proposal skripsi tahun
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
1/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Apendiks adalah organ berbentuk tabung yang berpangkal di sekum,
memiliki lumen yang sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal
(Sjamsuhidajat, 2010). Apabila terjadi proses peradangan yang timbul secara
mendadak pada daerah apendiks maka disebut dengan apendisitis akut
(Permenkes, 201). Apendisitis akut merupakan masalah kega!atdaruratan
abdominal yang paling umum terjadi ("umes, 200#). $itandai dengan adanya
perasaan tidak nyaman pada daerah periumbilikus, diikuti dengan anoreksia, mual
dan muntah yang disertai dengan nyeri tekan kuadran kanan ba!ah juga rasa
pegal dalam atau nyeri pada kuadran kanan ba!ah (%obbins, 200&). Penyakit ini
terjadi karena proses obstruksi di lumen apendiks, penyebab yang tersering adalah
akibat hiperplasia jaringan lim'oid, 'ekalit, tumor dan cacing askaris
(Sjamsuhidajat, 2010).ila apendisitis akut tidak segera ditatalaksana maka akan menimbulkan
komplikasi yang membahayakan yaitu per'orasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses (Papandria dkk, 201). erdasarkan penelitian
Papandria pada tahun 201 sebanyak #*.+0 pasien yang menderita apendisitis,
0,- mengalami per'orasi. indakan penatalaksanaan yang paling tepat pada
kasus apendisitis adalah apendektomi. Sekitar 0.000 orang menjalani
apendektomi setiap tahun di Amerika Serikat (%,$a/id, 201+).
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian
dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis yaitu membuat
diagnosis yang tepat (mari dkk, 201). Penegakan diagnosis apendisitis akut
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan 'isik serta hasil laboratorium dan
pemeriksaan radiologi yang merupakan pemeriksaan penunjang. Selain itu
terdapat sistem penilaian yang dapat membantu dalam mendiagnosis apendisitis
akut yaitu skor Al/arado. Skor Al/arado terdiri dari gejala, tanda dan 2 hasil
1
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
2/30
2
laboratorium. Apabila didapatkan nilai skor &10 maka di diagnosis mengalami
apendisitis akut.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari
satu tahun jarang dilaporkan. nsiden tertinggi pada kelompok umur 200 tahun,
setelah itu menurun. nsidens pada lakilaki dan perempuan umumnya sebanding,
kecuali pada umur 200 tahun, ketika insidens pada lakilaki lebih tinggi
(Sjamsuhidajat, 2010). $i %S3P ".Adam 4alik selama tahun 200 terdapat
sebanyak #0 kasus apendisitis. Paling banyak ditemukan penderita apendisitis
pada usia 210 tahun sebesar +-, sedangkan berdasarkan jenis kelamin paling
banyak ditemukan pada perempuan sebesar #0- (5P /an, 2010).
%atarata &- populasi di dunia menderita apendisitis dalam hidupnya.
nsiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang.
Sur/ei menunjukkan bah!a sekitar 10- orang di Amerika Serikat dan negara
arat menderita apendisitis dalam suatu saat (%obbins, 200&). Selain itu, juga di
laporkan hasil sur/ei angka insidensi apendisitis, dimana terdapat 11 kasus
apendisitis pada setiap 10.000 orang di Amerika ($ahmardehei, 201).
erdasarkan penelitian uckius 4 pada tahun 2012 didapatkan bah!a terjadi
peningkatan kejadian apendisitis akut dari &,#2 menjadi ,* dari 10.000 antara
tahun 1200* di Amerika Serikat.
4enurut 6" (6orld "ealth rgani7ation), insidensi apendisitis di Asia
pada tahun 200 adalah ,*- penduduk dari total populasi. Apendisitis
merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di ndonesia pada tahun 200#.
8umlah pasien ra!at inap karena penyakit apendiks pada tahun tersebut 2*.
pasien, berada di urutan keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan penyakit
sistem cerna lainnya. Pada ra!at jalan, kasus penyakit apendiks menduduki urutan
kelima (.*# pasien ra!at jalan), setelah penyakit pencernaan lain, dispepsia,
gastritis dan duodenitis ($epkes, 200*). 8umlah kasus apendisitis di 8a!a engah
tahun 200 dilaporkan sebanyak +.*0 dan 1&& diantaranya menyebabkan
kematian. 8umlah penderita apendisitis tertinggi ada di 9ota Semarang, yakni &0
orang.
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
3/30
4engingat apendisitis merupakan masalah kega!atdaruratan bedah yang
umum didapatkan di masyarakat dan dapat menimbulkan komplikasi yang
membahayakan apabila tidak segera ditatalaksana, maka peneliti menganggap
perlu dilakukan penelitian tentang 9arakteristik Penderita Apendisitis Akut di
%S3$ Palembang ari periode 1 8anuari1 $esember 201.
