skripsi - setiana

45
ABSTRACT SETIANA . Study on Economic Socialand Cultural Aspectsof farming communities in Batuah Village, Kutai District Loa Janan mammal under th guidance of !r. "r . #ariat Ba$rie, !% and !r. D&i Ery !u'ahedeen, S.#ut( )his study aims to determine ho& *ig the socio+economic and cultural aspects that arise in farming communities around the region Batu Village, District Loa Janan. So as to pro-ide the data and clear informat socio +economic and cultural future of farming communities that could considered go-ernment and otherrele-ant agencies in formulating policies relating directly to the orest %reser-e )ourism Bu$it Soehart Secondary orest Loa Janan and the surrounding community in an e impro-e the outcomes of land use and conser-ation agriculture in general )he study &as conducted in the -illage of Batuah , precisely in the Batuah Km /0, District Loa Janan, Kutai regency, East Kalimantan %ro-ince )he method used in this research is to select respondents sampling the selection intentionally e1ample ( *ased on population data study site, particularly the focus on her &or$ as a farmer . Batuah Village Society has a*out 2324 inha*itants &ith the num*er of families 5.267 families &ith 7.089 female intensity of spirit and soul of men, predominantly migrants from South Sula&esi Bugis (, Ja-a and South Kalimantan . !ost of the people are farmers and farm &or$ers, so *y using purposi-e sampling method / only get /8 : of the respondents . ;f the /8 respondents generally &or$ as farmers pepper &ith areal e1 different, so it is clearly -isi*le differences in income income is the 7 parts < 54 respondents earn *et&een =p. 799.999 + =p. 899.99 respondents earn *et&een =p. 899.999 + =p. 699.999 month, and 4 responde earning more than =p. 699.999 month. #o&e-er, this income can sometimes out to *e higher &hen the price of pepper rose . =esults of inter-ie& and >uestionnaire data summary of /8 respondent o*tained information that the a-erage num*er of dependents the respondent

Upload: komang-wahyu-krisna-brata

Post on 04-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

ABSTRACT

SETIANA. Study on Economic Social and Cultural Aspects of farming communities in Batuah Village, Kutai District Loa Janan mammal ( under the guidance of Mr. Ir . Hariat Bakrie, MP and Mr. Dwi Ery Mujahedeen, S.Hut).

This study aims to determine how big the socio-economic and cultural aspects that arise in farming communities around the region Batuah Forest Village, District Loa Janan. So as to provide the data and clear information on socio -economic and cultural future of farming communities that could be considered government and other relevant agencies in formulating policies relating directly to the Forest Preserve / Tourism Bukit Soeharto Forest and Secondary Forest Loa Janan and the surrounding community in an effort to improve the outcomes of land use and conservation agriculture in general .

The study was conducted in the village of Batuah , precisely in the VillageBatuah Km 28, District Loa Janan, Kutai regency, East Kalimantan Province.

The method used in this research is to select respondents purposive sampling ( the selection intentionally example ) based on population data at each study site, particularly the focus on her work as a farmer .

Batuah Village Society has about 7974 inhabitants with the number of families 1.763 families with 3.850 female intensity of spirit and soul of 4.124 men, predominantly migrants from South Sulawesi ( Bugis ), Java and South Kalimantan . Most of the people are farmers and farm workers, so by using purposive sampling method 2 only get 25 % of the respondents .Of the 25 respondents generally work as farmers pepper with areal extents different, so it is clearly visible differences in income / income is then divided into 3 parts ; 14 respondents earn between Rp. 300.000 - Rp. 500.000/month, 7 respondents earn between Rp. 500.000 - Rp. 600.000/ month, and 4 respondents earning more than Rp. 600.000/ month. However, this income can sometimes turn out to be higher when the price of pepper rose .

Results of interview and questionnaire data summary of 25 respondents obtained information that the average number of dependents the respondent is 5, the average cost of dependents Rp. 456.000/ month, the average basic income of Rp. 452.000/month, the average additional income of Rp. 452.000/bulan, and the average total income of Rp. 782.000/bulan .

Land use patterns of the people of the village do partially Batah large -scale farms and plantations is a pepper plant because it has a greater economic value than other types of utilization .

In agricultural land use constraints and problems of society will have to be faced and all of them can be grouped into five factors : economic factors, human factors, natural factors, factors and interference factors of government policy . Where from these five factors , factors that government policy for decades now that matters, especially for Batuah village community land status of the land, mostly forested .ABSTRAKSETIANA. Studi tentang Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Peladang di Desa Batuah, Loa Janan Kabupaten Kuta Kartanegara (dibawah bimbingan Bapak Ir. Hariat Bakrie, MP dan Bapak Dwi Ery Mujahiddin, S.Hut).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aspek sosial ekonomi dan budaya yang timbul di masyarakat peladang di sekitar kawasan Hutan Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan. Sehingga dapat memberikan data dan informasi yang jelas mengenai keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat peladang yang ke depannya dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan instansi-instansi terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan langsung dengan Hutan Lindung/Hutan Wisata Bukit Soeharto dan Hutan Sekunder Loa Janan serta masyarakat di sekitarnya dalam usaha pemanfaatan lahan untuk meningkatkan hasil usaha pertanian dan pelestarian alam pada umumnya.

Penelitian dilakukan di Desa Batuah, tepatnya di Kelurahan Batuah Km 28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memilih responden secara purposif sampling (pemilihan contoh secara sengaja) berdasarkan data penduduk pada setiap lokasi penelitian, khususnya yang menekuni pekerjaan sebagai petani.

Masyarakat Kelurahan Batuah berpenduduk sekitar 7.974 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.763 KK dengan intensitas perempuan 3.850 jiwa dan laki-laki 4.124 jiwa, didominasi pendatang dari Sulawesi Selatan (Bugis), Jawa dan Kalimantan Selatan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh tani, sehingga dengan menggunakan metode purposif sampling 2 % hanya mendapatkan 25 orang responden.

Dari 25 responden pada umumnya bekerja sebagai petani lada dengan luasan areal yang berbeda-beda, sehingga terlihat jelas perbedaan pendapatan/penghasilannya tersebut kemudian di bagi menjadi 3 bagian yaitu ; 14 responden berpenghasilan antara Rp.300.000 Rp. 500.000/bulan, 7 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000 Rp. 600.000/bulan, dan 4 responden berpenghasilan di atas Rp. 600.000/bulan. Namun pendapatan ini sewaktu-waktu dapat berubah menjadi tinggi bila harga lada naik.

Hasil rekapitulasi data wawancara dan kuisioner dari 25 responden didapatkan informasi bahwa rata-rata jumlah orang yang menjadi tanggungan responden adalah 5 orang, rata-rata biaya tanggungan Rp. 456.000/bulan, rata-rata pendapatan pokok Rp. 452.000/bulan, rata-rata pendapatan sampingan Rp. 452.000/bulan, dan rata-rata pendapatan total Rp. 782.000/bulan.

Pola pemanfaatan lahan yang dilakukan sebagia besar masyarakat Desa Batah dalam skala besar adalah perladangan dan perkebunan berupa tanaman lada karena mempunyai nilai ekonomis yang lebih besar dibanding tipe pemanfaatan lainnya.

Dalam memanfaatkan lahan pertanian masyarakat mendapat kendala dan masalah yang harus dihadapi dan semuanya dapat dikelompokkan menjadi lima faktor : faktor ekonomi, faktor manusia, faktor alam, faktor gangguan dan faktor kebijakan pemerintah. Dimana dari kelima faktor ini, faktor kebijakan pemerintahlah yang untuk dekade sekarang ini yang paling menentukan, khususnya untuk status lahan masyarakat Desa Batuah dengan lahan yang sebagian besar berupa hutan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata 1 (S1) Manajemen Hutan Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda, Kalimantan Timur.

Skripsi dengan judul Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Peladang di Desa Batuah, Loa Janan, ini disusun berdasrkan hasil penelitian yang penulis laksanakan di Desa Batuah, Kelurahan Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur dan merupakan tugas akhir dalam menempuh pendidikan untuk mencapai derajat Sarjana Kehutanan, pada Fakultas Pertanian, Jurusan Manajemen Hutan Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Skripsi ini tersusun berkat bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil serta kritik dan saran dari banyak pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

Bapak Ir. Hariat Bakrie, MP selaku Pembimbing I dan Bapak Dwi Ery Mujahiddin, S.Hut selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sejak penulisan proposal sampai tersusunnya skripsi ini.

