buku penuntun opsi sanitasi yang terjangkau untuk daerah spesifik

Upload: indriany

Post on 04-Apr-2018

296 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    1/42

    Opsi Sanitasi

    Yang Terjangkau

    Untuk Daerah Spesifik

    Buku Penuntun

    The Water and Sanitation Program is a multi-donor partnership

    administered by the World Bank to support poor people in obtaining

    affordable, safe, and sustainable access to water and sanitation services.

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    2/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    3/42

    1www.wsp.org

    Penghargaan

    Buku Penuntun ini disusun oleh tim Water and Sanitation Program - East

    Asia & the Pacific (WSP-EAP) yang terdiri dari Enrico Rahadi Djonopu-

    tro, Isabel Blackett, Almud Weitz, Alfred Lambertus, Reini Siregar, Ikabul

    Arianto dan Job Supangkat dengan kontribusi editorial oleh Yosa Yuliarsa.Tim mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kontribusi berbagai

    pihak di bawah ini.

    Masukan yang sangat berharga diberikan oleh peer reviewersyang terdiri

    dari Handi B. Legowo dan Emah Sudjimah dari Direktorat Pengembangan

    Lingkungan Permukiman - Direktorat Jenderal Cipta Karya, Ida Yudiarti

    dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, serta Dody Suparta

    dan Sean Granville-Ross dari Mercy Corps.

    Penghargaan juga disampaikan kepada semua pihak yang berperan aktif

    dalam pembahasan studi ini yaitu Kementerian Kesehatan, BAPPENAS,Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), BPPT, TSSM, Ikatan Ahli

    Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPI), WASPOLA, Envi-

    ronmental Services Program (ESP), USAID, UNICEF, WHO, Royal

    Haskoning Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogjakarta, Universitas

    Gajah Mada Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi

    Sebelas Maret, PALYJA, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku Utara,

    Project Concern International (PCI), Watsan Action, Yayasan Dian Desa,

    Plan International, Bali Fokus, dan BORDA serta pihak-pihak lain yang

    tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    4/42

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR

    DAFTAR SINGKATAN

    DAFTAR ISTILAH

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan Penyusunan 6

    1.2 Target Pengguna 6

    1.3 Ruang Lingkup 6

    1.4 Daerah Spesifik 6

    1.5 Struktur Buku Penuntun 7

    BAB 2. KAJI ULANG SANITASI, TEKNOLOGI DAN TANTANGANNYA DI

    DAERAH SPESIFIK DI INDONESIA

    2.1. Sanitasi 8

    2.1.1. Pengertian Sanitasi 8

    2.1.2. Pengertian Sanitasi yang Terjangkau dan Berkelanjutan 9

    2.2. Tantangan Perubahan Iklim 9

    2.2.1. Dampak Perubahan Iklim 10

    2.2.2. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim 10

    2.3. Tantangan Kondisi Lingkungan Fisik 112.4. Tantangan Lingkungan Non-Fisik 11

    2.5. Tantangan Pemilihan Komponen Sanitasi 12

    2.6. Tantangan Pemilihan Opsi Teknologi Pengolahan 15

    2.6.1. Opsi Teknologi Pengolahan yang Tersedia 15

    2.6.2. Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan di Daerah Spesifik 17

    2.6.3. Aspek Kajian Opsi Sanitasi 19

    BAB 3. PEMILIHAN OPSI SANITASI

    3.1. Pemilihan Sistem Setempat atau Sistem Terpusat 21

    3.2. Pemilihan Tingkat Pengelolaan 21

    3.3. Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah 22

    3.4. Pemilihan Opsi Teknologi Pengolahan 23

    3.4.1. Alternatif di Daerah Pantai dan Muara 25

    3.4.2. Alternatif di Daerah Sungai 29

    3.4.3. Alternatif di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33

    3.4.4. Alternatif di Daerah Rawan Banjir 35

    2 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    5/42

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi

    3www.wsp.org

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kondisi dan Tantangan Fisik Utama di Daerah Spesifik 11

    Tabel 2. Perbandingan Alternatif Sistem Pengolahan 18Tabel 3. Deskripsi dan Pengaruh Aspek Teknis Terhadap Keterjangkauan dan

    Keberlanjutan Sistem Sanitasi 20

    Tabel 4. Deskripsi dan Pengaruh Aspek Non-Teknis Terhadap Keterjangkauan dan

    Keberlanjutan Sistem Sanitasi 20

    Tabel 5. Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah 23

    Tabel 6. Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan

    Lingkungan Fisik di Daerah Sulit 24

    Tabel 7. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 25

    Tabel 8. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 27

    Tabel 9. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai 29

    Tabel 10. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai 31Tabel 11. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33

    Tabel 12. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air

    Tanah Tinggi 32

    Tabel 13. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 35

    Tabel 14. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 36

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kategori Daerah Spesifik 6Gambar 2. Diagram-F Sanitasi 8

    Gambar 3. Modifikasi Kerangka Kerentanan Perubahan Iklim yang Terintegrasi 10

    Gambar 4. Diagram Kebiasaan BAB di Daerah Sulit yang Perlu Diputus 12

    Gambar 5. Berbagai Kebiasaan BAB 12

    Gambar 6. Tangki Septik dengan Upflow Filter 14

    Gambar 7. Tangki Septik Konvensional 15

    Gambar 8. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) 16

    Gambar 9. Anaerobic Upflow Filter 16

    Gambar 10. Rotating Biological Contactor (RBC) 16

    Gambar 11. Tripikon-S (kiri) dan T-Pikon-H (kanan) 17

    Gambar 12. Contoh Konstruksi Bagian Atas 22Gambar 13. Contoh Konstruksi Bagian Tengah 22

    Gambar 14. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 26

    Gambar 15. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Sungai 30

    Gambar 16. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33

    Gambar 17. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 35

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    6/42

    DAFTAR SINGKATAN

    ABR : Anaerobic Baffled ReactorAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    AUF : Anaerobic Upflow Filter

    BAB : Buang Air Besar

    BOD : Biochemical Oxygen Demand

    MAT : Muka Air Tanah

    MCK : Mandi Cuci Kakus

    O&M : Operation and Maintenance (Operasi dan Pemeliharaan)

    PP : Peraturan Pemerintah

    RAB : Rencana Anggaran Biaya

    RBC : Rotating Biological Contactor

    WC : Water Closet (Jamban/kakus)

    4 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    7/42

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi

    5www.wsp.org

    DAFTAR ISTILAH

    Anaerobic Baffled Reactor

    (ABR)

    Affordable (Keterjangkauan)

    Anaerobic Upflow Filter

    (AUF)

    Biochemical Oxygen Demand

    (BOD)

    Biofilter

    Black waterDaerah Spesifik

    Gray Water

    Jamban

    Pencemaran

    Rotating Biological Contactor

    (RBC)

    Saluran perpipaan

    Sanitasi

    Tangki Septik

    Constructed Wetland

    Tangki septik yang lebih baik, terdiri dari beberapa seri dinding antar/sekat

    yang menyebabkan air limbah yang datang tertekan untuk mengalir. Kontakwaktu yang lama dengan biomassa/lumpur aktif menghasilkan pengolahan

    yang lebih baik

    Suatu pilihan sanitasi dapat dikatakan terjangkau apabila biaya O&M-nya

    dapat dijangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat penggunanya

    Proses pengolahan air limbah dengan metode pengaliran air limbah secara

    upflow melalui media filter anaerobik

    Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan kehadiran zat organik

    secara biologis

    Instalasi pengolahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan media

    kontaktor

    Air limbah yang berasal dari kloset di jamban/kakus/WCDaerah dengan kondisi geografis maupun iklim sedemikian rupa sehingga

    sistem pelayanan sanitasi yang terjangkau, baik konvensional maupun tidak

    konvensional, sulit untuk dibangun ataupun diterapkan

    Air limbah non-kakus yang berasal dari kamar mandi, cuci dan dapur

    Fasilitas pembuangan tinja

    Masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau

    komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun

    sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai

    peruntukannya

    Salah satu sistem pengolahan air limbah secara aerobik dengan sistem lapisan

    tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri adalah media tempat menem-pelnya mikroorganisme aerobik

    Perpipaan untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke sistem pengolahan

    Alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara

    higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun

    masyarakat secara keseluruhan (Depledge, 1997)

    Ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi

    menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir

    yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan

    terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian

    bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air

    dan gasSistem pengolahan terencana atau terkontrol yang telah didesain dan diban-

    gun dengan memanfaatkan proses alami yang melibatkan vegetasi tanah basah

    dan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair

    :

    :

    :

    :

    :

    ::

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    8/42

    Buku Penuntun ini merupakan bagian dari studi PilihanSanitasi yang Terjangkau di Daerah Spesifik di Indonesia

    yang telah dilakukan dalam 2 fase. Oleh karenanya, BukuPenuntun ini merupakan kompilasi dari analisa yang telahdilakukan sebelumnya.

    Daerah Spesifik (challenging areas) pada Buku Penuntun iniadalah daerah dimana kondisi geografis maupun iklimnyasedemikian rupa sehingga sistem pelayanan sanitasi yangterjangkau baik konvensional maupun non konvensionalsulit untuk dibangun ataupun diterapkan. Hal ini terutamaberkaitan dengan ketersediaan lahan, kondisi tanah yangtidak mendukung, tanah yang selalu basah untuk sistem

    cubluk dan tangki septik dengan sistem resapan, ataupunkesulitan dalam pemasangan pipa dan sistem pembuangan-nya. Di beberapa wilayah, mungkin cubluk, perpipaan dantangki septik dapat dibangun, namun wilayah tersebutternyata rawan banjir sehingga baik bangunan atas maupunbawah dari sistem sanitasi cepat rusak serta mengakibatkanterjadinya pencemaran air di lingkungan sekitar, dan olehkarenanya investasi yang telah ditanamkan menjadi sia-sia.Daerah spesifik ini meliputi:1a. Daerah pesisir pantai dan muara;b. Daerah sepanjang sungai baik di bantaran maupun di

    atas sungai;c. Daerah rawa, rawa pasang surut dan juga daerah dengan

    muka air tanah yang tinggi;d. Daerah rawan banjir dimana banjir terjadi secara rutin

    maupun yang tidak dapat diprediksie. Daerah rawan air dan danau

    Buku Penuntun

    BAB I. Pendahuluan

    Buku Penuntun ini menjelaskan metodologi pemilihan opsisanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan untuk

    membantu para pemangku kepentingan bidang sanitasi diIndonesia (Pemerintah Daerah, perencana, masyarakat,sektor swasta dan organisasi donor) memutuskan danmengambil kebijakan dalam memilih opsi sanitasi yangpaling memungkinkan untuk diterapkan di suatu daerahspesifik.

