bab iii came

Upload: estiyolanda

Post on 06-Jul-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Bab III Came

    1/33

    12

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik 

    3.1.1 Definisi1

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

    PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di

    saluran napas yang bersifat progresif ireversibel atau reversibel parsial. PPOK 

    terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

    Bronkitis kronik 

    Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan

    dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan

     penyakit lainnya.

    !fise!a

    Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal

     bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya cukup

     banyak penderita bronkitis kronik uga memperlihatkan tanda-tanda emfisema,

    termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi alan napas yang tidak 

    reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.

    3.1." #i$e!io%o&i!

    PPOK teradi di seluruh dunia, dan merupakan masalah kesehatan utama

     pada populasi dimana merokok la"im ditemukan. #eskipun PPOK banyak teradi

     pada perokok, individu bukan perokok uga dapat menderita PPOK. $i%ayat asma

    secara signifikan berhubungan dengan kematian pada penderita PPOK bukan

     perokok. Prevalensi PPOK pada populasi de%asa yang fungsi parunya sudah

    diukur adalah sebesar &-1'(. )alam  National Health Interview Survey, sebuah

    survei tahunan dari sekitar &'.''' rumah tangga di *merika Serikat menyatakan

     bah%a sekitar 1' uta orang de%asa di *merika Serikat didiagnosis PPOK 

     berdasarkan diagnosis klinis dokter.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    2/33

    13

    +ingkat kematian akibat PPOK di *merika Serikat semakin meningkat

     pada dekade belakangan ini dibandingkan tingkat kematian akibat penyakit

     antung dan serebrovaskuler yang menurun. Saat ini PPOK menduduki peringkat

    nomor & dari penyakit yang paling sering menyebabkan kematian di *merika

    Serikat, yaitu sebesar &,( dari seluruh kematian. Saat ini, laki-laki masih

    memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan pada

    PPOK 3 vs ! per 1''.''' populasi/, tetapi angka kematian ini semakin

    meningkat pada %anita dan stabil pada pria. +ingkat kematian akibat PPOK pada

    %anita meningkat dua kali lipat dalam 0' tahun terakhir.

    3.1.3 'aktor isiko

    aktor resiko PPOK dapat dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor 

     penamu.

    1. 'aktor %in&kun&ana. erokok 

    #erokok memiliki '-2'( resiko berkembang menadi PPOK di *merika

    Serikat.!Penelitian longitudinal menunukkan penurunan lebih cepat pada

    volume udara yang dikeluarkan dalam detik pertama dari manuver 

    ekspirasi paksa 41/ yang sesuai dengan intensitas merokok, yang

    dielaskan sebagai umlah pak per tahun. *ngka perokok yang lebih tinggi

     pada laki-laki menelaskan prevalensi PPOK yang lebih tinggi pada laki-

    laki. #eskipun hubungan kausatif antara merokok dan perkembangan

    PPOK sudah terbukti, terdapat variabilitas pada respon terhadap merokok.

    #eskipun umlah pak rokok per tahun merupakan prediktor yang paling

    signifikan terhadap 41, hanya 1( variabilitas pada 41 dielaskan

    dengan umlah pak rokok per tahun. 5al ini menandakan bah%a faktor 

    lingkungan dan6atau genetik ikut berkontribusi terhadap efek merokok 

    terhadap perkembangan obstruksi aliran napas.&

    Pada perokok perlu diperhitungkan deraat berat merokok dengan

    menggunakan 7ndeks 8rinkman 78/, yaitu perkalian umlah rata-rata

     batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun91

    $ingan 9 '-0''

  • 8/17/2019 Bab III Came

    3/33

    14

    • Sedang 9 0''-:''

    • 8erat 9 ;:'' b. Pa#aran Peker*aan!

    Peningkatan geala pernapasan dan obstruksi aliran napas diperkirakan

    sebagai akibat dari paparan terhadap debu dan asap saat bekera. 8eberapa

     paparan pekeraan yang spesifik seperti tambang batu bara, emas, dan

    debu tekstil katun telah diperikirakan sebagai faktor resiko obstruksi aliran

    napas kronis. Penelitian baru-baru ini menemukan bah%a paparan debu

    tambang batu-bara merupakan faktor resiko signifikan terhadap teradinya

    emfisema pada perokok dan bukan perokok.c. Po%usi U$ara!

    8eberapa peneliti melaporkan peningkatan geala sistem respirasi pada

     penduduk urban dibandingkan daerah pedesaan, yang berhubungan dengan

     peningkatan polusi pada daerah urban.$. Infeksi Ja%an Na#as

    *kibat dari infeksi sistem pernapasan terhadap penurunan fungsi paru

     pada orang de%asa masih kontroversial, akibat dari penyakit sistem

     pernapasan pada masa kanak-kanak terhadap perkembangan PPOK masih

    sulit dinilai karena kurangnya data longitudinal yang adekuat. Oleh karena

    itu, meskipun infeksi sistem pernapasan merupakan penyebab penting

    dalam eksaserbasi PPOK, hubungan antara infeksi sistem pernapasan pada

    masa kanak-kanak dan de%asa dengan perkembangan dan progresivitas

    PPOK masih perlu dibuktikan.". 'aktor Pen*a!u!

    a. +enetik 

    #eskipun merokok merupakan faktor resiko lingkungan yang utama

    terhadap perkembangan PPOK, perkemangan obstruksi aliran napas pada

     perokok berbeda-beda. )efisiensi

  • 8/17/2019 Bab III Came

    4/33

    15

    salah satu tanda asma. =amun, penelitian longitudinal yang

    membandingkan respon alan napas saat a%al penelitian hingga penurunan

    fungsi paru telah menunukkan bah%a peningkatan responsivitas alan

    napas merupakan prediktor signifikan terhadap penurunan fungsi paru

     pada PPOK.

    ,. 'aktor esiko +enetik -ainnya

    Penelitian mengenai pengukuran fungsi paru yang dilakukan pada populasi

     bebas menandakan bah%a faktor genetik mempengaruhi perbedaan pada

    fungsi paru.

    3.1. PATO'ISIO-O+I&

    Penurunan persisten pada lau aliran ekspirasi paksa merupakan tanda

    yang paling khas pada PPOK. Pada PPOK uga teradi peningkatan volume residu

    dan rasio volume residu6kapasitas paru total, distribusi ventilasi nonuniform, serta

    ventilation-perfusion mismatching.

    Obstruksi Ja%an Na#as

    5ambatan alan napas dapat ditentukan dengan spirometri, yaitu dengan

    melakukan manuver ekspirasi paksa setelah pasien sudah menghirup udara

    maksimal hingga mencapai kapasitas paru total. Parameter yang diperoleh dari

    spirometri adalah 41 dan total volume udara yang diekshalasi selama seluruh

    manuver spirometri >kapasitas vital paksa 4?/@. Pasien dengan obstruksi alan

    napas karena PPOK menunukkan penurunan kronik dari rasio 4164?.

