dan jarang
menyebabkan cacat bawaan, disamping itu, gangguan pertumbuhan
otak, anemia, mudah terkena infeksi, abortus, dan lainnya.
b. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
c. Toksin/zat kimia
Masa organogenesisi sangat peka terhadap teratogen seperti obat-
obatan, ibu perokok, minum alkohol dan keracunan logam berat
menyebabkan cacat bawan.
d. Endokrin
Hormon yang berperan berupa somatotropin, hormon plasenta,
homon tiroid, insulin, dan peptida dengan aktivitas mirip insulin
(Insulin-like Growth Factors/IGFs)
e. Radiasi
Radiasi umur kehamilan <18 minggu, dapat menyebabkan kematian
janin, kerusakan otak, mickrosefali, atau cacat bawaan lain.
f. Infeksi
Infeksi TORCH, varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, HIV,
Polio, campak, listeriosis, virus influensa dan virus hepatitis dapat
menyebabkan cacat bawaan.
g. Stres
Menyebabkan gangguan pertumbuhan tumbuh kembang janin,
seperti cacat bawaan dan kelainan jiwa.
h. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,
hidropsfetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
i. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan plasenta
B. Faktor Lingkungan Postnatal
a. Lingkungan biologis
- Ras/suku bangsa
- Jenis kelamin
- Umur
- Gizi
- Perawatan kesehatan
- Kepekaan terhadap penyakit
- Penyakit kronis
- Fungsi metabolisme
- Hormon
Somatotropin
Hormon tiroid
Glukokortikoid
Hormon seks
IGFs
b. Faktor fisik
- Cuaca, musim, keadaan geografis wilayah
- Sanitasi
- Keadaan rumah
- Radiasi
c. Faktor psikososial
- Stimulasi
- Motivasi belajar
- Ganjaran atau hukuman
- Kelompok sebaya
- Stres
- Sekolah
- Cinta dan kasih sayang
- Kualitas interaksi anak-orang tua
d. Faktor keluarga dan adat istiadat
- Pekerjaan/pendapatan keluarga
- Pendidikan ayah/ibu
- Jumlah saudara
- Jenis kelamin dalam keluarga
- Stabilitas keluarga
- Kepribadian ayah/ibu
- Adat-istiadat, norm-norma
- Agama
- Urbanisasi
- Kehidupan politik masyarakat
e. Apa makna tidak ada riwayat kejang?
Menyingkirkan diagnosis penyakit dengan riwayat kejang.
f. Apa penyebab dan mekanisme berat badan Rudi tidak sesuai
dengan perkembangan anak yang lain?
Pada kasus ini, penyebab berat badan dan perkembangan rudi yang
tidak sesuai dengan umurnya adalah kurang gizi serta infeksi kronis
berulang yang dialaminya. Asupan gizi yang kurang membuat
pertumbuhan rudi terhambat, karena untuk dapat tumbuh, dibutuhkan
zat gizi yang cukup. Sedangkan infeksi yang dideritanya akibat
kekurangan gizi sehingga respon imun tubuh menurun. Namun infeksi
ini juga memperparah kekurangan gizinya, karena zat gizi yang ada
justru dipakai untuk membangun system imun tubuhnya.
g. Apa penyebab dan mekanisme Rudi saat ini tidak dapat berjalan?
Kurangnya asupan nutrisi dan kalori akan menyebabkan otot-oto dari
Rudi mengalami atrofi dan menyebabkan hpotoni, hal ini yang
mengakibatkan Rudi tidak dapat berjalan.
4. Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek rudi saat ini sedang
mengalami pengobatan rutin di Puskesmas.
a. Apa hubungan keluhan Rudi dengan neneknya yang sedang
menjalani pengobatan rutin di Puskesmas?
Kemungkinan demam dan batuk/infeksi yang diderita rudi ini tertular
dari neneknya. Karena rudi serumah dengan neneknya
b. Apa saja kemungkinan penyakit yang pengobatannya rutin di
puskesmas?678
Hipertensi, Diabetes, Kusta, Tb.
Kemungkinan pada kasus ini nenek Rudi menderita penyakit Tb.
5. a. Bagaimana asupan nutrisi pada bayi usia 0-24 bulan?