1.2. Rumusan Masalah
agaimana karakteristik penderita apendisitis akut di %S3$ Palembang
ari periode 1 8anuari 201 sampai dengan 1 $esember 201:
1.3. Tujuan Peneltan
1.3.1. Tujuan Umum
4engetahui karakteristik penderita apendisitis akut di %S3$ Palembang
ari periode 1 8anuari 201 sampai dengan 1 $esember 201.
1.3.2. Tujuan !husus
1. 4engetahui karakteristik penderita apendisitis akut berdasarkan usia
dan jenis kelamin.
2. 4engetahui karakteristik penderita apendisitis akut berdasarkan
penegakkan diagnosis dengan menggunakan skor Al/arado.
. 4engetahui karakteristik penderita apendisitis akut berdasarkan
penatalaksanaan.
1.". Man#aat Peneltan
1.".1. Bag Penelt
$engan adanya penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan tentang
penyakit apendisitis akut serta dapat menjadi acuan sebagai mahasis!a klinik
dalam melakukan diagnosis dan penatalaksanaan apendisitis akut.
1.".2. Bag Mas$arakat
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
4/30
$engan penelitian ini memberikan man'aat dalam menyediakan berbagai
in'ormasi tentang penyakit apendisitis akut mulai dari de'inisi, gejala dan tindakan
yang dilakukan.
1.".3. Bag Aka%emk
"asil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan bahan re'erensi untuk
penelitian selanjutnya
1.&. !easlan Peneltan
;ama
Peneliti
ahun 8udul 4etode
Penelitian
"asil Penelitian
/an 5.P 2010 9arakteristik
penderita
apendisitis di
%S3P ".Adam
4alik 4edan
pada tahun 200
%etrospekti'
deskripti'
$ari hasil penelitian
karakteristik penderita
apendisitis berdasarkan
jenis kelamin paling
banyak dijumpai pada
perempuan yaitu
sebanyak # orang
(#0-). 9arakteristik
penderita apendisitis
berdasarkan usia paling
banyak ditemukan pada
kelompok usia 1*0
tahun yaitu sebanyak 2+
orang (1,&-).
9arakteristik penderita
apendisitis berdasarkan
suku yaitu terdapat
paling banyak dijumpai
pada suku suku atak
sebanyak 2 orang
(*,-). 9arakteristik
penderita apendisitis
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
5/30
+
berdasarkan pekerjaan
adalah paling banyak
terdapat pada penderita
apendisitis yang bekerja
sebagai P;S sebanyak
2 orang (*,-)
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
6/30
#
ditemukan yaitu
sebanyak 21 pasien
(2#.2-) dari total *0
pasien apendisitis
kronis.
4angema
8unias %.S
200 "ubungan
antara skor
Al/arado dan
temuan operasi
apendisitis akut
di %umah Sakit
Pendidikan
=akultas
9edokteran
3ni/ersitas
Sumatera 3tara
Analitik $ari hasil analisa
dengan korelasi Pearson
didapatkan tidak adanya
hubungan yang
bermakna antara skor
Al/arado dan
klinikohispatologi
dimana r>0,1+#
BAB II
TIN'AUAN PU(TA!A
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
7/30
&
2.1 Lan%asan Te)r
2. 1. 1 Anat)m %an *s)l)g A+en%ks
Apendiks /ermi'ormis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang
mempunyai otot dan mengandung jaringan lim'oid. Panjang apendiks
/ermi'ormis ber/ariasi dari + inci (*1 cm). $asarnya melekat pada
permukaan posteromedial caecum, sekitar 1 inci (2,+ cm) di ba!ah junctura
ileocaecalis. agian apendiks /ermi'ormis lainnya bebas. Apendiks
/ermi'ormis diliputi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan
di ba!ah mesenterium instestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri
yang pendek,mesoapendiks. 4esoapendiks berisi arteria, /enaappendicularis dan sara'sara' (Snell, 200#).
?ambar 2.1. Anatomi Apendiks @ermi'ormis ;ormalSumber Sobotta, 2012
Apendiks terletak di regio iliaca deBtra dan pangkal diproyeksikan
ke dinding anterior abdomen pada sepertiga lateral dan dua pertiga medial
garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus
(titik 4curney). Cokasi ujung apendiks lebih ber/ariasi dan berproyeksi ke
titik CA;D (transisi antara sepertiga kanan dan dua pertiga kiri pada garis
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
8/30
*
yang menghubungkan kedua spina iliaca anterior posterior. @arian posisi
apendiks /ermi'ormis yaitu descendens ke dalam pel/is minor, retrosekal
(posisi yang paling sering), preileal dan retroileal (Sobotta,2012). Posisi
anatomi apendiks menentukan gejala dan letak dari spasme otot ketika
apendiks mengalami peradangan (4oore, 2011).
?ambar 2.2. Proyeksi dan @arian Posisi Apendiks @ermi'ormis
Sumber Sobotta, 2012
$i dalam abdomen, dasar apendiks mudah ditemukan dengan
mencari taeniae coli caecum dan mengikutinya sampai dasar apendiks,
tempat taeniae coli bersatu membentuk tunica muscularis longitudinal yang
lengkap (Snell, 200#).
