skenario a blok 19 (psoriasis)
TRANSCRIPT
I. Skenario
Mr. Squid, a 64 years old man, came to outpatient Clinic Bari Hospital with chief
complaint progressive itchy erythematous plaques in both legs, arms, buttocks, and lower
lumbosacral since 6 months ago. The condition initially manifested on his left leg as a
papule with thick white scales then rapidly spread to both legs, scalp, buttocks,
lumbosacral and arms. His fingers and toe nails showed destruction of the nail plate. He
feel pain and rigidity on his knees since 3 months ago. He had been treated himself with
topical bethamethasone oinment and moisturizer irregularly.
Physical Examination:
General status: compos mentis, vital signs within normal limit
Dermatological status:
Well demarcated, erythematous papules to plaques with a white adherent thick
scales; on both of his legs, arms, buttocks, lumbosacral.
Erythematous plaque with thick white scales on his scalp.
II. Klarifikasi Istilah
1. Itchy: Kelainan Kulit yang disertai gatal.
2. Erythematous Plaques: Lesi kulit yang superfisial, padat dan menonjol dengan
diameter >0,5 cm yang kemerahan pada kulit dikarenakan oleh kongesti pembuluh
kapiler.
3. Papules: Tonjolan lesi pada kulit yang kecil, berbatas tegas dan padat dengan
diameter <0,5 cm.
4. Scales: Struktur mirip lempengan padat atau kepingan tipis seperti sel epitel
bertanduk pada permukaan tubuh.
5. Nail Plate: Struktur kuku yang tipis dan pipih.
6. Bethamethasone: Glucocorticoid sintetik, steroid antiinflamasi yang paling aktif
digunakan secara topikal.
III. Identifikasi Masalah
1. Tuan Squid 64 tahun, datang dengan keluhan utama gatal progresif dengan plak
eritematous yang tebal di kedua kaki, lengan, pantat, dan lumbosacral bagian bawah
sejak 6 bulan yang lalu.
1
2. Kondisi ini diawali dengan adanya papul di kaki kiri dengan sisik putih tebal yang
kemudian menyebar ke kedua kaki, kulit kepala, pantat, lumbosacral dan lengan.
3. Kuku jari tangan dan kaki mengalami kerusakan pada lempengan kuku.
4. Dia merasa nyeri dan kaku di lutut sejak 3 bulan yang lalu.
5. Dia mengobatinya sendiri dengan salep topikal bethamethasone dan pelembab secara
tidak teratur.
6. Pemeriksaan Fisik
IV. Analisis Masalah
1. Jelaskan anatomi kulit!
Jawab:
Kulit merupakan organ tubuh paling luar, batasi lingkungan luar tubuh dengan luas ±
1,5 m2, berat ± 15 % berat tubuh, kompleks, elastis & sensitive, variasi : iklim, ras,
usia, lokasi tubuh
• Kulit terbagi 3 lapisan utama :
1. Lapisan epidermis
a. Stratum korneum : paling luar,beberapa sel gepeng mati, inti -, protoplasma
jadi keratin/zat tan
b. Stratum lusidum : di bawah str.korneum, sel gepeng, inti -, protoplasma jadi
protein (eleidin)
c. Stratum granulosum: lapis sel gepeng, sitoplasma berbutir kasar, inti +. jelas di
telapak tangan & kaki tidak ada di mukosa
2
d. Stratum spinosum : beberapa lapisan sel poligonal, protoplasma jernih, inti di
tengah. Intercellular bridges diantara sel. Terdapat sel langerhans
e. Stratum basal : sel kubus/kolumnar, baris spt pagar(palisade). protoplasma
basofilik, inti lonjong&besar, proses mitosis; sel melanosit diantara sel kolumnar
2. Lapisan dermis
Terdiri atas lapisan elastik & fibrosa padat dgn elemen selular serta folikel rambut
a. pars papilare : menonjol ke epidermis, terdapat ujungserabut saraf &
pembuluh darah
b. pars retikulare : menonjol ke arah subkutis terdiri atas serabut penunjang,
mis kolagen, elastin & retikulin
i. matriks : cairan kental as.hialuronat & kondroitinulfat
ii. kolagen : lentur
iii. retikulin mirip kolagen muda elastin mudah mengembang dan lebih
elastis
3. Lapisan subkutis
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak
• Sel lemak : bulat, besar, inti di pinggir sitoplasma
• Lapisan sel lemak /fanikulus adiposa berfungsi sebagai bantalan & cadangan
makanan
• Terdapat ujung saraf, pembuluh darah & getah bening
• Ketebalan bervariasi bergantung lokasi : abdomen tebal kelopak mata &
penis tipis
Vaskularisasi kulit
a. pleksus superfisialis di dermis pars papilare
b. pleksus profunda di pars retikulare & subkutis
2. Jelaskan histologi kulit!
Jawab:
SINTESIS
3. Jelaskan fisiologi kulit!
Jawab:
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi3
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan- jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh- pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke
dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar
ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh
yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar
36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat
kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing.
Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan
lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan airtransepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka
dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang
sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk
4
ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke
dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
4. Bagaimana predileksi dan distribusi dari papul, sisik (scales), dan plak eritematous?
(pada kasus ini)
Jawab:
Pada kasus ini, adanya papul, sisik (scales) dan plak eritematous menandakan bahwa
penderita mengalami psoriasis. Ada lokasi-lokasi khusus dimana psoriasis sering
terjadi, yaitu:
1. Kepala (scalp): timbul plak yang berbatas tegas, dengan scaling yang tebal.
2. Telapak tangan dan kaki: adanya plak keabuan yang tebal, hyperkeratosis, dan
scaling. Deskuamasi menunjukan proses inflamasi.
3. Batang tubuh (trunk): lesi yang timbul biasanya berbentuk gutata.
4. Wajah: jarang mengenai area ini.
DISTRIBUSI
Siku dan lutut biasanya terlibat, begitu juga punggung bawah, kulit kepala dan kuku-
kuku. Perubahan kuku termasuk oncholisis (pelepasan kuku dari bantalannya), nail
pitting (depresi kuku), bintik-bintik minyak (bintik-bintik kuning atau coklat
disebabkan oleh puing-puing sel di bawah kuku), dan distrofi kuku. Pada pasien yang
lebih tua biasanya akan ada keterlibatan sendi.
