statins skenario b blok 16

24
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Sekretariat : Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya 1 STATINS TUTORIAL BLOK 16 TAHUN 2014 SKENARIO B “RHINITIS, TONSILITIS, FARINGITIS” Narahubung : Cindy Mayury / Davi Dzikirian I. Rhinitis, Tonsilitis, dan Faringitis A. Rhinitis Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis. RHINITIS AKUT Definisi Rhinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan suhu tubuh naik. Klasifikasi: 1) Rinitis Simpleks Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia. (2) Etiologi Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan berdasarkan komposisi biokimia virus. Virus RNA termasuk kelompok seperti rinovirus, virus influenza, parainfluenza, dan campak. Sedangkan virus DNA termasuk kelompok adenovirus dan herpes virus. (2)

Upload: nabilla-faradilla

Post on 15-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

statin unsri

TRANSCRIPT

Page 1: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

1

STATINS TUTORIAL BLOK 16 TAHUN 2014

SKENARIO B

“RHINITIS, TONSILITIS, FARINGITIS”

Narahubung : Cindy Mayury / Davi Dzikirian

I. Rhinitis, Tonsilitis, dan Faringitis

A. Rhinitis

Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan

gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung

tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat

terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.

RHINITIS AKUT

Definisi

Rhinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala

rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan suhu

tubuh naik.

Klasifikasi:

1) Rinitis Simpleks

Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza. Penyakit ini

merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada manusia.(2)

Etiologi

Penyebab rinitis simpleks ialah beberapa jenis virus, yang diklasifikasikan

berdasarkan komposisi biokimia virus. Virus RNA termasuk kelompok seperti

rinovirus, virus influenza, parainfluenza, dan campak. Sedangkan virus DNA

termasuk kelompok adenovirus dan herpes virus.(2)

Page 2: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

2

Gambaran Klinik

Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas,

kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian memasuki stadium pertama yang

biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Pada stadium ini timbul bersin berulang-

ulang, hidung tersumbat, sekret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian

menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Biasanya disertai demam dan nyeri kepala.

Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.

Penyakit dapat berakhir pada stadium pertama, namun pada kebanyakan pasien

penyakit berlanjut ke stadium invasi bakteri yang ditandai dengan suatu rinore

purulen, sumbatan di hidung bertambah, demam, sensasi kecap dan bau berkurang

dan sakit tenggorokan. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu.

Rinovirus tidak menyebabkan terjadinya kerusakan epitel mukosa hidung, sedangkan

adenovirus dapat menimbulkan kerusakan epitel mukosa hidung.

2) Rinitis Influenza

Etiologi

Rinitis influenza disebabkan oleh virus A, B dan C dari golongan ortomiksovirus.(2)

Gambaran Klinik

Gejala yang sering timbul ialah sekret hidung berair, dan hidung tersumbat. Lebih

sering terjadi infeksi bakteri sekunder dan nekrosis epitel bersilia dibandingkan

common cold.(2)

3) Rinitis Bakteri Akut Supuratif

Etiologi

Penyebab rinitis bakteri akut supuratif adalah Pneumococcus, Staphylococcus, dan

Streptococcus.(2)

Predisposisi

Page 3: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

3

1. Faktor luar (enviroment)

a. Pengaruh atmosfer yaitu angin, suhu udara, humidity, hujan dan sebagainya.

Humudity optimal 45%, terlalu kering misalnya salju. Mukosa kering, terlalu

lembab, keringat banyak, berangin-angin, kedinginan. Common cold virus

hidup lebih baik pada humidity tinggi.

b. Ventilasi ruangan kurang yaitu ruangan kecil, tertutup, penuh orang-orang

sakit, serumah ketularan.

c. Debu dan gas.

d. Yang terpenting adalah faktor dingin atau perubahan temperatur dari panas ke

dingin yang mendadak, karena dingin menimbulkan reflex vasokonstrinsik

iskemia jaringan, daya tahan terhadap infeksi menurun.

2 Faktor dalam

a. daya tahan tubuh yang menurun

b. daya tahan lokal cavum nasi

3. Penyakit excanthemata

Rhinit akut merupkan gejala prodromal misalnya morbili, variola, varecolla, dan

scarlet fever.