Pada #+- kasus, apendiks terletak intraperitoneal. 9edudukan ini
memungkinkan apendiks bergerak, dan ruang geraknya bergantung pada
panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks
terletak retroperitoneal, yaitu dibelakang caecum, dibelakang kolon
asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. ?ejala klinis apendisitis
ditentukan oleh letak apendiks. Persara'an parasimpatis berasal dari cabang
ner/us /agus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri
apendikularis, sedangkan persara'an simpatis berasal dari ner/us torakalis
E. leh karena itu, nyeri /iseral pada apendisitis bermula di sekitar
Descendens
retrosekal Pre-ileal retroileal
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
9/30
umbilikus. Perdarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. 8ika arteri ini tersumbat, misalnya karena
trombosis pada in'eksi, apendiks akan mengalami gangren.
Apendiks mengandung jaringan lim'oid yang memproduksi,
menyimpan, atau memproses lim'osit. 8aringan lim'oid berada ditempat
tempat strategis untuk menghambat masuknya mikroorganisme sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyebar jauh
(Sher!ood, 2011).
Apendiks tersebut menghasilkan lendir 12ml per hari. Cendir itu
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum."ambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenesis apendisitis. mmunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
?AC ( gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran
cerna termasuk apendiks , ialah gA. munoglobulin itu sangat e'ekti'
sebagai pelindung terhadap in'eksi. ;amun demikian, pengangkatan
apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan
lim'e di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran
cerna dan di seluruh tubuh (Sjamsuhidajat, 2010).
Apabila terjadi proses peradangan yang timbul secara mendadak
pada daerah apendiks maka disebut dengan apendisitis akut
(Permenkes,201). Apendisitis akut merupakan masalah kega!atdaruratan
abdominal yang paling umum terjadi ("umes, 200#).
2. 1. 2 E+%em)l)gnsiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara
berkembang. %atarata &- populasi di dunia menderita apendisitis dalam
hidupnya. Sur/ei menunjukkan bah!a sekitar 10- orang di Amerika
Serikat dan negara arat menderita apendisitis dalam suatu saat
(%obbins, 200&).
4enurut 6" (6orld "ealth rgani7ation), insidensi apendisitis
di Asia pada tahun 200 adalah ,*- penduduk dari total populasi.
Apendisitis merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di ndonesia
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
10/30
10
pada tahun 200#. 8umlah pasien ra!at inap karena penyakit apendiks pada
tahun tersebut 2*. pasien, berada di urutan keempat setelah dispepsia ,
duodenitis, dan penyakit sistem cerna lainnya. Pada ra!at jalan, kasus
penyakit apendiks menduduki urutan kelima (.*# pasien ra!at jalan),
setelah penyakit pencernaan lain, dispepsia, gastritis dan duodenitis
($epkes, 200*). 8umlah kasus apendisitis di 8a!a engah tahun 200
dilaporkan sebanyak +.*0 dan 1&& diantaranya menyebabkan kematian.
8umlah penderita apendisitis tertinggi ada di 9ota Semarang, yakni &0
orang.
2. 1. 3 Et)l)g %an *akt)r Rsk)
Apendisitis akut merupakan in'eksi bakteri. erbagai hal berperan
sebagai 'aktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan 'aktor
yang diajukan sebagai 'aktor pencetus. $i samping hiperplasia jaringan
lim'oid, 'ekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolyca.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makanmakanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
9onstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan 'ungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman 'lora
kolon biasa (Sjamsuhidajat, 2010).
Penyebab apendisitis adalah sumbatan yang terjadi pada lumen
apendiks. Adanya lendir pada lumen apendiks menyebabkan bakteri yang
hidup normal dalam apendiks berkembang biak. Akibatnya, apendiks
menjadi teri'eksi dan terjadi in'lamasi (48 Spirt, 2010).
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak
kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. nsiden tertinggi pada kelompok
umur 200 tahun, setelah itu menurun. nsidens pada lakilaki dan
perempuan umunya sebanding, kecuali pada umur 200 tahun, ketika
insidens pada lakilaki lebih tinggi (Sjamsuhidajat, 2010). Apendisitis pada
umumnya diderita pada umur antar 1020, tetapi tidak ada batasan umur.
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
11/30
11
Perbandingan antara lakilaki dan perempuan adalah 1,1. %esiko terkena
apendisitis sepanjang hidup pada lakilaki adalah *,#- sedangkan pada
perempuan #,&- di Amerika Serikat ("umes, 200#). Penyakit ini
merupakan salah satu keadaan nyeri perut akut yang dijumpai pada
penderita yang dira!at hampir di seluruh rumah sakit di indonesia.
(andirogang, 2012).