Bapak Ir. Abdul Kholik H, MP dan Ibu Ir. Puji Astuti, MP selaku dosen pembahas skripsi ini dan Bapak Ir. Djumansi D, MP selaku dosen wali selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Bapak Dekan Fakultas Pertanian beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Pertanian Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda yang telah memberi kesempatan saya dan menyediakan segala fasilitas dalam kelancaran studi penulis.Rekan-rekan mahasiswa, Sdr. David Sw ., Sdr. Jul R. Tomy, Sdr. Hadiyanto, Sdri. Ratna Juwita sebagai penyanggah skripsi ini, serta Sdri. Mutiara yang membantu dalam pengumpulan pustaka dan data dilapangan.

Ayahnda, Ibunda, dan keluarga tercinta yang telah tulus ikhlas memberikan perhatian, doa dan dorongan semangat selama penulis melaksanakan studi ini sampai selesai.

Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, penulis menyampaikan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat-NYA kepada kita semua.

Disadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran dalam bentuk apapun untuk penyempurnaannya akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga hasil karya ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memerlukan, Amin.

Penulis

DAFTAR ISIHalaman

ABSTRACT (in English) ............................................................................i

ABSTRAK ..................................................................................................iii

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................vi

DAFTAR ISI ...............................................................................................vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xi

I. PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Tujuan Penelitian .............................................................................3

C. Hasil Yang Diharapkan ...................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Masyarakat Sekitar Hutan ...............................................................

B. Kawasan Hutan Lindung .................................................................

C. Konteks Masyarakat Peladang .........................................................

D. Sosial Ekonomi Masyarakat Secara Umum ....................................

E. Pengertian Tanah dan Lahan ...........................................................

F. Pola penguasaan Lahan di Kalimantan Timur .................................

G. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat .............................................

III. METODE PENELITIAN .....................................................................

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................

B. Bahan, Peralatan dan Objek Penelitian ............................................

C. Prosedur Penelitian ..........................................................................

D. Pengolahan Data ..............................................................................

IV. HASIL PENELITIAN ..........................................................................

A. Diskripsi Daerah Penelitian .............................................................

1. Letak Wilayah ...........................................................................

2. Sejarah Pemukiman ..................................................................

3. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat ..........................

B. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat .............................................

1. Polah Hidup Masyrakat ............................................................

2. Pemilikan Lahan .......................................................................

3. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat ......................................

C. Permasalahan Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat ......................

V. PEMBAHASAN ..................................................................................

A. Aspek Sosial Budaya Dalam Pemanfaatan Lahan ...........................

B. Aspek Sosial Ekonomi Dalam Pemanfaatan Lahan ........................

C. Permasalahan Masyarakat Peladang Dalam ....................................

1. Faktor Ekonomi ........................................................................

2. Faktor Manusia .........................................................................

3. Faktor Alam ..............................................................................

4. Faktor Gangguan Pada Tanaman ..............................................

5. Kebijakan Pemerintah ..............................................................

D. Upaya upaya Dalam Mengatasi Permasalahan Masyarakat Peladang ..........................................................................................

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................

B. Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABELNomorUraian Halaman

1. Matrik Kegiatan Penelitian ............................................................

2. Data Curah Hujan di Sekitar Kawasan Bukit Soeharto Termasuk di Dalamnya Desa Batuah .............................................................

3. Asal Daerah Responden di Desa Batuah .......................................

4. Motivasi Kedatangan Responden di Desa Batuah ........................

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Menurut Mata Pencaharian ...................................................................................

6. Pendapatan Kepala Keluarga Yang Menjadi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Sebagai Petani .................

7. Tipe Pemanfaatan Lahan dan Luas Lahan yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Batuah ...............................................................

8. Jenis Tanaman yang Diusahakan Oleh Masyarakat di Dalam Kegiatan Usaha Tani Berdasarkan Tipe Pemanfaatan Lahan .......

9. Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat Desa Batuah di Dalam Memanfaatan Lahan ......................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

NomorUraian Halaman

1. Kuisioner .......................................................................................

2. Peta Lokasi Kegiatan Penelitian ....................................................

3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................

4. Rekapitulasi Responden Di Desa Batuah ......................................

I.PENDAHULUANA. Latar Belakang

Hutan sebagai salah satu bentuk sumber daya alam telah sejak lama dieksploitasi oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan dan kepentingan dimana dari tahun ke tahun mengakibatkan menciutnya luasan kawasan berhutan. Fungsi hutan yang berkaitan dengan pengawetan dan pelestarian alam dalam konservasi plasma nutfah dan memanfaatkan sebagai pelindungan tanah dan air untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan serasi, kurang dipahami oleh masyarakat umum. Sementara itu pertambahan penduduk dan peningkatan pembangunan terus berlanjut sesuai dengan meningkatnya pembangunan itu sendiri (Anonim, 1976).

Masalah lingkungan sebagai peningkatan jumlah penduduk serta tingkat pengetahuan dan kesadaran yang masih rendah menimbulkan berkurangnya atau menurunnya fungsi hutan yang ada. Hal ini disebabkan adanya keruskan hutan oleh perambahan hutan perladangan berpindah. Perambahan hutan dan perladangan berpindah mengakibatkan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air yang akhirnya mengganggu kesinambungan alam lingkungan dan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Untuk menjaga kelestarian hutan, tanah, dan air serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan taraf hidup masyarakat di dalam dan disekitar kawasan hutan, perlu dilakukan penanganan perambahan hutan dan perladangan berpindah (Anonim, 1994).

Kalimantan Timur sebagai salah satu wilayah yang memiliki kawasan hutan seluas 17.533.325 ha atau 87,6 % dari wilayah daratan seluas 211.440 km2 sampai saat ini mengalami permasalahan berupa kerusakan hutan dan perluasan lahan kritis yang mencapai 6 % per tahun. Hal ini sering dengan laju pertambahan penduduk yang cukup pesat sebesar 4,42 % per tahunnya dan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam hal sandang, pangan, dan papan (Anonim, 1993). Dijelaskan oleh Sardjono (1993) bahwa permaslahan lingkungan dengan degradasi hutan itu, khususnya di negara berkembang, berkaitan erat dengan permasalahan sosial ekonomi masyarakat.

Penduduk Kalimantan Timur apabila dilihat dari distribusinya sebanyak 48,8 % tinggal di perkotaan sedangkan sisanya sebanyak 51,2 % tinggal di pedesaan. Bagi masyarakat pedesaan yang bermukim di sekitar dan di dalam areal hutan, sumber daya hutan adalah merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Sejak ratusan tahun, diperkirakan sebanyak 0,8 juta jiwa atau 40 % penduduk Kalimantan Timur memanfaatkan lahan hutan untuk usaha berupa pertanian tradisional, berburu dan mengumpulkan hasil hutan seperti damar, rotan, madu, dan lain-lain (Anonim, 1990).

Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas sosial ekonomi masyarakat pedesaan dan masyarakat sekitar hutan, salah satunya adalah dengan mengubah sistem pertanian masyarakat yang selama ini digunkan berupa perladangan berpindah menjadi sistem pertanian yang menetap. Upaya ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa usaha pertanian menetap memberikan hasil yang lebih daripada sistem perladangan berpindah, disamping pertimbangan-pertimbangan lainnya seperti untuk tetap menjaga kelestarian hutan.

Dalam sistem pertanian menetap, secara teori akan memberikan hasil yang lebih baik dengan dasar bahwa dalam sistem ini dilakukan secara intensif dengan memasukkan inovasi dan teknologi yang maju seperti penggunaan bibit unggul, pemupukan yang dianjurkan dan teknik pertanian maju lainnya. Hal ini berbeda dengan usaha tani perladangan berpindah yang tidak menggunakan input-input tersebut.

Sebagian besar masyarakat di Kalimantan Timur, khususnya yang berada di sekitar Hutan Lindung/Hutan Sekunder Loa Janan, telah melakukan dan mengembangkan inovasi tersebut yaitu dengan membuka areal perladangan yang diharapkan merupakan sistem pertanian menetap yang memberikan aspek sosial ekonomi terbaik bagi para petani, namun hal ini masih sangat perlu diamati kembali dengan suatu penelitian.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perladangan ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan budaya terhadap kehidupan masyarakat secara umum dan masyarakat peladang pada khususnya di sekitar kawasan hutan Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan.

C. Hasil Yang Diharapkan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, khususnya peladang. Dan ke depannya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan instansi-instansi terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan langsung dengan dengan keberadaan dan pengelolaan Hutan Lindung/Hutan Wisata Bukit Soeharto dan Hutn Soeharto Loa Janan. Serta mendorong masyarakat di sekitarnya untuk terlibat dalam usaha pemanfaatan lahan sebagai upaya meningkatkan hasil usaha pertanian dan pelestarian alam pada umunya.III. METODOLOGI PENELITIANA. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batuah Kelurahan Batuah Km 28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Adapun lamanya waktu penelitian ini selama 7 (tujuh) minggu meliputi kegiatan-kegiatan antara lain : wawancara dan pengisian kuisioner dengan masyarakat, pengumpulan data, pengolahan data. Secara kronologisnya kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat) bagian sebagaimana diuraikan dalam Tabel berikut.

