skenario a blok 6
DESCRIPTION
wqwqwqTRANSCRIPT
SKENARIO A BLOK 6
Dr. Belagak, a popular neuron surgeon in America spent his vacation in
Sekayu. Because of hot weather, he swim in the river for couple of hours. After
swimming, around 12 am he felt hungry, but his grandma asked him to perform
prayer in the mosque. When he back home, he smelt a nice aroma of “pindang
patin” which was cooked by his aunty and he felt more hungry. Suddenly his
salivary gland’s produced a lot of saliva. He ate the food as much and as fast as he
could because he did not eat “pindang patin” for long time.
Being too greedy made him chock and he has to drink lots a water.
He asked you what happened to him.
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Neuro surgeon : dokter yang mengkhususkan diri dalam ilmu bedah
saraf
2. Salivary Gland :
3. Saliva : secret kelenjar saliva yang mengandung enzim
4. Chock : gangguan respirasi yang disebabkan oleh obstruksi
dan kompresi
5. Hungry
II. Identifikasi Masalah
1. dr. Belagak berenang selama beberapa jam karena cuaca panas
2. dr. Belagak lapar
3. dr. Belagak mencium aroma pindang patin sehingga ia merasa lebih lapar
4. Kelenjar Saliva dr. Belagak memproduksi banyak air liur
5. dr. Belagak makan banyak dan cepat
6. dr. Belagak tersedak dan minum banyak air
III. Analisis Masalah
1. a. Bagaimana pengaruh cuaca panas terhadap tubuh ?
b. Bagaimana hubungan berenang dengan homeostatis ?
c. Bagaimana hubungan berenang dengan metabolisme tubuh ?
2. a. Bagaimana mekanisme lapar ?
b. Bagaimana hubungan berenang dengan rasa lapar ?
c. Bagaimana pengaruh rasa lapar terhadap metabolisme tubuh ?
3. a. Bagaimana pengaruh aroma makanan terhadap peningkatan rasa lapar ?
4. a. Bagaimana histologi kelenjar saliva ?
b. Bagaimana anatomi kelenjar saliva ?
c. Bagaimana fisiologi kelenjar saliva ?
d. Bagaimana pengaruh aroma makanan dengan produksi air liur ?
5. a. Mengapa dr. Belagak bisa makan banyak dan cepat setelah lama tidak
makan pindang ?
b. Bagaimana pengaruh makan banyak dan cepat ?
2
6. a. Bagaimana mekanisme menelan ?
b. Bagaimana respon tubuh terhadap diglusi yang tidak normal ?
c. Bagaimana mekanisme tersedak ?
d. Bagaimana pengaruh tersedak terhadap sistem organ yang lain ?
e. Bagaimana pengaruh minum air terhadap tersedak ?
IV. Hipotesis
dr. Belagak tersedak setelah ia makan banyak dan cepat karena ia
kelaparan akibat pengaruh cuaca dan aktivitasnya
V. Kerangka Konsep
3
Cuaca Panas
Dr. Belagak kepanasan
Homeostatis (suhu tubuh turun)
Keinginan Berenang
V metabolisme meningkat
Glulosa dan glikogen dalam tubuh menurun
Kelaparan
Makan cepat dan banyak
Chock
Minum banyak air
Memori tentang pindang patin
Reaksi kimia
Saliva berlebih
VI. Learning Issue
Pokok Bahasan
What I Know What I don’t Know What I Have to Prove
How I will Learn
1. Diglusi
2. Chock
3. Lapar
4. Autonom Neuro
5. Kelenjar Saliva
6. Saliva
Definisi
Definisi Penyebab
chock
Definisi
Definisi
Definisi Jenis Kelenjar
Saliva
Definisi
Mekanisme diglusi
Mekanisme chock Hubungan dengan
diglusi tidak normal
Mekanisme lapar Penyebab lapar
Proses yng terjadi
Mekanisme sekresi saliva
Komposisi saliva
Diglusi tidak normal menyebabkan tersedak
Terjadi karena diglusi secara banyak dan cepat
Terjadi karena kurangnya glukosa dalam darah
Saraf autonom memepengaruhi lapar dan produksi saliva
Produksi saliva dipengaruhi oleh rasa lapar
Textbook, internet and
journals
VII. SINTESIS
4
6.1. Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis,
submandibularis, dan sublingualis. Sekresi saliva general sehari-hari
berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar 6 sampai 7. Saliva
terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat,
kebalikan dari plasma dimana lebih banyak mengandung ion natrium dan
klorida.
Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama:
1. sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), sebuah enzim
untuk mencernakan serat.
2. sekresi mukosa yang mengandung musin, sebuah glikoprotein yang
melubrikasi makanan dan memproteksi mukosa vocal. Musin pitcher
mengandung IgA, sistem imun yang pertama menghadang bakteri dan
virus; lisozim, berfungsi menghacurkan dinding bakteri; laktoferin,
mengikat zat besi; dan protein kaya akan prolin, memproteksi gigi. Oleh
karena itu pada keadaan defisit saliva (xerostomia) ronga mulut menjadi
berulserasi, terinfeksi, dan karies gigi akan meluas.
Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.
Kelenjar Tipe sekresi Sifat sekresi Persentase dari total
saliva * (1,5 L)
Parotis Serosa Berair 20
Submandibularis Serosa dan mukosa Agak kental 70
Sublingualis mukosa kental 5
*5% volume saliva all-out dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minor di
rongga mulut.
Kelenjar submaksilaris mengandung asinus mukosa maupun asinus
serosa. Sekresi primer dihasilkan oleh kedua asinus ini yang berupa ptialin
dan/atau musin. Sewaktu sekres primer mengalir melalui duktus, terjadi
dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva.
1. ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius
(interkalatus), dan ion-ion natrium disekresi secara aktif sebagai pengganti
5
natrium. Oleh karena itu, konsentrasi natrium dari saliva sangat berkurang,
sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Karena reabsorbsi ion
natrium melebihi sekresi ion kalium, menyebabkan konsentrasi ion klorida
turun menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi
ion natrium.
2. ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus.
Hal ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat
dengan ion klorida.
Hasil akhir dari transpor aktif adalah pada kondisi istirahat,
konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya
sekitar 15 mEq/liter, ion kalium 30 mEq/liter, ion bikarbonat 50-70
mEq/liter. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah.
Kenapa? Karena sekresi primer oleh sel-sel asini meningkat 20 kali lipat
[misal saat mengkonsumsi asam]. Oleh karena sekresi saliva bertambah,
konsentrasi natrium klorida akan meningkat sekitar setengah sampai dua
pertiga konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi kalium turun
hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.
Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan pada (1)
saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior(bagian dari nervus
fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair
dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah.
Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang
disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine polipeptide).
Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetilkolin pada sebagian
neuron parasimpatis pascaganglion. Rangsangan (2) saraf simpatis
menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan
organik dari kelenjar submandibulais.
Makanan dalam mulut menyebabkan refleks sekresi saliva, juga
rangsangan serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan
gaster. Faktor-faktor yang menyebabkan rangsang sekresi saliva adalah:
melihat, mencium dan mengkonsumsi makanan yang meningkatkan nafsu
makan. Daerah nafsu makan pada otak, terletak di daerah pusat
6
parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi sebagai respon terhadap
sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman dari korteks serebral dan
amigdala.
6.2. Diglusi (Menelan)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring
membantu fungsi pernapasam dan menelan. Faring diubah hanya dalam
beberapa detik menjadi traktus untuk mendorong masuk makanan.
VI.2.1. Proses Diglusi
Pada umumnya, menelan dapat dibagi menjadi:
1. Tahap Volunter (yang mencetuskan proses menelan)
Bila makanan sudah siap untuk ditelan “secara sadar” makanan
ditekan atau digulung kea rah posterior ke dalm faring oleh tekanan
lidah ke atas dan e belakang terhadap palatum. Dari sini
proses menelan menjadi seluruhnya-atau hamper seluruhnya
berlangsung secara otomatis dan umumnya tidak dapat dihentikan.