2. 1. " Pat)geness
Patologi apendisitis akut bera!al dari mukosa dan kemudian
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks /ermi'ormis dalam !aktu 2
* jam pertama. 8aringan mukosa pada apendiks /ermi'ormis menghasilkan
mukus (lendir) setiap harinya. erjadinya obstruksi lumen menyebabkan
sekresi mukus dan cairan, akibatnya terjadi peningkatan tekanan luminal
sebesar #0 cm"2, yang seharusnya hanya berkapasitas 0,10,2 mC
(Sjamsuhidajat, 2010).
akteri dalam lumen apendiks /ermi'ormis berkembang dan
mengin/asi dinding apendiks /ermi'ormis sejalan dengan terjadinya
pembesaran /ena dan kemudian terganggunya arteri akibat tekanan
intraluminal yang tinggi. 9etika tekanan kapiler melampaui batas, terjadi
iskemi mukosa, in'lamasi dan ulserasi. Pada akhirnya, pertumbuhan bakteri
yang berlebihan di dalam lumen dan in/asi bakteri ke dalam mukosa dan
submukosa menyebabkan peradangan transmural, edema, stasis pembuluh
darah, dan nekrosis muskularis yang dinamakan apendisitis kataralis. 8ika
proses ini terus berlangsung, menyebabkan edema dan kongesti pembuluh
darah yang semakin parah dan membentuk abses di dinding apendiks
/ermi'ormis serta cairan purulen, proses ini dinamakan apendisitis
'legmonosa. 9emudian terjadi gangren atau kematian jaringan yang disebut
apendisitis gangrenosa. 8ika dinding apendiks /ermi'ormis yang terjadi
gangren pecah, tandanya apendisitis berada dalam keadaan per'orasi.
3ntuk membatasi proses radang ini tubuh juga melakukan upaya
pertahanan dengan menutup apendiks /ermi'ormis dengan omentum, usus
halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
12/30
12
salah dikenal dengan istilah in'iltrat apendiks. Pada anakanak dengan
omentum yang lebih pendek, apendiks /ermi'ormis yang lebih panjang, dan
dinding apendiks /ermi'ormis yang lebih tipis,serta daya tahan tubuh yang
masih kurang, dapat memudahkan terjadinya apendisitis per'orasi.
Sedangkan pada orang tua, apendisitis per'orasi mudah terjadi karena
adanya gangguan pembuluh darah. Apendiks /ermi'ormis yang pernah
meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut
yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang di perut kanan ba!ah. Sehingga suatu saat,
organ ini dapat mengalami peradangan akut lagi dan dinyatakan mengalami
eksaserbasi akut (8e''rey, 2002).
?ambar Apendiks yang mengalami peradanganSumber Paulina,201+
2. 1. & Man#estas !lns
%i!ayat dan urutan gejala yang timbul merupakan gambaran
diagnostik apendisitis yang paling penting. ?ejala a!al hampir selalu
berupa nyeri abdomen jenis /iseral, yang disebabkan oleh kontraksi
apendiks atau distensi lumen apendiks. iasanya lokasi nyeri di daerah
periumbilikus atau epigastrium. erkadang tidak ada nyeri pada epigastrium,
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
13/30
1
tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
"al ini sangat berbahaya karena dapat mempermudah terjadinya per'orasi.
;yeri /iseral yang dirasakan ringan, sering seperti kram, dan jarang sekali
berakibat buruk, biasanya berlangsung selama sampai # jam. Sejalan
dengan menyebarnya proses in'lamasi ke permukaan peritoneum parietal,
nyeri menjadi somatik, menetap dan lebih berat, bertambah sakit bila
bergerak atau batuk, dan biasanya berlokasi di kuadran kanan ba!ah
("arrison, 2012).
;yeri berpindah pada kuadran kanan ba!ah tepatnya di titik
McBurney. 9eluhan juga sering disertai mual dan kadang muntah.
3mumnya na'su makan berkurang (Sjamsuhidajat, 2010). $eman dan
leukositosis terjadi pada a!al perjalanan penyakit, namun sejumlah besar
kasus tidak memberikan gambaran klasik (%obbins, 200&). $emam
biasanya ringan dengan suhu &,+*,+o5. ila suhu sudah tinggi mungkin
telah terjadi per'orasi.
ila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda nyeri perut
kanan ba!ah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal karena
apendiks terlindung oleh sekum. %asa nyeri lebih kearah perut sisi kanan
atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi otot psoas mayor yang
menegang dari dorsal. %adang pada apendiks yang terletak di rongga pel/is
dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum
sehingga peristalstik meningkat dan pengosongan rektum menjadi lebih
cepat serta berulang. 8ika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan 'rekuensi kencing akibat rangsangan apendiks terhadap
dinding kandung kemih. ?ejala apendisitis akut pada anak tidak spesi'ik.
Pada a!alnya, anak sering hanya menunjukkan gejala re!el dan tidak mau
makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. eberapa jam
kemudian, anak akan muntah sehingga menjadi lemah dan letargik. 9arena
gejala yang tidak khas tadi, apendisitis sering baru diketahui setelah
per'orasi. Pada bayi, *00- apendisitis baru diketahui setelah terjadi
per'orasi. Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit di diagnosis
sehingga ditangani pada !aktunya dan terjadi komplikasi. 4isalnya, pada
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
14/30
1
orang berusia lanjut, gejalanya sering samarsamar saja sehingga lebih dari
separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah per'orasi. Pada kehamilan,
keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan muntah. "al ini
perlu dicermati karena pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi
mual dan muntah (Sjamsuhidajat, 2010).
