abstract - repository.uinjkt.ac.id · this reseach used multiple linier regression analyze. the...
TRANSCRIPT
i
ABSTRACT
The aim of this research is to see the influence of motivation, leadershipstyle, stress, and conflict toward employees performance on CIPTALIFTSEJAHTERA. The respondent in this research is 30 employees in CIPTALIFTSEJAHTERA, taken by convenience sampling method.
This reseach used multiple linier regression analyze. The results of theresearch show that as partially, motivation and leadership style have significantinfluence on performance, while stress and conflict doesn’t have significantinfluence on performance.
Keywords: motivation, leadership style, stress, conflict, employee performance
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan,stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja karyawan CIPTALIFT SEJAHTERA.Metode penentuan sampel adalah convenience sampling. Responden dalam penelitian iniberjumlah 30 orang karyawan CIPTALIFT SEJAHTERA.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis RegresiLinier Berganda. Hasil penelitian secara parsial motivasi dan gaya kepemimpinanberpengaruh signifikan terhadap kinerja, sedangkan stres kerja dan konflik kerja tidakberpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kata Kunci: motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, konflik kerja, kinerja
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya, salawat dan
salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul: “PENGARUH MOTIVASI, GAYA
KEPEMIMPINAN, STRES KERJA, DAN KONFLIK KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN”. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak dan memberikan wawasan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ibu penulis yang tercinta, Ayah Wariyono dan Ibu Susi Dariyanti,
motivator utama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pelajaran
kehidupan yang telah diberikan, yakni kasih sayang, kerja keras, dan
kejujuran, serta atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga kelak aku
dapat membahagiakan kalian dan memberikan yang terbaik yang bisa
kulakukan. Amien.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku Pudek I bidang akademik,
Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Pudek II bidang administrasi,
dan Bapak Herni Ali HT,SE, MM selaku Pudek III bidang kemahasiswaan
yang telah memberikan motivasi dan pendidikan yang baik untuk penulis.
4. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen sekaligus
pembimbing II dan Ibu Leis Suzanawati SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
iv
Manajemen yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai acara dan
kegiatan
5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I
6. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai serta
pelayanan akademik selama ini bagi penulis.
7. Teman-teman basement yang sebagian besar telah lulus.
8. Teman-teman Bank Mini yang telah memberikan persahabatan yang baik.
9. Teman-teman Manajemen SDM 2007 yang telah bersahabat selama ini
dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan.
10. Teman-teman rokar yang selalu terikat
11. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2007, maaf tidak bisa
disebutkan satu persatu.
12. Seluruh teman-teman FEB UIN dari berbagai angkatan.
13. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis, namun tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Pamulang, 13 September
2011
Penulis
(Ivan Kurnia)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
A. Landasan Teori 8
1. Motivasi 8
2. Gaya Kepemimpinan 14
3. Stres Kerja 22
4. Konflik Kerja 27
5. Kinerja 40
vii
B. Penelitian Terdahulu 46
C. Kerangka Pemikiran Teoritis 47
E. Hipotesis 48
BAB III METODE PENELITIAN 51
A. Ruang Lingkup Penelitian 51
B. Metode Penentuan Sampel 51
C. Metode Pengumpulan Data 51
D. Metode Analisis 54
E. Operasional Variabel Penelitian 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 68
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 68
B. Gambaran Umum Responden 68
B. Analisis Data dan Pembahasan 70
Bab V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 87
A. Kesimpulan 87
B. Implikasi 88
C. Keterbatasan Penelitian 92
Daftar Pustaka 93
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 44
4.1 Responden Penelitian Berdasarkan Usia 67
4.2 Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pendidikan 68
4.3 Hasil Uji Validitas 69
4.4 Hasil Uji Reliabilitas 72
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 73
4.6 Hasil Uji Autokorelasi 76
4.7 Hasil Regresi Berganda 77
4.8 Hasil Koefisien Korelasi 78
4.9 ANOVA 82
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berfikir 48
4.1 Uji Normalitas (P-Plot dan Histogram) 76
4.2 Uji Heteroskedastisitas 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Pada saat sekarang ini, sumber daya manusia menjadi hal yang penting
untuk dipertimbangkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Sumber
daya manusia sudah tidak bisa disamakan dengan sumber daya yang lainnya
seperti mesin, kantor, dan sebagainya. Karena sumber daya manusia pada
dasarnya adalah suatu hal yang unik. Dalam masa sekarang ini, perusahaan
membutuhkan pasokan sumber daya yang terbilang banyak dan berkualitas
demi mengimbangi ketatnya persaingan era globalisasi seperti saat sekarang
ini. Perawatan sumber daya ini cukup menghabiskan waktu dan biaya yang
sangat banyak. Perhatian ekstra harus dicurahkan oleh perusahaan yang
menginginkan kemenangan dalam persaingan ketat tersebut.
Manusia bukan hanya konsumen produk yang menghasilkan organisasi-
organisasi tersebut tetapi manusia pula merupakan komponen utama
memproses input menjadi output
Proses input menjadi output tentu sangat dipengaruhi oleh kepribadian
manusia yang berbeda-beda misalnya sifat, nilai-nilai, keinginan dan minat.
Dengan adanya perbedaan kepribadian pada diri manusia tersebut
kemungkinannya akan terjadi konflik dalam suatu organisasi tidak dapat
dihindari.
2
Untuk mencapai kinerja yang baik tersebut terdapat banyak sekali cara.
Motivasi adalah salah satu cara agar kinerja karyawan baik, logikanya, tingkat
kinerja karyawan menjadi semakin meningkat karena karyawan dengan kinerja
baik akan tetap dipertahankan oleh perusahaan karena memberikan kontribusi
yang positif juga terhadap perusahaan. Sedangkan apabila karyawan memiliki
kinerja yang buruk, maka kinerja perusahaan dikhawatirkan akan menurun.
Cara yang paling efisien untuk melakukan pekerjaan berulang dan
memotivasi karyawan adalah dengan sistem intensifikasi upah semakin banyak
yang dihasilkan oleh karyawan semakin besar pula upahnya (Stonner et. al.,
1996). Dalam memotivasi karyawan harus menggunakan cara yang tepat agar
karyawan merasa dirinya termotivasi. Karena apabila tidak, mereka akan
merasa bahwa mereka tidak punya hasrat untuk bekerja dan akan
mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan.
Seseorang yang tidak memiliki hasrat dalam melakukan sesuatu akan
mengerjakan sesuatu dengan tidak sepenuh hati pula.
Gaya kepemimpinan merupakan sebuah proses dalam menginspirasi
orang lain untuk bekerja keras dengan tujuan menyelesaikan tugas-tugas
penting (Schemerhorn, 2002). Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
perusahaan haruslah sesuai dengan kondisi karyawan yang bekerja pada sebuah
perusahaan. Kepemimpinan yang baik dapat menentukan kearah mana
perusahaan akan dibawa oleh sang pemimpin. Dalam suatu organisasi, gaya
kepemimpinan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap orang-orang
3
yang dipimpin. Gaya kepemimpinan buruk, maka organisasi tersebut akan
buruk pula dalam banyak hal.
Stress ini terjadi pada diri karyawan sebetulnya bukan hanya karena
konflik yang dialami saja tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Sumber
stres yang penting dan telah diteliti adalah sebagai berikut : (1) kekaburan
peran dan konflik peran (2) kelebihan beban kerja (3) tanggung jawab atas
orang lain (4) perkembangan karier (5) Kurangnya kohesi Kelompok (6)
Dukungan kelompok yang tidak memadai (7) Struktur dan Iklim organisasi (8)
Wilayah dalam Organisasi (9) karakteristik tugas dan (10) Pengaruh
kepemimpinan (ilmiahmanajemen.blogspot.com).
Sebetulnya stres merupakan keadaan yang wajar karena terbentuk pada
diri manusia sebagai respon dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
dari diri manusia terlebih menghadapi jaman kemajuan segala bidang yang
dihadapi dengan kegiatan dan kesibukan yang harus dilakukan, disalah satu
pihak beban kerja di satuan unit orgaisasi semakin bertambah. Keadaan ini
akan menuntut energi karyawan yang lebih besar dari keadaan yang
sebelumnya.
Stres mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif stress pada
tingkat rendah sampai pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti
berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai. Sedangkan pada
dampak negatif stress pada tingkat yang tinggi adalah penurunan pada kinerja
karyawan yang drastis (Gitosudarmo dan Suditta, 1997).
4
MSDM mempunyai beberapa fungsi operasional, salah satu diantaranya
adalah pemeliharaan yang menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik
pegawai yaitu keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaan sikap
menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis
(ilmiahmanajemen.blogspot.com)
Dengan adanya perbedaan kepribadian pada diri manusia tersebut
kemungkinannya akan terjadi konflik dalam suatu organisasi tidak dapat
dihindari. Secara sederhana bahwa konflik menunjukan pada setiap ketegangan
yang dialami oleh seseorang bila ia berpandangan bahwa kebutuhan atau
keinginannya dihambat atau dikecewakan.
Misalnya pekerja pada perusahaan menginginkan kebutuhan hidup
mereka dapat dipenuhi oleh perusahaan sedang pemilik perusahaan mempunyai
kepentingan lain untuk mengembangkan perusahaan perlu memperkuat posisi
persaingan. Persaingan dapat diperkuat bila perusahaan mampu menguasai
pasar. Penguasaan pasar bisa ditempuh antara lain dengan menekan harga
dibawah harga perusahaan lain. Penekaanan harga hanya dimungkinkan bila
menekan biaya produksi, penekanan biaya produksi bisa ditempuh diantaranya
dengan menekan biaya tenaga kerja, sedangkan karyawan berkeinginan
memperoleh gaji yang mencukupi. Perbedaan semacam ini sering kali diantara
menjadi pemicu terjadinya konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan
perusahaan, bila tidak ditangani secara serius akan menimbulkan dampak yang
sangat berarti bagi usaha pencapaian tujuan perusahaan , salah satunya adalah
5
rendahnya kinerja karyawan secara keseluruhan akan mempengaruhi
produktifitas perusahaan (ilmiahmanajemen.blogspot.com).
Di dalam perusahaan CIPTALIFT SEJAHTERA terdapat beberapa
struktur operasional perusahaan yang melibatkan seluruh jajaran karyawan dari
mulai paling rendah hingga paling tinggi jabatannya. Didalam struktur
perusahaan tersebut ditempati oleh orang-orang dengan berbagai macam
karakter dan sifat. Dalam SDM hal tersebut dianggap sebagai sebuah keunikan
tersendiri. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh hal-hal tersebut
terhadap kinerja karyawan pada perusahaan servis alat berat tersebut.
Selanjutnya riset dan penelitian ini akan diberi judul:
“Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, Stres Kerja, Dan Konflik
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. CIPTALIFT
SEJAHTERA”
Alasan mengapa peneliti menggunakan karyawan PT. CIPTALIFT
SEJAHTERA untuk sampel penelitian adalah menurut sepengetahuan peneliti,
karayawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA berasal dari berbagai macam daerah
yang memungkinkan memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
6
2. Apakah motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
karyawan
3. Apakah gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja karyawan
4. Apakah stres kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
karyawan
5. Apakah konflik kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
karyawan
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan
3. Untuk mengetahui pengaruh konflik dan stress kerja terhadap
kinerja karyawan
4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan, konflik
dan stress kerja terhadap kinerja karyawan
7
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
langsung atau tidak langsung bagi :
1. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih
berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada disiplin ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah khusunya lingkup manajemen keuangan,
dan menerapkannya pada data yang diperoleh dari objek yang diteliti.
2. Akademis dan Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
perpustakaan dengan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya
yang akan dilakukan di kemudian hari.
3. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan informasi yang dapat membantu manajemen dalam
memberikan keputusan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Motivasi
Motivasi dalam bahasa latin adalah movere yang berarti mendorong
atau menggerakan. Motivasi didefinisikan sebagai hasrat atau keinginan
sesorang meningkatkan upaya untuk mencapai target atau hasil (Irawan. et,
all. 2000). Motivation is the inner state that cause an individual to behave in
a way that ensures the accomplishment of some goals. Maksudnya motivasi
merupakan keadaan batin yang menyebabkan seorang individu untuk
berperilaku dalam cara yang menjamin tercapainya beberapa tujuan (Certo,
2003). Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu (Rivai, 2004). Motivasi adalah kerelaan untuk melakukan
usaha-usaha tingkat tinggi guna mencapai tujuan organisasi, dipersyaratkan
oleh kemampuan usaha tadi untuk memuaskan kebutuhan individu tertentu
(Robbins dan Coulter, 2002).
Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja
pegawai/karyawan, maka akan digunakan pendapat para ahli. Menurut
Taylor menyatakan bahwa cara yang paling efisien untuk melakukan
pekerjaan berulang dan memotivasi karyawan adalah dengan sistem
intesifikasi upah semakin banyak yang dihasilkan oleh karyawan semakin
9
besar pula upahnya (Stonner et.al., 1996). Model ini terlalu
menyederhanakan karena menganggap bahwa motivasi karyawan
terfokuskan pada satu faktor yaitu uang.
Kemudian Mayo menyatakan bahwa “manajer dapat memotivasi
karyawan dengan memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat
mereka merasa bermanfaat dan penting”. Model ini juga terlalu
menyederhanakan bahwa motivasi karyawan hanya terkait pada satu faktor,
yaitu kebutuhan sosial. Selain itu model ini hanyalah merupakan pendekatan
yang lebih canggih untuk memanipulasi karyawan (Stonner et.al., 1996).