Patologi

Pada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan diikuti vasodilatasi, udem

dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan goblet sel, kemudian terjadi

infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Secret mula-mula encer, jernih kemudian

berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan

bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan

lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi

sel epithel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali.

Page 4: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

4

Gambaran Klinis

1. Stadium prodromal, pada hari pertama

- rasa panas dan kering pada cavum nasi

- bersin-bersin

- hidung buntu

- pilek encer jernih seperti air

2. Stadium akut, hari kedua sampai keempat

- bersin-bersin berkurang

- obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hyposmia, gangguan

gustateris, rasa makanan tidak enak

- pilek kental kuning

- badan tak enak, sumer-sumer

3. Stadium Penyembuhan (resolusi) hari Kelima sampai ketujuh

Gejala-gejala diatas berkurang (edem dan hyperemis berkurang, obstruksi berkurang,

secret berkung dan mongering) kadang-kadang rhinitis akut didahului gejala

nasopharingitis (disamping itu ada gejala lain menyertai yaitu pharyngitis akut dan

laryngitis akut. Sehingga timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya

pharyngitis atau laryngitis akut tidak selalu didahului oleh rhinitis akut. Dapat

pharyngitis timbul dulu atau laryngitis dulu, jadi manifestasi penyakit dapat dimulai

dimana-mana (hidung, pharing, laryng)

Diagnosis Banding

Rhinitis akut pada stadium prodromal mempunyai gejala yang mirip dengan

syndrome alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi. Perbedaannya:

Rhinitis Akut Syndrome alergi

Page 5: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

5

Waktu dan gejala 1-2 hari (prodromal) Lama berminggu-minggu, bulan, tahun,

semusim.

Berulang-ulang: pagi sakit, siang

sembuh, besoknya kumat lagi

Sifat secret Mengental sesudah 3-4 hari Encer terus

Gejala Umum Ada (panas, Malaise) Tidak ada

Alergen Tidak ada Ada (anamnesa, skin tes pada rhinitis

allergen)

Komplikasi

1. Otitis media akut

2. Sinusitis paranasalis

3. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, tracho bronchitis,

pneumonia

4. Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jangung dan asma

bronchial

RHINITIS KRONIS

Yang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi, rinitis sika (sicca) dan

rintis spesifik. Meskipun penyebabnya bukan radang, kadang-kadang rinitis alergi,

rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan juga dalam rinitis kronis.

1. Rinitis Hipertrofi

Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau

sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. Proses infeksi dan iritasi yang

kronis akan dapat menyebabkan hipertrofi konka nasalis. Septum deviasi juga dapat

menyebabkan penyakit ini secara kontralateral. Gejala utama rinitis hipertrofi adalah

hidung tersumbat. Keadaan ini memerlukan tindakan koreksi karena pengobatan

Page 6: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

6

dengan medikamentosa saja sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Tindakan

yang paling ringan seperti kauter sampai pemakaian laser dapat dilakukan untuk

mengatasi keluhan hidung tersumbat akibat hipertrofi konka.

2. Rinitis Sika

Pada rinitis sika ditemukan mukosa yang kering, terutama pada bagian depan

septum dan ujung depan konka inferior. Krusta biasanya sedikit atau tidak ada.

Pasien biasanya mengeluh adanya iritasi atau rasa kering di hidung yang kadang-

kadang disertai dengan epistaksis. Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua

dan pada orang yang bekerja di lingkugan yang berdebu, panas dan kering. Juga

ditemukan pada pasien yang menderita anemia, pemium alkohl dan gizi buruk.

3. Rinitis Spesifik

Rinitis karena infeksi spesifik antara lain rinitis difteri, rinitis atrofi, rinitis sifilis,

rinitis tuberkulosis, rinitis karena jamur dan lain-lain.

4. Rinitis Atrofi

Rinitis atropi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi

progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung menghasilkan

sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk.

Wanita lebih sering terkena, terutama usia dewasa muda. Sering ditemukan pada

masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang

buruk. Pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia epitel torak bersilia

menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa

menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenerasi atau atrofi.