Jadwal pemberian makanan tambahan pada bayi (Rekomendasi Ikadan
Dokter Anak Indonesia/IDAI)
0-6 bln 6-7 bln 7-9 bln 9-12 bln > 12 bln
Pukul 06.00ASI on demand
ASI ASI/PASI ASI/PASI ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
ASI on demand
Bubur susuBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 10.00ASI on demand
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Snack
Pukul 12.00 (makan siang)
ASI on demand
ASIBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 14.00ASI on demand
ASI ASI/PASI ASI/PASI
Pukul 16.00ASI on demand
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Snack
Pukul 18.00ASI on demand
Bubur susuBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur bayi, jenis makanan, dan
frekuensi pemberian.
Usia Bayi Jenis Makanan Berapa kali sehari0-6 bulan ASI 10-12 kali sehari
6-7 bulan
ASI Saat dibutuhkan- Buah lunak/sari buah- Bubur : bubur havermout/bubur
tepung beras merah1-2 kali sehari
7-9 bulan
ASI Saat dibutuhkan- Buah-buahan- Hati ayam atau kacang-kacangan- Beras merah atau ubi- Sayuran (wortek, bayam)- Minyak/santan/avokad- Air tajin
3-4 kali
9-12 bulan
ASI Saat dibutuhkan- Buah-buahan- Bubur/roti- Daging/kacang-kacangan/ayam/
ikan- Beras merah/kentang/labu/jagung- Kacang tanah- Minyak/santan/avokad- Sari buah tanpa gula
4-6 kali
b. Berapa kebutuhan kalori pada bayi usia 0-24 bulan?
bayi rata-rata :110 kkalori/kgBB/hari
anak 1-3 tahun : 100 kkalori/kgBB/hari
c. Bagaimana hubungan riwayat nutrisi dengan keadaan Rudi?
Dari riwayat nutrisi yang telah diberikan kepada Rudi, nutrisi yang
diberikan masih sangat kurang. Hal ini lah yang menyebabkan keluhan
dan gejala-gejala yang timbul pada Rudi.
d. Bagaimana interpretasi riwayat nutrisi?
Masih sangat kurang dengan pemberian nutrisi yang seharusnya.
e. Apa saja kandungan ASI?
ASI mengandung bermacam-macam zat anti baik yang seluler maupun
yang humoral, sehingga morbiditas dan mortalitas bayi ya minum ASI lebih
rendah daripada yang minum susu formula, ASI mengandung enzim-enzim
yang membantu mencerna makanan, dan juga enzim yang berfungsi anti
bakteri seperti lisozim, katalase, dan peroksidase: ASI mengandung
hormon-hormon misalnya ACTH, TRH, TSH, EGF, proklaktin,
kortikosteroid, prostaglandin.
f. Apa saja kandungan susu formula?
Komposisi susu formula, menggunakan acuan ASI sebagai gold
standard. Pada awalnya modifikasi susu formula hanya makronutrien dan
mineral saja, tetapi saat ini telah ditambahkan LCPUFAs (AA dan DHA),
nukleotida, taurin dan komponen kekebalan seperti laktoferin, laktobasilus
bifidus (probiotik) dan prebiotik seperti FOS (fructo-oligosaccharide).
- Perbandingan Whey protein : kasein = 60 : 40, mendekati komposisi ASI,
bertujuan agar protein dalam susu formula muda dicerna.
- Asam amino di dalam susu formula juga mengacu pada komposisi ASI
- Penambahan zat besi, bertujuan untuk mencegah anemia defisiensi besi
pada anak yang tidak minum ASI/hanya minum ASI sebagian, sebbab zat
besi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.
- Penambahan LCPUFAs (AA dan DHA) juga mengacu pada komposisi
ASI, yang berfungsi sebagai bagian fosfolipid yang mempengaruhi struktur
dan fungsi membran sel sebagai prekuersor pada biosintesis golongan
eicanasoid seperti prostaglandin, tromboksan, dan leukotrin; merupakan
asam lemak utama pada otak dan retina.
- Nuklotida, berfungsi pada sistem imun seperti maturasi sel T, aktifasi
makrofag, sitokin, aktivitas sel natural killer dan respon imun pada
imunisasi.