5. Jelaskan morfologi dari:
a. Papul,
Jawab:
Penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip, berukuran diameter lebih kecil
dari ½ cm, berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam, misalnya
setengah bola pada eksem atau dermatitis, kerucut pada keratosis folikularis, datar
5
pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar polygonal pada linklen planus,
berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada fibroma pedulans, dan veruka
filiformis. Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom, putih,
atau seperti kulit di sekitarnya. Letak papul dapat epidermal atau kutan.
b. Sisik (scales)
Jawab:
Morfologi sisik dari umumnya berwarna putih keperakan, kering, rapuh dan tersusun
seperti lembaran-lembaran. Warna putih keperakan dikarenakan refraksi cahaya
mengaakibatkan udara terperangkap diantara sisik-sisik. Sisik yang berada di atas lebih
mudah terkelupas dibandingkan yang bawah.
6
c. Plak eritematous
Jawab:
Peninggian diatas permukaan kulit , permukaan rata dan bersifat reversible. Jadi
ini contohnya pelebaran pepul yang melebar atau papul yangberkonfluensi pada
psoriasis. Bisa juga adanya pelebaran kapiler yang reversible.
Tonjolan kemerahan yang lebih besar daripada papula dan meluas lebih dalam ke
dalam dermis, dan memiliki tepi yang landai dengan diameter <0,5 cm. Plak
dapat disebabkan oleh menyatunya papula-papula.
6. Bagaimana mekanisme gatal progresif pada kasus ini?
Jawab:
Adanya peningkatan aktivitas Limfosit T (sel imun) yang menyerang sel-sel kulit
yang sehat akibat psoriasis. Dan juga adanya sekresi TNF-alpha yang berlebih (sebuah
molekul yang disintesis oleh sistem imun) menyebabkan terjadinya inflamasi kronik.
Aliran darah akan meningkat, inilah alasan terdapatnya plak kemerahan. Akhirnya,
produksi agen-agen inflamasi yang menyerang ujung-ujung saraf bebas di kulit akan
menyebabkan terjadinya gatal-gatal yang berat.
7
7. Bagaimana mekanisme dari rasa nyeri dan kaku pada lutut?
Jawab:
Nyeri dan kekakuan pada lutut merupakan gejala dari psoriasis arthritis. Pada
psoriasis ini, terdapat kompleks autoimun yang dapat menyebabkan kerusakan sendi
dan lesi pada kulit. Mekanisme nya belum diketahui secara pasti. Sel limfosit T,
khususnya CD8+, diperkirakan memainkan peranan penting dalam manifestasi PSA
dengan meningkatkan produksi sitokin-sitokin berikut : IL-1β, IL-2, IL-10, IFN-γ, and
TNF-α, yang menginduksi proliferasi dan aktivasi fibroblast synovial dan epidermal.
8. Apa indikasi dari bethamethasone?
Jawab:
Untuk meringankan inflamasi dari dermatosis yang responsif terhadap
kortikosteroid.
Bethamethasone adalah kortikosteroid yang digunakan sebagai krim topikal untuk
mengurangi iritasi pada kulit, seperti gatal-gatal dan mengelupas akibat eksim.
Obat ini digunakan untuk mengobati psoriasis lokal, seperti bethamethasone
dipropionate dan asam salisilat atau sebagai kombinasi
bethamethasone/calcipotriol.
9. Apa kontraindikasi dari bethamethasone?
Jawab:
Kontra indikasi :
Penderita yang sensitif terhadap betametason dan sulfit.
Penderita yang mendapat terapi penghambat monoamin oksidase (MAO).
Infeksi fungi sistemik.
Penderita yang sedang diimunisasi.
Tukak lambung.
Osteoporosis.
psikosis atau psikoneurosis berat.
tuberkulosa aktif atau pasif
infeksi akut
vaksin hidup
8
10. Apa mekanisme kerja dari bethamethasone?
Jawab:
Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu. Ia
merupakan terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli kulit dengan
menyediakan banyak pilihan efek pengobatan yang diinginkan, diantaranya termasuk
melembapkan kulit, melicinkan, atau mendinginkan area yang dirawat
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul
hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan
target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin.
Ikatan ini akan mengubah aktifitas di dalam sel seperti menstimulasi transkripsi RNA
dan sintesis protein spesifik untuk menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi dan
menghambat mitosis (anti-proliferatif). Efek ini bergantung pada jenis dan stadium
proses radang. Glukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom,
sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan.
11. Apa dampak dari pemakaian bethamethasone dan moisturizer secara tidak teratur?
Jawab:
Pemberian betamethasone topical dan moisturizer merupakan penatalaksanaan yang
tepat untuk kasus psoriasis terutama psoriasis vulgaris atau chronic plaque psoriasis.
Namun penggunaan yang tidak teratur dapat mengurangi efektivitas dari obat
sehingga bisa menyebabkan tidak terjadinya resolusi yang diharapkan. Selain itu,
betamethasone yang merupakan kortikosteroid potensi sedang bisa jadi tidak cukup
kuat untuk mengatasi psoriasis yang dialami pasien sehingga diperlukan
kortikosteroid dengan potensi kuat atau sangat kuat. Pada kasus-kasus psoriasis yang
parah (melibatkan lebih dari 20% BSA- Body Surface Area), pengobatan topical
seringkali tidak cukup sehingga diperlukan pengobatan sistemik maupun dengan
penyinaran UV, atau terapi kombinasi.
9
12. Apa interpretasi pemeriksaan fisik dari kasus ini dan bagaimana mekanisme
abnormalnya? (gambaran klinis)
a. Well demarcated, erythematous papules to plaques with a white adherent thick
scales; on both of his legs, arms, buttocks, lumbosacral.