Etiologi

Banyak teori mengenai etiologi dan patogenesis rinitis atrofi dikemukakan, antara

lain:

Page 7: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

7

1. Infeksi oleh kuman spesifik. Yang sering ditemukan adalah spesies Klebsiela,

terutama Klebsiela ozaena. Kuman lainnya yang juga seing ditemukan adalah

Stafilokokus, Streptokokus dan pseudomonas aeruginosa.

2. Defisiensi FE.

3. Defisiensi vitamin A.

4. Sinusitis kronik.

5. Kelainan hormonal.

6. Penyakit kolagen, yang termasuk penyakit autoimun.

Gejala dan tanda klinis

Keluhan biasanya berupa napas berbau, ada ingus kental berwarna hijau, asa kerak

(krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat.

Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan

media menjadi hipotrofi atau atrofi, ada sekret purulen dan kusta berwarna hijau.

Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan

histopatologik yang berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan

uji resistensi kuman dan tomografi komputer (CT scan) sinus paranasal.

5. Rinitis Infeksi

Rinitis difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynecbacterium diphteriae, dapat terjadi primer pada

hidung atau sekunder dari tenggorok, dapat ditemukan dalam keadaan akut atau

kronik. Dugaan adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat

imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan, karena cakupan

program imunisasi yang semakin meningkat.

Gejala rinitis difteri akut ialah demam, toksemia, terdapat limfadenitis dan mungkin

ada paralisis otot pernapasan. Pada hidung ada sekret yang bercampur darah, mungkin

Page 8: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

8

ditemukan pseudimembran putih yang mudah berdarah dan ada krusta coklat di nares

anterior dan rongga hidung. Jika perjalanan penyakitnya menjadi kronik, gejala

biasanya lebih ringan dan mungkin dapat sembuh sendiri, tetapi dalam keadaan

kronik, masih dapat menulari.

Rinitis Jamur

Dapat terjadi bersama dengan sinusitis dan bersifat invasif atau non-invasif dapat

menyerupai rinolith dengan inflamasi mukosa yang lebih berat. Rinolith ini

sebenarnya adalah bola jamur (fungus ball). Biasanya tidak terjadi destruksi kartilago

dan tulang.

Tipe invasif ditandai dengan ditemukannya hifa jamur pada lamina propria. Jika

terjadi invasi jamur pada submukosa dapat mengakibatkan perforasi septum atau

hidung pelana. Jamur sebagai penyebab dapat dilihat dengan pemeriksaan

histopatologi, pemeriksaan sediaan langsung atau kultur jamur, misalnya Aspergillus,

Candida, Histoplasma, Fussarium dan Mucor.

Rinitis Tuberkulosa

Rinitis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Seiring

dengan peningkatan kasus tuberkulosis (new emerging disease) yang berhubungan

dengan kasus HIV-AIDS, penyakit ini harus diwaspadai keberadaannya. Tuberkulosis

pada hidung berbentuk noduler atau ulkus, terutama mengenai tulang rawan septum

dan dapat mengakibatkan perforasi.

Rinitis Sifilis

Penyakit ini sudah jarang ditemukan. Penyebab rinitis sifilis adalah kuman

Trepanoma pallidum. Pada rinitis sifilis yang primer dan sekunder gejalanya serupa

dengan rinitis akut lainnya, hanya mungkin dapat terlihat adanya bercak/bintik pada

mukosa. Pada rinitis sifilis tersier dapat ditemukan gumma atau ulkus, yang terutama

mengenai septum nasi dan dapat mengakibatkan perforasi septum.

Page 9: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

9

B. Tonsilitis

DEFINISI

Peradangan pada tonsil disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Radang faring pada

anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya

juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997 )

ETIOLOGI

Penyebab tonsillitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah

ini yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

2. Streptokokus Viridans

3. Streptokokus Piogenes

4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

PROSES PATOLOGI

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan

menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem

limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya

proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar

masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring

serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga

menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta

otalgia.

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala tonsilitis adalah :

Page 10: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

10

nyeri tenggorok

nyeri telan

sulit menelan

demam

mual

anoreksia

kelenjar limfa leher membengkak

pembesaran tonsil

tonsil hiperemia

mulut berbau

malaise

JENIS

Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis

membranosa, dan tonsillitis kronis.

1. Tonsilitis Akut

Patofisiologi

Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,

kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi

pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Komplikasi

Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring, toksemia,

septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis.