2. Tahap Faringeal (yang bersifat involunter dan membantu
jalannya makanan melalui faring ke dalam esophagus)
Sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan
faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor manelan
disekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan
sinyal-sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan
serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai
berikut:
a. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares
posterior, untuk mencegah refluks makanan ke rongga
hidung
b. Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke
arah medial untuk saling mendekat satu sama lain. Dengan
cara ini, lipatan-lipatan tersebut membentuk celah sagital
yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk ke dalam
faring posterior. Celah ini melakukan kerja selektif,
7
sehingga makanan yang telah cukup dikunyah dapat lewat
dengan mudah. Karena tahap penelanan ini berlangsung
kurang dari 1 detik, setiap benda besar apapun biasanya
sangat dihalangi untuk berjalan masuk ke esophagus.
c. Pita suara laring menjadi sangat berdekatan dan laring
tertarik ke atas dan anterior oleh otot-otot leher. Hal ini,
digabung dengan adanya ligament yang mencegah
pergerakan epiglottis bergerak ke belakang di atas
pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja bersama
mencegah masuknya makanan ke dalam hidung dan
trakea. Yang paling penting adalah sangat berdekatannya
pita suara, namun epiglottis membantu mencegah makanan
agar sejauh mungkin jauh dari pita suara. Kerusakan pita
suara atau otot-otot yang membuatnya berdekatan dapat
menyebabkan strangulasi.
d. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan
pembukaan ke esophagus. Pada saat yang bersamaan, 3-
4cm diatas dinding otot esophagus, yang dinamakan
‘sfingter esophagus atas juga disebut sfingter
faringoesofageal) berelaksasi, sehingga makanan dapat
bergerak dengan mudah dan bebas dari faring posterior ke
dalam esophagus bagian atas. Di antara penelanan, sfingter
ini tetap berkontraksi dengan kuat, sehingga mencegah
udara masuk ke esophagus selama respirasi. Gerakan laring
k atas juga mengangkat glottis keluar dari jalan utama
makanana, sehingga makanan terutama hanya melewati
setiap sisi epiglottis dan bukan melintas di atas
permukaanya; hal ini menambah pencegahan terhadap
masuknya makanan ke dalam trakea.
e. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofagus
mengalami relaksasi, seluruh otot dinding faring
berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu
8
menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan
inferior, yang mendorong makanan ke dalam esophagus
melalui proses peristaltic.
Sebagai ringkasan mekanika tahapan penelanan dari faring:
trakea tertutup, esophagus terbuka, dan suatu gelombang
peristaltic cxepat dicetuskan oleh system saraf faring
mendorong bolus makanan ke dalam esophagus bagian
atas, seluruh proses terjadi dalam waktu kurang dari 2
detik.
3. Tahap esophageal (fase involunter lain yang mengangkut
makanan dari faring ke lambung)
Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan
secara cepat dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara
khusus untuk fungsi tersebut.
Normalnya,esophagus memperlihatkan dua tipe gerakan
peristaltic: peristaltic primer dan peristaltic sekunder. Peristaltik
primer hanya merupakan kelanjutan dari gerakan peristaltic yang
dimulai di faring dan menyebar ke esophagus selama tahap
faringeal dari proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring
ke lambung dalam waktu sekitar 8 sampai 10 detik. Makanan yang
ditelan seseorang pada posisi tegak biasanya dihantarkan ke ujung
bawah esophagus bahkan lebih cepat daripada gelombang
peristaltic itu sendiri, sekitar 5 sampai 8 detik, akibat adanya efek
gravitasi tambahan yang menarik makanan ke bawah.
Jika gelombang peristaltic primer gagal mendorong semua
makanan yang telah masuk esophagus ke dalam lambung, terjadi
gelombang peristaltic sekunder yang dihasilkan oleh peregangan
esophagus oleh makanan yang tertahan, gelombang ini terus
berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam lambung.
Gelombang peristaltic sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit
saraf intrinsic dalam system saraf mienterikus dan sebagian oleh
refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas
9
melalui serabut-serabut aferen vagus ke medulla dan kembali lagi
ke esophagus melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal
dan vagus.
Susunan otot dinding faring dan sepertiga bagian atas
esophagus adalah otot lurik. Karena itu, gelombang peristaltic di
daerah ini diatur oleh sinyal saraf rangka dari saraf glosofaringeal
dan saraf vagus. Pada dua pertiga bagian bawah esophagus,
susunan ototnya merupakan otot polos, namun bagian esophagus
ini juga secara kuat diatur oleh saraf vagus yang bekerja melalui
perhubungan dengan system saraf mienterikus esophageal.
Sewaktu saraf vagus yang menuju esophagus dipotong, setelah
beberapa hari pleksus saraf mienterikus esofegeal. Sewaktu saraf
vagus yang menuju esophagus dipotong, setelah beberapa hari
pleksus saraf mienterikus esophagus menjadi cukup terangsang
untuk menimbulkan gelombang peristaltic sekunder yang kuat
bahkan tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu, bahkan setelah
paralysis refleks penelanan batang otak, makanan yang
dimasukkan melalui selang atau dengan cara lain ke dalam
esophagus tetap siap memasuki lambung..