2. 1. , Dagn)ss
3ntuk menegakkan diagnosis apendisitis akut didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan 'isik. Sedangkan hasil laboratorium dan
pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang untuk
mendukung diagnosis apendisitis akut. 3ntuk diagnosis pasti apendisitis
akut adalah dengan pemeriksaan histopatologi (8unias, 200).
A. Anamness
;yeri abdomen merupakan keluhan utama pasien dengan apendisitis
akut, nyeri a!alnya berasal dari abdomen bagian tengah, kemudian dalam
!aktu 2 jam berpindah ke 'osa iliaka kanan, bersi'at tajam,dan konstan.
"al itu pertama kali dideskripsikan oleh 4urphy. ;yeri abdomen, panas
badan, dan anoreksia merupakan gejala klasik dari apendisitis akut
("umes, 2011).
;yeri abdomen tersebut akan bersi'at menetap di perut kanan ba!ah
yang akan bertambah nyeri bila pasien bergerak, batuk atau bersin. Pada
pasien dengan apendisitis akut juga dirasakan panas badan yang biasanya
tidak terlalu tinggi (sekitar *05). Anoreksia, mual, dan muntah dapat timbul
beberapa jam kemudian ("umes, 2011). @ariasi lokasi anatomi apendiks
akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang beragam. Sebagai contoh
apendiks yang panjang dengan ujung yang mengalami in'lamasi di kuadran
kiri ba!ah akan menyebabkan nyeri di daerah tersebut, apendiks retrosekal
akan menyebabkan nyeri 'lank atau punggung, apendiks pel/ikal akan
menyebabkan nyeri pada suprapubik dan apendiks retroileal bisa
menyebabkan testikuler, mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan
ureter (Permenkes, 201).
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
15/30
1+
B. Pemerksaan *sk
emuan 'isik ditentukan terutama oleh posisi anatomis apendiks
/ermi'ormis yang mengalami in'lamasi, serta organ yang telah mengalami
ruptur ketika pasien pertama kali diperiksa. anda /ital seperti peningkatan
suhu jarang F1o5 (1.*o=) dan denyut nadi normal atau sedikit meningkat.
Apabila terjadi perubahan yang signi'ikan dari biasanya menunjukkan
bah!a komplikasi atau per'orasi telah terjadi atau diagnosis lain harus
dipertimbangkan (runicardi dkk, 200). Pada inspeksi, penderita biasanya
menunjukkan gejala membungkuk sambil memegangi perut yang sakit.Per'orasi apendiks /ermikularis akan menyebabkan peritonitis
purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat berupa
nyeri tekan dan de'ans muskuler yang meliputi seluruh perut, disertai
pungtum maksimum di regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan
kembung. Peristaltik usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya
ileus paralitik. Pasien dengan apendisitis biasanya berbaring dengan
terlentang, karena gerakan apa saja dapat meningkatkan rasa sakit. 8ika
diminta untuk menggerakkan paha terutama paha kanan pasien akan
melakukan dengan perlahanlahan dan hatihati ( runicardi dkk, 200).
8ika dilakukan palpasi akan didapatkan nyeri yang terbatas pada regio
iliaka kanan, biasanya di sertai nyeri lepas. $e'ans muskuler menunjukkan
adanya rangsangan parietal. anda ro/sing adalah apabila melakukan
penekanan pada perut kiri ba!ah maka akan dirasakan nyeri pada perut
kanan ba!ah (Sjamsuhidajat, 2010).
3ji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih
ditujukan untuk mengetahui letak apendiks /ermi'ormis. 5ara melakukan
uji psoas yaitu dengan rangsangan otot psoas melalui hiperekstensi sendi
panggul kanan atau 'leksi akti' sendi panggul kanan, kemudian paha kanan
ditahan. indakan ini akan menimbulkan nyeri bila apendiks /ermi'ormis
yang meradang menempel di otot psoas mayor. Pada pemeriksaan uji
obturator untuk melihat bilamana apendiks /ermi'ormis yang meradang
bersentuhan dengan otot obturator internus . 9etika peradangan apendiks
/ermi'ormis telah mencapai panggul, nyeri perut kemungkinan tidak
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
16/30
1#
ditemukan sama sekali, yaitu misalnya pada apendisitis pel/ika. Sehingga
dibutuhkan pemeriksaan colok dubur. $engan melakukan pemeriksaan
colok dubur nyeri akan dirasakan pada daerah lokal suprapubik dan rektum.
andatanda iritasi lokal otot pel/is juga dapat dirasakan penderita
(runicardi dkk, 200). Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri ketok
positi', sedangkan auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan
diagnosis apendisitis akut (Permenkes,201).