    Tujuan utama dari penyusunan Buku Penuntun ini adalahuntuk mendukung Pemerintah Indonesia dan pemegangandil lainnya dalam upaya memenuhi kebutuhan akanperbaikan sanitasi di daerah spesifik, dimana pilihan sanitasiyang terjangkau tidak dapat diterapkan karena kondisi

    geografis, iklim, maupun topografi.

    Buku Penuntun ini ditujukan untuk para pembuat keputusanbaik pada tingkat Pemerintah Pusat hingga PemerintahDaerah, aktor pembangunan sanitasi di tingkat lokal,bahkan oleh masyarakat penerima manfaat.

    Khususnya bagi Pemerintah Daerah yang mengenal secaramendetail mengenai kondisi daerahnya, Buku Penuntun inidapat menjadi penuntun dalam menentukan intervensi

    yang dapat diaplikasikan di daerah spesifik yang ada diwilayahnya, sehingga dengan demikian dapat mengarahkanprogram-program pembangunan sanitasi menjadi tepatteknologi, terjangkau, tepat sasaran, dan berkelanjutansesuai dengan kondisi fisik lingkungannya.

    Ruang lingkup pembahasan dalam Buku Penuntun ini lebihdiarahkan pada pemilihan opsi sanitasi di daerah spesifikyang dikaji dari aspek teknis dan non-teknis. Sistem sanitasiyang dimaksudkan dalam Buku Penuntun ini adalah khususuntuk sektor air limbah rumah tangga yang berasal dari

    kloset (black water).

    Pembahasan mengenai aspek pendanaan, kelembagaan dankemasyarakatan tidak menjadi fokus dalam buku ini,namun secara singkat akan dibahas sebagai bahan masukanuntuk dikaji lebih lanjut pada referensi-referensi yangdigunakan.

    1.1. Tujuan Penyusunan

    1.4. Daerah Spesifik

    1.2. Target Pengguna

    1.3. Ruang Lingkup

    1 Permukiman yang termasuk dalam daerah spesifik adalah permukiman apung di air, permukiman panggung diatas air, serta permukiman yang berada tepat di bantaran pantai atau sungai.

    6

    Gambar 1 : Kategori Daerah Spesifik

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    9/42

    7www.wsp.org

    Dalam Buku Penuntun ini daerah rawan air, khususnyadaerah kering, serta danau tidak dibahas oleh karena jumlah

    masyarakat yang terkena dampak rawan air ini tidak terlalusignifikan.

    1.5. Struktur Buku Penuntun

    Bab 1 berisi Pendahuluan yang membahas tujuan penyusunan,struktur Buku Penuntun, tujuan dari intervensi sanitasi sertapenjelasan mengenai istilah keterjangkauan (affordability) dankeberlanjutan (sustainability) dari sistem sanitasi. Dari Bab 1ini diharapkan bahwa para pengguna dapat memahami latarbelakang dan maksud penyusunan buku ini.

    Bab 2 menjelaskan Apa Saja Tantangan yang Dihadapi.Dalam Bab 2 ini akan diuraikan tantangan-tantangan dalampengembangan sistem sanitasi di daerah-daerah spesifik baiksecara teknis, kemasyarakatan, sosial-budaya, serta kaitannyadengan isu perubahan iklim. Tantangan di masing-masingdaerah spesifik akan dijelaskan secara lebih lengkap dalambentuk tabel sehingga memudahkan para pengguna. Selainitu, dalam bab inipun akan dibahas mengenai tantangandalam hal penerapan komponen-komponen dari suatu sistemsanitasi.

    Bab 3 menjadi inti dari Buku Penuntun ini dalam hal pemili-

    han sistem sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan didaerah-daearah spesifik. Alur pemilihan ini disusun dengansistem diagram dan penjelasan terhadap diagram tersebutsehingga diharapkan dapat memudahkan dalam pemahaman-nya.

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pendahuluan

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    10/42

    yaitu penyediaan air bersih dan promosi kesehatan untukmendorong praktik cuci tangan menggunakan sabun.

    B. Meningkatkan Martabat Dan KualitasHidup

    Fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengantempat tinggal akan memberikan privasi dan kenyamananbagi penggunanya. Pengolahan air limbah yang memadai jugaakan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Kebersihandiri dan lingkungan akan meningkatkan martabatmasyarakat, terutama kaum wanita.

    Sanitasi yang baik menurunkan risiko kejadian penyakit,dan kematian, terutama pada anak-anak seperti penyakitkulit, diare, cacingan, dan penyakit mata.

    Kondisi ekonomi dan sosial di daerah spesifik yang cenderungrendah dapat ditingkatkan melalui peningkatan statuskesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Perilaku hidupbersih dan sehat yang disertai penyediaan infrastrukturnyasangat diperlukan oleh masyarakat di daerah spesifik.

    C. Perlindungan Lingkungan

    Pembuangan air limbah domestik secara langsung kelingkungan dapat menyebabkan terjadinya degradasi sumberdaya air permukaan maupun air tanah. Kontaminan biologisyang masuk ke sumber air tersebut dapat menyebabkanberkurangnya kandungan oksigen dalam air yang sebetulnyadiperlukan oleh biota akuatik. Lama-kelamaan sumber airtersebut dapat menjadi anaerob dan kualitas air dan lingkunganmenjadi turun. Pengadaan fasilitas sanitasi yang memadai didaerah spesifik akan secara signifikan meningkatkan kualitasbadan air.

    2.1.1. Pengertian SanitasiSecara praktis, istilah sanitasi dalam Buku Penuntun ini

    dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangantinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehinggatidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupunmasyarakat secara keseluruhan. (Depledge, 1997)

    Tujuan teknis pembuangan tinja secara saniter adalah untukmengisolasi tinja sehingga bibit penyakit infeksius didalam-nya tidak dapat mencapai inang baru. Metolodologi yangdipilih untuk area yang berbeda akan tergantung padabeberapa faktor termasuk kondisi geologi dan hidrogeologi,budaya dan kebiasaan masyarakat, ketersediaan bahan lokaldan biaya baik jangka pendek maupun jangka panjang.(WHO, 1992)

    Intervensi di sektor sanitasi (termasuk penyuluhan kesehatan)memiliki tiga tujuan utama: (Philippines Sanitation Source-book, 2005)1. Memperbaiki kondisi kesehatan2. Meningkatkan martabat dan kualitas hidup3. Perlindungan lingkungan

    A. Memperbaiki Kondisi Kesehatan

    Patogen dari tinja dapat ditransmisikan melalui beberapa

    rute yang dikenal sebagai Diagram-F. Rute transmisi inidapat diputus melalui penyediaan fasilitas sanitasi yangmemadai sehingga dapat menghindarkan kontak antaratinja dengan manusia dan binatang (termasuk serangga).

    Jika transmisi dapat diputus maka penyakit yang berkaitandengan tinja dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan.Intervensi sanitasi menjadi salah satu pemutus. Sebagaicontoh, lubang toilet yang tertutup rapat akan mengurangikemungkinan berkembangbiaknya nyamuk, vektor filariasis;pengolahan tinja sebelum dibuang juga dapat membunuhtelur dan kista berbagai parasit (Ascaris, Entamoeba, danSchistosoma) sehingga akan mencegah kontaminasi terhadaptanah maupun air. (WHO, 1992)

    Dengan demikian maka penyediaan fasilitas sanitasi yangmemadai dan berkelanjutan di daerah spesifik ini akansangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan walau-pun tentunya perlu diikuti pula dengan intervensi lainnya

    Buku Penuntun

    BAB II. Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantangannya DiDaerah Spesifik Indonesia

    2. 1. Sanitasi

    Gambar 2 : Diagram-F Sanitasi

    8

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    11/42

    www.wsp.org

    2.1.2. Pengertian Sanitasi yang Terjangkau dan Berkelanjutan

    Istilah sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan terkadangdipahami oleh masyarakat secara berbeda-beda. Dalam

    Buku Penuntun ini yang dimaksud dengan terjangkau danberkelanjutan adalah:

    A. Sanitasi yang Terjangkau

    Studi pada fase 1 dan 2 menunjukkan bahwa tidak adafasilitas sanitasi komunal yang memadai yang dibangundengan biaya investasi murni berasal dari masyarakat. Hal inidapat terjadi karena fasilitas sanitasi yang memadai memerlu-kan biaya investasi yang relatif tinggi dan tidak terjangkauoleh masyarakat yang tinggal di daerah spesifik. Berdasarkanhal tersebut, maka kriteria terjangkau dalam studi ini akanlebih fokus pada keterjangkauan masyarakat terhadap biayapengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi.

    Sementara itu, fasilitas sanitasi individual yang ada tidakmemadai, dimana tinja dibuang langsung ke badan air tanpamelalui pengolahan.

    Suatu pilihan sanitasi dapat dikatakan terjangkau apabilabiaya O&M-nya dapat dijangkau sesuai dengan kemampuanmasyarakat penggunanya. Pilihan sanitasi yang memilikisistem O&M yang sederhana dan memerlukan biaya rendah

    merupakan pilihan sanitasi yang tepat untuk diterapkan didaerah spesifik yang cenderung memiliki kemampuanekonomi yang rendah.

    B. Sanitasi yang BerkelanjutanDisamping terjangkau secara ekonomis, diterima secarasosial, serta dilengkapi faktor teknis dan institusi yang baik,sistem sanitasi yang berkelanjutan harus melindungilingkungan dan sumber daya alam. Saat meningkatkankualitas fasilitas sanitasi yang ada dan/atau merancang sistemsanitasi yang baru, kriteria keberlanjutan terkait aspek-aspek

    di bawah ini perlu dipertimbangkan:

    1. Kesehatan: termasuk risiko terpapar oleh virus/bakteripenyakit patogen dan substansi berbahaya lainnya yangdapat mempengaruhi kesehatan masyarakat di semua titiksistem sanitasi mulai dari kakus/jamban, pengumpulan,pengolahan hingga pemanfaatan kembali atau pembuan-gan ke badan air

    2. Sumber daya lingkungan dan alam: meliputi energi yangdibutuhkan, air dan sumber daya alam lainnya yang diperlu-kan untuk konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan

    sistem, dan juga potensi munculnya emisi hasil pengolahanke lingkungan sekitar

    3. Teknologi dan operasi: berkaitan dengan fungsi dankemudahan sistem untuk dibangun, dioperasikan dandipelihara dengan menggunakan sumber daya manusiayang ada. Aspek ini juga perlu mempertimbangkankekuatan struktur, kerentanan terhadap bencana, kondisidan situasi topografi serta fleksibilitas dan kemampuanpenyesuaian elemen teknis terhadap infrastuktur yangada, demografi, pembangunan sosio-ekonomi danperubahan iklim

    4. Aspek finansial dan ekonomi: berkaitan dengan kapasitasrumah tangga dan masyarakat untuk membayar layanansanitasi, termasuk dalam tahap konstruksi, operasi danpemeliharaan dan depresiasi sistem

    5. Aspek sosial-budaya dan kelembagaan: mempertimbang-kan penerimaan sistem secara sosial-budaya dan ketepatansistem, kenyamanan, persepsi terhadap sistem, isu jenderdan dampak terhadap martabat hidup, kontribusi padapeningkatan ekonomi dan ketahanan pangan, serta aspek

    hukum dan kelembagaannya.