VI.3. Lapar
Menurut sejarah, berbagai teori tentang rasa lapar dibicarakan
berdasarkan komponen biologi. Cannon dan Washburn mengemukakan
teori kontraksi perut yang menyatakan bahwa rasa lapar diketahui dengan
adanya kontraksi perut.Dalam percobaan balon yang sangat terkenal,
Washburn melatih dirinya sendiri untuk menelan sebuah balon yang
dihubungkan dengan suatu pipa, lantas balon tersebut dipompakan ke
dalam perutnya. Ketika balon telah menggembung, dia tidak merasa lapar.
Teori ini terbantahkan dengan adanya kenyataan bahwa orang yang
lambungnya telah diangkat, ternyata masaih merasa lapar. Kemudian,
muncul teori gula darah yang menyatakan bahwa manusia merasa lapar
ketika tingkat gula dalam darah menjadi rendah.
10
Bash melakukan percobaan mentranfusi darah dari anjing kenyang
ke anjing lapar. Transfusi itu menyebabkan kontraksi lambung anjing lapar
berhenti, sehingga hal ini mendukung teori gula darah. Namun, LeMagnen
mengemukakan bahwa tingkat gula darah dalam darah tidaklah berubah
banyak dalam keadaan normal.
Adapun teori insulin menyatakan bahwa rasa lapar terjadi pada saat
tingkat insulin dalam tubuh tiba-tiba naik. Namun, teori seperti ini
sepertinya menunjukkan bahwa kita harus makan untuk meningkatkan
tingkat insulin tubuh agar merasa lapar. Lain lagi teori asam lemak yang
menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium adanya kenaikan
tingkat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam
lemak inilah yang memicu rasa lapar.
Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck menyatakan
bahwa manusia lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa
lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita
cenderung lebih banyak makan di waktu musim hujan/dingin.
6.3.1. Aspek Psikologis
Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui
komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat
mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan
kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya,
manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya,
termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu
rasa lapar.
Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar.
Warna makanan juga memperngaruhi rasa lapar. Banyak orang
makan berdasarkan pengetahuan tentang makanan yang baik bagi
mereka. Contohnya, makanan yang rendah lemak, kalori, gula, dan
garam dikatakan baik. Akhirnya, manusia belajar untuk mengubah
kesukaannya dan hanya ingin memakan makanan yang baik.
11
Hipotalamus mempunyai proses penyimpanan energy
melalui kerja leptin, yaitu suatu hormone peptide yang dilepaskan
dari sel-sel lemak (adiposit). Bila jumlah jaringan lemak meningkat
(yang mengisyaratkan adanya kelebihan simpanan energi), adiposit
akan menghasilkan leptin lebih banyak lagi, yang akan dilepaskan
ke dalam darah. Leptin kemudian bersikulasi ke otak, yang
selanjutnya menembus sawar darah otak melalui difusi terfasilitasi
dan menempati reseptor leptin pada berbagai tempat di
hipotalamus, terutama neuron proopiomelanokortin (POMC) di
nucleus arkuatus dan neuron di paraventrikular.
Stimulasi reseptor leptin di nucleus hipotalamus tersebut
akan memulai berbagai peristiwa yang akan mengurangi
penyimpanan lemak, meliputi:
1. Penurunan produksi zat parangsang nafsu makan seperti
NPY dan AGRP
2. Aktivasi neuron POMC, yang menimbulkan pelepasan -
MSH dan aktivasi reseptor melanokortin
3. Peningkatan produksi zat di hipotalamus seperti
corticotrophin-releasing hormone, yang kan mengurangi asupan
makanan
4. Peningkatan akitivitas saraf simpatis (melalui jaras saraf
dari hipotalamus ke pusat vasomotor), yang akan meningkatkan
kecepatan metabolisme dan pengeluaran energi
5. Penurunan sekresi insulin dari sel beta pancreas, yang akan
mengurangi simpanan energi.