    8erbeda dengan asma, penurunan 41 pada PPOK arang menunukkan respon

    terhadap bronkodilator inhalasi, meskipun peningkatan hingga 1( sering teradi.

    Pasien asma dapat uga berkembang menadi obstruksi kronik aliran napas.

    *liran udara sepanang ekspirasi paksa merupakan hasil keseimbangan

    antara elastic recoil dari paru-paru yang mempermudah aliran dan resistensi alur 

    napas yang menghambat aliran. Pada paru-paru normal, uga pada paru yang

    terkena PPOK, aliran ekspirasi maksimal berkurang saat paru-paru kosong karena

     parenkim paru menmberikan elastic recoil yang lebih buruk dan karena permukaan

    cross-sectional dari saluran pernapasan menurun, sehingga meningkatkan

    resistensi terhadap aliran napas.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    5/33

    16

    /i#erinf%asi

    Pada PPOK sering teradi Aair trappingB peningkatan volume residu dan

     peningkatan rasio volume residu terhadap kapasitas total paru/ dan hiperinflasi

     progresif peningkatan kapasitas paru total/ pada tahap lanut. 5iperinflasi toraks

    selama pernapasan tidal menyimpan aliran udara ekspirasi maksimum, karena

    ketika volume paru meningkat, tekanan elastic recoil meningkat, dan alan napas

    meningkat sehingga resistensi saluran napas menurun.

    #eksipun hiperinflasi berfungsi sebagai kompensasi dari obstruksi alan

    napas, hal ini dapat mendorong diafragma ke posisi yang lebih datar sehingga

    menyebabkan berbagai efek samping. Pertama, dengan menurunkan "ona aposisi

    antara diafragma dan dinding abdomen, tekanan positif abdomen selama inspirasi

    tidak menekan dinding dada dengan efektif, menahan pergerakan dinding dada

    dan mengganggu inspirasi. Kedua, karena serat otot dari diafragma yang mendatar 

    lebih pendek dibandingkan diafragma normal yang lebih melengkung,

    kemampuannya untuk menciptakan tekanan inspirasi lebih buruk dibandingkan

    kondisi normal. Ketiga, diafragma yang mendatar dengan peningkatan radius

    kurvatura/ harus memberikan tekanan yang lebih besar untuk menciptakan

    tekanan transpulmoner yang diperlukan untuk menghasilkan pernapasan tidal.

    Cuga, karena dinding toraks mengalami distensi melebihi volume istirahat normal,

    selama pernapasan tidal otot-otot inspirasi harus bekera untuk mengalahkan

    resistensi dari rongga toraks untuk inflasi dibandingkan mendapatkan bantuan dari

    recoil dinding dada ke arah luar.

    Pertukaran U$ara

    Pada PPOK, PaO0 biasanya hampir normal hingga 41 menurun hingga

    '( dari yang diprediksi, dan nilai 41 yang lebih rendah dihubungkan dengan

    nilai PaO0 yang normal, setidaknya pada saat istirahat. Peningkatan kadar karbon

    dioksida arterial Pa?O0/ tidak teradi hingga 41D 0( dari yang diprediksi.

    5ipertensi pulmoner yang cukup berat yang dapat menyebabkan cor pulmonale

    dan kegagalan ventrikel kanan akibat PPOK khas didapatkan pada pasien dengan

  • 8/17/2019 Bab III Came

    6/33

    17

     penurunan 41  yang bermakna D0( dari prediksi/ dan hipoksemia kronis

    PaO0 D mm5g/E meskipun demikian beberapa pasien dapat mengalami

    hipertensi pulmoner dan tidak bergantung pada deraat keparahan PPOK.

    3.1.0 PATO-O+I&

    Sa%uran Na#as Besar

    #erokok seringkalimenyebabkan pembesaran kelenar mukosa dan

    hiperplasia sel goblet yang kemudian menyebabkan batuk dan produksi mukus

    yang kemudian berkembang menadi bronkitis kronis. Sel goblet tidak hanya

    meningkat umlahnya tetapi uga meluas sampai ke cabang bronkial. 8ronkus uga

    mengalami metaplasia sel skuamosa, menadi predisposisi untuk teradinya

    karsinogenesis dan mengganggu pembersihan mukosilier. Pasien uga dapat

    mengalami hipertrofi otot polos dan hiperreaktifitas bronkis yang beruung pada

    hambatan aliran udara. 7nfluks neutrofil dihubungkan dengan sputum purulen

    akibat infeksi saluran napas atas.

    Sa%uran Na#as Ke,i%

    Fokasi umum dari peningkatan resistensi pada sebagian besar individu

    dengan PPOK adalah pada saluran napas dengan diameter 0 mm. Perubahan

    seluler yang khas adalah metaplasia sel goblet, dimana sel penghasil mukus ini

    menggantikan sel ?lara yang mensekresi surfaktan. 7nfiltrasi sel fagosit

    mononuklear dan hipertrofi otot polos uga terlihat. Kelainan-kelainan ini

    menyebabkan penyempitan lumen akibat fibrosis, mukus yang berlebihan, edema,

    dan infiltrasi seluler. Penurunan surfaktan dapat meningkatkan tekanan

     permukaan pada hubungan udara-aringan, dan menadi predisposisi penyempitanatau kolaps saluran napas. 8ronkiolitis respiratori dengan kumpulan sel inflamasi

    mononuklear pada aringan saluran napas distal dapat menyebabkan destruksi

     proteolitik dari serabut elastis pada bronkiolus respiratorik dan duktus alveolus,

    tempat di mana serabut tersebut terkonsentrasi sebagai cincin yang mengelilingi

     pintu masuk alveolus. Karena patensi saluran napas kecil diaga oleh parenkim

     paru sekitar yang memberikan traksi radial pada bronkiolus pada tempat

     perlekatannya ke septum alveolus, longgarnya perlekatan bronkiolus sebagai

  • 8/17/2019 Bab III Came

    7/33

    18

    akibat desktruksi matriks ekstraseluler dapat menyebabkan distorsi dan

     penyempitan saluran napas pada PPOK.

    Parenki! Paru

    mfisema ditandai dengan destruksi ruang pertukaran gas, contohnya pada

     bronkiolus respiratorik, duktus alveolus, dan alveoli. )inding-dinding ruang

     pertukaran gas mengalami perforasi dan kemudian tersumbat oleh peleburan

    ruang udara kecil menadi ruang udara yang lebih besar dan abnormal. #akrofag

     berakumulasi pada bronkiolus respiratorik pada seluruh perokok muda. ?airan

     bronkoalveolar pada perokok mengandung makrofag kali lebih banyak 

    dibandingkan bukan perokok. Pada cairan lavase perokok makrofag meliputi

    ;2( dari umlah hitung sel total dan neutrofil, sementara pada bukan perokok 

    makrofag hanya merupakan 1-0( dari total sel. Sel limfosit +, khususnya sel

    ?)G uga meningkat pada ruang alveolar pada perokok.