Gregor mengidentifikasikan dua set asumsi yang berbeda mengenai
karyawan. Yaitu teori X dan Y. Teori X berpendapat bahwa dalam diri
seseorang terdapat sikap tidak suka terhadap pekerjaan. Sedangkan, dalam
teori Y menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat sikap menyukai
terhadap pekerjaan (Robbins dan coulter, 2002).
Menurut Frederick Herzberg mengemukakan teori motivasi higienis
bahwa faktor intrisik terkait dengan kepuasan dan motivasi kerja, sedangkan
faktor ekstrinsik terkait dengan ketidakpuasan kerja. Dia meyakini bahwa
hubungan individu dengan pekerjaannya itu merupakan hubungan yang
mendasar dan bahwa sikap individu tersebut terhadap pekerjaannya
menentukan kesuksesan atau kegagalan (Robbins dan coulter, 2002).
Kemudian dengan adanya keterbatasan, muncul teori selanjutnya.
Menurut Landy dan Backer, pandangan mengenai motivasi dikelompokkan
dalam banyak pendekatan pada teori dan praktek motivasi menjadi lima
10
kategori, yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori
harapan, teori penetapan sasaran (Stonner et.al., 1996).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori motivasi dengan
pendekatan kebutuhan dengan alasan bahwa pemenuhan kebutuhan
merupakan faktor yang masih dominan dalam memotivasi pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Maslow, bahwa di dalam diri manusia ada suatu jenjang
hierarki kelima kebutuhan sebagai berikut (Robbins dan Coulter, 2002):
a. Fisik (fisiologis), rasa lapar, haus, pakaian, rumah, seks dan
kebutuhan ragawi.
b. Keamanan, keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik
dan emosional.
c. Sosial, kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.
d. Harga diri, mencakup rasa hormat internal, harga diri, otonomi,
prestasi dan faktor hormat external misalnya status pengakuan dan
perhatian.
e. Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu,
mencakup pertumbuhan, mencapai potensial dan pemenuhan diri.
Menurut teori ini, dikatakan meskipun tidak ada kebutuhan yang
pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan secara
cukup banyak (substansialnya) tidak lagi memotivasi.
Jadi bila akan memotivasi seseorang, menurut maslow perlu
memahami sedang berada pada anak tangga manakah orang itu dan
11
memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan di atas tingkat itu.
Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu sebagai order tinggi dan order
rendah yaitu kebutuhan fisik dan keamanan sebagai order rendah sedangkan
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan order tinggi.
Kelima kebutuhan tersebut sangat penting dan terkait dalam bentuk
tingkatan yang teratur. Satu tingkat kebutuhan menjadi kuat setelah tingkat
kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi kepuasannya.
Teori kebutuhan menurut Alderfer menyatakan bahwa motivasi
karyawan dapat diukur menurut hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan
existensim yang merupakan kebutuhan mendasar, kemudian kebutuhan
keterkaitan (relatedness) yang merupakan kebutuhan hubungan antar
pribadi dan kebutuhan pertumbuhan (growth) yang merupakan kebutuhan
akan kretivitas pribadi atau pengaruh produktif (Stonner st. Al, 1996).
Teori kebutuhan Mc. Clelland mengemukakan bahwa dalam hidup
manusia ada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins dan coulter, 1999):
a. Kebutuhan Berprestasi (n Ach)
Kebutuhan pegawai akan prestasi yaitu dorongan untuk
memperoleh dan mengungguli prestasi dari rekan kerja
sehubungan dengan seperangkat standar pekerjaan yang telah
ditentukan pencapaian hasilnya secara maksimal.
12
b. Kebutuhan Berafiliasi (n Aff)
Kebutuhan akan afiliasi yaitu hasrat untuk hubungan antar
pribadi yang ramah dan karib. Kebutuhan yang bersifat human
relation yaitu kebutuhan sosial yang menekankan pada
persahabatan, termasuk penghargaan, penghormatan cinta kasih.
Pegawai yang mempunyai afiliasi tinggi mempunyai keinginan
yang kuat dalam membina persahabatan secara erat saling
menerima kasih sayang dari rekan lain terus menerus.
c. Kebutuhan Terhadap Kekuasaan (n Pow)
Kebutuhan ini sangat logis dimana organisasi akan terdapat
hierarki, saling pengaruh mempengaruhi dalam kehidupan kerja
yang melahirkan sekelompok penguasa maupun kelompok yang
dikuasasi.
Pada kelompok masing-masing seorang pegawai akan mempunyai
tingkat kebutuhan kekuasaan. Pegawai yang mempunyai tingkat kebutuhan
kekuasaan tertinggi akan cenderung memilih situasi dimana mereka akan
dapat memperoleh dan mempertahankan kekuasaan untuk mempengaruhi
orang lain.
Teori motivasi dengan pendekatan kebutuhan yang lain adalah
teori dua faktor Herzberg. Herzberg menyatakan teori dua faktor yang
menyebutkan bahwa “ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja muncul dari
dua set faktor yang terpisah, dua faktor tersebut dinamakan faktor yang
13
membuat orang tidak puas (dissatisfiers) dan faktor yang membuat orang
menjadi puas (satisfiers)”. (Stonner. Et. al, 1996).
Faktor-faktor adanya ketidakpuasan (dissatisfiers) antara lain
penggajian/upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status pekerjaan,
kebijaksanaan dan administratif, kualitas pengendalian, serta kualitas dari
hubungan interpersonal di antara teman sejawat, atasan dan bawahan.
Sedangkan faktor penyebab kepuasan kerja (satisfiers) antara lain
keberhasilan, pengakuan, tanggung jawab, pengembangan dan
pertumbuhan. Satisfiers disebut juga intrinsic factors, job content, motivator
sedangkan dissatisfiers disebut juga sebagai extrinsic factors, atau higyene
factors (Stonner. Et. al, 1996).
Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan
teori Maslow, satisfiers berhubungan dengan higher order needs (social
needs and self actualisation needs) sedangkan dissatisfiers disebutkan
sebagai tempat pemenuhan lower order needs yaitu safety dan security
needs.
dikemukakan Maslow, Alderfer, Mc. Cleland dan Herzberg, yaitu
mereka sama-sama mengemukakan bahwa seseorang termotivasi atas dasar
kebutuhan, bukan atas dasar keadilan ataupun harapan.
Sedangkan perbedaan terlihat dari pendapatnya Maslow yang
menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu berjenjang dan setelah berada
pada anak tangga tertentu, maka akan mencapai anak tangga yang berada
diatasnya demikian seterusnya, sedangkan menurut pendapat Alderfer
14
bahwa kebutuhan manusia itu juga berjenjang tetapi karena kondisi tertentu
kebutuhan seseorang tersebut dapat naik ataupun turun dari anak tangga
yang satu menuju anak tangga yang lain.
Berdasarkan berbagai teori tentang motivasi diatas, maka penulis
mencoba untuk mengkaji dan menganalisis motivasi kerja yang ada di
lingkungan karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA dengan menggunakan
teori Herzberg, yaitu bahwa intrinsic factors merupakan faktor yang
mempengaruhi motivasi, yaitu antara lain keberhasilan dalam melakukan
pekerjaan, pengakuan, tanggung jawab, wewenang, dan perkembangan.
2. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam mengerjakan
sebagian pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimipin adalah
seorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa
mengindahkan bentuk alasannya (Hasibuan dalam Irawan. et, al. 2000).
Pemimipin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan
memiliki wewenang manajerial (Martoyo dalam Irawan. et, al. 2000).
Kepimpinan adalah cara pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar
mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi (Robbins dan Coulter, 2002). Kepemimpinan adalah keseluruhan
aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang memang diinginkan bersama (Irawan. et, al.
15
2000). Leadership is the process of directing the behavior of others toward
the accomplishment of some objective yang berarti sebuah proses
mengarahkan perilaku orang lain dalam menyelesaikan beberapa tugas
(Certo, 2003). Leadership is the process of inspiring others to work hard to
accomplish important tasks yang berarti kepemimpinan adalah sebuah
proses dalam menginspirasi orang lain untuk bekerja keras dengan tujuan
menyelesaikan tugas-tugas penting (Schemerhorn, 2002). Leadership is
generally defined as influencing others to work willingly toward achieving
objectives, yang berarti kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sukarela untuk mencapai tujuan
(Dessler, 2002). Leadership is the process of influencing others to achieve
group or organizational goals, yang berarti kepemimpinan merupakan
sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
kelompok atau organisasi (Williams, 2009).
Hasil studi Tannenbaum dan Schmid menunjukkan bahwa gaya dan
efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh (Kadarman, et.al. 1996):
a. Diri Pemimpin.
Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan
harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas
kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan
yang dipilihnya.
16
b. Ciri Atasan.
Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi
orientasi kepemimpinan manajer.
c. Ciri Bawahan.
Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan
efektivitas kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan
bawahan sangat menentukan pula cara manajer menentukan gaya
kepemimpinannya.
d. Persyaratan Tugas.
Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi
gaya kepemimpinan manajer.
e. Iklim Organisasi dan Kebijakan.
Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok
serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.
f. Perilaku dan Harapan Rekan.
Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting.
Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat
mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.
Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional
(Handoko, 2003). Pendekatan kesifatan menemukan bahwa pemimpin
cenderung lebih tinggi, mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih
ramah, dan lebih percaya diri daripada yang lain dan mempunyai kebutuhan
17
akan kekuasaan yang lebih besar. Pendekatan perilaku menunjukkan bahwa
perilaku-perilaku kepemimpinan yang sesuai dalam suatu situasi tidak perlu
harus cocok dalam situasi lain. Pendekatan perilaku lebih memusatkan
perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi
(yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pemeliharaan kelompok) dan
gaya kepemimpinan (gaya dengan orientasi tugas dan gaya dengan orientasi
karyawan). Pendekatan situasional menggambarkan bahwa gaya yang
digunakan bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas,
organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya.
Pendekatan tersebut menempuh cara-cara, yaitu membangun
komunikasi dua arah dan menciptakan suasana yang menyenangkan, serta
suasana yang dapat menyebabkan pemimpin dapat menyesuaikan diri
dengan yang dipimpinnya, disamping itu pemimpin dapat memanfaatkan
hubungan yang harmonis tersebut sebagai media menyampaikan
gagasannya atau ide yang perlu mendapat dukungan dari yang dipimpinnya.
Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah berbagai ragam gaya
kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya atau orang yang dipimpinnya, antara lain: gaya kepemimpinan
otokratis, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan laissez
faire, hal ini sesuai dengan pendapat Sugandha, yang membagi tiga gaya
kepemimpinan yang umum yaitu:
18
a. Gaya Otokratik
Dikatakan bahwa pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian
karakteristik yang negatif, dimana ditandai dengan ciri perilaku
pemimpin yang keras terhadap bawahannya, berorientasi pada
pelaksanaan tugas ke arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pemimpin tersebut, dan menentukan standar bagaimana bawahan
melakukan tugas, penyelesaian tugas tanpa mengaitkan tugas itu dengan
kepentingan dan kebutuhan bawahan, mengabaikan peranan bawahan
dalam mengambil keputusan, bawahan dituntut hanya melaksanakan saja,
selalu menuntut ketaatan bawahannya, bernada keras dalam pemberian
perintah atau instruksi.
b. Gaya Kepemimpinan demokratis
Ditandai dengan ciri keikut sertaan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan, adanya aktivitas diskusi antar pemimpin dan
bawahan, pimpinan memberi berbagai alternatif yang dapat dipilih, para
anggota kelompok bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka
kehendaki dan pembagian tugas ada ditangan kelompok tidak mutlak ada
pada pimpinan, pimpinan bersifat objektif dalam pujian dan keritik dan
memberi kesempatan pada bawahan untuk berinisiatif dan
mengemukakan ide-idenya.
c. Gaya Laissez Faire
Ditandai dengan adanya pandangan bahwa pada umumnya
organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena bawahan telah
19
mengetahui tugasnya, pimpinan ini cenderung pasif dan membiarkan
organisasi berjalan menurut jalannya sendiri tanpa banyak mencampuri
bagaimana organisasi harus berjalan, prakarsa dalam menyusun struktur
tugas bawahannya sangat minim, meletakkan tanggung jawab
pengambilan keputusan sepenuhnya kepada bawahan, kepemimpinan
ditandai adanya kebebasan. Dari konsep-konsep yang dikemukakan di
atas, tampak adanya posisi peran serta tanggung jawab pemimpin.
Pemimpin memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dalam aspek untuk
mendinamisir organisasi, kemampuan kerja sama ataupun menciptakan
kerjasama, memotivasi, mengadakan interaksi dan memberikan peran
dan tugas kepada anggotanya.
Ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah
(Davis dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 1992):
1. Kecerdasan (intelligence), penelitian-penelitian pada umumnya
menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat
berbeda.
b. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas, pemimpin
cenderung mempunyai emosi yang dan dewasa atau matang, serta
mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi pemimpin secara relatif
mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka
bekerja lebih untuk nilai intristik.