-. Pemerksaan La)rat)rum
Pemeriksaan laboratorium rutin sangat membantu dalam
mendiagnosis apendisitis akut, terutama untuk mengesampingkan diagnosis
lain. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan adalah jumlah leukosit
darah. Ceukosit merupakan petanda yang sensiti' terhadap in'lamasi. 8umlah
leukosit darah biasanya meningkat pada kasus apendisitis. "itung jumlah
leukosit darah merupakan pemeriksaan yang mudah dilakukan. Pada
kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan
komplikasi berupa per'orasi ("ardiyanti,201). "asil laboratorium pada
apendisitis akut biasanya didapatkan angka leukosit diatas 10.000Gmm
dengan pergeseran ke kiri pada hemogramnya (F&0- netro'il)
(4arisa dkk, 2012).
erdasarkan penelitian ?uraya pada tahun 200+ di %umah Sakit
3ni/ersitas 9ing 9halid didapatkan bah!a peningkatan jumlah leukosit
darah yang tinggi merupakan indikator yang dapat menentukan derajat
keparahan apendisitis. Ceukositosis ringan, mulai dari 10.000 1*.000
selGmm, biasanya terdapat pada pasien apendisitis akut. Ceukositosis yanglebih besar dari 20.000 sel per mikroliter hendaknya memberi tanda pada
dokter kemungkinan terjadinya per'orasi ("arrison, 2012).
Pemeriksaan urinalisis dapat mengesampingkan atau meniadakan
gangguan urogenital yang menyerupai apendisitis akut ("arrison, 2012).
D. Pemerksaan Ra%)l)g
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonogra'i (3S?),
5Scan, dan 4%. 3S? direkomendasikan untuk menge/aluasi nyeri perut
kanan ba!ah.sedangkan 5Scan direkomendasikan untuk nyeri pada
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
17/30
1&
kuadran kanan dan kiri ba!ah. Akurasi dalam menegakkan diagnosis
apendisitis akut melalui 3S? berkisar antara &1&-. "al ini tergantung
daripada kemampuan operator. 3S? mampu menunjukkan diagnosa lain
pada pasien dengan yeri perut kanan ba!ah dan menurunkan angka
kejadian laparotomi negati'. Pada tahun 20102011 di %umah Sakit slam
Aisyiyah 4alang sebanyak 10 pasien yang dicurigai apendisitis dilakukan
pemeriksaan 3S? abdomen dan hasil 3S? yang positis apendisitis &
pasien (&1,1-), negati' 0 pasien (2*,*). Penelitian ini menunjukkan
sensiti/itas dan spesi'itas 3S? abdomen untuk diagnosis apendisitis yang
cukup tinggi yaitu *,1- dan 100- ("alim, 2012).
Pada pemeriksaan 3S? , apendiks yang mengalami in'lamasi akan
memiliki diameter # mm atau lebih. $itemukan juga adanya perubahan
in'lamasi pada jaringan sekitar khususnya pada jaringan lemak yang
mengelilinginya ("umes dan Simpson, 2011). Pada pemeriksaan 3S?
memperlihatkan apendiks yang membesar dengan dindingnya tipis, namun
bila apendiks tidak ditemukan, diagnosis tidak dapat ditiadakan
("arrison,2012). Pada apendiks yang mengalami per'orasi gambaran 3S?
menunjukkan adanya penumpukan cairan di sekitar sekum ("umes, 2011).
Pada pemeriksaan 5Scan, apendiks yang mengalami in'lamasi akan
memiliki diameter lebih besar dari # mm dan cenderung mengalami
perubahan in'lamasi pada jaringan sekitarnya. Pemeriksaan 5Scan
memiliki akurasi antara *- yang lebih superior dalam mendiagnosis
apendisitis akut.$ikarenakan organ yang terlihat lebih jelas, sehingga dapat
menyingkirkan diagnosis banding yang ada. Pemeriksaan ini juga dapat
membedakan penyebab apendisitis seperti obstruksi lumen akibat
malignansi ("umes, 2011).
2. 1. / (k)r Al0ara%)
Pada tahun 1*#, setelah mengadakan penelitian pada 0+ kasus
pasien berusia *0 tahun yang di duga menderita apendisitis akut, Al/arado
memperkenalkan suatu sistem skoring untuk mendiagnosis apendisitis akut
yang terdiri dari gejala, tanda dan 2 hasil laboratorium. Skor Al/arado
memudahkan, dikenal dengan singkatan 4A;%
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
18/30
1*
AnoreBia, ;auseaG/omitting, erderness in the right lo!er HuadrantGiliac
'ossa, %ebound pain,
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
19/30
1
Pada stadium dini, hanya sedikit eksudat neutro'il ditemukan di
seluruh mukosa, submukosa, dan muskularis propria. Pembuluh subserosa
mengalami bendungan, dan sering terdapat in'iltrat netro'ilik peri/askular
ringan. %eaksi peradangan mengubah serosa yang normalnya mengkilap
menjadi membran yang merah, granular dan suram. Perubahan ini
menandakan apendisitis akut dini pada dokterbedah. 9riteria histologik
untuk diagnosis apendisitis akut adalah in'iltrasi neutro'ilik muskularis
propria. iasanya neutro'il dan ulserasi juga terdapat di dalam mukosa
(%obbins, 200&).