    3.1. PATO+NSIS&,!

    PPOK hadir sebagai geala klinis dari perubahan struktur dan fungsi dari

     aringan alveolus dan saluran napas kecil. 8anyak proses yang teradi pada tingkat

     aringan dan seluler, yaitu inflamasi, proliferasi sel, apoptosis, perubahan fenotip

    sel-sel paru, serta remodeling dari matriks ekstraseluler.

    Inf%a!asi

    #erokok dan iritan inhalasi lainya menyebabkan pengumpulan sel-sel

    inflamasi pada paru dan saluran napas dan produk-produknya yang mencederai

     aringan paru dan mengganggu mekanisme perbaikan paru yang normal. 7ndikator 

    inflamasi lainnya adalah peningkatan sel inflamasi pada cairan lavase bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage fluid/BALF) dan sputum dan peningkatan

     produk volatil dari sel inflamasi pada napas ekshalasi.

    Sel-sel inflamasi yang berhubungan dengan PPOK adalah neutrofil,

    eosinofil, makrofag, dan limfosit. Ketika proses inflamasi dimulai dengan

    merokok, proses ini masih dapat terus berlanut meskipun pasien sudah lama

     berhenti merokok. *kumulasi makrofag ditemukan pada bronkiolus respiratorik 

     pada perokok, serta 8*F mengandung makrofag dalam umlah yang sangat

  • 8/17/2019 Bab III Came

    8/33

    19

     banyak dibandingkan 8*F pada bukan perokok. )isamping pelepasan

     proteinase yang dapat mendegradasi matriks ekstraseluler paru, makrofag alveolar 

     pada PPOK menghasilkan faktor kemotaktik yang selanutnya akan menarik sel-

    sel inflamasi lainnya ke paru.

    Keti$aksei!ban&an Proteinase2Anti#roteinase

    Proteinase serin, khususnya elastase neutrofil dan beberapa matriks

    metaloproteinase ##P/, khususnya ##P-1collagenase/, ##P-2 gelatinase

    8/, ##P-10 makrofag elastase/, dan ##P-1& #+1-##P, membrane-type 1

    ##P/ merupakan proteinase yang berperan terhadap patogenesis teradinya

    emfisema.=eutrofil dan makrofag dipikirkan sebagai sumber proteinase yang

    terlibat dalam PPOK.

    Keti$aksei!ban&an Oksi$an2Antioksi$an

    Oksigen reaktif dalam asap rokok atau yang dilepaskan oleh sel-sel

    inflamasi dan sel struktural dari paru sebagai respon terhadap paparan asap dapat

     beruung pada cedera paru. Sebanyak 0' mg tar dapat menumpuk pada paru-paru

     per batang rokok yang dihisap. Setiap gramnya, tar mengandung lebih dari 1'1!

    radikal stabil. Has dari asap tobako mengandung radikal organik sebanyak 1' 1

     per kepulan asap. Caringan paru perokok uga mengandung besi lebih banyak 

    dibandingkan bukan perokok, besi menyediakan katalis untuk produksi radikal

    hidroksil dari 50O0. Oksidan dapat mengubah dan mengonaktifkan protein

    inhibitor protease seperti SFP7@/,

    danhistone deacetylase " 5)*?0/, yang termasuk dalam respon anti inflamasi

    yand dimediasi oleh glukokortikoid. Oksidan dapat mencetuskan inflamasi dan

    menginduksi apoptosis.

    /i#ersekresi ukus

    #ukus merupakan pelindung protektif normal pada saluran napas yang

    secara konstan dibersihkan. Hlikoprotein musin merupakan komponen utama dari

    mukus disekresikan oleh kelenar submukosa dan sel goblet saluran napas. Pada

    PPOK teradi hiperplasia sel goblet dan hipertrofi kelenar dengan peningkatan

    rasio sel mukus terhadap sel serosa. Perubahan ini dihubungkan dengan

     perubahan protein mukus.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    9/33

  • 8/17/2019 Bab III Came

    10/33

    21

    Pada tahap a%al PPOK, biasanya pemeriksaan fisik pasien masih dalam

     batas normal. Pada perokok aktif dapat ditemukan tanda-tanda merokok aktif,

    yaitu bau asap atau noda nikotin pada kuku.pada pasien dengan penyakit yang

    lebih berat, ditemukan fase ekspirasi memanang yang dapat disertai %hee"ing

    ekspirasi. Sebagai tambahan, ditemukan tanda-tanda hiperinflasi seperti dada tong

    barrel chest/, diafragma yang mendatar, penurunan suara napas pada auskultasi

    dan hipersonor pada perkusi.&,! Pada pasien dengan obstruksi aliran napas yang

     berat uga dapat ditemukan penggunaan otot-otot aksesoris pernapasan, duduk 

    dengan posisi khas AtripodB untuk membantu kera otot sternokleidomastoideus,

    scalene, dan interkostalis. Pasien dapat mengalami sianosis yang dapat dilihat

     pada bibir dan kuku.

    #eskipun pengaaran tradisional adalah pasien dengan predominan

    emfisema, disebut sebagai Apink puffersB kurus dan tidak sianotik saat istirahat

    dan menunukkan kera otot aksesoris yang elas, dan pasien dengan bronkitis

    kronis lebih terlihat gemuk dan sianotik Ablue bloatersB/, bukti terbaru

    menunukkan bah%a kebanyakan pasien memiliki kedua elemen bronkitis dan

    emfisema dan bah%a pemeriksaan fisik tidak membedakan kedua enis tersebut.

     #in !uffer adalah gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus,

    kulit kemerahan dan pernapasan !ursed $ li!s breathing% Blue bloater  merupakan

    gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema

    tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.  #ursed & li!s

    breathing adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan

    ekspirasi yang memanang. Sikap ini teradi sebagai mekanisme tubuh untuk 

    mengeluarkan retensi ?O0 yang teradi sebagai mekanisme tubuh untuk 

    mengeluarkan retensi ?O0 yang teradi pada gagal napas kronik.1

    PPOK lanut dapat disertai dengan  syste'ic wasting dengan penurunan

     berat badan yang signifikan, bite'!oral wasting dan hilangnya aringan adiposa

    subkutan secara difusa. Sindroma ini dihubungkan dengan intake oral yang tidak 

    adekuat dan peningkatan kadar sitokin inflamasi +=-

  • 8/17/2019 Bab III Came

    11/33

    22

    (Hoovers sign) sebagai akibat dari perubahan vektor kontraksi diafragma akibat

    hiperinflasi kronik.!

    +anda-tanda gagal antung kanan, disebut sebagai cor !ul'onale

    cenderung berkurang seak adanya terapi oksigen suplemental. ?lubbing dari ari-

     ari bukan merupakan tanda PPOK, dan keberadaannya harus mengingatkan

    klinisi untuk mencari penyebab clubbing.& ?lubbing pada ari dapat disebabkan

    oleh bronkiektasis, abestosis, dan kanker paru.&,!

    Pe!eriksaan -aboratoriu!