20
d. Sikap-sikap hubungan manusiawi, seorang pemimpin yang sukses
akan mengakui harga diri dan martabat pengikutnya mempunyai
perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahan.
beberapa peranan yang dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu
(Stadgill dalam Suganda, 1991):
a. Integration, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah kepada
peningkatan koordinasi.
b. Communication, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada
meningkatnya saling pengertian, penyebaran informasi (transmission
of information)
c. Product emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang berorientasi pada
volume pekerjaan yang dilakukan.
d. Fraternization, yaitu tindakan-tindakan yang menjadikan pemimpin
dan bagian dari kelompok.
e. Organization, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan
dan penyesuaian daripada tugas.
f. Evaluation, yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan
pendistribusian ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman.
g. Innitation, yaitu tindakan-tindakan yang menghasilkan perubahan-
perubahan pada organisasi.
h. Domination, yaitu tindakan-tindakan yang menolak pemikiran-
pemikiran seseorang atau anggota kelompok.
21
Pengukuran gaya kepemimpinan pada seseorang pada skala yang
menunjukkan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau
merugikan rekan sekerjanya merupakan hal yang paling tidak disukai
(LPC, Least Preferred Co-worker) (Fiedler dalam Sunarcaya, 2008).
Tiga macam situasi kepemimpinan atau variabel yang membantu
menentukan gaya kepemimpinan yang akan efektif, yaitu (Fiedler dalam
Sunarcaya, 2008):
a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member
relations) maksudnya bagaimana tingkat kualitas hubungan yang
terjadi antara atasan dengan bawahan. Sikap bawahan terhadap
kepribadian, watak, dan kecakapan atasan.
b. Struktur tugas (task structure) maksudnya di dalam situasi kerja
apakah tugas-tugas telah disusun kedalam suatu pola yang jelas atau
sebaliknya.
c. Kewibawaan kedudukan kepemimpinan (leader’s position power)
maksudnya adalah kewibawaan formal pemimpin di mata bawahan.
Dari teori Fiedler diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator
gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu hubungan antara pemimpin dengan
bawahan, struktur tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut dan
kewibawaan pimpinan.
Berdasarkan teori-teori tentang gaya kepemimpinan, maka penulis
menentukan teori yang paling sesuai dengan kondisi di PT. CIPTALIFT
SEJAHTERA yaitu teori gaya kepemimpinan Fiedler.
22
3. Stres Kerja
Stress is a state of tension experienced by individuals facing
extraordinary demands, constraints, or opportunities. Maksudnya, stres
adalah keadaan ketegangan yang dialami oleh individu yang menghadapi
tuntutan luar biasa, kendala, atau peluang (Schemerhorn, 2002).
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004).
Stres disebabkan oleh dua faktor, yaitu on the job dan off the job.
Penyebab on the job adalah (Handoko, 2003):
a. Beban kerja yang berlebihan
b. Tekanan atau desakan waktu
c. Kualitas supervisi yang jelek
d. Iklim politis yang tidak aman
e. Wewenang yang tidak mencukup untuk melaksanakan tanggung
jawab
f. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan pegawai
g. Konflik antara pribadi dan antar kelompok
h. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
i. Kemenduaan peran (role ambiguity)
j. Berbagai bentuk perubahan
k. Frustasi
Penyebab-penyebab stres kerja “off the job” (Rivai, 2004):
23
a. Kekuatiran Finansial
b. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
c. Masalah-masalah fisik
d. Masalah-masalah perkawinan (misal, perceraian)
e. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
f. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara
Terdapat dua perndekatan stres kerja, yaitu pendekatan individu dan
perusahaan (Rivai, 2004). Pendekatan-pendekatan ini dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan stres.
a. Pendekatan individu meliputi:
1. Meningkatkan keimanan
2. Melakukan meditasi dan pernafasan
3. Melakukan relaksasi
4. Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga
5. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan
b. Pendekatan perusahaan meliputi:
1. Melakukan perbaikan iklim organisasi
2. Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik
3. Menyediakan sarana olahraga
4. Melakukan analisis dan kejelasan tugas
5. Meningkatkan partisiasi dalam proses pengambilan keputusan
6. Melakukan restrukturisasi tugas
24
7. Menerapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran
Cara mengelola stres kerja (Rivai, 2004)
a. Program klinis
Program ini penanggulangannya didasarkan atas
pendekatan medis tradisional. Beberapa unsur dari program
tersebut mencakup:
1. Diagnosis. Orang yang mempunyai masalah meminta
pertolongan. Orang atau petugas pada unit kesehatan
karyawan mencoba mendiagnosis masalah.
2. Pengobatan (Treatment). Disediakan penyuluhan atau
terapi dorongan. Jika staf dalam perusahaan tidak dapat
menolong, karyawan tersebut dianjurkan berkonsultasi
kepada ahli di lingkungan tersebut.
3. Penyaringan (Screening). Pemeriksaan individu secara
berkala dalam pekerjaan yang penuh dengan
ketegangan diadakan untuk mendeteksi indikasi
masalahsecara dini.
4. Pencegahan (Prevention). Pendidikan dan bujukan
dilakukan untuk meyakinkan karyawan yang
mempunyai pekerjaan dengan resiko besar bahwa
sesuatu harus dilakukan untuk menolong mereka
menanggulangi stres.
25
b. Program keorganisasian.
Program ini ditujukan untuk seluruh karyawan. Kadang
program ini merupakan perluasan program klinis. Program
tersebut sering didorong oleh masalah-masalah yang ditemukan
dalam kelompok atau suatu unit, atau oleh perubahan
penangguhan seperti relokasi pabrik, penutupan pabrik, atau
pemasangan peralatan baru. Yang termasuk ke dalam program
yang dapat menangani stres adalah manajemen berdasarkan
sasaran (management by objectives), program pengembangan
organisasi, pengayaan pekerjaan, perancangan kembali struktur
organisasi, pembentukan kelompok kerja otonom, pembentukan
jadwal kerja variabel, penyediaan fasilitas kesehatan karyawan.
c. Penanggulangan secara mandiri
1. Tenang, ambil nafas panjang dan cobalah untuk santai dan
tenangkan diri.
2. Kenali permasalahan, coba kenali akar permasalahannya, apa
yang membuat diri resah.
3. Terapi, ikutilah kegiatan sosial sehingga dapat menghindari
permasalahan sejenak.
4. Hadapilah, sebaiknya hadapi dan selesaikan agar tidak
mengganggu lagi.
5. Atur jadwal, buat jadwal yang harus diprioritaskan lebih
dahulu dan tentukan mana yang dapat ditunda. Perkecil
26
peluang untuk timbulnya stres dengan mempersibuk diri
sendiri.
6. Diskusi, diskusikan masalah yang menyebabkan timbulnya
stres dengan atasan atau psikolog.
7. Sharing, ceritakan masalah yang dihadapi pada keluarga atau
pasangan.
8. Buat keseimbangan, stres muncul karena terlalu fokus pada
pekerjaan, bagilah waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Melakukan hal-hal bersama keluarga akan membuat kembali
segar.
9. Pahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan, mungkin
inilah yang jelas-jelas akan mengurangi stres yang dialami di
tempat kerja. Dengan mengetahui kewajiban akan mampu
mengatur waktu dan rutinitas sehingga peluang stress akan
makin kecil.
10. Selain itu dapat pula diatasi dengan kekuatan yang bersumber
dari dalam diri sendiri/kekuatan yang datang dari dalam diri,
berupa: keberanian menerima cobaan dengan berdoa, ikhlas
menerima akan membantu menyelesaikan masalah, mampu
mengendalikan perasaan, lebih mementingkan kesehatan
badan, mampu sebagai pendengar yang baik, mendengar
keluhan orang, mampu menempatkan diri sebagai sahabat
bagi orang yang sedang mengalami musibah, mengupayakan
27
mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menghadapi
berbagai masalah sulit, mampu bereaksi cepat dalam
menghadapi masalah, mampu menyelesaikan setiap masalah
selangkah demi selangkah, bilamana perlu mengubah filosofi
kehidupan, selalu positif thinking, selalu bersyukur bilamana
menghadapi masalah, selalu senyum dalam menghadapi
berbagai masalah.
Dari teori stres kerja diatas, penulis menggunakan teori menurut Rivai
yang menyatakan bahwa stres kerja disebabkan oleh faktor on the job dan
off the job.
4. Konflik kerja
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik
antara dua atau lebih pihak (Handoko, 2003). Konflik kerja adalah
ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok
(dalam suatu organisasi/perusahaan) yang harus membagi sumber daya yang
terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi (Rivai,
2004).
28
Penyebab-penyebab konflik adalah (Handoko, 2003):
a. Komunikasi
Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat bahasa yang
sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap,
serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.
b. Struktur
Pertarungan kekuasaan antar departemen dengan
kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan,
persaingan untuk memperebutkan sumber daya-sumber daya yang
terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-
kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
c. Pribadi
Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi
karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka,
dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.
Penyebab konflik (Rivai, 2004):
a. Saling ketergantungan tugas
Ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih kelompok
tergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugasnya.
Potensi meningkatnya konflik tergantung pada sejauhmana kadar
dari saling ketergantungan tersebut. Semakin tinggi saling
ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain,
29
semakin tinggi kemungkinan timbulnya konflik. Ada tiga jenis
ketergantungan yang diidentifikasi:
b. Ketergantungan yang dikelompokkan
Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika masing-
masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung
antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi
prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi
secara keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya
ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah.
c. Ketergantungan berurutan
Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok baru
dapat memulai tugasnya jika kelompok yang lainnya telah
menyelesaikan tugasnya. Ketergantungan seperti ini sangat
potensial menimbulkan adanya konflik. Dalam perusahaan karoseri
misalnya, bagian pengecatan baru dapat dilakukan jika bagian
pengelasan telah selesai melakukan tugasnya.
d. Ketergantungan timbal balik
Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok
saling tergantung antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Saling ketergantungan timbal balik terjadi pada berbagai
organisasi, seperti berbagai unit dalam lembaga rumah sakit:
bagian rontgen, bagian laboratorium, bagian kebidanan, dan bagian
30
anastesia semuanya tergantung pada keahlian satu sama lain dalam
menyembuhkan pasien.
e. Perbedaan tujuan dan prioritas
Perbedaan orientasi dari masing-masing subunit atau
kelompok mempengaruhi cara dari masing-masing subunit atau
kelompok tersebut dalam mengejar tujuannya. Dan seringkali
tujuan dari masing-masing subunit atau kelompok saling
bertentangan.
f. Faktor birokratik (Lini-staff)
Jenis konflik birokratik yang bersifat klasik adalah konflik
antara fungsi atau wewenang garis dan staf. Fungsi atau wewenang
garis adalah terlibat secara langsung dalam menghasilkan keluaran
perusahaan. Manajer lini atau garis mempunyai wewenang dalam
proses pengambilan keputusan dalam lingkup bidang
fungsionalnya. Sedangkan staf adalah memberikan rekomendasi
atau saran dan tidak berhak mengambil suatu keputusan.
g. Kriteria penilaian prestasi yang saling bertentangan
Kadang kala konflik antar-subunit atau kelompok dalam
perusahaan tidak disebabkan oleh karena tujuan yang saling
bertentangan, tetapi karena cara organisasi dalam menilai prestasi
yang dikaitkan dengan perolehan imbalan membawanya ke dalam
konflik.
31
h. Persaingan terhadap sumber daya yang langka
Persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan
menimbulkan konflik manakala sumber daya yang tersedia secara
berlimpah sehingga masing-masing subunit dapat
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika
sumber daya yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan diri
masing-masing subunit atau kelompok, maka masing-masing
subunit atau kelompok berupaya mendapatkan porsi sumber daya
yang langka tersebut lebih besar dari yang lain, maka di sini konflik
mulai muncul.
i. Sikap mengalah
Jika dua kelompok berinteraksi dalam persaingan kalah
menang, maka dengan mudah bisa dipahami mengapa konflik itu
terjadi. Dalam kondisi seperti itu maka ada kelompok yang menang
dan ada kelompok yang kalah. Ada sejumlah kondisi yang
memungkinkan terjadinya sikap mengalah:
1. Jika satu kelompok mengejar kepentingannya saja.
2. Jika kelompok tertentu mencoba untuk meningkatkan
kekuasaan posisinya.
3. Jika kelompok tertentu menggunakan ancaman untuk
mencapai tujuannya.
4. Jika kelompok tertentu selalu berusaha untuk
mengeksploitasi kelompok yang lainnya.
32
5. Jika kelompok tertentu berusaha mengisolasi kelompok
yang lainnya.
Konflik dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok (Rivai, 2004),
yaitu:
a. Berdasarkan pelakunya
Konflik dapat bersifat internal atau eksternal bagi individu yang
mengalaminya.
b. Berdasarkan penyebabnya
Konflik disebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh
keuntungan sendiri atau karena timbulnya perbedaan pendapat,
penilaian dan norma.
c. Berdasarkan akibatnya
Konflik dapat bersifat baik atau buruk.
Bentuk konflik dalam batasan pengaruhnya terhadap perusahaan
(Rivai, 2004):
a. Konflik fungsional
Konfrontasi di antara kelompok yang menambah keuntungan
kinerja perusahaan.
b. Konflik disfungsional
Setiap atau interaksi diantara kelompok yang tidak menambah
keuntungan kinerja perusahaan.
33
c. Konflik dan kinerja perusahaan
Konflik dapat mempunyai dampak positif atau negatif
terhadap kinerja perusahaan, tergantung pada sifat konflik dan
bagaimana konflik itu dikelola.