    Pemilihan teknologi sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutanadalah suatu hal yang penting namun perlu diingat bahwaadanya kebutuhan masyarakat terhadap sanitasi yang lebihmemadai adalah hal yang lebih penting. Penerima manfaatmerupakan pengambil keputusan akhir dalam menggunakanataupun menolak teknologi sanitasi. Merekalah yang menentu-kan keberhasilan suatu intervensi di sektor sanitasi karena nilaidari investasi tidak hanya tergantung pada dukunganmasyarakat saja, tetapi lebih pada kepedulian penerima manfaatyang merasakan dampak positif dari teknologi sanitasi yangmemadai.

    2. 2. Tantangan Perubahan Iklim

    Sebuah studi yang dilakukan Lloyd pada tahun 2008 menyimpul-kan bahwa perubahan iklim merupakan salah satu penyebab utamaterjadinya kecenderungan meningkatnya kejadian banjir. Faktorsosial-demografis seperti peningkatan penduduk dunia, dan

    9

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    12/42

    10

    2.2.2. Adaptasi terhadap Perubahan IklimTerkait pilihan sanitasi di daerah spesifik, strategi adaptasiperlu dilakukan di lingkungan setiap individu. Tidak ada

    satu solusipun untuk mengatasi risiko banjir di pesisirsehingga masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan diriuntuk menghadapi ketidakpastian kondisi lingkungannya.

    Tulisan dalam Journal of Water and Climate Change(Securing 2020 vision for 2030: climate change and ensuringresilience in water and sanitation services), menjelaskanbahwa teknologi sanitasi yang memiliki kelenturan

    Buku Penuntun

    bertambah banyaknya kota megapolitan seringkali terkait denganpeningkatan risiko banjir. Strategi adaptasi tidak boleh dilakukansecara terpisah dari faktor-faktor tersebut. Tanpa adanya upaya yang

    dilakukan, kerugian dari risiko banjir di daerah pesisir pantaidiperkirakan akan berlipatganda pada tahun 2030.

    2.2.1. Dampak Perubahan IklimPerubahan iklim secara langsung maupun tidak langsungberdampak pada kondisi sanitasi. Beberapa contoh dampakini antara lain: Naiknya muka air laut karena terjadinya peningkatan

    temperatur berdampak pada terjadinya banjir di perairanpantai yang dapat menyebabkan masyarakat untuk secaraterpaksa mengkonsumsi air yang terkontaminasi, kerusakan

    sistem sanitasi yang ada, ataupun memaksa terjadinyamigrasi ke daerah yang terbatas fasilitas penyediaan airbersih dan sanitasinya

    Kejadian-kejadian meteorologis yang ekstrim dapatmengacaukan sistem pengolahan air serta drainase,seperti juga halnya kontaminasi pada sumur-sumur yangtak bertutup maupun air-air permukaan sehinggamengakibatkan peningkatan risiko penyebaran penyakit.Risiko-risiko ini menjadi lebih tinggi pada masyarakatyang tinggal di daerah dataran rendah maupun daerahdengan muka air tanah tinggi

    Sistem pengelolaan dan infrastruktur penyediaan air bersihdan sanitasi sangat rentan terhadap ancaman perubahaniklim. Banjir menyebabkan kerusakan dan hilangnya akseske infrastruktur tersebut baik di negara-negara berkembangmaupun negara maju.

    Berdasarkan peta bahaya iklim dalam studi yang dilakukanoleh Economy and Environment Program for SoutheastAsia (EEPSEA) pada tahun 2009, maka ancaman yangpaling dominan di Indonesia, terutama di wilayah bagian

    barat dan timur Pulau Jawa, adalah kekeringan, banjir, tanahlongsor, dan naiknya muka air laut.

    Oleh karena itu, adaptasi merupakan hal yang vital, sementaramitigasi melalui upaya pengurangan emisi gas rumah kacaadalah satu-satunya cara yang efektif untuk menurunkanrisiko dampak perubahan iklim.

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Gambar 3 : Modifikasi Kerangka Kerentanan Perubahan

    Iklim yang Terintegrasi (A. H. Dolan and I. J. Walker, 2004)

    REGIONAL - NASIONAL - DUNIA

    Sumber Daya, dana, Informasi & Teknologi; Institusi, kerangka

    kerja & pengambilan keputusan yang kritis

    MASYARAKAT

    Ketersediaan teknologi; distribusi sumber daya, dana &

    informasi kapital & kohesi sosial; kerangka kerja & pengam-

    bilan keputusan; persepsi resiko; hak kepemilikan; opsi

    pelajaran resiko

    INDIVIDUAL

    Umur, gender, akses terhadap sumber daya,

    pendidikan, persepsi resiko, opsi penjalaran resiko

    KERENTA

    NAN

    Lingkungan

    Biofisik

    Lingkungan

    Masyarakat

    - Sensitivitas alami- kelenturan dinamis

    - Kerentanan sosial,ekonomi & budaya

    -fleksibilitas

    KEMAMPUAN ADAPTASI- respon & penyesuaian

    - strategi penanganan

    IKLIMMacam & Perubahannya

    PAPARAN

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    13/42

    www.wsp.org

    (resilience) rendah belum ditemukan. Resiliensi potensiperubahan iklim yang tinggi dari kakus dengan sistemcubluk dikarenakan tersedianya berbagai desain yang telah

    disesuaikan (yang menurunkan dampak banjir dan risikopencemaran lingkungan), sehingga dapat diterapkan secaracepat dan sebanding dengan biaya investasi saat ini. Banjirmasih menjadi ancaman utama terhadap sistem cubluk dandapat menyebabkan pencemaran air secara signifikan.

    Oleh karena itu dampak dari perubahan iklim terhadapdaerah-daerah spesifik ini perlu dipelajari secara lebihmendalam dalam upaya mempersiapkan alternatif opsi-opsisanitasi.

    2.3. Tantangan Kondisi Lingkungan FisikKondisi dan tantangan yang dihadapi di masing-masing

    daerah-daerah spesifik dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

    2.4. Tantangan Lingkungan Non Fisik

    Tantangan utama pada aspek non-fisik lingkungan di setiap

    daerah spesifik dapat dikatakan tipikal. Diantaranya:1. Daerah spesifik cenderung merupakan kawasan kumuh

    dengan karakteristik:2

    a. Kepadatan penduduk sedang (150 300 jiwa/Ha)sampai tinggi (500 jiwa/Ha)

    b. Dihuni oleh penduduk dengan pendapatanmenengah-bawah

    c. Permukiman yang tidak tertatad. Jalan akses yang sempite. Merupakan permukiman yang semi-legal atau

    bahkan ilegal

    f. Bangunan rumah kebanyakan semi permaneng. Sanitasi lingkungan yang kotor

    11

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    TANTANGAN Pantai &Muara

    Sungai Rawa &

    MAT Tinggi Banjir

    Gelombang air

    Banjir

    Variasi taraf muka air permukaan musiman

    Dasar/muka tanah yang lunak & tidak stabil

    Muka airtanah tinggi

    Erosi

    Penurunan tanah

    Udara yang bersifat korosif

    Keterbatasan lahan

    Pola permukiman tidak teratur & kumuh

    Jalan akses tidak memadai

    Tabel 1 : Kondisi dan Tantangan Fisik Utama di Daerah Spesifik

    Keterangan : = rumah apung; = Rumah panggung ; = Rumah di darat

    2 http://organisasi.org/pengertian_definisi_ciri_daerah_slum_daerah_kumuh_area_wilayah_lingkungan_kota_belajar_geografi_sosiologi

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    14/42

    12

    2.5. Tantangan Pemilihan Komponen Sanitasi

    Infrastuktur sanitasi pada umumnya terdiri dari 4 kom-ponen yaitu jamban, pengumpulan, pengolahan danpembuangan/pemakaian kembali lumpur olahan. Keempatkomponen tersebut dapat berada di satu lokasi dan disebutsebagai sistem setempat untuk melayani satu atau sekelom-

    pok kecil rumah tangga. Apabila sebagian dari komponentersebut tidak berada di satu sumber buangan (jamban),maka sarana itu disebut sistem terpusat (off-site).

    Buku Penuntun

    2. Pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan lingkunganmasih rendah sehingga aspek kesehatan lingkungan tidakmenjadi prioritas

    3. Dominasi penduduk pendatang di daerah spesifik menim-bulkan beberapa kesulitan, antara lain: pembentukanpengurus/kelompok pengelola fasilitas sanitasi, kurangnyatanggungjawab masyarakat yang hanya tinggal sementaradi daerah tersebut, serta pengambilan keputusan menyang-kut pembangunan daerah

    4. Keinginan masyarakat untuk tersambung ke, ataumenggunakan, fasilitas sanitasi relatif tinggi, namun halini sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan sanitasiyang memadai dan tingkat kesadaran masyarakat

    terhadap pentingnya kualitas lingkungan yang lebihbaik

    5. Keragaman tingkat ekonomi penduduk terkadangmenimbulkan kesulitan dalam penetapan struktur tarif

    6. Sebagai daerah yang seringkali terpinggirkan, daerahsulit tidak menjadi prioritas bagi pemerintah sehinggamonitoring dan dukungan terhadap fasilitas sanitasitidak memadai

    7. Merubah sekaligus mengakomodasi kebiasaan buangtinja yang selama ini dilakukan, sebagai upaya memutuspencemaran badan air oleh tinja

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Gambar 4 : Diagram Kebiasaan BAB di Daerah Sulit yang Perlu Diputus

    Praktek/Kebiasaan BAB di Daerah Spesifik

    Di dalam rumah Di luar dalam rumah

    Lubang

    di lantai

    Lubang WC Lubang/Jamban

    Umum

    WCApung/

    Gantung

    Ruang

    Terbuka

    Pengolahan

    A I R P E R M U K A A N & A I R TA N A H ( L a u t , s u n g a i , r a w a )

    Gambar 5 : Berbagai Kebiasaan BAB

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    15/42

    www.wsp.org

    Intervensi penyediaan sistem sanitasi perlu mempertimbangkankeempat komponen tersebut karena sub-komponennya bervariasitergantung pada kondisi fisik lingkungan serta aspek-aspek

    pemenuhan keterjangkauan dan keberlanjutan suatu sistemsanitasi.