    Pemeriksaan fungsi paru menunukkan obstruksi aliran napas dengan

     penurunan 41 dan 4164?. )engan deraat keparahan penyakit yang

    semakin memburuk, volume paru dapat meningkat, menyebabkan peningkatan

    kapasitas total paru, kapasitas residual fungsional, dan volume residu. Pada pasien

    dengan emfisema, kapasitas difusi dapat berkurang, menandakan destruksi

     parenkim paru yand merupakan tanda khas penyakit tersebut. )eraat obstruksi

    aliran napas merupakan faktor prognosis penting pada PPOK dan merupakan

    dasar klasifikasi Hlobal 7nitiative for Fung )isease HOF)/.&,!

    3.1.4 DIA+NOSIS1

    )iagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan9

    A. +a!baran K%inis

    a. *namnesis

    - 8atuk berulang dengan atau tanpa dahak 

    - Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

    - $i%ayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa geala pernapasan

    - $i%ayat terpaan "at iritan yang bermakna di tempat kera

    - $i%ayat penyakit emfisema pada keluarga

    - +erdapat faktor predisposisi pada masa bayi6anak, mis berat badan lahir rendah

    88F$/, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara

     b. Pemeriksaan fisik 

    PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

    7nspeksi

  • 8/17/2019 Bab III Came

    12/33

    23

    - Penampilan !in !uffer atau blue bloater 

    & #ursed & li!s breathing mulut setengah terkatup mencucu/

    - Barrel chest diameter antero-posterior dan transversal sebanding/

    & Penggunaan otot bantu napas

    - 5ipertropi otot bantu napas

    - Pelebaran sela iga

    - 8ila telah teradi gagal antung kanan terlihat denyut vena ugularis leher dan

    edema tungkai

    Palpasi

    Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar 

    Perkusi

    Pada emfisema hipersonor dan batas antung mengecil, letak diafragma rendah,

    hepar terdorong ke ba%ah

    *uskultasi

    - suara napas vesikuler normal, atau melemah

    - terdapat ronki dan atau mengi pada %aktu bernapas biasa atau pada ekspirasi

     paksa

    - ekspirasi memanang

    - bunyi antung terdengar auh

    Pe!eriksaan Penun*an&

    a. Pemeriksaan rutin

    1. aal paru

    Spirometri 4P1, 4P1prediksi, K4P, 4P16K4P

    - Obstruksi ditentukan oleh nilai 4P1 prediksi ( / dan atau 4P16K4P

    ( /. Obstruksi 9 ( 4P14P164P1 pred/ D '( 4P1(

    4P16K4P/ D ! (

    - 4P1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai

     beratnya PPOK danmemantau peralanan penyakit.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    13/33

    24

    - *pabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, *P

    meter %alaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan

    memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 0'(

    Li bronkodilator 

    - )ilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan *P

    meter.

    - Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak hisapan, 1 - 0'

    menit kemudian dilihat perubahan nilai 4P1 atau *P, perubahan 4P1

    atau *P D 0'( nilai a%al dan D 0'' ml

    - Li bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

    0. )arah rutin

    3. $adiologi

    oto toraks P* dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada

    emfisema terlihat gambaran 9

    - 5iperinflasi

    - 5iperlusen

    - $uang retrosternal melebar 

    - )iafragma mendatar 

    - Cantung menggantung antung pendulum 6 tear dro! / eye dro!

    a!!earance/.

    Pada bronkitis kronik 9

    =ormal

    ?orakan bronkovaskuler bertambah pada 01 ( kasus

     b. Pemeriksaan khusus tidak rutin/

    1. aal paru

    - 4olume $esidu 4$/, Kapasiti $esidu ungsional K$/, Kapasiti Paru

    +otal KP+/, 4$6K$, 4$6KP+ meningkat

    - )F?O menurun pada emfisema

    - $a% meningkat pada bronkitis kronik 

    - Sga% meningkat

  • 8/17/2019 Bab III Came

    14/33

    25

    - 4ariabiliti 5arian *P kurang dari 0' (

    0. Li latih kardiopulmoner 

    - Sepeda statis ergocycle/

    - Centera treadmill/

    - Calan : menit, lebih rendah dari normal

    3. Li provokasi bronkus

    Lntuk menilai deraat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK 

    terdapat hipereaktiviti bronkus deraat ringan

    &. Li coba kortikosteroid

    #enilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral

    prednison atau metilprednisolon/ sebanyak 3'-' mg per hari selama

    0minggu yaitu peningkatan 4P1 pascabronkodilator ; 0' ( dan minimal

    0' ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah

     pemberian kortikosteroid.

    . *nalisis gas darah

    +erutama untuk menilai 9

    - Hagal napas kronik stabil

    - Hagal napas akut pada gagal napas kronik 

    :. $adiologi

    - ?+ - Scan resolusi tinggi

    - #endeteksi emfisema dini dan menilai enis serta deraat emfisema atau

     bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos

    - Scan ventilasi perfusi untuk mengetahui fungsi respirasi paru

    !. lektrokardiografi

    #engetahui komplikasi pada antung yang ditandai oleh pulmonal dan

    hipertrofi ventrikel kanan.

    . kokardiografi

    #enilai fungsi antung kanan

    2. 8akteriologi

    Pemerikasaan bakteriologi sputum pe%arnaan Hram dan kultur resistensi

    diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik 

  • 8/17/2019 Bab III Came

    15/33

    26

    yang tepat. 7nfeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama

    eksaserbasi akut pada penderita PPOK di 7ndonesia.

    1'. Kadar alfa-1 antitripsin

    Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter emfisema pada

    usia muda/, defisiensi antitripsin alfa-1 arang ditemukan di 7ndonesia.

    3.1.5 DIA+NOSIS BANDIN+1

    • *sma

    • SOP+ Sindroma Obstruksi Pascatuberculosis/

    *dalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita

     paskatuberkulosis denganlesi paru yang minimal.

    • Pneumotoraks

    • Hagal antung kronik 

    • Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal 9 bronkiektasis,

    destroyed lung%

    *sma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan

    di 7ndonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan

     prognosisnya berbeda.

    +abel 1. Perbedaan asma, PPOK, dan SOP+

    *sma PPOK SOP+

    +imbul pada usia muda GG - G

    Sakit mendadak GG - -

    $i%ayat merokok G6- GGG -

    $i%ayat atopi GG G -

    Sesak dan mengi

     berulang

    GGG G G

    8atuk kronis berdahak G GG G

    5ipereaktivitas bronkus GGG G G6-

    $eversibilitas obstruksi GG - -

    4ariabilitas harian GG G -

    osinofil sputum G - M

     =eutrofil sputum - G M

    #akrofag sputum G - M

    3.1.16 TATA-AKSANA

    Penata%aksanaan u!u! PPOK 

  • 8/17/2019 Bab III Came

    16/33

    27

    +uuan penatalaksanaan 9

    - #engurangi geala

    - #encegah eksaserbasi berulang

    - #emperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

    - #eningkatkan kualitas hidup penderita

    PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga

     penatalaksanaan PPOK terbagi atas 1/ penatalaksanaan pada keadaan stabil dan

    0/ penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.

    Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi 9

    1. $ukasi

    dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan angka panang pada PPOK 

    stabil. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti

    dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan

     perburukan fungsi paru.

    +uuan edukasi pada pasien PPOK 9

    1. #engenal peralanan penyakit dan pengobatan

    0. #elaksanakan pengobatan yang maksimal

    3. #encapai aktivitas optimal

    &. #eningkatkan kualitas hidup

    dukasi PPOK diberikan seak penegakan diagnosis dan diulang pada setiap

    kunungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. dukasi yang

    tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan

    semangat hidup %alaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktivitas

    dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup

     pasien PPOK.

    Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah9

    1. Pengetahuan dasar tentang PPOK 

    0. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya

    3. ?ara pencegahan perburukan penyakit

    &. #enghindari pencetus berhenti merokok/

  • 8/17/2019 Bab III Came

    17/33

    28

    . Penyesuaian aktivitas

    Pemberian edukasi berdasar deraat penyakit 9

    1. $ingan

    - Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

    - #encegah penyakit menadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain

     berhenti merokok 

    - Segera berobat bila timbul geala

    0. Sedang

    - #enggunakan obat dengan tepat

    - #engenal dan mengatasi eksaserbasi dini

    - Program latihan fisik dan pernapasan

    3. 8erat

    - 7nformasi tentang komplikasi yang dapat teradi

    - Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan

    - Penggunaan oksigen di rumah

    ". Obat 7 obatan

    +abel 0. Pengobatan PPOK ditentukan berdasarkan klasifikasi resiko eksaserbasi

    Pasien Karakteristik Klasifikasi

    Spirometri

    ksaserbasi

     per tahun

    ?*+ ##$?

    * $esiko rendah, geala

    sedikit

    HOF) 1-0 N 1 D 1' '-1

    8 $esiko rendah, geala

     banyak 

    HOF) 1-0 N 1 1' 0

    ? $esiko tinggi, geala

    sedikit

    HOF) 3-& 0 D 1' '-1

    ) $esiko tinggi, geala

     banyak 

    HOF) 3-& 0 1' 0

    Hrup

    Pasien

    $ekomendasi Pilihan

    Pertama

    Pilihan *lternatif +erapi lainnya

    yang

    memungkinkan

    *   • *ntikolinergik kera

    cepat

    • *tau 0 agonis kera

    • *ntikolinergik kera

    lama

    • *tau 0 agonis kera

    +eofilin

  • 8/17/2019 Bab III Came

    18/33

    29

    cepat lama

    • *tau 0 agonis kera

    cepat G antikolinergik

    kera cepat

    8   • *ntikolinergik kera

    lama

    • *tau 0 agonis kera

    lama

    • *ntikolingergik kera

    lama G 0 agonis kera

    lama

    Q0 agonis kera

    cepat dan6atau

    antikolinergik

    kera cepat

    +eofilin

    ?   • Kortikosteroid

    inhalasi G 0 agonis

    kera lama

    • *tau antikolinergik

    kera lama

    • *ntikolinergik kera

    lama G 0 agonis kera

    alma

    • *tau antikolinergik

    kera lama G inhibitor

    fosfodiesterase-& P)-

    &/

    • *tau 0 agonis kera

    lama G inhibitor P)-&

    Q0 agonis kera

    cepat dan6atau

    antikolinerfik

    kera cepat

    +eofilin

    )   • Kortikosteroid

    inhalasi G 0 agonis

    kera lama

    • )an6atau

    antikolinergik kera

    lama

    • Kortikosteroid inhalasi

    G 0 agonis kera lama G

    antikolinergik kera

    lama

    • *tau steroid inhalasi G

    0 agonis kera lama G

    inhibitor P)-&

    • *tau antikolinergik

    kera lama G 0 agonis

    kera lama

    • *tau antikolinergik

    kera lama G inhibitor

    P)-&

    Karbosistein

    Q0 agonis kera

    cepat dan6atau

    antikolinergik

    kera cepat

    +eofilin

    a. Bronko$i%ator

  • 8/17/2019 Bab III Came

    19/33

    30

    )iberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga enis bronkodilator 

    dan disesuaikan dengan klasifikasi deraat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat

    diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianurkan pada penggunaan angka panang.

    Pada deraat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat  slow release / atau

    obat berefek panang long acting /.

    #acam - macam bronkodilator 9

    - Holongan antikolinergik 

    )igunakan pada deraat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator 

     uga mengurangi sekresi lendir maksimal & kali perhari /.

    - Holongan agonis beta - 0

    8entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan umlah

     penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat

     pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panang. 8entuk 

    nebuliser dapat digunakanuntuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianurkan

    untuk penggunaan angka panang.

    8entuk ineksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.

    - Kombinasi antikolinergik dan agonis beta-0

    Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena

    keduanya mempunyai tempat kera yang berbeda. )isamping itu penggunaan obat

    kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.

    - Holongan Rantin

    )alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan angka panang,

    terutama pada deraat sedang dan berat. 8entuk tablet biasa atau puyer untuk 

    mengatasi sesak pelega napas /, bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi

    eksaserbasi akut.

    b. Antiinf%a!asi

    )igunakan bila teradi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau ineksi intravena,

     berfungsi menekan inflamasi yang teradi, dipilih golongan metilprednisolon atau

     prednison. 8entuk inhalasi sebagai terapi angka panang diberikan bila terbukti

  • 8/17/2019 Bab III Came

    20/33

    31

    ui kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan 4P1 pascabronkodilator 

    meningkat ; 0'( dan minimal 0' mg.

    ,.Antibiotik 

    5anya diberikan bila terdapat infeksi. *ntibiotik yang digunakan 9

    - Fini 7 9 amoksisilin

    makrolid

    - Fini 77 9 amoksisilin dan asam klavulanat

    sefalosporin

    kuinolon

    makrolid baru

    Pera%atan di $umah Sakit 9dapat dipilih

    - *moksilin dan klavulanat

    - Sefalosporin generasi 77 777 ineksi

    - Kuinolon per oral

    ditambah dengan anti pseudomonas

    - *minoglikose per ineksi

    - Kuinolon per ineksi

    - Sefalosporin generasi 74 per ineksi

    $. Antioksi$an

    )apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan = -

    asetilsistein. )apat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak 

    dianurkan sebagai pemberian yang rutin

    e. uko%itik 

    5anya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat

     perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang

    viscous. #engurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak 

    dianurkan sebagai pemberian rutin.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    21/33

    32

    f. Antitusif 

    )iberikan dengan hati T hati

    3. Tera#i Oksi&en

    7ndikasi9

    - Pao0 D :'mm5g atau Sat O0 D 2'(

    - Pao0 diantara - 2 mm5g atau Sat O0 ; 2( disertai Kor Pulmonal,

     perubahan P pulmonal, 5t ;( dan tanda - tanda gagal antung kanan,

     slee! a!nea, penyakit paru lain

    #acam terapi oksigen 9

    - Pemberian oksigen angka panang

    - Pemberian oksigen pada %aktu aktivitas

    - Pemberian oksigen pada %aktu timbul sesak mendadak 

    - Pemberian oksigen secara intensif pada %aktu gagal napas

    +erapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. +erapi

    oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil deraat berat dengan

    gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK 

    eksaserbasi akut di unit ga%at darurat, ruang ra%at ataupun 7?L.

     Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dira%at di rumah dibedakan 9

    - Pemberian oksigen angka panang  Long *er' +,ygen *hera!y U F+O+

    /

    - Pemberian oksigen pada %aktu aktivitas

    - Pemberian oksigen pada %aktu timbul sesak mendadak 

    +erapi oksigen angka panang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil

    terutama bila tidur atau sedang aktivitas, lama pemberian 1 am setiap hari,

     pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 0 F6mnt. +erapi oksigen pada %aktu

    tidur bertuuan mencegah hipoksemia yang sering teradi bila penderita tidur.

    +erapi oksigen pada %aktu aktivitas bertuuan menghilangkan sesak napas dan

    meningkatkan kemampuan aktivitas. Sebagai parameter digunakan analisis gas

  • 8/17/2019 Bab III Came

    22/33

    33

    darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di

    atas 2'(.

    . Nutrisi

    #alnutrisi sering teradi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya

    kebutuhan energi akibat kera muskulus respirasi yang meningkat karena

    hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan teradi hipermetabolisme.

    Kondisi malnutrisi akan menambah mortalitas PPOK karena berkolerasi dengan

    deraat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.

    #alnutrisi dapat dievaluasi dengan 9

    - Penurunan berat badan

    - Kadar albumin darah

    - *ntropometri

    - Pengukuran kekuatan otot #44, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi/

    - 5asil metabolisme hiperkapni dan hipoksia/

    Pada PPOK diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan

    kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus

    (nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang

    dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada

    umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit o,ygenconsu'!tion dan

    respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. +etapi pada PPOKdengan

    gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.

    Hangguan keseimbangan elektrolit sering teradi pada PPOK karena berkurangnya

    fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi.

    Hangguan elektrolit yang teradi adalah 9

    - 5ipofosfatemi

    - 5iperkalemi

    - 5ipokalsemi

    - 5ipomagnesemi

  • 8/17/2019 Bab III Came

    23/33

    34

    Hangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. )ianurkan pemberian nutrisi

    dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan %aktu pemberian yang

    lebih sering.

    B. Penata%aksanaan PPOK stabi%

    Kriteria PPOK stabil adalah 9

    - +idak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik 

    - )apat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah

    menunukkan P?O0 D & mm5g dan PO0 ; :' mm5g

    - )ahak ernih tidak ber%arna

    - *ktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai deraat berat PPOK hasil

    spirometri/

    - Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan

    - +idak ada penggunaan bronkodilator tambahan

    +uuan penatalaksanaan pada keadaan stabil 9

    - #empertahankan fungsi paru

    - #eningkatkan kualitas hidup

    - #encegah eksaserbasi

    Penatalaksanaan di rumah meliputi 9

    1. Penggunakan obat-obatan dengan tepat.

    Obat-obatan sesuai klasifikasi. Pemilihan obat dalam bentuk dishaler, nebuhaler 

    atau tubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanut, koordinasi

    neurologis dan kekuatan otot sudah berkurang. Penggunaan bentuk #)7 menadi

    kurang efektif. =ebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus.

    Penggunaan nebuliser di rumah sebaiknya bila timbul eksaserbasi.

    0. +erapi oksigen

    )ibedakan untuk PPOK deraat sedang dan berat. Pada PPOK deraat sedang

    oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan pertambahan

    aktivitas. Pada PPOK deraat berat yang terapi oksigen di rumah pada %aktu

    aktivitas atau terus menerus selama 1 am terutama pada %aktu tidur. )osis

    oksigen tidak lebih dari 0 liter 

  • 8/17/2019 Bab III Came

    24/33

    35

    3. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya. 8eberapa penderita

    PPOK dapat menggunakan mesin bantu napas di rumah

    &. $ehabilitasi

    - Penyesuaian aktivitas

    - Fatihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)

    - -#ursed&li!s breathing- 

    & Fatihan ekstremiti atas dan otot bantu napas

    . valuasi 6 monitor terutama dituukan pada 9

    - +anda eksaserbasi

    - fek samping obat

    - Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen

    Penata%aksanaan PPOK ksaserbasi Akut

    ksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan

    kondisi sebelumnya. ksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya

    seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.

    Heala eksaserbasi 9- Sesak bertambah

    - Produksi sputum meningkat

    - Perubahan %arna sputum

    ksaserbasi akut akan dibagi menadi tiga 9

    a. +ipe 7 eksaserbasi berat/, memiliki 3 geala di atas

     b. +ipe 77 eksaserbasi sedang/, memiliki 0 geala di atas

    c. +ipe 777 eksaserbasi ringan/, memiliki 1 geala di atas ditambah infeksi saluran

    napas atas lebih dari hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk,

     peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan ; 0'( baseline, atau

    frekuensi nadi ; 0'( baseline

    Penyebab eksaserbasi akut

    Primer 9

    - 7nfeksi trakeobronkial biasanya karena virus/

    Sekunder 9

  • 8/17/2019 Bab III Came

    25/33

    36

    - Pneumonia

    - Hagal antung kanan, atau kiri, atau aritmia

    - mboli paru

    - Pneumotoraks spontan

    - Penggunaan oksigen yang tidak tepat

    - Penggunaan obat-obatan obat penenang, diuretik/ yang tidak tepat

    - Penyakit metabolik )#, gangguan elektrolit/

    - =utrisi buruk 

    - Fingkungan memburuk6polusi udara

    - *spirasi berulang

    - Stadium akhir penyakit respirasi kelelahan otot respirasi/

    Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah untuk eksaserbasi

    yang ringan/ atau di rumah sakit untuk eksaserbasi sedang dan berat/.

    Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh penderita yang

    telah diedukasi dengan cara 9

    - #enambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk 

     bronkodilator yang digunakan dari bentuk inhaler, oral dengan bentuk 

    nebuliser 

    - #enggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur 

    - #enambahkan mukolitik 

    - #enambahkan ekspektoran

    8ila dalam 0 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke dokter.

    Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara ra%at

     alan atau ra%at inap.