Well demacrated lesion (lesi berbatas tegas): Menunjukkan fase lesi yang sedang
mengalami perkembangan aktif menuju lesi matur.
Mekanisme : peningkatan produksi epidermis, peningkatan parakeratosis area
menonjol berbatas tegas dengan area yang masih normal
b. Erythematous plaque with thick white scales on his scalp.
Jawab:
Interpretasi:
Erythematous plaque: Perubahan warna kulit menjadi kemerahan karena dilatasi
kapiler.
Thick white scales: Penebalan keratin pada stratum korneum.
Mekanisme:
Scales
Epidermis terdiri atas beberapa lapisan: Lapisan tanduk adalah salah satu yang
paling dekat di permukaan dan lapisan basal adalah lapisan yang terdalam. Sel
utama pada epidermis adalah keratinosit. Sel-sel ini mampu memperbarui diri
mereka sendiri secara terus menerus dan berperan dalam mensintesa keratin,
sebuah protein yang membuat kulit menjadi impermeabel dan sebagai
perlindungan eksternal.
Dalam keadaan normal, lapisan basal memproduksi keratinosit, mereka
berproliferasi, dan terdorong menuju lapisan tanduk. Selama migrasi ini, mereka
kehilangan inti, menjadi rata dan mengekspresikan keratin lebih banyak. Mereka
membentuk membran yang padat, impermeabel dan protektif. Ketika mereka
mencapai permukaan, sel-sel ini akan lepas dan jatuh, inilah yang disebut sebagai
deskuamasi. Mereka membuat ruang untuk sel-sel baru. Proses pergantian atau
pembaruan ini berlangsung sekitar 3 minggu.
Pada kulit yang mengalami psoriasis, keseimbangan dalam memperbarui
epidermis ini menjadi kacau akibat adanya proses yang disebut sebagai
10
hiperkeratosis, yaitu percepatan dalam memproduksi sel-sel baru. Hal ini
menyebabkan semakin cepatnya sel-sel tersebut terdorong menuju lapisan tanduk,
kira-kira 4 sampai 6 hari, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk mencapai
kematangan. Diferensiasinya terganggu. Nukleus akan tetap tertingga dan bentuk
nya pun akan tetap, tidak mengalami perubahan. Akibatnya akan terjadi
penebalan lapisan tanduk, yang terlihat dalam bentuk plak yang berbatas tegas.
Sel yang paling tua akan berakumulasi di permukaan membentuk lapisan putih
atau sisik (scales)
Plak Eritematous
Angiogenesis dan hiperpermeabilitas vaskular disebabkan oleh meningkatnya
produksi vascular endothelial growth factor (VEGF) oleh keratonosit yang telah
terstimulasi oleh TGF-α yang dihasilkan oleh sel T dan keratinosit. TNF-α juga
meningkatkan angiogenesis. Akibat adanya Angiogenesis ini, timbul lah plak
eritematous pada kulit penderita.
13. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada kasus ini dan apa saja pemeriksaan
tambahan yang dibutuhkan?
Jawab:
Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran
klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
1. Riwayat keluarga
2. Riwayat pengobatan
3. Merokok atau tidak
4. Riwayat pekerjaan ( terpapar cahaya atau tidak)
5. Riwayat bepergian
6. Riwayat terkena infeksi
7. Riwayat penyakit terdahulu
Pemeriksaan fisik
1. Terdapat lesi yang berbatas tegas
2. Lesinya menonjol
11
3. Pada lesi terdapat plak merah dengan skuama putih pada permukaannya
4. Ukuran lesinya bervaiasi mulai dari pinpoin papule- plaqe yang menutupi area
tubuh yang luas
5. Auspitz sign positif yaitu dibawah sisiknya terdapat eritema yang terang dan
terdapat titik-titik perdarahan saat sisiknya dibuang
6. Fenomena tetesan lilin posotif yaitu saat sisiknya digores terlihat sama seperti
goresan pada lilin.
Pemeriksaan Penunjang
Fenomena Tetesan Lilin
Skuama pada psoriasis berwarna putih seperti mika, alias transparan. Skuama ini akan
mengalami perubahan indeks bias ketika digores secara linear dengan alas pinggir
gelas sehingga membuat penampakan seperti lilin yang telah digores.
Fenomena Aupitz
Skuama yang berlapis-lapis pada psoriasis ini dikerok perlahan-lahan secara lembut
sehingga lama kelamaan akan terlihat fenomena Auspitz, yakni perdarahan yang
berbintik-bintik. Kerokan skuama mesti dilakukan benar-benar perlahan dan lembut,
sebab kerokan yang kasar dan terlalu dalam malah hanya akan terlihat perdarahan
yang merata.
Fenomena Koebner
Tanda klinis ini sebenarnya tidak terlalu khas, hanya 47% dari seluruh kasus. Ditandai
dengan munculnya gejala-gejala psoriasis (respon isomorfik) 7-21 hari setelah kulit
seorang psoriasis mengalami suatu trauma.
Histopatologi gold
a. Parakeratosis dan akantosis (khas)
b. Pada stratum spinosum ada kelompok leukosit (abses munro)
c. Papilomatosis & vasodilatasi subepidermis
12
14. Apa diagnosis banding dari kasus ini?
Jawab:
No Diagnosis Banding Perbedaan
1 Dermatofitosis Seborhoic Terasa sangat gatal
Pada sediaan langsung dengan KOH ditemukan jamur
2 Seborhoic dermatitis Skuama berminyak
Berwarna kekuning-kuningan tanpa skuama yang berlapis-lapis dan bertempat predileksi pada tempat seborhoic
3. Sifilis psoriaformis/sifilis stadium II
Suspect coitus
Perbesaran KGB menyeluruh
Skuama berwarna coklat tembaga yang disertai demam pada malam hari
Tes serologi sifilis (+)
4. Ptiriasis rosea Sub akut
Skuama tidak berlapis-lapis
Efloresensi terdapat eritema lonjong sesuai lipatan kulit
15. Apa diagnosis kerja kasus ini?
Jawab:
Psoriasis vulgaris dengan komplikasi Psoriasis arthritis.