    Jamban

    Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman sebagaitempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas buangair besar yang dapat mencegah pencemaran badan air,mencegah kontak antara manusia dan tinja, mencegah hing-gapnya lalat atau serangga lain di tinja, mencegah bau tidaksedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman danmudah dibersihkan.3

    Pemilihan jenis jamban ini menjadi tantangan di daerahspesifik karena harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya,misalnya dalam pemilihan kloset duduk atau kloset jongkok,dinding tembok atau dinding kayu, serta beratap atau tidakberatap. Sebagai contoh, kloset beton di rumah apung tidakdapat diterapkan karena bebannya yang terlalu berat. Walau-pun penetapan komponen-komponen tersebut menjadi hakdari penerima manfaat, namun kelebihan dan kekurangandari masing-masing opsi tersebut tetap perlu diinformasikan.

    Dalam Buku Penuntun ini, pilihan jamban akan dibagi

    menjadi dua yaitu bagian atas dan bagian tengah. Bagianatas meliputi bagian atap dan dinding, sementara bagiantengah meliputi konstruksi lubang jamban.

    Pengumpulan dan Pengaliran

    Sistem pengumpulan dan pengaliran menyalurkan airlimbah ke sistem pengolahan ataupun pembuangan. Jikasistem ini ditujukan untuk melayani lebih dari satu rumahtangga, maka sistem pengaliran akan menerima air limbahdari sistem jamban bersama ataupun dari beberapa rumahtangga. Pada sistem konvensional, air limbah biasanyadisatukan dengan air buangan dari bagian lain rumah terse-but dan dialirkan melalui sistem perpipaan ke instalasipengolahan air limbah.

    Pemilihan sistem pengaliran juga menjadi pertimbangandalam penetapan opsi sistem sanitasi. Pada perumahan

    apung sistem perpipaan tidak akan dapat diterapkan.Dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan,maka sistem small bore sewer akan lebih cocok diterapkan di

    rumah panggung ataupun rumah di darat.

    Kekuatan penyangga sistem perpipaan di daerah pantaiataupun sungai yang dipengaruhi oleh gelombang air perlumenjadi perhatian. Penyangga yang terbuat dari kayumudah patah oleh gelombang ataupun lapuk karena terma-kan air sehingga kerusakan penyangga tersebut akanmenyebabkan kerusakan pada sistem perpipaan.

    Tantangan yang dihadapi dalam penerapan sistem perpipaandi daerah spesifik, khususnya untuk perumahan panggung,adalah ketidakteraturan tiang penyangga rumah yang menyu-litkan pemasangan jalur pipa di bawah rumah. Salah satu solus-inya adalah menempelkan perpipaan di bawah jalan akses.

    Penyambungan perpipaan harus dilakukan secara benar danteliti untuk menghindari lepasnya sambungan oleh gelombang.Selain itu, hal itupun diperlukan untuk menjamin bahwa airlaut (untuk sistem di daerah pantai) tidak akan masuk ke dalamsistem ataupun bahkan sebaliknya, air limbah tidak bolehkeluar dari sistem perpipaan sehingga mencemari perairansekitarnya.

    PengolahanJenis pengolahan yang akan diterapkan di daerah spesifiksangat tergantung pada kondisi wilayahnya. Sebagai contoh,pengolahan air limbah di daerah pantai sebaiknya tidakmenggunakan logam yang memiliki sifat korosif.

    Taraf muka air tanah, penempatan instalasi pengolahan (diair atau di darat), kepadatan penduduk serta beberapa faktorlingkungan lainnya akan berpengaruh pada pemilihan opsiteknologi sanitasi. Sebagai contoh, penerapan tangki septikdengan sistem resapan di muka air tanah yang tinggi tidak

    direkomendasikan selain karena risiko pencemaran akibatkebocoran, juga karena sulitnya pembangunan di lokasiyang berair. Di daerah dengan muka air tanah tinggi, peng-gunaan tangki septik yang dilengkapi dengan upflow filtermasih memungkinkan, seperti tampak pada gambarberikut:

    13

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    3 Informasi Pilihan Jamban Sehat, WSP, 2009

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    16/42

    14

    lumpur ke lingkungan. Kegiatan ini harus dilakukan denganmempertimbangkan risiko pencemaran air. Pembuangandapat diartikan sebagai pembuangan air limbah olahanlangsung ke badan air terdekat (misalnya pantai atausungai); lumpur tinja ke tanah; dan gas sebagai hasil olahanlainnya ke udara.

    Salah satu faktor penting dalam pembuangan lumpur tinjaadalah cara penyedotan. Terdapat dua teknik yang umumdilakukan, yaitu secara mekanis dengan menggunakanpompa ataupun secara manual. Penyedotan lumpur tinjasecara reguler ini perlu didukung oleh keberadaan layananpenyedotan, terutama di daerah perkotaan.

    Daerah spesifik yang kumuh dengan jalan akses yang terbatasmemerlukan solusi teknis penyedotan lumpur tinja yangberbiaya rendah. Tangki penyedotan lumpur tinja portable

    yang khusus dirancang untuk daerah tersebut merupakansalah satu teknologi alternatif, contohnya vacutug.

    Penyedotan lumpur tinja secara manual dapat menjadi salahsatu alternatif pengurasan, namun kegiatan ini harus dilaku-kan dengan mempertimbangkan keamanan pelakunya.Ketersediaan peralatan pengaman sangat diperlukan. Satu

    Buku Penuntun

    Penerapan pengolahan biofiltrasi dengan tangki fiberglass didaerah spesifik, khususnya daerah rawa dan muka air tanahtinggi, terkendala oleh besarnya kekuatan tekanan air tanahyang dapat menyebabkan tangki fiberglass menjadi terang-kat. Hal ini dapat ditangani dengan memberi konstruksitambahan berupa penutup beton.

    Pada daerah pesisir/laut, tantangan yang dihadapi adalahsifat air laut yang dapat mempengaruhi kinerja pengolahan.Masuknya air laut ke dalam sistem dapat menghambatproses dekomposisi biologis didalam pengolahan, dan olehkarena itu kebocoran sistem perpipaan air limbah maupunpembilasan menggunakan air laut perlu dihindari.

    Dalam beberapa kasus, instalasi pengolahan terpaksa dibangundi perairan dikarenakan keterbatasan ketersediaan lahan. Insta-lasi ini akan memerlukan sistem pondasi khusus seperti misal-nya penerapan sistem cerucuk yang dapat mencegah amblasnyakonstruksi instalasi pengolahan atau dengan sistem phonton(kontruksi terletak diatas drum plastik bekas, sehingga dapatmengikuti turun naiknya muka air permukaan).

    Pembuangan atau Pemakaian Kembali

    Komponen akhir dari infrastruktur sanitasi berkaitandengan pengembalian atau pelepasan air limbah olahan dan

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Le

    Lubang pemeriksaan

    Pipa udara (55mm)

    Pipa PVC 110 mm

    bak efluentangkiseptik

    Tinggi mediamedia filter

    Lubang udara

    Lf

    Tutup dari kawat ayakan

    Gambar 6 : Tangki Septik dengan Upflow Filter

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    17/42

    www.wsp.org

    hal yang harus diperhatikan adalah tidak boleh ada seorang-pun yang diperbolehkan masuk ke dalam tangki pengolahantinja tanpa peralatan yang memadai. Lumpur tinja dari unit

    pengolahan dapat dibuang/digunakan kembali dengan cara: Membuang langsung ke badan air terdekat setelah

    lumpur terolah dan tidak berbahaya bagi lingkungan

    Dibuat kompos dan dimanfaatkan untuk pemupukan

    Dikubur (untuk volume tinja yang sedikit) denganmenggunakan lapisan-lapisan penutup dan kondisitanahnya memungkinkan

    Dibuang ke kolam pengering (sludge drying beds)

    Hal lain terkait pembuangan lumpur tinja adalah kesiapanpemerintah daerah untuk menampung dan mengolahlumpur tinja tersebut. Oleh karena itu ketersediaan InstalasiPengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sangat dibutuhkan untukmendukung intervensi di sektor sanitasi air limbah domestikini, sekaligus dalam penentuan opsi sistem pengelolaanlumpur tinja.

    2. 6. TANTANGAN PEMILIHAN OPSI

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN

    2.6.1. Opsi Teknologi Pengolahan yang Tersedia

    Pada dasarnya telah cukup banyak opsi teknologi pengolahanair limbah yang dapat diterapkan. Kesulitan timbul pada saatpemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien terkaitkondisi lingkungan yang ada, khususnya untuk daerahspesifik. Langkah penyesuaian perlu dilakukan agarteknologi yang ada dapat diterapkan.

    Secara umum, beberapa teknologi dasar yang biasa diterap-kan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengansistem resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobicupflow filter (AUF), biofiltrasi, dan rotating biological

    contactor (RBC). Disamping itu, terdapat beberapateknologi tepat guna seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.

    Dalam penerapannya, opsi teknologi sistem pengolahan airlimbah sangat tergantung pada kebutuhan atau kapasitaspengolahan, kondisi lingkungan, ketersediaan ruang, sertakemampuan pengguna atau pengelola dalam mengoperasi-kan dan memeliharanya.

    A. Tangki Septik Konvensional

    Fungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolahair limbah domestik dengan memanfaatkan proses biologis

    melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatantersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementaraairnya akan dialirkan ke sistem pembuangan. Tangki septikkonvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan meru-pakan metode yang paling umum untuk pengolahan airlimbah rumah tangga dari perumahan yang tidak tersam-bung dengan sistem perpipaan air buangan.

    Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahanair limbah rumah tangga yang paling banyak digunakanuntuk sistem individual di Indonesia.

    B. Anaerobic Baffled ReactorAnaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagaipengembangan tangki septik konvensional. ABR terdiri darikompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapareaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkanaliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reaktorselimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberi-kan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobikdengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerjapengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasil-

    kan gas.

    Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapabaffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalirkeatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapattiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer.Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimananilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak

    15

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Gambar 7 : Tangki septik konvensional

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    18/42

    16

    D. Rotating Biological Contactor

    Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu

    sistem pengolahan air limbah secara aerobik dengan sistemlapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri merupa-kan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik.Dalam sistem RBC terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v.Mnch, 2005)a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah

    masuk dan padatan akan terendapkan untuk kemudiandibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik dapatpula terjadi pada zona ini

    b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah

    cakram (disk) menempel pada tuas pemutar dan sebagiandari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehinggaakan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBCini secara perlahan berputar pada porosnya sehinggabiomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupunoksigen di atmosfir secara bergantian

    c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapancampuran air limbah yang telah terolah dan biomasayang berlebih.

    Buku Penuntun

    volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkat-nya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjagaagar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan

    pada zona fermentasi.