Tabel 1. Matrik Kegiatan Penelitian

NoKegiatanWaktu Pelaksnaan

FebruariMaretAprilMei

1.Studi Lapangan

2.Orientasi Lapangan

3.Pengumpulan Data

4.Pengolahan Data

B. Bahan, Peralatan dan Objek Penelitian

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Bahan Daftar pertanyaan (kuisioner)

Peta lokasi penelitian

2. Peralatan

Film dan Kamera

Alat tulis dan kalkulator

Komputer dan printer

Peta lokasi penelitian

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah masyarakat sekitar kawasan Hutan Lindung/Hutan Sekunder Loa Janan dimana pekerjaan utamanya adalah berladang.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan prosedur yang meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Dimaksudkan untuk mempelajari teori yang berhubungan dengan tema penelitian dan untuk memperoleh bahan penelitian yang menunjang penelitian, baik penelitian terdahulu, buku-buku acuan maupun masukan-masukan dari berbagai nara sumber. Hal ini dilakukan untuk digunakan dalam hasil pembahasan maupun penulisan hasil penelitian.2. Orientasi Lapangan

Dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi lapangan atau areal penelitian, termasuk mengetahui keadaan masyarakat sekitarnya dan sarana-sarana lainnya yang dapat menunjang kelancaran proses penelitian.

3. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini mencakup pembuatan proposal penelitian, angket (Kuisioner), dan peralatan lainnya yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Penentuan Data Responden

Penelitian akan dilakukan dengan sistem wawancara kepada responden melalui metoda kuisioner, pertanyaan dalam kuisioner tersebut diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Responden dipilih secara purposif sampling (pemilihan contoh secara sengaja) berdasarkan data penduduk pada setiap lokasi penelitian dengan jumlah responden dari jumlah penduduk yang menekuni pekerjaan sebagai petani, responden di datangi dirumah masing-masing sedangkan untuk pengumpulan data penunjang diambil secara langsung di lapangan. Wawancara dengan responden menggunakan kuisioner dan jumlah responden yang dipilih tersebut adalah data primer.5. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden dan masyarakat. Adapun data primer meliputi :

a. Pemetaan desa secara partisipatif :

Komunitas penduduk

Sarana dan prasarana

Tipe-tipe pemanfaatan lahan

b. Transek/jalur lokasi penelitian

Vegetasi

Status lahan

Sumber air

Masalah

c. Wawancara dengan masyarakat

Pembukaan lahan

Luas lahan

Tipe pemanfaatan lahan

Jenis Tanaman

Masalah yang timbul

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber data yang berasal dari laporan-laporan, instansi terkait, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pemukiman dan kependudukan. Adapun sata sekunder meliputi :

a. Kependudukan (jumlah penduduk dan status penduduk).b. Iklim dan Letak Geografis.

c. Sarana dan Prasarana fisik.

d. Data informasi lainnya yang mendukung.

D. Pengolahan Data

Data dari hasil penelitian diolah dan dikelompokkan berdasarkan bagian masing-masing, ditabulasi menurut tujuan penelitian kemudian dianalisa secara sederhana dan dibahas secara diskriptif untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk matriks maupun tabel.

IV. HASIL PENELITIANA. Diskripsi Daerah Penelitian

1. Letak Wilayah

Desa Batuah terletak di Kehutanan Batuah dan masuk dalam wilayah Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah sebesar 98,32 Km2. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Tani Bakti atau Purwajaya,

Kecamatan Loa Janan.

b. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Palaran / Muara Jawa.

c. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Keluruhan Sei Merdeka, Kecamatan

Samboja.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Loa Duri Ilir/Ulu.

Desa Batuah ini berada diantara jalur jalan Samarinda-Balikpapan. Jarak Desa Batuah dari pusat pemerintahan Kecamatan Loa Janan adalah 23 Km, sedangkan jarak dari Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara (Tenggarong) 54 Km dan jarak dari Ibukota Propinsi Kalimanta Timur (Samarinda) yaitu 46 Km.

Secara Geografis daerah ini terletak dari permukaan laut 0-1500 m. Dengan kondisi topografinya merupakan dataran tinggi, jenis tanah adalah podsolik Merah Kuning (ultisol) dengan derajat kesamaan (pH) 4 5,5. Sebagian besar daerahnya merupakan tanah perbukitan.

Berdasarkan sistem Klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan Fergusson (1951), dari tahun 1998-2002 iklim di Kawasan Bukit Soeharto termasuk juga Desa Batuah dikatagori Tipe A (Q = 8,16 %), dengan ciri utama yaitu hujan yang merata sepanjang tahun periode musim kering yang jelas. Suhu udara rataan bulanan berkisar antara 27-28 C dengan kelembaban relatif berkisar antara 70-85%.

Tabel 2. Data Curah Hujan di Sekitar Kawasan Bukit Soeharto (termasuk Desa Batuah)

Tahun/Bulan19981999200020012002

CHHHCHHHCHHHCHHHCHHH

Januari44539720371.124443.725299.418

Februari00216.718338.421300.922133.716

Maret00242.921254.422232.818293.526

April 9711367.119289.524571.624133.712

Mei17615430.8219919139.71714515

Juni3982466.213336.12796.91523920

Juli 30526243.821324.421219.216132.811

Agustus46823126.216250.52089.772828

September3082210416199.718171.72199.211

Oktober1382128622230.32266.11242.17

November22421189.924381.517242.82132020

Desember31421243.219227.618314.118278.320

Jumlah24721892913.82303302.5253288922162398.7184

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah III Sepnggan Balikpapan.Keterangan : CH : Curah Hujan

HH : Hari Hujan

Berdasarkan data pada tabel di atas curah hujan rataan bulanan sebesar 232,9 mm atau 2795,2 mm per tahun.

2. Sejarah Pemukiman

Desa Batuah berdiri sejak adanya kegiatan PROJAKAL (Proyek Jalan Kalimantan) dimana penduduk Desa Batuah sebagian besar pekerja dalam proyek ini, sehingga Penduduk Desa Batuah umumnya adalah pendatang dari Sulawesi Selatan, Jawa dan Kalimantan Selatan, sedangkan penduduk aslinya belum diketahui dengan jelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Asal Daerah Responden di Desa Batuah.

No.Daerah AsalJumlah RespondenPersentase

(%)

1.Sulawesi Selatan1872

2.Jawa520

3.Kalimantan Selatan28

Jumlah25100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)

Adapun motivasi kedatangan responden ke Desa Batuah, karena beberapa alasan, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Motivasi Kedatangan Responden di Desa Batuah.

No.MotivasiJumlah RespondenPersentase

(%)

1.Meningkatkan taraf hidup, mencari kerja1560

2.Ajakan Keluarga832

3.Lahan pertanian luas28

Jumlah25100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)

Pada mulanya kehidupan masyarakat Desa Batuah adalah sebagai pekerja di PROJAKAL dan sebagainya lagi sebagai penebang liar. Namun setelah beberapa tahun kemudian pekerja PROJAKAL ini akhirnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk Desa Batuah. Penduduk Desa Batuah bermata pencaharian umumnya petani, bercocok tanam padi dan palawija. Sedangkan untuk kegiatan untuk perkebunan yang paling banyak adalah bertanam lada, karena merupakan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Penduduk bermukim sepanjang jalan Km 28 arah Balikpapan-Samarinda. Pada awalnya penduduk Desa Batuah ini adalah para pekerja proyek jalan yang kemudian tinggal di kanan-kiri ruas jalan, tetapi ada pula yang sengaja datang dengan beberapa alasan, anatara lain ajakan keluarga, susah mencari pekerjaan dan lain-lain.

3. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat

a. KependudukanSebagian besar penduduk yang tinggal di Desa Batuah adalah pendatang dari luar yang menetap di kanan-kiri ruas jalan arah Balikpapan-Samarinda. Jumlah penduduk di Kelurahan Batuah pada tahun 2002 sebanyak 7.974 jiwa, yang terdiri dari 1.763 KK dan terbagi dari 46 RT dan 9 RW. Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah penduduk Kelurahan Batuah terdiri dari 4.124 jiwa laki-laki dan 3.850 jiwa perempuan.

b. PendidikanPenduduk yang tinggal di desa Batuah mayoritas berpendidikan stingkat dengan sekolah dasar. Ini dapat dilihat dengan adanya sekolah dasar yang berada di km 28 arah Samarinda-Balikpapan, yang bersekolah disini adalah kebanyakan warga desa setempat. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Umum masih sedikit, hal ini dikarenakan sekolah tersebut berada di Kecamatan Loa Janan, begitu pula yang ingin melanjutkan ke jenjang sarjana yang berada di Kota Kabupaten (Tenggarong) dan Kota Propinsi (Samarinda) jadi ini merupakan kendala bagi mereka yang ingin melanjtkan serta di dukung dengan keadaan ekonomi yang tidak memadai. Namun ada pula beberapa keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi dan mampu menyekolahkan anak mereka sampai ke jenjang sarjana.

c. Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat Desa Batuah mata pencahariannya adalah bercocok tanam atau petani. Disamping itu terdapat pula yang bekerja sebagai Pegawai Negeri, Supir, Pegawai Swasta, Peternak dan Berwiraswasta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Menurut Mata Pencaharian

No.Mata PencaharianJumlah (KK)Persentase

(%)

1.Petani1.32775,27

2.Buruh Tani23913,56

3.Pegawai Negeri Sipil693,91

4.Swasta301,70

5.Wiraswasta / Pedagang522,95

6.Pensiunan150,85

7.ABRI90,51

8.Lain-lain221,25

Jumlah1.763100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Batuah (2002)Pendapatan masyarakat Desa Batuah secara keseluruhan tidak didapatkan datanya, namun pendapatan masyarakat Desa Batuah berdasarkan jumlah responden adalah sebagai berikut pada Tabel 6, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rekapitulasi responden Lampiran 4.

Tabel 6. Pendapatan Kepala Keluarga Yang Menjadi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Sebagai Petani.

No.Jumlah

Responden (KK)Pendapatan

(Rp./Bulanan)Keterangan

1.4300.000 500.00Pendapatan ini sewaktu-wakyu dapat berubah menjadi tinggi, karena sebagian besar responden sebagai petani lada. Karena beberapa tahun yang lalu harga lada mencapai Rp. 100.00,-/kg

2.7500.000 600.000

3.4> 600.00

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)d. Agama

Mayoritas penduduk di Desa Batuah beragama Islam dan sisanya beragama Kristen Protestan dan Katolik.

e. Kebudayaan

Karena penduduk di Desa Batuah mayoritas beragama Islam dan didominasi oleh pendatang dari luar Kaltim, sehingga tidak terlihatnya suatu kebudayaan atau kesenian tradisional yang berkembang disana. Dan juga para pendatang tersebut kebanyakan dari generasi yang berpandangan pada pekerjaan dan mata pencaharian yang tidak mempedulikan kebudayaan nenek moyang mereka. Dari segi kebudayaan yang berlandaskan keagamaan di Desa Batuah ini setiap hari Jumat dilakukan semacam ritual keagamaaan, dimana semua perempuan yang beragama Islam di daerah ini mengadakan Pengajian dan Shalawatan yang dilakukan ditiap rumah secara bergiliran atau bergantian.

B. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat

1. Pola Hidup Masyarakat

Masyarakat Desa Batuah merupakan yang masih mengandalkan hidupnya dari hasil hutan dan usaha bercocok tanam. Di dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya mereka masih bergantung pada sumber daya alam sebagai sumber mata pencaharian. Bila musim tanam tiba mereka secara bergotong royong ataupun perorangan memulai kegiatan baik di ladang, dikebun maupun di sawah. Pada saat menebas, menebang, membakar, menanam dan memanen mereka sepenuhnya bekerja di ladang dari pagi hingga sore hari. Sementara itu pekerjaan di perkarangan hanya dilakukan pada waktu luang atau pada saat pekerjaan di ladang, dikebun dan disawah tidak terlalu banyak misalnya saat pemeliharaan sambil menunggu hasil panen tiba.

2. Pemilikan Lahan

Bila seseorang membuka areal lahan hutan pertama kali untuk lokasi perladangan dengan luas tertentu maka secara kebiasaan lokasi lahan tersebut tersebut adalah miliknya beserta keluarga yang terus berlanjut hingga rotasi perladangan berikutnya.

Sistem pemilikan lahan seperti ini tidak berbeda dengan masyarakat Desa Batuah hal ini dikarenakan lahan hutan yang masih tersedia cukup luas maka sistem pemilikan tanah masih belum menjadi permasalahan besar. Lahan yang dimiliki masyarakat sebagian besar telah memiliki status atas tanah tersebut. Status hukum yang dimiliki masyarakat atas tanah tersebut adalah hak guna pakai yang berupa surat segel dan surat keterangan. Hak guna pakai dikeluarkan oleh pihak kelurahan kepada masyarakat.Seiring dengan perkembangan jaman dan pertambahan populasi penduduk maka pengolahan lahan hutan di sekitar Desa Batuah semakin luas begitu sebaiknya luasan kawasan hutan semakin sempit sehingga berkurangnya fungsi hutan sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mengendalikan erosi, dan memlihara kesuburan tanah.

3. Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat

Lahan bagi masyarakat sangat berarti bagi kehidupan sebagai tempat bermukim dan mata pencaharian. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat bercocok tanam secara tradisional dengan menggunakan alat-alat pertanian yang sederhana seperti ; cangkul, parang, kampak, dan alat yang lainnya. Dalam memanfaatkan lahan dengan pembukaan hutan, masyarakat melakukan kegiatan penebasan, penebangan, pembakaran, penanaman, pemeliharaan dan panen. Semua kegiatan tersebut dilakukan secara bergotong royong oleh anggota keluarga atau dilakukan bersama dengan masyarakat lainnya namun kegiatan tertentu seperti penyiapan lahan penanaman pada areal yang cukup luas, ada diantara mereka mengupah orang lain.

Adapun bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kegiatan usaha tani yang terdiri dari perladangan, perkebunan, persawahan dan perkarangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat maka diperoleh tipe-tipe pemanfaatan lahan seperti terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tipe Pemanfaatan Lahan Dan Luas Lahan Yang Dimanfaatkan Oleh Responden

No.Tipe Pemanfaatan LahanLuas (ha)Persentase

(%)

1.Ladang3848,72

2.Kebun27,535,26

3.Sawah8,510,89

4.Perkarangan45,13

Jumlah78100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2004)Jenis tanaman yang diusakan masyarakat dalam usaha tani pada umumnya disesuaikan dengan tipe pemanfaatan lahannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Jenis Tanaman Yang Diusahakan Oleh Masyarakat Di Dalam Kegiatan Usaha Tani Berdarkan Tipe Pemanfaatan Lahan.

No.Tipe PemanfaatanJenis Tanaman

1Ladang Lada Jagung Padi gunung

2KebunBuah-buahan

Jeruk

Rambutan

Mangga

Pisang

Tanaman Lain

Lada

Sayuran

- Bayam

- Lombok

- Timun Lai

Cempedak

Langsat

Jambu

Kelapa

Terong

Trg Asam

Sawi Durian

Trap

Nenas

Pepaya

Coklat

Tomat

Buncis

Kac panjang

3Sawah Padi

4Perkarangan Tan. Obat Tan. Sayuran Tan. Hias Tan. Lain Tan. Buah

Sumber : Data Primer (2004)C. Permasalahan Pemanfaatan Lahan oleh Masyarakat

Dalam suatu kegiatan usaha pertanian dengan tipe-tipe pemanfaatan seperti, perkebunan, persawahan, pekarangan dan perladangan tentunya memiliki berbagai masalah dan kendala didalam mengelola lahan pertanian. Masalah dan kendala yang dihadapi masyarakat pada umumnya faktor ekonomi, faktor gangguan, faktor manusia, faktor alam dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Pemanfaatan lahan yang tidak didasari dengan pengetahuan mengenai kondisi lahan, iklim, jenis tanaman dan kemampuan teknis dapat menyebabkan banyaknya berbagai masalah dan kendala yang akan dihadapi. Untuk mengetahui mengenai masalah dan kendala yang dihadapi masyarakat Desa Batuah dalam memanfaatkan dan mengolah lahan dapat dilihat dalm Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Desa Batuah Di Dalam Memanfaatkan Lahan.

MasalahJenisMasalah

A. Faktor

Ekonomi1. Modal

Pembelian alat pertanian

Pembelian bibit

Pembelian pupuk

Pembelian obat pembasmiMahal

Mahal

Mahal

Mahal

B. Faktor

Manusia1. Pendidikan

2. SDM Tingkat Pendidikan rendah

Kualitas dan mutu dalam mengelola tanah

Kekuatan kerja

Pengalaman kerjaSD

Kurang pengalaman

Sudah Tua

Sedikit

C. Faktor Alam1. Tanah

2. Iklim Kesuburan tanah Topografi lahan pertanian

Kemarau panjang

Curah Hujan TinggiKurangBergelombang

Kekeringan, kebakar

Erosi

D. Faktor Gangguan1. Hama

2. Gulma

3. Penyakit

Ulat

Lalat

Kumbang

Tupai

Babi

Tikus

Rumput

Bakteri

VirusRusak

Rusak

Rusak

Rusak

Rusak

Rusak

Rusak

Rusak

Rusak

E. Kebijakan

PemerintahPemanfatan lahanTumpang tindih pemanfaatan lahan

Sumber : Data Primer (2004)V. PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial Budaya Dalam Pemanfaatan Lahan

Secara langsung maupun tidak langsung Desa Batuah dipengaruhi oleh keberadaan kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto. Hal ini dikarenakan Desa Batuah yang letaknya berdekatan dengan kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto yang luasnya sekitar 61.850 ha, selain memiliki fungsi ganda juga letaknya cukup strategis karena berada di antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.