- Taurin, asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mata dan
otak serta konjugasi bilirubin.
- Laktoferin, untuk meningkatkan kekebalan bayi yang minum susu formula,
merupakan senyawa glikoprotein yang mengikat besi, yang terdapat pada
SI, air mata, saliva, sekresi mucus, dan leukosit, berfungsi mengikat besi
bebas yang sering digunakan untuk pertumbuhan bakteri, virus dan jamur,
sehingga tidak tersedia zat besi untuk pertumbuhan.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan:
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama kehamilan ibu
sehat dan periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada
kehamilan 38 minggu. Segera lahir langsung menangis, skor APGAR
1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang
badan lahir 48 cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.
a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan persalinan?
Lingkar kepala normal bayi baru lahir 33-35 cm.
Berat badan lahir normal 2500
Panjang badan normal 45-55cm
b. Apa hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan keluhan
Rudi?
Tidak ada hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan keluhan
yang sekarang sedang diderita oleh Rudi, karena berdasarkan
interpretasinya riwayat kehamilan dan persalinan Rudi normal. Bukan
merupakan faktor pencetus arau predisposisi dari kondisi kesehatan
Rudi sekarang.
7. Riwayat pertumbuhan:
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan: 6 kg
Umur Berat badan (kg) Panjang badan
(cm)
Lingkar kepala
(cm)
1 Bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 – 39
2 Bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 – 41
3 Bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 – 43
4 Bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 63.7 38 – 44
5 Bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 – 45
6 Bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 – 46
7 Bulan 6.2 – 8.3 63.2 – 69.5 40.5 – 46.5
8 Bulan 6.6 – 8.8 64.6 – 71.0 41.5 – 47.5
9 Bulan 7.0 – 9.2 66.0 – 72.3 42 – 48
10 Bulan 7.3 – 9.5 67.2 – 73.6 42.5 – 48.5
11 Bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 – 49
12 Bulan 7.8 – 10.2 69.6 – 76.1 43.5 – 49.5
Dari table diatas berat badan yang tidak normal diderita Rudi semenjak
Usia 6 bulan.
8. Riwayat perkembangan: tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5
bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan.
a. Bagaimana interpretasi riwayat perkembangan?
Keterlambatan pada duduk seharusnya usia 6-9 bulan, dan berdiri
seharusnya pada usia 9-12 bulan.
9. Riwayat imunisasi: belum pernah imunisasi.
b. Bagaimana interpretasi riwayat imunisasi?
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisivirus vaksin kepada bayi lain)
1 Hepatiti Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2
bulan s B-2 adalah 1 bulan.0-2 bulan
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan
DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-14 bulan
DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-26 bulan
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 Hepatiti
s B-3HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 bulan
MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).18 bulan
DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.2 tahun
Hepatitis A
Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun
Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun
DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.6 tahun.
MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
10 tahun
dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
10. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7kg,
panjang badan 75cm, lingkaran kepala 45cm, lingkar lengan atas 9
cm.
Tanda vital: HR: 112x/menit, RR: 32x/menit, T: 37,5 C
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik?
Tampak kurus : abnormal dn menandakan kurang gizi
Apatis : abnormal
Berat badan 7kg : abnormal dan menandakan kurang gizi. Normalnya
9,9-12,4 kg.
Panjang badan normal
Lingkaran kepala 45cm : abnormal dan menandakan pertumbuhan yang
terlambat. Normalnya >16cm
11. Keadaan spesifik:
Kepala: Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah
dicabut
Thoraks: iga gambang (piano sign)
Abdomen: cekung
Gentalia: Baggy pants (+)
Status Neurologikus:
Gerakan normal, kekuatan 4
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme keadaan spesifik?
Rambut kepala tipis menandakan adanya malnutrisi
Iga gambang (Piano Sign og Ribs): tulang iga tampak jelas karena
penyusutan jaringan lemak dan otot pada regio torals dan abdomen.