16. Apa etiologi dari kasus diatas?
Jawab:
Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Faktor Genetik
13
o Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga
yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita
psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang menderita psoriasis.
o Bila orang tua tidak menderita psoriasis maka risiko mendapat psoriasis
sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita psoriasis maka
risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
o Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial
Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial
o Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi
berkaitan dengan HLA.
Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6.
Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan
psoriasis pustulosa berkaitan dengan HLA-B27
Faktor Imunologi
o Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga
jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit.
o Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesis psoriasis
matang umumnya penuh dengan sebukakan limfosit T di dermis yang terutama
terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.
Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih didominasis oleh sel linfosit T
CD8.
o Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel
Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis.
o Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen
baik endogen maupun eksogen oleh sel langerhans.
o Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4
hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
17. Apa saja faktor presipitasi (faktor pencetus) dari kasus diatas?
Jawab:
Faktor-faktor yang dapat memicu psoriasis diantaranya adalah :
14
1. Trauma fisik (Koebner Phenomenon), akibat gesekan atau garukan.
2. Infeksi : infeksi streptokokus dapat menyebabkan psoriasis gutata
3. Stress : faktor lain yang memicu timbulnya psoriasis yaitu stress, insidensi nya
sebanyak 40% dan lebih tinggi lagi pada anak-anak.
4. Obat : obat-obatan yang dapat memicu timbulnya psoriasis yaitu glukokortikoid,
lithium, obat antimalaria, dan B blocker.
18. Bagaimana epidemiologi dari kasus diatas?
Jawab:
Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan dunia.
Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1% hingga 11,8%
berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden tertinggi yang dilaporkan, yaitu
Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%), dengan prevalensi rata-rata dari Eropa Utara
sekitar 2%. Di Amerika Serikat prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir
150.000 kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di
Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara insiden
psoriasis di Asia hanya 0,4%
Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun, sedangkan
di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah dilaporkan bahwa 35% dari
kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58% sebelum 30 tahun. Dalam sebuah
penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua puncak onset yaitu puncak onset pertama pada
masa remaja dan dewasa muda (16 hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut
(57 hingga 60 tahun).
Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya psoriasis
vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit psoriasis puncaknya terjadi
pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada wanita.
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa
lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia saat ini berkisar 200 juta,
berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil
saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara medis
19. Apa saja faktor resiko dari kasus diatas?
Jawab:
1. Faktor genetik
15
Sekitar 40% dari pasien dengan psoriasis atau psoriasis artritis memiliki kerabat yang
terkena. Risiko terjadinya adalah sekitar 8%. Meskipun tingkat psoriatis artritis pada anak
kembar belum diketahui, tingkat indeks 65-72% dari psoriasis ada di antara kembar
monozigot, dibandingkan dengan indeks 15-30% untuk kembar dizigotik.
2. Faktor lingkungan
Meskipun trauma dan infeksi diduga memainkan peran dalam penyebab psoriatis
artritis, tidak ada bukti konklusif yang mendukung gagasan ini. Molekular mimikri yang
dimediasi infeksi adalah teori yang dianggap memainkan peran patogen melalui faktor
imunologi.
3. Faktor imunologi
Banyak bukti menunjukkan bahwa proses yang dimediasi sel-T berperan dalam patofisiologi
psoriasis dan psoriatis arthritis sel T yang diaktivasi dapat berkontribusi pada peningkatan
produksi sitokin yang ditemukan dalam cairan sinovial. Sitokin sel-Th1 (misalnya, TNF-
alpha, IL-1beta, IL-10) lebih lazim terjadi pada pasien psoriasis daripada rheumatoid arthritis.
Monosit juga berperan dalam psoriasis artritis dan bertanggung jawab untuk produksi matriks
metaloproteinase, yang dapat menyebabkan perubahan destruktif pada sendi pasien dengan
arthritis psoriatis.
20. Bagaimana patofisiologi dari kasus diatas?
Jawab:
16
Reaksi autoimun pada psoriasis menyebabkan adanya autoantigen yang menyebabkan
aktivasi dan proliferasi sel T yang mengakibatkan pengeluaran mediator-mediator
inflamasi seperti IFN γ, TNF α, IL-23, IL 17, IL 22 yang mencetuskan inflamasi.
Hal ini ditandai dengan adanya aktivasi keratinosit pada lapisan epidermis
berproliferasi dengan cepat yaitu bisa 3-4 hari, sedangkan normalnya 14-21 hari.
Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal
dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak).
Peningkatan kecepatan proliferasi sel-sel epidermis ini juga dapat disebabkan oleh peningkatan
Cyclic guanosine monophosphate (cGMP), metabolit asam arakhidonat, poliamin, calmodulin,
dan plasminogen activator. Pada pasien psoriasis keratinosit didapatkan kegagalan IFN γ
dalam mengaktifkan STAT-1α sehingga terjadi diferensiasi kkeratinosit yang abnormal.
17
Genetik (HLA) Imunologi
(aktivasi limfosit T)
Pelepasan mediator inflamasi(sitokin, kemokin, & growth factor)
Dilatasi pembuluh darah dermis
Deskuamasi
Eritema
Mempengaruhi replikasi &jalur penuaan keratinosit
Turn over epidermis cepat (3-4 hari)
21. Bagaimana manifestasi klinis dari kasus diatas?
Jawab:
Ada 2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :
a. Tipe inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif,
yang kecil. Lesi bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular
(seperti koin).
b. Tipe plak yang stabil.
Gejala lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus) terutama di daerah
kepala dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi biasanya ditutupi oleh plak
berwarna keperakan.