Hutan lindung /hutan wisata Bukit Soeharto merupakan hutan yang mempunyai nilai strategis baik dipandang dari aspek ekologi maupun sosial ekonomi karena disamping memiliki fungsi perlindungan terhadap fungsi hidrologis dan keanekaragaman hayati.

Sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan yang terdapat dan berlangsung di dalam dan di sekitar hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto, tentu dapat mempengaruhi keberadaan dan fungsi kawasan tersebut. Berkaitan dengan pemanfaatan kawasan oleh masyarakat menjadi kawasan pemukiman dan kawasan pertanian maka mempengaruhi kondisi biofisik, ekologi dan sosial ekonomi.

Perubahan ini berangkat dari keinginan masyarakat untuk memperbaiki hidup kearah yang lebih baik (Tabel 3) karena masyarakat beranggapan bahwa areal hutan dapat memberikan sumber makanan dan tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan Awang (1988) yang berpendapat bahwa ada dua pandangan pada masyarakat tentang fungsi hutan di lingkungan mereka, yaitu :

1. Hutan dianggap dapat memcahkan permasalahan mereka secara terus-menerus yaitu dalam hal antara lain, membersihkan sebagian lahan yang dapat ditanami bahan pangan dan tanaman lain untuk kebutuhan konsumsi keluarga.

2. Hutan berfungsi sebagai bahan bakar, bahan bangunan, dan sumber protein ekstra melalui berburu binatang.

Masyarakat Desa Batuah yang telah menetap sekitar tahun 1975 menggunakan lahan hutan menjadi lahan untuk pemukiman dan lahan pertanian. Dengan adanya perubahan tersebut maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan atas perubahan yang telah terjadi atas kawasan ini, maka pemerintah menetapkan kawasan ini menjadi kawasan hutan lindung/hutan wisata sebagai berikut :

a. Tahun 1978, Gubernur KDH Tingkat I Propinsi Kalimantan Timur mengusulkan penunjukkan kawasan hutan seluas 33.760 ha pada jalur Samarinda-Balikpapan, sebagai Hutan Lindung Bukit Soeharto.b. Tahun 1982, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian, Nomor : 818/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Januari 1982, kawasan Hutan Bukit Soeharto, ditetapkan sebagai Hutan Lindung Bukit Soeharto seluas 23.000 ha.

c. Tahun 1987, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor :245/Kpts-II/1987, tanggal 18 Agustus 1987, Hutan Lindung Bukit Soeharto diubah menjadi Hutan Wisata Bukit Soeharto dan luasnya bertambah menjadi 64.850 ha.

d. Tahun 1991, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor : 270/Kpts-II/1991, tanggal 5 Juni 1991, luasan Hutan Wisata Bukit Soeharto ditetapkan secara definitif menjadi 61.850 ha.

Walaupun kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto. Kawasan ini telah menarik pendatang pada umumnya dari Sulawesi Selatan, Jawa dan Kalimantan Selatan, sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 3, yang sekarang menetap di Kelurahan Batuah yang sampai dengan tahun 2002 berpenduduk sekitar 7.974 jiwa dengan intensitas jumlah laki-laki 4.124 jiwa dan jumlah perempuan 3.850 jiwa. Sekitar tahun 1975 masyarakat sudah membuka areal hutan untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan lahan pemukiman penduduk.

Dalam kegiatan membuka hutan untuk lahan pertanian masyarakat di Desa Batuah saling bergotong-royong. Menurut Ukur (1992), sifat kegotong-royongan ini dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan seperti pembukaan awal ladang dan penunggalan hasil.

Lahan hutan yang ditempati untuk bermukim dan lahan yang sudah ditanami tanaman buah-buahan, padi, lada, dan lain sebagainya, masyarakat merasa perlu untuk mendapat perlindungan secara hukum atas tanah tersebut. Di dalam mendapatkan status hukum atas tanah tersebut masyarakat diharuskan mengukur dan membuat suatu peta atas tanahnya yang diketahui oleh ketua RT serta Lurah sebagai kepala wilayah pemerintah kelurahan dengan beberapa orang saksi. Status hukum atas tanah yang diberikan oleh pihak kelurahan adalah hak guna pakai yang berupa surat segel dan surat keterengan. Ada beberapa warga yang memiliki lahannya dengan membeli atau dengan kata lain ganti rugi dari warga yang membutuhkan uang, pindah, terkena bencana kebakaran atas lahan pertanian dan berbagai alasan untuk dijual.B. Aspek Sosial Ekonomi Dalam Pemanfaatan Lahan

Salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik masyarakat Desa Batuah adalah dengan melakukan bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan pertanian yang berada sekitar kawasan hutan. Pada Tabel 7 diketahui bahwa masyarakat Desa Batuah memanfaatkan kawasan hutan menjadi lahan pertanian dengan tipe-tipe pemanfaatan seperti ; perkebunan, ladang, sawah dan perkarangan. Adapun jenis tanaman dan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pemanfaatan lahan tersebut antara lain :1. Ladang

Tipe pemanfaatan ini merupakan tipe yang paling sederhana dalam mengolah lahan pertaniannya. Pemanfaatan lahan untuk tipe perladangan biasanya masyarakat Desa Batuah menanam tanaman pangan seperti padi gunung dan jagung, serta ada juga sebagian petani menanam lada.

Didalam membuka lahan untuk perladangan masyarakat terlebih dahulu membersihkan lantai hutan, memotong pohon besar serta semak belukar lalu dikumpulkan untuk kemudian dikeringkan setelah kering mulailah untuk dibakar hingga habis, dengan pembakaran harapan masyarakat dapat meningkatkan kesuburan tanah tersebut. Dengan selesainya pembakaran tersebut maka tanah hutan tadi sudah siap untuk ditanami.

Pada umumnya perladangan dilakukan untuk menghasilkan bahan-bahan makanan seperti tanaman padi gunung dan jagung. Perladangan padi dan jagung dimulai pada musim hujan. Pada tahun pertama tanaman diladang tidak banyak memerlukan pemeliharaan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya diperlukan adanya penyiangan, hasil produksi ladang ini makin lama makin turun karena turunnya tingkat kesuburan tanah. Biasanya masyarakat menggunakan lahan tersebut untuk menanam padi gunung atau jagung selama 1 3 tahun setelah itu lahan tersebut akan ditinggalkan atau di istirahatkan selama waktu yang tidak ditentukan dan diharapkan tanah yang ditinggalkan tadi dapat subur kembali, dan biasanya lahan tersebut dijadikan kebun buah-buahan atau ditanami dengan tanaman lada. Selama menunggu proses kembalinya kesuburan ladang terdahulu, masyarakat membuka ladang baru untuk ditanami kembali. Hal ini sesuai dengan Tohir (1985) yang mengemukakan bahwa tanah ladang itu dipergunakan selama 1-3 tahan terus-menerus, maka lazimnya tanah tersebut sudah tidak banyak artinya untuk ditanam lagi dengan padi/jagung ; kesuburan tanahnya susah merosot, pagar yang mengelilingi tanaman sudah rusak, tanah sudah kotor (banyak rumput-rumputan), lebih menguntungkan untuk dapat membuka hutan baru dan meninggalkan tanah ladang yang sudah kurus itu untk menjadi hutan lagi.2. Kebun

Pemanfaatan lahan untuk kebun/perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Batuah adalah menanam tanaman lada, buah-buahan, sayuran dan ada juga yang menanam tanaman jati. Pada umumnya mayoritas masyarakat Desa Batuah menanam tanaman menanam buah-buahan dan tanaman lada.

Jenis buah-buahan yang sering ditanam oleh masyarakat ini adalah buah lai, cempedak, rambutan, trap, durian, dan mangga. Dan untuk tanaman jati yang ditanam oleh masyarakat ini adalah dari jenis yang sudah mendapat perlakuan secara ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu jenis jati super yang notabennya memiliki pertumbuhan yang cepat dari jati biasa dan bebas dari hama dan penyakit.Sebagian masyarakat menanam jati dengan sistem tumpang sari dengan tanaman lada, dan tanaman sayuran yang menghasilkan buah (seperti : tomat, lombok, terong, dan sebagainya). Dengan tumpang sari tersebut diharapkan tidak terjadinya degradasi lahan oleh curah hujan yang tinggi.