Baggy pants: ketiadaan/sangat sedikitnya jaringan lemak subkutan sebagai
manifestasi pada daerah pantat tampak sebagai memakai celana longgar
(pantat berlipat-lipat)
Status neurologis, sedikit lemah karena kurangnya nutrisi yang didapat
12. Bagaimana Diagnosis Banding pada kasus?
Marasmus Kwashiorkor Marasmic-
kwashiorkor
Tubuh Sangat kurus Edema seluruh
tubuh
Edema
Lemak
subkutan
Hilang Berlipat-lipat Berlipat-lipat
Satatus mental Lethargy, apatis,
iritabilitas
Lethargy, apatis,
iritabilitas
Lethargy, apatis,
iritabilitas
BB Penurunan
drastis BB
Normal/Sedikit
turun
Sedikit turun
Status gizi Buruk Buruk Buruk
13. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada kasus?
1. pemeriksaan laboratorium : glukosa darah, urin, tuberculin test, apusan
darah.
2. Pemeriksaan radiologis: radiografi toraks.
14. Bagaimana Diagnosis kerja pada kasus?
Gizi buruk tipe Marasmus
Epidemiologi
Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI
tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, enam persen atau
sekira 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada
umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).
Depkes juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan
bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di
Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
Marasmus merupakan keadaan di mana seorang anak mengalami
defisiensi energi dan protein sekaligus. Umumnya kondisi ini dialami
masyarakat yang menderita kelaparan. Marasmus adalah permasalahan
serius yang terjadi di negara-negara berkembang.
Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yang
terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe
marasmus. RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan RS Dr.
Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena
marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk
dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang
membangundan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.
Etiologi
Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus..
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu
kaleng yang terlalu encer.
Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,
pielonephritis dan sifilis kongenital.
Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek
mengisap yang kurang kuat.
Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance.
Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang
lain telah disingkirkan.
Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk
timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula
perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudi-an diikuti dengan
pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak
mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang,
terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
15. Bagaimana tatalaksana untuk kasus ini ?
Jawab:
1. Tahapan Managemen
10 tahapan managemen terapi pada anak dengan malnutrisi
a. Obati hipoglikemia
b. Obati hipotermia
c. Obati dehidrasi
d. Perbaiki keseimbangan elektrolit
e. Obati infeksi
f. Perbaiki defisiensi mikronutrien
g. Mulai memberikan formula 75
h. Mengejar pertumbuhan terlambat (catch-up growth)
i. Merangsang emosional dan perkembangan sensorial
j. Persiapan untuk pulang
2. Lihat kondisi pasien apakah ada shock, letargi, dehidrasi
→ pada pasien ini, tidak ada letargi, syok dan dehidrasi ringan sehingga
termasuk kelompok V→ tatalaksana kelompok V
3. Tindakan pertama adalah stabilisasi
a. Stabilisasi awal (12 jam)
1) Pada 2 jam pertama
Hipoglikemia : larutan gula (sugar solution) 10 % sebanyak
50 cc (diberikan tiap setengah jam)
Hipotermia : bayi diselimuti, dimasukkan dalam bok yang
ada lampu penghangatan atau penghangatan dengan cara skin
to skin kontak antara ibu dan bayi
Antibiotik : kootrimiksazol
Mikronutrien : vit. A 1 kapsul biru atau 100.000 IU satu
kali sehari
2) Pada 10 jam kedua
Mulai diberikan formula 75 tiap 2 jam tanpa resomal
b. Stabilisasi lanjutan (24 jam)
1) Pemberian F 75 sebanyak 12x/hari
2) Pemberian F 75 sebanyak 8x/hari
3) Pemberian F 75 sebanyak 6x/hari
4. Transisi
a. Pada 2 hari pertama → berikan F 100 6x/hari sejumlah F 75 yang
diberikan terakhir kali
b. Naikkan 10 ml tiap kali makan hingga bayi tidak sanggup lagi
menghabiskannya. Kemudian berikan F 100 6x150 ml selama 2-4
minggu
c. Bila bayi masih menyusui, beri dukungan ibu untuk menyusui
bayi.