Walaupun psoriasis memberikan banyak keluhan klinis dan berbagai bentuk klinis,
tetapi pada umumnya keluhan yang sering di jumpai berupa keluhan pada kulit, kuku
dan sendi:
Keluhan pada Kulit
o Psoriasis sesuai bentuk klinisnya memberi gambaran yang berbeda namun pada
dasarnya lesi psoriasis pada kulit menunjukkan 4 tanda utama:
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan
skuama di atasnya. Eritema sirkumsrip dan merata tetapi pada stadium
18
penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat dipinggir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, nummular atau plakat,
dapat berkonfluensi, jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut
psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi
setelah infeksi akut oleh Streptococcus
Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah (putih) adalah
Kemerahan, papul dan berkembang menjadi kemerahan, plak yang
berbatas tegas . Lokasi plak pada umumnya terdapat pada siku,
lutut, skalp (kulit kepala), umbilikus, dan intergluteal.
Pada pasien psoriasis dengan kulit gelap :
distribusi hampir sama, namun papul dan plak berwarna keunguan
dengan sisik abu-abu.
Pada telapak tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan
mengandung pustule steril dan menebal pada waktu yang
bersamaan.
Pada psoriasis Terdapat tiga ciri khas sebagai sarana diagnosa, yaitu
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Köbner :
Fenomena Kobner adalah Fenomena ini tidak spesifik karena bisa
dijumpai pada beberapa penyakit kulit lain (misalnya liken planus
dan veruka plana juvenilis)
o Dimana Bila kulit sehat pada orang psoriasis digaruk maka
dalam 3 minggu akan timbul lesi psoriasis baru.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan
oleh berubahnya indeks bias.
o Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas.
Fenomena Auspitz adalah tampak serum atau darah berbintik-
bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.
o Cara mengerjakannya demikian: skuama yang berlapis-
lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas.
Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus
19
dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan
tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan
perdarahan yang merata.
Keluhan pada Kuku
o Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%
,
Kelainan yang agak khas pada kuku ialah yang disebut pitting nail atau
nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya
terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya (hyperkeratosis
subungual), dan onikolisis
Keluhan sistemik
o Di samping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi. Penyakit ini umumnya bersifat poliartikular
(kedua sendi/banyak sendi), tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun.
o Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan
pada mukosa jarang ditemukan.
o Psoriasis arthritis diklasifikasikan menjadi 5 subgrup:
asimetris oligo artrikular arthritis, ditemukan pada 70% pasien dengan
arthritis dan ditandai dengan sausage-shaped digits
keterlibatan sendi metakarpofalangeal simetris
keterlibatan sendi interfalang distal, dengan deformitas swan neck
arthritismutilans, ditandai dengan resorpsi tulang, dan
spondilitis atau spondiloarhtropati. Usia puncak seiktar 40 tahun, dan
sering kali onset bersifat akut
22. Bagaimana tatalaksana dari kasus diatas?
Jawab:
Pengobatan umum :
1. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
20
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka
akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
2. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
3. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
4. Emosi tak terkendali.
5. Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya dapat
berupa demam nyeri menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
6. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi
merah , misalnya mengandung alcohol.
Pengobatan Khusus
1. Topikal
a. Kortikosteroid anti inflamasi, anti pruritus, vasokonstriktif
lemah Hidrokortison 1%
sedang Bethamethasone dipropionate 0.05% cream, pada kulit
kepala dan bokong
kuat Clobetasol qd-bid sampai 2 wk; tidak lebih dari 50 g/wk
salep , pada ekstremitas dan lumbosakral bagian bawah
b. Preparat Ter anti inflamasi
Digunakan coal tar, dengan konsentrasi 2-5%, dimulai dengan
konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikkan, konsentrasi dinaikkan.
Biasanya dikombinasikan dengan asam salisilat 3-5%. Preparat dalam
bentuk salep.
c. Tazarotene menghambat proliferasi dan normalisasi petanda
diferensiasi keratinosit dan petanda proinflamasi pada sel radang yang
menginfiltrasi kulit.
Merupakan topical retinoid generasi ke-3. Sediaan gel 0.05% dan
0.1%, oleskan tipis qd pada lesi (2mg/cm2); tidak melebihi>20% luas
permukaan tubuh.
d. Inhibitor Calcineurin Tacrolimus dan pimecrolimus adalah
nonsteroidal immunomodulating macrolactams yang bekerja dengan 21
memblocking enzyme calcineurin, yang menginhibisi produksi IL-2
dan aktivasi proliferasi T-cell.
e. Anthraline Agen antiproliferasi, sediaan pasta, salep dank rim 0,2-
0,8%. Lama pemakaian hanya ½- ¼ jam sehari sekali untuk mencegah
iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
f. Calcipotriene analog sintetik vitamin D3 meregulasi produksi dan
perkembangan sel kulit
Untuk psoriasis plaque moderate. Sediaan berupa salep atau krim 50
mg/g. Dipakai bid, penyembuhan dalam satu minggu.
g. Emolien Melembutkan permukaan kulit tidak ada efek anti
psoriasis.
2. Sistemik
a. NSAID Ibuprofen 400 mg PO q4-6h; tidak lebih dari 3.2 g/d
Meloxicam 7.5 mg PO qd; boleh ditingkatkan sampai 15 mg PO qd
Celecoxib 200 mg/d PO qd; alternative, 100 mg PO bid
b. Agen Immunosupresif Metroteksat
Mula-mula diberikan dosis inisial 5mg untuk mengetahui apakah ada
gejala toksisitas atau sensitivitas tidak. Jika tidak ada, berikan dosis 3 x
2,5 mg dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5
mg. Jika tidak tampak adanya perbaikkan, dosis dinaikkan menjadi 2,5
– 5 mg per minggu
3. Biologi Terapi
Penggunaan agen-agen biologis harus dipertimbangkan untuk pengobatan
psoriasis berat yang tidak respon terhadap terapi psoriasis sistemik lainnya.
Adapun obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan psoriasis secara
biologi adalah alefacept, efalizumab, Etanercept, Infliximab dan adalimumab.