2. Tonsilitis Membranosa

Page 11: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

11

Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa beberapa

diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.

Tonsilitis Difteri

Patofisiologi

Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan

mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke

sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah dan

limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen yaitu

aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang disatukan

melalui ikatan disulfide.

Komplikasi

Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot mata,

otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan

albuminuria.

Tonsilitis Septik

Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu

sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi

sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.

Angina Plaut Vincent

Etiologi

Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta

kuman spirilum dan basil fusi form.

3. Tonsilitis Kronis

Page 12: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

12

Faktor Predisposisi

Mulut yang tidk hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan

kronik karena rokok maupun makanan.

Patofisiologi

Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut.

Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang akan diisi

oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.

Komplikasi

Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,

endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus,

urtikaria, dan furunkulosis.

C. Pharingitis

DEFINISI

Page 13: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

13

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan

sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan

laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan iklim

panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia sekolah

atau bekerja di lingkungan anak-anak.

ETIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS

Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam, nyeri tenggorokan, nyeri telan,

adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan

dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai

peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus

untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam

yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit

kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.

Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang

merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah

Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae.

Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis

pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.

Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran

napas seperti adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory

syncytial virus (RSV). Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah

echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV)

seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain.

Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza.

Faringitis Virus Faringitis Bakteri Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan

Sering ditemukan nanah di tenggorokan

Page 14: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

14

F

F

A

F

A

K

TO

FAKTOR RISIKO

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh

yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi,

konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever , dan

seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau

demam.

PATOFISIOLOGI

Penularan dapat terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal

terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula

serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat

melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring

menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat

dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat

Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar

Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif

Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri

Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

Page 15: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

15

pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan

membengkak.

KOMPLIKASI

- Sumbatan jalan napas (pada peradangan yang berat)

- Abses di tonsil atau dinding belakang mukosa faring.

- Infeksi bakteri Streptococcus bisa berlanjut ke infeksi telinga, sinusitis, Demam

rematik (Penyakit katup jantung akibat infeksi), abses tonsil, peradangan ginjal,

dll.

II. Patofisiologi Odinofagi

Pada kasus ini, nyeri timbul karena adanya kemampuan syaraf untuk mengubah berbagai

stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem

syaraf pusat, dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam syaraf

sensorik. Kemudian, aktivitas listrik yang terjadi ditransmisikan melalui serabut saraf

bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C, serta selanjutnya ke kornu dorsalis medula

spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan sebagai nyeri

setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan

yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu, dan agen

kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

III. PEMERIKSAAN FISIK, LABORATORIUM. DAN PROGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik di atas, seperti yang sudah kita ketahui, bahwa pada Rika terjadi

infeksi dan kompensasi tubuh untuk mengatasi keadaan tersebut adalah “demam”. Kita akan

mengulangi lagi bagaimana mekanisme terjadinya demam dengan melihat bagan berikut:

Page 16: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

16

Mikroorganisme penyebab penyakit pada kasus masuk ke dalam tubuh

mengeluarkan pirogen eksogen menyebabkan sistem perlawanan tubuh aktif

pengeluaran leukosit, maktofag pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-2, IL-6

dan TNF-alfa merangsang sel-sel endotel hipotalamus mengeluarkan asam

arakidonat memicu pengeluaran prostaglandin homeostasis tubuh dengan

meningkatkan suhu tubuh seiring dengan peningkatan set point di hypothalamus

(DEMAM)

yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa pada kasus Rika, demam yang terjadi tidak

menimbulkan kenaikan denyut nadi, tekanan darah maupun frekuensi pernapasan?

Pada anak-anak, peningkatan suhu yang tinggi kemungkinan dikarenakan jumlah brown

adipose yang lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa sehingga suhu yang dirasakan

pada saat anak-anak demam bisa sama atau lebih tinggi layaknya seperti orang dewasa,

walaupun gejala klinis yang diperlihatkan tidak terlalu memperlihatkan perubahan.

