purpura trombositopenia sekunder
DESCRIPTION
Purpura Trombositopenia SekunderTRANSCRIPT
Responsi Kasus
PURPURA TROMBOSITOPENIA SEKUNDER
(PTS)
Oleh:
Ni Wayan Suanita Kusumawardani
(H1A006031)
Pembimbing:
dr. Dewi Sangawati, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSU PROPINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pendahuluan
Darah pada kulit atau membran mukosa disebut sebagai purpura. Adanya
purpura secara tiba-tiba pada anak dapat sangat mengganggu orang tua dan membuat
mereka segera ke unit gawat darurat. Pemeriksaan pasien dengan purpura juga cukup
sulit bagi para dokter karena dapat memberikan tanda untuk berbagai penyakit,
beberapa bersifat benigna atau dapat mengancam nyawa, beberapa mudah diterapi
atau justru memerlukan terapi yang lebih komplek.
Ketika onset purpura diikuti oleh perdarahan masiv atau perdarahan pada
organ penting seperti SSP, pasien dengan mudah didiagnosis dengan sakit yang lebih
berat dan berbahaya sehingga pemeriksaan lebih lanjut harus segera dilakukan.
Ketika purpura hanya menjadi satu-satunya keluhan, bagaimanapun, pasien harus
tetap dipikirkan memiliki sekuele hemostasis yang tetap potensial mengancam jiwa.
Penyebab purpura harus ditegakkan segera karena terapi lebih awal dapat
membuat prognosis yang lebih baik1.
Pada 48-56% kasus infeksi virus, biasanya infeksi saluran napas atas, memicu
timbulnya PTI pada beberapa hari atau minggu. Virus jarang dapat diidentifikasi
dengan pengecualian infeksi varicella-zoster, yang mudah didiagnosis. Bagi para
klinisi bahwa PT post varisela kurang terlalu berbahaya dan memiliki prognosis yang
lebih baik daripada PTI secara umum2.
1.2. Batasan
Purpura tanpa kelainan koagulasi dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Purpura trombositopenia dengan jumlah trombosit < 150 x 109 / L
2. Purpura dengan jumlah trombosit normal, termasuk kelainan kualitas
trombosit dan kelainan pembuluh darah
3. Purpura dengan trombositosis > 150 x 109 / L
Purpura trombositopenia imun (PTI) adalah suatu penyakit perdarahan yang
didapat sebagai penghancuran trombosit yang berlebihan yang ditandai dengan
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), purpura, gambaran darah tepi yang
umumnya normal, dan tidak ditemukan penyebab trombositopenia yang lain.
Klasifikasi PTI adalah akut dan kronik disebut kronik bila trombositopenia menetap
lebih dari 6 bulan. PTI biasanya terjadi akut, biasanya sembuh sendiri dalam 6 bulan
1
dan jika PTI terjadi pada usia < 1 tahun atau > 10 tahun biasanya kronik dan
dihubungkan dengan kelainan imunitas.
Purpura trombositopenia sekunder (PTS) merupakan trombositopenia yang
terjadi akibat pengaruh imun yang menyebabkan umur trombosit memendek dan
kelainan ini mempunyai hubungan dengan jumlah megakariosit normal atau
meningkat maupun megakariosit kurang sampai tidak ada dalam sumsum tulang2,3.
Adapun gambaran PTI akut dan kronik yaitu4:
Akut Kronik
Umur Anak-anak Dewasa
Jenis kelamin laki:wanita = 1: 1 laki:wanita = 1: 3
Ada infeksi yang
mendahului
± 80% Jarang
Pemulaan Akut Perlahan-lahan
Jumlah trombosit < 20.000/ mm3 40.000-80.000/mm3
Eosinofil dan limfositosis Sering Jarang
Kadar IgA Normal Lebih Rendah
Lama Penyakit Biasanya 2-6 minggu Berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun
Prognosis Penyembuhan spontan
pada 80% kasus
Perjalanan penyakit
menahun dengan jumlah
trombosit naik turun
1.3. Etiologi
Penyebab PTI adalah kelainan autoimun sehingga penghancuran trombosit
dalam sistem retikuloendotelial meningkat. Kelainan ini biasanya menyertai infeksi
virus atau imunisasi yang disebabkan oleh respon sistem imun yang tidak tepat
(inappropriate).