2. 1. Tatalaksana
ila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan
merupakan satusatunya pilihan terbaik adalah apendektomi. Pada
apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,
kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis per'orata. Penundaan
tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
per'orasi. Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan
laparoskopi. ila apendektomi terbuka, insisi 4curney paling banyak
dipilih ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya
dilakukan obser/asi terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium dan
ultrasonogra'i dapat dilakukan bila dalam obser/asi masih terdapat
keraguan. ila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada
kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau
tidak (Sjamsuhidajat, 2010).2. 1. 14Dagn)ss Ban%ng
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan
sebagai diagnosa banding.
1. ?astroenteritis ditandai dengan mual, muntah, dan diare mendahului
rasa nyeri. ;yeri perut biasanya bersi'at lebih ringan dan tidak
berbatas tegas. Sering dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan
leukositosis kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.
2. $emam dengue dapat dimulai dengan nyeri perut mirip peritonitis.
Pada penyakit ini , didapatkan hasil tes positi' untuk %umpel leede.
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
20/30
20
. Cim'adenitis mesenterika yang didahului oleh enteritis atau
gastroenteritis, ditandai dengan nyeri perut, terutama perut sebelah
kanan, serta perasaan mual dan nyeri tekan perut yang si'atnya
samar, terutama perut sebelah kanan.
. 9elainan o/ulasi. =olikel o/arium yang pecah pada o/ulasi dapat
menimbulkan nyeri pada perut kanan ba!ah di tengah siklus
menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul dahulu.
idak ada tanda radang, nyeri biasa hilang dalam !aktu 2 jam,
tetapi mungkin dapat menganggu selama dua hari.
+. 9ehamilan di luar kandungan. "ampir selalu ada ri!ayat terlambathaid dengan keluhan yang tidak menetu. 8ika ada ruptur tuba atau
abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul
nyeri yang mendadak di'us di daerah pel/is dan mungkin terjadi
syok hipo/olemik. Pada pemeriksaan /agina, didapatkan nyeri dan
penonjolan rongga $ouglas dan pada kuldosintesis didapatkan darah.
#.
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
21/30
21
erjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian pada keadaan
per'orasi. andatanda per'orasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot
dinding perut kuadran kanan ba!ah dengan tanda perotonitis umum atau
abses yang terlokalisasi, demam, leukositosis semakin jelas, malaise
(Sjamsuhidajat, 2010).
leh karena itu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan
angka kematian dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan medis yaitu membuat diagnosa yang tepat (mari dkk, 201)
2. 1. 12 Pr)gn)ss
Prognosis pada umumnya bonam (Permenkes, 201). 9ebanyakan
pasien setelah operasi apendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun
komplikasi dapat terjadi apabila tidak ditatalaksana segera
(Papandria dkk, 201).
2.2 !erangka Te)r
Sumbatan lumen
apendiks
Apendisitis akut
$iagnosis berdasarkan skor
Al/arado
atalaksana
-3sia
8enis 9elamin
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
22/30
22
BAB III
MET5DE PENELITIAN
3.1 'ens Peneltan
8enis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskripti' dengan
mengambil data melalui rekam medis.
3.2 6aktu %an Tem+at +eneltan
Penelitian dilaksanakan di %S3$ Palembang ari. 6aktu penelitian
di lakukan pada bulan ktober 201+ $esember 201+.
3.3 P)+ulas %an (am+el
3. 3. 1 P)+ulas
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita apendisitis
akut di %S3$ Palembang ari periode 1 8anuari1 $esember
201.
3. 3. 2 (am+el %an Besar (am+el
Penentuan besar sampel dilakukan secara teknik total sampling
yaitu semua populasi dijadikan sampel.
3. 3. 3 !rteran Inklus %an !rtera Eksklus
1. 9riteria nklusi
Semua penderita apendisitis akut di %S3$ Palembang ari
periode 1 8anuari1 $esember 201.
2. 9riteria
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
23/30
2
3." 7arael Peneltan
@ariabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut
3sia
8enis 9elamin
$iagnosis berdasarkan skor Al/arado
atalaksana
3.& De#ns 5+eras)nal
7arael
Peneltan
De#ns Alat
Ukur
-ara
Ukur
(kala
Ukur
Hasl Ukur
3sia Camanya
!aktu hidup
yaitu
terhitung
sejak lahir
sampai
dengan saat
penelitian.