PEMERIKSAAN STATUS LOKALIS

Hasil pemeriksaan Interpretasi

Otoskopi dalam batas

normal

Normal

Rhinoskopi anterior hidung

kanan dan kiri:

Mukosa Hiperemis

Konka inferior edema +/+

Hiperemis +/+

Sekret kental berwarna

putih

Peningkatan Vaskularisasi

Peradangan pada konka inferior dan

Peningkatan Vaskularisasi

Adanya sel PMN

Orofaring:

Page 17: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

17

Tonsil T3-T3, detritus

(+), kripta melebar

Dinding faring hiperemis

(+),

granula (+)

T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan

dengan volume orofaring

Detritus: terdiri atas kumpulan leukosit

polimorfonuklear, bakteri yang mati dan

epitel tonsil yang terlepas.

Kripta melebar adanya perubahan dari

jaringan limfoid menjadi jaringan parut

Hiperemis: adanya peningkatan vaskularisasi

pada dinding faring.

Granula: Jaringan limfoid pada dinding

faring menebal dan membentuk granul-

granul

Pemeriksaan otoskopi dalam batas normal. Kenapa harus dilakukan pemeriksaan

otoskopi? Karena dikhawatirkan, pada penderita yang masih anak-anak (7 tahun)

terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Atas dapat menyebabkan otitis media. Hal ini

dikarenakan saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan rongga mulut

(Tuba Eustachius) lebih horizontal yang memudahkan mikroorganisme yang masuk

melalui mulut dapat dengan mudah masuk ke telinga tengah dan kemungkinan besar

menyebabkan otitis media.

OTOSKOPI

Page 18: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

18

Pada kasus, ibu penderita menyangkal bahwa tidak ada cairan yang keluar dari telinga

Rika, yang menunjukkan hasil sesuai dengan pemeriksaan otoskopi pada Rika, bahwa

telinga Rika masih dalam keadaan baik dan normal

Beralih ke pemeriksaan Rhinoskopi anterior, pada pemeriksaan Rhinoskopi, terdapat

tanda-tanda bahwa ada mikroorganisme yang telah menginfeksi saluran pernapasan

atas. Mukosa hiperemis menandakan terjadinya peningkatan vaskularisasi pada

daerah terkait

PROSES TERJADINYA HIPEREMIS PADA MUKOSA. Ketika terjadi infeksi di

mukosa hidung, misal akibat virus.Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut.

Virus atau bakteri akan difagosit oleh APC, melalui MHC II, epitop virus/bakteri akan

dibawa ke permukaan dan dideteksi oleh limfosit T. Ketika difagosit APC akan

menghasilkan MEDIATOR yang membantu proses lisisnya virus/bakteri. CD 8 akan

membunuh sel yang terinfeksi dengan menyuntikan perforin, sementara Th2 akan

membantu pembentukan antibody. Akibat ada inflamasi maka akan terjadi

vasodilatasi pembuluh darah sebagai mekanisme untuk menarik sebanyak mungkin

sel imun ke focus infeksi melalui mekanisme kemotaksis. Dengan terjadinya

RHINOSKOPI ANTERIOR

Page 19: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

19

vasodilatasi, arteriol yang sebelumnya tidak terisi darah akan penuh dan pembuluh

darah yang sebelumnya sudah terisi darah akan semakin meningkat mendekati

permukaan sel. Hal ini akan memberikan gambaran hiperemis pada mukosa. Peranan

sel mast yang terdegranulasi dan menghasilkan histamine dan menyebabkan

vasodilatasi juga memainkan peran walaupun secara minor.

Mengapa Konka Inferior yang mengalami edema dan hiperemis? Kenapa tidak konka

medial ataupun konka superior? Hal ini dikarenakan konka inferior adalah konka

yang terletak paling bawah dan merupakan daerah pertama yang dilalui oleh

mikroorganisme dibandingkan dengan konka yang lain, dan lagi pada konka inferior,

vaskularisasi lebih banyak sehingga terjadinya mukosa yang hiperemis akan lebih

terlihat.

Gambaran yang terlihat saat terjadi edema:

Page 20: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

20

Sekret kental dan berwarna putih: Hal ini terjadi akibat sensitisasi kelenjar mucus

sehingga terjadi hipersekresi yang mengakibatkan adanya secret.