Adapun penyebab purpura trombositopenia sekunder (PTS) akibat pengaruh
imun:
1. Dipicu oleh proses infeksi misalnya:
a. Infeksi virus (HIV, CMC, EBV, Varicella, Rubella, Rubeola, Mumps,
Parvovirus B19). Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi
bakteri atau virus (infeksi saluran nafas atas atau saluran cerna),
misalnya Rubella, Rubeola, Chicken Pox atau vaksinasi dengan virus
hidup.
b. Infeksi Bakteri (Tuberculosis, Tifoid)
2
2. Dipicu obat-obatan misalnya heparin, sulfonamid, quinidine/quinine, aspirin.
3. Purpura pasca tranfusi
4. Anemia hemolitik autoimun (sindrom Evan)
5. Lupus eritematosus sistemik
6. Hipertiroidisme
7. Kelainan limfoproliferatif
8. Alergi, anafilaksis2,3.
1.4. Patofisiologi
Kerusakan trombosit pada PTI melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein
yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit
yang diselimuti antibodi (antibody-coated platelets) tersebut dilakukan oleh
makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya.
Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada PTI.
Sedangkan kadar trombopoitin dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi
dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada PTI
kronis.
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis pada antara PTI akut
dan kronis menimbulkan dugaan adanya mekanisme patofisiologi terjadinya
trombositopenia diantara keduanya. Pada PTI akut, telah dipercaya bahwa
penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang dibentuk saat
terjadinya respon imun terhadap infeksi bakteri/virus atau pada imunisasi yang
bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-mediator lain yang
meningkat selama terjadinya respon imun terhadap infeksi dapat berperan dalam
terjadinya penekanan terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada PTI kronis
mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakit
autoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit.
Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein (GP) permukaan
trombosit pada PTI diantaranya GP Iib-Iia, GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana
antibodi antitrombosit meningkat pada PTI, perbedaan pasti patofisiologi PTI akut
dan kronis serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui.
3
sumber: Pediatric Clinic North America
Trombositopenia akibat infeksi pada beberapa keadaan mempunyai hubungan
dengan produksi yang berkurang dan meningkatnya penghancuran trombosit.
Trombositopenia yang terjadi akibat peningkatan penghancuran trombosit pada
penyakit infeksi secara keseluruhan tergantung penyebabnya dan diketahui akibat
pengaruh imun dengan mekanisme yang belum jelas tetapi kemungkinan mekanisme
imun sangat berperan karena adanya peningkatan jumlah platelet-adherent IgG pada
infeksi bakteri dan virus.
Infeksi varisella lebih sering dihubungkan dengan PTI akut seperti
trombositopenia akibat imun. Masalah umumnya muncul pada masa viremia atau
masa penyembuhan. Pengobatan steroid selama masa viremia secara teori berbahaya
dan tidak berguna. Pada banyak kasus akan sembuh dalam waktu 2 minggu3,5.
1.5. Diagnosis
Pada umumnya pasien PTI tampak sehat, namun tiba-tiba mengalami
perdarahan pada kulit (petekie atau purpura) atau pada mukosa hidung (epistaksis).
Perlu juga dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain yang dapat
menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan. Pada
pemeriksaan fisik biasanya hanya didapatkan bukti adanya perdarahan tipe trombosit
(platelet-type bleeding), yaitu petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, atau
perdarahan mukokutaneus lainnya. Perlu dipikirkan kemungkinan suatu penyakit
4
lain, jika ditemukan adanya pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung limpa
sedikit teraba pada lebih kurang 10% anak dengan PTI.
Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak dengan
PTI umumnya normal sesuai umurnya. Pada lebih kurang 15% penderita didapatkan
anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan hapusan darah tepi
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pseudotrombositopenia, sindrom
trombosit raksasa yang diturunkan (inherited giant platelet syndrome), dan
kelainan hematologi lainnya. Trombosit yang imatur (megatrombosit) ditemukan
pada sebagian besar penderita. Pada pemeriksaan dengan flow cytometry terlihat
trombosit pada PTI lebih aktif secara metabolik, yang menjelaskan mengapa dengan
jumlah trombosit yang sama, perdarahan lebih jarang didapatkan pada ITP dibanding
pada kegagalan sumsum tulang.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan PTI, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli. Umumnya pemeriksaan ini
dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan, namun tidak pada kasus-kasus dengan
manifestasi klinis yang khas. Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada kasus-
kasus yang tidak khas misalnya pada:
• Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya demam,
penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati dan atau limpa.
• Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi
• Kasus yang akan diobati dengan steroid, baik sebagai pengobatan awal atau yang
gagal diterapi dengan imunoglobulin intravena.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita PTI adalah mengukur
antibodi yang berhubungan dengan trombosit (platelet-associated antibody) dengan
menggunakan direct assay. Namun pemeriksaan ini juga belum dapat membedakan
PTI primer dengan sekunder, atau anak yang akan sembuh dengan sendirinya dengan
yang akan mengalami perjalanan menjadi kronis. Diagnosis PTI ditegakkan dengan
menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia yang lain. Bentuk sekunder
kelainan ini didapatkan bersamaan dengan systemic lupus erythematosus (SLE),
sindroma antifosfolipid, leukemia
atau limfoma, defisiensi IgA, hipogamaglobulinemia, infeksi HIV atau hepatitis C,
dan pengobatan dengan heparin atau quinidine6.
5
Adapun diagnosis banding pada terjadinya trombositopenia yaitu4:
Anemia aplastik dan leukemia akut : gambaran darah tepi dan sumsum
tulang biasanya cukup khas.
Septikemia pada stadium permulaan : penderita tampak sakit.
Penyakit imunologik seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE) : tes sel
LE, tes ANA (Antinuclear antibody).
1.6. Tatalaksana
Tata laksana ITP akut pada anak masih menjadi topik kontroversi. Sebagian
dokter meyakini perjalanan alami yang ringan penyakit tersebut dan menganjurkan
pengobatan hanya untuk mereka yang mengalami perdarahan secara klinis berupa
petekie dan atau purpura yang banyak sampai perdarahan hebat yang mengancam
jiwa. Sedangkan sebagian yang lain menganjurkan tindakan dan pengobatan dini
pada semua anak dengan trombosit kurang dari 20.000- 30.000/mm3 tanpa
menghiraukan tingkat perdarahan6.
Beberapa pengobatan trombositopenia purpura yaitu4:
Intravenous immunoglobulin (IVIG)
Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1 kali pemberian. Diulang dengan dosis yang sama jika jumlah trombosit < 30 x 109/l pada hari ke-3 (72 jam setelah infus pertama).Pada perdarahan emergensi: 0,8 g/kg BB, 1-2 kali pemberian, bersama-sama dengan kortikosteroid dan transfusi trombosit. Pada PTI kronis : 0,4 g/kg BB/x, setiap 2-8 minggu.
Kortikosteroid 4 mg prednison/kg BB/hari/po atau iv selama 7 hari, kemudian tappering of dalam periode 7 hari.Pada perdarahan emergensi: 8-12.00 mg metilprednisolon/kg BB/iv atau 0,5-1,0 mg deksametason/kg BB/iv atau po, bersama-sama dengan IVIG atau transfusi trombosit.
Anti-R(D) antibody 10-25 lg/kg BB/ hari selama 2-5 hari, intravena dalam 50 cc NaCl 0,9% dan habis dalam 30 menit.