%ekam
medis
4encatat
rekam
medis
rdinal 1.K20 tahun
2.200 tahun
.F0 tahun
8enis
kelamin
Perbedaan
antara
perempuan
dengan laki
laki secara
biologis
%ekam
medis
4encatat
rekam
medis
;ominal 1.Cakilaki
2.Perempuan
Skor
Al/arado
Skor yang
digunakan
untuk
diagosis
apendisitis
%ekam
medis
Analisis
rekam
medis
rdinal &10 Apendisitis
akut
+# 5uriga
apendisitis
akut
1 ukan
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
24/30
2
apendisitis
akut
atalaksana indakan
atau
pengobatan
yang
diberikan
pada pasien
%ekam
medis
4encatat
rekam
medis
;ominal 1.Apendektomi
terbuka
2.Apendektomi
dengan
laparaskopi
3., -ara +engum+ulan Data
8enis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang tercatat pada
rekam medis di %S3$ Palembang ari periode 1 8anuari1 $esember
201.
3./ Met)%e Tekns Analss Data
3. /. 1 Data Prmer
Pada penelitian ini tidak menggunakan data primer karena hanya
melihat data sekunder berupa rekam medis.
3. /. 2 Data sekun%er
$ata yang diambil dari data rekam medis di %S3$ Palembang ari
3. /. 3 -ara Peng)lahan %an Analss Data
1. Editing
4elakukan pengecekan terhadap data penderita apendisitis dari
rekam medis, apakah data sudah lengkap, bila terdapat
kesalahan atau kekurangan maka dilakukan pengecekan ulang.
2. Coding
$ata yang telah dikumpulkan kemudian diubah kedalam
bentuk angka atau bilangan (kode).
. Tabulating
4elakukan proses pemasukan data yang telah diberi kode
kedalam bentuk tabel distribusi dan 'rekuensi dengan
menggunakan so't!are SPSS.
. Cleaning
9egiatan pengecekan kembali data yang sudah di tabulating
apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan semua data ke
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
25/30
2+
komputer yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data.
Analisis data yang dilakukan adalah analisis uni/ariat yaitu
untuk melihat distribusi 'rekuensi dari setiap /ariabel guna
menggambarkan distribusi dan proporsi berbagai /ariabel yang
diteliti. $ata disajikan dalam bentuk tabel distribusi 'rekuensi
dan narasi.
3. Alur Peneltan
P)+ulas
Populasi penelitian adalah semua
penderita apendisitis yang tercatat
dalam rekam medis periode 1 8anuari
1 $esember 201
(am+el
Sampel penelitian adalah semua
anggota populasi penelitian (otal
Sampling)
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
26/30
2#
N) !egatan
Tahun 2411
Bulan
Agustus September ktober ;o/ember $esember 8anuari
1 Penyusunan
proposal
2 Presentasi
proposal
Pengumpulan
$ata
Pengolahan
$ata
Pelaksanaan Peneltan
$ata sekunder yaitu melihat
dari kartu status atau rekam
medis.
Peng)lahan %an Analsa
Data
$ata ditabulasi, diolah, dan
disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
27/30
2&
+ Presentasi
"asil
# Pengumpulan
"asil Skipsi
3. 'a%8al !egatan
3.14 Anggaran
DA*TAR PU(TA!A
runicardi,dkk. 200. Scwartz’s principles of Surgery 9th ed . 3SA4cgra!"ill
Pro'essional
uckius,dkk. 2012. Changing Epidemiology of cute ppendicitis in The !nited.
States. 8 Surg %es. 1&+(2) 1*+0, ("ttpGG!!!.ncbi.nlm.nih.go/, $iakses
1+ Agustus 201+).5han.200. l"arado Score# an admission criterion in patient with right iliac
fossa
pain.Sur 8 % 5oll Surg.1
5P,/an. 2010. $ara%teristis% &enderita pendisitis di 'S!& dam Mali% Medan
&ada tahun ())9. Skripsi, =akultas 9edokteran 3S3.
(httpGGrepository.usu.ac.id, $iakses 1+ Agustus 201+).
$ahmardehei,dkk. 201. *iagnostic +alue of ,eu%ocytosis- ES' and C'& in
&atient ith Suspected cute ppendicitis. Dahinal 8ournal o' %esearch in
4edical Sciences.1+(&)+#
N). Harga
1 9ertas A 2 rim &0 gram L+.000 %p. &0.000
2 Alat tulis dan map %p. +0.000
=otokopian dan penjilidan proposal dan
skripsi
%p. 200.000
iaya pengambilan data di %umah Sakit %p. 200.000
+ Sou/enir terima kasih %p. 00.000
# ransportasi %p. 200.000
otal %p. 1.0&0.000
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://repository.usu.ac.id/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://repository.usu.ac.id/
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
28/30
2*
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
29/30
2
5learinghouse.122(1),+1, ("ttpGG!!!.niddk.nih.go/ , $iakses 1+
Agustus 201+)
4oore,9eith.2011. Clinically :riented natomy 4th ed .Philadelphia."al.2#0
mari,dkk. 201. 'is% 0actor for &erforation. 6orld 8ournal o'
-
8/18/2019 Proposal Skripsi Tahun
30/30
0