Jadi, leptin mungkin berperan penting dengan cara
mengirimkan sinyal dari jaringan lemak ke otak bahwa energi telah
disimpan dalam jumlah yang cukup dan asupan makanan tidak lagi
diperlukan saat itu. Namun bila yang terjadi sebaliknya, ketika
simpanan energi tubuh turun di bawah normal, pusat makan di
hipotalamus (nucleus perifornikal, badan mamilaria, area
12
hipotalamik lateral) dan di area otak yang lain akan sangat
teraktivasi, sehingga orang tersebut akan sangat lapar.
NB :
Nukleus perifornikal ( rasa lapar, peningkatan tekanan drah, rasa
marah/mengamuk)
Nukleus ventromedial (rasa kenyang)
Nukleus dorsomedial (perangsangan gastrointestinal)
Badan mamilaria (refleks makan) ex: menjilat2 bibir & menelan
Area hipotalamik lateral (rasa haus & lapar)
6.3.2. Hubungan aktivitas fisik (berenang) dengan lapar
6.4. Tersedak
13
Berenang(otot-otot utama dan otot-otot besar
di tubuh terus berkontraksi dan menguat)
Kebutuhan energi meningkat
metabolisme glukosa meningkat
Penurunan kadar glukosa dalam tubuh
Peningkatan bangkitan neuron glukosensitif di pusat lapar
hipotalamus lateral
Penurunan bangkitan neuron glukoreseptor di pusat kenyang di nucleus ventromedial
& paravetrikular hipotalamus
Menimbulkan rasa lapar
Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing,
muntah, darah, atau cairan lain. Tersedak merupakan keadaan darurat
medis. Pertolongan pertama untuk tersedak adalah menghubungi rumah
sakit atau puskesmas setempat menggunakan nomor telepon darurat, lalu
membebaskan obstruksi saluran nafas menggunakan perasat Heimlich
dan/atau pernafasan buatan. Intubasi adalah prosedur medis lanjutan yang
diindikasikan untuk tersedak, yang dapat dilakukan oleh paramedis dalam
bidang ini.
Mengapa kita bisa tersedak? Gampangnya, tersedak terjadi jika
makanan atau benda lain yang seharusnya masuk ke kerongkongan
(saluran makanan), nyasar ke tenggorokan (saluran pernafasan) dan masuk
ke saluran yang menuju ke paru-paru. Akibatnya kerja saluran pernafasan
pun terganggu atau tersumbat, sehingga tubuh anak membuat reaksi
dengan tersedak. Tak jarang benda-benda itu tidak dapat dikeluarkan lagi
sehingga anak pun kehabisan nafas dan meninggal
Ada dua saluran di leher kita, yaitu
Esofagus sebagai saluran makanan dari
mulut ke lambung, dan Trakea sebagai
saluran udara dari mulut/hidung ke paru-
paru.
Barangkali guru di sekulolah kamu
ada yang membedakannya menjadi kerongkongan untuk “jalur”
makanan dan tenggorokan untuk “jalur” udara.
Diantara kedua saluran tersebut terdapat “katub”
yang disebut epiglotis, yang berupa jaringan
tulang rawan di “puncak” saluran pernafasan.
Katub ini akan secara otomatis dan akurat
menutup saluran udara, saat kita menelan sesuatu.
Katub akan membuka saat kita bernafas, atau
berbicara.
Dalam kondisi tertentu bisa saja terjadi
”makanan” masuk ke saluran udara. Tentu saja ini bisa berakibat fatal. Ini terjadi
14
saat katub menutupi jalur udara sewaktu kita menelan makanan, sekonyong-
konyong katub itu membuka karena kamu berbicara. Akibatnya bisa jadi ”secuil”
makanan menyelinap masuk ke saluran udara.
Namun tubuh memiliki mekanisme yang
”menolak” benda asing masuk ke saluran
udara, yaitu dengan mekanisme BATUK, atau
juga TERSEDAK. Mungkin kamu pernah
merasakan ”tersedak” dan mengakibatkan
sebutir nasi terlempar keluar lewat hidung.
6.4.1. Minum banyak air
Fungsi dan Kebutuhan Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh
manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh manusia tanpa
jaringan lemak (lean body mass). Dengan perkataan lain, jumlah
air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah:
Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth
weight)
Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak),dan
Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk orang dewasa).
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:
1. Pelarut dan alat angkut. Air dalam tubuh berfungsi sebagai
pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak,
vitamin dan mineral.
2. Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai
reaksi biologik dalam sel. Air diperlukan untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih
sederhana.