6
α-interferon 3 x 106 unit subkutan, 3 kali per minggu selama 4 minggu
Siklosporin 3-8 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2-3 dosisAzatriopin 50-300 mg/m2 per os/hari selama > 4 bulan
Pada penatalaksanaan trombositopenia purpura post infeksi varisela memiliki
kontraindikasi relatif terhadap penggunaan steroid dan potensial terjadi komplikasi
varisela hemoragi akibat trombositopenia. Steroid tidak diberikan pada fase akut
infeksi varisela seperti masih terdapatnya rash dan demam tinggi yang merupakan
tanda terjadinya viremia6.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Tanggal/Jam Masuk RSUP Mataram : 29 Mei 2012 pukul 00.30 WITA
No. RM : 039071
IDENTITAS
Identitas Pasien :
Nama Lengkap : An. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 1 bulan 9 hari
Agama : Islam
Alamat : Sekarbela Mataram
Identitas Keluarga
Ibu Ayah
Nama Ny. S Tn. S
Umur 24 27
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Mahasiswa Swasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Timbul bintik-bintik merah di seluruh kulit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUP NTB dikeluhkan timbul bintik-bintik berwarna merah
di seluruh tubuh hingga langit-langit mulut serta lidah sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan dirasakan tiba-tiba muncul di seluruh tubuh. Bintik- bintik berukuran kecil-
kecil seperti titik-titik berwarna merah, jika dipencet warna tidak hilang. Gelembung
berisi cairan (-), nyeri (-), dan bengkak disekitar bintik (-), gatal (-). Perdarahan
melalui hidung, gusi, mata (-)
Pasien juga dirasakan lebih lemas dan kurang aktif bersaman dengan
munculnya bintik-bintik tersebut namun pasien lebih rewel. Riwayat biru (-), sesak
napas (-), badan kuning (-). Muntah (+) sejak 1 hari yang lalu. Frekuensi 3x dalam
sehari, isi muntahan yaitu susu yang baru diminum. Muntah setiap habis menyusu.
Muntah yang menyembur (-), darah (-). Pasien tetap minum ASI dan ditambah susu
formula dengan frekuensi ± 12 kali sehari. Perut kembung (-).
8
Pasien juga dikeluhkan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam dirasakan
tidak tinggi. Demam dirasakan pada malam hari dan turun pada siang hari tanpa
diberikan obat penurun panas. Demam disertai berkeringat (-), menggigil (-), kejang
(-).
BAK (+) frekuensi 5-6 kali sehari, warna jernih, darah (-). BAB (+) frekuensi
1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning bercampur darah segar (+) sejak 1 hari
yang lalu. Darah hanya menempel pada feses, perdarahan menyembur dan terus
menerus (-). Diare sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien tidak pernah diopname sebelumnya. Riwayat biru (-), sesak napas (-),
kuning (-), perdarahan saat BAB sebelumnya (-), asma (-). Riwayat vaksinasi
sebelum keluhan muncul (-), riwayat tranfusi darah atau trombosit sebelumnnya (-)
Pasien diketahui pernah muncul gelembung-gelembung pada kulitnya yang
berisi cairan jernih yang didahului oleh panas tinggi selama 2 hari dan pilek
sebelumnya. Keluhan tersebut muncul saat pasien berusia 3 minggu dan berlangsung
selama 1 minggu. Pasien sudah dibawa ke dokter dan dikatakan menderita cacar air
kemudian pasien diberikan obat minum. Keluhan tersebut hilang.
Riwayat Penyakit Keluarga / Lingkungan :
Riwayat keluhan serupa seperti pasien saat ini (-), riwayat perdarahan spontan
atau lama pada keluarga (-). Asma (-), sakit kuning (-). Riwayat cacar air (+) pada
beberapa anak kecil di sekitar rumah.
Riwayat keluarga (Ikhtisar keturunan) :
Pasien merupakan anak pertama.
Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu pasien. ANC teratur di Puskesmas
>4x dan dokter spesialis kandungan sebanyak 1 x, sakit berat selama hamil (-),
demam tinggi (-), hipertensi (-).
Pasien lahir cukup bulan, spontan ditolong bidan di puskesmas dengan berat
badan lahir 3000 gram. Ibu pasien demam tinggi, sesak napas dan kejang selama
persalinan disangkal. Air ketuban jernih. Riwayat kuning (-), biru setelah lahir (-).
Begitu lahir pasien disuntikkan vitamin K (+), diberikan salep mata (+).
9
2. Riwayat Nutrisi :
Inisiasi menyusui dini (+). Pasien mendapat ASI (+) dan susu formula (+)
karena ASI ibu sedikit dan ibu juga sedang kuliah. Susu formula dibuat ± 30 cc
diberikan ± 8 kali. Sisanya pasien tetap menyusui pada ibunya.