Jenis-jenis konflik (Rivai, 2004):
a. Konflik dalam diri seseorang
Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya
karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa
bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam
diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang
melebihi kemampuannya.
b. Konflik antar individu
Konflik antar individu seringkali disebabkan oleh adanya
perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil
bersama sangat menentukan
c. Konflik antar-anggota kelompok
Suatu kelompok dapat mengalami konflik substantif atau
konflik afektif. Konflik substantif ialah konflik yang terjadi karena
latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu
komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang
sama, dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik substantif.
Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi didasarkan
atas tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu.
34
d. Konflik antarkelompok
Konflik antarkelompok terjadi karena masing-masing
kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya
masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara
bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian produksi,
misalanya menginginkan adanya jadwal produksi yang tetap dan
standar sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Sedangkan bagian pemasaran menginginkan adanya jadwal
produksi yang fleksibel, sehingga mampu mengikuti fluktuasi
permintaan pasar.
e. Konflik intraperusahaan
Konflik intraperusahaan meliputi empat subjenis, yaitu
konflik vertikal, horizontal, lini-staff, dan konflik peran. Konflik
vertikal terejadi antara manajer dengan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas.
Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang
memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini-staff
yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang
keterlibatan staff (staf ahli) dalam proses pengambilan keputusan
oleh manajer lini. Akhirnya konflik peran dapat terjadi karena
sesorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
Misalnya saja seseorang disatu sisi ia menjabat sebagai kepala
35
subbagian proses produksi dan di pihaklain ia menjabat sebagai
kepala serikat pekerja. Suatu saat karyawan menuntut adanya
kenaikan upah yang disebabkan kenaikan biaya hidup yang
semakin meningkat, sementara itu di lain pihak kondisi perusahaan
tidak memungkinkan untuk memenuhi tuntutan tersebut karena
perusahaan sedang dilanda kesulitan finansial. Kondisi seperti itu
dapat menyebabkan konflik yang dialami oleh kepala subbagian
produksi, karena sebagai kepala serikat pekerja merasa mempunyai
kewajiban moral untuk memperjuangkan kesejahteraan karyawan,
tetapi sebagai unsur pimpinan dalam perusahaan ia memiliki
kewajiban menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan
perusahaan.
f. Konflik antarperusahaan
Konflik juga bisa terjadi antarorganisasi karena mereka
memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok,
pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi
tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi
menyebabkan adanya dampak negatif terhadap perusahaan yang
lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital
perusahaan.
36
Metode pengelolaan konflik (Handoko, 2003)
a. Stimulasi konflik
Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-
cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu
kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan
menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.
Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan
orang-orang bekerja lebih baik diabaikan, para anggota kelompok
saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelakasanaan
kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merangsang
timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek
penggemblengan.
Metode stimulasi konflik meliputi (Handoko, 2003):
1. Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok
2. Penyusunan kembali organisasi
3. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk
mendorong persaingan.
4. Pemilihan manajer-manajer yang tepat
5. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
b. Pengurangan konflik
Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik
daripada stimulasi konflik. Metoda pengurangan konflik menekan
terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi,
37
metoda ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan
suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula
menimbulkan konflik.
Dua metoda dapat digunakan untuk mengurangi konflik,
pendekatan efektif pertama adalah mengganti tujuan yang
menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima
kedua kelompok. Metoda efektif kedua adalah mempersatukan
kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman”
atau “musuh” yang sama.
c. Penyelesaian konflik
Ada tiga metoda penyelesaian konflik yang sering digunakan
(Handoko, 2003):
1. Dominasi dan Penekanan
Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengen
beberapa cara, yaitu:
a. Kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan
otokratik
b. Penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih
diplomatis
c. Penghindaran (avoidance), di mana manajer
menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
38
d. Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk
menyelesaikan konflik antarkelompok dengan
melakukan pemungutan suara (voting) melalui
prosedur yang adil
2. Kompromi
Melalui kompromi, manajer mencoba menyelesaikan
konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi
berupa:
a. Pemisahan (separation), dimana pihak-pihak yang
sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka
mencapai persetujuan
b. Arbitrasi, di mana pihak ketiga (biasanya manajer)
diminta memberi pendapat, kembali ke peraturan-
peraturan yang berlaku, dimana kemacetan
dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang
berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan
yang memutuskan penyelesaian konflik
c. Penyuapan (bribing), di mana salah satu pihak
menerima kompensasi dalam pertukaran untuk
tercapainya penyelesaian konflik.
39
3. Pemecahan masalah integratif
Dengan metoda ini, konflik antar kelompok diubah
menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat
diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Dalam
hal ini, manajer perlu mendorong bawahannya bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan
secara bebas, dan menekankan usaha-usaha pencarian
penyelesaian yang optimum, agar tercapai penyelesaian
integratif. Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integratif
(Handoko, 2003):
a. Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang
bertentangan bertemu bersama untuk
mencaripenyelesaian terbaik masalah mereka, dan
bukan mencari kemenangan suatu pihak.
b. Konfrontasi, dimana pihka-pihak yang saling
berhadapan menyatakan pendapatnya secara
langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan
yang terampil dan kesediaan untuk menerima
penyelesaian, suatu penyelesaian konflik yang
rasional sering dapat diketemukan.
c. Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi
(superordinate goals), dapat juga menjadi metoda
40
penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui
bersama.
Dari teori konflik diatas, maka penulis menggunakan teori penyebab
konflik menurut Handoko karena dianggap mewakili keadaan PT.
CIPTALIFT SEJAHTERA.
5. Kinerja
Istilah kinerja mengandung berbagai macam pengertian. Kinerja dapat
ditafsirkan sebagai “hasil akhir kegiatan” (Robbins dan Coulter, 2002).
Kinerja adalah gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan
dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada masing-
masing individu dalam organisasi (Waldman dalam Koesmono, 2005).
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai
oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara dalam Koesmono, 2005).
Terdapat enam kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
kinerja karyawan secara individu, yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,
efektifitas, kemandirian dan komitmen kerja (Bernardin dan Russel dalam
Husnawati, 2006).
Banyak fakor yang dapat mempengaruhi kinerja, tetapi terdapat tiga
faktor utama yang mempengaruhi kinerja individual yaitu, kemampuan
individual untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang
dicurahkan, dan dukungan organisasi (Mathis dan Jackson, 2006). Kinerja
seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi,
41
kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai
harapan masa depan (Prawirosentono dalam Cokroaminoto.wordpress.com).
Kinerja individu ditingkatkan sampai tingkat di mana ketiga komponen
tersebut ada dalam diri karyawan.
Akan tetapi, kinerja berkurang apabila salah satu faktor ini dikurangi
atau tidak ada. Sebagai contoh, anggap saja beberapa pekerja memiliki
kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan bekerja keras, tetapi
organisasi memberikan peralatan yang kuno atau gaya manajemen
supervisor menimbulkan reaksi negatif dari pekerja. Sebagian unit SDM
dalam organisasi ada untuk menganalisis dan menyampaikan bidang ini.
Peran yang sebenarnya dari unit SDM dalam organisasi “seharusnya”
tergantung pada apa yang diharapkan oleh manajemen atas. Sehubungan
dengan fungsi manajemen mana pun, aktivitas manajemen SDM harus
dikembangkan, dievaluasi, dan diubah bila perlu sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di
tempat kerja. Kinerja cenderung tinggi ketika tujuan yang menantang hadir,
moderator (kemampuan, komitmen tujuan, umpan balik, dan kompleksitas
tugas) yang hadir, dan mediator (arah, usaha, ketekunan, dan strategi tugas)
beroperasi.
a. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat
42
diketahui bagaimana kondisi riil pegawai dilihat dari kinerja dan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Adapun tujuan penilaian adalah (Werther dan Davis dalam
ekonomimanajemen.blogspot.com):
1) Performance Improvement.
Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja
2) Compensation Adjusment.
Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja
yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3) Plecement Decicions.
Menentukan posisi, transfer, dan demosi.
4) Training and Development needs.
Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai
agar kinerja mereka lebih optimal.
5) Career Planning and Developmen.
Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat
dicapai.
6) Staffing Process Deficiencies.
Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai
7) Informational Inaccuracies and Job Design Errors.
Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam
manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-
43
analysis, job design, dan sistem informasi manajemen sumber daya
manusia.
8) Equal Employment Opportunity.
Menunjukan bahwa placement decicions tidak diskriminatif.
9) External Challenges.
Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi faktor eksternal seperti
keluarga, keuangan pribadai, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya
faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan penilaian kinerja,
faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu
departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi
peningkatan kinerja pegawai.
10) Feedback.
Memberikan umpan balikbagi urusan kepegawaian maupun bagi
pegawai itu sendiri.
Hakekat penilaian kinerja individu adalah hasil kerja yang optimal.
Penilaian kinerja tersebut mencakup (Robbins dan Coulter, 2002):
a) Kemampuan bekerjasama
b) Kualitas pekerjaan
c) Kemampuan teknis
d) Inisiatif
e) Semangat
f) Daya tahan/kehandalan
g) Kuantitas pekerjaan
44
Secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi, adalah
(Werther dan Davis dalam ekonomimanajemen.blogspot.com):
1) Memberikan feedback bagi pegawai dan urusan kepegawaian
2) Dipergunakan sebagai pertimbangan penentuan sistem reward
(imbalan)
3) Dipergunakan sebagai pertimbangan promosi dan rotasi pegawai
4) Dipergunakan sebagai sumber informasi tentang kebutuhan pelatihan
dan pengembangan pegawai.
b. Tolak ukur kinerja
Mutu kerja karyawan secara langsung mempengaruhi kinerja
perusahaan. Guna mendapatkan kontribusi karyawan yang optimal,
manjemen harus memahami secara mendalam strategi untuk mengelola,
mengukur dan meningkatkan kinerja, yang dimulai dengan terlebih
dahulu menentukan tolak ukur kinerja.
Ada beberapa syarat tolak ukur kinerja yang baik, yaitu (Bestira,
1998):
1) Tolak ukur yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat
dipercaya. Konsep keandalan pengukuran mempunya dua komponen,
yaitu stabilitas dan konsistensi. Stabilitas menyiratkan bahwa
pengukuran kriteria yang dilaksanakan dengan menggunakan metode
yang berbeda atau orang yang berbeda haruslah mencapai hasil yang
kira-kira sama.
45
2) Tolak ukur yang baik harus mampu membedakan individu-individu
sesuai dengan kinerja mereka. Salah satu tujuan penilaian kinerja
adalah mengevaluasi kinerja anggota organisasi. Jika tolak ukur yang
digunakan memberikan hasil yang identik pada semua orang, maka
kriteria tersebut tidak berguna bagi distribusi pengupahan untuk
kinerja, merekomendasikan kandidat untuk promosi ataupun menilai
kebutuhan-kebutuhan latihan pengembangan.
3) Tolak ukur yang baik harus sensitif terhadap masukan dan tindakan-
tindakan dari pemegang jabatan. Karena tujuan penilaian kinerja
adalah untuk menilai efektivitas indivdu-individu anggota organisasi,
kriteria efektivitas yang dipakai harus dapat digunakan semua individu
di dalam organisasi. Apabila tidak tepat, maka pembuat tolak ukur
harus peka terhadap masukan yang diberikan.
4) Tolak ukur yang baik harus dapat diterima oleh individu yang
mengetahui kinerjanya sedang dinilai. Sangat penting untuk
diperhatikan bahwa orang-orang yang kinerjanya sedang diukur
merasa bahwa tolak ukur yang digunakan memberi petunjuk yang
akurat dan adil mengenai kinerja mereka.
Menurut teori-teori kinerja diatas, maka penulis memutuskan untuk
meneliti menggunakan teori yang mempengaruhi kinerja menurut Robbins
dan Coulter karena dirasa tepat untuk PT. CIPTALIFT SEJAHTERA.
46
B. Penelitian TerdahuluTabel 2.1
Penelitian TerdahuluNama Judul penelitian Variabel Hasil penelitian
Fahmi
Siti Nurhendar
Nur Sofia
Analisis GayaKepemimpinanDan MotivasiKerja TerhadapKinerja PegawaiSPBU
Pengaruh StresKerja DanSemangat KerjaTerhadap KinerjaKaryawan
Pengaruh KonflikDan Stres KerjaTerhadap Kinerjakaryawan CV.MITRA JATIMANDIRI
GayaKepemimpinan(independen)Motivasi(independen)
Kinerja(dependen)
Stres kerja(independen)Semangat kerja(independen)
Kinerja(dependen)
Konflik Peran(independen)Stres Kerja(independen)
Kinerja(dependen)
Gayakepemimpinanmempengaruhikinerja secaralangsung dengantingkat kekuatanlemah
Motivasimempengaruhisecara langsungdengan tingkatkekuatan kuat
Stres kerja tidakberpengaruhsecara signifikanterhadap kinerja
Semangat kerjaberpengaruhsecara signifikanterhadap kinerja
Konflik dan StresKerja tidakmempengaruhikinerja
47
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antara
variabel motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja
terhadap kinerja karyawan. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan teori-teori pendukung dan studi kepustakaan
mengenai variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya dengan menyebarkan
kuesioner kepada karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA yang menjadi
objek dalam penelitian, dimana kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang mencakup variabel yang diteliti, yaitu motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerja, konflik kerja, dan kinerja.
Setelah itu, data-data yang diperoleh melalui kuesioner, diolah dengan
menggunakan IBM SPSS 19, pengujian yang pertama dilakukan adalah uji
validitas yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan data, dan uji
reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur.
Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
multikolinearitas, normalitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi, dimana
uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya
penelitian tersebut menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian
terakhir yang dilakukan adalah uji regresi berganda. Setelah melalui
beberapa proses pengujian, maka didapatkan hasil untuk ditarik kesimpulan
dan implikasinya.
48
Gambar 2.1Kerangka Berfikir
Sumber: Konsep yang telah dikembangkan untuk penelitian ini
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu rumusan
masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini
hipotesis yang dikembangkan adalah:
Karyawan PT.CIPTALIFT SEJAHTERA
Motivasi Gaya kepemimpinan
kinerja
Pra Analisis
Analisis Regresi Berganda
kesimpulan
Stress kerja Konflik
Pengumpulan Data (Kuesioner)
Studi Kepustakaan
Pengaruh motivasi, Gaya Kepemimpinan, Stres Kerja, Dan Konflik KerjaTerhadap Kinerja Pada PT. CIPTALIFT SEJAHTERA
49
1. Hipotesis 1:
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel motivasi,
gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja
karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara secara simultan antara variabel motivasi,
gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja
karyawan.
2. Hipotesis 2:
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel motivasi
terhadap kinerja karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel motivasi terhadap
kinerja karyawan
3. Hipotesis 3:
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
4. Hipotesis 4:
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel stres kerja
terhadap kinerja karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara stres kerja terhadap kinerja
karyawan.
50
5. Hipotesis 5:
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel konflik kerja
terhadap kinerja karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara konflik kerja terhadap
kinerja karyawan.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah PT. CIPTALIFT SEJAHTERA,
dengan objek penelitiannya adalah karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 hingga September 2011.
Variabel-variabel yang diteliti untuk dianalisis adalah motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerj, dan konflik kerja sebagai variabel idependen (X),
dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan sebagai variabel dependen (Y)
B. Populasi dan sampel penelitian
Populasi didefinisikan sebagai keseluruhan gejala/satuan yang ingin
diteliti (Prasetyo dan Jannah, 2008). Populasi penelitian ini adalah karyawan
perusahaan yang bersangkutan. sampel adalah bagian dari populasi yang akan
diteliti (Priyatno, 2008). Karyawan dan beberapa manajer menjadi sampel
penelitian ini. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah :
1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. (Sugiyono, 2009). Data primer dari penelitian ini
52
diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden, meliputi: identitas dan
tanggapan responden.
Pengertian kuesioner adalah tekhnik testruktur untuk memperoleh data
yang terdiri dari serangkaian pertanyaan, tertulis atau verbal, yang dijawab
resaponden. (Malholtra, 2009). Dalam melakukan penelitian, data yang
dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada
sehingga data–data tersebut harus dapat dipercaya dan akurat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode kuesioner.
Kuesioner ini terdapat rancangan pertanyaan yang berhubungan
langsung dengan masalah penelitian, dimana jawaban-jawaban yang
diperoleh akan diolah sedemikian rupa untuk dapat menjawab hipotesis
yang telah dibangun, guna dapat membantu dalam memecahkan masalah
yang diteliti.
Peneliti menggunakan skala Semantic Differensial untuk mengetahui
tingkat kinerja karyawan dengan menentukan skor pada setiap pertanyaan.
Skala semantic diferensial merupakan skala yang dipakai untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang
fenomena sosial hanya bentuknya tidak ada pilihan ganda maupun checklist
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya “sangat positif”
diletakkan pada bagian kanan garis, dan “sangat negatif” diletakkan pada
bagian kiri garis. (Sugiyono, 2009).
Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala penilaian
dalam titik ekstrim yang berlawanan yang biasa disebut bipolar. Biasanya
53
di antara titik ekstrim didapati 5 titik-titik butir skala dimana responden
menilai suatu konsep atau lebih pada setiap butir skala. Untuk lebih jelas
tampilan butir-butir skala semantic diffrensial sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis yang
jawaban “sangat positif” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Skala ini banyak digunakan karena mudah dibuat, bebas memasukkan
pernyataan yang relevan, realibilitas yang tinggi dan aplikatif pada berbagai
aplikasi. Penelitian ini mengunakan sejumlah statement dengan skala 5 yang
menunjukkan setuju atau tidak setuju terhadap statement tersebut.
1 = sangat tidak setuju
2 = setuju
3 = netral (ragu-ragu)
4 = tidak setuju
5 = sangat setuju
Skala ini mudah dipakai untuk penelitian yang terfokus pada responden
dan objek. Jadi peneliti dapat mempelajari bagaimana respon yang berbeda
dari tiap–tiap responden.
54
2. Data Sekunder
Data Sekuder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.
(Sugiyono, 2009). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa studi kepustakaan, jurnal, literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan, majalah-majalah perekonomian, dan informasi dokumentasi
lain yang dapat diambil melalui sistem on-line (internet).
Dalam proses ini, peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dan
berhubungan dengan penelitian. Sehingga dapat menjadi materi pendukung
dalam penelitian tersebut. Sumber studi kepustakaan ini berasal dari buku
konsentrasi mata kuliah, jurnal-jurnal ilmiah, website, majalah, literatur-
literatur serta publikasi-publikasi lain yang layak dijadikan sumber.
D. Metode Analisis
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
terkumpul. (Sugiyono, 2009). Tahap tersebut diantaranya:
1. Proses editing
Proses pengecekan dan penyesuian yang diperlukan terhadap
data penelitian yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner di
lapangan untuk memudahkan proses selanjutnya dengan teknik
statistika. Tujuannya adalah menjamin kelengkapan, konsistensi,
dan kesiapan data dalam proses.
55
2. Proses Coding
Proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian ke dalam
skor numerik atau karakter simbol atau pengubahan data kuantitatif
menjadi data kuantitatif.
3. Proses Scoring
Suatu proses penentuan skor dari jawaban kuesioner
responden yang dilakukan dengan membuat klasifikasi dan
kategori yang cocok tergantung pada anggapan atau opini
responden, dimana dapat diolah dengan alat bantu statistik.
4. Proses Tabulating
Proses mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk
dibaca dan dimengerti. Setelah proses tabulasi selesai kemudian
data-data dalam tabel tersebut akan diolah dengan bantuan software
statistik yaitu IBM SPSS 19.
1. Uji Kualitas Data
Untuk mencari kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau
pemecahan masalah penelitian, maka harus dibuat berdasarkan hasil proses
pengujian data meliputi, pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh
karena itu, tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrument
yang digunakan untuk data penelitian. Ada dua konsep untuk mengukur
kualitas data, yaitu validitas dan realibilitas. Artinya, suatu penelitian akan
56
menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang valid atau kurang
reliable.
2. Uji Validitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesahihan atau ketepatan alat
ukur, apakah memperoleh informasi sesuai dengan yang diharapkan. Alat
ukur yang absah akan mempunyai validitas yang tinggi. Pengukuran
validitas dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
item. (Dwi Priyatno, 2008). Dalam melakukan pengujian validitas,
digunakan alat ukur berupa program komputer yaitu IBM SPSS 19, dan jika
suatu alat ukur mempunyai taraf korelasi minimal 0.30 maka dikatakan
signifikan, dan antara skor item terhadap skor totalnya alat skor tersebut
adalah valid. (Dwi Priyatno, 2008).
3. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dugunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten
jika pengukurannya tersebut diulang. (Dwi Priyatno, 2008). Uji reliabilitas
adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu
gejala/kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin
stabil pula alat pengukur tersebut. Menurut Sekaran (1992), dalam Dwi
Priyatno (2008), untuk uji reliabiltas biasanya menggunakan batasan
tertentu pada nilai Cronbach Alpha, yaitu :
a. Realibilitas < 0,6 = kurang baik
b. Realibilitas 0,7 = diterima
57
c. Realibilitas 0,8 = baik
4. Uji Asumsi Regresi Berganda
a. Uji Linieritas
Linieritas adalah keadaan yang menunjukkan hubungan antara
variabel motivasi dengan variabel gaya kepemimpinan, stres kerja,
konflik dan kinerja bersifat linier (garis lurus) dalam range variabel
independen tertentu.
b. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data
yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data
tersebut tidak menceng ke kanan dan ke kiri. Uji normalitas pada
multivariate sebenarnya sangat kompleks karena harus dilakukan pada
sebuah variabel secara bersama-sama. Namun, uji ini bisa juga dilakukan
pada sebuah variabel dengan logika bahwa jika secara individual setiap
variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama
(multivariate) variabel-variabel tersebut dianggap memenuhi asumsi
normalitas.
c. Uji Multikolinieritas
Adanya multikolinieritas merupakan pelanggaran dalam asumsi
klasik. multikolinieritas maksudnya tidak boleh terjadi hubungan
antarvariabel bebas (independent). Untuk mendeteksi gejala
58
multikolinieritas dapat dilakukan dengan menggunakan besaran VIF
(Variance Influence Faktor) dan angka toleran. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikol apabila mempunyai nilai VIF lebih kecil
daripada 10 dan angka tolerance mendekati 1(Santosa, 2000).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka terjadi
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat plots antara
nilai prediksi (ZPRED) dengan residual (SRESID). Deteksi ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scarplots antara SRESID dengan ZPRED di
mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di- studentized
(Ghozali, 2005).
e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antarvariabel bebas dalam penelitian. Untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi, dapat dilihat dari aturan sebagai berkut: (Sunyoto,
2008):
1. Angka DW dibawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif.
59
2. Angka DW diantara -2 sampai 2, berarti tidak terdapat
autokorelasi.
3. Angka DW diatas 2, berarti terdapat autokorelasi negatif.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis regresi linier berganda. Model regresi digunakan untuk
mengasumsikan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel keputusan
pembelian dengan variabel motivasi, gaya kepemimpinan, stress kerja, konflik
dan kinerja. Adapun model persamaan regresi yang dapat diperoleh dalam
analisis ini adalah :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Keterangan:
Y = Kinerja
β0 = Constanta
β1β2β3β4 = Koefisien Regresi
X1 = Motivasi
X2 = Gaya kepemimpinan
X3 = Stress kerja
X4 = Konflik kerja
Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh persamaan
regresi dengan cara memasukkan pengubah satu demi satu sehingga dapat
diketahui pengaruh yang paling kuat sampai dan yang paling lemah.
60
1. Analisis Korelasi (R)
Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3,…. Xn) terhadap
variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan
seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,
X3,…. Xn) terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0
sampai dengan 1, semakin mendekati nilai 1 maka hubungan yang terjadi
semakin kuat, dan juga sebaliknya.
Menurut Sugiyono (2009), dijelaskan bahwa hubungan korelasi
mempnyai kriteria sebagai berikut :
a. 0,00 – 1,99 = sangat rendah
b. 0,20 – 0,39 = rendah
c. 0,40 – 0,59 = sedang
d. 0,60 – 0,79 = kuat
e. 0,80 – 1,00 = sangat kuat
b. Analisis Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2, ……., Xn) secara
serentak terhadap variabel Y. (Dwi Priyatno, 2010). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 adalah 0, berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati 1, berarti
61
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
c. Uji Goodness of Fit
1) Uji Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel independen (X1, X2, X3,…. Xn) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Langkah-langkah uji hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:
a) Menentukan hipotesis
Hipotesis Motivasi :
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
motivasi terhadap kinerja karyawan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara motivasi terhadap
kinerja karyawan.
Hipotesis Gaya Kepemimpinan :
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya
kepemimpinan terhadap loyalitas pelanggan.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Hipotesis Stres Kerja :
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel stres
kerja terhadap kinerja karyawan.
62
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel stres kerja
terhadap kinerja karyawan.
Hipotesis Konflik Kerja :
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel konflik
kerja terhadap kinerja.
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel konflik kerja
terhadap kinerja karyawan.
b) Menentukan Tingkat Signifikasi
Tarafsignifikansi = 5% (0,05)
c) Menentukan t hitung
Berdasarkan hasil output IBM SPSS 19
pada tabel koefisien regresi.
d) Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% dengan derajat kebebasan (df)
= n-k-1 (jumlah kuesioner-jumlah variabel independen-1).
e) Kriteria pengujian
Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel.
Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel.
2) Uji Simultan (uji F)
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(x) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (y). (Dwi Priyatno, 2008).
63
Dalam pendekatan yang standar, hal ini dilakukan dengan
mengasumsikan bahwa setiap variabel independen telah
ditambahkan ke dalam persamaan regresi setelah seluruh variabel
independen lainnya telah disertakan.
Langkah-langkah Uji Hipotesis untuk uji F adalah:
a) Menetukan Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
kualitas pelayanan, harga produk, dan kepercayaan terhadap
loyalitas pelanggan.
Ha : Terdapat pengaruh secara secara simultan antara variabel
kualitas pelayanan, harga produk, dan kepercayaan terhadap
loyalitas pelanggan.
b) Menentukan Tingkat Signifikasi
Tingkat signifikasi menggunakan 0,05 (α=5%)
c) Menentukan F hitung
Berdasarkan hasil output IBM SPSS 19 pada tabel annova.
d) Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%,
df 1 = jumlah variabel – 1, dan df 2 = n-k-1 (jumlah kuesioner-
jumlah variabel independen-1).
e) Kriteria pengujian
Ho diterima jika F hitung < F tabel
Ho ditolak jika F hitung > F tabel
64
F. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian suatu konsep yang beragam atau bervariasi. (Dwi
Priyatno, 2010). Pengertian lain mengenai variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2009). Variabel yang digunakan dalam
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas),
yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain, dan (2)
variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi
oleh variabel dependen.
a. Variabel Dependen/terikat (Y)
Variabel dependen/terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat adalah kinerja.