    Penata%aksanaan $i #o%ik%inik ra8at *a%an

    7ndikasi 9

    - ksaserbasi ringan sampai sedang

    - Hagal napas kronik 

    - +idak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik 

    - Sebagai evaluasi rutin meliputi 9

    a. Pemberian obat-obatan yang optimal

  • 8/17/2019 Bab III Came

    26/33

    37

     b. valuasi progresivitas penyakit

    c. dukasi

    Penata%aksanaan ra8at ina#

    7ndikasi ra%at 9

    - ksaserbasi sedang dan berat

    - +erdapat komplikasi

    - infeksi saluran napas berat

    - gagal napas akut pada gagal napas kronik 

    - gagal antung kanan

    7ndikasi pera%atan 7?L9

    1. Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang ga%at darurat atau ruang

    ra%at

    0. Penurunan kesadaran letargi, koma/

    3. Kondisi hipoksemia, hiperkapnea, atau asidosis respiratorik yang tidak ada

     perbaikan atau mengalami perburukan

    &. #emerlukan sedasi atau kontrol nyeri dengan narkotikaPrinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera

    eksaserbasi yang teradi dan mencegah teradinya gagal napas. 8ila telah menadi

    gagal napas segera atasi untuk mencegah kematian. 8eberapa hal yang harus

    diperhatikan meliputi 9

    1. )iagnosis beratnya eksaserbasi

    - )eraat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal

    - Kesadaran

    - +anda vital

    - *nalisis gas darah

    - Pneumonia

    +erapi oksigen adekuat

    Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama,

     bertuuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam

     i%a. Sebaiknya dipertahankan Pao0 ; :' mm5g atau Sat O0 ; 2'(, evaluasi

  • 8/17/2019 Bab III Came

    27/33

    38

    ketat hiperkapnia. gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury

    'ass) 0&(, 0( atau 30(. Perhatikan apakah sungkup rebreathing atau

    nonrebreathing , tergantung kadar Paco0 dan Pao0. 8ila terapi oksigen tidak dapat

    mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik. )alam

     penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan  Noninvasive #ositive #ressure

    .entilation =7PP4/, bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan

    intubasi.

    3. Pemberian obat-obatan yang maksimal

    Obat yang diperlukan pada eksaserbasi akut

    a. *ntibiotik 

    - Peningkatan umlah sputum

    - Sputum berubah menadi purulen

    - Peningkatan sesak 

    Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat dan komposisi

    kombinasi antibiotik yang mutakhir. Pemberian antibiotik di rumah sakit

    sebaiknya per drip atau intravena, sedangkan untuk ra%at alan bila eksaserbasi

    sedang sebaiknya kombinasi dengan makrolide, bila ringan dapat diberikan

    tunggal.

     b. 8ronkodilator &

    *gen inhalasi diberikan menggunakan 'etered dose inhaler (0I) dry

     !owder inhaler (0#I) atau sebagai solusi nebulisasi. Pemilihan cara pemberian

    obat tergantung dari biaya dan kenyamanan alat karena semuanya memiliki

    efektivitas yang serupa apabila digunakan secara benar. 8anyak pasien yang

    mengalami kesulitan untuk menggunakan #)7, yang dapat dibantu dengan

     penggunaan alat spacer. =ebuli"er lebih mudah digunakan bagi pasien, tetapi tiap

     pengobatannya memerlukan %aktu lebih lama dan usaha yang lebih untuk 

    menaga kebersihannya.

    *gonis adrenergis . *gonis selektif 0 harus diberikan melalui rute

    inhalasi. 8entuk oral hanya digunakan pada orang-orang yang tidak dapat atau

    menolak untuk menggunakan obat inhalasi. #eskipun agonis beta oral memiliki

    kera angka panang cenderung memiliki efek samping yang lebih banyak seperti

  • 8/17/2019 Bab III Came

    28/33

    39

    tremor, takikardia, dan hipokalemia. *lbuterol merupakan bronkodilator selektif 

    0  yang paling banyak diberikan dan tersedia dalam formulasi #)7. )osis

    khasnya adalah dua inhalasi tiap &-: am sebagai agen reguler. *gonis beta

    inhalasi angka panang seperti salmeterol atau formoterol berguna karena durasi

    kera yang lama dan terbukti mengntungkan kualitas hidup dan toleransi latihan

    ormoterol memiliki onset kera yang lebih cepat dan terkadang

    digunakan untuk mengurangi geala intermiten, tetapi tidak sesering sebagai agen

    kera singkat. Peningkatan dosis melebihi dosis yang direkomendasikan

    menambahkan sedikit efek bronkodilator tetapi uga meningkatkan resiko efek 

    samping seperti hipokalemia, tremor, dan takikardia. Oleh karena itu, biasanya

     pasien disarankan untuk memulai terapi dengan agonis beta angka panang uga

    disediakan bronkodilator kera singkat untuk terapi geala saat diperlukan.

     I!ratro!iu' bro'ida merupakan obat antikolinergik inhalasi yang

    menyebabkan bronkodilatasi selama &- am melalui mekanisme inhibisi stimulasi

    vagal dari alur napas. #eskipun obat ini lebih mahal daripada agonis beta,

    ipratropium bromida sering digunakan sebagai terapi lini pertama. )osis dimulai

    dengan 0 inhalasi #)7 3 kali sehari, dan dapat ditingkatkan menadi : inhalasi &

    kali per hari. fek samping obat ini minimal, bahkan dengan dosis yang relatif 

    tinggi, sehingga dosis maksimal terhabat akibat biaya dan kenyamanan. fek 

    samping lokal yaitu iritasi mulut dan batuk, yang dapat diminimalisir dengan

    teknik inhalasi yanag baik atau dengan menggunakan  s!acer% Supraventricular 

    tachyarrhythmia dapat teradi lebih sering pada pasien yang menggunakan

    ipratropium, tetapi efek samping ini arang ditemukan.$etensi urin atau glaukoma

    akut sudut sempit adalah efek samping potensial tetapi arang teradi.#eskipun

    ipratropium memberikan keuntungan pada pasien dengan deraat sedang, obat ini

    tidak memperlambat progresivitas penyakit apabila pasien tidak berhenti

    merokok.

    *iotro!iu' merupakan bronkodilator antikolinergik yang memiliki

    keuntungan dosis satu kali per hari, dan lebih efektif dibandingkan dosis biasa

    dari ipratropium untuk bronkodilatasi, perbaikan kualitas hidup, dan mengurangi

    eksaserbasi.kapasitas latihan lebih baik dengan penurunan hiperinflasi dinamik.

  • 8/17/2019 Bab III Came

    29/33

    40

    Penggunaan angka panang tidak menyebabkan toleransi. Spirometri pertama

     pada pagi hari mengalami perbaikan setelah penggunaan tiotropium angka

     panang, tetapi belum diketahui apakah hal ini menggambarkan perbaikan

    menetap pada fungsi paru ataukah hanya efek bronkodilatasi residual akibat durasi

    kera obat yang sangat panang. Obat ini dihisap satu kali per hari dari sebuah

    kapsul yang dimasukkan ke )P7. +iotropium lebih berguna pada pasien dengan

     penyakit deraat sedang yang tidak nyaman dengan penggunaan bronkodilator 

    yang sering.