    C. Anaerobic Upflow Filter

    Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengola-han air limbah dengan metode pengaliran air limbah ke atasmelalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memilikiwaktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluenanaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah airlimbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu adapengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yangmemenuhi standar.

    Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secarafisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses ataureaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidakmemiliki dampak penurunan BOD yang signifikan kecualidengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organiktoksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipi-tasi kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensiyang lebih pendek.(Onsite Wastewater Treatment SystemsTechnology Fact Sheet 5, EPA)

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Gambar 8 :Anaerobic Baffled Reactor

    Gambar 9 :Anaerobic Upflow FilterGambar 10 : Rotating Biological Contactor

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    19/42

    www.wsp.org

    E. Biofiltrasi

    Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yangmemanfaatkan material hidup untuk menangkap dan secara

    biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi airlimbah domestik merupakan proses pengolahan yang unikdibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimanamikroorganisme menempel pada media kontak dan airlimbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologibiofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi duakategori yaitu (a) sistem konvensional dimana mikroorgan-isme menempel secara alami pada media kontak dan (b)penempelan mikroorganisme secara artifisial pada materialpolimer. Dalam sistem biofiltrasi modern, mikroorganismeditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalamsuatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisi-han BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan denganteknologi biofiltrasi konvensional.

    Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensidalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekan-isme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penem-pelan biofilm pada permukaan artifisial dapat diketahui dandikontrol.(Pract. Periodical of Haz., Toxic, and RadioactiveWaste Mgmt, Oct 2006).

    F. Tripikon-S dan T-Pikon-H

    Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakansalah satu alternatif pengolahan air limbah domestik yangpada awalnya dikembangkan oleh Laboratorium TeknikSipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Teknologi ini

    dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi lingkun-gan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut,seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai,

    maupun rawa. Teknologi ini dapat diterapkan untuk toiletindividual maupun komunal.

    Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebihlanjut oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta denganmelakukan perubahan dan rancang ulang sistem, menghasil-kan T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).

    Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secarasemi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalahdengan menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagiinlet dari toilet; (b) pipa medium sebagai tempat terjadinya

    proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar sebagaipelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatursecara konsentris.

    Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut,namun bila dilihat dari ide pengolahannya, maka sistem inidapat menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbahyang potensial untuk dikembangkan. Dalam studi ini,sistem T-Pikon-H menjadi salah satu rekomendasi, dengancatatan bahwa kinerja pengolahan belum diketahui secarapasti.

    2.6.2. Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan diDaerah SpesifikTeknologi pengolahan yang ada memiliki kelebihan dankekurangan masing-masing, seperti terlihat pada Tabel 2.

    17

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Gambar 11 : Tripikon-S (kiri) dan T-Pikon-H (kanan)

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    20/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    21/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    22/42

    20 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik

    Kemudahan dalam

    pembangunan

    Kesesuaian desainterhadaplingkungan

    Kinerja pengolahan

    Daya tahan struktur

    Kemungkinanreplikasi

    Akses pengurasantinja

    Kemudahan dalamO&M

    Ketersediaan sukucadang

    ASPEK DESKRIPSI PENGARUH

    Tabel 4 : Deskripsi dan Pengaruh Aspek Non-Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi

    ASPEK DESKRIPSI PENGARUH

    Tabel 3 : Deskripsi dan Pengaruh Aspek Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi

    Biaya Investasi

    Biaya investasi adalah total biaya pembangunan fasilitas sanitasi. Tinggi

    rendahnya biaya investasi ditentukan dari total investasi dibandingkan dengan

    jumlah KK yang dilayani. Biaya investasi ini bisa berasal dari masyarakat,

    pemerintah, LSM ataupun lembaga donor atau swasta lainnyaKeinginan masyarakat untuk memiliki sarana sanitasi tidak terlepas dari

    kesulitan atau kemudahan pembangunannya. Fasilitas sanitasi yang akan

    dibangun harus memiliki konstruksi yang dapat dibangun oleh masyarakat

    sehingga keterlibatan masyarakat akan meningkatkan rasa kepemilikannya

    Kesesuaian desain berkaitan dengan kesesuaian struktur yang dibangun di

    daerah spesifik tertentu. Sarana sanitasi dapat dikatakan sesuai apabila mampu

    mengantisipasi berbagai karakteristik lingkungannya

    Kinerja pengolahan tidak menjadi penentu keterjangkauan maupun keberlanju-

    tan suatu sistem pengolahan, namun aspek ini penting untuk menentukan

    efektifitas sistem pengolahan dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan

    sebagai tujuan utama pengolahan air buangan

    Daya tahan struktur suatu sistem pengolahan terhadap kondisi lingkungan dapat

    mempengaruhi keberlanjutan suatu sistem. Semakin kokoh strukturnya, maka

    kalkulasi nilai investasi akan semakin rendah

    Desain sistem pengolahan yang sederhana dan berbiaya rendah lebih mudah

    untuk direplikasi. Sistem pengolahan diharapkan dapat direplikasi oleh anggota

    masyarakat ataupun pemerintah daerah

    Akses pengurasan tinja sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan suatu

    sistem pengolahan karena pengurasan tinja merupakan hal yang sangat penting

    dalam mempertahankan kinerja pengolahan

    Sistem O&M yang mudah akan meningkatkan kinerja pengolahan. Sistem O&M

    yang rumit dan sulit untuk dilakukan akan mengurangi keinginan pengguna

    terutama pengelola untuk menjaga keberlanjutan sistem. Hal inipun terkait

    kondisi dimana pekerjaan O&M yang dilakukan dipandang kotor dan menjijikan

    Ketersediaan suku cadang di pasar lokal sangat penting untuk menjaga

    keberlanjutan suatu sistem. Kesulitan mencari suku cadang mengganggu kinerja

    sistem. Kerusakan sistem akan menimbulkan berbagai masalah seperti bau dari

    pipa yang bocor dan masuknya air laut ke dalam sistem

    Aspek ini sangat penting untuk keberlanjutan oleh karena sistem yang dapat

    diterima oleh masyarakat akan meningkatkan keinginan masyarakat untuk

    tersambung ke sistem yang ada serta membayar layanan (kebutuhan ekonomi)

    Keberadaan pengelola fasilitas sanitasi sangat penting untuk memastikan

    keberlanjutan fasilitas terutama dalam hal pengelolaan pemungutan tarif,

    supervisi, operasi dan pemeliharaan, perbaikan, dan penyedotan tinja

    Dana yang diperoleh dari pemungutan tarif diperlukan untuk memastikan bahwa

    O&M dilaksanakan secara benar, termasuk biaya penyedotan, perbaikan, dan

    lain-lain. Semakin rendah biaya O&M, semakin rendah tarif yang harus dibayar

    oleh pengguna sehingga membuat sistem lebih terjangkau

    Pemerintah daerah perlu menjamin bahwa layanan penyedotan tinja tersediadan tempat pembuangan lumpur tinja dilakukan secara aman (misalnya dengan

    adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Layanan penyedotan dapat

    dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta

    Pemerintah daerah seharusnya melakukan pemantauan terhadap fasilitas

    sanitasi yang ada secara berkala untuk memastikan fasilitas tersebut beroperasi

    secara baik, mengevaluasi keuntungan dan kerugian sistem yang ada, serta

    memberikan dukungan apabila diperlukan. Pemantauan secara berkala akan

    membantu memastikan keberlanjutan sistem dan juga perencanaaan pengem-

    bangan

    KETERJANGKAUAN

    KEBERLANJUTAN

    LINGKUNGAN

    KEBERLANJUTAN

    KEBERLANJUTAN

    KEBERLANJUTAN

    KEBERLANJUTAN

    KEBERLANJUTAN

    KETERJANGKAUAN

    KETERJANGKAUAN

    KEBERLANJUTAN

    &

    KETERJANGKAUAN

    KEBERLANJUTAN

    &

    KETERJANGKAUAN

    KEBERLANJUTAN&

    LINGKUNGAN

    KEBERLANJUTAN

    &

    KETERJANGKAUAN

    Penerimaan

    serta keinginan

    membayar dari

    masyarakat

    Keberadaan

    pengelola

    Biaya O&M

    Peranpemerintah

    dalam

    penyedotan

    Pemantauan

    dari pemerintah

    daerah

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    23/42

    www.wsp.org

    3.1 PEMILIHAN SISTEM SETEMPAT ATAU

    SISTEM TERPUSAT

    Terdapat banyak pilihan sistem sanitasi yang memadai, mulai

    dari cubluk sederhana sampai dengan sistem perpipaandengan instalasi pengolahan air buangan yang modern.(WHO & OECD EAP Task Force Secretariat, 2005)

    Sistem sanitasi secara umum dibagi menjadi dua kategori,yaitu sistem setempat (on-site system) dan sistem terpusat(off-site system).

    Penerapan sistem sanitasi setempat lebih dari sekedarpenerapan teknologi sederhana, namun juga merupakanintervensi yang melibatkan aspek perubahan sosial. Jika

    perbaikan kondisi sanitasi di daerah perkotaan maupunperdesaan diharapkan dapat diterima oleh masyarakat, makafaktor-faktor sosial dan budaya terkait perlu dipertimbang-kan selama proses perencanaan dan pelaksanaan. Struktursosial, aspek kepercayaan, konsep kesehatan diri danlingkungan, dan kepercayaan yang berkaitan dengan sanitasidan kesehatan, serta keinginan untuk berubah, menjadikunci keberhasilan penerapan sistem sanitasi setempat.(WHO, 1992)

    Struktur pengolahan utama dalam sistem setempat berada di,atau sangat dekat dengan, sumber air buangan dari rumah

    tangga. Untuk perdesaan, sistem setempat, jika memungkinkan,merupakan sistem yang secara teknis, finansial dan institusionaldapat diterima. Untuk sistem setempat ini, keluargabertanggung jawab terhadap operasi dan pemeliharaannya.

    Sistem terpusat lebih rumit dan memerlukan sistempengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang lebihteratur serta memerlukan lebih banyak biaya. Namun,sistem setempat jelas memiliki keterbatasan. Kondisi tanahdan muka air tanah dapat membuat solusi sistem setempatmenjadi sulit atau bahkan tidak mungkin diterapkan; danselain itu, jika kepadatan penduduknya sangat tinggi maka

    akan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan--apalagijika posisi sistem ini berada di arah hulu dari sumber air.

    Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (Keputusan MenteriKimpraswil No. 534/KPTS/M/2001), pemilihan sistem setem-pat atau sistem terpusat didasarkan pada jenis kota, kepadatanpenduduk, dan tinggi muka air tanah:

    Sistem setempat lebih diarahkan untuk kota sedang kecildengan kepadatan rata-rata > = 200 jiwa/ha,dengan tarafmuka air tanah > 2 m, dan potensi cost recovery yang

    belum mendukung untuk sistem perpipaan

    Sistem terpusat lebih diarahkan untuk kota metro besardengan kepadatan rata-rata >= 200 jiwa/ha, taraf muka airtanah < 2m, dan potensi pemulihan biaya belum mendu-kung untuk sistem perpipaan (perlu studi kelayakan)

    Simplified sewerage/condominial sewerage: sebuah jarin-gan perpipaan air buangan yang dibangun memakai diam-eter pipa kecil. Pipa ditanam pada kedalaman dangkal dankemiringan kecil dibanding saluran limbah konvensional

    Saluran limbah bebas zat padat (small bore sewer): sebuah

    jaringan perpipaan air buangan yang fungsinya menyalur-kan air buangan yang telah dipisahkan zat padatnya, ataudari pengolahan pendahuluan (efluen dari tangki septik)ke fasilitas pengolahan berikutnya atau bisa juga ke tempatpembuangan tertentu

    Conventional sewerage: jaringan perpipaan air buanganbawah tanah yang besar. Saluran ini mengangkut blackwater, gray water dan air hujan dari sumbernya (rumahtangga, komersial, dan lain-lain) ke fasilitas pengolahanterpusat dengan memakai gaya gravitasi (dan pompa jikaperlu). Sistem ini cocok untuk daerah dengan kepadatan

    penduduk yang tinggi dimana air bersih tersedia dalambentuk sambungan rumah

    3.2 PEMILIHAN TINGKAT PENGELOLAAN

    Tingkat pengelolaan sistem sanitasi yang dimaksud dalamBuku Penuntun ini merupakan fasilitas tempat melakukanbuang hajat atau BAB yang terbagi kedalam 4 kategoriberikut:1. Jamban pribadi: jamban yang hanya digunakan oleh satu

    rumah tangga

    2. Jamban bersama: jamban yang digunakan secara bersamaoleh lebih dari satu rumah tangga yang berdekatan

    3. Jamban umum: jamban yang digunakan oleh pendudukdi suatu lingkungan tertentu

    4. Sistem perpipaan: sistem pengaliran air buangan darirumah tangga yang tersambung dengan sistem perpipaan

    21

    BAB III. Pemilihan Opsi Sanitasi

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    24/42

    Gambar 12 : Contoh konstruksi bagian atas

    Buku Penuntun22

    diarahkan pada pemanfaatan struktur atau kebiasaan yangtelah ada, namun perbaikan atau pengembangan lebih lanjuttetap diperlukan agar dapat memenuhi pertimbangan-

    pertimbangan diatas.

    Penggunaan bahan lokal sangat direkomendasikan. Slabbeton di rumah dengan lantai kayu (pada rumah apung dan

    rumah panggung) sedapat mungkin dihindari karena bebanberat beton tersebut dapat meruntuhkan konstruksi lantai,apalagi jika kondisi lantai kayu dibawah slab beton tidakdiketahui.

    Matriks opsi-opsi konstruksi bagian atas dan tengah dapatdilihat pada Tabel 5.

    dan pengolahannya dilakukan secara terpusat

    3.3 PEMILIHAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS

    DAN TENGAH

    Opsi konstruksi bagian atas dan tengah diperlukan supayamasyarakat maupun stakeholder dapat memilih opsi yangsesuai dengan kondisi fisik daerahnya maupun dengan keingi-nan dan kebiasaan masyarakatnya. Beberapa pertimbanganuntuk konstruksi bagian atas meliputi: (WSP-EAP, 2009) Sirkulasi udara yang cukup Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca pada

    musim panas dan hujan Kemudahan akses di malam hari Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar Menggunakan bahan lokal

    Konstruksi bagian tengah meliputi: Penutup lubang WC Dudukan jamban yang memperhatikan keamanan (tidak

    licin dan tidak runtuh) Melindungi dari kemungkinan munculnya bau tidak

    sedap Mudah dibersihkan dan dipelihara Menggunakan bahan lokal

    Walaupun pemilihan struktur bagian atas dan tengah

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Gambar 13 : Contoh konstruksi bagian tengah

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    25/42

    TANTANGANPantai &Muara

    SungaiRawa &

    MAT

    Tinggi

    Banjir

    BANGUNAN ATAS

    Rumah jamban dinding gedek/kayu tanpa atap

    Rumah jamban dinding gedek dengan atap

    Rumah jamban dinding kayu dengan atap

    Rumah jamban dinding batu bata dan gedek dengan atap

    Rumah jamban dinding batu bata dengan atap

    BANGUNAN TENGAH

    Slab bambu dilapisi tanah dengan penutup

    Slab kayu dengan penutup

    Slab beton dengan penutup

    Slab plengsengan beton/pasangan bata

    Slab beton dan kloset keramik

    www.wsp.org

    3.4 PEMILIHAN OPSI TEKNOLOGI PENGOLA-

    HAN

    Pemilihan opsi teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktortermasuk sistem (individual atau komunal), kepadatanpenduduk, ketersediaan lahan, taraf muka air tanah, serta

    kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.

    Teknologi pengolahan dalam Buku Penuntun ini -- tangkiseptik kedap, Anaerobic Baffled Reactor (RBC), AnaerobicUpflow Filter (AUF), Rotating Biological Contactor (RBC),wetland, bidang resapan dan sumur resapan -- merujuk padaBuku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi yang

    dikeluarkan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi(TTPS).4

    Beberapa pertimbangan dan rekomendasi khusus dalampemilihan opsi sanitasi ini mencakup:

    1. Hindari penggunaan Anaerobic Upflow Filter (AUF) dipermukiman panggung/gantung untuk mengurangi biayainvestasi dan operasional serta untuk meminimalkanrisiko penurunan efisiensi pengolahan akibat filter yangmampat, terutama untuk di daerah pantai dimana perai-rannya tidak digunakan sebagai sumber keperluan airdomestik ataupun pariwisata

    23

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Tabel 5 : Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah

    Keterangan: = rumah apung; = Rumah panggung; = Rumah di darat.

    Atap dapat terbuat dari bahan lokal seperti atap rumbia/nipah/seng. Untuk di daerah pantai, penggunaan seng sebaiknya dihindari.Apapun konstruksi bangunan tengah, sebaiknya menggunakan sistem leher angsa untuk mencegah timbulnya bau serta kontak antara vektor penyakit/serangga dengan tinja.

    4http://ppsp.sanitasi.or.id/index.php?option=com_docman&task=doc_details&gid=14&Itemid=11

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    26/42

    24

    sekitar rumah apungnya. Sementara itu, sistem perpipaanmemang tidak dapat diterapkan di perumahan apung

    6. Sistem sambungan perpipaan air buangan, khususnyauntuk daerah pantai, perlu dibuat kokoh dan anti-bocorsehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem.Masuknya air laut ke dalam sistem akan menghambatproses dekomposisi tinja

    7. Sistem perpipaan di daerah pantai, dan daerah spesifik

    lainnya yang dipengaruhi oleh pasang surut dan gelom-bang, perlu diperkuat penyangga beton yang mampumenahan hantaman gelombang. Kekuatan penyangga danjarak antar penyangga ini harus mempertimbangkankekuatan gelombang

    8. Dalam algoritma pemilihan opsi sanitasi diberikanbeberapa alternatif sistem yang didasarkan pada jenjangrekomendasi secara teknis. Para pengambil keputusandapat memutuskan opsi pengolahan mana yang dipan-dang paling sesuai berdasarkan kemampuan finansial,ketersediaan material dan tenaga kerja, serta kemampuanorganisasi pengelolaan dan O&M

    Kesesuaian sistem pengolahan dalam penerapannya didaerah sulit dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

    2. Pemakaian Rotating Biological Contactor (RBC) dihin-dari untuk daerah pantai sebagai upaya mengurangi risikorusaknya peralatan mekanis yang terbuat dari bahan

    logam akibat korosi oleh air laut ataupun percikan air lautyang terbawa angin

    3. Efisiensi pengolahan Tripikon-S dan T-Pikon-H belumterbukti secara ilmiah. Efisiensi pengolahan Tripikon-Spada Buku Penuntun ini berdasarkan hasil riset efisiensipengolahan limbah industri tahu rumah tangga denganmenggunakan Tripikon-S

    4. Biofiltrasi dengan tangki fiber yang dimaksud dalam BukuPenuntun ini adalah berbagai macam alat pengolahan airbuangan domestik yang tersedia di pasaran, umumnya

    terbuat dari fiberglass. Produk yang dikenal di pasarantermasuk Biofil, Biority, Biomed, Biosys. Produk-produkini menggunakan teknologi biofiltrasi dalam pengolahanair limbahnya. Sebagian juga telah dilengkapi oleh sistemklorinasi sebagai fitur tambahan

    5. Untuk perumahan apung, sistem pelayanan sanitasi yang

    direkomendasikan adalah sistem setempat, baik jambanpribadi maupun jamban bersama. Jamban umum tidakdirekomendasikan karena masyarakat cenderung engganberjalan ke jamban umum dan lebih memilih BAB di

    Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    PANTAI SUNGAI RAWA & MAT TINGGI BANJIR

    Rumah

    Apung

    Rumah

    Panggung

    Rumah di

    Darat

    Rumah

    Apung

    Rumah

    Panggung

    Rumah di

    Darat

    Rumah

    Panggung

    Rumah di

    Darat

    Rumah di

    DaratSistem Pengolahan

    Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom

    TIPE JAMBAN

    Jamban Pribadi/Bersama A A A A A A A A A

    Jamban Umum T T A T T A T A A

    Sistem Perpipaan T A A T A A A A A

    SISTEM PENGOLAHAN

    Tangki Septik (TS) T T T T A T T T T T A T T T M T M T

    Anaerobic Baffled Reactor (ABR) T T T M A M T T T M A A T T M M M M

    ABR/TS + Anaerobic Upflow

    Filter (AUF) T T M M M M T T T M T M T T T M T M

    Rotating Biological Contactor

    (RBC)T T T T T T T T T T T A T T T A T T

    Biofiltrasi Tangki Fiber M T M T A T M T M T A T M T M T M T

    TRIPIKON-S T T A T A A T T A T A A A T A A A A

    T-PIKON-H A T A T A T A T A T A A A T A A A A

    A = Dapat diaplikasikan; T = tidak dapat diaplikasikan; M = dapat diaplikasikan namun perlu modifikasi struktur (antara lain ketebalan beton bertulang, strukturpondasi/penyangga untuk menahan tekanan air baik secara horizontal dan/atau tekanan air dari bawah)

    Ind = Individual (jamban pribadi dan jamban bersama); Kom = Komunal (jamban umum dan sistem perpipaan)

    Tabel 6 : Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan Lingkungan Fisik di Daerah Sulit

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    27/42

    www.wsp.org

    3.4.1.