Masyarakat mayoritas menanam tanaman lada karena tanaman lada ini sudah turun temurun dan hampir semua warga menanamnya dalam skala besar dibanding tanaman lainnya. Tanaman lada ini sering dijumpai pada lahan yang mempunyai kelerengan karena kondisi lahan yang bergelombang. Pada umumnya masyarakat menanam lada dalam 1 ha terdapat 3000 tanaman lada. Tanaman lada ini membutuhkan penopang untuk perambatannya, penopang yang digunakan adalah tongkat/turus dari kayu ulin dengan tinggi tongkat/turus ini sekitar 2 m agar didalam pemetikan buah lada nanti dapat terjangkau. Tanaman lada merupakan tanaman yang boros lahan sehingga jika musim hujan dengan curah hujan yang tinggi tiba maka akan menimbulkan dampak erosi/degradasi lahan. Tanaman ini memerlukan tanah yang baik dengan unsur hara yang cukup dan lada tidak tahan terhadap genangan air serta tanaman lada ini lahannya harus bersih dari tanaman pengganggu seperti gulma agar terhindar dari persaingan dalam perebutan makanan. Pada penanaman lada ini harus memperhatikan khususnya perambatnya, agar lada dapat merambat dengan baik, dalam perambatnya digunakan tali untuk mengikatnya.Pada tahun pertama dan tahun kedua pucuk lada harus dipangkas agar tanamannya lebat dan cepat tumbuh, pucuk lada yang dipangkas tadi dapat ditanam kembali pada tahun ketiga lada tersebut sudah dapat petik hasilnya, produksi yang besar diperoleh 2 kali dalam setahun biasanya pada bulan Pebruari dan bulan Agustus. Produksi lada kering yang diperoleh per ha adalah 3.300 kg. Perolehan lada tersebut biasanya pada tahun-tahun seterusnya hasil produksi lada menurun. Harga jual lada kering dipasaran harganya bisa naik turun seperti sekitar bulan November 2003 harga lada kering bisa sampai Rp 40.000,- per kg dan pada sekitar bulan Pebruari 2004 harga jual lada kering Rp 16.000 Rp. 25.000,- per kg sedangkan lada kosongan atau buah lada yang hitam biasanya dijual sekitar Rp4.500,- per kg.

Hasil lada biasanya dijual kepada tengkulak atau dijual sendiri ke pasar.

Dalam usaha meningkatkan hasil para petani memelihara tanaman lada dari tumbuhan rumput liar serta menjaga kesuburan kesuburan tanah masyarakat mengantisipasinya dengan memberikan pupuk. Pupuk yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu pupuk Urea, NPK, TSP dan KCL.3. Sawah

Tipe pemanfaatan sawah ini merupakan teknik pembudidayaan yang tinggi terutama dalam pengolahan tanah dan air sehinggga tercapai stabilitas yang tinggi. Dengan sistem pengairan yang berkesinambungan, kesuburan tanah dapat dipertahankan. Sistem sawah ini merupakan potensi besar untuk produksi pangan misalnya padi.

Pengolahan lahan yang dilakukan masyarakat sudah menggunakan alat-alat yang modern seperti teraktor tangan tangan untuk membajak tanah. Hasil panen dari kegiatan persawahan ini biasanya digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Kegiatan di sawah ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun 2002 persawahan sudah mulai ditinggalkan, karena timbul kendala dan masalah sperti musim kemarau yang cuckup panjang beberapa tahun lalu, saluran pengairan rusak serta traktor tangan untuk membajak sawah rusak, dengan keadaan ini masyarakat menjadi malas untu mengolah kembali sawah mereka dan beralih melakukan pekerjaan lain seperti membuka ladang, dan lain sebagainya.4. Perkarangan

Pemanfaatan lahan untuk perkarangan pada umumnya dilakukan disekitar rumah sebagai pelindung dan memperindah suasana perkarangan rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Lahjie (1988) yang mengemukakan bahwa para petani memanfaatkan lahan sekitar rumahnya sebagain kebun dan perkarangan. Dimana kebun dan perkarangan adalah sebidang lahan disekitar rumah yang dikelilingi oleh pagar ataupun tanaman sebagai pagar yang ditanami oleh jenis-jenis tanaman hortikultura sebagai tanaman pokok untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk diperdagangkan.Tanaman yang biasanya ditanam oleh tanaman buah-buahan, tanaman obat-obatan, tanaman hias, sayuran dan tanaman lain untuk menambah sumber makanan dan obat-obatan. Kegiatan diperkarangan rumah hanya dilakukan pada waktu senggang atau biasanya kegiatan perkarangan ini dilakukan setelah kegiatan diladang, di sawah dan di kebun telah selesai.

C. Permasalahan Mayarakat Peladang Dalam Pemanfaatan Lahan

1. Faktor Ekonomi

a. Modal

Didalam mengerjakan lahan pertanian, masyarakat memerlukan modal. Modal adalah faktor produksi dalam pertanian seperti, alat-alat pertanian, obat-obatan, pupuk dan lain sebagainya.Dalam usaha peningkatan pertanian terutama produksi pertanian yang ingin dilaksanakan, maka modal pertanian yang berupa uang sangat di perlukan. Jika petani memiliki modal dalam usahanya, maka hal ini dapat meningkatkan produksi pertanian berjalan lancar.

Modal pertanian yang berupa uang ini diperlukan untuk membeli alat pertanian, obat-obatan, pupuk, bibit dan lain sebagainya. Akan tetapi para petani yang tidak memiliki modal berupa uang yang dapat di pergunakan untuk membeli barang-barang tersebut di atas, maka dengan demikian mereka tidak dapat meningkatkan hasil pertanian sehingga pertaniannya sedikit terlambat.

Bagi masyarakat Desa Batuah modal usaha untuk pengembangan usaha pertanian harus besar sehingga kurang terjangkau oleh semua masyarakat. Upaya masyarakat didalam usaha tani untuk dapat mengembangkannya secara bertahap maupun mencari usaha sampingan untuk kebutuhan ekonomi keluarga serta pengembangan usaha taninya. Harapan masyarakat dalam pemanfaatan lahan adalah bantuan dari pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk dapat meningkatkan tarap hidup mereka. Bantuan tersebut dapat membantu masyarakat sebagai petani serta pihak pemerintah dapat meminimalkan pencurian kayu dan penyerobotan lahan di kawasan hutan lindung.b. Pemasaran

Dalam meningkatkan kesejahteraannya, masyarakat menjual sebagian hasil pertanian mereka baik itu berupa lada, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya ke pasar-pasar tradisional di Kelurahan Batuah, pasar malam, atau mereka membuat warung-warung sederhana di pinggir jalan yang berdekatan dengan rumah mereka. Sampai dengan saat ini lada masih merupakan hasil pertanian masyarakat Desa Batuah yang utama, khususnya dalam peningkatan devisa (keuangan) masyarakat setempat. Namun dalam pemasarannya masyrakat masih terkendala dengan adanya tengkulak-tengkulak atau pedagang-pedagang yang memeras para petani dengan menjatuhkan harga pasaran lada tersebut, sehingga mau tidak mau para petani menjual lada mereka dengan harga murah dan di bawah standar harga rata-rata.

2. Faktor Manusia

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat Desa Batuah rata-rata masih rendah, khususnya para responden yang sebagian besar lulusan Sekolah Dasar (lihat Lampiran 4). Apalagi masyarakat tani di daerah ini tidak semuanya mampu mengikuti teknologi dan cara-cara baru yang dapat diterapkan dalam usaha pertanian. Dalam melakukan kegiatan pertanian mereka melakukan dengan bantuan orang-orang disekeliling yang telah berpengalaman dalam usaha pertanian.b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kualitas dan mutu didalam mengolah lahan di daerah ini masih rendah. Sehingga hasil yang di capai masih belum mencukupi keperluan sehari-hari. Untuk mendapatkan SDM yang mempunyai mutu yang lebih baik, maka petani perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan sehingga mempengaruhi mutu dan kualitas dari petani sebagai tenaga kerja. Dalam meningkatkan mutu dan kualitas petani, dapat dilaksanakan melalui pendidikan, penyuluhan dan pelatihan.