    +erapi inhalasi kombinasi dengan agonis beta dan antikolinergik kera

    singkat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih baik dibandingkan kedua agen

    tunggal dan menyederhanakan regimen perngobatan sehingga dapat meningkatkan

    kepatuhan. Kombinasi inhalasi kortikosteroid dan bronkodilator kera panang

    memberikan efek bronkodilatasi yang lebih dibandingkan diberikan secara

    tunggal pada pasien dengan bronkitis kronis dan obstruksi alan napas

    +eofilin diberikan sebagai sediaan oral kera panang 1-0 kali per hari. +eofilin

    merupakan bronkodilator, pemberiannya meningkatkan oksigenasi arteri dan

    toleransi latihan. fek samping khasnya adalah mual, muntah, tremor, atau

    takiaritmia. Pemberian teofilin untuk PPOK sudah berkurang belakangan ini

    karena ketersediaan agen inhalasi dengan %aktu kera yang panang, tetapi teofilin

    masih merupakan obat lini kedua yang efektif untuk pasien yang menunukkan

     perbaikan atau yang memilih obat oral dan murah. +eofilin memiliki efek 

    farmakologis lain yang dapat menguntungkan pasien PPOK, yaitu meningkatkan

    kontraktilitas diafragma, mencegah kelemahan otot-otot pernapasan,

    meningkatkan ventilatory drive  potensiasi fungsi katekolamin, mencegah

     permeabilitas mikrovaskuler, meningkatkan pembersihan mukosilier, mencegah

    respon antigen fase lanut, menghambat pelepasah histamin dari sel mast, dan

    menekan aktivasi leukosit. 8ukti terbaru menyebutkan bah%a efek anti-inflamasi

    teofilin dimediasi oleh perubahan efek steroid melalui aktivasi dari histone

    deacetylase 5)*?/, efek yang penting pada pasien PPOK yang memiliki

    aktivitas 5)*? yang rendah.

    c. Kortikosteroid

  • 8/17/2019 Bab III Came

    30/33

    41

    +idak selalu diberikan tergantung deraat berat eksaserbasi. Pada

    eksaserbasi deraat sedang dapat diberikan prednison 3' mg6hari selama 1-0

    minggu, pada deraat berat diberikan secara intravena. Pemberian lebih dari 0

    minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak 

    menimbulkan efek samping.

    Kortikosteroid oral efektif untuk pengobatan eksaserbasi PPOK. Sekitar 

    1'-0'( pasien simptomatis kronis menunukkan perbaikan fungsi sistem

     pernapasan yang singkat. Karena efek samping kortikosteroid sistemik angka

     panang, pasien angan diberikan kortikosteroid sistemik dalam %aktu yang lama.

    Pasien dengan PPOK yang menggunakan kortikosteroid dalam angka %aktu yang

    lama dapat menurunkan dosisnya secara perlahan sebanyak setara dengan mg

     prednison per minggu, dan penggunaannya dikhususkan untuk eksaserbasi. )osis

    rendah kortikosteroid oral angka panang terkadang diperlukan pada pasien yang

    tidak mampu membeli atau tidak dapat mentoleransi agen inhalasi, dan pasien

    yang mengalami eksaserbasi yang sering. Pasien dengan steroid sistemik angka

     panang sebaiknya diberikan kalsium dan vitamin ) atau bifosfonat untuk 

     profilaksis osteopororsis, dan diedukasi mengenai perlunya dosis tinggi steroid

    untuk penyakit akut.

    &. =utrisi adekuat untuk mencegah  starvation yang disebabkan hipoksemia

     berkepanangan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas

    . 4entilasi mekanik 

    Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi

    mortaliti dan morbiditi, dan memperbaiki simptom. )ahulukan penggunaan

     =7PP4, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi

    :. Kondisi lain yang berkiatan

    - #onitor balans cairan elektrolit

    - Pengeluaran sputum

    - Hagal antung atau aritmia

    - valuasi ketat progesivitas penyakit

  • 8/17/2019 Bab III Came

    31/33

    42

    Penanganan yang tidak adekuat akan memperburuk eksaserbasi dan menyebabkan

    kematian. #onitor dan penanganan yang tepat dan segera dapat mencegah dan

    gagal napas berat dan menghindari penggunaan ventilasi mekanik.

    7ndikasi penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi 9

    - Sesak napas berat, pernapasan ; 3 R6menit

    - Penggunaan obat respiratori dan pernapasan abdominal

    - Kesadaran menurun

    - 5ipoksemia berat Pao0 D ' mm5g

    - *sidosis p5 D !,0 dan hiperkapnia Paco0 ; :' mm5g

    - Komplikasi kardiovaskuler, hipotensi

    - Komplikasi lain, gangguan metabolik, sepsis, pneumonia, barotrauma, efusi

     pleura dan emboli masif 

    - Penggunaan =7PP4 yang gagal

    3.1.11 KOP-IKASI1

    Komplikasi yang dapat teradi pada PPOK adalah 91. Hagal napas

    - Hagal napas kronik 

    - Hagal napas akut pada gagal napas kronik 

    0. 7nfeksi berulang

    3. Kor pulmonal

    Hagal napas kronik 9

    5asil analisis gas darah Po0 D :' mm5g dan Pco0 ; :' mm5g, dan p5 normal,

     penatalaksanaan 9

    - Caga keseimbangan Po0 dan P?o0

    - 8ronkodilator adekuat

    - +erapi oksigen yang adekuat terutama %aktu latihan atau %aktu tidur 

    - *ntioksidan

    - Fatihan pernapasan dengan !ursed li!s breathing 

    Hagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh 9

  • 8/17/2019 Bab III Came

    32/33

    43

    & Sesak napas dengan atau tanpa sianosis

    - Sputum bertambah dan purulen

    - )emam

    - Kesadaran menurun

    7nfeksi berulang

    Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk 

    koloni kuman, hal ini memudahkan teradi infeksi berulang. Pada kondisi kronik 

    ini imunitas menadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit

    darah.

    Kor pulmonal 9

    )itandai oleh P pulmonal pada KH, hematokrit ; ' (, dapat disertai gagal

     antung kanan

    3.1.1" PO+NOSIS!

    Setelah PPOK menadi elas secara klinis, angka rerata masa hidupnya

    adalah sekitar 1' tahun. Prognosis ini bervariasi secara luas, penyakit PPOK 

    merupakan salah satu penyakit yang masa peralanan penyakitnya bervariasi,keematian biasanya dikarenakan rentannya pasien terhadap penyakit penyerta dan

     penyakit lain yang berhubungan dengan merokok seperti kanker paru

    dibandingkan kegagalan sistem pernapasan.

    7ndeks prognosis yang menadi indikator untuk prognosis PPOK adalah

    indeks 8O) 8ody mass indeR 8#7/, Obstructive ventilatory defect severity,

    )ypsnea severity, dan Rercise capacity/. Perhitungan indeks 8O) dapat dilihat

     pada tabel 0.

    +abel 3. Perhitungan indeks 8O)

  • 8/17/2019 Bab III Came

    33/33

    44

    Skor 8O) ; ! dihubungkan dengan 0-year mortality sebesar 3'(E sementara

    skor -: sebesar 1(. *pabila skor 8O) D , 0-year mortality D 1'(.