3. Perkembangan dan Kepandaian
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial
Pasien bisa
menghadap miring
Pasien bisa
mengikuti arah jari
Pasien bisa
bersuara dan
menangis
Pasien menatap
muka dan
tersenyum
4. Vaksinasi :
A. Dasar B. Ulangan
BCG : -
Hepatitis: + 1 kali saat usia 1 hari
Polio: + 1 kali saat usia 1 hari -
DPT: - -
Campak: -
5. Sosioekonomi
Sosek menengah, penghasilan perbulan sekitar Rp.1.000.000-1500.000. Pasien
tinggal di daerah perkampungan yang jarak antar rumah saling berdekatan
(halaman sempit). Penghuni rumah = 3 orang, rumah beratap genteng, lantai
keramik, ventilasi ruangan kurang, kamar mandi di dalam rumah, sumber air dari
air PDAM, penampungan air dengan bak dikuras tapi jarang. Air got
menggenang (+) sedikit.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
KU : sedang
Kes : Compos mentis
TD : tidak dievaluasi
N : 128 x/mnt, teratur, kuat angkat
10
RR : 34 x/mnt
Tax : 36,8 ºC
CRT : < 3 dtk
Status Gizi
BB : 3400 gram
PB : 51 cm
Edema : (-)
Peningkatan BB < 700-1000 gr dalam 1 bulan pertama
Zscore :
o BB/PB = -0,23 SD
o BB/U = -0,18 SD
o TB/U = -0,20 SD
Status Generalis
Kepala:
• Bentuk : normocephali
• Mata : Anemia -/-, ikterik -/-, RP (+), Isokor, Edema palpebra -/-,
perdarahan subkonjungtiva (-)
• Mulut : bibir sianosis (-), purpura (+) pada palatum dan lidah.
• THT : otorhea (-), rinorhea (-), faring hipemis (-), tonsil eutrofi.
• Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-), purpura (+) pada kulit
Thorax :
• Inspeksi : Bentuk dan ukuran normal, deformitas (-), Purpura (+)
• Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
• Perkusi :
Pulmo : sonor.
Cor : Batas atas : Intercostal space 2
Batas bawah : Intercostal space 4-5
Batas kanan : garis parasternal kanan
Batas kiri : garis midclavicula kiri
• Auskultasi :
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2, tunggal, reguler, murmur (-), galop (-)
11
Abdomen :
• Inspeksi : distensi (-), purpura (+), umbilicus normal (+)
• Auskultasi : Bunyi usus normal
• Palpasi : Supel, massa (-), Hepar, lien dan ren tak teraba. turgor kulit <
2 detik
• Perkusi : timpani
Ekstremitas :
Tungkai Atas Tungkai bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Purpura + + + +
Pucat + + + +
Hematom - - - -
Urogenital : normal
Anal perianal : normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Lengkap
Parameter 28/5/2012 29/5/2012 30/5/2012 31/5/2012
HB (g/dL) 9,9 11,1 11,4 12,0
HCT (%) 30,5 39,9 34,3 35,9
RBC (106/uL) 3,33 3,74 3,82 4,02
MCV (fl) 91,6 93,4 89,8 89,3
MCH (pg) 29,7 26,6 29,8 29,9
MCHC (g/dL) 32,5 31,7 33,2 33,4
WBC (103/uL) 14,24 16,3 16,15 15,19
PLT (103/uL) 2 43,4 73 112
12
b. Pemeriksaan Morfologi Darah Tepi
Kesan eritrosit mikrositik hipokromik
Kesan lekosit Jumlah meningkat, limfositosis absolute, limfosit atipik
Kesan trombosit jumlah menurun
Kesimpulan Observasi bisitopenia dengan gambaran anemia mikrositik
hipokromik disertai proses infeksi viral dan trombositopenia
c. Pemeriksaan Lainnya
Tanggal 28/5/2012
o Retikulosit : 0,8 % (0,2-2,0)
o GDS : 100
o NS1 : (-)
o Widal : (-)
o ICT malaria : (-)
Tanggal 29/5/2012
o Feses Lengkap : warna kuning, konsistensi lembek, leukosit 0-2,
eritrosit (-), epitel 0-2, bakteri (+).