3. Pelumas.
15
4. Fasilitator pertumbuhan. Dalam hal ini berperan sebagai zat
pembangun.
5. Pengatur suhu. Karena kemampuan air menyalurkan panas,
air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam
tubuh.
6. Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan saraf tulang
belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ
dari benturan.
Kebutuhan air dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah
energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata.
Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal,
sedangkan untuk bayi 1,5 ml/kkal.
6.5.Autonom Neuro
6.5.1. Pengaturan sekresi saliva oleh saraf
Kelenjar saliva terutama dikontrol oleh sinyal saraf
parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan
inferior pada batang otak.
Nukleus salivatorius terletak kira-kira pada pertemuan
antara medula dan pons dan akan tereksitasi oleh rangsangan taktil
dan pengecapan dari lidah dan daerah rongga mulut dan faring
lainnya. Beberapa rangsangan pengecapan, terutama rasa asam,
merangsang sekresi saliva dalam jumlah sangat banyak-seringkali
8 sampai 20 kali kecepatan sekresi basal. Juga rangsangan taktil
tertentu, seperti adanya benda halus dalam mulut, menyebabkan
salivasi yang nyata, sedangkan benda yang kasar kurang
menyebabkan salivasi dan kadang menghambat salivasi.
Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-
sinyal saraf yang tiba pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat
sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Sebagai contoh, bila seseorang
mencium atau memakan makanan yang disukainya, pengeluaran
16
saliva lebih banyak daripada bila ia mencium atau memakan
makanan yang tidak disukainya. Daerah nafsu makan pada otak,
yang mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusa
parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi terutama sebagai
respons terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman
dari korteks serebral atau amigdala.
Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks
yang berasal dari lambung dan usus halus bagian atas-khususnya
saat menelan makanan yang sangat mengiritasi atau bila seseorang
mual karena adanya beberapa kelainan gasrointestinal. Saliva,
ketika ditelan, akan membantu menghilangkan faktor iritan pada
traktus gastrointestinal dengan cara mengencerkan atau
menetralkan zat iritan.
Faktor sekunder yang juga memengaruhi sekresi saliva
adalah suplai darah ke kelenjar karena sekresi selalu membutuhkan
nutrisi yang adekuat dari darah. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis
yang sangat merangsang salivasi, dalam derajat sedang juga
melebarkan pembuluh-pembuluh darah, sehingga menyediakan
peningkatan nutrisi kelenjar saliva seperti yang juga dibutuhkan sel
penyekresi.
Fungsi saliva :
Merubah KH menjadi maltosa oleh enzim 17tyalin (17tyalin)
Melicinkan / melumasi bolus mudah ditelan
Menetralkan/mengencerkan bolus
Faktor yg mempengaruhi sekresi saliva :
a. f. mekanik : adanya bolus dalam mulut
b. f. psikhis : mencium/memikirkan makanan
c. f. kimiawi : bolus yang asam atau asin
6.6. Hubungan berenang dengan homeostatis
Air memiliki panas khusus beberapa kali lebih besar dari pada
udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat
mengabsorbsi jumlah panas yang lebih besar daripada udara. Demikian
17
Olahraga (Berenang)
Menghasilkan panas dalam tubuh
Panas dihantarkan dari jaringan ke kulit
Panas dibuang ke udara dan lingkungan sekitar
Penurunan suhu tubuh
juga konduktivitas panas di dalam air lebih besar dibandingkan dengan di
udara. Oleh karena itu, kecepatan kehilangan panas ke air biasanya lebih
besar daripada kecepata kehilangan panas di udara.
Jadi, dr. Belagak berenang saat cuaca panas untuk mengurangi atau
menghilangkan panas yang dirasakan oleh tubuhnya sehingga tubuh dr.
Belagak bisa kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
18
Anonim.Flatulensi. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=479&idktg=7&idobat=&UID= 20080428173720125.161.48.165. (28 April 2008)
Ganong, William F. Review of Medical Physiology. 2001. USA: McGraw-Hill
Guyton, Arthur C & John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 1997. Jakarta: EGC
Silverthorn, Dee Unglaub. Human Physiology: An Integrated Approach. USA: Prentice Hall
Wiliarsih, Sefti. Lapar & Kenyang. http://akuasih.wordpress.com/2008/02/24/rasa-lapar/. (28 April 2008)
http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/01/pola-makan-1.html
19