Inhibitor TNF Etarnecept, 25 mg 2x seminggu
4. Fototerapi
a. Narrow Band UVB
b. PUVA (Psoralen UVA)
c. Cara Goeckerman (UVA + preparat ter)
d. Excimer Laser (UV light therapy)
22
23. Bagaimana pencegahan dari kasus diatas?
Jawab:
Ada langkah sederhana diperlukan untuk mencegah psoriasis:
Jauhkan dari segala sesuatu yang dapat menyebabkan psoriasis, misalnya, merokok,
terlalu banyak sinar matahari, dan ketegangan. Ambil obat psoriasis pencegahan
pengobatan dan Anda akan mengurangi masalah ini ke minimum. Tetap saja perlu
menyebutkan bahwa menjadi sasaran sinar matahari terlalu banyak dapat
membawa pengentasan untuk beberapa dan situasi sebaliknya bisa terjadi pada
orang lain.
Alkohol sebenarnya dianggap berisiko tetapi seharusnya tidak menjadi masalah bagi
orang-orang usia menengah. Cobalah untuk tidak mengambil alkohol atau
mengambil dalam jumlah kecil jika Anda memiliki psoriasis.
Tidak perlu untuk menyimpan beberapa khusus diet jika Anda memiliki plak
psoriasis. Alasan untuk psoriasis adalah bakteri Staph yang memiliki efek pada
tubuh, yang dimanifestasikan melalui bengkak, melepuh dan dalam nanah.
24. Bagaimana prognosis dari kasus diatas?
Jawab:
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi bersifat kronik dan residif. Dari
penelitian yang dilakukan dengan follow up pada pasien selama 21 tahun, 71% dari
pasien mengalami lesi yang menetap.
25. Apa saja komplikasi dari kasus diatas?
Jawab:
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
a. Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis
b. Psoriasis pustulosa : pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang
telapak tangan dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber.
Namun, jika pustule timbul pada lesi psoriasis dna juga kulit diluar lesi, dan
disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar disebut tipe zumbusch.
23
c. Psoriasis eritrodermia : jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh dengan
skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas dingin.
26. Berapa KDU dari kasus diatas?
Jawab:
KDU = 3a
“Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
V. Hipotesis
Tuan Squid, 64 tahun mengalami psoriasis dengan gambaran klinis papule di kaki kiri
dengan sisik putih tebal yang menyebar ke kedua kaki, kulit kepala, pantat, lumbosacral
dan lengan.
24
VI. Learning Issue
1. Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus
daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter
persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau
beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Vaskularisasi kulit
Diatur oleh 2 pleksus:
o Pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisialis)
Mengadakan anastomosis di papil dermis
o Pleksus yang terletak di subkutis (pleksus profunda)
Dan di pars retikulara juga mengadakan anastomosis
Pembuluh darah berukuran lebih besar dan bergandengan dengan
saluran getah bening
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu :
25
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hipodermis)
Epidermis
Epidermis yang merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, terdiri atas 4 jenis
sel yang berbeda yaitu :
1. Keratinosit
2. Melanosit
3. Sel Langerhans
4. Sel Merkel
Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil keratin (keratinosit).
Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang terletak di atas
lamina basalis pada perbatasan epidermis-dermis.stratum basale, dengan sel-sel induk,
ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan bertanggung jawab, bersama dengan bagian
awal lapisan berikutnya, atas pembaruan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.
Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, bergantung pada usia, bagian tubuh, dan
faktor lain.
26
Stratum Spinosum
Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, atau agak gepeng dengan inti ditengah dan
sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filamen. Sel-sel spinosum saling terikat
erat melalui spina sitoplasma yang berisi filamen dan desmosom, sehingga memberikan corak
berduri pada permukaan sel ini. Epidermis didaerah-daerah yang terkena gesekan dan
tekanan secara terus menerus (seperti telapak kaki) mempunyai stratum spinosum yang lebih
tebal dengan lebih banyak tonofilamen dan desmosom.
Stratum Granulosum
(lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti didantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohiain. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas pada telapak
tangan dan kaki.
Stratum Lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut
tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum Korneum
(lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah yang lebih tebal dari epidermis. Secara garis
besar terbagi menjadi dua bagian yakni :
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. 27
Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibuat oleh fibroblas,
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga
semakin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang
berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.
Subkutan
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan sel-sel lemak
disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini tedapat
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis
dan yang erletak di subkutis. Pleksus yang didermis bagian atas mengadakan anastomosis di
papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,
dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening.
ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit tediri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
1. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
a. Kelenjar keringat, ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang
kecil-kecil, terletak dangkal didermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar
apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
b. Kelenjar sebasea, terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak
tangan dan kaki. Disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret
kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Biasanya terdapat disamping
akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut.
2. Kuku, adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian kuku yang tebenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di
atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku, dan yang paling
ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm perminggu.
28
3. Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (batang rambut). Ada 2
macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung
pigmen dan tedapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar
dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Rambut
tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 0,35 mm per hari. Fase telogen (istirahat) berlangsung
beberapa bulan. Diantara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi
temporer). Pada satu saat 85% seluruh rambut mengalami fase anagen dan 15%
sisanya dalam fase telogen.
2. Histologi Kulit
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut
hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu
perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat
ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan
bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat
tubuh.
Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka
selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan
tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera (kelenjar
keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang
membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat. Demikian pula
29
permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan – tonjolan
jaringan pengikat ke arah epidermis.
Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas,
tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan
pengikat di bawah kulit.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut
dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit.
Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm,
sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2
mm.
Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi:
-Kulit Tebal
-Kulit Tipis
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal
belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.
KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel
rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis
yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
30
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari
epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang
dipisahkan oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius
glandula sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosit untuk sintesa melanin.
Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel
Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologis Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
31
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum
karena paling banyak tampak adanya mitosis sel–sel. Sel–sel lapisan ini berbatasan
dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam
sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari
stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral
dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan
– tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai
jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan
dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel
seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam
berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir –
butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir –
32
butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir
keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak
selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah
atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam
keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan
stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat
padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil
dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak
sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi.
Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak
lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang
disebut sebagai stratum disjunctivum
33
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk
papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan
pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut
kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan.
Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel
khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera
yang akan bermuara pada epidermis.
KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan
kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di
tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat
beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
34
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis. Demikian pula
serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada daerah-
daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau
lebih,misalnya pada perut. Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari
jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat
dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan
sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat
jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel
daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan
nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir
selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga
terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya
juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara
berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah
hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke
atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
35
Sistem pigmentasi atau melanosit
Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.
Hanya melanin yang dibentuk di kulit. Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang
terdapat di stratum Malphigi yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada
perbatasan epidermis-epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi
butir-butir ,melanin menjalar di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki
desmosom dengan sel-sel Malphigi.
Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada
genital,mulut,dan sebagainya. Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen
yang dihasilkan oleh melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.
Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan
melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.
Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.
Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar
ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada
dermis.
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari
epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu
mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan
dalam perangsangan sel limfosit T.
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom
biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah
dekat anyaman pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima
rangsang sensoris.
36
Hubungan antara Epidermis dan Dermis
Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
Adanya papila corii
Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal
epidermis.
Apendiks Kulit
Glandula Sudorifera
bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal
terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan
ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis.
Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di
luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang
dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu
pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua.
Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat
apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan
glandula areolaris Montogomery
Glandula Sebacea
37
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak
(sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini
bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali
pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa
folikel rambut.
Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak
kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-
daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh
hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon
tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel
rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut
bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis
mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.
38
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila
dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan
membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar
rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang
berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-
sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar
rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin
nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina
basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama
cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan
keratin yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua
yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian
dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin
berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan
Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami
keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan
selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis
dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang
rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan
39
ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada
kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut
tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit
yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut.
Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui
mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.
Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs
distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang
terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus
matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan
dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat
di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi
dalam alur kuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale
dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut
sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum
corneum membentuk hyponychium.
40
Macam–macam Keratin
Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan
keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di
permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai
dari stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel
menjadi jernih pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang
dapat dilepaskan. Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan
kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang
mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin
keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta
tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.
Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan
subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda,
semakin bagus regenerasinya.
3. Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :41
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan- jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh- pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke
dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar
ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh
yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar
36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat
kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing.
Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan
lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan airtransepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka
dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang
sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk
42
ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke
dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan.
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
4. Efloresensi Kulit
Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut
dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-kadang
perubahan ini dapat dipengaruhi keadaan dari luar, misalnya trauma garukan dan
pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal
ini, gambaran klinis morfologik penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit
dikenali. Untuk mempermudah dalam pembuatan diagnosis, ruam kulit dibagi
menjadi beberapa kelompok :
a. Ruam kulit primer
1) Makula adalah efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa
perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor,
morbus Hansen, melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis
2) Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh
kapiler yang reversible.
43
3) Papula adalah penonjolan superficial pada permukaan kulit dengan massa
zat padat, berbatas tegas, berdiameter < 1cm.
4) Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan,
dapat menonjol. (jika diameter < 1 cm disebut nodulus).
5) Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serum, beratap, mempunyai
dasar dengan diameter < 1 cm misalnya pada varisela, herpes zoster.
44
6) Bula adalah vesikel dengan diameter > 1 cm, misal pada pemfigus, luka
bakar. Jika vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula hemaragik . Jika bula
berisi nanah disebut bula purulen.
7) Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis
pustulosa.
8) Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat
hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan gigitan
serangga.
9) Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan
sel atau jaringan tubuh.
10) Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi
cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti pada kista epidermoid.
45
11) Plak (plaque) adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya
rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih.
Contohnya papul yang melebar atau papulpapul yang berkonfluensi pada psoriasis.
12) Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis atau subkutis.
b. Ruam kulit sekunder
1) Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa
sisik halus (TV), sedang (dermatitis), atau kasar (psoriasis). Skuma dapat berwarna
putih (psoriasis), cokelat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis).
2) Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mengering di atas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis
kontak. Krusta dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah),
atau cokelat (asal darah, nanah, serum).
3) Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh kehilangan jaringan yang
tidak melampui stratum basal.
46
4) Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga
kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis
kontak dan ektima.
5) Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar,
dinding, tepi dan isi. Misal ulkus tropikum, ulkus durum.
6) Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam
misal pada keratoskisis, keratodermia.
7) Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan
dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ii dapat cekung dari kulit sekitarnya
(sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal
(eutrofi/luka sayat). Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.
8) Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.
9) Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam
jaringan. Misalnya abses bartholini dan abses banal.
10) Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit
tampak lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.
47
11) Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif,
kronik, dengan penyebaran pertiginosa. Misal pasa sifilis gumosa.
12) Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit
tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misal pada melasma, dan pasca inflamasi.
13) Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih
putih dari sekitarnya, misalnya pada skleroderma dan vitiligo.
c. Ruam kulit khusus
1) Kanalikuli adalah ruam kulit berupa saluran-saluran pad stratum korneum,
yang timbul sejajar denga permukaan kulit, seperti yang terdapat pada skabies.
2) Milia (= White head) adalah penonjolan di atas permukaan kulit yang
berwarna putih, yang ditimbulkan oleh penyumbatan saluran kelenjar sebasea,
seperti pada akne sistika.
3) Komedo (=Black head) adalah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang
timbul akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan
kulit, seperti agne.
4) Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu
singkat dan
tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam, seperti pada demam berdarah.
5) Roseola ialah eksantema lentikuler berwarna merah tembaga seperti pada
sifilis dan frambusia.
6) Purpura yaitu perdarahan di dalam/di bawah kulit yang tampak
medikamentosa
7) Lesi target. Terdiri dari 3 zona yang berbentuk lingkaran, lingkaran pertama
mengandung purpura atau vesikel di bagian tengah yang dikelilingi oleh lingkaran
pucat (lingkaran kedua), lingkaran ketiga adalah lingkaran eritema. Lesi target
48
biasanya dijumpai di telapak tangan penderita eritema multiforme (gambaran
seperti mata sapi).