d. Target pencapaian dalam fase transisi
1) Jumlah cairan : 150 ml/kg
2) Jumlah kalori : 100 – 150 Kcal/kg
3) Jumlah protein : 2 – 3 g/kg
4)
5. Rehabilitasi
a. Berikan F 100 3x sehari
b. Biasakan anak dengan makanan yang ada dirumahnya
c. Porridge BB < 7 kg, berikan bubu porridge
d. Buah BB < 7 kg, berikan dalam bentuk jus
e. Target pencapaian dalam fase rehabilitasi
1) Jumlah cairan : 150 – 200 ml/kg
2) Jumlah kalori : 150 – 220 Kcal/kg
3) Jumlah protein : 3 – 4 g/kg
f. Periksa kondisi status gizinya antara -2 SD dan +2 SD (rentang
normal)
6. Followed-up
a. Pemberian makan lebih sering
b. Periksa kondisi secara teratur dan berkala
c. Pemberian vaksin (BCG, Polio, DPT, Hepatitis B)
d. Pemberian vit. A tiap 6 bulan
16. Bagaimana komplikasinya apabila tidak ditangani dengan
komprehensif?
Jawab:
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168)
defisiensi Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis,
bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan
perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang
terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita
malnurtrisi, sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi
saluran nafas) atau pada penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam
lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan gangguan
absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi
investasi parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak
dengan gizi kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan
membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah
pembesaran kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang
terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran
menghebat, penekanan pada bronkus mungkin dapat menyebabkanya
tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian paru,
yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini.
Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat
memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan
mengakibatkan penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan
otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot
pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk
menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan
pneumonia, yang mungkin mengenai banyak bagian kecil tersebar di
paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-
protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat
destruktif dan akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak
maupun jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah
bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan bintik hitam berbau
diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan mendestruksi
jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
17. Bagaimana prognosisnya pada kasus?
Jawab:
Dubia et Bonam
18. Berapa Kompetensi Dokter Umum untuk kasus ini ? ajeng
Jawab:
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan- pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri
hingga tuntas.
4A. kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter.
19. Bagaimana pandangan islam dalam kasus ini ? anin
Jawab:
Q.S. Al-Maidah : 87-88
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya. "
Melalui firman-Nya ini, kita diingatkan untuk tetap proposional dalam
mengonsumsi, sesuai kebutuhan yang disyaratkan dan pilihlah makanan
yang halal.
2.7 Kesimpulan
Rudi, Laki-laki usia 24 bulan mengalami gizi buruk tipe marasmus dan gangguan tumbuh kembang, karena asupan nutrisi yang kurang disertai suspect TB
2.8 Kerangka Konsep
Asupan gizi yang kurang
Gizi buruk tipe marasmus
Tumbuh kembang terganggu
-Berat badan menurun-Tinggi badan menurun
-Belum bisa berjalan
Suspect TB
Piano signBaggy pants
Hilangnya lemak subkutan
-riwayat imunisasi-nenek suspect TB
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2004, Gizi dalam daur kehidupan, Jakarta : EGC
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8,
jakarta, EGC
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Indonesia, Departemen Kesehatan, Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I, Jakarta: Depkes RI, 2004, 16.
Indonesia, Departemen Kesehatan, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI Lokal), diunduh dari http://www.depkes.org.id, 2006, modifikasi 7/7/11.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI
Martondang, Corry. 2003. Diagnosis Fisik pada Anak, ed.2. Jakarta: CV Sagung Seto
Narendra, Moesintowati B., “Baku/Standard Tumbuh Kembang” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 112-125.
Nelson, & behrman, kliegman, 2000, Nelson teks book of pediatric 15/e, vol. 2, Ed
15, alih bahasa A Samik Wahab, Jakarta, EGC
Statistic, National Center for Healtf, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Grow Charts Birth to 36 Months: Boys, Length-for-age and Weight-for-age Percentiles, diunduh dari http://www.cdc.gov/growthcharts, 2000, modifikasi: 6/07/11.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, Jakarta: EGC, 1995, 1-61.
Soetjiningsih, Suandi IKG, “Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 24-26.
Suyitno, Hariyono, Moersintowarti B. Narenda, “Pertumbuhan Fisik Anak” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 51-61.
Tanuwidjaya, Suganda, “Konsep Umum Tumbuh dan Kembang” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 1-12.