    Alterna

    tifdiDaera

    hPan

    taidan

    Muara

    25

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Sistem

    Pelayanan

    Fasilitas

    AlternatifPengolahan

    Pembuangan

    efluen/air

    limbah

    olahan

    DAERAH

    SPESIFIK

    Alternatif

    On-site

    Off-site

    JambanPribadi/Bersama

    JambanUmum

    SistemPerpipaan

    TangkiSeptikKedap

    TangkiSeptik+AUF

    ABR

    ABR+AUF

    ABR+RBC

    SmallBoreSewer+AUF

    ABR/TangkiSeptik+

    RBC

    BiofiltrasiTangkiFiber

    Tripikon-S

    T-Pikon-H

    Wetland

    Resapan

    BadanAir

    KETERANGAN

    RumahApung

    P1

    P2

    P3

    Konstruksipengolahandiban

    gundi

    darat.PenggunaanAUFtidak

    disarankannamundapatdigunakan

    apabilawilayahpantaidiman

    faatkan

    untukkegiatandomestikatau

    wisata

    lainnya

    RumahPanggung

    P4

    Konstruksipengolahandiban

    gundiair,

    karenaketerbatasanlahan

    P5

    Tangkifiberperludilengkapi

    dengan

    ankerdanjugapenutupatas

    betonagar

    tidakmengapungkarenatekananair

    tanah

    P6

    Untukmukaairtanahyangrendahmaka

    dapatditerapkansumur/bidangresapan

    untukairlimbaholahan

    P7

    Rumahdidarat

    P8

    Smallboresewerdimanfaatk

    anuntuk

    memperkecilkebutuhanlaha

    n

    pengolahan,terutamaapabila

    masyarakatnyatelahmemilik

    i

    pengolahanindividual

    Ta

    be

    l7:AlternatifSist

    emSanitasidiDaerahPantaidanMuar

    a

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    28/42

    www.wsp.org 26

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Gam

    bar

    14:AlgoritmaPilihanSanitasidiDaerahPantaidan

    Muara

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    29/42

    27 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Tabel 8 : Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara

    Alternatif Penjelasan Keterangan

    P1 Sistem setempat merupakan satu-satunya pilihan untuk rumah terapung

    Sistem ini mengakomodasi kebiasaan masyarakat di rumah terapung yang terbiasa BAB dari area

    rumah apung (melalui lubang di lantai ataupun bilik WC/jamban terapung yang digunakan bersama)

    Tangki septik fiberglass dapat ditempelkan atau disambungkan pada jamban atau lubang BAB. Tidak

    diperlukan penyangga dari bawah karena tekanan air dapat menyangga berat tangki septik

    fiberglass yang selalu terendam sebagian

    Pemasangan tangki septik fiberglass memerlukan teknik khusus dimana tangki fiber diisi dahulu

    dengan air hingga dapat tenggelam sebagian dalam air

    Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass dapat langsung dibuang ke perairan sekitar karena

    airnya tidak digunakan untuk keperluan domestik. T-Pikon-H dapat diterapkan dengan cara

    menempelkannya secara horisontal di samping rumah apung

    Sistem individual dipelihara oleh, dan menjadi

    tanggung jawab, masing-masing rumah tangga

    Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaantangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu

    didukung sistem pembiayaan yang dapat

    diterima masyarakat, seperti misalnya arisan

    Kebocoran harus dihindari agar air laut tidak

    masuk ke dalam sistem karena akan

    mempengaruhi kinerja pengolahan

    P2 Untuk rumah panggung dengan kepadatan kurang dari 200 jiwa/Ha, pilihannya adalah sistem

    setempat dengan menerapkan sistem jamban pribadi atau jamban bersama

    Pengolahan air buangan menggunakan tangki septik fiberglass, Tripikon-S ataupun T-Pikon-H

    Tangki septik fiberglass ditempelkan pada lubang jamban yang ada dan disangga dengan

    menggunakan konstruksi kayu untuk menahan beban tangki septik setelah terisi

    T-Pikon-H ditempelkan pada sisi rumah dengan menggunakan konstruksi kayu sebagai

    penyangganya

    Efluen dari tangki septik fiberglass maupun T-Pikon-H dapat langsung dibuang ke laut

    Tripikon-S dapat diterapkan dengan menancapkan sebagian konstruksinya ke dalam tanah atau

    dasar pantai sehingga beban Tripikon-S dapat tertahan (tergantung ketinggian lantai rumah terhadap

    permukaan pantai/tanah). Apabila Tripikon-S tidak dapat mencapai permukaan tanah, maka perlu

    penyangga

    Sistem sanitasi di rumah panggung diarahkan

    untuk dapat mengkomodasi kebiasaan penduduk

    yang melakukan BAB dari dalam rumah, baik

    melalui jamban ataupun lubang di lantai

    Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan

    tangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu

    didukung sistem pembiayaan yang dapat

    diterima masyarakat, seperti misalnya arisan

    Kebocoran harus dihindari agar air laut tidak

    masuk ke dalam sistem karena akanmempengaruhi kinerja pengolahan

    P3 Sistem perpipaan sesuai untuk diterapkan di rumah panggung dengan kepadatan penduduk

    >200jiwa/Ha, dan tersedia lahan di darat

    Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau tangki septik + AUF

    Konstruksi instalasi pengolahan dibangun di daratan dimana air limbah dari rumah-rumah panggung

    dialirkan melalui pipa menuju pengolahan di darat

    Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk

    Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi standar, kecuali apabila lokasi

    instalasi berada di lokasi yang berpasir

    Untuk lokasi yang berpasir, maka pondasi harus disokong dengan sistem cerucuk untuk menghindari

    amblasan

    Teknologi ABR lebih diprioritaskan karena kualitas air efluen tidak perlu terlalu tinggi dimana air laut

    tempat pembuangan efluen ini tidak digunakan untuk keperluan domestik

    Perpipaan yang tidak menempel pada struktur rumah harus disangga dengan tiang beton ataupunkayu yang terpancang kuat dan sedapat mungkin memiliki kelenturan yang sangat rendah terhadap

    hantaman gelombang air laut. Tiang penyokong yang lentur dapat menyebabkan pipa kaku yang

    disokongnya patah

    Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem

    Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung

    jawab atas O&M

    Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi

    kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di

    rumah gantung

    Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan

    tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)

    Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu

    dilengkapi dengan kendaraan penyedot tinja

    yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya

    motor tinja)

    Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan

    perbaikan, minimal untuk perbaikan minor

    P4 Sistem perpipaan sesuai untuk diterapkan di rumah panggung dengan kepadatan penduduk

    >200jiwa/Ha namun tidak tersedia lahan di darat sehingga konstruksi harus dibangun di air

    Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau tangki septik + AUF

    Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk

    Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disangga dengan sistem

    cerucuk untuk menghindari amblasan

    Teknologi ABR lebih diprioritaskan karena kualitas air efluen tidak perlu terlalu tinggi dimana air laut

    tempat pembuangan efluen ini tidak digunakan untuk keperluan domestik

    Perpipaan yang tidak menempel pada struktur rumah harus disangga dengan tiang beton ataupun

    kayu yang terpancang kuat dan sedapat mungkin memiliki kelenturan yang sangat rendah terhadap

    hantaman gelombang air laut. Tiang penyokong yang lentur dapat menyebabkan pipa kaku yang

    disokongnya patah

    Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalamsistem.

    Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung

    jawab atas O&M

    Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi

    kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di

    rumah gantung

    Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan

    tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)

    Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu

    dilengkapi dengan kendaraan penyedot tinja

    yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya

    motor tinja)

    Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan

    perbaikan, minimal untuk perbaikan minor

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    30/42

    www.wsp.org 28

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Alternatif Penjelasan Keterangan

    Secara umum pengolahan air limbah di daerah pantai dan muara tidak memerlukan pengolahan lengkap karena air lauttidak digunakan untuk kegiatan domestik seperti mencuci, memasak dan mandi, sehingga kualitas air efluen tidak perluterlalu ketat. Oleh karena itu, penggunaan filter sedapat mungkin dihindarkan karena akan mempersulit proses operasidan pemeliharaan serta mengurangi nilai investasi sehingga dana yang tersedia dapat dipergunakan untuk penguatanstruktur

    Untuk permukiman di darat, pengolahan efluen lanjutan sangat direkomendasikan karena terdapat potensi pencemaranair tanah, kecuali apabila efluen dari pengolahan langsung dibuang ke laut, dengan syarat bahwa air laut atau pantai tidakdigunakan untuk aktivitas domestik ataupun pariwisata

    Sistem perpipaan harus anti-bocor sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem

    Sistem penyangga sistem perpipaan harus tahan terhadap hantaman gelombang air laut baik saat pasang maupun saatsurut

    Dalam O&M, sebaiknya penggunaan air laut sebagai air pembilas dihindarkan karena akan menghambat proses dekom-posisi biologis dalam sistem pengolahan

    P5 Sistem setempat dengan jamban pribadi/bersama di rumah di darat dengan kepadatan 200jiwa/Ha, dimana masyarakat telah memiliki jamban sendiri baik dengan atau tanpa pengolahan

    Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau menerapkan sistem small

    bore sewer dimana pengolahan tinja diolah di pengolahan individual (misalnya tangki septik) dan

    efluennya dialirkan menuju AUF

    Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk. Penerapan sistemsmall bore sewerdapat mengurangi kapasitas pengolahan

    Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disokong sistem cerucuk

    untuk menghindari amblasan, apabila konstruksi dibangun di lokasi tanah berpasir atau tidak stabil

    Perpipaan harus tertanam ataupun terlindung dengan baik dari sinar matahari langsung maupun dari

    kerusakan oleh kegiatan di sekitarnya (terinjak, tergilas, atau tertabrak)

    Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung

    jawab atas O&M

    Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi

    kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di

    rumah gantung

    Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan

    tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)

    Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu

    dilengkapi kendaraan penyedot tinja yang

    mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor

    tinja)

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    31/42

    29 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Sistem

    Pelayanan

    Fasilitas

    AlternatifPengolahan

    Pembuangan

    DAERAH

    SPESIFIK

    Alternatif

    On-site

    Off-site

    JambanPribadi/

    Bersama

    JambanUmum

    SistemPerpipaan

    TangkiSeptikKedap

    TangkiSeptik+AUF

    ABR

    ABR+AUF

    ABR+RBC

    SmallBoreSewer+AUF

    ABR/TangkiSeptik+RBC

    BiofiltrasiTangkiFiber

    Tripikon-S

    T-Pikon-H

    Wetland

    Resapan

    BadanAir

    KETERANGAN

    Rumah

    Apung

    S1

    Sistemklorinasipadabiofiltrasipe

    rlu

    diaktifkanuntukmenjaminkualitasefluen

    yangaman

    S2

    Sistemklorinasipadabiofiltrasipe

    rlu

    diaktifkanuntukmenjaminkualitasefluen

    yangaman

    S3

    Konstruksipengolahandibangun

    didarat.