Sekarang kita akan membahas mengenai pemeriksaan orofaring. Pada pemeriksaan

orofaring, alat yang diperlukan cukup menggunakan spatula lidah seperti yang

digambarkan di bawah ini

PEMERIKSAAN

Page 21: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

21

Pada pemeriksaan orofaring, didapatkan pembesaran tonsil

hingga T3-T3 yang berarti baik tonsil kanan maupun kiri telah mengalami

pembesaran hingga ¾ bagian diantara kedua pilar.

PROSES PEMBESARAN TONSIL DAN TERBENTUKNYA

KRIPTA Radang berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis proses

penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut jaringan mengkerut

sehingga kripta melebar kripta berisi detritus (akumulasi epitel yang mati, leukosit

yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-

kuningan) proses meluas menembus kapsul akhirnya timbul perlekatan dengan

jaringan sekitar fossa tonsilaris.

PROSES DINDING FARING HIPEREMIS DAN GRANULA

POSITIF Infeksi sel-sel inflamasi seperti makrofag, neutrofil, dll akan keluar dari

pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi menstimulus keluarnya mediator-

Page 22: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

22

mediator inflamasi (histamine, bradikinin) peningkatan permeabilitas vaskuler dan

dilatasi pembuluh darah dinding faring tampak hiperemis dan jaringan limfoid

pada dinding belakang akan menebal terbentuk granul-granul

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Rika Kadar Normal Interpretasi

Hb 12,5 g% 11-14 g%, 11-16 gr/dl Normal

WBC 12.000/µL 5000-10000/µL Tinggi

Mekanisme: Infeksi

(peradangan)

Trombosis 250.000/µL

150.000-450.000)/µL

Normal

Pada hasil pemeriksaan LAB, yang didapatkan adalah peningkatan

kadar WBC, yang artinya sudah jelas, bahwa terjadi infeksi mikroorganisme pada Rika.

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN YANG DIBUTUHKAN

Sudah pasti kita membutuhkan kultur mikroorganisme dari apusan tenggorok. Ini

merupakan GOLD STANDARD dalam penegakan diagnosis rhinitis, tonsilits, faringtis

virus atau bakteri bertujuan untuk menentukan pengobatan yang efektif. Ingat!

Pengobatan sesuai etiologi adalah salah satu langkah yang tepat untuk menghindari

terjadinya resistensi mikroorganisme terhadap pengobatan yang kita berikan.

Pemeriksaan penunjang lain yang sekiranya dibutuhkan:

- Hitung darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit, dan kultur darah

Page 23: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

23

- Tes monospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan

tonsilitis dan bilateral cervical lymphadenophaty.

- Plain radiographs, pandangan jaringan lunak lateral dari nasopharynx dan

oropharynx dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses

retropharyngeal.

- CT Scan, untuk mengetahui adanya kumpulan cairan hypodense di apex

tonsil yang terinfeksi.

TATALAKSANA

RHINITIS hindari penggunaan antibiotic, karena kebanyakan

etiologi dari rhinitis adalah virus (terutama rhinovirus). Perbanyak istirahat dan

kumur air hangat.

TONSILITIS Lakukan tonsilektomi jika sudah sesuai dengan

indikasi (tonsillitis kronik)

Indikasi melakukan tonsilektomi:

Obstruksi

Hiperplasia tonsil dengan obstruksi.

Gangguan bernafas saat tidur.

Obstructive sleep apnea syndrome

Upper airway resistance syndrome

Obstructive hypoventilation syndrome

Gagal tumbuh

Cor pulmonale

Abnormalitas menelan

Abnormalitas berbicara

Abnormalitas orofacial/dental

Gangguan limfoproliferatif

Page 24: Statins Skenario b Blok 16

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

ASIAN MEDICAL STUDENTS’ ASSOCIATION (AMSA)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sekretariat:

Kampus A FK Unsri, Jl. Mayor. Mahidin Komp. RSMH Palembang

Kampus B FK Unsri, Zona F Gedung I Kampus Unsri Indralaya

Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya

24

FARINGITIS

Faringitis akibat virus: Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum

yang cukup dan berkumur dengan air yang hangat.

Faringitis akibat bakteri: Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga

penyebabnya streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin

50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari

selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mgselama 6-10 hari atau eritromisin

4x500mg/hari.

PROGNOSIS

Umumnya baik jika diobati secara adekuat