RESUME
Seorang pasien, usia 1 bulan 9 hari, jenis kelamin laki-laki, datang ke RSUP
NTB dikeluhkan muncul bintik-bintik merah pada seluruh tubuh hingga langit-langit
mulut dan lidah sejak 1 hari yang lalu. Lemas dan kurang aktif (+), rewel (+), minum
ASI/PASI (+) kuat. Muntah (+) setelah minum, frekuensi 3x sehari sejak 1 hari yang
lalu. Demam tidak tinggi sejak 3 hari yang lalu. BAB bercampur darah pada feses (+)
sejak 1 hari yang lalu, BAK dalam batas normal. Riwayat menderita cacar air (+)
seminggu yang lalu. Keluhan serupa sebelumnya (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang; N=128x/mnt,
teratur, kuat angkat; RR=34 x/mnt; Tax=36,8 ºC. Purpura pada seluruh tubuh,
palatum dan lidah. Organomegali (-). Perdarahan aktif (-). Kulit tampak pucat, CRT
< 3 detik. Pada pemeriksaan laboratorium saat MRS didapatkan kadar HB= 9,9 g/dL;
PLT= 2.000. Apusan darah tepi menunjukkan observasi bisitopenia dengan
gambaran anemia mikrositik hipokromik disertai proses infeksi viral dan
trombositopenia. Retikulosit 0,8%.
13
IV. DIAGNOSIS
Bisitopenia et causa purpura trombositopenia akut post infeksi varisela
V. RENCANA TERAPI
D5%1/4NS = 3,4 kg x 100 cc = 340 cc/24 jam = 14 tpm mikro
Parasetamol drop 0,4 cc (k/p)
Ampicillin injeksi = 3,4 kg x 50-100 mg= 170-340 mg/hari= 2 x 150 mg IV
Gentamicin injeksi = 3,4 x 7,5 mg = 25,5 mg = 1x 25 mg
Prednison 3 x 1,5 mg (7 hari)
Tranfusi PRC 3,4 x 2,1 x 4 = 28,56 ~ 30 cc
Tranfusi Trombosit 1 unit
VI. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan Diagnose Terapi
29/5/2012
02.00
S: Muntah (+), demam (-), Sesak
(-). BAK (+) BAB (+) darah (-).
O:
N = 128 x/mnt,teratur,kuat
angkat
RR = 34 x/mnt
T ax = 36,8 ºC
Purpura (+)
Akral Hangat (+)
Lab post tranfusi:
Hb: 11,1
Ht : 39,9
PLT : 43.400
WBC : 16.300
Bisitopenia et causa
purpura
trombositopenia
akut post infeksi
varisela
D5%1/4NS 10 tpm
mikro
Ampicillin inj 2 x
150 mg
Gentamicin inj 1 x 20
mg
30/5/2012
10.00
S: Muntah (-), demam (-), Sesak
(-). BAK (+) BAB (+) darah (-).
O:
N = 110 x/mnt,teratur,kuat
angkat
RR = 36 x/mnt
T ax = 36,6 ºC
Purpura (+) berkurang
Bisitopenia et causa
purpura
trombositopenia
akut post infeksi
varisela
D5%1/4NS 10 tpm
mikro
Ampicillin inj 2 x
150 mg
Gentamicin inj 1 x 20
mg
Prednison 3 x 1,5 mg
14
Akral Hangat (+)
Lab:
Hb: 11,4
Ht : 34,3
PLT : 73.000
WBC : 16.150
31/5/2012
10.00
S: Muntah (-), demam (-), Sesak
(-). BAK (+) BAB (+) darah (-).
O: BB= 3,82 kg
N = 130 x/mnt,teratur,kuat
angkat
RR = 38 x/mnt
T ax = 36,8 ºC
Purpura (+) berkurang
Akral Hangat (+)
Lab:
Hb: 12,0
Ht : 35,9
PLT : 112.000
WBC : 15.190
Bisitopenia et causa
purpura
trombositopenia
akut post infeksi
varisela
BPL
Kontrol
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
15
BAB III
PEMBAHASAN
Purpura yaitu merupakan perdarahan pada kulit dan jaringan mukosa lain.
Pada pasien ini ditemukan purpura yang tersebar pada seluruh tubuh dan jaringan
mukosa seperti palatum serta di lidah. Purpura yang disertai dengan perdarahan
masiv maka akan mengarah ke sakit yang lebih berat. Keluhan perdarahan masiv dan
aktif tidak ditemukan pada pasien ini selain itu tidak adanya tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial seperti penurunan kesadaran, muntah projectile, kaku kuduk, dan
kejang. Walaupun pada pasien ini terdapat keluhan muntah, namun muntah terjadi
sehabis minum susu dan tidak bersifat projectile, sehingga hal tersebut tidak
berkaitan pada proses terjadi di SSP.