    PenggunaanAUF&RBCtidakdisarankan

    namundapatdigunakanapabilad

    iperlukan

    kualitasefluenyanglebihbaik

    Rumah

    Panggung

    S4

    Konstruksipengolahandibangun

    diair,

    karenaketerbatasanlahan

    S5

    Tangkifiberperludilengkapideng

    ananker

    danjugapenutupatasbetonagartidak

    mengapungkarenatekananairta

    nah.Sistem

    klorinasidiaktifkan

    S6

    Untukmukaairtanahyangrendahmaka

    perluditerapkansumur/bidangresapan

    S7

    Resapanataupunwetlanddiperlu

    kanuntuk

    mencegahpencemaranairtanah

    Rumahdi

    darat

    S8

    Smallboresewerdimanfaatkanu

    ntuk

    memperkecilkebutuhanlahanpengolahan,

    terutamaapabilamasyarakatnyatelah

    memilikipengolahanindividual

    3

    .4.2.

    Alterna

    tif

    diDaera

    hSunga

    i

    Ta

    be

    l9:AlternatifSis

    temSanitasidiDaerahSungai

    ABR=AnaerobicBaffledR

    eactor;AUF=AnaerobicUpflow

    Filter;RBC=R

    otatingBiologicalContactor

    +Biofiltrasiyangdiikutide

    nganpengaktifansistemk

    lorinasi(jikaada)

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    32/42

    30 Buku Penuntun

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Gam

    bar

    15:Algoritm

    aPilihanSanitasidiDaerahSungai

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    33/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    34/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    35/42

    www.wsp.org 33

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    Berbeda dengan di daerah laut dan muara, pengolahan airlimbah di daerah sungai perlu memiliki efluen yangmemenuhi standar air buangan agar tidak mencemari airsungai yang dipergunakan untuk kegiatan domestik.Oleh karena itu penerapan pengolahan efluen sangatdiperlukan apabila memungkinkan. Penggunaan AUFdan RBC pun sedapat mungkin dihindari, namun sistemtersebut diperlukan untuk pengolahan komunal dalamupaya meningkatkan kualitas efluennya

    Penyangga sistem perpipaan harus tahan terhadap gelom-bang air sungai, terutama pada saat terjadi musim hujan.Hal ini juga perlu diperhatikan pada sistem yang beradadi sungai yang berfungsi sebagai jalur transportasi perahu.Pemilihan material instalasi Tripikon-S juga tidak boleh

    rentan terhadap gelombang. Penggunaan pipa PVC patutdipertimbangkan

    Apabila memungkinkan, pengaktifan sistem klorinasipada sistem biofiltrasi tangki fiber perlu dilakukan. Halini sangat berguna untuk menjamin kualitas efluen yangmemenuhi standar air buangan yang ditetapkan pemerin-tah

    3.4.3. Alternatif di Daerah Rawa dan Muka

    Air Tanah Tinggi

    Karena risiko pencemaran air tanah sangat tinggi makasistem pengolahan di daerah rawa dan muka air tanah tinggi

    SistemPelayanan

    Fasilitas Alternatif Pengolahan Pembuangan

    DAERAHSPESIFIK

    Alternatif

    On-site

    Off-site

    JambanPribadi/

    Bersama

    JambanUmum

    SistemPerpipaan

    TangkiSeptikKedap

    TangkiSeptik+AUF

    ABR

    ABR+AUF

    ABR+RBC

    SmallBoreSewer+AUF

    ABR/TangkiSeptik+RBC

    BiofiltrasiTangkiFiber

    Tripikon-S

    T-Pikon-H

    Wetland

    Resapan

    BadanAir

    KETERANGAN

    R1

    Tangki fiber perlu dilengkapi dengan anker

    dan juga penutup atas beton agar tidakmengapung karena tekanan air tanah.Sistem klorinasi diaktifkan.

    R2

    Wetland perlu dibuat untuk menurunkanresiko pencemaran lingkungan yang sangattinggi di daerah rawa maupun muka airtanah tinggi.

    Rumahpanggung /

    di darat

    R3

    Small bore sewer dimanfaatkan untukmemperkecil kebutuhan lahan pengolahan,terutama apabila masyarakatnya telahmemiliki pengolahan individual.

    Tabel 11 : Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi

    ABR = Anaerobic Baffled Reactor ; AUF = Anaeobic Upflow Filter ; RBC = Rotating Biological Contactor

    memerlukan pengolahan yang benar-benar kedap sertaefluen yang memenuhi persyaratan air limbah, oleh karenarisiko pencemaran air tanah sangat tinggi. Daya angkat air

    tanah terhadap pengolahan dengan menggunakan tangkifiberglass perlu diantisipasi dengan pembuatan penahanbeton. Pembubuhan klor yang menjadi fasilitas pilihanpada beberapa biofiltrasi fiberglass perlu diaktifkan untukmenjamin kualitas efluen yang memenuhi standar airlimbah domestik.

    Gambar 16 :Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawa & MAT Tinggi

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    36/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    37/42

    www.wsp.org 35

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    3.4.4. Alternatif di Daerah Rawan Banjir

    Tabel 13 : Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai

    Pengolahan air limbah domestik di daerah banjir dapatmenggunakan jenis teknologi apa saja selama tetap mem-perhatikan ketinggian muka tanah serta ketinggian banjirmaksimal. Teknologi untuk masing-masing daerah spesifik

    dapat dilihat pada opsi-opsi untuk rumah yang berada didarat. Yang sangat diperlukan adalah teknik untuk mencegahair banjir masuk ke dalam sistem pengolahan, baik melaluilubang kloset, lubang di lantai, lubang kontrol, ataupunoutlet sistem pengolahan.

    Instalasi pengolahan yang aman dari banjir mensyaratkanposisi lubang jamban, lubang hawa dan outlet instalasipengolahan yang berada di posisi terlindung dari rendamanbanjir, khususnya untuk daerah rawan banjir. Hal ini untukmencegah masuknya air banjir ke dalam sistem yang akan

    menyebabkan instalasi pengolahan lebih cepat penuh ataubahkan melimpah sehingga mencemari lingkungan.

    SistemPelayanan

    Fasilitas Alternati f Pengolahan Pembuangan

    DAERAHSPESIFIK

    Alternatif

    On-site

    Off-site

    JambanPribadi/

    Bersama

    JambanUmum

    SistemPerpipaan

    TangkiSeptikKedap

    TangkiSeptik+AUF

    ABR

    ABR+AUF

    ABR+RBC

    SmallBoreSewer+AUF

    ABR/TangkiSeptik+RBC

    BiofiltrasiTangkiFiber

    Tripikon-S

    T-Pikon-H

    Wetland

    Resapan

    BadanAir

    KETERANGAN

    B1

    Tangki fiber perlu dilengkapi dengan ankerdan juga penutup atas beton agar tidakmengapung karena tekanan air tanah.Sistem klorinasi diaktifkan.Posisi kloset maupun instalasi pengolahanberada pada posisi yang lebih rendah dariketinggian banjir rata-rata.

    B2 Untuk muka air tanah yang rendah makaperlu diterapkan sumur/bidang resapan.

    B3

    Wetland perlu memiliki dinding yang lebihtinggi dari tinggi banjir rata-rata. Demikianpula dengan posisi outlet dari instalasipegolahan. Manhole perlu dibuat kedap airsehingga air banjnir tidak dapat masuk.

    Rumah didarat

    B4

    Small bore sewer dimanfaatkan untukmemperkecil kebutuhan lahan pengolahan,terutama apabila masyarakatnya telahmemiliki pengolahan individual.

    ABR = Anaerobic Baffled Reactor ; AUF = Anaeobic Upflow Filter ; RBC = Rotating Biological Contactor

    Gambar 17 : Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawan Banjir

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    38/42

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    39/42

    Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi

    B4

    Sistem

    perpip

    aan

    sesuaiuntukrumah

    didaerah

    raw

    an

    banjirdengan

    kepadatanpenduduk

    >200jiwa/Ha,dimanamasyarakattelahmemilikijambanse

    ndiridenganatautanpapengolahan

    PengolahanairbuanganmenggunakanteknologiABRa

    taumenerapkansistem

    smallbore

    sewer

    dimanatinjadiolahdipengolahanindividual(misalnyatan

    gkiseptik)danefluennyadialirkanmenuju

    AUF

    Pengolahanefluensangatdiperlukanmengingatrisikopen

    cemaranairtanahyangtinggi.Penerapan

    wetlandataupunRBCsangatdianjurkanapabilamemungkinkan

    Kapasitaspen

    golahanharusdisesuaikandenganbebanairlimbahyangmasuk.Penerapansistem

    smallboresew

    erinidapatmengurangikapasitaspengolah

    an

    Perpipaanharustertanamataupunterlindungdenganbaik

    darisinarmataharilangsungmaupundari

    kerusakanolehkegiatandisekitarnya(misalnyaterinjak,tergilas,atautertabrak)

    Sambunganpipaharusdibuatkokohdankedapsehinggaairdariluartidakdapatmasukkedalam

    sistem,terutam

    adidaerahyangtergenangsetiapsaat

    Perluadakelompokpengelolayangbertanggung

    jawabdalamO&M

    Pihak

    penyedia

    jasa

    penyedotantinja

    perlu

    dilengkapi

    kendaraan

    penyedottinja

    yang

    mampumenjangkaumedansulit(misalnyamotor

    tinja)

    Kelompokpengelolaperludibekalikemampuan

    perbaikan,minimaluntukperbaikanmin

    or

  • 7/29/2019 Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

    40/42

    Referensi

    Philippines Sanitation Sourcebook and Decision Aid,

    Desember 2005.

    A. H. Dolan and I. J. Walker, Understanding vulnerabilityof coastal communities to climate change related risks,

    Journal of Coastal Research, Special Issue 39, 2004

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Tata Cara Perenca-

    naan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, SNI 03-2398-

    2002

    Depledge, Derrick, Sanitation for Small Islands Guide-

    lines for Selection and Development, South Pacific Applied

    Geoscience Commision (SOPAC), September 1997.

    Franceys, R, Pickford, J, Reed, R, A guide to the develop-

    ment of on-site sanitation, WHO, Geneva, 1992.

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16- 2008

    tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

    Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman

    Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia,

    Penanggulangan Tinja pada Segmen Permukiman Padat

    Penduduk, 2003

    Rebecca Scott and Brian Reed, Well Factsheet: Emptying

    Pit Latrines, November 2006.

    TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), Buku Refer-

    ensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, 2010

    TTPS, Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendan-

    aan Sektor