Bilaman petani di daerah ini mendapatkan pelatihan dan penyuluhan, maka tingkat keterampilan atau kemampuan dan mutunya semakin membaik. Dengan demikian akan mudah bagi petani untuk mempelajari praktek penemuan baru atau mempergunakan metode yang sedang dikembangkan.Masyarakat Desa Batuah saat ini belum sepenuhnya mendapatkan pelatihan dan penyuluhan mengenai usaha pemanfaatan dan pengolahan lahan dalam meningkatkan hasil pertanian. Oleh karena itu petani tetap melakukan kegiatan pertaniannya secara sederhana sesuai dengan kualitas dan mutu serta kemampuan yang mereka miliki dengan tidak ada perubahan dari cara-cara yang tradisional.

Secara umum petani yang berhasil didalam pertanian adalah petani yang mempunyai bekal pengalaman serta bukan melalui pendidikan singkat. Kehidupan masyarakat tergantung dari kebaikan alam untuk kebutuhan sehari-hari oleh karenanya, amat sulit bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaan yang memerlukan penangan yang teratur atau perlengkapan teknis, karena tidak sesuai dengan kebiasaan, kemampuan dan bahkan budaya mereka.

3. Faktor Alam

a. Tanah

Jenis tanah di daerah ini adalah jenis tanah podsolik merah kuning. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kekuning-kuningan. Menurut Sarief (1985) bahwa tanah ini memiliki sifat kimia yang kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang sebagai akibat tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air. Kandungan air mineral liat kaolinitnya tinggi, sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman agak kurang. Dengan demikian maka produktivitas tanah adalah rendah sampai sedang, sehingga keadaan tanah jika digunakan terus maka kesuburan tanah akan berkurang yang dapat menyebabkan turunnya hasil produksi masyarakat.Pada umumnya lahan di Kalimantan Timur kurang sesuai bagi usaha pertanian. Disamping itu dengan topografi yang bergelombang dan bahkan dibeberapa tempat berbukit dan berlereng curam 8-40 % didukung dengan kondisi curah hujan yang tinggi sehingga dengan mudah sebagian besar tanah akan mengalami erosi. Masyarakat yang berada pada sekitar kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto menggunakan lahan yang bergelombang dan berlerengan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian yang menguntungkan bagi kehidupannya. Dalam pengusahaan lahan tersebut masyarakat sering mengalami kendala, yaitu pengikisan tanah oleh curah hujan sehingga kesuburan lahan mereka berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohir (1983) mengemukakan bahwa, ketidak cocokan antar jenis tanaman dan jenis tanah dapat mendatangkan kehidupan merana tanaman yang disertai dengan produksi dan kualitas produk yang rendah. Dalam mengantisipasi hal tersebut sebagian masyarakat menanam tanaman berkayu seperti buah-buahan disekeliling tanaman pertanian, membuat terasering dan pemberian pupuk untuk kesuburan tanah.b. Iklim

Iklim memegang peranan yang cukup penting dalam pertanian, karena iklim di kawasan hutan lindung adalah sebagai sumber utama yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam kegiatan mengolah tanah pertanian, masyarakat di daerah ini sangat tergantung kepada iklim. Dengan cara-cara pertanian yang sederhana, masyarakat di daerah ini belum dapat menguasai iklim yang kadang-kadang merusak tanah pertanian serta tanaman yang dipelihara. Hal ini sering terjadi yaitu bilamana datang musim panas yang panjang (kemarau) maupun musim hujan yang mengakibatkan pengikisan tanah oleh air hujan.

Sebagai akibatnya, maka hasil pertanian dari masyarakat yang diperolehnya tidak dapat mencukupi keperluan masyarakat itu sendiri. Namun jika iklim dalam keadaan baik, dalam artian memungkinkan berlangsungnya kegiatan pertanian dengan baik, maka walaupun dengan menggunakan cara bertani yang sederhana, hasil yang diperoleh biasanya cukup baik.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Desa Batuah, dalam hal ini masyarakat sudah mulai dapat mengatasi kemarau panjang dengan membuat bendungan untuk pengairan sawah mereka, tetapi dengan adanya musim hujan dengan curah hujan yang tinggi, maka volume air sungai naik dengan arus sungai laju, maka bendungan yang masyarakat miliki rusak karena banjir sehingga membuat masyarakat pasrah terhadap bencana tersebut. Dengan terjadi bencana yang mengakibatkan rusaknya bendungan, sehingga masyarakat tidak lagi mengusahakan kegiatan pertanian melalui sawah dan masyarakat sekarang hanya mengaharapkan terhadap kebaikan iklim.

4. Faktor Gangguan Pada TanamanMasalah yang umum dijumpai dalam setiap usaha pertanian dan dapat merusak pertumbuhan dan hasil tanaman adalah hama, penyakit dan gulma. Apabila penyebab gangguan tersebut berupa hewan seperti tikus, burung, belalang, babi dan lain-lain dinamakan hama kalau berupa tumbuhan tingkat rendah, virus dan masalah fisiologis dinamakan penyakit serta gulma adalah tumbuhan yang hidup pada suatau tempat dan suatu waktu yang tidak dikehendaki, dapat berupa tumbuhan yang belum pernah diusahakan.

Serangan hama umumnya cepat meluas dibandingkan dengan serangan penyakit tetapi serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur sering fatal merusak tanaman. Serangan hama dan penyakit merupakan secara langsung, sedangkan gulma merugikan melalui persaingan akan kebutuhan sinar, air, dan unsur hara.

Pengendalian gangguan tanaman dilakukan dengan cara preventif, kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi. Cara preventif meliputi usaha agar penyebab gangguan tidak masuk ke dalam hamparan pertanian secara langsung maupun tidak langsung seperti mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru. Cara kultur teknis merupakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan meliputi jarak tanam, waktu tanam, pemeliharaan dan lain-lain. Cara mekanis ditunjukkan langsung kepada gangguan untuk mematikannya. Cara biologis yaitu tindakan pengendalian dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa hewan maupun tumbuhan seperti menggunakan anjing untuk menjaga tanaman serta membuat pagar dari tanaman. Cara pengendalian kimiawi dengan menggunakan senyawa kimia yang meracuni penyebab gangguan seperti roundup, Gramoxone untuk membasmi gulma, matador untuk membasmi hama dan penyakit. Hal ini sependapat dengan Marjuki (1994) berpendapat, bahwa pestisida kimia dibedakan atas macam-macam nama sesuai dengan penyebab yang ingin dikendalikan jenisnya disebut funsida untuk bakteri dinamakan insektisida, untuk binatang pengerat dinamakan rodentisida, untuk gulma dinamakan herbisida atau gulmasida.Bencana kebakaran terjadi karena faktor alam dan faktor kelalaian manusia. Kebakaran yang terjadi pada kawasan hutan lindung/hutan wisata Bukit Soeharto pada tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 yang mengakibatkan hilangnya fungsi lindung dan produktivitas lahan yang merupakan kebakaran yang berskala besar. Pada tahun 1999-2002 kebakaran masih tetap terjadi dan masuk kawasan pemukiman masyarakat umumnya pada lahan pertanian mereka yang mengakibatkan kerugian yang besar.

Dalam menghindari kebakaran terhadap lahan pertanian sebagaian dari mereka membuat sekat bakar dengan menanam tanaman buah-buahan atau tanaman lainnya yang dapat menahan laju jalannya api disekeliling tanaman pokok serta untuk melindungi dari loncatan api yang datang dari luar.

5. Kebijakan Pemerintah

Permasalahan tumpang tindih pemanfaatan kawasan antara masyarakat dan pemerintah seperti pembukaan lahan untuk perladangan, perkebunan dan kegiatan pertanian lainnya oleh masyarakat setempat serta adanya penetapan kawasan hutan lindung oleh pemerintah. Dalam penanganan masalah tersebut perlu adanya solusi seperti; peruntukan kawasan (tata ruang) yang dibarengi dengan penegakan hukum serta di dalam penetapan kawasan hutan lindung masyarakat harus dapat di ikutsertakan agar lain waktu tidak ada persengketaan.D. Upaya-upaya Dalam Mengatasi Permasalahn Masyarakat Peladang

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan dialami oleh masyarakat antara lain :

1. Dibentukanya koperasi usaha tani yang beranggotakan masyarakat setempat, yang kemudian didalamnya dilakukan usaha-usaha simpan pinjam untuk anggota, dimana kegiatan ini dapat membantu petani dalam ; pemilikan modal untuk usaha pertanian, pengadaan pupuk, pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan obat-obatan yang terjangkau, dan sebagainya.

2. Dibentuknya mitra usaha yang mana kedepannya dapat membantu petani dalam ; peningkatan ilmu pengetahuan dan SDM, pengembangan usaha lainnya, dan membantu dalam proses pemasaran hasil-hasil pertanian.

3. Dibentuknya bapak angkat dimana dalam hal ini dapat melakukannya bersama-sama dengan pihak pemerintah atau swasta sebagai bapak angkatnya, kegiatan semacam ini dapat membantu para petani dalam ; pengembangan usaha pertanian atau usaha lainnya, modal usaha (peminjaman), peningkatan ilmu pengetahuan dan SDM, serta membantu dalam penyaluran (pemasaran) hasil pertanian yang meningkatkan kesejahteraan petani.

VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Hasil penelitian di lapangan yang dilakukan di Desa Batuah, tepatnya di Kelurahan Batuah Km 28, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur, mengenai Studi Tentang Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Peladang dapat disimpulakan sebagai :1. Masyarakat Kelurahan Batuah berpenduduk 7.974 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.763 KK dengan intensitas perempuan 3.850 jiwa dan laki-laki 4.124 jiwa, didominasi pendatang dari Sulawesi Selatan (Bugis), Jawa dan Kalimantan Selatan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh tani, sehingga dengan menggunakan metode purposif sampling 2 % hanya mendapatkan sebanyak 25 orang responden.

2. Dari 25 responden pada umumnya bekerja sebagai petani lada dengan luasan areal yang berbeda-beda, sehingga terlihat jelas perbedaan pendapatan/penghasilannya tersebut kemudian di bagi menjadi 3 bagian yaitu ; 14 responden berpenghasilan antara Rp.300.000 Rp. 500.000/bulan, 7 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000 Rp. 600.000/bulan, dan 4 responden berpenghasilan di atas Rp. 600.000/bulan. Namun pendapatan ini sewaktu-waktu dapat berubah menjadi tinggi bila harga lada naik.3. Hasil rekapitulasi data wawancara dan kuisioner dari 25 responden didapatkan informasi bahwa rata-rata jumlah orang yang menjadi tanggungan responden adalah 5 orang, rata-rata biaya tanggungan Rp. 456.000/bulan, rata-rata pendapatan pokok Rp. 452.000/bulan, rata-rata pendapatan sampingan Rp. 452.000/bulan, dan rata-rata pendapatan total Rp. 782.000/bulan.

4. Pola pemanfaatan lahan yang dilakukan sebagia besar masyarakat Desa Batah dalam skala besar adalah perladangan dan perkebunan berupa tanaman lada karena mempunyai nilai ekonomis yang lebih besar dibanding tipe pemanfaatan lainnya.

5. Dalam memanfaatkan lahan pertanian masyarakat mendapat kendala dan masalah yang harus dihadapi dan semuanya dapat dikelompokkan menjadi lima faktor : faktor ekonomi, faktor manusia, faktor alam, faktor gangguan dan faktor kebijakan pemerintah. Dimana dari kelima faktor ini, faktor kebijakan pemerintahlah yang untuk dekade sekarang ini yang paling menentukan, khususnya untuk status lahan masyarakat Desa Batuah dengan lahan yang sebagian besar berupa hutan.

B. Saran

1. Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan serta menjaga kesinambungan fungsi atau manfaat kawasan tersebut diperlukan di antaranya upaya pengelolaan secara terpadu dengan melibatkan dan meningkatkan kerjasama para pihak terkait seperti instansi pemerintahan, swasta dan masyarakat, sehingga kepentingan berbagai sektor terkait bisa terakomodasi dan tidak ada yang merasa dirugikan.

2. Pengamatan/pemanfaatan sumberdaya alam yang didalam kawasan hutan harus berbasiskan pendekatan ekosistem kawasan dengan mempertimbangkan keseimbangan secara sinergik antara aspek ekologi (lingkungan), ekonomi dan sosial budaya masyarakat.3. Untuk meningkatkan SDM para petani yang bermukim di sekitar hutan, perlu dilakukannya pembinaan yang terpadu (pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan) dari pihak terkait mengenai pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian, selain itu juga perlunya dilakukannya bantuan berupa modal usaha kepada para petani dalam penerapan pembinaan tersebut.

4. Dalam meningkat kesejahteraan masyarakat perlu diupayakan suatu sistem tata niaga dari pihak pemerintah dengan tujuan agar para petani dapat melaksanakan penjualan hasil pertanian mereka dengan tertib, serta hal ini juga dilakukan untuk menghindari monopoli pasar oleh tengkulak, dan bila sistem ini telah berjalan perlu pula dilakukannya pengawasan dan penegak hukum secara intensif.

5. Hendaknya pemerintah didalam mengambil suatu keputusan khususnya yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, diwajibkan untuk mengikut sertakan masyarakat dalam memutuskan suatu kebijakan tersebut, sehingga tidak merugikan baik dipihak pemerintah sendiri maupun masyarakat sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKAAdimihardja, K. dkk. 1991. Pola Penguasaan Pemilikan dan Penggunaan Tanah secara tradisional di Jawa Barat. Direktorat Jendral Kebudayaan Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Investasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bandung.

Anonim. 1976. Vademekum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Kehutanan.

Anonim. 1979. Forestry For Rural Communities Food and Agriculture Organitation of the United Nation.

Anonim. 1990. Keputusan Presuden No. 32 Tahun 1990. Tentang Pengolahan Kawasan Hutan Lindung. Sekretaris Kabinet RI. Jakarta.

Anonim. 1991. Usaha Tani Konservasi Lahan Kering. Departemen Transmigrasi.

Anonim. 1992. Laporan Hasil Pelaksanaan Rapat Koordinasi Taman Nasional Kutai di Propinsi Kalimantan Timur. Bontang.

Anonim. 1993. Kalimantan Timur dalam Rangka Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I Propinsi Kaltim. Samarinda.Anonim. 1994. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kehutanan. Sekretaris Jendral Kehutanan.

Arifin, M. 1989. Penilaian Erodibilitas Tanah dan Faktor Penutup Lahan Beberapa Jenis Tanaman Dengan Menggunakan Rumus USLE Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.Awang, S. A. 1988. Pembangunan Pedeasaan Kehutanan dan Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat. Duta Rimba Direktorat Jenderal Kehutanan No.52/VII/1982. Jakarta.

Colfer, C. J . P. Dkk. 1997. Peladang Berpindah Di Indonesia : Perusak atau Pengelola Hutan ? Produksi Padi dan Pemanfaatan Hutan Uma Jalan di Kalimantan Timur. GTZ-SFMP. Samarinda.

Dagun, S. M. 1992. Sosio Ekonomi. Aanalisis Eksistensi Kapitalisme dan Sosialisme. Rineka Cipta. Jakarta.

Harjadi. 1984. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Irene, A. 1991. Pola Penguasaan Pemilikan Tanah pada Masyarakat Suku Bangsa Dayak di Kalimantan. Seminar Nasional Kebudayaan Dayaklogi, Pontianak.Lahjie, A. M. 1988. Dinamika Kebun Pekarangan Tanaman Kopi di Bawah Pengelolaan Transmigrasi di Daerah Bukit Biru Kabupaten Kutai. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dengan German Forestry Projek. Samarinda.

Lahjie, A. M. 2003. Pendekatan Pengusahaan Hutan Dengan Sistem Agroforesty. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Mackinnon, J. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindung Di Daerah Tropik. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Manan. 1978. Masalah Pertanian di Pemukiman Transmigrasi Dalam Transmigrasi Swakarsa Nelayan, Perkebunan, dan Industri. CV. Rajawali. Jakarta.

Manan. 1989. Masalah Pembinaan Ekosistem Hutan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.Marjuki. Asparno. 1994. Pertanian dan masalahnya. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Sardjono, M. A. 1993. Materi Kuliah Agroforety Bagian I Draft. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

Sarief, E. Saifudin. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung.

Sostroamodjo, P. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional. Jakarta.

Sudarmadji, T. 1995. Kebijakan Perlindungan dan Pelestarian dalam Pengembangan Kawasan Konservasi di Indonesia. Samarinda.Sumardja, A. Efendy. 1995. Kebijakan Perlindungan dan Pelestarian dalam Pengembangan Kawasan Konservasi di Indonesia. Samarinda.

Suhardi. 1991. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Penerbitan Kanisius Anggota IKAPI. Yogyakarta.

Syukur, D. Dan Tavita, E. G. 1996. Penelitian Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bukit Baka/Bukit Raya, Kalimantan Barat. RPTP. Proyek Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Wilayah Kalimantan Tahun Anggaran 1996/1997. Samarinda.

Tohir, A. Kasalan. 1985. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Cetakan pertama. Penerbit PT. Bina Aksara. Jakarta.

Vadya, A. P. C. J. P. Colperdan Brotokusumo, M. 1980. Interction Between People and Forest in East Kalimantan Timur Impact of Science on Society Vol 3.1979.190. Samarinda

Ukur, F. 1992. Kebudayaan Dayak. Perekonomian Rakyat Kalimantan. Prosiding Seminar Nasioanal Pengembangan Perekonomian Rakyat Kalimantan 4 8 Agustus 1991. Pontianak.Yacobus. 1991. Penelitian WWF Pada Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.