Indikator yang digunakan (Sunarcaya, 2008):
1. Kemampuan bekerjasama
2. Kualitas pekerjaan
3. Kemampuan teknis
4. Inisiatif
5. Semangat
6. Daya tahan/kehandalan
7. Kuantitas pekerjaan
65
b. Variabel Independen/bebas (X)
Variabel independent/bebas adalah variabel yang diduga secara
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Terdapat empat (4)
variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu :
a. Motivasi (X1)
Motivasi adalah sesuatu di dalam diri seseorang yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah
lakunya dalam arah tertentu sesuai tujuannya.
Indikator yang digunakan adalah (Sunarcaya, 2008):
1. Keberhasilan dalam melakukan pekerjaan
2. Pengakuan
3. Tanggung Jawab
4. Wewenang
5. Perkembangan
b. Gaya kepemimpinan (X2)
Kepimpinan yang handal merupakan syarat mutlak bagi
suatu organisasi. Kepemimpinan adalah seni dan ketrampilan
dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain, supaya suka
dan mau bekerja sehingga tujuan dan keinginan dan keinginan
dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Indikator yang digunakan (Sunarcaya, 2008):
1. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
2. Struktur tugas
66
3. Kewibawaan
c. Stress kerja (X3)
Stress kerja merupakan kondisi dimana sesorang
mengalami tekanan dalam bekerja.
Indikator yang digunakan :
1) on the job (Handoko, 2003):
(a). Beban kerja yang berlebihan
(b). Tekanan atau desakan waktu
(c). Perbedaan nilai perusahaan dengan pegawai
(d). Konflik pribadi dan antar kelompok
(e). Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak
memadai
(f). Berbagai bentuk perubahan
2) off the job (Rivai, 2004):
(a) Kekuatiran finansial
(b) Masalah-masalah fisik
(c) Perubahan yang terjadi di tempat tinggal
d. Konflik (X4)
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antagonistik antara dua atau lebih pihak.
Indikator yang digunakan adalah (Handoko, 2003):
1) Komunikasi
2) Struktur
67
3) Pribadi
4) Saling ketergantungan tugas
5) Perbedaan tujuan dan prioritas
6) Faktor birokratik (Lini-staff)
7) Kriteria penilaian prestasi yang saling
bertentangan
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. CIPTALIFT SEJAHTERA didirikan oleh Taufik Hidayat pada
tahun 1991 dengan modal pribadi ditambah modal pinjaman di salah satu bank
swasta. Pada tahun 1992, CIPTALIFT SEJAHTERA mengoperasikan
perusahaan untuk pertama kalinya sebagai penyedia jasa servis forklift yang
bersifat ringan. Semenjak itu perusahaan tersebut berkembang pesat seiring
berkembangnya perekonomian Indonesia. Karena itu banyak sekali pabrik,
gudang, serta pelabuhan yang menggunakan jasa perusahaan ini karena mereka
menggunakan forklift untuk mengangkat dan mindahkan suatu barang dengan
beban yang tidak mungkin untuk diangkat oleh sedikit manusia. Alat berat
dalam perindustrian merupakan suatu sumber daya yang penting karena
operasional sebagian besar industri tersebut mengandalkan alat berat untuk
memindahkan barang. Saat ini, perusahaan telah mengembangkan usahanya
dengan melayani servis besar, pengantian onderdil, serta perawatan alat berat
tersebut. Perusahaan ini terbilang stabil dan bahkan berkembang karena saat ini
perusahaan tersebut sudah memiliki sebuah cabang dan sebuah bengkel
(workshop).
B. Gambaran Uumum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT.
CIPTALIFT SEJAHTERA yang berkecimpung di bidang kontraktor servis alat
69
berat. Berdasarkan dari data 30 responden yang juga sebagai karyawan, melalui
daftar pertanyaan yang disebarkan didapat data mengenai usia, jenis kelamin,
dan status perkawinan. Pengelompokkan ini dengan maksud sebagai berikut:
1. Dapat secara jelas menggambarkan responden secara utuh dalam
penelitian tersebut
2. Sebagai argumentasi pendukung dalam pengambilan keputusan peneliti
Gambaran umum responden tersebut dikelompokkan menjadi:
1. usia
Dalam mengelompokkan respoden berdasarkan usia, peneliti
menemukan berbagai macam kelompok usia. Seperti yang terlihat dalam
tabel sebagai berikut
Tabel 4.1Responden Penelitian
Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok usia Jumlah
15-35 13
> 36-45 11
> 45 6
Sumber: data primer yang telah diolah
Dari total keseluruhan responden, didapatkan data bahwa
responden dengan usia 15 tahun hingga 35 tahun sebanyak tiga belas
orang dan merupakan responden terbanyak, responden dengan usia lebih
dari 36 tahun hingga 45 tahun sebanyak 11 orang, dan responden dengan
usia lebih dari 45 tahun sebanyak 6 orang.
70
2. Pendidikan terakhir
Dalam mengelompokkan responden berdasarkan tingkat
pendidikan, peneliti mengelompokkan berbagai macam tingkat
pendidikan seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2Responden Penelitian
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: data primer yang telah diolah
Dari data yang telah dikumpulkan oleh peneliti menunjukkan
bahwa responden dengan pendidikan sekolah dasar sebanyak 1 orang,
responden dengan pendidikan sekolah menengah pertama sebanyak 1
orang, responden dengan pendidikan sekolah menengah atas sebanyak 8
orang, dan responden dengan pendidikan sarjana sebanyak 20 orang.
C. Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas akan menguji masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 30
pertanyaan yang harus dijawab oleh 30 responden. Adapun kriteria yang
Tingkat pendidikan JumlahSd 1
SMP 1SMA 8
Sarjana 20
71
digunakan dalam menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kepercayaan = 95 % (α= 5 %),
b. Jumlah Responden sebanyak 30 orang,
c. Dibandingkan dengan nilai r = 0,3 (Sugiyono, 2009).
Berikut adalah hasil uji validitas:
Tabel 4.3Hasil Uji Validitas
Indikator r-hitung Keterangan
Motivasi
X1.1 0,372 Valid
X1.2 0,606 Valid
X1.3 0,779 Valid
X1.4 0,381 Valid
X1.5 0,314 Valid
X1.6 0,352 Valid
Gaya KepemimpinanX2.1 0,719 Valid
X2.2 0,943 Valid
X2.3 0,816 Valid
X2.4 0,750 Valid
X2.5 0,928 Valid
X2.6 0,882 Valid
72
Indikator r-hitung Keterangan
Stres Kerja
X3.1 0,728 Valid
X3.2 0,798 Valid
X3.3 0,500 Valid
X3.4 0,460 Valid
X3.5 0,562 Valid
Konflik Kerja
X4.1 0,924 Valid
X4.2 0,941 Valid
X4.3 0,914 Valid
X4.4 0,846 Valid
X4.5 0,932 Valid
X4.6 0,589 Valid
Kinerja
Y1.1 0,606 Valid
Y1.2 0,579 Valid
Y1.3 0,367 Valid
Y1.4 0,586 Valid
Y1.5 0,371 Valid
Y1.6 0,058 Tidak Valid
Y1.7 0,399 Valid
73
Sumber: Data primer yang telah diolah
Dari hasil uji validitas diatas didapatkan bahwa dari semua item
pertanyaan dalam kuesioner, terdapat beberapa pertanyaan yang tidak
valid, yaitu sebanyak 1 pertanyaan. Karena tidak melewati batas nilai r
sebesar 0,3. (Sugiyono, 2009)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala/kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat
pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Dalam melakukan
perhitungan Alpha, digunakan alat bantu program komputer yaitu IBM
SPSS 19 dengan menggunakan model
Alpha. Sedangkan dalam pengambilan keputusan reliabilitas, suatu
instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari
0,6. (Ghozali, 2005).
74
Tabel 4.4Hasil uji Reliabilitas
Sumber: data primer yang telah diolah
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
Cronbach Alpha di atas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep
pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel,
sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep
variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel. Untuk dapat menentukan apakah
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
0,696 30
NilaiStandar
Cronbach's Alpha Keterangan
0,6 0,696 Reliabel
75
terdapat multikolinearitas dalam model regresi pada penelitian ini
adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance serta menganalisis matrix korelasi variabel-variabel
bebas. Adapun nilai VIF dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: data yang telah diolah
Pada tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada variabel yang
memiliki nilai VIF lebih besar dari 10,00 dan nilai tolerance yang
lebih kecil dari 1,00 yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi
antar variabel bebas yang lebih besar dari 95%.
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
pengujian grafik P-Plot untuk pengujian residual model regresi
yang tampak pada gambar berikut :
Variable Tolerance VIFMotivasi 0,938 1,066
Gaya Kepemimpinan 0,932 1,073
Stres Kerja 0,994 1,006
Konflik Kerja 0,907 1,103
76
Gambar 4.1Uji Normalitas (P-Plot dan Histogram)
Grafik normal probability plot menunjukkan bahwa data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mendeteksinya adalah
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot
antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
77
sesungguhnya) yang telah di-standardiized. Uji heteroskedastisitas
menghasilkan grafik pola penyebaran titik (scatterplot) seperti
tampak pada Gambar berikut :
Gambar 4.2Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data primer yang telah diolah
Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-
titik tidak membentuk pola tertentu atau tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. (Dwi Priyatno, 2010)
78
Tabel 4.6Hasil Uji Autokorelasi
e. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan dalam penelitian
ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan statistik
dalam analisis regresi linear berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program
Model Summaryb
Model RR
SquareAdjustedR Square
Std. Errorof the
EstimateDurbin-Watson
1 0,496 0,246 0,126 1,803 1,979
a. Predictors: (Constant), totalx4, totalx3, totalx2,
totalx1
b. Dependent Variable: totaly1
sumber: data primer yang telah diolah
Hasil pengujian autokorealasi menunjukkan nilai durbin
Watson sebesar 1,979. Dilihat dari aturan gejala autokorelasi
Sunyoto (2008), maka tidak terdapat masalah autokorelasi.
Dengan demikian, asumsi-asumsi normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam model regresi dapat
dipenuhi dari model ini.
79
komputer IBM SPSS versi 19. Ringkasan hasil pengolahan data
dengan menggunakan program SPSS tersebut dapat dilihat di tabel
berikut:
Tabel 4.7Hasil Regresi Berganda
Sumber: data primer yang telah diolah
Dari hasil tersebut apabila ditulis dalam bentuk
standardized dari persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Kinerja
X1 = Motivasi
X2 = Gaya Kepemimpinan
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.
CollinearityStatistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 14,562 3,777 3,856 0,001
totalx1 0,357 0,126 0,466 2,826 0,009 0,855 1,170
totalx2 0,221 0,102 0,348 2,159 0,041 0,893 1,119
totalx3 -0,140 0,084 -0,257 -1,656
0,110 0,962 1,040
totalx4 0,062 0,074 0,136 0,836 0,411 0,873 1,146
a. Dependent Variable: totaly1
Y = 14,562 + 0, 357X1 + 0,221X2 - 0,140X3 + 0.062X4
80
X3 = Stres Kerja
X4 = Konflik Kerja
4. Analisis Koefisien Korelasi (R)
Tabel 4.8Hasil Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi (R) untuk menunjukkan seberapa besar
hubungan yang terjadi antara variabel independen dengan variabel
dependen. Nilai koefisien korelasi adalah antara nol dan satu. Hasil
perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 19 dapat
diketahui bahwa koefisien korelasi (R) yang diperoleh sebesar 0,496.
Hal ini berarti antara variabel independen dengan variabel dependen
memiliki hubungan yang kuat, yaitu sebesar 49,6%.
5. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Hasil perhitungan
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 0,496 0,246 0,126 1,803 1,979
a. Predictors: (Constant), totalx4, totalx3, totalx2, totalx1
b. Dependent Variable: totaly1
sumber: data yang telah diolah
81
dengan menggunakan program SPSS versi 19 dapat diketahui bahwa
koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,246. Hal ini
berarti 24,6% kinerja dapat dijelaskan oleh variabel motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja, sedangkan sisanya yaitu
75,4% kinerja dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
6. Uji goodness of fit
a. Uji t
Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen (motivasi, gaya kepemimpinan,
stres kerja, dan konflik kerja) secara individual dalam
menerangkan variabel dependen (kinerja). Hasil uji t pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel, dengan membandingkan
dengan t tabel = 2.04841 dan signifikan < 0,05.
1. Motivasi
H0: tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
motivasi terhadap kinerja.
Ha1: terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
motivasi terhadap kinerja
Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk
variabel X1 (motivasi) diperoleh nilai t hitung = 2,826
dengan tingkat signifikansi 0,009. Dengan menggunakan
batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada
82
di bawah taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Dengan demikian, maka hipotesis pertama
diterima. Berarti secara parsial, motivasi mempunyai
pengaruh terhadap kinerja.
2. Gaya Kepemimpinan
H0: tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
gaya kepemimpinan terhadap kinerja
Ha2: terdapat pengaruh secara parsial antara variabel gaya
kepemimpinan terhadap kinerja
Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk
variabel X2 (gaya kepemimpinan) diperoleh nilai t hitung
= 2,159 dengan tingkat signifikansi 0,041. Dengan
menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut berada tepat di taraf 5%, yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian, maka hipotesis
kedua diterima. Berarti gaya kepemimpinan
berpengaruh secara parsial terhadap kinerja.