8) Burrow adalah terowongan yang berkelok-kelok yang meninggi di epidermis
superficial yang ditimbulkan oleh parasit.
9) Teleangiektasi adalah pelebaran pembuluh darah kecil superficial (kapiler,
arteriol, dan venul) yang menetap pada kulit.
10) Vegetasi adalah pertumbuhan berupa penonjolan-penonjolan bulat atau
runcing menjadi satu.
5. Psoriasis
DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai, bersifat
rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem imunitas,
lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas
tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai
daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral,
bokong dan genitalia.
EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih mengingat bahwa
perjalanannya menahun dan residif.
Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di
Eropa dilaporkan sebanyak 3 – 7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang
0.6%. pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan demikian
pula bangsa Indian di Amerika.
Insiden pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada
semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.
49
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat gangguan
keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh
sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada sistem
imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada
psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel
dendritik dermal dapat ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor
permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis
penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun
yang ditandai dengan adanya sel T helper (Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan
peningkatan kadar IFN-γ, tumor necrosing factor-α (TNF-α), IL-2 dan IL-18. Baru-baru
ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur proses
inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya diatur
oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel dendritik dermal). Sel Th17
CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang berperan pada peningkatan dan pengaturan
proses inflamasi dan proliferasi epidermal.
GAMBARAN KLINIS
Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran morfologi,
distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi.
Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas
tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi.
Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang
menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris,
walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna
kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat.
Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya
trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan
mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih
putih seperti tetesan lilin. Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat
beberapa tipe klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang
paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas,
dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada
ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan
50
genital. Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis
pustular, psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma.
DIAGNOSIS
Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran
klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi
suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin.
Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete
ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum
granulosum. Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel
pada lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit
yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses
Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas dan
dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil, makrofag,
limfosit dan sel mast.
Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis biasanya
bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada
psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma tampak
penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan nitrogen
negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit. Peningkatan
marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2 makroglobulin, dan
erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus yang berat. Pada
penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan peningkatan kadar asam urat
serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga menunjukkan gangguan profil
lipid (peningkatan high density lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma
apolipoprotein- A1).
Pada beberapa studi yang dilakukan akhir-akhir ini, tampak peningkatan kadar
prolaktin serum pada penderita psoriasis dibandingkan dengan kelompok control.
TERAPI
51
Pengobatan anti psoriasis berspektrum luas baik secara topikal maupun
sistemik telah tersedia. Sebagian besar obat-obatan ini memberikan efek sebagai
imunomodulator. Sebelum memilih regimen pengobatan, penting untuk menilai
perluasan serta derajat keparahan psoriasis.
Pada dasarnya, mayoritas kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar
yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk yang
paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi spontan dalam
waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan seringkali tidak
membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas fototerapi dengan
menggunakan sinar ultraviolet (UV) B serta terapi topikal dikatakan 1
memberikan manfaat. Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya disertai dengan
gejala sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan sistemik yang bekerja cepat.
Obat yang paling sering digunakan pada psoriasis eritrodermik/pustular adalah
asitretin. Pada beberapa kasus psoriasis pustular tertentu, penggunaan
kortikosteroid sistemik mungkin diperlukan.
Pada psoriasis plak yang kronis, pemberian terapi dilakukan berdasarkan
perluasan penyakit. Untuk psoriasis plak yang ringan (<10% luas permukaan tubuh),
terapi topikal lini pertama dapat digunakan emolien, glukokortikoid atau analog vitamin
D3 sedangkan lini kedua dapat dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar UVB.
Pada psoriasis plak yang sedang (>10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini
pertama seperti pada psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan
sistemik misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan
adalimumab. Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh), terapi terutama
menggunakan obat-obat sistemik.
52
VII.Kerangka Konsep
53
FAKTOR GENETIK FAKTOR PEMICU FAKTOR RESIKO
REAKSI AUTOIMUN
AKTIVASI SEL T
PELEPASAN SITOKIN SERTA
STIMULASI AGEN INFLAMASI
NYERI DAN KEKAKUAN PADA
LUTUT
PLAK ERITEMATOUS
MENYERANG UJUNG SARAF
BEBAS
GATAL
HIPERKERATINOSIT
SISIK PUTIH TEBAL NYERI DAN KEKAKUAN PADA
LUTUT
VIII. Kesimpulan
Tuan Squid, 64 Tahun, mengalami plak eritematous dan sisik putih tebal akibat psoriasis
disertai dengan adanya Psoriasis arthritis yang ditandai dengan nyeri dan kaku di lutut.
54
DAFTAR PUSTAKA
AAD Psoriasis, AAD Psoriasis . Diakses pada 4 Agustus 2012.
Andrew. 2000. Viral Diseases : Diseases of the skin. 9th edition. Philadelphia : WB Saunders
Company.
Diagnosis Psoriasis, Diagnosis Psoriasis . Diakses pada 4 Agustus 2012.
Fauci, Anthony S. (2008). principles of Internal medicine. McGraw-Hill's company. ISBN
978-0-07-147691-1.
Junqueira LC,Carneiro J. 2007. Histologi Dasar; Teks&Atlas. Edisi 10.Jakarta : EGC.
Kumar, Vinay (2004). Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease. Elsevier. ISBN 978-
0721601878.
Wolff, Klaus (2009). Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
McGraw-Hill's company. ISBN: 978-0-07-163342-0.
Zannolli, R; Buoni, S; Betti, G; Salvucci, S; Plebani, A; Soresina, A; Pietrogrande, MC;
Martino, S; Leuzzi, V; Finocchi, A; Micheli, R; Rossi, LN; Brusco, A; Misiani, F; Fois,
A; Hayek, J; Kelly, C; Chessa, L (2012 Sep 1). "A randomized trial of oral
betamethasone to reduce ataxia symptoms in ataxia telangiectasia.". Movement
disorders : official journal of the Movement Disorder Society 27 (10): 1312–6.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/investigative-medicine/2123978-betamethasone-
betametason/#ixzz2d5SYmTMc
55