Berdasarkan hasil laboratorium didapatkan kadar trombosit yaitu <
100.000/mm3, selain itu terdapat anemia ringan dengan kadar Hb 9,9 g/dL. Adanya
tanda anemia juga didapatkan pada pemeriksaan fisik yaitu telapak tangan dan kaki
pucat. Hal tersebut menandakan adanya purpura trombositopenia. Adanya anemia
ringan dapat bersamaan dengan purpura trombositopenia karena perdarahan seperti
di bawah kulit dan mukosa.
Purpura trombositopenia tersebut bersifat akut karena baru pertama kali
terjadi dan terjadi tiba-tiba, walaupun sifat kronis belum bisa disingkirkan secara
langsung. Purpura trombositopenia dikatakan kronis jika trombositopenia menetap
selama lebih dari 6 bulan.
Penyebab purpura trombositopenia dapat karena imun atau sekunder akibat
adanya pemicu sebelumnya. Purpura trombositopenia imun (PTI) adalah suatu
penyakit perdarahan yang didapat sebagai penghancuran trombosit yang berlebihan
yang ditandai dengan trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), purpura,
gambaran darah tepi yang umumnya normal, dan tidak ditemukan penyebab
trombositopenia yang lain. Sedangkan purpura trombositopenia sekunder (PTS)
merupakan trombositopenia yang terjadi akibat pengaruh imun yang menyebabkan
umur trombosit memendek. Pada kasus ini, terdapat adanya infeksi varisela
sebelumnya. Trombositopenia akibat infeksi pada beberapa keadaan mempunyai
hubungan dengan produksi yang berkurang dan meningkatnya penghancuran
trombosit. Kemungkinan mekanisme imun sangat berperan karena adanya
peningkatan jumlah platelet-adherent IgG pada infeksi virus varisela. Infeksi
varisella lebih sering dihubungkan dengan PTI akut seperti trombositopenia akibat
imun. Gambaran morfologi darah tepi tidak ditemukan penyebab trombositopenia
16
akibat anemia aplastik ataupun leukimia, melainkan adanya suatu infeksi viral
sebelumnya dimana terdapat peningkatan jumlah limfosit dan trombosit yang
menurun.
Penggunaan steroid dalam penanganan PTS memiliki kontraindikasi relatif.
Penanganan pada purpura trombositopenia sekunder post infeksi varisela yaitu dapat
diberikan steroid dengan syarat untuk kasus dengan diagnosis varisela dengan
vesikel dan rash telah hilang sebelumnya dan tidak dalam masa viremia. Pemberian
imunoglobulin dapat diberikan sebagai pilihan pertama terutama jika resiko episode
perdarahan selama infeksi varisela masih tetap ada.
Pada kasus ini, tidak diberikan imunoglobulin karena faktor cost. Pasien
diberikan steroid setelah diobservasi selama 1 hari terlebih dahulu untuk memastikan
tidak adanya perdarahan. Penambahan dengan tranfusi PRC dan trombosit dapat
membantu terutama karena kadar trombosit yang sangat rendah yaitu dibawah
20.000. Berdasarkan klinis pada pasien purpura terus berkurang dan pada hasil
pemeriksaan laboratorium trombosit terus meningkat dengan pemberian steroid dan
dibantu dengan tranfusi trombosit.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Fleisher et al. 2000. Textbook of Pediatric Emergency Medicine 4th edition.
Pennsylvania : Lippincott, Williams & Wilkins.
2. Amir et al. (5 April 2010). Post-varicella Thrombocytopenic Purpura. Foundation
Acta Pediatrica ISSN 0803-5253
3. Permono et al. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
4. Permono, Ugrasena dan Ratwita. 2006. Purpura Trombositopenik Imun (PTI).
Surabaya: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Unair. Available from:
www.pediatrik.com
5. Blanchette and Bolton-Maggs. 2008. Childhood Immune Thrombocytopenic
Purpura: Diagnosis and Management. Pediatr Clin N Am 55 (2008) 393–420
6. Setyobudi dan Ugrasena. 2004. Purpura Trombositopenik Idiopatika pada Anak
(patofisiologi, tata laksana serta kontroversinya). Sari Pediatri Vol.6 No. 1. Juni
2004. 16-22
18