3. Stres Kerja
H0: tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
stres kerja terhadap kinerja
Ha3: terdapat pengaruh secara parsial antara variabel stres
kerja terhadap kinerja
83
Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk
variabel X3 (stres kerja) diperoleh nilai t hitung = -1,656
dengan tingkat signifikansi 0,110. Dengan menggunakan
batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada
di atas taraf 5%, yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian, maka hipotesis ketiga ditolak. Maka
disimpulkan bahwa stres kerja secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kinerja.
4. Konflik Kerja
Ho: tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial
antara variabel konflik kerja terhadap kinerja
Ha1: terdapat pengaruh pengaruh signifikan secara parsial
antara variabel konflik kerja terhadap kinerja
Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk
variabel X4 (konflik kerja) diperoleh nilai t hitung =
0,836 dengan tingkat signifikansi 0,411. Dengan
menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut berada di atas taraf 5%, yang berarti Ho diterima
dan Ha ditolak. Dengan demikian, maka hipotesis ketiga
ditolak. Maka disimpulkan bahwa konflik kerja tidak
berpengaruh secara parsial terhadap kinerja.
84
b. Uji F
Hasil perhitungan parameter model regresi secara bersama-
sama diperoleh pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.9Tabel Anova
Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan (bersama-sama). Hasil uji F dapat dilihat pada tabel,
dimana hasilnya dengan membandingkan dengan F tabel = 2,76
dan signifikan < 0,05. Dikaitkan dengan hipotesis yang diajukan,
yaitu:
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 45,280 4 11,320 4,522 ,007a
Residual 62,587 25 2,503
Total 107,867 29
a. Predictors: (Constant), totalx4, totalx3, totalx2, totalx1
b. Dependent Variable: totaly1
sumber: data primer yang telah diolah
85
H0: tidak ada pengaruh signifikan antara variabel motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja
karyawan.
Ha: terdapat pengaruh signifikan antara variabel motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja terhadap kinerja
karyawan.
Dari hasil pengujian antara pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikatnya dilakukan dengan
menggunakan uji F, diperoleh hasil Ha diterima, dengan hasil
perhitungan statistik menunjukkan nilai F hitung = 4,522 lebih
besar dari F tabel = 2,76, dan dengan signifikansi sebesar 0,007 <
0,05. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama motivasi, gaya
kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja mempunyai pengaruh
terhadap kinerja karyawan PT. CIPTALIFT SEJAHTERA.
Dari keseluruhan hasil regresi linear berganda, uji t, dan uji
F pada tabel yang telah disajikan sebelumnya, menunjukkan
bahwa ada dua variabel yang tidak berpengaruh yaitu stres kerja
dan konflik kerja dan dua variabel lainnya berpengaruh terhadap
kinerja, sementara secara simultan antara variabel independen dan
variabel dependen memperoleh hasil signifikan.
Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut
yakni sebagai berikut:
86
1. Variabel motivasi (X1), gaya kepemimpinan (X2), stres kerja
(X3), konflik kerja (X4) secara simultan berpengaruh terhdap
kinerja dengan nilai F hitung = 4,522 dengan tingkat signifikansi
0,007.
2. Variabel Motivasi (X1) memiliki pengaruh secara parsial
terhadap Kinerja (Y) dengan nilai regresi 0,357 dan nilai t
hitung= 2,826 dengan tingkat signifikansi 0,009.
3. Variabel Gaya Kepemimpinan (X2) memiliki pengaruh secara
parsial terhadap Kinerja (Y) dengan nilai regresi 0,221 nilai t
hitung= 2,159 dengan tingkat signifikansi 0,041.
4. Variabel Stres Kerja (X3) tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap Kinerja (Y) dengan nilai regresi -0,140 dan nilai t
hitung= -1,656 dengan tingkat signifikansi 0,110.
5. Variabel konflik kerja (X4) tidak memiliki pengaruh secara
parsial terhadap Kinerja (Y) dengan nilai regresi 0,062 dan nilai
t hitung=0,836 degan tingkat signifikansi 0,411
87
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini akan menyajikan hasil kesimpulan yang didapatkan dari berbagai
proses uji coba yang telah dilakukan. Uraian kesimpulan hipotesis dari analisis
seperti yang disajikan pada bab sebelumnya, dan akan diberikan berupa
implementasi masukan dan saran, serta informasi keterbatasan yang terjadi
dalam penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang motivasi, gaya kepemimpinan, stres
kerja, konflik kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Cipta Lift Sejahtera,
maka diperoleh skesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, dan konflik kerja
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
2. Variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan
3. Variabel gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan
4. Variabel stres kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kinerja karyawan
5. Variabel konflik kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kinerja karyawan
88
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai
berikut :
1. Bagi Perusahaan
a. Bagi perusahaan, motivasi sangat diandalkan untuk meningkatkan
performance para karyawan yang dirasa kurang dalam kinerja.
Seorang karyawan apabila telah termotivasi, maka dalam bekerja akan
memiliki keinginan untuk meningkatkan kinerjanya masing-masing.
Apabila seorang karyawan tidak termotivasi dalam bekerja maka
kemalasan akan melanda yang dapat mengakibatkan timbulnya
kebosanan dalam suatu pekerjaan. CIPTALIFT SEJAHTERA dapat
menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi karyawan agar
kinerja masing-masing karyawan meningkat. Salah satunya dengan
cara reward and punishment. Dengan cara itu karyawan akan merasa
tertarik untuk mendapatkan hadiah atau imbalan dan sebisa mungkin
menghindari hukuman apabila melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya. Cara tersebut dinilai efektif oleh banyak perusahaan
sehingga hampir setiap perusahaan menerapkannya untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Tetapi cara reward and punishment
bukan satu-satunya cara untuk memotivasi karyawan. Masih banyak
cara-cara lain yang dinilai sukses untuk meningkatkan motivasi
karyawan seperti meningkatkan upah, insentif, dan sebagainya.
89
b. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang baik harus mampu
menjadikan para bawahan atau karyawan untuk patuh melaksanakan
apa yang diperintahkan oleh pemimpin tersebut. Berbagai macam
gaya kepemimpinan yang diterapkan biasanya sesuai dengan karakter
pemimpin tersebut. Apabila karyawan tidak merasa cocok atau sesuai
dengan gaya memimpin sang pemimpin maka karyawan biasanya
mengalami kemalasan dalam bekerja diakibatkan ketidaksukaan
mereka terhadap gaya memimpin sang pimpinan. Pemimpin yang
bagus juga dinilai harus mampu memberikan pengaruh-pengaruh yang
baik pula terhadap bawahan. Apabila pemimpin salah dalam
memimpin atau mengarahkan pegawai, maka bisa diramalkan
perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin tersebut akan mengalami
masalah. Perilaku pemimpin juga sangat penting, karena apabila
pemimpin melakukan suatu hal yang dianggap tidak tepat maka
bawahan akan menilainya sebagai tindakan yang boleh dilakukan.
Terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi gaya
memimpin seorang pemimpin, seperti karakter, sifat, latar belakang,
dan sebagainya. Pemimpin juga harus mampu mendominasi
bawahannya sehingga dapat menimbulkan rasa segan dan hormat
kepada pemimpin. CIPTALIFT SEJAHTERA harus memiliki
pemimpin yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
c. Stres kerja merupakan sebuah penghalang yang dirasa sangat
mengganggu. Stres dapat disebabkan oleh ketegangan di dalam atau di
90
luar lingkungan kerja. Penyebab-penyebab tersebut dapat
mempengaruhi kinerja karena apabila sesorang yang dalam kondisi
stres tersebut menjadi tidak fokus dalam bekerja. CIPTALIFT
SEJAHTERA mengantisipasi stres tersebut dengan memperbanyak
dan memperlancar komunikasi dan itu merupakan tindakan yang
benar. Karena stres kerja dapat disebabkan oleh kurangnya
komunikasi baik antar karyawan, antar pemimpin, atau antar
pemimpin dengan karyawan. Kurangnya komunikasi bukan satu-
satunya penyebab stres kerja yang terjadi pada karyawan. Beban kerja
yang berlebih dapat juga memicu timbulnya stres kerja karena dalam
mengerjakan pekerjaan karyawan butuh istirahat yang cukup dan
memadai untuk memulihkan tenaga dan pikirannya. Selain itu masih
ada beberapa penyebab stres kerja seperti deadline yang terlalu dekat,
kemenduaan peran, iklim politik lingkungan yang tidak aman dan
sebagainya.
d. Konflik kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh komunikasi, pribadi
dan sebagainya. Konflik juga dapat terjadi karena persinggungan dua
atau lebih karyawan atau kelompok kerja yang sama-sama memiliki
keinginan yang sama. Hal ini dapat CIPTALIFT SEJAHTERA
antisipasi dengan membagi pekerjaan yang jelas dan menjaga
komunikasi dengan baik agar tercipta kerukunan antar departemen
91
2. Untuk penelitian mendatang
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor selain
motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja dan konflik kerja yang
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan CIPTALIFT
SEJAHTERA. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian ini ketiga
variabel tersebut mampu menjelaskan korelasi sebesar 63,2% dan
determinasi sebesar 30,3% persen antara variabel independen
(motivasi, gaya kepemimpinan, stres kerja, serta konflik kerja) dengan
variabel dependen (kinerja karyawan). Penelitian ini belum
memasukkan variabel atas aspek lain dengan korelasi sebesar 36,8%
dan determinasi 69,7% yang mungkin dapat mempengaruhi dan
menyempurnakan hasil penelitian ini.
b. Perlu dilakukan penelitian pada studi kasus yang berbeda dengan
perusahaan yang berbeda karena setiap perusahaan berbeda pula
masing-masing karyawan yang menjadi responden dari penelitian.
Perlu dilakukan pula penelitian terhadap variabel-variabel lain yang
mempengaruhi kinerja selain motivasi, gaya kepemimpinan, stres
kerja, dan konflik kerja. Hal ini dapat dijadikan pembanding dan
lanjutan dari penelitian ini.
c. Perlu mencari populasi yang lebih banyak dari penelitian ini karena
akan mempengaruhi hasil penelitian dan akan lebih spesifik serta
akurat data yang dihasilkan. Serta perlu dilakukan penelitian lebih
92
mendalam karena di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang
tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan.
Dengan adanya keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan
untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Jumlah responden sebanyak 30 orang belum bisa menggambarkan
kondisi riil yang sesungguhnya.
2. Keterbatasan waktu dan biaya menjadi kendala yang cukup
mempengaruhi kinerja penelitian.
3. Keterbatasan keakuratan data menjadi halangan dalam penelitian ini
93
DAFTAR PUSTAKA
Certo, Samuel, “Modern Management”, Edisi Kesembilan, Pearson Education.
Inc, New Jersey, 2003.
Dessler, Gary, “management”, Pearson Education. Inc, New Jersey, 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Gitasudarmo dan Indriyanto Sudita, “Perilaku Keorganisasian”, BPFE,
Yogyakarta, 1997.
Handoko, T. Hani, “Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2003.
Husnawati, Ari, “Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan”, 2006.
Irawan, et. all. “Manajemen SDM”, STIA LAN-Press, Jakarta, 2000.
Kadarman, A.M. et. all. ”Pengantar Ilmu Manajemen”, Gramedia, . Jakarta, 1996.
Koesmono, H. Teman, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan”, 2005.
Priyatno, Dwi, “Mandiri Belajar SPSS”, Mediakom, Yogyakarta : 2008.
Malholtra, Naresh K, “Riset Pemasaran”, Edisi Keempat, Jilid 1, PT. Indeks,Jakarta, 2009.
_________________, “Riset Pemasaran”, Edisi Keempat, Jilid 2, PT. Indeks,Jakarta, 2009.
Mathis, Robert L, “Human Resource Management”, Salemba Empat, Jakarta,2006.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, “Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori Dan Aplikasi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Reksohadiprojo, Sukanto dan T. Hani Handoko, “Organisasi Perusahaan: Teori,
Struktur, dan Perilaku”, BPFE, Yogyakarta, 1995.
94
Robbins, Stephen .P dan Mary Coulter, “Management”, Edisi Ketujuh, Gramedia,
Jakarta, 2002.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Edisi Pertama, PT.
Media Elex Computindo, Jakarta, 2000.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sugandha dan Dann, “Kepemimpinan Di Dalam Organisasi Masyarakat”, Sinar
Baru, Bandung, 2001.
Sunarcaya, Putu, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Di
Lingkungan Dinas Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur”, Thesis,
Program Pasca Sarjana, Universitas Terbuka, 2008.
Stoner, James A. F., et. all. “manajemen (terjemahan)”, Prenhallindo, Jakarta,
1996.
Rivai, Veithzal, “Manajemen SDM Untuk Perusahaan”, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Williams, Chuck, “Princeples Of Management” Edisi Kelima, South-Western
Cengage Learning, 2009.
www.cokroaminoto.wordpress.com
www.ekonomimanajemen.blogspot.com
www.ilmumanajemen.blogspot.com
88
Lampiran 1PERMOHONAN MENJAWAB KUESIONER
Penelitian ini ditujukan untuk penyusunan skripsi yang merupakan syarat
dalam meraih gelar kesarjanaan untuk jenjang studi S1. Adapun tujuannya adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai di lingkungan
Perusahaan.
Demi tercapainya tujuan penelitian ini, kami memohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk membantu penelitian ini dengan memberikan jawaban pada
item-item pertanyaan yang telah disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Cara pengisian jawaban adalah memberi tanda √ pada jawaban yang sesuai dengan
pengalaman responden. Adapun item jawaban yang tersedia adalah:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk membantu penelitian ini dan apabila ada sikap kami yang
kurang berkenan, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tangerang, Agustus 2011
Peneliti
Ivan Kurnia
89
DAFTAR PERTANYAAN
I. Identitas RespondenNomer Responden : ...........................................Jenis Kelamin : Laki-laki / PerempuanUsia : ..........................................Pendidikan : ..........................................Status Perkawinan : Sudah kawin/belum kawin
II. Pengisian KuesionerMohon diisi dengan memberi tandapengalaman anda.
√ pada jawaban yang sesuai dengan
1. MotivasiNo. Pernyataan SS S KS TS STS1 Saya sungguh peduli dengan
pekerjaan saya
2 Pekerjaan saya sangatmenyenangkan dan menantang
3 Saya menikmati pekerjaan yangmenantang dan sukar
4 Jika bukan karena uang, saya tidakakan melakukan pekerjaan ini
5 Pekerjaan saya sungguh tidakmenarik minat saya
6 Saya ingin mengetahui seberapabaik saya bekerja, dan sayamenggunakan umpan balik untukdiri saya sendiri
90
2. Gaya Kepemimpinan
3. Stres Kerja
No. Pernyataan SS S KS
TS
TS STS
1Pemimpin mengakui dan menghargaibawahan
2Pemimpin menentukan tujuan yangrealistis untuk organisasi/bagian
3Pemimpin menyampaikan denganjelas arah tujuan yang diinginkankepada bawahan
4Pemimpin memberi inspirasi kepadaanak buah untuk melakukansesuatu melebihi tugas yang wajib
5 Pemimpin memuji dan menghargaipegawai yang bekerja tepat waktu
6
Pemimpin sering menekankanpentingnya tugas dan meminta pegawaimelaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1 Saya merasakan beban kerja yang sesuaidengan kemampuan
2 Saya merasakan adanya tekanan dariatasan
3 Saya tidak pernah merasakan adanyadesakan waktu atau deadline sebuahtugas
4 Saya merasakan adanya perbedaan nilaiantara karyawan dengan perusahaan
5 Saya menemukan adanya peran gandadalam perusahaan
6 Saya merasakan apresiasi tidak sesuaidengan pekerjaan yang saya lakukan
7 Saya merasakan frustasi akibat pekerjaan
91
4. Konflik Kerja
8 Masalah finansial yang saya alamimembuat saya stres
9 Masalah fisik yang saya alami tidakmepengaruhi saya dalam bekerja
10 Perubahan kondisi tempat tinggal yangsaya tempati mempengaruhi saya dalambekerja
No. Pernyataan SS S KS TS STS
1 Saya merasa terjadi ketergantungan tugasantar karyawan
2 Saya merasakan perbedaantujuan antar karyawan
3 Saya merasakan adanya pebedaan pendapatantara karyawan dengan manajer
4 Saya merasakan adanya ketidaksesuaianpenilaian kinerja dengan kenyataan
5 Saya merasakan komunikasi yang terjalinantara karyawan lancar
6 Saya merasakan adanya salah pengertianantara karyawan dengan manajer
7Saya merasakan kecocokan antara tujuanpribadi dengan perusahaan
92
5. Kinerja
No. Pernyataan SS S KS TS STS1 Kuantitas kerja pegawai di sini
melebihi pegawai yang lain
2 Efisiensi kerja pegawai di sinimelebihi pegawai yang lain
3 Standar kualitas kerja pegawaimelebihi standar resmi yang ada
4 Kemampuan pegawai melakukanpekerjaan utama adalah baik
5 Pegawai dapat melaksanakanpekerjaan tepat waktu
6 Pengetahuan pegawai dalammelaksanakan pekerjaan utamanyaadalah baik
7 Kreativitas pegawai dalammelaksanakan pekerjaannyaadalah baik
DAFTAR DATA INPUT KUESIONERNo Motivasi TX1 GK Tx2 Stres Kerja Tx3 Konflik Kerja Tx4 Kinerja Ty
1 5 4 4 4 2 2 21 4 4 4 4 4 4 24 3 2 2 3 3 13 3 3 4 3 3 2 18 4 4 4 4 4 4 4 282 4 2 3 3 3 3 18 2 3 4 4 3 3 19 3 3 4 2 2 14 4 4 4 4 4 3 23 2 3 3 3 4 4 4 233 4 4 5 4 2 2 21 5 5 5 4 5 5 29 4 4 4 3 2 17 5 5 5 5 5 3 28 4 4 4 4 4 4 5 294 4 2 4 4 2 2 18 5 4 4 4 4 4 25 5 3 5 2 5 20 2 1 2 2 2 3 12 3 4 4 4 5 4 4 285 5 4 4 4 2 3 22 4 4 4 4 4 4 24 4 5 5 3 3 20 5 5 5 5 5 5 30 4 4 4 5 5 4 4 306 4 2 4 4 4 3 21 4 4 4 4 4 4 24 1 2 1 4 4 12 4 4 4 4 4 3 23 3 4 4 4 5 4 4 287 5 4 5 5 4 2 25 3 4 4 4 4 4 23 5 4 3 4 2 18 2 2 2 2 3 4 15 4 3 4 2 3 5 3 248 4 4 4 3 4 3 22 5 4 4 3 4 3 23 3 2 2 2 1 10 5 4 4 4 4 3 24 3 4 3 4 4 4 4 269 4 5 5 4 3 3 24 5 5 5 5 5 5 30 4 5 4 4 4 21 4 3 3 5 4 2 21 3 3 4 3 4 4 4 25
10 4 5 5 4 3 3 24 5 4 4 5 4 4 26 4 4 4 4 4 20 4 3 5 5 5 3 25 3 3 4 5 5 5 4 2911 4 4 4 4 3 3 22 5 4 4 4 4 4 25 3 2 2 2 5 14 5 5 5 5 5 3 28 3 3 3 4 4 4 4 2512 4 4 4 4 3 3 22 4 4 4 4 4 4 24 3 2 4 2 2 13 5 5 4 4 4 3 25 3 4 3 4 5 4 4 2713 4 4 3 4 1 2 18 4 4 3 5 4 5 25 2 2 2 4 4 14 3 3 4 3 4 3 20 4 5 4 4 5 4 3 2914 4 5 4 3 2 2 20 5 5 5 5 5 5 30 2 2 2 1 3 10 4 4 4 4 4 4 24 5 4 4 5 4 4 5 3115 4 4 3 3 1 1 16 4 4 4 4 4 4 24 5 5 2 3 5 20 5 5 5 5 5 5 30 4 3 5 3 4 4 4 2716 4 2 2 4 3 2 17 4 4 3 4 3 4 22 5 5 2 4 4 20 5 5 5 3 5 4 27 4 4 2 4 4 4 4 2617 4 4 4 4 3 3 22 4 4 3 4 3 4 22 4 4 4 2 4 18 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 4 4 4 4 2518 4 4 4 3 4 2 21 4 5 5 4 4 5 27 4 4 2 2 2 14 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 4 5 5 4 2719 4 3 3 4 3 3 20 4 4 4 4 4 4 24 2 2 1 2 2 9 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 4 4 5 4 2820 4 4 4 3 3 3 21 4 4 4 4 4 4 24 2 2 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 24 3 3 4 4 4 4 4 2621 4 3 2 3 4 3 19 5 4 4 4 4 4 25 5 5 2 4 5 21 5 5 5 5 5 5 30 2 2 3 4 5 5 4 2522 4 5 4 3 2 3 21 4 4 4 4 4 4 24 2 1 4 4 4 15 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 5 5 5 4 2823 4 4 4 2 3 4 21 5 5 5 5 5 5 30 2 4 4 4 4 18 4 4 4 4 4 4 24 2 2 5 5 4 4 5 2724 4 4 4 3 4 2 21 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 2 18 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 4 2725 4 4 4 4 3 1 20 4 4 4 4 3 3 22 2 2 3 5 5 17 4 3 3 3 4 3 20 4 4 5 4 5 4 4 3026 5 4 3 5 3 2 22 4 4 4 4 4 4 24 4 4 2 4 4 18 4 4 4 4 4 4 24 4 3 3 5 4 4 4 2727 4 4 4 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 18 2 3 3 3 3 14 4 4 4 4 4 4 24 3 3 4 4 4 4 3 2528 4 4 4 4 3 1 20 5 5 5 5 5 5 30 4 4 4 2 5 19 5 5 5 5 5 5 30 4 4 3 4 4 5 5 2929 4 3 2 3 3 3 18 4 5 5 5 5 5 29 2 2 3 2 2 11 5 5 5 5 5 5 30 3 4 4 4 4 5 4 2830 4 2 2 3 4 2 17 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 2 4 18 4 4 4 4 4 4 24 2 3 3 4 5 4 4 25
Hasil output SPSS 19
Uji validitas
1. motivasi
Inter-Item Correlation Matrix
x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6 totx1
x1.1 1,000 ,131 ,136 ,532 -,071 -,118 ,372
x1.2 ,131 1,000 ,614 ,022 -,263 ,010 ,606
x1.3 ,136 ,614 1,000 ,256 -,042 ,065 ,779
x1.4 ,532 ,022 ,256 1,000 -,073 -,308 ,381
x1.5 -,071 -,263 -,042 -,073 1,000 ,246 ,314
x1.6 -,118 ,010 ,065 -,308 ,246 1,000 ,352
totx1 ,372 ,606 ,779 ,381 ,314 ,352 1,000
2. Gaya Kepemimpinan
3. Stres Kerja
Inter-Item Correlation Matrix
x2.1 x2.2 x2.3 x2.4 x2.5 x2.6 totx2
x2.1 1,000 ,637 ,429 ,364 ,612 ,476 ,719
x2.2 ,637 1,000 ,802 ,633 ,828 ,861 ,943
x2.3 ,429 ,802 1,000 ,481 ,822 ,596 ,816
x2.4 ,364 ,633 ,481 1,000 ,616 ,758 ,750
x2.5 ,612 ,828 ,822 ,616 1,000 ,791 ,928
x2.6 ,476 ,861 ,596 ,758 ,791 1,000 ,882
totx2 ,719 ,943 ,816 ,750 ,928 ,882 1,000
Inter-Item Correlation Matrix
x3.1 x3.2 x3.3 x3.4 x3.5 totx3
x3.1 1,000 ,787 ,241 -,008 ,149 ,728
x3.2 ,787 1,000 ,235 ,185 ,188 ,798
x3.3 ,241 ,235 1,000 -,002 ,054 ,500
x3.4 -,008 ,185 -,002 1,000 ,323 ,460
x3.5 ,149 ,188 ,054 ,323 1,000 ,562
totx3 ,728 ,798 ,500 ,460 ,562 1,000
4. Konflik Kerja
Inter-Item Correlation Matrix
x4.1 x4.2 x4.3 x4.4 x4.5 x4.6 totx4
x4.1 1,000 ,922 ,818 ,785 ,863 ,362 ,924
x4.2 ,922 1,000 ,851 ,716 ,827 ,500 ,941
x4.3 ,818 ,851 1,000 ,752 ,891 ,405 ,914
x4.4 ,785 ,716 ,752 1,000 ,803 ,305 ,846
x4.5 ,863 ,827 ,891 ,803 1,000 ,442 ,932
x4.6 ,362 ,500 ,405 ,305 ,442 1,000 ,589
totx4 ,924 ,941 ,914 ,846 ,932 ,589 1,000
5. Kinerja
Inter-Item Correlation Matrix
y1.1 y1.2 y1.3 y1.4 y1.5 y1.6 y1.7 toty
y1.1 1,000 ,594 ,147 ,048 -,252 -,041 ,066 ,606
y1.2 ,594 1,000 ,009 ,040 ,123 -,195 -,048 ,579
y1.3 ,147 ,009 1,000 -,045 -,029 -,221 ,036 ,367
y1.4 ,048 ,040 -,045 1,000 ,440 -,031 ,417 ,586
y1.5 -,252 ,123 -,029 ,440 1,000 ,047 -,043 ,371
y1.6 -,041 -,195 -,221 -,031 ,047 1,000 -,042 ,058
y1.7 ,066 -,048 ,036 ,417 -,043 -,042 1,000 ,399
toty ,606 ,579 ,367 ,586 ,371 ,058 ,399 1,000
Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,696 ,735 30
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,496a ,246 ,126 1,803 1,979
a. Predictors: (Constant), totx4, totx3, totx1, totx2
b. Dependent Variable: toty
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 45,280 4 11,320 4,522 ,007a
Residual 62,587 25 2,503
Total 107,867 29
a. Predictors: (Constant), totx4, totx3, totx2, totx1
b. Dependent Variable: toty
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 14,562 3,777 3,856 ,001
totx1 ,357 ,126 ,466 2,826 ,009 ,855 1,170
totx2 ,221 ,102 ,348 2,159 ,041 ,893 1,119
totx3 -,140 ,084 -,257 -1,656 ,110 ,962 1,040
totx4 ,062 ,074 ,136 ,836 ,411 ,873 1,146
a. Dependent Variable: toty